• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Bentuk-Bentuk Dating Violence Pada Remaja Yang Berpacaran Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Bentuk-Bentuk Dating Violence Pada Remaja Yang Berpacaran Di Kota Medan"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN BENTUK-BENTUK

DATING VIOLENCE

PADA

REMAJA YANG BERPACARAN DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

OLIVIA M SIAGIAN

061301102

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Gambaran Bentuk-Bentuk Dating Violence

Pada Remaja Yang Berpacaran Di Kota Medan

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi mana pun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(3)

Gambaran Bentuk-Bentuk Daing Violence Pada Remaja Yang Berpacaran Di Kota Medan

Olivia M Siagian dan Ari Widiyanta

ABSTRAK

Dating adalah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran afeksi, kognisi dan perilaku yang dilakukan oleh dua pihak yang sudah terjalin hubungan, yang mana interaksi tersebut dilakukan atas dasar kebutuhan kedua pihak dan interaksi ini terjadi melalui pemilihan pasangan. Dating violence adalah tindakan atau ancaman yang dilakukan secara sengaja baik melalui perilaku, perkataan maupun mimik wajah yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain dalam hubungan pacaran, dimana perilaku ini ditujukan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuatan atau kekuasaan dan kontrol atas pasangannya dalam hubungan pacaran. Bentuk-bentuknya terdiri dari verbal and emotional abuse,

sexual abuse & physical abuse. Remaja adalah individu yang usianya 12 sampai 21 tahun.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran bentuk-bentuk dating violence pada remaja yang berpacaran. Teknik Sampel yang digunakan adalah

nonprobability sampling yaitu incidental sampling. Yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 600 orang.

Data dalam penelitian ini diolah dengan analisis deskriptif pada penelitian ini mengunakan distribusi frekuensi dan persentase dari tabulasi data serta bentuk grafik histogram Skor-skor yang diperoleh responden diubah dalam bentuk persentase.

Hasil dalam penelitian ini adalah bentuk verbal and emotional abuse

adalah manipulation/ making her/him self look pathetic (100%), sexual abuse

yang paling banyak dilakukan adalah mencium diam-diam (43,51%), sedangkan

physical abuse yang paling banyak dilakukan remaja yang berpacaran adalah

restraining (58,77%).

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini, dengan judul “Gambaran Sibling Rela tionship pada Remaja yang Kembar” untuk memenuhi persyaratan Ujian Seminar Psikologi Perkembangan.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan pihak lain maka peneliti tidak mampu menyelesaikan proposal skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian proposal skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti tujukan kepada:

1. Pertama, Fakultas Psikologi dan Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan fasilitas dalam bentuk literatur-literatur buku.

2. Kedua, kepada Dosen Pembimbing peneliti yaitu Pak Ari Widiyanta, M.Si., psikolog yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dari awal hingga akhir penyusunan proposal skripsi ini. Serta kepada Dosen Penguji ibu Mutia Nauly Lubis M.Si, psi dan Bu Ridhoi Meilona Purba, M.Si atas kritik dan masukan demi lebih baiknya proposal skripsi ini.

(5)

4. Seluruh sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah saling memberi dukungan dan masukan dalam menyelesaikan proposal skripsi ini, di tengah kesibukan Seminar dan Labsos masing-masing.

Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dilihat dari gaya bahasa maupun materinya. Hal ini dikarenakan kemampuan peneliti yang sangat terbatas. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar ke depan menjadi lebih baik.

Demikian agar dapat dimaklumi dan peneliti ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2010

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Cover Halaman Depan ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pernyataan ... iii

Abstract ... iv

Abstak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftra Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian. ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Sistematika Penelitian ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Dating Violence 1. Definisi Dating ...15

2. Definisi Violence ...15

3. Definisi Dating Violence ...16

4. Bentuk-Bentuk Dating Violence ...17

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dating Violence Pada Remaja ...22

6. Dampak Dating Violence ...27

7. Karakteristik Orang Yang Akan Menjadi Pelaku Dating Violence... 30

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel ... 34

B. Definisi Operasional Variabel ... 34

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 35

D. Instrumen Alat Ukur Yang Digunakan ... 37

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 39

1. Tahap Persiapan ... 39

2. Tahap Pelaksanann ... 40

3. Tahap Pengolahan Data ... 41

F. Metode Analisa Data ... 41

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data ... 42

1. Gambaran subjek penelitian ... 42

2. Hasil penelitian...48

B. Pembahasan ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

Daftar Pustaka ... 95

(8)

Daftar Tabel

Tabel 1 Daftar Kecamatan Tempat Penyebaran Kuesioner ... 42

Tabel 2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 3 Penyebaran Subjek Berdasarakan Usia ... 44

Tabel 4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 45

Tabel 5 Penyebaran Subjek Berdasarkan Lama Pacaran ... 46

Tabel 6 Penyebaran Subjek Berdasarakan Penggunaan Alkohol ...47

Tabel 7 Gambaran Umum Bentuk-Bentuk Dating Violence Pada Remaja Yang Berpacaran...48

Tabel 8 Gambaran Khusus Bentuk-Bentuk Dating Violence Pada Remaja Yang Berpacaran ... 49

Tabel 9 Name Calling ...50

Tabel 10 Intimidating Looks ... 51

Tabel 11 Use of Pagers and Cell Phones ………. 52

Tabel 12 Making Girl/Boy Wait By Phone ………...……….. 53

Tabel 13 Monopolizing a girls/boys time ……...………. 54

Tabel 14 Blaming ... 55

Tabel 15 Making a girls/boys feel insecure ...54

Tabel 16 Making him/her self look pathetic ………. ...55

Tabel 17 Making Threats ………. 56

Tabel 18 Interogatting ………..57

Tabel 19 Humiliatting her/him in public ………..58

(9)

Tabel 21 Hitting, Beating & Shoving ……….. 60

Tabel 22 Restraining ... 61

Tabel 23 Roughousing/ Play Wrestling ………..……… 62

Tabel 24 Date Rape ………. 63

Tabel 25 Unwanted Touching ………. 64

Tabel 26 Unwanted Kissing ... 65

Tabel 27 Gambaran Verbal and Emotional Abuse Berdasarkan Jenis Kelamin ..66

Tabel 28 Gambaran Sexual Abuse Berdasarkan Jenis Kelamin ...67

Tabel 29 Gambaran Physical Abuse Berdasarkan Jenis Kelamin... 68

Tabel 30 Gambaran Verbal and Emotional Abuse Berdasarkan Usia ... 69

Tabel 31 Gambaran Sexual Abuse Berdasarkan Usia ... 70

Tabel 32 Gambaran Physical Abuse Berdasarkan Usia...71

Tabel33 Gambaran Verbal and Emotional Abuse Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... ... 72

Tabel 34 Gambaran Sexual Abuse Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 73

Tabel 35 Gambaran Physical Abuse Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 74

Tabel 36 Gambaran Verbal and Emotional Abuse Berdasarkan Lama Pacaran...75

Tabel 37 Gambaran Sexual Abuse Berdasarkan Lama Pacaran ...76

Tabel 38 Gambaran Physical Abuse Berdasarkan Lama Pacaran ... 77

Tabel 39 Gambaran Verbal and Emotional Abuse Berdasarkan Lama Pacaran ..78

Tabel 40 Gambaran Sexual Abuse Berdasarkan Penggunaan Alkohol ... 79

Tabel 41 Gambaran Physical Abuse Berdasarkan Penggunaan Alkohol ...80

(10)

Daftar Gambar

Gambar 1 Daftar Kecamatan Tempat Penyebaran Kuesioner ... 42

Gambar 2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Gambar 3 Penyebaran Subjek Berdasarakan Usia ... 44

Gambar 4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 45

Gambar 5 Penyebaran Subjek Berdasarkan Lama Pacaran ... 46

Gambar 6 Penyebaran Subjek Berdasarakan Penggunaan Alkohol ...47

Gambar 7 Gambaran Umum Bentuk-Bentuk Dating Violence Pada Remaja Yang Berpacaran...48

Gambar 8 Gambaran Khusus Bentuk-Bentuk Dating Violence Pada Remaja Yang Berpacaran ... 49

