• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style pada Penderita Hepatitis C di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style pada Penderita Hepatitis C di Kota Bandung."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran explanatory style penderita hepatitis C di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi sasaran adalah penderita hepatitis C di kota Bandung yang berada pada rentang usia dewasa madya, (35-60) Responden penelitian ini adalah 28 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah Attributional Style Questionnaire (Seligman,1990) yang dimodifikasi oleh peneliti dan terdiri dari 48 item yang bersifat forced choice.

Pengolahan hasil penelitian dilakukan dengan teknik deskritif analisis. Sebanyak 53,6% responden memiliki optimistic explanatory style, dan 46,4% responden lainnya memiliki pessimistic explanatory style. Penderita hepatitis C dengan optimistic explanatory style memandang keadaan baik (good situation) sebagai keadaan yang permanent, universal, dan internal. Ketika berhadapan dengan keadaan buruk (bad situation) penderita hepatitis C dengan optimistic explanatory style memandangnya sebagai keadaan yang temporer, universal, dan internal. Penderita hepatitis C dengan pessimistic explanatory style memandang keadaan baik (good situation) sebagai keadaan yang temporary, universal, dan internal. Ketika berhadapan dengan keadaan buruk (bad situation), penderita hepatitis C dengan pessimistic explanatory style memandangnya sebagai keadaan yang permanent, universal, dan internal.

(2)

Abstract

This research has been done to know the view of the explanatory style of hepatitis C sufferer at Bandung city. This research uses descriptive method. Population target are the hepatitis C sufferer at Bandung city who are in range 35-60 years old (Santrock). Total numbers of this sufferer who become the respondent are 28 people.

The measuring apparatus which has been used is Attributional Style Quisionair (ASQ) which has been modified by the researcher of the apparatus which has been prepared by Martin E.P Seligman (1990) and consists of 48 items which has characteristic of forced choice.

Result of the research is calculated by using analysis descriptive technic. Number of 53.6% respondent has the optimistic explanatory style and 46.4% respondent has other pessimistic explanatory style. Hepatitis C sufferer who has optimistic explanatory style looks at good situation as the permanent, universal, and internal situation. Meanwhile, if Hepatitis C sufferer with the optimistic explanatory style is up against the bad situation, they look at that situation as the temporary, universal, and internal situation. Other side, Hepatitis C sufferer with the pessimistic explanatory style looks at good situation as the temporary, universal, and internal situation and if Hepatitis C sufferer with the pessimistic explanatory style is up against the bad situation, they look at that situation as the permanent, universal, and internal situation.

(3)

ix

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

2.1.2 Dimensi-Dimensi Explanatory Style ... 18

2.1.3 Keuntungan Optimisme ... 19

(4)

2.2.1 Defenisi Dewasa Madya ... 22

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 32

3.3.1 Variabel Penelitian ... 32

3.3.2 Definisi Operasional ... 32

3.4 Alat Ukur ... 33

3.4.1 Atributional Style Questionare (ASQ) ... 33

3.4.2 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 34

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 35

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 36

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 36

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 36

3.5.1 Populasi Sasaran ... 36

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 36

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 37

3.6 Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 39

4.1.1 Berdasarkan Rentang Usia ... 39

4.1.2 Berdasarkan Status Marital ... 40

(5)

Universitas Kristen Maranatha

4.2 Hasil Penelitian ... 41

4.2.1 Gambaran Explanatory Style Responden ... 41

4.2.2 Gambaran Tabulasi Silang Explanatory Style dan Good Situation ... 42

4.2.3 Gambaran Tabulasi Silang Explanatory Style dan Bad Situation ... 43

4.3 Pembahasan ... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 53

5.2 Saran ... 54

5.2.1 Saran Teoritis ... 54

5.2.2 Saran Praktis ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 34

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia ... 39

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Marital ... 40

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan ... 40

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Terdiagnosis ... 41

Tabel 4.5 Explanatory Style ... 41

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Explanatory Style dan Good Situation ... 42

