ANALISIS KONSERVATISME AKUNTANSI, CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY, PROFITABILITAS TERHADAPEARNING
RESPONSE COEFFICIENT
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur SektorConsumer GoodsIndustry Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)
Oleh:
TAKUANARA LALU GOGO 1111082000028
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS KONSERVATISME AKUNTANSI, CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY, PROFITABILITAS TERHADAPEARNING
RESPONSE COEFFICIENT
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur SektorConsumer GoodsIndustry Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)
Oleh:
TAKUANARA LALU GOGO 1111082000028
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS KONSERVATISME AKUNTANSI, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, DAN PROFITABILITAS TERHADAPEARNING
RESPONSE COEFFICIENT
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur SektorConsumer GoodsIndustry Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Takuanara Lalu Gogo NIM: 1111082000028
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data pribadi
1. Nama : Takuanara Lalu Gogo
2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 13 November 1992
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : BSD sektor 1-6 blok E2 No 9, Serpong,
Tangerang selatan, Banten
5. Agama : Islam
6. Nomor telepon : 085353131902
7. E-mail : takuanara@gmail.com
Data pendidikan formal
1. 1998-2003 : SDI Al-Azhar BSD, Tangerang Selatan
2. 2003-2004 : SD Al-Muqoddasah, Mlarak, Ponorogo
3. 2004-2007 : SMP Al-Muqoddasah, Mlarak Ponorogo
4. 2007-2008 : Takhasus PPMI Assalam, Kartsura,
Surakarta
5. 2008-2010 : MA PPMI Assalam, Kartasura, Surakarta
6. 2010-2011 : MA At-Tasyri, Kota Tangerang
Pengalaman Organisasi
1. Anggota LiSenSi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-2014)
2. Staff Divisi Riset LiSenSi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-2014)
Seminar dan Workshop
1. Seminar Nasional Accounting Fair 2014: “Kredibilitas Seorang Akuntan Dalam Menghadapi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia” Untuk Meningkatkan Kesadaran dan Pemahaman Akuntansi Syariah, FEB
Kepanitiaan
1. “WESHare” oleh LiSenSi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai anggota divisi perlengkapan, 2013.
ABSTRACT
The Effects Of Accounting Conservatism, Profitability,And Corporate Social Responsibility To Earnings Response Coefficient
This study aimed to examine the effect of accounting conservatism, profitability, and corporate social responsibility to the earnings response coefficient. Conservatism was measured using the book to market value. Measurement of profitability of companies using return on assets (ROA). In this study, using the GRI standard as a way to measure a company's corporate social responsibility, variable earnings response coefficient is measured by the method of CAR and the EU. Samples company is an enterprise consumer goods (consumer goods) are listed on the Stock Exchange in the period from 2010 to 2014 so that the total sample at the 5-year period is 65 samples.
The research method uses multiple linear regression analysis to determine the relationship of more than one independent variable on the dependent variable. The method used in the selection of the sample is purposive sampling technique based on the consideration (judgment sampling). Data collection method used is secondary data, that is data obtained by researchers indirectly through intermediaries media and literature, the data in this study was obtained from the official website of Indonesia Stock Exchange that can be accessed at the address www.idx.co.id data used is the annual report reported by the company concerned.
Based on the results of statistical performed by t-tests, shows that accounting conservatism variable does not affect the company's earnings response coefficient, in addition to the variable profitability, and corporate social responsibility also had no effect on the dependent variable earnings response coefficient (ERC) but if alpha value is 10% Ha analysis will be accepted. Conducted simultaneous test also showed that the value of Adjusted R Square of 0.117 indicates that the value of the dependent variable is earnings response coefficient of 11.7% can be explained by the independent variables, namely, accounting conservatism, CSR, and profitability.
ABSTRAK
Pengaruh Konservatisme Akuntansi , Profitabilitas Dan Corporate Social Responsibility TerhadapEarnings Response Coefficient
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari konservatisme akuntansi, profitabilitas, dan corporate social responsibility terhadap earnings response coefficient. Konservatisme diukur dengan menggunakan metodebook to market value. Pengukuran profitabilitas perusahaan menggunakan return on asset
(ROA). Pada penelitian ini menggunakan standard GRI sebagai cara untuk mengukur tingkat corporate social responsibility suatu perusahaan, variable
earnings response coefficient diukur dengan metode CAR dan UE. Sampel
perusahaan merupakan perusahaan consumer goods (barang konsumsi) yang
terdaftar di BEI pada periode 2010-2014 sehingga total sampel pada periode 5 tahun adalah 65 sampel.
Metode penelitian menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel penelitian adalah
purposive sampling dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement sampling). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara dan studi pustaka, data pada penelitian ini diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia yang dapat diakses pada alamat www.idx.co.id , data yang digunakan adalah annual report yang dilaporkan oleh perusahaan terkait.
Berdasarkan hasil uji statistik t yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa
variabel konservatisme akuntansi tidak berpengaruh terhadap earnings response
coefficient perusahaan, selain itu variabel profitabilitas, dan corporate social responsibility juga tidak berpengaruh terhadap variabel dependen earnings response coefficient (ERC). Tetapi jika probabilitas alpha bernilai 10% maka Ha akan diterima. Uji simultan yang dilakukan juga menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,117 nilai ini menunjukkan bahwa variabel dependen yaitu earnings response coefficient dapat dijelaskan sebesar 11,7% oleh variabel independen yaitu, konservatisme akuntansi, CSR, dan profitabilitas.
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih dan
Penyayang, Sumber ilmu pengetahuan, sumber cahaya yang mampu menerangi
jalan kepada kebenaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Pengaruh Konservatisme Akuntansi,Corporate Social Responsibility Disclosure, Dan Profitabilitas Terhadap Earnings Response Coefficient”
dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk
memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakulatas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada :
1. Kepada Ayah saya yang selalu saya kagumi, Nasrul Amri Lubis dan Ibu
saya yang tercinta Suhaeni yang tiada henti memberikan dukungan dan doa
kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini secepat
mungkin. Ridha Ayah dan Ibu adalah Ridha Allah sehingga setiap doanya
yang dipanjatkan membuat langkah yang dilalui oleh penulis dapat dilalui
dengan lancar.
2. Kepada abang Malo yang saya hormati dan kedua adek yang saya sayangi
Muhammad dan Burju, yang menjadi pengingat bahwa saya harus menjadi
contoh yang baik buat kalian. Kalian adalah kekuatan dibalik
terselesaikannya skripsi ini.
3. Kepada teman-teman seperjuangan di angkatan Akuntansi 2011 terima
kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan baik secara langsung
maupun tidak sehingga saya bisa terus berjuang dalam waktu 4,5 tahun ini.
4. Kepada Bapak Prof. Dr. M. Arief Mufraini, Lc selaku Dekan Fakultas
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku pelaksana tugas ketua jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., selaku pelaksana tugas sekretaris
jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen Pembimbing Skripsi I
terimakasih atas segala waktu yang diluangkan untuk bimbingan dan saran
yang diberikan untuk penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi dengan tepat waktu.
8. Ibu Atiqah, SE., M.S., Ak, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
meluangkan waktu dan dengan sabar untuk membimbing dan memberikan
pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas saran yang Ibu berikan
dengan sabar selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang
skripsi.
9. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada
penulis, serta seluruh karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
10. Teman-teman kelas “Akuntansi A angkatan 2011” yang telah banyak mewarnai kehidupan penulis memberikan pengalaman baru. Kenangan
bersama kalian selama menjalankan kuliah tidak akan pernah terlupakan
dan akan menjadi bagian manis dalam kehidupan penulis.
11. Teman-teman kelas akuntansi manajemen angkatan 2011 yang selalu
semangat, walaupun jumlah kita eksklusif tapi kita tetap belajar dengan baik
dan kompak. Terima kasih atas segala dukungannya kepada penulis.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang meskipun tidak seluruhnya
saling kenal namun, tidak mengurangi rasa kebersamaan yang telah terjalin
sejak awal masuk kuliah.
13. Teman-teman tim KKN VALENSI 2014, atas pengalaman dan kenangan
berjuang bersama hidup mandiri, dan rasa kebersamaan dan kekeluargaan
14. Kepada semua pihak diluar sana yang telah banyak memberikan penulis
inspirasi dan pelajaran tentang kehidupan. Sebuah pelajaran yang tak pernah
didapatkan di bangku kuliah. Pengalaman yang dilukiskan selama
perjalanan menempuh pendidikan. Cerita kehidupan yang selalu
menguatkan langkah untuk terus maju menggapai impian.
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki,
namun skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan maupun dalam sisi materi, untuk itu penulis berharap
aka nada tindak lanjut berupa saran dan kritik yang dapat membangun setelah
penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis ingin
mempersembahkan skripsi ini bagi semua pihak yang menaruh perhatian bagi
perkembangan dunia pendidikan khususnya bidang penelitian di Indonesia dengan
harapan akan bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum, Wr, Wb.
Jakarta, 6 oktober 2015
DAFTAR ISI
COVER DALAM...i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF...iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...vi
ABSTRACT...viii
ABSTRAK ...ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI...xiii
DAFTAR TABEL ...xvii
DAFTAR GAMBAR………...xviii
DAFTAR LAMPIRAN...xx
BAB I. PENDAHULUAN ………..1
A. Latar belakang ………..1
B. Rumusan masalah ………..13
C. Tujuan dan manfaat penelitian ………..………14
2. Manfaat penelitan ………..14
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……….16
A. Landasan teori ………...16
1. Basis teori ……….16
2. Konservatisme akuntansi………....…...18
3. Corporate social responsibility ……….27
4. Profitabilitas ……….37
5. Earning response coefficient ………38
B. Penelitian-penelitian terdahulu ……….39
C. Keterkaitan antarvariabel dan perumusan hipotesis ……….44
1. Konservatisme akuntansi dengan ERC ……….44
2. CSR dengan ERC ……….45
3. Profitabilitas dengan ERC ………46
4. Konservatisme akuntansi, CSR, dan profitabilitas, dengan ERC..48
D. Ringkasan operasional variabel ………49
E. Kerangka teoritis ………51
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………52 A. Ruang lingkup penelitian ……….52 B. Metode penentuan sampel ………52 C. Metode pengumpulan data ………53 D. Metode analisis data ….………53
2. Uji asumsi klasik ………..54
3. Uji koefisien determinasi ……….57
4. Uji hipotesis ………..58
E. Operasionalisasi variabel ………59
1. Earning response coefficient ………...59
2. Konservatisme akuntansi ……….61
3. Corporate social responsibility……….………….61
4. Profitabilitas ……….62
BAB IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ………...73
A. Sekilas gambaran umum objek penelitian ………73
B. Hasil uji analisis data penelitian ………76
1. Hasil uji statistik deskriptif ………...76
2. Hasil uji asumsi klasik ……….78
3. Hasil uji koefisien determinasi ……….81
4. Hasil uji hipotesis ………82
BAB V. PENUTUP ………..88
A. Kesimpulan ………..88
B. Saran ………89
DAFTAR PUSTAKA ………..90
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Hasil penelitian sebelumnya………...40
2.2 Ringkasan operasional variabel………..……..49
4.1 Tahapan seleksi sampel dengan kriteria ………...….…74
4.2 Sampel penelitian……….…76
4.3 Tabel uji statistik deskriptif ………..…….77
4.4 Hasil uji multikolinearitas ..………79
4.5 Hasil uji autokorelasi………...80
4.6 Hasil uji heterokedastisitas……….…….81
4.7 Hasil uji koefisien determinasi……….……82
4.8 Hasil uji statistik t……….……83
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Grafik laba bersih………2
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Perusahaanconsumer goods yang menjadi sampel ………96
2 Tahapan seleksi sampel ………..96
3 Hasil perhitungan variabel independen konservatisme ..….98
4 Hasil perhitungan variabel independen profitabilitas ……100
5 Hasil perhitungan variabel independen CSR ……….102
6 GRIStandard Social Responsibility………104
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah karena adanya
hubungan antar ketiga variable independen (konservatisme akuntansi,
profitabilitas, dancorporate social responsibility disclosure) dengan varibel
dependennya (earnigs response coefficient) serta untuk menambah wawasan
pembaca tentang beberapa hal yang sebenarnya juga mempengaruhi
keputusan para stakeholder dalam melakukan investasi, khususnya yang
berhubungan dengan empat variable yang disebutkan diatas.
Kualitas laba merupakan sesuatu yang sentral dan penting dalam dunia
akuntansi karena berdasar kualitas laba tersebut profesi akuntansi
dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku kepentingan lainnya
mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan keuangan, apabila
kualitas laba yang disajikan tidak dapat di andalkan maka para pemangku
kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi.
Tujuan akuntansi adalah menyediakan informasi keuangan yang
berguna bagi para pemakai untuk pengambilan keputusan. Suatu informasi
dapat berguna untuk pengambilan keputusan apabila informasi tersebut
relevan dan dapat diandalkan (seperti yang disebutkan dalam karakteristik
kualitatif informasi keuangan, SFAC no.2). Informasi dikatakan relevan
dapat diandalkan apabila disajikan secara netral atau tidak memihak pada
salah satu pemakai, dapat di uji kebenarannya (verifiability) dan penyajiannya jujur (representational faithfulness).
Dengan terpenuhinya nilai-nilai diatas maka laporan keuangan
perusahaan akan menampilkan informasi yang dipercaya dan meningkatkan
kualitas laba mereka.karena kualitas perusahaan dilihat juga dari kualitas laba
mereka. Seperti yang digambarkan oleh gambar dibawah ini.
Gambar 1.1 Grafik Laba Bersih
Sumber: PYFA Annual Report.
Gambar tersebut menunjukkan grafik laba bersih dari perusahaan
Pyridam Farma periode 2008-2012 yang terus naik setiap tahunnya kenaikan
1. Persistensi akrual.
Kualitas laba didasarkan pada perbedaan relatif persistensi akrual terhadap
arus kas.
2. Estimasi Kesalahan Dalam Proses Akrual.
Akrual memberikan informasi tentang arus kas masa yang akan datang.
Untuk meningkatkan bahwa proses akrual bebas dari kesalahan estimasi,
akrual dan laba akan di representasi dengan arus kas masa yang akan datang.
3. Ketiadaan manajemen laba.
Sulit untuk menentukan apakah perusahaan melakukan manajemen laba
atau tidak, karena sulit untuk diteliti. Namun begitu pola tertentu terhadap
laba dapat mengindikasikan keberadaan atau ketiadaan manajemen laba.
