• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator Sim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator Sim"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kapada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

YUNUS PRIYONGGO KARTIKO NIM: 109051100037

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Analisis Semiotik Terhadap Sampul Majalah Tempo Pada Kasus Korupsi Simulator SIM

Majunya industri media cetak di Indonesia, membuat eksistensi penggunaan gambar ilustrasi pada media cetak semakin kuat. Pentingnya gambar pada sampul majalah adalah untuk menarik minat pembaca agar membeli, karena didalamnya mengandung unsur kritik. Kesan lucu dan menggelitik jika dilihat bagi yang tidak mengetahui maksud di dalamnya. Tidak semua pembaca dapat dengan mudah mengerti makna dibalik gambar ilustrasi tersebut karena tingkat pemahaman seseorang yang berbeda-beda. Majalah Tempo merupakan salah satu media cetak yang menggunakan gambar ilustrasi dalam penyampaian berita kepada pembacanya. Tentu saja selalu mengandung makna-makna yang secara sengaja ingin disampaikan. Simbol dan tanda dalam sebuah karya gambar ilustrasi menjadi suatu usaha yang unik dalam menyampaikan informasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian menggunakan kajian semiotik Charles Sanders Peirce. Pada empat sampul majalah Tempo yang menampilkan kasus korupsi simulator SIM. Gambaran bagaimana konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polisi Republik Indonesia (Polri). Peneliti merumuskan pertanyaan yakni: Petanda apa saja yang terdapat dalam sampul majalah Tempo pada kasus simulator SIM?

Melihat konteks penelitian ini, tinjauan teoritis yang digunakan adalah seiotika Charles Sanders Peirce, yaitu dengan melihat makna atas sign (ikon, indeks, dan simbol), object, dan interpretan. Ikon merupakan tanda yang dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya dalam ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengidentifikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan. Sedangkan simbol merupakan tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif model diskriptif. Data yang didapatkan dalam sampul majalah Tempo, serta dengan buku-buku referensi, wawancara dan dokumentasi.

Setelah melihat empat sampul majalah yang diteliti, maka kesimpulanya petanda yang muncul pada sampul majalah Tempo berkaitan erat dengan kasus korupsi Simulator SIM. Pada empat sampul terdiri tiga kategori, yaitu sosok Irjen Djoko Susilo dengan simbol pemegang proyek Simulator, gambaran petugas KPK yang menyidik Polisi, dan gambaran empat anggota DPR yang menerima suap proyek simulator kemudi. Sehingga Interpretasi peneliti ketika melihat gambar ilustrasi yang ditampilkan pada sampul adalah mengambarkan rangkaian peristiwa kasus korupsi Djoko Susilo dalam proyek Simulator kemudi.

(6)

i Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya

kepada allah yang telah memberikan rahmat, dan nikmat yang begitu banyak

sehingga dengan ridho-nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta

salam senantiasa selalu terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW

yang telah memberikan banyak perubahan kepada para umatnya, dari zaman jahiliyah

menuju zaman penuh ilmiyah seprti apa yang kita rasakan sekarang.

Peneliti telah menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir pendidikan Strata satu

(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti menyadari tanpa bantuan dan

bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian sekripsi ini tidak akan

selesai, untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.A,

Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M. Ed, M.A, Drs. Jumroni, M.Si,

Wakil Dekan II Bidang Akademik Umum, Drs. Mahmud Jalal, M.A, Serta Wakil

Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Drs. Wahidin Saputra, M.A.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Rubiyanah, M.A serta Sekertaris Jurusan

Konsentrasi Jurnalistik Ade Rina Farida, M.Si yang telah meluangkan waktunya

(7)

ii

Alhamdulillah selesai dengan baik tanpa suatu halangan apapun.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terimakasih atas

ilmu yang telah diberikan kepada peneliti.

5. Segenap Staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi.

6. Teruntuk yang saya hormati kedua orang tuaku , Ibunda (Alm), dan Ayahanda,

dan kakak yang senantiasa memberikan doa, dan kasih sayangnya dikala susah

ataupun senang. Membantu dengan segenap kemampuan doa-doa, sehingga

peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Sahabat peneliti. Jefrri Kaharsyah, Eko Ramanudin, Andrianto, Indi Hikami, Ibnu

Muhajir Saputra, Maulana Adi Subqi, Reza Arga Putra dan Siti Rhohani. semoga

persahabatan ini dan persaudaraan kita akan terus terjalin, sukses selalu untuk

kita. Untuk sahabat Polar, terimakasih atas segala dukunganya.

8. Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung dan mendoakan.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Karena

itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan sehingga

skripsi ini menjadi jalan penerang bagi peneliti dan bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta ,15 Januari 2014

(8)

ABSTRAK………i

F. Sampul Majalah Tempo Terkait Simulator SIM………. 59

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Semiotik Sampul Majalah Tempo ……….66

B. Hasil Temuan Dalam Sampul Majalah Tempo……….…….…..…...67

(9)
(10)

Gambar 2.1 Semiotika Charles Sanders Peirce………...……42

Gambar 4.1 Sampul Majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012…………...……….…...67

Gambar 4.2 Sampul Majalah Tempo edisi 12 Agustus 2012……….….….75

Gambar 4.3 Sampul Majalah Tempo edisi 8 Oktober 2012……….83

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Penyebaran informasi identik dengan teknologi komunikasi. Berbicara tentang

teknologi komunikasi berkaitan dengan alat-alat yang digunakan untuk menyebarkan

informasi tersebut ke khalayak luas, dan alat-alat tersebut lah yang kerap kita sebut

sebagai media komunikasi massa.

Media komunikasi massa adalah media komunikasi modern yang bersifat

massal, yaitu komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar

secara heterogen dan anonim melalui media cetak ataupun elektronik, sehingga pesan

yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.1

Media massa yang berperan sebagai penyebar informasi mengalami

perkembangan dalam penyampaian dan penyajian informasinya. Banyaknya media

yang bermunculan membuat sebuah media harus ekstra bersaing untuk mendapatkan

tempat di masyarakat, terutama untuk media cetak seperti majalah.

Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya meliputi

bermacam-macam artikel, cerita, gambar, dan iklan.2 Majalah mempunyai fungsi tidak hanya menyebarkan informasi yang ada di sekitar lingkungan masyarakat tetapi

juga memberikan hiburan, baik dalam bentuk tekstual maupun visual seperti gambar.

1

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h.189.

2

(12)

Semula gambar ilustrasi pada media massa hanya merupakan selingan belaka.

Namun pada perkembanganya gambar ilustrasi yang juga merupakan salah satu

bentuk komunikasi visual dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik. Penyampaian

kritik dilakukan melalui gambar-gambar lucu dan menarik, sehingga, tidak jarang

juga membuat orang yang dikritik justru tersenyum. Coretan kreatif dalam bentuk

gambar ilustrsi tersebut ternyata mampu mengkritik secara efektif.

Media verbal gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan

pemahaman. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi

tertulis karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri

sendiri, memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas

dan mudah dikenal.3 Kehadiran gambar ilustrasi dalam media massa menjadi sebuah warna. Majalah akan terasa tidak lengkap tanpa keberadaan gambar ilustrasi

didalamnya. Gambar ilustrasi menyajikan informasi dengan cara unik. Berbeda

dengan produk jurnalistik lainya yang menyajikan informasi melalui kata-kata dan

kalimat dan paragraf.

