ABSTRAK
PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn DI KELAS XI
SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR
Oleh
Gita Faolina S.
Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan persepsi peserta didik terhadap gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar kemudian memberikan solusi kepada guru, kepala sekolah dan orang tua khususnya peserta didik di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan subjek penelitian peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. Sampel penelitian sebanyak 60 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data menggunakan teknik presentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam indikator perilaku peserta didik berpersepsi tidak setuju sama sekali, ditunjukkan dengan presentase sebesar 10%. Sebesar 43,3% responden setuju dan 46,7% responden berpersepsi kurang setuju karena tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Kemudian dalam indikator cara berpenampilan sebanyak 46,7% responden berpersepsi kurang setuju, bahkan 30% responden berpersepsi tidak setuju dan hanya 23,3% responden setuju. Selain itu, dalam indikator pola komunikasi sebanyak 55% responden berpersepsi kurang setuju, bahkan 33,3% responden berpersepsi tidak setuju dan hanya 11,67% responden yang berpersepsi setuju. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa responden kurang setuju dengan gaya hidup hedonisme yang berkembang karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti perilaku, cara berpenampilan, serta pola komunikasi yang bertentangan dengan peraturan sekolah serta budaya Bangsa Indonesia.
PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn DI KELAS XI
SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR
Oleh
GITA FAOLINA S. Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn DI KELAS XI
SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR
(Skripsi)
Oleh
GITA FAOLINA S.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah... 9
D. Rumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Kegunaan Penelitian ... 10
a. Kegunaan Teoritis ... 10
1. Tinjauan Mengenai Persepsi ... 13
2. Tinjauan Mengenai Gaya Hidup Hedonisme ... 16
d. Upaya untuk Mengatasi Dampak dari Perkembangan
Gaya Hidup Hedonisme ... 22
3. Tinjauan Mengenai Proses Pembelajaran PKn ... 22
a. Definisi Proses Pembelajaran ... 22
b. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 24
c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 27
d. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 29
e. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 31
f. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 32
g. Substansi Kajian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 33
4. Tinjauan Mengenai Motivasi Belajar ... 34
a. Definisi Motivasi Belajar ... 34
b. Fungsi Motivasi Belajar ... 37
c. Macam-Macam Motivasi Belajar ... 38
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 39
5. Tinjauan Mengenai Hasil Belajar ... 42
a. Definisi Hasil Belajar ... 42
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 43
c. Ciri-Ciri Hasil Belajar yang Baik ... 43
6. Tinjauan Mengenai Kedisiplinan ... 44
a. Definisi Kedisiplinan ... 44
b. Fungsi Kedisiplinan di Sekolah ... 45
c. Unsur-Unsur Kedisiplinan ... 49
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan ... 50
e. Cara Penanggulangan Masalah Kedisiplinan ... 52
B. Kerangka Pikir ... 53
C. Variabel Penelitian ... 59
D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 60
1. Definisi Konseptual ... 60
2. Definisi Operasional ... 61
E. Pengukuran Variabel ... 62
F. Teknik Pengumpulan Data ... 62
1. Teknik Pokok ... 62
2. Teknik Penunjang... 63
G. Uji Persyaratan Instrumen ... 63
1. Uji Validitas ... 63
2. Uji Reliabilitas ... 63
2. Penelitian Pendahuluan ... 67
3. Pelaksanaan Penelitian ... 68
a. Pengajuan Rencana Penelitian ... 68
b. Persiapan Administrasi ... 69
c. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 69
d. Penelitian Lapangan ... 69
B. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 70
1. Analisis Validitas Angket... 70
2. Analisis Reliabilitas Angket ... 70
C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 75
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Terbanggi Besar... 75
2. Situasi dan Kondisi Sekolah ... 79
3. Keadaan Sekolah ... 79
D. Deskripsi Data ... 87
1. Pengumpulan Data ... 87
2. Penyajian Data... 87
E. Pembahasan... 115
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 136
B. Saran ... 137
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Populasi Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1
Terbanggi Besar ... 58
2. Jumlah Penyajian Sampel pada Masing-masing Kelas XI di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar ... 59
3. Hasil Uji Coba Angket kepada Sepuluh Orang Responden di Luar Sampel untuk Item Ganjil (X) ... 71
4. Hasil Uji Coba Angket kepada Sepuluh Orang Responden di Luar Sampel untuk Item Genap (Y) ... 72
5. Distribusi Antara Item Ganjil (X) dengan Item Genap (Y) Mengenai Persepsi Peserta Didik terhadap Gaya Hidup Hedonisme pada Proses pembelajaran PKn di Kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar ... 73
6. Distribusi Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Terbanggi Besar ... 81
7. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Perilaku ... 88
8. Distribusi Frekuensi Indikator Perilaku ... 90
9. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Cara Berpenampilan ... 93
10. Distribusi Frekuensi Indikator Cara Berpenampilan... 95
11. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Pola Komunikasi ... 97
12. Distribusi Frekuensi Indikator Pola Komunikasi ... 100
13. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Motivasi Belajar ... 102
14. Distribusi Frekuensi Indikator Motivasi Belajar ... 104
SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR Nama Mahasiswa : Gita Faolina S.
No. Pokok Mahasiswa : 0913032043
Jurusan : Pendidikan IPS
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Berchah Pitoewas, M.H. Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. NIP 19611214 199303 1 001 NIP 19820727 200604 1 002
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn
Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Berchah Pitoewas, M.H. ……….
Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. ………..
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si. ………..
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
PERSEMBAHAN
Dengan berlandaskan haturan syukur kepada ALLAH SWT, kupersembahkan
karya kecil ini sebagai tanda bukti dan cinta kasih kepada:
“Kedua orang tuaku,
mama dan papa tercinta yang selalu menjadi penyemangat
dalam
hidupku, kesabaran dan doa dalam setiap sujudmu untuk
menanti keberhasilanku serta harapan disetiap tetesan
k
eringatmu demi keberhasilanku”
“Adik
-adikku serta saudara-saudaraku tersayang, yang dengan kasihnya selalu
mendukung dan mendo
akanku”
“Teman
-teman PPKN 2009 yang selalu memberikan semangat dan mendoakan
keberhasilanku”
Serta
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Gita Faolina Setiawati, dilahirkan di Bandarjaya Kecamatan
Terbanggi Besar, pada 31 Mei 1991 yang merupakan putri pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Sumarno dan Ibu Siti Hotijah.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:
1. Taman Kanak-Kanak Swasembada diselesaikan pada tahun 1997.
2. Sekolah Dasar Negeri 5 Bandarjaya yang diselesaikan pada tahun 2003.
3. SMP Negeri 3 Terbanggi Besar yang diselesaikan pada tahun 2006.
4. SMA Negeri 1 Seputih Agung yang diselesaikan pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
SANWACANA
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Persepsi Peserta Didik terhadap Gaya Hidup Hedonisme pada Proses Pembelajaran PKn di Kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang
baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas
dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari Bapak Drs. Berchah Pitoewas,
M.H. selaku pembimbing akademik (PA) dan sebagai pembimbing I, yang telah
memberikan motivasi dan bimbingannya dalam membantu penyusunan skripsi.
