NAPZA DI RSKO JAKARTA TAHUN 2011-2012
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Fajri Nugraha
NIM: 1110103000013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
v
Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga penelitian dengan judul “Prevalensi Hepatitis C Pada Pasien Pecandu Napza Di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun sadar sepenuhnya bahwa bantuan dari berbagai pihak sangat berperan dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Oleh sebab itu, penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr (hc). Dr. M.K Tadjudin, Sp. And dan dr. Djauhari Widjajakusumah AIF, PFK selaku dekan dan pembantu dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Kaprodi Pendidikan Dokter
3. dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ, MPH, dan dr. Achmad Zaki. M. Epid, SpOT selaku dosen pembimbing penelitian yang telah berkenan membimbing penelitian ini dari awal hingga terselesaikannya laporan penelitian ini
4. dr. Rita Kesuma, M. Kes, SpP dan semua staf rekam medis RSKO Jakarta yang telah mengizinkan penggunaan rekam medis dan membimbing saya selama proses pengambilan sampel.
5. Mamah dan bapak selaku orangtua yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan baik moril maupun material serta kelima kakak penyusun yang selalu memberi motivasi demi terselesaikannya laporan penelitian ini 6. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini
Ciputat, 5 September 2013
vi
ABSTRAK
Fajri Nugraha, Program Studi Pendidikan Dokter, Prevalensi Hepatitis C pada Pecandu NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012. 2013
Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya. Tercatat pada tahun 2011 pengguna NAPZA mencapai 3,7 - 4,7 juta jiwa (2,2 %) dari total seluruh penduduk Indonesia, angka ini mengalami peningkatan dari jumlah tahun sebelumnya yaitu sebanyak 3,1 – 3,6 juta orang (1,9 % ) pada tahun 2008. Pengguna NAPZA terutama pengguna jarum suntik memiliki faktor risiko lebih tinggi terpapar penyakit Hepatitis C. Penelitian epidemiologi deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi Hepatitis C pada pecandu NAPZA di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta sepanjang tahun 2011-2012. Hasilnya didapatkan penderita Hepatitis C sebanyak 61 orang dari 72 orang yang memiliki riwayat pecandu NAPZA. Dari data tersebut, pengguna NAPZA suntik (78,8%) dengan Heroin (84,60%) sebagai jenis yang paling banyak digunakan. Pengguna NAPZA dengan prevalensi (72,22%) sebagian besar adalah laki-laki (98,1%), pada kelompok usia 30-39 tahun (59,6%) dengan riwayat pendidikan terakhir adalah SMA (50%).
vii
ABSTRACT
Fajri Nugraha, Medical Education Program, Prevalence of Hepatitis C in Drug Useres in RSKO Jakarta during 2011-2012. 2013.
The users of narcotic, psychotropic, and addictive substances has increased from year to year. Recorded in 2011 the drug users reach 3.7 to 4.7 million people (2.2%) of the total population of Indonesia, this number has increased from the previous year is 3.1 to 3.6 million people (1.9 %) in 2008. The drug users, especially injecting drug users have a higher risk factor have Hepatitis C disease. Descriptive epidemiological study was conducted to determine the prevalence of Hepatitis C in drug users in the Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta during 2011-2012. The result obtained 61 people have Hepatitis C from 72 people who had a history of drug users. From these data, injecting drug users (78.8%) with heroin (84.60%) as the most widely used. The prevalence of drug users (72.22%) are predominantly male (98.1%), in the age group 30-39 years (59.6%) with a history of recent education is high school (50%).
