• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pembuatan Surat Keterangan Tidak Mampu Terhadap Kepuasaan Masyarakat Desa Mandalamekar kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kualitas Pelayanan Pembuatan Surat Keterangan Tidak Mampu Terhadap Kepuasaan Masyarakat Desa Mandalamekar kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan sehari-hari sangat berkaitan dengan pelayanan, karena pelayanan

merupakan hal pemberian barang maupun jasa serta berhubungan langsung

dengan masyarakat. Seperti halnya tugas utama pemerintah adalah memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan bukan hanya dilakukan pada suatu

instansi saja tetapi hampir semua instansi penyedia layanan memberikan

pelayanan yang berbeda jenisnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta

berlomba-lomba untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

Di dalam Undang-Undang Desa Pasal 68 Ayat 1 disebutkan bahwa,

masyarakat desa berhak memperoleh pelayanan yang sama dan adil, artinya

masyarakat desa berhak untuk mendapatkan pelayanan yang layak, adil dan sama.

Pemerintah desa tidak berhak membedakan antara masyarakat satu dan

masyarakat lainnya, tidak membedakan masyarakat sesuai dengan pekerjaan atau

profesinya, karena pelayanan yang baik harus memenuhi standar pelayanan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 yang dimaksud dengan standar

pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai

kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan

(2)

Oleh karena itu, suatu pelayanan yang diberikan oleh pemerintah desa

kepada masyarakat harus memiliki dasar hukum yang kuat, seperti halnya

pembuatan SKTM ini memiliki dasar hukum yaitu Perbup No. 51 tahun 2010

tentang Surat Keterangan Tidak Mampu. Pentingnya dasar hukum suatu

pelayanan, sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban masing-masing

pihak dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Undang-undang yang mengatur

tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas

fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. Negara berkewajiban melayani setiap

warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam

pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, membangun kepercayaan masyarakat atas

pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik.

Kekuasaan yang dimiliki oleh birokrat membuat masyarakat semakin

susah untuk mendapatkan pelayanan. Aparatur yang ada didalamnya lebih

menempatkan dirinya sebagai penguasa daripada sebagai pelayanan masyarakat.

Oleh karena itu, sikap dan perilaku birokrasi dalam penyenggaraan pelayanan

cenderung mengabaikan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Sebagai contoh elit

politik sering kali memperoleh perlakuan istimewa dalam penyelenggaraan

pelayanan. Akses atau jalan untuk mendapatkan pelayanan sering berbeda,

tergantung pada kedekatannya dengan elit birokrasi atau penyedia layanan. Hal

seperti ini jelas menggangu rasa keadilan dalam masyarakat yang merasa

(3)

Meluasnya praktik Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) dalam pemerintahan

saat ini semakin mengurangi kepercayaaan masyarakat terhadap aparatur penyedia

layanan. KKN tidak hanya membuat pelayanan kepada masyarakat menjadi amat

sulit dinikmati, tetapi juga membuat masyarakat harus membayar lebih mahal

untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan. Hal tersebut terjadi bukan hanya

ketika menyelesaikan urusan perizinan tetapi juga ketika masyarakat menerima

jasa pelayanan. Hal tersebut terjadi karena pemerintah dan birokrasinya telah

gagal menempatkan dirinya menjadi institusi yang bisa melindungi dan

memperjuangkan kebutuhan dan kepentingan publik.

Kondisi seperti ini, membuat masyarakat menuntut hadirnya pemerintah

yang mampu memenuhi berbagai tuntutan dalam segala aspek kehidupan mereka

terutama dalam mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya dari pemerintah.

Pada umumnya pelayanan harus memperhatikan kebutuhan masyarakat, serta

pemerintah bertanggung jawab dan terus berupaya untuk memberikan pelayanan

yang lebih berkualitas. Disisi lain kepuasan masyarakat adalah tolok ukur dari

keberhasilan pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan publik oleh sebab

itu, pelayanan publik harus difokuskan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat

secara maksimal baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Saat ini, masyarakat lebih terbuka dalam memberikan kritikan pada

pemerintah dalam hal pelayanan yang diinginkannya. Oleh karena itu pemerintah

sangat berperan dalam mengatur dan mengarahkan seluruh kegiatan dalam

mencapai tujuan meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat. Penilaian

(4)

pada pengguna jasa, salah satunya kepuasan pengguna jasa. Untuk menciptakan

sebuah kepuasan bagi masyarakat maka tugas aparatur harus memberikan

pelayanan yang memuaskan, karena apabila masyarakat tidak mendapatkan

kepuasan, pasti akan menyebabkan citra negatif bagi instansi pemerintah.

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki angka kemiskinan yang

masih cukup tinggi, Banyaknya pengerluaran per orang per hari dijadikan acuan

oleh pemerintah untuk mengetahui kriteria miskin.Dalam konteks itu,

pengangguran dan rendahnya penghasilan menjadi pertimbangan untuk penentuan

kriteriamiskin. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung menyimpulkan

kriteria kemiskinan di Kabupaten Bandung pada tahun 2014 adalah pengeluaran

per orang perbulan per kepala Rp 233.740.-kebawah atau sekitar Rp 7.780.-

kebawah per orang per hari. Keadaan tersebut membuat masyarakat mengalami

kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sehingga perlu dibantu dalam

mendapatkan pelayanan.

Pelayanan yang berlangsung di instansi pemerintah seperti kantor desa,

seharusnya bisa memberikan pelayanan yang sama baik kepada masyarakat

miskin maupun masyarakat mampu, karena kantor desa sejatinya difungsikan

sebagai tempat pelayanan kepada masyarakat dan berlangsungnya kegiatan tata

pemerintahan desa. Seperti halnya Kantor Desa Mandalamekar juga memiliki

fungsi yang sama seperti kantor desa lainnya yaitu memberikan layanan kepada

masyarakat miskin. Namun dalam memberikan pelayanan masih terdapat

beberapa masalah, contohnya ada masyarakat mengeluhkan pelayanan yang

(5)

yang dikeluarkan, masyarakat sering mengeluhkan bahwa aparatur desa sering

datang terlambat dengan berbagai alasan misalnya ada urusan keluarga dan

sebagainya, sehingga masyarakat harus menunggu selain itu dalam pengerjaan

pembuatan surat menyurat masih menggunakan mesin manual hal tersebut juga

menyebabkan penulisan surat menyurat menjadi kurang rapi.

Ada beberapa pelayanan yang diberikan oleh aparatur desa diantaranya

adalah pembuatan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Surat Ketarangan

Tidak Mampu adalah surat yang dibuat oleh pihak pemerintah desa, dimana

pemerintah desa menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 pasal 1 ayat 2

adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, aparatur desa

bertugas melayani pembuatan SKTM, SKTM dikeluarkan atau dibuat bagi

keluarga miskin fungsinya untuk meringankan biaya ketika berobat di rumah

sakit, selain itu surat keterangan tidak mampu juga seringkali digunakan untuk

pengajuan keringanan pendidikan di sekolah maupun perguruan tinggi, mengurus

keperluan di bank serta bisa digunakan untuk mengurus Jaminan Kesehatan

Masyarakat. Tidak semua penduduk di desa Mandalamekar mempu mencukupi

kebutuhan sehari-hari, jangankan untuk berobat, sebagian masyarakat di desa ini

masih kesulitan untuk makan, dengan adanya Surat Keterangan Tidak Mampu

masyarakat akan lebih mudah mendapatkan pelayanan kesahatan dan kemudahan

dalam memperoleh pendidikan.