Gambar 9 Name Calling ...50

Gambar 10 Intimidating Looks ... 51

Gambar 11 Use of Pagers and Cell Phones ……….. 52

Gambar 12 Making Girl/Boy Wait By Phone ………...………...….. 53

Gambar 13 Monopolizing a girls/boys time ……...……...………. 54

Gambar 14 Blaming ... 55

Gambar 15 Making a girls/boys feel insecure ... ...54

Gambar 16 Making him/her self look pathetic …….………... ...55

Gambar 17 Making Threats ………...………. 56

Gambar 18 Interogatting ………..57

(11)

Gambar 20 Breaking Treasured Items ……….59

Gambar 21 Hitting, Beating & Shoving ……...……….. 60

Gambar 22 Restraining ... 61

Gambar 23 Roughousing/ Play Wrestling ………..……… 62

Gambar 24 Date Rape ………. 63

Gambar 25 Unwanted Touching ………. 64

Gambar 26 Unwanted Kissing ... 65

Gambar 27 Gambaran Verbal and Emotional Abuse Berdasarkan Jenis Kelamin ………....66

Gambar 28 Gambaran Sexual Abuse Berdasarkan Jenis Kelamin ...67

Gambar 29 Gambaran Physical Abuse Berdasarkan Jenis Kelamin... 68

Gambar 30 Gambaran Verbal and Emotional Abuse Berdasarkan Usia ... 69

Gambar 31 Gambaran Sexual Abuse Berdasarkan Usia ... 70

Gambar 32 Gambaran Physical Abuse Berdasarkan Usia...71

Gambar 33 Gambaran Verbal and Emotional Abuse Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………... 72

Gambar 34 Gambaran Sexual Abuse Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 73

Gambar 35 Gambaran Physical Abuse Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 74

Gambar 36 Gambaran Verbal and Emotional Abuse Berdasarkan Lama ...75

Gambar 37 Gambaran Sexual Abuse Berdasarkan Lama Pacaran ...76

(12)

Gambar 39 Gambaran Verbal and Emotional Abuse Berdasarkan Lama Pacaran

...78

Gambar 40 Gambaran Sexual Abuse Berdasarkan Penggunaan Alkohol ... 79

Gambar 41 Gambaran Physical Abuse Berdasarkan Penggunaan Alkohol...80

(13)

Daftar Lampiran

(14)

Gambaran Bentuk-Bentuk Daing Violence Pada Remaja Yang Berpacaran Di Kota Medan

Olivia M Siagian dan Ari Widiyanta

ABSTRAK

Dating adalah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran afeksi, kognisi dan perilaku yang dilakukan oleh dua pihak yang sudah terjalin hubungan, yang mana interaksi tersebut dilakukan atas dasar kebutuhan kedua pihak dan interaksi ini terjadi melalui pemilihan pasangan. Dating violence adalah tindakan atau ancaman yang dilakukan secara sengaja baik melalui perilaku, perkataan maupun mimik wajah yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain dalam hubungan pacaran, dimana perilaku ini ditujukan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuatan atau kekuasaan dan kontrol atas pasangannya dalam hubungan pacaran. Bentuk-bentuknya terdiri dari verbal and emotional abuse,

sexual abuse & physical abuse. Remaja adalah individu yang usianya 12 sampai 21 tahun.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran bentuk-bentuk dating violence pada remaja yang berpacaran. Teknik Sampel yang digunakan adalah

nonprobability sampling yaitu incidental sampling. Yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 600 orang.

Data dalam penelitian ini diolah dengan analisis deskriptif pada penelitian ini mengunakan distribusi frekuensi dan persentase dari tabulasi data serta bentuk grafik histogram Skor-skor yang diperoleh responden diubah dalam bentuk persentase.

Hasil dalam penelitian ini adalah bentuk verbal and emotional abuse

adalah manipulation/ making her/him self look pathetic (100%), sexual abuse

yang paling banyak dilakukan adalah mencium diam-diam (43,51%), sedangkan

physical abuse yang paling banyak dilakukan remaja yang berpacaran adalah

restraining (58,77%).

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia dalam hidupnya, selalu membentuk hubungan sosial dengan orang lain. Menurut Forgas dan Fitness (2008), hubungan sosial ini akan meningkat seiring dengan pertambahan usia manusia itu sendiri, seperti yang dijelaskan oleh Connolly, Craig, Goldberg, & Pepler (dalam Marcus, 2007), bahwa pada masa kanak-kanak awal, hubungan sosial yang terbentuk adalah hubungan sosial dengan keluarga, kemudian pada masa kanak-kanak menengah sampai akhir, hubungan sosial yang terbentuk adalah pertemanan sesama gender, namun terdapat perubahan dramatik atas hubungan sosial dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Perubahan dramatik tersebut adalah dari hubungan sesama gender dan hubungan orangtua-anak, menjadi hubungan mixed gender dan hubungan romantis.

Hubungan romantis ini sering juga disebut dengan dating. Dating dimulai pada masa remaja. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis (Hurlock, 1999).

(16)

seperti sikap individu tersebut akan lebih positif terhadap dunia secara keseluruhan (Hendrick & Hendrick dalam Fiske, 2008).

Individu ini juga tidak ingin dipisahkan dengan orang yang disukai oleh mereka (Aron, Paris, & Aron dalam Fiske, 2008). Harapan individu untuk tidak dipisahkan dari orang tersebut akan membuat individu ingin mengekspresikan cinta atau rasa sukanya, dan akhirnya individu tersebut juga ingin memiliki ikatan yang disebut dengan pacaran atau dating (Connolly dkk dalam Furman, Mc Dunn & Young, 2005).

Menurut Tucker (2004) dating dimulai dari berkenalan, berteman dan kemudian pacaran. Pacaran atau dating didefinisikan sebagai interaksi dyadic, termasuk didalamnya adalah mengadakan pertemuan untuk berinteraksi dan melakukan aktivitas bersama dengan keinginan secara eksplisit atau implisit untuk meneruskan hubungan setelah terdapat kesepakatan tentang status hubungan mereka saat ini (Straus, 2004).

Dating memiliki beberapa fungsi penting dalam kehidupan seseorang, yaitu: rekreasi dan hiburan, meningkatkan status, belajar bersosialisasi, kesempatan eksplorasi, dan salah satu cara untuk memilih pasangan hidup (Green dalam DeGenova, 2008). Masa pacaran (dating) penting untuk dilalui karena tujuan dari dating itu sendiri adalah saling mengenal pasangan lebih lanjut, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan setelah menikah (Cate & Lloyd, dalam DeGenova 2008).

(17)

sosioekonomi yang berbeda, era historis dan konteks budaya. Terlepas dari perbedaan ini, terdapat persamaan secara struktural, yaitu hubungan ini selalu memakan waktu dan energi yang cukup besar (Straus, 2004).

Kegiatan yang menghabiskan waktu dan energi yang cukup besar dalam

dating diantaranya adalah pergi berbelanja, nonton film bersama, makan bersama atau sekedar mengunjungi pasangan di rumah mereka (Straus, 2004). Sekilas, hal ini terlihat cukup membahagiakan pasangan masing-masing, padahal data di lapangan dan kondisi aktivitas dating di kalangan remaja terjadi secara besar-besaran dalam intensitas jumlah dan kualitas pelanggaran atau kekerasan yang semakin menunjukkan angka yang mencengangkan (Set, 2009).

Hal diatas diperkuat oleh data statistik yang mengindikasikan bahwa remaja memiliki resiko yang lebih besar untuk terlibat dalam kekerasan dalam hubungan pacaran dibandingkan dengan orang dewasa (Women of Color Network, 2008). Bahkan remaja yang usianya lebih muda, akan lebih sering menjadi korban kekerasan dibandingkan dengan remaja dengan usia yang lebih tua (Bachman & Saltzman dalam National Center for Injury P revention and Control, 2000). Menurut Wolfe (2009), hal ini disebabkan harapan peran gender memainkan peranan penting dalam pembentukkan strategi remaja untuk mencocokkan diri dan agar mendapatkan penerimaan di lingkungannya terutama di masa awal remaja. Periode ini mengakibatkan perasaan stressful pada remaja, sehingga remaja cenderung menggunakan taktik melukai.