Peneliti melihat bahwa gambar ilustarasi ternyata memiliki kekuatan yang

cukup hebat dalam mempengaruhi opini bahkan tindakan publik. Padahal ia hanya

merupan coretan-coretan pada kertas atau semacamnya. simbol-simbol yang

digunakan pada gammbar ilustrasi sebaiknya mudah dicerna oleh kalayak luas. Agar

sebuah gamabar ilustrasi dapat dimakanai secara tepat maka simbol, tanda dan

hal-hal semacamnya yang tampil dalam gambar ilustrasi hendaknya adalah yang

3

(13)

dimengerti bagi audience. Artinya simbol yang dipilih harus memiliki makna yang

sama atau setidaknya mendekati di mata komunikator maupun komunikan. Perbedaan

persepsi mengenai tanda atau simbol antara si pembuat dan pembaca karikatur

merupakan hambatan komunikasi.

Visualisasi adalah cara untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi jelas

secara visual yang mampu menarik emosi pembaca, dan dapat menolong seseorang

untuk menganalisa, merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan

mengimajinasikan pada kejadian yang sebenarnya.4

Pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran pesan yang tidak

terbaca, namun bisa bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis yang menarik.

Meskipun ilustrasi merupakan attention-getter (penarik perhatian) yang paling

efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut juga mampu menunjang

pesan yang terkandung dari sebuah cerita. Dengan ilustrasi, maka pesan menjadi lebih

berkesan, karena pembaca akan lebih mudah mengingat gambar dari pada kata-kata

(teks). Dalam sampul pemilihan judul harus singkat, mudah dibaca, mudah

dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung dalam

buku atau majalah tersebut.5

Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar makna

sosial di balik tindakan manusia. Menurut Heru Nugroho, bahwa dibalik tindakan

4

Artini Kusmiati, Sripudji Astuti dan Pamudji Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, (Jakarta: Djambatan, 1999), h.36.

5

(14)

manusia ada makna yang harus ditangkap dan dipahami, sebab manusia melakukan

interaksi sosial melalui saling memahami makna dari masing-masing tindakan.6 Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal). Pada

dasarnya simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada untuk sesuatu yang lain,

kebanyakan di antaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri

untuk institusi, ide, cara berpikir, harapan dan banyak hak lain.7 Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat di gali.

Dengan kata lain, bahasa simbolis memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan

artinya.

Pada penelitian ini peneliti memilih majalah Tempo sebagai objek yang akan

diteliti, karena majalah tersebut merupakan media massa (cetak) yang sering

menampilkan beberapa ilustrasi karikatur sebagai sampul yang sifatnya kritis dalam

memberikan informasi yang selalu terbaru (update) untuk khalayak di segala bidang

(sosial, politik, dan ekonomi). Sehingga menjadikan Tempo majalah yang terbaik

pada industri penerbitan majalah di Indonesia.

Peneliti menaruh perhatian terhadap gambar ilustrasi sampul majalah Tempo

pada edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan11 Maret 2013.

Karena pada sampul tersebut mengangkat isu yang sedang meresahkan masyarakat.

Sejak dimulainya penyelidikan kasus simulator SIM (Surat Izin Mengemudi) di

Lembaga kepolisian Lalu lintas yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) pada awal tahun 2012 lalu hingga pertengahan tahun 2013, memang belum

6

Kuss Indarto, Sketsa di Tanah Mendeka, Kumpulan Karikatur. (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1999), h.1

7

(15)

menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Namun beberapa bulan kemudian, sejak

Majalah Tempo mengangkat berita tentang kasus tersebut dengan judul

“SIMSALABIM”, Polisi Repulik Indonesia (POLRI) sebagai pihak yang dirugikan

lantas bergerak memulai penyelidikan dengan memeriksa beberapa saksi terkait.

Sayangnya, penyelidikan yang dilakukan masih berjalan di tempat, hingga KPK

kemudian pada akhir bulan Juli lalu menetapkan seorang tersangka kasus korupsi dan

tindak pidana pencucian uang proyek simulator kemudi di kepolisian Lalu Lintas.

Djoko Susilo dikenal memiliki banyak aset berupa rumah hasil dari pencucian uang.

Masalah kemudian timbul ketika tim Penyidik KPK menggeledah kantor

kepolisian Lalulintas untuk mencari barang bukti. Usai melakukan penggeledahan

dan mendapatkan beberapa barang bukti, Tim Penyidik KPK tidak diperkenankan

keluar meninggalkan gedung tersebut. Sikap dan keberanian KPK yang menggeledah

kantor kepolisian lalulintas dan menetapkan tersangka seorang Jenderal aktif, kontan

saja mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat dan Lembaga Sosial

Masyarakat (LSM) pegiat anti korupsi.

Selain itu peneliti ingin meneliti gambar ilustrasi sampul tersebut dimana pada

sampul tersebut sosok tersebut sangat berbeda dengan sosok polisi yang sebenarnya.

Polisi merupakan penegak hukum yang bertugas menjaga dan mengayomi

masyarakat serta menjaga keamanan Negara. Justru pada gambar sampul majalah

Tempo terlihat lucu. Pada gambar ilustrasi tersebut sosok polisi digambarkan Djoko

Susilo lengkap dengan seragam yang sedang berdiri dengan muka melas dan sedih.

Dengan posisi tangan memegang pelat nomer bertuliskan “Djoko Susilo D 1 BUI”.

(16)

juga ilustrasi yang lain digambarkan seorang polisi yang ditilang oleh petugas KPK

dengan ekspresi muka polisi yang marah, Padahal menilang adalah tugas dari seorang

polisi. Pada gambar lain juga menunjukan sosok seorang polisi lengkap dengan

seragam mengemudikan motor simulator namun pada layar TV terlihat jalan

berliku-liku yang diportal bertuliskan KPK. Agak susah dimengerti maksud dari gambar

ilustrasi tersebut.

Kesan lucu dan menggelitik jika dilihat bagi yang tidak mengetahui maksud

di dalamnya. Karena tidak semua pembaca dapat dengan mudah mengerti makna

dibalik gambar ilustrasi tersebut karena tingkat pemahaman seseorang yang

berbeda-beda. Setiap edisinya majalah Tempo selalu memuat gambar ilustrasi yang tersaji

dalam sampulnya. Tentu saja selalu mengandung makna-makna yang secara sengaja

ingin disampaikan. Simbol dan tanda dalam sebuah karya gambar ilustrasi menjadi

suatu usaha yang unik dalam mentrasformasikan informasi.

Maka peneliti akan meneliti bagaimana semiotika korupsi simulator SIM pada

sampul majalah Tempo. Peneliti ingin mengupas lebih dalam mengenai tanda-tanda

yang ada pada gambar ilustrasi kaver majalah Tempo. Peneliti melihat fenomena

sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan bentuk tanda-tanda, dimana

ada aturan yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Dalam kasus ini

adalah majalah Tempo.

Untuk dapat merepresentasikan kasus silmulator SIM pada sampul majalah

Tempo di ke-empat edisi tersebut penulis menggunakan pendekatan teori semiotika.

