Skripsi
Diajukan Kapada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
YUNUS PRIYONGGO KARTIKO NIM: 109051100037
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Analisis Semiotik Terhadap Sampul Majalah Tempo Pada Kasus Korupsi Simulator SIM
Majunya industri media cetak di Indonesia, membuat eksistensi penggunaan gambar ilustrasi pada media cetak semakin kuat. Pentingnya gambar pada sampul majalah adalah untuk menarik minat pembaca agar membeli, karena didalamnya mengandung unsur kritik. Kesan lucu dan menggelitik jika dilihat bagi yang tidak mengetahui maksud di dalamnya. Tidak semua pembaca dapat dengan mudah mengerti makna dibalik gambar ilustrasi tersebut karena tingkat pemahaman seseorang yang berbeda-beda. Majalah Tempo merupakan salah satu media cetak yang menggunakan gambar ilustrasi dalam penyampaian berita kepada pembacanya. Tentu saja selalu mengandung makna-makna yang secara sengaja ingin disampaikan. Simbol dan tanda dalam sebuah karya gambar ilustrasi menjadi suatu usaha yang unik dalam menyampaikan informasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian menggunakan kajian semiotik Charles Sanders Peirce. Pada empat sampul majalah Tempo yang menampilkan kasus korupsi simulator SIM. Gambaran bagaimana konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polisi Republik Indonesia (Polri). Peneliti merumuskan pertanyaan yakni: Petanda apa saja yang terdapat dalam sampul majalah Tempo pada kasus simulator SIM?
Melihat konteks penelitian ini, tinjauan teoritis yang digunakan adalah seiotika Charles Sanders Peirce, yaitu dengan melihat makna atas sign (ikon, indeks, dan simbol), object, dan interpretan. Ikon merupakan tanda yang dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya dalam ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengidentifikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan. Sedangkan simbol merupakan tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif model diskriptif. Data yang didapatkan dalam sampul majalah Tempo, serta dengan buku-buku referensi, wawancara dan dokumentasi.
Setelah melihat empat sampul majalah yang diteliti, maka kesimpulanya petanda yang muncul pada sampul majalah Tempo berkaitan erat dengan kasus korupsi Simulator SIM. Pada empat sampul terdiri tiga kategori, yaitu sosok Irjen Djoko Susilo dengan simbol pemegang proyek Simulator, gambaran petugas KPK yang menyidik Polisi, dan gambaran empat anggota DPR yang menerima suap proyek simulator kemudi. Sehingga Interpretasi peneliti ketika melihat gambar ilustrasi yang ditampilkan pada sampul adalah mengambarkan rangkaian peristiwa kasus korupsi Djoko Susilo dalam proyek Simulator kemudi.
i Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya
kepada allah yang telah memberikan rahmat, dan nikmat yang begitu banyak
sehingga dengan ridho-nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam senantiasa selalu terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW
yang telah memberikan banyak perubahan kepada para umatnya, dari zaman jahiliyah
menuju zaman penuh ilmiyah seprti apa yang kita rasakan sekarang.
Peneliti telah menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir pendidikan Strata satu
(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti menyadari tanpa bantuan dan
bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian sekripsi ini tidak akan
selesai, untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.A,
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M. Ed, M.A, Drs. Jumroni, M.Si,
Wakil Dekan II Bidang Akademik Umum, Drs. Mahmud Jalal, M.A, Serta Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Drs. Wahidin Saputra, M.A.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Rubiyanah, M.A serta Sekertaris Jurusan
Konsentrasi Jurnalistik Ade Rina Farida, M.Si yang telah meluangkan waktunya
ii
Alhamdulillah selesai dengan baik tanpa suatu halangan apapun.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terimakasih atas
ilmu yang telah diberikan kepada peneliti.
5. Segenap Staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi.
6. Teruntuk yang saya hormati kedua orang tuaku , Ibunda (Alm), dan Ayahanda,
dan kakak yang senantiasa memberikan doa, dan kasih sayangnya dikala susah
ataupun senang. Membantu dengan segenap kemampuan doa-doa, sehingga
peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Sahabat peneliti. Jefrri Kaharsyah, Eko Ramanudin, Andrianto, Indi Hikami, Ibnu
Muhajir Saputra, Maulana Adi Subqi, Reza Arga Putra dan Siti Rhohani. semoga
persahabatan ini dan persaudaraan kita akan terus terjalin, sukses selalu untuk
kita. Untuk sahabat Polar, terimakasih atas segala dukunganya.
8. Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung dan mendoakan.
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan sehingga
skripsi ini menjadi jalan penerang bagi peneliti dan bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta ,15 Januari 2014
ABSTRAK………i
F. Sampul Majalah Tempo Terkait Simulator SIM………. 59
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Semiotik Sampul Majalah Tempo ……….66
B. Hasil Temuan Dalam Sampul Majalah Tempo……….…….…..…...67
Gambar 2.1 Semiotika Charles Sanders Peirce………...……42
Gambar 4.1 Sampul Majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012…………...……….…...67
Gambar 4.2 Sampul Majalah Tempo edisi 12 Agustus 2012……….….….75
Gambar 4.3 Sampul Majalah Tempo edisi 8 Oktober 2012……….83
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang MasalahPenyebaran informasi identik dengan teknologi komunikasi. Berbicara tentang
teknologi komunikasi berkaitan dengan alat-alat yang digunakan untuk menyebarkan
informasi tersebut ke khalayak luas, dan alat-alat tersebut lah yang kerap kita sebut
sebagai media komunikasi massa.
Media komunikasi massa adalah media komunikasi modern yang bersifat
massal, yaitu komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar
secara heterogen dan anonim melalui media cetak ataupun elektronik, sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.1
Media massa yang berperan sebagai penyebar informasi mengalami
perkembangan dalam penyampaian dan penyajian informasinya. Banyaknya media
yang bermunculan membuat sebuah media harus ekstra bersaing untuk mendapatkan
tempat di masyarakat, terutama untuk media cetak seperti majalah.
Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya meliputi
bermacam-macam artikel, cerita, gambar, dan iklan.2 Majalah mempunyai fungsi tidak hanya menyebarkan informasi yang ada di sekitar lingkungan masyarakat tetapi
juga memberikan hiburan, baik dalam bentuk tekstual maupun visual seperti gambar.
1
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h.189.
2
Semula gambar ilustrasi pada media massa hanya merupakan selingan belaka.
Namun pada perkembanganya gambar ilustrasi yang juga merupakan salah satu
bentuk komunikasi visual dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik. Penyampaian
kritik dilakukan melalui gambar-gambar lucu dan menarik, sehingga, tidak jarang
juga membuat orang yang dikritik justru tersenyum. Coretan kreatif dalam bentuk
gambar ilustrsi tersebut ternyata mampu mengkritik secara efektif.
Media verbal gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan
pemahaman. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi
tertulis karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri
sendiri, memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas
dan mudah dikenal.3 Kehadiran gambar ilustrasi dalam media massa menjadi sebuah warna. Majalah akan terasa tidak lengkap tanpa keberadaan gambar ilustrasi
didalamnya. Gambar ilustrasi menyajikan informasi dengan cara unik. Berbeda
dengan produk jurnalistik lainya yang menyajikan informasi melalui kata-kata dan
kalimat dan paragraf.
