• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) YANG DITANAM PADA MEDIA YANG TERINFEKSI DAN TIDAK TERINFEKSI Ganoderma sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) YANG DITANAM PADA MEDIA YANG TERINFEKSI DAN TIDAK TERINFEKSI Ganoderma sp."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Sektor perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia

berkembang dengan sangat pesat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Jika pada tahun 1998 luas areal perkebunan kelapa sawit 2,7 juta ha dengan volume

produksi CPO (Crude Palm Oil/minyak sawit mentah) 5,6 juta ton, volume ekspor minyak sawit sebesar 852.843 ton dengan nilai US $ 333.866.000, maka pada tahun 2003 luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 5,06 juta ha dengan volume produksi CPO sebesar 9,6 juta ton atau rata-rata 1,8 ton per ha/th, volume ekspor minyak sawit sebesar 6,333 juta ton dengan nilai US$ 2,092 miliar. Komposisi kepemilikan areal perkebunan kelapa sawit terdiri atas perkebunan rakyat 29,7%, PTPN 13,2%, dan perkebunan besar swasta 57,1% (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004 yang dikutip oleh Advertorial, 2010). Pada tahun 2008, luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia hampir

mencapai 7 juta ha.

(2)

2 dan Indonesia yang merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia (Adventorial, 2010).

Penyakit BPB pertama kali diungkap pada tahun 1915 di Republik Kongo, Afrika Barat. Di Malaysia dulunya penyakit ini menginfeksi kelapa sawit tua yang berusia lebih dari 25 tahun yang memang akan ditanami kembali (replanting) sehingga BPB dianggap tidak penting secara ekonomis. Namun, menjelang tahun 1960-an, ketika kelapa sawit mulai dianggap sebagai tanaman perkebunan

unggulan, penyakit BPB terus meningkat ketika tanaman kelapa sawit yang berusia lebih mudapun (10—15 tahun) terinfeksi. Bahkan baru-baru ini, Ganoderma sp. telah menyerang kelapa sawit umur 12—24 tahun dan bahkan tanaman berumur 4—5 tahun, terutama di areal replanting yang pada awalnya ditanami tanaman kelapa (Flood et al., 2000 yang dikutip oleh Bastaman, 2011).

Serangan penyakit BPB di Indonesia awalnya rendah pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun, selanjutnya serangan meningkat sebesar 40% ketika tanaman kelapa sawit mencapai umur 12 tahun. Pada pertanaman generasi keempat, serangannya terjadi lebih awal yaitu pada tanaman berumur 1 hingga 2 tahun. Penyakit tersebut dapat menyerang bibit-bibit kelapa sawit sejak di persemaian. Hal ini diduga karena patogen penyebab penyakit tersebut semakin menyebar pada lahan yang sering diremajakan (Advertorial, 2010).

(3)

3 kematian pada tanaman yang terserang (Yulianti, 2001 yang dikutip oleh

Antakowisena, 2011).

Penyakit BPB merupakan ancaman bagi berbagai perkebunan kelapa sawit di Indonesia, terutama pada kebun yang telah mengalami peremajaan berulang. Pada kebun yang telah mengalami peremajaan tiga kali dengan tanaman belum menghasilkan (tbm), kejadian penyakit sudah terjadi hingga 11%. Hasil penelitian Sinaga (2003) menunjukkan bahwa semakin sering kebun sawit mengalami peremajaan atau pada areal pertanaman kelapa sawit sebelumnya ditanami dengan kopi, karet atau tanaman perkebunan lainnya, maka semakin rendah keragaman, kelimpahan, dan pemerataan agens biokontrol yang ditemukan. Berkurangnya keberadaan, keragaman, dan kelimpahan agen antagonis (kurang dari 105 cfu/g tanah) akan menyebabkan tingginya kejadian penyakit BPB (Sinaga et al., 2003 yang dikutip oleh Adventorial, 2010).

(4)

4 Istilah mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti fungi (mykos = miko) dan akar (rhiza). Mikoriza ini membentuk simbiosis mutualisme antara fungi dan akar tumbuhan. Fungi memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana (glukosa) dari tumbuhan. Sebaliknya, fungi menyalurkan air dan hara yang diserap dari tanah untuk tumbuhan. Disamping itu, fungi mikoriza arbuskular juga berperan dalam meningkatkan ketahanan hidup bibit terhadap penyakit (Novriani dan Madjid, 2010).

Pada ekosistem alami, peranan utama fungi mikoriza adalah melindungi sistem perakaran dari patogen endemik diantaranya melalui kompetisi nutrisi dengan patogen dan induksi mekanisme ketahanan pada inang (Read et al., 1992).

Akar tanaman yang bermikoriza dapat memproduksi antibiotik yang dapat

menghambat pathogen dibanding dengan akar yang tidak bermikoriza. Bahan ini

bila terdapat dalam jumlah cukup banyak dapat membatasi perkembangan patogen

hingga keadaan simbiotik terjadi (Krupa dan Fries, 1971 yang dikutip oleh

Hadian, 2010).

Mekanisme lain yang membuat tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap

serangan pathogen adalah fungi mikoriza arbuskular memiliki akses utama dalam penyaluran fotosintat tanaman, sehingga patogen tidak akan mendapatkan akses yang sama untuk fotosintat tanaman. FMA juga akan melakukan perubahan dalam fisiologi tanaman yang dapat menentukan pola eksudasi akar, dan

(5)

5 akhirnya semakin berkembangnya mikroba antagonis bagi patogen akar (Smith et al., 1994 yang dikutip oleh Rini, 2001).

Fungi mikoriza arbuskular akan meningkatkan laju respirasi tanaman yang

diindikasikan berasal dari aktivasi metabolik yang tinggi, yang dapat menentukan kebutuhan tanaman untuk bereaksi lebih efektif untuk melawan patogen akar (Dugassa et al., 1996 yang dikutip oleh Rini, 2001).