(18)

64% memiliki pacar yang cemburuan dan ingin tahu segalanya tentang pasangannya setiap waktu. Sebuah lembaga pencegahan terjadinya violence di Amerika Family Prevention Fund (2009) menemukan bahwa terdapat 26% remaja putri yang mendapatkan ancaman dari pacar mereka, satu dari empat remaja mengatakan bahwa dirinya mendapatkan hinaan dan direndahkan melalui telepon dan pesan singkat di telepon seluler. Zwicker (dalam America Bar Assocciation, 2006), menyebutkan bahwa 39% dari remaja putri mengaku berpacaran dengan orang yang selalu mengontrol dan mengatur mereka setiap waktu. Survey yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa setidaknya 1 dari 10 siswa sekolah menengah akhir mendapatkan pukulan dan tamparan dari pacar mereka (Family Prevention Fund, 2009). Laporan baru tentang kekerasan pada remaja di Amerika adalah lebih dari 8 miliar remaja putri per tahun menderita akibat kekerasan yang dilakukan oleh pasangan mereka, yang kira-kira berumur remaja juga (Murray, 2007). Berdasarkan Federal Bureau of Investigation’s (1993-1999)

Supplementary Homicide Reports, 10% dari semua remaja putri usia 12 sampai 15 tahun dan 22% dari semua remaja putri usia 16 sampai 19 tahun, dibunuh oleh pacar mereka (Hickman, Jaycox & Aronoff, 2004).

Youth Risk Behavior Surveillance (YRBS) (dalam Teen Dating Violence

(19)

dinginkan, pelukan, kontak kelamin, dan hubungan seksual yang tidak diinginkan. 37% remaja mendapatkan video telanjang atau semi telanjang dari pacar mereka.

Kasus kekerasan ini juga dialami oleh artis remaja seperti Rihanna (20) dan Chris Brown (19), seperti yang dituliskan oleh wartawan Wartakota, Brown menghempaskan kepala sang pacar Rihanna ke jendela mobil yang mereka kendarai, kemudian memukul Rihanna berulangkali (Antara, 2009).

Di Indonesia, menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, terdapat satu dari lima remaja yang mengalami kekerasan seksual, kesimpulan ini didasarkan pada survey terhadap 300 remaja (Rahmawati, 2008).

Lebih lanjut, Kota Medan sendiri sebagai kota metropolitan dengan angka kenakalan remaja tertinggi bersama-sama dengan DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Sulawesi Selatan, dan Pontianak, ditemukan bahwa terdapat 800 kasus kekerasan di Medan, dan 30 %-nya dilakukan oleh pacar (dalam Gatra Online, 2004). Laporan kekerasan dalam pacaran di Kota Medan, juga dilansir oleh beberapa surat kabar, sebut saja kasus O (21 tahun) yang melakukan pemukulan kepada N (19 tahun) pacarnya (dalam SIB online, 2009).

(20)

Berikut adalah kutipan wawancara dengan salah satu korban kekerasan yang dilakukan oleh pacar di Kota Medan

E.C.Sari (19 Tahun): (Komunikasi Personal, 24 Januari 2010)

”Cowokku pernah ngela rang aku untuk gak kerja lagi di tempat dulu aku kerja, kalo gak pindah aku dari sana, mau diputusinnya aku, dibilangnya gini, kau pilih aku atau teman-temanmu??..padahal aku dah sukak kali kerja disana Liv, dah akrab lagi sama teman-teman disana. Dia juga sering kali meriksa -meriksa hape ku.. trus dia juga sukak ngelarang aku nongkrong sama teman-teman yang gak gitu dia kenal, apalagi cowok.. cemburulah intinya Liv.. Kalo` aku gak ngelakuin apa yang dia mau, marah dia sama ku.. dan dulu dia pernah juga mukul aku Liv.. Cuma aku dan teman-temanku aja yang tau ini Liv, mana pernah kuaduin sama yang lain... Tapi gitulah Liv, masih jadian juga kami sampai sekarang, memang takut kali aku kalau dia ngulangin kesalahannya lagi.. tapi memang udah itu

kekurangannya dan dia janji mau berubah”.

Kutipan wawancara diatas senada dengan yang disampaikan oleh Llyod & Emery (dalam Few & Rosen, 2005), bahwa korban kekerasan ini enggan untuk memutuskan hubungan dengan pacar mereka, karena mereka memiliki fantasi romantis, mereka juga memiliki keyakinan bahwa pacar mereka nantinya akan berubah, mereka dapat meminimalisir dampak kekerasan, dan menganggap bahwa diri merekalah yang bertanggung jawab atas semua kekerasan yang diperbuat pacar mereka .

Kasus-kasus yang sehubungan dengan kekerasan yang dilakukan oleh pacar, yang telah disebutkan sebelumnya disebut dengan dating violence. Dating violence adalah serangan seksual, fisik, maupun emosional yang dilakukan kepada pasangan, sewaktu berkencan (Kelly 2006). Lebih lanjut sebuah lembaga yang memberikan bantuan kepada remaja yang mengalami tindakah kriminal Teen tolls

(21)

melecehkan, perilaku kekerasan dalam hubungan romantis, yang bisa terjadi pada pasangan heteroseksual maupun homoseksual.

Peneliti The University of Michigan Sexual Assault Prevention and Awareness Center Burandt, Wickliffe, Scott, Handeyside, Nimeh & Cope (dalam Murray, 2007) mendefsiniskan dating violence sebagai tindakan yang disengaja (intentional), yang dilakukan dengan menggunakan taktik (melukai) abusive dan paksaan fisik untuk memperoleh atau mempertahankan kekuatan (power) dan kontrol (control) terhadap pasangan dating-nya.

Menurut Murray (2007), bentuk-bentuk datingviolence sendiri terdiri atas 3, yaitu (1) verbal and emotional abuse, (2) sexual abuse, (3) physical abuse.

Verbal and emotional abuse adalah ancaman yang dilakukan pasangan terhadap pacarnya dengan perkataan maupun mimik wajah, seperti: menuduh pasangannya berselingkuh, mengintimidasi, menginterogasi pacarnya setiap waktu, dan lain-lain. Sexual abuse adalah pemaksaan untuk melakukan kegiatan atau kontak seksual sedangkan pacar mereka tidak menghendakinya. Physical abuse adalah perilaku yang mengakibatkan pacar mereka terluka secara fisik, seperti memukul, menampar, menendang dan sebagainya.

(22)

luka, dan rendahnya self esteem. Terlebih lagi dating violence sendiri bisa mengakibatkan kematian, dan jika terjadi pada masa remaja, maka datingviolence

akan mengakibatkan terganggunya hubungan romantis dan pola interaksi yang akan terbawa ke masa dewasa.

Terganggunya hubungan romantis dan pola interaksi ditunjukkan oleh penelitian Amar dan Alexy (2005) terhadap 210 orang perempuan korban dating violence, yaitu ditemukan bahwa 44% dari korban dating violence menampilkan rasa waspada yang ekstrim dengan orang yang mereka kencani, 34 % melaporkan bahwa mereka sulit membangun hubungan yang intim dengan orang lain atau pacar.

Dampak dating violence yang telah disebutkan sebelumnya tentu saja tidak hanya dialami oleh remaja putri, karena remaja putra pun ada yang mengalami dating violence. Proporsi korban dating violence ini beraneka ragam berdasarkan bentuk, misalnya menurut penelitian wanita lebih sering menjadi korban physical abuse dan sexual abuse dibandingkan pria, sedangkan pria lebih sering menjadi korban verbalandemotionalabuse (Foshee, 1996).

Selain berdasarkan gender, kejadian dating violence juga berbeda berdasarkan penggunaan alkohol, yaitu sebanyak 75% dari korban kekerasan mengaku bahwa pasangan mereka sedang dibawah pengaruh alkohol ketika hendak melakukan kekerasan (Roudsari, Leahy & Walters, 2009). Menurut Billingham, Riggs & O’Leary (dalam Luthra & Gidycz, 2006) dating violence

(23)

tersebut akan semakin meningkat.Beberapa wanita menjadi korban pada kencan pertama, tetapi sebagian besar menjadi korban setelah berpacaran dalam waktu yang lama (The National Clearinghouse on Family Violence, 1995). Pelaku dating violence juga merupakan individu dengan pendidikan yang rendah (World Report On Violence and Health, 2002).

Maraknya kasus dan seriusnya dampak dating violence membuat banyak peneliti ingin meneliti mengapa mereka yang menjalin hubungan pacaran (saling mencintai) melakukan kekerasan kepada pasangannya. Arnett (dalam Marcus, 2007), mengatakan bahwa violence memang kerap terjadi di usia remaja, begitu juga dengan dating violence. Hal ini dikarenakan terdapat 3 bentuk disruption

(24)

dirinya sendiri dan oranglain disekitar mereka. Perilaku ini seperti meminum alkohol, merokok, dan menghamili pacar mereka.

