• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada Siswa SMA Penyandang Tuna Netra di SLBN-A "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada Siswa SMA Penyandang Tuna Netra di SLBN-A "X" Bandung."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Dalam usaha memenuhi tuntutan kurikulum di sekolah, Siswa SMA penyandang tuna netra di SBN-A “X” Bandung mengalami kegagalan-kegagalan dan keberhasilan-keberhasilan. Mereka memiliki cara yang berbeda-beda dalam menjelaskan kegagalan dan keberhasilan yang dialami. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk memperoleh gambaran mengenai Explanatory Style pada siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X” Bandung.

Explanatory Style adalah kebiasaan individu untuk menjelaskan kepada diri mereka mengapa suatu peristiwa terjadi, baik peristiwa baik (good events) maupun peristiwa buruk (bad events). Explanatory Style dibagi menjadi dua macam yaitu, Optimistic Explanatory Style dan Pessimistic Explanatory Style.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Attributional Style Questionare (ASQ) yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan teori Explanatory Style dari Seligman (1990). Alat ukur ini terdiri dari 48 item. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji validitas korelasi point-biserial dan uji reliabilitas koefisien reliabilitas Kuder-Richardson (KR-20) dengan bantuan program SPSS 13.0. Dari uji validitas diperoleh validitas berkisar antara 0,35-0,77 dan reliabilitas 0,70-0,74. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang antara data utama dengan data penunjang.

Dari penelitian, diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X” Bandung (86,7%) tergolong Pessimistic Explanatory Style, sementara sisanya (13,3%) tergolong Optimistic Explanatory Style.

(2)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN………... i

KATA PENGANTAR……….. ii

ABSTRAK………..…… v

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL………. xi

DAFTAR GAMBAR ………. xii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Identifikasi Masalah ……… 11

1.3 Maksud dan Tujuan ………. 11

1.4 Kegunaan Penelitian ……… 11

1.4.1 Kegunaan Teoretis ……….. 11

(3)

vii Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pikir ……….. 13

1.6 Asumsi ……… 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Explanatory Style ………. 25

2.1.1 Dua Cara Dalam Memandang Kehidupan ... 25

2.1.2 Pengertian Explanatory Style ... 26

2.1.3 Proses Terbentuknya Explanatory Style ... 27

2.1.4 Dimensi-Dimensi Explanatory Style... 28

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi………. 31

Explanatory Style 2.1.6 Keuntungan Dari Optimistic Explanatory Style... 33

2.2 Tuna Netra ……… 35

2.2.1 Pengertian Tuna Netra …………..……….. 35

2.2.2 Low Vision………..………. 36

2.2.3 Klasifikasi……….… 36

2.2.4 Penyebab………...… 38

2.2.5 Karakteristik……….…. 42

(4)

viii Universitas Kristen Maranatha

2.2.5.2 Perilaku (Behavior)………..……… 43

2.2.5.3 Psikis……….………….. 43

2.2.5.4 Sosial……….……….. 44

2.2.5.5 Akademis………….……… 45

2.2.5.6 Pada Remaja Low Vision………. 46

2.3 Remaja ………..……. 47

2.3.1 Tahap Perkembangan Remaja………. 47

2.3.2 Perubahan Pokok dan Ciri-Ciri Remaja………… 47

2.3.2.1 Perubahan Secara Biologis………....….. 47

2.3.2.2 Perkembangan Kognitif…………...…… 48

2.3.2.3 Perkembangan Sosio-Emosional….….... 51

2.3.3 The Self……….….... 52

2.3.3.1 Self-Understanding……….. 52

2.3.3.2 Dimensi-Dimensi Self-Understanding….. 53

Remaja 2.3.3.2.1 The Fluctuating Self……… 54

2.3.4 Perkembangan Emosi……….….…….. 54

(5)

ix Universitas Kristen Maranatha

3.3.1 Bagan Prosedur Penelitian……… 56

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………… 56

3.2.1 Variabel Penelitian ……… 56

3.2.2 Definisi Operasional ………... 57

3.3 Alat Ukur ……….…. 59

3.3.1 Attributional Style Questionare (ASQ) ... 59

3.3.2 Prosedur Pengisian ……… 60

3.3.3 Sistem Penilaian ………. 60

3.3.4 Data Penunjang ………...…… 61

3.3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ……… 61

3.3.5.1 Validitas Alat Ukur ……….. 61

3.3.6.2 Reliabilitas Alat Ukur ……….. 62

3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Pengambilan Sampel…… 64

3.4.1 Populasi Sasaran ………….……… 64

3.4.2 Karakteristik Populasi ………. 64

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel ……… 64

3.4.4 Ukuran Sampel……… 64

(6)

x Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden ………. 66

4.1.1 Jenis Kelamin Responden……….. 66

4.1.2 Usia Responden……….. ... 67

4.1.3 Kelas Responden………. 67

4.2 Hasil……….……….. 68

4.2.1 Explanatory Style …..……… 68

4.3 Pembahasan ………..………. 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………. 79

5.2 Saran ………... 79

5.1 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya ………..… 79

5.2 Saran Guna Laksana ………..… 80

DAFTAR PUSTAKA……….. 82

DAFTAR RUJUKAN……… 83

(7)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 4.1 Jenis Kelamin reponden ... 66

Tabel 4.2 Usia Responden ... 67

Tabel 4.3 Kelas Responden……….. ... 67

Tabel 4.4 G-B (rata-rata nilai total)... 68

Tabel 4.5 Pessimistic Explanatory Style Pada Good Events……… 68

Tabel 4.6 Pessimistic Explanatory Style Pada Bad Events……….. 69

Tabel 4.7 Optimistic Explanatory Style Pada Good Events……… 70

(8)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1 Bagan kerangka pemikiran ……….…….. 23

(9)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat Ukur

I Kuesioner “ASQ”

II Data Penunjang

Lampiran 2. Rekap Validitas Reliabilitas

Lampiran 3. Skor Kuesioner “ASQ”

Lampiran 4. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dan Dimensi-Dimensi Explanatory style

Lampiran 5. Hasil Tabulasi Silang antara Explanatory Style dengan Data Penunjang dan Dimensi-Dimensi

(10)
(11)

Lampiran 1

I. Kuesioner “ASQ”

Terima kasih atas kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Di dalam kuesioner ini Saudara dihadapkan dengan pernyataan-pernyataan

yang menceritakan tentang suatu situasi yang dialami selama mengikuti

proses pembelajaran di sekolah. Setiap pernyataan memiliki dua pilihan

jawaban yang harus Saudara pilih salah satu dengan cara melingkari

huruf A atau B yang berada di depan setiap pilihan jawaban (pembacaan

soal dan pengisian jawaban dilakukan oleh tester).

