LAMPIRAN Lampiran I
Jadwal dan Waktu Penelitian
Tahapan Penelitian
2015
Agustus November
November-Desember Januari
Pengajuan proposal skripsi Penyetujuan proposal skripsi
Penyelesaian proposal skripsi
Bimbingan dan perbaikan proposal skripsi
Seminar proposal skripsi Pengumpulan data dan pengolahan data Ujian Komprehensif Bimbingan dan penulisan skripsi
Lampiran II
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Kabupaten/Kota Kriteria Sampel
1 2
1 Kabupaten Asahan √ √ Sampel 1
2 Kabupaten Dairi √ √ Sampel 2
3 Kabupaten Karo √ √ Sampel 3
4 Kabupaten Labuhanbatu √ √ Sampel 4
5 Kabupaten Labuhanbatu Selatan √ √ Sampel 5
6 Kabupaten Labuhanbatu Utara - √ Tidak
7 Kabupaten Langkat √ √ Sampel 6
8 Kabupaten Nias √ √ Sampel 7
9 Kabupaten Padang Lawas Utara √ √ Sampel 8 10 Kabupaten Phakpak Barat √ √ Sampel 9
11 Kabupaten Samosir √ √ Sampel 10
12 Kabupaten Serdang Bedagai √ √ Sampel 11
13 Kabupaten Simalungun √ √ Sampel 12
14 Kabupaten Tapanuli Selatan √ √ Sampel 13
15 Kabupaten Nias Utara - √ Tidak
16 Kabupaten Toba Samosir - √ Tidak
17 Kota Binjai √ √ Sampel 14
18 Kota Gunung Sitoli - √ Tidak
19 Kota Pematangsiantar √ √ Sampel 15
20 Kota Tebing Tinggi - √ Tidak
21 Kota Padangsidempuan √ √ Sampel 16
22 Kabupaten Mandaililng Natal - √ Tidak
23 Kabupaten Humbang Hasundutan √ √ Tidak
24 Kabupaten Deli Serdang √ √ Sampel 17
25 Kabupaten Nias Barat - √ Tidak
26 Kabupaten Nias Selatan - √ Tidak
27 Kabupaten Padang Lawas √ √ Sampel 18
28 Kabupaten Tapanuli Utara - √ Tidak
29 Kabupaten Tapanuli Tengah √ √ Sampel 19
30 Kota Medan - √ Tidak
31 Kabupaten Batubara - √ Tidak
32 Kota Sibolga √ √ Sampel 20
33 Kota Tanjungbalai √ √ Sampel 21
Lampiran III
Data Sampel Penelitian
Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013
Kabupaten Asahan 5.679.510.000.000 5.995.600.000.000 6.345.250.000.000 Kabupaten Dairi 2.158.860.000.000 2.276.260.000.000 2.400.450.000.000 Kabupaten Karo 3.589.130.000.000 3.816.810.000.000 3.996.710.000.000 Kabupaten Labuhan
Batu 3.448.180.000.000 3.659.460.000.000 3.879.010.000.000 Kabupaten Labuhan
Batu Selatan 3.009.510.000.000 3.200.070.000.000 3.393.580.000.000 Kabupaten Langkat 7.627.000.000.000 8.058.650.000.000 8.527.340.000.000 Kabupaten Nias 545.560.000.000 579.580.000.000 616.870.000.000 Kabupaten Padang
Lawas Utara 837.150.000.000 890.590.000.000 945.200.000.000 Kabupaten Phakpak
Barat 174.740.000.000 185.260.000.000 196.130.000.000 Kabupaten Samosir 1.121.620.000.000 1.189.690.000.000 1.266.560.000.000 Kabupaten Serdang
Bedagai 4.822.990.000.000 5.112.210.000.000 5.417.220.000.000 Kabupaten
Simalungun 5.894.590.000.000 6.251.830.000.000 6.531.900.000.000 Kabupaten Tapanuli
Selatan 1.886.830.000.000 1.995.110.000.000 2.099.000.000.000 Kota Binjai 2.147.820.000.000 2.284.050.000.000 2.426.090.000.000 Kota
Pematangsiantar 2.161.820.000.000 2.285.210.000.000 2.403.100.000.000 Kota
Padangsidempuan 991.120.000.000 1.052.830.000.000 1.118.070.000.000 Kabupaten Deli
Serdang 15.389.010.000.000 16.322.040.000.000 18.409.800.000.000 Kabupaten Padang
Lawas 798.260.000.000 848.650.000.000 900.590.000.000 Kabupaten tapanuli
Lanjutan
Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013
Kabupaten Asahan 31.844.000.000 31.844.000.000 53.692.000.000 Kabupaten Dairi 17.673.000.000 20.912.000.000 29.933.000.000 Kabupaten Karo 35.363.000.000 41.243.000.000 46.343.000.000 Kabupaten Labuhan
Batu 50.959.000.000 59.439.000.000 49.785.000.000 Kabupaten Labuhan
Batu Selatan 17.081.000.000 18.977.000.000 26.702.000.000 Kabupaten Langkat 34.451.000.000 129.243.000.000 65.521.000.000 Kabupaten Nias 18.944.000.000 29.822.000.000 44.726.000.000 Kabupaten Padang
Lawas Utara 8.728.000.000 12.798.000.000 5.805.000.000 Kabupaten Phakpak
Barat 6.306.000.000 6.353.000.000 9.081.000.000 Kabupaten Samosir 14.202.000.000 17.460.000.000 26.661.000.000 Kabupaten Serdang
Bedagai 35.894.000.000 39.275.000.000 50.372.000.000 Kabupaten
Simalungun 42.543.000.000 61.246.000.000 97.915.000.000 Kabupaten Tapanuli
Selatan 57.464.000.000 56.418.000.000 69.220.000.000 Kota Binjai 26.470.000.000 48.178.000.000 49.173.000.000 Kota Pematangsiantar 44.793.000.000 49.915.000.000 61.358.000.000 Kota
Padangsidempuan 21.465.000.000 23.622.000.000 35.018.000.000 Kabupaten Deli
Serdang 213.792.000.000 291.018.000.000 328.348.000.000 Kabupaten Padang
Lawas 7.628.000.000 9.881.000.000 23.140.000.000 Kabupaten tapanuli
Lanjutan
Dana Perimbangan
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013
Kabupaten
Asahan 629.142.000.000 751.913.000.000 878.628.000.000 Kabupaten Dairi 443.722.000.000 521.886.000.000 600.146.000.000 Kabupaten Karo 515.454.000.000 615.142.000.000 704.069.000.000 Kabupaten
Labuhan Batu 460.032.000.000 591.321.000.000 621.030.000.000 Kabupaten
Labuhan Batu
Selatan 350.529.000.000 413.225.000.000 510.631.000.000 Kabupaten
Langkat 928.573.000.000 1.060.399.000.000 1.233.279.000.000 Kabupaten Nias 336.708.000.000 351.220.000.000 415.008.000.000 Kabupaten
Padang Lawas
Utara 337.797.000.000 415.651.000.000 251.604.000.000 Kabupaten
Phakpak Barat 250.595.000.000 282.389.000.000 350.859.000.000 Kabupaten
Samosir 334.265.000.000 380.799.000.000 441.138.000.000 Kabupaten
Serdang Bedagai 572.521.000.000 671.124.000.000 742.398.000.000 Kabupaten
Simalungun 828.603.000.000 1.021.460.000.000 1.119.108.000.000 Kabupaten
Tapanuli Selatan 450.931.000.000 547.420.000.000 611.458.000.000 Kota Binjai 401.835.000.000 482.078.000.000 530.809.000.000 Kota