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang merusak sel-sel hati (liver) sehingga mengganggu kerja hati. Hati merupakan organ penting dan vital bagi tubuh manusia karena membantu menetralkan dan membuang racun bakteri-bakteri yang berbahaya bagi tubuh manusia (www.wikipedia.co.id). Sebagian besar penderita hepatitis baru menyadari dirinya terinfeksi saat melakukan pemeriksaan kesehatan (medical check up) atau saat akan mendonorkan darah, oleh karena itu hepatitis C dikenal sebagai wabah terselubung (silent epidemic) yaitu penyakit dengan gejala yang tidak kentara sehingga banyak orang terlambat menyadari telah terinfeksi karena tidak merasakan gejalanya selama bertahun-tahun sejak terinfeksi(Majalah

Kesehatan 2 desember 2010 oleh dr. Salma)

Penyakit Hepatitis C yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C diperkirakan oleh WHO diidap oleh lebih dari 170 juta penduduk dunia dengan 3-4 juta infeksi baru setiap tahunnya. Sebanyak 80-85 % pengidap infeksi virus hepatitis C, penyakitnya akan terus berkembang menjadi hepatitis kronis. Pakar kesehatan mengatakan virus hepatitis 100 kali lebih mudah menular dibandingkan dengan HIV. Yang paling ditakuti dari penyakit ini potensi berkembangnya penyakit ini di stadium akhir menjadi kanker hati atau sirosis yang dapat berakhir pada kegagalan fungsi hati dan mengakibatkan kematian. (Koran Sindo Minggu 10november 13)

(10)

2 yang termasuk jenis virus yang sulit diobati karena virus tersebut mudah bermutasi sehingga sulit ditemukan vaksinnya. Asia merupakan penyumbang terbesar kanker hati akibat virus hepatitis C di dunia dan laki-laki lebih banyak menderita penyakit ini dibandingkan dengan perempuan, dengan perbandingannya sebesar 3:1 sampai 5:1. (www.healthdetik.com15 maret 2011)

Penderita hepatitis pada umumnya akan menghadapi gangguan-gangguan fisik maupun psikis yang timbul sebagai akibat dari penyakit yang dideritanya. Gangguan yang bersifat fisik misalnya terus menerus sakit kepala dan demam, kehilangan selera makan, perasaan lemah-letih-lesu setiap hari, gerak-gerik yang semakin lamban, bola mata serta warna kulit menjadi kekuningan, dan rusaknya jaringan pada sel-sel hati yang akan mengakibatkan muntaber. Sedangkan gangguan psikis seperti stress, anxiety, putus asa, dan depresi yang mencakup perasaan sedih setiap hari yang ditunjukkan oleh sikap penderita di bulan-bulan pertama. Perasaannya menjadi sangat sensitif sehingga mudah murung, penderita lebih cenderung memilih untuk menghindar dari kehidupan sosial. Penderita juga merasa kehilangan minat dan kegembiraan melakukan hal-hal yang pernah disenangi. Hal-hal tersebut akan mengakibatkan pasien hepatitis C mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas seperti sebelum mereka menderita hepatitis C.

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha Pada masa dewasa madya umumnya individu sedang mengalami kemajuan dalam kariernya, dan mempersiapkan diri untuk memasuki masa pensiun sehingga akan berusaha untuk mempertahank an keadaan ekonomi keluarganya. Namun mereka akan mengalami hambatan yang besar karena adanya penurunan kemampuan fisik yang sejalan dengan bertambahnya usia mereka sehingga penderita sangat perlu untuk melakukan penyesuaian terhadap keadaannya saat ini. Penderita Hepatitis C ini membutuhkan orang-orang terdekat untuk mendukung penderita agar memiliki cara pandang yang optimistik dalam melakukan aktivitas dan menjalani pengobatannya.

Cara pandang seseorang terhadap situasi atau peristiwa yang dialaminya sangatlah penting, yang dalam hal ini adalah penilaian seorang penderita hepatitis C dalam menghadapi gangguan fisik maupun psikis yang timbul akibat penyakit yang dideritanya. Seseorang menjelaskan mengenai keadaan baik atau buruk yang dialaminya mencerminkan bagaimana harapan seseorang atau seberapa besar energi yang dimiliki orang yang bersangkutan untuk menghadapi peristiwa tersebut. Suatu kebiasaan berpikir yang dimiliki seseorang dalam memandang kehidupan dalam keadaan baik (good situation) maupun keadaan buruk (bad situation) dikenal dengan

explanatory style (Seligman, 1990).