Dan juga Bapak Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. selaku pembimbing II, terimakasih
atas kesediaannya dalam membimbing dan memberikan motivasi dalam
2. Bapak Dr. Thoha B.S Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung serta selaku Pembahas
I, terimakasih atas masukan, saran, dan kritikannya pada penulis.
7. Bapak M. Mona Adha, S.Pd, M.Pd. selaku Pembahas II, terimakasih atas
masukan, saran, dan kritikannya pada penulis.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.
10. Ibu Dra. EB. Ambarwati, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 1 Terbanggi
Besar yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang
penulis.
12. Siswa SMA Negeri 1 Terbanggi Besar yang telah membantu penulis dalam
mengadakan penelitian.
13. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Sumarno dan Ibu Siti
Hotijah, Destika Maulidiawati, Aditya Agung Saputra, G.A. Oka Dwipayana,
serta keluarga besarku atas semua kasih sayang, cinta, nasehat, dukungan
dan doa tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi penulis.
14. Sahabatku dalam suka dan duka Eta, Emul, Nisa, dan Vera yang selalu
memberikan motivasi, suntikan semangat, penghibur dikala sedih dan
gundah, terimakasih untuk semuanya semoga kelak cita-cita kita semua
tercapai.
15. Sahabat-sahabat terbaikku di PPKn 2009 Vivi, Ayu, Lady, Vina, Ranti, Vika,
Evi, Citra, Meirindi, Nyi Ayu, Heni Lestia, Yunia, Ajeng, Barla, Yuni, Resti,
Irene, Lida, Ketut, Roma, Adit, Tri, Mae, Novita, Umi, Rina, Menik dan
semua teman-teman PPKn 2009 yang tidak bisa disebutkan satu persatu
semoga kebersamaan kita ini akan tetap selalu ada, walaupun kadang-kadang
ada kesalahpahaman diantara kita namun kebersamaan dan kenangan tidak
akan terlupakan.
16. Teman-teman seperjuangan KKN, PPL SMP N 2 Way Jepara Tahun 2012
Dea, Lailda, Dwi, Ceci, Widy, dan Christian terimakasih atas
kebersamaannya dalam perjuangan kita. Desa Sriwangi Kabupaten Lampung
18. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i serta teman-teman berikan
akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan
baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa
yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Mei 2013
Penulis,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:
Nama : Gita Faolina S.
NPM : 0913032043
Prodi/ Jurusan : PPKn/ Pendidikan IPS
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Mei 2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi
saat ini. Kemajuan teknologi komunikasi ditandai dengan semakin luasnya
jaringan televisi, internet, maupun radio serta diciptakannya alat komunikasi lain
seperti telepon, handphone, dan smartphone. Diciptakannya berbagai macam
alat-alat komunikasi ini menyebabkan informasi dari berbagai daerah bahkan dari
berbagai negara dengan nilai budaya yang berbeda-beda dapat diterima dengan
sangat mudah oleh masyarakat Indonesia. Tidak terkecuali para remaja,
khususnya para pelajar yang masih duduk di bangku SMA.
Kemajuan teknologi komunikasi ini membawa dampak yang positif dalam
kehidupan manusia, misalnya kita bisa menjadi lebih cepat mendapatkan
informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui
berbagai media massa seperti televisi, radio, serta internet. Kita juga dapat
berkomunikasi dengan teman maupun keluarga yang jaraknya sangat jauh hanya
dengan melalui telepon atau handphone serta melalui berbagai jejaring sosial
melalui jaringan internet seperti facebook, twitter, YM, skype, dan lain-lain.
dapat berbelanja secara online melalui internet sehingga masyarakat yang
memiliki kesibukan yang cukup tinggi tetap dapat memenuhi kebutuhannya tanpa
harus berbelanja langsung ke pusat perbelanjaan ataupun pasar, dan kita juga bisa
mendapatkan layanan perbankan dengan sangat mudah misalnya dengan melalui
SMS Banking.
Selain membawa dampak yang positif, kemajuan teknologi komunikasi ini juga
membawa dampak yang negatif, misalnya yaitu munculnya oknum-oknum yang
melakukan penipuan melalui media internet, telepon, maupun melalui sms.
Dampak negatif yang lain dari kemajuan teknologi komunikasi ini juga yaitu
dengan semakin mudahnya berbelanja secara online melaui internet, maka dapat
meningkatkan perilaku konsumsi masyarakat yang menimbulkan sifat boros dan
berkembangnya gaya hidup hedonisme, munculnya budaya plagiarisme dimana
dengan mudahnya informasi yang ada itu dicetak ulang tanpa izin dari penulisnya
atau yang memberi informasi serta tanpa menuliskan sumbernya atau yang biasa
disebut dengan copy paste. Selain itu juga, adanya situs-situs pornografi atau
konten-konten untuk usia dewasa. Hal ini memang tidak menjadi masalah apabila
dipandang dari segi usia dewasa. Namun yang menjadi sisi negatifnya yaitu situs
pornografi atau konten dewasa ini dapat dengan mudahnya diakses juga oleh
anak-anak maupun remaja yang masih dibawah umur. Dengan kemajuan
teknologi komunikasi seperti saat ini, para peserta didik juga dapat dengan sangat
mudah mengakses berbagai macam berita dan informasi terbaru dari berbagai
belahan dunia kapanpun dan di manapun mereka berada dengan waktu yang
sangat singkat melalui handphone yang mereka miliki, di mana handphone
sifatnya tidak mendidik, sarat akan makna edukasi, dan tidak sesuai dengan nilai
serta norma yang berlaku di Indonesia.