Menurut Domestic and Dating Violence: An Information and Resource Handbook (dalam Murray, 2007), hal-hal yang berkontibusi bagi terjadinya dating violence pada remaja adalah penerimaan teman sebaya, harapan peran gender, pengalaman yang sedikit, jarang berhubungan dengan pihak yang lebih tua, sedikit akses ke layanan masyarakat, legalitas, penggunaan obat-obatan.

Berdasarkan fakta dan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “gambaran bentuk-bentuk dating violence pada remaja yang berpacaran di Kota Medan”. Hal ini dilakukan sebagai respon dari semakin meningkatnya angka dating violence dan banyaknya dampak yang akan dirasakan oleh korban dating violence tersebut, terkhusus pada remaja, karena inilah tahap awal mereka menjalin hubungan romantis. Terlebih lagi remaja yang tinggal di daerah perkotaan yang cenderung memiliki angka dating violence yang tinggi (O’Keefe, & Watson dalam Hickman, Jaycox & Arronoff, 2004), karena remaja di Kota lebih banyak dipertunjukkan pada perilaku-perilaku agresi secara langsung. (Caims & Caims dalam Haberyan & Kibler, 2008).

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran dating violence pada remaja Kota Medan

(25)

3. Bagaimana gambaran bentuk-bentuk dating violence berdasarkan kelompok usia (remaja awal, tengah dan akhir).

4. Bagaimana gambaran bentuk-bentuk dating violence berdasarkan tingkat pendidikan

5. Bagaimana gambaran bentuk-bentuk dating violence berdasarkan penggunaanminumankerasataualkohol

6. Bagaimana gambaran bentuk-bentuk dating violence berdasarkan lamanya menjalin hubungan dating

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Gambaran dating violence pada remaja, dan ditinjau dari perbedaan jenis kelamin, kelompok usia, tingkat pendidikan, penggunaan alkohol, dan lamanya menjalin hubungan pacaran

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah Manfaat Teoritis

(26)

Manfaat Praktis 1. Bagi Remaja

Memberikan informasi kepada remaja mengenai kekerasan yang umumnya terjadi dalam hubungan pacaran sehingga lebih selektif dalam memilih pacar dan lebih mawas diri atas tindakan-tindakan kekerasan yang terjadi.

2. Bagi Orangtua

Memberikan informasi kepada orangtua mengenai kekerasan yang umumnya terjadi dalam hubungan pacaran, sebagai pengetahuan awal bagi antisipasi lebih lanjut orang tua terhadap berkembanganya perilaku ini.

3. Bagi Lembaga Swadaya Masyarakat

Hasil penelitian ini juga bisa memberikan gambaran bentuk-bentuk dating violence pada remaja remaja yang berpacaran kepada LSM, supaya lebih tanggap dan mengadakan pembinaan lebih lanjut kepada remaja.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah : Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori

(27)

Bab III:Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai rumusan pertanyaan penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji daya beda butir pernyataan dan reliabilitas, serta metode analisis data. Bab IV:Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan.

Bab V:Kesimpulan dan Saran

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Definisi Dating

Menurut Straus dalam jurnalnya Prevalence of Violence Against Dating Partners by Male and Female University Students Worldwide (2004). Dating

didefinisikan sebagai interaksi dyadic, termasuk didalamnya adalah mengadakan pertemuan untuk berinteraksi dan melakukan aktivitas bersama dengan keinginan secara eksplisit dan implisit untuk meneruskan hubungan setelah terdapat kesepakatan tentang status hubungan mereka saat ini.

Collins (dalam Marcus, 2007) mengatakan bahwa terdapat 5 hal yang dapat menjelaskan sebuah hubungan sebagai dating. Kelima hal tersebut adalah: (1) involvement – apakah remaja tersebut pacaran, usia dimana dia memulai pacaran, dan konsistensi serta frekuensi pacaran (2) partner-selection – siapa yang mereka pilih menjadi pacar mereka (apakah usianya lebih tua, sama atau dari suku dan sosioekonomi status yang berbeda atau sama) (3) content – apa yang dilakukan mereka bersama-sama, keberagaman dari aktivitas yang dilakukan bersama, situasi yang dihindari ketika mereka bersama; (4) quality – hal dimana hubungan tersebut menghasilkan suatu pengalaman yang menguntungkan, seperti

(29)

Jadi, dating adalah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran afeksi, kognisi dan perilaku yang dilakukan oleh dua pihak yang sudah terjalin hubungan, yang mana interaksi tersebut dilakukan atas dasar kebutuhan kedua pihak dan interaksi ini terjadi melalui pemilihan pasangan.

2. Definisi Violence

Definisi violence menurut VandenBos (dalam Marcus, 2007) merupakan ekspresi kemarahan dengan tujuan untuk melukai atau merusak seseorang atau properti mereka secara fisik, emosi, maupun seksual.

3. Definisi Dating Violence

Dating violence adalah tindakan atau ancaman untuk melakukan kekerasan, yang dilakukan salah seorang anggota dalam hubungan dating ke anggota lainnya (Sugarman & Hotaling dalam Krahe, 2001). Selain itu, menurut

The National Clearinghouse on Family Violence and Dating Violence (2006),

dating violence adalah serangan seksual, fisik, maupun emosional yang dilakukan kepada pasangan, sewaktu berpacaran.

The American Psychological Association (dalam Warkentin, 2008) menyebutkan bahwa dating violence adalah kekerasan psikologis dan fisik yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam hubungan pacaran, yang mana perilaku ini ditujukan untuk memperoleh kontrol, kekuasaan dan kekuatan atas pasangannya.

(30)

Murray, 2007) mendefiniskan dating violence sebagai tindakan yang disengaja (intentional), yang dilakukan dengan menggunakan taktik melukai dan paksaan fisik untuk memperoleh dan mempertahankan kekuatan (power) dan kontrol (control) terhadap pasangan dating-nya. Lebih lanjut dikatakan bahwa perilaku ini tidak dilakukan atas paksaan orang lain, sang pelaku lah yang memutuskan untuk melakukan perilaku ini atau tidak, perilaku ini ditujukan agar sang korban tetap bergantung atau terikat dengan pasangannya.

Jadi, dating violence adalah ancaman atau tindakan untuk melakukan kekerasan kepada salah satu pihak dalam hubungan berpacaran, yang mana kekerasan ini ditujukan untuk memperoleh kontrol, kekuasaan dan kekuatan atas pasangannya. Perilaku ini bisa dalam bentuk kekerasan emosional, fisik dan seksual.

4. Bentuk-Bentuk Dating Violence

a. Verbal and Emotional Abuse

Verbal and emotional abuse adalah ancaman yang dilakukan pasangan terhadap pacarnya dengan perkataan maupun mimik wajah.

Menurut Murray (2007), verbal and emotional abuse terdiri dari: 1. Name calling

(31)

Mereka menerima tipe kekerasan ini, karena mereka tidak memiliki self esteem yang tinggi, sehingga tidak bisa mengatakan jika saya jelek, mengapa kamu masih bersama saya sekarang

2. Intimidating looks

Pasangannya atau pacarnya akan menunjukkan wajah yang kecewa tanpa mengatakan alasan mengapa ia marah atau kecewa dengan pacarnya, jadi pihak laki-laki atau perempuannya mengetahui apakah pacarnya marah atau tidak dari ekspresi wajahnya.

3. Use of pagers and cell phones

Seorang pacar ada yang memberikan ponsel kepada pacarnya, supaya dapat mengingatkan atau supaya tetap bisa menghubungi pacarnya. Alat komunikasi ini memampukan pacarnya untuk memeriksa keadaan pacarnya sesering mereka mau. Ada juga dari mereka yang tidak memberikan ponsel kepada pacarnya, namun baik yang memberikan ponsel maupun yang tidak memberikan ponsel tersebut akan marah ketika orang lain menghubungi pacarnya, meskipun orangtua dari pacarnya, karena itu mengganggu kebersamaan mereka. Individu ini harus mengetahui siapa yang menghubungi pacarnya dan mengapa orang tersebut menghubungi pacarnya. 4. Making a boy/girl wait by the phone

(32)

keluarga. Hal ini terjadi berulangkali, sehingga membuat si pacar tidak menerima telepon dari temannya, tidak berinteraksi dengan keluarganya karena menunggu telepon dari pacarnya.

