KONSUMSI BAHAN KERING DAN PROFIL DARAH PEDET
FRIESIAN HOLSTEIN
(FH) YANG DIBERI PERLAKUAN
JUS SILASE
NURUL HIDAYAH
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Konsumsi Bahan Kering dan Profil Darah Pedet Friesian Holstein (FH) yang Diberi Perlakuan Jus Silase adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014 Nurul Hidayah
ABSTRAK
NURUL HIDAYAH. Konsumsi Bahan Kering dan Profil Darah Pedet Friesian Holstein
(FH) yang Diberi Perlakuan Jus Silase. Dibimbing oleh NAHROWI dan YULI RETNANI.
Profil darah merupakan salah satu indikator penentu status kesehatan, sehingga penting melakukan evaluasi terhadap profil darah. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengukur konsumsi bahan kering serta mengevaluasi jumlah eritrosit, nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah leukosit dan persentase diferensiasi leukosit (neutrofil dan limfosit). Sembilan ekor pedet jantan berumur satu bulan dengan rataan bobot badan 54.27 ± 4.33 kg secara acak diberi perlakuan yang berbeda, terdiri dari: ransum kontrol (P1), ransum yang mengandung antibiotik 50 mg/kg (P2), dan ransum kontrol + jus silase 0.3% (P3). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dan data yang didapatkan dianalisis menggunakan analisis of varian (ANOVA) kemudian data yang signifikan diuji lanjut menggunakan Least Significant Difference (LSD). Hasil penelitian menujukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit dan persentase limfosit namun berpengaruh nyata terhadap persentase neutrofil. Pedet yang diberi jus silase memiliki persentase neutrofil yang sebanding dengan pedet yang diberi perlakuan antibiotik, dan lebih rendah dari pada pedet yang diberi perlakuan kontrol. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi bahan kering dan profil darah, kecuali pada persentase neutrofil.
Kata kunci: jus silase, profil darah, pedet, ransum
ABSTRACT
NURUL HIDAYAH. Dry Matter Intake and Blood Profile of Dairy Calves Friesian Holstein (FH) with Silage Juice.Supervised by NAHROWI and YULI RETNANI.
Blood profile is an indicator to determine health status of calves. The aims of this study were to measure dry matter intake and evaluating number of erythrocytes, value of hematocrit, concentration of haemoglobin, number of leukocytes and percentage of differentiation leukocytes (neutrophils and lymphocytes). Male dairy calves aged one month and body weight average 54.27 ± 4.33 kg were used randomly arranged to one of three different treatments, consisted of: control ration (P1), ration that contains 50 mg kg-1 antibiotic (P2), and control ration + 0.3% silage juice (P3). Completely randome design (CRD) were analyzed of variance (ANOVA) and any significant data were further tested by Least Significant Difference (LSD). The results showed that treatments did not significant to dry matter intake, number of erythrocytes, number of leukocytes, value of hematocrit, concentration of haemoglobin, and percentage of lymphocytes, but significantly affect percentage of neutrophils. Calves was given silage juice had percentage of neutrophils equivalent with calves given antibiotic treatment, and lower than calves given control treatment. It is concluded that treatments did not significant to dry matter intake and blood profile, except on the percentage of neutrophils.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
KONSUMSI BAHAN KERING DAN PROFIL DARAH PEDET
FRIESIAN HOLSTEIN
(FH) YANG DIBERI PERLAKUAN
JUS SILASE
NURUL HIDAYAH
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Konsumsi Bahan Kering dan Profil Darah Pedet Friesian Holstein (FH) yang Diberi Perlakuan Jus Silase
Nama : Nurul Hidayah NIM : D24100085
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Nahrowi, MSc Pembimbing I
Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammd SAW serta kepada umatnya. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai Desember 2013 ini ialah status kesehatan pedet, dengan judul Konsumsi Bahan Kering dan Profil Darah Pedet Friesian Holstein (FH) yang Diberi Perlakuan Jus Silase.
