• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas IV di MIN 15 Bintaro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas IV di MIN 15 Bintaro"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Della Triwidiastuti

NIM1110018300073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Della Triwidiastuti (1110018300073), Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas IV di MIN 15 Bintaro.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS melalui penerapan media audio visual pada siswa kelas IV di MIN 15 Bintaro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di MIN 15 Bintaro tahun ajaran 2013-2014. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV C MIN 15 Bintaro yang terdiri dari 35 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes (pretest dan posttest), lembar wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 65,74 dan pada siklus II yaitu 85,94. Seluruh siswa telah mencapai KKM 65 atau dapat dikatakan keberhasilan mencapai 100%. Kesimpulan penelitian ini yaitu bahwa penerapan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV di MIN 15 Bintaro.

(7)

ii ABSTRACT

Della Triwidiastuti (1110018300073), Improved Learning Outcomes of Social Studies With The Application of Audio Visual Media at the fourth grade students at MIN 15 Bintaro.

The purpose of this study was to determine the improvement of learning outcomes through the implementation of Social Studies audio-visual media at the fourth grade students at MIN 15 Bintaro. The method used in this study was Classroom Action Research (CAR), which consists of four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection. This study was conducted in 15 MIN Bintaro 2013-2014 school year. The subject of this study is class IV C MIN 15 Bintaro which consists of 35 students. The research instrument used was a test (pretest and posttest), the questionnaires, and documentation.

The results of this study showed an increase in each cycle. It can be seen from the results of student learning in the first cycle is 65.74 and 85.94 on the second cycle. All students have achieved KKM 65 or can be said to achieve 100% success. The conclusion of this study is that the application of audio-visual media can improve learning outcomes Social Studies fourth grade students at MIN 15 Bintaro.

(8)

iii

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan rahmat hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Dr. Fauzan, MA selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Asep Ediana Latip, M. Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

4. Takiddin, M. Pd selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini. 5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,

terutama Bapak Dindin Ridwanuddin, M. Pd yang banyak membantu dan membimbing penulis hingga selesai perkuliahan.

6. A. Taufiqillah, S. Ag, MM selaku Kepala Sekolah MIN 15 Bintaro yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

(9)

iv

9. Teman-teman seperjuangan tercinta di Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan sahabat-sahabat yang selalu memberikan masukan, dukungan dan motivasi kepada penulis yaitu Resty, Ocha, Icha, Djehan, Rizka, Triastuti, Rahma, Opi, Aisyn, Nia, dan lain-lain.

10.Erdi Septianto seseorang yang tidak pernah bosan memberikan semangat, motivasi dan kasih sayang selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

11.Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan informasi yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi ilmu pengetahuan. Aamiin.

Jakarta, 7 September 2014 Penulis

(10)

v

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN TINDAKAN A. Deskripsi Teoretik ... 7

1. Hakikat Media Pembelajaran ... 7

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 7

b. Macam-macam Media ... 8

c. Manfaat Media ... 10

d. Penggunaan Media ... 10

2. Media Audio Visual Video ... 12

a. Pengertian Video ... 12

b. Kelebihan Video ... 13

c. Kekurangan Video ... 14

3. Hasil Belajar ... 15

a. Pengertian Hasil Belajar ... 15

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 16

c. Bentuk Tes Kognitif . ... 17

d. Pedoman Penskoran Tes Kognitif . ... 18

4. Pembelajaran IPS ... 19

a. Pengertian IPS ... 19

b. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 20

(11)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 27

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Peran dan Posisi Penelitian ... 29

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 30

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 34

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

I. Teknik Pengumpulan Data ... 36

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 36

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 38

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 40

BAB IVDESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskrispsi Data . ... 41

B. Analisis Data . ... 52

C. Pembahasan ... 69

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan . ... 71

B. Implikasi . ... 71

C. Saran . ... 72 DAFTAR PUSTAKA

(12)

vii

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian . ... 28

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 38

[image:12.595.69.527.206.598.2]

Tabel 3.3 Klasifikasi (skala likert) Kegiatan Guru dan Siswa . ... 42

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siklus I . ... 56

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siklus II . ... 58

Tabel 4.3 Aktivitas Siswa Siklus I . ... 62

Tabel 4.4 Aktivitas Guru Siklus I . ... 65

Tabel 4.6 Aktivitas Siswa Siklus II ... 67

(13)

viii

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart . ... 31

Gambar 4.1 Grafik Hasil Belajar Siklus I . ... 57

[image:13.595.148.449.268.555.2]

Gambar 4.2 Grafik Hasil Belajar Siklus II . ... 59

(14)

ix Lampiran 1 Wawancara Guru Pra Penelitian Lampiran 2 Wawancara Siswa Pra Penelitian Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen

Lampiran 4 Soal Pretest-Postestt

Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Pretest-Postestt

Lampiran 6 Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Lampiran 7 RPP Siklus I dan RPP Siklus II

Lampiran 8 Hasil Pretest dan Posttest

Lampiran 9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Guru Lampiran 11 Wawancara Siswa Setelah Penelitian Lampiran 12 Wawancara Guru Setelah Penelitian Lampiran 13 Dokumentasi

Lampiran 14 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 15 Surat Izin Penelitian

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini dunia pendidikan menghadapi suatu tantangan yang cukup berat terutama dalam terselenggaranya suatu sistem pendidikan yang diarahkan untuk melahirkan generasi bangsa yang memiliki keunggulan kompetitif dalam memecahkan masalah. Pada jalur pendidikan formal, berbagai pembenahan dan perbaikan terus dilakukan diantaranya adalah kurikulum, sarana dan prasarana pendukung penyelenggara pendidikan, serta perbaikan proses pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran di kelasnya, seperti pengembangan model-model mengajar yang bervariasi, pengelolaan kelas yang kondusif dan dinamis, serta penggunaan media dan sumber belajar yang tepat dan memadai.

