• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI DAN PERANAN ANAK LAKI-LAKI DALAM KELUARGA BATAK TOBA PERANTAU (Studi pada Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Kota Bandar Lampung )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI DAN PERANAN ANAK LAKI-LAKI DALAM KELUARGA BATAK TOBA PERANTAU (Studi pada Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Kota Bandar Lampung )"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

VALUE AND BOY ROLE IN FAMILY BATAK TOBA PERANTAU (Study on Punguan Pomparan Raja Silahisabungan and Punguan Pomparan Raja

Toga Manurung's at Lampung's Port City)

by

DONNY YP SILALAHI

This study aims to analyze the value and role of boys in the family Toba nomads, and also to know how to shape the role of boys in Toba Batak family of nomads. This research was conducted at Punguan Pomparan Raja Silahisabungan and Punguan Pomparan Raja Toga Manurung at Bandar Lampung and addressed to the 70th head of the family.

Type of research is descriptive, this study sample was 70 samples. Methods Data were collected by questionnaires. While activity data analysis performed by quantitative analysis.

Based on the research results are known, the existence of boys for the Batak Toba nomads still very significant. But there was a slight shift in giving treatment to children who once were any more devoted to the needs of boys, but now the thinking has changed and the Batak people are no longer discriminating treatment to boys as well as in each of need fulfillment, such as the average share for all existing children in her family. The role of boys in this study is still a leader in each of Toba Batak ceremony. Without the presence of boys custom event will not be able to walk properly.

(2)

ABSTRAK

NILAI DAN PERANAN ANAK LAKI-LAKI DALAM KELUARGA BATAK TOBA PERANTAU

(Studi pada Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

di Kota Bandar Lampung )

Oleh

DONNY YP SILALAHI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai dan peranan anak laki-laki dan juga bentuk peranan anak laki-laki dalam keluarga Batak Toba perantau. Penelitian ini dilaksanakan pada Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Kota Bandar Lampung.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif, sample penelitian ini berjumlah 70 sampel. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner, sedangkan analisis data dilakukan dengan cara analisis kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui, keberadaan anak laki-laki bagi orang Batak Toba perantau masih sangat berarti. Namun terjadi sedikit pergeseran dalam memberikan perlakuan terhadap anak-anak, yang dahulu setiap pemenuhan kebutuhan lebih dikhususkan kepada anak laki-laki, namun sekarang pemikiran orang Batak telah berubah dan tidak lagi membeda-bedakan perlakuan kepada anak laki-laki maupun perempuan dalam setiap pemenuhan kebutuhannya, seperti membagikan rata kepada semua anak-anak yang ada dalam keluarganya. Peranan anak laki-laki dalam penelitian ini masih sangat penting, anak laki-laki masih menjadi pemimpin dalam setiap upacara adat Batak Toba. Tanpa kehadiran anak laki-laki acara adat tidak akan bisa berjalan sebagaimana mestinya.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian itu (keanekaragaman suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial), di dalam kehidupannya pasti ada perbedaan yang menumbuhkan kebiasaan atau kebudayaan tersendiri. Kebudayaan sendiri merupakan ciri khas setiap suku bangsa di Indonesia, tidak dapat dimungkiri baik disebabkan karena etnisnya yang banyak, maupun karena pengalaman dan perkembangan sejarah berbagai suku bangsa itu. Keanekaragaman ini merupakan tantangan bagi berbagai suku bangsa di dalam kehidupannya sehari–hari, sejauhmana suku bangsa ini mampu menjawabnya agar menjadi bangsa yang satu, dan utuh dengan segala aspeknya, yaitu bangsa Indonesia.

(4)

Watak adalah segala tabiat yang membentuk keseluruhan pribadi seseorang. Sedangkan kecakapan atau skills menyangkut segala sesuatu yang dapat dipelajari mengenai lingkungan budaya yang akan dimasuki, seperti bahasa, adat-istiadat, tata krama, keadaan geografi, keadaan ekonomi, situasi politik, dan sebagainya.

Sementara itu faktor ekstern yang berpengaruh terhadap seseorang menyesuaikan diri antarbudaya adalah:

1. Besar kecilnya perbedaan antara kebudayaan tempat asalnya dengan kebudayaan lingkungan yang dimasukinya.

2. Pekerjaan yang dilakukannya, yaitu apakah pekerjaan yang dilakukannya itu dapat ditolelir dengan latar belakang pendidikannya atau pekerjaan sebelumnya.

3. Suasana lingkungan tempat ia bekerja. Suasana lingkungan yang terbuka akan mempermudah seseorang untuk menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan suasana lingkungan yang tertutup.

Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai–nilai (fisik, material, dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai–nilai tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuannya dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosial yang lebih luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values.

(5)

secara turun–temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi sejumlah norma (norms) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang (tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya terbatas, tidak bersifat universal seperti yang berlaku bagi nilai–nilai atau values.

Sebagai contoh atau kasus, seyogyanya manusia mengenakan pakaian, ini merupakan atau termasuk kualifikasi nilai (value). Semua pihak cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini.

Konsep modernisasi digunakan untuk menanamkan serangkaian perubahan yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat tradisional ke arah masyarakat industrial. Modernisasi menunjukkan suatu perkembangan dari struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan pada aspek–aspek kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi, dan kepercayaan dari suatu masyarakat, atau satuan sosial tertentu.

Di Indonesia terdapat berbagai macam suku, salah satunya adalah suku Batak yang berasal dari wilayah Sumatera Utara. Pada masyarakat suku Batak, seseorang akan melewati siklus kehidupan, yaitu dari lahir, kemudian dewasa, berketurunan sampai meninggal. Dalam melewati masa peralihan dan peristiwa-peristiwa penting tersebut, biasanya dilakukan upacara–upacara yang bersifat adat, kepercayaan, dan agama. Upacara–upacara tersebut antara lain upacara turun

mandi, pemberian nama, potong rambut, dan sebagainya (pada masa anak–anak), upacara mengasah gigi, upacara perkawinan, upacara kematian, dan lain–lain

(6)

sehat, tujuannya untuk memberi semangat hidup agar panjang umur dan tetap sehat, juga kepada orang tua yang sakit dengan maksud agar dapat sembuh kembali. Upacara ini disebut “sulang–sulang”.

Pada dasarnya masyarakat adat menurut Hadikusuma (1987:23) terbagi menjadi 4 (empat), yaitu:

1. Masyarakat adat yang susunan kekerabatannya patrilineal, adalah kekerabatan yang mengutamakan keturunan menurut garis keturunan laki–

laki.

2. Masyarakat adat yang susunan kekerabatannya matrilineal, adalah kekerabatan yang mengutamakan keturunan menurut garis keturunan perempuan.

3. Masyarakat adat yang susunan kekerabatannya parental, adalah yang tidak mengutamakan keturunan dari laki–laki ataupun dari perempuan.

4. Masyarakat adat yang susunan kekerabatannya altenerend, adalah kekerabatan yang mengutamakan garis keturunan laki–laki namun juga tekadang mengikuti garis keturunan perempuan dari faktor lingkungan, waktu, dan tempat.

(7)

akan merasa hampa hidupnya dan namanya dalam silsilah Siraja Batak tidak akan pernah diingat atau disebut orang lagi karena anak laki-laki berperan sebagai penerus marga. Garis keturunan anak laki-laki memegang peranan penting pada sistem kemasyarakatan Batak Toba. Marga dalam orang Batak adalah identitas yang menunjukkan silsilah dari nenek moyang asalnya. Sebagaimana diketahui, marga bagi orang Batak diturunkan secara patrilineal, artinya menurut garis ayah. Orang Batak yang semarga merasa bersaudara kandung sekalipun mereka tidak seibu-sebapak. Mereka saling menjaga, saling melindungi, dan saling tolong-menolong (Alam, 1977:5).