Peneliti melihat bahwa gambar ilustarasi ternyata memiliki kekuatan yang
cukup hebat dalam mempengaruhi opini bahkan tindakan publik. Padahal ia hanya
merupan coretan-coretan pada kertas atau semacamnya. simbol-simbol yang
digunakan pada gammbar ilustrasi sebaiknya mudah dicerna oleh kalayak luas. Agar
sebuah gamabar ilustrasi dapat dimakanai secara tepat maka simbol, tanda dan
hal-hal semacamnya yang tampil dalam gambar ilustrasi hendaknya adalah yang
3
dimengerti bagi audience. Artinya simbol yang dipilih harus memiliki makna yang
sama atau setidaknya mendekati di mata komunikator maupun komunikan. Perbedaan
persepsi mengenai tanda atau simbol antara si pembuat dan pembaca karikatur
merupakan hambatan komunikasi.
Visualisasi adalah cara untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi jelas
secara visual yang mampu menarik emosi pembaca, dan dapat menolong seseorang
untuk menganalisa, merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan
mengimajinasikan pada kejadian yang sebenarnya.4
Pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran pesan yang tidak
terbaca, namun bisa bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis yang menarik.
Meskipun ilustrasi merupakan attention-getter (penarik perhatian) yang paling
efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut juga mampu menunjang
pesan yang terkandung dari sebuah cerita. Dengan ilustrasi, maka pesan menjadi lebih
berkesan, karena pembaca akan lebih mudah mengingat gambar dari pada kata-kata
(teks). Dalam sampul pemilihan judul harus singkat, mudah dibaca, mudah
dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung dalam
buku atau majalah tersebut.5
Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar makna
sosial di balik tindakan manusia. Menurut Heru Nugroho, bahwa dibalik tindakan
4
Artini Kusmiati, Sripudji Astuti dan Pamudji Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, (Jakarta: Djambatan, 1999), h.36.
5
manusia ada makna yang harus ditangkap dan dipahami, sebab manusia melakukan
interaksi sosial melalui saling memahami makna dari masing-masing tindakan.6 Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal). Pada
dasarnya simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada untuk sesuatu yang lain,
kebanyakan di antaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri
untuk institusi, ide, cara berpikir, harapan dan banyak hak lain.7 Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat di gali.
Dengan kata lain, bahasa simbolis memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan
artinya.
Pada penelitian ini peneliti memilih majalah Tempo sebagai objek yang akan
diteliti, karena majalah tersebut merupakan media massa (cetak) yang sering
menampilkan beberapa ilustrasi karikatur sebagai sampul yang sifatnya kritis dalam
memberikan informasi yang selalu terbaru (update) untuk khalayak di segala bidang
(sosial, politik, dan ekonomi). Sehingga menjadikan Tempo majalah yang terbaik
pada industri penerbitan majalah di Indonesia.
Peneliti menaruh perhatian terhadap gambar ilustrasi sampul majalah Tempo
pada edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan11 Maret 2013.
Karena pada sampul tersebut mengangkat isu yang sedang meresahkan masyarakat.
Sejak dimulainya penyelidikan kasus simulator SIM (Surat Izin Mengemudi) di
Lembaga kepolisian Lalu lintas yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) pada awal tahun 2012 lalu hingga pertengahan tahun 2013, memang belum
6
Kuss Indarto, Sketsa di Tanah Mendeka, Kumpulan Karikatur. (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1999), h.1
7
menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Namun beberapa bulan kemudian, sejak
Majalah Tempo mengangkat berita tentang kasus tersebut dengan judul
“SIMSALABIM”, Polisi Repulik Indonesia (POLRI) sebagai pihak yang dirugikan
lantas bergerak memulai penyelidikan dengan memeriksa beberapa saksi terkait.
Sayangnya, penyelidikan yang dilakukan masih berjalan di tempat, hingga KPK
kemudian pada akhir bulan Juli lalu menetapkan seorang tersangka kasus korupsi dan
tindak pidana pencucian uang proyek simulator kemudi di kepolisian Lalu Lintas.
Djoko Susilo dikenal memiliki banyak aset berupa rumah hasil dari pencucian uang.
Masalah kemudian timbul ketika tim Penyidik KPK menggeledah kantor
kepolisian Lalulintas untuk mencari barang bukti. Usai melakukan penggeledahan
dan mendapatkan beberapa barang bukti, Tim Penyidik KPK tidak diperkenankan
keluar meninggalkan gedung tersebut. Sikap dan keberanian KPK yang menggeledah
kantor kepolisian lalulintas dan menetapkan tersangka seorang Jenderal aktif, kontan
saja mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat dan Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM) pegiat anti korupsi.
Selain itu peneliti ingin meneliti gambar ilustrasi sampul tersebut dimana pada
sampul tersebut sosok tersebut sangat berbeda dengan sosok polisi yang sebenarnya.
Polisi merupakan penegak hukum yang bertugas menjaga dan mengayomi
masyarakat serta menjaga keamanan Negara. Justru pada gambar sampul majalah
Tempo terlihat lucu. Pada gambar ilustrasi tersebut sosok polisi digambarkan Djoko
Susilo lengkap dengan seragam yang sedang berdiri dengan muka melas dan sedih.
Dengan posisi tangan memegang pelat nomer bertuliskan “Djoko Susilo D 1 BUI”.
juga ilustrasi yang lain digambarkan seorang polisi yang ditilang oleh petugas KPK
dengan ekspresi muka polisi yang marah, Padahal menilang adalah tugas dari seorang
polisi. Pada gambar lain juga menunjukan sosok seorang polisi lengkap dengan
seragam mengemudikan motor simulator namun pada layar TV terlihat jalan
berliku-liku yang diportal bertuliskan KPK. Agak susah dimengerti maksud dari gambar
ilustrasi tersebut.
Kesan lucu dan menggelitik jika dilihat bagi yang tidak mengetahui maksud
di dalamnya. Karena tidak semua pembaca dapat dengan mudah mengerti makna
dibalik gambar ilustrasi tersebut karena tingkat pemahaman seseorang yang
berbeda-beda. Setiap edisinya majalah Tempo selalu memuat gambar ilustrasi yang tersaji
dalam sampulnya. Tentu saja selalu mengandung makna-makna yang secara sengaja
ingin disampaikan. Simbol dan tanda dalam sebuah karya gambar ilustrasi menjadi
suatu usaha yang unik dalam mentrasformasikan informasi.
Maka peneliti akan meneliti bagaimana semiotika korupsi simulator SIM pada
sampul majalah Tempo. Peneliti ingin mengupas lebih dalam mengenai tanda-tanda
yang ada pada gambar ilustrasi kaver majalah Tempo. Peneliti melihat fenomena
sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan bentuk tanda-tanda, dimana
ada aturan yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Dalam kasus ini
adalah majalah Tempo.