Jika Saudara belum pernah mengalami situasi tersebut, maka

cobalah membayangkan andaikan Saudara mengalaminya.

Di sini tidak ada jawaban yang benar atau jawaban yang salah,

Saudara bebas memilih salah satu jawaban yang menurut Saudara paling

sesuai dengan diri Saudara bukan berdasarkan apa yang benar menurut

norma masyarakat.

Identitas

Jenis kelamin : P/L Kelas :

(12)

Pilihlah salah satu pilihan jawaban yang menurut Saudara paling sesuai

dengan diri Saudara!

1. Suatu tugas kelompok yang Saudara ketuai selesai tepat waktu dan mendapat nilai yang sangat memuaskan.

A. Setiap anggota meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk tugas itu. B. Saya memantaui dengan seksama pekerjaan yang dilakukan setiap

anggota.

2. Saudara sering diminta untuk memberikan tutor pada praktek pelajaran komputer kepada teman-teman Saudara.

A. Saya baru saja memperoleh nilai tinggi dalam ujian pelajaran komputer. B. Saya biasanya memperoleh nilai tinggi saat ujian pelajaran komputer. 3. Saudara memperoleh nilai di bawah 60 dalam ulangan harian matematika.

A. Saya kurang optimal dalam mengerjakan ulangan tersebut. B. Saya kurang beruntung dalam mengerjakan ulangan tersebut. 4. Saudara memperoleh kenaikan rata-rata nilai raport pada semester ini.

A. Mata pelajaran-mata pelajaran pada semester ini mudah. B. Saya berusaha keras pada semester ini.

5. Saudara mendapatkan nilai rendah pada tugas mata pelajaran fisika.

A. Guru mata pelajaran tersebut memang sering memberikan tugas yang sulit. B. Beberapa minggu ini, guru mata pelajaran tersebut memberikan tugas yang

sulit.

6. Saudara memperoleh nilai 90 pada pelajaran bahasa Inggris. A. Saya memang pandai dalam pelajaran tersebut.

B. Saya memang pandai dalam setiap pelajaran.

7. Saudara bersaing dengan teman dalam hal perolehan nilai tugas matematika dan Saudaralah yang memperoleh nilai lebih tinggi.

A. Saya meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk mengerjakan tugas matematika tersebut.

(13)

8. Guru Saudara menerangkan suatu materi dan Saudara tidak memahaminya. A. Saya tidak fokus memperhatikan hal apapun hari itu.

B. Saya tidak memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan materi tersebut.

9. Saudara mendapatkan nilai yang sangat rendah dalam ujian mata pelajaran IPS mengenai pemetaan.

A. Saya kurang pandai. B. Materi ujiannya sulit.

10. Saudara cepat memahami pelajaran biologi mengenai metamorfosis yang dijelaskan oleh guru.

A. Hari itu konsentrasi saya sedang baik. B. Saya selalu dapat berkonsentrasi.

11. Saudara mendapat pujian dari teman karena nilai tugas saudara paling tinggi di kelas.

A. Guru mata pelajaran tersebut murah hati dalam memberikan nilai tugas. B. Saya mengerjakan tugas tersebut dengan sungguh-sungguh.

12. Saudara dapat menjawab seluruh soal essai dalam ujian mata pelajaran tertentu.

A. Soal essai dalam ujian tersebut mudah.

B. Saya belajar dengan baik pada malam sebelum ujian berlangsung.

13. Saudara mengalami kesulitan dalam mengerjakan PR yang diberikan oleh guru.

A. Soal-soal PR yang diberikan guru selalu sulit untuk dikerjakan. B. Soal-soal PR yang diberikan oleh guru saat itu sulit untuk dikerjakan. 14. Seorang guru memberikan pujian kepada Saudara.

A. Saya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru saat itu. B. Saya hampir selalu dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru. 15. Saudara tidak membutuhkan waktu lama dalam menghafalkan rumus-rumus

logaritma.

(14)

16. Saudara gagal dalam suatu ujian sehingga harus mengikuti ujian perbaikan. A. Saya tidak sepandai teman-teman yang lain.

B. Saya tidak menyiapkan diri dengan baik untuk ujian tersebut.

17. Saudara memberikan ide pada saat sedang mengerjakan tugas kelompok bersama teman-teman, namun ide Saudara tersebut tidak diterima.

A. Saya bukan pemikir ide yang baik.

B. Saya kurang sungguh-sungguh memikirkan ide tersebut.

18. Saudara memperoleh nilai buruk dalam tes tertulis yang diberikan oleh guru secara mendadak.

A. Saya kurang paham mengenai keseluruhan materi yang diteskan. B. Saya kurang paham mengenai beberapa materi yang diteskan.

19. Saudara berusaha dengan keras untuk menyelesaikan suatu soal hitung-hitungan matematika, namun saudara tidak juga mendapatkan jawabannya. A. Saya sudah terlalu capek dan lelah pada hari itu sehingga tidak bisa

berpikir jernih.

B. Ada yang salah pada soal matematika tersebut.

20. Nilai-nilai Saudara pada semester ini mengalami penurunan dibandingkan semester-semester sebelumnya.

A. Saya sering mengalami kesulitan dalam membagi perhatian antara belajar dan melakukan hobi berolahraga saya.

B. Saya terlalu senang melakukan hobi berolahraga saya sehingga tugas-tugas pelajaran saya terkadang terabaikan.

21. Saudara mendapat pengurangan nilai karena tidak mengumpulkan tugas tepat waktu.

A. Saya cenderung melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas saya. B. Saya malas mengerjakan tugas saya hari itu.

22. Saudara mengerjakan tugas kelompok bersama teman-teman dan hasilnya kacau.

A. Saya tidak dapat bekerja bersama dalam kelompok.

(15)

23. Guru menilai tugas mengarang Saudara sebagai yang terbaik. A. Tugas mengarang tersebut mudah untuk dikerjakan. B. Saya sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas tersebut. 24. Saudara memperoleh nilai tertinggi dalam suatu tes lisan mendadak.