Kondisi kesehatan pedet sangat rentan terhadap suatu penyakit, karena sistem imun serta saluran pencernaan belum bekerja secara sempurna. Pencegahan penyakit pada umumnya dilakukan dengan pemberian antibiotik. Penggunaan antibiotik sudah dihindari karena menimbulkan efek negatif, sehingga perlu adanya alternatif feed additive lain pengganti antibiotik. Jus silase merupakan produk asal silase berbentuk cairan yang mengandung bakteri asam laktat dan asam-asam organik. Hal ini jus silase diharapkan mampu menggantikan antibiotik yakni mampu meningkatkan konsumsi serta imunitas tubuh sehingga dapat mencegah penyakit pedet. Penelitian ini dibawah bimbingan Prof Dr Ir Nahrowi MSc dan Prof Dr Ir Yuli Retnani MSc. Hasil penelitian disusun dalam bentuk skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Bahan 2
Alat 3
Prosedur Analisis Data 3
Prosedur Penelitian 3
Peubah yang Diamati 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Profil Jus Silase 5 Kandungan Nutrien Ransum 6
Konsumsi Bahan Kering 7 Eritrosit 9
Hemoglobin 9
Hematokrit 10
Leukosit 10
Neutrofil 11
Limfosit 12
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 19
DAFTAR TABEL
1 Komposisi dan kandungan nutrisi ransum starter pedet 2 2 Profil jus silase jagung dengan proses ensilase 45 hari 6 3 Kandungan nutrien calf starter (%) bahan kering penelitian 7 4 Rataan konsumsi calf starter pedet selama penelitian 7 5 Pengaruh perlakuan terhadap profil darah pedet 8
DAFTAR LAMPIRAN
1 ANOVA konsumsi bahan kering 16
2 ANOVA jumlah eritrosit 16
3 ANOVA konsentrasi hemoglobin 16
4 ANOVA nilai hematokrit 16
5 ANOVA jumlah leukosit 16
6 ANOVA persentase neutrofil 17
7 ANOVA persentrase limfosit 17
1
PENDAHULUAN
Pemeliharaan pedet merupakan masa krusial dalam pembesaran sapi, karena pedet sebagai calon bakalan atau sebagai induk pengganti yang berpengaruh terhadap usaha peternakan sapi masa depan. Sehingga pedet perlu manajemen khusus baik dalam pemberian konsumsi pakan serta pemeliharaan selama masa pembesarannya. Pemeliharaan pedet masa prasapih merupakan tahapan yang kritis, karena sistem imun dan saluran pencernaan belum berfungsi secara sempurna. Pedet masa prasapih dan pasca sapih rentan terhadap perubahan pola pakan maupun kondisi lingkungan, hal ini cenderung menyebabkan stres bahkan kematian pada pedet. Pedet akan mudah terserang penyakit jika tidak mendapatkan perhatian yang cukup pada masa prasapih (Arut 2010).
Pencegahan penyakit pada pedet umumnya dilakukan dengan pemberian antibiotik dalam pakan. Jenis antibiotik yang biasa ditambahkan dalam pakan adalah Chlortetracylin, merupakan jenis antibiotic growth promoter. Selain digunakan sebagai pencegahan penyakit subklinis, antibiotik jenis ini terbukti meningkatkan kesejahteraan hewan serta memacu pertumbuhan ternak, dapat meningkatkan efisiensi produksi ternak sehingga antibiotik ini sering digunakan pada peternakan modern (Carventes 2007). Akan tetapi, telah banyak ditemukan adanya beberapa dampak negatif dari penggunaan atibiotik yakni adanya residu pada produk yang dihasilkan serta resisten mikroflora dalam tubuh ternak, dengan demikian pemberian antibiotik dalam pakan semakin ditinggalkan (Barton 2000). Sehingga perlu adanya alterlatif lain sebagai pengganti antibiotik. Telah banyak dilaporkan probiotik yang mengandung bakteri asam laktat digunakan sebagai imbuhan pakan mampu memberikan efek positif terhadap kesehatan. Penggunaan bakteri asam laktat mampu menghambat bakteri patogen, karena menghasilkan senyawa-senyawa antimikroba melalui aktifitas metabolitnya, seperti: asam laktat, asam asetat, hidrogen peroksida (H2O2) dan bakteriosin (Finnegan et al. 2010).
Jus silase merupakan produk asal silase berbentuk cair yang mengandung bakteri asam laktat dan asam-asam organik. Hasil penelitian (Gurning 2013), menyebutkan bahwa jus silase yang dihasilkan dari silase jagung mengandung bakteri asam laktat sebanyak 10.32 ± 9.84 cfu ml-1 dan asam-asam organik hasil fermentasi seperti: asam laktat dan asam asetat, dengan konsentrasi masing-masing 7.71 ± 0.73 mg ml-1 dan 1.48 ± 0.45 mg ml-1. Selain itu hasil kajian penelitian-penelitian sebelumnya, menyebutkan bahwa penggunaan feed additive asal silase mampu menghambat populasi bakteri Escherichia coli dan Salmonella thypimurrium. Adanya hasil positif yang diperoleh pada penelitian, memperlihatkan bahwa jus silase berpotensi untuk diujikan dalam memacu pertumbuhan ternak pedet serta meningkatkan status kesehatan.
2
mempengaruhi sistem metabolisme tubuh (Hattingh dan Viljoen 2001), termasuk juga status hematologi (Aboderin dan Oyetayo 2006). Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut tentang pengaruh jus silase terhadap profil darah pedet Friesian Holstein. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsumsi pakan dengan menghitung konsumsi pakan serta mengevaluasi gambaran darah pedet Friesian Holstein meliputi: jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah leukosit dan persentase diferensiasi leukosit (neutrofil dan limfosit) yang diberi perlakuan 0,3% jus silase.
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai Desember 2013 di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, Laboratorium Yasa-Bogor dan Laboratorium Center for Hazard Chemical Studies (CHCS)-Bogor
Materi
Ransum
Ransum starter yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas jagung giling, bungkil kedelai, dedak padi, Corn Gluten Meal (CGM 60%), molases, tepung rumput, Dicalcium Fosfat (DCP), garam dan premix. Ransum yang digunakan telah disesuaikan dengan standar kebutuhan pedet (NRC 2001). Komposisi ransum strater dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi dan kandungan nutrisi ransum starter pedet
3
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu berukuran 1.5 x 1.2 m2. Setiap kandang dilengkapi dengan bak air minum dan tempat pakan. Pada bagian alas kandang tidak diberi jerami untuk menghindari konsumsi sumber serat selain pakan perlakuan. Perlengkapan kandang yang digunakan adalah timbangan digital, ember, bath, gelas ukur, spoid, gelas, saringan, termometer, alat press silase, tabung EDTA dan lainnya serta alat analisis darah otomatis ‘Hematology Analizer’ dengan merk Erma INC tipe PCE-210.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 ulangan dengan unit percobaan 1 ekor pedet. Model matematika dari rancangan tersebut adalah (Steel dan Torrie, 1993):
Yij = µ + τi + Єij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Rataan umum
τi = Efek perlakuan ke-i
Єij = Error perlakuan ke-i, ulangan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (Analyisis of Variance/ ANOVA) dan hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Least Significant Difference (LSD).