4. Konservatisme.
Yaitu mendeskripsikan perbedaan ketepatan waktu dalam mengakui
keuntungan dan kerugian berdasarkan pada hubungan antara akrual dan arus
kas. (Surifah, 2010).
Dan atas dasar pengukuran-pengukuran inilah yang mendukung
dilakukannya penelitian terhadap kualitas laba (dalam penelitian iniearnings response coefficient) terwujud.
Variabel pertama yaitu konservatisme akuntansi. Bila kita
membicarakan akuntansi maka salah satu topiknya tidak akan lepas dari
laporan keuangan yang mana laporan keuangan ini merupakan hasil dari
penelitiannya, dia berpendapat bahwa, konservatisme adalah salah satu
instrumental utama dalam pelaporan keuangan yang menggunakan
kehati-hatian dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan dan aset. Konservatisme
dapat menjadi alat untuk membuat kontrak lebih efisien dan membatasi
kecenderungan manajer untuk berperilaku oportunistik yang dilindungi dari
pengguna luar. Selain itu konservatisme dapat melindungi dari perusahaan
dan bahkan auditor independen terhadap tuntutan hukum. Karena fungsi
utilitas asimetris individual, yang merupakan akar dalam teori prospek, dan
kemungkinan aksesi perilaku oportunistik, konservatisme akuntansi bisa
menjadi alat yang tepat untuk menetralisir perilaku oportunistik. Di sisi lain,
perusahaan yang baik juga menyediakan mekanisme untuk mengontrol
perilaku oportunistik dan memberikan kontrak efisien (Kootanaee et al, 2013)
Konservatisme juga dapat didefinisikan sebagai bias ke bawah nilai
buku aktiva dari nilai ekonomi yang disebabkan karena tidak konsisten dan
tidak lengkapnya identifikasi ekonomi laba akuntansi (Kootanaee et al, 2013).
Panitia Teknis organisasi audit di Iran, dalam kerangka konseptual pelaporan
keuangan, menganggap konservatisme sebagai salah satu komponen dari
karakteristik kualitas, tapi tidak menggunakan kata "konservatisme",
melainkan menggunakan kata "kehati-hatian" (prudence) yang berarti:
"penyedia laporan keuangan harus menyingkirkan berbagai jenis
ketidakpastian yang tidak bisa dihindari, yang meliputi banyak kejadian dan
kemungkinan klaim yang berkaitan dengan jaminan barang yang dijual. Kasus
tersebut, mengamati tindakan pencegahan dalam penyusunan laporan
keuangan dan pengungkapan menyertai sifat-sifat yang diidentifikasi.
Prudence adalah tingkat penerapan ketelitian dalam menjalankan jejak
pendapat perlu memperkirakan ketidakpastian. Jadi mereka belum
menyediakan informasi pendapatan dan aset yang oversestimate, dan biaya atau hutangunderestimate(Kootanaee et al, 2013).
Praktik akuntansi konservatif diduga mempengaruhi daya prediksi laba
dan koefisien respons laba. Laba merupakan informasi yang ditunggu-tunggu
oleh pasar dan masih diyakini sebagai informasi utama yang memiliki
kandungan informasi karena dapat mempengaruhi investor dalam membuat
keputusan membeli, menjual atau menahan sekuritas yang diterbitkan oleh
perusahaan.
Namun demikian, laba itu sendiri memiliki keterbatasan yang
dipengaruhi oleh asumsi perhitungan dan juga kemungkinan manipulasi yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan sehingga dibutuhkan informasi lain
selain laba untuk memprediksi return saham perusahaan yaitu koefisien respon laba atau disebut juga dengan earning response coefficient (ERC).
Konservatisme dalam akuntansi ini mengimplikasikan adanya persyaratan
verifikasi yang asimetris antara pengakuan laba dan rugi. Oleh karena itu,
semakin tinggi tingkat perbedaan dalam verifikasi yang disyaratkan untuk
Peneliti lain yang menjelaskan dampak dari konservatisme akuntansi
adalah Chang. Chang berpendapat bahwa akuntansi konservatisme dapat
mengekang inovasi perusahaan dengan memperburuk efek dari miopia
manajerial. Manajer yang berada di bawah tekanan untuk memenuhi tujuan
akuntansi jangka pendek tertentu (misalnya, positif atau meningkatkan
pendapatan atau tingkat tertentu laba per saham) dan memotong upayaR&D
(Resarch and Development) perusahaan. jika pengeluaran R&D
membahayakan kemampuan untuk mencapai tujuan tersebut, konservatisme
akuntansi memperparah efek manajerial myopia ini karena publikasi asimetris
berita baik dan buruk meningkatkan kemungkinan hilang target tersebut dan
dengan demikian menimbulkan kecenderungan untuk mengurangi upaya
R&D. Karena ketiadaan konservatisme akuntansi, manajer yang berada di bawah tekanan untuk mencapai tujuan akuntansi berbasis jangka pendek
dapat menunda pengakuan berita buruk, dan dengan demikian dapat
menghindari pemotongan investasi dalam R&D dengan alasan akuntansi.
Menyadari kemungkinan bahwa R&D mungkin akan mengganggu usaha
mereka (ex post), manajer dari perusahaan dengan akuntansi konservatif dapat
memutuskan (ex ante) untuk menghindari multi-tahap jangka panjang
proyek-proyek penelitian yang inovatif dengan potensi besar membayar-off jika ada
risiko bahwa proyek-proyek tersebut akan terpengaruh oleh guncangan
ekonomi (tidak berhubungan denganR & D).
saham lebih myiopia, seperti di mana mereka membayar manajer lebih
sensitif terhadap kinerja akuntansi atau di mana tekanan dari jangka pendek
investor institusi lebih besar (Chang et al, 2013). Disisi lain, yang mendukung
praktik akuntansi konservatif menyatakan bahwa akuntansi konservatif
menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena praktik akuntansi
konservatif mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan
laba dan membantu pengguna laporan keuangan dalam menyajikan laba dan
aktiva yang tidakoverstate(Watts, 2002).
Tiap-tiap metode akuntansi mempunyai tingkat konservatisme yang
berbeda. Pilihan metode akuntansi akan berpengaruh terhadap angka-angka
yang disajikan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laporan
laba-rugi perusahan. Penelitian ini juga dimotivasi oleh Penman dan Zhang (2002)
yang dalam penelitiannya menjelaskan bahwa hubungan antara akuntansi
konservatif dan kualitas laba tergantung pada pertumbuhan investasi
perusahaan. Pertumbuhan investasi yang temporer atau berfluktuasi akan
menghasilkan tingkat pengembalian (rate ofreturn) kualitas laba rendah. Penerapan akuntansi konservatif akan menghasilkan laba yang berfluktuasi
(tidak persisten). Laba yang berfluktuasi akan mengurangi daya prediksi laba
untuk memprediksi aliran kas perusahaan pada masa yang akan datang.