A. Hari tersebut adalah hari keberuntungan saya. B. Saya seringkali beruntung.

25. Saudara sudah selesai mengerjakan suatu tugas dengan maksimal, namun guru Saudara menyuruh Saudara untuk mengerjakan ulang tugas tersebut karena ia tidak menyukainya.

A. Saya kurang total dalam mengerjakan tugas tersebut.

B. Guru saya memiliki kriteria tinggi dalam menilai tugas tersebut.

26. Saudara sangat bagus dalam tugas berpidato pada pelajaran bahasa Indonesia. A. Saya merasa sangat percaya diri selama berpidato tersebut.

B. Saya selalu bagus dalam berpidato.

27. Saudara menyelesaikan bacaan materi ujian yang sangat banyak dalam satu malam.

A. Tersedia cukup waktu untuk membaca keseluruhan materi. B. Saya memiliki daya tangkap yang cukup baik.

28. Saudara dapat menyelesaikan PR dengan cepat.

A. Akhir-akhir ini saya mengerjakan PR saya dengan cepat. B. Akhir-akhir ini saya menyelesaikan segala tugas dengan cepat.

29. Saudara tidak berhasil membayangkan peristiwa gerhana matahari pada pelajaran IPA.

A. Saya selalu mengalami kesulitan dalam pelajaran IPA yang membutuhkan kemampuan untuk membayangkan sesuatu.

B. Saya kurang menyimak penjelasan dari guru mengenai gerhana matahari. 30. Saudara memperoleh nilai yang sangat tidak memuaskan dalam ulangan mata

pelajaran matematika.

A. Saya memang tidak pandai dalam pelajaran matematika.

(16)

31. Guru mata pelajaran tertentu mengumumkan bahwa Saudara termasuk salah satu dari enam murid yang memperoleh nilai ujian di atas 90.

A. Saya bersungguh-sungguh dalam mengerjakan ujian mata pelajaran tersebut.

B. Saya bersungguh-sungguh dalam mengerjakan ujian-ujian saya.

32. Saudara lupa untuk mengumpulkan suatu tugas pelajaran dan Saudara diberi nilai nol oleh guru.

A. Terkadang ingatan saya kurang baik.

B. Saya terkadang lupa untuk mengecek buku agenda saya.

33. Saudara hanya dapat menjawab tiga dari sepuluh soal ulangan tertentu. A. Guru mata pelajaran tersebut sering membuat soal-soal yang sulit.

B. Guru mata pelajaran tersebut membuat soal ulangan yang lebih sulit dari biasanya.

34. Teman Saudara meminta Saudara menjelaskan materi pelajaran matematika mengenai trigonometri yang kurang ia pahami.

A. Saya pandai dalam materi trigonometri. B. Saya memang pandai secara akademik.

35. Saudara menetapkan target untuk mendapatkan rata-rata nilai delapan di raport untuk semester ini, dan saudara mendapatkannya.

A. Saya menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk mencapai target nilai tersebut.

B. Saya bekerja keras untuk setiap hal yang saya lakukan.

36. Saudara dapat menyelesaikan beberapa tugas yang ber-tenggat waktu sama. A. Waktu yang diberikan oleh guru cukup untuk mengerjakan beberapa tugas

tersebut.

B. Saya mampu mengatur waktu pengerjaan tugas secara efisien.

37. Guru Saudara memberikan tugas yang sulit dan harus diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat, namun Saudara bisa menyelesaikannya.

A. Saya mampu mengerjakan tugas tersebut dengan cepat.

(17)

38. Teman Saudara mengatakan bahwa tugas kesenian yang Saudara kerjakan tampak sempurna.

A. Pada malam sebelumnya, saya bekerja keras mengerjakan tugas kesenian tersebut.

B. Saya selalu bekerja keras dalam mengerjakan tugas kesenian.

39. Saudara belum menyelesaikan seluruh soal ujian ketika waktu telah habis. A. Saya banyak lupa mengenai materi yang diujikan.

B. Soal-soal ujian tersebut sukar dikerjakan.

40. Saudara cukup baik dalam mengingat rumus fisika dalan suatu ujian. A. Daya ingat saya tentang rumus fisika sedang dalam kondisi yang baik. B. Saya memang selalu bisa mengingat rumus fisika dengan baik.

41. Sudah berulang kali Saudara mencoba menghafalkan grammar dalam pelajaran bahasa Inggris, namun Saudara tetap salah dalam menggunakan grammar yang tepat.

A. Saya memang memiliki kesulitan dalam mengingat grammar.

B. Grammar dalam pelajaran bahasa Inggris memang banyak dan tidak bisa secepat itu untuk dihafalkan.

42. Guru mengajukan pertanyaan pada Saudara dan Saudara memberikan jawaban yang salah.

A. Saya seringkali menjadi gugup saat harus menjawab pertanyaan. B. Ketika itu saya menjadi gugup saat harus menjawab pertanyaan.

43. Saudara bisa menjawab pertanyaan sulit yang diberikan oleh guru saudara tentang pelajaran IPA.

A. Saya sudah memahami materi yang ditanyakan oleh guru saya. B. Saya memang memahami mata pelajaran IPA.

44. Saudara melakukan kekeliruan saat sedang membuat grafik. A. Saya tidak bisa menggambar grafik dengan baik.

(18)

45. Saudara menjelaskan cara menyelesaikan tugas kimia kepada teman saudara dan kemudian ia mengerti.

A. Teman saya cepat mengerti penjelasan saya.

B. Saya dapat menjelaskan dengan baik sehingga teman saya mengerti. 46. Nilai akhir suatu mata pelajaran Saudara lebih rendah dibanding target yang

telah Saudara tetapkan sebelumnya.

A. Guru mata pelajaran tersebut selalu memberikan banyak tugas sulit.

B. Pada minggu-minggu menjelang ujian, guru mata pelajaran tersebut memberikan banyak tugas sulit.

47. Saudara tidak memahami suatu meteri pelajaran yang dijelaskan oleh guru Saudara.

A. Saya memang lambat mengerti pelajaran tersebut.

B. Guru saya tidak menjelaskan materi pelajaran tersebut dengan jelas.

48. Saudara mengajak seorang teman untuk mengerjakan tugas bersama, tetapi ia menolak ajakan Saudara.

A. Ia menganggap saya kurang pintar.

(19)

II. Data Penunjang

Identitas

Jenis kelamin : P/L Usia :

Kelas :

1. Jika ibu anda mengalami suatu masalah/kegagalan, bagaimana biasanya ibu anda menjelaskan mengenai masalah/kegagalannya tersebut ? jelaskan dan berikan contoh cara ibu menjelaskannya !