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian adalah sebagai berikut: P1: Ransum kontrol
4
Gambar 1 Diagram alur pembuatan jus silase
Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri Asam Laktat pada Jus Silase
Metode total plate count (Edwards 2006 dalam Gurning 2013) digunakan dalam perhitungan jumlah koloni bakteri asam laktat (BAL) jus silase. Sampel jus silase sebanyak 1 ml dipipet ke dalam 9 ml Bufffer Pepton Water (BWP), yakni setara dengan 101 lalu divortex agar larutan homogen. Pengenceran dilakukan hingga 1010 dan divortex. Masing-masing pengenceran diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambahkan sebanyak 18-20 ml agar De Man Rogosa Sharpe (MRS). Campuran diratakan dengan cara menggerakkan cawan petri membentuk angka delapan pada bidang datar. Kemudian cawan diinkubasi pada inkubator dengan posisi cawan terbalik selama 18-24 jam pada suhu 360 C. Setelah masa inkubasi cawan dikeluarkan dan dilakukan perhitungan jumlah koloni BAL yang tumbuh. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh dihitung dengan rumus:
N = ∑C/[(1x n1
)+(0.1xn2)]d
Keterangan: ∑C= jumlah semua koloni dalam cawan
n1 = cawan ke-n pada pengenceran terendah yang dapat dihitung
n2 = cawan ke-n pada pengenceran yang lebih besar yang dapat dihitung d = pengenceran dimana jumlah pertama yang dapat dihitung
Pengukuran pH dan Kandungan Asam-asam Organik Jus Silase
Pengukuran nilai pH sampel jus silase dilakukan dengan menggunakan pH meter (sensIONTM). Sebelum digunakan alat pH meter digital terlebih dahulu dikalibrasi dengan membandingkan larutan standard dan kemudian dilakukan pengukuran pada setiap sampel uji.
5
Pemeliharaan
Pada awal penelitian pedet ditimbang bobot badan untuk mengetahui jumlah pakan yang akan diberikan. Pemberian pakan dan air minum secara ad libitum, sehingga pakan dan air minum selalu tersedia setiap waktu. Jumlah pakan yang diberikan pada pedet ditingkatkan sedikit demi sedikit setiap harinya. Pada pedet perlakuan jus silase, pemberian jus silase diberikan secara oral menggunakan spoid yang dimasukkan ke dalam mulut pedet. Pemberian jus silase dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Pengambilan Darah
Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada minggu ke-enam dan ke-delapan. Analisis profil darah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi eritrosit, hemoglobin, hematokrit, leukosit dan deferensiasi leukosit (neutrofil dan limfosit). Sebanyak 10 ml darah diambil dari pembuluh darah vena (vena jugularis) setelah tiga jam makan pada pagi hari dengan menggunakan jarum steril, kemudian sampel darah ditempatkan pada tabung yang mengandung antikoagulan berisi K2EDTA. Tabung darah langsung ditempatkan dalam box berisi es.
Analisis Profil Darah
Analisis profil darah dilakukan dengan alat otomatis ‘Hematology
Analizer’ yang berada di Laboraturium Yasa, Bogor. Hematology Analizer merupakan suatu alat otomatis yang digunakan untuk memeriksa darah. Alat Hematology Analizer ini dapat menghitung berbagai macam sel darah, seperti jumlah eritrosit, jumlah leukosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit, perhitungan volume rata-rata sel darah merah/Mean Cell Volume (MCV) dan masih banyak parameter yang dihasilkan sesuai dengan kemampuan alatnya.
Peubah yang Diamati eritrosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah leukosit, persentase diferensiasi leukosit (neutrofil dan limfosit) pedet Friesian Holstein.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Jus Silase Jagung
6
selama 45 hari. Lama proses ensilase mempengaruhi derajat keasaman silase jagung. Jus silase asal silase jagung yang mengalami proses ensilase selama 70 hari memiliki pH 3.87 (Gurning 2013) dan juga dilaporkan oleh Nahrowi et al. (2013), jus silase berasal dari silase jagung yang mengalami proses ensilase selama satu tahun mempunyai derajat keasaman 4.47. Derajat keasaman jus silase semakin meningkat seiring dengan meningkatnya umur silase. Menurut Kung dan Shaver (2001), silase jagung yang mengalami proses ensilase dengan baik umumnya memiliki nilai pH berkisar 3.7 sampai 4.2. Sedangkan pH yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 2.98.
Jumlah BAL yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih tinggi dari hasil yang dilaporkan oleh Pang et al. (2011), yakni jus silase penelitian ini mengandung bakteri asam laktat (BAL) sebesar 2.2 x 108. Jumlah BAL yang tinggi serta nilai pH yang rendah tersebut mengindikasikan bahwa proses ensilase berjalan dengan baik.