Namun dewasa ini budaya Batak yang berlaku di daerah perantauan banyak mengalami perubahan dan sangat berbeda dengan budaya Batak yang berada di daerah asal. Ada berbagai macam perubahan yang terjadi dalam budaya Batak yang berada di perantauan yang disebabkan oleh pengaruh dari luar (ilmu pengetahuan, teknologi komunikasi, politik, ekonomi, mobilitas, dan budaya) maupun karena innovasi yang berkembang di kalangan orang Batak sendiri. Salah satu contohnya pada masyarakat Batak Toba yang ada di Sumatera Utara, khususnya yang beragama Kristen akan selalu beribadah ke Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) setempat, namun pada saat ini banyak terjadi perubahan yang ada dalam masyarakat Batak Toba perantau, ditandai dengan berubahnya pola pikir masyarakat tersebut dengan pergi beribadah ke Gereja lain selain HKBP.

(8)

mereka berinteraksi dengan berbagai budaya, bangsa, maupun dengan kemajuan zaman.

Siahaan (1982:4) mengatakan bahwa sekalipun di rantau, orang Batak selalu peduli dengan identitas sukunya, seperti berusaha mendirikan perhimpunan semarga atau sekampung dengan tujuan untuk menghidupkan ide-ide adat budayanya. Mereka mengadakan pertemuan secara berkala dalam bentuk adat ataupun silaturahmi. Tidak dapat disangkal bahwa berbagai pengaruh yang berlangsung bertahun-tahun telah menjadikan akulturasi dalam budaya Batak seperti bahasa, dialek, pakaian adat, nilai anak (termasuk nilai anak laki-laki), dan lain-lain. Namun demikian ada nilai inti (core values) yang tetap baku dan berlaku bagi seluruh sub suku Batak di wilayah dimanapun ia berada, yaitu adat Dalihan Na Tolu, dimana adat ini dapat menembus sekat-sekat agama/kepercayaan ke dalam suatu kesatuan sosial.

(9)

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang sebagaimana dikemukakan di atas, maka masalah penelitian dalam studi ini adalah sebagai berikut:

1. Adakah perubahan nilai dan peranan anak laki–laki dalam keluarga Batak Toba perantau ?

2. Bagaimana bentuk dari peranan anak laki–laki dalam keluarga Batak Toba perantau ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Mengetahui nilai dan peranan anak laki–laki dalam keluarga Batak Toba perantauan.

2. Untuk mengetahui bentuk dari peranan anak laki–laki dalam keluarga Batak Toba perantauan.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Kepentingan Akademis.

(10)

2. Kepentingan Praktis.

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Nilai

Batasan nilai bisa mengacu pada berbagai hal, seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, daya tarik, dan hal–hal

lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya.

Nilai merupakan patokan (standar) perilaku sosial yang melambangkan baik buruk, atau benar–salahnya suatu objek dalam hidup bermasyarakat (Abdulsyani, 2002). Jadi nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita–citakan, dan dianggap penting untuk dicapai oleh setiap manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu nilai merupakan kumpulan sikap, perasaan baik–buruk, benar–salah, patut atau tidak patut tentang suatu hal yang terdapat pada setiap manusia.

(12)

perasaan yang diterima oleh masyarakat sebagai dasar untuk merumuskan apa yang benar dan penting, sedangkan nilai agama adalah suatu petunjuk hidup yang datangnya dari Tuhan kepada penganut-Nya agar tunduk kepada perintah– perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-perintah-Nya (Shochib, 1998).

Dalam budaya Batak, laki-laki menjadi faktor utama dalam meneruskan garis keturunan, sehingga kaum laki-laki memiliki nilai yang sangat berarti. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan orang Batak seperti dalam penentuan hak warisan/ahli waris. Kaum laki-laki lebih dominan dalam hal mendapatkan hak warisan daripada perempuan, karena pada prinsipnya laki-laki memiliki tanggungjawab yang besar dan sebagai penerus garis keturunan keluarga. Dalam pembagian harta warisan, anak laki-laki yang pertama akan mengatur pembagian harta yang ditinggalkan oleh orangtua mereka, misalnya, harta berupa rumah (tempat tinggal) akan diberikan kepada anak bungsu laki-laki. Namun apabila ada dalam anggota keluarga yang ingin menjual harta warisan yang telah diterima, maka harta tersebut hanya bisa dijual kepada kerabat keluarga terdekat saja.

(13)

Kaum laki-laki memiliki tanggungjawab dalam meneruskan keturunan (marga). Pola kehidupan masyarakat dahulu hingga sekarang tidak jauh berbeda, hal ini dapat dilihat dari mengedepankannya kaum laki-laki daripada perempuan. Bagi masyarakat Batak, nilai ataupun peranan kaum laki-laki inilah nantinya yang dapat melanjutkan generasi budaya Batak. Begitu juga dengan masyarakat Batak Toba perantau, pola ini tetap dilaksanakan dimanapun orang Batak berada.

Bagi masyarakat Batak Toba perantau, selain berperan dalam meneruskan keturunan ataupun marga, ia juga akan berusaha mencari dan bergabung ke dalam perkumpulan Batak Toba, khususnya yang memiliki persamaan marga agar dapat dikenal dan dapat saling menghormati.

B. Peranan

Peranan adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah kedudukan individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai suami/isteri atau anak.

(14)

menjadi dambaan bagi keluarga Batak, karena tanpa adanya anak laki-laki maka tidak ada penerus keluarga.

Anak laki-laki tidak hanya berperan sebagai penerus marga, melainkan juga menjadi pemimpin adat dalam keluarga. Apabila orangtua mereka sudah tidak ada, maka anak laki-laki yang sudah dewasa akan menjadi pengganti orangtua mereka. Apabila salah satu orangtua, yaitu ayah telah meninggal dan hanya ibu yang masih hidup, maka anak laki-laki kelak akan menjadi pemimpin dalam keluarga tersebut, walaupun anak laki-laki tersebut lahir terakhir (bungsu).

Disadari atau tidak, struktur kekerabatan patrilineal dengan adat dalihan na tolu mempengaruhi keluarga Batak dalam memberi perlakuan terhadap anak laki-laki terutama anak pertama. Dengan adanya perlakuan dan tuntutan-tuntutan tertentu pada anak laki-laki, khususnya anak laki-laki pertama yang dituntut untuk menjadi seorang pemimpin dalam suatu keluarga, maka peneliti berasumsi bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh lingkungan budaya Batak kepada anak laki-laki akan membawa dampak bagi anak laki-laki dalam melakukan pengamatan dan penilaian terhadap diri dan perilakunya. Dengan kata lain perlakuan yang diterima anak laki-laki Batak dapat mempengaruhi konsep diri yang terbentuk pada diri anak laki-laki Batak tersebut.

(15)

perempuan, mereka tidak akan terlalu memaksakan untuk mengadopsi anak laki-laki. Mereka berpendapat bahwa anak laki-laki dan perempuan itu sama saja, namun tidak semua keluarga berpendapat seperti itu, karena masih banyak diantara keluarga Batak perantauan yang menginginkan adanya anak laki-laki.