Prosedur pembuatan SKTM merupakan cara atau syarat yang harus

(6)

Mengingat penerima layanan ini sebagian besar adalah masyarakat miskin,

tetapi fenomena yang terjadi di lapangan masih banyak masyarakat mampu yang

memanfaatkan SKTM ini untuk tujuan tertentu. Di satu sisi masyarakat miskin

belum mengetahui prosedur dalam pembuat SKTM, akibatnya masyarakat yang

ingin mengurus pembuatan SKTM merasa kebingungan pada pembuatan surat ini

sehingga sangat mempersulit masyarakat miskin yang sangat membutuhkan, jika

dilihat keadaan kesehatan mereka sangat memprihatinkan, masyarakat dibuat

kebingunagan karena harus meminta tanda tangan lalu menyerahkan lagi kepada

pihak desa.

Selain itu pelayanan yang kurang ramah membuat masyarakat merasa

dikucilkan ketika meminta layanan. Seharusnya aparatur desa memberikan

penjelasan mengenai prosedur pembuatan dengan ramah kepada masyarakat,

memperlakukan masyarakat miskin dengan sewajarnya dan tidak menolak hanya

karena penampilan dari masyarakat tersebut. Jumlah masyarakat miskin desa

Mandalamekar adalah 1615 orang namun, tidak semua masyarakat mendapatkan

pelayanan pembuatan SKTM.

Jika dilihat dari transparansi dalam pelayanan, pembuatan SKTM ini

masih memiliki kekurangan yaitu masyarakat masih belum mengerti prosedur

yang harus dipenuhi, hal tersebut terjadi karena aparatur penyedia layanan tidak

memberikan informasi secara jelas, selain itu masyarakat memberikan biaya

administrasi sebesar Rp 5000,- ketidak jelasan biaya pembuatan SKTM ini

mengakibatkan masyarakat merasa kebingungan sedangkan pada kenyataanya

(7)

pendapat salah satu aparatur desa bagian pelayanan, beliau memberikan argument

bahwa uang tersebut akan menjadi Pendapatan Asli Desa atau PADesa

sebagaimana terdapat pada pasal 9 Ayat 1, 2 dan 3 Permendagri No. 113 tahun

2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Akuntabilitas pelayanan yang baik

seharusnya bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan, kenyataanyang terjadi dilapangan pelayanan pembuatan SKTM

membutuhkan waktu yang cukup lama.

Ketika memberikan pelayanan pada masyarakat hendaknya tetap

memperhatikan efisiensi dan efektifitas, namun kenyataan yang terjadi dilapangan

masyarakat masih tetap mengurus sebagian syarat yang diajukan oleh apatur desa

dalam pembuatan SKTM.

Masyarakat miskin tentunya juga ingin mendapatkan pelayanan yang sama

dengan masyarakat lain, pemerintah desa diharapkan mampu menyamakan hak

dan membedakan mulai dari penyerahan berkas hingga pembuatan SKTM

tersebut selesai. Proses pembuatan SKTM di Desa Mandalamekar masih banyak

disalah gunakan tidak hanya masyarakat miskin saja yang membutuhkan, akan

tetapi masyarakat mampu pun juga mengingankan SKTM tersebut untuk

kepentingan yang lain. Prosedur pembuatannya pun sama namun, yang membuat

masyarakat miskin kecewa adalah, aparatur desa mendahulukan kepentingan

masyarakat yang mampu. Ditambah lagi apabila aparatur desa sedang tidak berada

di kantor, masyarakat rela menunggu, sehingga proses pelayanan berlangsung

(8)

Pelayanan yang mampu menyeimbangan antara hak dan kewajiban,

merupakan pelayanan yang mampu mempertimbangkan aspek keadilan antara

pemberi dan penerima pelayanan, dalam konteks ini, antara aparatur pembuat

SKTM dan masyarakat yang menerima diharapkan bisa menyamakan hak dan

kewajibannya yaitu aparatur memiliki kewajiban melayani masyarakat dengan

tulus, serta masyarakat juga berhak menerima pelayanan yang baik dari aparatur

pemberi layanan.

Kegiatan pelayanan yang dilakukan apatur desa akhirnya menjadi sorotan

masyarakat, dalam pembuatan SKTM saja, aparatur desa sudah menunjukan

pelayanan tidak memuaskan, itu terjadi karena buruknya birokrasi yang ada

didalamnya. Hal ini bisa menjadi indikator awal bagaimana kualitas pelayanan

kependudukan dari lembaga pemerintah tingkat terendah adalah kantor desa.

Selain itu juga salah satu tugas pemerintah kantor desa dalam memberikan

pelayanan terhadap masyarakat, karena pembuatan SKTM sangat penting bagi

keluarga miskin dan sebagai data penduduk yang akan mendapat keringanan

dalam mendapatkan pelayanan.

Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan masyarakat berpengaruh

sifnifikan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muh Yunus Bandu, Tahun

(2013) dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan

Pelanggan pada PT. PLN (Persero) Rayon Makassar Barat. Metode Penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara,

kuesioner, dan studi kepustakaan dengan menggunakan skala likert dan metode

(9)

sampel. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi linear berganda

(multi linear regression).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang terdiri atas

Realibility (X1), responsiveness (X2), assurance (X3), emphaty (X4), dan tangible

(X5) secara bersamasama memiliki pengaruh yang positif. Di mana Persamaan

regresi Y = 1,919 + 0,511X1+ (-0,105)X2+ (-0,091)X3+ 0,253X4+ 0,211X5+

1,551. Selain itu, dengan uji F dilihat bahwa kualitas pelayanan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan dengan tingkat.

Signifikansi sebesar 0,000 atau 0%. Namun berdasarkan uji parsial (t), semua

variable memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan dengan

tingkat signifikan untuk realibility sebesar 000 atau 0% responsiveness sebesar

299 atau 2,9% assurance sebesar 531 atau 5,3% emphaty 024 atau 2,4% dan

tangible sebesar 086 atau 8,6%.

Sedangkan pada penelitian pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan

selanjutnya berdasarkan peneliatan yang dilakukan Ade Rosita Lakmi dengan

judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Masyarakat Pada Rumah Sakit Umum Daerah Badung”, penelitian ini bertujuan untuk melihat

kualitas pelayanan terhadap kepuasan masyarakat pada Rumah Sakit Umum

Daerah Badung.

Masalah pada penelitian ini, dalam Teori Parasuraman, Zeithaml dan

Berry (Buchari Alma : 2002) telah menjelaskan terdapat lima gap yang dapat

menimbulkan kegagalan penjualan jasa, yaitu : 1) Kesenjangan harapan konsumen

(10)

3) Kesenjangan kualitas jasa dan penyampaian jasa, 4) Kesenjangan peyampaian

jasa dan komunikasi eksternal, 5) Kesenjangan jasa yang dialami/dipersepsi dan

jasa yang diharapkan. Kesenjangan inilah yang sering ditemui pada praktek dalam

layanan jasa kesehatan. Tidak terkecuali pada pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit Umun Daerah Badung.

Hasil penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa ketika pelayanan yang

diberikan oleh pihak RSUD Badung dapat ditingkatkan seiring dengan target

master plan dari pihak RSUD Badung, maka akan terciptanya loyalitas pelanggan

dengan tipe customer dan client bahkan tipe pelanggan advocates yang akan

menciptakan rantai pelanggan baru berdasarkan tingkat kepuasan yang dirasakan

konsumen dari pelayanan RSUD Badung.

Jika melihat kedua penelitian terdahulu, terdapat persamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan metode

observasi, serta studi kepustakaan, serta menggunakan sekala likert, sedangkan

yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti adalah pada teknik pengumpulan data, dimana pada penelitian

terdahulu menggunakan quisioner sedangkan penelitian yang akan dilakukan

menggunakan angket dengan teknik sampling purposive sampling. Terdapat

persamaan permasalahan pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu, dimana

permasalahan yang terjadi berkaitan dengan kualitas pelayanan yaitu lamanya

proses pelayanan, aparatur atau petugas yang kurang respon dalam menangani

keluhan dari masyarakat, selain itu pada kedua penelitian terdahulu diatas

(11)

Teori tersebut digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan yang berlangsung di

suatu instansi berdasarkan indikator yang sesuai dengan masalah atau kesenjangan

yang terjadi,begitu halnya dengan penelitian ini menggunakan teori dari

Sinambela yang mengukur kualitas pelayanan pada kepuasan masyarakat

diKantor Desa Mandalamekar.