2. Jika ibu anda mengalami suatu suatu keberhasilan, bagaimana biasanya ibu anda menjelaskan mengenai keberhasilan tersebut ? jelaskan dan berikan contoh cara ibu menjelaskannya !

3. Apakah anda pernah mendapatkan kritik dari orangtua atau guru anda ? 4. Pada saat anda mengalami kegagalan bagaimana biasanya kritik yang

diungkapkan oleh orangtua atau guru anda ? jelaskan dan berikan contoh ! 5. Pada saat anda mengalami keberhasilan bagaimana biasanya kritik yang

diungkapkan oleh orangtua atau guru anda ? jelaskan dan berikan contoh ! 6. Certakan peristiwa-peristiwa yang anda alami sewaktu kecil dan memiliki

(20)

Lampiran 2

REKAP VALIDITAS RELIABILITAS

(21)
(22)

Lampiran 3

Skor Kuesioner “ASQ”

Permanence Bad (PmB) Permanence Good (PmG)

(23)
(24)
(25)

Lampiran 4

Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dan Dimensi-Dimensi Explanatory style

Lampiran 4.1 Explanatory Style Ibu

Lampiran 4.2 Kritik Orang Dewasa

(26)

Lampiran 4.3 Masa Krisis Anak

Frequenc y Percent V alid Percent

Cumulativ e

Frequenc y Percent V alid Percent

Cumulativ e

Frequenc y Percent V alid Percent

(27)

Lampiran 4.7 Total G score

Frequenc y Percent V alid Percent

Cumulativ e

Frequenc y Percent V alid Percent

Cumulativ e

Frequenc y Percent V alid Percent

(28)

Lampiran 4.11 Total B score B

2 6.6 6.6 6.6

28 93.4 93.4 100.0

30 100.0 100.0

Optimis Pesimis Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

(29)

Lampiran 5

Hasil Tabulasi Silang antara Explanatory Style dengan Data Penunjang dan

Dimensi-Dimensi

Explanatory style * Jenis Kelamin Crosstabulation

(30)

Lampiran 5.4

Lampiran 5.5

Lampiran 5.6

Explanatory style * Kritik orang dewasa pada Good events Crosstabulation

4 0 4

Explanatory style * Explanatory style ibu pada Bad events Crosstabulation Explanatory style * Explanatory style ibu pada Good events Crosstabulation

(31)

Lampiran 5.7

Explanatory style * Masa krisis anak Crosstabulation

2 2 4

Explanatory style * Kritik orang dewasa pada Bad events Crosstabulation

(32)
(33)
(34)

\

Lampiran 6

Hasil Pengolahan Data Penunjang dan Data Utama

(35)

Resp

(36)

RESP Permanence Bad (PmB)

Jumlah Kategori Coding

(37)

Pervasivevess Bad (PvB)

Jumlah Kategori Coding

(38)

Personalization Bad (PsB)

Jumlah Kategori Coding B Score Kategori Coding

(39)

RESP Permanence Good (PmG)

Jumlah Kategori Coding

(40)

Pervasiveness Good (PvG)

Jumlah Kategori Coding

(41)

Personalization Good (PsG)

Jumlah Kategori Coding G Score Kategori Coding

(42)

Resp G-B Explanatory Style Ibu Kritik Orang Dewasa Masa Krisis Anak Jenis masa krisis anak

Bad Events Good Events Bad Events Good Events

1 Pesimistis Pesimis Optimis Negatif Negatif Pernah Penolakan dari orangtua 2 Pesimistis Optimis Pesimis Positif Negatif Tidak Pernah -

3 Pesimistis Optimis Pesimis Negatif Negatif Pernah Ayah Meninggal

4 Pesimistis Pesimis Optimis Positif Positif Pernah Ayah Meninggal 5 Pesimistis Pesimis Optimis Negatif Positif Tidak Pernah -

6 Pesimistis Optimis Optimis Negatif Positif Tidak Pernah -

7 Pesimistis Pesimis Optimis Negatif Positif Pernah Penolakan dari orangtua

8 Optimistis Pesimis Optimis Positif Positif Tidak Pernah -

9 Pesimistis Optimis Optimis Positif Negatif Pernah Penolakan dari orangtua 10 Optimistis Pesimis Optimis Positif Positif Pernah Ibu Meninggal

11 Pesimistis Pesimis Pesimis Negatif Negatif Pernah Penolakan dari orangtua

12 Pesimistis Pesimis Pesimis Negatif Negatif Tidak Pernah -

13 Pesimistis Pesimis Pesimis Positif Negatif Pernah Penolakan dari orangtua

14 Pesimistis Pesimis Pesimis Negatif Negatif Pernah Penolakan dari orangtua 15 Optimistis Optimis Optimis Positif Positif Tidak Pernah -

16 Pesimistis Pesimis Pesimis Negatif Negatif Pernah Penolakan dari orangtua

17 Optimistis Optimis Optimis Negatif Positif Pernah Ayah Meninggal 18 Pesimistis Optimis Pesimis Positif Negatif Pernah Penolakan dari orangtua

19 Pesimistis Pesimis Optimis Negatif Negatif Pernah Ayah Meninggal

20 Pesimistis Pesimis Pesimis Negatif Negatif Pernah Penolakan dari orangtua 21 Pesimistis Pesimis Pesimis Negatif Negatif Pernah Penolakan dari orangtua

(43)

23 Pesimistis Pesimis Optimis Positif Positif Pernah Penolakan dari orangtua

24 Pesimistis Optimis Pesimis Positif Negatif Pernah Penolakan dari orangtua

25 Pesimistis Pesimis Optimis Negatif Positif Pernah Penolakan dari orangtua 26 Pesimistis Pesimis Optimis Negatif Positif Pernah Penolakan dari orangtua

27 Pesimistis Pesimis Pesimis Negatif Positif Pernah Penolakan dari orangtua

28 Pesimistis Pesimis Optimis Positif Positif Tidak Pernah - 29 Pesimistis Optimis Optimis Positif Positif Tidak Pernah -

(44)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Memiliki kondisi fisik yang cacat bukanlah hal yang diinginkan oleh setiap individu karena harus menjalani hidup dengan keterbatasan fisik, sehingga dapat menghambat sebagian aktivitas yang harus dilakukan layaknya individu dalam kondisi normal. Menurut UU No. 4/1997 tentang Penyandang Cacat, Pasal 1 menyebutkan bahwa penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri atas penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, serta penyandang cacat fisik dan mental (ganda). Adapun jenis-jenis cacat dapat dibagi ke dalam tujuh jenis yaitu tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna daksa, tuna laras, tuna grahita, dan tuna ganda (www.kamushukum.com).