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Bagi Peneliti ... 3
2.2 NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lain) ... 9
2.2.1 Narkotika... 10
ix
2.1.4 Kerangka Teori ... 12
2.1.5 Kerangka Konsep ... 13
BAB III METODE PENELITIAN ... 14
3.1 Desain Penelitian ... 14
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
3.3 Populasi Terjangkau... 14
3.4 Sampel dan cara Pengambilan Sampel ... 15
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 16
3.6 Cara Kerja ... 16
3.7 Definisi Operasional ... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
4.1 Hasil ... 18
4.1.1 Prevalensi Hepatitis C pada Pecandu NAPZA di RSKO Jakarta ... 19
4.1.2 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Kelamin ... 19
4.1.3 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Usia 20 4.1.4 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 20
4.1.5 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Status Pernikahan ... 21
4.1.6 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 21
4.1.7 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Jumlah Pecandu Heroin,Ganja, amfetamin (shabu) dan zat Adiktif (Alkohol) ... 22-23 4.1.8 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C berdasarkan Cara Penggunaan NAPZA Suntik ... 24
4.2. Pembahasan...25
BAB V PENUTUP ... 28
x
5.2 Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29-30
LAMPIRAN………...………31-40
xi
Tabel 2.1 Tabel 2.1 Perbedaan Jenis Hepatitis ...………... 4
Tabel 3.1 Rincian Waktu Penelitian ... 14
Gambar 2.1 Virus Hepatitis C... 5
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA berdasarkan jenis kelamin di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011 ………... 19
Grafik 2 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA
berdasarkan usia di RSKO Jakarta Tahun
2010-2011………...……... 19
Grafik 3 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA berdasarkan jenis pekerjaan di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011………..………... 20
Grafik 4 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA berdasarkan status pernikahan di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011………..………... 21
Grafik 5 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA berdasarkan pendidikan terakhir di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011………... 21
Grafik 6 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA berdasarkan jumlah pecandu Heroin di RSKO Jakarta Tahun
2010-2011………... 22
Grafik 7 Distribusi pasien Hepatitis C pada pecandu NAPZA berdasarkan jumlah pecandu Ganja di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011………... 22
xiii
berdasarkan jumlah pecandu Zat adiktif (Alkohol) di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011………... 23
Grafik 10 Distribusi pasien Hepatitis C positif berdasarkan cara penggunaan
xiv
DAFTAR SINGKATAN
NAPZA : Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
VHC : Virus Hepatitis C
IDU : Intravenous Drug Use
BNN : Badan Narkotika Nasional
PPHI : Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia
1
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Hepatitis C merupakan masalah kesehatan yang sangat besar. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 150 juta orang di dunia terinfeksi Virus Hepatitis C (VHC) kronis dan diantaranya 350.000 orang meninggal setiap tahunnya.1 Sementara di Indonesia dari data Depkes RI dapat diperkirakan sekitar 6,6 – 7 juta orang mengidap penyakit Hepatitis C. Pada tahun 2008, dilaporkan adanya 7.235 kasus positif Hepatitis C dari 21 provinsi. Tiga provinsi dengan kasus terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Dari jumlah itu, sekitar 50% berpotensi menjadi penyakit hepatitis kronis, bila tidak diobati secara baik maka 10% di antaranya dapat menjadi fibrosis hati dan kanker hati.2
Salah satu faktor risiko terpaparnya virus Hepatitis C adalah penggunaan jarum suntik yang digunakan secara bergantian dan tidak steril, penggunaan jarum suntik ini biasanya ditemukan pada pengguna NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya). Saat ini, tingkat angka kejadian VHC pada penderita NAPZA cukup tinggi.
2
Selain itu tingginya angka pengguna narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) di Indonesia, merupakan masalah kompleks dan perlu dicari solusinya bersama. Diketahui dari data survei Badan Narkotika Nasional, perkembangan penyalahgunaan NAPZA pada tahun 2011 mencapai 3,7 - 4,7 juta jiwa (2,2 %) dari total seluruh penduduk Indosenia, angka ini mengalami peningkatan jumlah penyalahgunaan NAPZA dari tahun sebelumnya yaitu
sebanyak 3,1 – 3,6 juta orang (1,9 % ) pada tahun 2008.5
Tingginya jumlah penderita virus hepatitis C berbanding lurus dengan tingginya angka penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun yaitu 1,9 % (2008) menjadi 2,2 (2011). Kondisi inilah yang menjadi salah satu alasan penelitian ini untuk dilakukan.
Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta merupakan salah satu rumah sakit rujukan utama untuk menangani penderita dengan pengguna NAPZA terutama di wilayah DKI Jakarta, karakteristik rumah sakit sesuai dengan penelitian terkait prevalensi hepatitis C kalangan pecandu NAPZA
1.2. Rumusan Masalah
Berapakah prevalensi penderita hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Cibubur tahun 2011-2012?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui prevalensi Hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Jakarta tahun 2011-2012
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis NAPZA yang digunakan penderita Hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Jakarta tahun 2011-2012
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti
1. Mengaplikasikan bagaimana cara membuat penelitian yang baik dengan menggunakan metodologi yang sudah diperoleh selama perkuliahan
2. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian terutama di bidang kesehatan
1.4.2. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Menambah referensi penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang prevalensi pasien Hepatitis C pada pecandu NAPZA
2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang akan melanjutkan atau melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan penelitan Hepatitis C dan NAPZA.