5. Monopolizing a girl’s/ boy`s time

Korban dating violence cenderung kehabisan waktu untuk melakukan aktivitas dengan teman atau untuk mengurus keperluannya, karena mereka selalu menghabiskan waktu bersama dengan pacarnya.

6. Making a girl`s/ boy`s feel insecure

Seringkali orang yang melakukan dating violence memanggil pacarnya dengan mengkritik, dan mereka mengatakan bahwa semua hal itu dilakukan karena mereka sayang pada pacarnya dan menginginkan yang terbaik untuk pacarnya. Padahal mereka membuat pacar mereka merasa tidak nyaman. Ketika pacar mereka terus menerus dikritik, mereka akan merasa bahwa semua yang ada pada diri mereka buruk, tidak ada peluang atau kesempatan untuk meninggalkan pasangannya.

7. Blaming

Semua kesalahan yang terjadi adalah perbuatan pasangannya, bahkan mereka sering mencurigai pacar mereka atas perbuatan yang belum tentu disaksikannya, seperti menuduhnya melakukan perselingkuhan.

8. Manipulation / making himself look pathetic

(33)

mengatakan kepada pacarnya bahwa dia akan bunuh diri jika tidak bersama pacarnya lagi.

9. Making threats

Biasanya mereka mengatakan jika kamu melakukan ini, maka saya akan melakukan sesuatu padamu. Ancaman mereka bukan hanya berdampak pada pacar mereka, tetapi kepada orangtua, dan teman mereka.

10. Interrogating

Pasangan yang pencemburu, posesif, suka mengatur, cenderung menginterogasi pacarnya, dimana pacarnya berada sekarang, siapa yang bersama mereka, berapa orang laki-laki atau wanita yang bersama mereka, atau mengapa mereka tidak membalas pesan mereka.

11. Humiliating her/ him in public

Mengatakan sesuatu mengenai organ tubuh pribadi pacarnya kepada pacarnya di depan teman-temannya. Atau mempermalukan pacarnya di depan teman-temannya.

12. Breaking treasured items

Tidak memperdulikan perasaan atau barang-barang milik pacar mereka, jika pasangan mereka menangis, mereka menganggap hal itu sebuah kebodohan.

b. Sexual Abuse

(34)

lebih sering melakukan tipe kekerasan ini dibandingkan wanita (Hamby, Sugarman, & Boney-McCoy, dalam Heatrich & O`Learry, 2007).

Menurut Murray (2007), sexualabuse terdiri dari: 1. Daterape

Melakukan hubungan seks tanpa ijin pasangannya atau dengan kata lain disebut dengan pemerkosaan. Biasanya pasangan mereka tidak mengetahui apa yang akan dilakukan pasangannya pada saat itu.

2. Unwantedtouching

Sentuhan yang dilakukan tanpa persetujuan pasangannya, sentuhan ini kerap kali terjadi di bagian dada, bokong dan yang lainnya.

3. Unwantedkissing

Mencium pasangannya tanpa persetujuan pasangannya, hal ini bisa terjadi di area publik atau di tempat yang tersembunyi.

c. Physical Abuse

Physical abuse adalah perilaku yang mengakibatkan pacar terluka secara fisik, seperti memukul, menampar, menendang dan sebagainya (Murray, 2007). Wanita juga melakukan kekerasan tipe ini dengan pasangannya akan tetapi konsekuensi fisik yang dihasilkan tidak begitu berbahaya seperti yang dilakukan pria terhadap wanita. (Cantos, Neidig, & O’Leary, 1994; Cascardi, Langhinrichsen, & Vivian, 1992; Stets & Straus, dalam Heatrich & O`Learry, 2007).

Physicalabuse terdiri dari (Murray, 2007):

(35)

Ini merupakan tipe abuse yang dapat dilihat dan diidentifikasi, perilaku ini diantaranya adalah memukul, menampar, menggigit, mendorong ke dinding dan mencakar baik dengan menggunakan tangan maupun dengan menggunakan alat. Hal ini menghasilkan memar, patah kaki, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai hukuman kepada pasangannya. (Mark McGwire dan Sammy Sosa dalam Murray, 2007)

2. Restraining

Perilaku ini dilakukan pada saat menahan pasangan mereka untuk tidak pergi meninggalkan mereka, misalnya menggengam tangan atau lengannya terlalu kuat.

3. Roughhousing/play wrestling

Menjadikan pukulan sebagai permainan dalam hubungan, padahal sebenarnya pihak tersebut menjadikan pukulan-pukulan ini sebagai taktik untuk menahan pasangannya pergi darinya. Ini menandakan dominasi dari pihak yang melayangkan pukulan tersebut.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dating Violence Pada Remaja

Berdasarkan Domestic and Dating Violence: An Information and Resource Handbook (dalam Murray, 2007). Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi untuk datingviolence, yaitu:

(36)

Remaja cenderung ingin mendapatkan penerimaan dari teman sebaya mereka, misalnya remaja pria dituntut oleh teman sebayanya untuk melakukan kekerasan sebagai tanda kemaskulinan mereka (Leaver, 2007). b. Harapan Peran Gender

Pria diharapkan untuk lebih mendominasi sedangkan wanita diharapkan untuk lebih pasif. Pria yang menganut peran gender yang mendominasi akan lebih cenderung mengesahkan perbuatan dating violence kepada pasangannya, sedangkan wanita yang menganut peran gender yang pasif, akan lebih menerima dating violence dari pasangannya.

c. Pengalaman Yang Sedikit

Secara umum, remaja memiliki sedikit pengalaman dalam berpacaran dan menjalin hubungan dibandingkan dengan orang dewasa, dan remaja tidak mengerti seperti apa pacaran yang benar, dan apakah setiap hal yang mereka lakukan saat pacaran adalah baik. Contohnya, cemburu dan posesif dari abuser dilihat sebagai tanda cinta dan sesuatu yang dipersembahkan dari abuser.

Karena kurangnya pengalaman, mereka menjadi kurang objektif dalam menilai hubungan mereka.

d. Jarang Berhubungan dengan Pihak yang Lebih Tua

Nancy Worcester in “A More Hidden Crime: Adolescent Battered

(37)

dewasa akan membuat kepercayaan diri dan kemandirian diri mereka hilang. Inilah yang membuat mereka menutupi dating violence yang terjadi pada diri mereka.

e. Sedikit akses ke layanan masyarakat

Anak dibawah usia 18 tahun mempunyai akses yang sedikit ke pengobatan medis, dan meminta perlindungan ke tempat penampungan orang-orang yang menjadi korban kekerasan. Mereka membutuhkan panduan orangtua, tetapi mereka takut mencarinya. Hal ini akan menghambat remaja untuk terlepas dari kekerasan dalam pacaran.

f. Legalitas

Kesempatan legal berbeda antara orang dewasa dan remaja, dimana remaja kurang memiliki kesempatan legal. Remaja sering kali memiliki akses yang sedikit ke pengadilan, polisi dan bantuan. Ini merupakan rintangan bagi remaja untuk melawan dating violence.

g. PenggunaanObat-obatan

(38)

World Report On Violence And Health (1999)mengindikasikan faktor-faktor yang menyebabkan dating violence diantaranya:

a. Faktor Individual

Faktor demografi yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan kepada pasangannya adalah usia yang muda dan memiliki status ekonomi yang rendah. The Health and Development Study in Dunedin, New Zealand – Dalam satu penelitian longitudinalnya menunjukkan bahwa seseorang yang berasal dari keluarga yang melakukan kekerasan- berasal keluarga umumnya berada pada level ekonomi yang rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah atau pendidikan yang rendah, maka mereka akan melakukan dating violence.

b. Sejarah Kekerasan dalam Keluarga

Studi yang dilakukan di Brazil, Afrika dan Indonesia menunjukkan bahwa

dating violence cenderung dilakukan oleh laki-laki yang sering mengobservasi ibunya yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. c. Penggunaan Alkohol

Penelitian Black, dkk yang diadakan di Brazil, Cambodia, Canada, Chile, Colombia, Costa Rica, El Salvador, India, Indonesia, Nicaragua, Afrika Selatan, Spanyol dan Venezuela menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peminum minuman keras dengan menjadi pelaku

(39)

Roudsary, Leahy & Walters, 2009) menggunakan pengukuran penggunan alcohol satu kali seminggu dalam memprediksikan pelaku dating violence.

d. GangguanKepribadian

Penelitian di Canada menunjukkan bahwa laki-laki yang menyerang pasangannya cenderung mengalami emotionally dependent, insecure dan rendahnya self-esteem sehingga sulit mengontrol dorongan-dorongan yang ada dalam diri mereka. Mereka juga memiliki skor yang tinggi pada skala

personality disorder termasuk diantaranya antisocial, aggressive and borderline personality disorders.

e. Faktor dalam Hubungan

O’Kefee (2005) mengatakan bahwa, kurangnya kepuasan dalam hubungan, semakin banyaknya konflik yang terjadi dalam hubungan tersebut akan meningkatkan terjadinya dating violence.