(45)

2

Universitas Kristen Maranatha

penyandang tuna netra sebesar 1,5 % atau 3 juta dari jumlah total penduduk Indonesia. Ini berarti penyandang tuna netra lebih banyak dibandingkan penyandang cacat lainnya (Sigobar, 2008).

Cacat netra tidak hanya dalam kondisi mata mereka yang buta, tetapi mencakup juga kondisi mata mereka yang mampu melihat tapi sangat terbatas dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar (Soemantri, 2006:72). Menurut Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni), tuna netra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas / low vision). Berdasarkan tingkat gangguannya/kecacatannya, tuna netra dibagi menjadi dua yaitu buta total (Total Blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (Low Vision).

(46)

3

Universitas Kristen Maranatha

tuna netra juga tidak memiliki gambaran jelas tentang bagaimana menggerakkan anggota tubuh mereka, kemudian memosisikannya dan mengkoordinasikan gerakan tubuh dengan apa yang dipikirkan atau diinginkan, sehingga banyak di antara mereka yang tidak atau kurang memahami konsep dan penampilan diri, serta mempengaruhi proses bergerak maupun berjalan. Apabila tidak mendapat penanganan atau rehabilitasi khusus, hal ini akan mengakibatkan timbulnya berbagai kendala psikologis, misalnya perasaan inferior, pesimis yang kemudian dapat mengakibatkan

depresi, atau hilangnya makna hidup.

(http://princesspoe.blogspot.com.2007.’Penyandang Tunanetra’)

(47)

4

Universitas Kristen Maranatha

saja erat kaitannya dengan kecerdasan (IQ), tetapi juga dengan kemampuan indra penglihatannya. (Sutjihati Somantri:2007)

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dunia pendidikan di Indonesia tidak memberlakukan diskriminasi perlakuan pendidikan bagi anak penyandang ketunaan (tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, dan tuna laras) dan anak yang berkesulitan belajar, seperti kesulitan membaca, menulis, dan berhitung. Hal ini telah diatur dalam Sistem Pendidikan nasional yang mengamanatkan agar setiap warga negara memiliki hak untuk memperoleh pendidikan (UU No.2 /1989).

Bagi seorang tuna netra, jenjang pendidikannya sama dengan orang yang bermata normal, akan tetapi lembaga pendidikannya berbeda, yaitu di SLB-A yang diperuntukkan khusus bagi penyandang tuna netra. Di Indonesia, pendidikan untuk anak-anak penyandang ketunaan selama ini diselenggarakan di 954 SLB-A dan di 94 sekolah terpadu bagi anak-anak tuna netra (Subijanto, 2005). Di SLB-A penyandang tuna netra dididik dan diajarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pedoman hidup yang berguna bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Dengan demikian, penyandang tuna netra pun mendapatkan hak dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan hidupnya (Subijanto, 2005).

(48)

5

Universitas Kristen Maranatha

SMP, hingga SMA. Di SMA SLBN-A “X” Bandung terdapat dua jurusan, yaitu musik dan bahasa. Adapun mata pelajaran umum yang ada di jurusan musik dan bahasa yaitu pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, IPS, IPA, seni budaya, pendidikan jasmani dan kesehatan, keterampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi (komputer, kespro/PLH). Selain itu mata pelajaran lainnya di jurusan musik yaitu combo, gitar, teori dasar musik, sejarah musik, pengantar alat musik, bahasa Sunda, vocal, piano, MIDI, dan kesenian daerah. Sedangkan mata pelajaran lainnya di jurusan bahasa yaitu English skill, sastra Indonesia, keterampilan bahasa Indonesia, bahasa Jerman, bahasa Sunda, dan bahasa Arab.

Jumlah siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X” Bandung adalah 30 orang. Di kelas satu terdapat tujuh orang siswa, kelas dua terdapat sepuluh orang siswa, dan kelas tiga terdapat tiga belas orang siswa. Sedangkan jumlah guru yang mengajar di SMA SLBN-A “X” Bandung sebanyak tiga belas orang.

(49)

masing-6

Universitas Kristen Maranatha

masing nomor 22 tahun 2006 dan nomor 23 tahun 2006, serta Panduan Pengembangan

KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.

(http://www.slideboom.com/presentations/43009/Kurikulum-Tingkat-Satuan-Pendidikan).

(50)

7

Universitas Kristen Maranatha

diharapkan para siswa SMA penyandang tuna netra dapat mengatur dirinya dalam belajar.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran umum di SLBN-A “X” Bandung mengacu kepada SK dan KD sekolah umum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik. Menurut seorang guru di SMA SLBN-A “X” Bandung, kurikulum di SMA SLBN-A “X” Bandung berbeda dengan kurikulum di sekolah regular dalam hal mata pelajaran yang diajarkan dan isi materi. Isi materi disederhanakan sedemikian rupa dan cara penyampaiannya dimodifikasi, misalnya dengan menggunakan alat peraga atau melalui kaset-kaset rekaman yang mudah dimengerti oleh siswa penyandang tuna netra.

(51)

8

Universitas Kristen Maranatha

(52)

9

Universitas Kristen Maranatha

materi yang diajarkan oleh guru, dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru sehubungan dengan materi yang diajarkan, berhasil mendapatkan nilai ketuntasan minimal dalam tugas/PR, ulangan harian, ulangan praktek, dan ulangan umum.

Dari hasil survey awal yang dilakukan peneliti terhadap sepuluh orang siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X” Bandung, didapatkan bahwa siswa SMA penyandang tuna netra memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam menjelaskan kepada dirinya sendiri mengapa good events dan bad events terjadi. Kebiasaan seseorang dalam menjelaskan kepada dirinya sendiri mengenai mengapa suatu peristiwa terjadi, baik peristiwa yang baik (good event) ataupun peristiwa yang buruk (bad event) inilah menurut Seligman (1990) yang disebut sebagai explanatory style.