1.4.3. Bagi RSKO Jakarta
Sebagai data dan bukti medis mengenai prevalensi pasien Hepatitis C pada pecandu NAPZA tahun 2011-2012
1.4.4. Bagi Masyarakat Umum
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hepatitis C
2.1.1 Definisi Hepatitis C
Hepattis C merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC), sebelum ditemukannya Virus Hepatitis C dikenal 2 jenis virus sebagai penyebab hepatitis, yaitu : virus hepatitis A (VHA) dan virus hepatitis B (VHB). Terdapat juga hepatitis bukan disebabkan oleh kedua virus ini dan tidak dapat dikenal sehingga dinamakan hepatitis non-A non-B (hepatitis NANB) yang pada akhirnya setelah di identifikasi virus baru ini dinamakan virus hepatitis C (VHC). Infeksi VHC merupakan masalah yang besar karena pada sebagian kasus dapat menjadi hepatitis kronis yang dapat menyebabkan terjadinya sirosis hati dan kanker hati.6 Hampir semua kasus hepatitis disebabkan oleh salah satu dari lima jenis virus yaitu : hepatitis A, B, C, D dan E. Seperti terlihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Perbedaan Jenis Hepatitis
Virus Agen Cara Penularan
Masa Inkubasi Pemeriksaan Laboratorium
Infeksi akut IgM anti HAV Infeksi lama IgG HbeAg (infeksius), anti Hbs, HbcAg, anti Hbc HCV Virus RNA untai
Anti HDV, HdAg, HbsAg
HEV Virus RNA untai tunggal tak berkapsul
Fekal oral, air 15-60 hari, rata-rata 40 hari
Anti HEV, RNA HEV dengan PCR
2.1.2 Agen Virus Hepatitis C
Virus hepatitis C merupakan virus RNA dengan rantai tunggal (RNA single strain). dengan genom positif, yang termasuk pada genus hepacivirus dan famili Flaviviridae. VHC berdiameter 30-60 nm, dengan panjang 9,4 kb atau 9600 nukleotida, mempunyai suatu open reading frame (ORF) dapat mengkode suatu protein yang tersusun atas 3000 asam amino.8 Berikut adalah gambar dan struktur dari VHC. :
Gambar 2.1. Virus Hepatitis C
6
Siklus hidup Virus Hepatitis C dapat di jelaskan sebagai berikut :
Virus yang telah dewasa dikeluarkan dari hepatosit ke pembuluh darah, menembus membran sel. Kecepatan replikasi VHC sangat besar, melebihi HIV dan HVB. Protein-protein yang dihasilkan VHC berfungsi penting dalam siklus hidup virus ini sehingga banyak penelitian yang berusaha memanfaatkan protein-protein tersebut maupun region dalam genVHC untuk membuat antivirus yang efektif.9,10
Virus Hepatitis C dapat diidentifikasi menjadi 6 grup atau genotip utama yang memepergunakan angka 1-6 dengan 11 subtipe dan isolat yang banyak. Genotip 1a dan 1b adalah genotip yang paling sering ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa Barat, diikuti oleh genotip 2 dan 3. Sementara Genotip 4 banyak ditemukan di Mesir, genotip 5 di Afrika Selatan dan genotip 6 di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia, > 60 % yang di identifikasi merupakan
VHC masuk kedalam hepatosit dengan mengikat reseptor permukaan sel yang spesifik
Protein inti dari virus menembus dinding sel secara kimiawi
Didalam hepatosit, selaput virus (nukleokapsid) melarut dalam sitoplasma dan RNA virus keluar
Virus membuat hepatosit memproduksi protein-protein yang di butuhkan virus untuk berfungsi dan berkembang biak
genotip 1a dan 1b. Genotip 1 mempunyai replikasi lebih besar dari pada genotip lainnya sehingga kandungan virus pada pasien umumnya lebih besar, dengan prognosis lebih buruk.11
2.1.3 Penularan Hepatitis C
Cara penularan Hepatitis C dapat melalui : 1. Pengguna NAPZA suntik