C. Sistem Kekerabatan Batak Toba

Sistem kekerabatan orang Batak adalah patrilineal, yaitu menurut garis keturunan ayah. Apabila seseorang Batak ingin menyebut anggota marganya maka seorang Batak akan menyebutnya dengan dongan sabutuha (mereka yang berasal dari rahim yang sama). Garis keturunan seorang anak laki-laki akan menjadi punah apabila tidak ada lagi anak laki-laki yang dilahirkannya. Sistem kekerabatan patrilineal itulah yang menjadi tulang punggung masyarakat Batak, yang terdiri dari turunan-turunan, marga, dan kelompok-kelompok suku, semuanya saling dihubungkan menurut garis laki-laki. Laki-laki itulah yang membentuk kelompok kekerabatan, sedangkan perempuan menciptakan hubungan besan (affinal relationship) karena ia harus kawin dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain.

(16)

Dalihan Na Tolu (di Simalungun disebut Tolu Sahundulan). Dalihan dapat diterjemahkan sebagai "tungku" dan "hundulan" sebagai "posisi duduk". Keduanya mengandung arti yang sama, tiga posisi penting dalam kekerabatan orang Batak, yaitu:

1. Hula-hula atau tondong, yaitu kelompok orang-orang yang posisinya "di atas", yaitu keluarga marga pihak istri sehingga disebut somba-somba marhula-hula yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan.

2. Dongan tubu atau sanina, yaitu kelompok orang-orang yang posisinya "sejajar", yaitu teman/saudara semarga sehingga disebut manat mardongan tubu, artinya menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan.

3. Boru, yaitu kelompok orang-orang yang posisinya "di bawah", yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, serta keluarga perempuan pihak ayah. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari disebut elek marboru, artinya agar selalu saling mengasihi supaya mendapat berkat.

(17)

dikatakan bahwa dalihan na tolu merupakan sistem demokrasi orang Batak karena sesungguhnya mengandung nilai-nilai yang universal. Termasuk dalam sistem ini terdapat pula prinsip keturunan Batak Toba (Gultom, 1992).

D. Prinsip Keturunan Batak Toba

Seluruh kehidupan orang Batak diatur oleh struktur patrilineal masyarakatnya dan ia sama sekali tidak terbatas pada lingkup hukum warisan. Pemerintahan dan pemilikan tanah, perkawinan, pemujaan arwah, penyelenggaraan peradilan, tempat permukiman dan penggarapan tanah, semuanya langsung berkaitan dengan susur galur (garis keturunan). Gagasan yang terkandung di dalam pemujaan arwah serta upacara kurban membayangkan bahwa ikatan sistem patrilineal akan melonggar dengan semakin memudar dan akhirnya lenyapnya kekafiran. Namun, hubungan langsung antara pengelompokan berdasarkan silsilah di satu pihak dengan penyebaran geografis di lain pihak telah memungkinkan struktur patrilineal menyusup jauh ke dalam semua lingkungan hidup, maka dari itu bisa diperkirakan bahwa bentuk-bentuk yang telah dikembangkan masyarakat ini akan terpelihara untuk waktu yang lama.

(18)

Bentuk perkawinan eksogami (perkawinan di luar suku) juga tidak menganggu ciri-ciri patrilineal dari kelompok-kelompok, begitu pula saling berhubungan antar mereka. Kita dapat melihat dari berbagai peristiwa, begitu dimulai suatu hubungan besan (affinal relationship),maka terciptalah sejenis mata rantai yang begitu berlainan dari yang terdapat di kalangan kekerabatan sedarah (agnata). Hubungan besan itu malah membuat garis-garis wajah dari pertalian kekerabatan sedarah tersebut menjadi makin jelas lagi.

Marga adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah (patrilineal). Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan yang selalu dihubungkan dengan anak laki laki. Karena itu, seorang Batak baru merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki laki yang akan meneruskan marganya. Menurut buku "Leluhur Marga Batak", jumlah seluruh marga Batak adalah sebanyak 416, termasuk marga suku Nias. Marga ini adalah asal mula nama nenek moyang yang terus dipakai di belakang nama diri dari satu garis turunan. Selanjutntya, dari rentetan vertikal turunan marga itu sejak dulu sampai saat ini menumbuhkan Silsilah Batak Toba atau tarombo. Tarombo adalah silsilah atau asal-usul menurut garis keturunan ayah. Dengan tarombo seorang Batak dapat mengetahui posisinya dalam marga. Itulah sebabnya bila orang Batak berkenalan, maka pertamakali, maka biasanya mereka saling tanya marga dan tarombonya masing-masing.

(19)

memanggil ”namboru” (adik perempuan ayah/bibi), ”amangboru/makela” (suami

dari adik ayah/om), bapatua/amanganggi/amanguda (abang/adik ayah), ”ito/boto”(kakak/adik), pariban atau boru tulang (putri dari saudara laki-laki ibu)

yang dapat dijadikan istri. Silsilah Batak Toba adalah salah satu yang sangat unik di dunia ini. Dapat dikatakan sangat unik karena dalam kehidupan sehari–hari marga itu memegang peranan penting untuk menempatkan dirinya berkomunikasi terhadap sesama masyarakat sesuai dengan dalihan na tolu.

Garis turunan laki–laki memegang peranan penting pada sistem kemasyarakatan Batak Toba. Anak laki–laki adalah raja atau panglima yang tidak ada taranya pada

kelompok keluarga. Sebuah keluarga yang tidak mempunyai anak laki–laki akan merasa bahwa hidupnya adalah hampa. Terasa bagi seseorang itu bahwa silsilah Siraja Batak dan namaya tidak akan pernah diingat atau disebut orang lagi.

(20)

Peranan boru atau anak perempuan itu sangat pokok untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul pada kelompok keluarga.

Masalah apa saja yang timbul pada kelompok keluarga harus dapat diatasi oleh boru itu sendiri. Boru akan menjadi penanggungjawab tersembunyi dan terbuka pada kelompok keluarga. Itulah sebabnya boru itu disebut rajani boru karena peranannya sangat penting pada setiap keadaan keluarga. Berkat tanggungjawab boru itu, ia selalu dibujuk, disayangi, dikasihi, dan dihormati. Janganlah sampai terjadi akibat tindakan anak laki–laki, anak boru menjadi tersinggung dan ngambek. Jika hal demikian terjadi maka kelompok keluarga itu tidak akan sejahtera lagi. Sebab itu saudara laki–laki akan tetap menjaga kestabilan keserasian antara hubungan keluarga anak laki–laki dengan anak perempuan.

(21)

Walaupun dalam garis turunan anak laki–laki memegang peranan penting dalam silsilah, dalam hal kelengkapan hidup, prinsip keturunan adalah dalihan na tolu yang tegak pada prinsip dongan tubu anak laki–laki dan boru anak perempuan sebagai titik tolak melengkapi kekerabatan dalihan na tolu. Anak laki–laki dan anak perempuan melengkapi dalihan na tolu, maksudnya bahwa anak laki–laki akan beristeri dan pihak keluarga isteri disebut hula–hula. Anak perempuan akan bersuami dan keluarga pihak suami disebut boru. Maka lengkaplah unsur dalihan na tolu.

Justru karena prinsip keturunan patrilineal inilah silsilah Siraja Batak dapat berlanjut dengan kemurnian dan kesejatiannya. Seseorang yang mengaku dirinya Batak Toba akan merasa malu memperkenalkan dirinya pada masyarakat Batak Toba itu sendiri apabila ia belum mengetahui asal–usulnya, yaitu silsilahnya sendiri. Sampai sekarang ini banyak orang Batak yang sengaja pulang ke Bona Pasogit (tempat leluhurnya) hanya untuk mencari atau mendapatkan silsilahnya. Silsilah Siraja Batak dengan marga adalah identitas Batak yang patrilineal berdasarkan falsafah hidup Dalihan Na Tolu.