Tabel 2 Profil jus silase jagung dengan proses ensilase 45 hari
Pengukuran Rataan ± standar deviasi
Komposisi asam organik yang dihasilkan pada penelitian ini adalah asam laktat dan asam asetat, tidak ditemukan adanya asam butirat dan asam propionat. Hal ini menandakan bahwa proses ensilase berhasil. Munculnya asam butirat dan asam propionat pada produk silase mengindikasikan adanya aktivitas Clostridia yang mendegradasi asam amino maupun asam laktat. Clostridia tumbuh dengan baik pada pH netral (7 sampai 7.4) dan tidak dapat tumbuh pada pH di bawah 4 (Mc Donald et al. 1991).
Kandungan Nutrien Ransum
7
Tabel 3 Kandungan nutrien calf starter (%) pada penelitian
Zat makanan Kadar (%)
Berdasarkan Tabel 3, hasil analisis laboratorium calf starter yang digunakan dalam penelitian mempunyai kandungan protein kasar (PK), lemak kasar (LK), mineral phospor (P) yang tinggi, akan tetapi kandungan TDN dan mineral kalsium (Ca) rendah. Hal ini dapat dibandingkan dengan kualitas calf starter menurut NRC. Kualitas calf starter yang baik yaitu mengandung protein kasar 18%-20%, lemak 3%, TDN 80%, Ca 0.6% dan P 0.4% (NRC 2001).
Konsumsi Pakan
Pakan yang dikonsumsi ternak diperlukan guna mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi pakan setiap ternak berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh faktor diantaranya jenis ternak, bangsa, status fisiologis, kondisi lingkungan, kandungan nutrien ransum dan lain-lain. Rataan konsumsi calf starter pedet selama penelitian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan konsumsi calf starter pedet selama penelitian
Konsumsi Perlakuan
P1 P2 P3
BK (kg ekor-1 hari-1) 1.39 ± 0.10 1.67 ± 0.52 1.79 ± 0.32
% Bobot badan 1.70 ± 0.11 1.78 ± 0.32 2.06 ± 0.16
Ransum kontrol (P1), Ransum kontrol + 50 mg kg-1 ransum antibiotik Chlortetracycline® + 0% jus silase (P2), Ransum kontrol + 0% antibiotik + 0.3% jus (P3). BK: bahan kering
Perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap konsumsi bahan kering (BK). Konsumsi BK penelitian ini berkisar 1.39-1.79 kg ekor-1 hari-1. Hasil tersebut sesuai dengan standar kebutuhan BK pedet menurut NRC (2001), berikut ini merupakan kebutuhan BK untuk ternak pedet dengan bobot badan 50-80 kg dan pertambahan bobot badan (PBB) 500-600 g ekor-1 hari-1 adalah 1.27-1.83 kg ekor-1 hari-1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pedet mengkonsumsi BK sesuai dengan kebutuhan.
8
makan pedet seperti halnya pada perlakuan antibiotik. Hal ini menunjukkan bahwa jus silase dapat menggantikan antibiotik sebagai growth promotor, karena jus silase memiliki pH rendah (pH 2.98) dan mengandung bakteri asam laktat (BAL) serta produk fermentasi berupa asam-asam organik yakni asam laktat dan asam asetat. Melihat kandungan yang terdapat di dalam jus silase, dapat digolongkan sebagai probiotik. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang
memberikan keuntungan pada kesehatan manusia maupun ternak (D’Silva 2011).
Konsumsi pakan cenderung meningkat pada pedet perlakuan jus silase diduga karena jus silase sebagai bahan yang dapat menstimulasi perkembangan rumen sehingga mampu meningkatkan daya cerna serat dan penyerapan zat-zat nutrisi. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan (Pamungkas dan Aggraeny 2006) bahwa peningkatan konsumsi pakan dikarenakan terjadinya peningkatan laju cerna serat dan peningkatan laju alir protein mikroba. Peningkatan laju pencernaan serat dapat memperbaiki pertumbuhan mikroorganisme, karena terpenuhinya kebutuhan hidup bagi perkembangbiakan mikroorganisme. Pemberian jus silase diduga juga dapat memperbaiki daya hidup mikroorganisme pencerna serat di dalam rumen karena jus silase mengandung pH rendah (pH 2.98) sehingga mampu menjaga kestabilan pH rumen.
Profil Darah
Gambaran darah ternak sangat perlu diketahui, karena gambaran darah merupakan salah satu indikator status fisiologis. Gambaran darah yang tidak normal menandakan bahwa kondisi kesehatannya terganggu. Hal ini akan membahayakan kesehatan ternak jika tidak cepat dilakukan analisa. Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah leukosit, persentase neutrofil dan limfosit pedet FH yang diamati selama penelitian ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Pengaruh perlakuan terhadap profil darah pedet
9
Eritrosit
Eritrosit merupakan bagian dari sel darah yang paling banyak dan berfungsi utama membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh (Suhesti 2010). Perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap jumlah eritrosit pedet. Tabel 5 menunjukkan rataan jumlah eritrosit pedet pada semua perlakuan yaitu berkisar antara 2.70-3.00 juta mm3 -1
. Rataan jumlah eritrosit tersebut berada di bawah kisaran normal pedet. Menurut Lumsden et al. (1980), jumlah eritrosit sapi pada umur dua minggu sampai enam bulan berkisar antara 6.5-11.5 juta mm3-1. Nilai eritrosit yang rendah pada hasil penelitian disebabkan oleh organ pembentuk eritrosit yakni sumsum tulang belakang yang belum bekerja secara sempurna sehingga nilai eritrosit yang dihasilkan tidak stabil. Arut (2010) menyatakan bahwa jumlah eritrosit yang rendah pada awal kelahiran diduga karena organ pembentuk eritrosit belum bekerja secara sempurna, namun organ pembentuk eritrosit mulai aktif bekerja seiring dengan meningkatnya umur. Menurut (Jain 1993; Mohri et al. 2007), jumlah eritrosit mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan umur dan mencapai nilai yang stabil pada umur satu tahun.