Media massa menyuguhkan beberapa macam informasi seperti berita tentang
politik, sosial, ekonomi, budaya, gaya hidup, dan lain sebagainya melalui berbagai
sarana seperti televisi, radio, internet, majalah, ataupun koran. Selain itu juga
penawaran iklan di berbagai media massa mengenai berbagai produk secara sadar
maupun tidak telah membius masyarakat termasuk para remaja yang masih duduk
di bangku SMA. Kaum remaja yang masih diliputi jiwa yang labil menjadi
sasaran utama para produsen produk-produk terkenal seperti melalui berbagai
macam iklan yang dikemas sedemikian mungkin agar dapat menarik konsumen
sebanyak-banyaknya. Tidak jarang juga iklan-iklan itu dibuat dengan tampilan
yang berlebihan agar terkesan lebih menarik. Maka tidaklah mengherankan
apabila perilaku atau gaya hidup hedonisme dapat berkembang pesat di kalangan
masyarakat Indonesia, bahkan pelajar yang masih duduk di bangku SMA
khususnya peserta didik di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar.
Gaya hidup hedonisme merupakan suatu pola hidup yang aktivitasnya hanya
untuk mencari kesenangan dan kenikmatan materi. Bagi mereka yang menganut
gaya hidup hedonisme ini, bersenang-senang dan hura-hura merupakan kegiatan
utama dalam hidup mereka. Gaya hidup hedonisme ini juga merupakan gaya
hidup yang dicontoh oleh masyarakat termasuk pelajar melalui media massa baik
media cetak maupun elektronik yang menyuguhkan iklan-iklan seputar make up,
parfum, aksesoris, sepatu, tas, dan pakaian. Tayangan-tayangan di televisi seperti
sinetron dan infotaiment juga mempengaruhi perkembangan gaya hidup
digandrungi oleh para remaja khususnya pelajar di SMA Negeri 1 Terbanggi
Besar, dimana tayangan tersebut mengusung tema-tema percintaan, glamor, dan
hura-hura. Maka tentu saja tidaklah mengherankan apabila hal ini menjadi faktor
yang cukup berpengaruh dalam mendorong para peserta didik ini untuk ikut
bergaya hidup hedonisme. Mereka terinspirasi untuk meniru perilaku dan gaya
hidup para artis atau model tersebut. Baik itu dari segi berpakaian, berdandan,
potongan rambut, bahkan cara berbicaranya. Perkembangan gaya hidup
hedonisme ini menjadi sangat pesat di kalangan peserta didik juga dipengaruhi
dengan menjamurnya situs-situs belanja online dan juga adanya toko-toko online
yang disuguhkan diberbagai jejaring sosial.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lalukan dengan beberapa
siswa kelas XI serta guru di sana, dapat diketahui bahwa gaya hidup hedonisme
ini juga menyebabkan para peserta didik di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar ini
terkadang cenderung berperilaku menyimpang dari tata tertib sekolah. Misalnya
saja berdasarkan keterangan dari seorang peserta didik yang bernama Siska
Amelia, ia mengakui bahwa ia pernah membolos sekolah hanya untuk menontot
di bioskop yang ada di daerah Bandar Lampung. Selain itu, tidak jarang pula
ketika pulang sekolah ia beserta teman-temannya mampir terlebih dahulu ke pusat
perbelanjaan untuk berbelanja dan berfoya-foya, atau hanya sekedar nongkrong di
cafe agar terkesan gaul. Hal ini juga dilakukan oleh beberapa peserta didik
lainnya. Bahkan dalam bidang olahraga pun para peserta didik ini lebih memilih
jenis olahraga yang dianggap lebih modern seperti basket, bowling, futsall, tenis,
Hedonisme di kalangan peserta didik semakin berkembang pesat dan sudah
menjadi budaya diakibatkan dari semakin majunya perkembangan jaman. Baik itu
dari segi penampilan maupun dalam penggunaan alat komunikasi. Para peserta
didik ini cenderung menggunakan alat komunikasi sesuai dengan model terbaru
seperti smartphone blackberry ataupun android. Dengan begitu mereka akan
merasa percaya diri dan akan semakin disegani oleh teman-temannya. Tentu saja
hal ini dilakukan oleh semua kalangan, baik peserta didik yang berlatar belakang
kalangan menengah ke atas, maupun kalangan menengah ke bawah. Para peserta
didik ini merasa tidak diakui dalam pergaulannya apabila penampilan dan alat
komunikasi yang mereka gunakan tidak mengikuti model yang terbaru dan akan
terkesan ketinggalan jaman. Perilaku hedonisme yang semakin berkembang di
kalangan peserta didik ini juga menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial antar
peserta didik dalam pergaulannya dan menyebabkan motivasi belajar yang lemah.
Perkembangan gaya hidup hedonisme cenderung mempengaruhi motivasi belajar
peserta didik khususnya pada mata pelajaran PKn di SMA Negeri 1 Terbanggi
Besar menjadi lemah. Motivasi belajar yang lemah ini pun mengakibatkan tujuan
pembelajaran tidak tercapai dan hasil belajar menjadi rendah. Hasil belajar peserta
didik yang lemah ini tampak dari nilai-nilai yang mereka peroleh khususnya pada
mata pelajaran PKn yang cenderung kecil dan berada di bawah KKM yang telah
ditentukan. Hal ini penulis ketahui dari daftar nilai peserta didik kelas XI yang
dimiliki oleh guru bidang studi PKn di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. Karena
pada kenyataannya, para peserta didik ini cenderung berperilaku yang tidak sesuai
dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelajar. Para peserta didik lebih
kelompok sebayanya. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam
hal berpenampilan. Para peserta didik lebih tertarik serta termotivasi untuk
membuktikan bahwa diri merekalah yang paling gaul dan modis. Sekolah yang
seharusnya sebagai tempat untuk menuntut ilmu dan bersaing dalam hal prestasi
di bidang akademik, kini beralih fungsi menjadi tempat untuk bersaing dalam hal
materi. Selain itu, para peserta didik ini juga menjadi malas belajar, mencontek
ketika diberi tugas oleh guru bahkan saat ulangan, ribut di dalam kelas,
berperilaku dan bertutur kata tidak sopan, kurang menghormati guru, tidak
mentaati tata tertib sekolah, di kelas seperti sinetron, lebih gemar mendiskusikan
topik-topik yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan materi pembelajaran,
bahkan mereka juga membentuk kelompok-kelompok atau genk. Tidak jarang hal
ini mengakibatkan kesenjangan dalam pergaulan sosialnya.