Peneliti memilih lokasi penelitian ini adalah, karena peneliti mengamati

kegiatan pelayanan yang sedang berlangsung, serta mendapatkan informasi

langsung dari masyarakat bahwa dalam pelayanan pembuatan SKTM terdapat

beberapa masalah. selain itu di desa ini banyak warga yang berpenghasilan minim

di bawah satu juta sehingg amendorong warga untuk mengurus Surat Keterengan

Tidak Mampu. Dimana surat tersebut penting bagi warga sekitar megingat

mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan di Kabuapten Bandung ini.

Pelayanan yang mudah dan cepat atau sesuai dengan standar operasional

pelayanan akan memberikan kepuasan bagi masyarakat. Seperti yang kita ketahui

kepuasan merupakan sebuah tolok ukur yang dapat dirasakan oleh manusia

sebagai wujud keberhasilan terhadap suatu pelayanan. Fenomena yang terjadi di

kantor Desa Mandalamekar telah membuat masyarakat miskin Desa

Mandalamekar merasa tidak puas dengan pelayanan yang dilakukan oleh aparatur

desa pemberi layanan, karena mereka berfikir seharusnya masyarakat miskin juga

mendapatkan pelayanan yang sama seperti masyarakat lain, bukan malah

mendapatkan pelayanan yang merugikan masyarakat miskin tersebut.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berkeinginan untuk meneliti mengenai

(12)

Cimenyan, dan memilih judul yaitu “Pengaruh Kualitas Pelayanan Pembuatan Surat Keterangan Tidak Mampu Terhadap Kepuasan Masyarakat Desa

Mandalamekar Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Pernyataan masalah penelitian ini adalah rendahnya pembuatan surat

keterangan tidak mampu karena rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan

aparatur, sehingga menyebabkan ketidakpuasan masyarakat, karena permasalahan

penelitian ini dapat dirumuskan:

1. Bagaimana kualitas pelayanan dalam pembuatan SKTM di Desa

Mandalamekar Kecamatanan Cimenyan Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana kepuasan masyarakat dalam pembuatan SKTM di Desa

Mandalamekar Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung?

3. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan

masyarakat Desa Mandalamekar Kecamatan Cimenyan Kabupaten

Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas dapat mengidentifikasi maksud dan tujuan dari

penelitian tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan dalam pembuatan SKTM di Desa

(13)

2. Untuk mengetahui kepuasan masyarakat dalam pembuatan SKTM di Desa

Mandalamekar Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung?

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kualitas pelayanan pembuatan SKTM

terhadap kepuasan masyarakat Desa Mandalamekar Kecamatan Cimenyan

Kabupaten Bandung?

1.4 Kegunaan penelitian

Dari uraian diatas dapat diketahui beberapa kegunaan penelitian, adapun

kegunaan penelitian ini yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengertahuan terutama mengenai pengaruh

kualitas pelayanan pembuatan surat keterangan tidak mampu (SKTM)

terhadap kepuasan masyarakat Desa Mandalamekar Kecamatan Kabupaten

Bandung, serta dapat menguji teori-teori yang berkaitan dengan kualitas

pelayanan pembuatan surat keterangan tidak mampu (SKTM) terhadap

kepuasan masyarakat, sehingga dapat mengembangkan pengetahuan di

bidang Ilmu Pemerintahan.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan

semangat belajar peneliti dalam melakukan suatu penelitian yang

(14)

b. Bagi lembaga akademis, diharapkan memberikan kontribusi terhadap

pengembangan ilmu pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan

kualitas pelayanan, serta dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa yang

mengambi skripsi dibidang ilmu pemerintahan.

c. Bagi instansi, diharapkan penelitian ini berguna sebagai masukan bagi

pemerintah Desa Mandalamekar, untuk meningkatkan kualitas

pelayanan yang menghasilkan kepuasan bagi masyarakat.

d. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini mampu memberikan

pemahaman kepada masyarakat mengenai kualitas pelayanan yang ada

(15)

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pelayanan

Servis atau biasa disebut dengan pelayanan merupakan kegiatan yang bermula

berasal dari orang-orang, bukan dari organisasi maupun instansi pemerintah. Tanpa

memberikan nilai pada diri sendiri, maka tidak akan berarti apa-apa. Demikian halnya

dengan suatu instansi yang secara umum merupakan kumpulan dari orang-orang.

Oleh karena itu harga diri tinggi yang dimiliki oleh seseorang sebagai penyedia

layanan merupakan unsur yang penting dan paling mendasar bagi keberhasilan suatu

organisasi yang meyediakan jasa pelayanan yang berkualitas.

Penyelenggaraan pelayanan dapat dibedakan menjadi dua, berdasarkan pada

organisasi yang menyelenggarakannya, yaitu:

1. Pelayanan yang diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti rumah sakit sakit swasta, Perguruan tinggi swasta, perusahaan pengangkutan milik swasta.

2. Pelayanan yang diselenggarakan oleh organisasi publik, yang dapat dibedakan lagi menjadi:

1) Bersifat primer adalah penyediaan barang atau jasa yang disediakan oleh pemerintah yang didalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna, mau tidak mau harus memanfaatkannya sebagai contoh pelayanan pada kantor imigrasi

(16)

Fauziah.Noor. 2015.Pelayanan Publik. Melalui

http:/www.academia.edu/3549078/Pelayanan_Publik [25/04/15]

Berbicara tentang pelayanan tidak bisa dilepaskan dengan pemerintah dan

masyarakat, karena pelayanan mempunyai kaitan erat dengan kebutuhan hidup

masyarakat, baik itu sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.

Keanekaragaman dan perbedaan kebutuhan hidup masyarakat menyebabkan adanya

bermacam-macam jenis pelayanan pula, dalam upaya untuk pemenuhan kebutuhan

hidup masyarakat tersebut. Agus Dwiyanto menjelaskan bahwa dalam mewujudkan

“Good Governance” harus disertai dengan kebijakan untuk memperbaharui praktik

pelayanan. Untuk dapat mewujudkannya, yaitu melalui lima dimensi pelayanan

seperti berikut:

1. Sikap petugas yaitu keramahan, kepedulian, dan keinginan petugas untuk membantu masyarakat memperoleh layanan dengan baik.

2. Prosedur, yaitu birokrasi pelayanan yang memberikan kemudahan, kesederhanaan dan jumlah persyaratan yang diperlukan tidak menyulitkan masyarakat.

3. Waktu, yaitu proses ketepatan pengerjaan pelayanan yang singkat dan tidak terlalu lama sehingga membuat masyarakat terpuasakan.

4. Fasilitas, yaitu berupa ruang tunggu, toilet dan ruang pelayanan yang memadai sehingga memberikan kenayamanan pada masyarakat.

5. Biaya pelayanan, yaitu harga yang dibayarkan sesuai dengan nilai kewajaran yang didaptkan sehingga tidak membebani masyarakat.

(Dwiyanto, 2005:343-344)

Berdasarkan pendapat Dwiyanto dapat dijelaskan bahwa pelayanan sangat

penting untuk mewujudkan Good Governance, karena didalamnya menjelaskan

bahwa pemerintah berperan sebagai penyedia layanan dan harus memiliki sikap yang

ramah, peduli kepada masyarakat. Pemerintah mengetahui prosedur dalam

(17)

yang singkat dan tidak terlalu lama, apabila kantor atau instansi berfungsi sebagai

penyedia layanan masyarakat alangkah lebih baiknya menyediakan fasilitas umum

seperti ruang tunggu dan toilet agar masyarakat merasa nyaman, serta yang paling

penting adalah memperhatikan biaya yang akan dikenakan kepada masyarakat,

alangkah baiknya tidak terlalu mahal dan memberatkan masyarakat.

Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktifitas seseorang,

sekelompok atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung, terdapat dua

jenispelayanan yang diperlukan manusia, yaitu layanan fisik yang sifatnya pribadi

sebagai manusia dan layanan administratif yang diberikan orang lain selaku anggota

organisasi, baik itu organisasi massa atau negara untuk memenuhi kebutuhan.

Pelayanan adalah suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara

seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan

masyarakat. Adapun pengertian pelayanan menurut Moenir, pelayanan adalah proses

pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain secara langsung. (Moenir,

2002:16).

Sesuai dengan pendapat diatas bahwa pelayanan merupakan suatu kegiatan

yang berguna untuk memenuhi kebutuhan seseorang, tidak hanya pada seseorang saja

tetapi juga untuk masyarakat, pemenuhan kebutuhan ini dilakukan oleh orang lain

dengan cara menyediakan jasa secara langsung. Senada dengan pendapat Lovelock

(18)

Service adalah produk yang tidak berwujud, berlangsung sebentar dan dirasakan atau dialami, artinya service merupakan produk yang tidak ada wujud atau bentuknya sehingga tidak ada bentuk yang dapat dimiliki, dan berlangsung sesaat atau tidak tahan lama, tetapi dialami dan dapat dirasakan oleh penerima layanan.

(Lovelock 2002:111)

Pendapat Lovelock tersebut kembali menjelaskan bahwa pelayanan

berlangsung singkat, tidak membutuhkan waktu yang relatif lama, tidak berwujud

suatu barang namun dapat berupa jasa yang dapat dirasakan oleh

masyarakat.Masyarakat tentunya mendambakan atau menginginkan pelayanan yang

baik, bersih dan tidak merugikan karena sebagai penerima layanan. Menurut Moenir

pelayanan yang didambakan masyarakat adalah :

1. Kemudahan dalam pengurusan kepentingan 2. Mendapat pelayanan wajar

3. Mendapat pelayanan yang sama tanpa pilih kasih 4. Mendapat perlakuan yang jujur dan terus terang (Moenir, 2002:47)

Menurut pendapat diatas bahwa pelayanan adalah hasil kerja pemerintah

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Menyiapkan dan memberikan kemudahan

bagi masyarakat dalam pengurusan hal-hal yang penting.Pelayanan yang diberikan

berdasarkan aturan yang berlaku. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan dilaksanakan secara wajar, serta agar tidak timbul kecemburuan

sosial dimasyarakat. Pemerintah harus bersikap jujur dan terbuka dalam melayani

masyarakat dan tidak membeda-bedakan perlakuan dalam memberikan pelayanan.

Aktifitas pelayanan kepada masyarakat atau konsumen dilakukan bukan

(19)

baik milik pemerintah maupun milik swasta, pelayanan juga berlangsung di rumah

sakit, bank dan di dalamnya terjadi interaksi langsung yang melibatkan seseorang

maupun alat pendukung. Pelayanan yang baik bisa dilakukan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Serupa dengan pendapat Lukman mengemukakan bahwa pelayanan merupakan

kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang

dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan

(Lukman, 2002:6)

Penyelenggaraan pelayanan yang didasarkan atas aturan harus dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat, dan mampu meminimalisir keluhan dan kritik dari

masyarakat sebagai konsumen atau pelanggan berlangsungnya pelayanan yang

diberikan oleh instansi terkait, harus memperhatikan prinsip-prinsip yang sesuai

dengan ketentuan. Aktifitas pelayanan bermula dari kegiatan yang dinamakan

melayani. Melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan

oleh seseorang baik yang terjadi pada pelayanan publik maupun pelayanan umum.

Seperti yang terdapat pada Kepmen PAN No.81/1993 yang disempurnakan

dengan Kepmen PAN No.63/2003 adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan

oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di lingkungan BUMN atau BUMD

dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan

masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Pelayanan pada dasarnya adalah aktifitas seseorang, sekelompok

(20)

bahwa pelayanan sebagai suatu perbuatan (deed), suatu kinerja (performance) atau

suatu usaha (effort).” (Pasalong, 2010:132).

Jadi, selain sebagai suatu usaha untuk mempertinggi kepuasan pelanggan,

pelayanan juga merupakan suatu perbuatan yang dikerjakan oleh aparatur, pelayanan

juga bisa diartikan sebagai kinerja atau pekerjaan, dan suatu usaha memenuhi

kebutuhan yang harus dilakukan oleh aparatur penyedia layanan. Pemberian

pelayanan yang baik sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi atau sebuah

instansi dalam melaksanakan tugas utama melayani masyarakat, selain itu juga hak

yang dapat diperoleh, yaitu hak untuk mendapatkan pelayanan maksimal. Tentunya

pelayanan yang maksimal diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi

masyarakat.

Pelayanan publik atau sering kali masyarakat menyebutnya dengan pelayanan

pada masyarakat dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan

orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai

dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Sebagai salah satu fungsi

utama pemerintah maka pelayanan tersebut sudah seharusnya dapat diselenggarakan

secara berkualitas oleh pemerintah

2.1.2 Kualitas

Definisi kualitas merupakan kata yang menyandang arti relatif dikarenakan

bersifat abstrak, kualitas dapat digunakan untuk menilai atau menentukan tingkat

(21)

dapatdigunakan untuk menilai atau menentukan tingkat penyesuaian suatu hal

terhadap persyaratan atau menentukan tingkat penyesuaian atau spesifikasi itu

terpenuhi, berarti kualitas sesuatu hal yang dimaksud dapat dikatakan baik,

sebaliknya jika persyaratan tidak terpenuhi maka dapat dikatakan tidak baik.Untuk

mendapatkan pelayanan yang baik, diperlukan kesepahaman tentang aturan main baik

pula antara aparatur penyedia layanan dan masyarakat yang menerima layanan jasa.

Pada kehidupan sehari-hari banyak orang membicarakan kualitas, namun makna dari

kualitas akan berlainan bagi setiap orang, tergantung pada konteksnya.

Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal

dari definisi-definisi yang ada, Tjiptono menjelaskan bahwa terdapat beberapa

kesamaan kualitas yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut:

1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Kualitas mencangkup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. 3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah(misalnya apa yang

dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang.

(Tjiptono, 2000:3)

Berdasarkan elemen tersebut, Goetsch dan Davis yang dikutip oleh Fandi

Tjiptono mengemukakan definisi mengenai kualitas yang lebih luas cangkupannya

kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono,

2000: 3). Jadi dapat disimpulkan bahwa antara manusia, jasa, dan produk memang

tidak bisa dipisahkan namun bisa dihubungkan menjadi satu dalam suatu kondisi,

(22)

penerima layanan.Kualitas juga harus sesuai dengan pihak pemakai dan harus bebas

dari kerusakan/cacat.

Kualitas menuntut kerja sama yang erat dan perbaikan keberlanjutan, semua

orang dalam organisasi maupun instansi adalah penentu keberhasilan dalam

pelaksanaan tugas. Memberikan pelayanan yang terbaik adalah salah satu strategi

untuk memenangkan masyarakat, serta menghasilkan jasa yang berkualitas.

Mengetahui apa yang diharapkan masyarakat adalah langkah utama dan paling

penting dalam memberikan pelayanan berkualitas pada masyarakat. Kesalahan suatu

instansi dalam menangkap apa yang diharapkan masyarakat berarti sama dengan

kehilangan masyarakat dan masyarakat tidak akan mendapatkan kepuasan.

2.1.3 Kualitas Pelayanan

Menurut Albrecht dan Zemke dalam Dwiyanto (2005:145), bahwa kualitas

pelayanan publik merupakan hasil interaksi dari berbagai aspek, yaitu sistem

pelayanan, sumber daya manusia pemberi pelayanan, strategi, dan

pelanggan(customers) Jadi kualitas pelayanan menggabungkan sumber daya pemberi

pelayanan, ketika memberikan pelayanan SDM tersebut harus menggunakan strategi

agar kedepannya bisa menciptakan pelanggan. Banyak orang yang berpendapat

bahwa ada kesamaan antara kualitas pelayanan publik dan kualitas pelayanan umum.

Antara keduanya sebenarnya memiliki perbedaan, tetapi tetap berada pada

satu konteks yaitu sama-sama memberikan pelayanan. Kualitas pelayanan publik

(23)

sedangkan pelayanan umum cangkupannya lebih luas karena meliputi seluruh

pelayanan yang ada. Serupa dengan kualitas pelayanan umum menurut Wyckof yang

dikutip Tjiptono, yaitu sebagai berikut:

“Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.Apabila jasa atau pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa atau pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknyajika jasa atau pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan buruk”.(Tjiptono, 2004:59)

Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan diatas oleh Tjiptono maka dapat

diindikasikan bahwa sebuah kualitas pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat

sebagai penerima layanan mengharapkan tingkat keunggulan dari setiap jasa

pelayanan yang didapat dari pelayanan yang didapatkan sebelumnya. Bila pelayanan

yang diberikan melampaui harapan dari masyarakat pelanggan makakualitas

pelayanan yang diberikan akan mendapatkan persepsi yang ideal dari para penerima

pelayanan.

Pengertian kualitas pelayanan tidak bisa lepas dari pelayanan yang sudah

diberikan kepada masyarakat karena nantinya masyarakatlah yang akan menilai

apakah pelayana tersebut berkualitas apa tidak. Pelayanan yang diberikan pada

prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di

Pusat, di daerah serta di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha

Milik Daerah dan dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun

(24)

Jadi dapat disimpulkan dari pendapat tersebut bahwa pelayanan adalah

pemberian pelayanan (melayani) yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan

publik sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan dan keperluan penerima pelayanan

atau masyarakat maupun pelaksana ketentuan peraturan perundang-undangan yang

mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata

cara yang telah di tetapkan. Lebih jelas lagi Gasperz yang dikutip Lukman,

mengungkapkan sejumlah pengertian pokok dari kualitas pelayanan, yaitu sebagai

berikut :

“Pada dasarnya kualitas pelayanan mengacu pada pengertian pokok:

1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewamewaan produk, baik keistimewaan langsung, maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu.

2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari segala kekurangan atau kerusakan”

(Lukman, 2007:12)

Pengertian pokok kualitas pelayanan seperti yang dijelaskan diatas

menunjukkan bahwa, kualitas pelayanan adalah kualitas yang terdiri dari

keistimewaan dari berbagai pelayanan yang bertujuan untuk memenuhi kepuasan atau

pelayanan yang didapat tersebut. Pelayanan baru bisa dikatakan berkualitas jika

sesuai dengan harapan/keinginan penerima layanan, untuk dapat mengetahui apakah

pelayanan yang diberikan pemerintah maupun aparatur desa sesuai dengan kebutuhan

masyarakat sebagai pengguna layanan, maka kualitas pelayanan harus dinilai oleh

masyarakat penerima layanan. Hal tersebut sesuai dengan dengan pendapat Lukman

(25)

“Kualitas pelayanan berhasil dibangun, apabila pelayanan yang diberikan kepada pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani.Pengakuan terhadapkeprimaan sebuah pelayanan, bukan datang dari aparatur yang memberikan pelayanan, melainkan datang dari pengguna jasa layanan.”(Lukman, 2001:12).

Hal senada pun diungkapkan oleh Tjiptono, yang menyebutkan bahwa:

“Citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa , sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas pelayanan umum. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa atau pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu pelayanan”( Tjiptono, 2004:61)

Jadi, proses penentuan kualitas suatu pelayanan yang diberikan merupakan

penilaian dari penerima jasa berdasarkan sudut pandang dan persepsi pelanggan atas

jasa pelayanan yang diharapkan. Persepsi penilaian pelanggan terhadap pelayanan

yang diberikan merupakan penilaian meyeluruh dari suatu penilaian pelayanan yang

diberikan sehingga dapat dikatakan bahwa suatu pelayanan yang berkualitas adalah

pelayanan yang berdasarkan pada kepuasan pelanggan. Jika suatu kepuasan tercipta

maka persepsi suatu pelayanan yang berkualitas akan tumbuh.

Kualitas pelayanan dapat diukur dari pengguna layanan yaitu dengan

mengetahui tingkat kepuasan pengguna layanan dalam mendapatkan pelayanan.

Kualitas pelayanan merupakan bagaimana proses pelayanan dalam upayanya

memenuhi kebutuhan masyarakat. Tolok ukur tinggi rendahnya kualitas pelayanan,

tergantung masyarakat, apakah telah sesuai dengan harapannya dan tercermin dalam

(26)

menyampaikan berbagai macam penyebab tidak sesuainya suatu pelayanan publik

yang diberikan, diantaranya:

1. Tidak atau kurang adanya kesadaran terhadap tugas/kewajiban yang menjadi tanggung jawab.

2. Sistem,prosedur dan metode kerja yang ada tidak memadai 3. Pengorganisasian tugas pelayanan yang belum serasi

4. Pendapatan pegawai yang tidak mencukupi kebutuhan hidup. (Moenir 2004:40-41)

Berdasarkan pendapat dari Moenir dapat disimpulkan bahwa, apabila kualitas

pelayanan tidak sesuai dengan harapan masyarakat karena aparatur penyedia layanan

kurang memiliki kesadaran terhadap tugas atau kewajibannya, sistem dan prosedur

serta metode kerja tidak memadai, ditambah lagi tugas yang di jalankan belum

terorganisir dan serasi, serta gaji yang didapatkan kurang mencukupi kebutuhan

hidupnya.

Menurut Sinambela mengenai kualitas adalah,” kualitas adalah segala sesuatu

yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of

costumers). (Sinambela, 2006:13). Dengan demikian pelayanan yang berkualitas

adalah pelayanan yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat.

Untuk itu penyedia layanan harus berupaya mencari tahu apa yang menjadi keinginan

pelanggan atau masyarakat, sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

masyarakat tersebut. Hal itu perlu dilakukan agar masyarakat merasa puas karena

kualitas pelayanan yang diberikan semakin meningkat. Sinambela juga menyatakan

(27)

Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari:

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain

6. Keseimbangan hak dan kewajuban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

(Sinambela, 2011:6)

Ada suatu harapan masyarakat yaitu, meningkatnya pelayanan yang diberikan

aparatur selalu meningkat. Harapan pelanggan harus dipahami oleh aparatur penyedia

layanan serta mencari jawabannya. Aparatur penyedia layanan harus berlaku adil

antara penerima layanan yang satu dengan penerima layanan lainnya.Penyedia

layanan tidak boleh berlaku diskriminatif kepada para penerima layanan. Kesamaan

hak tersebut dapat dilihat dari sikap perilaku pemberi layanan yang teguh pada

prinsip dan aturan pelayanan dan juga ditunjukkan dengan perilaku tegas kepada

penerima layanan tersebut tanpa ada perbedaan perlakuan antara penerima layanan

satu dengan yang lainnya.

Hubungan kualitas dengan pelayanan juga dikemukakan oleh Sampara

(28)

“Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai pedoman dalam memberikan layanan, standar pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik. (Lukman, 1999:14)

Berdasarkan pendapat juga diketahui bahwa kualitas pelayanan yang

diberikan harus sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan, serta standar

pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan suatu pembakuan pelayanan yang baik.

Gasperz menyebutkan bahwa ada beberapa dimensi atau atribut yang harus

diperhatikan dalam rangka perbaikan kualitas pelayanan, yaitu

1. Ketepatan waktu pelayanan, hal yang perlu diperhatikan disini adalah berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.

2. Akurasi pelayanan yang berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas dari kesalahan-kesalahan.

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal. Citra pelayanan dan indutri jasa sangat ditentukan oleh orang-orang dan perusahaan yang berada di garis depan pelayanan langsung kepada pelanggan eksternal. 4. Tanggung jawab, yang berkaitan dengan penerimaan pesanan, maupun

penanganan keluhan dari pelanggan eksternal.

5. Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung serta pelayanan komplementer lainya.

6. Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani.

7. Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru pelayanan, Features di pelayanan lainnya.

8. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan flexibilitas, penanganan permintaan khusus dan lain-lain.

9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi , ruangan, tempat pelayanan, kemudahan terjangkau, tempat parkir kendaraan, ketersediaan informasi, petunjuk-petunjuk dan bentuk-bentuk lainnya

(Gaspersz, 1997: 235-236)

Berdasarkan dari dimensi yang dikemukakan oleh Gasperz, dapat disimpulkan

(29)

harus diperhatikan yang meliputi ketepatan waktu pelayanan hal ini berkaitan juga

dengan lamanya proses pelayanan yang diberikan, akurasi pelayanan dilakukan agar

apartur penyedia layanan lebih berhati hati ketika memberikan pelayanan sehingga

terhindar dari kesalahan, aparatur diharapkan bisa bersikap sopan, mampu

mempertanggung jawabkan pelayanan yang diberikan, menyediakan kelengkapan,

bisa membuat inovasi baru dalam pelayanan, serta memberikan pelayanan pribadi

kepada masyarakat agar masyarakat merasa nyaman ketika melakukan pelayanan.

Sesunggunya kualitas pelayanan dapat terwujud karena ada tanggapan dari

masyarakat yang sudah mendapatkan pelayanan, untuk itu alangkah lebih baiknya

untuk mewujudkan kualitas lebih memperhatikan prinsip yaitu, lebih mudah, cepat,

tepat, akurat, ramah, sesuai dengan harapan masyarakat.

2.1.4 Kepuasan Masyarakat

Kepuasan didefinisikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya (Kotler, 2000:47).

Untuk mengukur tingkat kepuasan sangatlah perlu dilakukan untuk mengetahui

sejaumana kualitas pelayanan yang diberikan mampu menciptakan kepuasan

pengguna layanan. Konsep kepuasan diperoleh dengan jalan mengukur kesenjangan

antara yang diharapkan pengguna jasa dengan prestasi yang dirasakan atas jasa

pelayanan yang diterimanya. Pada umunya kepuasan dikatakan tercapai apabila tidak

(30)

layanan jasa. Sebaliknya jika kesenjangan tersebut cukup besar maka berarti

pengguna jasa mengalami kekecewaan.

Lebih lanjut Leie dan Sheth (1995:5) mengemukakan bahwa memberikan

kepuasan kepada pengguna layanan adalah kunci keberhasilan untuk meraih

keuntungan dalam jangka panjang dan menjadikan pengguna layanan puas

merupakan kewajiban setiap individu. Kepuasan pengguna layanan tidak berarti

memberikan kepada pengguna layanan, apa yang diperkirakan dapat disukai oleh

pengguna layanan. Hal ini berarti harus memberikan apa yang sebenarnya pengguna

layanan inginkan (want), kapan (when), dan cara pengguna layanan memperolehnya

(the way they want it) (Yoeti, 2000:31-32).

Konsep kepuasan pengguna layanan dalam indutri jasa adalah suatu konsep

yang sangat subyektif di mana yang menjadi tolok ukur dalam kepuasan pengguna

layanan itu sendiri adalah persepsi dan harapan pengguna layanan terhadap produk

jasa. Untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna layanan berdasarkan dimensi

kualitas pelayanan, lebih lanjut Lovelock (1994:111) memformulasikan kepuasan

pengguna layanan dalam bentuk rumus matematik semu sebagai berikut:

Skor Persepsi

Skor Kepuasan Pelanggan= X 100% Skor Harapan

Olek karena itu tingkat kepuasan adalah fungsi dari pembedaan antara kinerja

(hasil) yang dirasakan dengan harapan. Dengan demikian, pengguna layanan dapat

(31)

1. Kalau kinerja (hasil) dibawah, pengguna layanan akan merasa kecewa

2. Kalau kinerja (hasil sesuai harapan, pengguna layanan akan merasa puas.

3. Kalau kinerja (hasil) melalui harapan, pengguna layanan akan sangat puas,

senang dan gembira

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Lovelock mengemukakan lebih lanjut

bahwa kepuasan pengguna layanan merupakan fungsi harapan dan kinerja (hasil)

yaitu evaluasi pengguna layanan terhadap kinerja produk layanan yang sesuai atau

melampaui harapan pengguna layanan. Kepuasan pengguna layanan secara

keseluruhan mempunyai 3(tiga) antecedent atau harapan yaitu:

1. Kualitas yang dirasakan

2. Nilai yang dirasakan

3. Harapan pengguna layanan

Umumnya harapan pengguna layanan merupakan perkiraan akan keyakinan

pengguna layanan tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau menerima

suatu jasa. Sedangkan kinerja yang dirasakanadalah persepsi pengguna layanan

terhadap apa yang ia terima setelah menerima layanan. sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa secara konseptual kepuasan masyarakat dapat digambarkan

(32)

Gambar 2.1

Konsep Kepuasan Masyarakat

Sumber : Rangkuti (2003:45)

Pemerintah sebagai penyedia jasa layanan publik, harus senantiasa

meningkatkan kualitasnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan

publik, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), perlu

disusun indeks kepuasan masyarakat sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat

kualitas pelayanan.

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang tingkat

kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan

kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur

penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan

kebutuhannya (Kepmnen PAN no. 25 tahun 2004)

Berikut dikutip dari Teori Kotler dalam Buchari Alma (2002:231) yang

menyatakan bahwa ada dua indikator penting untuk mengukur tingkat kepuasan Tujuan

Organisasi

Produk Layanan

Nilai Produk Bagi Masyarakat

Tingkat Kepuasan

Kebutuhan Dan Keinginan Masyarakat

(33)

masyarakat selaku konsumen yaitu perceived performance (kinerja pelayanan yang

diberikan) dan expectation (harapan konsumen). Kedua hal tersebut pastinya sangat

berkaitan karena, kinerja yang dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan pasti

diharapkan akan menciptakan kepuasan bagi masyarakat.

Menurut Lupiyoadi (2001:139), terdapat lima faktor utama yang harus

diperhatikan oleh perusahaan dalam menentukan tingkat kepuasan pengguna layanan

yaitu:

1. Kualitas Produk. Penggunan layanan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Pengguna layanan rasional selalu menuntut produk yang berkualitas untuk setiap pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh produk tersebut. Dalam hal ini, kualitas produk yang baik akan memberikan nilai tambah di benak konsumen.

2. Kualitas Pelayanan, kualitas terutama dibidang jasa pengguna layanan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan. Pengguna layanan yang puas akan menunjukkan kemungkinan untuk kembali membeli produk yang sama. Pengguna layanan yang puas cenderung akan memberikan persepsi terhadap produk perusahaan.

3. Emosional, pengguna layanan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau self estern yang membuat pengguna layanan menjadi puas terhadap merk tertentu.

4. Harga, produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pengguna layanannya.

5. Biaya, pengguna layanan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu.

(Lupiyoadi, 2001:139)

Berdasarkan beberapa faktor menurut Lupiyoadi, maka yang harus

(34)

bahwa masyarakat selalu menginginkan produk maupun jasa yang berkualitas, selain

itu kualitas pelayanan yang baik harus selalu dilakukan agar masyarakat merasa

senang ketika melakukan pelayanan. Apabila kualitas barang atau jasa dan kualitas

pelayanan baik, maka akan mampu menimbulkan emosional bagi masyarakat berupa

rasa bangga. Selain itu masyarakat akan merasa senang apabila pelayanan yang

diberikan oleh masyarakat tidak membutuhkan biaya yang mahal atau tidak

memerlukan biaya tambahan.

Ukuran kepuasan masyarakat sebagai consumer produk pelayanan jasa publik

menurut Lovelock dalam Rahayu, 1997:9 dilukiskan dalam the flower of service yang

meliputi information, consultation, undertaking, hospitality, caretaking, exceptions,

billing and payment. Dalam konsep the flower of service itu, Lovelock melukiskan

delapan titik rawan pelayanan dengan delapan kelopak bunga yang disebut dengan

the eight petals on the flower of service. Lebih lanjut Rahayu menjelaskan kedelapan

suplemen pelayanan jasa publik dimaksud sebagai berikut :

1. Information, Pelayanan berkualitas dimulai dari informasi produk jasa yang dibutuhkan pelanggan. Penyediaan saluran informasi yang cepat dan tepat langsung memberikan kemudahan pelanggan memenuhi kebutuhannya.

2. Consultation. Setelah informasi diperoleh, dilakukan konsultasi teknis, harga, prosedur dam kebijakan dengan aparat pelayanan. Untuk itu, harus disiapkan waktu, materi konsultasi, personil dan sarana lainnya secara cepat dan lengkap.

3. Ondertaking, Artinya, setelah pelanggan mendapatkan kepastian pemenuhan kebutuhannya, pelayanan aplikasi dan administrasinya tidak berbelit-belit, harus fleksibel, biaya murah, syarat ringan dan kemudahan pelayanan lainnya.

(35)

5. Caretaking, berarti kemampuan penyesuaian pelayanan terhadap perbedaan background rakyat. Misalnya, rakyat bermobil disediakan tempat parkir, yang tidak bisa menulis atau membaca disediakan cara aplikasi lainnya.

6. Exceptions, dimaksudkan sebagai kemampuan pelayanan untuk bertanggung jawab terhadap klaim rakyat atas produk yang tidak berkualitas dan merugikan, atas kebijakan yang menguntungkan kelompok tertentu dan merugikan kelompok lainnya.

7. Billing, diartikan sebagai administrasi pembayaran pelayanan jasa-publik yang memudahkan rakyat baik formulir, mekanisme pembayaran maupun keakuratan perhitungan.

8. Payment, dimaskudkan sebagai fasilitas pembayaran berdasarkan keinginan rakyat pelanggan baik berupa self service payment, transfer bank, credit card, debet langsung maupun tagihan langsung saat transaksi. Kesemuanya itu harus memudahkan dan sesuai kemampuan daya bayar rakyat.

(Rahayu, 1997:9)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa pelayanan dapat

dimulai dari penyediaan informasi yang dibutuhkan masyarakat, setelah mendapatkan

informasi masyarakat dapat melakukan konsultasi mengenai biaya dan prosedur. Hal

tersebut dilakukan agar masyarakat mendapatkan kepastian mengenai pemenuhan

kebutuhannya, serta kemudahan pelayanan lainnya seperti mendapatkan pelayanan

yang ramah, ruangan yang bersih serta terdapat fasilitas yang layak. Aparatur atau

pihak penyedia layanan tidak boleh membeda-bedakan masyarakat yang ingin

melakukan pelayanan. Aparatur juga dituntut agar bisa bertanggung jawab dengan

pelayanan yang dilakukan. serta memberikan masyarakat memilih cara pembayaran

(36)

2.1.4 Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Masyarakat Kepuasan masyarakat ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang

didapatkan oleh masyarakat selama ia menggunakan beberapa tahapan pelayanan

tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan menimbulkan

persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk tahap pelayanan selanjutnya,

sehingga pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan secara keseluruhan

(Rangkuti, 2002:12). Dengan demikian kepuasan pelanggan merupakan respon

pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan

kinerja yang baik yang dirasakan setelah mendapatkan pelayanan.

Pelayanan yang baik merupakan hak masyarakat, sehingga pelayanan yang

berkualitasakan berdampak positif bagi masyarakat. Untuk itu pelayanan harus

diberikan berdasarkan standar tertentu yang merupakan ukuran atau persayaratan

baku yang harus dipenuhi oleh penyelenggara pelayanan, serta wajib ditaati oleh

pemberi layanan atau pengguna layanan sendiri (masyarakat), karena seperti sudah

dijelaskan sebelumnya bahwa kualitas pelayanan yang baik bertujuan akan

memberikan kepuasan kepada masyarakat.

Hubungan antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan masyarakat, pada

sebuah pelayanan harus mencapai tujuan dari pelayanan adalah memberikan

kepuasan masyarakat pengguna pelayanan tersebut. Oleh karena itu kualitas

pelayanan sangat berpengaruh besar terhadap kepuasan masyarakat.

Hal tersebut senada dengan pendapat Parasuraman 1990 dalam Kotler, 2007 :

(37)

puas, baik saat terjadi suatu proses pelayanan maupun pasca melakukan pelayanan

harus terjadi kepuasan masyarakat.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pelayanan publik semakin penting untuk mendapat perhatian yang sungguh

sungguh karena adanya realitas bahwa masyarakat sering mengeluh dan merasa tidak

puas atas berbagai pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintahan.

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pembenahan terhadap sistem pelayanan

yang selama ini telah dilakukan agar dalam pelaksanaan kedepannya dapat lebih

efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan. Guna memenuhi tuntutan tersebut

kesiapan dan kemampuan aparatur pemerintahan perlu ditingkatkan supaya tujuan

untuk memberikan pelayanan yang maksimal dapat tercapai.

Kepuasan masyarakat merupakan hal yang utama dalam pemberian pelayanan

karena pelayanan yang telah diberikan adalah penentu dari puas atau tidaknya

masyarakat, untuk itu pada instansi seperti Kantor Desa Mandalamekar kualitas

pelayanan sangat penting untuk dikelola karena salah satu faktor yang mempengaruhi

kepuasan masyarakat adalah kualitas pelayanan. Dengan kualitas pelayanan yang

baik tentunya masyarakat khususnya penerima layanan pembuatan SKTM akan

merasa puas dan dengan sendirinya.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan sangat

(38)

maka masyarakat akan merasa puas begitu sebaliknya jika pelayanan yang diberikan

buruk maka masyarakat penerima layanan akan merasa tidak puas.

Gambar 2.2

Model Kerangka Pemikiran

Berdasarkan dari model kerangka pemikiran diatas, tanda panah yang

mengarah pada kotak bagian kanan, berarti menunjukan bahwa kualitas pelayanan

berpengaruh tehadap kepuasan masyarakat. Pada tabel variabel (X) atau variabel

kualitas pelyanan terdiri dari sub variabel yaitu transparansi, akuntabilitas,

kondisional, partisipasif, kesamaan hak, serta keseimbangan. Variabel (X) merupakan

variabel bebas dan berpengaruh pada variabel terikat yaitu variabel (Y) yang terdiri

dari sub variabel kualitas produk, kualitas layanan, emosional, harga serta biaya.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan latarbelakang dan kerangka pemikiran penelitian, maka hipotesis

penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan pembuatan SKTM

terhadap kepuasan masyarakat. VARIABEL (X) KUALITAS PELAYANAN

1. Transparansi 2. Akuntabilitas 3. Kondisional 4. Partisipasif 5. Kesamaan hak 6. Keseimabangan hak

dan kewajiban.