Untuk dapat merepresentasikan kasus silmulator SIM pada sampul majalah
Tempo di ke-empat edisi tersebut penulis menggunakan pendekatan teori semiotika.
berdasarkan tanda-tanda visual dan kata-kata yang terkandung. Dengan tujuan untuk
mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada.8
Dalam penelitian ini akan dibahas simbol, tanda, lambang dan gambar. Oleh
karena itu penelitian ini akan menggunakan analisis semiotik. Peneliti akan mencoba
membaca tanda melalui analisis semiotik. Semiotik atau semiologi adalah ilmu tanda.
Semiotik berasal dari bahasa yunani semion yang berarti tanda. Semiotika
diperkenalkan oleh Charles sanders pierce dan Ferdinand de Saussure yang juga
merupakan bapak semiotika. Meskipun semiotika merupakan ilmu dalam sastra
penggunaanya tidak lepas dari bidang seni dan komunikasi visual.
Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Pierce, maka
tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang
digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks dan simbol. Dari interpretasi tersebut,
maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi kaver
majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11
Maret 2013. Oleh karena itu, menarik kiranya penulis melakukan penelitian yang
berjudul “Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator SIM”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan oleh penulis di atas, maka
penulis membatasi penelitian pada sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus
8
2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013. Yang
menampilkan gambar ilustrasi kasus korupsi simulator SIM.
2. Rumusan Masalah
Merujuk batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana petanda yang terdapat pada sampul majalah Tempo terkait kasus
simulator SIM?
b. Bagaimana objek yang terdapat pada sampul majalah Tempo terkait kasus
simulator SIM?
c. Bagaimana interpretasi peneliti menganai sampul majalah Tempo terkait
kasus simulator SIM?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara spesifik tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui petanda pada sampul majalah Tempo terkait kasus
korupsi simulator SIM
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kajian ilmu
komunikasi. Terutama dalam konteks analisis semiotika korupsi pada
sampul majalah Tempo terkait kasus Simulator SIM.
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil riset, terutama
bidang komunikasi massa dengan fokus pada analisis semiotik Sampul
majalah.
2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi komunikasi,
terlebih Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, agar lebih kritis dalam melihat
gambar ilustrasi yang mengandung berita.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode dan Paradigma Penelitian
Agar memudahkan dalam proses penelitian, maka metodologi yang digunakan
adalah Analisis semiotika dengan jenis kualitatif. Metode semiotik yang
peneliti lakukan memakai metode analisis semiotika teori Charles Sanders
pierce. Dengan berdasarkan kepada paradikma kritis yaitu usaha untuk
melakukan analisis secara tajam dan teliti terhadap realitas yang terjadi.
Pendekatan kritis ini lebih menggunakan fakta-fakta yang terjadi dan lebih
menggunakan logika dalam pemahaman makna.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Dalam masalah ini subjek penelitian adalah sampul majalah Tempo Edisi 6
Agustus 2012 dengan judul Simsalabim Jendral SIM, 12 Agustus 2012
dengan judul Mengapa Polisi Bertahan, 8 Oktober 2012 dengan judul
Herman Herry, Nazaruddin, Bambang Soesatyo Terseteret Simulator. Empat
edisi tersebut mengangkat pemberitaan tentang kasus korupsi Simulator SIM.
pemberitaan ini ditunggu-tunggu masyarakat, karena merupakan sejarah baru
ketika Inspektur Jendral Djoko Susilo ditetapkan sebagai tersangka korupsi
pada proyek Simulator kemudi.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah mengenai kasus korupsi simulator SIM pada
sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober
2012, dan11 Maret 2013.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Data Primer
Sumber data primer dari penelitian yaitu majalah Tempo Edisi 6 Agustus
2012 dengan judul Simsalabim Jendral SIM, 12 Agustus 2012 dengan
judul Mengapa Polisi Bertahan, 8 Oktober 2012 dengan judul Mengapa
Polisi Kalap, dan11 Maret 2013 dengan judul Aziz syamsuddin, Herman
Herry, Nazaruddin, Bambang Soesatyo Terseteret Simulator. Dari data
yang sudah dikumpulkan tersebut maka penelitian dapat dilakukan.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder dari penelitian ini yaitu dengan melakukan
informasi yang berkaitan dengan penelitian. Dimana wawancara adalah
metode yang digunakn untuk memperoleh informasi secara langsung,
mendalam, tidak terstruktur, dan individual.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dengan semiotika model Charles Sanders Peirce
tiga dari elemen utama tersebut, yang disebut peirce sebagai teori segitiga
makna triangle meaning.9 yang membagi tanda atas representamen, Object dan interpretant. Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata.
Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sehingga, yang akan
dianalisis sign dan object terkait gambar ilustrasi sampul majalah Tempo.
Sementara interpretant adalah pemahaman makna yang muncul dalam diri
penerima tanda khususnya peneliti.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul penelitian ini penulis sudah mengadakan tinjauan
pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Peneliti belum
menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Ada beberapa
skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, namun berbeda dengan yang peneliti teliti,
diantaranya:
9
Analisis Semiotik Komik Strip Benny & Mice di Harian Kompas edisi 1
Bulan Desember 2007 yang disusun oleh Nasuri mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam.
Selain itu peneliti juga skripsi berjudul “Analisis Semiotika Foto Berita
Headline Koran Tempo karya Angga Rizal Nurhuda mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prodi Konsentrasi
Jurnalistik.
Dengan begitu maka maka peneliti mengambil mengambil kesimpulan belum
ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator SIM di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah
(skripsi, tesis, dan desertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality
Development And Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pembahasan dan penelitian dibagi ke dalam V bab. Dalam setiap babnya akan
dibagi ke dalam sub bab, adapun sistematika penulisanya adalah sebagai berikut:
BAB I : Latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
BAB II : Pengertian Majalah, Pemaknaan Dalam Sampul Majalah, Semiotika Charles Sanders Peirce.
BAB III: Gambaran umum dan sejarah singkat majalah Tempo, perkembangan Sirkulasi / distribusi, Perkembangan perusahaan Tempo, visi dan misi
majalah Tempo, Prestasi Majalah Tempo, sampul majalah tempo tekait kasus simulator SIM.
BAB IV: Temuan dan analisis data, analisis makna dibalik gambar ilustrasi sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8
Oktober 2012, dan 11 Maret 2013.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Majalah
Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagi liputan
jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca. Dan
menurut waktu penerbitanya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan,
mingguan dan sebagainya. Dan menurut penkhususan isinya dibedakan atas majalah
berita, wanita remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya
(KBBI,2002:698)
Sementara pandagan Dewitt Wallace bahwa majalah merupakan media massa
terbesar adalah karena majalah ini berusaha melayani audien massal.1 Majalah menyajikan ringkasan berita berdasarkan kategori seperti persoalan-persoalan
kehidupan manusia yang aktual. Karena para pembaca biasanya menyukai majalah
yang menampilkan berita yang fokus pada orang sukses dan terkenal. Selain itu
kategori terbesar adalah persoalan-persoalan politik seperti, Majalah Tempo yang
terbit seminggu sekali.