(40)

f. FaktorKomunitas

Dengan tingkat ekonomi yang tinggi, maka orang-orang lebih mampu untuk melakukan perlindungan ataupun pembelaan terhadap kekerasan yang dialaminnya. Meskipun tidak selalu benar bahwa kemiskinan meningkatkan kekerasan. Tapi tinggal dalam kemiskinan dapat menyebabkan hopelessness.

Untuk beberapa pria, tinggal dalam kemiskinan bisa mengakibatkan stress, frustrasi, dan perasaan tidak mampu untuk memenuhi harapan sosial, atau hidup sesuai dengan harapan sosial. Peran gender tradisional, ada tidaknya sanksi dalam komunitas itu, atau daerah tempat tinggal pelaku dan korban merupakan bekas daerah perang sehingga tersedia peralatan perang juga turut berperan.

Terpapar dengan kekerasan yang terjadi di komunitas berhubungan dengan menjadi pelaku dating violence dikedua gender (Malik dalam O`Kefee, 2005). Terpapar dengan kekerasan yang terjadi di komunitas akan meningkatkan kekerasan yang terjadi, mungkin ini disebabkan oleh penerimaan seseorang mengenai violence tersebut. (O’Keefe, 2005).

6. Dampak Dating Violence

(41)

Dating violence dapat mengakibatkan luka dibagian wajah, tulang, bagian tubuh lainnya, AIDS, penyakit seksual lainnya dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.

b. Secara Psikologis 1. Fear

Ketakutan merupakan perasaan yang paling dominan yang dirasakan oleh korban. Hal ini akan membayang-bayangi kemana saja mereka akan pergi dan apa saja yang akan mereka lakukan. Bahkan juga dapat mengganggu pola tidur mereka, seperti dapat mengakibatkan insomnia atau mimpi buruk. Terganggunya tidur dapat mengakibatkan korban tergantung pada obat tidur.

2. Lowself-esteem:

Akhir dari dating violence yang dialami oleh korban adalah hancurnya

self esteem. Kepercayaan diri, rasa berharga atas dirinya, dan keyakinan tentang kemampuannya semua berubah. Kekerasan yang lebih hebat lagi dan lebih lama lagi akan menurunkan self image

seseorang, misalnya mereka mulai percaya nama yang digunakan pasangan mereka ketika memanggil mereka, seperti bodoh, tidak bisa berbuat apapun, jelek dan sebagainya menjadi bagian dari diri mereka. 3. Internalization of oppression

(42)

4. Internalized Blame

Mereka yang menjadi korban seringkali percaya bahwa merekalah yang bersalah dan menyebabkan kekerasan terjadi. Mereka berfikir bahwa mereka mendapatkan kekerasan karena mereka melakukan kesalahan

5. Helplessness

Korban dating violence sering kali merasa tidak berdaya, hal ini berarti bahwa usaha mereka untuk mengontrol, lari atau menghindar dari

dating violence tidak berhasil. Ini akan menghasilkan perasaan tak berdaya yang mengarahkan pada kepercayaan mereka bahwa mereka tidak dapat merubah situasi.

6. Isolation

Korban akan jauh dari orang-orang yang mungkin akan menolong mereka. Hal ini karena pasangan mereka mengatur segala sesuatu mengenai hidup mereka.

7. Mood Swings

(43)

7. Karakteristiik Orang Yang Akan Menjadi Pelaku Dating Violence

Beberapa ciri orang yang akan melakukan dating violence adalah: 1. Rendahnya selfesteem atau selfimage yang buruk

Self esteem adalah keseluruhan sikap kepada diri, apakah positif atau negatif (Rosenberg, dalam Baron, Byrne & Branscombe, 2006). Orang-orang dengan self esteem dan self image yang rendah ingin meningkatkan

self esteem dan self image mereka dengan menunjukkan kekuatan mereka atas pasangan mereka.

2. Toleransi yang sedikit kepada frustrasi

Frustrasi didefinisikan sebagai perasaan yang timbul ketika terdapat situasi yang merintangi goal (Dollard, Doob, Miller, Mower; & Sears dalam Baron et al

.

, 2006). Roseinzweig (dalam Kellen, 2009) mengatakan bahwa reaksi seseorang kepada situasi frustrasi bisa favorable atau tidak

favorable berdasarkan toleransi frustrasi seseorang. Kellen (2009) mengatakan bahwa memiliki toleransi frustasi yang rendah seringkali merupakan faktor yang dapat menciptakan kemarahan dan kekerasan. 3. Mood yang sering berubah-ubah

Orang dengan tipe ini biasanya kelihatan tenang dalam beberapa menit, dan tiba-tiba berperilaku agresif kemudian (Adetunji, 2008).

4. Short tempered or anger prone

(44)

5. Kecemburuan yang berlebihan

Kecemburuan terjadi dengan pihak ketiga dalam hubungan, dimana pihak yang cemburu merasa bahwa pasangan mereka membina hubungan dengan oranglain. Seseorang yang pencemburu menunjukkan ekspresi cemburu mereka, seperti kemarahan maupun kekerasan fisik (Peppermint, 2006).

6. Terlalu posesif

Posesif merupakan perasaan takut akan kehilangan seseorang (Hendrick & Hendrick dalam Baron, Byrne & Branscombe 2006). Perasaan ini membuat pasangan mereka ingin mengontrol segala sesuatu mengenai pasangannya, dan tidak jarang kontrol yang dilakukan terlalu berlebihan dan mengekang pasangannya.

C. Dating dan Remaja Kota Medan

Remaja merupakan masa transisi, suatu masa dimana periode anak-anak sudah terlewati dan disatu sisi belum dikatakan dewasa (Stuart and Sundeen, 1995). Steinberg (2002) menyatakan masa remaja sebagai masa peralihan dari ketidakmatangan pada masa kanak-kanak menuju kematangan pada masa dewasa.

(45)

2002). Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial (Hurlock, 1999).

Perubahan sosial yang ditunjukkan remaja adalah memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Perubahan sosial yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya (Hurlock, 1999).

Medan yang merupakan Kota terbesar yang mengalami kemajuan dan pembangunan diluar Pulau Jawa, memiliki Remaja yang umumnya mengunjungi

(46)

toko, plaza, mall, atau di stasiun KA dan terminal bus, yang sudah layaknya seperti rumah bagi mereka (Damanik, 2006).

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran bentuk-bentuk dating violence pada remaja yang berpacaran.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL

Gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya, maupun dalam tingkatannya, disebut dengan variabel (Hadi, 2000). Sesuai dengan judul penelitian yaitu gambaran bentuk-bentuk dating violence pada remaja yang berpacaran di Kota Medan, maka terdapat 1 (satu) variabel saja, yaitu dating violence.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

(48)

Definisi operasional dari bentuk-bentuk dating violence adalah sebagai berikut: 1. Verbal and emotional abuse adalah ancaman, pengabaian, penyelidikan,

pengekangan maupun pengrusakan yang dilakukan kepada pasangan dan hal-hal yang terkait dengan pasangannya, seperti aktivitas, perasaan, hak untuk berbicara, keluarga, maupun benda milik pasangannya yang dilakukan secara sengaja dan bertujuan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuataan dan kontrol atas pasangannya, hal ini dilakukan dalam bentuk kata-kata, mimik wajah, gestur, dan perilaku. 2. Sexual Abuse adalah pemaksaan untuk melakukan kegiatan atau kontak

seksual meliputi kissing, hubungan intim maupun sentuhan dimana pasangan tidak menghendakinya, hal ini dilakukan secara sengaja dan bertujuan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuataan dan kontrol atas pasangannya.