Mengikuti perkembangan jaman bagi peserta didik memang merupakan hal yang
lumrah dan diperbolehkan selama itu tidaklah menyimpang dari aturan yang ada
dan tidak bertentangan dalam nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila merupakan landasan dan ideologi bangsa Indonesia. Dalam bertindak,
setiap warga negaranya harus mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila tersebut. Di sinilah nampak bahwa pentingnya setiap pelajar itu harus
lebih mengenal bangsanya melalui mata pelajaran PKn, di mana melalui
pembelajaran PKn para peserta didik diajarkan untuk lebih mencintai bangsa
Indonesia, bertindak sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, serta
menjadi warga negara yang baik dengan selalu berperilaku yang sesuai dengan
aturan yang ada serta sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Mengikuti arus
menjadi suatu keharusan yang dalam penerapannya tidak sesuai dan bertolak
belakang dengan aturan atau nilai dan norma yang ada serta kewajiban peserta
didik sebagai pelajar, maka hal ini tentu saja tidak dapat dibiarkan. Karena belajar
merupakan tugas utama seorang peserta didik dan setiap peserta didik harus
memiliki motivasi belajar yang kuat sehingga hasil belajarnya pun baik dan
prestasi belajar dapat tercipta.
Motivasi belajar yang kuat dapat diperlihatkan dalam bentuk perilaku peserta
didik dalam belajar, ungkapan bahasanya, dan hasil dari proses belajar.
Seharusnya, peserta didik lebih giat dan memiliki motivasi yang kuat dalam
belajar sehingga tercipta prestasi belajar yang baik dan memuaskan. Hasil belajar
tidak saja berupa nilai, akan tetapi berupa keterampilan dan perubahan sikap ke
arah yang positif. Sekolah merupakan tempat untuk peserta didik menuntut ilmu
yang nantinya dijadikan bekal untuknya dimasa depan. Seharusnya peserta didik
lebih menyadari statusnya sebagai pelajar dan dapat mejalankan tugas serta
tanggungjawabnya sebagi peserta didik yaitu belajar dengan tekun karena belajar
merupakan tugas utamanya. Selain itu, seharusnya selama proses pembelajaran
berlangsung peserta didik juga dapat lebih aktif sehingga interaksi dalam kegiatan
belajar mengajar dapat tercipta dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Motivasi
belajar yang kuat juga diperlihatkan dengan peserta didiknya yang dapat belajar
mandiri dan kreatif. Dimana sumber belajar yang mereka dapatkan tidak hanya
berasal dari guru dan buku pegangan yang mereka miliki saja, akan tetapi mereka
dapat mendapatkannya dari berbagai sumber seperti internet dan media cetak
lainnya, bahkan teman sebaya mereka. Sekolah juga seharusnya dapat menjadi
mengenai pengetahuan yang dimiliki masing-masing peserta didik sehingga
pengetahuan mereka dapat bertambah. Selain itu, perilaku peserta didik yang baik
dalam belajar juga akan tercermin dalam interaksi sosialnya serta dalam
penggunaan bahasanya yang baik dan tidak urakan. Dengan motivasi belajar yang
kuat diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Para peserta didik juga
diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan dan prestasi yang
baik dalam bidang akademik.
Berdasarkan keterangan seorang guru bidang studi PKn di SMA Negeri 1
Terbanggi Besar, “bahwa memang banyak terdapat peserta didik yang melanggar
tata tertib yang ada di sekolah. Sekolah sudah melarang para peserta didiknya
membawa handphone berkamera ke sekolah. Selain itu juga banyak terdapat
peserta didik yang memakai aksesoris berlebihan di sekolah dan memakai
seragam yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Padahal sudah jelas ini
dilarang oleh sekolah dan sudah ada peraturannya, tapi masih tetap saja banyak
peserta didik yang tidak mengindahkan peraturan tersebut. Sudah sering kali
diadakan razia dan bagi peserta didik yang melanggar sudah diberikan sanksi.
Akan tetapi masih tetap banyak peserta didik yang membandel dan tidak jera.
Suasana di dalam kelas juga kurang kondusif karena banyak didapati peserta didik
yang mengobrol dengan teman sebangkunya selama proses belajar mengajar
berlangsung. Dimana topik yang dibicarakan mereka bukanlah mengenai materi
pelajaran. Prestasi belajar peserta didik pun menurun karena para peserta didik
cenderung menomor duakan tugasnya sebagai pelajar. ” (wawancara tanggal 14
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat peserta didik
yang cenderung memiliki motivasi belajar lemah, hasil belajar yang rendah, serta
peserta didik di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar ini cenderung melanggar tata
tertib sekolah akibat dari perkembangan gaya hidup hedonisme. Oleh karena itu,
peneliti merasa perlu meneliti lebih lanjut bagaimanakah persepsi peserta didik
terhadap gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA
Negeri 1 Terbanggi Besar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dan pengamatan yang peneliti
lakukan, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1. Terdapat peserta didik yang berperilaku menyimpang dari tata tertib sekolah
sebagai akibat dari perkembangan gaya hidup hedonisme.
2. Motivasi belajar peserta didik cenderung lemah.
3. Kesadaran peserta didik akan tanggungjawabnya sebagai pelajar.
4. Peserta didik lebih mementingkan penampilan dan gaya hidup daripada fokus
untuk belajar.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, agar permasalahan
yang diteliti tidak terlalu luas maka peneliti membatasi permasalah pada masalah
persepsi peserta didik terhadap gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaran
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
“Bagaimanakah persepsi peserta didik terhadap gaya hidup hedonisme pada
proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana
persepsi peserta didik terhadap gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaran
PKn di kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar.
F. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini berguna secara teoritik mengembangkan atau menerapkan
konsep-konsep ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan
sehingga dapat mengembangkan konsep-konsep Ilmu Pendidikan
Kewarganegaraan khusunya di bidang kajian Pendidikan Nilai Moral dan
Pembinaan Generasi Muda, karena membahas tentang persepsi peserta didik
terhadap gaya hidup hedonisme yang saat ini sudah membudaya.
b. Kegunaan Praktis 1. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada guru dalam
mengawasi perilaku peserta didik di sekolah agar para peserta didik
dapat lebih mentaati tata tertib sekolah sehingga perilaku menyimpang
pada peserta didik dapat diatasi dan motivasi belajar peserta didik
2. Bagi Peserta Didik
Secara praktis, penelitian ini berguna untuk peserta didik agar lebih
memahami dan menjalankan tanggungjawabnya sebagai pelajar dan
dapat mencapai prestasi belajar serta tidak terjerumus dalam arus gaya
hidup hedonisme yang tidak sesuai dengan nilai dan kepribadian
bangsa Indonesia.
3. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan masukan kepada sekolah, agar lebih cermat dalam
mengawasi para peserta didik dan lebih tegas dalam membuat sanksi
pelanggaran tata tertib sekolah sehingga dapat tercipta suasana yang
kondusif sesuai dengan yang diharapkan serta tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
G. Ruang Lingkup 1. Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya
pendidikan kewarganegaraan karena membahas tentang persepsi peserta didik
terhadap gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaranPKn di kelas XI
SMA Negeri 1 Terbanggi Besar.
2. Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah persepsi peserta didik terhadap
gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA
3. Ruang Lingkup Subjek
Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA
Negeri 1 Terbanggi Besar.
4. Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Terbanggi Besar,
Desa Poncowati, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.
5. Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin
penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Lampung pada tanggal 12 Desember 2012 sampai dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan Mengenai Persepsi
Manusia sebagai mahluk sosial, selalu memerlukan serta melakukan interaksi
dengan lingkungan sekitarnya. Dalam melakukan interaksi itu manusia sering
melakukan persepsi dalam lingkungan masyarakatnya. Secara umum kata persepsi
diartikan sebagai pandangan atau tanggapan seseorang terhadap suatu objek.
Menurut Bimo Walgito (2010:99), “persepsi adalah suatu proses yang didahului
oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanaya stimulus oleh
individu melalui alat indera atau proses sensoris”. Sedangkan menurut Kartini
dalam Leny Hastuti (2012:12), bahwa “persepsi adalah pandangan dan
interprestasi seseorang atau individu terhadap suatu kesan objek yang
diinformasikan kepada dirinya dan lingkungan tempat ia berada sehingga dapat
menentukan tindakannya”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono (2009:86), “persepsi
adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan
dan sebagainya itu yang selanjutnya di interpretasi”. Selain itu, menurut Irwanto
(objek, kualitas, hubungan antara gejala maupun pristiwa) sampai disadari dan
dimengerti”.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
persepsi adalah suatu proses mendeteksi stimulus melalui alat indera untuk
membeda-bedakan, mengelompokkan pengalaman tentang objek tertentu
kemudian disimpulkan untuk memperoleh informasi dan menafsirkan pesan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi setiap individu terhadap suatu objek
dapat berubah-ubah dan berbeda pada masing-masing individu, tergantung pada
pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya.
Sarlito Wirawan Sarwono (2009:90), menyatakan bahwa seseorang individu bisa
dikatakan mengadakan persepsi terhadap suatu objek apabila memenuhinya
beberapa syarat sebagai berikut:
1. Perhatian
Biasanya seseorang tidak akan menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitarnya sekaligus, tetapi akn memfokuskan perhatianya pada suatu atau dua objek. Perbedaan fokus akan menyebabkan perbedaan persepsi
2. Set
Harapan seseorang akan rangsangan yang timbul, misalnya seseorang pelari akan melakukan start terhadap set akan terdenganr bunyi pistol, dan disaat itu ia harus mulai berlari.
3. Kebutuhan
Kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.
4. Sistem Nilai
Sistem yang berlaku pada suatu masyarakat, juga berpengaruh pada persepsi.
5. Ciri Kepribaadian
Misalnya A dan B bekerja disebuah kantor, si A seorang yang penakut akan mempersepsikan atasanya sebagai tokoh yang menakutkan, sedangkan si b yang penuh percaya diri menganggap atasanya sebagai orang yang bisa diajak bergaul seperti orang yang lain.
Hal ini akan menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut dengan halusinasi.
David Krech dan Richard. S dalam Djalaludin Rahmat (2009:59), menjelaskan
bahwa ada dua hal yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor fungsional
Faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang termasuk dalam faktor personal yang menentukan persepsi bukan jenis stimulan tapi karakteristik seseorang yang memberikan respon pada stimulan itu, faktor ini terdiri atas :
1. Kebutuhan, kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada seseorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi seseorang, dengan demikian perbedaan kebutuhan akan menimbulkan perbedaan persepsi
2. Kesiapan mental
3. Suasana emosi seperti pada saat senang, sedih, gelisah, marah akan mempengaruhi persepsi
4. Latar belakang budaya
b. Faktor Struktural
Faktor ini berasal dari sifat stimulasi fisik dan sistem syaraf individu, yang meliputi :
1. Kemampuan berfikir 2. Daya tangkap duniawi
3. Saluran daya tangkap yang ada pada manusia
Berdasarkan faktor-faktor di atas maka pada umumnya persepsi seseorang sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu cara belajar, latar belakang budaya,
pendidikan, pengalaman masa lalu dan latar belakang dimana orang tersebut
berada sehingga akan menghasilkan persepsi yang bermacam-macam seperti
setuju, netral, dan tidak setuju terhadap suatu objek tertentu yang diteliti.
Terbentuknya persepsi seseorang terhadap sesuatu objek pada lingkungannya
didasarkan pada stimulus atau situasi yang sedang dihadapinya. Berkenaan
“Persepsi dapat terdiri dari suatu situasi yang hadir pada seseorang, disini seseorang menghadapi kenyataan yang harus dilihat dan diartikan
Dengan demikian setelah seseorang mengetahui keadaan lingkungannya, semua itu diartikannya pada ingatan dan pikirannya. Pada gilirannya nanti orang tersebut kemudian mengartikan atau menginterprestasikan tentang lingkungan yang dihadapinya dan terakhir orang-orang tersebut akan memberikan umpan balik”.
Berdasarkan definisi di atas, persepsi merupakan proses aktivitas seseorang dalam
memberikan kesan, penilaian, pendapat, memahami, mengorganisir, menafsirkan
yang memungkinkan situasi, pristiwa yang dapat memberikan kesan prilaku yang
positif atau negatif. Persepsi berada pada pikiran dan perasaan manusia secara
individu sehingga memungkinkan orang satu dengan yang lainnya memiliki
persepsi yang berbeda walaupun objek yang dikaji sama.
2. Tinjauan Mengenai Gaya Hidup Hedonisme a. Definisi Gaya Hidup Hedonisme
Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan yang pada akhirnya
seseorang akan menentukan pilihan-pilihan mengenai apa yang akan ia
lakukan, cara ia melakukan sesuatu dalam hidupnya, serta apa yang akan
dikonsumsi atau digunakan oleh seseorang tersebut. Gaya hidup adalah
perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini
khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status
sosialnya.