Secara umum, bagaimana seorang siswa SMA penyandang tuna netra dalam menjelaskan kepada diri sendiri mengenai mengapa suatu peristiwa baik atau peristiwa buruk terjadi, akan memanifestasikan explanatory style, yaitu optimistic explanatory style dan pessimistic explanatory style. Siswa tuna netra yang memperlihatkan

optimistic explanatory style cenderung akan menjelaskan penyebab peristiwa buruk

(53)

10

Universitas Kristen Maranatha

Sementara itu, siswa SMA penyandang tuna netra yang memiliki pessimistic explanatory style cenderung akan menjelaskan penyebab peristiwa buruk yang

dialaminya bersifat menetap, universal, dan disebabkan oleh kekurangan-kekurangan yang bersumber dari dalam dirinya. Pada peristiwa baik, mereka akan memandang penyebab dari peristiwa baik yang dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat temporer, spesifik, dan eksternal.

(54)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui seperti apakah explanatory style siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X” Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai explanatory style pada siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X” Bandung

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh pemahaman mengenai optimistic explanatory style dan pessimistic explanatory style siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X”

Bandung melalui dimensi-dimensi explanatory style dan mengamati kecenderungan hubungan dengan faktor-faktor yang memengaruhinya

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

(55)

12

Universitas Kristen Maranatha

- Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai explanatory style dan mendorong dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

- Agar dapat menjadi bahan evaluasi bagi siswa SMA penyandang tuna netra dengan harapan mereka dapat semakin meningkatkan optimisme dalam proses pembelajaran di sekolah.

- Agar dapat menjadi bahan evaluasi bagi orangtua siswa SMA penyandang tuna netra untuk mengetahui dan memahami explanatory style siswa, sehingga orangtua dapat berkontribusi dalam meningkatkan optimisme siswa.

(56)

13

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pikir

Siswa SMA penyandang tuna netra memiliki keterbatasan fisik, yaitu kurang atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya, siswa SMA penyandang tuna netra menemukan hambatan dan kesulitan dalam bidang akademiknya. Untuk dapat menyelesaikan hambatan dan kesulitan dalam bidang akademiknya, siswa SMA penyandang tuna netra ditunjang oleh kematangan perkembangan yang dapat dilihat dari segi usia, yaitu 15-21 tahun yang memasuki masa remaja dengan periode perkembangan formal operational (Piaget, 1970). Ciri-ciri utama dari periode formal operational yaitu siswa SMA penyandang tuna netra dapat mengembangkan kemampuan kognitif untuk berpikir abstrak, hipotetical, dan idealis. Mereka dapat menduga-duga apa yang akan terjadi di masa

depan sehingga mereka dapat membuat perencanaan, serta sudah dapat mengatur dan mengarahkan dirinya. Mereka juga dapat berpikir dalam menyusun rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang ia pikirkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

(57)

14

Universitas Kristen Maranatha

memiliki keyakinan bahwa ia mampu mangatasi setiap masalah dan kesulitan yang dihadapinya dengan usaha dan kemampuan yang ia miliki untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. SMA SLBN-A “X” Bandung memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran umum nya mengacu kepada SK dan KD sekolah umum, meskipun telah disederhanakan dan dimodifikasi cara penyampaiannya. Siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X” Bandung memiliki keterbatasan fisik yaitu kurang atau tidak berfungsinya indera

penglihatan. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X” Bandung diharuskan untuk tetap dapat menyesuaikan diri dan memenuhi tuntutan kurikulum yang ada dengan mengoptimalkan indera lain yang masih berfungsi dengan baik, terutama indera pendengaran dan perabaan.

(58)

15

Universitas Kristen Maranatha

guru, menetapkan target prestasi yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mengatur waktu belajarnya sendiri di luar jam pelajaran di sekolah.

(59)

16

Universitas Kristen Maranatha

siswa penyandang tuna netra ini tidak jarang menjadikannya mengalami peristiwa-peristiwa buruk lainnya, seperti mendapatkan nilai yang kurang memuaskan dalam tugas/PR, ulangan harian, ulangan praktek, dan ulangan umum sehingga semakin menyulitkannya untuk memenuhi kriteria ketuntasan kurikulum melalui nilai rata-rata minimal untuk semua mata pelajaran di setiap semester sebesar 6,5. Sedangkan, good events yang dialami oleh siswa SMA penyandang tuna netra adalah berupa

keberhasilan-keberhasilan, misalnya dapat mengerti dan memahami materi yang diajarkan oleh guru, dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru sehubungan dengan materi yang diajarkan, berhasil mendapatkan nilai ketuntasan minimal dalam tugas/PR, ulangan harian, ulangan praktek, dan ulangan umum.

(60)

17

Universitas Kristen Maranatha

mengalami bad events dan good events tersebut, dijadikan pengalaman bagi diri mereka sendiri yang kemudian diolah sehingga terjadi proses belajar, yang pada akhirnya membentuk belief mereka mengenai bad events dan good events yang terjadi. Setelah mereka mengalami sendiri bad events dan good events tersebut, belief mengenai bad events dan good events yang dipikirkan selama ini akan mempengaruhi bagaimana reaksi mereka terhadap bad events dan good events yang mereka alami.

Pembentukan belief mengenai bad events dan good events yang dialami oleh siswa SMA penyandang tuna netra akan menentukan bagaimana siswa menjelaskan kepada dirinya sendiri mengapa bad events dan good events terjadi. Kebiasaan siswa SMA penyandang tuna netra dalam menjelaskan kepada dirinya sendiri mengenai mengapa suatu peristiwa terjadi, baik peristiwa yang baik (good event) ataupun peristiwa yang buruk (bad event) inilah yang menurut Seligman (1990) disebut sebagai explanatory style. Explanatory style dibagi menjadi dua macam yaitu optimistic explanatory style dan pessimistic explanatory style.