Apalagi nilai perusahaan adalah nilai sekarang dari aliran kas masa
depan,maka laba yang berfluktuasi cenderung untuk mengurangi hubungan
Dapat disimpulkan praktik akuntansi konservatif diduga akan
mengurangi koefisien respons laba perusahaan. Penelitian meneliti pengaruh
akuntansi konservatisme terhadap kualitas laba. Panman dan Zhang
mendefinisikan kualitas laba sebagai kemampuan laba sekarang untuk
memprediksi laba masa depan. Panman dan Zhang (2002) menemukan
perusahan yang menerapkan akuntansi konservatif dan pertumbuhan investasi
yang berfluktuasi memiliki kualitas laba yang rendah. Penelitian ini meneliti
koefisien respons laba perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatisme
dan akuntansi yang lebih optimis. Praktik akuntasi yang berfluktuasi memiliki
kualitas laba yang rendah. Penelitian ini meneliti koefisien respons laba
perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatisme dan akuntansi yang
lebih optimis. Praktik akuntansi konservatisme diduga secara tidak langsung
mempengaruhiearnings response coefficient.
Variabel selanjutnya ada profitabilitas, yang seperti sudah kita ketahui
bahwa profitabilitas itu adalah cermin dari keuntungan perusahaan, kenapa profitabilitas ini juga termasuk elemen yang berpengaruh, ini disebabkan
karena investor juga mengambil keputusan salah satunya dari bagus tidaknya profitabilitas sebua perusahaan selama tahun berjalan.
Apabila profitabilitas ini dihubungkan dengan ERC maka dapat
dikatakan bahwa jika profitabilitas perusahaan tinggi, laba yang dihasilkan perusahaan meningkat selanjutnya akan mempengaruhi para investor untuk
mempengaruhi earnings response coefficient, baik secara simultan maupun parsial (Kusumawardhani dan Nugroho. 2010).
Kemudian variabel ketiga, yaitucorporate social responsibility(CSR) yang dimana CSR ini merupakan sebuah gagasan yang menjadikan
perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada
single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Kesadaran atas pentingnya CSR dilandasi pemikiran
bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomi dan legal
kepada pemegang saham (shareholder), tapi juga kewajiban terhadap
pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder). CSR menunjukkan bahwa
tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom line yaitu
tanggung jawab perusahaan pada aspek sosial, lingkungan, dan keuangan.
(Dian dan Lidyah, 2011). Yang berarti juga perusahaan memiliki tanggung
jawab terhadap warga sekitar dan elemen masyarakt lain yang berada disekitar
perusahaan itu berada baik aset maupun pusat kegiatan yang dimiliki oleh
perusahaan.
Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang
memunculkan istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal
dengan istilah corporate social responsibility (CSR). corporate social
responsibilitymerupakan komitmen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya untuk senantiasa memberikan kontribusi positif terhadap
Social Responsibility Disclosure) yang disosialisasikan ke publik dalam
laporan tahunan (annual report) perusahaan. Undang-undang telah mengatur
pelaksanaan CSR dengan menerbitkan Undang-undang No. 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Pengungkapan CSR juga telah diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 paragraf 9 tentang
pengungkapan dampak lingkungan. (Sari, 2012)
Selain itu, pengambil keputusan ekonomi saat ini, tidak hanya melihat
kinerja keuangan entitas, karena kesimpulan baik atau buruknya kinerja
entitas tidak cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang dihasilkan.
Penerapan CSR dipercaya dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dimana
para investor cenderung menanamkan modal kepada perusahaan yang
melakukan kegiatan CSR. Karena perusahaan yang mengedepankan aspek
sustantibility tentu akan mennerjemahkan prinsip sustantibility ke dalam
strategi dan operasi perusahaan, sehingga faktor-faktor yang mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan dapat menjadi bahan masukan dalam rangka
pengambilan keputusan oleh investor. Oleh karena itu,
perusahaan-perusahaan dapat menggunakan informasi CSR sebagai salah satu
keunggulan kompetitif perusahaan. (Cheng dan Christiawan, 2012)
Beberapa peneliti menyampaikan pendapat yang berbeda-beda terhadap
hubungan antara pengungkapan corporate social responsibility dengan
maka akan semakin rendah nilai ERC. Sebaliknya, semakin rendah CSR maka
akan semakin tinggi ERC (Adisusilo dan Sudarsono, 2010). Wulandari
menyatakan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap ERC. Yang dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa investor lebih berorientasi pada kinerja
jangka pendek, sedangkan CSR lebih berorientasi pada kinerja jangka panjang
dan CSR yang diungkapkan oleh perusahaan masih relatif sedikit. (Wulandari
dan Wirajaya, 2014) Arifulsyahh berpendapat bahwa, jika tanpa variabel
pengendali, CSR disclosure tidak terbukti berpengaruh terhadap ERC
(Arifulsyah dkk, 2014). Rhowiyana menyatakan bahwa secara parsial CSR
tidak berpengaruh terhadap ERC. (Rhowiyana, 2011). Sayekti dan
Wonndabio menyatakan bahwa CSR dalam laporan tahunan perusahaan
berpengaruh negatif terhadap ERC (Sayekti dan Wonndabio, 2007). Sukirman
dan Meiden juga berpendapat sama (Sukirman dan Meiden, 2012). Begitu
juga dengan Pradipta dan Purwaningsih (Pradipta dan Purwaningsih, 2012).
Tetapi Cheng berpendapat bahwa abnormal return yang merupakan bagian
dari konstanta ERC dipengaruhi positif oleh CSR (Cheng dan Christiawan,
2012).
Ruang lingkup tanggung jawab sosial (CSR) antara lain: (a) Basic Responsibility,Tanggung jawab yang muncul karena keberadaan perusahaan. Contohnya kewajiban membayar pajak, mentaati hukum, memenuhi standar
pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham (b) Organizational
(c)Societal Responsibility, Tanggung jawab yang menjelaskan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan masyarakat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan
berkembang secara berkesinambungan.
Penelitian ini penelitian replikasi dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Kusumawardhani dan Nugroho (2010); dan Tuwentina dan
Wirama (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelunya adalah
terdapat pada variabel independen, objek penelitian dan periode penelitiannya.
Adapun perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen yang digunakan pada penelitian Kusumawardhani dan
Nugroho (2010) adalah CSR dan ukuran perusahaan, dan profitabilitas.
Sedangkan pada Tuwentina dan Wirama (2014) variabel independen yang
diteliti hanya konservatisme akuntansi saja. Adapun variabel independen
yang digunakan pada penelitian ini adalah konservatisme akuntansi,
profitabilitas, dan CSR
2. Objek penelitian pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor
consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2010-2013, sedangkan objek penelitian Kusumawardhani dan
Nugroho (2010) adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode tahun 2006-2008. Serta pada Tuwentina dan Wirama
(2014) objek data yang diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di BEI pada
periode 2008-2012 Alasan penggunaan perusahaan manufaktur sektor
(dapat mencakupi masyarakat dengan berbagai tingkat pendapatan). Yang
menyebabkan nama perusahaan tersebut dikenal luas oleh masyarakat. Dari
nama (brand) yang dikenal luas tersebut maka sektor industri ini harus berupaya dengan berbagai cara agar nama perusahaan mereka tetap disukai
oleh masyarakat luas, yang dalam penelitian ini berarti dengan kegiansocial responsibility yang dilaporkan dalam kegiatan CSR perusahaan di laporan tahunan. Kemudian mengkaitkannya dengan tingkat laba perusahaan dan apa
dampaknya terhadap kualitas laba (ERC) perusahaan tersebut, oleh karena
itu dibuatlah penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Dengan demikian, maka
dibuat suatu penelitian dengan judul ”Analisis pengaruh Konservatisme
Akuntansi, Corporate Social Responsibility Disclosure, dan Profitabilitas terhadap Earnings Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur SektorConsumer GoodsIndustry Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)”
B. Perumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut saya merumuskan masalah topik
ini sebagai berikut:
1. Apakah konservatisme akuntansi mempengaruhi earnings response
2. Apakahcorporate social responsibility disclosuremempengaruhiearnings response coefficientsecara signifikan?
3. Apakah profitabilitas mempengaruhi earnings response coefficient secara signifikan?
4. Apakah konservatisme akuntansi, corporate social responsibility
disclosure, dan profitabilitas mempengaruhi earnings response coefficient
secara signifikan?
C. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang buat oleh penulis melakukan penelitian adalah:
a. Menganalisis pengaruh konservatisme akuntansi,corporate social
responsibility disclosure, dan profitabilitas terhadap koefisien respon laba.
b. Menganalisis variabel independen yang paling dominan mempengaruhi
ERC.
2. Manfaat penelitian. a. Kontribusi teoritis
1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat sebagai sarana informasi pengetahuan akuntansi
pengaruh konservatisme akuntansi, CSR disclosure, dan
profitabilitas.
3) Peneliti berikutnya, Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah pengetahuan tentang ERC diharapkan dapat bermanfaat
bagi penulis di masa yang akan datang.
b. Kontribusi praktis.
Akuntan sebagai praktisi keuangan dapat memanfaatkannya dalam
menyusun strategi perusahaan demi keberlanjutan dan tegaknya visi dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Basis Teori
a. Teori Sinyal
Perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan memberi sinyal dengan
cara menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu, hal ini tidak bisa
ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk karena perusahaan berkualitas
buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan
keuangannya. Sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang berkualitas baik
dianggap sebagai berita baik (good news) sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang berkualitas buruk dianggap sebagai berita buruk (bad news).
Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal
menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi
asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan
bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang
menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah
perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu
pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak
(prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan
menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan.
Gao dan Wagenhover (2014) memperkuat konsep teori sinyal dalam
konservatisme akuntansi,dalam fitur akuntansi konservatif:
1. Meningkatkan kemungkinan mendapatkan sinyal yang kurang baik
dibandingkan dengan sinyal yang baik dan, disaat yang sama, itu mengurangi
ketepatan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan sinyal yang
menguntungkan. Masing-masing fitur dapat berguna dalam situasi tertentu.
Secara khusus, jika sistem akuntansi sangat tidak akurat, hanya
mempengaruhi keputusan monitoring. Kami menemukan bahwa monitoring
setelah sinyal yang kurang baik adalah lebih baik untuk selalu memantau atau
monitoring setelah mengamati sinyal yang menguntungkan saja. Hasil ini
menggunakan fitur yang konservatisme membuat sinyal yang
menguntungkan indikator yang sangat tepat bahwa manajer sebenarnya
cocok. Oleh karena itu, pemantauan berikut sinyal yang menguntungkan tidak
mengungkapkan banyak informasi tambahan, tapi tetap menimbulkan satu
biaya pemantauan. Oleh karena itu, adalah lebih baik untuk memonitor pada
mengamati sinyal yang tidak menguntungkan saja. Meningkatkan biaya
monitoring, pemantauan pada sinyal yang kurang baik masih optimal.
2. Namun, sistem akuntansi yang optimal beralih menjadi agresif
(non-konservatif). Sejak pemantauan relatif mahal, sistem akuntansi agresif
lebih tepat dalam jenis. Jika kenaikan biaya pemantauan lebih lanjut,
monitoring menjadi tidak menguntungkan dan ditinggalkan. (Gao dan
Wagenhover, 2014)
2. Konservatisme Akuntansi
Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang
dimaksudkan untuk mengakui dan mengukur aktiva dan laba dilakukan
dengan penuh kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis yang
dilingkupi ketidak pastian. Implikasi dari penerapan prinsip ini adalah
pemilihan metode akuntansi ditujukan pada metode yang melaporkan laba
dan aktiva lebih rendah atau utang lebih tinggi. Praktik konservatisme bisa
terjadi karena standar akuntansi yang berlaku di Indonesia memperbolehkan
perusahaan untuk memilih salah satu metode akuntansi dari kumpulan
metode yang diperbolehkan pada situasi yang sama. Misalnya, PSAK No.14
mengenai persediaan, PSAK No.17 mengenai akuntansi penyusutan dan
PSAK No.20 mengenai biaya riset dan pengembangan. Akibat dari
fleksibilitas dalam pemilihan metode akuntansi adalah terhadap angka-angka
dalam laporan keuangan, baik laporan neraca maupun laba rugi. Di dalam
usaha untuk menghubungkan laba danreturnsekuritas, diasumsikan terdapat
hubungan antara revisi ekspektasi laba oleh pasar dan aliran kas. Perubahan
harga dalam merespon satu rupiah laba yang dihasilkan adalah satu rupiah
persentensi laba, daya prediksi laba, pertumbuhan dan struktur modal (Arna
Suryani, 2012).
Konservatisme merupakan salah satu prinsip yang digunakan dalam
akuntansi. Konservatisme akuntansi menurut FASB adalah, reaksi bijaksana
pada ketidakpastian yang mencoba untuk memastikan bahwa ketidakpastian
dan risiko yang ada dalam situasi bisnis memadai dipertimbangkan secara
memadai (FASB, 2008).
Tokoh yang terkenal dengan teori tentang konservatisme, Watts
(2003) mendefinisikan konservatisme sebagai perbedaan verifiabilitas yang
diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan
bahwa konservatisme akuntansi muncul dari insentif yang berkaitan dengan
biaya kontrak, litigasi, pajak, dan politik yang bermanfaat bagi perusahaan
untuk mengurangi biaya keagenan dan mengurangi pembayaran yang
berlebihan kepada pihak-pihak seperti manajer, pemegang saham, pengadilan
dan pemerintah. Selain itu, konservatisme juga
menyebabkanunderstatement terhadap laba dalam periode kini yang dapat
mengarahkan pada overstatement terhadap laba pada periode-periode
berikutnya, sebagai akibat understatement terhadap biaya pada periode
tersebut.
Panman dan Zhang (2002) menjelaskan konservatisme akuntansi
merupakan suatu pemilihan metode dan estimasi akuntansi yang menjaga
metode LIFO dalam menilai persediaan pada saat nilai persediaan meningkat
adalah salah satu contoh penerapan akuntansi konservatisme. Metode LIFO
dikatakan lebih konservatif karena metode ini mengakibatkan nilai persediaan
lebih rendah dibandingkan dengan FIFO danaverage cost methodpada saat
nilai persediaan mengalami peningkatan.
Konservatisme akuntansi tidak menjadi prinsip yang diatur dalam
standar akuntansi internasional (IFRS). Hellman (2007) menyatakan bahwa
jika dibandingkan dengan akuntansi konvensional, IFRS fokus pada
pencatatan yang lebih relevan sehingga menyebabkan ketergantungan yang
semakin tinggi terhadap estimasi dan berbagai judgement. Dalam hal ini, kebijakan yang ditetapkan IASB (International Accounting Standard Board) tersebut menyebabkan semakin berkurangnya penekanan atas penerapan
akuntansi konservatif secara konsisten.