Pematangsiantar 403.598.000.000 494.526.000.000 559.741.000.000 Kota
Padangsidempuan 357.577.000.000 421.732.000.000 489.006.000.000 Kabupaten Deli
Serdang 1.064.006.000.000 1.237.551.000.000 1.401.726.000.000 Kabupaten
Padang Lawas 316.710.000.000 410.794.000.000 442.927.000.000 Kabupaten
tapanuli Tengah 421.698.000.000 507.033.000.000 603.804.000.000 Kota Sibolga 290.946.000.000 333.435.000.000 388.296.000.000 Kota
Lanjutan
Belanja Modal
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013
Kabupaten Asahan 179.238.000.000 259.227.000.000 271.753.000.000 Kabupaten Dairi 72.602.000.000 97.984.000.000 138.860.000.000 Kabupaten Karo 128.448.000.000 153.196.000.000 245.359.000.000 Kabupaten Labuhan
Batu 115.454.000.000 204.123.000.000 226.694.000.000 Kabupaten Labuhan
Batu Selatan 146.177.000.000 145.201.000.000 335.067.000.000 Kabupaten Langkat 119.040.000.000 255.053.000.000 308.212.000.000 Kabupaten Nias 144.051.000.000 153.105.000.000 173.429.000.000 Kabupaten Padang
Lawas Utara 161.465.000.000 232.918.000.000 34.243.000.000 Kabupaten Phakpak
Barat 113.488.000.000 70.238.000.000 147.987.000.000 Kabupaten Samosir 119.696.000.000 85.424.000.000 162.440.000.000 Kabupaten Serdang
Bedagai 124.132.000.000 148.713.000.000 250.622.000.000 Kabupaten
Simalungun 132.102.000.000 314.892.000.000 234.348.000.000 Kabupaten Tapanuli
Selatan 137.836.000.000 194.194.000.000 267.454.000.000 Kota Binjai 131.940.000.000 158.209.000.000 133.103.000.000 Kota Pematangsiantar 73.017.000.000 90.832.000.000 134.010.000.000 Kota
Padangsidempuan 75.776.000.000 98.759.000.000 117.217.000.000 Kabupaten Deli
Serdang 314.746.000.000 334.254.000.000 352.334.000.000 Kabupaten Padang
Lawas 130.126.000.000 116.854.000.000 137.298.000.000 Kabupaten tapanuli
Lampiran IV
Hasil Uji Regresi Linear Berganda dan Uji Interaksi SPSS 20
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PE 63 174740.00 18409800.00 3338239.0476 3683199.10558 PAD 63 5805.00 328348.00 46653.6032 57437.70200
DP 63 250595.00 1401726.00 558462.9524 263478.26410 BM 63 34243.00 352334.00 163463.9841 76849.38315 Valid N
(listwise) 63
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 63
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 1083432.05386 593
Most Extreme Differences
Absolute .075 Positive .075 Negative -.066
Kolmogorov-Smirnov Z .597
Asymp. Sig. (2-tailed) .869
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
PAD .400 2.499
DP .400 2.499
a. Dependent Variable: PE
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .956a .913 .911 1101341.23497 1.380
a. Predictors: (Constant), DP, PAD b. Dependent Variable: PE
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2170080.328 375215.884 -5.784 .000
PAD 32.133 3.850 .501 8.346 .000
DP 7.179 .839 .514 8.554 .000
a. Dependent Variable: PE
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 768312099433
006.000 2
384156049716
503.000 316.712 .000
b
Residual 727771509513
36.610 60
121295251585 5.610
Total 841089250384
342.600 62
a. Dependent Variable: PE b. Predictors: (Constant), DP, PAD
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .956a .913 .911 1101341.23497 1.380
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2612001.009 922648.249 -2.831 .006
PAD -24.141 18.312 -.376 -1.318 .193
DP 12.087 2.358 .865 5.126 .000
BM 1.947 5.331 .041 .365 .716
moderat1 .000 .000 1.003 3.134 .003
moderat2 -1.774E-005 .000 -.497 -1.744 .087 a. Dependent Variable: PE
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 77959326684796
4.900 5
155918653369
593.000 144.519 .000
b
Residual 61495983536377
.695 57
107887690414 6.977
Total 84108925038434
2.600 62
a. Dependent Variable: PE
b. Predictors: (Constant), moderat2, PAD, BM, DP, moderat1
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .963a .927 .920 1038689.99425
DAFTAR PUSTAKA
Bati, 2009. Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Studi Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera
Utara), Tesis Program Pasca Sarjana USU, Medan.
Chalid, Pheni, 2005. Keuangan Daerah Investasi, dan Desentralisasi. Kemitraan,
Jakarta.
Djoyohadikusumo, Sumitro, 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan
Ekonomi Pembangunan. LPES, Jakarta.
Erlina, 2011. Metodologi Penelitian. USU Press, Medan.
Ghozali, Imam dan Fuad, 2005. Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Tiga, Undip, Semarang.
Ginting, Evarina, 2013. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,
Lain - Lain Pendapatan Daerah yang Sah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Desentralisasi Fiskal sebagai Variabel Moderating di Kabupaten
dan Kota Provinsi Sumatera Utara, Tesis Program Pasca Sarjana USU,
Medan.
Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah.
Salemba Empat, Jakarta.
Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan di
Pemerintahan Daerah: Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan
Akuntansi. Jurnal Akuntansi Pemerintah Volume 2 Nomor 1 hal 53-64.
Kuncoro, mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Erlangga, Jakarta.
Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Sumatera Barat)”, Jurnal Akuntansi
dan Manajemen, Volume 5 Nomor 2 hal 68-84.
Muis, Noni Hilwa., 2012. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal sebagai variabel
Interfening Studi Empiris di Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Utara.
Tesis Program Pascasarjana USU, Medan.