Hingga saat ini, sedikit laporan tentang pengaruh aplikasi berbagai jenis mikoriza untuk peningkatan ketahanan bibit kelapa sawit terhadap serangan Ganoderma sp. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan penelitian tentang pengaruh berbagai jenis mikoriza pada pertumbuhan kelapa sawit di pembibitan dengan menggunakan media tanah yang terinfeksi Ganoderma sp.

1.2Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Jenis fungi mikoriza arbuskular (FMA) manakah yang paling sesuai untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit?

2. Apakah Ganoderma sp. yang terdapat dalam media tanah mampu

menginfeksi akar kelapa sawit dan menghambat pertumbuhan bibit kelapa sawit?

3. Jenis FMA manakah yang paling sesuai untuk meningkatkan ketahanan bibit kelapa sawit terhadap serangan Ganoderma sp.?

(6)

6

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah maka penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan jenis FMA yang paling sesuai untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit.

2. Untuk mengetahui apakah Ganoderma sp. yang terdapat dalam media tanah mampu menginfeksi akar kelapa sawit dan menghambat pertumbuhan bibit kelapa sawit.

3. Untuk mendapatkan jenis FMA yang paling sesuai untuk meningkatkan ketahanan bibit kelapa sawit terhadap serangan penyakit Ganoderma sp.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan jenis inokulum FMA yang sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan bibit kelapa sawit terhadap patogen Ganoderma sp.. Bagi petani, informasi dari penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui manfaat mikoriza bagi pertumbuhan bibit kelapa sawit sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

1.5 Kerangka Teoretis

1.5.1 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoretis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut:

(7)

7 dengan rizosfer. Simbiosis terjadi dalam akar tanaman dimana fungi

mengolonisasi apoplast dan sel korteks untuk memperoleh karbon hasil

fotosintesis dari tanaman (Delvian, 2006 yang dikutip oleh Novriani dan Madjid, 2010). Mikoriza ini termasuk fungi divisi Zygomicetes, famili Endogonaceae yang terdiri dari genus Glomus, Entrophospora, Acaulospora, Archaeospora, Paraglomus, Gigaspora dan Scutellospora. Hifa fungi memasuki sel korteks akar, sedangkan hifa yang lain masuk ke dalam tanah (Morton, 2003 yang dikutip oleh Novriani dan Madjid, 2010).

Fungi mikoriza arbuskular bersimbiosis dengan lebih dari 80% tanaman dan FMA terdapat pada sebagian besar ekosistem alam dan pertanian serta memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan, kesehatan dan produktivitas tanaman (Novriani dan Madjid, 2010). Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza, karena mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro. Selain itu, akar yang

bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman (Anas, 1997).

(8)

8 Respon tanaman terhadap simbiosis dengan FMA dipengaruhi banyak faktor antara lain spesies fungi. Walaupun FMA mempunyai kespesifikan yang lebih rendah dibandingkan dengan simbiosis mikroorganisme lainnya seperti

Rhizobium, tetapi masing-masing spesies FMA memiliki respons yang berbeda terhadap lingkungannya. Interaksi suatu spesies FMA dengan lingkungannya dapat menghasilkan respons yang spesifik dari masing-masing spesies.

Mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perlindungan tanaman dari patogen akar. Struktur mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi terhadap serangan penyakit. Mekanisme perlindungan dapat diterangkan sebagai berikut :

1. Adanya selaput hifa (mantel) pada akar dapat berfungsi sebagai barier masuknya patogen.

2. Mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat yang dihasilkan oleh akar, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok untuk patogen.

3. Fungi mikoriza dapat mengeluarkan antibiotik yang dapat mematikan patogen.

4. Akar tanaman yang sudah diinfeksi fungi mikoriza, tidak dapat

diinfeksi oleh cendawan patogen yang menunjukkan adanya kompetisi (Imas et al., 1989).

(9)

9 Pertumbuhan bibit yang diinokulasi A. tuberculata yang baik khususnya pada inokulasi 200 dan 350 spora kemungkinan disebabkan lebih mampunya spesies ini beradaptasi pada kondisi tanah yang bereaksi masam dan mengandung Al relatif tinggi. Adaptasi yang tinggi menyebabkan spora dapat berkecambah dan

selanjutnya menginfeksi jaringan akar tanaman dan menyebar di akar tanaman.

Anas et al. (1999) melaporkan bahwa FMA jenis Glomus sp. memiliki derajat infeksi akar yang tinggi (61%), sedangkan FMA jenis Entrophospora sp. tidak mampu menginfeksi akar bengkuang. Hasil penelitian Haryani (2000)

menunjukkan bahwa inokulasi Glomus aggregatum dan Glomus manihotis pada bibit kelapa sawit mampu meningkatkan pertumbuhan dan serapan P-tajuk.

Fungi mikoriza arbuskular juga bisa memberikan kekebalan bagi tanaman inang. Fungi ini mampu menghasilkan bahan antibiotik untuk melawan penyakit.

Mikoriza sangat mengurangi perkembangan penyakit busuk akar yang disebabkan oleh Phytopthora cenamoni (Anas, 1997).

(10)

10 Gejala internal yang disebabkan oleh Ganoderma sp. pada kelapa sawit yaitu terjadinya pembusukan di pangkal batang. Pada jaringan batang yang busuk, lesio tampak sebagai daerah berwarna coklat muda disertai adanya daerah berwarna gelap berbentuk pita tidak beraturan. Pita ini sering disebut sebagai zona reaksi yang mengandung getah. Secara mikroskopis gejala internal akar yang terserang Ganoderma sp. mirip pada batang yang terinfeksi. Jaringan korteks akar yang sakit berubah warna dari putih menjadi coklat. Pengendalian alternatif yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan FMA sebagai mikroorganisme antagonis. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan simbiosisnya adalah jenis FMA dan tanaman inang (Sulistyono et al., 1999).