Majalah merupakan medium yang pervasife. Bukan hanya untuk orang atas
tetapi banyak juga majalah yang diterbitkan untuk kalangan bawah, yang berarti
bahwa peran medium majalah melintasi hampir seluruh lapisan masyarakat. Bahkan
1
orang buta huruf dapat memperoleh kesenangan dan manfaat dari majalah yang
umumnya dapat memuat gambar dan warna.
Penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, menurut
bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua
jenis yakni Majalah umum, yaitu majalah yang membuat karangan-karangan
pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibu, gambar-gambar, olahraga,
film, seni, dll. Majalah khusus, seperti majalah wanita, majalah keluaraga, majalah
humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen,dll.2
Menurut Muchtar Lubis, majalah dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Majalah Umum
Majalah yang berisikan tentang politik, kebudayaan, fiksi, karangan, pengetahuan umum, pelipur lara, hiburan, olahraga, film, dan sebagainya.
2. Majalah Khusus
Majalah yang hanya berisikan mengenai bidang khusus, seperti majalah wanita, majalah pria, majalah remaja, dan anak-anak. Majalah yang demikian memiliki perasaan yang cukup luas terutama dikota-kota besar.3
Menurut pendapat Muchtar Lubis di atas, secara umum dapat dipahami
bahwa majalah menciptakan pasar sendiri untuk suatu produk, maka hubungan
majalah dengan khalayaknya dapat diterima karena setiap majalah lebih diarahkan
untuk kepentingan khalayak tersebut.
2
Kurnia Efendi, Ensiklopedia Pers Indonesia,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h.154-155
3
Dapat dipahami pula secara khusus bahwa majalah memiliki jangkauan
khalayak yang cukup luas. Namun jenisnya cukup bervariasi sehingga masing-masing
dapat mewakili berbagai kepentingan atau selera pembaca.
Dari penggabungan definisi majalah umum dan khusus, majalah dapat
didefinisikan sebagai suatu media massa yang berfungsi sebagai media informasi
yang diberikan kepada khalayak secara luas, karena berita bersifat universal, dengan
kata lain isi berita yang disampaikan berkaitan dengan kehidupan manusia dari
berbagai aspek.
Menurut Wilbur Schram yang dikutip oleh Asep Syamsul M. Romli
mengatakan bahwa khalayak pembaca akan terpikat minatnya, manakala, apa yang
mereka baca berkaitan dengan kebutuhan dan menyajikan sarana tentang cara
memperoleh kebutuhan itu.4
Jurnalisme memuat berita meliput secara menyeluruh, dengan menggunakan
wawancara kepada berbagai sumber bukan hanya bicara dengan tokoh yang diangkat
profilnya, tetapi juga dengan orang-orang yang dapat memberi komentar, tentang
sang tokoh yang termaksud kawan dan lawannya. Upaya semacam ini kerap
memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Tipe majalah
ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya sejak awal redaksi sudah
menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita
dewa, pria dewasa, atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa.
4
Selain dengan sifat atau karakteristiknya majalah dapat dijadikan publikasi
yang beraneka ragam . ciri khas dari majalah adalah dapat dibaca berulang-ulang kali,
sehingga dapat dipahami atau dihaval sampai mendetail.5
Menurut Elvinari Ardianto dan Lukiati Erdinaya Majalah mempunyai
karakteristik yang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Penyajian lebih dalam
Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya punya waktu yang cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga mempunyai waktu yang leluasan untuk melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut, sehingga penyajian berita dan informasi dapat dibahas secara lebih dalam.
b. Nilai aktualitas lebih lama
Nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Karena dalam mebaca majalah tidak akan pernah tuntas sekaligus. Pada hari pertama mungkin hanya membaca topik yang disenangi atau topik yang relevan dengan profesi, hari esok dan seterusnya membaca topik lain sebagai referensi.
c. Gambar atau foto lebih banyak
Majalah juga mempunyai gambar atau foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik
d. Cover (sampul) sebagai daya tarik
Sampul majalah merupakan daya tarik tersendiri, karena sampul majalah menggunakan kertas yang bagus dengan gambar yang menarik.6
Majalah mempunyai sampul atau sampul untuk menarik perhatian konsumen,
agar terpengaruh oleh tanda-tanda yang terdapat pada sampul. Peneliti mengkaitkan
kajian semiotika dengan sampul yang terdapat pada Majalah Tempo edisi yang
memuat sampul tentang kasus korupsi simulator SIM yang melibatkan petinggi
5
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: logos, 1999), h.26-30
6
kepolisian. Banyak tanda-tanda yang terdapat pada sampul Majalah Tempo tersebut,
setiap tanda memiliki makna yang akan disampaikan kepada khalayak. Sampul
Majalah Tempo sebagai bahan penelitian bagi peneliti, dan merupakan suatu tanda
yang mempunyai pesan terhadap khalayak dalam sampul tersebut.
Majalah yang terbitan berkala yang berisi berbagai macam artikel dalam
subyek yang berisi seperti informasi, cerita, tips, fashion, hobi dan sebagainya.
Majalah biasanya ditrbitkan mingguan, dwi mingguan, atau bulanan. Majalah
memiliki artikel mengenai topik populer yang ditunjukan pada masyarakat umum dan
ditulis dalam gaya bahasa yang menarik dan mudah dimengerti oleh orang banyak.
Penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, menurut
bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua
jenis yakni Majalah umum, yaitu majalah yang membuat karangan-karangan
pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibu, gambar-gambar, olahraga,
film, seni, dll. Majalah khusus, seperti majalah wanita, majalah keluaraga, majalah
humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen,dll.7
Eksistensi majalah muncul karena kebutuhan masyarakat akan informasi
beragam sesuai gaya hidup masyarakat saat ini. Maka tak heran banyak berbagai
macam ragam majalah beredar saat ini, yang disesuaikan dengan segmentasinya.
Majalah juga berperan sebagai penyampai dan penafsiran pesan. Terlepas dari
segala kekuranganya, majalah memilki kelebihan diantaranya adalah:
1. Analisis beritanya lebih panjang lebar (jurnalisme Interpretative)
7
2. Dibanding Koran, majalah lebih kuat mengikat emosi pembacanya
3. Memiliki perspektif (pandangan) nasional sehingga terbatas dari
sentiment kedaerahan.
4. Ia merupakan sumber rujukan sehari-hari yang murah. Majalah
membahas segala macam masalah dari yang kecil sampai masalah
yang penting
5. Interpretasi berita oleh majalah bisa menjadi sumbar pendidikan
umum. Artikel tentang sejarah, biografi, ds, bisa menjadi sumber
pengetahuan yang bermanfaat.
Selain dengan sifat atau karakteristiknya majalah dapat dijadikan publikasi
yang beraneka ragam . ciri khas dari majalah adalah dapat dibaca berulang-ulang kali,
sehingga dapat dipahami atau dihaval sampai mendetail.8
B. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah 1. Sampul Majalah
Salah satu ciri khas dari majalah berita adalah desain sampul atau halaman 1.