Menurut Frandson (1992), jumlah eritrosit dipengaruhi juga oleh nutrisi yang terdapat dalam pakan seperti mineral Fe, mineral Cu, vitamin dan asam menyebabkan penurunan jumlah eritrosit. Menurut NRC (2001), Kebutuhan mineral Fe pada ternak pedet 50 mg kg-1 ransum, hal ini diduga kandungan mineral Fe dalam ransum penelitian tidak mencukupi kebutuhan ternak, sehingga jumlah eritrosit pedet penelitian rendah.
Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu protein berpigmen merah yang membawa dan menukar oksigen dan karbondioksida dalam eritrosit (Samuelson 2007). Hemoglobin memiliki peran sebagai media transpor oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Hemoglobin juga membawa karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas (Guyton & Hall 1997). Perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap konsentrasi hemoglobin darah pedet. Rataan konsentrasi hemoglobin dapat dilihat pada Tabel 5, konsentrasi hemoglobin darah pedet pada semua perlakuan berada pada kisaran normal yaitu, 8.40-8.80 g 100 ml-1. Konsentrasi hemoglobin darah sapi dewasa berkisar antara 8-15 g 100 ml-1 (Jain 1993). Menurut Lumsden et al. (1980), konsentrasi hemoglobin sapi pada umur dua minggu sampai enam bulan berkisar antara 8.5-14.1 g 100 ml-1.
10
dan penanganan darah saat pemeriksaan. Saat penelitian, dikondisikan beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi hemoglobin dijaga agar dalam kondisi yang homogen, kecuali pakan. Pakan digunakan sebagai perlakuan pedet, sehingga pakan yang diberikan pada masing-masing perlakuan berbeda. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dengan pemberian antibiotik maupun jus silase tidak memberikan efek negatif terhadap konsetrasi hemoglobin darah pedet.
Hematokrit
Hematokrit adalah persentase sel darah merah dari volume darah (Suhesti 2010). Budiman (2007), menyatakan bahwa fungsi dari hematokrit yaitu mengukur proporsi eritrosit dalam darah. Perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap nilai hematokrit darah pedet. Rataan nilai hematokrit darah pedet penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hematokrit pedet berada pada kisaran 24.80(%)-26.00(%). Nilai hematokrit tersebut masih berada pada kisaran normal. Menurut Jain (1993), nilai hematokrit normal sapi adalah 24(%)-46(%). Winarsih (2005), menyatakan bahwa kadar hematokrit sangat tergantung pada jumlah eritrosit, karena eritrosit merupakan masa sel terbesar dalam darah. Wahyuni et al. (2012) berpendapat bahwa ada keterkaitan antara nilai hematokrit, persentase hemoglobin dan jumlah eritrosit. Hal tersebut sebanding dengan hasil penelitian ini, yakni adanya rangkaian yang saling terkait antara nilai hematokrit, persentase hemoglobin dan jumlah eritrosit. Terlihat nilai hematokrit pada perlakuan jus silase, mengalami penurunan hal ini sebanding dengan jumlah eritrosit dan persentase hemoglobin yang rendah. Namun penurunan nilai hematokrit pada perlakuan jus silase, masih berada dalam kisaran normal nilai hematokrit pedet.
Rajora dan Pachauri (2000); Malik et al. (2013) melaporkan bahwa nilai hematokrit yang tinggi pada ternak mengindikasikan ternak dalam kondisi kekurangan cairan atau dehidrasi. Hasil penelitian yang didapatkan tidak menunjukkan bahwa pedet dalam kondisi dehidrasi. Hal tersebut digambarkan oleh nilai hematokrit pedet penelitian berada pada kisaran normal, dengan nilai yang tidak jauh berbeda pada semua perlakuan. Dengan demikian pemberian antibiotik maupun jus silase tidak memberikan efek negatif terhadap kondisi normal pedet.
Leukosit
Leukosit memiliki peranan penting dalam merespon kekebalan tubuh. Leukosit merupakan komponen aktif dari sistem pertahanan tubuh yang dibentuk sebagian dalam sumsum tulang dan sebagian dalam organ limfoid seperti timus dan limpa (Suhesti 2010). Perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap rataan jumlah leukosit pedet. Rataan jumlah leukosit pedet penelitian dapat dilihat pada Tabel 5, hasil penelitian menunjukkan ada kecenderungan peningkatan jumlah leukosit pada perlakuan antibiotik dan jus silase, dengan jumlah leukosit sebesar 14.5 ribu mm3 -1
, namun peningkatan jumlah leukosit tersebut masih dalam batas normal. Duncan dan Prasse’s (2011), melaporkan bahwa jumlah leukosit normal sapi berkisar 8-18 ribu mm3 -1.