Explanatory style yang dimiliki seseorang berbeda-beda yang dapat diperoleh

(12)

4 bertahan saat menghadapi masa-masa sulit dalam menghadapi penyakitnya dan pandangan negatif yang diterimanya dari masyarakat dan membuatnya tidak mudah putus asa. Optimistic explanatory style juga diharapkan dapat membantu penderita hepatitis C dalam memandang kesulitan yang dialaminya lebih sebagai tantangan bukan ancaman, seperti kesulitan dalam bersosialisasi, kesulitan dalam melakukan pekerjaan dan juga kesulitan lainnya.

Menurut Seligman (1990), terdapat tiga dimensi dalam explanatory style yang menentukan seseorang memiliki optimistic atau pessimistic explanatory style dalam menghadapi situasi baik ataupun buruk yaitu permanence, pervasiveness, dan

personalization.Jika individu memiliki optimistic explanatory style, individu tersebut

cenderung akan memandang peristiwa-peristiwa buruk (bad situation) yang dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat sementara (temporary), hanya terjadi pada satu aspek kehidupan (specific), dan bukan diakibatkan kesalahannya (external). Sedangkanperistiwa baik (good situation) yang dialaminya akan dipandang sebagai sesuatu yang bersifat menetap (permanence), menyebar ke seluruh aspek kehidupannya (universal), dan diakibatk an faktor dalam dirinya (internal).

Sebaliknya jika individu memiliki pessimistic explanatory style, individu cenderung akan memandang peristiwa-peristiwa buruk (bad situation) yang dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat menetap (permanen), menyebar ke seluruh aspek kehidupannya (universal) dan disebabkan oleh kesalahannya (internal). Untuk peristiwa-peristiwa baik (good situation)yang dialaminya dipandang sebagai sesuatu yang bersifat sementara (temporary), hanya terjadi pada satu aspek kehidupan (specific) dan bukan diakibatkan faktor dalam dirinya (external).

(13)

5

Universitas Kristen Maranatha dideritanya. Explanatory style memunyai peranan yang besar pada diri penderita hepatitis C untuk keberhasilan pengobatan yang dijalani. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 4orang penderita hepatitis C, diperoleh hasil 75% penderita menganggap bahwa penyakitnya tidak akan sembuh walaupun sudah menjalani pengobatan dan konsultasi secara rutin, bahkan semakin lama akan berkembang semakin serius menjadi sirosis hati dan menimbulkan kematian (permanen). Penderita juga mengatakan bahwa mereka putus asa karena merasa proses kesembuhannya berjalan sangat lambat, pengobatan yang dijalankan hanya mengeluarkan biaya mahal namun tidak berhasil menyembuhkannya, mereka harus kembali mengonsumsi obat yang sama selama hampir tiga tahun, sehingga mereka meyakini bahwa kesembuhan adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin terjadi. Mereka mengaku pasrah terhadap kondisi tubuhnya yang tidak akan bisa kembali seperti sediakala sebelum menderita hepatitis, dan mereka takut dan khawatir dalam menjalani sisa hidupnya namun tetap menjalaninya karena pengaruh keluarga dan teman.

Sedangkan 25% penderita hepatitis C lainnya mengatakan mereka percaya nantinya mereka akan sembuh. Oleh karena itu mereka tetap semangat menjalani pengobatan walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama, mereka yakin bahwa keadaan pasti akan menjadi lebih baik. Mereka juga mengetahui tentang penyakitnya serta dampak dan risiko yang akan dialaminya tetapi mereka tidak langsung percaya begitu saja sebelum mereka mengalaminya.

(14)

6 tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran explanatory style pada pasien penderita hepatitis C di Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana explanatory style pada penderita hepatitis C di Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini ialah untuk memperoleh gambaran mengenai explanatory style pada penderita hepatitis C di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci dan mendalam mengenai explanatory style pada penderita hepatitis C di Kota Bandung melalui 3 dimensi; permanence, pervasiveness, personalization dan kaitannya dengan faktor-faktor yang berpengaruh.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

 Penelitian ini dapat memberi sumbangan informasi bagi ilmu psikologi khususnya

bidang psikologi kesehatan mengenai explanatory style penderita hepatitis di Kota Bandung.

 Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk

(15)

7

Universitas Kristen Maranatha dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi kepada para penderita hepatitis C di Kota Bandung yang

sedang menjalani pengobatan mengenai explanatory style mereka, sehingga diharapkan dapat mempertahankan juga mengembangkan explanatory style penderita dalam menjalani proses pengobatan.

 Memberikan informasi kepada keluarga atau pihak yang mendampingi penderita

hepatitis di Kota Bandung mengenai explanatory style penderita hepatitis C agar dapat berkontribusi dalam memberikan dukungan dan semangat untuk penderita hepatitis C.

1.5 Kerangka Pikir

Penderita hepatitis C pada rentang usia dewasa madya berada pada tahap perkembangan dewasa madya (Santrock,2002). Pada rentang usia ini keadaan individu berkaitan dengan suatu masa menurunnya keterampilan fisik dan semakin besarnya tanggung jawab, suatu periode dimana individu semakin sadar akan polaritas muda dan semakin berkurangnya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan, suatu titik ketika individu berusaha meneruskan suatu yang berarti pada generasi berikutnya, dan suatu masa ketika individu mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya, tetapi semua karakteristik ini tidak menggambarkan semua individu dalam rentang usia dewasa madya.

(16)

8 kesehatan. Usaha mereka untuk mempertahankan kemajuan karier dan menyesuaikan diri dengan proses penurunan kemampuan fisik dan psikis, akan mengalami hambatan yang besar ketika mereka mengidap Hepatitis C. Hepatitis C tidak sekadar menurunkan kemampuan fisik dan psikis, tetapi juga dapat menghilangkan kontrol mereka terhadap fungsi-fungsi tubuh. Hal ini menyebabkan perubahan yang terjadi bersifat drastis sehingga mereka menjadi sangat sulit untuk melakukan penyesuaian.

Kesulitan dalam melakukan penyesuian diri dapat disebabkan oleh adanya masalah fisik seperti secara terus menerus mengalami sakit kepala dan demam, tubuh lemas, bola mata serta warna kulit menjadi kekuningan, dan rusaknya jaringan pada sel-sel hati yang mengeras dan mengakibatkan muntaber. Penderita dituntut untuk menjaga kondisi fisiknya dengan istirahat dalam jangka waktu yang panjang sampai pengobatan yang dilakukan menunjukkan perubahan yang semakin baik pada kondisi kesehatannya.

(17)

9

Universitas Kristen Maranatha Penderita hepatitis C di kota Bandung menyadari bahwa dirinya menderita penyakit mematikan, mereka mendapatkan vonis penyakit yang tidak dapat hilang di sepanjang sisa hidupnya. Dalam melanjutkan hidupnya, penderita hepatitis C melakukan pengobatan atas kesadaran diri mereka sendiri, serta melakukan aktivitas sehari-hari tetapi dalam batasan-batasan tertentu disesuaikan dengan kondisi fisiknya saat ini.

Sebagai seorang kepala rumah tangga, penderita hepatitis C tidak mudah dalam melakukan aktivitas kesehariannya karena porsi dalam berkegiatan harus lebih rendah dari biasanya. Virus yang menyerang hati yang perannya sangat penting bagi tubuh membuat Penderita hepatitis C di Kota Bandung tidak dapat melakukan aktivitas yang berat. Selain itu terdapat pula dampak psikologis yang dirasakan penderita hepatitis C di antaranya beban emosional, putus asa, kecemasan, rendah diri, dan kesulitan bersosialisasi. Hepatitis C memberikan dampak tersendiri pada kelangsungan hidup mereka dalam memenuhi tugas dan tuntutannya sebagai seorang kepala rumah tangga.

Dampak secara fisik dan psikologis merupakan tantangan bagi penderita hepatitis C di Kota Bandung. Salah satu hal yang harus dimiliki oleh penderita hepatitis C untuk menghadapi tantangan tersebut adalah optimisme. Adanya optimisme yang tinggi dalam diri penderita hepatitis C diharapkan dapat membantu untuk bertahan saat menghadapi masa-masa sulit dalam menjalani pengobatan di sisa hidupnya dengan tetap memiliki keyakinan untuk hal yang lebih baik. Dengan adanya keyakinan dan harapan positif penderita Hepatitis C dapat kembali bangkit dari rasa kurang percaya diri yang mereka rasakan dan melanjutkan hidup mereka.

(18)

10 Bagaimana penderita hepatitis menjelaskan mengenai hambatan-hambatan fisik dan psikis akibat virus hepatitis yang diderita merupakan bentuk dari explanatory style yang mereka miliki . Explanatory style adalah suatu kebiasaan berpikir yang dimiliki individu dalam memandang kehidupan, baik dalam keadaan baik (good situation) maupun keadaan buruk (bad situation) yang dipelajari seiring dengan pengalaman hidup sejak kecil hingga masa dewasa (Seligman, 1990).

Menurut Seligman (1990) dalam explanatory style tercakup tiga dimensi utama yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization. Dimensi pertama adalah permanence berkaitan dengan waktu saat suatu peristiwa terjadi, apakah bersifat permanence (menetap) atau temporary (sementara). Penderita Hepatitis C di Kota Bandung yang memiliki optimistic explanatory style akan berpikir bahwa keadaan buruk sifatnya akan sementara, seperti ketika mereka sedang merasakan mual, perasaan lemah-letih-lesu, sakit kepala yang terus menerus, bola warna berwarna kekuningan, bahkan muntaber. Penderita Hepatitis C di Kota Bandung akan berpikir bahwa dirinya akan kembali pulih setelah beristirahat dan meminum obat (PmB-Temporary). Dalam keadaan baik penderita Hepatitis C di Kota Bandung yang memiliki optimistic explanatory style akan memandang bahwa keadaan baik yang mereka hadapi bersifat permanent, seperti setelah menjalani pengobatan dan banyak istirahat sesuai anjuran dokter mereka merasakan adanya kemajuan dan mulai merasakan tubuhnya sehat mereka berpikir bahwa dirinya akan terus sehat karena kondisi hati mereka memang semakin hari berangsur membaik

(PmG-Permanent).

Penderita hepatitis C di Kota Bandung yang memiliki pessimistic explanatory

style menjelaskan bahwa keadaan buruk bersifat permanen, misalnya penderita

(19)

11

Universitas Kristen Maranatha muntaber berpikir bahwa mereka tidak akan pulih dari kondisi ini (PmB-

Permanent).Dalam menghadapi keadaan baik penderita hepatitis C di Kota Bandung

yang memiliki pessimistic explanatory style akan berpikir bahwa keadaan baik yang mereka hadapi bersifat sementara, penderita yang sehat kembali setelah minum obat dan banyak beristirahat akan berpikir bahwa setelah pengaruh obat hilang maka penderita hepatitis C di Kota Bandung akan kembali merasakan mual, perasaan lemah-letih-lesu, sakit kepala yang terus menerus, bola warna berwarna kekuningan, bahkan muntaber (PmG-Temporary).

Dimensi yang kedua yaitu pervasiveness, berkaitan dengan space atau ruang lingkup dari suatu keadaan yang dihadapi. Apakah kejadian yang menimpa hidupnya akan berpengaruh secara menyeluruh terhadap aspek kehidupannya atau hanya memengaruhi sebagian dari kehidupannya saja, yang dibedakan antara universal dan spesifik. Pada keadaan baik, seseorang berpikir tentang dimensi pervasiveness good dan sebaliknya pada keadaan buruk seseorang berpikir mengenai pervasiveness bad. penderita hepatitis C di Kota Bandung yang memiliki optimistic explanatory style memiliki penjelasan yang spesifik ketika menghadapi keadaan buruk, seperti saat mereka merasakan mual, perasaan lemah-letih-lesu, sakit kepala yang terus menerus, bola warna berwarna kekuningan, bahkan muntabermereka merasatidak berdaya karena keluarga mereka terlambat membanya ke RS untuk melakukan pengobatan.

