• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja Usaha Agribisnis Kerapu” (Studi Kasus: Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Kinerja Usaha Agribisnis Kerapu” (Studi Kasus: Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KINERJA USAHA AGRIBISNIS KERAPU

(Studi Kasus: Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

OLEH :

HAMIDAH

070309002

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EVALUASI KINERJA USAHA AGRIBISNIS KERAPU

Studi Kasus: Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

OLEH :

HAMIDAH

070309002

PKP

Hasil Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Yusak Maryunianta, MSi) (Ir. M. Jufri, MSi) NIP : 19620624198603 1 001 NIP:19601110198803 1 003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNUVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

HAMIDAH (070309002), dengan judul skripsi “EVALUASI KINERJA

USAHA AGRIBISNIS KERAPU” (Studi Kasus: Desa Pulau Sembilan

Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat). Penelitian ini dibimbing

oleh Bapak Ir. Maryunianta,MSi dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi.

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari-Februari 2014. Penentuan

daerah penelitian dilakukan secara purpossive (dengan sengaja) di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat yang didasarkan bahwa

Desa Pulau Sembilan ini merupakan salah satu daerah budidaya kerapu yang

mendapatkan bantuan program pemerintah.

Metode penarikan sampel pada penilaian “Kinerja Usaha Agribisnis

Kerapu” secara sensus dengan komperhensif, yaitu dengan menyeluruh, dengan jumlah sampel sebanyak 8 Kelompok Nelayan. Sedangkan metode penarikan

sampel pada pembudidaya kerapu dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling (metode acak sederhana), yaitu pengambilan sampel dengan cara tertentu yang di dalamnya semua elemen populasi memiliki kesempatan yang

sama, bebas, dan seimbang untuk dipilih menjadi sampel. Jumlah sampel pada

penelitian ini sebanyak 94 orang. Cara penarikan sampel dari populasi penelitian

ini menggunakan slovin diperoleh 48 orang. Untuk menilai bagaimana kinerja

yang diteliti maka dapat di analisis menggunakan metode CIPP (Context, Input,

Process, Product) yang dipadukan dengan menggunakan tabulasi sederhana

(4)

dengan metode analisis skoring dengan memberikan pertanyaan kepada sampel

penelitian. Jawaban A skor 3, jawaban B skor 2, jawaban C skor 1.

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

dikumpuilkan melalui wawancara secara langsung dengan pembudidaya kerapu di

Desa Pulau Sembilan Kecamaatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.dengan

menggunakan wawancara dan kuisioner yang telah dibuat sebelumnya. Sedangkan

data sekunder merupakan data lengkap yang diperoleh dari berbagai

instansi/lembaga terkait seperti dinas perikanan dan kelautan Kabupten Langkat,

lembaga penyuluhan, Kantor Camat, Kantor Kepala Desa setempat dan lain-lain.

Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kinerja lembaga penunjang agribisnis kerapu di daerah penelitian

2. Keberhasilan program lembaga penunjang agribisnis kerapu di daerah

penelitian

(5)

RIWAYAT HIDUP

HAMIDAH, lahir di Selotong pada tanggal 15 Mei 1988, anak ketiga dari

enam bersaudara, anak dari Bapak Marianto dan Ibu Almh.Tursini.

Pendidikan formal yang pernah di tempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar (SD) di SD Impress 054918 Selotong, dan

menyelesaikan SD pada Tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 1

Secanggang, dan menyelesaikan SLTP pada Tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Secanggang,

dan menyelesaikan SMA pada Tahun 2007.

4. Tahun 2007, diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara Medan, melalui jalur Penelusuran Minat dan Prestasi (PMP).

5. Tanggal 27 Juni-27 Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Desa

Tanjung Mulia Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara.

6. Bulan Januari-Februari 2014 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Pulau

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas

rahmat dan hidayah_Nya, Saya sebagai penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Evaluasi Kinerja Usaha Agribisnis Kerapu”

(Studi Kasus: Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu

Kabupaten Langkat). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agribisnis Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, Saya sebagai penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengajari dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing, mengajari dan membantu penulis

dalam menyempurnakan Skripsi ini.

3. Ibu Ir. Salmiah, MS selaku ketua departemen Agribisnis dan Bapak

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEC selaku Sekretaris Departemen Agribiisnis

Fakultas Pertanian Unbiversitas Sumatera Utara yang telah memberikan

(7)

4. Seluruh dosen dan staf pengajar di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara khususnya di Program Studi Agribisnis yang selama ini telah

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

5. Seluruh pegawai Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya di

Departemen Agribisnis.

6. Kepada Kepala Desa Pulau Sembilan Bapak Ishak, kepada Staf Kecamatan

Pangakalan Susu, PPL di Desa Pulau Sembilan Wulan, serta seluruh petani

nelayan di Desa Pulau Sembilan yang telah banyak membentu dalam

menyelesaikan Skripsi ini.

7. Seluruh instansi yang terkait dalam membentu menyelesaikan Skripsi ini.

Dengan penuh hormat dan kasih sayang khusus penulis ucapkan kepada

kedua orang tua, Bapak Marianto dan Ibu Tasinem yang selalu mendoakan dan

mendukung baik moril maupun meteril, serta kepada Abangda Ilham, Wahyudi

dan adik-adik saya yang menjadi semangat dalam hidup saya, juga kepada

teman-teman angkatan 2007 Departemen Agribisnis yang telah banyak membantu saya

dalam menelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyususnan skripsi

ini. Penulis mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan

skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2014

(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... xii

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIN.... ... ...7

Tinjauan Pustaka ... 7

Tinjauan Biologis ... 10

Landasan Teori ... 14

Kerangka Pemikiran ... 18

Hipotesis Penelitian ... 21

METODE PENELITIAN ... 22

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

(9)

Metode Pengumpulan Data ... 24

Metode Analisis Data ... 25

Definisi dan Batasan Opersional ... 28

Definisi ... 28

Batasan Operasional ... 30

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 31

Deskripsi Daerah Penelitian ... 31

Luas dan Letak Geografis ... 31

Keadaan Penduduk ... 32

Sarana dan Prasarana ... 35

Karakteristik Petani Sampel ... 36

Umur ... 36

Tingkat Pendidikan ... 37

Pengalaman Budidaya Kerapu ... 37

Jumlah Keramba... 37

Jumlah Tanggungan ... 37

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

Kesimpulan ... 48

Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Nama Desa Penerima Bantuan Pemerintah, Tahun 2009-2012 ... 22

2. Jumlah Anggota Kelompok Tani dan Jumlah Sampel, Tahun 2009-2012 ... ...24

3. Indikator Parameter Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu...26

4. Skor Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu...27

5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur, Tahun 2012...32

6. Persentase Penduduk Menurut Suku Bangsa, Tahun 2012...33

7. Distribusi Penduduk Menurut Kwalitas Angkatan Kerja, Tahun 2012...34

8. Sarana dan Prasarana di Desa Pulau Sembilan, Tahun 2012...35

9. Karakteristik Nelayan di Desa Pulau Sembilan, Tahun 2012...36

10.Penilaian Kinerja Kelompok Nelayan Penerima Bantuan Kerapu ...40

11.Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu Pada Indikator Context (Konteks) ,...42

12.Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu Pada Indikator Input (Masukan)...43

13.Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu Pada Indikator Process (Proses)...44

(11)

15.Hasil Transformasi Penilaian Kinerja Lembaga Penunjang

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Mata Rantai Kegiatan Agribisnis...14

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Kuisioner Metode CIP...52

2. Sampel Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Nelayan...56

3. Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan Program Lembaga

Penunjang Agribisnis Kerapu Terhadap Petani Sampel

Indikator Context (Konteks)...57

4. Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan Program

Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu Terhadap

Petani Sampel Indikator Input

(Masukan)...58

5. Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan Program

Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu Terhadap Petani

Sampel Indikator Process

(Proses)...59

6. Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan Program

Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu Terhadap

Petani Sampel Indikator Product

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian Indonesia tidak hanya terdiri dari sub-sektor pertanian dan

sub-sektor pangan. Di samping sub-sektor pertanian pangan terdapat sub-sektor

lain seperti sub-sektor perkebunan, sub-sektor peternakan, dan sub-sektor

perikanan. Sub-sektor perikanan cukup bervariasi jenisnya, tergantung dari cara

usaha tani perikanan itu dilakukan paling sedikit ada dua jenis usaha perikanan

darat seperti tambak atau kolam ikan. Hasil sub sektor perikanan di samping

dimanfaatkan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri juga di ekspor ke luar

negeri (Sutrisno, 1998).