Majalah berita menampilkan satu berita utama atau satu fokus utama. Ukuran
publikasi, yang biasanya berukuran tabloid atau 8.5 x 11 inci, menyebabkan fokus
harus seperti itu. Sampul sering juga dilengkapi dengan teaser headline tentang berita
lain yang ada di publikasi.9
8
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: logos, 1999), h.26-30
9
pada sebuah majalah terdapat ruang lingkup desain, yaitu tentang sampul
majalah. Elemen visual pada sampul majalah saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Tipografi, ilustrasi, dan warna adalah beberapa elemen visual untuk
menciptakan komposisi yang menarik pada sebuah sampul majalah.
Sampul majalah adalah sampul halaman depan yang membuat identitas
perusahaan dan menghinpun isi pemberitaan verbal dan visual yang berkaitan dengan
materi pemberitaan agar menarik pembaca. Unsur- unsur yang harus ada pada sebuah
sampul majalah adalah ukuran dasar dari majalah tersebut (ukuran saku atau ukuran
tabloid), logo, fotografi, warna dasar, keterangan mengenai jadwal penerbitan,
pencamtuman harga, headline (judul artikel dan sub judul artikel). Unsur-unsur ini
memiliki fungsi praktis dan fungsi komunikasi yang mewakili konsep yang diberikan
perusahaan majalah untuk selanjutnya diterbitkan.
Pengertian sampul menurut Dja’far H.Assegaf sebagai sampul “lembaran
kertas paling luar depan belakang pada buku yang lebih tebal dari kertas isinya”.10 Sedangkan sampul sebagai kulit dijelaskan Assegaf sebagai “Lapisan depan
atau belakang dari suatu majalah yang lazimnya memuat judul majalah dan berisikan
gambar yang menarik”.11
Kemudian Onong Uchjana mendefinisikan sampul sebagai “lembaran bagian
luar dari majalah atau buku dimana tertera nama atau judul dan media yang yang
bersangkutan”.12
10
Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar Kepraktekan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 127.
11
Dari beberapa definisi di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa sampul
adalah lembaran kertas yang lebih tebal dari kertas isinya, terdapat di halaman paling
luar depan atau belakang, dan dibuat untuk menarik perhatian pembaca. Sampul juga
dapat membuat citra dan karakter penerbit yang membuatnya.
Sampul dalam sebuah majalah seperti halnya etalase sebuah toko yang akan
mendorong pembaca untuk mengetahui isi kedalamannya. Karena itu, halaman depan
sampul majalah itu harus menarik perhatian pembaca.
Pentingnya sebuah sampul merupakan bagian dari suatu strategi yang tidak
dapat dipandang remeh. Posisi sampul justru menentukan penilaian pembacanya
dalam memaknakan sampul tersebut. Karena sampul dapat mempengaruhi calon
pembaca dan tentunya dapat menumbuhkan kesan terhadap identitas media yang
bersangkutan. Cara media menghiasi sampul salah satunya menggunakan informasi
bergambar.
Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi (melulu)
tertulis, karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Dibandingkan
media verbal, gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan
pemahaman. Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang mudah dipahami dan
merupakan “simbol “ yang jelas dan mudah dikenal. Pembuatan suatu “gambar
komunikasi “, dimaksudkan untuk mendukung suatu pesan. Ada beberapa bentuk
gambar komunikasi, antara lain ilustrasi, logo, atau karikatur.
12
Dalam hal ini adalah sampul berbentuk gambar karikatur Majalah Tempo
yang disajikan kepada khalayak yang mempunyai makna.
Selain itu sampul adalah halaman pertama yang ditampilkan oleh sebuah
majalah yang berisi foto atau gambar ilustrasi, headline dan warna. Foto atau ilustrasi
adalah gambar yang menjelaskan apa isi dari majalah tersebut, biasanya selalu
berhubungan dengan headline. Headline adalah judul artikel yang sedang dibahas
oleh majalah dalam setiap edisisnya.
Sampul dalam sebuah buku atau majalah merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan. Peranan sampul sangat penting, karena pada saat akan membeli buku atau
majalah yang pertama kali dilihat adalah sampul atau gambar ilustrasinya. Pemilihan
judul (teks) harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti, dan secara langsung
dapat menginformasikan isi yang terkandung didalamnya. Jika tampilan sampul
dibuat menarik makan akan membuat seseorang tertarik untuk membeli majalah
tersebut. Informasi berita yang panjang di sampul harus menarik bagi banyak
pembaca. Focus berita ini harus dilaporkan dan disajikan dengan amat cermat dan
ditulis serta disunting dengan baik.13
Sampul dibuat untuk membantu calon konsumen dalam hal pemahaman pesan
yang ingin disampaikan oleh seorang penulis tentang apa yang ada didalamnya.
Melalui gambar ilustrasi pada sampul, seorang penulis dapat menuangkan ide dan
kreatifitasnya sebagai salah satu kesatuan dari karya sastra yang dihasilkan, selain itu
ada misi tertentu yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada khalayak umum.
Gambar secara visual pada sampul mampu mengomunikasikan pesan dengan cepat
13
dan berkesan, sebuah gambar ilustrasi yang tepat pemilihanya maka bisa memiliki
nilai yang sama dengan ribuan kata. Visualisasi adalah cara atau sarana yang tepat
untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas, penampilan secara visual
selalu mampu menarik emosi pembacanya.
Banyak penerbitan yang digunakan sebagai media, tetapi penggunanya
disesuaikan dengan tujuan bidang-bidang tertentu. Kapan akan digunakanya,
tergantung pada jenis, serta jumlah artikel yang akan ditulis. Tetapi yang paling
penting adalah bentuk perwajahan penerbitan, sehingga perlu adanya perencanaan
desain yang baik dari setiap unsur yang akan ditampilkan.
Unsur-unsur penerbitan antara lain berupa tanda simbol, gunanya untuk
membantu pembaca untuk mengikuti alur suatu tulisan. Jika tanda-tanda atau simbol,
gunanya untuk membantu pembaca alur suatu tulisan. Jika tanda-tanda atau simbol
memilki bentuk yang sama semua, tentu pembaca akan sulit membedakan serta
memahami apa yang dimaksud dengan simbol tersebut.
2. Komunikasi visual
Dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komuniksi visual adalah sistem
semiotika khusus, dengan perbendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks (syntagm)
yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam sistem, semiotika
komunikasi visual melekat fungsi komunikasi. Yaitu fungsi tanda dalam
menyampaikan pesan (massage) dari sebuah pengirim pesan (sender) kepada para
Semiotika visual pada dasarnya merupakan salah sebuah bidang studi
semiotika yang secara khusus menaruh minat pada penyelidikan terhadap segala jenis
makna yang disampaikan melalui sarana indra lihatan (visual senses).14
Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam karya desain komunikasi
visual disosialisasikan kepada khalayak melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat
dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Danda verbal adalah aspek
bahasa, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat
dari cara menggabarkanya, apakah secara ikonis, indeksial, atau simbolis, dan
bagaimana cara mengungkapkan idiom estetinya. Tanda-tanda yang dilihat dan
dibaca dari dua aspek seecara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari
hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.15
Agar pesan mampu menarik perhatian calon konsumen, maka karya desain
komunikasi visual harus menawarkan ekskusivisme, keistimewaan, dan kekhususan
yang kemudian dapat memberikan akhibat berupa ketertarikan calon konsumen
untuk membeli. Contohnya dalah sampul majalah, sampul majalah harus dibuat
semenarik mungkin agar calon pembaca tertarik untuk membeli majalah tersebut,
karena biasanya sebelum membeli calon pembaca melihat dahulu sampulnya, apakah
menarik atau tidak. Strategi semacam ini sengaja dilakukan karena produk desain
komunikasi visual, yang salah satunya adalah sampul majalah hanyalah sekedar “alat
pembius” bagi produsen untuk berburu konsumen.16
14
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, Dan Problem Ikonsitas, (Yogyakarta:Jalasutra, 2011), h.9.