(61)

18

Universitas Kristen Maranatha

sehingga mempengaruhi explanatory style siswa SMA tersebut. Faktor yang kedua adalah kritik dari orang dewasa, yaitu orang dewasa (orangtua atau guru) akan memberi kritik terhadap kegagalan atau keberhasilan yang dialami oleh siswa. Kritik yang positif atau negatif yang sering didapatkan dari orang dewasa tersebut akan mempengaruhi explanatory style. Siswa akan mendengarkan seluruh kritik dengan cermat dan lebih mudah percaya terhadap kritik tersebut, serta menggunakan kritik-kritik dari orang dewasa tersebut untuk membentuk explanatory style. Faktor yang ketiga adalah masa krisis anak, yaitu jika siswa SMA penyandang tuna netra mengalami trauma pada masa kanak-kanak nya, seperti kehilangan orang terdekat akibat ditinggal meninggal atau perceraian orangtua. Hal ini akan mempengaruhi kemungkinan terbentuknya cara pikir siswa tersebut dalam melihat sebab dari kehilangan tersebut. Siswa akan cenderung menginterpretasikan bahwa orangtuanya tidak akan kembali dan dirinya tidak dapat mempertahankan keberadaan orangtuanya untuk tetap bersamanya, sehingga anak merasa tidak memiliki harapan. Jika tidak segera ditangani, trauma ini akan menimbulkan bekas yang dalam dan siswa tersebut tidak dapat menerima kenyataan yang ada dalam waktu yang lama.

Explanatory style memiliki tiga dimensi permanence, pervasiveness, dan

personalization. Permanence merupakan dimensi yang membicarakan tentang waktu,

yaitu apakah siswa SMA penyandang tuna netra menjelaskan penyebab dari bad events dan good events yang dialaminya tersebut bersifat sementara (temporer) atau

(62)

19

Universitas Kristen Maranatha

netra yang tergolong pessimistic explanatory style mempercayai penyebab dari bad events yang mereka alami bersifat permanen (PmB), mereka percaya bahwa

penyebab bad events tersebut akan bertahan untuk mempengaruhi kehidupan mereka. Misalnya siswa yang tidak berhasil mengingat suatu rumus matematika pada saat mengerjakan ulangan mengatakan bahwa hal itu terjadi karena dirinya memiliki daya ingat yang kurang. Sebaliknya siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong optimistic explanatory style percaya bahwa penyebab dari bad events yang mereka

alami bersifat temporer (PmB). Misalnya siswa yang tidak bisa mengingat cara penulisan suatu simbol matematika dalam huruf braille mengatakan bahwa hal itu terjadi karena pada saat itu dirinya sedang banyak memikirkan hal yang lain. Pada saat mengalami good events, siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong pessimistic explanatory style mempercayai bahwa penyebab dari good events yang

mereka alami bersifat temporer (PmG). Misalnya siswa dapat dengan cepat memahami materi pelajaran biologi mengenai metamorfosis mengatakan penyebabnya adalah karena dirinya sedang dapat berkonsentrasi sedang baik pada hari itu. Sementara siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong optimistic explanatory style percaya bahwa penyebab dari good events yang mereka alami

(63)

20

Universitas Kristen Maranatha

Dimensi yang kedua adalah pervasiveness, yaitu dimensi yang membicarakan tentang ruang lingkup, yaitu apakah siswa SMA penyandang tuna netra menjelaskan ruang lingkup penyebab dari bad events dan good events yang dialaminya secara menyeluruh (universal) atau khusus (spesifik). Pada saat mengalami bad events, siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong pessimistic explanatory style menjelaskan bad events yang mereka alami secara universal (PvB), mereka menyerah pada semua hal yang mereka miliki ketika kegagalan terjadi di satu aspek. Misalnya siswa yang mendapatkan nilai yang rendah pada ujian praktek olahraga lari mengatakan bahwa penyebabnya adalah karena ia memang tidak berbakat dalam olahraga. Sebaliknya siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong optimistic explanatory style menjelaskan bad events yang mereka alami secara spesifik (PvB),

(64)

21

Universitas Kristen Maranatha

mereka alami secara universal (PvG). Misalnya siswa yang mendapatkan nilai raport 9 untuk pelajaran bahasa Inggris mengatakan bahwa penyebabnya adalah karena dirinya memang pandai pada semua pelajaran.

Dimensi yang terakhir adalah personalization, yaitu dimensi yang membicarakan mengenai siapa penyebab dari bad events dan good events yang dialami oleh siswa SMA penyandang tuna netra tersebut, apakah siswa SMA penyandang tuna netra menjelaskan penyebab dari bad events dan good events yang dialaminya berasal dari dirinya sendiri (internal) atau orang lain atau keadaan (eksternal). Pada saat mengalami bad events, siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong pessimistic explanatory style menjelaskan penyebab dari bad events yang mereka alami berasal dari internal (PsB). Misalnya siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai materi yang diajarkan akan percaya bahwa penyebabnya adalah karena dirinya memang bodoh. Sebaliknya siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong optimistic explanatory style menjelaskan penyebab dari bad events yang mereka alami berasal dari eksternal (PsB). Misalnya siswa yang tidak bisa menjawab soal mengenai pemetaan pada saat ulangan umun mata pelajaran IPS akan percaya bahwa penyebabnya adalah karena waktu yang diberikan guru untuk mengerjakan soal tersebut sedikit. Pada saat mengalami good events, siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong pessimistic explanatory

style menjelaskan penyebab dari good events yang mereka alami berasal dari

(65)

22

Universitas Kristen Maranatha

guru dengan baik akan percaya bahwa penyebabnya adalah karena kebetulan saja dan karena soal-soal yang diberikan oleh guru tersebut mudah. Sementara siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong optimistic explanatory style menjelaskan penyebab dari good events yang mereka alami berasal dari internal (PsG). Misalnya siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru mengenai materi yang diajarkan akan percaya bahwa penyebabnya adalah karena dirinya memang pintar.

Melalui ketiga dimensi explanatory style, dapat disimpulkan bahwa pada saat mengalami bad events, siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong pessimistic explanatory style menjelaskan penyebab dari bad events yang mereka alami bersifat

permanen, universal, dan internal. Sebaliknya siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong optimistic explanatory style menjelaskan penyebab dari bad events yang mereka alami bersifat temporer, spesifik, dan eksternal. Sementara pada saat mengalami good events, siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong pessimistic explanatory style menjelaskan penyebab dari good events yang mereka

(66)

23

Universitas Kristen Maranatha

1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

1.6Asumsi

- Siswa SMA penyandang tuna netra yang bersekolah di SLBN-A “X” Bandung, memiliki keterbatasan dalam memenuhi tuntutan akademiknya sebagai akibat dari keterbatasan dalam penglihatan.