Dari kata sambutan yang di berikan pada penyampaian makalah

Keragaman Pembangunan Perikanan dalam PJPT I di Seminar Peranan Perikanan dalam PJPT II oleh (Direktorat Jenderal Perikanan, 1992)

menyampaikan, perikanan Indonesia memiliki kekuatan potensial yang cukup

besar. Sumber daya perairan dan perikanan yang sangat luas, termasuk yang

terbesar diantara sumber daya kewilayahan yang ada, baik untuk perikanan

tangkap maupun perikanan budidaya. Sekitar 70% wilayah Indonesia terdiri dari

lautan, dengan flora dan faunanya yang sangat beragam dan dapat dimanfaatkan

sebagai sumber daya genetik bagi pembangunan masa depan perikanan dunia.

Sumber daya perairan yang sangat luas itu juga kaya jenis-jenis ikan yang

mempuyai daya saing tinggi dipasaran Nasional maupun dunia Internasional

(15)

Peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan

inovasi dan mempengaruhi petani melalui metoda dan teknik tertentu sampai

mereka itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi

yang disampaikan, selain itu penyuluh juga mampu menjadi jembatan

penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya

dengan masyarakatnya baik dalam hal menyampaikan inovasi atau

kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran maupun

untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah

atau lembaga penyuluhan yang bersangkutan (Mardikanto, 2009).

Budidaya perikanan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru

usaha tani perikanan yang memberikan sumber pendapatan nasional yang terus

berkembang. Budidaya perikanan juga memberikan lapangan pekerjaan dan

sumber pendapatan bagi nelayan, yang dapat dilakukan oleh usaha rakyat dan

swasta. Budidaya perikanan sama halnya dengan semua budidaya pertanian

adalah upaya manusia untuk tidak hanya tergantung pada alam, tetapi

memanfaatkan potensi alam secara maksimal dengan menggunakan teknologi

tepat guna (Pramu Sunyoto dan Mustahal, 1997).

Perkembangan usaha budidaya kerapu di Indonesia semakin meningkat

dari tahun ke tahun. Meningkatnya permintaan terhadap komunitas ini antara lain

karena kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut yang sangat digemari

konsumen dan mempunyai harga yang cukup tinggi dipasar lokal maupun

(16)

Ikan kerapu merupakan komoditas penting untuk budidaya laut di Asia

Tenggara, karena memiliki pangsa pasar yang besar dan nilai ekonomis yang

tinggi. Pada mulanya budidaya ikan kerapu di laut menggunakan benih yang di

tanggap dari alam. Namun saat ini teknologi pembenihan kerapu telah berhasil

dikembangkan dan benih kerapu telah dapat diproduksi secara berkesinambungan

dalam jumlah yang cukup sesuai dengan permintaan (Sugama,dkk; 2001).

Pada dasarnya manajemen adalah suatu kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilakukan oleh setiap

organisasi guna mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai tujuan yang telah di tetapkan secara efektif dan efisien. Perencanaan

sumber daya manusia merupakan bagian yang penting dari agribisnis dan sebagai

kontributor pada proses perencanaan strategis, karena tidak saja membantu

organisasi dalam menentukan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai

tujuan, tetapi juga membantu menentukan apa yang benar-benar dapat dicapai

dengan sumber-sumber yang tersedia (Siagian, 1997).

Modal merupakan kekuatan dalam keuangan bagi perusahaan agribisnis.

Perlu diketahui berapa besar modal yang diperlukan untuk menjalankan agribisnis

dan berapa besar bagian pemiliknya. Pada dasarnya, peminjam menghendaki

seluruh jumlah modal yang dibutuhkan diperoleh dari bank. Dalam pinjaman

sektor agribisnis harus diketahui dengan pasti pemisahan antara modal dan

kemampuan peminjaman untuk menjalankan usahanya. Jika proposal cukup

berharga dan bila orang yang mengajukannya merupakan orang yang memiliki

karakter dan kapasitas yang kekurangan modal maka jangan menghalanginya

(17)

bank tentang tujuan yang akan dicapai dengan jumlah pinjaman yang diajukan dan

sumber-sumber apa saja yang akan didanai. Perusahaan agribisnis biasanya

kurang memiliki modal tapi banyak meminjam. Kegagalan usaha biasanya timbul

dari:

 Merubah kebutuhan, tidak serius, kemajuan teknologi

 Faktor-faktor pribadi seperti ketidakmampuan dalam manajemen,

ketidakjujuran, sakit yang berkepanjangan, atau karena meninggalnya si

peminjam

 Kondisi usaha seperti terjadinya fluktuasi harga, menghadapi persaingan

berat, dan

 Menjual secara berlebihan yang menjatuhkan nilai pasar (Siagian, 1997).

Karena terkadang bagi petani nelayan terlalu sulit persyaratan yang harus

dipenuhi untuk dapat meminjam dana ke bank maka tak jarang mereka memilih

lebih baik melepaskan usahanya sehingga hal ini tidak bisa dibiarkan guna

mengurangi kemiskinan di pedesaan atau desa terpencil. Peran pemerintah disini

sangat dibutuhkan, pemerintah memberikan bantuan kepada petani nelayan untuk

dapat mengurangi biaya dengan bantuan seperti Keramba Jaring Apung atau

Keramba Jaring Tancap (KJA/KJT), Bibit Kerapu, Vitamin, Pupuk, pakan dan

lain-lain.

Petani dapat memenfaatkan beberapa sumber untuk mendapatkan

pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan untuk mengelola usaha tani

mereka dengan baik, yaitu meliputi:

(18)

 Organisasi penyuluhan milik pemerintah

 Perusahaan swasta yang menjual input, menawarkan kredit, dan membeli

hasil pertanian

 Agen pemerintah yang lain, lembaga pemasaran dan politisi

 Organisasi petani dan organisasi swasta beserta stafnya

 Jurnal usaha tani, radio, televisi, dan media masa lainnya

(19)

Identifikasi Masalah

Permasalahan pada penelitian ini disusun dalam pertanyaan berikut:

1. Bagaimana kinerja lembaga penunjang agribisnis kerapu di daerah

penelitian?,

2. Bagaimana keberhasilan program lembaga penunjang agribisnis kerapu di

daerah penelitian?.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kinerja lembaga penunjang agribisnis kerapu di daerah

penelitian;

2. Untuk mengetahui keberhasilan program lembaga penunjang agribisnis

kerapu di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara;

2. Sebagai bahan informasi bagi lembaga yang terkait dengan agribisnis

kerapu

3. Sebagai bahan informasi dalam bentuk penelitian kepada pihak-pihak yang

(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Kegiatan penunjang agribisnis adalah kegiatan yang menentukan

keberhasilan kegiatan-kegiatan utama, kegiatan-kegiatan penunjang pada dasarnya

juga merupakan kebijakan bisnis, yang berkembang dengan kegiatan utama.

Kegiatan pemerintah dalam mengadakan prasarana dan megadakan kebijakan

dibayar oleh kegiatan utama melalui pembayaran pajak. Kegiatan-kegiatan

penunjang ini meliputi:

1) Kegiatan penelitian dan pengembangan

 Menghasilkan teknologi baru (bibit unggul, input baru, metoda baru,

alat baru)

 Menghasilkan informasi, informasi pasar, kelayakan usaha dan

lain-lain

2) Kegiatan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan

 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani

 Pengembangan SDM (motivasi, disiplin dan kemampuan kerja sama

dan lain-lain)

3) Kegiatan perkreditan dan permodalan

 Pengadaan sumber-sumber kredit dan prmodalan

 Mengurangi biaya-biaya permodalan dan perkreditan

(21)

 Pengadaan semua jenis informasi

5) Kegiatan pengadaan sarana (jalan, listrik, telekomunikasi dan lain-lain)

6) Kegiatan pengadaan kebijakan pemerintah

 Pembuatan undang-undang dan peraturan

 Kebijakan fisikal, pengadaan barang dan lain-lain.