Belajar merupakan proses yang dilakukan sepanjang hayat manusia, mulai dari ia lahir hingga akhir hayatnya. Proses belajar ditandai dengan adanya perubahan pada diri individu berkat adanya latihan serta pengalaman yang berulang-ulang. Belajar tidak hanya didapat dari lembaga formal atau informal saja, karena sumber belajar semakin luas dan berkembang seiring dengan semakin modernnya kehidupan manusia ditambah lagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju sehingga memudahkan seseorang untuk belajar dimana saja dan kapan saja.

(16)

Kata media berasal dari bahasa Latin medius secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.1 Jenis-jenis media pembelajaran antara lain media audio (suara), media visual (gambar), dan media audio visual (suara dan gambar). Guru harus memiliki keterampilan khusus untuk menyajikan media sesuai dengan wujud aslinya karena jika media yang digunakan tidak jelas maka peserta didik akan sulit memahami maksud dari media tersebut. Media pembelajaran seakan menjadi sangat berarti bagi peserta didik. Penggunaan media pembelajaran juga harus disesuaikan dengan materi pelajaran dan kondisi atau karakteristik peserta didik agar dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga pembelajaran menjadi lebih aktif, menyenangkan, dan bermakna.

Banyak guru yang hanya membuat media pembelajaran berupa gambar atau benda-benda visual yang terdapat di sekitar siswa dan terkadang guru juga tidak menggunakan media dalam pembelajaran di kelasnya karena tidak ingin direpotkan atau dipusingkan dengan pembuatan media-media yang terkadang cukup merepotkan dan menyita waktu dalam proses pembuatannya sehingga materi pelajaran yang disampaikan kurang mendetail. Padahal media pembelajaran tidak harus mahal atau mewah dan banyak media-media sederhana yang mudah dibuat atau media yang sudah jadi, yang terpenting adalah media tersebut dapat dipahami dan dapat memotivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Media tidak hanya berbentuk visual saja, ada juga media audio dan media audio visual, namun dalam penelitian ini difokuskan pada penggunaan media audio visual. Kelebihan dari media audio visual adalah media ini mencakup segala aspek indera penglihatan dan indera pendengaran, memberikan pengalaman nyata dengan perpaduan gambar dan suara sehingga peserta didik lebih mudah mengerti dan memahami materi pelajaran, dan kejadian-kejadian di masa lalu bisa diputar atau ditampilkan kembali dengan

(17)

media audio visual ini terutama dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran seperti sejarah, geografi dan ekonomi serta mata pelajaran sosial lainnya. Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang bertujuan membentuk karakter peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik serta mampu beradaptasi atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, IPS juga mempelajari norma-norma/peraturan yang berlaku dalam masyarakat sehingga memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam menaati peraturan yang telah dibuat/disepakati bersama agar terciptanya kerukunan dan saling menghargai satu sama lain. IPS dalam kurikulum 2004, bertujuan untuk:2

1. Mengajarkan konsep-konsep sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial.

3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial.

Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran yang menekankan pada aspek sosial kemasyarakatan, kemampuan berkomunikasi, berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, dan memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial di masyarakat. Pembelajaran IPS haruslah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pelaksanaan pembelajaran yang menarik dengan penggunaan metode atau media yang bervariasi akan membangkitkan motivasi serta gairah peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pra penelitian dengan guru kelas IV di MIN 15 Bintaro pada tanggal 04 Februari 2014, terlihat bahwa hasil uji kompetensi bab 8 pada materi koperasi dalam mata pelajaran IPS

(18)

belum optimal. Hal ini dikarenakan masih banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai di bawah KKM dengan nilai rata-rata sebesar 55,42. Mata pelajaran IPS yang cenderung lebih banyak teori daripada praktek membuat peserta didik semakin bosan dengan penggunaan metode pembelajaran konvensional ditambah dengan media pembelajaran yang kurang bervariasi. Pada saat proses pembelajaran di kelas sumber pengetahuan masih didominasi oleh guru, peserta didik jarang berperan aktif. Mereka asyik mengobrol dan bermain dengan teman sebangkunya sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru. Mata pelajaran IPS yang banyak membahas sejarah-sejarah di masa lalu, teknologi, dan lain-lain seharusnya dalam proses pembelajarannya menggunakan media-media yang berkaitan dengan materi dan kebutuhan peserta didik agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Berbagai permasalahan yang terjadi di atas berpengaruh terhadap tingkat ketuntasan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang masih rendah tersebut seringkali membuat para guru harus melakukan kegiatan remedial untuk mengatasinya. Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa dikarenakan penggunaan metode maupun media yang kurang bervariasi pada saat proses belajar sehingga turut mempengaruhi hasil belajar.

Dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat seperti media audio visual diharapkan mampu menarik perhatian dan motivasi peserta didik dalam belajar IPS dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan serta bermakna sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, berdasarkan temuan masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan tindakan perbaikan dalam pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Penerapan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas IV di MIN 15 Bintaro”.

B. Identifikasi Masalah

(19)

3. Kegiatan belajar mengajar belum berprinsip pada pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)

C. Pembatasan Masalah

1. Hasil belajar siswa masih rendah pada aspek kognitif 2. Penggunaan media pembelajaran yang kurang bervariasi

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana peningkatan hasil belajar IPS melalui penerapan media audio visual pada siswa kelas IV di MIN 15 Bintaro?

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dengan permasalahan di atas maka secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV MIN 15 Bintaro melalui penerapan media audio visual.

2. Kegunaan Penelitian

Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan juga dapat memberikan tambahan wawasan yang berkaitan dengan penggunaan media audio visual pada mata pelajaran IPS.

a. Manfaat bagi sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah terutama guru-guru dalam memilih media yang tepat dalam proses belajar mengajar.

b. Manfaat bagi guru

Bagi guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial:

(20)

2) Dapat memberikan alternatif pilihan untuk menggunakan media yang lebih efektif dalam pembelajaran.

c. Manfaat bagi siswa

(21)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoretik

1. Hakikat Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Proses belajar mengajar di kelas tidak terlepas dari beberapa komponen pembelajaran seperti guru, peserta didik, tujuan pembelajaran, perencanaan pembelajaran, bahan ajar, penggunaan metode/strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Beberapa komponen tersebut menjadi hal penting dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran, dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif dalam setiap pembelajarannya yang selalu

mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran dikelas.

Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiah berarti „tengah’, „pengantar’ atau „perantara’. Dalam bahasa Arab, media disebut „wasail’ bentuk jama’ dari „wasilah’ yakni sinonim al-wasth yang artinya juga „tengah’. Kata „tengah’ itu sendiri berarti

berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai „perantara’ (wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada ditengah ia bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya.1

Menurut Gagne, “Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional, “Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya”.2

1 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), h. 6.

(22)

Heinich, dan kawan-kawan mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah mediakomunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Hamidjojo dalam Latuheru memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.3

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau perantara yang digunakan untuk memberikan atau menyalurkan pesan dari guru sebagai pengirim pesan kepada siswa sebagai penerima pesan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Media pembelajaran juga digunakan sebagai alat untuk menjadikan siswa semakin termotivasi dan bergairah dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Guru sebagai pengirim pesan harus mampu menyajikan media pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami materi yang disajikan lewat media tersebut.

b. Macam-macam Media

Sudirman menyatakan bahwa media berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu media auditif, media visual, dan media audio visual. Berdasarkan daya liputnya dibedakan menjadi tiga, yaitu media dengan daya liput yang luas dan serentak, media dengan daya liput terbatas oleh ruangan atau tempat, dan media untuk pengajaran individual. Sedang berdasarkan bahan pembuatannya, media dibedakan menjadi dua, yaitu media sederhana dan media kompleks.4

Dalam penelitian ini, penulis hanya memfokuskan pada media berdasarkan jenisnya. Dilihat dari jenisnya, media dibagi menjadi:

3Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), cet ke. 14, h. 4.

(23)

1) Media Auditif

Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran. 2) Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip

(film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun.

3) Media Audio Visual

[image:23.595.152.514.238.549.2]

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:

a) Audio Visual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.

b) Audio Visual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.

Pembagian lain dari media ini adalah:

a) Audio Visual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film video-cassette, dan

b) Audio Visual Tidak Murni, yaitu unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.5

(24)

Beragamnya jenis-jenis media pembelajaran memberikan kemudahan bagi guru sebagai tenaga kependidikan dalam memberikan variasi pada setiap proses pembelajarannya. Penggunaan media pembelajaran yang beragam dan menarik dapat menjadikan siswa semakin termotivasi, bersemangat, dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

c. Manfaat Media

Faturrohman menyebutkan fungsi media dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:

1) Menarik perhatian siswa;

2) Membantu siswa mempercepat pemahaman dalam proses

pembelajaran;

3) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas; 4) Mengatasi keterbatasan ruang;

5) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif; 6) Waktu pembelajaran dapat dikondisikan;

7) Meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa; 8) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar; 9) Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam.6

Media pembelajaran yang baik akan mampu memberikan beberapa manfaat seperti yang telah disebutkan di atas. Dalam memilih media pembelajaran pun harus disesuaikan dengan karakteristik atau kebutuhan siswa bahkan disesuaikan dengan materi ajar yang akan disampaikan guru pada saat proses belajar mengajar.

d. Langkah-langkah Penggunaan Media

Pemilihan media harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi atau konsteks belajar. Salah satu model yang dapat kita pakai dalam memilih dan menggunakan media adalah suatu model yang disebut

(25)

ASSURE. Model ASSURE ini merupakan akronim dari Analyze learner, State Objective, Select methods, media, and materials, Utilize media and materials, Require learner participation, dan Evaluate and revise. Model ini sangat membantu guru dalam menggunakan media pembelajaran di kelas dengan langkah-langkah seperti menganalisis siswa, merumuskan tujuan khusus, memilih media dan metode, menggunakan media dan metode, mengajak partisipasi siswa, dan mengevaluasi serta merevisi.7 1) Menganalisis siswa

Langkah pertama dalam perencanaan penggunaan media adalah melakukan identifikasi siswa agar media yang dipakai tepat sasaran dan dapat mendukung pencapaian tujuan. Analisis pebelajar ini berkenaan dengan usia, jenis kelamin, latar belakang, pengetahuan keterampilan, sikap dan gaya belajar siswa yang berkaitan dengan visual, auditif, dan kinestetik.

2) Merumuskan tujuan khusus

Langkah kedua adalah merumuskan tujuan khusus pembelajaran secara spesifik. Tujuan khusus ini dijabarkan dari kompetensi dasar yang diambil dari silabus (GBPP), dokumen kurikulum atau mungkin dirumuskan sendiri oleh guru. Rumusan tujuan khusus ini dinyatakan berkenaan dengan kemampuan apa yang akan dapat dilakukan oleh siswa setelah mengikuti pelajaran tertentu.

3) Memilih metode, media,dan bahan

Menentukan cara-cara yang sesuai dalam mencapai tujuan tersebut yaitu memilih format media dan menentukan bahan-bahan untuk mengimplementasikan pilihan-pilihan diantaranya: (1) memilih bahan dan media yang ada, (2) memodifikasi atau mengubah bahan dan media yang ada, dan (3) mengembangkan bahan atau media baru.

(26)

4) Memanfaatkan atau menggunakan media dan bahan

Langkah berikutnya adalah perencanaan dalam pengimplementasian media dan bahan yang digunakan. Langkah pertama, mengkaji bahan (preview) dan memberikan latihan-latihan. Langkah berikutnya, menyiapkan kelas, peralatan dan fasilitas yang diperlukan (membentuk kelompok, menyajikan video, lembar tugas) yang telah disediakan. Langkah terakhir, melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode-metode atau teknik-teknik yang sesuai baik secara mandiri maupun kelompok.