(PvB – Spesific)

Penderita hepatitis C di Kota Bandung yang memiliki optimistic explanatory

style memiliki penjelasan yang universal ketika menghadapi keadaan baik, seperti

saat melakukan aktivitas sehari-hari merasa tidak ada keluhan pada tubuhnya, penderita merasa tubuhnya sudah sehat karena kondisi hatinya sudah membaik (PvG-

(20)

12

explanatory style memiliki penjelasan universal ketika menghadapi keadaan buruk,

mereka berpikir tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan dalam kondisi kesehatannya yang buruk dan mereka akan gagal disegala aspek kehidupannya, seperti berhenti bekerja dan akan menghabiskan waktu di rumah merepotkan keluarganya (PvB-Universal). Sedangkan penderita hepatitis C di Kota Bandung yang memiliki pessimistic explanatory style akan berpikir bahwa keadaan baik hanya terjadi pada saat tertentu saja, seperti ketika mereka merasa sehat dan sudah bisa melakukan pekerjaannya, mereka berpikir bahwa hal tersebut hanya kebetulan saja terjadi (PvG-Specific).

Dimensi yang terakhir adalah personalization, dimensi ini menceritakan siapa yang menjadi penyebab suatu keadaan yang dihadapi, apakah internal atau eksternal. Penderita hepatitis C di Kota Bandung yang memiliki optimistic explanatory style akan menganggap apabila keadaan tubuhnya tidak membaik itu karena ketidak-mampuan dokter atau pengobatannya yang kurang bagus(PsB-External). Sedangkan ketika Penderita hepatitis C di Kota Bandung merasa tubuhnya sehat akan berpikir bahwa keadaan baik tersebutkarena mereka memiliki keinginan yangbesar untuk sembuh sehingga teratur dalam meminum obat dan mengatur waktu istirahatnya dengan baik (PsG-Internal).

Penderita hepatitis C di Kota Bandung yang memiliki pessimistic

explanatory style menyalahkan dirinya sendiri atas keadaan buruk yang menimpanya

(21)

13

Universitas Kristen Maranatha adalah lingkungannya atau orang lain yang memperhatikan penderitaseperti dokter dan keluarga yang memperhatikan dan menyediakan obat yang dikonsumsinya

(PsG-External).

Pembentukan Explanatory style seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor, faktor-faktor tersebut adalah Explanatory style figur yang signifikan,kritik orang dewasa, dan krisis pada masa kanak-kanak.Faktor yang pertama adalah explanatory style dari figur yang signifikan, figur signifikan bagi penderita hepatitis C yang sedang menjalani pengobatan adalah orang-orang terdekatnya,misalnya orangtua, pasangan, anak dan sahabat terdekat. Apabila figur yang signifikan bagi penderita hepatitis yang sedang menjalani pengobatan memandang keadaan baik yang dihadapinya adalah susuatu yang menetap, menyeluruh dan disebabkan oleh diri mereka sendiri maka melalui proses modeling maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap keyakinan penderita hepatitis C di Kota Bandungyang sedang menjalani pengobatan tersebut yang akan cenderungmengikuti explanatory style dari figur signifikannya yang optimis(PmG-Permanent, PvG-Universal, PsG-internal). Begitu pula jika figur signifikan dari penderita hepatitis memandang keadaan buruk yang dihadapinya adalah sesuatu yang sifatnya sementara, terbatas pada bidang kehidupan tertentu saja, dan disebabkan oleh pihak lain (PmB-Temporary, PvB- Specific,

PsB-External)makasituasi baik maupun buruk tersebut akan mempengaruhi keyakinan

dalam diri penderita Hepatitis C di Kota Bandungsehingga akan mengikuti

explanatory style dari figur signifikannya yaitu optimistik.

(22)

14 Jika kritik yang diterima oleh penderita hepatitis C di Kota Bandung bersifat sementara dan terbatas pada bidang tertentu saja, maka Penderita hepatitis C akan mempercayai bahwa dirinya menderita hepatitis C namun keadaan buruk tidak akan mempengaruhi bidang kehidupan lainnya, maka penderita hepatitis C tersebut memiliki Optimistic Explanatory style. Sebaliknya, jika penderita mengalami kegagalan kemudian mendapatkan kritik yang bersifat menetap dan menyeluruh di semua bidang kehidupan maka penderita Hepatitis C akan memiliki Pessimistic

Explanatory style.