15
Sumbo Tinarbuko, semiotika komunikasi visual, (Yogyakarta:Jalasutra,2008)h.9-10.
16
Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan
tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian semiotika
dibedakan atas dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.17 Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang
salah satu diantarnya mengasumsikanya dalam adanya enam faktor dalam
komunikasi, yaitu pengirim, penerima, kode pesan, saluran komunikasi dan acuan
(hal yang dibicarakan). Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada
teori tanda dan pemahamannya suatu konteks tertentu.18 Dalam hal ini yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada
penerimaan. Tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya, karena tujuan
dari komunikasi pada hal ini tidak dipersoalkan.
Ketika semua bentuk komunikasi adalah tanda, maka dunia ini penuh dengan
tanda. Ketika kita berkomunikasi, kita mencipatakan tanda sekaligus makna. Dalam
perpektif semiotika, pada akhirnya komunikasi akan menjadi suatu ilmu untuk
mengungkapkan pemaknaan dari tanda yang diciptakan oleh proses komunikasi itu
sendiri.
3. Warna
Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kewajiban
pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam
untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya
rasa haru, sedih, gembira, mood atau semangat, dan lain-lain. Secara visual, warna
17
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), h.12
18
memiliki kekuatan yang mempu mempengaruhi citra orang yang melihatnya.
Masing–masing warna mampu memberikan respon secara psikologis. Warna selalu
dipakai orang di semua segi kehidupan. Hal itu membuktikan bahwa warna
benar-benar menjadi sesuatu yang berarti dalam kehidupan manusi.19
Penggunaan warna yang tidak tepat di headline akan mempengaruhi persepsi
pembaca terhadap isi berita dan nilai berita. Teks isi yang berwarna akan menyebakan
pembaca lambat dalam memproses informasi dan bahkan menyebabkan mereka
enggan emembacanya.
Beberapa warna tidak tepat dipakai. Warna seperti kuning adalah sulit dibaca
dan akan menciptakan isi yang samar dan sulit dibaca. Sedangkan warna yang kuat
dan hangat, seperti merah adalah warna yang lebih baik untuk teks yang baik adalah
hitam diatas putih. Tipe sebaliknya, putih diatas hitam, akan memperlambat pembaca
dan menciptakan area tulisan padat di majalah.20 1. Merah
Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan.
2. Putih
Menunjukkan kedamaian, Permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan, cahaya, takbersalah, keamanan, persatuan.
3. Hitam
Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak
19
Adi Kusrianto, pengantarDesain Komunikasi Visual,( penerbit ANDI, Yogyakarta,2007), h.46-47
20
bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar (underground), modern music, harga diri, anti kemapanan.
4. Biru
Memberikan kesan Komunikasi, Peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari adlam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang. 5. Hijau
Menunjukkan warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban, tanaman dan pohon, kesuburan, pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan, ketergantungan dan persahabatan. 6. Kuning
Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, tekanan mental, persepsi, pemahaman, kebijaksanaan, penghianatan, kecemburuan, penipuan, kelemahan, penakut, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi, harapan, musim panas, filosofi, ketidakpastian,resah dan curiga.
7. Ungu
Menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri, pencerahan, telepati, empati, arogan, intuisi, kepercayaan yang dalam, ambisi, magic atau keajaiban, harga diri.
8. Cokelat
Menunjukkan Persahabatan, kejadian yang khusus, bumi, pemikiran yang materialis, reliabilitas, kedamaian, produktivitas, praktis, kerja keras. 9. Abu-Abu
Mencerminkan keamanan, kepandaian, tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam, tenang.
10. Emas
Mencerminkan prestis (kedudukan), kesehatan, keamanan, kegembiraan, kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalam hati, kekuatan mistis, ilmu pengetahuan, perasaan kagum, konsentrasi.21
4. Tipografi
Tipografi dalam dalam konteks komunikasi visual mencakup pemilihan
bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau
kalimat.22
21
Pengorganisasian disini meliputi pengaturan jarak antar baris, antar huruf,
antar kata, spasi, termasuk memastikan bentuk atau anotomi huruf yang sebaiknya
memiliki perbedaan dengan angka, missal huruf “i” capital sebaiknya tidak sama
dengan angka 1.
Huruf dan tipografi dalam perkembanganya menjadi ujung tombak guna
menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang,
bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan.
Dalam perkembanganya, ada lebih dari seribu macam huruf Romawi atau latin
yang telah diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf tersebut sejatinya merupakan
hasil perkawinan silang lima jenis huruf berikut ini23:
1. Huruf Romein. Garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara teba-tipis
dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiapbatang hurufnya. Jenis
huruf ini meliputi: Baskerville, Garamond, perpetua.
2. Huruf Egyptian. Garis hurufnya memiliki ukuran sama tebal pada setiap
sisinya, kaki atau kaitnya berbentuk lurus atau kaku. Jenis huruf ini meliputi:
Calibri,Century, Verdana.
3. Huruf Sans Serif. Garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kaki atau
kait. Jenis huruf ini meliputi: Bookman, Candara.
22
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,(Yogyakarta:Jalasutra, 2008), h.98 23
4. Huruf Miscellaneous. Jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya
daripada nilai komunikasinya. Bentuknya senantiasa mengedepankan aspek
dekoratif dan ornamental. Jenis huruf ini meliputi: Chiller, Curlz, Gigi
5. Huruf Script. Jenis huruf ini menyerupai tulisan tangan dan bersifat spontan.
Jenis huruf ini meliputi: Brush Script, French Script Monotype.
Sementara itu, Danton Sihombing mengelompokan keluarga huruf berdasarkan latar
belakang sejarahnya24:
1. Old Style, jenis huruf ini meliputi: Bembo, Caslon, Galliard, Garamond.
2. Transitional, jenis huruf ini meliputi : Baskerville, Perpetua, Times New
Roman.
3. Modern, jenis huruf ini meliputi: Bodoni
4. Egyptian, jenis huruf ini meliputi: Bookman, Serifa
5. Sans erif, jenis huruf ini meliputi: Franklin Gothic, Future, Gill Sans, Optima.
Huruf-huruf tertentu dalam melakukan aktivitas perancangan. Ia harus menjadikan
rangkaian huruf (kata atau kalimat) tidak sekedar bisa dibaca dan dimengerti
maknanya. Tetapi lebih dari itu, seorang desainer komunikasi visual harus piawai
menampilkan tipografi yang enak dipandang mata dan lebih melancarkan pembaca
dalam memahami media komunikasi visual. Dengan demikian, keberadaan tipografi
dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting. sebab, perencanaan
dan pemilihan tipografi yang tepat, baik ukuran, warna, maupun bentuk, diyakini
mampu menguatkan isi pesan verbal tersebut.