Secara tradisional, konservatisme dalam akuntansi dapat diterjemahkan
melalui pernyataan “tidak mengantisipasi keuntungan, tetapi mengantisipasi semua kerugian” (Bliss, 1924 dalam Watts, 2003a).
Konservatisme dalam akuntansi ini mengimplikasikan adanya
persyaratan verifikasi yang asimetris antara pengakuan laba dan rugi. Oleh
karena itu, semakin tinggi tingkat perbedaan dalam verifikasi yang
disyaratkan untuk pengakuan laba versus pengakuan rugi, maka semakin
tinggi tingkat konservatisme akuntansinya (Watts, 2003a).
akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung konservatif. Beberapa
metode dan estimasi akuntansi dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang menyebabkan akuntansi konservatif dalam
pelaporan keuangan adalah
1) PSAK No. 1 (Revisi 1998) tidak mengatur ketentuan mengenai taksiran
jumlah piutang yang tidak dapat ditagih dalam penyajian laporan keuangan,
padahal terdapat beberapa cara estimasi kerugian piutang;
2) PSAK No. 13 mengenai akuntansi untuk investasi, menyatakan bahwa biaya
dapat ditentukan berdasarkan FIFO, rata-rata tertimbang, atau LIFO. Nilai
pasar dapat ditentukan berdasarkan portofolio agregat, dalam total atau
menurut urutan kategori investasi, atau investasi individual, secara konsisten;
3) PSAK No. 14 memberikan kebijakan kepada manajemen untuk menghitung
biaya persediaan dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar
pertama (MPKP), rata-rata tertimbang, atau masuk terakhir keluar pertama
(MTKP);
4) PSAK No. 16 mengijinkan manajemen untuk mengestimasi masa manfaat
suatu aktiva tetap didasarkan pertimbangan yang berasal dari pengalaman
perusahaan ketika menggunakan aktiva serupa. Standar ini memungkinkan
perusahaan untuk mengubah masa manfaat aktiva yang digunakan;
5) PSAK No. 17 mengijinkan manajemen memilih metode penyusutan untuk
mengalokasikan jumlah aktiva yang bisa disusutkan dengan suatu dasar
konsisten digunakan dari periode ke periode kecualiterdapat perubahan dalam
pola yang diharapkan atas manfaat ekonomis aktiva tersebut;
6) PSAK No. 19 meminta manajemen untuk memilih metode amortisasi garis
lurus untukaktiva tidak berwujud, kecuali jika suatu perusahaan mempunyai
metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan.
Periode amortisasi harus dapat dievaluasi oleh perusahaan secara teratur
untuk menentukan apakah peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut
perubahan taksiran masa manfaat yang telah ditentukan. Pada umumnya masa
manfaat suatu aktiva tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak
tanggal aktiva siap digunakan.
Walaupun praktik akuntansi konservatif diperbolehkan tetapi praktik
akuntansi konservatif tidaklah menganjurkan bahwa laporan keuangan
haruslah secara sengaja disajikan terlalu rendah (understated). Pada saat diberikan bukti yang obyektif dan dapat diverifikasi tentang suatu transaksi
yang material, prinsip pengukuran akuntansi harusdiikuti dan tidak ada upaya
untuk secara sengaja menyajikan terlalu rendah (understated) suatu aktiva atau menyajikan terlalu tinggi (overstated) suatu kewajiban. Hanya jika terdapat ketidakpastian yang signifikan tentang nilai suatu transaksi saja
barulah praktik akuntansi konservatif yang dipilih.
Laba yang berfluktuasi memiliki daya prediksi yang lebih rendah
daripada laba yang lebih stabil untuk prediksi aliran kas masa depan.
akan memiliki daya prediksi yang lebih rendah dari pada laba perusahaan
yang menerapkan prinsip akuntansi yang lebih optimis.
Prinsip akuntansi konservatif cenderung membuat laba lebih
berfluktuasi (Zhang dan Panman, 2002). Laba yang berfluktuasi akan atau
tidak persisten akan memiliki daya prediksi yang rendah. Penurunan daya
prediksi laba dapat mengakibatkan informasi laba tahun berjalan menjadi
kurang bermanfaat dalam memprediksi laba masa depan. Kemudian
meningkatkan koefisien respons laba perusahaan.
a. Perlunya melakukan konservatisme pada beberapa perusahaan di Indonesia (ex. IFRS)
Seiring dengan globalisasi pasar keuangan internasional, konsep
mengadopsi seperangkat pelaporan keuangan untuk mengembangkan laporan
keuangan komparatif internasional telah menyebar luas. Penerapan IFRS ini
adalah bentuk manifestasi atas keseragaman penyajian laporan keuangan
secara global untuk meningkatkan keinformatifan dan komparasi dalam
pelaporan keuangan.
Penggunaan konservatisme akuntansi ini juga didukung oleh teori sinyal,
karena dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat
asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Karena perusahaan
mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang nyata
daripada pihak luar. Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai
mendukung hal ini karena dasar dari teori akuntansi positif yang pada propsisi
bahwa manajer, pemegang saham, dan regulator (politisi) adalah rasional dan
mereka berusaha untuk memaksimalkan utility mereka yang secara langsung
terkait dengan kompensasi dan kemakmuran mereka (Watts. 2003)
Perbandingan Conceptual Framework Level 3 Recognition and Measurement
Constraints antara Akuntansi Konvensional dan IFRS (Hellman, 2007).
Conventional Accounting:
1. Cost benefit 2. Materiality 3. Industry practices 4. Conservatism
IFRS:
1. Balance between benefit and cost 2. Timeliness
3. Balance between qualitative characteristics
Kebutuhan akan konservatisme sering terkait dengan pelaporan yang dapat
diandalkan atas peristiwa masa lalu, yang menyiratkan penekanan pada
backward-looking, pengelolaan dan perilaku auditor. Seorang auditor tidaklah dituntut agar
laporan keuangan menjadi terlalu konservatif. Tujuan standar akuntansi modern
yang utama adalah berorientasi masa depan, yang bertujuan untuk membantu
dalam prinsip akuntansi di bawah Standar Pelaporan Keuangan Internasional
(IFRS). Laporan keuangan berdasarkan IFRS harus bersifat dapat dimengerti,
relevan, dapat diandalkan dan sebanding, tetapi tanpa bias konservatif. Hal ini juga
tercermin dalam metode akuntansi yang ditetapkan oleh Standar Akuntansi
Internasional (IASB).
Konservatisme didefinisikan sebagai 'kecenderungan akuntan untuk
membutuhkan verifikasi pada tingkat yang lebih tinggi untuk keuntungan daripada
kerugian. Definisi resmi Konservatisme dari FASB yakni 'reaksi kehati-hatian atas
ketidakpastian untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian tersebut dan
risiko yang melekat dipertimbangkan secara memadai.
Namun dalam penerapan aturan IFRS tertentu, prinsip akuntansi
konservatisme masih dipertahankan pada berbagai area meskipun dalam standar
pelaporan keuangan internasional (IFRS) menyiratkan bahwa prinsip
konservatisme tidak lagi diterapkan. Ada beberapa contoh area yang prinsip
konservatisme akuntansi kemungkinan masih dipertahankan, misalnya :
1. Kompensasi kerugian menyebabkan pengakuan piutang pajak tangguhan.
Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak belum
dikompensasi apabila besar kemungkinan laba kena pajak masa depan akan
memadai untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak belum dikompensasi.
