EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN PADA MATERI
ARITMETIKA SOSIAL SISWA SMP
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Ahmad Sakuri NIM. 4101506030
PROGRAM PASCASARJANA
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
tesis.
Semarang, Maret 2008
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. St. Budi Waluyo, M.Si, Ph.D
Drs. Rismono, M.Pd
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Tesis ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang pada
Hari : Rabu
Tanggal : 2 April 2008
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Dr. Ahmad Sopyan, M.Pd Drs. St. Budi Waluya, M.Si., Ph.D NIP 131 404 300 NIP 132 046 855
Penguji I, Penguji II/Pembimbing II,
Prof. Y.L. Sukestiyarno, M.S., Ph.D Drs. Rismono, M.Pd NIP 131 404 322 NIP 132 000 059
Penguji III,
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya
saya sendiri. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, April 2008
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sesungguhnya disamping kesukaran
terdapat pula kemudahan (Q.S. 94 : 5).
Untuk :
Ibu bapakku Solicha dan Carto, istriku
Tri Dyan Wulandari dan anak-anakku
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas rakhmat, taufik dan
hidayah-Nya, serta diiringi doa dan restu dari segenap keluarga, tesis ini telah tersusun
dalam rangka melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Magister
Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika pada Universitas Negeri Semarang.
Penulisan tesis ini tidak akan dapat berjalan sesuai rencana tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. A.T Sugito, SH, MM selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada
penyusun untuk menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang
2. Prof. Y.L Sukestiyarno, Ph.D, selaku mantan Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang selalu
memberikan motivasi dan arahannya
3. Drs. St. Budi Waluya, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang dan dosen
pembimbing I dalam penyusunan tesis ini yang selalu memberikan motivasi
dan bimbingannya.
4. Drs. Rismono, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan
dorongan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.
5. Semua Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri
vii
6. Drs. Tahrudin, MM, selaku Kepala SMP Negeri 19 Tegal, yang telah
memberikan keleluasaan dalam melakukan penelitian.
7. Para guru dan semua siswa kelas VII A, VII B, dan kelas VII D SMP Negeri
19 Tegal.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan pahala atas
kebaikan-kebaikan beliau tersebut, amin.
Mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi dunia pendidikan dan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis,
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi
HALAMAN DAFTAR ISI ... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xii
HALAMAN ABSTRAK ... xii
HALAMAN ABSTRACT ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah ... 5
C. Batasan Operasional ... 6
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 10
ix
A. Teori Belajar ... 12
B. Faktor-Faktor Yang Memungkinkan Terjadinya Belajar ... 15
C. Keaktifan ... 16
D. Ketrampilan Berproses ... 18
E. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 18
F. Hasil Belajar ... 19
G. Pendekatan Pembelajaran Matematika ... 21
H. Pendekatan Konstruktivisme ... 21
I. Belajar Matematika Menurut Paham Konstruktivisme ... 22
J. Evaluasi Pembelajaran Matematika menurut Konstruktivisme .. 23
K. Sintaks Pembelajaran Aritmetika Sosial dengan Pendekatan Konstruktivisme ... 25
L. Compack Disk (CD) Pembelajaran ... 25
L. Pembelajaran Aritmetika Sosial ... 27
M. Kerangka Berpikir ... 28
N. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 31
1. Populasi ... 31
2. Sampel ... 32
3. Variabel Penelitian ... 35
C. Teknik Pengumpulan Data ... 36
D. Instrumen Penelitian ... 37
x
F. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Deskripsi Penelitian ... 52
B. Pengujian Hipotesis ... 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64
BAB V PENUTUP ... 69
A. Simpulan ... 69
B. Saran-saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbedaan Pendekatan Konstruktivisme dengan
Model Konvensional ... 29
Tabel 3.1 Uji Normalitas Sampel ... 33
Tabel 3.2 Uji Homogenitas Sampel ... 34
Tabel 3.3 Rekap Item Soal Valid dan Tidak Valid ... 42
Tabel 3.4 Rekap Analisis Tingkat Kesukaran ... 44
Tabel 3.5 Rekap Daya Pembeda Soal ... 46
Tabel 4.1 Hasil Analisis Hasil Belajar dengan Uji one sample statistics .. 53
Tabel 4.2 Hasil Analisis Keaktifan Siswa dengan Uji one sample statistics ... 53
Tabel 4.3 Hasil Analisis Ketrampilan Berproses Siswa dengan Uji one sample statistics ... 54
Tabel 4.4 Keberartian regresi keaktifan siswa terhadap hasil belajar ... 55
Tabel 4.5 Uji Kelinieran Keaktifan Siswa terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 55
Tabel 4.6 Kontribusi Keaktifan Siswa terhadap Hasil Belajar Kelas Eksperimen... 56
Tabel 4.7 Keberartian Regresi Ketrampilan Berproses Siswa terhadap Hasil Belajar ... 57
xii
Tabel 4.9 Kontribusi Ketrampilan Berproses Siswa terhadap
Hasil Belajar Kelas Eksperimen... 59
Tabel 4.10 Keberartian Regresi Keaktifan dan Ketrampilan Berproses
Siswa terhadap Hasil Belajar ... 60
Tabel 4.11 Uji Kelinieran Keaktifan dan Ketrampilan Berproses Siswa
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 60
Tabel 4.12 Kontribusi Keaktifan dan Ketrampilan Berproses Siswa terhadap
Hasil Belajar Kelas Eksperimen... 62
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ... 74
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 81
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa -1 ... 85
Lembar Kerja Siswa -2 ... 87
Lembar Kerja Siswa -3 ... 90
Lembar Kerja Siswa -4 ... 92
Lampiran 4. Kisi-Kisi Penulisan Soal Kelas Uji Coba ... 94
Lampiran 5. Kisi-Kisi Penulisan Soal Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 95
Lampiran 6. Instrumen Tes Kelas Uji Coba ... 96
Lampiran 7. Instrumen Tes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 101
Lampiran 8. Indikator Instrumen Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Konstruktivisme ... 105
Lampiran 9. Indikator Instrumen Ketrampilan Berproses Siswa dalam Pembelajaran Konstruktivisme... 105
Lampiran 10. Lembar Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa ... 115
Lampiran 11. Lembar Instrumen Pengamatan Ketrampilan Berproses Siswa ... 115
Lampiran 12. Data Nilai Ulangan Blok 1 Semester 1 Tahun Pelajaran 2007/2008 SMP Negeri 19 Tegal ... 117
xiv
Lampiran 14. Tabel Variabel X1 (Keaktifan) ... 119
Lampiran 15. Tabel Variabel X2 (Ketrampilan Proses) ... 120
Lampiran 16. Uji Validitas Butir Soal Uji Coba ... 121
Lampiran 17. Uji Reliabilitas Butir Soal Uji Coba... 122
Lampiran 18. Uji Normalitas ... 123
Lampiran 19. Uji Homogenitas Varian ... 124
Lampiran 20. Uji t Satu Variabel ... 125
Lampiran 21. Uji Regresi Kelas Eksperimen ... 126
xv
ABSTRAK
Sakuri, Ahmad. 2008. Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Berbantuan CD Pembelajaran Pada Materi Aritmetika Sosial Siswa SMP (eksperimen di SMP Negeri 19 Tegal). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, 2008.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat mengantarkan siswa mencapai tuntas belajar pada materi Aritmetika Sosial siswa SMP, 2) Pengaruh keaktifan dan ketrampilan berproses siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran terhadap hasil belajar, 3) Perbedaan hasil belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran konvensional
Populasi penelitian ini kelas VII SMP Negeri 19 Tegal terdiri dari 5 kelas, dengan teknik klaster random sampling diambil 2 kelas yaitu eksperimen kelas VII D dan kontrol kelas VII A. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Penelitian ini variabel bebasnya keaktifan (X1) dan ketrampilan berproses (X2) sedangkan variabel
terikatnya adalah hasil belajar (Y). Pengambilan data digunakan lembar observasi untuk variabel bebas dan tes untuk variabel terikat. Data diolah dengan uji banding t dan uji pengaruh regresi.
Hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) Pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat mengantarkan siswa mencapai tuntas belajar ( keaktifan, ketrampilan berproses, dan hasil belajar), 2) Ada pengaruh pada keaktifan dan ketrampilan berproses siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran terhadap hasil belajar, 3) Hasil belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme lebih baik daripada model pembelajaran konvensional dengan bukti rata-rata hasil tes belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme sebesar 83,10, sedangkan rata-rata hasil tes belajar siswa dengan model konvensional hanya sebesar 64,83.
Jadi, pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat membentuk siswa trampil dalam mengkonstruksi jawaban sendiri dalam menyelesaikan persoalan matematika. Guru disarankan hendaknya pandai dalam memilih model pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi siswa termasuk menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran.
xvi
ABSTRACT
Sakuri, Ahmad. 2008 The Effectiveness of the Constructivism Learning Approach with Learning CD aid on the Social Aritmeti c of SMP Students (An experiment in SMP Negeri 19 Kota Tegal).Thesis. Post Graduate of Universitas Negeri Semarang.
The aims of the research are : 1) The Constructivism Learning Approach with learning CD aid is able to lead the students to achieve the learning mastery on social arithmetic material of SMP student, 2) To know the effect of the students activeness which are taught by the constructivism learning approach with learning CD aid on the study achievement, 3) To know the effect of the process vocational of the students which are taught by the Constructivism Learning Approach with learning CD aid on the study achievement, 4) The study achievement of the students with the Constructivism Learning Approach is much better than those which are taught by the conventional approach.
The advantages of the research theoricall are : 1) As a donation and to broaden the horizon of the teachers in choosing the learning model, 2) To add the various scientific research as the reference of further, research in developing the knowledge, especially mathematics, 3) To add the scientific research can be thinking donation to the teachers of mathematics in improving the learning quality through the Constructivism Learning Approach, 4) The result of the teachers in SMP 19 in doing the teaching – learning process in the classrooms.
The research was done at SMP Negeri 19 Kota Tegal, Jalan S.A. Tirtayasa Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal in the academic year of 2007/2008. The writer used experimental method, with taking a sample of 40 students of grade VII D. The population are the students of grade VII A, B, C, D dan E. The free variable are the activeness, the process vocational, and the kind of the approach (X) dan the bound variable is the result of the study (Y).
From the research we find that : 1) The Constructivism Learning Approach with learning CD aid is able to lead the students to get good achevement, 2) There is a significant effect of the students activeness which are taught by the Constructivism Learning Approach on the study achevement, 3) There is a significant effect of the vocational process of the students taught by the Constructivism Learning Approach on the study achievement, 4) The study achievement with the Constructivism Learning Approach is much better than those who are thaught by conventional approach. We can find that the study achievement of the Constructivism Learning Approach with the average out put 83,10, while the average out put of the students which are taught by the conventional approach only 64,83.
Based on the result of the research, we suggest as follows : 1) To use the Constructivism Learning Approach in teaching learning process to train the students in constructing their own answer to solve the mathematical problems, 2) There is different ability and intelligency, so the teachers should be able to apply or use suitable and acceptable approach, 3) The principle tries to inprove the quality of the teachers by giving a chance to them to join an upgrading, seminars, workshop on learning models supporting the learning, 4) The steakholder’s participation in supporting the inprovement of learning quality at SMP 19 link with good communication orally or written as a suggestion or encouragement to the teachers.
1
A. Latar Belakang
Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang kompleks,
banyak faktor yang ikut mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut di antaranya
adalah guru. Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan
penting dan utama, karena keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
faktor guru.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan banyak dilakukan oleh pemerintah,
baik yang berkenaan dengan peningkatan mutu guru, perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan maupun penyempurnaan kurikulum dan proses pembelajaran.
Peningkatan tenaga pengajar atau guru dan proses pembelajaran dinilai paling
strategis, mengingat peranannya sangat langsung mempengaruhi proses dan hasil
belajar.
Mutu pendidikan di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar yang
dicapai siswa, hasil belajar tersebut sangat ditentukan oleh keefektifan dalam
pembelajaran. Menurut Syah (2003), bahwa tingkat efektivitas pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh perilaku pendidik dan perilaku peserta didik. Indikator perilaku
pendidik yang efektif antara lain : mengajar dengan jelas, menggunakan variasi
model pembelajaran, menggunakan variasi sumber belajar, antusiasme,
memberdayakan peserta didik, menggunakan konteks (lingkungan) sebagai sarana
pembelajaran, menggunakan jenis penugasan dan pertanyaan yang
peserta didik mencakup antara lain motivasi belajar, keseriusan, perhatian,
pencatatan, pertanyaan, senang melakukan latihan, dan sikap belajar yang positif.
Salah satu upaya peningkatan mutu proses pembelajaran matematika di
sekolah, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang Sekolah Menengah
Atas (SMA) perlu dicari model pembelajaran yang cocok dengan keadaan di
Indonesia. Berbagai model itu didasarkan pada teori yang sekarang sedang
berkembang dan telah memberikan hasil di beberapa negara yang menggunakannya.
Menurut Depdiknas (2001), bahwa penjabaran kurikulum diserahkan sepenuhnya
kepada sekolah atau guru, sehingga dituntut profesionalisasi guru termasuk dalam
menentukan alternatif model pembelajaran yang bervariasi.
Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar di SMP Negeri 19 Kota Tegal
sejak tahun 2001 sampai sekarang, sekitar 55% siswa kelas VII SMP Negeri 19
Tegal merasakan materi aritmetika sosial sebagai materi yang cukup sulit karena
banyak hitungan dan rumus yang harus dihafalkan. Kecenderungan siswa tidak bisa
mengikuti "jelas alur cerita" yang diberikan guru dengan metode ceramah di depan
kelas karena banyak istilah maupun simbol yang tidak dipahami oleh siswa.
Mengubah paradigma pembelajaran aritmetika sosial dari paradigma mengajar ke
dalam paradigma belajar.
Menurut Marpaung (2004), ada lima perubahan, yaitu : 1) Peran siswa
harus diubah, dari penerima yang pasif menjadi pelaku yang aktif, 2) Peran guru
harus berubah dari pengajar yang aktif menjadi fasilitator, 3) Kondisi belajar harus
berubah dari situasi yang tegang menjadi situasi yang sedapat mungkin
menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan, 5) Karena matematika itu abstrak
namun penting dan sangat berguna dalam kehidupan nyata, siswa harus dapat
melihat makna matematika dalam pembelajaran. Bila siswa dapat melihat bahwa apa
yang dipelajari dalam aritmetika sosial dapat membantu mengatasi masalah hidupnya,
maka memungkinkan siswa tertarik untuk mempelajarinya.