3. Physical Abuse adalah perilaku yang dilakukan salah satu pihak dalam hubungan pacaran yang mengakibatkan luka secara fisik baik dengan menggunakan tangan maupun dengan menggunakan benda, perilaku ini dilakukan secara sengaja dan bertujuan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuataan dan kontrol atas pasangannya.

C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja pria dan wanita di Kota Medan dengan kriteria: berusia 12-21 tahun, berpacaran, tidak menikah.

(49)

1. Karena remaja merupakan tahap awal membina hubungan romantis (dating), jadi ketika terdapat dating violence pada masa remaja, maka akan mengakibatkan terganggunya hubungan romantis dan pola interaksi yang akan terbawa ke masa dewasa (Rathigan & Street, 2005).

2. Terdapat data statisitik yang mengindikasikan bahwa remaja memiliki resiko yang lebih besar untuk terlibat dalam dating violence dibandingkan dengan orang dewasa (Women of Color Network, 2008).

Responden dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik non probability

sampling secara incidental yang berarti setiap anggota populasi tidak mendapat kesempatan yang sama untuk dapat terpilih menjadi anggota sampel. Pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik tertentu (Hadi, 2000). Teknik pengambilan sampel ini digunakan karena tidak ditemukannya data yang pasti mengenai jumlah remaja di Kota Medan.

(50)

berdasarkan pertimbangan diatas, responden dalam penelitin ini berjumlah 600 orang.

D. INSTRUMEN/ ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

Penelitian gambaran bentuk-bentuk dating violence pada remaja yang berpacaran di Kota Medan akan diukur dengan menggunakan metode survey. Dalam metode survey, kita langsung bertanya kepada partisipan mengenai perilakunya (dulu dan sekarang) (Borderns & Abbot, 2005). Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner, kuesioner ini disusun berdasarkan bentuk-bentuk

dating violence yang dikemukakan oleh Murray (2007). Bentuk-bentuk dating violence

1. verbal and emotional abuse, terdiri dari

a. name calling

b. intimidatting looks

c. use of pagers and cell phones

d. making a boy/girl wait by the phone

e. monopolizing a girls/boys time

f. making a girls / boys feel insecure

g. blaming

h. manipulation making him/her self look phatetic

i. making threats

j. interogatting

(51)

l. breaking treasured items

2. sexual abuse, terdiri dari

a. date rape

b. unwanted touching

c. unwanted kissing

3. physical abuse, terdiri dari:

a. hitting, beating, shoving, pushing

b. restaining

c. roughousing/ play wrestling

Kuesioner Dating Violence

Pertanyaan dalam kuesioner ini disusun peneliti berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Murray (2007). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner langsung karena daftar pertanyaan dikirimkan langsung kepada orang yang dimintai pendapatnya atau dimintai untuk menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri. (Hadi, 2000).

Selain berisi aitem, kuesioner dating violence juga berisi identitas responden, dan informed consent. Identitas responden berisi inisial, usia, jenis kelamin, lama menjalin hubungan dengan pacar, pendidikan dan penggunaan alkohol.

(52)

(2007), akan diikutsertakan dalam pengolahan data. Data yang diperoleh dari remaja yang melakukan dating violence akan diolah dengan cara setiap respon yang diberikan yang termasuk dalam bentuk-bentuk dating violence menurut Murray (2007), akan mendapatkan skor 1.

Sedangkan subjek yang bukan pelaku dating violence , hanya dijadikan pembanding untuk memperoleh persentase pelaku dating violence dari seluruh remaja yang berpacaran di Kota Medan.

E. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Tahap persiapan

Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, antara lain:

a. Rancangan alat dan instrumen penelitian

Pada tahap ini, alat ukur yang berupa kuesioner dating violence

(53)

Dalam hal ini subjek diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dengan memilih satu atau lebih dari satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang tersedia. Selain itu dalam alternatif pilihan jawaban terdapat juga pilihan jawaban terbuka, sehingga subjek bisa dengan bebas mengutarakan pendapat. Jumlah kuesioner dating violence yang digunakan ada sebanyak 600 eksemplar.

Data yang diperoleh dari instrumen penelitian ini adalah data ordinal. Sebelum kuesioner ini digunakan dilakukan content validity

melalui professional judgment dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Dan kuesionernya juga diujicobakan kepada sebagian remaja, untuk mengetahui apakah mereka mamahami isi kuesioner tersebut.

b. Revisi alat ukur

Setelah aitem pada kuesioner dating violence diperiksa oleh

professional judgment, dan telah diujicobakan pada remaja, maka peneliti menambah 1 pertanyaan lagi yang akan dimasukkan kedalam kuesioner, dan mengadakan sedikit perubahan atas bahasa yang akan digunakan untuk mengukur dating violence. Aitem-aitem tersebut kemudian disusun kembali dalam bentuk booklet.

2. Tahap Pelaksanaan

(54)

penyaringan dijadikan alat pengumpulan data pada sampel penelitian yang sesungguhnya.

Pengambilan data dilakukan bulan Mei 2010. Kuesioner yang disebar sebanyak 600 eksemplar.

3. Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer

Microsoft excel. Jawaban dari kuesioner kemudian ditabulasikan kedalam tabel untuk selanjutnya diolah ke dalam bentuk persentase.

F. METODE ANALISA DATA

Pengujian hasil analisis deskriptif pada penelitian ini mengunakan distribusi frekuensi dan persentase dari tabulasi data serta bentuk grafik histogram Skor-skor yang diperoleh responden diubah dalam bentuk persentase dengan cara membagi suatu skor dengan totalnya dan mengalikan 100 (Purwanto, 2008).

Rumus :

n = jumlah keseluruhan respon pada item

FX = jumlah respon pada satu pilihan respon pada item.

% 100

 

(55)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian yang berkaitan dengan analisa data penelitian. Uraian tersebut juga sesuai dengan pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini maupun pada analisis tambahan terhadap data yang ada.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek yang diberikan kuesioner berjumlah 600 orang, dari 600 orang tersebut terdapat 308 orang yang melakukan dating violence. Kuesioner disebarkana pada beberapa kawasan kecamatan di Kota Medan.

Tabel 1

Daftar Kecamatan Tempat Penyebaran Kuesioner

No Kecamatan Jumlah Pelaku

1. Medan Perjuangan 20 Orang 9 Orang

2. Medan Kota 120 Orang 75 Orang

3. Medan Johor 100 Orang 53 Orang

4. Medan Polonia 60 Orang 30 Orang

5. Medan Baru 130 Orang 52 Orang

6. Medan Maimun 60 Orang 28 Orang

7. Medan Denai 30 Orang 21 Orang

8. Medan Tuntungan 70 Orang 36 Orang

9. Medan Petisah 10 Orang 4 Orang

Total 600 Orang 308 Orang

(56)

a. Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dibedakan jenis kelaminnya yaitu perempuan dan laki-laki dengan penyebaran sebagai berikut

Tabel 2

Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 167 orang 54,22 %

2 Perempuan 141 orang 45,78 %

Total 308 orang 100 %

Grafik 2

Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

54.22%

45.78%

40.00% 42.00% 44.00% 46.00% 48.00% 50.00% 52.00% 54.00% 56.00%

Laki-laki Perempuan

(57)

b. Usia Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dibedakan rentang usianya yaitu remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir dengan penyebaran sebagai

(58)

c. Tingkat Pendidikan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dibedakan pendidikannya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi dengan penyebaran sebagai berikut:

Tabel 4

Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Usia Jumlah Persentase

1 SMP 108 Orang 35,06 %

2. SMA 85 Orang 27,6 %

3. Perguruan Tinggi 115 Orang 37,34 %

Total 308 Orang 100 %

Grafik 4

Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan

35.06%

27.60%

37.34%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00%

SMP SMA Perguruan Tinggi

(59)

d. Lama Pacaran

Subjek dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan lama berpacaran yaitu Kurang dari 6 bulan sampai 6 bulan, dan lebih dari 6 bulan dengan penyebaran sebagai berikut:

Tabel 5

Penyebaran Subjek Berdasarkan Lama Berpacaran

No Usia Jumlah Persentase

1. Kurang dari 6 bulan 176 Orang 57,14 % 2. Lebih dari 6 bulan 132 Orang 42,86%

Total 308 Orang 100 %

Grafik 5

Penyebaran Subjek Berdasarkan Lama Berpacaran

57.14%

42.86%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%

≤ 6 Bulan > 6 Bulan

(60)

e. Penggunaan Alkohol

Subjek dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan status penggunaan alkohol yaitu tidak menggunakan alkohol, menggunakan alkohol 1 kali seminggu dan menggunakan alkohol lebih dari 1 kali seminggu dengan penyebaran sebagai berikut:

Tabel 6

Penyebaran Subjek Berdasarkan Status Penggunaan Alkohol

No Usia Jumlah Persentase

1. Tidak meminum minuman alkohol 284 Orang 92,21 %

2. Meminum alkohol 24 Orang 7,79 %

308 Orang 100 % Grafik 6

Penyebaran Subjek Berdasarkan Status Penggunaan Alkohol

92.21%

7.79%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

Bukan Pengguna Pengguna

(61)

2. Hasil Penelitian

a. Bentuk-bentuk Dating Violence Pada Remaja Yang Berpacaran

Gambaran bentuk-bentuk dating violence pada remaja yang berpacaran di Kota Medan ini dapat dilihat dari persentase atas perilaku yang dimiliki atau dilakukan oleh remaja. Berikut ini merupakan tabel yang memuat skor subjek penelitian.