Nasution, Faisal, 2009. Pemerintahan Daerah dan Sumber-Sumber Pendapatan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.
Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah.
Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat Dan Daerah.\
Republik Indonesia, 2000. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Sirojuzilam, 2015. Pembangunan Ekonomi Regional. USU Press, Medan.
Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lufti, 2014. Analisis Data Untuk Riset
Manajemen dan Bisnis. USU Press, Medan.
Soekarwo, 2003. Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah. Airlangga
University Press, Surabaya.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.
Sukirno, Sudono. 2002. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Edisi II. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Suliyanto, 2011. Ekonometrika Terapan : Teori & Aplikasi dengan SPSS. Andi,
Yogyakarta.
Suparmoko, 2001. Ekonomi Publik Untuk Keuangan & Pemabangunan Daerah.
Andi, Yogyakarta.
Supriana, Tavi, 2008. Ekonomi Makro. USU Press, Medan.
Susanti, H, Moh. Iksan dan Widyanti. 2000. Indikator-indikator Makro Ekonomi.
Edisi Kedua. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Sutedi, Adrian, 2009. Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah Dalam
Kerangka Otonomi Daerah. Sinar Grafika, Jakarta.
www.bps.go.id/sumut
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian assosiatif kausal.
Sugiyono (2007:55), “penelitian assosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, dan
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya”. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan belanja modal sebagai variabel
moderating pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dimulai dari proses penentuan judul penelitian pada bulan Agustus 2015 hingga sampai selesainya penelitian dilakukan. Jadwal dan waktu
penelitian dapat dilihat pada daftar lampiran I.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Sugiyono (2007:115), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupatan/Kota Provinsi Sumatera Utara periode amatan 2011-2013 berjumlah 33 kabupaten/kota Provinsi Sumatera
Sugiyono (2007:116), “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan purposive sampling. Erlina (2011:88), “purposive sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu, kriteria yang
digunakan dapat berdasarkan perimbangan (judgement) atau kuota tertentu”. Adapun Kriteria yang ditentukan untuk memilih sampel penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang menerbitkan laporan keuangan daerah berturut-turut antara tahun 2011-2013 pada situs Departemen
Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpk.depkeu.go.id).
2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/kota berturut-turut antara tahun 2011- 2013 atas dasar harga konstan 2000 terpublikasi di Badan Pusat Statistika (www.bps.go.id/sumut).
Adapun Populasi dan Sampel dapat dilihat pada lampiran II
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka terdapat 21 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2011-2013
yang memenuhi persyaratan sebagai sampel dalam penelitian ini.
3.4 Metode Pengumpulan Data
realisasi penerimaan dana perimbangan, realisasi pengeluaran belanja modal serta
PDRB Harga Konstan 2000 Tahun Anggaran 2011-2013. 3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Time Series
yang memberikan informasi tentang nilai suatu variabel dari periode ke periode yaitu tahun anggaran 2011-2013 maka periode amatan menjadi 3 (tiga) tahun dan
jumlah sampel 21 kabupaten/kota sehingga observasi berjumlah 63 data. Data sekunder diperoleh dari situs Badan Pusat Statistik yaitu www.bps.go.id/sumut dan Departemen Keuangan Republik Indonesia yaitu www.djpk.depkeu.go.id.
3.6 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan sebagai variabel
independen adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan (DP) sedangkan sebagai variabel dependennya adalah Pertumbuhan Ekonomi (PE) dan Belanja Modal (BM) sebagai variable moderating.
3.6.1 Pertumbuhan Ekonomi (PE)
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi diproksikan dengan PDRB harga konstan dan menggunakan skala rasio
selama tahun amatan 2011-2013.
3.6.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah adalah total realisasi penerimaan daerah yang
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain pendapatan asli daerah yang sah. Variabel ini menggunakan skala pengukuran rasio selama tahun amatan 2011-2013.
3.6.3 Dana Perimbangan (DP)
Dana Perimbangan adalah total realisasi penerimaan dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana bagi hasil. Variabel
ini menggunakan skala pengukuran rasio selama tahun amatan 2011-2013.
3.6.4 Belanja Modal (BM)
Belanja modal adalah total realisasi pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk untuk biaya
pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas asset. Belanja modal meliputi belanja tanah, gedung dan bangunan, belanja peralatan dan mesin, belanja jalan, irigasi dan
Tabel 3.6
Defenisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran
Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun 2011-2013
Rasio
Pendapatan Asli Daerah (X1)
Total realisasi penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah atau penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain pendapatan asli daerah yang sah. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah tahun 2011-2013 Rasio Dana Perimbangan (X2)
Total realisasi penerimaan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana bagi hasil.
Realisasi Penerimaan Dana Perimbangan tahun 2011-2013 Rasio Belanja Modal (Z)
Total realisasi pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset
tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari
3.7. Metode dan Teknik Analisis Data
Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) dan uji interaksi sebagai pemoderasi dengan bantuan Software SPSS 20 (Statistical
Package Social Science).
3.7.1 Uji Asumsi Klasik
Situmorang dan Lufti (2014:166), “dalam analisis regresi berganda diperlukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar memiliki data yang normal dan bebas dari
adanya gejala multikolinearitas, gejala autokorelasi dan gejala heteroskedastisitas”. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak
bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi.
“Pengujian asumsi klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut: Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas”, Situmorang dan Lufti (2014:166).
3.7.1.1 Uji Normalitas
Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Erlina (2011:101), “tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam
Pengujian ini diperlukan untuk melakukan uji-t dan uji-F yang mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Jika data normal maka gunakan statistic parametric namun jika data tidak normal
gunakan statistic non parametric atau lakukan treatment agar data normal.
Erlina 2011:101), “ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak adalah dengan analisis grafik dan uji statistik”. Untuk melakukan pengujian normalitas dengan analisis grafik dapat dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Jika data menyebar di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan
pengujian normalitas dengan uji statistik dilakukan dengan uji statistik nonparametrik Kolmogorov Smirnov (K-S). Apabila probabilitas > 0,05 maka distribusi data normal dan dapat digunakan analisis regresi. Jika nilai
probabilitasnya < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.
3.7.1.2 Uji Multikolinearitas
Erlina (2011:103), “multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya”. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas
antara sesamanya sama dengan nol. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari
besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Situmorang dan Lufti (2014:177 ), “nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas”.
3.7.1.3 Uji Autokorelasi
Erlina (2011:106), “uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah
dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1”. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya.
Hal ini sering ditemukan pada time series. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi.
Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW). Pedoman untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi menurut Ghozali
dkk (2005:96) adalah sebagai berikut:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
3.7.1.4 Uji Heteroskedastisitas
Erlina (2011:106), “salah satu asumsi yang penting dari model regresi linear adalah varian residual bersifat homokedastisitas atau bersifat konstan”. Umumnya heteroskedastisitas sering terjadi pada model yang menggunakan data
cross section (silang waktu) daripada data time series (runtut waktu). Hal ini
bukan berarti model yang menggunakan data runtut waktu bebas dari
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Situmorang dan Lufti (2014:176), “uji heteroskedastisitas artinya varians variabel independen adalah konstan (sama)
untuk setiap nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas)”. Melalui analisis grafik, suatu model regresi dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas jika
titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.
3.7.2 Pengujian Hipotesis Pertama
Setelah dilakukannya uji asumsi klasik, maka dilakukan pengujian hipotesis pertama sebagai berikut :
3.7.2.1 Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda
(multiple regression analysis). Analisis regresi berganda adalah metode statistik
yang digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh antara variabel independen yaitu pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi. Model regresi berganda yang digunakan adalah
Y = α + β1X1 + β2X2 + ε
Dimana,
Y = Pertumbuhan Ekonomi
α = Konstanta
β1 , β2 = Koefisien Variabel X1 = Pendapatan Asli Daerah X2 = Dana Perimbangan
ε = error
3.7.2.1.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Situmorang dan Lufti (2014:179), “ uji signifikan parsial dilakukan
untuk menguji setiap variabel bebas (X1, X2) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial”. Apabila nilai probabilitas t hitung < 5% dan t hitung > t tabel, maka hipotesis Ha diterima (Ho ditolak).
Apabila nilai probabilitas t hitung > 5% dan t hitung < t tabel, maka hipotesis Ho diterima (Ha ditolak).
3.7.2.1.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak, sedangkan jikan F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. “Jika
tingkat signifikansi di bawah 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima” (Situmorang dan Lufti 2014:171).
3.7.2.1.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independent atau predictornya. Range nilai
“semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam
menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu model semakin baik”. Bila R2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil
mendekati nol menunjukkan semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
3.7.3. Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian ini dilakukan setelah dilakukannya pengujian analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis kedua menggunakan uji interaksi.
3.7.3.1 Analisis Regresi Moderasi – Uji Interaksi
Menurut Situmorang dan Lufti (2014:204), “variabel moderating adalah
variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain”. Ada tiga cara menguji regresi dengan variabel moderating yaitu (1) uji interaksi, (2) uji selisih mutlak, dan (3) uji residual. Pengujian yang
akan dilakukan untuk menguji variabel moderating dalam penelitian ini adalah menggunakan uji interaksi. Adapun persamaan regresi uji interaksi adalah sebagai berikut:
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3Z + β4X1Z + β5X2Z + e
Keterangan :
Y = Pertumbuhan Ekonomi a = Konstanta
X1= Pendapatan Asli Daerah (PAD) X2= Dana Perimbangan (DP)
Z = Belanja Modal (BM) variabel moderating X1Z = Interaksi antara X1 dengan Z
X2Z = Interaksi antara X2 dengan Z
β = Koefisien regresi
Uji interaksi dilakukan dengan mengalikan variabel yang dihipotesiskan
sebagai variabel moderasi dengan variabel bebas. Menurut Suliyanto, (2011:212) jika variabel hasil perkalian antara variabel bebas dengan variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi signifikan maka dapat disimpulkan
bahwa variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi benar-benar memoderasi hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung.
3.7.3.1.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual (parsial) dalam menerangkan variabel
terikat. Jika variabel hasil perkalian antara variabel bebas dengan variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi signifikan maka dapat dinyatakan bahwa
variabel tersebut memoderasi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
3.7.3.1.2. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji statistik F dilakukan untuk menunjukkan apakah variabel bebas dan pemoderasi dan interaksinya masing-masing dengan variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel independen. Jika variabel hasil perkalian antara variabel bebas dengan variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi signifikan maka dapat
3.7.3.1.3. Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel bebas dan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Sampel Penelitian
Data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Laporan Pertumbuhan
Ekonomi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 s/d tahun 2013 (3 tahun) sehingga jumlah sampel menjadi 63 data. Dari
laporan tahunan tersebut yang menjadi objek penelitian adalah Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP), Belanja Modal (BM) dan data Pertumbuhan Ekonomi (PE) tahun amatan 2011 s/d 2013. Data diperoleh
dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara yaitu www.bps.go.id/sumut dan Departemen Keuangan Republik Indonesia yaitu www.djpk.depkeu.go.id.
4.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menurut Sugiyono (2007:206) adalah “statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”. Statistik
deskriptif umumnya digunakan untuk memberi informasi mengenai variabel penelitian yang utama.
Statistik deskriptif untuk setiap variabel bebas yang digunakan dalam
analisis ini sebanyak 2 (dua) variabel independen yaitu pendapatan asli daerah (PAD) dan dana perimbangan (DP). Variabel pemoderasi adalah belanja modal
cross section sebanyak 21 daerah Kabupaten/Kota dan time series sebanyak 3
tahun pengamatan, maka diperoleh deskriptif statistik data penelitian sebagai berikut:
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PE 63 174740.00 18409800.00 3338239.0476 3683199.10558
PAD 63 5805.00 328348.00 46653.6032 57437.70200
DP 63 250595.00 1401726.00 558462.9524 263478.26410
BM 63 34243.00 352334.00 163463.9841 76849.38315
Valid N
(listwise) 63
Diolah oleh penulis (2016)
Data deskriptif statistik digunakan untuk mengetahui gambaran umum setiap variabel dalam penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS seperti
terlihat pada tabel 4.2 diperoleh nilai untuk maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi (penyimpangan) setiap variabel. Output tampilan SPSS menunjukkan jumlah data (N) ada 63 data yang merupakan periode penelitian
pada 21 kabupaten/kota dikali dengan 3 tahun, yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, dengan hasil analisis sebagai berikut :
1. Nilai minimum pertumbuhan ekonomi (Y) pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara sebesar 174740, sedangkan nilai maksimum pertumbuhan ekonomi sebesar 18409800, dengan nilai rata – rata
sebesar 3338239.0476. Standar deviasi pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara sebesar 3683199.10558.
pertumbuhan ekonomi terendah, sedangkan Kabupaten Deli Serdang
memperoleh pertumbuhan ekonomi tertinggi.
2. Nilai minimum pendapatan asli daerah (X1) pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara sebesar 5805, sedangkan nilai maksimum
pendapatan asli daerah sebesar 328348, dengan nilai rata – rata sebesar 46653.6032. Standar deviasi pendapatan asli daerah pada
kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara sebesar 57437.70200. Kabupaten Padang Lawas Utara merupakan kabupaten yang
memperoleh pendapatan asli daerah terendah, sedangkan Kabupaten
Deli Serdang memperoleh pendapatan asli daerah tertinggi.