Faktor risiko yang paling besar dengan terjadinya infeksi virus Hepatitis C di temukan pada pengguna NAPZA suntik (Intravenous drug use), hal ini disebabkan karena penggunaan jarum suntik yang saling bergantian dan tidak steril. Bagi pengguna NAPZA, bergantian jarum suntik merupakan hal yang biasa bagi mereka. Oleh sebab itu, terjadinya penularan virus hepatitis C di kalangan pengguna NAPZA suntik sangat besar. Prevalensi pada pengguna NAPZA suntik (>80%), sementara penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 di Indonesia sebesar (74,9%). Keadaan ini dapat dilihat dari (Gambar 1) yang dijelaskan oleh Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia (PPHI), menggambarkan bahwa grafik penularan virus hepatitis C sebanyak 60% didominasi oleh penggunaan narkoba jarum suntik, yang di ikuti oleh seksual (15%) dan transfusi (10%).3,11,12 Selain itu penggunaan alat pribadi yang cenderung menimbulkan luka, seperti alat cukur, tato, gunting, sikat gigi dsb yang digunakan bersama, dapat juga menimbulkan risikonya tertular VHC.12
8
Sumber: http://pphi-online.org/alpha/?p=533
2. Kontak Seksual
Hubungan seksual dapat menularkan virus hepatitis C, hal ini dapat terjadi jika seseorang melakukan perilaku seks yang berisiko, walaupun persentase penularan melalui kontak seksual ini tidak terlalu besar yaitu sekitar 15% . Perilaku seks berisiko tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pengguna jasa PSK
2) Luka karena seks (kurangnya pelicin pada vagina dapat meningkatkan penularan melalui darah)
3) Memiliki lebih dari satu pasangan 4) Pria suka pria (homoseksual).13
3. Transfusi Darah
Di Amerika Serikat sebelum tahun 1986 kejadian Hepatitis C paska transfusi berkisar 5% sampai 13%. Dengan adanya pemeriksaan anti HCV untuk skrining donor yang diperkenalkan tahun 1990-1992, angka kejadian Hepatitis C setelah transfusi mengalami penurunan menjadi 0,1% pada awalnya dan akhirnya menjadi <0,1 %.11,13
4. Penularan Vertikal dari Ibu ke Bayi
Penularan (transmisi) vertikal HCV dari ibu kepada bayinya relatif lebih jarang terjadi dari pada penularan VHB, karena titer VHC secara umum lebih rendah dari pada VHB. Pada bayi yang lahir dari ibu dengan anti VHC positif, didapatkan angka 5% (antara 3%-6%). Namun bila Ibu menderita infeksi HIV bersama dengan VHC, maka kemungkinan tertular bagi bayi yang lahir akan lebih besar yaitu 14% (antara 5%-36%) dari pada Ibu yang hanya menderita VHC saja.13
Infeksi oleh VHC dapat diidentifikasi dengan memeriksa antibodi yang dibentuk tubuh terhadap VHC bila virus ini menginfeksi pasien. Antibodi ini akan terbentuk dan bertahan lama setelah terjadi. Deteksi antibodi terhadap VHC dilakukan umumnya dengan teknik enzyme immuno assay (EIA). EIA generasi ketiga yang banyak digunakan saat ini mengandung protein core dan protein struktural yang dapat mendeteksi antibodi terhadap VHC dalam waktu minggu ke 4-10 infeksi, dengan sensitifitas mencapai 99 % dan spesifisitas lebih dari 90%.6,11
Selain pemeriksaan Anti-HCV dapat dilakukan pemeriksaan VHC RNA untuk mengetahui adanya virus dalam tubuh pasien terutama dalam serum sehingga memberikan gambaran infeksi sebenarnya. Jumlah VHC dalam serum maupun hati relatif sangat kecil sehingga diperlukan teknik amplifikasi agar terdeteksi salah satunya menggunakan teknik PCR (polymerase chain reaction).11
2.2 NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lain) 2.2.1 Narkotika
Dalam buku UU RI NO 35 tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
Menurut potensinya yang menyebabkan ketergantungan Narkotika diklasifikasikan menjadi 3 golongan :
1. Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. 2. Narkotika golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan,
10
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
3. Narkotika golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.14 Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut.