5) Mengajak partisipasi siswa

Pembelajaran yang efektif menuntut adanya partisipasi aktif para siswa. Partisipasi aktif ini ditandai oleh keterlibatan fisik, mental, emosional dan sosial siswa. Untuk itu, perlu disediakan aktivitas-aktivitas yang memungkinkan para siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilannya.

6) Mengevaluasi dan merevisi

Setelah aktivitas pembelajaran berakhir, langkah penting berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap dampak dan keefektifan pembelajaran serta melakukan asesmen belajar para siswa. Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang hasil pembelajaran, guru harus mengadakan evaluasi proses pembelajaran secara menyeluruh.

2. Media Audio Visual Video a. Pengertian Video

Istilah video berasal dari bahasa latin yaitu dari kata vidi atau visium

yang artinya melihat atau mempunyai daya penglihatan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia video adalah teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak. Video adalah teknologi penangkapan,

perekaman, pengolahan, penyimpanan, pemindahan, dan

perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan adegan-adegan dalam gerak secara elektronik.8

(27)

“Media video memiliki atribut sebagai media gambar bergerak atau

motion picture. Media ini memiliki kemampuan dalam menampilkan unsur suara (audio) dan gambar (visual) secara simultan berupa gambar bergerak atau moving images”.9

Koumi, seorang penulis, sutradara dan produser program video pembelajaran yang bekerja pada sebuah lembaga pendidikan terbuka,

The British Open University, mengemukakan tiga tujuan penting dalam penggunaan program video pembelajaran, yaitu (a) mengembangkan pengetahuan dan keterampilan; (b) membangkitkan motivasi dan apresiasi; (c) memberi pengalaman seperti situasi dan kondisi sesungguhnya.10

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian video diatas, bahwa video merupakan media pembelajaran yang menggabungkan antara audio (suara) dan visual (gambar) yang bertujuan untuk menyampaikan informasi atau sebagai hiburan semata serta berupa fakta maupun fiktif belaka. Video juga dapat diartikan sebagai potongan-potongan gambar yang digabungkan menjadi gabungan yang utuh sehingga memiliki makna secara keseluruhan.

b. Kelebihan Video

Kelebihan video antara lain:

1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan luar lainnya;

2) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis;

3) Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya;

4) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang; 5) Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang

bergerak atau objek yang berbahaya seperti harimau;

(28)

6) Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar;

7) Gambar proyeksi bisa diberhentikan atau di stop untuk diamati dengan seksama. Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan tersebut;

8) Ruangan tak perlu digelapkan waktu menyajikannya.11

Berbagai penjelasan mengenai kelebihan video semakin memudahkan seseorang untuk memilih video sebagai media yang bisa membantu guru atau profesi lain dalam pemanfaatan media jenis audio visual ini. Karena baik dari segi manfaat ataupun kelebihannya, video memberikan pengalaman yang lebih nyata dibanding media jenis lainnya.

c. Kekurangan Video

Hal-hal negatif yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan alat perekam pita video dalam proses belajar mengajar adalah: 1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang

dipraktikkan;

2) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain;

3) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna; dan

4) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.12

Suatu media disamping memiliki banyak kelebihan pasti terdapat kekurangan yang tidak bisa terbantahkan juga. Dengan adanya penjelasan mengenai kekurangan video ini, menjadikan para pembaca semakin mengerti langkah awal apa yang harus dilakukan untuk menutupi segala kekurangan dalam media tersebut agar penggunaan media semakin terlihat nyata manfaatnya.

(29)

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik, “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”. Adapun menurut Sudjana, “Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”.13

“Hasil belajar adalah prestasi yang dapat dihasilkan oleh anak dalam usaha belajarnya, dalam tingkat yang sangat menggembirakan. Prestasi tersebut dapat dicapai dengan beberapa cara, dimana cara tersebut dapat ditempuh melalui beberapa usaha”.14

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), “hasil belajar dirumuskan dalam bentuk kompetensi, yaitu: kompetensi akademik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi vokasional. Keempat kompetensi tersebut harus dikuasai oleh siswa secara menyeluruh/komprehensif, sehingga menjadi pribadi yang utuh dan bertanggung jawab”.15

Dari beberapa pengertian belajar dan hasil belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan diantara keduanya yaitu belajar lebih kepada bagaimana prosesnya sedangkan hasil belajar yaitu apa yang didapat (hasil) dari proses belajar yang telah mendapat perlakuan berupa tes-tes yang dilakukan selama proses belajar berlangsung.

Hasil belajar merupakan pengukuran sejauh mana seseorang menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru baik berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Hasil belajar pada umumnya merupakan proses belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai.

13Ahmad Jamalong, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif NHT di Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2012, h. 398.

14 Munawir, “Beberapa Faktor Pendukung Dalam Mengantar Keberhasilan Belajar”, Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, 2006, h. 23.

15 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran,

(30)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar, bahwa belajar merupakan sebuah proses dalam diri siswa dalam bentuk „perubahan’ baik dari pengetahuan, tingkah laku, keterampilan dan sebagainya. Perubahan yang terjadi pada diri siswa didasari dari beberapa faktor yang ada pada diri masing-masing siswa. Tiap-tiap anak memiliki faktor yang berbeda-beda. “Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu”.16

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain:

1) Faktor dari luar yaitu lingkungan alam, sosial serta instrumental seperti bencana alam, latar belakang keluarga dan masyarakat, kurikulum/bahan ajar, guru, sarana dan fasilitas serta administrasi/manajemen.

2) Faktor dari dalam baik dari segi fisik seperti kesehatan jasmani dan rohani maupun psikologi seperti bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif anak.

Segala macam bentuk faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar merupakan cerminan bagi diri sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam memperbaiki kualitas hasil belajar. Hasil belajar merupakan efek yang akan diterima dalam pencapaian proses pembelajaran yang telah mendapat perlakuan berupa tes-tes selama proses belajar mengajar berlangsung.