3. Nilai minimum dana perimbangan (X2) pada kabupaten/kota di Propinsi
Sumatera Utara sebesar 250595, sedangkan nilai maksimum dana perimbangan sebesar 1401726, dengan nilai rata – rata sebesar
558462.9524. Standar deviasi dana perimbangan pada kabupaten/kota
di Propinsi Sumatera Utara sebesar 263478.26410. Kabupaten Phakpak Barat merupakan kabupaten yang memperoleh dana perimbangan terendah, sedangkan Deli Serdang memperoleh dana perimbangan
tertinggi.
4. Nilai minimum belanja modal (Z) pada kabupaten/kota di Propinsi
Sumatera Utara sebesar 34243, sedangkan nilai maksimum belanja modal sebesar 352334, dengan nilai rata – rata sebesar 163463.9841. Standar deviasi pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Propinsi
merupakan kabupaten dengan belanja modal terendah, sedangkan
Kabupaten Deli Serdang dengan belanja modal tertinggi. 4.3 Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat penggunaan model regresi berganda adalah dipenuhinya
semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program
statistik. Asumsi Klasik yang harus dipenuhi adalah berdistribusi normal, non-multikolinearitas, non-Autokorelasi, homoskedasitas. Berikut ini pengujian untuk menentukan apakah keempat asumsi klasik tersebut dipenuhi atau tidak.
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data telah terdistribusi
normal atau tidak. Pengujian normalitas dengan analisis grafik dapat dilihat melalui grafik histogram dan normal probability plot. Pada grafik histogram pola normalitas dapat dilihat dengan pola distribusi yang tidak melenceng ke kiri
Gambar 4.3.1 Histogram
Diolah oleh penulis (2016)
Pada grafik histogram diatas terlihat bahwa variabel berdistribusi normal hal ini
ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.
Pada grafik normal probability plot, data dikatakan berdistribusi normal
apabila sebaran data yang tercermin dalam titik-titik pada output akan terletak di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal grafik P-Plot. Sebaliknya,
Gambar 4.3.1
Normal probability plot.
Diolah oleh penulis (2016)
Gambar diatas menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal grafik P-Plot, pola ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel berdistribusi secara normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Sedangkan pengujian normalitas dengan uji statistik dilakukan dengan uji statistik nonparametrik Kolmogorov Smirnov (K-S). Jika nilai signifikansinya
Tabel 4.3.1
Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 63
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 1083432.05386 593
Most Extreme Differences
Absolute .075
Positive .075
Negative -.066
Kolmogorov-Smirnov Z .597
Asymp. Sig. (2-tailed) .869
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Diolah oleh penulis (2016)
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji non parametrik KolmogorovSmirnov terlihat bahwa nilai asymp sig (2- tailed) adalah 0, 869 dan di atas nilai signifikan 0,05 dengan kata lain variabel residual berdistribusi
normal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk dapat
melihat ada tidaknya multikolinieritas dengan melihat angka colinierity statistic
yang ditunjukkan oleh nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance,
Tabel 4.3.2 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF
1
PAD .400 2.499
DP .400 2.499
a. Dependent Variable: PE
Diolah oleh penulis (2016)
Hasil uji statistik pada tabel 4.3.2 menunjukkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas dimana nilai VIP untuk variabel PAD dan DP < 10 sedangkan nilai tolerance > 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa indikator variabel PAD, DAU
dan DAK dalam penelitian ini tidak saling berkolerasi. 4.3.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Hal ini sering ditemukan pada time
series. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi dapat diketahui dengan melihat besaran Dubrin-Watson (D-W) sebagai berikut:
1) Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. 3) Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negative.
Tabel 4.3.3
Uji Statistik Durbin-Watson
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .956a .913 .911 1101341.23497 1.380
a. Predictors: (Constant), DP, PAD b. Dependent Variable: PE
Diolah oleh penulis (2016)
Berdasarkan tabel 4.3.3 diketahui bahwa nilai Dubrin-Watson sebesar 1,380. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam penelitian ini bebas dari autokorelasi karena masih dalam kisaran nilai -2 dan 2.
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan melihat ada atau
tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik plot (scatterplot) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Hasil pengujian heteroskedastisitas adalah sebagai berikut
Gambar 4.3.4 Grafik Scatterplot
Salah satu asumsi penting dari model regresi linear adalah varian residual bersifat homokedastisitas atau bersifat konstan. Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang
jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa model regresi ini bebas dari masalah
heteroskedastisitas, dengan perkataan lain: variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini bersifat homokedastis.
4.4 Pengujian Hipotesis Pertama
4.4.1 Uji Signifikan Parsial (uji-t)
Uji parsial (Uji-t) dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen (PAD dan DP) terhadap variabel dependen (PE) Uji-t ini dilakukan dengan membandingkan nilai P-value dari t dengan α. Kesimpulan
yang dapat diambil dari uji t ini adalah:
1) Bila nilai P value dari t masing-masing variabel independen > α = 5%,
maka Ho :bi = 0 diterima dan Ha : bi ≠ 0 ditolak, artinya secara individual variabel independen Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2) Bila P value dari t masing-masing variabel independen < α = 5% maka Ho : bi= 0 ditolak dan Ha: bi ≠ 0 diterima, artinya secara
individual masing-masing variabel independen Xi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
[image:37.595.117.510.575.687.2]Hasil uji parsial (uji-t) dapat dilihat pada tabel 4.4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.4.1 Uji Statistik t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2170080.328 375215.884 -5.784 .000
PAD 32.133 3.850 .501 8.346 .000
DP 7.179 .839 .514 8.554 .000
a. Dependent Variable: PE
Berdasarkan pengujian pada tabel 4.4.1, maka secara parsial pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Nilai probabilitas signifikan t untuk jumlah PAD sebesar 0,000 < 0,05
dan arah koefisien positif, sehingga Ha diterima dan H0 ditolak,
kesimpulannya bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Perbandingan nilai t-hitung dengan t-tabel juga menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dimana
nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel (8,346 > 2,000).
Artinya, semakin bertambah pendapatan asli daerah maka pertumbuhan
ekonomi juga akan semakin meningkat di Provinsi Sumatera Utara untuk periode 20011 s/d 2013.
2) Nilai probabilitas signifikan t untuk jumlah DP sebesar 0,000 < 0,05 dan
Arah koefisien positif, sehingga Ha diterima dan H0 ditolak,
kesimpulannya bahwa DP berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Perbandingan nilai
t-hitung dengan t-tabel juga menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dimana nilai t
hitung lebih besar dari nilai t-tabel (8,554 > 2,000).