Menurut Nugroho J. Setiadi (2003:148), “gaya hidup secara luas
didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana
manusia menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri
berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir”. Sedangkan menurut
Kottler dalam Antonius Sepriadi (2010:11), “gaya hidup adalah pola hidup
seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya”.
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Suratno dan Rismiati dalam Antonius
Sepriadi (2010:11), menyatakan bahwa “gaya hidup adalah pola hidup
seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam
kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan”. Gaya hidup mencerminkan
keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai gaya hidup, maka dapat
disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan
dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam bertindak, berperilaku, dan
bagaimana mengalokasikan waktu. Gaya hidup menggambarkan serta
mencirikan keseluruhan diri seseorang tersebut dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Hedonisme berasal dari kata Hedone yang dalam bahasa yunani berarti
kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah sebuah aliran
dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama adalah
untuk mencari kesenangan yang bersifat duniawi semata. Menurut
pandangan ini, manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang
mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan materi.
Menurut Pospoprodijo dalam Antonius Sepriadi (2010:12), “hedonisme
merupakan suatu anggapan bahwa kesenangan atau kenikmatan adalah tujuan
kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Adapun hedonisme menurut
Burhanuddin dalam Antonius Sepriadi (2010:12), adalah “sesuatu itu
dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya”. Disini jelas
bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak
menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang
mengatakan ini dengan sendirinya menganggap atau menjadikan kesenangan
itu sebagai tujuan hidupnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas mengenai hedonisme, maka dapat
disimpulkan bahwa hedonisme adalah suatu paham yang beranggapan bahwa
tujuan utama dari hidup adalah mencari kesenangan sebanyak mungkin untuk
mencapai kepuasan dalam hidup. Hedonisme merupakan pandangan hidup
yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari
kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari
perasaan-perasaan yang menyakitkan.
Seorang murid Socrates yaitu Aristippos dalam K. Bertens (2004:235),
menyatakan bahwa”Yang sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan. Hal
ini terbukti karena sudah sejak masa kecilnya manusia merasa tertarik akan
kesenangan dan bila telah tercapai ia tidak mencari sesuatu yang lain lagi.
Sebaliknya, ia akan menjauhkan diri dari ketidaksenangan.” Bagi Aristippos,
kesenangan itu hanya bersifat kesenangan badani atau kesenangan lahiriah.
Filsuf Yunani Epicurus (341-270 SM) juga melihat bahwa kesenangan
merupakan tujuan dari kehidupan manusia. Menurut kodratnya, setiap
itu bukan hanya sebatas pada kesenangan lahiriah saja, tapi juga kesenangan
batiniah berupa etika yang memberikan ketenangan batin.
Gaya hidup hedonisme adalah suatu pola hidup yang segala aktivitasnya
hanya untuk mencari kesenangan hidup. Seperti lebih banyak menghabiskan
waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang membeli barang mahal
yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian. Bagi kaum
hedonisme, tujuan utama hidup adalah hanya untuk selalu meraih kesenangan
materi. Ia tidak peduli kesenangan yang didapat dia tempuh dengan cara apa.
Baginya, kesenangan adalah satu-satunya kebaikan dan tujuan hidup yang
harus dicapai. Gaya hidup hedonisme ini sangat berpengaruh terhadap setiap
lini kehidupan, baik dari segi lapisan masyarakat dan gejala sosial dari
masyarakat itu sendiri.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup Hedonisme
Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh
individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan
barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan
pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Menurut Susanto dalam Nugroho
J. Setiadi (2003:24), faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup yaitu
faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal
dari luar (eksternal).
Faktor internal yang mempengaruhi gaya hidup yaitu:
1. Sikap
2. Pengalaman dan pengamatan 3. Kepribadian
5. Motif 6. Persepsi
Adapun faktor eksternal yang dijelaskan oleh Nugroho J. Setiadi (2003:24),
yaitu sebagai berikut :
a. Kelompok referensi b. Keluarga
c. Kelas sosial d. Kebudayaan
Perkembangan gaya hidup hedonisme yang semakin pesat tentu ada
penyebabnya. Menurut Imam Munandar (posted Juni 10, 2012), ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi berkembangnya gaya hidup hedonisme.
Yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Orang tua dan kaum kerabat 2. Faktor Bacaan
3. Pengaruh tontonan
4. Rendahnya keyakinan agama
c. Dampak dari Perkembangan Gaya Hidup Hedonisme
Hedonisme terjadi karena adanya perubahan perilaku pada masyarakat yang
hanya menghendaki kesenangan. Karena tujuan dari para penganut paham
hedonisme ini yaitu untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati
kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Dalam
perkembangannya, penganut gaya hidup hedonisme ini terus mencari
kebahagiaan selama hidupnya tanpa disertai penderitaan karena para pelaku
gaya hidup hedonisme ini beranggapan bahwa tujuan utama dari hidup ini
adalah untuk selalu mencari kesenangan. Berikut macam-macam dampak dari
perkembangan gaya hidup hedonisme menurut Arif Rahman (posted
1. Individualisme
16. Lebih mementingkan gaya daripada otak 17. Plagiat
18. Diskriminasi 19. Kreatifitas rendah
20. Tidak berfikir jauh kedepan
Pada kenyataannya, memang gaya hidup hedonisme cenderung tidak sesuai
dengan gaya hidup bangsa kita karena pada dasarnya perkembangan gaya
hidup hedonisme ini bermula dari perilaku masyarakat di negara-negara barat
yang cenderung berperilaku hedonisme, kemudian ditiru oleh masyarakat
Indonesia termasuk para peserta didik yang masih duduk di bangku SMA
melalui berbagai media massa. Namun, memang tidak ada salahnya apabila
masyarakat Indonesia termasuk para peserta didik yang masih duduk di
bangku SMA ini ikut bergaya hidup hedonisme selama mereka mampu untuk
memenuhinya dan tidak bertentangan dengan norma dan aturan yang ada,
serta tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Gaya hidup
hedonisme juga boleh saja dilakukan asalkan para pelakunya dapat tetap
mengutamakan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing serta dapat
menempatkan diri dalam lingkungan sosialnya agar tidak menyebabkan
d. Upaya untuk Mengatasi Dampak dari Perkembangan Gaya Hidup Hedonisme
Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya hedonisme, menurut Arif
Rahman (posted Desember 05, 2011), ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan. Yaitu antara lain:
a. Perlunya kearifan dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam gaya hidup hedonisme.
b. Menanamkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari. c. Dalam memilih barang perlu dibuat skala prioritas dalam
berbelanja sehingga dapat membedakan barang apa yang benar-benar diperlukan dan barang-barang yang diinginkan namun tidak diperlukan.
d. Penerapan pola hidup sederhana dalam kegiatan sehari-hari diperlukan untuk mengatur keuangan agar pendapatan yang biasanya berasal dari orang tua tidaklah lebih kecil daripada pengeluaran.
e. Adanya kedewasaan dalam berpikir sehingga dapat membentengi diri dari pola hidup hedonisme.