11
tersebut masih dalam kisaran normal. Menurut pendapat (Suhesti 2010), meningkatnya jumlah leukosit pada tikus yang diberikan probiotik BAL hal tersebut menandakan bahwa probiotik BAL mampu bertindak sebagai immunomodulator yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Immunomodulator merupakan senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh, baik spesifik maupun non spesifik. Rataan jumlah leukosit pedet pada perlakuan jus silase sama tingginya dengan jumlah leukosit pedet perlakuan antibiotik, dapat dilihat pada Tabel 5. Hal ini menggambarkan bahwa jus silase dapat dijadikan sebagai antibiotik alami.
Jumlah leukosit yang tinggi pada pedet perlakuan antibiotik dan jus silase dikarenakan adanya senyawa-senyawa aktif yang terdapat dalam antibiotik maupun jus silase. Jus silase mengandung BAL dan hasil fermentasinya berupa asam laktat dan asam asetat yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh ternak. Mekanisme BAL dalam meningkatkan kekebalan tubuh yaitu dengan kemampuan melekatnya BAL pada permukaan usus sehingga dapat meningkatkan pertahanan saluran pencernaan ternak dari bakteri patogen. Selain itu BAL dalam menghambat bakteri gram negatif menghasilkan senyawa antimikroba. Mekanisme kerja antimikroba asam-asam lemak rantai pendek (asam asetat dan asam laktat) disebabkan oleh banyaknya senyawa asam yang tidak terurai secara sempurna (berdissosiasi). Asam-asam lemak rantai pendek yang tidak berdissosiasi bersifat lipofilik yaitu mampu menembus membran sel dan merusak aktivitas metabolit sel bakteri gram negatif (Morz et al. 2006). Sehingga jus silase dinyatakan mampu meningkatkan kekebalan tubuh ternak karena mengandung BAL di dalamnya. Hal ini didukung oleh pendapat Heczko et al. (2006), bahwa peningkatan BAL dalam saluran pencernaan dapat merangsang usus, dengan melibatkan limfoid dan jaringan epitel untuk mengaktifkan respon imun sekunder di usus.
Neutrofil
Neutrofil merupakan leukosit granulosit yang memiliki warna indiferen, tidak merah dan tidak biru. Sel ini merupakan jajaran pertama dalam sistem pertahanan melawan infeksi dengan cara migrasi ke daerah-daerah yang sedang mengalami serangan oleh bakteri, menembus dinding pembuluh, dan menerkam bakteri untuk dihancurkan (Frandson 1992). Perlakuan memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap peesentase neutrofil. Perlakuan antibiotik dan jus silase berpengaruh nyata menurunkan persentase neutrofil darah pedet. Pada Tabel 5, terlihat bahwa nilai neutrofil pedet perlakuan antibiotik dan jus silase berada pada kisaran normal 16.20(%)-33.70(%), sedangkan nilai neutrofil pedet perlakuan kontrol diatas normal yaitu 44.80(%). Menurut Benzamin (2007), persentase neutrofil sapi normal berkisar 12(%)-38(%).
12
populasi bakteri patogen dalam tubuh ternak menurun. Menurut Gurning (2013), asam laktat mampu merusak lipopolisakarida dari membran sel bakteri sehingga merusak sistem pertahanan luar bakteri gram negatif. Hal ini menandakan bahwa BAL dalam jus silase yang diberikan bersifat bakteriostatis yakni mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga tubuh meresponnya dengan pembetukan neutrofil dalam jumlah kecil. Sedangkan pedet perlakuan antibiotik memiliki nilai neutrofil (%) yang rendah. Hal ini disebabkan antibiotik memiliki sifat bakterisidal yakni mampu membunuh mikroorganisme secara cepat. Hasil penelitian (Kohanski et al. 2007) bahwa antibiotik bersifat bakterisidal yakni mampu membunuh bakteri dengan mekanisme dan target sistem tertentu.
Limfosit
Limfosit merupakan jenis leukosit agranulosit yang memiliki fungsi utama merespon antigen (benda-benda asing) dengan membentuk antibodi yang bersirkulasi di dalam darah. Perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap persentase limfosit pedet. Pada Tabel 5, dapat dilihat persentase limfosit pedet perlakuan berkisar antara 53.00-83.20 (%). Persentase limfosit yang didapatkan dalam penelitian beragam pada setiap perlakuan, pada Tabel 5 terlihat bahwa nilai limfosit pedet penelitian berada pada kisaran normal. Menurut (Benzamin 2007) persentase limfosit pedet normal berkisar 33(%)-87(%). Sedangkan menurut (Frandson 1992) persentase limfosit sapi normal berkisar 60(%)-65(%), hal ini menandakan bahwa persentase limfosit pedet normal pada perlakuan jus silase saja, yakni sebesar 63.50(%).