1. Psikotropika Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
2. Psikotropika Golongan II :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
3. Psikotropika Golongan III :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam)
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG). Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain
- Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu - Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur)
- Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.15
2.2.3 Zat Adiktif Lain
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut narkotika dan psikotropika, meliputi :
Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
a. Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
b. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
c. Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (whiskey, vodca, TKW , Mansion House, Johnny Wallker, Kamput
12
2.2 Kerangka Teori
Hepatitis C
Tatto NAPZA
Suntik
Transmisi parenteral
Perilaku seks berisiko
Transfusi Darah
Penggunaan alat tidak steril
Transmisi Vertikal
Pengguna jasa PSK Luka karena seks Memiliki lebih dari satu pasangan Pria suka pria (homoseksual).
Sebelum dilakukan skrining
2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Penderita pengguna NAPZA
Hepatitis C (+)
NAPZA suntik NAPZA non-suntik
Transmisi Hepatitis secara parenteral
Hubungan seksual bebas Memakai tatto
14
BAB III
METODOLOGI PENELITAN 3.1. Desain Penelitian
Metodologi pada penelitian ini merupakan penelitian potong lintang / cross sectional
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pengambilan data dilakukan di bagian rekam medik Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta, dengan rincian waktu penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1. Rincian Waktu Penelitian
No Tanggal Kegiatan Tempat Hasil
1 1 Agustus – 31 Desember 2012
Pembuatan Proposal Rumah Proposal
2 1 Januari – 15 Januari 2013
Pengurusan izin fakultas untuk RSKO
Fakultas Surat izin
3 1 Februari – 31 Maret 2013
Pengambilan Data RSKO Data
3.3. Populasi dan Sampel
Sampel untuk penelitian ini adalah seluruh populasi terjangkau, yaitu pasien Hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Cibubur pada tahun 2011-2012. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah konsekutif sapling. Estimasi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus :
n
=
n
=
Keterangan : n : Besar Sampel
Zα : 1,96 pada interval kepercayaan (IK) 95 %
P : proporsi dari kategori variabel yang diteliti, penelitian sebelumnya prevalensi hepatitis C pada NAPZA di Indonesia 74,9 %.3
d = 0,1
Q = 1-p = 0,251
16
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
A. Faktor Inklusi
Data pasien yang memiliki riwayat pecandu NAPZA tahun 2011-2012
Data pasien terdiagnosis pasti Hepatitis C tahun 2011-2012 yang diperoleh dari hasil lab
B. Faktor Eksklusi
Data pasien Hepatitis C yang tidak lengkap
3.5 Alur Penelitian
Pembuatan proposal
perizinan
klasifikasi Berdasarkan Usia, Jenis kelamin, Statu pernikahan, Tingkat pendidikan dan pekerjaan
Pengambilan sampel
Hepatitis C positif Instalasi Rekam Medik
Riwayat Pecandu NAPZA (-) Riwayat Pecandu NAPZA (+)
Hepatitis C Negatif
Pengolahan data
3.5 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Skala
1 Hepatitis C
Hepatitis C merupakan penyakit hati kronis yang menyerang organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis C yamg termasuk golongan keluarga Flaviridae.