E. Tinjauan Tentang Perantau

Rantau adalah kata benda yang berarti dataran rendah atau aliran sungai, jadi biasanya terletak dekat pesisir (Naim,1985; 2). Jika diberi awalah “pe”, berarti orang

yang pergi “merantau”, sedangkan “merantau” berarti pergi ke rantau. Merantau

(22)

jangka waktu yang lama atau tidak, bertujuan mencari pengalaman untuk penghidupan dengan maksud kembali pulang (Naim,1985; 2).

Namun jika dipandang dari sudut sosiologis, istilah merantau sedikitnya mengandung enam unsur (Naim, 1984) yaitu:

1. Meninggalkan kampung halaman. 2. Dengan kemauan sendiri.

3. Untuk jangka waktu yang lama atau tidak.

4. Dengan tujuan mencari penghidupan, pengalaman, atau menuntut ilmu 5. Biasanya dengan maksud kembali pulang.

6. Merantau adalah lembaga sosial yang membudaya.

Naim (1985) mengatakan, sifat merantau orang Minangkabau boleh dikata sudah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia. Sementara bagi orang Batak yang memiliki sistem kekerabatan patrilineal, mengadakan migrasi fisik dengan suatu misi. Misi tersebut adalah meluaskan wilayah mereka yang berada di perantauan. Orang Batak dalam bermigrasi mempunyai motto yaitu carilah anak dan carilah tanah (halului anak, halului tano).

Vergouwen (1986) mengatakan bahwa misi migrasi orang Batak Toba adalah perluasan teritorial. Mereka menempati lahan baru dan menguasainya sebagai bagian dari “harajaon” (kerajaannya). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan

(23)

di daerah perantauan, sedangkan orang Minang, merantau untuk tujuan kembali pulang ke kampung halaman.

F. Kerangka Pikir

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai beragam-ragam budaya. Masing–masing budaya mempunyai makna tersendiri bagi penduduk lokal. Menurut Tylor (dalam Soekanto. 1990) budaya atau peradaban merupakan kompleksitas dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat–istiadat, serta kemampuan– kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Di Indonesia pada dasarnya terdapat tiga sistem kekeluargaan atau kekerabatan yakni :

1. Sistem kekerabatan patrilineal yaitu sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari garis laki–laki (ayah), sistem ini dianut di Tapanuli, Lampung, Bali, dan lain–lain.

2. Sistem kekerabatan matrilineal yaitu sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari garis perempuan (ibu), sistem ini dianut suku Minangkabau di Sumatera Barat.

3. Sistem kekerabatan parental yaitu sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari garis laki–laki (ayah) dan perempuan (ibu), sistem ini dianut di Jawa, Madura, Sumatera Selatan, dan lain–lainnya.

(24)

kekerabatan patrilineal yang dianut oleh masyarakat Tapanuli, Lampung, Bali, dan lain–lainnya sangat jelas menempatkan kaum laki–laki pada kedudukan yang lebih tinggi. Laki–laki berkedudukan sebagai ahli waris, sebagai pelanjut nama/marga, sebagai penerus keturunan, sebagai anggota masyarakat adat, dan juga mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan keluarga maupun masyarakat luas.

Dalam masyarakat yang menganut sistem kekerabatan patrilineal, kaum perempuan justru sebaliknya yaitu mempunyai kedudukan yang lebih rendah, tidak sebagai ahli waris, tidak sebagai penerus nama keluarga karena dalam perkawinan pada umumnya perempuan mengikuti suami, dan juga tidak menjadi anggota masyarakat adat. Pola pikir dari masyarakat Batak Perantauan tentang budaya Batak Toba akan sangat berbeda dari masyarakat yang berada di daerah asal di Sumatera Utara, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari budaya asing. Sehingga dampak dari banyaknya pengaruh tersebut, terjadilah akulturasi budaya yang terjadi secara terus-menerus dan berakibat terkikisnya nilai-nilai budaya lama.

(25)
(26)

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

1. Punguan Pomparan Raja Silahisabungan

Punguan Pomparan Raja Silahisabungan sudah menyebar kemana-mana, termasuk di Kota Bandar Lampung. Maksud utama pendirian punguan ini adalah untuk menjaga keutuhan kekeluargaan keturunan Silahisabungan yang memerlukan satu wadah persekutuan kekeluargaan atau punguan. Punguan ini dibentuk pada tahun 1969, mula-mula dengan wilayah kerja se-propinsi Lampung, namun pada tahun 1986 wilayah kerja punguan ini menjadi Kota Bandar Lampung. Dengan berjalannya waktu, keturunan dari anak-anak Raja Silahisabungan juga membentuk punguan yang merupakan sub Marga dari punguan. Anggota punguan ini adalah anggota punguan sub-sub Marga, karena itu pengurus Marga adalah perpanjangan tangan punguan untuk menjangkau anggotanya yang dominan menjadi anggota punguan sub Marga.

2. Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

(27)

terdapat orang Batak yang telah pergi merantau dengan berbagai alasan yang berbeda. Punguan Pomparan Raja Toga Manurung dibentuk pada tahun 1984, di dalam punguan ini terdapat banyak orang-orang Batak yang berbeda latar belakang pekerjaan, namun semuanya dapat disatukan karena adanya rasa cinta kasih dan sedarah, baik itu boru, bere, dan ibabere. Punguan ini menghimpun semua keturunan (pomparan) yang berdomisili di Kota Bandar Lampung dan sekitarnya ke dalam satu wadah yang kuat dan dinamis.

B. Tujuan dan Tugas Pokok Punguan

1. Punguan Pomparan Raja Silahisabungan

Punguan Pomparan Raja Silahisabungan bertujuan untuk:

1. Membina dan meningkatkan kerukunan serta kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh anggota khususnya warga Silahisabungan.

2. Membina dan meningkatkan rasa persaudaraan serta sepenanggungan yang lebih nyata diantara sesama anggota, baik dalam suka maupun dalam duka. 3. Memelihara, mengembangkan, dan melaksanakan nilai-nilai budaya Batak,

tradisi, dan adat istiadat.

4. Mendukung sepenuhnya pembangunan nasional sebagai pelaksanaan pengamalan Pancasila.

Punguan Pomparan Raja Silahisabungan Kota Bandar Lampung dan sekitarnya mempunyai tugas:

(28)

2. Memberikan pelayanan yang nyata dan langsung kepada anggota, terutama dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Mengawinkan putra (anak mangoli) b. Mengawinkan putri (boru muli)

c. Melayat dan memberikan penghiburan (maningkir dohot mangalehon hata apul-apul) kepada anggota yang mengalami atau ditimpa duka cita (kematian).

d. Memberikan bantuan dan pangapulion kepada anggota yang mengalami musibah yang menyebabkan kehilangan tempat tinggal.

Untuk mencapai tujuan punguan, dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Mengadakan registrasi dan administrasi yang tertib untuk anggotanya.

2. Menganjurkan kepada segenap anggotanya agar bersatu, saling menghormati, saling mengunjungi dan saling menunjukkan simpati bila ada keluarga yang sedang menghadapi suatu cobaan.

3. Berupaya dan turun tangan untuk mendamaikan apabila ada keluarga yang berselisih.

4. Saling membantu dalam pelaksanaan adat dan selalu bermusyawarah untuk mufakat terhadap adat yang belum jelas cara pelaksanaanya.

2. Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung bertujuan untuk:

1. Mempersatukan hati dan pikiran di antara anak laki-laki Marga Manurung dan anak perempuan boru Manurung.

(29)

C. Organisasi dan Keanggotaan

1. Punguan Pomparan Raja Silahisabungan

Susunan organisasi Punguan Pomparan Raja Silahisabungan adalah: 1. Penasehat (Paniroi)

2. Pengurus harian

a. Ketua dan Wakil Ketua

b. Sekretaris dan Wakil Sekretaris c. Bendahara dan Wakil Bendahara

d. Pembina naposo bidang organisasi dan bidang kerohanian 3. Wakil Ketua yang merangkap sebagai komisaris –komisaris.