Terlihat pada Tabel 5, bahwa pedet perlakuan kontrol memiliki persentase limfosit rendah, rendahnya persentase limfosit menandakan bahwa pedet kontrol memiliki antibodi yang rendah. Menurut Julendra et al. (2010), bahwa limfosit berperan dalam pembentukan antibodi. Hal ini berbeda dengan persentase limfosit pedet perlakuan antibiotik yang memiliki nilai limfosit tertinggi dalam penelitian. Sedangkan pedet perlakuan jus silase memiliki persentase limfosit yang normal. Hal tersebut menandakan bahwa pemberian jus silase mampu meningkatkan imunitas pedet. Hasil penelitian yang didapatkan sesuai dengan hasil penelitian (Fleige et al. 2008) bahwa pemberian probiotik bakteri asam laktat mampu meningkatkan jumlah limfosit pedet. Meningkatnya imunitas pada pedet perlakuan jus silase, dikarenakan asam laktat yang dihasilkan oleh BAL pada jus silase bersifat meningkatkan kekebalan tubuh. Heczko et al. (2006); Fleige et al. (2008), menyatakan bahwa suplementasi bakteri asam laktat bersifat imunomodulator (meningkatkan sistem imun) dengan cara mereduksi bakteri patogen pada saluran pencernaan, disebutkan juga bahwa suplementasi BAL mampu merangsang berbagai variabel kekebalan di dalam usus diantaranya jaringan limfa dan jaringan limfoid sekunder, di dalam usus.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
13
dan persentase limfosit namun berpengaruh terhadap persentase neutrofil. Jus silase dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk menekan infeksi bakteri pedet.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian jus silase terhadap profil darah pedet Friesian Holstein yang diuji tantang menggunakan bakteri Salmonella sp.
DAFTAR PUSTAKA
Aboderin FI, Oyetayo VO. 2006. Haematological studies of rats fed different doses of probiotic, Lactobacillus plantarum, isolated from fermenting corn slurry. Pakistan J of Nutrit 5(2): 102-105
AOAC. 2002. Official Methods of Analysis of AOAC International. Arlington (US): Assoc. Off. Anal. Chem.
Arut AF. 2010. Gambaran sel darah merah sapi perah Friesien Holstein pada masa pertumbuhan. [Skripsi]. Bogor (ID). IPB.
Barton MD. 2000. Antibiotic use in animal feed and its impact on human health. Nutr. Res. Rev 13: 279-299.
Benzamin MM. 2007. Outline of Veterinary clinical Pathology. Ed ke-3. New Delhi (IN). Kalyani.
Besuni A, Jafar N, Indriasari R. 2013. Hubungan asupan zat gizi pembentukan sel darah merah dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil di Kabupaten Gowa. Makassar (ID). Universitas Hasanudin. hlm 1-10
Budiman R. 2007. Pengaruh penambahan bubuk bawang putih pada ransum terhadap gambaran darah ayam kampung yang diinfeksi cacing nematode (Ascaridia galli). [Skripsi]. Bogor (ID). IPB.
Carventes. 2007. Antibiotic Feed Additives: Politics and Science, Poultry and Egg Association Poultry Production and Health Seminar. [September 19-20, 2007 In Memphis,] USA (US): Tennessee. hlm 1-13.
D’Silva I. 2011. Recombinant technology and probiotics. Int J of Eng and Tech 3
(4):288-293.
Duncan JR, Prasse W. 2011. Clinical Pathology. Ed ke-5. J Wiley. Amerika Serikat (US). Univ Iowa State Pr.
Edwards VA. 2006. Plate Count Procedure. Quality control method. Alken Murray Corporation. New York (US). New Hyde Park.
Finnegan M, Linley E, Denyer SP, McDonel G, Simons C, Maillard J. 2010. Mode of action of hydrogen peroxide and other oxiding agent: differences between liquid and gas form. J Antimicrob Chemoter 65: 2108-2115.
Fleige S, Preibinger W, Meyer HHD, Pfaffl MW. 2009. The immunomodulatory effect of lactulose on Enterococcus faecium fed preruminant calves. J Anim Sci 87: 1731-1738.
Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed ke-4. Yogyakarta (ID). UGM Pr.
14
Guyton AC, Hall JE. 1997. Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Jakarta (ID). Penerbit buku kedokteran EGC.
Hattingh LA, Viljoen BC. 2001. Yoghurt as probiotic carrier food. Int Dairy J 1: 1-17.
Heczko PB, Strus M, Kochan P. 2006. Critical evaluation of probiotic activity of lactit acid bacteria and their effect. J Physiol Pharmacol 57: 5-12.
Jain NC. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia (US): Wiley. Julendra H, Zuprizal, Supadmo. 2010. Penggunaan tepung cacing tanah
(Lumbricus rubellus) sebagai aditif pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging, profil darah, dan kecernaan protein. Bul Petern 34(1):21-19. Kohanski MA, Dwyer DJ, Hayete B, Lawrence CA, Colins JJ. 2007. A common mechanism of cellular death induced by bactericidal antibiotics. Cell 130: 797-810.
Lumsden JH, Mullen K, Rowe R. 1980. Hematology and biochemistry reference value for female Holstein cattle. Can J Comp Med 44:24-31
Malik S, Verma AK, Kumar A, Gupta MK, Sharma SD, Sharma AK, Rahal A. 2013. Haematological profile and blood chemistry in diarrhoeic calves affected with Collibacillosis. J. Anim Health And Product 1(1): 10-14. McDonald P, Henderson AR, Heron SJE. 1991. The Biochemistry of Silage. Ed Antibiotik pada Pedet Sapi Perah Penyapihan Dini. Laporan Akhir Penelitian Lintas Fakultas/Departemen. Bogor (ID). IPB
[NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirment of Dairy Cattle. Ed ke-7.Washington DC (US). National Academy of Science.