24
Tipografi dalam konteks komunikasi visual mencakup pemilihan
bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau
kalimat yang sesuai dengan karakter pesan (sosial atau komersial) yang ingin
disampaikan.25
Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujung tombak guna
menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang
bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan atau target sasaran.
Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih dan menata huruf untuk pelbagai
kepentingan menyampaikan informasi berbentuk pesan sosial ataupun komersial.
Dewasa ini, perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi
digital. Huruf yang telah disusun secara tipografis merupakan elemen dasar dalam
membentuk sebuah tampilan desain komunikasi visual. Hal ini diyakini dapat
memberikan inspirasi untuk membuat suatu komposisi yang menarik. Sedangkan
bentuk-bentuk tipografi itu sendiri dapat dipergunakan secara terpisah atau dapat pula
dikomposisikan dengan materi lain seperti ilustrasi hand drawing ataupun image.
Danton Sihombing mengelompokkan keluarga huruf berdasarkan latar
belakang sejarahnya:
1. Old Style, jenis huruf ini meliputi : Bembo, Caslon, Galliard, Garamond. 2. Transitional, jenis huruf ini meliputi : baskerville, Perpetua, Times New
Roman.
3. Modern, jenis huruf ini meliputi : Bodoni
4. Egyptian atau Slab Serif, jenis huruf ini meliputi : Bookman, Serifa.
25
5. Sans Serif, jenis huruf ini meliputi : Franklin Gothic, Futura, Gill Sans, Optima.26
Sejatinya masing-masing huruf harus menjadikan rangkaian huruf (kata atau
kalimat) tidak sekedar bisa dibaca dan dimengerti maknanya. Tetapi lebih dari itu,
seorang desainer komunikasi visual harus piawai menampilkan tipografi yang enak
dipandang mata dan lebih melancarkan pembaca dalam memahami media komunikasi
visual. Dengan demikian, keberadaan tipografi dalam rancangan karya desain
komunikasi visual sangat penting. Sebab, perencanaan dan pemilihan tipografi yang
tepat, baik ukuran, warna, maupun bentuk, diyakini mampu menguatkan isi pesan
verbal desain komunikasi visual tersebut.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi mudah tidaknya ketersampaian
sebuah pesan verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual, di
antaranya: pertama, latar belakang, yakni warna dasar dan tekstur yang digunakan.
Teks menjadi unsur utama dari sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala
keberadaan warna huruf dan latarnya cukup kontras
Kedua, besar huruf yang digunakan. Ukuran standar teks adalah antara 6
sampai 10 point, tergantung luas ruangan yang tersedia dan banyak sedikitnya teks
yang akan ditampilkan, juga menyesuaikan keluarga huruf yang ingin ditampilkan.
Selain itu, keluarga huruf terdiri dari kembangan yang berakar dari struktur
bentuk dasar (regular) sebuah alfabet dan setiap perubahan huruf masih memiliki
kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dalam keluarga huruf dibagi
menjadi tiga bentuk pengembangan : (1)kelompok berat terdiri atas light, regular,
26
dan bold. (2) Kelompok proporsi condesed, regular, dan extended. (3) kelompok
kemiringan yaitu italic. Ketiga, spasi antarhuruf, kata, maupun jarak antar baris
kalimat. Keempat, faktor-faktor subjektif seperti jarak baca maupun kualitas
penerangan ketika membaca.27
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka ketika desainer komunikasi visual
mahir mengusai tipografi yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi yang
bersifat sosial ataupun komersial, maka sejatinya sang desainer tersebut mampu
memposisikan dirinya sebagai kurir komunikasi (visual) yang bertanggung jawab
kepada masyarakat luas yang dijadikan target.
Dalam Social Communication seperti dikutip Bebe Idah Maryam28, ada beberapa factor yang mempengaruhi mudah tidaknya ketersampaian sebuah pesan
verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual, di antaranya: latar
belakang, yakni warna dan tekstur yang digunakan. Teks menjadi unsure utama dari
sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala keberadaan huruf dan latarnya
cukup kontras.
5. Karikatur
Karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian menjadi salah
kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik dan sebagainya berarti telah
menjadi kartun opini. Dengan kata lain, kartun yang membawa pesan kritik sosial,
27
Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desan Grafis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),, h. 28.
28
yang muncul disetiap penerbitan media massa political cartoon atau editorial
cartoon, yakni versi lain dari editorial atau tajuk rencana dalam versi gambar
humor.29
Menurut Sudarta, kartun adalah semua gambar humor, termaksud karikatur itu
sendiri sedangkan karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang,
biasanya orang terkenal, dengan mempercantiknya dengan penggambaran ciri khas
lahiriahnya untuk tujuan mengejek.30
Kartun Opini atau kartun editorial dalam media pers harus sejalan dengan
kebijakan media dan konteks di masyarakat. Redaksi menganggap penting kartun
opininya karena sebagai cermin kualitas media. Sudut pandang redaksi dan bagian
yang peka ada misi yang diemban, yaitu dalam jurnalistik, media, dan humor.
Alex sobur mengatakan bahwa sebagian kartun opini setidaknya adalah empat
hal teknis yang harus diingat. Pertama, harus informatif dan komunikatif; Kedua
harus situasional dengan pengungkapan yang hangat; Ketiga cukup memuat
kandungan humor; Keempat harus mempunyai gambar yang baik.31
Media memakai tanda-tanda visual berupa gambar yang dituangkan dalam
bentuk kartun. Sebuah gambar memiliki makna tertentu seperti halnya teks tulisan.
Terlebih gambar tersebut ditambah humor dengan bobot cerita yang menarik.
Jika dikaitkan dengan karikatur pada sampul Majalah Tempo dalam penelitian
ini. Maka yang dimaksud kartun disini adalah karun opini atau kartun editorial yang
isi kartunnya biasanya mengangkat situasi politik, sosial, dan sebagainya. Kartun
29
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h. 138-139. 30
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003),,h. 138. 31
dibuat dengan lelucon dan sarat dengan kritik tajam terhadap prilaku serta kebijakan
tokoh. Sifat kartun yang harus informatif, komunikatif, situasional dengan
mengungkapkan yang hangat, memuat humor dan memiliki gambar yang baik,
sehingga memberikan keuntungan dalam penyampaian kritik dengan sasaran
pembaca. Kartunis harus mampu menyampaikan pesan dengan sedikit rangkaian kata
kepada pembaca, agar kritik tersebut dapat dipahami pembaca dan pesan dapat
tersampaikan. Tugas kartunis adalah mengangkat masalah secara unik agar pembaca
dapat mengungkap sisi lain dalam memandang suatu masalah dengan ciri khasnya
tertentu. Namun, pembaca tentu dapat menafsirkan sendiri suatu masalah yang
diangkat dan tidak sesuai dengan pandangan kartunis.