Buku rekam medik pasien di RSKO 2011-2012
Pecandu NAPZA adalah seorang penyalahguna narkoba yang telah mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotik, psikotropika, dan bahan adiktif lain (narkoba), baik secara fisik maupun psikis sesuai UU RI No. 35 tahun2009 dan UU RI No. 5 tahun 1997
- Hasil Urinalisis
- Form Riwayat Penggunaan Zat dan Penanggulangan
- Laporan Kunjungan Rumah -Formulir Asesmen Wajib -Lapor dan Rehabilitasi Medis Form IGD
Kategorik Nominal
1 3 Jenis Kelamin Diklasifikasikan atas laki-laki dan
perempuan Data administrasi pasien RSKO
Kategorik Nominal
4 Usia Usia pasien saat terdaftar pasien
RSKO Data administrasi pasien RSKO
Kategorik Nominal
5 Jenis
Pekerjaan
Pekerjaan pasien ketika terdaftar
sebagai pasien di RSKO Data administrasi pasien RSKO
Kategorik Nominal
6 Status
Pernikahan Belum Menikah, Menikah dan Cerai Data administrasi pasien RSKO
Kategorik Nominal 7 Pendidikan
Terakhir
Pendidikan terakhir saat terdaftar
sebagai pasien di RSKO Data administrasi pasien RSKO
Kategorik Nominal
8 Jenis NAPZA
NAPZA sesuai UU RI No. 35 tahun 2009 dan UU RI No. 5 tahun 1997
baik single maupun poly drugs
- Hasil Urinalisis
- Form Riwayat Penggunaan Zat dan Penanggulangan
- Laporan Kunjungan Rumah - Formulir Asesmen Wajib - Lapor dan Rehabilitasi Medis - Form IGD
Kategorik Nominal
9 Cara
penggunaan Menggunakan Jarum suntik Form Riwayat Pengguna Napza
18 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil
4.1.1 Prevalensi Hepatitis C pada Pecandu NAPZA di RSKO Jakarta
Hasil pengumpulan data rekam medik di RSKO Jakarta untuk pasien Hepatitis C pada pecandu NAPZA tahun 2011 dan 2012 adalah 52 pasien.
Dengan data tersebut, prevalensinya adalah :
Keterangan : jumlah konstanta = 100 %
Maka prevalensi pasien Hepatitis C positif dengan riwayat pecandu NAPZA di RSKO tahun 2011-2012 sebesar :
Point Pravalence Rate = Ʃ pasien Hepatitis C (dengan NAPZA) 2011-2012 x Konstanta
Ʃ Jumlah Sampel yang diambil
Point Pravalence Rate = 52 x 100% = 72,22%
Prevalensi Hepatitis C pada Pengguna NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
Grafik . Prevalensi Hepatitis C pada Pengguna NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
41.2 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Kelamin di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
Grafik 2. Distribusi Hepatits C pada pecandu NAPZA Berdasarkan jenis kelamin di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
72,22%
Hepatitis C positif Hepatitis C Negatif
Series 1
Hepatitis C positif Hepatitis C Negatif
20
4.1.3 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Usia di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
Grafik Distribusi Hepatits C pada pecandu NAPZA Berdasarkan Usia di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
4.1.4 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Pekerjaan di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
Grafik Distribusi Hepatits C pada pecandu NAPZA Berdasarkan Pekerjaan di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
Tidak Bekerja karyawan swasta wiraswasta PNS lainnya
Series 1
4.1.5 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Status Pernikahan di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
Grafik Distribusi Hepatits C pada pecandu NAPZA Berdasarkan Status Pernikahan di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
4.1.6 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
Grafik Distribusi Hepatits C pada pecandu NAPZA Berdasarkan pendidikan Terakhir di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
57,70%
SD SMP SMA Perguruan Tinggi
Series 1
22
4.1.7 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Jumlah Pecandu Heroin,Ganja, amfetamin (shabu) dan zat Adiktif (Alkohol) di RSKO Jakarta
Pecandu Ganja Bukan Pecandu Ganja Pecandu Ganja Bukan Pecandu Ganja
84,60%
Pecandu Heroin Bukan Pecandu Heroin
Series 1
36,50%
Pecandu Amfetamin Bukan Pecandu Amfetamin
Series 1
Pecandu Amfetamin Bukan Pecandu Amfetamin
15,40%
pecandu alkohol Bukan Pecandu Alkohol
Series 1
24
4.1.8 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Cara Penggunaan NAPZA Suntik di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
78,80%
21,20%
0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%
Pengguna Jarum Suntik Bukan Pengguna Jarum Suntik
Series 1
4.2. Pembahasan
4.2.1 Pola distribusi Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil pengambilan data diketahui laki-laki mendominasi dari total sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak (98,1%). Keadaan ini dipengaruhi dari tingginya pemakaian NAPZA yang menjadi salah satu faktor risiko pada penderita Hepatitis C. Hal ini sesuai dengan survei penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional pada tahun 2011 di Indonesia didapatkan jenis kelamin, laki-laki jauh lebih besar dari perempuan, yaitu sebanyak (81%) pada laki-laki dan (19%) pada perempuan.16
4.2.2 Pola Distribusi Hepatitis C Pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Usia
26
4.2.3 Pola Distribusi Hepatitis C Pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan sebanyak (48,2%) didominasi pengangguran. Dari hasil survei lain, BNN Provinsi Bali menyatakan jumlah pecandu narkoba di Bali sebagian besar pengangguran. Data Badan Narkotika Kota Cimahi tahun 2009 juga menunjukkan di antara pengguna narkoba yang masih hidup, sebagian besar adalah pengangguran.
