• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn DI KELAS XI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn DI KELAS XI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn DI KELAS XI

SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR

Oleh

Gita Faolina S.

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan persepsi peserta didik terhadap gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar kemudian memberikan solusi kepada guru, kepala sekolah dan orang tua khususnya peserta didik di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan subjek penelitian peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. Sampel penelitian sebanyak 60 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data menggunakan teknik presentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam indikator perilaku peserta didik berpersepsi tidak setuju sama sekali, ditunjukkan dengan presentase sebesar 10%. Sebesar 43,3% responden setuju dan 46,7% responden berpersepsi kurang setuju karena tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Kemudian dalam indikator cara berpenampilan sebanyak 46,7% responden berpersepsi kurang setuju, bahkan 30% responden berpersepsi tidak setuju dan hanya 23,3% responden setuju. Selain itu, dalam indikator pola komunikasi sebanyak 55% responden berpersepsi kurang setuju, bahkan 33,3% responden berpersepsi tidak setuju dan hanya 11,67% responden yang berpersepsi setuju. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa responden kurang setuju dengan gaya hidup hedonisme yang berkembang karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti perilaku, cara berpenampilan, serta pola komunikasi yang bertentangan dengan peraturan sekolah serta budaya Bangsa Indonesia.

(2)

PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn DI KELAS XI

SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR

Oleh

GITA FAOLINA S. Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn DI KELAS XI

SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR

(Skripsi)

Oleh

GITA FAOLINA S.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(5)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Penelitian ... 10

a. Kegunaan Teoritis ... 10

1. Tinjauan Mengenai Persepsi ... 13

2. Tinjauan Mengenai Gaya Hidup Hedonisme ... 16

(6)

d. Upaya untuk Mengatasi Dampak dari Perkembangan

Gaya Hidup Hedonisme ... 22

3. Tinjauan Mengenai Proses Pembelajaran PKn ... 22

a. Definisi Proses Pembelajaran ... 22

b. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 24

c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 27

d. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 29

e. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 31

f. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 32

g. Substansi Kajian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 33

4. Tinjauan Mengenai Motivasi Belajar ... 34

a. Definisi Motivasi Belajar ... 34

b. Fungsi Motivasi Belajar ... 37

c. Macam-Macam Motivasi Belajar ... 38

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 39

5. Tinjauan Mengenai Hasil Belajar ... 42

a. Definisi Hasil Belajar ... 42

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 43

c. Ciri-Ciri Hasil Belajar yang Baik ... 43

6. Tinjauan Mengenai Kedisiplinan ... 44

a. Definisi Kedisiplinan ... 44

b. Fungsi Kedisiplinan di Sekolah ... 45

c. Unsur-Unsur Kedisiplinan ... 49

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan ... 50

e. Cara Penanggulangan Masalah Kedisiplinan ... 52

B. Kerangka Pikir ... 53

C. Variabel Penelitian ... 59

D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 60

1. Definisi Konseptual ... 60

2. Definisi Operasional ... 61

E. Pengukuran Variabel ... 62

F. Teknik Pengumpulan Data ... 62

1. Teknik Pokok ... 62

2. Teknik Penunjang... 63

G. Uji Persyaratan Instrumen ... 63

1. Uji Validitas ... 63

2. Uji Reliabilitas ... 63

(7)

2. Penelitian Pendahuluan ... 67

3. Pelaksanaan Penelitian ... 68

a. Pengajuan Rencana Penelitian ... 68

b. Persiapan Administrasi ... 69

c. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 69

d. Penelitian Lapangan ... 69

B. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 70

1. Analisis Validitas Angket... 70

2. Analisis Reliabilitas Angket ... 70

C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 75

1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Terbanggi Besar... 75

2. Situasi dan Kondisi Sekolah ... 79

3. Keadaan Sekolah ... 79

D. Deskripsi Data ... 87

1. Pengumpulan Data ... 87

2. Penyajian Data... 87

E. Pembahasan... 115

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 137

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Populasi Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1