(17)

berdasarkan tanda-tanda visual dan kata-kata yang terkandung. Dengan tujuan untuk

mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada.8

Dalam penelitian ini akan dibahas simbol, tanda, lambang dan gambar. Oleh

karena itu penelitian ini akan menggunakan analisis semiotik. Peneliti akan mencoba

membaca tanda melalui analisis semiotik. Semiotik atau semiologi adalah ilmu tanda.

Semiotik berasal dari bahasa yunani semion yang berarti tanda. Semiotika

diperkenalkan oleh Charles sanders pierce dan Ferdinand de Saussure yang juga

merupakan bapak semiotika. Meskipun semiotika merupakan ilmu dalam sastra

penggunaanya tidak lepas dari bidang seni dan komunikasi visual.

Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Pierce, maka

tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang

digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks dan simbol. Dari interpretasi tersebut,

maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi kaver

majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11

Maret 2013. Oleh karena itu, menarik kiranya penulis melakukan penelitian yang

berjudul “Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator SIM”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan oleh penulis di atas, maka

penulis membatasi penelitian pada sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus

8

(18)

2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013. Yang

menampilkan gambar ilustrasi kasus korupsi simulator SIM.

2. Rumusan Masalah

Merujuk batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana petanda yang terdapat pada sampul majalah Tempo terkait kasus

simulator SIM?

b. Bagaimana objek yang terdapat pada sampul majalah Tempo terkait kasus

simulator SIM?

c. Bagaimana interpretasi peneliti menganai sampul majalah Tempo terkait

kasus simulator SIM?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara spesifik tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui petanda pada sampul majalah Tempo terkait kasus

korupsi simulator SIM

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kajian ilmu

komunikasi. Terutama dalam konteks analisis semiotika korupsi pada

sampul majalah Tempo terkait kasus Simulator SIM.

(19)

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil riset, terutama

bidang komunikasi massa dengan fokus pada analisis semiotik Sampul

majalah.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi komunikasi,

terlebih Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, agar lebih kritis dalam melihat

gambar ilustrasi yang mengandung berita.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode dan Paradigma Penelitian

Agar memudahkan dalam proses penelitian, maka metodologi yang digunakan

adalah Analisis semiotika dengan jenis kualitatif. Metode semiotik yang

peneliti lakukan memakai metode analisis semiotika teori Charles Sanders

pierce. Dengan berdasarkan kepada paradikma kritis yaitu usaha untuk

melakukan analisis secara tajam dan teliti terhadap realitas yang terjadi.

Pendekatan kritis ini lebih menggunakan fakta-fakta yang terjadi dan lebih

menggunakan logika dalam pemahaman makna.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Dalam masalah ini subjek penelitian adalah sampul majalah Tempo Edisi 6

Agustus 2012 dengan judul Simsalabim Jendral SIM, 12 Agustus 2012

dengan judul Mengapa Polisi Bertahan, 8 Oktober 2012 dengan judul

(20)

Herman Herry, Nazaruddin, Bambang Soesatyo Terseteret Simulator. Empat

edisi tersebut mengangkat pemberitaan tentang kasus korupsi Simulator SIM.

pemberitaan ini ditunggu-tunggu masyarakat, karena merupakan sejarah baru

ketika Inspektur Jendral Djoko Susilo ditetapkan sebagai tersangka korupsi

pada proyek Simulator kemudi.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah mengenai kasus korupsi simulator SIM pada

sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober

2012, dan11 Maret 2013.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Data Primer

Sumber data primer dari penelitian yaitu majalah Tempo Edisi 6 Agustus

2012 dengan judul Simsalabim Jendral SIM, 12 Agustus 2012 dengan

judul Mengapa Polisi Bertahan, 8 Oktober 2012 dengan judul Mengapa

Polisi Kalap, dan11 Maret 2013 dengan judul Aziz syamsuddin, Herman

Herry, Nazaruddin, Bambang Soesatyo Terseteret Simulator. Dari data

yang sudah dikumpulkan tersebut maka penelitian dapat dilakukan.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder dari penelitian ini yaitu dengan melakukan

(21)

informasi yang berkaitan dengan penelitian. Dimana wawancara adalah

metode yang digunakn untuk memperoleh informasi secara langsung,

mendalam, tidak terstruktur, dan individual.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dengan semiotika model Charles Sanders Peirce

tiga dari elemen utama tersebut, yang disebut peirce sebagai teori segitiga

makna triangle meaning.9 yang membagi tanda atas representamen, Object dan interpretant. Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata.

Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sehingga, yang akan

dianalisis sign dan object terkait gambar ilustrasi sampul majalah Tempo.

Sementara interpretant adalah pemahaman makna yang muncul dalam diri

penerima tanda khususnya peneliti.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul penelitian ini penulis sudah mengadakan tinjauan

pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Peneliti belum

menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Ada beberapa

skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, namun berbeda dengan yang peneliti teliti,

diantaranya:

9

(22)

Analisis Semiotik Komik Strip Benny & Mice di Harian Kompas edisi 1

Bulan Desember 2007 yang disusun oleh Nasuri mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam.

Selain itu peneliti juga skripsi berjudul “Analisis Semiotika Foto Berita

Headline Koran Tempo karya Angga Rizal Nurhuda mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prodi Konsentrasi

Jurnalistik.

Dengan begitu maka maka peneliti mengambil mengambil kesimpulan belum

ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator SIM di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah

(skripsi, tesis, dan desertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality

Development And Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pembahasan dan penelitian dibagi ke dalam V bab. Dalam setiap babnya akan

dibagi ke dalam sub bab, adapun sistematika penulisanya adalah sebagai berikut:

BAB I : Latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

(23)

BAB II : Pengertian Majalah, Pemaknaan Dalam Sampul Majalah, Semiotika Charles Sanders Peirce.

BAB III: Gambaran umum dan sejarah singkat majalah Tempo, perkembangan Sirkulasi / distribusi, Perkembangan perusahaan Tempo, visi dan misi

majalah Tempo, Prestasi Majalah Tempo, sampul majalah tempo tekait kasus simulator SIM.

BAB IV: Temuan dan analisis data, analisis makna dibalik gambar ilustrasi sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8

Oktober 2012, dan 11 Maret 2013.

(24)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Majalah

Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagi liputan

jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca. Dan

menurut waktu penerbitanya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan,

mingguan dan sebagainya. Dan menurut penkhususan isinya dibedakan atas majalah

berita, wanita remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya

(KBBI,2002:698)

Sementara pandagan Dewitt Wallace bahwa majalah merupakan media massa

terbesar adalah karena majalah ini berusaha melayani audien massal.1 Majalah menyajikan ringkasan berita berdasarkan kategori seperti persoalan-persoalan

kehidupan manusia yang aktual. Karena para pembaca biasanya menyukai majalah

yang menampilkan berita yang fokus pada orang sukses dan terkenal. Selain itu

kategori terbesar adalah persoalan-persoalan politik seperti, Majalah Tempo yang

terbit seminggu sekali.

Majalah merupakan medium yang pervasife. Bukan hanya untuk orang atas

tetapi banyak juga majalah yang diterbitkan untuk kalangan bawah, yang berarti

bahwa peran medium majalah melintasi hampir seluruh lapisan masyarakat. Bahkan

1

(25)

orang buta huruf dapat memperoleh kesenangan dan manfaat dari majalah yang

umumnya dapat memuat gambar dan warna.

Penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, menurut

bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua

jenis yakni Majalah umum, yaitu majalah yang membuat karangan-karangan

pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibu, gambar-gambar, olahraga,

film, seni, dll. Majalah khusus, seperti majalah wanita, majalah keluaraga, majalah

humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen,dll.2

Menurut Muchtar Lubis, majalah dibagi menjadi dua golongan yaitu :

1. Majalah Umum

Majalah yang berisikan tentang politik, kebudayaan, fiksi, karangan, pengetahuan umum, pelipur lara, hiburan, olahraga, film, dan sebagainya.

2. Majalah Khusus

Majalah yang hanya berisikan mengenai bidang khusus, seperti majalah wanita, majalah pria, majalah remaja, dan anak-anak. Majalah yang demikian memiliki perasaan yang cukup luas terutama dikota-kota besar.3

Menurut pendapat Muchtar Lubis di atas, secara umum dapat dipahami

bahwa majalah menciptakan pasar sendiri untuk suatu produk, maka hubungan

majalah dengan khalayaknya dapat diterima karena setiap majalah lebih diarahkan

untuk kepentingan khalayak tersebut.

2

Kurnia Efendi, Ensiklopedia Pers Indonesia,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h.154-155

3

(26)

Dapat dipahami pula secara khusus bahwa majalah memiliki jangkauan

khalayak yang cukup luas. Namun jenisnya cukup bervariasi sehingga masing-masing

dapat mewakili berbagai kepentingan atau selera pembaca.

Dari penggabungan definisi majalah umum dan khusus, majalah dapat

didefinisikan sebagai suatu media massa yang berfungsi sebagai media informasi

yang diberikan kepada khalayak secara luas, karena berita bersifat universal, dengan

kata lain isi berita yang disampaikan berkaitan dengan kehidupan manusia dari

berbagai aspek.

Menurut Wilbur Schram yang dikutip oleh Asep Syamsul M. Romli

mengatakan bahwa khalayak pembaca akan terpikat minatnya, manakala, apa yang

mereka baca berkaitan dengan kebutuhan dan menyajikan sarana tentang cara

memperoleh kebutuhan itu.4

Jurnalisme memuat berita meliput secara menyeluruh, dengan menggunakan

wawancara kepada berbagai sumber bukan hanya bicara dengan tokoh yang diangkat

profilnya, tetapi juga dengan orang-orang yang dapat memberi komentar, tentang

sang tokoh yang termaksud kawan dan lawannya. Upaya semacam ini kerap

memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Tipe majalah

ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya sejak awal redaksi sudah

menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita

dewa, pria dewasa, atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa.

4

(27)

Selain dengan sifat atau karakteristiknya majalah dapat dijadikan publikasi

yang beraneka ragam . ciri khas dari majalah adalah dapat dibaca berulang-ulang kali,

sehingga dapat dipahami atau dihaval sampai mendetail.5

Menurut Elvinari Ardianto dan Lukiati Erdinaya Majalah mempunyai

karakteristik yang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

a. Penyajian lebih dalam

Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya punya waktu yang cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga mempunyai waktu yang leluasan untuk melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut, sehingga penyajian berita dan informasi dapat dibahas secara lebih dalam.

b. Nilai aktualitas lebih lama

Nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Karena dalam mebaca majalah tidak akan pernah tuntas sekaligus. Pada hari pertama mungkin hanya membaca topik yang disenangi atau topik yang relevan dengan profesi, hari esok dan seterusnya membaca topik lain sebagai referensi.

c. Gambar atau foto lebih banyak

Majalah juga mempunyai gambar atau foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik

d. Cover (sampul) sebagai daya tarik

Sampul majalah merupakan daya tarik tersendiri, karena sampul majalah menggunakan kertas yang bagus dengan gambar yang menarik.6

Majalah mempunyai sampul atau sampul untuk menarik perhatian konsumen,

agar terpengaruh oleh tanda-tanda yang terdapat pada sampul. Peneliti mengkaitkan

kajian semiotika dengan sampul yang terdapat pada Majalah Tempo edisi yang

memuat sampul tentang kasus korupsi simulator SIM yang melibatkan petinggi

5

Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: logos, 1999), h.26-30

6

(28)

kepolisian. Banyak tanda-tanda yang terdapat pada sampul Majalah Tempo tersebut,

setiap tanda memiliki makna yang akan disampaikan kepada khalayak. Sampul

Majalah Tempo sebagai bahan penelitian bagi peneliti, dan merupakan suatu tanda

yang mempunyai pesan terhadap khalayak dalam sampul tersebut.

Majalah yang terbitan berkala yang berisi berbagai macam artikel dalam

subyek yang berisi seperti informasi, cerita, tips, fashion, hobi dan sebagainya.

Majalah biasanya ditrbitkan mingguan, dwi mingguan, atau bulanan. Majalah

memiliki artikel mengenai topik populer yang ditunjukan pada masyarakat umum dan

ditulis dalam gaya bahasa yang menarik dan mudah dimengerti oleh orang banyak.

Penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, menurut

bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua

jenis yakni Majalah umum, yaitu majalah yang membuat karangan-karangan

pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibu, gambar-gambar, olahraga,

film, seni, dll. Majalah khusus, seperti majalah wanita, majalah keluaraga, majalah

humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen,dll.7

Eksistensi majalah muncul karena kebutuhan masyarakat akan informasi

beragam sesuai gaya hidup masyarakat saat ini. Maka tak heran banyak berbagai

macam ragam majalah beredar saat ini, yang disesuaikan dengan segmentasinya.

Majalah juga berperan sebagai penyampai dan penafsiran pesan. Terlepas dari

segala kekuranganya, majalah memilki kelebihan diantaranya adalah:

1. Analisis beritanya lebih panjang lebar (jurnalisme Interpretative)

7

(29)

2. Dibanding Koran, majalah lebih kuat mengikat emosi pembacanya

3. Memiliki perspektif (pandangan) nasional sehingga terbatas dari

sentiment kedaerahan.

4. Ia merupakan sumber rujukan sehari-hari yang murah. Majalah

membahas segala macam masalah dari yang kecil sampai masalah

yang penting

5. Interpretasi berita oleh majalah bisa menjadi sumbar pendidikan

umum. Artikel tentang sejarah, biografi, ds, bisa menjadi sumber

pengetahuan yang bermanfaat.

Selain dengan sifat atau karakteristiknya majalah dapat dijadikan publikasi

yang beraneka ragam . ciri khas dari majalah adalah dapat dibaca berulang-ulang kali,

sehingga dapat dipahami atau dihaval sampai mendetail.8

B. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah 1. Sampul Majalah

Salah satu ciri khas dari majalah berita adalah desain sampul atau halaman 1.

Majalah berita menampilkan satu berita utama atau satu fokus utama. Ukuran

publikasi, yang biasanya berukuran tabloid atau 8.5 x 11 inci, menyebabkan fokus

harus seperti itu. Sampul sering juga dilengkapi dengan teaser headline tentang berita

lain yang ada di publikasi.9

8

Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: logos, 1999), h.26-30

9

(30)

pada sebuah majalah terdapat ruang lingkup desain, yaitu tentang sampul

majalah. Elemen visual pada sampul majalah saling berkaitan satu dengan yang

lainnya. Tipografi, ilustrasi, dan warna adalah beberapa elemen visual untuk

menciptakan komposisi yang menarik pada sebuah sampul majalah.