Menyadari hal itu maka dipandang perlu dalam dunia pendidikan
dewasa ini untuk kembali pada pemikiran, bahwa anak akan belajar lebih baik
jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika
anak “mengalami” sendiri apa yang dialami bukan “mengetahui” saja. Menurut
Nurhadi (2004), pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi ternyata
berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal membekali anak
memecahkan persoalan jangka panjang.
Salah satu landasan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah filsafat
konstruktivisme, yang mengatakan bahwa pengetahuan itu dikonstruksi oleh yang
mengetahui (Suparno,1997). Pembelajaran matematika pada kurikulum tingkat
satuan pendidikan mengisyaratkan sebuah perubahan mendasar dalam proses
pembelajaran yang semula berpusat pada guru dialihkan pada dinamika siswa
belajar, dengan demikian guru memiliki peluang dan keleluasaan untuk dapat
mengembangkan kreatifitasnya dalam menyusun model pembelajaran.
Menurut Tim MKPBM UPI (2001), pendekatan konstruktivisme
menekankan kepada pembelajaran yang senantiasa problem centered approach
dimana guru dan siswa terikat dalam pembelajaran yang memiliki makna. Masih
sehingga guru dalam melakukan pembelajaran tidak menggunakan pendekatan
pembelajaran konstruktivisme. Akibatnya pengetahuan yang dimiliki siswa menjadi
tidak berkembang dan terisolasi, padahal dalam pembelajaran konstruktivisme siswa
secara individual dan secara aktif mengkonstruksi realitas dari apa yang dialaminya.
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang
umumnya dilaksanakan di sekolah saat ini, yang menggunakan urutan kegiatan
pembelajaran uraian, contoh dan latihan (Wibawa, 1999). Model konvensional
merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan mengkombinasikan
bermacam-macam model pembelajaran. Model pembelajaran konvensional ini
berpusat pada guru (teacher centered) atau guru lebih banyak mendominasi kegiatan
pembelajaran. Metode pembelajaran yang dilakukan berupa metode ceramah,
pemberian tugas dan tanya jawab.
Dengan kemajuan teknologi komputer maka dapat dirancang suatu
pendekatan pembelajaran konstruktivisme dengan memanfaatkan komputer sebagai
alat bantu dalam pembelajaran. Melalui bantuan komputer khususnya yang dikemas
dalam CD pembelajaran matematika, siswa memperoleh kemudahan dalam
mengkonstruksi jawaban sendiri dalam menyelesaikan permasalahan matematika.
Waktu yang biasanya habis digunakan untuk menghitung dapat digunakan untuk
mengkaji hasil perolehan dari perhitungan komputer, dan mendalami masalah
secara lebih baik sehingga siswa dapat memunculkan ide kreatif dalam
menyelesaikan masalah matematika yang lebih rumit. Pendekatan pembelajaran
sendiri secara lebih baik diharapkan siswa mempunyai kemampuan mengkonstruksi
jawaban dapat meningkat.
Berdasarkan uraian di atas mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian tentang “Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
Berbantuan CD Pembelajaran Pada Materi Aritmetika Sosial Siswa SMP.”
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.
1. Masih rendahnya mutu proses belajar mengajar untuk mencapai kelulusan yang
berkualitas, terbukti pada Ujian Nasional tahun pelajaran 2006/2007 jumlah
siswa SMP Negeri 19 Kota Tegal yang lulus untuk mata pelajaran matematika
sebesar 85%.
2. Pembelajaran matematika di kelas pada umumnya guru mendominasi proses
belajar mengajar dengan menerapkan model klasikal, ceramah dan siswa
menerima pelajaran secara pasif.
3. Masih sulitnya siswa memahami konsep-konsep matematika dengan kurang
tepatnya model pembelajaran matematika yang dipilih, terbukti ketika Ujian
Akhir Semester tahun pelajaran 2006/2007 dari 215 siswa kelas VII SMP Negeri
19 Kota Tegal untuk ulangan harian aritmetika sosial yang lulus hanya sebesar
C. Batasan Operasional
Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda serta mewujudkan
kesatuan pandangan dan pengertian yang berhubungan dengan tesis ini, maka perlu
diberikan batasan operasional sebagai berikut :
1. Keaktifan
Menurut Sriyono (1991:75), yang dimaksud dengan keaktifan di sini adalah pada
waktu mengajar guru harus mengusahakan agar siswanya aktif, jasmani maupun
rokhani.
2. Ketrampilan Proses
Menurut Syah (2003:109), proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus
yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil
tertentu. Ketrampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang
kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk
mencapai hasil tertentu. Jadi, ketrampilan proses dalam pembelajaran adalah
suatu kecakapan yang diperoleh akibat langkah-langkah strategi pembelajaran
sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
3. Hasil belajar
Hasil adalah sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan, dsb oleh usaha (Anonim,
2001:391). Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Anonim,
2001:17). Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh karena suatu usaha
hasil belajar yang diamati pada ranah kognitif yang datanya diambil dengan
metode tes.
4. CD Pembelajaran
Compack Disk (CD) adalah salah satu bentuk multimedia yang merupakan
kombinasi antara beberapa media : teks, gambar, video dan suara sekaligus dalam
satu tayangan tunggal (Wibawanto, 2004:2). Jadi, CD pembelajaran adalah suatu
alat multimedia berupa keping CD yang dapat digunakan sebagai alat bantu
dalam proses pembelajaran.
5. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan pembelajaran konstruktivisme adalah suatu pendekatan pembelajaran
dimana para siswa dilatih untuk mengkonstruksi jawaban soal matematika
berdasarkan pengetahuan yang berada dalam diri mereka sendiri (Tim MKPBM
UPI, 2001).
6. Efektif
Efektif yang dalam bahasa inggrisnya adalah effective artinya berhasil, tepat atau
manjur (Purwodarminto,1993). Sedangkan efektivitas berarti keberhasilan atau
ketepatan, sehingga pembelajaran itu dikatakan efektif kalau usaha tersebut
mencapai. Dalam penelitian ini yang dimaksud efektif adalah bila:
a. Pendekatan konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat
menghantarkan siswa tuntas belajar dalam hasil belajar, keaktifan dan
b. Keaktifan dan ketrampilan berproses berpengaruh positif terhadap hasil
belajar siswa yang diajar dengan pendekatan konstruktivisme berbantuan CD
pembelajaran.
c. Hasil belajar dari kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol.
7. Ketuntasan Belajar
Tuntas berarti selesai secara meyeluruh (Anonim, 2001). Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ketuntasan belajar meliputi aspek kognitif,
psikomotorik dan afektif (Depdiknas, 2003). Belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman (Anonim, 2001:17). Jadi ketuntasan belajar adalah
perolehan secara menyeluruh kepandaian atau ilmu (kognitif, psikomotorik, dan
afektif) lewat suatu usaha. Ketuntasan belajar dapat diamati dengan cara
membandingkan hasil belajar siswa yang pengambilan datanya berasal dari
metode tes. Jika hasil belajar siswa lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM), maka siswa disebut tuntas belajar. Jika hasil belajar siswa
kurang dari KKM maka siswa dikatakan tidak tuntas belajar.
8. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Lembaran kegiatan biasanya berupa petunjuk,
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan
dicapai. Lembar Kerja Siswa berstruktur adalah LKS yang dirancang untuk
sama sekali tanpa bantuan untuk mencapai sasaran yang dituju dalam
pembelajaran itu (Depdiknas, 2004:18).
Oleh karena luasnya permasalahan yang teridentifikasi, maka penelitian
dibatasi pada Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Berbantuan CD
Pembelajaran pada Materi Aritmetika Sosial kelas VII SMP Negeri 19 Tegal tempat
peneliti mengajar.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Apakah dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD
pembelajaran dapat mengantarkan siswa mencapai tuntas belajar pada materi
aritmetika sosial siswa SMP ?
2. Apakah keaktifan siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran berpengaruh positif terhadap hasil
belajar ?
3. Apakah ketrampilan berproses siswa yang diajar dengan pendekatan
pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran berpengaruh positif
terhadap hasil belajar ?
4. Apakah hasil tes belajar siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran lebih baik daripada yang diajar
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat
mengantarkan siswa mencapai tuntas belajar pada materi aritmetika sosial siswa
SMP.
2. Besarnya pengaruh keaktifan siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran terhadap hasil belajar.
3. Besarnya pengaruh ketrampilan berproses siswa yang diajar dengan pendekatan
pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran terhadap hasil
belajar.
4. Apakah hasil belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme
berbantuan CD pembelajaran lebih baik daripada dengan model pembelajaran
konvensional.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, adalah
sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah:
a. Sebagai sumbangan pada pengembangan pengetahuan tentang
pembelajaran matematika, terutama dalam upaya meningkatkan hasil tes
b. Menambah wawasan baru yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengembangkan penelitian lanjutan dalam proses
belajar mengajar.
c. Menambah khazanah karya ilmiah dalam metode pembelajaran pada mata
pelajaran matematika.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi para guru,
khususnya guru matematika untuk meningkatkan kualitas
pembelajarannya melalui pembelajaran bervariatif.
b. Efektifitas pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat meningkatkan
motivasi dan keaktivan siswa sehingga ketrampilan siswa dalam
mengerjakan soal-soal matematika dan hasil tes belajarnya akan
meningkat
c. Memberikan acuan dan alternatif kepada guru-guru SMP khususnya
guru-guru SMP Negeri 19 Kota Tegal dalam menyelenggarakan proses
12
KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
A. Teori Belajar
Banyak pengertian belajar telah dikemukakan para ahli Menurut Gagne
(1970), bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa
kapabilitas yang meliputi keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari : 1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan
2) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002).
Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga ciri utama belajar, yaitu proses,
perubahan perilaku, dan pengalaman.
a. Proses
Istilah belajar itu sendiri proses perubahan sikap dan perilaku setelah terjadinya
interaksi dengan sumber belajar, yaitu dari belum mampu menjadi mampu, dari
belum terdidik menjadi terdidik, dari belum kompeten menjadi kompeten.
Sedangkan sumber belajar ini dapat berupa buku. Guru, sesama teman, dan
lingkungan.
b. Perubahan tingkah laku
Hasil belajar berupa perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar
dikelompokkan ke dalam tiga ranah (kawasan), yaitu pengetahuan (kognitif),
keterampilan motorik (psikomotor), dan nilai-nilai atau sikap (afektif).
c. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara
(buku, alat peraga, alam sekitar) maupun lingkungan sosial (guru, siswa,
pustakawan, kepala sekolah).
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli.
Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian, keaktifan, keterlibatan langsung,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual (Dimyati
dan Mudjiono, 2002).
1. Perhatian
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam belajar. Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai
suatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya.
2. Keaktifan
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu
beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati
sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Contoh kegiatan psikis, misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang
dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu
konsep dengan yang lain, menyimpulkan percobaan, dan kegiatan psikis yang
3. Keterlibatan langsung
Belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. Guru bertindak sebagai fasilitator dan
pembimbing (Sriyono, 1991).
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan dikemukakan oleh teori
Psikologi Daya. Psikologi Daya menyatakan bahwa belajar adalah melatih
daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya-daya mengamat, menanggap,
mengingat, menghayal, merasakan, dan berpikir. Daya-daya tersebut akan
berkembang apabila dilakukan pengulangan. Seperti halnya pisau yang selalu
diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan
pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.
5. Tantangan
Situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan, yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk
mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai maka ia
akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Bahan
belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah perlu dipecahkan membuat
6. Balikan dan penguatan
Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh baik bagi usaha belajar yang selanjutnya (Hudoyo, 1988).
7. Perbedaan individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang
sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan
invidual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya perbedaan
individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Pembelajaran
yang bersifat klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki
dengan beberapa cara, antara lain penggunaan metode atau strategi belajar
mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dapat
terlayani. Juga penggunaan media instruksional akan membantu melayani
perbedaan-perbedaan siswa dalam cara belajar (Suwarsono, 2002).
B. Faktor-Faktor yang Memungkinkan Terjadinya Belajar
Banyak faktor yang memungkinkan terjadinya belajar (Dimyati dan
Mudjiono,2002:247) menyatakan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya
belajar adalah sebagai berikut.
a. Faktor Intern yang dialami siswa dan dihayati oleh siswa meliputi : 1) sikap
terhadap belajar, 2) motivasi belajar, 3) konsentrasi belajar, 4) kemampuan
6) kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, 7) kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar, 8) rasa percaya diri siswa, 9) intelegensi dan
keberhasilan belajar, 10) kebiasaan belajar, dan 11) cita-cita siswa. Faktor-faktor
interen ini akan menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat menghasilkan tindak
belajar yang menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
b. Faktor Ekstern belajar meliputi : 1) guru sebagai pembina belajar, 2) prasarana dan sarana pembelajaran, 3) kebijakan penilaian, 4) lingkungan sosial siswa di
sekolah, dan kurikulum sekolah. Dari segi guru sebagai pembelajar maka peranan
guru dalam mengatasi masalah-masalah ekstern belajar merupakan prasyarat
terlaksananya siswa dapat belajar.
C. Keaktifan
Banyak cara untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran, misalnya
praktek dan belajar dari orang-orang yang memiliki banyak pengalaman dan sukses
dalam menjalankan tugas kewajiban yang mulia. Mengetahui asas-asas didaktik
(dasar-dasar mengajar) dan melaksanakan sebaik-baiknya juga merupakan salah satu
kunci keberhasilan dalam interaksi pembelajaran. Keaktifan merupakan salah satu
dari 9 dasar-dasar mengajar.
Menurut Sriyono (1991:75), yang dimaksud dengan keaktifan di sini adalah
suatu kondisi dalam pembelajaran dimana guru harus mengusahakan agar
murid-muridnya aktif, jasmani maupun rokhani. Keaktifan jasmani maupun rokhani
a. Keaktifan indera.