C. Semiotika Charles Sanders Peirce
Berdasarkan pandangan semiotika, bila diseluruh praktik sosial dapat
dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai
tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.
Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhugungan
denganya: cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimnya, dan
penerimanya oleh mereka yang mempergunakanya.32
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.33 semiotika adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tanda-tanda,
lambang-lambang, sistem-sistemnya dan prosesnya.34
Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang
tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks,iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya
amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna
tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna
tanda tersebut berada.35
Diantara sekian banyak pakar tentang semiotika, Charles Sanders Peirce
(1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang dapat dianggap sebagai
pemuka-pemuka semiotika modern. Kedua kedua tokoh inilah yang muncul dua
aliran utama semiotika modern, yang satu menggunakan konsep Peirce dan yang lain
menggunakan konsep Saussure. Ketidaksamaan ini mungkin terutama disebabkan
oleh perbedaan yang mendasar, yaitu Saussure adalah cikal-bakal linguistik umum
kedua tokoh tersebut menggunakan ilmu semiotika secara terpisah dan saling
mengenal satu sama lain. Pemahaman atas dua gagasan ini merupakan syarat mutlak
bagi mereka yang ingin memperoleh pengetahuan dasar tentang semiotika.
Semiotika menurut Charles Sanders Peirce adalah tidak lain dari pada sebuah
nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.36 Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan
sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda melainkan dunia itu sendiri terkait
33
Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2009), hal.15 34
Puji Santosa, Ancangan Semiotika Dan Pengkajian Susastra,( Bandung:Angkasa, 1931), h.3
35
Rachmat Krisyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi,(Jakarta:Kencana,2006), h.262.
36
dengan pikiran manusia.37 penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda.
Sementara bagi Ferdinand de Saussure, semiotika adalah sebuah ilmu umum
tentang tanda,”suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam
masyarakat”. Tujuanya adalah untuk menunjukan bagaimana terbentuknya
tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.
Sausure tidak pernah berprestasi menjadi semiotikus karena pusat minatnya
bahasa. Namun dialah orang yang pertama kali mencetuskan gagasan untuk melihat
bahasa sebagai sistem tanda. Saussure yang ditetapkan pada tanda: penanda dan
petanda akhirnya mempengaruhi banyak semiotikus Eropa. Sedikitnya ada tiga aliran
yang diturunkan dari tanda Saussure.
Pertama, semiotik komunikasi yang menekuni tanda sebagai bagian dari
proses komunikasi. Kedua, semiotika konotasi, yaitu yang mempelajari makna
konotatif dari tanda. ketiga, yang sebenarnya merupakan aliran didalam semiotik
komunikasi adalah semiotik ekspansif dengan tokoh yang paling terkenal Julia
Kristeva. Dalam semiotika jenis ini,pengertian tanda kehilangan tempat sentral karena
digantikan oleh pengertia produksi arti. Tujuan semiotika ekspansif adalah mengejar
ilmu total dan bermimpi menggantikan filsafat.38
Semiotika menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama
perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai
tanda, harus ada dibelakang sistem tanda pembedaan dan konvensi yang
37
Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2009), h.2. 38
memungkinkan makna itu. Dengan demikian, bagi Peirce semiotika adalah sebuah
cabang dari filsafat, sedangkan bagi Saussure semiotika adalah bagian dari disiplin
psikologi sosial.39
Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatanya didalam
berbagai bidang, seperti antropologi, sosiologi politik, kajian agama, media studies,
dan cultural studies. Sebagai metode penciptaan, semiotika mempunyai pengaruh
pula pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur,
termasuk desain komunikasi visual.
Semiologi menurut Saussure, didasarkaan pada anggapan bahwa selama
perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai
stand, harus ada dibelakangnya system perbedaan dan konvensi yang memungkinkan
makana itu. Dimana ada tanda disana ada sistem.40
Ada lima pandangan Saussure tentang prinsip dasar semiotika yaitu pertama,
signifer (penanda) dan signified (petanda); kedua, from (bentuk) dan content (isi);
ketiga, langue(bahasa) dan parole (tutran, ujaran); keempat, syinchronic (sinkronik),
dan diachronic (diakronik); dan kelima, syntagmatik (sintagmatik) dan assosiative
(paradikamatik).41
Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunya semiotika (semiotic). Bagi
peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat
tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam fikirannya, logika
39
Kris Budiman,Semiotika Visual: Konsep Visual: Konsep ,Isu, Dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:Jalasutra,2011), h.3.
40
Sumbo Tinarbuko, Seminar Komukasi Visual,((Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h.12 41
sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda
(Berger,2001:11-22). Dalam perkembangan selanjutnaya, istilah semiotika lebih
popular dibandingkan dengan semiologi. Semiotika menurut Peirce adalah tidak lain
dari sebuah nama dari logika yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.42
Semotika adalah ilmu yang mempelajari tentang (sign), berfungsinya tanda,
dan produksi makna. Anda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang
lain. Dalam pendangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati
dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa,
tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan,
semua ini dapat disebut tanda.
Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, suatu keheningan, suatu
kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf , peristiwa memerahnya
wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga,
rabut uban, sikap diam membisu. Gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan,
menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan kesabaran, kegilaan,
kekawatiran, kelengahan, semuanya itu dianggap sebagai tanda.43
Sampai sejauh ini, bidang-bidang studi semiotika sangatlah beragam, mulai
dari kajian perilaku komunikasi hewan sampai dengan analisis atas system-sistem
pemaknaan seperti komunikasi tubuh (kinesik dan proksemik), tanda-tanda berbauan ,
teori estika, retorika, dan seterusnya. Ruang lingkup studi semiotika, dengan demikin,
42
Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta:penertbit Buku Baik,2004), h.3 43
sangatlah luas sehingga mungkin akan menimbulkan kesan sebagai suatu ilmu
dengan, meminjam istilah Umberto Eco (1979:6).
Semiotika pada dasarnya dapat dibedakan kedalam tiga cabang penyelidikan
(branches of inquiry), yakni sintaktik, sematik dan pragmatik.
1. Sintaktik (syntactic) atau sintaksis (syntax): suatu cabang
semiotika yang mengkaji ”hubungan formal diantara satu tanda
dengan tanda-tanda yang lain”. Dengan kata lain, karena
hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah
yangmengendalikan tuturan dan interpretasi, pengertian sintaktik
kurang lebih adalah semacam “gramatika”.
2. Sematik (semantics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang
mempelajari “ hubungan dia antara tanda-tanda dengan designate
atau objek-objek yang diacunya”. Bagi Morris, yang dimaksud
dengan desgnata adalah makna tanda-tanda sebelum digunakan
didalam tuturan tertentu.
3. Pragmatic (pragmatics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang
mempelajari “hubungan antara tanda-tanda dengan
interpreter-interpreter atau pemakainya”- pemakaian tanda-tanda. Pragmatik
secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi,
khususnya fungsi-fungsi situsional yang melatari tuturan.44
44