Sampul majalah adalah sampul halaman depan yang membuat identitas

perusahaan dan menghinpun isi pemberitaan verbal dan visual yang berkaitan dengan

materi pemberitaan agar menarik pembaca. Unsur- unsur yang harus ada pada sebuah

sampul majalah adalah ukuran dasar dari majalah tersebut (ukuran saku atau ukuran

tabloid), logo, fotografi, warna dasar, keterangan mengenai jadwal penerbitan,

pencamtuman harga, headline (judul artikel dan sub judul artikel). Unsur-unsur ini

memiliki fungsi praktis dan fungsi komunikasi yang mewakili konsep yang diberikan

perusahaan majalah untuk selanjutnya diterbitkan.

Pengertian sampul menurut Dja’far H.Assegaf sebagai sampul “lembaran

kertas paling luar depan belakang pada buku yang lebih tebal dari kertas isinya”.10 Sedangkan sampul sebagai kulit dijelaskan Assegaf sebagai “Lapisan depan

atau belakang dari suatu majalah yang lazimnya memuat judul majalah dan berisikan

gambar yang menarik”.11

Kemudian Onong Uchjana mendefinisikan sampul sebagai “lembaran bagian

luar dari majalah atau buku dimana tertera nama atau judul dan media yang yang

bersangkutan”.12

10

Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar Kepraktekan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 127.

11

(31)

Dari beberapa definisi di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa sampul

adalah lembaran kertas yang lebih tebal dari kertas isinya, terdapat di halaman paling

luar depan atau belakang, dan dibuat untuk menarik perhatian pembaca. Sampul juga

dapat membuat citra dan karakter penerbit yang membuatnya.

Sampul dalam sebuah majalah seperti halnya etalase sebuah toko yang akan

mendorong pembaca untuk mengetahui isi kedalamannya. Karena itu, halaman depan

sampul majalah itu harus menarik perhatian pembaca.

Pentingnya sebuah sampul merupakan bagian dari suatu strategi yang tidak

dapat dipandang remeh. Posisi sampul justru menentukan penilaian pembacanya

dalam memaknakan sampul tersebut. Karena sampul dapat mempengaruhi calon

pembaca dan tentunya dapat menumbuhkan kesan terhadap identitas media yang

bersangkutan. Cara media menghiasi sampul salah satunya menggunakan informasi

bergambar.

Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi (melulu)

tertulis, karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Dibandingkan

media verbal, gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan

pemahaman. Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang mudah dipahami dan

merupakan “simbol “ yang jelas dan mudah dikenal. Pembuatan suatu “gambar

komunikasi “, dimaksudkan untuk mendukung suatu pesan. Ada beberapa bentuk

gambar komunikasi, antara lain ilustrasi, logo, atau karikatur.

12

(32)

Dalam hal ini adalah sampul berbentuk gambar karikatur Majalah Tempo

yang disajikan kepada khalayak yang mempunyai makna.

Selain itu sampul adalah halaman pertama yang ditampilkan oleh sebuah

majalah yang berisi foto atau gambar ilustrasi, headline dan warna. Foto atau ilustrasi

adalah gambar yang menjelaskan apa isi dari majalah tersebut, biasanya selalu

berhubungan dengan headline. Headline adalah judul artikel yang sedang dibahas

oleh majalah dalam setiap edisisnya.

Sampul dalam sebuah buku atau majalah merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan. Peranan sampul sangat penting, karena pada saat akan membeli buku atau

majalah yang pertama kali dilihat adalah sampul atau gambar ilustrasinya. Pemilihan

judul (teks) harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti, dan secara langsung

dapat menginformasikan isi yang terkandung didalamnya. Jika tampilan sampul

dibuat menarik makan akan membuat seseorang tertarik untuk membeli majalah

tersebut. Informasi berita yang panjang di sampul harus menarik bagi banyak

pembaca. Focus berita ini harus dilaporkan dan disajikan dengan amat cermat dan

ditulis serta disunting dengan baik.13

Sampul dibuat untuk membantu calon konsumen dalam hal pemahaman pesan

yang ingin disampaikan oleh seorang penulis tentang apa yang ada didalamnya.

Melalui gambar ilustrasi pada sampul, seorang penulis dapat menuangkan ide dan

kreatifitasnya sebagai salah satu kesatuan dari karya sastra yang dihasilkan, selain itu

ada misi tertentu yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada khalayak umum.

Gambar secara visual pada sampul mampu mengomunikasikan pesan dengan cepat

13

(33)

dan berkesan, sebuah gambar ilustrasi yang tepat pemilihanya maka bisa memiliki

nilai yang sama dengan ribuan kata. Visualisasi adalah cara atau sarana yang tepat

untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas, penampilan secara visual

selalu mampu menarik emosi pembacanya.

Banyak penerbitan yang digunakan sebagai media, tetapi penggunanya

disesuaikan dengan tujuan bidang-bidang tertentu. Kapan akan digunakanya,

tergantung pada jenis, serta jumlah artikel yang akan ditulis. Tetapi yang paling

penting adalah bentuk perwajahan penerbitan, sehingga perlu adanya perencanaan

desain yang baik dari setiap unsur yang akan ditampilkan.

Unsur-unsur penerbitan antara lain berupa tanda simbol, gunanya untuk

membantu pembaca untuk mengikuti alur suatu tulisan. Jika tanda-tanda atau simbol,

gunanya untuk membantu pembaca alur suatu tulisan. Jika tanda-tanda atau simbol

memilki bentuk yang sama semua, tentu pembaca akan sulit membedakan serta

memahami apa yang dimaksud dengan simbol tersebut.

2. Komunikasi visual

Dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komuniksi visual adalah sistem

semiotika khusus, dengan perbendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks (syntagm)

yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam sistem, semiotika

komunikasi visual melekat fungsi komunikasi. Yaitu fungsi tanda dalam

menyampaikan pesan (massage) dari sebuah pengirim pesan (sender) kepada para

(34)

Semiotika visual pada dasarnya merupakan salah sebuah bidang studi

semiotika yang secara khusus menaruh minat pada penyelidikan terhadap segala jenis

makna yang disampaikan melalui sarana indra lihatan (visual senses).14

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam karya desain komunikasi

visual disosialisasikan kepada khalayak melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat

dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Danda verbal adalah aspek

bahasa, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat

dari cara menggabarkanya, apakah secara ikonis, indeksial, atau simbolis, dan

bagaimana cara mengungkapkan idiom estetinya. Tanda-tanda yang dilihat dan

dibaca dari dua aspek seecara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari

hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.15

Agar pesan mampu menarik perhatian calon konsumen, maka karya desain

komunikasi visual harus menawarkan ekskusivisme, keistimewaan, dan kekhususan

yang kemudian dapat memberikan akhibat berupa ketertarikan calon konsumen

untuk membeli. Contohnya dalah sampul majalah, sampul majalah harus dibuat

semenarik mungkin agar calon pembaca tertarik untuk membeli majalah tersebut,

karena biasanya sebelum membeli calon pembaca melihat dahulu sampulnya, apakah

menarik atau tidak. Strategi semacam ini sengaja dilakukan karena produk desain

komunikasi visual, yang salah satunya adalah sampul majalah hanyalah sekedar “alat

pembius” bagi produsen untuk berburu konsumen.16

14

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, Dan Problem Ikonsitas, (Yogyakarta:Jalasutra, 2011), h.9.