Kegiatan penunjang bisa dilakukan oleh perusahaan swasta atau oleh

Badan Usaha Milik Negara (Soekartawi, 1999).

Demikian juga, dilihat dari segi geografis, ada desa-desa nelayan yang

terisolir dengan keterbatasan sarana dan prasarana ekonomi, transportasi, dan

komunikasi, sehingga menyulitkan mobilisasi manusia, barang, modal dan jasa.

Disamping itu, ada desa-desa nelayan yang lebih dekat dengan pusat-pusat

pertumbuhan prekonomian lokal. Di desa-desa seperti ini, usaha ekonomi,

perdagangan dan jasa juga beragam. Sektor perikanan bukan satu-satunya

penggerak kegiatan ekonomi lokal, karena sektor-sektor yang lain juga berfungsi

sebagai penyanggah kegiatan ekonomi lokal (Kusnadi, 2004).

Setiap kegiatan memerlukan penilaian / evaluasi, dimana evaluasi adalah

kegiatan untuk menilai efisiensi dan efktifitas suatu kegiatan dengan

menggunakan indikator-indikator tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Evaluasi ini dilakukan secara sistematik dan objektif serta terdiri dari evaluasi

sebelum kegitan dimulai, saat kegiatan berlangsung, dan sesudah kegiatan selesai

dilaksanakan (Anonimous,2007).

GAPOKTAN diposisikan sebagai institusi yang mengkoordinasi

(22)

Pemberdayaan GAPOKTAN tersebut berada dalam konteks penguatan

kelembagaan. Untuk dapat berkembangnya sistem dan usaha agribisnis maka

diperlukan penguatan kelembagaan baik kelembagaan petani, maupun

kelembagaan usaha dan pemerintah agar dapat berfungsi sesuai dengan perannya

masing-masing. Kelembagaan petani dibina dan dikembangkan berdasarkan

kepentingan masyarakat dan harus tumbuh dan berkembang dari masyarakat itu

sendiri (Anonimous, 2007).

Pada umumnya kwalitas sumber daya manusia di sub sektor perikanan

relatif masih rendah. Hal ini di cirikan dari tingkat pendidikan dan ketrampilan

yang rendah, kemampuan manajemen yang lemah serta kondisi lingkungan hidup

yang kurang baik yang berkaitan dengan rendahnya tingkat pendapatan.

Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan sumber daya manusia di

sub-sektor perikanan adalah produktifitasnya yang rendah dan keberadaannya

yang tidak merata (Prosiding Forum III Perikanan, 1992).

Usaha perikanan Indonesia sampai saat ini masih di dominasi oleh

perikanan rakyat skala kecil baik usaha peikanan laut, budidaya tambak, budidaya

air tawar ataupun penangkapan di perairan umum. Karaktristik usaha perikanan

skala kecil yang menjadi kendala bagi pengembangan usaha antara lain adalah

lemahnya mamajemen usaha, lemahnya penguasaan sosial ekonomi dan pemilikan

modal dan rendahnya tingkat pendidikan rata-rata nelayan. Dengan demikian

pembinaan pengembangan usaha harus dilakukan secara terpadu, terus menerus

(23)

Langkah kebijakan dalam upaya mendukung pola pengembangan

perikanan masih tetap didasarkan dan harus berorientasi kepada kepentingan bagi

pengembangan usaha perikanan rakyat mulai dari alokasi sumber daya,

pengarahan modal, teknologi, alat, sarana, prasarana, sumber daya manusia

sampai kepada faktor kelembagaan, pelayanan dan pengaturan termasuk semua

unsur pendukungnya. Adapun strategi yang dikembangkan akan sangat

mempengaruhi oleh berbagai kondisi sumber daya dan lingkungan, tingkat

teknologi perikanan, kondisi sosial ekonomi budaya dan kelembagaan. Dengan

beragamnya kondisi tersebut maka strategi pengembangannya akan bergam pula

termasuk didalamnya penyempurnaan informasi sumber daya yang lebih rinci

dapat dilengkapi potensi penangkapan, pewilayahan sumber daya, penyebarluasan

teknologi melalui uji coba dan uji lapang, pemahaman permasalahan sosial

ekonomi budaya yang lebih pokok dan mendasar, pemahaman fungsi/tugas serta

koordinasi pembinaan, pelayanan, pengaturan dan bimbingan (Ismail, 1992).

Tinjauan Biologis

Usaha pemeliharaan ikan kerapu dalam keramba cukup menguntungkan.

Masalah utama yang dihadapai adalah masalah ketidakpastian penyedia benih dari

alam yang berasal dari tangkapan bubu nelayan sekitar perairan. Keseragaman

ukuran benih juga turut mempengaruhi terhadap produksi, ketidakseragaman

ukuran benih akan mengakibatkan terjadinya persaingan untuk mendapatkan

makanan bahkan terjadinya kanibalisme antara sesamanya. Akibatnya

pertumbuhan bagi ikan-ikan kecil terhambat, yang barang tentu mempengaruhi

(24)

Oleh sebab itu adanya bantuan kepada para petani nelayan sangat

membantu dalam menanggulangi masalah ini karena dapat menyeragamkan

ukuran benih. Jadi peran pemerintah memang masih sangat mendominasi melalui

lembaga yang ada maka para nelayan dapat mengoptimalkan usaha taninya.

Pemberian bantuan seperti benih kerapu dan alat lainnya seperti keramba

diharapkan dapat memotivasi masyarakat tani dalam keberlangsungan usahanya

tersebut.

Menurut Sunyoto (1994) membedakan ikan kerapu dengan jenis ikan

lainnya cukup mudah karena warna dan bentuknya khas, namun untuk

membedakan antara jenis kerapu cukup sulit karena ada kemiripan bentuk dan

warnanya. Ada beberapa varietas ikan kerapu antara lain:

1) Kerapu Bebek/Tikus (Chromileptes altiveles)

 Tubuh agak pipih

 Warna dasar abu-abu

 Terdapat bintik-bintik pada ikan muda

 Kepala kecil dengan moncong keliatan meruncing

 Ukuran untuk konsumsi 0,5-2 kg

2) Kerapu Sunuk/Sunu (Plectropomus spp)

 Bentuk tubuh memanjang dan agak pipih

 Warna berubah-ubah tergantung kondisi perairan

 Pada tubuhny mempunyai binti-bintik berwarna biru dengan tepi gelap

 Ada 6 pita berwarna gelap

(25)

3) Kerapu Lumpur/Belang (Epinephelus spp)

 Bentuk memanjang dangilik

 Ada 5 pita berwarna gelap

 Tubuh berbintik coklat

 Ukuran untuk konsumsi 400-1200 gr

4) Kerapu Macan/Flower (Epinephelus foscogutattus)

 Bentuk sama dengan kerapu lumpur

 Badan agak lebih tinggi dan berbintik hitam

 Hidup di daerah berkarang dan juga ukuran untuk konsumsi

400-1200 gr. (Sunyoto, 1994).

Keramba yang dioperasikan didaerah ini terdiri dari dua sistem yaitu

sistem tancap dan terapung. Keramba tancap hanya terdiri dari beberapa tiang

untuk tempat menggantungkan kantong jaring. Bentuk rangka empat persegi

panjang dimana luasnya disesuaikan dengan luas kantong yang akan ditempatkan.

Untuk menguatkan rangka dipasang kayu melintang diantara tiang ketiang dengan

cara mengikat kawat pengikat, kemudian ditempatkan diatasnya beberapa tiang

kayu dan papan sebagai tempat berpijak untuk mengawasi dan mengurusi ikan

peliharaan.