Artinya, semakin bertambah dana perimbangan maka pertumbuhan ekonomi juga akan semakin meningkat di Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.4.1 diatas,dapat disusun
model persamaan regresi sebagai berikut :
Pertumbuhan Ekonomi = -2170080,328 + 32,133PAD + 7,179DP + ε
4.4.2 Uji Signifikan Simultan (uji-F)
Uji simultan (uji-F) dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (PAD, DAU, DAK) terhadap variabel dependen (PE) secara
bersama-sama. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F-hitung dengan ketentuan jika signifikansi < 0,05 maka Ha diterima sedangkan jika signifikansi >0,05 maka Ha ditolak. Serta membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan F
menurut tabel. Bila nilai F-hitung lebih besar daripada nilai F-tabel, maka Ha diterima dan sebaliknya. Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
PAD (X1) dan DP (X2) berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap PE (Y).
Hasil uji parsial (uji-F) dapat dilihat pada tabel 4.4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.4.2 Uji Statistic F
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 768312099433
006.000 2
384156049716
503.000 316.712 .000
b
Residual 727771509513
36.610 60
121295251585 5.610
Total 841089250384
342.600 62
a. Dependent Variable: PE b. Predictors: (Constant), DP, PAD
[image:39.595.115.513.572.707.2]Tabel 4.4.2 di atas mengungkapkan bahwa nilai signifikan (0,000) lebih
kecil dari 0,05 maka pendapatan asli daerah dan dana perimbangan secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel diketahui bahwa nilai F-hitung lebih besar dari
nilai F-tabel (316,712 > 3,150). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana perimbangan secara bersama-sama berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen atau
predictornya. Range nilai dari R2 adalah 0 sampai 1. Bila R2 semakin mendekati 1
menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin mendekati 0 menunjukkan semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian koefisien
determinasi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4.3
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .956a .913 .911 1101341.23497 1.380
a. Predictors: (Constant), DP, PAD b. Dependent Variable: PE
Berdasarkan tabel 4.4.3 diatas diketahui bahwa R2 = 0,913 berarti
hubungan antara pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 91,3%. Adjusted R Squere sebesar 0,911 berarti 91,1% faktor-faktor pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh pendapatan asli
daerah dan dana perimbangan, sedangkan 8,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.5 Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian ini dilakukan setelah dilakukannya pengujian analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis kedua menggunakan uji interaksi. Variabel
pemoderasi pada penelitian ini adalah belanja modal. Penggunaan variabel pemoderasi ini dimaksud untuk membuktikan hipotesis kedua bahwa variabel
belanja modal selaku variabel pemoderasi mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen (PAD dan DP) dan variabel dependen (PE).
4.5.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen (PAD dan DP) secara individual (parsial) dalam menerangkan
variabel terikat (PE). Jika variabel hasil perkalian antara variabel bebas dengan variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi signifikan maka dapat
Tabel 4.5.1 Hasil Regresi Uji-t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2612001.009 922648.249 -2.831 .006
PAD -24.141 18.312 -.376 -1.318 .193
DP 12.087 2.358 .865 5.126 .000
BM 1.947 5.331 .041 .365 .716
moderat1 .000 .000 1.003 3.134 .003
moderat2 -1.774E-005 .000 -.497 -1.744 .087
a. Dependent Variable: PE
Diolah oleh penulis (2016)
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa variabel moderat1 yang merupakan hasil interaksi antara vaiabel PAD dan BM mempunyai tingkat signifikansi 0,003.
Nilai tersebut lebih kecil daripada 0,05. Hal tersebut berarti bahwa BM berpengaruh signifikan terhadap hubungan PAD dengan PE. Dengan demikian
dapat disimpulkan BM merupakan variabel moderating serta BM memoderasi hubungan PAD dengan PE. Dari tabel 4.9 juga dapat dilihat bahwa variabel moderat2 yang merupakan hasil interaksi antara DP dan BM mempunyai tingkat
signifikansi 0,087. Nilai tersebut lebih besar daripada 0,05. Hal tersebut berarti bahwa BM tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan DP dan PE. Dengan
demikian dapat disimpulkan BM bukan merupakan variabel moderating serta BM tidak memoderasi hubungan DP dengan PE.
Berdasarkan tabel 4.5.1 persamaan regresi uji interaksi adalah sebagai
Pertumbuhan Ekonomi = -2612001,009 – 24,141PAD+ 12,087DP + 1,947BM
+ 0,000PADBM – 1,774DP BM + ε
4.5.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji statistik F dilakukan untuk menunjukkan apakah variabel PAD, DP,
BM dan interaksinya masing-masing dengan variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel PE. Jika variabel hasil perkalian antara variabel bebas dengan variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi signifikan maka dapat dinyatakan bahwa variabel tersebut memoderasi hubungan antara variabel bebas dengan
[image:43.595.112.515.476.591.2]variabel terikat. Hal ini dapat dilihat dari hasil regresi uji-F pada tabel 4.5.2 di bawah ini :
Tabel 4.5.2 Hasil Regresi Uji-F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 77959326684796
4.900 5
155918653369
593.000 144.519 .000
b
Residual 61495983536377
.695 57
107887690414 6.977 Total 84108925038434
2.600 62
a. Dependent Variable: PE
b. Predictors: (Constant), moderat2, PAD, BM, DP, moderat1
Diolah oleh penulis (2016)
Dari tabel 4.5.2 dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil daripada 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PAD, DP, BM dan interaksinya dengan masing-masing variabel independen
disimpulkan variabel BM dapat memoderasi hubungan antara PAD dan DP
dengan PE.