4.2.4 Pola Distribusi Hepatitis C Pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Status Pernikahan
4.2.5 Pola Distribusi Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pengangguran di Indonesia masih didominasi oleh lulusan SMA. Dari hasil penelitian hepatitis C pada pengguna NAPZA yang di lakukan surabaya di didaptkan sebanyak 62,2% berpendidikan SMU. Hal ini dibenarkan oleh penelitian Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim POLRI bahwa pelaku kejahatan narkoba berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir didominasi oleh lulusan SMA sepanjang tahun 2006-2011. 19
Sedangkan pada penelitian ini didapatkan sebanyak (50%) pendidikan terakhir SMA.
4.2.6 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Jumlah Pecandu Heroin (Putauw), Ganja (Canabis), Amfetamin (Shabu) dan Zat Adiktif (Alkohol)
28
4.2.7 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Cara Penggunaan NAPZA Suntik di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
29 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Prevalensi Hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Jakarta tahun 2011-2012 adalah sebesar 72.2% yang sebagian besar didominasi oleh pecandu Heroin yaitu sebesar (84,6%) dengan penggunaan NAPZA suntik (78,8%).
2. Pola Demografi Hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012 didominasi oleh laki-laki sebanyak (98,1%), kelompok Usia 30-39 tahun (59,6%), tidak bekerja (46,2 %), belum menikah (57,7%), dan pendidikan sampai lulus SMA (50%).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari simpulan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan :
1. Perlunya menganalisa perilaku lain yang menjadi risiko Hepatitis C positif dari pecandu NAPZA seperti perilaku seksual berisiko, penggunaan tato, misal menggunakan kuisioner atau wawancara
2. Mencari hubungan antara faktor risiko dengan terjadinya Hepatitis C
30
1. World Health Organization (WHO). Hepatitis C; 2013
2. Departemen Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta; 2009 3. Gani RA, Budihusodo U, Waspodo A, Lesmana L.A., Hasan I, Akbar N et
al. Seroepidemiology and risk factors of Hepatitis B and C virus infections among drug users in Jakarta, Indonesia; 2002.hal.48
4. European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction. Hepatitis C and injecting drug use [dikutip 25 Juli 2013.]
Available from: www.emcdda.europa.eu
5. Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba tahun 2008
6. Gani RA. Hepatitis C. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009
7. Centers for Disease Control and Prevention.Hepatitis C - [dikutip 25 Juli 2013]
Available from: www.cdc.gov/hepatitis/hcv/pdfs/hepcgeneralfactsheet.pdf
8. Jules L. Dienstag, Kurt J. Isselbacher. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Dennis L. Kasper, Eugene Braunwald, Anthony Fauci, Stephen Hauser, Dan Longo, J. Larry Jameson, Editor. Harrison’s – a textbook of Internal Medicine. 16th ed: McGraw-Hill; 2004
9. Mauss, Berg, Rockstroh, Sarrazin, Wedemeyer. The Flying Publisher Short Guide to
Hepatitis C.Volume 2. 2011
10.Sulaiman HA. Hepatitis C. Dalam : Sulaiman HA, Akbar HN,Lesmana LA, Noer HMS, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi I. Jakarta: Jayaabadi; 2007
31
Terkini Hepatitis B dan C dalam Prakrik Klinis Sehari-hari. Jakarta: Sagung Seto; 2010
12.Artikel Umum. Hepatitis C. Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia [dikutip 25 Juli 2013]
Available from :http://pphi-online.org/alpha/?p=533
13.Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, editor. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jilid 1.Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012
14. Undang Undang Repulik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. [Dikutip 18 Agustu 2012].
Available from :
http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/uu35narkotika.pdf
15. Undang Undang Repulik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. [dikutip 1 Mei 2013].
Available from : http://www.slideshare.net/Bembenk/uu-05-1997
16.Jenis-jenis Narkoba Badan Narkotika Nasional Indonesia.www.bnn.go.id di unduh (6 September 2012,jam 10.06 WIB)
17.Redaksi wakil Kepresidenan. Peringatan Hari Anti Narkoba Internasional Tahun 2012[serial online] 2013 [dikutip 6 Mei 2013 ].