Keramba terapung merupakan modifikasi kantong jaring, dimana kantong

tersebut digantungkan diatas rakit. Rakit/kerangka berbentuk empat persegi

panjang terbuat dari kayu broti yaitu disatukan menggunakan baut. Drum plastik

di ikatkan pada rakit agar terapung pada saat dioperasikan. Drum-drum yang

(26)

rusak/karatan, agar rakit tidak hanyut oleh arus, digunakanlah empat buah jangkar

sebagai pemberat (Yunus, 1989).

Untuk mengembangkan petani nelayan menjadi satu kesatuan sosial

ekonomi yang mandiri dan memiliki wawasan dan motivasi kerja yang tinggi

maka pembinaan petani nelayan seyogyanya dilakukan melalui pendekatan :

1) Community base dengan basis kelompok petani nelayan paling bawah (rukun nelayan)

2) Membentuk komoditas perikanan yang terdiri atas semua komponen yang

ada dalam sektor usaha perikanan sehingga terbentuk jaringan kerja

(network) dalam bisnis perikanan

3) Sistem pendamping melalui LSM yang berfungsi sebagai fasilitator dalam

proses pengembangan usaha

4) Pengembangan usaha kelompok-kelompok fungsional seperti kelompok

produksi, pengolahan, pemasaran (Direktorat Jenderal Perikanan, 1993).

Berbagai potensi sumber daya yang tersedia, potensi sosial budaya, dan

program-program pengembangan dapat didayagunakan untuk mengatasi

kemiskinan nelayan. Masalah ini penting untuk diperhatikan oleh semua pihak

kaerna nelayan merupakan kelompok sosial termiskin dibandingkan dengan

kelompok miskin lainnya dalam kehidupan masyarakat kita. Kemiskinan

masyarakat di desa-desa pesisir tidak hanya perpengaruh terhadap kelangsungan

pembangunan bangsa, tetapi juga berpotensi menimbulkan kekerasan sosial dan

(27)

Landasan Teori

Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari

proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan

dengan kegiatan pertanian. Menurut Arsyat dkk, (1985) yang dimaksud dengan

agribisnis adalah: “Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau

keseluruhan dari mata rantai produkai, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada

hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada

hubungannya dengan pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang

menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan

pertanian”. Oleh Arsyat dkk, (1985) pernyataan tersebut digambarkan seperti pada

gambar berikut ini. Terlihat pada gambar dibawah ini bahwa cakupan agribisnis

cukup luas dan karena itu penenganan agribisnis sering sekali sangat kompleks.

Gambar 1. Mata Rantai Kegiatan Agribisnis

AGRIBISNIS

kegiakkkkke

Negara yang belum berkembang atau terbelakang banyak mengalami

masalah pembangunan partanian dan agribisnis padahal sumber pendapatan dan

(28)

agribisnis. Penyebab masalah ini dapat ditinjau dari kelemahan-kelemahan atau

masalah yang dialami dalam 5 hal, yaitu:

1) Masalah dan kelemahan petani

2) Masalah dan kelemahan para pelaku agribisnis lain

3) Masalah dan kelemahan faktor-faktor pendukung agribisnis

4) Masalah dan kelemahan pemerintah

5) Masalah yang timbul karena faktor- faktor eksternal.

Evaluasi sebagai salah satu proses untuk menentukan nilai atau jumlah

keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi

tahapan-tahapan sebagai berikut:

 Merumuskan tujuan

 Mengidentifikasi keriteria yang cocok untuk mengukur keberhasilan dan

untuk menentukan dan menjelaskan tingkat keberhasilan.

Evaluasi dilakukan untuk menguji kembali draft/usulan program yang sudah

dirumuskan sebelum program itu dilaksanakan. Secara khusus sangat menekankan

pentingnya kegiatan evaluasi terhadap:

1) Siapa kelompok sasaran program, dimana lokasinya dan bagaimana

spesifikasi kolompok sasaran program tersebut

2) Apa metoda yang terbaik yang akan ditetapkan demi tercapainya tujuan

yang diinginkan

3) Apakah program tersebut benar-benar konsisten dengan tujuan yang

(29)

4) Seberapa jauh peluang keberhasilan program yang akan dilaksanakan

tersebut (Mardikanto, 2009).

Tujuan evaluasi akan menentukan data yang harus dikumpulkan untuk

mengevaluasi program penyuluhan. Dikenal dua jenis evaluasi: evaluasi formatif

yang mengumpulkan informasi untuk pengembangan program penyuluhan yang

efektif, dan evaluasi sumatif yang mengukur hasil akhir suatu program agar dapat memutuskan apakah program harus diteruskan, diperluas, atau diperkecil. Data

yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif atau data kualitatif. Data

kuantitatif berguna untuk mengukur perubahan-perubahan yang terjadi karena

program penyuluhan, sedangkan data kualitatif memberikan informasi tentang

alasan-alasan mengapa agen penyuluhan dan petani mengambil tindakan tertentu

tersebut (Hawkins, 1999).

Model evaluasi CIPP ini dikembangkan oleh Daniel Stuffleabem,

dkk (1967) di Ohio State University. CIPP merupakan singkatan dari, context evaluation : evaluasi terhadap konteks, input evaluation : evaluasi terhadap masukan, process evaluation : evaluasi terhadap proses, dan product evaluation : evaluasi terhadap hasil. Keempat singkatan dari CIPP tersebut itulah yang menjadi

komponen evaluasi (Anonimous, 2010).

Dalam ilmu evaluasi, ada banyak model yang bisa digunakan untuk

mengevaluasi suatu kinerja, salah satunya adalah model evaluasi CIPP. Model

evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang tujuannya untuk mengambil keputusan

dalam merncanakan, melaksanakan dan mengembangkan suatu program. Model

(30)

1) Context Evaluation (Evaluasi Konteks), digunakan untuk menganalisis problem yang dihadapi dan kebutuhan dalam program tertentu agar

ketimpangan yang terjadi dapat dihilangkan.,

2) Input Evaluation (Evaluasi Masukan), digunakan untuk menilai strategi dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai objektif program guna

membantu mengambil keputusan dalam kemilih strategi dan sumber terbaik

dalam keterbatasan.,

3) Process Evaluation (Evaluasi Proses), digunakan untuk memonitor dan mengontrol proses pelaksanaan program, melakukan koreksi dan penyesuaian

jika terjadi penyimpangan.,

4) Product Evaluation (Evaluasi peoduk), digunakan untuk mengukur kuantitas dan kualitas hasil pelaksanaan program yang hasilnya dibandingkan dengan

obyektif dari program. Hasil dan evaluasi digunakan untuk mengambil

keputusan apakah program diteruskan, dihentikan atau diubah. Product Evaluation juga digunakan untuk merencanakan kemungkinan program-program berikutnya (Anonimous, 2007).

Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian-penilaian implementasi

pada setiap tahapan evaluasi kegiatan diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu

rendah, sedang dan tinggi. Metode CIPP merupakan metode yang berorientasi

dalam empat macam, yaitu:

1) Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu

merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai

(31)

2) Evaluasi masukan (input) untuk keputusan strukturisasi, yaitu menolong

mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia,

alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai

kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud;

3) Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan

sampai sejauh mana kegiatan telah dilaksanakan;

4) Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan (Fuddin, 2008).

Kita semua tahu bahwa penduduk Indonesia mayoritas berada dipedesaan,

maka sudah sepatutnya usaha pembangunan sosial masyarakat perlu ditingkatkan

dengan kata lain mendapatkan prioritas utama. Hal ini mengingat bahwa tingginya

angka pertambahan penduduk. Pembangunan pedesaan merupakan bagain dari

pembangunan nasional dan warga desa merupakan pusat pembangunan. Karena

pembangunan itu sendiri adalah merupakan proses perubahan menuju perbaikan

dan kemajuan secara terus menerus demi tercapainya kesejahteraan bagi seluruh

lapisan masyarakat, maka yang menjadi sasaran utama sebagai tujuan akhir adalah

menusia atau masyarakat yang terpenuhi kebutuhannya (Hartoyo dkk, 1996).