Jaringan kortikel akar yang terserang Ganoderma sp. berubah warna menjadi coklat dan mudah untuk didisintegrasikan, selain itu stele menjadi kehitaman. Pada akar tanaman tua, bagian permukaan sebelah dalam eksodermis ditemukan tanda penyakit berupa hifa berwarna keputihan. Pada serangan yang sudah lanjut, jaringan korteks rapuh dan mudah hancur. Hifa biasanya terdapat di jaringan korteks, endodermis, xylem, dan floem (Ariffin et al., 2000 yang dikutip oleh Risanda, 2008).

1.5.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoretis terhadap perumusan masalah. Aplikasi mikoriza dilakukan pada bibit sawit berumur satu bulan. Terjadinya infeksi mikoriza pada akar tanaman melalui spora dari mikoriza yang

(11)

11 penetrasi pada akar tanaman. Setelah penetrasi pada akar, maka hifa tumbuh secara interselluler dan intraselluler, selanjutnya arbuskular akan terbentuk di dalam sel korteks. Arbuskular merupakan percabangan pada hifa yang berbentuk seperti pohon. Arbuskula hidup hanya 4 —15 hari, kemudian mengalami

degenerasi dan pemendekan pada sel inang. Pada saat pembentukan arbuskula, beberapa mikoriza membentuk vesikel pada bagian interselluler, dimana vesikel merupakan pembengkakan pada bagian apikal atau interkalar hifa.

Perluasan infeksi mikoriza dalam akar terdapat tiga fase yaitu: (a) fase awal pada saat infeksi primer, (b) fase exponential yaitu penyebaran, dan pertumbuhannya dalam akar lebih cepat, dan (c) fase setelah pertumbuhan akar dan mikoriza sama. Setelah terjadi infeksi primer dan fase awal, pertumbuhan hifa keluar dari akar dan di dalam rhizosfer tanah. Pada bagian ini struktur mikoriza disebut hifa eksternal yang berfungsi dalam penyerapan larutan nutrisi dalam tanah, dan sebagai alat transportasi nutrisi ke akar. Hifa eksternal tidak bersepta dan membentuk percabangan dikotom.

Sebagian besar pertumbuhan tanaman yang diinokulasi dengan mikoriza

(12)

12 karena perubahan fisiologi akar dan produksi sekresi oleh mikoriza. Dengan demikian, tanaman yang bersimbiosis dengan FMA pertumbuhannya akan lebih baik lebih baik dibandingkan tanpa mikoriza.

Mekanisme perlindungan mikoriza terhadap patogen dapat melalui berbagai cara yaitu (1) FMA memanfaatkan karbohidrat lebih banyak pada akar, sebelum dikeluarkan dalam bentuk eksudat akar sehingga patogen tidak dapat berkembang, (2) terbentuknya substansi yang bersifat antibiotik yang disekresikan untuk

menghambat perkembangan patogen,dan (3) memacu perkembangan mikroba saprofitik di sekitar perakaran. Oleh karena itu akar tanaman yang sudah terinfeksi mikoriza tidak dapat diinfeksi oleh fungi patogen.

Fungi patogen Ganoderma sp. yang terdapat dalam tanah akan menginfeksi tanaman dengan melakukan kontak pada perakaran tanaman kelapa sawit dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit. Agar tanaman kelapa sawit tidak terinfeksi oleh Ganoderma sp., maka tanaman harus memiliki perlindungan dalam perakaran maupun di luar perakaran tanaman. Mikoriza yang telah menginfeksi perakaran tanaman kelapa sawit diharapkan dapat menghambat dan melindungi tanaman dari serangan fungi Ganoderma sp.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kombinasi jenis FMA dapat

(13)

13

1.5.3 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

(1) Pemberian jenis fungi mikoriza arbuskular (FMA) kombinasi Glomus sp. dan Entrophospora sp. akan menghasilkan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang terbaik.

(2) Inokulum Ganoderma sp. yang terdapat dalam media tanam mampu

menginfeksi akar bibit kelapa sawit dan menghambat pertumbuhan bibit kelapa sawit

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular

Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk kelangsungan hidupnya fungi berasosiasi dengan akar tanaman. Spora berkecambah dengan membentuk apressoria sebagai alat infeksi. Proses perkecambahan spora dipengaruhi oleh anatomi akar dan umur tanaman yang terinfeksi. Hifa FMA berkembang secara interseluler dan intraseluler dan terbatas pada lapisan korteks akar saja. Hifa yang berkembang diluar jaringan akar (hifa eksternal) berperan dalam penyerapan unsur hara tertentu dan air (Smith et al., 1997 yang dikutip oleh Hadian, 2010).

Fungi mikoriza arbuskula mempunyai sifat dapat berkolonisasi dan berkembang secara simbiosis mutualistik dengan akar tanaman, yaitu fungi mendapatkan karbohidrat dan eksudat akar dari tanaman sedangkan tanaman mendapatkan unsur hara yang di absorbsikan oleh FMA (Talanca dan Adnan, 2005).

(15)

15 menginfeksi masuk ke dalam jaringan korteks dan akar yang terinfeksi tidak

membesar (Khairul, 2001 yang dikutip oleh Gemayel, 2008).

Mikoriza termasuk mikroba yang menguntungkan tanaman karena mampu meningkatkan penyerapan unsur hara P. Peningkatan penyerapan unsur hara itu terjadi karena simbiosis antara fungi dan akar tanaman dapat memperbesar diameter akar dan memperbanyak cabang-cabangnya (Islami dan Utomo, 1995). Hifa fungi yang berkembang dapat secara langsung menyerap P disamping mengeksresikan enzim fosfatase yang dapat melepaskan ikatan P.