15

Sumbo Tinarbuko, semiotika komunikasi visual, (Yogyakarta:Jalasutra,2008)h.9-10.

16

(35)

Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan

tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian semiotika

dibedakan atas dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.17 Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang

salah satu diantarnya mengasumsikanya dalam adanya enam faktor dalam

komunikasi, yaitu pengirim, penerima, kode pesan, saluran komunikasi dan acuan

(hal yang dibicarakan). Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada

teori tanda dan pemahamannya suatu konteks tertentu.18 Dalam hal ini yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada

penerimaan. Tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya, karena tujuan

dari komunikasi pada hal ini tidak dipersoalkan.

Ketika semua bentuk komunikasi adalah tanda, maka dunia ini penuh dengan

tanda. Ketika kita berkomunikasi, kita mencipatakan tanda sekaligus makna. Dalam

perpektif semiotika, pada akhirnya komunikasi akan menjadi suatu ilmu untuk

mengungkapkan pemaknaan dari tanda yang diciptakan oleh proses komunikasi itu

sendiri.

3. Warna

Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kewajiban

pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam

untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya

rasa haru, sedih, gembira, mood atau semangat, dan lain-lain. Secara visual, warna

17

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), h.12

18

(36)

memiliki kekuatan yang mempu mempengaruhi citra orang yang melihatnya.

Masing–masing warna mampu memberikan respon secara psikologis. Warna selalu

dipakai orang di semua segi kehidupan. Hal itu membuktikan bahwa warna

benar-benar menjadi sesuatu yang berarti dalam kehidupan manusi.19

Penggunaan warna yang tidak tepat di headline akan mempengaruhi persepsi

pembaca terhadap isi berita dan nilai berita. Teks isi yang berwarna akan menyebakan

pembaca lambat dalam memproses informasi dan bahkan menyebabkan mereka

enggan emembacanya.

Beberapa warna tidak tepat dipakai. Warna seperti kuning adalah sulit dibaca

dan akan menciptakan isi yang samar dan sulit dibaca. Sedangkan warna yang kuat

dan hangat, seperti merah adalah warna yang lebih baik untuk teks yang baik adalah

hitam diatas putih. Tipe sebaliknya, putih diatas hitam, akan memperlambat pembaca

dan menciptakan area tulisan padat di majalah.20 1. Merah

Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan.

2. Putih

Menunjukkan kedamaian, Permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan, cahaya, takbersalah, keamanan, persatuan.

3. Hitam

Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak

19

Adi Kusrianto, pengantarDesain Komunikasi Visual,( penerbit ANDI, Yogyakarta,2007), h.46-47

20

(37)

bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar (underground), modern music, harga diri, anti kemapanan.

4. Biru

Memberikan kesan Komunikasi, Peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari adlam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang. 5. Hijau

Menunjukkan warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban, tanaman dan pohon, kesuburan, pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan, ketergantungan dan persahabatan. 6. Kuning

Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, tekanan mental, persepsi, pemahaman, kebijaksanaan, penghianatan, kecemburuan, penipuan, kelemahan, penakut, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi, harapan, musim panas, filosofi, ketidakpastian,resah dan curiga.

7. Ungu

Menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri, pencerahan, telepati, empati, arogan, intuisi, kepercayaan yang dalam, ambisi, magic atau keajaiban, harga diri.

8. Cokelat

Menunjukkan Persahabatan, kejadian yang khusus, bumi, pemikiran yang materialis, reliabilitas, kedamaian, produktivitas, praktis, kerja keras. 9. Abu-Abu

Mencerminkan keamanan, kepandaian, tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam, tenang.

10. Emas

Mencerminkan prestis (kedudukan), kesehatan, keamanan, kegembiraan, kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalam hati, kekuatan mistis, ilmu pengetahuan, perasaan kagum, konsentrasi.21

4. Tipografi

Tipografi dalam dalam konteks komunikasi visual mencakup pemilihan

bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau

kalimat.22

21

(38)

Pengorganisasian disini meliputi pengaturan jarak antar baris, antar huruf,

antar kata, spasi, termasuk memastikan bentuk atau anotomi huruf yang sebaiknya

memiliki perbedaan dengan angka, missal huruf “i” capital sebaiknya tidak sama

dengan angka 1.

Huruf dan tipografi dalam perkembanganya menjadi ujung tombak guna

menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang,

bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan.

Dalam perkembanganya, ada lebih dari seribu macam huruf Romawi atau latin

yang telah diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf tersebut sejatinya merupakan

hasil perkawinan silang lima jenis huruf berikut ini23:

1. Huruf Romein. Garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara teba-tipis

dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiapbatang hurufnya. Jenis

huruf ini meliputi: Baskerville, Garamond, perpetua.

2. Huruf Egyptian. Garis hurufnya memiliki ukuran sama tebal pada setiap

sisinya, kaki atau kaitnya berbentuk lurus atau kaku. Jenis huruf ini meliputi:

Calibri,Century, Verdana.

3. Huruf Sans Serif. Garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kaki atau

kait. Jenis huruf ini meliputi: Bookman, Candara.

22

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,(Yogyakarta:Jalasutra, 2008), h.98 23

(39)

4. Huruf Miscellaneous. Jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya

daripada nilai komunikasinya. Bentuknya senantiasa mengedepankan aspek

dekoratif dan ornamental. Jenis huruf ini meliputi: Chiller, Curlz, Gigi

5. Huruf Script. Jenis huruf ini menyerupai tulisan tangan dan bersifat spontan.

Jenis huruf ini meliputi: Brush Script, French Script Monotype.

Sementara itu, Danton Sihombing mengelompokan keluarga huruf berdasarkan latar

belakang sejarahnya24:

1. Old Style, jenis huruf ini meliputi: Bembo, Caslon, Galliard, Garamond.

2. Transitional, jenis huruf ini meliputi : Baskerville, Perpetua, Times New

Roman.

3. Modern, jenis huruf ini meliputi: Bodoni

4. Egyptian, jenis huruf ini meliputi: Bookman, Serifa

5. Sans erif, jenis huruf ini meliputi: Franklin Gothic, Future, Gill Sans, Optima.

Huruf-huruf tertentu dalam melakukan aktivitas perancangan. Ia harus menjadikan

rangkaian huruf (kata atau kalimat) tidak sekedar bisa dibaca dan dimengerti

maknanya. Tetapi lebih dari itu, seorang desainer komunikasi visual harus piawai

menampilkan tipografi yang enak dipandang mata dan lebih melancarkan pembaca

dalam memahami media komunikasi visual. Dengan demikian, keberadaan tipografi

dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting. sebab, perencanaan

dan pemilihan tipografi yang tepat, baik ukuran, warna, maupun bentuk, diyakini

mampu menguatkan isi pesan verbal tersebut.

24

(40)

Tipografi dalam konteks komunikasi visual mencakup pemilihan

bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau

kalimat yang sesuai dengan karakter pesan (sosial atau komersial) yang ingin

disampaikan.25

Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujung tombak guna

menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang

bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan atau target sasaran.

Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih dan menata huruf untuk pelbagai

kepentingan menyampaikan informasi berbentuk pesan sosial ataupun komersial.

Dewasa ini, perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi

digital. Huruf yang telah disusun secara tipografis merupakan elemen dasar dalam

membentuk sebuah tampilan desain komunikasi visual. Hal ini diyakini dapat

memberikan inspirasi untuk membuat suatu komposisi yang menarik. Sedangkan

bentuk-bentuk tipografi itu sendiri dapat dipergunakan secara terpisah atau dapat pula

dikomposisikan dengan materi lain seperti ilustrasi hand drawing ataupun image.

Danton Sihombing mengelompokkan keluarga huruf berdasarkan latar

belakang sejarahnya:

1. Old Style, jenis huruf ini meliputi : Bembo, Caslon, Galliard, Garamond. 2. Transitional, jenis huruf ini meliputi : baskerville, Perpetua, Times New

Roman.

3. Modern, jenis huruf ini meliputi : Bodoni

4. Egyptian atau Slab Serif, jenis huruf ini meliputi : Bookman, Serifa.

25

(41)

5. Sans Serif, jenis huruf ini meliputi : Franklin Gothic, Futura, Gill Sans, Optima.26

Sejatinya masing-masing huruf harus menjadikan rangkaian huruf (kata atau

kalimat) tidak sekedar bisa dibaca dan dimengerti maknanya. Tetapi lebih dari itu,

seorang desainer komunikasi visual harus piawai menampilkan tipografi yang enak

dipandang mata dan lebih melancarkan pembaca dalam memahami media komunikasi

visual. Dengan demikian, keberadaan tipografi dalam rancangan karya desain

komunikasi visual sangat penting. Sebab, perencanaan dan pemilihan tipografi yang

tepat, baik ukuran, warna, maupun bentuk, diyakini mampu menguatkan isi pesan

verbal desain komunikasi visual tersebut.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi mudah tidaknya ketersampaian

sebuah pesan verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual, di

antaranya: pertama, latar belakang, yakni warna dasar dan tekstur yang digunakan.

Teks menjadi unsur utama dari sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala

keberadaan warna huruf dan latarnya cukup kontras

Kedua, besar huruf yang digunakan. Ukuran standar teks adalah antara 6

sampai 10 point, tergantung luas ruangan yang tersedia dan banyak sedikitnya teks

yang akan ditampilkan, juga menyesuaikan keluarga huruf yang ingin ditampilkan.

Selain itu, keluarga huruf terdiri dari kembangan yang berakar dari struktur

bentuk dasar (regular) sebuah alfabet dan setiap perubahan huruf masih memiliki

kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dalam keluarga huruf dibagi

menjadi tiga bentuk pengembangan : (1)kelompok berat terdiri atas light, regular,

26

(42)

dan bold. (2) Kelompok proporsi condesed, regular, dan extended. (3) kelompok

kemiringan yaitu italic. Ketiga, spasi antarhuruf, kata, maupun jarak antar baris

kalimat. Keempat, faktor-faktor subjektif seperti jarak baca maupun kualitas

penerangan ketika membaca.27

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka ketika desainer komunikasi visual

mahir mengusai tipografi yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi yang

bersifat sosial ataupun komersial, maka sejatinya sang desainer tersebut mampu

memposisikan dirinya sebagai kurir komunikasi (visual) yang bertanggung jawab

kepada masyarakat luas yang dijadikan target.

Dalam Social Communication seperti dikutip Bebe Idah Maryam28, ada beberapa factor yang mempengaruhi mudah tidaknya ketersampaian sebuah pesan

verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual, di antaranya: latar

belakang, yakni warna dan tekstur yang digunakan. Teks menjadi unsure utama dari

sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala keberadaan huruf dan latarnya

cukup kontras.

5. Karikatur

Karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian menjadi salah

kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik dan sebagainya berarti telah

menjadi kartun opini. Dengan kata lain, kartun yang membawa pesan kritik sosial,

27

Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desan Grafis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),, h. 28.

28

(43)

yang muncul disetiap penerbitan media massa political cartoon atau editorial

cartoon, yakni versi lain dari editorial atau tajuk rencana dalam versi gambar

humor.29

Menurut Sudarta, kartun adalah semua gambar humor, termaksud karikatur itu

sendiri sedangkan karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang,

biasanya orang terkenal, dengan mempercantiknya dengan penggambaran ciri khas

lahiriahnya untuk tujuan mengejek.30

Kartun Opini atau kartun editorial dalam media pers harus sejalan dengan

kebijakan media dan konteks di masyarakat. Redaksi menganggap penting kartun

opininya karena sebagai cermin kualitas media. Sudut pandang redaksi dan bagian

yang peka ada misi yang diemban, yaitu dalam jurnalistik, media, dan humor.

Alex sobur mengatakan bahwa sebagian kartun opini setidaknya adalah empat

hal teknis yang harus diingat. Pertama, harus informatif dan komunikatif; Kedua

harus situasional dengan pengungkapan yang hangat; Ketiga cukup memuat

kandungan humor; Keempat harus mempunyai gambar yang baik.31

Media memakai tanda-tanda visual berupa gambar yang dituangkan dalam

bentuk kartun. Sebuah gambar memiliki makna tertentu seperti halnya teks tulisan.

Terlebih gambar tersebut ditambah humor dengan bobot cerita yang menarik.

Jika dikaitkan dengan karikatur pada sampul Majalah Tempo dalam penelitian

ini. Maka yang dimaksud kartun disini adalah karun opini atau kartun editorial yang

isi kartunnya biasanya mengangkat situasi politik, sosial, dan sebagainya. Kartun

29

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h. 138-139. 30

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003),,h. 138. 31

(44)

dibuat dengan lelucon dan sarat dengan kritik tajam terhadap prilaku serta kebijakan

tokoh. Sifat kartun yang harus informatif, komunikatif, situasional dengan

mengungkapkan yang hangat, memuat humor dan memiliki gambar yang baik,

sehingga memberikan keuntungan dalam penyampaian kritik dengan sasaran

pembaca. Kartunis harus mampu menyampaikan pesan dengan sedikit rangkaian kata

kepada pembaca, agar kritik tersebut dapat dipahami pembaca dan pesan dapat

tersampaikan. Tugas kartunis adalah mengangkat masalah secara unik agar pembaca

dapat mengungkap sisi lain dalam memandang suatu masalah dengan ciri khasnya

tertentu. Namun, pembaca tentu dapat menafsirkan sendiri suatu masalah yang

diangkat dan tidak sesuai dengan pandangan kartunis.

C. Semiotika Charles Sanders Peirce

Berdasarkan pandangan semiotika, bila diseluruh praktik sosial dapat

dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai

tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.

Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhugungan

denganya: cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimnya, dan

penerimanya oleh mereka yang mempergunakanya.32

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.33 semiotika adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tanda-tanda,

lambang-lambang, sistem-sistemnya dan prosesnya.34

(45)

Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang

tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks,iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya

amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna

tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna

tanda tersebut berada.35

Diantara sekian banyak pakar tentang semiotika, Charles Sanders Peirce

(1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang dapat dianggap sebagai

pemuka-pemuka semiotika modern. Kedua kedua tokoh inilah yang muncul dua

aliran utama semiotika modern, yang satu menggunakan konsep Peirce dan yang lain

menggunakan konsep Saussure. Ketidaksamaan ini mungkin terutama disebabkan

oleh perbedaan yang mendasar, yaitu Saussure adalah cikal-bakal linguistik umum

kedua tokoh tersebut menggunakan ilmu semiotika secara terpisah dan saling

mengenal satu sama lain. Pemahaman atas dua gagasan ini merupakan syarat mutlak

bagi mereka yang ingin memperoleh pengetahuan dasar tentang semiotika.

Semiotika menurut Charles Sanders Peirce adalah tidak lain dari pada sebuah

nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.36 Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan

sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda melainkan dunia itu sendiri terkait

33

Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2009), hal.15 34

Puji Santosa, Ancangan Semiotika Dan Pengkajian Susastra,( Bandung:Angkasa, 1931), h.3

35

Rachmat Krisyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi,(Jakarta:Kencana,2006), h.262.

36

(46)

dengan pikiran manusia.37 penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda.

Sementara bagi Ferdinand de Saussure, semiotika adalah sebuah ilmu umum

tentang tanda,”suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam

masyarakat”. Tujuanya adalah untuk menunjukan bagaimana terbentuknya

tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.

Sausure tidak pernah berprestasi menjadi semiotikus karena pusat minatnya

bahasa. Namun dialah orang yang pertama kali mencetuskan gagasan untuk melihat

bahasa sebagai sistem tanda. Saussure yang ditetapkan pada tanda: penanda dan

petanda akhirnya mempengaruhi banyak semiotikus Eropa. Sedikitnya ada tiga aliran

yang diturunkan dari tanda Saussure.

Pertama, semiotik komunikasi yang menekuni tanda sebagai bagian dari

proses komunikasi. Kedua, semiotika konotasi, yaitu yang mempelajari makna

konotatif dari tanda. ketiga, yang sebenarnya merupakan aliran didalam semiotik

komunikasi adalah semiotik ekspansif dengan tokoh yang paling terkenal Julia

Kristeva. Dalam semiotika jenis ini,pengertian tanda kehilangan tempat sentral karena

digantikan oleh pengertia produksi arti. Tujuan semiotika ekspansif adalah mengejar

ilmu total dan bermimpi menggantikan filsafat.38

Semiotika menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama

perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai

tanda, harus ada dibelakang sistem tanda pembedaan dan konvensi yang

37

Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2009), h.2. 38

(47)

memungkinkan makna itu. Dengan demikian, bagi Peirce semiotika adalah sebuah

cabang dari filsafat, sedangkan bagi Saussure semiotika adalah bagian dari disiplin

psikologi sosial.39

Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatanya didalam

berbagai bidang, seperti antropologi, sosiologi politik, kajian agama, media studies,

dan cultural studies. Sebagai metode penciptaan, semiotika mempunyai pengaruh

pula pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur,

termasuk desain komunikasi visual.

Semiologi menurut Saussure, didasarkaan pada anggapan bahwa selama

perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai

stand, harus ada dibelakangnya system perbedaan dan konvensi yang memungkinkan

makana itu. Dimana ada tanda disana ada sistem.40

Ada lima pandangan Saussure tentang prinsip dasar semiotika yaitu pertama,

signifer (penanda) dan signified (petanda); kedua, from (bentuk) dan content (isi);

ketiga, langue(bahasa) dan parole (tutran, ujaran); keempat, syinchronic (sinkronik),

dan diachronic (diakronik); dan kelima, syntagmatik (sintagmatik) dan assosiative

(paradikamatik).41

Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunya semiotika (semiotic). Bagi

peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat

tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam fikirannya, logika

39

Kris Budiman,Semiotika Visual: Konsep Visual: Konsep ,Isu, Dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:Jalasutra,2011), h.3.

40

Sumbo Tinarbuko, Seminar Komukasi Visual,((Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h.12 41

(48)

sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda

(Berger,2001:11-22). Dalam perkembangan selanjutnaya, istilah semiotika lebih

popular dibandingkan dengan semiologi. Semiotika menurut Peirce adalah tidak lain

dari sebuah nama dari logika yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.42

Semotika adalah ilmu yang mempelajari tentang (sign), berfungsinya tanda,

dan produksi makna. Anda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang

lain. Dalam pendangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati

dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa,

tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan,

semua ini dapat disebut tanda.

Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, suatu keheningan, suatu

kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf , peristiwa memerahnya

wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga,

rabut uban, sikap diam membisu. Gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan,

menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan kesabaran, kegilaan,

kekawatiran, kelengahan, semuanya itu dianggap sebagai tanda.43

Sampai sejauh ini, bidang-bidang studi semiotika sangatlah beragam, mulai

dari kajian perilaku komunikasi hewan sampai dengan analisis atas system-sistem

pemaknaan seperti komunikasi tubuh (kinesik dan proksemik), tanda-tanda berbauan ,

teori estika, retorika, dan seterusnya. Ruang lingkup studi semiotika, dengan demikin,

42

Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta:penertbit Buku Baik,2004), h.3 43

(49)

sangatlah luas sehingga mungkin akan menimbulkan kesan sebagai suatu ilmu

dengan, meminjam istilah Umberto Eco (1979:6).

Semiotika pada dasarnya dapat dibedakan kedalam tiga cabang penyelidikan

(branches of inquiry), yakni sintaktik, sematik dan pragmatik.

1. Sintaktik (syntactic) atau sintaksis (syntax): suatu cabang

semiotika yang mengkaji ”hubungan formal diantara satu tanda

dengan tanda-tanda yang lain”. Dengan kata lain, karena

hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah

yangmengendalikan tuturan dan interpretasi, pengertian sintaktik

kurang lebih adalah semacam “gramatika”.

2. Sematik (semantics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang

mempelajari “ hubungan dia antara tanda-tanda dengan designate

atau objek-objek yang diacunya”. Bagi Morris, yang dimaksud

dengan desgnata adalah makna tanda-tanda sebelum digunakan

didalam tuturan tertentu.

3. Pragmatic (pragmatics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang

mempelajari “hubungan antara tanda-tanda dengan

interpreter-interpreter atau pemakainya”- pemakaian tanda-tanda. Pragmatik

secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi,

khususnya fungsi-fungsi situsional yang melatari tuturan.44

44

Gambar

Gambar 2.1 Semiotika Charles Sanders Peirce………………………………...……42
gambar ilustrsi tersebut ternyata mampu mengkritik secara efektif.
gambar ilustrasi yang mengandung berita.
Gambar atau foto lebih banyak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun sebenarnya profesion menjadi seorang guru bukan sahaja suatu pekerjaan yang murni dan baik malah menjadi seorang guru perlu bukan sahaja suatu pekerjaan yang murni dan

(1) Orang Asing warga negara dari negara tertentu dan pemerintah wilayah administratif khusus dari negara tertentu yang telah diberikan bebas Visa kunjungan berdasarkan

[r]

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul PERENCANAAN STRATEGIS TEKNOLOGI INFORMASI PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI’IYAH SITUBONDO DENGAN METODE WARDPEPPARD dalam rangka

Hasil penelitian implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Karangmonol menerapkan penilaian autentik

CHAPTER III. The Meaning of Research Method ... The Strategy of Research Method ... The Data and the Source of the Data ………. The Technique of Collecting the Data ... Validity

judul yang penulis ajukan adalah “Analisis Sistem Pengendalian Intern Atas Prosedur Penerimaan Kas dari Piutang pada Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI

Apabila pada sambungan dengan saluran berbeda disisipkan suatu induktor atau kapasitor, maka pada titik sambungan, bentuk gelombang pantul dan terusan akan berbeda