4.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel PAD, DP, BM,
moderat PAD dengan BM, moderat DP dengan BM dalam menerangkan variabel PE dapat dilihat melalui nilai R Square yang diperoleh dari hasil pengolahan data
[image:44.595.135.489.382.428.2]pada tabel x di bawah ini:
Tabel 4.5.3
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .963a .927 .920 1038689.99425
a. Predictors: (Constant), moderat2, PAD, BM, DP, moderat1
Diolah oleh penulis (2016)
Hasil output SPSS menunjukkan besarnya nilai R2 adalah 0,927 yang berarti bahwa 92,7% variasi pertumbuhan ekonomi yang dapat dijelaskan oleh variabel independen PAD, DP, BM, moderat1 (hasil perkalian variabel PAD dan
BM), moderat2 (hasil perkalian variabel DP dengan BM). Sisanya sebesar 7,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pembahasan hipotesis pertama dapat diketahui bahwa secara simultan variabel PAD dan DP berpengaruh signifikan terhadap PE. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari perbandingan nilai F-hitung dengan nilai F
tabel. Diketahui bahwa nilai F-hitung 316,712 lebih besar dari nilai F-tabel 3,150. Jadi dapat disimpulkan bahwa PAD dan DP secara bersama-sama berpengaruh
terhadap PE. Hal ini juga didukung oleh nilai R2 = 0,913 yang berarti hubungan antara PAD dan DP terhadap PE sebesar 91,3%. Sedangkan Adjusted R Square
sebesar 0,911 berarti 91,1% faktor-faktor PE dapat dijelaskan oleh PAD dan DP,
sedangkan 8,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Sumber-sumber keuangan daerah yang diperoleh melalui PAD mutlak diperlukan untuk membiayai jalannya pemerintahan dan pembangunan daerah. Upaya pemenuhan PAD ini dilakukan pemerintah daerah dengan mengeluarkan
Peraturan Daerah (Perda) tentang berbagai jenis pajak daerah dan retribusi daerah. Ditambah dengan DP yang merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
diharapkan dapat mendorong akifitas perekonomian masyarakat daerah sehingga berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Secara parsial PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap PE. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryati dan Endrawati (2010) dan Bati (2009) yaitu PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap PE. Maryati
pertumbuhan ekonomi daerah menjadi lebih baik daripada pertumbuhan ekonomi
daerah sebelumnya”. Dana yang tersedia melalui PAD ini harus memadai dan mencukupi sehingga pemerintah daerah dapat memanfaatkan dan menggunakan dana tersebut untuk menjalankan pemerintahannya dengan sebaik mungkin.
Dengan demikian, pembangunan daerah akan tercapai sehingga masyarakat setempat merasakan peningkatan, baik dari aspek pelayanan publik maupun
perekonomian.
Secara parsial DP berpengaruh positif dan signifikan terhadap PE. Dana perimbangan terdiri dari DAU, DAK dan DBH. Dalam penelitian ini DAU, DAK
dan DBH disatukan kedalam dana perimbangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2013) dan Muis (2012) menyimpulkan bahwa secara parsial DAU
dan DAK berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryati dan Endrawati (2010) menyimpulkan bahwa secara parsial DAK tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dari hasil penelitian ini ditemukan adanya ketidakkonsistenan diantara hasil penelitian.
Kuncoro (2004:28), “dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”. Dengan adanya dana
perimbangan ini maka setiap daerah diharapkan memiliki keseimbangan kemampuan keuangan. Dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintah daerah
dan pelayanan kepada masyarakat yang tercermin dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi.
Setelah dilaksanakan pengujian hipotesis pertama, maka pengujian kembali dilakukan menggunakan variabel pemoderasi yaitu belanja modal. Situmorang
dan Lufti (2014:204), “variabel moderating adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain”. Pengujian
hipotesis kedua menggunakan uji interaksi yang dilakukan dengan mengalikan variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi dengan variabel bebas. Suliyanto, (2011:212), “jika variabel hasil perkalian antara variabel bebas dengan
variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi signifikan maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel moderasi
benar-benar memoderasi hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung”. Secara simultan PAD, DP, BM dan interaksinya dengan masing-masing variabel independen berpengaruh signifikan terhadap BM, sehingga dapat
disimpulkan variabel BM dapat memoderasi hubungan antara PAD dan DP dengan PE. Hal ini juga didukung oleh nilai R2 adalah 0,927 yang berarti bahwa 92,7% variasi PE yang dapat dijelaskan oleh variabel independen PAD, DP, BM,
moderat1 (hasil perkalian variabel PAD dan BM), moderat2 (hasil perkalian variabel DP dengan BM). Sisanya sebesar 7,3% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
BM berpengaruh signifikan terhadap hubungan PAD dan PE. Hal ini dapat terlihat dari variabel moderat1 yang merupakan hasil interaksi antara vaiabel PAD
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan BM merupakan variabel moderating
serta BM memoderasi hubungan PAD dan PE.
BM tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan DP dan PE. Hal ini dapat terlihat dari variabel moderat2 yang merupakan hasil interaksi antara DP
dan BM mempunyai tingkat signifikansi 0,087. Nilai tersebut lebih besar daripada 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan BM bukan merupakan variabel
moderating serta BM tidak memoderasi hubungan DP dan PE.
Hasil penelitian ini tidak memiliki kesamaan dengan penelitian lain yang menggunakan BM sebagai variabel moderating oleh karena itu penulis tidak
membandingkan dengan hasil penelitian terdahulu tentang hasil moderating namun membahas secara langsung BM sebagai variabel moderating. Lokasi
penelitian ini berbeda dengan lokasi penelitian yang dilakukan oleh Maryati dan Endrawati (2010). Penelitian ini mengambil sampel pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara sementara pada penelitian Maryati dan Endrawati
mengambil sampel pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat. Periode penelitian juga berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu. Periode penelitian yang digunakan lebih up to date yaitu tahun 2011-2013, dimana pada periode
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sampel dalam penelitian ini adalah 21 Kabupaten/Kota dengan tiga tahun pengamatan 2011-2013. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan mengenai pengaruh pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan belanja modal sebagai variabel moderating sebagai berikut :
1. Secara simultan variabel PAD dan DP berpengaruh signifikan terhadap PE
dan secara parsial PAD dan DP berpengaruh positif dan signifikan terhadap PE pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun
2011-2013.
2. Secara simultan variabel BM dapat memoderasi hubungan antara PAD dan DP dengan PE. Secara parsial BM memoderasi hubungan PAD dengan PE
sedangkan secara parsial BM tidak memoderasi hubungan DP dengan PE pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011-2013.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :
1. Sampel dalam penelitian ini dibatasi pada kabupaten/kota yang memiliki
Hal ini menyebabkan hasil penelitian ini hanya berlaku untuk
kabupaten/kota yang menjadi sampel penelitian saja sehingga belum dapat di generalisasikan untuk seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
2. Periode penelitian yang digunakan hanya tiga tahun amatan yaitu 2011
sampai dengan 2013 sehingga tidak dapat memberikan gambaran yang komprehensif yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi.
5.3 Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel-variabel
lainnya, seperti variabel belanja pegawai, jumlah penduduk dan dana otonomi khusus, dimana variabel tersebut juga berperan dalam
pertumbuhan ekonomi. Peneliti selanjutnya agar menggunakan sampel yang lebih besar agar dapat menggeneralisasi hasil penelitian dan perpanjangan waktu penelitian mungkin akan memberikan hasil yang lebih
baik.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Sumber-sumber keuangan daerah yang diperoleh melalui PAD mutlak
diperlukan untuk membiayai jalannya pemerintahan dan pembangunan daerah. Untuk itu, pemerintah daerah harus mampu menggali
sumber-sumber keuangan daerahnya dengan sebaik mungkin dengan cara mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) tentang berbagai jenis pajak daerah dan retribusi daerah dalam upaya pemenuhan pendapatan
3. Bagi Masyarakat
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tinjauan teoritis, dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian
adalah :
1. Pendapatan asli daerah dan dana perimbangan secara parsial dan simultan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di
Propinsi Sumatera Utara.