Para siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik
mungkin.
b. Keaktifan akal
Akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah,
mempertimbangkan, menyusun pendapat, dan mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan
Pada waktu pembelajaran, siswa harus aktif menerima bahan pengajaran yang
disampaikan oleh guru, dan kemudian menyimpannya dalam otak, dan pada
suatu saat siswa siap dan mampu mengutarakan kembali.
d. Keaktifan emosi
Siswa hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya, karena
sesungguhnya mencintai pelajaran akan menambah hasil belajar siswa.
Keaktifan siswa dalam mencoba atau mengerjakan sesuatu amat besar
artinya dalam pendidikan dan pembelajaran. Percobaan-percobaan yang ia lakukan
akan memantapkan hasil belajarnya serta akan menjadikannya rajin, tekun, tahan uji,
dan percaya pada diri sendiri. Ia mempunyai rasa optimis dalam menghadapi hidup.
Dewey (dalam Sriyono,1991), mengemukakan pendidikan adalah proses
pengalaman. Tiap pengalaman positif maupun negatif pasti berguna bagi anak,
karena berdasarkan pengalaman ia akan dapat membentuk pengertian dan pendapat,
mengambil keputusan, bersikap tepat dan memiliki ketrampilan belajar, bekerja dan
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa
sangat besar pengaruhnya dalam mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Indikator keaktifan siswa dapat dilihat pada halaman 34, lampiran 13.
D. Ketrampilan Berproses
Menurut Syah (2003:109), proses berarti cara-cara atau langkah-langkah
khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya
hasil-hasil tertentu. Ketrampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku
yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk
mencapai hasil tertentu. Ketrampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik
melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.
Jadi ketrampilan berproses dalam pembelajaran adalah suatu kecakapan
yang diperoleh akibat langkah-langkah strategi pembelajaran sehingga terjadi
perubahan tingkah laku positif. Indikator ketrampilan berproses dapat dilihat pada
halaman 35.
E. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan tanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai
oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja
operasional yang terukur dan dapat terobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar
F. Hasil Belajar
Winkel (1999:34), berpendapat bahwa hasil belajar merupakan bukti
keberhasilan yang telah dicapai seseorang di mana setiap kegiatan belajar dapat
menimbulkan suatu perubahan yang khas, sedangkan prestasi belajar (achievement)
adalah tingkat kemampuan seseorang siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang
telah diajarkan kepadanya (Depdikbud,1999). Jadi, dari dua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa, hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak seseorang siswa,
sedangkan prestasi belajar adalah tingkat kemampuan seseorang siswa, baik aspek
pengetahuan maupun keterampilan.
Belajar merupakan suatu perubahan dalam disposisi (watak) atau
kapabilitas (kemampuan) manusia yang berlangsung selama jangka waktu tertentu,
dan tidak sekedar menganggapnya sebagai proses pertumbuhan. Pandangan Bruner,
belajar didefinisikan sebagai suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk
menemukan hal-hal baru di luar (melebihi) informasi yang diberikan kepada dirinya
(Suwarsono, 2002:25).
Menurut Hudoyo (1988:144), dalam belajar terjadi proses berfikir, yaitu
melakukan kegiatan mental dan dalam kegiatan itu tersusun hubungan-hubungan
antara bagian-bagian informasi yang diperoleh sebagai pengertian untuk dipahami
kemudian menguasai hubungan-hubungan itu, menampilkan penguasaan bahan
pelajaran yang dipelajari.
Hasil belajar dalam pandangan Sujana (1990:20), adalah
perubahan sikap dan prilaku akan terlihat dalam perubahan kebiasaan, ketrampilan,
pengamatan, sikap dan kemampuan.
Menurut Soedijarta (1993:49), bahwa hasil belajar merupakan tingkatan
penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar
sesuai dengan pendidikan yang ditetapkan. Setiap pelajar memiliki cara tersendiri
untuk mengerti, memiliki cara yang cocok untuk mengkonstruksi pengetahuannya
yang terkadang sangat berbeda dengan teman-teman yang lain.
Dari beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki para siswa setelah ia menerima
pengalaman belajar, yang merupakan tingkatan penguasaan yang dicapai oleh siswa.
Setiap siswa mempunyai kemampuan sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuan
sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Perbedaan tingkat intelektual, sosial, dan emosional termasuk kultur akan
banyak mempengaruhi pemahaman mereka, oleh karena itu sangat penting untuk
dimengerti para guru bahwa latar belakang dan pengertian awal yang dibawa siswa
akan membantu dalam memajukan dan mengembangkan pengetahuan yang ilmiah
yang berpengaruh pada kualitas hasil pembelajaran. Kualitas pendidikan sebagai
hasil dari adanya proses pembelajaran sering dikaitkan pula dengan kualitas guru.
Guru sebagai salah satu komponen penting dalam pembelajaran menjadi faktor
dominan bagi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga upaya meningkatkan kualitas
pendidikan harus didukung dengan kualitas guru. Kualitas mengandung makna
ataupun jasa, dalam dunia pendidikan kualitas berarti mengacu kepada proses dan
hasil pembelajaran (Widodo, 2005:2).
G. Pendekatan Pembelajaran Matematika
Ruseffendi (1988:240), mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran
adalah suatu jalan, cara atau kebijakan yang ditempuh guru atau siswa dalam
pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses atau materi
pembelajaran itu, umum atau khusus dikelola. Sedangkan Suherman (1994: 220)
menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan suatu konsep atau prosedur
yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sementara itu Soedjadi (1999:102), membedakan pendekatan
pembelajaran matematika menjadi dua, sebagai berikut.
1. Pendekatan materi (material approach), yaitu proses penjelasan topik
matematika tertentu menggunakan materi matematika lain.
2. Pendekatan pembelajaran (teaching approach), yaitu proses penyampaian atau
penyajian topik matematika tertentu agar mempermudah siswa memahaminya.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran adalah suatu cara, jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa melalui
suatu prosedur atau konsep-konsep untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas.
H. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan ini secara radikal berbeda dengan pendekatan tradisional
konstruktivis, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri
mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan lainnya,
berfikir secara kritis tentang cara terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah (Tim
MKPBM UPI, 2001)
Meskipun konstruktivisme merupakan teori belajar, namun berdasarkan
teori belajar ini, implikasinya dalam pembelajaran matematika dapat disusun.
Beberapa prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme diantaranya
bahwa observasi dan mendengar aktivitas matematika siswa adalah sumber yang
kuat dan petunjuk untuk mengajar, untuk kurikulum, untuk cara-cara dimana
perumbuhan pengetahuan siswa dapat dievaluasi. Lebih jauh dikatakan bahwa dalam
konstruktivisme aktivitas matematika mungkin diwujudkan melalui tantangan
masalah, kerja kelompok kecil dan diskusi kelas menggunakan apa yang ‘biasa’
muncul dalam materi kurikulum kelas ‘biasa’. Dalam konstruktivisme
pembelajarannya senantiasa “problem centered approach” dimana guru dan siswa
terikat dalam pembicaraan yang memiliki makna matematika. Beberapa ciri
itulah yang akan mendasari pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme (Tim
MKPBM UPI, 2001).
I. Belajar Matematika menurut Paham Konstruktivisme
Konsep pembelajaran konstruktivis didasarkan kepada kerja akademik
para ahli psikologi dan peneliti yang peduli dengan konstruktivisme. Menurut Wood
menyelesaikan tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan matematika dikonstruksi
secara aktif.