(31)

c. Bentuk Tes Kognitif

Ada beberapa bentuk tes kognitif yang biasa diterapkan dalam penilaian autentik yaitu tes lisan di kelas, pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif, jawaban singkat, menjodohkan, unjuk kerja atau performansi, dan portofolio. Namun, dalam hal ini difokuskan hanya pada tes berupa pilihan ganda.

Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda adalah sebagai berikut:

1) Pokok soal harus jelas.

2) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi. 3) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama. 4) Tidak ada petunjuk jawaban benar.

5) Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah.

6) Pilihan jawaban angka diurutkan. 7) Semua pilihan jawaban logis. 8) Jangan menggunakan negatif ganda.

9) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes.

10)Bahasa yang digunakan baku.

11)Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.17

Tes pilihan ganda adalah bentuk tes yang jawabannya merupakan pilihan-pilihan objektif hanya terdapat satu jawaban yang benar sehingga pilihan-pilihan yang lain hanya bertugas sebagai pengecoh semata. Pilihan jawaban harus logis dan homogen sehingga memudahkan dalam menjawab pertanyaan serta tidak memiliki pengertian yang ganda atau ambigu.

17 Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi,

(32)

d. Pedoman Penskoran Tes Kognitif

Pedoman penskoran merupakan petunjuk yang menjelaskan tentang batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal bentuk uraian, dan kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran pada soal bentuk uraian non-objektif. Pendoman penskoran dalam hal ini hanya dibatasi pada pedoman penskoran soal bentuk pilihan ganda yaitu cara penskoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu pertama tanpa ada koreksi terhadap jawaban tebakan, dan yang kedua adalah dengan koreksi terhadap jawaban tebakan.

1) Penskoran tanpa koreksi terhadap jawaban tebakan adalah satu untuk tiap butir yang dijawab benar, sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah banyaknya butir yang dijawab benar. Skor = x 100

B = banyaknya butir yang dijawab benar N = banyaknya butir soal

2) Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan adalah sebagai berikut:

Skor =

[(

B

-

)/

N] x 100

B = banyaknya butir soal yang dijawab benar S = banyaknya butir yang dijawab salah P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir N = banyaknya butir soal

Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0.18

Pedoman penskoran memudahkan guru dalam penghitungan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Walaupun dalam hal ini hanya difokuskan pedoman penskoran pada aspek kognitif saja yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dalam bentuk soal pilihan ganda.

(33)

4. Pembelajaran IPS

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan konsep-konsep dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, yaitu ekonomi, geografi, sejarah, hukum, politik, sosiologi, antropologi, filosofi dan psikologi”.19

Charles R. Keller mengartikan IPS sebagai suatu paduan daripada sejumlah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya yang tidak terikat oleh ketentuan disiplin/struktur ilmu tertentu melainkan bertautan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang berencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan dan memajukan hubungan-hubungan kemanusiaan-kemasyarakatan.20

Muhammad Nu’man Somantri mengemukakan bahwa pendidikan IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.21

Somantri mendefinisikan pendidikan IPS dalam dua jenis, yakni Pendidikan IPS untuk persekolahan dan Pendidikan IPS untuk perguruan tinggi sebagai berikut:

1) Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

2) Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.22

19 Heni Waluyo Siswanto, “Studi Efektifitas Pembelajaran Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2011, h. 154.

20 Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iim Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 6.

21Ibid., h. 7.

22 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

(34)

Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, IPS ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.23

IPS dirancang untuk membantu siswa memecahkan masalah-masalah pribadi dan sosial melalui tindakan sosial yang rasional. Oleh sebab itu, program pembelajaran IPS hendaknya dirancang untuk membantu siswa mendapatkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan guna mengenali

dan memecahkan masalah-masalah manusia, menganalisis dan

mengklarifikasi nilai-nilai mereka, dan membuat keputusan-keputusan yang bijak dan rasional yang akan mendukung bagi perwujudan serta pemeliharaan tata kehidupan masyarakat yang demokratis, dan bagi pemecahan masalah-masalah global secara efektif.24

Dari beberapa pengertian IPS di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu mata pelajaran di tingkat pendidikan dasar dan menengah yang menggabungkan beberapa ilmu-ilmu sosial, mengajarkan bagaimana menjadi warga negara yang baik yang mampu beradaptasi dilingkungan sekitar serta mampu bersaing dengan dunia luar. IPS juga mengajarkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik sesama warga masyarakat serta mengajarkan sikap positif dalam mencintai lingkungan sekitar.

b. Karakteristik Pembelajaran IPS

A. Kosasih Djahiri mengemukakan ciri dan sifat utama dari pembelajaran IPS, yaitu sebagai berikut:

1) IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).

23Ibid., h. 12.

(35)

2) Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik. Pendekatan seperti ini disebut juga sebagai pendekatan integrated, juga menggunakan pendekatan broadfield, dan multiple resources (banyak sumber).

3) Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inkuiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis. 4) Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/menghubungkan

bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya.

5) IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakatnya.

6) IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antarmanusia yang bersifat manusiawi.

7) Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

(36)

9) Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.25

Karakteristik merupakan ciri khas yang membedakan IPS dengan ilmu-ilmu lainnya. IPS senantiasa menanamkan sikap sosial dalam diri individu, mengajarkan berhubungan baik dengan sesama, menghubungkan segala ilmu yang memiliki tujuan yang sama dengan IPS, serta mengajarkan dalam pemecahan masalah sosial yang ada di masyarakat, dan lain sebagainya.

c. Tujuan Pembelajaran IPS

Secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut:

1) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat.

2) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai keilmuan serta keahlian. 4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif,

dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan

pengetahuan sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.26

Apapun tujuan dalam mata pelajaran IPS, tidak lain hanya untuk memberikan pemahaman yang nyata bahwa IPS merupakan ilmu sosial yang menghubungkan ilmu-ilm sosial lain yang memiliki karakteristik

25 Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iim Siti Masyitoh, op. cit., h. 8.

(37)

serta manfaat yang berbeda-beda namun memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai tujuan pendidikan nasional.

d. Pendekatan-pendekatan dalam Pembelajaran IPS

Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPS baik dalam mengembangkan program maupun metode pembelajaran, yaitu:

1) Siswa sentris, dimana faktor siswa yang diutamakan.