(30)

Ada beberapa hal yang menyebabkan anggota punguan pomparan Raja Silahisabungan tidak lagi menjadi anggota, yaitu:

a. Meninggal dunia b. Pindah ke daerah lain c. Mengajukan untuk berhenti d. Dipecat

Dalam hal mendaftarkan diri untuk menjadi anggota punguan, pendaftaran anggota punguan dilakukan oleh pengurus punguan sub marga (Sekretaris punguan sub marga) karena pengurus sub marga adalah juga pengurus punguan, kecuali pomparan (keturunan) Raja Silahisabungan yang belum ada punguannya, boleh langsung ke pengurus (Sekretaris) punguan.

Susunan Pengurus Punguan Pomparan Raja Silahisabungan A. Penasehat/Parinoi

2. Wakil Ketua : Ketua Punguan Sub Marga Sihaloho : Ketua Punguan Sub Marga Situngkir : Ketua Punguan Sub Marga Sondiraja : Ketua Punguan Sub Marga Sinabutar : Ketua Punguan Sub Marga Raja Tambun 3. Sekretaris : P. Marbun

(31)

2. Punguan Pomparan Raja Toga Manurung A. Keanggotaan

1. Yang menjadi anggota punguan ini yaitu semua keturunan Raja Toga Manurung, baik laki-laki ataupun perempuan yang ada di Bandar Lampung yang mau memberikan hati dan pikirannya melalui pendaftaran dirinya/keluarga ke punguan ini.

2. Naposo (pemuda-pemudi) bisa menjadi anggota apabila mendaftar ke punguan.

B. Pengurus Punguan

1. Kepengurusan punguan ini dipilih melalui rapat pleno atau dipilih secara resmi.

2. Banyaknya pengurus sesuai dengan kebutuhan punguan. 3. Kepengurusan dipilih dua tahun sekali.

4. Jabatan Ketua harus dari Marga Manurung.

5. Pengurus harian terdiri dari: Ketua, Sekretaris, dan Bendahara, dibantu oleh komisaris-komisaris.

6. Kepengurusan yang sudah menjabat bisa kembali dipilih menjadi pengurus baru.

C. Penasehat

1. Penasehat punguan ini berasal dari Marga Manurung dan yang dituakan di punguan ini.

(32)

D. Rapat-Rapat

1. Pengurus, Penasehat, dan Ketua, bisa membentuk rapat untuk mengevaluasi perkembangan punguan.

2. Pengurus, Penasehat, dan Ketua mengadakan rapat pesta buka dan tutup tahun punguan, pengurus juga akan mengadakan rapat apabila akan diadakan suatu upacara/pesta adat di dalam punguan.

3. Tempat rapat tidak harus di tempat pengurus, bisa juga di tempat anggota. 4. Apabila keadaan mendesak, bisa dibentuk rapat dadakan dengan cukup

dihadiri pengurus dan Ketua Punguan.

Susunan Pengurus Punguan Pomparan Raja Toga Manurung Kota Bandar Lampung adalah:

A. Penasehat/Parinoi 1. St. W. Manurung 2. HD. Manurung 3. Ir. B. Manurung 4. B. Manurung 5. JD. Manurung, SE. B. Pengurus Harian

1. Ketua : W. Manurung

2. Wakil Ketua : K. Manurung 3. Sekretaris : S. Pasaribu 4. Bendahara : J. Manalu

D. Sumber Keuangan

(33)

a. Uang iuran bulanan setiap anggota punguan (tanpa uang pangkal). b. Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat.

c. Daftar isian (inteken list) yang diadakan secara insidential (dalam keadaan khusus dan mendesak).

d. Sumber-sumber lain yang sah.

2. Punguan Pomparan Raja Toga Manurung Sumber-sumber keuangan dalam punguan ini adalah: a. Iuran wajib dari anggota.

b. Sumbangan sukarela yang tak mengikat.

E. Anggaran Rumah Tangga (ART)

1. Punguan Pomparan Raja Silahisabungan

Untuk mempermudah pendataan anggota dan menjaga keharmonisan hubungan punguan dan sub-punguan (karena semua kegiatan punguan diinformasikan melalui pengurus sub-marga dari anggota yang bersangkutan), maka setiap anggota punguan mendaftarkan diri melalui punguan sub-marga yang bersangkutan, kecuali bagi mereka yang belum ada punguannya didaftar langsung oleh pengurus punguan melalui Sekretaris Punguan. Setiap anggota punguan yang terdaftar dalam anggota berkewajiban:

a. Membayar iuran punguan.

(34)

c. Memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan di dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) punguan.

Setiap anggota mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu: a. Menghadiri setiap Rapat Anggota untuk musyawarah.

b. Mengajukan saran-saran dan usul di dalam Rapat Anggota dan musyawarah. c. Memilih dan dipilih sebagai anggota pengurus.

Dalam peristiwa sukacita (berupa perkawinan), baik pada saat mengawinkan putra maupun putri dari anggota punguan yang diselenggarakan di Kota Bandar Lampung, disamping ikut aktif membantu kelancaran upacara perkawinan tersebut, punguan juga berkewajiban:

a. Apabila anggota mengawinkan anak laki-laki, punguan memberikan tumpak sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah).

b. Apabila anggota mengawinkan anak perempuan, punguan memberikan ulos dan dengke mas (masakan ikan mas khas Batak) yang nilai seluruhnya Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah).

Dalam peristiwa dukacita (kematian) yang menimpa salah satu anggota punguan, maka punguan akan memberikan bantuan sebagai berikut:

a. Apabila yang meninggal dunia adalah anggota punguan ataupun tanggungannya maka punguan memberikan bantuan sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah).

(35)

Apabila salah satu anggota punguan ataupun tanggungannya yang telah terdaftar di punguan mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit, maka setiap anggota dihimbau agar mengunjungi (membesuk), menghibur, dan mengadakan doa agar cepat sembuh. Apabila salah satu anggota punguan terkena musibah bencana alam atau bencana yang disebabkan oleh kesalahan manusia, maka punguan akan mengadakan penghiburan kepada anggota yang tertimpa musibah tersebut dan memberikan bantuan sejumlah uang yang berasal dari sumbangan yang tidak terikat dari anggota punguan.

Dalam rangka meningkatkan fungsi dan tugas punguan, pengurus dapat melaksanakan pertemuan-pertemuan berupa:

a. Kebaktian pada setiap awal dan akhir tahun yang diadakan dalam 1 (satu) tahun.

b. Musyawarah anggota punguan pada setiap akhir masa kerja pengurus harian. c. Rapat-rapat pengurus harian setiap awal tahun.

d. Pertemuan-pertemuan lain yang dipandang penting sesuai dengan kebutuhan punguan

2. Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

Dalam menjalankan aktivitas punguan pomparan Raja Toga Manurung, dibutuhkan suatu Anggaran Rumah Tangga (ART) yang dijelaskan dalam uraian berikut ini:

Hak dan kewajiban pengurus

(36)

2. Ketua berhak menunjuk anggota di punguan untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi dalam punguan.

3. Pengurus wajib hadir dan membantu segala macam pekerjaan atau setiap terjadi kejadian pada masing-masing anggota punguan, apabila sampai beritanya sampai ke punguan.