3. Tinjauan Mengenai Proses Pembelajaran PKn a. Definisi proses pembelajaran
Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas
yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian
pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.
Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar,
guru, dan peserta didik yaitu saling bertukar informasi. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
dialami sepanjang hayat seoarang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan
kapanpun.
Pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2011:57), “pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (peserta didik
dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang,
kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran”. Sedangkan istilah pembelajaran menurut Miarso (2007:457),
“pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan yang
dilakasanakan secara sengaja, dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu
sebelum proses dilakasnakan, serta yang pelaksanaannya terkendali”.
Gagne dan Briggs dalam H. Djaali (2008:3), mengemukakan bahwa
“pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar peserta didik yang bersifat internal”.
Menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006:94), belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seorang. Inilah yang merupakan
sebagai inti proses pembelajaran. Perubahan teresebut bersifat:
1. Intensional, yaitu perubahan yang terjadi karena pengalaman atau praktek yang dilakukan, proses belajar dengan sengaja dan disadari, buka terjadi karena kebetulan.
3. Efektif fungsional, perubahan yang bersifat efektif yaitu dimana adanya perubahan yang memberikan pengaruh dan manfaat bagi pelajar. Adapun yang bersifat fungsional yaitu perubahan yang relatif tetap serta dapat diproduksi atau dimanfaatkan setiap kali dibutuhkan.
Berdasarkan beberapa pandangan mengenai pembelajaran, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah subuah proses belajar yang
menghendaki sebuah perubahan tingkah laku, baik itu perubahan kognitif,
psikomotorik, afektif. Oleh karena itu seorang guru harus mampu membuat
peserta didik agar mau belajar secara efektif sehingga terjadi sebuah
perubahan yang sesuai dengan harapan dan diharapkan adanya perubahan
tingkah laku peserta didikke arah yang lebih baik.
b. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Mata pelajaran yang berkaitan dengan moral dan karakter bangsa selain
Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan sebelumnya dikenal dengan
nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP), yang selanjutnya diganti dengan
nama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) namun selanjutnya
diganti dengan nama PKn sampai dengan saat ini. Pendidikan
Kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan salah satu mata pelajaran
yang penting dalam suatu jenjang pendidikan, karena dalam mata pelajaran
PKn perkembangan moral dan budi pekerti peserta didik sebagai warga
negara yang baik sangat ditekankan.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Sofhiah dan Gatara dalam
sebagai proses dari pendewasaan bagi warga negara dengan usaha sadar dan
terencana melalui pengajaran dan pelatihan sehingga terjadi perubahan pada
warga negara tersebut dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang
bersifat kritis dan emansipatoris”. Sedangkan menurut S. Sumarsono dalam
M. Daryono (2011:6), “Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan
bela negara, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Pendapat lain dikemukakan oleh M. Daryono (2011:1), “Pendidikan
Kewarganegaraan adalah nama dari suatu mata pelajaran yang terdapat dalam
kurikulum sekolah”. Sedangkan menurut Numan Soemantri (2001:1),
dikatakan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan
yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber
pengetahuan lainnya, pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat,
orang tua yang kesemuanya itu diproses guna melatih peserta didik untuk
berfikir kritis, analitis, bersikap, dan bertindak demokratis dalam
mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945”.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah nama dari suatu mata pelajaran
yang terdapat dalam kurikulum sekolah. Pendidikan Kewarganegaraan
Pancasila, agar dapat mencapai perkembangan secara optimal dan dapat
mewujudkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah suatu usaha sadar, yang terencana
dan terarah, melalui pendidikan formal, untuk mentransformasikan dan
mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada anak
didik. Pengembangan nilai dimaksudkan anak didik dapat mencerna melalui
akalnya, dan menumbuhkan rasionalitas sesuai dengan kemampuannya
mengembangkan rasionalitas tentang nilai Pancasila, sehingga anak akan
mencapai perkembangan penalaran moral seoptimal mungkin.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berusaha membentuk manusia Indonesia
seutuhnya sebagai perwujudan kepribadian Pancasila, yang mampu
melaksanakan pembangunan masyarakat Pancasila. Maka PKn menduduki
tempat yang sangat sentral dan strategis dalam konstelasi pendidikan
nasional.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, merupakan produk Lembaga
Tertinggi Negara Tahun 1973. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan konsekuensi dari pengakuan atas kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara. Pancasila, secara yuridis formal telah diterima sebagai dasar
negara. Konsekuensi dari pernyataan tersebut ialah bahwa dalam
penyelenggaraan negara gerak langkahnya harus sejalan dan didasarkan pada
Berdasarkan pengertian tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa PKn
adalah suatu mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan budi
pekerti, pengetahuan, dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan
warga negara dengan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang
bertujuan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
yang berakar pada budaya bangsa Indonesia agar menjadi warga negara yang
mampu berdiri di atas kakinya sendiri dan dapat diandalkan bangsa dan
negara.
c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Menurut M. Daryono (2011:29), “Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
berusaha membentuk manusia seutuhnya sebagai perwujudan kepribadian
bangsa, yang melaksanakan pembangunan masyarakat Pancasila, tanpa PKn,
segala kepintaran atau akal, ketinggian ilmu pengetahuan dan teknologi,
keterampilan dan kecekatan, tidak memberikan jaminan pada terwujudnya
masyarakat Pancasila”. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa PKn
mempunyai kedudukan yang sangat penting, khususnya dalam pembentukan
kepribadian manusia Indonesia yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Oleh
karena itu, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak bisa
lepas dari pendidikan nasional, dalam arti merupakan satu kesatuan dalam
sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan pendidikan nasional.
Menurut kurikulum 2004 Paradigma Baru PKn berdasarkan standar isi BSNP
dalam Departemen Pendidikan Nasional (2003:2), tujuan Mata Pelajaran
1. Berpikir secara kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara bermutudan bertanggung jawab dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratis berkembang diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dan dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam modul Kapita Selekta PKn (2006:7), secara eksplisit tercantum tujuan
kurikuler PKn adalah kelima Pancasila, yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan sila persatuan Indonesia.
4. Peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari rumusan tujuan kurikuler tersebut, yang sangat jelas menggunakan istilah
memahami, menghayati, dan mengamalkan, maka berarti bahwa tujuan PKn itu
meliputi:
a. Aspek kognitif (pengetahuan, memahami), kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar.
b. Aspek afektif (nilai, menghayati), kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral
c. Aspek psikomotorik (perilaku, mengamalkan), kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf
dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri
dari kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual),
menyesuaikan (adaptation), dan menciptakan (origination).
Pendidikan Kewarganegaraan yang dimanifestasikan di dalam kurikulum sekolah
ialah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil,
berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan
dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila
dan UUD 1945.
d. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pada bagian yang lain dalam Paradigma Baru PKn dalam Winarno (2007:11),
menyebutkan juga fungsi Pendidikan Kewarganegaraan. Fungsi Pendidikan
Kewarganegaraan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila secara dinamis dan terbuka dalam.
2. Arti bahwa nilai moral yang dikembangkan mampu menjawab tantangan perkembangan dalam masyarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia, yang merdeka, bersatu, dan
berdaulat.
3. Mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya yang sadar politik dan konstitusi negara kesatuan Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1945.
Berdasarkan penjabaran tersebut dapat dikatakan bahwa mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya adalah suatu wahana yang
berfungsi melestarikan nilai luhur Pancasila, mengembangkan, dan membina
manusia Indonesia seutuhnya serta membina pengalaman dan kesadaran warga
negara untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara
yang dapat bertanggung jawab dan dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Seperti halnya mata pelajaran lain, mata pelajaran PKn di sekolah memiliki
rambu-rambu dalam proses pembelajarannya. Rambu-rambu ini berfungsi untuk
menjadi acuan guru mata pelajaran PKn dalam melaksanakan proses pembelajaran
yang efektif.
Berdasarkan modul Kapita Selekta PKn dalam Standar isi BSNP (2006:14)
disebutkan bahwa rambu-rambu pembelajaran PKn, yaitu:
1. Membina tatanan nilai moral Pancasila secara utuh, bulat, dan berkesinambungan sebagai dasar negara, ideologi negara, pandangan hidup bangsa, dan perjanjian luhhur bangsa Indonesia.
2. Wujud pembinaan dalam garis-garis besar proses pembelajaran PKn melalui pembinaan konsep nilai moral Pancasila.
3. Membudayakan Pancasila secara dini, terprogram, dan terus-menerus. 4. Garis-garis besar proses pembelajaran PKn adalah salah satu perangkat
kurikulum dan pedoman bagi guru.
5. Garis-garis besar proses pembelajaran PKn merupakan program minimal yang diorganisasikan ke dalam sistem semester, jatah waktunya 16 kali pertemuan.
6. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam garis-garis besar proses
pembelajaran PKn adalah nilai-nilai dasar Pancasila yang dijabarkan ke dalam nilai instrumental.
7. Rumusan tujuan PKn setiap kelas mengandung nilai moral Pancasila yang harus dikembangkan pada tingkat atau kelas dalam bentuk tujuan intruksional khusus.
8. Prinsip penyajian nilai dimulai dari mudah ke sukar, sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, lingkungan kehidupan peserta didik.
10. Uraian ssetiap pokok bahasan mencakup dua proses, yaitu pengenalan nilai, dan pembahasan atau pengamalannya.
11. Melakukan hubungan, bebas memilih strategi, metode, dan media serta evaluasi, yang melibatkan orang tua dan masyarakat.
Berdasarkan pernyataan yang telah disebutkan, maka peneliti menyimpulkan
bahwa, mata pelajaran PKn adalah suatu mata pelajaran yang berfungsi membina
tingkah laku peserta didik, sehingga dalam proses pelaksanaan pembelajarannya
harus terfokus pada peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut
seorang guru harus dapat mengembangkan segala kemampuan yang ia miliki,
dengan tetap berpatokan pada rambu-rambu pembelajaran yang telah ditentukan.
Hal ini dilakukan demi tercapainya tujuan pembelajaran.
e. Misi dan Visi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan pasca KBK memiliki karakteristik
pendidikan pengajarannya, sehingga ia mengemban misi, sebagai berikut:
1. Mengembangkan kerangka berpikir baru yang dapat dijadikan landasan yang rasional untuk menyusun PKn baru, sebagai pendidikan intelektual ke arah pembentukan warga negara yang demokratis. Misi tersebut dilakukan melalui penetapan kemampuan dasar PKn, sebagai landasan penyusunan standar kemampuan serta standar minimum yang ditetapkan secara rasional.
2. Menyusun substansi PKn baru sebagai pendidikan demokrasi yang berlandaskan pada latar belakang sosial budaya serta dalam konteks politik, kenegaraan, dan landasan konstitusi yang dituangkan dalam sila-sila demokrasi Indonesia. Misi tersebut dilakukan melalui penyusunan uraian materi pada masing-masing standar materi PKn yang dapat memfasilitasi berkembangnya pendidikan demokrasi.
Sedangkan visi PKn, yaitu: “Mewujudkan proses pendidikan yang integral di
cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab yang pada gilirannya akan menjadi
landasan untuk berkembangnya masyarakat Indonesia yang demokratis”.
Dari misi dan visi tersebut, sangat jelas bahwa untuk membentuk warga negara
yang baik sangat dibutuhkan konsep pendidikan yang demokratis yang diartikan
sebagai tatanan konseptual yang menggambarkan keseluruhan upaya sistematis
untuk mengembangkan cita-cita, nilai-nilai, prinsip, dan pola perilaku demokratis
dalam diri individu warga negara dalam tatanan iklim yang demokratis.
f. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah
pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi
dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga,
tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,
peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan
internasional.
c. Hak Asasi Manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional
d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri
sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri,
persamaan kedudukan warga negara.
e. Konstitusi negara meliputi: proklamsi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
hubungan dasar negara dengan konstitusi.
f. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan
sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
g. Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara,
pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila
sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di Era Globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional
dan organisasi Internasional dan mengevaluasi globalisasi.
g. Substansi Kajian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Substansi kajian pendidikan kewarganegaraan terdiri dari:
a. Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) yang
mencakup bidang politik, hukum dan moral.
b. Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skills) yang meliputi