2. Belanja modal pemoderasi hubungan antara pendapatan asli daerah
dengan pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera
Utara.
Pendapatan Asli Daerah (X1)
Pertumbuhan ekonomi
(Y) Dana Perimbangan
(X2)
[image:52.595.141.512.125.340.2]Belanja Modal (Z)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia telah mengalami berbagai
upaya perbaikan yang ditunjukkan dengan berbagai perubahan dasar hukum yang
melandasi pelaksanaan pemerintahan daerah, hal ini terlihat dengan direvisinya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang mengatur pemerintahan lokal yang
bersifat otonom sebagai pencerminan dilaksanakannya asas desentralisasi di
bidang pemerintahan. Pemerintahan yang bersifat otonom ini artinya pemberian
wewenang yang kemudian akan menjadi kewajiban bagi daerah untuk mengatur
dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Nasution (2009:17), “otonomi pada giliriannya akan menimbulkan
kewajiban bagi segenap aparatur pemerintah daerah untuk mensejahterakan
masyarakatnya dan sekaligus juga meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian
daerahnya”. Saragih (2003:29), “Keberhasilan otonomi daerah diukur dari
seberapa besar porsi sumbangan masyarakat lokal terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah atau produk domestik regional bruto (PDRB)”. Dengan demikiran,
lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ini bukan hanya sekedar
pelimpahan kewenangan yang diikuti dengan pemberian sebagian sumber
pendapatan bagi daerah untuk mendukung dan melaksanakan pelayanan publik,
tetapi lebih dari itu yakni adanya peluang dan kesempatan yang luas bagi
pemerintah daerah dan segenap masyarakatnya secara bersama-sama untuk
mengembangkan perekonomian daerah sendiri sesuai potensi dan kondisi riil yang
ada di masing-masing daerahnya.
Maryati dan Endrawati (2010:69), “pertumbuhan ekonomi menunjukkan
sejauh mana aktifitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat pada suatu periode tertentu”. Sirojuzilam (2015:10), “pertumbuhan
ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah
yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi”. Pertumbuhan ekonomi
merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi
yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
terjadi. Indikator ini penting bagi daerah untuk mengetahui keberhasilan
pembangunan di masa yang akan datang. Kesempatan dan pembagian hasil-hasil
pembangunan akan lebih merata jika pertumbuhan berjalan secara beriringan dan
terencana. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal tidak produktif
akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu
sendiri.
Susanti dkk (2000: 23), “indikator yang digunakan untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB) yang mencerminkan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
aktifitas produksi di dalam perekonomian”. Djoyohadikusumo (1994:1),
“meningkatnya produksi barang dan jasa dari suatu daerah, secara makro dapat
tahunnya dan secara mikro dilihat dari produk domestik regional bruto per
kapitanya”.
Di bawah ini ditampilkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota
[image:55.595.123.509.271.757.2]Provinsi Sumatera Utara dalam bentuk persen berdasarkan harga konstan 2000.
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (persen), 2011-2013.
Kabupaten/Kota
Regency/City 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Kabupaten/Regency Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhanbatu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Huumbang Hansudutan Pakpak Bharat Samosir Serdang bedagai Batu Bara
31 32 33
Binjai
Padangsidimpuan Gunungsitoli
5,88 6,46
6,23 6,33
6,20 6,35
Sumatera Utara 6,63 6,22 6,01
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Dari data BPS diatas, lihat tabel 1.1, dapat diketahui bahwa setiap
kabupaten/kota memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang naik turun. Semakin
tinggi persentase pertumbuhan ekonomi suatu daerah mencerminkan semakin
makmur dan semakin baik daerah tersebut. Kabupaten/kota dengan persentase
pertumbuhan ekonomi yang tinggi mengartikan daerah tersebut memiliki sumber
dana yang memadai sehingga pemerintah mampu menjalankan pemerintahannya
semaksimal mungkin yang berdampak pada penyediaan pelayanan publik yang
baik. Tersedianya pelayanan publik yang baik berdampak pada lancarnya kegiatan
perekonomian masyarakat setempat. Hal ini mendorong kepada peningkatan
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
Sebaliknya, kabupaten/kota dengan persentase pertumbuhan ekonomi yang
rendah mencerminkan daerah tersebut tidak memiliki dana yang cukup sehingga
tidak tersedia pelayanan publik yang memadai dan hal ini membuat masyarakat
setempat dalam menjalankan kegiatan perekonomian mengalami kendala. Hal
inilah yang menyebabkan rendahnya persentase pertumbuhan ekonomi suatu
daerah. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik, kerja sama antara
pemerintah pusat dan daerah harus baik pula. Pemerintah pusat dan daerah
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya
Sumber-sumber dana bagi pembiayaan pembangunan mutlak diperlukan
untuk mewujudkan pemerintah kabupaten/kota menjadi daerah yang mandiri dari
ketergantungan pemerintah pusat yang mengartikan bahwa daerah tersebut sudah
memiliki kesiapan dan kemantapan untuk membawa masyarakat setempat
merasakan peningkatan, baik dari aspek pelayanan publik maupun perekonomian.
Untuk itu, kerjasama antar pemerintah pusat dan daerah sangat diharapkan dalam
rangka mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Menurut pasal 157 UU Nomor 32 Tahun 2004 menyebutkan sumber
pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan
(DP), lain-lain pendapatan daerah yang sah (LLPDYS). PAD bertujuan
memberikan kewenangan kepada daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi
daerah sesuai dengan potensi daerah. Sumber keuangan daerah yang berasal dari
pendapatan asli daerah inilah yang dapat membuat daerah mempunyai keleluasaan
atau kebebasan yang lebih besar ditambah dengan kreatifitas masing-masing
daerah untuk memperoleh sumber pendapatannya sendiri berdasarkan
kewenangan yang ada padanya dan selain itu secara bebas pula dapat
menggunakan hasil-hasil sumber keuangan daerah dari sektor ini guna membiayai
jalannya pemerintahan dan pembangunan daerah yang telah menjadi tugas
pokoknya.
Dapat dikatakan bahwa pendapatan asli daerah ini merupakan sumber
pendapatan yang menjadi tulang punggung otonomi daerah, bahkan dapat
dikatakan lebih lanjut bahwa sektor pendapatan asli daerah inilah yang menjadi
menyelenggarakan fungsi-fungsi pemeri