Faktor ketiga adalah masa krisis pada masa early childhood. Explanatory

style dipelajari melalui cara seseorang menanggapi krisis yang dialami pada masa

kanak-kanak. Hal ini berkaitan dengan segala bentuk pengalaman traumatik yang dialami pada masa kanak-kanak. Penderita hepatitis C di Kota Bandung yang mengalami krisis pada masa early childhood dan mampu mengatasinya, akan mengembangkan kebiasaan berpikir bahwa keadaan buruk dapat diatasi, hanya berlangsung pada situasi tertentu saja, dan disebabkan oleh pihak lain (PmB

temporary, PvB-spesific, PsB-external) dan dengan demikian penderita akan

memiliki optimistic Explanatory style. Sebaliknya, penderita hepatitis C di Kota Bandung yang tidak mampu mengatasi krisis yang dialami ketika early childhood, akan mengembangkan konsep bahwa keadaan buruk tersebut menetap, menyeluruh di semua bidang kehidupan, dan disebabkan oleh diri mereka sendiri

(PmB-Permanent, PvB-Universal, PsB-Internal), maka penderita hepatitis C di Kota

Bandung akan memiliki Pessimistic Explanatory style.

(23)

15

Universitas Kristen Maranatha

Optimistic atau Pessimistic Explanatory style.Adapun bagan kerangka pemikirannya

sebagai berikut :

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir

Optimistic explanatory

style

Explanatory Style

Pessimistic explanatory

style

Dimensi :

-Permanence -Pervasiveness -Personalization Penderita hepatitis

C di kota Bandung

Faktor yang mempengaruhi :

1. Explanatory style figur yang signifikan 2. Kritik orang dewasa

(24)

16

1.6 Asumsi Penelitian

Dari kerangka pikir diturunkan asumsi penelitian sebagai berikut:

Explanatory style merupakan hasil belajar dari lingkungan melalui pengalaman

hidup.

Explanatory style dapat diukur melalui tiga dimensi, yaitu permanence,

pervasiveness, dan personalization.

Karakteristik penderita hepatitis yang memiliki optimistic explanatory style yaitu

cenderung memandang peristiwa baik (good situation) yang dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat permanent (PmG), universal (PvG), internal (PsG) dan cenderung memandang peristiwa buruk (bad situation) yang dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat temporary (PmB), spesific (PvB), external (PsB).

Karakteristik penderita hepatitis yang memiliki pessimistic explanatory style yaitu

cenderung memandang peristiwa baik (good situation) yang dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat temporary (PmB), spesific (PvB), external (PsB) dan cenderung memandang peristiwa buruk (bad situation) yang dialaminyua sebagai sesuatu yang bersifat permanent (PmG), universal (PvG), internal (PsG)

Faktor-faktor yang memengaruhi Explanatory style penderita hepatitis C yaitu

Explanatory style dari figur yang signifikan, feedback dari figur yang signifikan,

(25)

53

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebanyak 53,6% penderita hepatitis C di Kota Bandung dengan optimistic

explanatory style memandang bahwa keadaan baik (good situation) yang

dialaminya bersifat permanent, universal, dan Internal. Ketika memandang keadaan buruk (bad situation) penderita hepatitis C di Kota Bandung memandang bahwa keadaan yang dialaminya bersifat temporary, Universal, dan internal. 2. Sebanyak 46,4% penderita hepatitis C di Kota Bandung dengan pessimistic

explanatory style memandang bahwa keadaan baik (good situation) yang

dialaminya bersifat temporary, universal, dan external. Ketika memandang keadaan buruk (bad situation) penderita hepatitis C di Kota Bandung memandang bahwa keadaan yang dialaminya bersifat permanent, universal, dan Internal. 3. Pemahaman penderita hepatitis C di Kota Bandung terhadap explanatory style

significant person-nya dan kritik yang diterima tidak memiliki keterkaitan dengan

explanatory style yang dimiliki penderita hepatitis C dalam menghadapi

(26)

54

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Penelitian ini hanya melibatkan subyek dengan jumlah terbatas, oleh karena itu penelitian selanjutnya disarankan untuk melibatkan ukuran sampel yang lebih besar.

2. Meneliti lebih lanjut mengenai faktor- faktor yang memengaruhi explanatory style penderita hepatitis C secara lebih mendalam, agar dapat mengetahui dengan lebih jelas penyebab perbedaan ciri-ciri explanatory style pada penderita hepatitis C jika dibandingkan dengan teori yang disa mpaikan oleh Seligman (1990).