Menurut Cobb (dalam TIM MKPBM UPI, 2001), mengatakan bahwa
dari perspektifnya konstruktivis, belajar matematika bukanlah suatu proses
‘pengepakan’ pengetahuan secara hati-hati, melainkan mengorganisir aktivitas,
dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas termasuk aktivitas dan berfikir
konseptual. Belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan matematika.
J. Evaluasi Pembelajaran Matematika menurut Konstruktivisme
Untuk mendeskripsikan evaluasi pembelajaran, perlu diklarifikasi
seberapa bedakah antara assesmen dan evaluasi. Menurut Webb (dalam Tim
MKPBM UPI, 2001), evaluasi dalam pendidikan adalah suatu investigasi sistematis
tentang nilai atau merit tentang suatu tujuan. Termasuk di dalam suatu evaluasi
adalah kumpulan bukti-bukti secara sistematis untuk membantu membuat keputusan
tentang : 1) siswa belajar; 2) pengembangan materi, 3) program.
Wood (dalam Tim MKPBM UPI, 2001), mengemukakan bahwa
assesmen dianggap sebagai penyediaan suatu pertimbangan komprehensif dari suatu
fungsi individu di dalam melukiskan rasa paling luas dalam berbagai bukti baik
kualitatif maupun kuantitatif dan karenanya sampai kepada pengujian ketrampilan
kognitif dengan teknik paper-pencil untuk sejumlah orang. Sedangkan Webb (dalam
Tim MKPBM UPI, 2001), mengatakan bahwa assesmen adalah proses penentuan
yaitu pengecekan apakah siswa memahami, mendapatkan umpan balik dari siswa,
kemudian menggunakan informasi ini untuk membimbing pengembangan
pengalaman belajarnya. Meskipun ada perbedaan pengertian antara evaluasi dan
assesmen yang dimaksudkan di sini adalah cara guru mengakses prestasi siswa
belajar matematika.
Jacobsen (dalam Tim MKPBM UPI, 2001), mengidentifikasi tahap
ketiga dari pembelajaran adalah evaluasi. Disini guru mencoba mengumpulkan
informasi yang dapat digunakan untuk menentukan apakah pembelajarannya telah
sukses? Apa yang semestinya guru lakukan untuk mengukur konsep pemahaman
matematika? Bagaimana guru akan mengetahui bahwa siswanya telah mengetahui
matematika? Dalam assesmen pengetahuan matematika siswa mestinya
mendapatkan data kemampuan hitung siswa; yang juga harus memasukkan tentang
pengetahuan siswa pada konsep matematika, prosedur matematika, dan kemampuan
problem solving, reasoning, dan komunikasi (Tim MKPBM UPI, 2001).
Dari pendapat para ahli di atas, pendekatan pembelajaran
konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang inovatif dengan menggunakan CD pembelajaran
sebagai alat bantu atau media pembelajaran yang dapat menampilkan permasalahan
realitas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diharapkan siswa merasa
senang, tidak bosan dengan dibantu LKS agar siswa bertambah aktif dalam
K. Sintaks Pembelajaran Aritmetika Sosial dengan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme.
No Kegiatan Waktu
1.
2.
3.
Pendahuluan : • Absensi
• Apersepsi/motivasi
• Membahas pekerjaan rumah
Kegiatan Inti : • Pengembangan 1
a. Dengan menggunakan Komputer, Laptop, dan CD Pembelajaran, guru menerangkan langkah-langkah penyelesaian aritmetika sosial.
b. Siswa mengerjakan soal-soal aritmetika sosial pada LKS yang telah dibagikan guru sebelumnya.
• Pengembangan 2
a. Guru mengorganisasikan siswa untuk membuat kelompok yang terdiri 5 – 6 siswa.
b. Setiap kelompok berdiskusi untuk mengerjakan soal yang ada dalam LKS.
c. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. d. Guru memandu jalannya diskusi dan memberi
penilaian.
Penutup
• Guru memandu siswa membuat rangkuman
• Guru memberikan PR kepada siswa.
10’
15’
40’
15’
L. Compack Disc (CD) Pembelajaran
Teknologi komputer adalah teknologi yang berhubungan dengan
komputer, termasuk peralatan-peralatan yang berhubungan dengan komputer seperti
printer, pembaca sidik jari dan bahkan CD-ROM. Komputer adalah mesin serbaguna
yang dapat dikontrol oleh program, digunakan untuk program, mengolah data
mengendalikan komputer sehingga komputer dapat melakukan tindakan sesuai yang
dikehendaki pembuatnya.ICT Center LPMP Jateng (dalam Tutang, 2004).
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
berkembang pula jenis-jenis media pembelajaran yang lebih menarik dan dapat
digunakan di sekolah. Salah satunya adalah media pembelajaran yang berbentuk CD
(Nuriana, 2006). Compack Disk (CD) adalah salah satu bentuk multimedia yang
merupakan kombinasi antara beberapa media : teks, gambar, video dan suara
sekaligus dalam satu tayangan tunggal (Wibawanto, 2004:2).
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan CD pembelajaran adalah
suatu alat multimedia berupa keping CD yang dapat digunakan sebagai alat bantu
dalam proses pembelajaran.
Adapun langkah-langkah pembuatan CD pembelajaran adalah
:menentukan materi pembelajaran, menentukan standar kompetensi, menentukan
kompetensi dasar, menentukan indikator, membuat petunjuk kerja, menentukan
kegiatan yang dilakukan siswa dan membuat pertanyaan yang harus dikerjakan
siswa.
Dengan adanya fasilitas pembelajaran berupa CD pembelajaran, siswa
dapat belajar mandiri melalui CD pembelajaran yang didalamnya berisi materi
aritmetika sosial dan dilengkapi dengan contoh-contoh soal, latihan-latihan soal
mandiri. Dengan demikian mereka dapat belajar mengkonstruksi jawaban mereka
sendiri atas permasalahan matematika melalui membaca CD pembelajaran yang
M.Pembelajaran Aritmetika Sosial
Pada penelitian ini memilih materi pokok aritmetika sosial karena materi
tersebut erat hubungannya dengan penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari.
Adapun standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikatornya sebagai berikut:
1. Standar Kompetensi
Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier satu
variabel, perbandingan dan aritmetika sosial dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial yang
sederhana.
3. Indikator
a. Menghitung nilai keseluruhan
b. Menghitung nilai per unit
c. Menghitung nilai sebagian
d. Menghitung besar laba
e. Menghitung persentase laba
f. Menghitung besar rugi
g. Menghitung harga jual
h. Menghitung harga beli
i. Menghitung rabat
N. Kerangka Berpikir
Pendekatan pembelajaran konstruktivisme merupakan salah satu alternatif
jawaban yang dapat diupayakan oleh guru dalam proses pembelajaran bagi siswa,
oleh karena pendekatan konstruktivisme mampu melatih cara berfikir dan bernalar
dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah, dan mampu mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi (Tim MKPBM UPI, 2001).
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang
dijabarkan dengan pemakaian metode yang bervariasi dalam pelaksanaannya.