Tabel 7

Gambaran Umum Bentuk-Bentuk Dating Violence Pada Remaja Yang Berpacaran No Bentuk Dating

Gambaran Bentuk-Bentuk Dating Violence Pada Remaja Yang Berpacaran

100%

(62)

melakukan sexual abuse sebanyak 167 orang (54,22%), subjek yang melakukan

physical abuse sebanyak 267 orang (86,69%). Tabel 8

Gambaran Khusus Bentuk-Bentuk Dating Violence Pada Remaja Yang Berpacaran

No Verbal and Emotional Abuse Pelaku Tidak Pelaku Total

1. Name Calling 215 (69,8%) 93 (30,2%) 308 (100%)

5. Monopolizing girls/boys time 177 (57,47%) 131 (42,53%) 308 (100%)

6. Making a girls/boys feel

Sexual Abuse Pelaku Non Pelaku Jumlah

1 Date Rape 10 (3,25%) 298 (96,75%) 308 (100%)

2 Unwanted touching 37 (12,01%) 271 (87,99%) 308 (100%)

3 Unwanted kissing 134 (43,51%) 174 (56,49%) 308 (100%)

Physical Abuse Pelaku Non Pelaku Jumlah

1 Hitting, beating, shoving 207 (67,21%) 101 (32,79%) 308 (100%)

2 Restraining 181 (58,76%) 127 (41,23%) 308 (100%)

(63)
(64)

1. Verbal and emotional abuse

(65)

Tabel 10

Intimidating Looks

No Intimidating Looks Pelaku Non Pelaku Total

1 Membelalakkan Mata 122 (39,61) 186 (60,39%) 308 (100%) 2 Lainnya 97 (31,50 %) 211 (68,51%) 308 (100%) 3 Tidak Salah Satu diatas 96 (31,17 %) 212 (68,83%) 308 (100%)

Grafik 10

Intimidating Looks

39.61%

31.50% 31.17%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00%

Membelalakkan mata Lainnya Tidak salah satu diatas

Intim idating Looks

(66)
(67)

Tabel 12

Making a girl/boy wait by the phone

No Making a girl/boy wait by the phone

Pelaku Non Pelaku Total 1 Membuat pacar menunggu

telepon

107 (34,74 %) 201 (65,26%) 308 (100%)

Grafik 12

Making a girl/boy wait by the phone

34.74%

65.26%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%

Membuat pacar menunggu telepon Tidak

(68)
(69)

Tabel 14

Blaming

No Blaming Pelaku (%) Non Pelaku (%) Total (%)

1 Menuduh pacar berselingkuh

96 (31,17%) 212 (68,83%) 308 (100%) 2 Melimpahkan kesalahan 166 (53,89%) 142 (46,11%) 308 (100%)

3 Lainnya 15 (4,87%) 293 (95,13%) 308 (100%)

Grafik 14

Blaming

31.17%

53.89%

4.87% 0.00%

10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%

Melimpahkan Kesalahan kepada pacar

Menuduh pacar berselingkuh

Lainnya

(70)

Tabel 15

Making a grils/boys feel insecure

No Making a grils/boys feel insecure

Pelaku (%) Non Pelaku (%)

Total (%)

1 Gendut 46 (14,94%) 262 (85,06%) 308 (100%)

2 Rambutmu Jelek 95 (30,84%) 213 (69,16%) 308 (100%) 3 Lainnya 106 (34,41%) 202 (65,59%) 308 (100%) 4 Tidak pernah mengkritik 100 (32,47%) 207 (67,53%) 308 (100%)

Grafik 15

Making a grils/boys feel insecure

14.94%

30.84% 34.41% 32.47%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

Gendut Rambutmu jelek Lainnya Tidak pernah

mengkritik

(71)
(72)
(73)
(74)
(75)

Tabel 20

Breaking Treasure Items

No Breaking treasured items Pelaku (%) Non Pelaku

(%)

Total (%) 1 Merusakkan atau

menghilangkan barang pacar

83 (26,95%) 225 (73,05%) 308 (100%)

Grafik 20

Breaking treasured items

26.95%

73.05%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00%

Merusakkan atau menghilangkan barang-barang milik pacar

Tidak pernah merusakkan atau menghilangkan barang milik pacar

(76)
(77)

Tabel 22

Restraining

No Restraining Pelaku (%) Non Pelaku (%) Total (%)

1 Menggenggam tangan pacar sangat erat

181 (58,77%) 127 (41,23%) 308 (100%)

Grafik 22

Restraining

58.77%

41.23%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%

Mengenggam tangan pacar sangat erat

Tidak mengenggam tangan pacar

(78)

Tabel 23

Roughousing/ Play wrestling

No Roughousing/ Play

wrestling

Pelaku (%) Non Pelaku (%) Total (%)

1 Memberikan pukulan seusai berkencan

41 (13,31%) 267 (86,69%) 308 (100%)

Grafik 23

Roughousing/ Play wrestling

13.31%

86.67%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00%

Memberikan pukulan seusai berkencan Tidak memberikan pukulan

(79)

3. Sexual Abuse

Tabel 24

Date Rape

No Date Rape Pelaku (%) Non Pelaku (%) Total (%)

1 Melakukan hubungan seks dengan paksa

10 (3,2 %) 298 (96,8 %) 308 (100%)

Grafik 24

Date Rape

3.20%

96.80%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

Melakukan hubungan seks dengan paksa

Tidak

(80)

Tabel 25

Unwanted Touchung

No Unwanted Touching Pelaku (%) Non Pelaku

(%)

Total (%) 1 Meraba organ pribadi

dengan paksa

13 (4,22%) 295 (95,78%) 308 (100%) Memeluk dengan paksa 28 (9,09%) 280 (90,91%) 308 (100%)

Grafik 25

Unwanted Touching

4.22%

9.09%

0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00%

Meraba organ pribadi pacar dengan paksa

Memeluk dengan paksa

Gambar

Tabel 2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia
Tabel 4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5 Penyebaran Subjek Berdasarkan Lama Berpacaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan kecerdasan emosi dan perilaku seksual pranikah pada remaja yang berpacaran.. Kecerdasan emosi adalah kemampuan yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pendidikan seksual dari orang tua dengan perilaku seksual remaja yang berpacaran di Desa Cibeusi

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran komponen cinta ( intimacy, passion, commitment ) pada sikap terhadap hubungan seksual pranikah remaja akhir yang berpacaran di Kabupaten

Berdasarkan pembatasan penelitian di atas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Dampak pornografi terhadap psikososial remaja yang berpacaran. Dari

Simpulan dan Saran : Ada hubungan sosial ekonomi khususnya di faktor pendidikan orang tua dengan kejadian dating violence pada mahasiswa semester V..

Setelah dilakukan penelitian terhadap 89 responden, didapatkan hasil sebanyak 21 responden tidak mengalami kejadian dating violence dengan peran orang tua

Hasil penghitungan menyatakan bahwa terdapat hubungan secara signifikan antara Kesepian dengan Agresi pada Remaja yang sedang berpacaran, dan hubungan tersebut memiliki nilai

Penelitian yang dilakukan oleh Ulfah 2016, dengan judul Hubungan Kematangan Emosional Pada Remaja Yang Mengalami Putus Cinta mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif