• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elderly House Arsitektur Perilaku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Elderly House Arsitektur Perilaku"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ELDERLY HOUSE

ARSITEKTUR PERILAKU

LAPORAN PERANCANGAN

TKA - 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

RIMA REALITA

060406038

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ELDERLY HOUSE

(ARSITEKTUR PERILAKU)

O l e h

RIMA REALITA 06 0406 038

Medan, 18 Juni 2010 Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nurlisa Ginting. MSc Ir. N. Vinky Rahman, MT. (NIP : 19620109 198701 1 005) (NIP: 19660622 199702 1 001)

(Ketua Departemen Arsitektur FT- USU)

(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A )

Nama : Rima Realita

NIM : 060406038

Judul Proyek Akhir : Elderly House Tema Proyek Akhir : Arsitektur Perilaku

Rekapitulasi Nilai :

Nilai akhir A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa, semangat, dan perhatian tiada henti dari Bapak dan Ibu tercinta, adik, serta keluarga besar saya.

Terimakasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada :

 Ibu Ir. Nurlisa Ginting, Msc sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

 Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna.

 Ibu Wahyuni Zahrah ST, Msi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Ibu Ir. Dwira N. Aulia, Msc, Phd selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Bapak Ir. Novrial M. Eng selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Bapak Ir. Dwi Lindarto H. MT Sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio Tugas Akhir Semester A TA. 2009/2010.

 Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU.

 Rekan-rekan TA Angkatan XXVIII, terutama rekan-rekan sidang.

 Teman–teman angkatan 2006, Dini,Meli,Tasya,Zilly,Diana,Elsha.

Akhir kata, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Juni 2010

(5)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

(6)

2.2.2.2. Penilaian Alternatif Lokasi ... 10

(7)
(8)

4.2.5. Analisa Kebisingan ... 57

(9)

6.1.4. Potongan Site ... 78

6.1.5. Denah Lantai Dasar ... 79

6.1.6. Denah Tipikal ... 80

6.1.7. Rencana Elektrikal ... 81

6.1.8. Rencana Plumbing ... 82

6.1.9. Rencana Kebakaran ... 83

6.1.10. Rencana Pondasi... 84

6.1. Maket ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

(10)

D A F T A R T A B E L

Halaman

Tabel 2.1. Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan ... 9

Tabel 2.2. Penilaian Lokasi Site ... 11

Tabel 2.3. Analisa Penggunaan Berdasarkan Subject ... 14

Tabel 2.4. Analisa Penggunaan Berdasarkan Waktu ... 15

Tabel 2.5. Kegiatan Penghuni... 17

Tabel 2.6. Kegiatan Pelayanan Kesehatan ... 17

Tabel 2.7. Kegiatan Pengunjung ... 17

Tabel 2.8. Kebutuhan Ruang ... 28

Tabel 2.9. Pembagian Ruang Elderly... 31

Tabel 2.10. Program Ruang ... 34

Tabel 4.1. Kriteria Kota Medan ... 48

(11)

D A F T A R G A M B A R

Gambar 3.4. Kondisi Pedesterian di Lokasi Toyama Children Center.. .... 46

Gambar 4.1. Kondisi Eksisting Lahan.. ... 49

Gambar 4.2. Peta Tata Guna Lahan.. ... 50

Gambar 4.3. Batas Site.. ... 51

(12)

Gambar 4.5. Analisa Sirkulasi Kendaraan.. ... 53

Gambar 4.6. Analisa Pencapaian.. ... 54

Gambar 4.7. Analisa View Ke Luar.. ... 55

Gambar 4.8. Analisa View Ke Dalam.. ... 56

Gambar 4.9. Analisa Vegetasi.. ... 57

Gambar 4.10. Analisa Kebisingan.. ... 57

Gambar 4.11. Analisa Matahari.. ... 58

Gambar 5.1. Diagram Konsep.. ... 68

Gambar 5.2. Detail Diagram Konsep.. ... 69

Gambar 5.3. Konsep Bentukan Massa. ... 69

(13)

D A F T A R D I A G R A M

Halaman

(14)

BAB I

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Di jaman seperti sekarang ini, dimana aktivitas manusia sangat padat dan persaingan hidup sangat berat, manusia cendrung menyukai hal-hal yang praktis. Dengan kesibukan yang sangat banyak, manusia cendrung menginginkan sesuatu yang serba instan dan tidak mau repot. Sikap tidak mau repot ini juga mulai merambat ke hubungan kekeluargaan, khususnya hubungan dengan orang tua.

Banyak keluarga sekarang yang karena kesibukannya yang luar biasa terkesan melalaikan orang tua. Dan karena tidak mau repot mengurus orang tuanya, mereka memasukkan orang tuanya ke panti jompo. Kesan yang tertangkap di sini adalah keluarga sudah tidak sayang lagi kepada orang tuanya. Kesan ini diperoleh karena kondisi nyata mengenai keadaan panti jompo di Indonesia, khususnya di Medan yang tidak memadai. Panti Jompo seakan menjadi tempat pembuangan orang-orang tua. Panti Jompo yang kita lihat selama ini di Indonesia memang merupakan tempat yang tidak nyaman, dengan fasilitas yang sangat minim, dan bangunan yang mungkin sudah tidak layak pakai. Karena itu, terkesan dalam pikiran masyarakat panti jompo merupakan tempat pembuangan orang tua yang sudah tidak disayangi lagi oleh keluarganya.

Di luar negeri, pemikiran ini terbalik. Keluarga memasukkan orang tua ke panti jompo bukan karena mereka tidak sayang lagi kepada orang tuanya. Justru karena mereka sayang, mereka memasukkan orang tuanya ke panti jompo agar orang tua tidak kesepian di rumah. Di sana orang tua akan mendapat perawatan serta perhatian dari mereka yang berpengalaman. Bahkan ada orang tua yang sejak mudanya menabung dengan sengaja untuk mendapat tempat dipanti jompo tersebut untuk tinggal mereka ketika mereka tua nantinya. Jadi bukan anggota keluarga yang memasukkan orang tuanya, tetapi si orang tua sendiri yang dengan senang hati mendaftar dan masuk untuk menjadi penghuninya.

Panti jompo di luar negeri dikenal dengan istilah Elderly House. Dan Elderly House yang ada di luar negeri, memang sangat berbeda dengan panti jompo di Indonesia. Fasilitas yang disediakan sangat lengkap. Bahkan tidak hanya lengkap, tetapi juga bagus. Bangunanya setara dengan hotel atau rumah sakit internasional. Tinggal di Elderly House merupakan suatu kesenangan bagi orang-orang tua di sana.

(16)

pola pikirnya juga sudah modern. Dengan demikian diharapkan pola pikir masyarakat di luar negeri tadi dapat diterapkan pada masyarakat Medan. Dan untuk lokasi yang tepat di kota Medan adalah daerah pinggiran, tetapi masih dekat dengan pusat kota. Hal ini bertujuan memudahkan kelurga jika ingin menjenguk orang tuanya. Jika terlalu jauh seperti di Brastagi, keluarga akan malas untuk menjenguk, ditambah lagi keterbatasan waktu keluarga untuk menjenguk yang disebabkan kesibukannya yang luar biasa.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi poin-poin penting dari uraian latar belakang di atas adalah :

Semakin tingginya tuntutan jaman menyebabkan makin tingginya tingkat kesibukan manusia, sehingga manusia tidak lagi punya waktu untuk mengurus orang tuanya.

Fasilitas yang telah ada dirasa belum maksimal baik secara kualitas maupun kuantitas jika dibandingkan dengan di luar negeri. Maka perlu diadakan sebuah wadah yang lebih baik dan intensif.

Masyarakat kota Medan tingkat menengah ke atas dengan kesibukan yang sangat tinggi memerlukan sarana untuk tetap menjaga orang tuanya dengan penuh tanggung jawab, meskipun tidak tinggal dengan mereka.

I.2. Tujuan Elderly House

Tujuan perencanaan bangunan Elderly House ini adalah :

Menyediakan wadah bagi para orang tua lanjut usia di kota Medan yang ingin menikmati masa tuanya dengan nyaman dan menyenangkan bersama sesama lansia.

Memberikan solusi bagi keluarga-keluarga di kota Medan (dengan kesibukan bertumpuk) dalam merawat orang tua. Di Elderly House mereka mendapat jaminan bahwa orang tuanya akan dirawat dengan sangat baik. Berbeda dengan jika mereka meninggalkan orang tuanya di rumah untuk dirawat oleh pembantu.

(17)

I.3. Masalah Perancangan

Adapun permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan hunian lansia ini adalah : Bagaimana menciptakan kawasan untuk lanjut usia dengan segala aktivitas yang ada .

Bagaimana menciptakan kawasan bagi lanjut usia dengan memperhatikan segi perilaku bagi lanjut usia .

Bagaimana menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi lansia dan membuat fasilitas-fasilitas hunian bagi lansia.

Bagaimana membuat sebuah bangunan yang mengubah persepsi orang tentang sebuah panti jompo .

I.4. Metoda Pendekatan

Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan Elderly House dilakukan berbagai pendekatan desain:

Studi Pustaka yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang digunakan untuk memperoleh informasi dan bahan literature yang sesuai dengan materi laporan yang berguna untuk memperkuat fakta secara ilmiah.

Studi Literature terhadap kasus dan tema sejenis yang mendukung proses perencanaan dan perancangan.Sumber dapat berasal dari buku, majalah, internet, dan sebagainya.

Studi Lapangan mengenai kondisi sekitar lokasi studi dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus.

I.5. Lingkup dan Batasan Proyek

Lingkup kajian dalam studi kasus adalah perencanaan kompleks hunian lansia beserta fasilitas kesehatan khusus untuk lansia yang diperuntukkan untuk kawasan Sumatera Utara khususnya Medan dengan tidak menutup kemungkinan yang berasal dari luar Sumatera Utara . Dalam perancangan ini dilakukan batasan :

Perancangan hunian bagi para lansia

(18)

Fasilitas dan kebutuhan ditentukan berdasarkan studi banding dari beberapa proyek sejenis serta berdasarkan data yang didapat dari studi literatur maupun survey. Data-data yang diperoleh dianggap benar dan relevan, sedangkan data yang kurang lengkap diambil asumsi dengan perbandingan proyek sejenis.

(19)

I.6. Kerangka Berfikir

I.7. Sistematika Laporan

Tujuan dan Manfaat:

1. Mendesain suatu lingkungan binaan khusus lansia yang layak dan nyaman dan merubah persepsi masyarakat tentang panti wreda . 2. Mendesain hunian dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung

khusus lansia.

3. Mensejahterakan kehidupan para lansia.

Latar Belakang:

Masih sangat minimnya lingkungan binaan yang standart perancangannya mengacu pada lansia sebagai “user”.

Bagaimana menciptakan kawasan untuk lanjut usia dengan segala aktivitas yang ada .

Bagaimana menciptakan kawasan bagi lanjut usia dengan memperhatikan segi perilaku bagi lanjut usia .

Bagaimana menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi lansia dan membuat fasilitas-fasilitas hunian bagi lansia.

Data Perencanaan

− Data Tapak − Studi Literatur − Studi Banding − Survei Lapangan

Analisa Tapak (Analisa Fisik)

View, sirkulasi, orientasi, dll.

Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik)

Pengguna, alur kegiatan, dll

Programming

Program ruang dalam dan ruang luar

Hubungan Antarruang

Konsep Perancangan

Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, tema,

struktur, dan utilitas. Desain Perancangan

(20)

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan,

berisi kajian tentang latar belakang elderly house, maksud dan tujuan, masalah perancangan, metode pendekatan,lingkup dan batasan proyek,kerangka berfikir, sistematika laporan .

Bab 2 Deskripsi Proyek,

berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, pemilihan lokasi, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis,program ruang.

Bab 3 Elaborasi Tema,

menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.

Bab 4 Analisa Perancangan,

menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa fisik, analisa non fisik dan penerapan tema.

Bab 5 Konsep Perancangan, menjelaskan konsep bangunan. DAFTAR PUSTAKA

(21)

BAB II

(22)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. Terminologi Judul

Judul dari proyek ini adalah Elderly House. Berikut merupakan penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut:

• Pengertian Elderly :

 Dalam “inggris” Orang yang sudah lanjut usia atau jompo atau biasa disebut lansia.

 Jompo menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “tua sekali dan sudah lemah fisiknya ; tua renta ;uzur “

 Lanjut usia (lansia) ,dimana istilah ini dipergunakan untuk manusia ,mempunyai padanan kata dengan werda,senior,tua,ditingkat akhir.

 Manusia yang mengalami tahap masa tua dalam perkembangan individu (usia 65 tahun ke atas).

• Pengertian House :

 Dalam “inggris” ; rumah,kediaman,tempat tinggal

 Rumah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “ tempat untuk tinggal ”  Rumah ; bangunan buatan manusia yang dijadikan tempat tinggal selama

periode waktu tertentu “ ( Poerwadarminta,1976,p.161).

Berdasarkan pengertian diatas, maka Elderly House adalah suatu bangunan atau tempat tinggal yang diperuntukkan untuk orang yang sudah lanjut usia.

2.2. Pemilihan Lokasi

(23)

2.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

2.2.1.1. Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Kota Medan merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara.Secara geografis kota Medan terletak pada 3º3’ - 3º43’ Lintang Utara dan 98º35’- 98º44’ Bujur Timur, dengan topografi miring ke arah utara dan berada pada ketinggian 2.5-37.5 meter diatas permukaan air laut.

Sesuai dengan dinamika pembangunan ,luas wilayah administrasi kota Medan mengalami perkembangan yang cukup pesat .Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa laju pertumbuhan di setiap sektor atau wilayah ternyata belum merata,sehingga perlu upaya untuk meratakan laju pertumbuhan disetiap wilayah pengembangan pembangunan (WPP).

2.2.1.2. Persyaratan Umum

Persyaratan untuk bangunan hunian dan fasilitas kesehatan untuk Lanjut Usia adalah .

• Tidak terlalu jauh dengan pusat kota

• Tersedia sarana transportasi yang memadai. • Dearah yang nyaman dengan tingkat polusi rendah • Kepadatan Penduduk yang rendah.

• Sarana Kesehatan yang memadai

2.2.2. Analisa Pemilihan Lokasi 2.2.2.1. Alternatif Lokasi

(24)

Tabel 2.1 Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan

Berdasarkan dari tinjauan struktur kota, untuk kasus proyek ini lebih cocok di kawasan WPP E.

Lokasi Elderly House sebagai sarana peristirahatan lebih baik berada di daerah dengan tingkat kependudukan dan tingkat kebisingan yang rendah , dan udara yang masih segar . Adapun lokasi alternatif Elderly House adalah :

1. Alternatif 1

Lokasi berada di Persimpangan Jl.Jamin Ginting dan Jl.Setiabudi Medan Yang terletak di kecamatan Medan Tuntungan. Berdekatan dengan Rumah sakit umum Adam Malik ,dan Perumahan.

(25)

2. Alternatif 2

Lokasi berada di Persimpangan Jl.Wahid Hasyim Yang terletak di kecamatan Medan Baru .Berdekatan dengan pusat kota .

3. Alternatif 3

Lokasi berada di kawasan tuntungan yang terletak di Kecamatan Medan Tuntungan. Dengan tingkat Ke- Bisingan yang relative rendah dan udara yang masih Banyak belum terpolusi.

2.2.2.2. Penilaian Alternatif Lokasi

Kriteria Lokasi

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

(26)

Tabel 2.2 Penilaian Lokasi Site Keterangan :

3 : Baik sekali 1 : Cukup

2 : Baik 0 : Kurang

Maka berdasarkan kriteria diatas dapat diambil kesimpulan bahwa lokasi yang tepat untuk Elderly House adalah alternatif lokasi 3 yang terletak di Tuntungan.

2.2.3. Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan • Kasus Proyek : Elderly House Medan • Status Proyek : Fiktif

• Pemilik Proyek : Pihak Pemerintah dan Swasta

• Lokasi Tapak : Jln. Flamboyan, Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan

• Bangunan Eksisting : Ruko, Rumah Penduduk, Sarana Kesehatan, Komersil • Terletak dipinggir kota

• Berada pada kawasan penduduk rendah serta tingkat kebisingan rendah • Transportasi lancar dan baik

• Luas site mendukung + 2 Ha • Memiliki jalur utilitas yang baik. Fungsi Pendukung

Kontur Relatif datar Realtif datar Sedikit Berkontur

Total Nilai 14 13 20

(27)

2.3. Tinjauan Fungsi 2.3.1. Deskripsi Perilaku

2.3.1.1. Perilaku Umum Pada Masa Elderly

Kecenderungan mempunyai sifat yang kembali ke kanak-kanak. Sifat egois,mau menang sendiri yang sangat besar.

Kecenderungan minta diperhatikan yang banyak. Kecenderungan minta disayang.

Sifat cemburu yang besar kepada siapa saja yang menurut mereka lebih mendapatkan kasih sayang atau perhatian.

Suka protes terhadap apa saja sampai hal sekecil-kecilnya.

Sifat suka bicara ,bercerita ataupun “curhat” mengenai segala sesuatu masa lampau yang pernah mereka lihat ,alami,rasakan dan dengar,karena mereka merasa dirinya lebih tau segalanya ,banyak pengalaman daripada orang-orang muda.Hal ini membuat mereka merasa menaikkan harga dirinya apabila lebih tau dibandingkan dengan yang lainnya. Tetapi terkadang mereka juga “ curhat” mengenai keluarganya,kehidupannya sekarang ,suka dukanya, mengenai para perawat yang menurutnya kurang sabar menghadapinya ,dan lain sebagainya.

2.3.1.2. Keluhan Umum Pada Masa Elderly

Ada beberapa keluhan umum yang juga menyertai proses elderly :

Seringkali letih dan merasa lelah,walaupun keluhan ini merupakan keluhan yang tampaknya “wajar” pada usia lanjut, tetapi kalau berkepanjangan perlu dipikirkan tentang kelainan-kelainan di paru-paru, ginjal, jantung, otot, saraf, dan lainnya.

Keluhan di bidang saluran pencernaan mulai dari nafsu makan yang berkurang, mual, sembelit.

Gangguan fungsi “ tidur” . Ada yang sulit tidur tapi ada pula yang mudah sekali tidur bila menonton televisi,tapi justru pagi-pagi buta sudah “bergentayangan” karena tidak dapat tidur lagi.Kadang-kadang banyak lansia yang dihantui oleh mimpi-mimpi buruk dan lain-lain.

Gangguan pada saluran kencing. Pada laki-laki hal ini dikarenakan adanya hypertrofi prostat,sedangkan pada wanita mudah sekali terkena infeksi.

(28)

lagi pada usia yang lebih lanjut ,dapat terjadi katarak.Demikian pula fungsi pendengaran mulai terganggu pada usia di atas 60 tahun.

Gangguan dalam fungsi klasifikasi tulang.Tulang mudah mengalami demineralisasi dan mudah patah.

Gigi-geligi mulai copot, demikian pula fungsi-fungsi tubuh lainnya mulai berkurang.

Kulit dan rambut. Sebenarnya merupakan tanda yang sangat mudah dikenal oleh orang awam yang sering membuat rasa kurang percaya diri, merasa dirinya mulai keriput,tidak menarik lagi, dan sudah tentu dapat seringkali diatasi dengan sering pergi ke salon,massage, agar tampak tetap muda dan bergairah .

Fungsi-fungsi luhur (berpikir,berkonsentrasi,daya ingat dan lain-lain ) juga mulai berkurang .Demikian pula terjadi perubahan-perubahan tertentu di otak.

2.3.1.3. Hobby Umum Pada Masa Elderly

Hobi atau kegiatan yang sering dilakukan para lansia pada saat-saat santainya adalah sebagai berikut :

Bercakap-cakap/berbincang-bincang/me“ngobrol”.

Memasak (karena latar belakangnya , yaitu ibu rumah tangga ) Menanam

Menonton televisi Menyanyi

Kerohanian / pendalaman agama. Pijat refleksi , salon

Memancing

Senam/olah raga ringan ,jalan pagi Berjemur

Merangkai bunga

(29)

2.3.2. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

2.3.2.1. Deskripsi Pengguna Berdasarkan Subjek NO

SUBJEK ANALISA

1. Penghuni Penghuni terdiri dari Lanjut Usia yang masih aktif (mandiri) ,semi mandiri dan Lanjut Usia yang tidak mandiri (pasif).

2. Tim Medik Dan Paramedik Merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan pada Lanjut Usia. Terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dokter spesialisasi lansia, ahli fisiotherapy dll.

3. Pengunjung Merupakan keluarga dan teman dari Lanjut Usia.

4. Pengelola Merupakan pengelola dari Elderly House tersebut. Tabel 2.3 Analisa Pengguna Berdasarkan Subjek

2.3.2.2. Deskripsi Pengguna Berdasarkan Waktu Kedatangan NO WAKTU

KEDATANGAN ANALISA

1. Insidental Merupakan pengguna yang datang sewaktu-waktu. Yang termasuk didalamnya adalah pengunjung yaitu anggota keluarga atau teman dari LanjutUsia.

2. Setiap saat Merupakan pengguna yang setiap saat berada pada Elderly House, yaitu penghuni Lanjut Usia, tim medik dan paramedik, dan pengelola.

3. Terjadwal Merupakan pengguna yang kedatangannya

(30)
(31)

Tabel 2.5. Kegiatan Penghuni

(32)

2.3.2.4. Deskripsi Kegiatan Pelayan Kesehatan

Tabel 2.6. Kegiatan Pelayanan Kesehatan

2.3.2.5. Deskripsi Kegiatan Pengunjung KEGIATAN PENGUNJUNG

ANALISA Kegiatan Mengunjungi Keluarga Termasuk didalamnya adalah :

Merupakan kegiatan pengunjung yaitu anggota keluarga Lansia.

Termasuk didalamnya adalah : - mengobrol

- makan bersama - menonton

- melakukan hobi bersama - menginap

Tabel 2.7. Kegiatan Pengunjung

2.3.3. Studi Banding Fungsi Sejenis

2.3.3.1. Glenaire Retirement Community NO KEGIATAN PELAYANAN

KESEHATAN ANALISA

1. Kegiatan Pemeriksaan Pasien Termasuk didalamnya adalah :

- mengontrol kesehatan pasien setiap hari - membantu terapi

- menyiapkan ruang perawatan - memberi obat/makanan 2. Kegiatan Perawatan Pasien Termasuk didalamnya adalah :

(33)

Arsitek : CJMW Architectural Firm ,Berada di Cary Carolina Utara. Terdiri dari :

• unit hunian khusus lansia dalam cluster 1 lantai dan apartemen berlantai banyak tempat hunian para lansia.

• healthcare center

• dan fasilitas pendukung lainnya.

Yang menjadi fokus adalah adanya connecting bridges atau biasa dikenal dengan selasar yang menghubungkan unit-unit hunian dengan fasilitas-fasilitas hunian. Community center dihubungkan dengan apartemen,cottage, dan fasilitas healthcare. Pembagian unit-unit hunian ini dilakukan dengan mempertimbangkan kodisi kesehatan dan fisik komunitas lanjut usia. Sehingga suasana kompleks juga dirancang nyaman dan segar dengan adanya pepohonan di sekeliling site.

2.3.3.2. Teresian Elderly House

(Washington Avenue Extension Albany, New York)

Menyediakan segala keperluan dan layanan bagi para lansia dengan kualitas tertinggi untuk tetap mennjaga fisik mereka,spiritual dan kesejahteraan emosional adalah misi dari Teresia elderly house.Dengan kelengkapan perawatan dan fasilitas yang modern yang sengaja diperuntukan untuk lansia.Teresian elderly house penuh dengan kehangatan terlihat dari wajah para lansia ketika mereka berinteraksi dengan pemberi perawatan . Pertama kali pengunjung berkomentar tentang kehangatan yang mereka rasakan saat memasuki lobi, yang mengundang suasana rumah seperti di kamar ,dan di lingkungan ruang makan di setiap lantai penuh dengan kehangatan.

Teresian House menawarkan setiap penghuni sebuah kamar pribadi dan kamar mandi, dan kesempatan untuk melakukan kegiatan yang disukai , pengasuhan, lingkungan masyarakat dipantau oleh staf yang berdedikasi. Perawatan disediakan 24 jam sehari.

(34)

Perawatan medis di bawah bimbingan Medical Director dan staf perawat. Medis dan staf konsultan spesialis yang tersedia. Satu per satu lansia mendapat terapi fisik, terapi okupasi dan terapi wicara program yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap lansia . Layanan transportasi yang diberikan untuk lansia yang ingin berkunjung ke rumah keluargannya dan transportasi untuk perawatan medis.Kebutuhan rohani dari setiap lansia adalah perhatian utama di Teresian House.

2.3.3.3. Panti dan Klub Manula di Malang

Panti Dan Klub Para Manula Di Malang merupakan tempat yang menyediakan fasilitas yang di sediakan khusus untuk lansia, fasilitas yang diaplikasikan adalah fasilitas pijat refleksi, karaoke, resto, kolam renang, yoga, taichi, taman bunga, dan lain-lain. Konsep dalam bangunan adalah menciptakan suasana Home bagi penguna, untuk terciptanya suasana home harus memenuhi beberapa kriteria yaitu Äccesibility, Accessible ,Reachability ,Usability ,Safety ,Workability" jadi segala perancangan dalam bangunan ini harus di sesuaikan dengan ke 6 kriteria konsep diatas.

Pendekatan Desain mengunakan pendekatan prilaku dengan tujuan bangunan ini dapat tercipta Susana home, pendalaman yang digunakan adalah karakter ruang karena penguna dari proyek ini adalah lansia sehingga memerlukan karakter ruang khusus untuk dapat terciptanya kenyamanan yang lebih. Pada ekspresi tampak yang di tampilkan merupakan ekspresi tampak yang sederhana dengan tujuan agar Lansia datang ke proyek ini merasakan suasana Home. Merasakan Proyek ini merupakan tempat yang nyaman untuk penguna.

2.3.3.4. Graha Werda AUSSI Kusuma Lestari

(35)

Gambar 2.4 Layout Plan

Dikelola oleh Yayasan Aussi Kusuma Lestari (YAKL), panti ini menawarkan konsep berbeda dibandingkan dengan panti jompo kebanyakan. Selain kemewahan, pelayanan dan pendekatan yang diberikan pada penghuni memang spesial.Dengan konsep itu, Graha Werda ingin menjaring para lansia dari kalangan kelas menengah ke atas yang belum tergarap oleh panti jompo manapun.

Layaknya sebuah hotel, kamar bagi penghuni terbagi dalam tiga kategori : • Kamar Standar

• VIP

• VVIP

Jumlah seluruh kamar 52 buah,tersebar di keempat lantai bangunan dengan rincian : • Kamar Standar ( Ruang Melati ) : 35 kamar

Fasilitas : tempat tidur, lemari pakaian, meja rias dan satu toilet dengan pemanas air.

• VIP ( Ruang Mawar ) : 13 kamar

Berada di lantai tiga khusus hunian untuk satu orang memiliki fasilitas sama dengan tambahan sofa dan meja kamar plus pendingin ruangan dan ruang keluarga.

• VVIP ( Ruang Anggrek ) : 7 kamar

Fasilitas mirip dengan Ruang Mawar ,hanya saja didalamnya terdapat dua kamar tidur, salah satunya disiapkan jika penghuni membawa perawat sendiri.Selain itu ada ruang keluarga,ruang santai, meja makan dan pantry.

(36)

dari Jepara. Hanya tidak dalam bentuk jadi.Kami poles tahap akhirnya untuk memperoleh kesan mewah.Pengelola panti jompo dari Australia pun sempat mengagumi Graha Werda”.

Ruang makan bersama Ruang tidur standart Ruang tidur VIP

Gambar 2.5 Interior Werda Aussi

Untuk menampung kegiatan para lansia ,Graha Werda menyediakan ruang makan,ruang rekreasi,ruang baca,ruang hobi,dan ruang berdoa.Selain itu ada juga ruang serbaguna berkapasitas 400 orang dan dilengkapi AC.Ruangan besar ini bisa di sewa untuk keperluan acara resepsi perkawinan,ulang tahun,maupun seminar bagi pihak luar.

Biaya yang dikeluarkan untuk menghuni kamar standar sekitar Rp 600.000,- per bulan per penghuni. Semua itu termasuk hidangan makan tiga kali sehari plus buah-buahan dan makanan kecil , cuci pakaian, pengontrolan kesehatan. Sementara itu ada dokter yang dating satu atau dua kali seminggu.Dalam hal terjadi keadaan darurat, Graha Werda menjalin kerja sama dengan RS Puri Cinere.

2.3.3.5. Ashwood Park

Ashwood Park adalah yang pertama di Easington yang khusus ,membangun perumahan untuk lansia ,tidak hanya sekedar perumahan tapi juga perawatan kesehatan 24 jam dan fasilitas-fasilitas yang memadai seperti catering yang berkualitas dan dipilih secara hati-hati untuk memilih makanan yang akan dikosumsi ,tersedia 24 jam sehari untuk memastikan bahwa setiap penduduk kebutuhan terpenuhi secara penuh.

(37)

Filsafat

Misi kami di rumah hunian Healthcare Stonelea adalah untuk secara konsisten dan kompeten memberikan kualitas hidup yang baik dan rehabilitatif perawatan manula di rumah dengan pelayanan yang disampaikan oleh staf kesehatan terlatih.

Gambar 2.7 Interaksi Sosial Birchwood Court Residential Care Home

Birchwood court adalah rumah perawatan mewah yang berada di dalam Ashwood Park di daerah Easington yang khusus untuk para lansia dengan perawatan dan pelayanan standar tinggi. Tujuannya adalah untuk memberikan suasanan santai yang sederhana ,suasana yang bebas dari dari cemas dan khawatir dengan staf-staf yang terlatih yang menyediakan layanan berkualitas tinggi selama 24 jam sehari. Birchwood terletak di jantung masyarakat setempat yang dulunya merupakan area pertambangan yang berkembang pesat.Daerah ini berada pada rute bus utama dan kota terdekat.

Gambar 2.8 Birchwood Court

(38)

kota dengan toko-toko lokal dan berdekatan dengan rute bus utama. Hal ini juga sangat dekat dengan fasilitas lain seperti Masyarakat lokal, dan salah satu Pusat Kedokteran utama. Pusat panorama dari sebagian besar kamar adalah taman-taman yang luas dan keluar dapat melihat ke laut lepas pantai Durham Timur.

Kebahagiaan dan kesejahteraan setiap penduduk benar-benar penting, sementara privasi, martabat dan kemerdekaan dihormati sepanjang waktu. Tujuan Ashwood Park adalah untuk memberikan suasana yang bahagia, santai, suasana sederhana, bebas dari rasa cemas dan khawatir.

Fasilitas-fasilitas yang terdapat di Ashwood Park antara lain :  Tukang Pangkas

 Penata rambut yang datang mingguan  Perawat kaki

 Majalah dan Koran setiap pagi  Dokter

 Laundry  Housekeeping

2.3.3.6. Elderly Sun Flower Garden

Gambar 2.10 Elderly Sun Flower Garden

(39)

Sebuah "rumah" adalah dasar dari proyek ini. Kami membuat bangunan besar dibagi menjadi tiga bagian, sehingga akan terlihat seperti rumah-rumah kecil dan juga, untuk menghindari pembuatan bagian dalam koridor yang akan panjang dan membosankan, bangunan kemunduran sepanjang bentuk menghilangkan situs seperti suasana rumah sakit. Di dalamnya terdiri dari "keluarga" dari sepuluh penduduk. .

Gambar 2.11 Denah Sun Flower Garden

Ada sebuah kamar pribadi bagi individu dan ruang hidup yang umum di mana mereka makan dan menghabiskan waktu bersama-sama untuk kenikmatan. Konsep ini menandakan rumah biasa. Selain itu, lounge, bar, perpustakaan, dan galeri ditempatkan sebagai ruang keramahan yang tinggi.

(40)

Gambar 2.13 Suasana interior ruang bersama dan kamar tidur

Gambar 2.14 Lounge

Gambar 2.15 Ruang makan

Lounge Bar yang sekaligus berfungsi untuk menikmati tenggelamnya sinar matahari .

(41)

2.3.4. Deskripsi Kebutuhan Ruang

Berdasarkan studi banding diatas maka pada rancangan Elderly House ini ruang-ruang yang harus dimiliki secara umum antara lain :

Deskripsi Kebutuhan

Fasilitas Kebugaran

-

Ruang Fisioterapi

(42)

Tabel 2.8 Kebutuhan Ruang 2.3.5. Deskripsi Pembagian Elderly dan Kriteria Ruang

Elderly House ini di huni oleh tiga tipe lansia dimana ketiga tipe lansia ini akan berbeda kriteria ruangnya dan adanya persyaratan khusus dimasing-masing tipe .Adapun tipe-tipe elderly yang terdapat di Elderly House ini adalah :

1) Tipe Mandiri

Lansia masih sanggup melaksanakan aktifitas sehari-hari sendiri dan masih dapat berkarya atau mempunyai kegiatan tertentu.

Interaksi antar sesama lansia maupun dengan para petugas Elderly House tinggi.

2) Tipe Semi Mandiri

Lansia masih dapat melaksanakan beberapa aktifitas sehari-hari sendiri hanya perlu bantuan untuk saat-saat tertentu saja, seperti mandi, mencuci, berjalan-jalan di taman, dll.

Kesehatannya kurang baik, penglihatan dan pendengarannya sudah kurang baik, karena itu butuh pengawasan yang agak ketat.

Menggunakan alat bantu tongkat atau kursi roda. 3) Tipe Non Mandiri

Tidak dapat melakukan aktifitas apapun secara mandiri, karena itu dibutuhkan tenaga perawat 1X24 jam.

Seluruh aktifitasnya sehari-hari dilakukan di dalam ruangan atau di ruang tidur masing-masing.

Rawan terhadap penyakit.

Fasilitas Service

-

Security

-

Jasa Housekeeping

-

Laundry/dry cleaning

(43)

2.3.5.1. Kriteria Ruang Pada Pembagian Elderly 1) TIPE MANDIRI

Pada masing-masing kamar terdapat 2 lemari yang terpisah, tiap ruang tidur terdapat 1 kamar mandi di dalam untuk memudahkan lansia buang air di malam hari.

Ruang interaksi yang disediakan cukup besar, sedangkan ruang tidurnya tidak terlalu besar karena 60% kegiatan sehari-hari mereka dilakukan di luar ruangan.

2) TIPE SEMI MANDIRI

Dimensi ruang tidur relative besar, disediakan ‘space’ khusus untuk melekatkan alat-alat bantu seperti : kursi roda, kaca mata, tongkat, di dekat tempat tidur.

Ruang untuk sirkulasi relative besar, minimal 1.60 meter (untuk berpapasan 2 kursi roda)

Perabotan seperti meja, lemari, kaca dirancang tidak terlalu tinggi, dapat dijangkau sambil duduk dengan kursi roda.

Tidak ada ruang menyudut dan pintu yang bersebelahan langsung

Zona ruang tidur dipisahkan dari zona ruangan lainnya karena ruang tidur membutuhkan ketenangan ekstra, karena sehari-hari lansia beraktifitas di dalam ruangan / kamar (60% di kamar)

Penerangan di ruangan dimaksimalkan, tetapi untuk penerangan alami dirancang bukaan yang tidak langsung menghadap matahari untuk menghindari silau.

Perbedaan ketinggian lantai diminimalkan agar mudah dilalui kursi roda dan meminimalkan kecelakaan ( terjatuh )

Disetiap unit hunian terdiri dari 6 kamar yang dihuni oleh 2 orang, terdapat ruang tidur perawat untuk 2 orang perawat dan ruang dokter , perawat ini berganti sift 1X24 jam, perawat bertugas membersihkan ruangan dan membantu penghuni melaksanakan kegiatan tertentu yang tidak dapat dilakukannya sendiri.

Dari ruang tidur ke kamar mandi terdapat pegangan tangan atau ‘handrail’ di sepanjang dinding penghubungnya, hal ini akan sangat membantu lansia, demikian pula pada setiap sisi dinding di dalam kamar mandi tersebut.

(44)

Bahan lantai : keramik yang tidak licin Tinggi kloset 60 cm dari lantai

Tinggi bak mandi 80 cm, 45 cm dari lantai diisi semen, 35 cm air. Warna keramik : gelap agar tidak mudah kotor,

Jalan-jalan primer dan skunder menggunakan penutup ( atap ) sebagai selasar untuk melindungi pejalan kaki dari hujan ataupun panas. Jalan primer menggunakan bahan fiber sedangkan jalan skunder menggunakan pergola yang ditanami pohon anggur, sehingga selain dapat dijadikan sebagai penghubung antar unit, sebagai tempat duduk-duduk tanpa terkena panas langsung, pergola yang memberi kesan alami ini juga dapat menghasilkan buah anggur untuk dijual.

Ruang makan dipisahkan dengan ruang TV, hal ini untuk menghindari terjadinya tersedak jika para lansia makan sambil menonton TV.

Jalan penghubung antar bangunan fungsi public dengan unit hunian ( jalan Primer ) berdimensi 3m, hal ini dikarenakan lansia menyukai untuk waktu tertentu, material yang digunakan adalah material conblock yang kasar dan terdapat celah untuk ditumbuhi tanaman yang dapat menyerap air hujan, sehingga jalan tersebut tidak licin, sedangkan untuk jalan skunder dipilih material batu kali pecah. Letak hunian relatif dekat letak fasilitas kesehatan dan kebugaran.

3) TIPE NON MANDIRI

Jumlah penghuni non-mandiri kurang lebih 10% dari total jumlah penghuni, Dimensi kamar dan kamar mandi relative lebih besar karena diperlukan ‘space’ untuk perawat.

View disetiap ruang tidur dioptimalkan untuk mengurangi rasa bosan penghuni yang 80% waktunya dihabiskan di dalam ruang/kamar untuk menghadap ke taman.

2.3.6. Program Ruang

Untuk hunian elderly dikelompokan kedalam tiga tipe dimana masing-masing tipe memiliki kriteria ruang masing-masing dengan jumlah elderly yang telah ditentukan.

Tipe Jumlah Elderly Jumlah Ruang Keterangan

(45)

Semi Mandiri 20 Orang 10 Ruang Satu ruang bisa dua orang /perawat ataupun satu orang Non Mandiri 14 Orang 7 Ruang Satu ruang satu atau dua

orang, ditemani satu orang perawat

Tabel 2.9. Pembagian Ruang Elderly Program Ruang

ELEMEN NAMA RUANG KAPASITAS STANDART

(46)
(47)

ELEMEN NAMA RUANG KAPASITAS STANDART

(M2/ORG)

LUAS

M2

SUMBER

Work Shop R.belajar/prakarya 3 ruang/@10

orang

Karaoke karaoke 10 ruang/30

orang

80 A

Coffe shop 40 orang 25 A

Perpustakaan R.penitipan 1 ruang/30

org

R.Peribadatan 3 ruang/@20

(48)

Tabel 2.10. Program Ruang Luas Bangunan :

Fasilitas Penerima dan hunian : 2260 m2 Fasilitas kesehatan,kebugaran. : 1500 m2

Fasilitas Penunjang : 1260 m2

(49)

BAB III

(50)

BAB III

ELABORASI TEMA 3.1. Pengertian Arsitektur Perilaku

3.1.1. Arsitektur

“Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi

keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab.”1

Arsitektur adalah

Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. (mengutip Vitruvius, De Arhcitectura)

lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yait mikro yait proses perancangan tersebut.2

3.1.2. Perilaku

Pengertian Perilaku adalah : tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan tubuh (sikap) tidak saja badan atau ucapan3

3.1.3. Arsitektur Perilaku

.

Dari definisi diatas dapat diambil pengertian Arsitektur Perilaku adalah :

Suatu lingkungan binaan yang diciptakan oleh manusia sebagai tempat untuk melakukan aktivitasnya dengan mempertimbangkan segala aspek dari tanggapan atau reaksi dari manusia itu sendiri menurut pola pikir, karakteristik, ataupun persepsi manusia selaku pemakai4

Sehubungan dengan pengertian di atas maka Arsitektur Perilaku tersebut membahas tentang hubungan antara tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Hal ini

.

Kamus Besar Bahasa Indonesia 4

(51)

tentunya tidak terlepas dari pembahasan psikologis yang secara umum didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dengan lingkungan.

Menurut Garden Murphy, psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya. Menurut Amos Rapoport, kajian arsitektur lingkungan berkaitan dengan karakter manusia yang berbeda-beda, lingkungan terbangun yang membentuk atau mempengaruhi perilaku manusia yang didalamnya dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Dalam hal ini penyesuaian dilakukan terhadap perilaku lanjut usia.

3.2. Kajian Arsitektur Perilaku

a) Perilaku Sebagai Suatu Pendekatan

Pendekatan perilaku menekankan keterkaitan yang dialektik antara ruang dengan manusia yang memanfaatkan atau menghuni ruang tersebut. Pendekatan ini menekankan perlunya memahami perilaku manusia atau masyarakat yang berbeda - beda di setiap daerah dari aspek norma, kultur, dan psikologis masyarakat. Dengan perbedaan tersebut maka akan tercapai konsep ruang dengan wujud ruang yang berbeda sesuai dengan pemakai / pengguna ruang tersebut.

b) Psikologi Sosial Manusia

Psikologi merupakan suatu bidang ilmu kejiwaan yang membahas tentang tingkah laku manusia sebagai individu pada lingkungan sosialnya. Yang dimaksud dengan psikologi manusia adalah ilmu yang mempermasalahkan mengenai tingkah laku dan proses yang terjadi tentang tingkah laku tersebut. Maka psikologi selalu berbicara tentang kepribadian manusia.

Menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, manusia sebagai objek yang paling penting dalam suatu lingkungan binaan memiliki ciri- ciri sebagai berikut : cenderung untuk selalu mengerti dan bereaksi dengan lingkungannya, Senang untuk mengetahui dan membagi pengetahuannya dengan orang lain dan selalu kebingungan pada saat tidak memiliki pedoman yang jelas.

(52)

c) Konsep dalam Kajian Arsitektur Lingkungan dan Perilaku i. Behavior Setting (seting perilaku)

Mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan, aktivitas atau perilaku dari sekelompok orang tersebut, secara konstan atau berkala, dan pada suatu tempat atau seting tertentu.

ii. Environmental Perception ( persepsi tentang lingkungan)

Interpretasi tentang suatu seting oleh individu, didasarkan latar belakang budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut.

iii. Perceived Environment ( lingkungan yang terpersepsikan)

Merupakan produk atau bentuk dari persepsi lingkungan seseorang atau sekelompok orang.

iv. Environment Cognition, Image, and Schemata ( kognisi lingkungan, citra, dan skemata)

Merupakan suatu proses memahami dan memberi arti terhadap lingkungan. v. Environmental Learning ( pemahaman lingkungan)

Meliputi proses pemahaman yang menyeluruh tentang suatu lingkungan seseorang. vi. Environmental Quality ( kualitas lingkungan)

Merupakan kualitas lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang.

vii. Territory ( teritori/wilayah)

Merupakan batas dimana organisme hidup menentukan tuntutannya,menandai serta mempertahankannya.

viii. Personal Space and Crowding ( ruang personal dan keramaian)

Merupakan batas yang tidak tampak di sekitar seseorang, dimana orang lain tidak boleh atau merasa enggan untuk memasukinya. Apabila personal space tidak dapat dipertahankan akan timbul crowding.

ix. Environmental Pressure and Stress

(53)

d) Psikologi Lingkungan

Menurut Holahan, psikologi lingkungan adalah bidang psikologi yang meneliti khusus hubungan antara lingkungan fisik dan tingkah laku dan pengalaman manusia. Menurut UU no. 4/1982, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Tujuan dari pembahasan mengenai psikologi lingkungan pada kajian arsitektur perilaku adalah untuk menganalisa, menjelaskan, meramalkan, dan kalau perlu mempengaruhi atau merekayasa hubungan antara tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Untuk itu perlu diadakan pendekatan – pendekatan konsep ruang yang diharapkan sesuai dengan perilaku manusia/ pemakai ruang.

Menurut Berlyne, faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengatasi masalah ini adalah kompleksitas / keanekaragaman, beberapa banyak ragam/ keanekaragaman komponen yang membentuk suatu lingkungan, novelty/ keunikan dimana seberapa jauh lingkungan itu mengandung komponen – komponen yang unik, incongruity / ketidaksenadaan, seberapa jauh suatu faktor tidak sesuai dengan konteks lingkungannya, kejutan, yaitu seberapa jauh kenyataan yang ada tidak sesuai dengan masalah, dan semakin banyak ragamnya semakin positif penilaian yang diberikan.

e) Psikologi Manusia

Proses psikologi dalam interaksi antar manusia dengan lingkungan dapat selalu berhubungan seperti pada pembahasan dibawah ini:

i. Persepsi, dapat diartikan sebagai pengamatan secara langsung dikaitkan dengan makna tertentu. Proses ini diawali dengan adanya informasi dari lingkungan.

ii. Kognisi/pengenalan, terdiri dari kegiatan: - Persepsi

- Imajinasi - Berfikir - Nalar

(54)

Sistem kognisi dipengaruhi oleh faktor luar: - Lingkungan fisik

- Lingkungan sosial - Pengalaman lampau - Kebutuhan dan keinginan - Struktur faal pada individu

iii. Motivasi/ alasan, yaitu kompleksitas proses fisik psikologik yang bersifat: - Keterarahan (tertuju pada sasaran)

- Keterangsangan (disulut oleh stimulasi) - Energik (dilandasi oleh adanya energi)

Dari aspek sosial, interaksi sosial manusia senantiasa berusaha untuk: i. Meminimalkan pengeluaran

ii. Memaksimalkan perolehan yang berguna baginya iii. Mendapatkan hasil akhir yang berguna baginya

Menurut Sarwono seperti yang diajukan S. Kaplan dan R. Kaplan, manusia sebagai objek yang paling penting dalam lingkungan binaan, didefinisikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

- Senang untuk mengetahui sesuatu

- Senang untuk membagi pengetahuannya dengan orang lain - Kebingungan pada saat tidak mempunyai pedoman yang jelas - Cenderung untuk selalu mengerti lingkungan

(55)

Arsitektur untuk manusia atau arsitektur yang manusiawi membahas bangunan yang berguna untuk manusia dan dirancang untuk manusia individual. Untuk mewujudkannya, kita harus menghargai arsitektur sebagai seni yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Amos Rapoport mengatakan bahwa perancangan arsitektur pada dasarnya menyangkut pengorganisasian dari beberapa hal, yaitu:

i. Ruang (space)

Sebagai susunan ruang untuk berbagai kebutuhan dikaitkan dengan aturan-aturan yang merefleksikan kebutuhan, nilai, dan keinginan suatu kelompok. Susunan ruang ini ditujukan untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang baik, dimana proses interaksi antara ruang dan masyarakat penggunanya dapat dilakukan secara optimal.

ii. Waktu (time)

Bahwa pada satu ruang yang sama, secara temporal dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Karena manusia pengguna suatu ruang mempunyai ritme kegiatan yang berbeda. Hal ini sangat penting karena akan menyangkut aspek optimalisasi penggunaan ruang serta berkaitan dengan kemungkinan crowding.

iii. Arti (meaning)

Makna ini biasanya diwujudkan dalam bentuk warna , detail, tanda-tanda, dekoratif, dan bentuk, yang oleh Rapoport disebut sebagai aspek eikonik dari lingkungan binaan. Unsur-unsur ini mungkin menjadi satu dengan organisasi ruang, akan tetapi bisa saja terpisah.

iv. Komunikasi (communication)

Mempunyai makna-makna tertentu yang dimaksudkan sebagai media komunikasi antar penghuni ruang tersebut, maupun antar penghuni dengan orang lain.

Menurut Preiser (1988), ada tiga unsur dari performansi bangunan yang dapat diidentifikasi dan diaplikasikan, yaitu:

i. Unsur Teknis

Terdiri dari aspek kesehatan, keselamatan, dan keamanan bangunan. Ketiga aspek tersebut dalam bangunan dapat dijumpai pada keselamatan terhadap bahaya kebakaran, struktur bangunan, sanitasi dan ventilasi, listrik, dinding bangunan, atap, penyelesaian interior, pencahayaan, dan akustik.

(56)

Merupakan kemampuan penghuni untuk mengoperasikan bangunan secara efektif dan efisien. Unsur ini berkaitan dengan faktor manusia yang akan mempengaruhi dimensi fisik dan konfigurasi ruang dan perabot. Unsur fungsional juga berkaitan dengan faktor komunikasi dan alur kegiatan pemakai, faktor kemudahan pemakai dalam melakukan kegiatan, dan faktor spesialisasi bangunan.

iii. Behavior ( unsur perilaku)

Merupakan aspek sosial dan psikologis tingkat kepuasan penghuni bangunan. Aspek ini meliputi privasi dan interaksi penghuni, persepsi lingkungan, rasa kepemilikan, pemahaman dan perancangan bangunan, dan kognisi dan orientasi lingkungan penghuni. Kesimpulan:

Perancangan fisik ruang yang mempunyai variabel independen yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya. Pengguna cenderung untuk selalu mengerti dan bereaksi dengan lingkungannya. Sehingga perlu diadakan analisa pengguna dan lingkungan untuk mendapatkan pendekatan konsep ruang yang diharapkan sesuai dengan perilaku manusia. Dalam hal ini analisis pengguna berdasarkan memperhatikan aspek perilaku lansia.

3.3. Interpretasi Tema

Setelah mengadakan beberapa pendekatan penulis dapat memberikan beberapa poin yang menyatakan secara langsung maupun tidak langsung kaitan perilaku Lansia yang akan dilayani di site dengan hasil rancangan Kompleks hunian bagi elderly tersebut. Hal-hal itu antara lain :

LANSIA SUKA BERSOSIALISASI DALAM KELOMPOK-KELOMPOK KECIL

• Setiap hunian memiliki teras yang memungkinkan para lansia berinteraksi dalam waktu yang tidak terlalu lama dan dengan intensitas yang tinggi

• Di taman-taman tertentu dirancang tempat duduk/gazebo-gazebo kecil • Taman dilengkapi air mancur.

KONDISI FISIK MENURUN, CEPAT LELAH, GERAKAN DAN REFLEKSI LAMBAN

• Selaras penghubung ( digunakan pada saat hujan atau panas )

• Disediakan ramp di taman-taman untuk pengguna kursi roda, lebar pintu baik di hunian maupun fasilitas lain besar untuk memungkinkan masuknya lansia dengan kursi roda tersebut

• Terdapat handrail yang membantu mereka pada saat-saat tertentu

(57)

• Pemilihan bahan/material yang tidak licin dan berbahaya • Penerangan harus baik.

PELUPA, PIKUN, CEPAT STRESS

• Pola perletakan massa terpusat tidak membingungkan

• View terbuka; dapat terlihat beberapa view sekaligus dari 1 tempat • Bentukan taman atau ruang terbuka yang asimetris

TERITORI

• Penempatan lansia 2 orang dalam 1 kamar dengan lemari terpisah • Penzoningan yang jelas antar zona public, semi publik dan private.

TIDAK SUKA TERASING DARI MASYARAKAT

• Unit hunian ditempatkan cukup dekat dengan rumah-rumah para pengelola • Ruang terbuka yang dapat diakses oleh kelompok masyarakat diluar lansia.

AKTUALISASI DIRI

• Fasilitas yang dapat memenuhi kegiatan lansia

• Kebebasan untuk memilih kegiatan yang sesuai dengan hobi dan kemampuan masing-masing.

KESAN TERHADAP WARNA TERTENTU

• Untuk ruang tidur lansia dihindari ( terutama pada plafon ) warna yang menyilaukan seperti putih karena daya pantulnya besar dan memberikan kesilauan, warna yang dipilih adalah warna dengan daya pantul sekitar 65%-80%, seperti hijau muda, kuning kehijauan atau jingga.

KESIMPULAN

1) Kompleks Hunian Warga Lansia merupakan suatu wujud aspek sosial yang diterapkan dalam bentuk nyata, dan merupakan wujud penggabungan dari sikap, rasa tanggung jawab dan rasa penghargaan terhadap sesama makhluk sosial secara umum dan manusia lanjut usia secara khusus.

2) Pemilihan suatu site merupakan salah satu factor yang penting dalam merancang suatu hunian bagi lansia yang dihubungkan dengan kenyamanannya baik secara fisik maupun psikologi.

(58)

4) Perlu adanya pengkajian yang lebih menitikberatkan kepada aspek perilaku dalam merancang Kompleks lansia.

5) Penzoningan / tata letak bangunan harus jelas berdasarkan fungsi dan penggunaannya.

3.4. Studi Banding Tema Sejenis 3.4.1. Els Colors Kindergarten

Arsitek : RCR Arquitectes

(59)

3.4.2. Toyama Children Center

Tomaya terletak di tengah garis pantai Jepang yang kaya akan air dan pemandangan indah. Luas area sekitar 4.247 km2 (atau sekitar 1 %dari total wilayah Jepang). Dengan jumlah penduduk 1.125.000 jiwa.

Gambar 3.3 Peta Lokasi Toyama Children Center Gambar 3.2 Gang kecil sebagai sirkulasi horizontal ( double loaded)

(60)

Lokasi site Toyama Children Center yang berada pada daerah yang cukup hijau dan sejuk menjadi daya tarik tersendiri. Dan juga terdapat akses-akses jalan menuju bangunan yang cukup bagus dan juga sangat manusiawi untuk skala anak-anak.

Kesimpulan dari studi banding Toyama Children Center adalah secara umum seluruh komposisi dan dimensi dalam desain ini menggunakan skala anak-anak. Sesuai dengan sasaran pengguna adalah anak-anak pra-sekolah. Bentuk dasar bangunan adalah berupa bentuk silinder dan juga tabung yang merupakan bentuk-bentuk yang tegas dan disukai oleh anak-anak.

3.4.3. Nursing Home,Surabaya

(61)
(62)

BAB IV

ANALISA

4.1. Analisa Eksisting

4.1.1. Analisa Lokasi (Posisi Site Terhadap Kota-Kawasan Lingkungan).

Tabel 4.1 Kriteria Kota Medan

4.1.2. Kondisi Eksisting Lahan.

(63)

4.1.3. Tata Guna Lahan.

4.1.3.1. Peruntukan Lahan

• Lokasi Tapak : Jln. Flamboyan,Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan, Sumatera Utara , Indonesia.

• Luas Lahan : + 2 Ha (+ 20.000 m2)

• Kontur : sedikit berkountur

• KDB : 60 %

• KLB : 3-5 lantai

C. PDAM & Pemukiman B. Vegetasi

A. Sungai D. Sungai dan Vegetasi

A

D

(64)

Di dalam RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kotamadya Medan), lokasi yang berada di daerah Jalan Jamin Ginting, Kecamatan Medan Tuntungan, masuk kedalam WPP E (Wilayah Pengembangan Pembangunan E) dengan Sei sikambing sebagai pusat Kawasan pemukiman, perdagangan, dan rekreasi dengan program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. Sebagai kawasan rekreasi dan kesehatan , lokasi ini sangat potensial untuk dibangunnya bangunan yang bersifat rekreatif dan hiburan sebagai wadah pengembangan kesehatan kota Medan.

Peta tata Guna Lahan dalam radius 500 meter :

Gbr. 4.2.Peta Tata Guna

Danau Buatan

Kantor & Pemukiman

Fasilitas Umum dan Pemukiman

Komersial

(65)

4.1.4. Batas Site.

BATAS UTARA

Berbatasan dengan sungai dan pepohonan.

BATAS TIMUR

Berbatasan dengan sungai dan pepohonan.

BATAS BARAT

Berbatasan dengan lahan kosong dan pepohonan.

BATAS SELATAN

Berbatasan dengan pepohonan.

(66)

4.1.5. Sarana dan Prasaran

4.1.5. Eksisting Bangunan Sekitar Site

Komersil PDAM

Pemukiman

Komersil &

Pemukiman Pemukiman

(67)

4.2. Analisa Potensi dan Kondisi Site. 4.2.1. Analisa Sirkulasi

Sirkulasi Kendaraan

Gbr.4.5.Analisa sirkulasi kendaraan

SITE

B

A

Arus lalu lintas padat Arus lalu lintas sedang

(68)

4.2.2. Analisa Pencapaian

Gbr.4.6.Analisa pencapaian

Jl.Tuntungan.dapat diakses melalui jalan protokol yaitu jamin ginting.

Pencapaian yang diakses melalui jalan Jamin Ginting.P.Bulan SITE

Pencapaian menuju lokasi proyek dapat dicapai dengan beragam moda transportasi yang ada di kota Medan baik melalui angkutan pribadai maupun angkutan umum.

(69)

4.2.3. Analisa View

4.2.3.1. View Ke luar

Gbr.4.7.Analisa view ke luar View pada bagian ini cukup baik karena mengarah ke sungai dan dan vegetasi

View pada bagian ini cukup baik karena mengarah ke sungai .

View pada bagian ini cukup baik karena mengarah ke vegetasi.

(70)

4.2.3.2. View Ke Dalam

Gbr.4.8.Analisa view ke dalam

Pada view ini

sebaiknya dimaksimalkan

bukaan agar udara dapat mengalir

Pada view ini merupakan entrance utama jadi bentuk fasad harus diperhatikan lebih b ik l i

Pada view ini juga harus dimaksimalkan bukaan karena langsung menghadap ke danau.

Pada view ini bukaan juga dimaksimalkan karena berada di utara yang merupakan jalur

(71)

4.2.4. Analisa Vegetasi dan dilalui oleh dua arah.

(72)

4.2.6. Analisa Matahari

Tanggapan:

• Pada sisi bangunan barat dan timur lebih banyak mengunakan shading daripada bagian utara dan selatan. • Vegetasi eksisting dapat mengurangi

teriknya sinar matahari.

• Sisi bangunan yang di sebelah timu-barat harus lebih kecil dimensinya untuk mengurangi bidang penyerapan panas matahari.

(73)

4.3. Analisa Bangunan

4.3.1. Bentuk

Analisa bentuk bangunan adalah suatu penganalisaan terhadap karakter maupun visualisasi yang akan ditampilkan pada bangunan. Bentuk merupakan penghubung ruang dalam dengan lingkungan luar bangunan. Bentuk terdiri atas elemen-elemen seperti ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi, dan massa. Semua elemen ini bertujuan untuk mewujudkan citra dan tampilan bentuk bangunan.

Jenis bentuk yang dapat diterapkan dalam rancangan, sebagai berikut :

a. Segitiga, bentuk yang dapat menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cenderung jatuh ke salah satu sisinya. Bujur sangkar, bentuk yang menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar.

b. Seperti segitiga, bujur sangkar bila berdiri pada salah satu sisinya tampak stabil dan dinamis bila berdiri pada salah satu sudutnya.

c. Lingkaran, bentuk yang terpusat. Berarah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersudut lainnya atau unsur menurut arah kelilingnya, dapat menimbulkan perasaan gerak putar yang kuat.

Kriteria Bentuk Dasar Bangunan

Kesesuaian Bentk Site Baik Baik Kurang Baik Orientasi Bangunan Baik, Orientasi Jelas Baik, Orientasi ke

Segala Arah

Tidak Jelas

Efisiensi Ruang Efisien Kurang Efisien Tidak Efisien Efisiensi Struktur dan

Konstruksi Bangunan

(74)

Tabel 4.2 Kriteria Bentuk Bangunan

KELUARAN: Berdasarkan faktor-faktor di atas adanya penggabungan beberapa bentuk sesuai dengan analisa lingkungannya, yaitu penggabungan antara bentuk persegi, lingkaran, dan segi dengan pertimbangan kelebihan dan kekurangannya.

4.4. Analisa Non Fisik 4.4.1. Analisa Pemakai

Pengelompokkan para lansia penghuni “Elderly House” akan dibedakan berdasarkan 2 faktor, yaitu:

A. Berdasarkan jenis kelamin 1) Laki-laki

 Lansia laki-laki disatukan dengan lansia laki-laki dibeberapa unit hunian, kecuali pada lansia tipe non-mandiri dimana laki-laki dan perempuan disatukan dalam 1 unit hunian tetapi dibedakan ruang tidurnya.

 Disediakan banyak lahan kosong di sekitar unit hunian bagi para lansia laki-laki untuk mereka berkebun ataupun beternak.

2) Perempuan

 Lansia perempuan disatukan dengan lansia perempuan yang lainnya pula, mereka biasanya lebih banyak bekerja di dalam ruangan sehingga ruang dalam yang disediakan lebih besar dibandingkan ruang dalam untuk pria, dapur untuk mereka memasak sehari-hari dilengkapi dengan tempat duduk untuk mereka bekerja di dapur dan peralatan dan standart dimensi perabotan khususnya di dapur disesuaikan dengan kebutuhan para lansia.

 Hunian lansia perempuan relatif dekat dengan gedung workshop sehingga mereka bisa dengan mudah bekerja seperti : menjahit, menyulam, dll.

 Terdapat jalan-jalan yang digunakan secara ‘insidentil’ antar unit hunian terdekat.

 Disediakan berada tempat para lansia mengobrol atau berinteraksi di saat-saat santai.

Kesan yang Ingin

Dicapai

Baik Baik Kurang Baik

(75)

B. Berdasarkan tingkat kesehatan fisik 4) Tipe Mandiri

Lansia masih sanggup melaksanakan aktifitas sehari-hari sendiri dan masih dapat berkarya atau mempunyai kegiatan tertentu.

Interaksi antar sesame lansia maupun dengan para petugas Griya Lansia tinggi.

5) Tipe Semi Mandiri

Lansia masih dapat melaksanakan beberapa aktifitas sehari-hari sendiri hanya perlu bantuan untuk saat-saat tertentu saja, seperti mandi, mencuci, berjalan-jalan di taman, dll.

Kesehatannya kurang baik, penglihatan dan pendengarannya sudah kurang baik, karena itu butuh pengawasan yang agak ketat.

Menggunakan alat bantu tongkat atau kursi roda. 6) Tipe Non Mandiri

Tidak dapat melakukan aktifitas apapun secara mandiri, karena itu dibutuhkan tenaga perawat 1X24 jam.

Seluruh aktifitasnya sehari-hari dilakukan di dalam ruangan atau di ruang tidur masing-masing.

Menggunakan alat bantu tempat tidur dorong Rawan terhadap penyakit.

4) Tanggapan Terhadap 3 Tipe Lansia yang dibedakan menurut tingkat kesehatan fisik :

5) TIPE MANDIRI

Pada masing-masing kamar terdapat 2 lemari yang terpisah, tiap ruang tidur terdapat 1 kamar mandi di dalam untuk memudahkan lansia buang air di malam hari.

Ruang interaksi yang disediakan cukup besar, sedangkan ruang tidurnya tidak terlalu besar karena 60% kegiatan sehari-hari mereka dilakukan di luar ruangan.

(76)

Dimensi ruang tidur relative besar, disediakan ‘space’ khusus untuk melekatkan alat-alat bantu seperti : kursi roda, kaca mata, tongkat, di dekat tempat tidur.

Ruang untuk sirkulasi relative besar, minimal 1.60 meter (untuk berpapasan 2 kursi roda)

Perabotan seperti meja, lemari, kaca dirancang tidak terlalu tinggi, dapat dijangkau sambil duduk dengan kursi roda.

Tidak ada ruang menyudut dan pintu yang bersebelahan langsung

Zona ruang tidur dipisahkan dari zona ruangan lainnya karena ruang tidur membutuhkan ketenangan ekstra, karena sehari-hari lansia beraktifitas di dalam ruangan / kamar (60% di kamar)

Penerangan di kamar dimaksimalkan, tetapi untuk penerangan alami dirancang bukaan yang tidak langsung menghadap matahari untuk menghindari silau, namun bukaan/jendela yang menghadap utara dan selatan cukup besar, agar kamar tidak lembab, sedangkan bukaan yang menghadap barat bukaan diminimalkan untuk menghadapi matahari sore yang silau dan kurang baik bagi kesehatan.

Perbedaan ketinggian lantai diminimalkan agar mudah dilalui kursi roda dan meminimalkan kecelakaan ( terjatuh )

Disetiap unit hunian terdiri dari 6 kamar yang dihuni oleh 2 orang, terdapat 1 ruang tidur perawat untuk 2 orang perawat dilengkapi 1 kamar mandi, perawat ini berganti sift 1X24 jam, perawat bertugas membersihkan ruangan dan membantu penghuni melaksanakan kegiatan tertentu yang tidak dapat dilakukannya sendiri.

Dari ruang tidur ke kamar mandi terdapat pegangan tangan atau ‘handrail’ di sepanjang dinding penghubungnya, hal ini akan sangat membantu lansia, demikian pula pada setiap sisi dinding di dalam kamar mandi tersebut.

(77)

Disediakan jalan-jalan terpendek antar unit hunian dengan unit hunian lainnya ataupun unit hunian dengan fasilitas yang ada.

Peletakan massa Tipe Anggrek dan Tipe Mawar berada di pusat kegiatan yaitu di dekat Fountain, Musholla, Ruang makan, Dapur Umum dan Ruang Bersama.

Untuk segi pengawasan agar lansia mudah mencari jalan pulang ke unit huniannya maka peletakan massanya dibuat cluster, sebagai penanda Tipe Mawar adalah adanya sarang burung yang besar, sedangkan Tipe Anggrek adalah adanya menara air yang tinggi.

Jalan-jalan primer dan skunder menggunakan penutup ( atap ) sebagai selasar untuk melindungi pejalan kaki dari hujan ataupun panas. Jalan primer menggunakan bahan fiber sedangkan jalan skunder menggunakan pergola yang ditanami pohon anggur, sehingga selain dapat dijadikan sebagai penghubung antar unit, sebagai tempat duduk-duduk tanpa terkena panas langsung, pergola yang memberi kesan alami ini juga dapat menghasilkan buah anggur untuk dijual.

Ruang makan dipisahkan dengan ruang TV, hal ini untuk menghindari terjadinya tersedak jika para lansia makan sambil menonton TV.

Kelompok Tipe Semi Mandiri (Tipe Melati) didekatkan dengan pos-pos pengawas agar mudah dikontrol.

Jalan penghubung antar bangunan fungsi public dengan unit hunian ( jalan Primer ) berdimensi 3m, hal ini dikarenakan lansia menyukai untuk waktu tertentu, material yang digunakan adalah material conblock yang kasar dan terdapat celah untuk ditumbuhi tanaman yang dapat menyerap air hujan, sehingga jalan tersebut tidak licin, sedangkan untuk jalan skunder dipilih material batu kali pecah. Letak hunian relatif dekat letak fasilitas kesehatan dan kebugaran.

TIPE NON MANDIRI

7) Jumlah penghuni non-mandiri kurang lebih 10% dari total jumlah penghuni, karena itu unit yang disediakan hanya sebanyak 1 unit, ruang tidur sebanyak 4 kamar yang masing-masing dihuni 2 orang.

(78)

9) Ruang makan dan ruang interaksi dibuat dengan ketinggian 1m lebih rendah dari ruangan lainnya dan dibuat ramp, di ruangan tersebut disediakan kursi panjang. 10)View disetiap ruang tidur dioptimalkan untuk mengurangi rasa bosan penghuni

yang 80% waktunya dihabiskan di dalam ruang/kamar untuk menghadap ke taman.

4.4.2. Analisa Jumlah Penghuni

Tidak semua lansia dapat masuk ke dalam elderly house ini mengingat keterbatasan bangunan elderly house yang akan di bangun. Elderly House ini bukan hanya menampung orang-orang yang berusia lanjut tetapi memberikan pelayanan yang sangat baik bagi para lansia , adapun jumlah lansia yang di perkirakan dalam elderly house ini dihitung dengan cara :

GOLONGAN UMUR

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

JIWA PERSEN (%) JIWA PERSEN (%) JIWA PERSEN (%) Sumber : BPS Kota Medan

Keterangan : Angka sementara penduduk pertengahan tahun 2007 • LANSIA WANITA (65 +)

• Tahun 2007 = 44.495 Jiwa

ASUMSI TIAP TAHUNNYA LANSIA MENGALAMI KENAIKAN 1% • Tahun 2008 = 44.495 Jiwa + (44.495 x 1%) = 44.939,9 Jiwa

• Tahun 2009 = 44.939,9 Jiwa + (44.939,9 x 1%) = 45.388,3 Jiwa • Tahun 2010= 45.388,3 Jiwa + (45.388,3 x 1%) = 45.841 Jiwa

(79)

Golonan menengah ke atas adalah 21 % dari jumlah PENDUDUK LANSIA Tahun 2010.

• 45.841 x 21 % = 9626.61 Jiwa

Asumsi yang masuk ke ERDERLY HOUSE = 0.5 % dari lansia gol.menengah keatas • 0.5 % x 9626.61 Jiwa = 47 orang

• LANSIA Pria (65 +) • Tahun 2007 = 32.350 Jiwa

ASUMSI TIAP TAHUNNYA LANSIA MENGALAMI KENAIKAN 1% • Tahun 2008 = 32.350 Jiwa + (32.350 x 1%) = 32.673,5 Jiwa

Total Lansia Pria dan Wanita tahun 2010 yang masuk ke E. House : 35 orang lansia pria + 47 orang lansia wanita = 82 orang

Dalam kasus ini saya tidak bisa menampung semua dan kapasitas Ederly House ini diasumsikan diperuntukkan untuk : 60 orang

% untuk Lansia Pria = 100% 42%

Kesimpulan : Jumlah elderly pada Elderly House ini adalah 60 orang dengan rincian

elderly wanita 34 orang dan elderly pria 26 orang. Total Elderly = 60 orang dengan rincian

(80)

BAB V

Gambar

Gambar Perancangan  ...................................................
Gambar 4.5. Analisa Sirkulasi Kendaraan.. ............................................
Tabel 2.1  Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan Merupakan kawasan pemukiman,pendidikan,rekreasi, dan
Tabel 2.2  Penilaian Lokasi Site
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panjang hipotenusa segitiga siku-siku adalah 30 cm, jika panjang salah satu sisinya 18 cm, maka panjang sisi lainnya adalah ….. Panjang diagonal-diagonal suatu belah ketupat 36 cm

Jika seluruh permukaan balok tersebut dicat, banyak kubus satuan yang terkena cat pada salah satu sisinya saja..

Diketahui segitiga dengan besar salah satu sudutnya 50o, maka tentukan beberapa kemungkinan besar ke dua sudut lainnya!. Jika salah satu sudut segitiga 10o, maka segitiga

Bentuk sirkulasi tertutup digunakan pada ruang-ruang dengan kebutuhan fokus tinggi, sedangkan bentuk sirkulasi terbuka pada salah satu sisinya digunakan pada ruang-ruang

– Tentukan fungsi luas taman yang dinyatakan dengan panjang salah satu sisinya.. – Tentukan luas taman jika diketahui panjang salah satu sisinya sebesar

Jika semua segitiga yang diarsir pada gambar di samping adalah segitiga sama sisi dengan panjang sisinya 1 cm, maka perbandingan jumlah luas semua segitiga yang

Dalam segitiga siku-siku, jika diketahui besar salah satu sudut lancip dan panjang salah Dalam segitiga siku-siku, jika diketahui besar salah satu sudut lancip

(AAS: Angle-Angle-Side) Jika antara dua segitiga terdapat korespondensi dimana dua sudut dan satu sisi yang terletak di depan salah satu sudut itu adalah kongruen dengan dua sudut