Available from URL: http://wapresri.go.id/index/preview/berita/2136
18. Prashant, Saroj. Drug Abuse and Society. New Delhi : Ashish Pub. House. 1993. P.160-7
19.Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Pengangguran jadi Pengedar Shabu [serial online] 2013 [dikutip 2013 Mei 1st ].
Available from URL:
http://www.bnn.go.id/portalbaru/portal/konten.php?nama=Berita&op=deta il_berita&id=719&mn=6&smn=a
20.Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim POLRI.Kasus Narkoba Di Indonesia Tahun 2006-2010 [serial online] 2011 [Dikutip 2013 August 06th].
33 LAMPIRAN
Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Kelamin di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012
Statistics
Jenis_Kelamin
N Valid 52 Missing 0
Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid laki-laki 51 98.1 98.1 98.1 perempuan 1 1.9 1.9 100.0
Total 52 100.0 100.0
Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Usia di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012
Statistics
Usia
N Valid 52 Missing 0
usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 20-29 18 34.6 34.6 34.6
30-39 31 59.6 59.6 94.2 40-49 1 1.9 1.9 96.2 >60 2 3.8 3.8 100.0 Total 52 100.0 100.0
35
Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Pekerjaan di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012
Statistics
Pekerjaan
N Valid 52 Missing 0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid TIDAK BEKERJA 24 46.2 46.2 46.2
KARYAWAN SWASTA 10 19.2 19.2 65.4 WIRASWASTA 12 23.1 23.1 88.5 PNS 4 7.7 7.7 96.2 LAINNYA 2 3.8 3.8 100.0 Total 52 100.0 100.0
Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Status Pernikahan di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012
Status_Pernikahan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid BELUM MENIKAH 30 57.7 57.7 57.7
MENIKAH 18 34.6 34.6 92.3 CERAI 4 7.7 7.7 100.0 Total 52 100.0 100.0
Statistics
Status_Pernikahan
N Valid 52 Missing 0
37
Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012
Statistics
Pendidikan_Terakhir
N Valid 52 Missing 0
Pendidikan_Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid SD 2 3.8 3.8 3.8
SMP 8 15.4 15.4 19.2 SMA 26 50.0 50.0 69.2 PT 16 30.8 30.8 100.0 Total 52 100.0 100.0
Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Jumlah Pecandu Heroin,
Ganja, amfetamin (shabu) dan zat Adiktif (Alkohol) di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012
Statistics
Heroin
N Valid 52 Missing 0
Heroin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid PECANDU HEROIN 44 84.6 84.6 84.6
BUKAN PECANDU HEROIN 8 15.4 15.4 100.0 Total 52 100.0 100.0
39
Ganja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid PECANDU GANJA 19 36.5 36.5 36.5
BUKAN PECANDU GANJA 33 63.5 63.5 100.0 Total 52 100.0 100.0
Statistics
Amfetamin
N Valid 52 Missing 0
Amfetamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid PECANDU AMFETAMIN 19 36.5 36.5 36.5
BUKAN PECANDU
AMFETAMIN 33 63.5 63.5 100.0 Total 52 100.0 100.0
Statistics
Ganja
N Valid 52 Missing 0
Statistics
Alkohol
N Valid 52 Missing 0
Alkohol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid PECANDU ALKOHOL 8 15.4 15.4 15.4
BUKAN PECANDU
ALKOHOL 44 84.6 84.6 100.0 Total 52 100.0 100.0
41
Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Penggunaan Jarum Suntik di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012
Statistics
Cara_penggunaan
N Valid 52 Missing 0
Cara_penggunaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Pengguna Jarum suntik 41 78.8 78.8 78.8
Bukan Pengguna Jarum
Suntik 11 21.2 21.2 100.0 Total 52 100.0 100.0
43
Riwayat Hidup Penulis
Nama Lengkap : Fajri Nugraha
Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 15 Agustus 1990
Alamat : Ds.Margaasih 01/01, Kec.Cicalengka, Kab.Bandung
Telp : 081809128990
Agama : Islam
Pendidikan : SDN Negri 1 Sirnagalih
MTS 34 Cibegol Soreang
MAN 1 Kota Sukabumi