- Keterbatasan dalam penglihatan ini dapat memunculkan kecenderungan-kecenderungan tertentu dalam menjelaskan penyebab dari peristiwa baik atau peristiwa buruk yang dihadapinya, khususnya dalam konteks akademik.

Explanatory Style

- Explanatory style ibu

- Kritik dari orang dewasa

- Masa krisis anak Siswa SMA

Penyandang Tuna Netra di SLBN-A

“X” Bandung Tuntutan Kurikulum

Optimistic

Explanatory Style

Pessimistic Explanatory Style Dimesi-dimensi :

- Permanence

- Pervasiveness - Personalization

(67)

24

Universitas Kristen Maranatha

- Siswa SMA penyandang tuna netra yang explanatory style nya optimistis akan menjelaskan penyabab peristiwa baik sebagai sesuatu yang bersifat menetap, universal, dan internal; dan menjelaskan penyebab peristiwa buruk sebagai sesuatu yang sesuatu yang bersifat sementara, spesifik, dan eksternal.

(68)

79 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 orang siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1) Explanatory style pada siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A „X” Bandung sebagian besar tergolong pessimistic explanatory style. Hal ini berarti siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X” Bandung cenderung pesimistis selama mengikuti proses pembelajaran dan dalam memenuhi tuntutan kurikulum di sekolah.

2) Ketika mengalami peristiwa buruk (bad events), sebagian besar siswa SMA penyandang tuna netra cenderung pesimistis. Namun ketika mengalami peristiwa baik (good events), baik siswa SMA penyandang tuna netra yang tergolong pessimistic explanatory style maupun optimistic explanatory style cenderung optimistis. Hal ini berarti explanatory style siswa SMA penyandang tuna netra bersifat situasional atau tergantung pada peristiwa yang dialami.

(69)

80

Universitas Kristen Maranatha

dimensi personalization, sebagian besar siswa SMA penyandang tuna netra cenderung optimistis ketika mengalami peristiwa baik (good event).

4) Kecenderungan data penunjang yang diperoleh pada siswa SMA penyandang tuna netra yang pesimistis, yaitu lebih banyak yang menilai explanatory style ibunya optimistis saat mengalami good events dan pesimistis saat mengalami bad events, mendapatkan kritik negatif pada saat mengalami good events dan

bad events, serta pernah mengalami masa krisis anak. Sedangkan pada siswa

SMA penyandang tuna netra yang optimistis, sebagian besar menilai explanatory style ibunya optimistis pada saat mengalami good events dan

seimbang pada saat mengalami bad events, mendapat kritik positif pada saat mengalami good events dan bad events, serta sebagian pernah mengalami masa krisis anak.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

1) Melakukan penelitian pada siswa SMA penyandang tuna netra yang memiliki pessimistic explanatory style mengenai kaitan antara pessimistic dan derajat

learned helplessness (ketidakberdayaan) yang mengikutinya.

(70)

81

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2. Saran Gunalaksana

1) Bagi siswa SMA penyandang tuna netra di SLBN-A “X” Bandung, untuk lebih memahami dirinya yang selanjutnya dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan agar siswa SMA penyandang tuna netra tersebut dapat menjadi lebih optimis dalam proses pembelajaran dan dalam usaha memenuhi tuntutan kurikulum di sekolah.

2) Bagi orangtua siswa SMA penyandang tuna netra, untuk lebih memahami kondisi siswa selama proses pembelajaran dan dalam usahanya memenuhi tuntutan kurikulum di sekolah, sehingga orangtua diharapkan dapat meningkatkan dukungan yang positif dengan cara memberikan feedback yang positif, terutama ketika siswa mengalami bad events.

(71)

82 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use: Allyn and Bacon.

Guilford ,J.P. 1979. Psychometric Methods: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Santrock, John. W. 2003. Adolescence. Sixth edition. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John. W. 2006. Life Span Development. Tenth edition. Amerika: McGraw- Hill, Inc.

Santrock, John. W. 2007. Adolescence. Eleventh edition. Amerika: McGraw- Hill, Inc.

Seligman, Martin E.P. 1990. Learned Optimism. New York: Pocket Books.

(72)

83 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Cakrangadinata. 2007. Skripsi: Studi Deskriptif Mengenai Learned Helplessness Pada Pasien Stroke Rawat Jalan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Kota Bandung. Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2008. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB-A). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Juniawati, Ika Fitria. 2008. Skripsi: Studi Deskriptif Mengenai Self Regulation Academic Pada Siswa-Siswi SMA Penyandang Tunanetra di SLB-A Negeri “X” Bandung. Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SLB A Negeri Kota Bandung. 2008. Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Octavacariani, Mita. 2008. Usulan Penelitian: Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada Penderita kanker yang Sedang menjalani Kemoterapi di RS “X” Bandung. Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Subijanto, 2005. Pengembangan pendidikan Terpadu. Jakarta: Balitbang Diknas. (http://www.kamushukum.com. 2009)

(

http://www.slideboom.com/presentations/43009/Kurikulum-Tingkat-Satuan-Pendidikan. 2008)

(http://bintangbangsaku.com/artikel/tunanetra. 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini, ditujukan untuk melihat Explanatory Style melalui tiga aspeknya, yaitu Permanence, Pervasiveness, dan Personalization, baik dalam kejadian baik (good

1) Bagi penderita jantung koroner diharapkan dari penelitian ini mendapatkan banyak informasi mengenai explanatory style pada penderita jantung koroner sehingga nantinya

Untuk mendapatkan data mengenai Explanatory Style pada Anak Usia 8-12 Tahun di Panti Asuhan ”X” dan ”Y” kota Bandung dan kaitannya dengan faktor-faktor lain yang

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Explanatory style pada wanita penderita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi pada.. perkumpulan kanker “X” di

- Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang sedang mengontrak UP lanjutan yang memiliki pessimistic explanatory style memandang suatu situasi

Pada dimensi personalization, penderita stroke yang menganggap kejadian buruk (bad situation) dan memiliki Pessimistic explanatory style, akan menganggap bahwa kejadian

Delapan orang siswa-siswi penyandang tunanetra mengaku bahwa mereka mempersepsi orangtua atau orangtua asuh memberikan saran dan nasihat dalam meningkatkan hasil belajar

kritik yang diberikan orang dewasa seiring berjalannya waktu akan menumbuhkan suatu cara pandang tertentu bagi penyandang tunarungu, misalnya saat penyandang