Pendekatan pembelajaran yang berbeda akan menghasilkan belajar yang berbeda
pula, sehingga akan dapat dibandingkan pendekatan pembelajaran mana yang
menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Pendekatan konstruktivisme dalam
penerapannya siswa dituntut aktif dalam pembelajaran matematika, dalam proses
pembelajaran apabila dilaksanakan secara kelompok, maka setiap siswa mempunyai
kesempatan saling memberi dan menerima pengetahuan dalam memahami materi
pelajaran, sehingga terjadi proses pembelajaran yang komunikatif (Tim MKPBM
UPI, 2001).
Pendekatan pembelajaran konstruktivisme memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertindak secara aktif mencari jawaban atas masalah yang
dihadapi dan berusaha memeriksa, mencari dan menyimpulkan sendiri secara logis,
kritis, analitis dan sistematis. Cara ini akan mendorong siswa untuk meningkatkan
senang hati akan berusaha memperdalam pengetahuan secara mandiri (Tim
MKPBM UPI, 2001).
Sementara model konvensional siswa menerima pelajaran secara pasif,
dari ceramah yang diberikan guru untuk kemudian melakukan peningkatan
pemahaman melalui tugas-tugas yang diberikan guru. Untuk pendekatan
konvensional lebih menekankan pada penyampaian informasi pembelajaran kepada
siswa sesuai dengan rancangan materi pelajaran secara utuh dari guru. Kondisi
tersebut menimbulkan rasa bosan, masa bodoh dan merasa malas dalam mengiri
pelajaran yang pada akhirnya hasil belajar siswa rendah.
Kelebihan dan kekurangan pendekatan konstruktivisme dan model
[image:45.842.228.648.435.686.2]konvensional dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan konstruktivisme dengan model konvensional
Pendekatan Konstruktivisme Model Konvensional
a.
b.
c.
d.
e.
Siswa bisa mengkonstruksi
jawaban soal sendiri
Penanaman konsep lebih kuat
Pembelajaran berpusat pada siswa
Siswa bisa kreatif dan inisiatif
dalam penyelesaian soal
Suasana kelas aktif, ide-ide
muncul dalam pembelajaran siswa a.
b.
c.
d.
e.
Siswa lemah dalam mengkonstruksi
jawaban soal
Penanaman konsep lemah
Pembelajaran berpusat pada guru
Siswa kurang kreatif dan inisiatif
dalam penyelesaian soal
Suasana kelas pasif, ide-ide tidak
banyak muncul
Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan
O. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka hipotesis dapat
diajukan sebagai berikut.
1. Ha = Pendekatan konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat
mengantarkan siswa mencapai tuntas belajar pada materi aritmetika
sosial siswa SMP.
2. Ha = Keaktifan siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran berpengaruh positif
terhadap hasil belajar.
3. Ha = Ketrampilan berproses siswa yang diajar dengan pendekatan
pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran
berpengaruh positif terhadap hasil belajar.
4. Ha = Hasil belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme
berbantuan CD pembelajaran lebih baik daripada model pembelajaran
31
A. Tempat dan Waktu Penelitian.
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 19 Tegal, Jalan Sultan Ageng Tirtayasa
Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal Tahun Pelajaran
2007/2008.
2. Waktu Penelitian
Proses penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat selesai dalam waktu 6
bulan, pada semester I tahun pelajaran 2007/2008 yaitu bulan Juli sampai dengan
Desember 2007.
3. Jenis Pene1itian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen untuk melihat ketuntasan belajar
siswa, seberapa besar pengaruh keaktifan dan ketrampilan berproses dalam
pendekatan konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran terhadap hasil belajar
siswa serta perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan
konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dengan hasil belajar siswa yang
diajar pembelajaran konvensional.
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002:57). Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa ke1as VII SMP Negeri 19 Tegal Tahun Pe1ajaran
2007/2008 dengan jumlah seluruhnya 200 siswa yang terbagi ke dalam lima kelas
yaitu kelas VII A, VII B, VII C, VII D, dan VII E.
2. Sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster
random sampling, yaitu memilih dua kelas dari lima kelas yang ada secara random.
Satu kelas untuk kelas eksperimen dan satu kelas lainnya untuk kelas kontrol. Dari
dua kelas tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, untuk kelas eksperimen diajar
dengan pendekatan konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran, sedangkan kelas
kontrol diajar dengan model konvensional.
Dalam penentuan sampel dilakukan :
a. Uji Normalitas
Langkah awal untuk menganalisis data adalah menguji kenormalan
distibusi sampel. Untuk keperluan pengujian diadakan penghitungan frekuensi
teoritik fh dan hasil pengamatan fo yang didapat dari sampel, masing-masing
menyatakan frekuensi dalam kelas interval. Harga fh didapat dari hasil kali antara n
dengan perluasan atau luas dibawah kurva normal untuk interval yang bersangkutan.
Hipotesis yang akan diuji Ho sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, dan
Selanjutnya X2 dihitung dengan rumus:
∑
−=
h h o
f f f X
2
2 ( ) (Arikunto, 2006:290)
Keterangan :
o
f = frekuensi pengamatan
h
f = hasil yang diharapkan
Kriteria pengujian adalah Ho ditolak jika X2 > )X2(1−α)(K −1 dengan taraf
signifikan α = 0,05.
Untuk menguji kenormalan sampel, menggunakan bantuan software SPSS
[image:49.842.226.651.424.629.2]versi 12.00. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. berikut :
Tabel 3.1. Uji Normalitas Sampel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y N
Normal Parameters a,b Mean
Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp.Sig. (2-tailed)
40 17,280 2,491 0,181 0,137 -0,181 1,143 0,147
a. Test distribution is Normal b. Calculated from data
Dari Tabel 3.1 di atas dapat dilihat Kolmogorov-Smirnov berdasarkan nilai ulangan
blok semester 1 kelas VIIA dan kelas VIID diperoleh nilai signifikan sama dengan
b. Uji Kesamaan Varians.
Untuk menguji asumsi bahwa sampel berangkat dari kondisi yang sama,
digunakan uji kesamaan varians dari kedua kelompok. Dengan Ho adalah tidak ada
perbedaan yang signifikan di antara kedua kelompok sampel.
Rumus yang dugunakan adalah sebagai berikut :
k N
S n
Sp i i
− − =
∑
2
2 ( 1)
(Walpole, 1986 : 400)
Kriteria pengujian adalah
Ho : 22 2
1 σ
σ =
H1 : 22 2
1 σ
σ ≠
Untuk menguji kesamaan varians, menggunakan bantuan software SPSS
[image:50.842.223.651.437.781.2]versi 12.00. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut :
Tabel 3.2 Uji Homogenitas Sampel
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,573 1 78 0,113
Uji Homogenitas untuk menguji apakah sampel mempunyai varians yang sama.
Hipotesis untuk mengetahui pengujian apabila :
Ho : kedua sampel mempunyai varians sama
Sebagai dasar pengambilan keputusan untuk kedua hipotesis
tersebut berdasarkan nilai probabilitas. Berdasarkan Tabel 3.2 Uji Homogenitas
Sampeldiperoleh bahwa nilai signifikan sama dengan 0,113 lebih dari 0,05, sehingga
H0 diterima. Jadi kedua varians tersebut sama signifikan. Hal ini berarti bahwa kedua
kelas yaitu kelas VIIA dan kelas VIID berangkat dari kemampuan awal yang sama,
sehingga bila diberi perlakuan yang berbeda akan timbul perbedaan sebagai akibat
dari perlakuan tersebut.