Vesikula merupakan struktur FMA yang berasal dari menggelembungnya hifa, berbentuk bulat telur, dan berisi banyak senyawa lemak yang berfungsi sebagai organ penyimpan cadangan makanan. Arbuskula merupakan percabangan dari hifa berbentuk seperti pohon yang masuk kedalam sel tanaman inang yang berfungsi sebagai tempat pertukaran metabolit antara fungi dan tanaman inang (Suhardi, 1989).

2.2 Manfaat Fungi Mikoriza Arbuskular

(16)

16 asam-asam organik, khususnya asam oksalat yang dapat membantu membebaskan

P (Brundrett et al., 1996 yang dikutip oleh Novriani dan Madjid, 2010).

Mekanisme FMA dalam membantu mengatasi masalah ketersediaan fosfat melalui dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung melalui jalinan hifa eksternal yang diproduksinya secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air. Pengaruh tidak langsung yaitu FMA dapat memodifikasi fisiologis akar sehingga dapat mengeksresikan asam-asam organik dan fosfatase asam ke dalam tanah. Fosfatase merupakan suatu enzim yang dapat mamacu proses mineralisasi P organik dengan mengkatalisis pelepasan P dari kompleks organik menjadi kompleks anorganik (Smith and Read, 1997 yang dikutip oleh Novriani dan Madjid, 2010).

Aplikasi FMA dapat menginduksi perubahan komposisi mikroorganisme di akar, sehingga akar akan lebih mampu menoleransi efek penyakit tanaman. Struktur mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung terhadap patogen akar, sehingga akar akan terhindar dari penyakit. Infeksi patogen (penyakit) terhambat karena

mikoriza menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen (Imas et al., 1989).

(17)

17 dan kelembaban yang ekstrim, (d) meningkatkan produksi hormon pertumbuhan

dan zat pengatur tumbuh seperti auksin, dan (e) menjamin terselenggaranya proses biogeokemis.

Fungi mikoriza arbuskular seperti Glomus sp. mampu hidup dan berkembang dibawah kondisi salinitas yang tinggi dan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap penurunan kehilangan hasil karena salinitas. Mekanisme

perlindungannya belum diketahui dengan pasti, tapi diduga disebabkan karena meningkatnya serapan hara immobil seperti P, Zn, dan Cu (Lozano et al., 2000).

Fungi mikoriza arbuskular mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan jalan meningkatkan serapan hara melalui perluasan permukaan area serapan. Selain itu, FMA dapat melindungi akar tanaman dari serangan patogen yang disebabkan penyakit-penyakit terbawa tanah atau Soil-born diseases (Perrin, 1990), dapat meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan, dan mampu meningkatkan serapan hara N, P, dan K (Niswati et al., 1996).

2.3Penyakit Busuk Pangkal Batang

(18)

18 akasia (Acacia mangium, A. auriculiformis, A. oraria), sengon (Paraserianthes

falcataria) dan kelapa sawit (Advertorial, 2010).

Gejala penyakit BPB pada bibit kelapa sawit berupa daun tombak yang tidak membuka ± 3 daun, menguningnya sebagian daun atau pola belang di beberapa daun yang diikuti klorotik. Daun kuncup yang belum membuka ukurannya lebih kecil daripada daun normal dan mengalami nekrotik pada ujungnya, selain itu tanaman yang terserang juga kelihatan lebih pucat daripada tanaman yang lainnya (Arifin et al., 2000 yang dikutip oleh Risanda, 2008)

Menurut Advertorial (2010), gejala penyakit akibat serangan Ganoderma sp. pada tanaman muda ditandai dengan menguningnya sebagian besar daun atau pola belang di beberapa bagian daun yang diikuti klorotik. Daun kuncup yang belum membuka ukurannya lebih kecil daripada daun normal dan mengalami nekrotik pada bagian ujungnya dan juga tanaman terlihat pucat serta pertumbuhannya terhambat. Gejala internal akar yang sakit seperti batang yang terinfeksi, jaringan korteks yang sakit berubah warna dari putih menjadi coklat dan stele menjadi kehitaman. Pada akar tanaman tua, bagian permukaan sebelah dalam eksodermis ditemukan tanda penyakit berupa hifa yang berwarna keputihan. Pada serangan yang sudah lanjut, jaringan korteks rapuh dan mudah hancur. Hifa biasanya terdapat dijaringan korteks, endodermis, xylem, dan floem.

Gejala serangan Ganoderma sp. pada kelapa sawit yaitu daun berwarna hijau pucat, daun tua menjadi layu dan patah, dan dari tempat yang terinfeksi keluar getah. Gejala yang khas sebelum tubuh buah terbentuk adalah terjadi

(19)

19 sebagai daerah berwarna coklat muda disertai adanya daerah berwarna gelap

berbentuk pita tidak beraturan. Serangan lebih lanjut dapat mengakibatkan tanaman kelapa sawit tumbang, karena jaringan kayu pada bagian pangkal batang mengalami pelapukan (Yanti dan Susanto, 2004 yang dikutip oleh Adventorial, 2010).

Pada tanaman yang terserang penyakit BPB, basidiokarp yang dibentuk awalnya berukuran kecil, bulat, berwarna putih, dengan pertumbuhan yang cepat bisa membentuk basidiokarp dewasa dengan ukuran yang variatif. Ukuran basidiokarp yang bertambah besar menunjukkan perkembangan penyakit semakin lanjut dan akhirnya menyebabkan kematian pada tanaman (Advertorial, 2010).

2.4 Faktor Pendukung Penyebaran Ganoderma sp.

Fungi Ganoderma sp. dapat hidup pada sisa-sisa tunggul kelapa sawit. Kebun yang mempunyai sisa-sisa tunggul kelapa sawit akan cenderung mempunyai patogenitas yang tinggi. Tunggul berfungsi sebagai sumber inokulum

Ganoderma sp. yang potensial. Sumber inokulum seperti akar dan batang yang sakit juga berpotensi untuk menularkan penyakit BPB.

(20)

20 yang mempengaruhi perkembangan penyakit busuk pangkal batang antara lain

umur tanaman, jenis tanah, status hara, teknik penanaman, dan tanaman yang ditanam sebelum pembukaan lahan baru. Umur tanaman yang semakin dewasa akan membuat sistem perakarannya semakin panjang sehingga tingkat

(21)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Plastik dan Laboratorium Produksi Perkebunan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung mulai November 2010 sampai dengan Juli 2011.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan antara lain tiga jenis inokulan FMA yaitu Glomus sp., Entrophospora sp., dan campuran antara Glomus sp. dengan Entrophospora sp., ( Deskripsi FMA jenis Glomus sp. dan Entrophospora sp. dapat dilihat pada Tabel 1), benih berkecambah (germinated seed) kelapa sawit jenis Tenera (DxP) yang diperoleh dari PPKS Medan, badan buah (basidiokarp) Ganoderma sp. dan tanah yang terinfeksi oleh jamur Ganoderma sp., yang berasal dari perkebunan kelapa sawit Rejosari yang positif terserang penyakit busuk pangkal batang (BPB), pupuk Urea, pupuk Phonska, media pasir, bahan organik, air aquades, larutan thrypan blue, gliserol, larutan HCl, dan larutan KOH.

(22)

22 Tabel 1. Deskripsi fungi mikoriza arbuskular.

Uraian Jenis fungi mikoriza arbuskular

Entrophospora sp. Glomus sp. Ciri-ciri spora Warna : kuning

Ukuran : kecil

Asal Kebun jarak Jatim daerah Notonegoro

Kebun kelapa sawit Padang Sumatra Barat Media tanam Pasir sungai : Zeolit P-3 Pasir sungai : Zeolit P-3 Tanaman inang Jagung (Zea mays) Clotalaria juncea

Gambar spora dalam larutan Melzer

3.3 Metode Penelitian

(23)

23 diterapkan pada petak percobaan menurut rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS).

Setiap satuan percobaan diulang sebanyak 5 kali. Pengelompokan didasarkan pada arah cahaya matahari.. Tata letak percobaan tertera pada Gambar 1.

Data yang diperoleh diuji dengan uji Bartlett untuk menguji kehomogenan ragam antar perlakuan dan kemenambahan model diuji dengan uji Tukey. Bila kedua uji tersebut tidak nyata, data dianalisis ragam. Bila uji Bartlett nyata atau uji Tukey

nyata, data ditransformasi menggunakan √(x+0,5). Pemisahan nilai tengah

(24)

24

(25)

25 3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyemaian benih berkecambah kelapa sawit

Media yang digunakan pada saat persemaian yaitu top soil, pasir, dan bahan organik dengan perbandingan 4:2:1 yang sebelumnya disterilkan menggunakan autoclave dengan suhu 121 0C selama ± 1 jam sebanyak dua kali sterilisasi pada hari yang berbeda. Setelah steril, media dimasukkan ke dalam baby polybag ± 1,5 kg media/polybag. Benih kelapa sawit dikelompokkan berdasarkan ukuran

benihnya. Selanjutnya, benih tersebut disemai di dalam polybag dengan satu benih per polybag. Semaian dipelihara sampai bibit berumur satu bulan. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari.

3.4.2 Inokulasi FMA

Aplikasi FMA sesuai perlakuan dilakukan pada saat bibit berumur satu bulan. Bibit dengan hati-hati dikeluarkan dari polybag. Kemudian pada bagian tengah polybag yang sama dibuat lubang tanam, lalu pada lubang tersebut diletakkan inokulum mikoriza sebanyak 500 spora/polybag. Benih kelapa sawit ditanam dan lubang tanam selanjutnya ditutup dengan media hingga mencapai volume bahan tanam yang diinginkan (Gambar 2). Setelah selesai penanaman dan pelabelan sesuai dengan perlakuan, polybag-polybag disusun di dalam rumah plastik sesuai dengan tata letak percobaan. Bibit kelapa sawit tersebut dipelihara sampai

(26)

26

Bibit umur 1 bulan Polybag

FMA Media Gambar 2. Inokulasi FMA dan penanaman bibit kelapa sawit.

3.4.3 Pemberian perlakuan Ganoderma sp.

Untuk perlakuan Ganoderma sp. disiapkan sebanyak 20 polybag berisi tanah steril ( masing-masing berisi 5 kg tanah) dan 20 polybag berisi tanah tidak steril

(terinfeksi Ganoderma sp.) yang berasal dari daerah perkebunan kelapa sawit PTPN VII Rejosari, Natar. Media tanah yang tidak steril dicampur dengan potongan-potongan basidiokarp Ganoderma sp. secara merata, kemudian media tanah steril dan tidak steril dimasukkan ke dalam polybag. Pada bagian tengah polybag yang telah berisi media tanam tersebut dibuat lubang tanam. Kemudian, bibit kelapa sawit yang telah berumur 3 bulan dilepaskan polybagnya dengan hati-hati ditanam dalam lubang tanam pada masing-masing polybag sesuai dengan perlakuan. Lubang tanam selanjutnya ditutup dengan media hingga mencapai volume bahan tanam yang diinginkan.

3.4.4 Perawatan tanaman setelah tanaman berumur 3 bulan

(27)

27 Tabel 2. Standar pemupukan bibit kelapa sawit pada pembibitan utama.

Umur (minggu) Dosis pupuk NPK 15:15:15 (g/polybag)

Penelitian diakhiri setelah bibit berumur 8 bulan (5 bulan setelah perlakuan Ganoderma sp.). Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis, pada akhir penelitian dilakukan pengamatan terhadap peubah-peubah sebagai berikut:

1. Tinggi tanaman (cm). Tinggi bibit kelapa sawit diukur dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang.

2. Jumlah daun (helai). Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna.

3. Bobot basah tajuk (g). Media dibongkar kemudian tajuk bibit dipisahkan dari media dan dibersihkan lalu ditimbang.

4. Bobot kering tajuk (g). Menimbang tajuk bibit kelapa sawit yang sudah dioven pada suhu 700 C selama 48 jam atau sampai bobotnya konstan. 5. Bobot basah akar (g). Akar bibit kelapa sawit dipisahkan dari tajuknya

kemudian ditimbang.

6. Bobot kering akar (g). Akar dioven pada suhu 70 0 C sampai bobotnya konstan, lalu ditimbang.

7. Volume akar (ml). Akar dipisahkan dengan tajuk kemudian akar

(28)

28 antara volume akhir dengan volume awal kemudian dicatat sebagai volume akar.

8. Persen infeksi FMA pada akar bibit kelapa sawit (%). Pengamatan

dilakukan setelah dilakukan pengambilan data panen. Pengamatan terhadap terjadinya infeksi FMA dilakukan sebagai berikut: Sampel akar diambil sebanyak 20 helai (akar sekunder) dari setiap tanaman, kemudian dicuci sampai bersih dan dimasukkan ke dalam botol film. Botol yang telah berisi sampel akar diisi dengan larutan KOH 10% sampai seluruh sampel akar terendam dan dikukus dalam waterbath dengan suhu 80 °C selama 15 menit untuk membersihkan sel dari sitoplasma. Setelah itu larutan KOH dibuang, dan akar dicuci dengan air yang mengalir, kemudian sampel akar direndam kembali dengan larutan HCL 1% dan dikukus lagi dalam waterbath dengan suhu 80 °C selama 10 menit. Selanjutnya, larutan HCL dibuang dan akar diwarnai dengan cara merendamnya dalam larutan Trypan Blue 0,05% (0,5 gram Trypan blue dalam 450 ml glycerol + 50 ml HCL 1% + 500 ml

(29)

29

9. Penghitungan persentase infeksi Ganoderma sp. pada bibit kelapa sawit (%). Pengamatan dilakukan setelah panen pengambilan data. Pengamatan

terhadap terjadinya infeksi Ganoderma sp. dilakukan sebagai berikut: Akar dibersihkan dari tanah menggunakan air agar terlihat warna yang jelas pada akar. Pengamatan dilihat dari nekrosis yang terdapat pada setiap akar primer. Nekrosis merupakan matinya organ atau jaringan tanaman akibat patogen yang ditandai dengan adanya warna coklat atau busuk pada akar atau daun. Pengamatan dilakukan secara makroskopik. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase infeksi akar oleh Ganoderma sp. adalah sebagai berikut:

Σ pengamatan yang positif terinfeksi

Infeksi akar (%) = ___________________________________________ x 100% Total pengamatan

Σ akar primer yang terinfeksi/nekrosis

(30)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kedua jenis FMA dan kombinasinya menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata dalam meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit. 2. Inokulum Ganoderma sp. dalam media tanam belum mampu menghambat

pertumbuhan bibit kelapa sawit karena tidak terjadi infeksi pada akar bibit kelapa sawit.

3. Tidak dapat diketahui jenis FMA yang dapat menghambat perkembangan Ganoderma sp. karena tanaman tidak terinfeksi oleh Ganoderma sp.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebaiknya semua media tanam yang digunakan berupa tanah yang sudah disterilisasi dan Ganoderma sp.

(31)

PENGARUH JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

YANG DITANAM PADA MEDIA YANG TERINFEKSI DAN TIDAK TERINFEKSI Ganoderma sp.

(Skripsi)

Oleh

SYAIFUDIN NUR HASAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(32)

ABSTRAK

PENGARUH JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

YANG DITANAM PADA MEDIA YANG TERINFEKSI DAN TIDAK TERINFEKSI Ganoderma sp.

Oleh

SYAIFUDIN N.H.1), KUSWANTA F.H.2),MARIA V.R.3)

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh fungi Ganoderma sp. dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Oleh karena itu, pada fase pembibitan kelapa sawit diaplikasikan fungi mikoriza arbuskular untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit dan menghambat infeksi penyakit BPB.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendapatkan jenis FMA yang paling sesuai untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit, (2) mengetahui apakah Ganoderma sp. yang terdapat dalam media tanah mampu menginfeksi akar kelapa sawit dan menghambat

pertumbuhan bibit kelapa sawit, dan (3) mendapatkan jenis FMA yangpaling sesuai untuk meningkatkan ketahanan bibit kelapa sawit terhadap serangan Ganoderma sp..

(33)

Syaifudin Nur Hasan

2011. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan perlakuan faktorial (4x2) dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah jenis FMA yaitu tanpa FMA (m0), Glomus sp. (m1), Entrophospora sp. (m2) dan campuran Glomus sp. dengan Entrophospora sp. (m3). Faktor kedua adalah Ganoderma sp. yaitu g0 (tanah steril) dan g1 (tanah terinfeksi Ganoderma sp.). Setiap satuan percobaan diterapkan pada petak percobaan menurut rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS). Pengelompokkan didasarkan pada arah cahaya matahari. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett, kemenambahan data diuji dengan uji Tukey, kemudian data dianalisis ragam. Bila uji Bartlett nyata

atau uji Tukey nyata, data ditransformasi menggunakan √(x+0,5). Pemisahan nilai

tengah dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kedua jenis FMA dan kombinasinya menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata dalam meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit, (2) inokulum Ganoderma sp. dalam media tanam tidak

(34)

PENGARUH JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

YANG DITANAM PADA MEDIA YANG TERINFEKSI DAN TIDAK TERINFEKSI Ganoderma sp.

Oleh

SYAIFUDIN NUR HASAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(35)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P.

Sekretaris : Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc.

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Titik Nur Aeny, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

(36)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Utamajaya, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung pada tanggal 21 November 1988, dan merupakan anak ke satu dari empat bersaudara dari Ayahanda Suwarno dan Ibunda Siti Erlini Wati. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negri (SDN) 2 Utamajaya dan selesai pada tahun 2000. Pendidikan lanjutan diselesaikan pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTPN) 1 Seputih Mataram, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMAN) 1 Seputih Mataram dan berhasil lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama (2006) penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung Program Studi Agronomi melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(37)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian serta menyusun skripsi ini.

Dengan kerendahan hati penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis:

1. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku Pembimbing Pertama, Ketua Tim Penguji atas kesempatan, saran, kesabaran, dan waktu yang sangat berharga dalam membimbing penulis selama penelitian hingga

penyelesaian skripsi.

2. Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua, Sekertaris Tim Penguji atas saran, waktu, bantuan, dan kesabaran dalam

membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi. 3. Ir. Titik Nur Aeny, M.Sc., selaku Penguji Bukan Pembimbing yang telah

memberikan saran, pengarahan, semangat, dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi.

(38)

iii 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. selaku Ketua Jurusan

Budidaya Pertanian Unila atas saran, koreksi, dan persetujuan pencetakan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Unila yang telah mensahkan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Jurusan Budidaya Pertanian yang telah berbagi

pengetahuan, pengalaman yang berharga, serta pembentukan pola pikir ke arah yang lebih baik selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

8. Ayahanda Suwarno, Ibunda Siti Erlini Wati, Fikri Fathurrahman Aziz, Fadilah Sayidatul Tahiyati, Fiil Musfirotul Wasi’i dan seluruh keluarga besarku yang telah memberikan doa yang tiada henti, kasih sayang, pengertian, motivasi dan atas segalanya yang telah diberikan untuk keberhasilan penulis selama melaksanakan studi hingga penyelesaian skripsi ini.

9. Om Hendri Faizal Riza atas bimbingan, dukungan, dan motivasi yang diberikan kepada penulis hingga penyelesaian skripsi ini.

(39)

iv 11.Jeng Tri, Mbak Vida, Mbak Anggun, Bang Gery, Ifah, Gustiawan, Saipul

Anam, Onix, Defki, Marcel, Yayah, Heru, Linggar, Ketut, Dayat, Ratih, Ambar, Sinta, dan teman-teman di Lab. Mikoriza atas kebersamaan, bantuan, saran, dan motivasi kepada penulis.

12.Adi Cahyadi, Sigit Wahyudi, Diki Susanto, Adit, Krisna, Ramadian, Ari, Valim, Dedek, Fezny Heryani, dan Bang Adit “fajar.com” atas perhatian dan motivasinya selama penulis menjalankan penelitian.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta memberikan informasi yang berguna, Amiin.

Bandar Lampung, Penulis,

(40)
(41)

vi

4.1.4 Infeksi FMA dan Infeksi Ganoderma sp. ... 34

4.2 Pembahasan ... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

(42)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak percobaan di rumah plastik ... 24

2. Inokulasi FMA dan penanaman benih kecambah kelapa sawit ... 26 3. Bibit kelapa sawit dengan perlakuan FMA, m0 (kontrol), m1 (Glomus sp.),

m2 (Entrophospora sp.), m3 (kombinasi Glomus sp. dan Entrophospora sp.), dan Ganoderma sp. (g0 : tanpa Ganoderma sp., g1 :aplikasi

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Adventorial. 2010. Membangun kebun kelapa sawit.

http://membangunkebunkelapasawit.webs.com/adventorial. htm. Diakses pada tanggal 10 Maret 2010.

Anas, I. 1997. Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB.

Anas, I., T. Yulianti, dan J.Heinzimann. 1999. Inokulasi Ganda Rhizobium dengan Fungi Mikoriza Arbuskular pada tanaman Bengkuang. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 2 (2), 18-22.

Antakowisena. 2011. Penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit.

http://www.antakowisena.com/artikel/penyakit-busuk-pangkal-batang-kelapa-sawit.html. Diakses pada tanggal 23 Desember 2011.

Bastaman, S. 2011.

Mengenal pathogen ganoderma pada kelapa sawit - volume 1. http://palmoil-plantation-consultant.webs.com/. Diakses pada tanggal 29 Desember 2011.

Cruz AF, Horii S, Ochiai A, Yasuda A, Ishii A. 2008. Isolation and analysis of bacteria associated with spores of Gigaspora margarita. J Appl Microbiol104:1711-1717.

Daniels, B.A. dan J.M. Trappe. 1980. Factors affecting sporegermination of vesicular-arbuscular mycorrhizal fungus, Glomus epigaeus. Mycologi. 72 :457-463.

Gemayel, E. L. 2008. Studi pengaruh pemberian mikoriza vesikuler arbuskular (mva) terhadap beberapa varietas kacang hijau (Phaseolus radiates L.) pada media sub optimum. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Hadian, D. B. 2010. Endomikoriza. http://raden-bondan.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 20 Desember 2011.

(44)

43 Haryani, N. Yuke. 2000. Pengaruh inokulasi dua species fungi mikoriza

arbuskular dan pemupukan fosfor terhadap pertumbuhan dan serapan fosfor terhadap pertumbuhan dan serapan fosfor tajuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pembibitan. IPB. Bogor.

Hetrick BAD. 1984. Ecology of VAM fungi. in Powel CL, Bagyaraj DJ. VA Mycorhiza. CRG Press Inc, Florida.

Imas, T., R.S. Hadioetomo, A.W. Gunawan dan Y. Setiadi, 1989. Mikrobiologi Tanah II. Depdikbud Ditjen Dikti, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB.

Irawati, A. 1999. Pengaruh Inokulasi MVA terhadap produksi jagung yang telah mengalami kekeringan sesaat pada fase vegetative dan generative. Jurnal Tanah Tropika. 9:1-6.

Koide, R. T., dan R. P. Schreiner. 1992. Regulation of the Vesicular-Arbuscular mycorrhizal symbiosis. Annu. Rev. Plant Physiol. Plant Mol. Biol. 43: 557-581.

Lozano, J.M.R. and R. Azcon. 2000. Symbiotic efficiency and effectivity of an autochthonous arbuscular mycorrhizal Glomus sp. from saline soils and Glomus deserticola under salinity. Mycorrhiza 10(3) : 137-143.

Niswati, A., S.G. Nugroho, M. Utomo dan Suryadi. 1996. Pemanfaatan mikoriza vesikular arbuskular untuk mengatasi pertumbuhan jagung akibat cekaman kekeringan. Junal Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. No.3 Lampung.

Novriani dan Madjid. 2009. Dasar-dasar ilmu tanah, prospek pupuk hayati mikoriza. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2009/05/prospek-pupuk-hayati-mikoriza.html. Diakses pada tanggal 23 Desember 2011.

Nugroho S. G. 1990. Tanggapan Tanaman Jagung Hibrida Pioneer terhadap Inokulasi MVA dan Pemupukan P pada TanahUultisol Rangkas Bitung Banten. Laporan Penelitian. Kerjasama AARP-Dikti.Jakarta. 54 hlm.

Nuhamara, S.T. 1994. Peranan Mikoriza untuk Reklamasi Lahan Kritis. Program Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza. Peraturan Pemerintah No. 18. 1999.

Perrin, R. 1990. Interactions between mycorrhizae and deseases caused by soil-born fungi. Soil Use Manag. 6, 189-195.

(45)

44 Rini, M. V. 2001. Effect of arbuscular mychoriza on oil palm seedling growth

and development of basal stem root disease caused by Ganoderma boninense. Disertasi. Universiti Putra Malaysia, Malaysia.

Risanda, D. 2008. Pengembangan teknik inokulasi buatan Ganoderma boninense pat. pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Semangun. 2004. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Suhardi. 1988. Mikoriza Vesikular Arbuskular. Pedoman Kuliah Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi.Universitas Gadjah Mada. PAU-Bioteknologi UGM. 178 hlm.

Sulistyono, E., M.H. Bintoro Djofrie, Heningtyas. 1999. Pengaruh inokulasi cendawan mikoriza arbuskular dan berbagai taraf pupuk terhadap kadar P daun dan kualitas bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pembibitan pendahuluan. Bul. Argon. 27(2) :1-7

Talanca, H. dan A.M. Adnan. 2005. Mikoriza dan Manfaatnya pada Tanaman.

Prosiding seminar ilmiah dan pertemuan tahunan PBI dan PFI XVI Komda Su-lsel 2005 ISBN : 979-95025-6-7. Balai Tanaman Serealia.

Warintek. 2010. Budidaya kacang tanah.

http://migroplus.com/brosur/Budidayakacangtanah.pdf. Diakses pada tanggal 23 Desember 2011.

Widiastuti H., N. Sukarno, L. K. Darusman, D.H. Goenadi, S. Smith, dan E Guhardja. 2005. Penggunaan spora cendawan mikoriza arbuskula sebagai inokulum untuk meningkatkan pertumbuhan dan serapan hara bibit kelapa sawit. Menara Perkebunan. 73(1): 26-34.

Yunike, N. 1999. Pengaruh inokulasi dua species fungi mikoriza arbuskular dan pemupukan fosfor terhadap pertumbuhan dan serapan fosfor tajuk bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Skripsi. IPB. Bogor.

(46)

Puji syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana ini untuk Ayahanda Suwarno dan Ibunda Tercinta Siti Erlini Wati, Adinda Fikri

Fathurrahman Aziz, Fadilah Sayidatul Tahiyati, Fiil Musfirotul Wasi’I,

yang selalu melimpahkan kasih dan sayang yang tiada henti, serta kesabaran menanti keberhasilanku. Semoga karya sederhana ini

(47)

Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum, bila kaum itu tidak berusaha merubah nasibnya sendiri.

(Q.S =13:11 )

Jalanilah hidup ini seperti air yang mengalir, mengikuti arus kemana tertuju (My Parents)

Jangan patah semangat walau apapun yg terjadi, jika kita menyerah maka habislah sudah

Gambar

Gambar spora
Gambar 1.  Tata letak percobaan di rumah kaca.
Gambar 2.   Inokulasi FMA dan penanaman bibit kelapa sawit.
Tabel 2.   Standar pemupukan bibit kelapa sawit pada pembibitan utama.

Referensi

Dokumen terkait

Tesis Pondok pesantren dan perubahan ..... ADLN -

Dari hasil penelitian dalam bentuk hasil kuisioner diperoleh persepsi responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendapatan,

Pada proses validasi yang dilakukan oleh peneliti, baik validasi kepada ahli materi, ahli media dan ahli desain, peneliti mendapatkan penilain dari ahli materi,

model direct instruction berbantuan animasi energy2d , siswa dapat mengganti konsepsi awal yang salah menjadi konsepsi yang benar dengan bantuan animasi

Penawaran publik sekuritas yang dibuat di Amerika Serikat akan dilakukan melalui prospektus yang diperoleh dari Perusahaan dan berisi keterangan rinci mengenai

Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini dirancang sebuah sistem informasi yang diberi nama GLoSha ( Grouping Location Sharing ) yang dapat membantu

Desain Sistem Prototype Akuarium yang dibuat pada penelitian ini dirancang dengan menggunakan sensor pH untuk mengetahui kualitas air serta sensor hcsr yang mengukur

Antara yang jelas dapat diperhatikan adalah amalan-amalan berikut yang kini mula menjadi norma dalam kalangan masyarakat Islam di Malaysia iaitu, amalan menyalakan api