• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOMPARATIF HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN TALKING STICK (TS) PADA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUMBERJAYA LAMPUNG BARAT TAHUN 2011-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KOMPARATIF HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN TALKING STICK (TS) PADA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUMBERJAYA LAMPUNG BARAT TAHUN 2011-2012"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok yang berupa

latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Guna

memberikan arah pembahasan yang lebih fokus maka pada bagian ini perlu

dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu berupa rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

Untuk lebih jelasnya pembahasan tiap sub bab tersebut akan diawali dengan

pembahasan latar belakang masalah.

1.1 Latar Belakang Masalah

SMA Negeri 1 Sumberjaya adalah salah satu Sekolah Menengah Atas yang selalu

eksis untuk berusaha meningkatkan mutu pendidikan. SMA Negeri 1 Sumberjaya

merupakan satu-satunya SMA Negeri yang terletak di kecamatan Sumberjaya dan

merupakan program pendidikan rintisan sekolah gratis dari Bupati Lampung

Barat. Input siswa diperoleh dari beberapa kecamatan, yaitu kecamatan wilayah

Sumberjaya, Tebu, Gedung Surian, Way Tenong, dan dari luar kecamatan

Lampung Barat seperti kecamatan Bukit Kemuning. Sehingga setiap tahun

pelajaran baru jumlah pendaftar atau calon siswa tergolong tinggi dan banyak

(2)

Jumlah rombongan belajar adalah 18 rombel. Untuk kelas X terdiri dari enam

kelas, kelas XI terdiri dari enam kelas dengan rincian kelas XI IPA dua kelas dan

kelas XI IPS empat kelas, kelas XII terdiri dari enam kelas dengan rincian kelas

XII IPA dua kelas dan kelas XII IPS empat kelas dengan jumlah siswa 606 siswa.

Jumlah seluruh personil sebanyak 56 orang, terdiri atas guru 41 orang, karyawan

tata usaha 9 orang, penjaga sekolah 2 orang, dan pesuruh 4 orang. Dari sejumlah

guru, 39 berstatus guru PNS dan sisanya 2 guru honorer.

Kaitannya dengan sistem pembelajaran, salah satu mata pelajaran yang terdapat

pada kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sumberjaya adalah

ekonomi. Mata pelajaran ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran pokok

program Ilmu Pengetahuan Sosial yang diberikan pada siswa kelas XI, dengan

alokasi waktu 5 x 45 menit dalam satu minggunya. Hal ini ditujukan untuk

membekali siswa tentang ilmu ekonomi sebagai persiapan mereka untuk belajar

lebih lanjut. Artinya, pendidikan disiplin ilmu yang mereka alami di sekolah

masih bersifat permulaan dan juga dalam kerangka mencari yang dirasakan sesuai

dengan minat mereka.Dengan mempelajari mata pelajaran ekonomi, diharapkan

ke depan siswa dapat menentukan skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan,

bersikap rasional dalam menentukan pilihan, seimbang dan tidak berlebihan serta

membekali dan mempersiapkan siswa untuk belajar lebih lanjut ke jenjang

pendidikan tinggi.

Oleh karena itu guru yang mengajar mata pelajaran ekonomi adalah guru yang

memang berkompeten di bidang ekonomi. Di SMA Negeri 1 Sumberjaya ada 3

(3)

adalah lulusan atau alumni dari jurusan pendidikan ekonomi dan jurusan

akuntansi, juga telah mengikuti diklat-diklat yang diadakan di daerah maupun

nasional.

Selama ini kegiatan pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sumberjaya,

dihadapkan pada permasalahan antara lain; (1) siswa tidak kreatif, tidak mandiri

dan ketergantungan pada penjelasan guru, (2) kondisi peserta didik terkesan tidak

siap belajar, (3) siswa terlihat bosan, jenuh dan pasif, (4) kemampuan siswa dalam

mengkonstruksi dan menemukan materi berdasarkan pemahamannya terbatas dan

tidak berkembang, (5) beberapa siswa terlihat mengobrol, sibuk dengan

kegiatannya sendiri-sendiri, (6) kurangnya keberanian siswa dalam bertanya,

hanya 3 – 4 orang saja yang biasa bertanya dan memang dinilai mempunyai

kelebihan dalam kemampuan akademisnya, (7) kemampuan komunikasi aktif

antar siswa dalam kelompok kurang optimal, (8) terbatasnya sumber belajar.

Proses pembelajaran masih monoton dan masih menggunakan metode

konvensional. Hal ini akan membuat atau mengakibatkan aktivitas belajar jadi

membosankan dan tidak dapat mengembangkan potensi siswa secara lengkap

sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa tidak sesuai yang diharapkan. Selain

itu guru belum mampu mengembangkan materi pembelajaran, sangat terikat oleh

kurikulum dan buku paket. Orientasi pembelajaran ekonomi sangat menekankan

kemampuan intelektual, media pembelajaran sangat kurang bahkan tidak

mendukung.

Guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif

(4)

sampai saat ini masih berjalan pengajaran yang terbatas pada produk atau

fakta-fakta, konsep-konsep teori saja (Nur, 1996: 12) sehingga kurang cocok digunakan

untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa karena siswa cenderung

hanya menerima materi yang disampaikan guru tanpa harus berpikir untuk

menemukan konsep dari suatu pokok bahasan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian mata

pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sumberjaya masih rendah, terbukti dari nilai

siswa dan persentase nilai siswa pada mata pelajaran ekonomi berada di bawah

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) atau Standar Ketuntasan yaitu sebesar 70.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti melalui nilai ulangan

harian pada materi ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap pembangunan

ekonomi, hasil ulangan siswa belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal

tersebut dapat ditunjukkan dalam tabel nilai siswa yang telah terlampir.

Tabel 1.1 Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sumberjaya TP. 2010-2011

No. Kelas Interval Banyaknya (fi) Persen (%) 1. 78 – 81 5 3,7 2. 74 – 77 4 2,9 3. 70 – 73 7 5,2

4. 66 – 69 20 14,8

5. 62 – 65 22 16,3

6. 58 – 61 32 23,7

7. 54 – 57 16 11,9

8. 50 – 53 15 11,1

9. 46 – 49 14 10,4

Jumlah 135 100

(5)

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, hasil belajar ekonomi yang diperoleh siswa secara

umum masih rendah. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang menguasai pelajaran

ekonomi atau yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) baru

mencapai 11,8% atau 16 orang siswa. Sedangkan 88,2% atau sebanyak 119 orang

siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM), di mana kriteria

ketuntasan minimum untuk mata pelajaran ekonomi kelas XI adalah sebesar 70.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan pelajaran ekonomi siswa

masih tergolong rendah, sebagaimana pendapat Djamarah dan Zain (2006: 128)

apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai siswa maka

prestasi keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

Kurangnya aktifitas siswa dalam belajar dan rendahnya hasil belajar ekonomi

dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai variabel yang essensial, seperti

kesulitan siswa memahami konsep ekonomi, cara verbal guru mengajar ekonomi,

penggunaan media belajar, berbagai sistem pembelajaran ekonomi dan

sebagainya. Berbagai faktor tersebut apabila diaplikasikan di dalam proses

pembelajaran ekonomi di sekolah, maka akan meningkatkan motivasi dan hasil

belajar. Adanya berbagai alternatif di atas, maka variabel sistem pembelajaran

ekonomi paling mendesak untuk dibenahi.

Dekatnya materi Ekonomi dengan keseharian hidup manusia merupakan kekuatan

dalam proses pembelajaran, artinya siswa seharusnya tidak merasa kesulitan

dalam menjalani proses pembelajaran bidang studi ekonomi. Akan tetapi, hal yang

terjadi di lapangan, seringkali siswa merasa kesulitan dalam memahami materi

(6)

berkesannya pembelajaran bagi peserta didik. Hal tersebut salah satunya

disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang dipakai kurang menarik

dan kurang adanya variasi dalam pembelajaran ekonomi.

Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, peneliti sepakat

menggunakan pembelajaran yang aktif seperti pembelajaran kooperatif tipe

Talking Stick guna meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa SMAN 1

Sumberjaya. Robert E. Slavin (2010: 4) mengatakan bahwa ”Pembelajaran

kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama

lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Menurut Johnson dan Johnson

(1998) dalam Miftahul Huda (2011: 31) pembelajaran kooperatif adalah bekerja

sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam suasana kooperatif, setiap anggota

sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua

anggota kelompok.

Sunal dan Hans pada Isjroni (2009: 15) mengatakan bahwa ”Pembelajaran

kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang

khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja

sama selama proses pembelajaran. Talking Stick merupakan pendekatan pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib

menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.

Kelebihan dari model pembelajaran Talking stick adalah menguji kesiapan peserta

didik sehingga peserta didik tetap bersemangat mengikuti semua rangkaian

(7)

materi yang akan diberikan. Namun dalam pembelajaran ini bila peserta didik

tidak menguasai materi pokok yang akan dipelajari maka dimungkinkan peserta

didik akan merasa tegang.

Kegiatan ini diharapkan dapat menarik minat siswa untuk belajar di kelas

sehingga siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran, dengan demikian

dapat tercipta suatu pembelajaran aktif yaitu sebagai suatu pembelajaran yang

mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik dapat

belajar secara aktif maka mereka yang mendominasi kelas sehingga pembelajaran

terpusat pada siswa. Meskipun guru telah mencoba menerapkan metode

pembelajaran yang menarik seperti model pembelajaran Talking stick, akan tetapi

saat evaluasi nilai yang didapatkan peserta didik kurang memuaskan. Hal ini

diduga mereka merasa sulit memahami isi materi yang ada karena mereka kurang

menikmati kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Hasil pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa minat belajar siswa kelas XI

SMAN 1 Sumberjaya saat mengikuti mata pelajaran Ekonomi termasuk rendah.

Indikasi rendahnya minat tersebut dapat diketahui dari rendahnya hasil belajar

(8)

Tabel 1.2 Hasil Test Pra Penelitian di Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi materi pokok Ketenagakerjaan Kelas XI SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat TP. 2010-2011

Pembelajaran Talking Stick (TS)

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1. 47 – 54 2 5,88

2. 55 – 62 7 20,59

3. 63 – 70 18 52,94

4. 71 – 78 4 11,76

5. 79 – 86 3 8,82

Jumlah 34 100 Nilai Rata-rata 64,68

Nilai terendah 47

Sumber : Data nilai ulangan harian guru mata pelajaran ekonomi.

Tabel 1.3 Hasil Test Pra Penelitian di Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi materi pokok Pembangunan Ekonomi Kelas XI SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat TP. 2010-2011

Pembelajaran Talking Stick (TS)

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1. 52 – 60 4 11,76

2. 61 – 69 12 35,29

3. 70 – 78 10 29,41

4. 79 – 87 6 17,65

5. 88 – 96 2 5,88

Jumlah 34 100 Nilai Rata-rata 67,50

Nilai terendah 52

(9)

Tabel 1.4 Hasil Test Pra Penelitian di Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi materi pokok Pengangguran Kelas XI SMAN 1 Sumberjaya

Lampung Barat TP. 2010-2011

Pembelajaran Talking Stick (TS)

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 48 – 58 7 20,59

2 59 – 69 16 47,06

3 70 – 80 7 20,59

4 81 – 91 3 8,82

5 92 – 100 1 2,94

Jumlah 34 100

Nilai Rata-rata 61,41 Nilai terendah 48

Sumber : Data nilai ulangan harian guru mata pelajaran ekonomi.

Berdasarkan data pada Tabel 1.2, 1.3 dan 1.4 di atas, terlihat jelas bahwa hasil

belajar siswa secara umum masih tergolong kurang atau belum memuaskan. Hal

tersebut dapat ditunjukkan dalam tabel rekapitulasi hasil test pra penelitian yang

telah terlampir.

Tabel 1.5 Rekapitulasi Hasil Test Pra Penelitian

Tes X KKM Kondisi Kesimpulan

1 64,68 70 X < KKM Belum optimal

2 67,50 70 X < KKM Belum optimal

3 61,41 70 X < KKM Belum optimal

X 64,53

Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2006: 128) apabila bahan

pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai siswa maka prestasi

keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah. Untuk

mencapai hasil belajar yang memuaskan tidaklah mudah, dalam proses belajar

(10)

metode mengajar. Sardiman (2006: 97) menyatakan bahwa ”Sebagai salah satu

komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya

dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar, tidak ada satupun

kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pelajaran”.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa/hasil belajar ekonomi salah satu cara

yang digunakan yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sesuai

dengan pokok bahasan yang diajarkan. Salah satu model pembelajaran yang

dimungkinkan mampu mengantisipasi kelemahan model pembelajaran Talking stick, dan mampu menjadikan proses pembelajaran aktif dan menyenangkan yang

pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar ekonomi adalah

melalui penggunaan model pembelajaran Think Pair And Share.

Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share memiliki prosedur yang

ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk

berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Arends,. 2001: 324).

Model Think-Pair-Share (TPS) dikembangkan untuk meningkatkan penguasaan

isi akademis siswa terhadap materi yang diajarkan. Peningkatan penguasaan isi

akademis siswa terhadap materi pelajaran dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu

melalui proses berpikir (thinking) siswa diajak untuk merespon, berpikir dan

mencari jawaban atas pertanyaan guru, melalui proses berpasangan (pairing)

siswa diajak untuk bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil

untuk bersama-sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru.

Terakhir melalui tahap berbagi (sharing) siswa diajak untuk mampu membagi

(11)

Alasan lain dipilihnya model pembelajaran Think-Pair-Share, karena model ini

memiliki banyak kelebihan di antaranya siswa dapat berinteraksi dalam

memecahkan masalah untuk menemukan konsep-konsep yang dikembangkan dan

juga dapat meningkatkan perolehan prestasi belajar siswa, meningkatkan

keterampilan sosial siswa serta melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan

berkomunikasi melalui diskusi kelompok dan presentasi. Dengan demikian

melalui model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling

membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta

mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap

kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa

penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas penulis berupaya menerapkan pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair And Share (TPS) dalam pembelajaran ekonomi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, masalah-masalah yang muncul dapat

diidentifikasikan berikut ini.

1. Hasil belajar yang dicapai siswa pada mata pelajaran ekonomi masih

tergolong rendah (belum optimum).

2. Sebagian besar guru masih menggunakan metode konvensional di dalam

(12)

3. Siswa kesulitan memahami isi materi ekonomi karena kurang menikmati

kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

4. Sebagian besar siswa dalam mengikuti pelajaran ekonomi sering merasa

bosan (jenuh) karena kurangnya tantangan yang diberikan oleh guru

5. Rendahnya minat belajar ekonomi siswa

6. Guru SMAN 1 Sumberjaya belum menerapkan pembelajaran yang

mengaktifkan dan melibatkan siswa secara keseluruhan, sehingga siswa yang

aktif dalam proses belajar mengajar masih sedikit.

7. Kemampuan guru ekonomi dalam penggunaan metode dan strategi

pembelajaran belum optimum.

1.3 Pembatasan Masalah

Seperti telah diuraikan pada bagian identifikasi masalah, bahwa terdapat banyak

masalah yang dapat diteliti sehubungan dengan pembelajaran ekonomi.

Masalah-masalah tersebut tidak bisa dicarikan pemecahannya sekaligus. Untuk lebih

memfokuskan penelitian ini, perlu diberikan batasan permasalahan yang akan

dikaji yaitu pada kajian perbandingan antara penerapan pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair And Share (TPS) dan Talking Stick (TS) pada mata pelajaran ekonomi dan mencari model pembelajaran mana yang lebih efektif untuk

pembelajaran ekonomi. Dengan demikian jelas bahwa penelitian ini dilakukan

dengan memfokuskan pada penggunaan kooperatif tipe TPS dan TS dalam

(13)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah, maka masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah ada interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dengan

kemampuan awal siswa?

2. Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar ekonomi siswa melalui

model pembelajaran TPS dan TS?

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal tinggi, sedang

dan rendah terhadap hasil belajar ekonomi siswa?

4. Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar ekonomi siswa antar

model pembelajaran TPS dan TS dan antar tingkat kemampuan awal tinggi,

sedang dan rendah?

5. Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang

melalui model pembelajaran TPS dan TS pada tingkat kemampuan awal

tinggi siswa?

6. Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang

melalui model pembelajaran TPS dan TS pada tingakt kemampuan awal

sedang siswa?

7. Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang

melalui model pembelajaran TPS dan TS pada tingakt kemampuan awal

rendah siswa?

8. Model pembelajaran manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran

(14)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah dan perumusan masalah sebelumnya, maka

tujuan penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui interaksi yang signifikan antara model pembelajaran

dengan kemampuan awal siswa.

2. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar ekonomi siswa

melalui model pembelajaran TPS dan TS.

3. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal tinggi,

sedang dan rendah terhadap hasil belajar ekonomi siswa.

4. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar ekonomi siswa

antar model pembelajaran TPS dan TS dan antar tingkat kemampuan awal

tinggi, sedang dan rendah.

5. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa

yang melalui model pembelajaran TPS dan TS pada tingkat kemampuan awal

tinggi siswa.

6. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa

yang melalui model pembelajaran TPS dan TS pada tingkat kemampuan awal

sedang siswa.

7. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa

yang melalui model pembelajaran TPS dan TS pada tingkat kemampuan awal

rendah siswa.

8. Untuk mengetahui model pembelajaran yang lebih efektif antara model

(15)

1.6 Kegunaan Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini secara umum adalah untuk memperbaiki kualitas

proses pembelajaran ekonomi di kelas XI IPS SMAN 1 Sumberjaya Lampung

Barat. Secara khusus dapat diuraikan manfaat hasil penelitian ini sebagai berikut.

1.6.1 Kegunaan Teoritis

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh secara teoritis atas hasil penelitian ini

dapat dikemukakan sbb.

a. Menyajikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair And Share dalam

pembelajaran ekonomi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Memberikan peluang bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang hal yang sama dengan menggunakan teori-teori lain yang belum

digunakan dalam penelitian ini.

1.6.2 Kegunaan Praktis

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh secara praktis atas hasil penelitian ini

dapat dikemukakan sbb.

1. Bagi guru ekonomi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk

a. memberikan masukan bagi guru dalam mengaplikasikan pembelajaran

koopertatif tipe Think Pair And Share di kelas

b. mendorong kreativitas guru dalam mengajar, sehingga pembelajaran tidak

monoton disajikan dengan cara konvensional

c. memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair And Share untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(16)

a. refrensi bagi guru mata pelajaran lain dalam menerapkan pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair And Share di kelas

b. bahan pertimbangan dalam mengadakan penelitian tentang penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair And Share.

3. Bagi siswa, sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan hasil belajar

melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara lebih optimal.

4. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

a. sumbangan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan

di sekolah

b. bahan pertimbangan bagi Kepala Sekolah untuk melakukan kajian bagi

guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

1.7 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian akan difokuskan pada ruang lingkup penelitian dan

ruang lingkup ilmu. Untuk mengetahui kedudukan keilmuan dalam cakupan

pendidikan IPS, rincian lengkapnya sebagai berikut.

1.7.1 Ruang Lingkup Penelitian

Fokus ruang lingkup penelitian yakni perbandingan hasil belajar siswa (Y) dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair And Share (X1) dan Talking Stick (X2) pada pembelajaran ekonomi.

1.7.2 Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu/kajian keilmuan yang berkaitan dengan penelitian dibidang

ekonomi ini adalah Pendidikan IPS. Menurut Woolever dan Scott (1988: 10-13)

(17)

tersebut, tidak saling menguntungkan secara eksklusif, melainkan saling

melengkapi. Seorang pendidik mungkin mempertahankan satu, beberapa, atau

semua pandangan ini. Mereka yang setuju dengan beberapa tujuan dapat

memegang satu pandangan lebih kuat dari pandangan yang lainnya. Adapun lima

perspektif kawasan IPS, menurut Pargito dalam bahan ajar Pendidikan IPS adalah

sebagai berikut.

1. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission)

2. IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal development of the individual)

3. IPS sebagai pendidikan reflektif (social studies as reflektive inquiri) 4. IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial (social studies as social sciences) 5. IPS sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social criticism).

Pargito, (2010: 1).

Dalam penelitian ini digunakan perspektif nomor empat yaitu IPS sebagai

pendidikan ilmu sosial. IPS pada hakekatnya merupakan sekumpulan

ilmu-ilmu sosial yang terdiri dari sejarah, geografi, ilmu-ilmu politik, ekonomi, sosiologi,

antropologi, humanities, hukum dan nilai-nilai yang ada di masyarakat yang

diorganisasikan secara ilmiah. Dengan adanya Pendidikan IPS diharapkan siswa

akan memperoleh pemahaman dan penghargaan dari cara bagaimana pengetahuan

diperoleh melalui metodologi ilmiah, akan mengembangkan sikap ilmiah, dan

akan memiliki sebuah struktur pengetahuan ilmiah mengenai sikap dan kebiasaan

manusia. Pendidikan suatu ilmu pengetahuan bukanlah hanya bagaimana

mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus mengajarkan

tentang makna dan nilai-nilai atas ilmu pengetahuan itu untuk kepentingan

(18)

Ada 10 konsep social studies dari NCSS dalam Pargito (2010: 35), yaitu (1)

culture; (2) time, continuity, and change; (3) people, places and environment; (4) individual, development and identity; (5) individual, groups, and institution; (6) power, outhority and governance; (7) production, distribution and consumtion;

(8) science, technology and society; (9) global connections; (10) civic ideals and practices.

Ruang lingkup kajian ilmu dalam penelitian ini adalah ekonomi sebagai salah satu

cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial yang membahas mengenai usaha-usaha

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berhubungan dengan

produksi, distribusi, dan konsumsi demi kesejahteraan diri dan lingkungan

sosialnya yang muncul karena konsep kelangkaan. Samuelson and Nordhaus

(1990: 5) dalam Supardan (2009: 367) mengemukakan bahwa ilmu ekonomi

merupakan studi tentang prilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara

menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki alternative penggunaan

dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, kemudian menyalurkannya baik

dalam saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok

yang ada di dalam masyarakat.

Untuk mencapai kemakmuran dapat dilakukan dengan suatu kegiatan, yaitu

kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi tidak dapat dilakukan oleh orang per orang

tanpa melibatkan orang lain. Apabila saling ketergantungan itu terjadi

kesepakatan, barulah kegiatan ekonomi masyarakat dapat berjalan. Apabila salah

satu kelompok pelaku ekonomi masyarakat tidak berfungsi baik, pasti terjadi

(19)

ekonomi tidak berfungsi dengan baik. Ekonomi termasuk dalam tema IPS yang ke

7, yaitu mengenai produksi, distribusi dan konsumsi yang merupakan bagian

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang berupa

tinjauan pustaka, kerangka pikir dan hipotesis. Untuk lebih jelasnya pembahasan

tiap sub bab akan diuraikan sebagai berikut.

2.1 Tinjauan Pustaka

Pembahasan dalam tinjauan pustaka ini difokus pada beberapa bagian yang

berupa hakikat pembelajaran, pengertian pembelajaran, hasil belajar,

pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif tipe Think Pair And Share,

pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, dan kemampuan awal. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut.

2.1.1 Hakikat Pembelajaran

Aktivitas pembelajaran atau pengajaran terkait erat dengan kurikulum. Pengajaran

merupakan wujud implementasi dari kurikulum. Istilah pengajaran dapat diartikan

sebagai aktivitas mengajarkan sesuatu, dan pengajaran menunjukkan orang yang

tugasnya mengajar. Kenyataannya pengajaran memiliki arti yang lebih luas

dibandingkan dengan mengajar (teaching). Pengajaran merupakan suatu proses,

dan hasilnya adalah belajar, yaitu terjadinya peristiwa belajar di dalam diri peserta

didik. Peristiwa belajar ini mengakibatkan munculnya sikap, seperti minat,

percaya diri, perasaan, perhatian, dan sikap lainnya. Istilah pembelajaran

(21)

membuat seseorang belajar, jelasnya bagaimana menghasilkan terjadinya

peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut. Munandir dalam Sagala dan

Gultom, (2011: 154).

Banyak orang menggunakan istilah pembelajaran sebagai ganti istilah pengajaran,

dan istilah itu acap kali dipakai bergantian dengan arti yang sama, dan hanya ada

satu istilah untuk keduanya dalam bahasa Inggris yaitu instruction. Oleh karena

itu, pembelajaran merupakan aktivitas memilih, menetapkan, dan

mengembangkan model dan strategi dengan menggunakan berbagai metode yang

optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dengan

demikian dapat dinyatakan bahwa hakikat pembelajaran adalah pelaksanaan dari

kurikulum sekolah untuk menyampaikan materi mata pelajaran kepada peserta

didik agar terjadi peristiwa belajar pada diri peserta didik. Dalam proses

pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga

sering kali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut

adalah: (1) pendekatan pembelajaran; (2) strategi pembelajaran; (3) metode

pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model

pembelajaran. Sudrajat dalam Sagala dan Gultom, (2011: 155).

Model pembelajaran adalah panduan atau seperangkat strategi yang digunakan

sebagai landasan pendekatan mengajar oleh instruktur. Dengan kata lain model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari

awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Jadi, model pembelajaran

dapat dikatakan sebagai bungkus, atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,

(22)

yang dilandasi oleh teori-teori. Teori belajar menggambarkan cara-cara yang oleh

penciptanya diyakini terjadi pada diri orang yang tengah mempelajari ide-ide dan

konsep-konsep baru. Teori ini menjelaskan hubungan antara apa yang telah

diketahui dengan informasi baru yang tengah dicoba untuk dipelajari. Lebih jauh

lagi, secara sederhana dinyatakan bahwa model pembelajaran merupakan

kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman melakukan sesuatu

kegiatan pembelajaran.Winataputra, dalam Sagala dan Gultom, (2011: 155).

Dalam setiap model dapat menggunakan berbagai strategi.

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan

guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Strategi ditentukan agar pendekatan yang dipilih dapat mencapai tujuan yang telah

dirumusakan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan

untuk mengimlementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan

nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode-metode

pembelajaran digunakan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan

menentukan kegiatan khusus yang melibatkan guru dan peserta didik selama

pembelajaran berlangsung. Sedangkan taktik pembelajaran merupakan gaya

seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang

sifatnya individual. Misalkan, tedapat dua orang sama-sama menggunakan metode

ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya

(Sudrajat, dalam Sagala dan Gultom 2011: 156).

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

(23)

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,

menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis

pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat

pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang

berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dengan demikian dapat diringkas dari pengertian pembelajaran sebagai berikut.

Strategi merupakan perencanaan untuk mencapai sesuatu. Metode merupakan cara

yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Pendekatan (approach)

merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Teknik

mengajar merupakan cara yang dilakukan seseorang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode, dan taktik mengajar merupakan gaya

seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekadar menolong para siswa untuk

memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang

menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa (Subiyanto,

1988: 30). Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi

siswa untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa telah

belajar dengan baik ialah jika siswa itu dapat mempelajari apa yang seharusnya

dipelajari, sehingga indikator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh

(24)

Secara umum pembelajaran dapat diartikan sebagai proses atau aktivitas belajar

mengajar, sehingga peserta didik dapat menguasai seperangkat kompetensi

tertentu, sebagai hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya,

sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Corey (Sagala, 2006:

61) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam

tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap

situasi tertentu. Pemahaman yang dikemukakan oleh Corey memandang

pembelajaran sebagai pengelolaan lingkungan yang dilakukan untuk

menghasilkan respon dalam situasi tertentu.

Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara

pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan

siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam

rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009). Dari makna ini jelas

terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan

peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens

dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, di mana

perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu

yang relatif lama dan karena adanya usaha.

Proses perubahan tingkah laku, dan perubahan itu bukan hanya dengan

(25)

dengan apa yang telah diketahuinya itu, maka sudah saatnya guru menyadari

bahwa pembelajaran bukanlah hanya sekadar penyampaian fakta, konsep, prinsip,

dan keterampilan kepada siswa, tetapi lebih dari itu pembelajaran berarti siswa

mengalami, dengan mengalami sendiri, menemukan sendiri maka apa yang

dipelajarinya akan lebih memberikan kesan dibenak siswa, sehingga indikator

hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa.

UU Sisdiknas No. 2 Tahun 2003 (Sagala, 2011: 62) memberikan konsep yang

lebih mendalam, UU Sisdiknas No.2 Tahun 2003 mendefinisikan pembelajaran

sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun guru untuk

mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan

mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan kemampuan

penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Gagne dalam Mariana, (1999: 25) menyatakan untuk terjadinya belajar pada siswa

diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal.

Kondisi internal merupakan peningkatan memori sebagai hasil belajar terdahulu.

Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru dan

ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang

dirancang dalam pembelajaran. Gagne menekankan pentingnya kondisi internal

dan kondisi eksternal dalam suatu pembelajaran, agar siswa memperoleh hasil

yang diharapkan. Dengan demikian, sebaiknya memperhatikan atau menata

(26)

informasi yang baru dapat dipahaminya. Kondisi eksternal bertujuan antara laian

merangsang ingatan siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran, membimbing

belajar materi yang baru, memberikan kesempatan kepada siswa menghubungkan

dengan informasi baru.

Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa inti dari

pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi

proses belajar pada diri peserta didik, jelasnya bagaimana menghasilkan

terjadinya peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut.. Suparno dalam Trianto

(2009: 18) menyebutkan bahwa sistem pembelajaran dalam pandangan

konstruktivis mencakup empat aspek yang meliputi sebagai berikut.

1. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun secara sosial.

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa menalar.

3. Siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.

4. Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.

Sistem pembelajaran dalam pandangan konstruktivis menurut Hudojo dalam

Trianto (2009: 19) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) siswa terlibat aktif

dalam belajarnya. Siswa belajar materi (pengetahuan) secara bermakna dengan

bekerja dan berpikir, (b) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi

sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa. Implikasi

ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan konstruktivis adalah penyediaan

lingkungan belajar yang konstruktif. Lingkungan belajar yang konstruktif menurut

(27)

(1) menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan; (2) menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar; (3) mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret; (4) mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerja sama antara siswa; (5) memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran lebih menarik; (6) melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga lebih menarik dan siswa mau belajar.

Pembelajaran harus dilakukan dengan kreatif dan menyenangkan agar kegiatan

belajar menjadi beragam sehingga memenuhi dan mampu memberikan pelayanan

pada berbagai tingkat kemampuan dan mampu menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh. Pembelajaran

kreatif dan menyenangkan juga merupakan usaha membangun pengalaman belajar

siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan

pengetahuan baru melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan

mengkondisikan suasana belajar sehingga mampu memberikan pelayanan pada

berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa, serta siswa lebih terpusat

perhatiannya secara penuh.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan

kegiatan yang melibatkan beberapa komponen.

a. Siswa

Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi

pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

b. Guru

Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya

(28)

c. Tujuan

Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, efektif) yang

diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

d. Materi Pelajaran

Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk

mencapai tujuan.

e. Metode

Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

f. Media

Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk

menyajikan informasi kepada siswa.

g. Evaluasi

Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.

2.1.3 Hasil Belajar

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Penilaian hasil

belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan belajar dalam

upaya mencapai tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar mengajar.

Masalah yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana hasil belajar yang telah

dicapai.

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil akhir keberhasilan atau tidaknya seseorang setelah

(29)

tujuan tertentu yang tidak lain salah satunya adalah ingin berhasil dengan hasil

yang optimal. Hasil dari kegiatan belajar ini perlu diukur untuk mengetahui

seberapa besar tingkat penguasaan hasil belajar tersebut. Dimyati dan Mudjiono

(2006: 3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. Dari segi guru, tindak mengajar diakhiri

dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari segi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Hasil belajar siswa dapat dijadikan indikator keberhasilan mengajar guru dan

belajar siswa. Seperti dikemukakan oleh Nana Sudjana (2004: 22), bahwa hasil

belajar sebagai segala perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses

belajar mengajar di sekolah maupun luar sekolah, yang bernilai kognitif, afektif,

ataupun psikomotor disengaja ataupun tidak disengaja. Senada dengan pendapat

Sardiman, 2008: 28) bahwa hasil belajar meliputi:

a. hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif)

b. hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)

c. hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotor).

Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Zaenal Arifin, 2009: 21), hasil belajar siswa

pada ranah kognitif meliputi sbb.

1. Pengetahuan (knowlegde), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata operasional yang dapat digunakan diantaranya mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, meyebutkan, membuat garis besar, menyatakan kembali, memilih, menyatakan.

(30)

menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyatakan secara luas, menyimpulkan, memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri, meramalkan, menuliskan kembali, meningkatkan.

3. Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata operasional yang dapat digunakan, diantaranya mengubah, menghitung, mendemontrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.

4. Analisis (analysis), yaitu kemampuan yang menuntut peserat didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu kedalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya menguraikan, membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, memerinci.

5. Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menghubungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakn, mengkontruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisasi, merevisi, menyimpulkan, menceritakan. 6. Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta

didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyatakan atau konsep berdasarkan kriteria tertantu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.

Menurut Agus Suprijono (2009: 5) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Menurut pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

(31)

mengkategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

3) strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Sedangkan menurut Bloom pada Agus Suprijono (2009: 6)

“Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.” Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehensive (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analisis (menguraikan, penentuan hubungan), sysnthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routing dan rountinized. Psikomotorik juga meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Hasil belajar ialah adanya perubahan tingkah laku. Bukti bahwa seseorang telah

belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Oemar

Hamalik, 2004: 30). Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil

belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun

(32)

Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat perubahan

dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut (Oemar Hamalik: 30).

Selanjutnya menurut Abdurrahman dalam Jihad dan Haris (2009: 14) menyatakan

bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa akibat belajar. Perubahan itu

diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.

Perubahan perilaku individu akibat proses belajar tidaklah tunggal. Setiap proses

belajar mempengaruhi perubahan perilaku domain tertentu pada diri siswa,

tergantung perubahan yang diinginkan terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan.

Hasil perubahan tingkah laku tersebut meliputi 3 aspek yaitu aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik. Dengan demikian hasil belajar mempunyai peranan

penting dalam proses pembelajaran di sekolah yang dapat dijadikan tolak ukur

atau barometer yang harus dicapai siswa dalam belajar termasuk di dalamnya

prestasi belajar ekonomi. Harapan yang diinginkan adalah prestasi yang baik

sehingga segala sesuatu yang sudah dikerjakan terhindar dari kesalahan. Hasil

belajar yang optimal hanya dapat dicapai melalui kerja keras dan belajar, dengan

demikian siswa akan mendapatkan prestasi belajar yang optimal. Proses penilaian

terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan

siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina

(33)

2.1.3.2 Fungsi Penilaian Hasil Belajar

Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri

siswa. Oleh sebab itu, dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana

perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan

mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan

perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya

dengan melakukan perubahan dalam strategi mengajar, memberikan bimbingan

dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak

hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku

siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses

pembelajaran.

Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pembelajaran dalam

mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan

proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai

siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman

belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai

berikut.

1. Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi

ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan pembelajaran

sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.

2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin

dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar

(34)

3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang

tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan

belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk

nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

2.1.3.3 Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Sejalan dengan fungsi penilaian di atas maka tujuan dari penilaian hasil belajar

adalah untuk:

1. mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui

kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata

pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut

dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa

lainnya

2. mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah,

dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan yakni

seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke

arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan

pembelajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya

memanusiakan atau membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar

menjadi manusia yang berkualitas.

3. menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan

penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran serta

strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang

dicapainya hendakmya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa

(35)

diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan

program tersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih dan

menggunakan metode mengajar dan alat bantu pembelajaran.

4. memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada

pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah,

masyarakat, dan para orang tua siswa. Dalam mempertanggungjawabkan

hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah memberikan laporan berbagai

kekuatan dan kelemahan pelaksanaan sistem pendidikan serta kendala yang

dihadapinya. Laporan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan,

misalnya dinas pendidikan setempat melalui petugas yang menanganinya.

Sedangkan pertanggungjawaban kepada masyarakat dan orang tua

disampaikan melalui laporan kemajuan belajar siswa (lapor) pada setiap akhir

program semester.

Hasil belajar dapat diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar dan nilainya

diketahui dalam bentuk angka atau huruf. Penilaian hasil belajar memiliki tujuan

sendiri dalam pembelajaran. Menurut Arikunto (2006: 7) menyatakan bahwa

tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk dapat mengetahui siswa-siswi mana

yang berhak melanjutkan pembelajarannya karena sudah berhasil menguasai

(36)

Tujuan Mata pelajaran Ekonomi yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut.

1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan

masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi

dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara.

2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang

diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi

3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki

pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang

bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara

4. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial

ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional

maupun internasional

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran

berpengaruh terhadap hasil belajar sehingga pada akhirnya guru bisa mengetahui

metode dan pendekatan mana yang lebih baik untuk siswa pada proses

pembelajaran selanjutnya. Dalam proses belajar pembelajaran diharapkan terjadi

interaksi yang dapat mengembangkan serta melibatkan anak didik secara aktif

agar mereka mampu mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan

perolehan pengetahuan dari proses yang mereka lalui.

2.1.3.4 Penilaian Hasil Belajar

Dalam penilaian hasil belajar siswa dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu penilaian

(37)

1. Penilaian tes

Tes hasil belajar menurut Purwanto (2009: 66) merupakan “Tes penguasaan,

karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh

guru atau dipelajari oleh siswa.” Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah

materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa

atas materi tersebut. Macam-macam tes menurut Purwanto (2009: 67) yang

dikutip dari Gronlund dan Linn (1990: 12-13) sebagai berikut.

a) Tes formatif, dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Setiap pokok bahasan membentuk perilaku tertentu sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajarannya.

b) Tes sumatif, dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti semester.

c) Tes diagnostik, digunakan untuk mengidentifikasikan siswa-siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi.

d) Tes penempatan, adalah pengumpulan data tes hasil belajar yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.

2. penilaian non Tes

Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran

mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian melalui:

a) pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik perorangan maupun kelompok, dikelas maupun diluar kelas.

b) skala sikap, yaitu penilaian yang digunakan untuk mengungkapkan sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa

c) Angket, yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis

d) Catatan harian, yaitu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya

(38)

2.1.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dikarenakan siswa

berinteraksi dengan sesuatu yang ada disekitarnya. Siswa SMAN 1 Sumberjaya

Lampung Barat menginjak masa remaja dengan masalah yang sangat kompeks

sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, namun pada akhirnya

lebih dominan terletak pada usaha yang dilakukan oleh siswa itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum terbagi dalam dua bagian

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang

ada dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal faktor-faktor yang ada diluar

siswa (Sudjana, 1989: 39). Menurut M. Surya (1979: 330), mengemukakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang dapat menghambat kegiatan

belajar yang dihadapi oleh siswa adalah faktor internal (faktor fisiologis atau

jasmaniah dan faktor psikologis) dan faktor eksternal (faktor sosial, faktor budaya,

faktor lingkungan fisik, dan spiritual atau lingkungan keagamaan).

Faktor internal dan eksternal sangat berpengaruh dalam prose pembelajaran. Salah

satu faktor yang termasuk dalam faktor internal adalah faktor psikologi. Abin

Syamsudin (2003: 27) mengemukakan bahwa dalam faktor psikologi, khususnya

dalam konsep dasar behaviorisme adalah usaha penciptaan seperti seperangkat

stimulus yang diharapkan menghasilkan pola-pola perilaku (seperangkat respon).

Menurut pendapat tersebut bahwa hasil belajar juga sangat dipengaruhi dari

respon siswa terhadap apa yang mereka pelajari.

Selain itu, menurut Departemen Pendidikan Nasional ada beberapa faktor yang

(39)

hasil belajar tersebut adalah instrumental input seperti guru, model, metode,

kurikum, sarana dan prasarana. Hasil belajar merupakan manifestasi keberhasilan

siswa setelah melakukan proses belajar. Dengan demikian, hasil belajar dapat

dilihat dari keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Tujuan tersebut akan dicapai apabila proses pembelajaran yang dilaksanakan

berpusat pada siswa (student centered) dan guru melakukan inovasi pada metode

pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

Djamarah (2010: 96) indikator dari proses belajar mengajar itu dianggap berhasil

adalah:

1. daya serap siswa terhadap bahan pengajaran yang diajarkan untuk mencapai prestasi yang tinggi, baik secara individual maupun kelompok. 2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus

(TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Dalam proses belajar mengajar selalu didapatkan hasil belajar. Masalah yang

dihadapi adalah sampai dimana tingkat prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai.

Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dilihat dari hasil belajar yang

dicapai oleh siswa. Nana Sudjana (1995: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat dicapai dengan dukungan

faktor-faktor berikut.

1) Tujuan sebagai pedoman dan sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan

(40)

2) Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan

kepada anak didik di sekolah dan berpengalaman dalam bidang profesinya.

3) Anak didik (siswa) adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah

untuk menuntut ilmu.

4) Kegiatan pengajaran. Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya

interaksi antara guru dengan siswa dan bahan pelajaran sebagai perantaranya.

5) Bahan dan alat tes. Bahan tes adalah suatu bahan yang terdapat di dalam

kurikulum yang sudah dipelajari oleh siswa guna kepentingan ulangan.

6) Suasana tes. Pelaksanaan tes biasanya dilaksanakan di dalam kelas dan dijaga

oleh satu atau dua orang pengawas, sehingga siswa dapat bekerja sendiri dan

bersikap jujur dalam melaksanakan tes.

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif

Tinjauan mengenai pembelajaran kooperatif terdiri dari pengertian pembelajaran

kooperatif, teori yang melandasi pembelajaran kooperatif, tujuan pembelajaran

kooperatif, unsur penting dan prinsip dasar pembelajaran kooperatif, ciri-ciri

pembelajaran kooperatif, tahapan dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan

kooperatif serta kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif. Pembahasan

lebih lengkap diuraikan sebagai berikut.

2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang

penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab

bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu,

(41)

berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling

membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah

miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan

kelebihan masing-masing.

Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan

adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia

adalah makhluk sosial. Anita Lie (2008: 24) menyatakan bahwa kerja sama

merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Menurut Roger, dkk (1992) dalam Miftahul

Huda (2011: 29) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran

kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus

didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok

pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas

pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran

anggota-anggota yang lain.

Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, kepada siswa diajarkan

keterampilan-keterampilan khusus agar dapat saling bekerja sama dan saling membantu dalam

kelompoknya untuk memahami materi pelajaran, seperti menjelaskan kepada

teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur,

siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya. Dalam

pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman

(42)

Slavin (dalam Solihatin, 2009: 4) menyatakan bahwa Cooperative learning adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai

enam orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Slavin, 1995

(dalam Imam, 2009: 28) pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung

pengertian sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan

diantara sesama anggota kelompok atau sebagai suatu motif bekerja sama, di

mana setiap individu dihadapkan pada proposisi dan opsi yang mesti diikuti,

memilih sikap bekerja sama, berkompetisi atau individual. Sedangkan menurut

Solihatin (2009: 4) cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam

struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau

lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap

anggota kelompok itu sendiri. Oleh karena itu, belajar kooperatif ini juga

dinamakan “belajar teman sebaya.”

Artzt & Newman (dalam Trianto, 2009: 56) menyatakan bahwa dalam belajar

kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan

tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Setiap anggota kelompok

memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Selanjutnya Stahl (1994) yang dikutip dari Isjoni (2009: 15) menyatakan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS        SMA Negeri 1 Sumberjaya TP
Tabel 1.3 Hasil Test Pra Penelitian di Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi materi pokok Pembangunan Ekonomi Kelas XI SMAN 1 Sumberjaya   Lampung  Barat TP
Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian terdapat empat kelebihan dari pengering semprot dibandingkan dengan jenis alat pengering lainnya, yaitu: (1) produk akan menjadi kering tanpa bersentuhan

Rataan Pellet Durability Index berada pada kisaran 94,16-94,95% (Lampiran 9) selama masa simpan yang menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di atas nilai minimum

Dalam : Noer, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK UI, Jakarta.. Tjokroprawiro,

Nilai kecernaan energi dan kecernaan bahan pada pakan yang mengandung kulit ubi kayu direndam NaOH, difermentasi kapang, serta difermentasi bakteri menunjukkan hasil yang lebih

Dari uji coba terhadap satu kepala gudang dan tiga kepala ruang, menunjukkan bahwa sistem informasi yang dibangun membantu dalam pengelolaan data – data inventori

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum

Program aplikasi ini, dibuat untuk membantu mencari solusi masalah fisika optik yaitu pada lensa tipis dicari hasil spesifikasi bayangannya. Aplikasi ini terdiri dari tempat