4. Pengurus harus menjaga kerukunan dari anggota punguan.

Peristiwa Dukacita (ada anggota yang meninggal)

1. Apabila ada dari anggota punguan yang meninggal di Bandar Lampung dan sekitarnya, setiap anggota harus saling memberitahukan keseluruh anggota punguan dan melayat ketempat anggota yang meninggal. Apabila orangtua anggota punguan yang meninggal, punguan akan memberikan bantuan berupa uang sebesar yang telah ditentukan sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga (ART).

2. Apabila yang meninggal adalah anak dari anggota punguan, maka punguan akan memberikan bantuan sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga (ART), dan pengurus atau anggota yang sudah mengetahui, langsung memberitahukan kepada anggota lainnya secara cepat agar pergi melayat.

3. Pada hari yang telah ditentukan, punguan akan mengunjungi keluarga yang telah tertimpa musibah untuk memberi penghiburan dan petuah-petuah serta memberikan bantuan uang sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga (ART) punguan.

(37)

penghiburan dan akan membawa makanan ringan, serta memberikan sejumlah uang sesuai Anggaran Rumah Tangga (ART).

Acara Pernikahan

Apabila ada acara pernikahan dari anak laki-laki Manurung atau pernikahan anak perempuan Manurung dari punguan, setiap anggota harus bersatu dalam pernikahan itu dan berperan aktif di dalam adat pernikahan itu. Apabila ada pemberitahuan atau undangan ke punguan (kalau pernikahan anak laki-laki), punguan akan memberikan sejumlah uang sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga (ART). Apabila anak perempuan Manurung yang menikah, punguan akan memberikan ulos sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga (ART), begitu juga keponakan dari anak Manurung yang menikah ataupun perempuan yang menikah, punguan akan memberikan sejumlah uang sesuai Anggaran Rumah Tangga (ART) yang telah ditetapkan.

Pesta buka dan tutup tahun

1. Punguan akan melaksanakan pesta buka dan tutup tahun di sekitar bulan Januari atau Februari, atau melihat situasi yang tepat untuk mengadakan pesta tersebut.

2. Tempat pesta (acara) tergantung situasi dan hasil keputusan rapat.

(38)

(Studi pada Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

di Kota Bandar Lampung) (Skripsi)

Oleh :

DONNY YP SILALAHI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(39)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN COVER ... i

ABSTRAK ... ii HALAMAN PERSETUJUAN ... iii HALAMAN PENGESAHAN ... iv RIWAYAT HIDUP ... v MOTTO ... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii SANWACANA ... viii C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian ... 7

1. Nilai anak laki-laki dalam keluarga Batak Toba perantau ... 25 2. Peranan anak laki-laki dalam keluarga Batak Toba perantau ... 26 C. Definisi Operasional

(40)

I. Teknik Pengolahan Data ... 33 J. Teknik Analisis Data ... 33 IV. Gambaran Umum Objek Penelitian

A. Sejarah Singkat Punguan ... 34 B. Tujuan dan Tugas Pokok Punguan ... 35 C. Organisasi dan Keanggotaan ... 37 D. Sumber Keuangan ... 40 E. Anggaran Rumah Tangga ... 41 V. Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Identitas Responden ... 46 1. Umur Responden ... 46 2. Pekerjaan ... 48 3. Pendidikan ... 49 B. Analisis dan Pembahasan ... 50 1. Nilai anak laki-laki dalam keluarga Batak Toba Perantau ... 50 2. Peranan anak laki-laki dalam keluarga Batak Toba Perantau ... 74 VI. Simpulan dan Saran

A. Simpulan ... 90 B. Saran ... 92

(41)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah keluarga Batak Toba dan sebaran sampel di

Bandar Lampung, tahun 2009 ... 30 2. Kelompok Umur Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan

dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung.... 47 3. Kelompok umur responden dan Distribusi Pekerjaan Anggota

Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung

menurut Jenis Pekerjaan ... 48 4. Distribusi Pekerjaan Anggota Punguan Pomparan

Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan

Raja Toga Manurung di Bandar Lampung menurut Jenis Pekerjaan .. 48 5. Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir Kepala Rumahtangga

pada Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 49 6. Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir dan Distribusi Pekerjaan

Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung

menurut Jenis Pekerjaan ... 50 7. Jumlah Anak Laki-laki dalam Keluarga Batak Toba pada

Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 51 8. Alasan Ingin Memiliki Anak Laki-laki pada Anggota

Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan

Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 52 9. Alasan Lebih Mementingkan Anak Laki-laki Dibandingkan

Perempuan pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung.... 54 10.Perlakuan Orangtua kepada Anak Laki-laki Pertama dalam

Keluarga pada Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 54 11.Alasan Memperlakukan Anak Laki-laki Pertama Sama dengan

Saudara Lainnya pada Anggota Punguan Pomparan

(42)

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 57 13.Alasan Masih Memegang Teguh Pentingya Kehadiran

Anak Laki-laki dalam Pelaksanaan Upacara Adat pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 58 14.Distribusi Tingkat Pendidikan dan Alasan Masih Memegang

Teguh Pentingya Kehadiran Anak Laki-laki dalam Pelaksanaan Upacara Adat pada Anggota Punguan Pomparan Raja

Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga

Manurung di Bandar Lampung ... 59 15.Pendapat tentang Ada Tidaknya Perbedaan Sudut Pandang

Antara Orang Batak Toba Perantau dengan Yang Masih Tinggal

di Sumatera Utara tentang Anak Laki-lak ... 59 16.Alasan Merasa Hampa Apabila Tidak Memiliki Anak Laki-laki

pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 61 17.Alasan Tidak Membedakan Perlakuan Anak Laki-laki Pertama

dengan Anak Lainnya pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga

Manurung di Bandar Lampung ... 62 18.Alasan Tidak Membedakan Perlakuan terhadap

Anak Laki-laki dengan Perempuan dalam Keluarga pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 63 19.Alasan Tidak Membedakan antara Anak Laki-laki dan

Perempuan dalam hal Memperoleh Pendidikan pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 64 20.Distribusi Tingkat Pendidikan dan Alasan Tidak Membedakan

antara Anak Laki-laki dan Perempuan dalam hal Memperoleh Pendidikan pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung... 66 21.Alasan Tidak Membedakan antara Anak Laki-laki dan

Perempuan dalam Mendapatkan Pekerjaan pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan

Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 67 22.Alasan Tidak Membedakan antara Anak Laki-laki dan

Perempuan dalam Pemenuhan Kebutuhan Jasmani pada

Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan

(43)

Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 70 24.Alasan Merasa Bangga Memiliki Anak Laki-laki

Dibandingkan Anak Perempuan pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan

Raja Toga Manurung di Bandar Lampung... 72 25.Peranan Anak Laki-laki dalam Keluarga Batak Toba

yang Diketahui Responden pada Punguan Pomparan

Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 74 26.Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir dan Peranan

Anak Laki-laki dalam Keluarga Batak Toba yang Diketahui Responden pada Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

di Bandar Lampung ... 75 27.Alasan Menyetujui Peranan Anak Laki-laki pada Anggota

Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 76 28.Anggota Keluarga yang Membagikan Harta Warisan pada

Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan

Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 77 29.Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir dan

Anggota Keluarga yang Membagikan Harta Warisan pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan

dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung... 78 30.Distribusi Tingkat Umur dan Anggota Keluarga yang

Membagikan Harta Warisan pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan

Raja Toga Manurung di Bandar Lampung... 79 31.Alasan Harta Warisan Akan Dibagikan Sama Rata Kepada

Anak Laki-laki pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan

Raja Toga Manurung di Bandar Lampung... 80 32.Alasan Harta Warisan Tidak Dibagikan Sama antara

Anak Laki-laki Dengan Anak Perempuan pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan

Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 81 33.Alasan Seberapa Besar Fungsi dan Peranan

Anak Laki-laki Dalam Keluarga pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan

(44)

di Bandar Lampung ... 83 35.Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir dan Peranan

Anak Laki-laki dalam Upacara Pernikahan Batak Toba Perantau pada Anggota Punguan Pomparan Raja

Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

di Bandar Lampung ... 85 36.Alasan Anak Laki-laki Pertama Sebagai Panutan dalam

Keluarga pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan

dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung... 86 37.Posisi dan Peranan Anak Laki-laki dalam Pelaksanaan

Upacara Kematian menurut Batak Toba pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan

Pomparan Raja Toga Manurung di Bandar Lampung ... 87 38.Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir dan Posisi dan

Peranan Anak Laki-laki dalam Pelaksanaan Upacara Kematian menurut Batak Toba pada Anggota Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2002. Sosiologi; Skematika, Teori dan Terapan. Bumi Aksara. Jakarta. 214 hlm.

Alam. 1977. Burangir Nahombar: Adat Tapanuli Selatan. Balai Adat Padang Sidempuan. Padang Sidempuan.

Aminuddin, dan Sobari. 1999. Sosiologi Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. Chatarina, W. 2001. Pola Sosialisasi Nilai Agama, Nilai Moral Dan nilai Sosial

Pada Anak Di Masyarakat Nelayan. Skripsi: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Unila. Bandar Lampung.

Faisal, dan Spradley. 1990. Format-format Penelitian Sosial. PT. Rajawali Press. Jakarta.

Gultom, D. J. 1992. Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak. CV Armanda: Medan. 572 hlm.

Hadikusuma, H. 1987. Hukum Waris Adat. Alumni. Bandung.

Irma, S. 2000. Pola Pengasuhan Anak Menurut Adat Batak Toba. Skripsi: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Unila. Bandar Lampung.

Milles, M. dan Huberman, M. 1992. Analisa Data Kualitatif. UI Press. Jakarta. Moleong, J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Bandung. 410 hlm.

Nazir, M. 1996. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hlm.

(46)

Shochib, M. 1998. Pola Pengasuhan Orang Tua Untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Rineka Cipta. Jakarta.

Siahaan, N. 1982. Adat Dalihan Na Tolu: Prinsip dan Pelaksanaannya. Grafindo. Jakarta.

Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar (Edisi baru ke empat). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 465 hlm.

Sukidin, B., dan Wiyaka, A. 2003. Pengantar Ilmu Budaya. Insan Cendekia. Surabaya. 215 hlm.

Tilaar, H. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung. 252 hlm.

(47)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. I Gede Sidemen., M.Si. ...

Penguji Utama : Drs. Bintang Wirawan., M.Hum. ...

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 19580109 198603 1 002

(48)

KELUARGA BATAK TOBA PERANTAU

(Studi Pada Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung di Kota Bandar Lampung)

Nama Mahasiswa : Donny YP Silalahi No. Pokok Mahasiswa : 0516011028

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Drs. I Gede Sidemen., M.Si. NIP. 195804151 198603 1 004

2. Ketua Jurusan Sosiologi

Drs. Benjamin, M.Si.

(49)

(Studi pada Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

di Kota Bandar Lampung)

Identitas Responden

Nama :………..

Umur :………..

Jenis Kelamin : 1. Pria 2. Wanita

Bidang Pekerjaan :………..

Pendidikan Terakhir :………..

Alamat :………..

I. Petunjuk Pengisian

a. Sebelum mengisi pertanyaan terlebih dahulu tulislah dahulu identitas Bapak/Ibu/Saudara/I pada tempat yang telah disediakan.

b. Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara/I benar.

(50)

1. Berapakah jumlah anak dalam keluarga anda? 1. 1 (satu) anak

2. 2 (dua) anak

3. Lain-lain, sebutkan…

2. Apakah anda memiliki anak laki-laki dalam keluarga anda? 1. Ya

2. Tidak

3. Berapakah jumlah anak laki-laki yang anda miliki? 1. 1 (satu) anak

2. 2 (dua) anak

3. Lain-lain, sebutkan…

4. Apabila anda tidak memiliki anak laki-laki, apakah anda akan terus berusaha untuk mendapatkan anak laki-laki?

1. Ya, 2. Tidak Beri alasan…

5. Menurut anda manakah yang lebih penting anak laki-laki atau perempuan?

1. Laki-laki 2. Perempuan

3. Keduanya sama saja Beri alasan…

6. Bagaimanakah perlakuan anak laki-laki pertama di dalam keluarga anda?

1. Biasa-biasa aja

2. Sama dengan saudara-saudara yang lainnya

3. Mendapatkan perlakuan lebih disbanding dengan saudara-saudara lainnya

(51)

1. Ya 2. Tidak Beri alasan…

8. Menurut anda apakah ada perbedaan sudut pandang antara keluarga Batak Toba perantau dengan keluarga Batak Toba yang ada di Sumatera Utara (tidak merantau) tentang anak laki-laki? 1. Ya, ada

2. Tidak, ada Beri alasan…

9. Apakah anda merasa hampa dalam menjalani hidup apabila anda tidak memiliki anak laki-laki dalam keluarga?

1. Ya 2. Tidak Beri alasan…

10. Apakah ada perberdaan kecenderungan perlakuan terhadap anak laki-laki pertama, kedua, dan seterusnya dalam tatanan kehidupan keluarga anda?

1. Ya 2. Tidak Beri alasan…

11. Apakah ada perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dalam keluarga anda? 1. Ya, ada

2. Tidak, ada Beri alasan…

(52)

pendidikan? 1. Ya 2. Tidak Beri alasan…

13. Apakah ada perbedaan antara anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dalam hal mendapatkan pekerjaan/karir?

1. Ya 2. Tidak Beri alasan…

14. Apakah ada perbedaan perlakuan antara anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan dalam hal pemenuhan kebutuhan jasmani: makanan, pakaian, tempat tinggal dll?

1. Ya 2. Tidak Beri alasan…

15. Apakah ada perbedaan perlakuan antara anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan dalam hal menghadiri pertemuan keluarga, upacara adat, dll?

1. Ya 2. Tidak Beri alasan…

16. Menurut anda apakah dengan kehadiran anak laki-laki akan

membuat anda merasa bangga dibandingkan dengan memiliki anak perempuan?

(53)

1. Apakah anda mengetahui peranan anak laki-laki dalam keluarga menurut budaya Batak Toba?

1. Ya, tahu 2. Tidak, tahu

Beri contoh, sebutkan…

2. Jika anda tahu, apa tanggapan anda terhadap peranan anak laki-laki tersebut?

1. Setuju

2. Tidak, setuju Beri alasan…

3. Apakah anda pernah mengajarkan kepada anak laki-laki anda tentang peranan anak laki-laki dalam keluarga menurut kebudayaan Batak Toba?

1. Ya, pernah 2. Tidak, pernah Beri contoh, sebutkan…

4. Dalam pembagian harta warisan, siapakah yang akan anda beri wewenang membagikan apabila anda telah meninggal dunia? 1. Anak laki-laki pertama

2. Anak perempuan pertama 3. Paman

4. Ibu

(54)

1. Ya 2. Tidak Beri alasan…

6. Apakah harta warisan yang akan dibagikan nanti sama rata antara anak laki-laki dan perempuan?

1. Ya 2. Tidak Beri alasan…

7. Menurut anda, seberapa besar fungsi dan peranan kehadiran anak laki-laki dalam keluarga Batak Toba Perantau?

Beri penjelasan…

8. Dalam upacara pernikahan adat Batak Toba perantau, apakah anda mengetahi peranan anak laki-laki?

1. Ya, tahu 2. Tidak, tahu Jika ya, beri contoh…

9. Apakah anda tahu peranan anak laki-laki didalam upacara pemberian marga (penabalan)?

1. Ya, tahu 2. Tidak, tahu Jika ya, beri contoh…

10. Menurut anda, adakah perbedaan peranan antara anak laki-laki yang pertama, kedua, dan seterusnya dalam adat Batak Toba perantau?

(55)

1. Ya 2. Tidak

Beri penjelasan…

12. Apakah anda membedakan posisi dan peranan antara anak laki-laki dengan perempuan di dalam keluarga?

1. Ya 2. Tidak

Beri penjelasan…

13. Apakah menurut anda anak laki-laki pertama harus selalu menjadi panutan keluarga jika dibandingkan dengan anak perempuan, meskipun usia anak perempuan itu usianya lebih tua dari anak laki-laki tersebut?

1. Ya, 2. Tidak

Beri penjelasan…

14. Apakah anda tahu posisi dan peranan anak laki-laki dalam pelaksanaan upacara kematian dalam budaya Batak Toba? 1. Ya, tahu

2. Tidak, tahu

(56)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus atas cinta kasih dan

berkat-berkatnya yang senantiasa meliputi segala aspek kehidupanku.

Engkau adalah Tuhanku, Bapaku yang baik, serta sahabat sejatiku yang

menemaniku setiap saat, tak ada yang kutakuti dalam menjalani hdup ini

karena ku yakin Kau besertaku.

Kupersembahkan karya kecil dan sederhana ini kepada :

Kedua Orang Tuaku yang telah membesarkan, mendidik dan mendoakanku

di setiap saat. Senantiasa mencurahkan kasih sayang, perhatian, serta nasihat

dan petuah yang sangat berguna serta berharga demi kesuksesanku.

Pengorbanan kalian tidak akan mungkin bisa aku balas sampai akhir hayat.

Semoga kelak aku dapat membahagiakan kalian.

Adik-adikku Melky Tiopan Helmut Silalahi dan Jerry Christopher Silalahi

yang selalu menjadi semangatku dalam hidup ini. Aku sayang kalian.

Seseorang yang akan menjadi Semangatku dan penyempurna hidupku “Novelia Romauly Pangaribuan”

Almamaterku tercinta

(57)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang memberikan penulis kekuatan dan membuka wawasan berfikir dalam penulisan Skripsi ini hingga dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul Nilai dan Peranan Anak Laki-laki Dalam Keluarga Batak Toba Perantau”. Adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Universitas Lampung. Dalam penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari peran, bantuan, bimbingan, saran dan kritikan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda H. Silalahi dan ibunda T. Manurung yang tercinta yang selalu mendoakan aku, memberiku semangat, motivasi, berusaha dengan segenap daya dan upaya serta keasabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberikan kesehatan, kebahagiaan, dan selalu dalam lindunganNya.

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP Unila.

3. Bapak Drs. Benjamin, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP Unila 4. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi FISIP Unila, 5. Bapak Drs. I Gede Sidemen, M.Si. selaku Dosen Pembimbing, atas ilmu dan

(58)

baik.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen FISIP Unila atas ilmu yang telah diberikan. 8. Seluruh staff dan karyawan FISIP Unila atas bantuan dan kerjasamanya. 9. Bapak, Ibu yang menjadi responden di Punguan Pomparan Raja

Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

10.Adik-adikku Melky Tiopan Helmut Silalahi dan Jerry Christopher Silalahi, Si Butet yang ada di Sorga sana atas kasih sayang, semangat dan motivasinya hingga terselesaikannya karya ini.

11.Novelia Romauly Pangaribuan Terimakasih atas semangat, Doa n kasih sayang yang kamu berikan dalam membuat skripsi ini semoga Tuhan Yesus selalu menyertai Kamu.

12.Tulang Julius sekeluarga, terimaksih banyak kalian telah mau membolehkanku nginep di Jakarta tuk liburan.. segala macam bantuan lainnya yang tidak bisa kubalas, semoga Tuhan Yesus memberkati kalian semua. 13.Teman-teman yang terlibat dalam seminar 1 Julius dan Rusli, Fredi

(moderator seminar 1 dan 2), dan di seminar 2 Rahmat dan mbak Jundi. Thanks atas saran, kritik, dan bantuannya.

(59)

ngundang2 yah!!), Melsi Ganavia Ekawati (ibu „ketum‟ yang gak mw ambil pusing dalam sebuah masalah, udah jadi wanita karir sekarang....), Yuyun Afryani (emak yang galak kata2nya), Rika Mareta Putri (cwek yang selalu jaim...), Erlin Kurniati (Tante ada PNS tuh hahaha...), AZizah (Preman Kaliawi hahahaha).

15.Teman-teman Sosiologi angkatan 2005, Julius (makasih yah Jul, w udah boleh sering2 nginep di humz u Jakarta n ngerepotin u di kos, dan dianggap saudara oleh u, kapan2 klo w ke Jakarta w boleh lagi kan nginep??), Rahmat (calon Sarjana Dobel (TI & SOS)…Komrade semangat!!!), Acep (yang udah

(60)

16.Keluarga Mahasiswa Sosiologi FISIP Unila

17.Teman-teman ku diluaran sana, “Sesepuh” mbak erlin (kapan mbak????hehehehehe), Anto (akhirnya gw bisa jawab pertanyaan lu selama ini hahahhaa), Samuel (terus berjuang brother semangat!!!), Amsal (bururan wisuda sana hehehehhe), Rocky (calon pendeta), Yulis, bang Nico (bang bagi LCD Plasma geh hohohohoho), bang Henry (ada barang baru gk bang??), Kak Nita (kak kapan qt nyengnyong??? Biar gk blue tears lagi hehehe), Sepupuku Abet (blai gw tunggu hadiah dari lu hahahaaha) dan Teman-teman mahasiswa Unila lainnya yang pernah berinteraksi dan memberikan warna tersendiri dalam pergaulan penulis selama kuliah.

18.Kuda Besiku (BE 6461 BG) jangan lelah yow menemaniku kemanapun qt berpetualang.

19.Almamater Tercinta

Semoga segala bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal baik dan mendapat berkat dari Tuhan Yesus. Harapan penulis, semoga karya kecil nan sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amien.

Bandar Lampung, Mei 2010 Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan dan didukung oleh landasan teori seperti yang telah dikemukakan diatas maka penelitian ini terdapat beberapa hipotesis yaitu diduga

4.0 KEMAHIRAN YANG DIUKUR DALAM UJIAN APTITUD AM TAHUN 3. Kemahiran yang diukur dalam Ujian Aptitud Am Tahun

virus dengue untuk mempertahankan keberadaanya di alam dilakukan melalui dua mekanisme yaitu transmisi horizontal antara vertebrata viremia yang ditularkan oleh nyamuk Aedes

Dari grafik lama waktu penyelesaian KTI mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan tingkat akhir di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta didapatkan hasil dengan presentase

kebenaran apa yang diutarakan oleh para penghadap tersebut di atas, karena benar telah mengetahui dan mengenal almarhum.-- bahwa berdasarkan atas keterangan para penghadap dan

Secara earning power kita bisa melihat penurunan dan rasio yang kecil dari Perusahaan AISA, hal ini terbukti dari kondisi P/E Ratio yang selalu undervalued dalam 5 tahun terakhir

Berdasarman pada hasil temuan peneliti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, salah satu permasalahan yang sangat mendasar dan harus dipecahkan

Universitas Negeri