Kriteria probabilitas (kemungkinan) merupakan kriteria kualitatif yang
bersifat subjektif dimana dengan adanya kriteria subjective judgement ini
2. Kapitalisasi biaya pengembangan. Salah satu syarat Aset tak berwujud yang
timbul seperti biaya pengembangan (atau dari tahap pengembangan pada
proyek internal) diakui apabila memenuhi bagaimana aset tak berwujud
tersebut akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomi masa
depan. Dalam sebuah perusahaan memperbarui estimasi mengenai arus kas
masa depan dari biaya pengembangan yang dikapitalisasinya, mungkin ada
"efek sementara" konservatisme yang mengarah pada penciptaan cadangan
tersembunyi yang kemudian dapat dibalik kembali (reversed).
Intinya, Prinsip "konservatisme" tetap ada dalam penerapan IFRS. Prinsip
konservatisme berdasarkan IFRS diterapkan dalam cara konservatisme sementara
(perubahan estimasi akuntansi yang sementara seperti understated aset bersih
melalui penciptaan cadangan tersembunyi yang kemudian dapat dibalik) daripada
cara konservatisme konsisten (penilaian aset bersih yang terlalu rendah). Hal ini
berarti penekanan yang lebih rendah dari konservatisme yang konsisten pada
implementasi IFRS digantikan oleh penekanan pada konservatisme sementara yang
lebih besar.
Hal ini memiliki dampak bagi pengguna laporan keuangan karena efek
penerapan prinsip konservatisme sementara (perkiraan akuntansi diubah) memiliki
tingkat yang lebih kompleks pada pengukuran laba dibandingkan dengan aplikasi
konservatisme konsisten. Ketika prinsip konservatisme diterapkan dalam cara
sementara, perusahaan memperlakukan beberapa kegiatan secara konservatif
memenuhi persyaratan probabilitas dan kriteria pengakuan lainnya). Perlakuan
prinsip akuntansi campuran ini juga akan memiliki dampak bagi pengguna laporan
keuangan. (Hellman, Dr. Niclas, 2007.)
3. Coporate Social Responsibility Disclosure.
Corporate Social Responsibility(CSR)disclosuremerupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang
berpijakpada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Kesadaran atas pentingnya CSR dilandasi pemikiran
bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomi dan legal kepada
pemegang saham (shareholder), tapi juga kewajiban terhadap pihak-pihak lain
yang berkepentingan (stakeholder). CSR menunjukkan bahwa tanggung jawab
perusahaan harus berpijak pada triple bottom line yaitu tanggung jawab perusahaan
pada aspek sosial, lingkungan, dan keuangan. (Dian dan Lidyah, 2011)
Menurut World Business Council for Sustainable Development, CSR
merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak
secara etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari
komunitas setempat ataupun masyarakat secara luas, bersamaan dengan
peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya.
Selain itu terdapat beberapa definisi yang berpengaruh diantaranya :
“The continuing commitment by business to behave ethically and
contribute to economic development while improving the quality of work life of workforce and their families as well as of the local community andsocial large”,
Yang berarti bahwa definisi CSR adalah komitmen bisnisyang
berkelanjutan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi dengan meningkatkan kualitas kehidupan kerjakaryawan dan kerja
mereka dan komunitas lokal dan masyarakat yang luas.
Pengertian CSR versi Bank Dunia (World Bank):
"CSR is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development".
Yang berarti bahwa definisi CSR adalah komitmen bisnis untuk
memberikan kontribusi perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
karyawan dan perwakilannya, kominitas lokal dan masyarakat yang luas
untuk meningkatkan kualitas hidup, melalui jalan bisnis dan perkembangan
yang baik.
Dalam pengaturan CSR, salah satu bisa berpendapat ada informasi
pribadi-sosial akan terwujud dalam laba masa depan. Jika hal ini terjadi,
pertanyaan muncul atas asimetri informasi. Dengan asumsi manajer memiliki
informasi yang bisa membantu pengambil keputusan eksternal dalam menilai
jenis ketidakpastian, ada implikasi untuk setter standar dan regulator
mengenai pengungkapan sosial dan lingkungan. Daerah penelitian sangat
penting sekarang karena CSR telah menjadi bagian integral dari strategi
perusahaan. (Holbrook, 2012)
Di Indonesia sendiri, CSR merupakan serangkaian kegiatan pameran,
seminar, diskusi,social eventyang berkaitan dengan berbagai upaya tanggung jawab sosial korporat kepada masyarakat dan lingkungan yang bertujuan
sebagai ajang penyebarluasan informasi mengenai prestasi dan kinerja
korporasi dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dan
pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan definisi-definisi tersebut
elemen-elemen CSR dapat dirangkum sebagai aktivitas perusahaan dalam mencapai
keseimbangan atau integrasi antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial
tanpa mengesampingkan ekspektasi para pemegang saham (menghasilkan
profit).
Prinsip-prinsip dasar CSR yang menjadi bagi pelaksanaan yang
menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan menurut ISO
26000 meliputi:
a. Kepatuhan terhadap hukum
d. Akuntabilitas
e. Transparansi
f. Perilaku yang beretika
g. Melakukan tindakan pencegahan
h. Menghormati dasar-dasar HAM
Perusahaan selain menerapkan CSR juga perlu melakukan
pengungkapan (disclosure) atas aktivitas CSR yang dilakukan kepada
stakeholder. Penerapan CSR adalah suatu perbuatan perusahaan untuk menerapkan kegiatan CSR, sedangkan pengungkapan menurut Ermayanti
(2009) merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan dan secara teknis
merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi, yaitu penyajian informasi
dalam bentuk statemen keuangan.
Teorinya di Indonesia ini ada dua macam tipe pengungkapan dalam
laporan keuangan (financial report) dan laporan tahunan (annual report).: 1. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yaitu pengungkapan
bagian-bagian dalam laporan keuangan yang diwajibkan oleh BAPEPAM-LK
melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No.
Kep-38/PM/1996 kemudian direvisi dalam Peraturan Bapepam No.
KEP-134/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006 dan Ikatan Akuntan Indonesia.
Kedua; pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) yaitu pengungkapan
yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan publik sebagai tambahan
informasi keuangan perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan;
2. Pengungkapan sukarela perusahaan ini sering kali diungkapkan dalam
bentuk laporan tahunan (annual report) walaupun sekarang ini cukup
banyak pula perusahaan yang menerbitkan laporan tanggung jawab sosial
perusahaan yang terpisah dari laporan tahunan (annual report) dalam bentuk
Laporan Keberlanjutan (sustainability reporting). Informasi keuangan dan
pelaksanaan tanggung jawab sosial di perusahaan kiranya harus diberi
pengungkapan secara memadai selain pengungkapan minimum yang
diwajibkan agar dapat dipahami oleh para pengguna. Oleh karena itu dalam
upaya menarik minat konsumen dan membentuk public image yang
optimal, perusahaan dituntut untuk memberikan pengungkapan yang
minimal sama dengan pesaingnya atau bahkan melebihi pengungkapan
yang pernah dibuat oleh perusahaan pesaing sebelumnya. Tuntutan ini
datang dari semakin tingginya tekanan dan tingkat persaingan yang dihadapi
oleh perusahaan. Tekanan tersebut berasal dari dorongan untuk mengurangi
resiko yang dihadapi oleh perusahaan dalam usahanya menampilkan diri
sebagai perusahaan yang berkualitas. Kompetisi yang ketat tersebut
menuntut adanya pengungkapan dan pertukaran informasi yang memadai.
(Kartadjumena, 2010).
stakeholder. Sustainability reporting sebagaimana yang direkomendasikan
oleh Global Reporting Initiative terfokus pada tiga aspek kinerja yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Ketiga aspek ini dikenal dengan Triple Bottom Line. Bentuk pelaporan ini diharapkan mempunyai hubungan yang positif antara corporate social responsibility dan corporate financial performance(CFP). (Murwaningsari, 2010)
Saat ini perusahaan go publicterutama di Indonesia sudah banyak yang mulai mempublikasikan kegiatan CSR mereka, karena usaha-usaha
pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan mendatangkan sejumlah
keuntungan, diantaranya adalah ketertarikan pemegang saham dan
stakeholder terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan
yang bertanggung jawab dimata masyarakat. Hasil lain mengindikasikan
bahwa pengelolaan lingkungan yang baik dapat menghindari klaim
masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan kualitas produk yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan ekonomi.
Laporan Keuangan merupakan media manajemen perusahaan dalam
memberikan info untuk organisasi kesehatan dunia pengguna memiliki minat
dalam perusahaan dan sebagai media untuk tanggung jawab kepada
masyarakat umum. Laporan ekonomi dapat meningkatkan kepercayaan
kapitalis. Investor ingin info untuk diversivy portofilio mereka dan kombinasi
investasi sesuai preferensi mereka. korporasi yang mayoritas dimiliki oleh
data / pengetahuan masing-masing info akuntansi dan informasi akuntansi
non-informasi yang tertarik kapitalis kadang-kadang dijelaskan keuntungan
dan pangsa layak sebagai akibat dari itu menggambarkan kinerja perusahaan.
(Abolfazl et al, 2013)
Sedangkan, menurut ISO 26000 mengenai pedoman tanggung jawab
sosial yang diresmikan November 2011, CSR adalah Tanggung jawab sebuah
organisasi terhadap dampak dari keputusan-keputusan dan
kegiatankegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan
dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan
pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan
norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara
menyeluruh.
Perusahaan selain berorientasi terhadap laba, perusahaan juga
bertanggungjawab terhadap masalah sosial yang ditimbulkan oleh aktivitas
operasional yang dilakukan perusahaan dengan manajemen lingkungan
sehingga tidak hanya terbatas pada orientasi kinerja keuangan perusahaan.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh atas aktivitas CSR antara lain:
meningkatkan penjualan dan market share, memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi, dan
meningkatkan daya tarik perusahaan dimata para investor dan analisis
turut memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
hidup masyarakat serta lingkungan sekitar dalam jangka panjang.
Dengan melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang
akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran
perusahaan. Pengungkapan CSR merupakan bagian dari akuntansi
pertanggung jawaban sosial yang mengkomunikasikan informasi sosial
kepada stakeholder. Tanggung jawab sosial perusahaan bersifat wajib
(mandatory)bagi kriteria perusahaan tertentu seperti yang disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 menyatakan
bahwa: Perseroan yang menjalankan usahanya dibidang dan atau berkaitan
dengansumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan
lingkungan. Dan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan
dan kewajaran.
Jika Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab
sosial akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.Selain perusahaan wajib melakukan kegiatan CSR, UU
No. 40 Tahun 2007 pasal 66 ayat (2) tentang Perseroan Terbatas juga
mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan aktivitas tanggung jawab
sosialnya dalam laporan tahunan. Namun demikian, item-item CSR yang
Konsep pelaporan CSR yang digagas oleh GRI adalah konsep
sustainability report yang muncul sebagai akibat adanya konsep
sustainability development. Dalam sustainability report digunakan metode
triple bottom line, yang tidak hanyamelaporan sesuatu yang diukur dari sudut pandang ekonomi saja, melainkan darisudut pandang ekonomi, sosial dan
lingkungan. Gagasan ini merupakan akibatdari adanya 3 dampak operasi
perusahaan yaitu ekonomi, sosial danlingkungan. GRI Guidelines
menyebutkan bahwa,perusahaan harus menjelaskandampak aktivitas
perusahaan terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial padabagian standard
disclosures. Yang kemudian ketiga dimensi tersebut diperluas menjadi 6dimensi, yaitu: ekonomi, lingkungan, praktek tenaga kerja, hak asasi
manusia,masyarakat, dan tanggung jawab produk. Disamping itu, pihak
perusahaan harus bersikap terbuka dan jujur dalam penyampaian informasi
akurat atau pelaporan mengenai program pelaksanaan corporate social
responsibility(CSR) kepadastakeholder-nya.
Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan
memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal, yaitu profit, lingkungan, dan masyarakat. Dengan diperolehnya laba, perusahaan dapat memberikan
dividen bagi pemegang saham, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh
guna membiayai pertumbuhan dan mengembangkan usaha di masa depan,
serta membayar pajak kepada pemerintah.
terpeliharanya kualitas kehidupan umat manusia dalam jangka panjang.
Perusahaan juga ikut mengambil bagian dalam aktivitas manajemen bencana.
Manajemen bencana disini bukan hanya sekedar memberikan bantuan kepada
korban bencana, namun juga berpartisipasi dalam usaha-usaha mencegah
terjadinya bencana serta meminimalkan dampak bencana melalui usaha-usaha
pelestarian lingkungan sebagai tindakan preventif untuk meminimalisir
bencana.
Perhatian terhadap masyarakat, dapat dilakukan dengan cara melakukan
aktivitas-aktivitas serta pembuatan-pembuatan kebijakan-kebijakan yang
dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki di berbagai bidang, seperti
pemberian beasiswa bagi pelajar di sekitar perusahaan, pendirian sarana
pendidikan dan kesehatan, dan penguatan ekonomi lokal. Dengan
menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya
mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut memberikan
kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat
serta lingkungan sekitar dalam jangka panjang.
Dengan melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang
akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran
perusahaan. Kondisi seperti itulah yang pada gilirannya dapat memberikan
keuntungan ekonomi-bisnis kepada perusahaan yang bersangkutan. CSR
tidaklah harus dipandang sebagai tuntutan represif dari masyarakat,
4. Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio dari efektifitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio
profitabilitas terdiri atas profit margin, basic earning power, return on assets,
dan return on equity. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan
return on asset (ROA). Return on asset (ROA) merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk
pengembalian investasi perusahaan. ROA merupakan rasio keuangan yang
digunakan untuk mengukur profitabilitas dari aset. Semakin besar hasil ROA
maka kinerja perusahaan semakin baik. Rasio yang meningkat menunjukkan
bahwa kinerja manajemen meningkat dalam mengelola sumber dana
pembiayaan operasional secara efektif untuk menghasilkan laba bersih
(profitabilitas meningkat). Jadi dapat dikatakan bahwa selain memperhatikan
efektivitas manjemen dalam mengelola investasi yang dimiliki perusahaan,
investor juga memperhatikan kinerja manajemen yang mampu mengelola
sumber dana pembiayaan secara efektif untuk menciptakan laba bersih. ROA
menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Adanya
pertumbuhan ROA menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik
karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari
perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan