• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PASAL 5 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK MENGENAI PEMBERLAKUAN DOKUMEN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI SAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PASAL 5 UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK MENGENAI PEMBERLAKUAN DOKUMEN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI SAH"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

I. Pendahuluan: Latar Belakang dan Permasalahan

Bagian pendahuluan tesis ini membahas latar belakang pentingnya implementasi Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dalam konteks hukum di Indonesia. Latar belakang ini menekankan pada perkembangan pesat teknologi informasi dan meningkatnya kejahatan siber (cybercrime), yang menuntut adaptasi hukum untuk menangani bukti digital. Permasalahan utama yang diangkat adalah bagaimana implementasi pasal 5 UU ITE mengenai pemberlakuan dokumen elektronik sebagai alat bukti sah dan kekuatan hukum alat bukti elektronik tersebut di Indonesia, khususnya dalam konteks penegakan hukum. Penelitian ini relevan secara akademis karena mengkaji bagaimana hukum beradaptasi terhadap teknologi dan implikasinya terhadap proses peradilan. Secara pedagogis, topik ini dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana hukum merespon perubahan sosial dan teknologi, memperkaya pemahaman mahasiswa tentang dinamika antara hukum, teknologi, dan masyarakat.

II. Tinjauan Pustaka: Kerangka Teoritis dan Konseptual

Bagian ini menjabarkan kerangka teoritis dan konseptual yang digunakan dalam penelitian. Tesis ini membahas berbagai teori hukum dan konsep terkait, termasuk sistem pembuktian dalam hukum acara pidana Indonesia (KUHAP), definisi informasi dan dokumen elektronik menurut UU ITE, serta tantangan pembuktian di era digital. Penelitian ini menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan yang relevan, mencakup KUHAP, KUHPer, dan UU ITE. Nilai akademisnya terletak pada pemahaman komprehensif tentang kerangka hukum yang mengatur bukti elektronik dan bagaimana teori-teori hukum diterapkan dalam konteks ini. Secara pedagogis, tinjauan pustaka ini memberikan landasan teoritis yang kuat bagi mahasiswa untuk menganalisis masalah hukum yang kompleks dalam konteks teknologi informasi.

III. Metode Penelitian: Pendekatan dan Teknik Analisis

Bagian metode penelitian menjelaskan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer (wawancara dengan penyidik dan dosen hukum) dan data sekunder (studi kepustakaan). Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan metode induktif. Relevansi akademisnya terletak pada penggunaan metode penelitian yang tepat untuk menjawab permasalahan yang diajukan. Secara pedagogis, bagian ini mengajarkan mahasiswa bagaimana merancang dan melakukan penelitian hukum yang komprehensif dan metodologis, menekankan pentingnya triangulasi data untuk meningkatkan validitas temuan penelitian.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan: Implementasi Pasal 5 UU ITE

Bagian ini menyajikan hasil penelitian mengenai implementasi Pasal 5 UU ITE dalam praktik. Pembahasan menganalisis kekuatan hukum bukti elektronik dan tantangan implementasinya di lapangan. Tesis ini menelaah bagaimana pasal tersebut telah (atau belum) efektif dalam memperkuat sistem pembuktian, serta hambatan yang dihadapi dalam penerapannya. Nilai akademis terletak pada analisis empiris atas implementasi kebijakan hukum yang relevan dalam dunia nyata. Secara pedagogis, bagian ini menunjukkan kepada mahasiswa bagaimana teori-teori hukum diuji dan diaplikasikan dalam realitas sosial, dan menunjukkan pentingnya analisis kritis terhadap kebijakan hukum.

V. Kesimpulan dan Saran: Implikasi dan Rekomendasi

Bagian kesimpulan merangkum temuan utama penelitian dan memberikan penilaian kritis terhadap implementasi Pasal 5 UU ITE. Saran-saran yang diberikan meliputi usulan perbaikan regulasi atau kebijakan yang relevan untuk meningkatkan efektivitas penerapan UU ITE dalam konteks bukti elektronik. Nilai akademisnya terletak pada kontribusi penelitian dalam memberikan rekomendasi kebijakan yang berbasis bukti empiris. Secara pedagogis, bagian ini mendemonstrasikan kepada mahasiswa bagaimana penelitian hukum dapat berkontribusi terhadap penyelesaian masalah hukum dan pengembangan kebijakan publik yang lebih baik. Bagian ini juga dapat digunakan sebagai bahan diskusi untuk membahas implikasi etika dan hukum dalam penggunaan teknologi informasi.

Referensi

Dokumen terkait

Alat bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah dan diakui keberadaannya diatur dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) UU ITE. Alat bukti tersebut merupakan perluasan dari alat bukti

23 Teori hukum lex specialis derogat lex generalis juga menjadi acuan hakim dalam mengakui alat-alat bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah, yaitu undang- undang

elektronik sebagai alat bukti yang sah dalam perkara pidana umum... pembuktian dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

b. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik secara tegas, telah menyebutkan bahwa dokumen elektronik adalah sah atau dapat digunakan sebagai alat bukti

service sebagai alat bukti Elektronik dapat dikategorikan sebagai alat bukti surat dan/atau alat bukti petunjuk, Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, bahwa bukti elektronik dalam hukum acara pidana berstatus sebagai alat bukti yang berdiri sendiri dan alat bukti yang tidak berdiri sendiri

Dokumen elektronik dapat dikategorikan sebagai alat bukti tertulis yang sah berupa akta di bawah tangan, sehingga memiliki kekuatan hukum yang sama dengan dokumen yang tertulis

Alat bukti yang sah dalam pemeriksaan perkara tindak pidana teknologi informasi dalam penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan yaitu alat bukti