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan keputusan mentri kelautan dan perikanan

No: 14, 2012 tentang pedoman umum penumbuhan dan pengembangan

kelembagaan pelaku utama perikanan. Kelompok pelaku utama adalah lembaga

yang ditumbuh kembangkan dari, oleh, dan untuk pelaku utama. Pemberi bantuan

adalah pemerintah daerah, instansi/lembaga pemerintah dan lembaga non

(32)

Tujuan disusunnya mekanisme kerja penyuluhan perikanan adalah untuk:

 Memberikan pedoman kepada penyuluh perikanan untuk melaksanakan

tugas dan proses pertanggung jawaban

 Meningkatkan kenerja penyuluh perikanan dalam melaksanakan pelayanan

penyuluhan kepada masyarakat

 Meningkatkan efektifitas supervisi, monitoring dan evaluasi kepada

penyuluh

 Mengoptimalkan penumbuhan, pembinaan dan pengembangan pelaku

utama/pelaku usaha perikanan

 Mengoptimalkan singkronisasi pelaksanaan penyuluhan dengan pemberian

bantuan input produksi kepada kelompok pelaku utama.

(Bupati Langkat, 2013).

Dalam keadaan miskin seseorang atau kelompok sosial tertentu tidak

mungkin dapat melakukan penabungan karena semua pendapatan akan habis

sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Akan tetapi saat ini

sebahagian besar masyarakat desa justru memerlukan bantuan untuk

memungkinkan mereka mengadakan penyesuaian kepada perkembangan yang

cepat yang berlangsung disekelilingnya. Masalah utama adalah bagaimana

masyarakat dapat dibangun dari luar, oleh setiap Badan/Lembaga Internasional

maupun Nasional, pemerintah ataupun swasta (Sutoyo dkk,1996).

Evaluasi dan penelitian tindakan untuk menentukan apakah program

pemerintah terhadap lembaga penyuluhan telah mencapai sasarannya, dan apakah

(33)

pembentukan (kelompok petani nelayan). Yang demikian ini juga memungkinkan

semua yang terlibat dalam program penyuluhan dapat belajar lebih efektif dari

pengalaman dengan melakukan pengamatan yang sistematis. Juga merupakan

pelengkap pengukuran data untuk merencanakan program penyuluhan. Dalam

peleksanaannya, data yang terkumpul digunakan untuk merencanakan program

penyuluhan berikutnya guna meningkatkan program penyuluhan yang sekarang

sedang dijalankan, ataupun yang akan datang (Van Den Ban & Hawkins, 1999).

Untuk lebih memperjelas maka dapat dilihat pada gambar.2 pada

kerangka pemikiran berikut ini.

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

berupa: keramba, bibit kerapu,

vitamin, pupuk, pakan.

(34)

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis

Kerapu di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

(35)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dilakukan secara purpossive (sengaja), yaitu di Desa

Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat dengan

pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah penerima

bantuan program pemerintah terhadap budidaya kerapu.

Tabel 1. Nama Desa penerima Bantuan Program Pemerintah di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat pada tahun 2009-2012

Tahun Jenis Bantuan Jumlah Lokasi/Desa

2009

Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Langkat, 2013

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 8 kelompok tani nelayan di Desa

Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Dan seluruh

kelompok tani tergabung dalam gabungan kelompok tani yang menerima bantuan

(36)

Dusun II, Dusun III, Dusun IV. Penentuan sampel kuota adalah dengan metode

Slovin. Sampel diambil dengan cara sengaja dari masing-masing kelompok tani

yang ada sehingga terpenuhi jumlah sampel yang diinginkan yaitu sebanyak 48

orang yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Adapun rumus yang digunakan dalam metode Slovinadalah sebagai berikut :

n =

Keterangan :

n = Number of samples (jumlah sampel)

N = Total population (jumlah seluruh anggota populasi)

d = Error tolerance (toleransi terjadinya galat yakni sebesar 10%

Maka didapat besar sampel penelitian adalah sebagai berikut:

n=

 

2

94

94 0,1 1

(37)

Tabel 2. Data jumlah anggota kelompok tani dan jumlah sampel yang ada di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tahun 2009-20012.

No Kelompok Nelayan Jumlah Anggota Jumlah Sampel

1. Berkat Usaha 10 5

2. Usaha Laut 14 7

3. Nelayan Pantai 10 5

4. Putra Nelayan 13 7

5. Usaha Bersama 14 7

6. Kerapu Tanjung Pasir 10 5

7. Nelayan Sejahtera 10 5

8. Bahari Indah 13 7

Jumlah 94 48

Sumber: Penyuluh Perikanan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, 2013.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui survey lapangan

dengan menggunakan metode pengumpulan data tertentu. Data primer diperoleh

dari Penyuluh Perikanan yang ada di lapangan dan kelompok tani yang ada di

Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat melalui

wawancara langsung.

Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu Dinas

Pertanian, Kantor Camat, Kantor Kepala Desa yang ada di Kecamatan Pangkalan

Susu Kabupaten Langkat dan lain-lain serta berbagai literatur yang mendukung

(38)

Metode Analisis Data

Hipotesis (1) dan (2) saling berhubungan, untuk mengetahui kinerja

lembaga penunjang agrbisnis kerapu di daerah penelitian maka digunakan metode

kinerja secara diskriptif dengan melihat kinerja lembaga agribisnis dalam hal ini

(penyuluh perikanan) sebagai penyalur bantuan dari instansi terkait yaitu

pemerintah yang selanjutnya akan diberikan kepada petani atau kelompok tani

yang ada. Dianalisis dengan menggunakan tabulasi sederhana dengan metode

(39)

Tabel 3. Indikator Parameter Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis

Kerapu

No Metode CIPP Indikator Kinerja

1. Context Evaluation 1. Perencanaan awal peningkatan jumlah produksi benih kerapu

2. Perencanaan Pelatihan Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu meningkatkan pendapatan

3. Perencanaan kegiatan budidaya kerapu keramba antara sesama kelompok tani sehingga mempengaruhi peningkatan pendapatan

3. Teknologi (KJA/KJT) merupakan salah satu upaya yang penting dilakukan dalam berbudidaya kerapu 4. Petani bersemangat dalam mengikuti kegiatan yang

dilakukan penyuluh.

3. Proses Evaluation 1. Petani mengikuti dengan baik semua kegiatan yang diupayakan penyuluh dalam pengadaan bibit kerapu 2. Petani mengikuti semua pelatihan dengan baik

sehingga bertujuan meningkatkan pendapatan 3. Petani bersedia mengajarkan keterampilan yang

dimiliki demi kemajuan kelompok tani

4. Budidaya kerapu membuka wawasan dan menambah pengetahuan para petani untuk lebih mandiri.

4. Product Evaluation 1. Peningkatan jumlah produksi benih kerapu dari waktu sebelumnya

2. Peningkatan pendapatan setelah diberikan pelatihan dari lembaga penunjang agribisnis kerapu

3. Peningkatan keterampilan Tingkat pemahaman petani dengan berbudidaya kerapu melalui teknologi (KJA/KJT)

4. Peningkatan pengetahuan kearah yang lebih baik antara individu dalam suatu organisasi kelompok tani

Untuk mangetahui hasil penjumlahan seluruh skor dari masing-masing

kinerja lembaga agribisnis kerapu di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan

(40)

Tabel 4. Skor Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu

Metode CIPP Jumlah Parameter Skor Rentang

Context Evaluation 4 1-3 4-12

Input Evaluation 4 1-3 4-12

Process Evaluation 4 1-3 4-12

Product Evaluation 4 1-3 4-12

Total 16 16-48

Hasil penelitian menghasilkan skor, dari skor tersebut akan ditentukan

bagaimana evaluasi kinerja lembaga penunjang agribisnis kerapu. Skor kinerja

berada diantara rentang 16-48, dimana panjang kelas dapat dihitung dengan range

dibagi jumlah kelas. Range adalah jarak/selisih antara data terbesar dan terkecil

(Subagyo, 1992).

Keterangan:

Skor 38-48 : Kinerja Baik

Skor 27-37 ; Kinerja Kurang Baik

Skor 16-26 : Kinerja Tidak Baik

Untuk jawaban yang di skoring dari penilaian kinerja tersebut dapat di

tentukan dengan:

 Pertanyaan di jawab A, maka : Skor 3

 Pertanyaan di jawab B, maka : Skor 2

(41)

Dengan demikian dapat digunakan indikator ketercapaian kinerja dengan

persentase sebagai berikut:

0-34% : Tidak Berhasil

35-69% : Kurang Berhasil

70-100% : Berhasil

Untuk identifikasi hipotesis (1) dicari dengan analisis deskriptif, yaitu

dengan mencatat bagaimana pelaksanaan program lembaga penunjang agribisnis

kerapu di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

Untuk mengidentifikasi hipotesis (2) dicari dengan analisis deskriptif,

yaitu dengan mengetahui sejauhmana keberhasilan kinerja lembaga penunjang

agribisnis kerapu berjalan di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu

Kabupaten Langkat.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan hasil penelitian

ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1) Evaluasi kinerja merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara

sistematis untuk mencapai objektif, efisien, dan efektif, serta untuk

mengetahui dampak dari suatu kegiatan dan juga membantu pengambilan

keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa aspek program perencanaan

(42)

2) Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan

komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau

keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran

produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan

kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan

adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan

kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

3) Lembaga penunjang adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk

mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu,

sub-sistem usaha tani, dan sub-sistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait

dalam kegiatan ini adalah penyuluh, konsultan, keuangan, dan penelitian.

Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan layanan informasi yang

dibutuhkan oleh petani dan pembinaan teknik produksi, budidaya

pertanian, dan manajemen pertanian.

4) Kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan

kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya)

dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

5) Petani adalah perorangan warganegara Indonesia beserta keluarganya atau

koperasi yang mengelola usaha dibidang pertanian/peternakan/perikanan

yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa

penunjang.

6) Sampel adalah yang mewakili petani nelayan di Desa Pulau Sembilan

(43)

7) Benih/bibit adalah awal kehidupan (biginning of life) dari suatu budidaya tanaman/hewan.

8) Penyuluh pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat

digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian.

Batasan Operasional

1) Tempat penelitian adalah Desa Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan

Susu Kabupaten Langkat.

2) Objek penelitian adalah Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu di Desa

Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupeten Langkat

(44)

DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Daerah Penelitian

Luas dan Letak Geografis Desa Pulau Sembilan

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulau Sembilan Kecamatan

Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Kecamatan Pangkalan Susu memiliki luas

wilayah 15.135 Ha (9151,35 Km²) dengan jumlah penduduk 41.907 jiwa terdiri

dari 21.095 Laki-laki dan 20.812 Perempuan. Kecamatan Pangkalan Susu terletak

antara Lintang Utara 04°16’06’’-04°03’11’’ dan Lintang Timur

98°17’06’’-98°03’10’’, terletak di atas permukaan laut setinggi 4 meter. Kecamatan

Pangkalan Susu terdiri dari 11 Desa dan salah satu desanya adalah Desa Pulau

Sembilan dengan luas 15,65 Km² dan jumlah penduduk desa sebanyak 1.758 jiwa

dengan kepadatan penduduk 112 Km². Desa ini terdiri dari 4 dusun, yaitu: Dusun

1, Dusun 2, Dusun 3, Dusun 4. Secara adminstratif Desa Pulau Sembilan

mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Alur Pangkalan Susu

 Sebelah Barat berbatasan dengan Alur Pulau Kampai

 Sebelah Timur berbatsan dengan Selat Malaka.

Desa Pulau Sembilan memiliki luas 1250 Ha yang dikelilingi oleh laut

dengan luas sebesar 1234 Ha. Curah hujan rata-rata/tahun 3360 mm dengan suhu

(45)

ibu kota kecamatan 5,60 km dengan menggunakan kapal motor (perahu boat)

dalam waktu tempuh 20 menit. Jarak dari desa ke ibu kota Kabupaten Langkat

86 km dengan waktu tempuh 2 jam menggunakan kendaraan bermotor sedangkan

ke kota Provinsi dengan waktu tempuh 4 jam.

Keadaan Penduduk

Penduduk desa di daerah penelitian berjumlah 1.758 jiwa dengan 553 KK,

terdiri dari 897 jiwa laki-laki dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 851 jiwa. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan di tampilkan

tabel distribusi penduduk daerah penelitian.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, 2011

No Golongan Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Sumber: BPS Kabupaten Langkat, 2012

Dari tabel.5 di atas dapat disimpulkan bahwa total persentase penduduk

adalah 99,93% bila dilakukan pembulatan menjadi 100%. Penduduk terbesar

terdapat pada kelompok umur 30-34 tahun sebanyak 457 jiwa dengan persentase

(46)

kelompok umur 60+ sebanyak 13 jiwa dengan persentase 0,73%. Maka dengan

demikian, diperoleh perbandingan persentasenya adalah sebesar 25,26%.

Penduduk desa mayoritas adalah suku Melayu, namun perbedaan

suku-suku yang ada tidak mempengaruhi keakraban di antara masyarakatnya.

Sikap kegotongroyongan sangat melekat pada diri penduduk setempat. Tabel.6

menunjukkan keberagaman suku bangsa yang ada di desa pulau Sembilan.

Tabel.6 Persentase Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, 2011

No Suku Bangsa Persentase ( %)

Sumber: BPS Kabupaten Langkat, 2012

Dari distribusi penduduk di atas diperoleh total suku Melayu adalah

50,43% merupakan penduduk (1) terbanyak di Desa Pulau Sembilan dan

penduduk yang paling sedikit adalah suku Karo dengan tingkat persentase 0,69%.

Sedangkan persentase suku Jawa berada pada tingkat (2) terbanyak setelah suku

Melayu yaitu mencapai 28,28% serta pada tingkat (3) adalah suku-suku lainnya

dengan persentase 15,80%.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, oleh sebab

itu dengan adanya pendidikan dapat mempengaruhi kesejahteraan hidup manusia

itu sendiri. Karena pendidikan bertujuan untuk mendidik manusia sehingga

diharapkan akan memiliki masa depan lebih baik lagi. Dengan bertambahnya

(47)

orang untuk mengambil langkah dalam menetukan pilihan hidupnya. Berikut ini

pada tabel.8 dapat dilihat distribusi kualitas angkatan kerja yang ada di

Desa Pulau Sembilan.

Tabel.8 Distribusi Penduduk Menurut Kwalitas Angkatan Kerja di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, 2011

No. Angkatan Kerja (LK) (PR) Jlh Persentase

%

1. Penduduk usia 18-56 tahun yang 5 - 5 0,39 buta aksara dan huruf/angka latin

2. Penduduk usia 18-56 tahun yang 75 80 155 11,43 tamat Perguruan Tinggi

Total 714 641 1.355 99,99

Sumber: Kantor Kepala Desa Pulau Sembilan, 2012

Pada tabel.8 diatas tingkat pendidikan penduduk di Desa Pulau Sembilan

menunjukkan bahwa total penduduk yang tamat perguruan tinggi hanya 2 jiwa

saja dengan tingkat persentase sebesar 0,14% sedangkan yang tamat pendidikan

SLTA sebesar 260 jiwa dengan persentase 19,18%. Bahkan masih ada penduduk

yang buta aksara mencapai 5 jiwa atau 0,39%, ini menunjukkan rata-rata

penduduk menempuh pendidikan hanya sampai tamat SD yaitu 558 jiwa

(41,18%). Jelaslah bahwa penduduk yang berada di pesisir kehidupannya patut

menjadi perhatian pemerintah salah satunya dengan memberikan pelatihan kepada

(48)

kelompok tani di daerah setempat guna memberikan pendidikan sesuai dengan

kebutuhan masyarakatnya.

Sarana dan Prasarana

Adapun yang juga penting di perhatikan yaitu sarana dan prasarana yang

tersedia karena merupakan tolak ukur kemajuan pembangunan. Sarana dan

prasarana menjadi hal penting guna mendukung aktifitas masyarakatnya untuk

dapat mempermudah warga yang ada di daerah tersebut dalam melakukan segala

kegiatan.

Tabel.9 Sarana dan Prasarana di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat,2011

No Fasilitas Sarana dan Prasarana jumlah

Sumber: Kantor Kepala Desa, 2012

Fasilitas pendidikan yang tersedia di desa ini hanyalah sekolah SD saja

sejumlah 1 unit, maka dengan demikian setiap anak yang bersekolah tingkat SLTP

dan SLTA akan menyeberang pulau agar dapat bersekolah. Kendala yang

dihadapi juga banyak selain biaya yang lebih mahal juga diantaranya saat hujan

(49)

terkadang transportasi penyeberangan laut yaitu kapal boat tidak beroprasi karena

khawatir akan keselamatan penumpang.

Sarana kesehatan juga memprihatinkan karena setiap warga yang sakit

parah dan di rujuk kerumah sakit maka memerlukan waktu untuk dapat sampai

kerumah sakit yang ada di kecamatan. Jadi hal ini sangat merepotkan masyarakat

yang ingin berobat. Sarana kesehatan yang tersedia di Desa Pulau Sembilan

hanyalah Pustu (puskesmas pembantu) sejumlah 1 unit. Dapat di simpulkan

pembangunan di Desa Pulau Sembialan kurang baik karena masih sedikitnya

pembangunan yang tersedia.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yaitu kehidupan sosial ekonomi petani nelayan

yang meliputi : Umur, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Bertani, Jumlah Keramba

dan Jumlah Tanggungan Keluarga. Dapat dilihat pada tabel.10 berikut ini:

Tabel.10 Karakteristik Nelayan Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, 2011

No Karakteristik Range Rerata

1. Umur 26-76 43,20

2. Tingkat Pendidikan ( Tahun) 6-12 5,50 3. Pengalaman Budidaya Kerapu 3-15 8,31

4. Jumlah Keramba 2-8 3,95

5. Jumlah Tanggungan (Jiwa) 1-6 3,02

Sumber: Data di olah dari lampiran 1

Umur

Pada tabel.10 diatas menunjukkan karakteristik umur petani sampel range

(50)

produktif dimana petani sampel masih mampu melakukan pekerjaan dengan baik

secara fisik.

Tingkat Pendidikan

Yang dimaksud dengan tingkat pendidikan disini adalah tingkat

pendidikan formal. Pendidikan formal yang pernah di selesaikan oleh petani

sampel range antara 6-12 tahun dengan rerata 5,50 tahun. Dimana pendidikan

diselesaikan dari mulai tamat SD,SMP hingga SMA. Jadi rata-rata petani sampel

menamatkan pendidikan formalnya yaitu hanya sampai pada tingkat SD saja.

Pengalaman Budidaya Kerapu

Untuk pengalaman berbudidaya kerapu petani sampel dengan range 3-15

tahun total terata 8,31 tahun. Lama pengalaman berbudidya kerapu petani sampel

adalah di bawah 10 tahun lebih tepatnya rata-rata selama 8 tahun.

Jumlah Keramba

Jumlah keramba yang dimiliki petani sampel dalam budidaya kerapu

dengan range 2-8 unit rerata 3,95 unit atau bila dilakukan dengan pembulatan

maka akan menjadi 4 unit. Dengan kata lain dapat di simpulkan rata-rata petani

sampel yang memiliki keramba lebih dari 3 unit.

Jumlah Tanggungan

Dari tabel.10 diatas dapat di jelaskan bahwa jumlah tanggungan petani

sampel dengan range 1-6 jiwa yaitu di peroleh rerata sebesar 3,02 jiwa, yang

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu di Daerah Penelitian

Penyuluhan perikanan adalah kegiatan yang sangat penting dan

merupakan suatu bentuk pengajaran/pelatihan/bimbingan/semangat yang dapat

diberikan oleh seorang penyuluh perikanan kepada para petani nelayan khususnya

dalam pengembangan pembangunan perikanan di kawasan pesisir pantai.

Pengelolaan sumber daya manusia dapat mengurangi kemiskinan masyarakat tani

karena diharapkan dapat melatih kemandirian para petani untuk kehidupan

keluarganya ke arah yang lebih baik.

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan di daerah penelitian diadakan sekali

dalam sebulan guna mendiskusikan segala masalah yang dihadapi petani dimana

diharapkan penyelesaian yang di peroleh dari hasil berdiskusi tersebut dapat

membantu para petani dalam memecahkan masalahnya. Namun dengan demikian

sebenarnya tidak ada pembatasan waktu bagi petani untuk dapat berdiskusi

kepada para penyuluh, kapan saja dan dimana saja para petani boleh menemui

penyuluh untuk menanyakan apa saja yang ingin di tanyakan. Kegiatan

penyuluhan yang berlangsung di Desa Pulau Sembilan selama ini dapat dikatakan

telah berjalan dengan baik.

Dengan adanya pembentukan kelompok tani telah mempermudah kinerja

antara kedua belah pihak baik penyuluh ataupun para petani untuk dapat bertukar

pikiran dan memberi masukan bagi setiap anggota kelompoknya yang

menghadapi kendala dalam berusaha tani.

(52)

Untuk mengevaluasi suatu kinerja maka dapat digunakan metode CIPP

yang bertujuan untuk mengambil keputusan dalam merncanakan, melaksanakan

dan mengembangkan suatu program. Metode CIPP merupakan singkatan dari,

context evaluation : evaluasi terhadap konteks, input evaluation : evaluasi terhadap masukan, process evaluation : evaluasi terhadap proses, dan product evaluation : evaluasi terhadap hasil.

Penilaian Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu dapat ditentukan

dengan pertanyaan yang memiliki skor tertentu seperti keterangan brikut ini:

 Pertanyaan dijawab A, skor : 3

 Pertanyaan dijawab B, skor : 2

 Pertanyaan di jawab C, skor : 1

Sehingga diperoleh :

Skor 38-48 : Kinerja Baik

Skor 27-37 ; Kinerja Kurang Baik

Skor 16-26 : Kinerja Tidak Baik

Dengan demikian dapat digunakan indikator ketercapaian kinerja dengan

persentase sebagai berikut:

0-34% : Tidak Berhasil

35-69% : Kurang Berhasil

(53)

Tabel 11. Penilaian Kinerja Kelompok Nelayan Penerima Bantuan Kerapu Indikator Kinerja Nilai yang

diharapkan jumlah produksi benih kerapu

2. Perencanaan pelatihan

1. Penguatan modal petani kecil kepada sumber permodalan

2. Pelatihan oleh penyuluh untuk meningkatkan kerjasama kelompok tani sehingga mempengeruhi pendapatan

3. Teknologi keramba KJA/KJT merupakan upaya penting dalam berbudidaya kerapu

4. Petani bersemangat dalam mengikuti kegiatan yang

1. Petani mengikuti dengan baik kegiatan penyuluhan dalam pengadaan bibit kerapu

(54)

2. Petani mengikuti semua pelatihan untuk meningkatkan pendapatan

3. Petani bersedia mengajarkan keterampilannya demi kemajuan kelompok tani

4. Budidaya kerapu membuka wawasan dan pengetahuan

1. Terjadi peningkatan jumlah produksi benih kerapu dari waktu sebelumnya

pengetahuan kearah lebih baik antara individu kelompok tani

3

Sumber : Diolah dari lampiran 2,3,4,5,

Dari hasil diatas maka dapat di lakukan penilaian terhadap indikator yang

ada sebelumnya, pada tabel berikut dapat di lihat hasil dari trasformasi nilai

(55)

Tabel 12. Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu Pada Indikator Context

No Indikator Kinerja Penilaian Skor Responden

Context A % B % C %

1. Perencanaan peningkatan jumlah produksi benih kerapu

47 97,91 1 2,08 0 0

2. Perencanaan pelatihan lembaga penunjang agribisnis kerapu

Sumber : Diolah dari lampiran 2

Dari tabel.12 diatas di jelaskan bahwa kinerja lembaga penunjang

agribisnis di daerah penelitian berjalan dengan baik karena rata-rata ada 47 orang

responden memilih jawaban A dengan tingkat persentase (97,91%) dan hanya 1

orang yang menyatakan B dengan persentase (2,08%).

Pada indikator Input (masukan) akan ditampilkan pada tabel berikut ini,

dimana dapat di jelaskan bahwa bagaimana indikator dari tranformasi nilai

(56)

Tabel 13. Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu Pada Indikator Input (Masukan)

No Indikator Kinerja Penilaian Skor Responden

Input (Masukan) A % B % C %

1. Penguatan modal petani kecil kepada sumber permodalan

41 85,41 4 8,33 3 6,25

2. Pelatihan oleh penyuluh untuk meningkatkan kerjasama kelompok tani sehingga mempengeruhi pendapatan

Sumber : Diolah dari lampiran 3

Dari tabel.13 di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja lembaga penunjang

agribisnis kerapu di daerah penelitian dapat di katakana berjalan dengan baik

karena rata-rata ada 43 orang responden menjawab A dengan persentase

(89,57%) dan 3 orang responden menjawab B dengan persentase sebesar (6,24%)

sedangkan 2 orang responden menjawab C dengan persentase (4,16%).

Pada Indikator Process (Proses) di bawah ini akan ditampilkan tabel.14

yang menjelaskan bagaimana nilai transformasi berjalan di daerah penelitian.

Apakah kinerja lembaga penunjang agribisnis kerapu berjalan dengan baik,

kadang-kadang baik ataukah berjalan tidak baik. Berikut merupakan jawaban

(57)

Tabel 14. Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu Pada Indikator Process

No Indikator Kinerja Penilaian Skor Responden

Process (Proses) A % B % C %

1. Petani mengikuti dengan baik kegiatan penyuluhan dalam pengedaan bibit kerapu

46 95,83 1 2,08 1 2,08

2. Petani mengikuti semua pelatihan untuk meningkatkan

Sumber : Diolah dari lampiran 4

Dari tabel.14 di atas dapat di jelaskan bahwa kinerja lembaga penunjang

agribisnis kerapu berjalan dengan baik, responden yang menjawab A adalah yang

terbanyak dengan nilai persentase terbesar yaitu (92,70%) dengan jumlah

responden sebanyak 55,25 orang. Sedangkan responden yang menjawab B dengan

persentase terbesar ke dua sebanyak (6,76%) dengan jumlah responden 3,25

orang, dan di urutan terakhir selanjutnya yang menjawab C dengan persentase

(0,52%) sebanyak 0,25 orang.

Untuk indikator Product (hasil) dapat di lihat pada tabel.15. Dimana

hasil transformasi nilai pelaksanaan kinerja lembaga penunjang agribisnis

(58)

Tabel 15. Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu Pada Indikator Product

No Indikator Kinerja Penilaian Skor Responden

Product (Hasil) A % B % C %

1. Terjadi peningkatan jumlah produksi benih kerapu dari waktu sebelumnya

40 83,33 8 16,66 0 0

2. Terjadi peningkatan pendapatan setelah diberikan

pengetahuan kearah lebih baik antara individu kelompok tani

48

Sumber : Diolah dari lampiran 5

Berdasarkan tabel.15 jumlah responden yang terbesar adalah 44,25 orang

dengan persentase (92,18%), responden dengan persentase sedang 3,75 orang atau

(7,81%) dan tidak ada responden yang menjawab kinerja tidak baik. Jadi dapat

disimpulkan untuk indikator Product pelaksanaan kinerja lembaga penunjang

agribisnis adalah baik.

Dari ke empat indikator pelaksnaan kinerja lembaga penunjang agribisnis

(59)

Tabel 16. Hasil Transformasi Penilaian Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu

No Uraian Indikator Nilai Yang Diharapkan

Sumber : Diolah dari lampiran 2,3,4,5,

Dari Tabel.16 di atas diperoleh indikator kinerja lembaga penunjang

agribisnis kerapu berdasarkan pada uraian indikator Context (Konteks) nilai yang

diharapkan kisaran 4-12 diperoleh nilai 11,89 dengan persentase ketercapaian

sebesar 99,25%. Maka dapat diketahui bahwa perencanaan Kinerja Kelompok

Tani penerima bantuan dari Pemerintah melalui lembaga penyuluhan telah

berhasil dilaksanakan karena butuh 0,75% hingga mencapai hasil optimal.

Untuk kinerja lembaga penunjang agribisnis kerapu dengan indikator

Input (Masukan) diperoleh hasil dengan nilai yang diharapkan kisaran 4-12 dan

nilai yang diperoleh sebesar 11,31 dengan persentase ketercapaian adalah 94,25%.

Maka dapat dikatakan kinerja telah berhasil dilaksanakan karena hanya butuh

5,75% hingga mencapai hasil optimal.

Dari Tabel.16 diketahui untuk indikator kinerja berdasarkan pada

Process (Proses) nilai yang diharapkan kisaran 4-12 dan nilai yang diperoleh

sebesar 11,64 dengan persentase ketercapaian sebesar 97,00%. Maka dapat

(60)

indikator process berhasil dilaksanakan karena hanya butuh 3% lagi untuk mencapai hasil optimal.

Berdasarkan tabel.16 di atas untuk indikator Product (Produk) dihasilkan

nilai yang diharapkan 4-12 dan nilai yang diperoleh 11,68 dengan tingkat

ketercapaian sebesar 97,33. Maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kinerja

lembaga penunjang agribisnis kerapu telah berhasil dilaksanakan karena hanya

(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

 Hasil penelitian dengan menggunakan motode CIPP (Context, Input,

Process, Product) yaitu pelaksanaan Kinerja Lembaga Penunjang Agribisnis

Kerapu dengan mengambil sampel dari kelompok tani di daearah penelitian

diperoleh nilai sebesar 46,52 dengan persentase ketercapaian sebesar 96,91%.

Artinya pelaksanaan kinerja lembaga penunjang agribisnis kerapu di daerah

penelitian berjalan dengan baik, karena skor yang diperoleh adalah 46,52

telah menempati rentang skor antara 38-48 maka dikatakan kinerja baik.

 Pelaksanaan Program Lembaga Penunjang Agribisnis Kerapu di daerah

penelitian telah berhasil dilaksanakan karena tingkat ketercapaian 96,91%

untuk mencapai indikator ketercapaian optimum hanya butuh 3,09% dari

100% ketercapaian sempurna.

Saran

Kepada Petani:

 Petani diharapkan menggunakan sebaik mungkin bantuan yang diberikan oleh

pemerintah melalui lembaga penunjang agribisnis kerapu.

(62)

Kepada Pemerintah:

 Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan berbagai keperluan yang

mendukung kegiatan agribisnis di daerah penelitian.

Kepada Penyuluh:

 Penyuluh diharapkan terus mengawasi jalannya program yang dilakukan.

Kepada Peneliti Selanjutnya:

 Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti topik lain

Gambar

Gambar 1. Mata Rantai Kegiatan Agribisnis
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Nama Desa penerima Bantuan Program Pemerintah di Kecamatan
Tabel 2. Data jumlah anggota kelompok tani dan jumlah sampel yang ada di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kekayaan jenis dan potensi vegetasi mangrove yang ditemui pada lokasi hutan sekunder di Desa Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Jenis

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Kerapatan Mangrove terhadap Kepadatan Moluska di Dusun II Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

Judul Penelitian : Keanekaragaman Jenis dan Pendugaan Cadangan Karbon yang Tersimpan pada Hutan Sekunder dan Tambak di Desa Pulau Sembilan, kecamatan Pangkalan Susu,

Bab ini membahas tentang potensi pulau kampai sebagai daerah tujuan wisata, dan pengelolaan objek wisata Pulau Kampai di Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. BAB V

1) Mengetahui tingkat keberhasilan penanaman mangrove pada bulan Mei 2015 di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 2) Menganalisis respon

Judul Penelitian : Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora apiculata dan Kontribusi Terhadap Unsur Hara di Perairan Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten

lapisan masyarakat, maka yang menjadi sasaran utama sebagai tujuan akhir adalah. menusia atau masyarakat yang terpenuhi kebutuhannya (Hartoyo

Judul : Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina di Perairan Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.. Nama :