2) Kemasyarakatan sentris, dimana masalah kehidupan nyata dan kemasyarakatan yang dijadikan sumber, bahan, dan tempat pembelajaran.

3) Ekosistem, dimana faktor lingkungan baik fisik maupun budaya selalu dijadikan pertimbangan dalam pembelajaran IPS.

4) Bersifat meluas dengan pola pengorganisasian bahan yang terpadu (integrated) dan bersifat korelated (bertautan dan berkesinambungan). 5) Menggunakan teknik inkuiri dan menunjukkan siswa belajar dengan

aktif sebagai media pembelajaran utama dan yang sekaligus akan melahirkan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA).

6) Tujuan, maksudnya program dan pelaksanaan pembelajaran berfokus pada Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang telah ditentukan sebagai pengarah program dan sasaran.

7) Integrated (terpadu) menelaah suatu permasalahan sosial dari berbagai konsep dan sudut pandang ilmu-ilmu sosial dan lainnya.

8) Efisien dan efektif, efisien dari segi tenaga/biaya dan efektif dari segi waktu dengan hasil yang maksimal.27

Berbagai macam pendekatan dalam pembelajaran IPS yang dapat memberikan pengalaman nyata dari segi sosial maupun manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari atau dalam proses pembelajaran. IPS memberikan sudut pandang yang lain dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya terutama

(38)

dalam proses belajar mengajar di kelas baik dari segi materi maupun manfaat dalam mempelajarinya.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan antara lain sebagai berikut:

No. Judul Peneliti Perbedaan

1. Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Media Audio Visual VCD Siswa Kelas V MI. Darussa’adah Jakarta Selatan

Abdul Muin,

Program Studi

Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah, UIN Jakarta tahun 2012

Perbedaan terletak

pada subjek,

waktu, dan tempat penelitian. Penulis menggunakan media audio visual

berupa VCD

pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

2. Pengaruh penggunaan media

audio visual terhadap hasil

belajar siswa pada mata

pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah Mathla’ul Anwar

Anwar Sanusi,

Program Studi

Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah, UIN Jakarta tahun 2012

Perbedaan terletak

pada subjek,

waktu, dan tempat penelitian serta ada tidaknya pengaruh penggunaan media

audio visual

terhadap hasil

belajar IPS siswa setelah diberikan perlakuan

3. Upaya Peningkatan Hasil Belajar

Siswa dengan Menggunakan

Media Audio Visual pada Mata

Iceu, Program

Studi Pendidikan

Guru Madrasah

Perbedaan terletak

pada subjek,

(39)

Pelajaran IPS di Kelas IV MI Sindangsari Sukabumi

Ibtidaiyah, UIN Jakarta tahun 2012

penelitian serta materi pelajaran, persamaannya meningkatkan hasil

belajar dengan

media audio visual berupa video

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis berasal dari dua penggalan kata yaitu “hypo” yang artinya

“dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”.28 Jadi, hipotesis merupakan dugaan sementara yang kebenaranya masih perlu diuji. Dari pendapat tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan penerapan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV di MIN 15 Bintaro.

(40)

26

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret-Mei semester 2 (genap) tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan tempat penelitian yaitu MIN 15 Bintaro, Jl. Mawar I Rempoa, Bintaro Jakarta Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini:

[image:40.595.109.516.273.593.2]

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust

1. Penyusunan Proposal Skripsi

2. Observasi (Studi Lapangan)

√ √

3. Penyusunan Instrument

4. Kegiatan Penelitian √ √

5. Pengolahan Data

dan Analisis Data

6. Penyusunan Laporan Penelitian

(41)

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.1

McNiff dalam bukunya yang berjudul Action Research Principles and Practice memandang PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.2

Penelitian tindakan kelas dapat difenisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.3

Ditinjau dari tujuannya, penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan professional guru dalam proses pembelajaran di kelas, mengadakan inovasi pembelajaran dalam bentuk pembelajaran alternatif dan inovatif, memecahkan masalah,

memperbaiki kondisi, mengembangkan dan meningkatkan mutu

pembelajaran. Jika merujuk pada ruang lingkup kajian penelitian tindakan kelas, maka penelitian tindakan kelas diharapkan dapat meningkatkan atau memperbaiki kinerja belajar siswa di sekolah, meningkatkan atau memperbaiki kualitas penggunaan media, alat bantu belajar dan sumber belajar lainnya, meningkatkan atau memperbaiki kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa, dan mengembangkan kompetensi siswa di sekolah. Penelitian ini dimulai dengan

1 Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 3.

2Ibid., h. 102.

3 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,

(42)

studi pendahuluan atau tahap orientasi awal, temuan dari orientasi awal kemudian dijadikan bahan refleksi bersama antara peneliti dengan teman sejawat untuk menentukan langkah-langkah kegiatan selanjutnya (tindakan, observasi, refleksi dan penyusunan rencana ulang atau tindak lanjut) dan diakhiri apabila tujuan dari penelitian telah tercapai.

Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan (Planning)

Dalam tahap penyusunan rancangan peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan membuat beberapa instrument penelitian yang terdiri dari lembar observasi, lembar soal, lembar wawancara dan dokumentasi.

Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap pelaksanaan merupakan penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas.

Tahap 3 : Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan agar diperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan mendokumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian. Peneliti melakukan pengamatan dengan dibantu oleh guru mata pelajaran yang bertugas sebagai observer dan kolaborator.

Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)

(43)
[image:43.595.130.498.136.560.2]

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Taggart

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV MIN 15 Bintaro semester genap tahun ajaran 2013/2014.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peneliti berperan sebagai pelaku penelitian yang bekerja sama dengan guru mata pelajaran sebagai kolaborator dan observer untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan peneliti dalam proses pembelajaran menggunakan media audio visual. Sebagai kolaborator yaitu membantu peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, melakukan refleksi, serta melakukan

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

(44)

tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer, yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam melakukan proses pengajaran dengan menggunakan media audio visual, mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran, dan menilai hasil belajar IPS siswa setelah diberikan pretest dan posttest disetiap siklus. Untuk mencapai hasil penelitian yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka dibutuhkan solidaritas yang kuat antara peneliti dengan guru mata pelajaran.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian tindakan diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) kemudian akan dilanjutkan dengan siklus I dan siklus selanjutnya hingga mencapai indikator keberhasilan.

Adapun uraian dari tahap-tahap penelitian di atas adalah sebagai berikut: 1. Pra penelitian

a. Pengamatan kelas

Pada kegiatan ini peneliti mengamati terhadap proses pembelajaran di kelas IV C MIN 15 Bintaro waktu pelaksanaan observasi yakni 1 minggu sebelum melakukan tindakan. Semua data dan temuan lapangan yang berkaitan dengan suasana belajar pada saat pembelajaran IPS, pengelolaan kelas, kegiatan guru atau kegiatan peserta didik dicatat sebagai bahan refleksi dan analisis.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran dan siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran umum mengenai proses pembelajaran IPS, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS, untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran IPS di kelas IV MIN 15 Bintaro.

(45)

kelas. Wawancara juga dilakukan dengan beberapa siswa kelas IV untuk mengetahui sikap mereka terhadap pelajaran IPS, cara guru mengajar, dan sikap siswa terhadap guru. Informasi yang diperoleh melalui wawancara awal tersebut membantu penulis untuk melihat serta memperoleh gambaran awal pembelajaran IPS di kelas IV MIN 15 Bintaro.

2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

1) Membuat RPP dengan mengintegrasikan penerapan media audio visual.

2) Menyiapkan instrument (tes, lembar wawancara, dan lembar observasi).

3) Membuat soal tes siklus I b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Langkah-langkah yang ditempuh pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Memberikan pretest sebagai tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang perkembangan tekonologi produksi, komunikasi, dan transportasi.

2) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual berupa video yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.

3) Memberikan posttest untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I.

c. Observasi Tindakan Siklus I

Langkah-langkah yang ditempuh pada tahap ini adalah sebagai berikut:

(46)

2) Guru mata pelajaran (observer) mengamati proses pembelajaran dengan instrument yang telah dipersiapkan.

3) Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa.

d. Refleksi Siklus I

Setelah dilakukan pembelajaran, kegiatan selanjutnya adalah mengadakan refleksi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran membahas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

2) Memeriksa hasil pretest.

3) Memeriksa hasil posttest.

4) Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan pada siklus Isebagai dasar untuk menyusun instrumen pada siklus selanjutnya.

3. Siklus II

Hasil interpretasi, evaluasi, dan kesimpulan dari tindakan pada siklus I menjadi pijakan bagi peneliti untuk melakukan kegiatan pada siklus II dengan sub topik bahasan yang berbeda dengan siklus I. Tahapan yang dilakukan pada siklus II ini sama dengan yang dilakukan pada siklus I, yang membedakan hanya sub topik bahan ajar.

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Perencaan tindakan pada siklus II berdasarkan dari hasil analisis (kekurangan/kelebihan) pembelajaran dengan menggunakan media audio visual pada siklus I, kemudian merencanakan kembali dan menyusun instrument penelitian sebagai berikut:

1) Membuat RPP dengan mengintegrasikan penerapan media audio visual.

2) Menyiapkan instrument (tes, lembar wawancara, dan lembar observasi).

(47)

Langkah-langkah yang ditempuh pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Memberikan pretest sebagai tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang masalah sosial.

2) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual berupa video yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.

3) Memberikan posttest untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II.

c. Observasi Tindakan Siklus II

Langkah-langkah yang ditempuh pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Peneliti meminta bantuan kepada guru mata pelajaran untuk melakukan observasi terhadap proses pembelajaran.

2) Guru mata pelajaran (observer) mengamati proses pembelajaran dengan instrumen yang telah dipersiapkan.

3) Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa.

d. Refleksi Siklus II

Setelah dilakukan pembelajaran, kegiatan selanjutnya adalah mengadakan refleksi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran membahas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

2) Memeriksa hasil pretest.

3) Memeriksa hasil posttest.

(48)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa pada aspek kognitif mengalami peningkatan setelah pelaksanaan proses pembelajaran melalui penerapan media audio visual dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 65. Jika seluruh siswa mendapat nilai >65 maka penggunaan media audio visual dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Data dan Sumber Data

Data dan sumber penelitian ini ada dua macam, yaitu:

1. Data kualitatif: hasil observasi dalam proses belajar mengajar dan hasil observasi aktivitas siswa, hasil wawancara dengan guru dan siswa, dan hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

2. Data kuantitatif: hasil belajar kognitif, adalah penguasaan konsep siswa dalam tes objektif. Tes objektif dilakukan sebanyak dua kali setiap siklus, yaitu tes sebelum materi disampaikan (pretest) dan tes setelah materi disampaikan (posttest). Hasil nilai pretest dan posttest siswa akan diolah menjadi nilai akhir sebagai tolak ukur keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu:

1. Instrumen Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.4

Untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPS maka instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan

(49)

ganda. Pilihan ganda adalah bentuk soal yang dibuat dalam option/pilihan. Soal terdiri atas pernyataan yang tidak lengkap, kemungkinan jawaban atas pertanyaan itu disebut pilihan. Hanya satu jawaban yang benar (kunci jawaban) selebihnya adalah distractor (pengecoh).

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Wawancara

Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas.5

Wawancara dilakukan dengan guru IPS pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah. Wawancara dilakukan untuk mengungkap kebiasaan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran IPS dan hasil belajar yang didapat oleh siswa serta cara guru dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas. Wawancara juga dilakukan dengan beberapa siswa untuk mengetahui sikap mereka terhadap pelajaran IPS, cara guru mengajar, dan sikap peserta didik terhadap guru.

b. Lembar Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.6 Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan lembar observasi kegiatan guru. Lembar observasi ini digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.

(50)

I. Teknik Pengumpulan Data

[image:50.595.107.519.206.666.2]

Data yang telah diperoleh diklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian diinterpretasikan dan disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data

Instrumen Kegiatan Pengumpulan Data

Tes Soal pretest diberikan sebelum pembelajaran. Posttest

diberikan setiap akhir pembelajaran dengan

menggunakan media audio visual pada setiap siklus. Soal pretest dan posttest berupa soal pilihan ganda.

Wawancara Dilaksanakan sebelum tindakan, karena untuk

mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dikelas dan wawancara juga dilaksanakan setelah tindakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media audio visual terhadap siswa.

Lembar Observasi Dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, hal yang diamati aktivitas siswa dan guru yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan 1. Uji Validitas

a. Uji Validitas Untuk Tes Hasil Belajar

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.7

Untuk mengukur validitas soal tersebut menggunakan program ANNATES versi 4.0.2. Dari hasil penghitungan terhadap 40 butir soal

(51)

yang diujicobakan, maka soal yang tidak valid disisihkan. Butir soal yang valid berjumlah 15 soal, dan yang tidak valid berjumlah 25 soal.

b. Uji Validitas Untuk Lembar Observasi dan Wawancara

Untuk lembar observasi, dan wawancara di validasi menggunakan validitas logis yaitu berasal dari kata logis (penalaran) yang menunjukkan bahwa untuk sebuah instrumen evaluasi pada kondisi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi validitas tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang baik mengikuti ketentuan yang ada.

2. Uji Reliabilitas

Selain pengujian validitas, sebuah tes juga harus memiliki reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Tes hasil belajar yang baik harus memiliki reliabilitas yang harus dipercaya, artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berulang kali terhadap subyek yang sama, hasilnya selalu relatif sama. Uji ini dilakukan dengan menggunakan program ANNATES versi 4.0.2 dengan kategori reliabilitas:

0.00-0.20 : reliabilitas kecil 0.20-0.40 : reliabilitas rendah 0.40-0.70 : reliabilitas sedang 0.70-0.90 : reliabilitas tinggi

0.90-1.00 : reliabilitas sangat tinggi

Dari hasil penghitungan dengan menggunakan program ANNATES 4.0.2 bahwa hasil tes menunjukkan reliabilitas adalah 0,76 dan berada dikategori tinggi.

3. Pengujian Tingkat Kesukaran

(52)

Tingkat kesukaran dapat diketahui dengan menggunakan program ANNATES.

Klasifikasi indeks kesukaran: P = 0,00 – 0,30 = sukar P = 0,31 – 0,70 = sedang P = 0,71 – 1,00 = mudah

Tingkat kesukaran yang baik adalah P = 0,5 atau 0,15.

Hasil penghitungan butir soal menunjukkan dari 40 butir soal yang diujikan terdapat 22 butir soal sangat mudah, 7 butir soal mudah, 9 butir soal sedang, 1 butir soal sukar, dan 1 butir soal sangat sukar.

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk mengetahui daya pembeda dapat dilakukan dengan program ANNATES versi 4.0.2.

Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: 0,00-0,20 = Buruk

0,21-0,40 = Cukup 0,41-0,70 = Baik 0,71-1,00 = Baik Sekali

Hasil 40 butir soal yang diujikan menunjukkan terdapat 1 soal berkategori baik sekali, 4 soal berkategori baik, 7 soal berkategori cukup, dan 28 soal berkategori buruk.

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

(53)

siswa yang sudah berada diatas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu > 65 dan menganalisis nilai pretest dan posttest dengan menggunakan rumus N-Gain untuk melihat kenaikan nilai siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. 1. Tes Hasil Belajar

Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif menggunakan analisis.

Menentukan skor rata-rata (Mean) X = 2. Data Lembar Observasi

[image:53.595.111.520.243.678.2]

Dari data hasil observasi kegiatan guru dan siswa diolah secara kualitatif. Skor rata-rata kegiatan guru dan siswa akan dibagi menjadi lima kategori skala ordinal, yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang seperti klasifikasi pada tabel.

Tabel 3.3 Klasifikasi (skala likert) Kegiatan Guru dan Siswa

Skor Kategori

4 Sangat Baik

3 Baik

2 Cukup

1 Kurang

Analisis dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan format observasi. Observasi kegiatan siswa dilakukan pada setiap pertemuan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Data yang diperoleh dari observasi merupakan data kualitatif dan dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif berdasarkan jumlah siswa yang memun

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siklus I . ..........................................................................................
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II . ...............
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena
Jadwal PenelitianTabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara sederhana bidan dapat memperkirakan kemungkinan mioma uteri dengan memperhatikan gejala klinik, yaitu terdapat perdarahan menstruasi yang tidak normal,

memberi pembebasan tanggung jawab tentang pekerjaan yang telah diselesaikan olehnya. Peraturan-peraturan mengenai , hal-hal yang dalam Undang- undang No. 19 Prp tahun 1960 dan

Gambar 3 menunjukkan perkem- bangan panjang rumput (diukur dari dasar tanaman sampai bagian daun terpanjang) yang paling cepat adalahrumput yang dipupuk dengan

Puji syukur kepada Bapaku yang Maha Kasih, Penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) TERHADAP PENCAPAIAN

Penelitian ini menggunakan Skala Likert, Menurut (Sugiyono, 2008:93) “Skala Likert yaitu alat yang digunakan untuk mengukur jawaban dari Wajib Pajak Orang Pribadi

3 Berikut adalah data tinggi badan dan berat badan dalam satu kelompok anak SMK yg PKL di bengkel YASUKA ,Budi tinggi badan 170 berat badan 65,Totok tinggi badan 160 berat badan

Peserta ujian yang tidak hadir pada saat ujian dengan alasan yang sah meminta ujian susulan kepada dosen penanggungjawab mata kuliah selambat-lambatnya 1 minggu setelah ujian