Pamungkas D, Anggraeny YN. 2006. Probiotik dalam pakan ternak ruminansia. Wartazoa. 16:82-91.
Rajora VS, Pachauri SP. 2000. Laboratory assessment as an aid to rehydration therapy in neonatal diarrhoeic calves. Indian J Vet Med. 20 (1): 18-20. Samuelson DA. 2007. Veterinary Histology. St. Louis: Saunders Elsevier.
Steel RGD, Torrie JH. 1995. Principles and Procedures of Statistic. A Biometrical Approach. Ed ke-2. New York (US). Mc Graw Hill Book Co. Suhesti E. 2010. Dampak pemberian bakteri asam laktat probiotik indigenus
terhadap status hematologi tikus percobaan yang dipapar Enteropatogenik Escherichia coli (EPEC). [Skripsi]. Bogor (ID). IPB.
Wardeh MF. 1981. Models for estimating energy and protein utilization for feed. [Disertasi]. Logan (US) : Utah State University
15
16
Lampiran 1 ANOVA konsumsi bahan kering
SK Db JK KT Fhitung Sig
Perlakuan 2 0.207 0.104 2.131 0.200 ts
Error 6 0.292 0.049
Total 8 0.499
SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikansi, ts: tidak signifikan
Lampiran 2 ANOVA jumlah eritrosit
SK db JK KT Fhitung Sig
Perlakuan 2 0.071 0.035 2.309 0.180 ts
Error 6 0.92 0.015
Total 8 0.162
SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikansi, ts: tidak signifikan
Lampiran 3 ANOVA konsentrasi hemoglobin
SK db JK KT Fhitung Sig
Perlakuan 2 0.285 0.143 0.781 0.500 ts
Error 6 1.095 0.182
Total 8 1.380
SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikansi, ts: tidak signifikan
Lampiran 4 ANOVA nilai hematokrit
SK db JK KT Fhitung Sig
Perlakuan 2 2.389 1.194 0.606 0.576 ts
Error 6 11.833 1.972
Total 8 14.222
SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai hitung, Sig: signifikansi, ts: tidak signifikan
Lampiran 5 ANOVA jumlah leukosit
SK Db JK KT Fhitung Sig
Perlakuan 2 0.048 0.024 1.020 0.416 ts
Error 6 0.142 0.024
Total 8 0.190
17
Lampiran 6 ANOVA persentase netrofil
SK Db JK KT Fhitung Sig
Perlakuan 2 0.298 0.149 9.199 0.015 *
Error 6 0.097 0.016
Total 8 0.395
SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Sig: signifikansi, *: signifikan
Lampiran 7 ANOVA persentase limfosit
SK Db JK KT Fhitung Sig
Perlakuan 2 0.062 0.031 3.924 0.081 ts
Error 6 0.047 0.008
Total 8 0.110
18
Lampiran 8 Foto-foto dokumentasi penelitian
Sampel pedet penelitian Sampel darah pedet dalam tabung EDTA
Jus silase penelitian dalam gelas Alat pres silase
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Blitar pada tanggal 20 Agustus 1991. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Wahono dan Ibu Eti Priyani. Penulis menempuh pendidikan Madrasah Tsanawiyah NU Garum-Blitar pada tahun 2004-2007 dan Madrasah Aliyah Ma’arif NU Kota Blitar pada tahun 2007-2010. Penulis masuk IPB lewat jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementrian Agama RI pada tahun 2010 dan diterima di Institut Pertanian Bogor Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER), staf PSDM CSS MORA IPB tahun 2012 dan sekretaris Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama IPB (KMNU IPB) 2013. Penulis pernah menjadi ketua kelompok Program Kreatifitas Mahasisiwa di bidang Penelitian (PKM-P) yang didanai oleh DIKTI pada tahun 2013 yang berjudul Tepung Lidah Buaya sebagai Antibiotik Alami untuk Meningkatkan Performa Puyuh Coturnix coturnix japonica. Pada tahun 2014 penulis diberikan kesempatan dalam melaksanakan Program Kreatifitas Mahasiswa di bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) yang didanai oleh DIKTI dengan judul Penerapan Sistem Pertanian Terpadu dengan Konsep LEISA (Low Eksternal Input Suistainable Agriculture) di Pondok Pesantren Darul Amal Kec. Jampangkulon, Sukabumi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dikti-BOPTN (2013-2014) yang telah mendanai penelitian ini yang diketuai oleh Prof Dr Ir Nahrowi MSc. Terima kasih pula saya ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Nahrowi MSc dan Ibu Prof Dr Ir Yuli Retnani MSc selaku pembimbing skripsi saya yang selalu sabar dalam membimbing dan mendidik penulis, serta Bapak Dr Anuraga Jayanegara Spt MS selaku dosen pembahas seminar saya pada tanggal 19 Mei 2014, Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti MS dan Dr Ir Afton Atabani MSi selaku dosen penguji sidang serta Dr Ir Lilis Khotijah MSi selaku panitia sidang yang telah banyak memberikan masukan serta saran.