3. Variabel Penelitian
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati
(Sugiyono 2002:2 ). Dalam penelitian ini ada dua macam variabel, yaitu variabel
bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah variabel
yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (dependen). Jadi
variabel bebas/independen adalah variabel yang mempengaruhi. Sedangkan variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel bebas (independen) dan variabel
Hipotesis Jenis Variabel
1.Pendekatan konstruktivisme dapat
mengantarkan siswa mencapai tuntas
belajar pada materi aritmetika sosial
siswa SMP.
2.Keaktifan siswa yang diajar dengan
pendekatan pembelajaran
konstruktivisme berbantuan CD
pembelajaran berpengaruh positif
terhadap hasil belajar.
3.Ketrampilan berproses siswa yang
diajar dengan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme berbantuan CD
pembelajaran berpengaruh positif
terhadap hasil belajar.
4.Hasil belajar siswa dengan pendekatan
pembelajaran konstruktivisme
berbantuan CD pembelajaran lebih
baik daripada model pembelajaran
konvensional.
1 Variabel : hasil belajar
- keaktifan
- ketrampilan berproses
2 a. Bebas : keaktifan siswa
b. Terikat : hasil belajar kognitif
(Prestasi belajar)
3 a. Bebas : ketrampilan berproses
b. Terikat : hasil belajar kognitif
(Prestasi belajar)
4 a. Bebas : pendekatan pembelajaran
b. Terikat : hasil belajar kognitif
(Prestasi belajar)
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode tes.
Tes ialah himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau
yang dites (Depdikbud, 1999). Data yang diperoleh berupa nilai tes dari dua
perlakuan, yaitu nilai tes hasil belajar materi aritmetika sosial dengan pendekatan
konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dengan tes hasil belajar dengan model
konvensional.
2. Metode pengamatan / observasi
Pada penelitian ini yang diamati adalah keaktifan dan ketrampilan
berproses siswa dalam pembelajaran aritmetika sosial dengan pendekatan
pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD dengan menggunakan lembar
pengamatan. Pengamat adalah guru mitra yaitu guru mata pelajaran matematika di
SMP Negeri 19 Kota Tegal sebanyak dua orang.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan pengumpulan data (Arikunto, 1993:134).
Dalam penelitian ini terdiri dari tiga instrumen yaitu: instrumen tes hasil belajar
siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD
dan yang diajar dengan model konvensional, lembar observasi keaktifan siswa, dan
lembar observasi ketrampilan berproses siswa dalam pendekatan pembelajaran
konstruktivisme.
1. Instrumen tes hasil belajar siswa.
Instrumen tes hasil belajar siswa berbentuk seperangkat tes. Instrumen ini
untuk mengukur hasil tes belajar siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran
konvensional. Bentuk tes ini berupa soal pilihan ganda sejumlah 25 item soal. Dari
25 item soal dipilih item soal yang valid dan reliabel. Tiap item soal diberi skor 0
jika pilihan salah dan diberi skor 1 jika pilihan benar.
2. Instrumen keaktifan dan ketrampilan berproses siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme.
Instrumen variabel keaktifan dan ketrampilan berproses belajar siswa
(X1 dan X2) terdiri dari 20 item. Pengelompokan jawaban siswa dibagi dalam lima
rentang skor dengan kategori 1, 2, 3, 4, dan 5 yaitu sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi, dan sangat tinggi. Bila rentang skor diskoring dari 0 hingga 100 maka rentang
setiap skor akan terjadi selisih nilai 20 sehingga dapat dibuat kategori sebagai berikut,
0 - 20 : sangat rendah
21 - 40 : rendah
41 – 60 : sedang
61 – 80 : tinggi
81 – 100 : sangat tinggi
Pengamatan untuk variabel keaktifan dan ketrampilan berproses minimal
dilakukan oleh dua orang pengamat dengan tujuan agar hasil pengamatan lebih
obyektif. Hal ini juga berdasarkan pertimbangan jumlah siswa dalam kelas yaitu
berkisar 40 siswa, sehingga tidak memungkinkan bila jumlah pengamat hanya satu
Indikator variabel keaktifan siswa (variabel X1) meliputi :
a. Tanggapan terhadap tugas:
1. siap menerima tugas
2. aktif membuat tugas rangkuman
3. aktif membuat tugas pertanyaan
4. aktif menyelesaikan tugas yang diberikan
b. Partisipasi dalam mengawali pembelajaran:
1. aktif memperhatikan guru
2. aktif mengikuti jalannya pembelajaran
3. aktif mengungkapkan pendapat
4. aktif membantu memecahkan masalah
c. Partisipasi dalam proses pembelajaran:
1. aktif mengutarakan pendapat dengan tunjuk jari
2. aktif menjawab pertanyaan
3. aktif memunculkan ide alternatif jawaban
4. dapat menujukkan jawaban yang dibuat secara tertulis
5. aktif bekerja sama dengan teman
6. aktif beradaptasi dengan teman
7. aktif mengatasi masalah yang muncul
8. memberi kesempatan kepada teman untuk aktif
d. Partisipasi menutup pembelajaran:
1. aktif membuat catatan yang penting materi pembelajaran
2. kemauan untuk menerima tugas berikutnya
3. kedisplinan menjalankan tugas
Indikator variabel ketrampilan berproses (variabel X2) meliputi : a. Tanggapan terhadap tugas:
1. trampil melaksanakan tugas
2. trampil membuat tugas rangkuman
3. kualitas pertanyaan yang dibuat
4. jumlah jawaban soal yang dicoba dikerjakan
b. Partisipasi mengawali pembelajaran:
1. proses kesiapan mengikuti pembelajaran
2. ketrampilan mengukapkan pendapat
3. kualitas pendapat yang diutarakan
4. ketrampilan memecahkan masalah
c. Partisipasi dalam proses pembelajaran:
1. ketrampilan mengajukan pertanyaan
2. ketrampilan menjawab pertanyaan
3. ketrampilan memunculkan ide alternatif jawaban
4. ketrampilan membuat jawaban tertulis
5. ketrampilan bekerja sama dengan teman
6. ketrampilan beradaptasi dengan teman
7. ketrampilan mengatasi masalah
8. ketrampilan menghormati teman
d. Partisipasi menutup pembelajaran:
1. ketrampilan membuat catatan penting dalam pembelajaran
2. ketrampilan mengorganisir tugas berikutnya
3. keseriusan mengikuti pembelajaran
E. Analisis Instrumen.
Menurut Arikunto (2002) sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan. Oleh karena itu instrumen tes perlu diuji validitasnya.
Menurut Sugiyono (2003) instrumen yang berupa tes perlu diuji validitas isi (content
validity) dan validitas konstruksi (construct validity), sedangkan instrumen non tes
hanya diuji validitas konstruksi (construct validity). Validitas isi (content validity)
suatu tes dapat diperoleh dengan cara konsultasi dengan para ahli, dalam hal ini
adalah para dosen pembimbing. Instrumen yang telah disetujui oleh para ahli
kemudian diujicobakan pada sampel lain dalam populasi.
Instrumen variabel keaktifan dan ketrampilan proses siswa di atas, uji
validitasnya dilakukan dengan cara konsultasi dengan para ahli yaitu dosen
pembimbing, s