5.2.2 Saran Praktis

(27)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI EXPLANATORY STYLE

PADA PENDERITA HEPATITIS C DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

ANA GIOVANI NRP: 0830135

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(28)
(29)
(30)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan, Bapa yang Maha Baik karena berkat rahmat dan pimpinanNya peneliti dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style pada penderita Hepatitis C di Kota Bandung.

Peneliti juga menyadari bahwa penyusunan rancangan penelitian ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan berbahagia ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universita Kristen Maranatha.

2. Dra. Sianiwati S. Hidayat, M.Si., Psikolog sebagai dosen pembimbing utama yang sudah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran. Terimakasih atas bimbingan, kepedulian dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Maria Yuni Megarini Cahyono, M.Psi., Psikolog sebagai dosen pembimbing pendamping dalam penelitian ini. Terimakasih telah meluangkan banyak waktu, serta memberikan dukungan dan semangat di saat peneliti mengalami kesulitan dalam menyusun skripsi ini.

4. Responden penderita hepatitis C di Kota Bandung yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.

(31)

viii 6. L. Pahala Sidabutar, yang dengan setia membantu dan mendengarkan peneliti dengan penuh kesabaran, mendoakan peneliti, memberikan penghiburan bagi peneliti disaat mengalami keputusasaan, dan untuk pembagian waktu dan peran untuk anak-anak selama peneliti menyusun skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat terdekat dan teman-teman di psikologi, terima kasih atas kebersamaan, dukungan, waktu untuk mendengarkan keluh kesah peneliti, serta semangat untuk peneliti menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang turut terlibat membantu peneliti memberikan informasi dan dalam mencari sample hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu sumbangan pemikiran, baik berupa kritik maupun saran yang diberikan akan sangat bermanfaat bagi peneliti. Akhir kata, peneliti berharap agar tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Juli 2016

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Sulaiman, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati edisi 1. Jayabadi

Santock, John W. 2002. Life-span Development- Perkembangan Masa Hidup. Terjemahan Damanik, Juda. Jakarta : Erlangga.

Seligman, Martin E. P. 1990. Learned Optimism. How To Change Your Mind and

Your Life, New York : A. A. Konpf. Inc.,

Seligman, Martin E.P. 2005. Menginstal Optimisme. Terjemahan Yogapranata, Budhy. Bandung : Momentum.

(33)

56

DAFTAR RUJUKAN

http://gejalahepatitis.com/tentang-penyakit-hepatitis-c// diakses maret 2011 http://spiritia.or.id/Dok/hepatitis.pdf (seri buku kecil) diakses februari 2013 http://klinikhati-profalisulaiman.com/index.htm diakses Mei 2011

http://www.technology-indonesia.com/kesehatan/penyakit-menular/162indonesia-peringkat-ke3-jumlah-penderita-hepatitis?format=pdf diakses februari 2013 http://en.wikipedia.org/wiki/Reliability_(statistics) diakses Mei 2011

http://en.wikipedia.org/wiki/Validity_(statistics) diakses Mei 2011 http://www.detikheath.com diakses Maret 2011

http://www.wikipedia.co.id diakses Maret 2011 http://pphi-online.org/alpha/?p=533 diakses februari 2013

http://www.who.int/mediaentre/factsheets/fs164/en/ diakses April 2011

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1
Gambar 1.1  Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi nonpartisipan, peneliti mengamati secara langsung proses belajar mengajar pada mata pelajaran seni budaya bidang

[r]

Penelitian mengenai pengembangan sistem sebelumnya menggunakan perusahaan sebagai objek penelitian [1][2] karena perusahaan merupakan salah satu entitas yang

Catu daya merupakan piranti elektronika yang dirancang untuk memberikan daya pada piranti elektronika lainnya.Saat merakit sebuah catu daya, diperlukan satu cara

Dalam penelitian ini akan digunakan metode choice-based conjoint untuk. mengetahui preferensi konsumen terhadap beberapa jenis handphone

Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa faktor keuangan (rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio nilai pasar, rasio pertumbuhan penjualan) dan

Makalah ini membahas implementasi PEAP menggunakan Remote Access Dial In User Service (RADIUS) , mulai dari perancangan arsitektur jaringan komputer nirkabel berbasis

dengan segala aktifitas yang terdapat pada Bank BNI Bukittinggi dalam. memberikan pelayanan