VARIABEL (Y) KEPUASAN MASYARAKAT

1. Kualitas Produk 2. Kualitas Pelayanan 3. Emosional

(39)

3.1 Desain Penelitian

Desain yang akan digunakan oleh peneliti adalah kuantitatif, peneliti

menggunakan penelitian kuantitatif untuk mengolah data-data guna yang

diperoleh dari lokasi penelitian yang sesuai di Kantor Desa Mandalamekar

Kabupaten Bandung, dimana data kuantitatif merupakan data yanga berbentuk

angka atau kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2008:4), Pendekatan kuantitatif

merupakan pencarian data maupun informasi yang berasal dari realitas

permasalahan yang ada dan mengacu pada pembuktian konsep atau teori yang

digunakan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian penelitian

eksplanatori (explanatory research) adalah penelitian yang bertujuan untuk

menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya

atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya, (Umar 1999:36)

dan menginterpretasikan serta menjelaskan data secara sistematis. Dasar

penelitian, yaitu pembagian angket kepada responden yang berisi

pernyataan-pernyataan mengenai hal yang berhubungan dengan penelitian guna memperoleh

data yang obyektif dan valid dalam rangka memecahkan permasalahan yang ada

dalam pelayanan tersebut.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri

atas, obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(40)

benda-benda alam yang lain. Peneliti dapat mengetahui populasi yang nantinya

akan dijadikan sebagai sampel, maka populasi pada penelitian ini adalah

masyarakat miskin Desa Mandalamekar Kecamatan Cimenyan Kabupaten

Bandung yang berjumlah 1615. Populasi ini merupakan populasi terbatas

(terhingga) karena sumber datanya yang jelas, serta jelas batasnya secara

kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya dari masyarakat miskin penerima

layanan pembuatan SKTM. Dilihat dari kompleksitas objek populasi, populasi ini

bersifat homogen yaitu dapat dilihat dari sifat yang dimiliki populasi, memiliki

sifat yang relatif sama satu dengan yang lainnya yaitu sama sama ingin

memdapatkan pelayanan pembuatan SKTM.

Tabel 3.1

Populasi masyarakat Desa Mandalamekar Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.

NAMA RW Jumlah

RW O1 31

RW 02 223

RW 03 92

RW 04 126

RW 05 45

RW 06 104

RW 07 234

RW 08 193

RW 09 103

RW 10 116

RW 11 205

RW 12 43

RW 13 100

TOTAL 1615

(41)

3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2012:81) sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi, apabila dalam melakukan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat

menggunakan sampel, untuk itu sampel yang diambil harus betul-betul

representatif atau mewakili. Untuk itu pengambilan sampel dapat dilakukan

dengan berbagai macam teknik, teknik pengambilan sampel adalah suatu cara

mengambil sampel yang representatif dari populasi.

Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan probability sampling

yaitu teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, dengan cara simple random

sampling artinya cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan

menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota

populasi tersebut, hal tersebut dilakukan karena anggota populasi dianggap

homogen (sejenis) (Riduan, 2011:12), atau memilki tujuan yang sama yaitu

masyarakat miskin desa Mandalamekar yang akan melakukan pelayanan

pembuatan SKTM.

Untuk mengetahui ukuran sample dari populasi yang diketahui jumlahnya,

peneliti menggunakan rumusan Slovin :

n = N

1 + Ne2

Keterangan : n = ukuran sample

(42)

E = kelonggaran atau ketidak telitian karena

kesalahanpengambilan sampel yang dapat

ditolerir misalnya, 2%, 5%, 10%

Sugiono (2012:12)

Pada penelitian ini peneliti mengguanakan batas kesalahan yang ditolerir

sebesar 10%. Alasan peneliti menggunakan rumus slovin adalah karena di dalam

penelitian ini populasi yang diambil oleh peneliti adalah lebih dari 1000 orang,

berikut ini adalah penghitungan sampel dengan menggunakan rumus Slovin

n =

N

(43)

RW 07 234

Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2015

Berdasarkan hasil perhitungan rumus diatas, maka jumlah sampel yang

diteliti dalam penelitian ini adalah berjumlah 93 orang. Jumlah ini menurut

penulis dinilai cukup mewakili dari total populasi tersebut. Dan tehnik penarikan

sampel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah tehnik

probability sampling.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2011:51) Dimana

cara menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi

(44)

3.3.1 Studi Pustaka

Dilakukan dengan cara mempelajari dan melihat berbagai bahan

bacaan seperti buku bacaan, makalah ilmiah, jurnal, dokumen dan

laporan-laporan, termasuk berbagai peraturan yang berkaitan dengan variabel

penelitian. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data sekunder

selain menggunakan angket. Dimaksudkan pula sebagai landasan bagi

analisis dan rumusan teori atau informasi yang berkaitan erat dengan

penelitian yang dilakukan, dan untuk menambah data yang peneliti

perlukan, peneliti mencari dan mengkaji website-website kedua hal

tersebut dari beberapa macam media website diinternet.

3.3.2 Studi Lapangan 3.3.2.1 Observasi

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

observasi non partisipan, karena peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai

pengamat independen di Kantor Desa Mandalamekar Kecamatan

Cimenyan Kabupaten Bandung guna memperoleh gambaran yang tepat

mengenai masalah dan hambatan yang dihadapi serta upaya perbaikan

yang diperlukan. Observasi yang dilakukan oleh peneliti diantaranya

adalah mengamati kegiatan yang berlangsung di lapangan, selain itu

peneliti juga meminta data-data sekunder berupa data kependudukan , data

masyarakat miskin serta data desa lainnya yang berkaitan dengan

(45)

3.3.2.2 Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket

tertutup. Angket digunakan untuk menggali dan dapat mengungkapkan

hal-hal atau informasi yang sifatnya rahasia sehingga data yang lebih

lengkap, akurat dan konsisten.

Pertimbangan utama memilih alat pengumpul data tersebut adalah:

1. Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat

dianalisa dan diolah secara statistik.

2. Dengan alat pengumpul data tersebut sangat memungkinkan

memperoleh data yang objektif.

3. Penelitian dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghemat

waktu, biaya dan tenaga.

Angket ini nantinya akan dibagikan kepada responden, atau

masyarakat miskin penerima SKTM yang sudah dijadikan sampel dalam

penelitian ini. Alasannya adalah untuk melihat dan mengukur bagaimana

kualitas pelayanan yang diberikan oleh aparatur, melalui angket tersebut

nantinya akan terlihat seperti apa pelayanan yang telah dilakukan oleh

aparatur desa tersebut.

3.3.2.3 Dokumentasi

Pengumpulan data menggunakan telaah-telaah dokumen dilakukan

dengan penelusuran terhadap beberapa dokumen yang berkaitan dengan

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Masyarakat
Gambar 2.2 Model Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Populasi masyarakat Desa Mandalamekar Kecamatan Cimenyan
     Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas pelayanan terutama dibandingkan jasa, pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang

1) Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka menunjukan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. 2) Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu

b.) Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan, c.) Emosi,

Dengan demikian karena variabel score CGI-ResB memenuhi persyaratan nilai t positif dan nilai α lebih kecil dari 0,05 sehingga variable ini didukung data untuk mempengaruhi

Tesis ini menganalisa strategi kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia dalam menghadapi pemberlakuan kesepakatan AFTA agar memperoleh kemanfaatan yang sebesar-besarnya

4.  Hitung penambahan investasi awal dan penambahan aliran kas netto dari alternatif dengan investasi terkecil terhadap alternatif dengan investasi terkecil berikutnya, cari IROR

Untuk mengetahui bentuk-bentuk diplomasi yang digunakan oleh Indonesia dalam pencalonannya menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa (DK

1. Pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Kualitas pelayanan atau jasa. Pelanggan akan merasa puas bila