Terbanggi Besar ... 58

2. Jumlah Penyajian Sampel pada Masing-masing Kelas XI di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar ... 59

3. Hasil Uji Coba Angket kepada Sepuluh Orang Responden di Luar Sampel untuk Item Ganjil (X) ... 71

4. Hasil Uji Coba Angket kepada Sepuluh Orang Responden di Luar Sampel untuk Item Genap (Y) ... 72

5. Distribusi Antara Item Ganjil (X) dengan Item Genap (Y) Mengenai Persepsi Peserta Didik terhadap Gaya Hidup Hedonisme pada Proses pembelajaran PKn di Kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar ... 73

6. Distribusi Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Terbanggi Besar ... 81

7. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Perilaku ... 88

8. Distribusi Frekuensi Indikator Perilaku ... 90

9. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Cara Berpenampilan ... 93

10. Distribusi Frekuensi Indikator Cara Berpenampilan... 95

11. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Pola Komunikasi ... 97

12. Distribusi Frekuensi Indikator Pola Komunikasi ... 100

13. Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Motivasi Belajar ... 102

14. Distribusi Frekuensi Indikator Motivasi Belajar ... 104

(9)
(10)

SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR Nama Mahasiswa : Gita Faolina S.

No. Pokok Mahasiswa : 0913032043

Jurusan : Pendidikan IPS

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Berchah Pitoewas, M.H. Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. NIP 19611214 199303 1 001 NIP 19820727 200604 1 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si

(11)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Berchah Pitoewas, M.H. ……….

Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. ………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si. ………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(12)
(13)

PERSEMBAHAN

Dengan berlandaskan haturan syukur kepada ALLAH SWT, kupersembahkan

karya kecil ini sebagai tanda bukti dan cinta kasih kepada:

“Kedua orang tuaku,

mama dan papa tercinta yang selalu menjadi penyemangat

dalam

hidupku, kesabaran dan doa dalam setiap sujudmu untuk

menanti keberhasilanku serta harapan disetiap tetesan

k

eringatmu demi keberhasilanku”

“Adik

-adikku serta saudara-saudaraku tersayang, yang dengan kasihnya selalu

mendukung dan mendo

akanku”

“Teman

-teman PPKN 2009 yang selalu memberikan semangat dan mendoakan

keberhasilanku”

Serta

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Gita Faolina Setiawati, dilahirkan di Bandarjaya Kecamatan

Terbanggi Besar, pada 31 Mei 1991 yang merupakan putri pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Sumarno dan Ibu Siti Hotijah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. Taman Kanak-Kanak Swasembada diselesaikan pada tahun 1997.

2. Sekolah Dasar Negeri 5 Bandarjaya yang diselesaikan pada tahun 2003.

3. SMP Negeri 3 Terbanggi Besar yang diselesaikan pada tahun 2006.

4. SMA Negeri 1 Seputih Agung yang diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

(15)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan

Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Persepsi Peserta Didik terhadap Gaya Hidup Hedonisme pada Proses Pembelajaran PKn di Kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang

baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas

dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari Bapak Drs. Berchah Pitoewas,

M.H. selaku pembimbing akademik (PA) dan sebagai pembimbing I, yang telah

memberikan motivasi dan bimbingannya dalam membantu penyusunan skripsi.

Dan juga Bapak Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. selaku pembimbing II, terimakasih

atas kesediaannya dalam membimbing dan memberikan motivasi dalam

(16)

2. Bapak Dr. Thoha B.S Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung serta selaku Pembahas

I, terimakasih atas masukan, saran, dan kritikannya pada penulis.

7. Bapak M. Mona Adha, S.Pd, M.Pd. selaku Pembahas II, terimakasih atas

masukan, saran, dan kritikannya pada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

10. Ibu Dra. EB. Ambarwati, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 1 Terbanggi

Besar yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang

(17)

penulis.

12. Siswa SMA Negeri 1 Terbanggi Besar yang telah membantu penulis dalam

mengadakan penelitian.

13. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Sumarno dan Ibu Siti

Hotijah, Destika Maulidiawati, Aditya Agung Saputra, G.A. Oka Dwipayana,

serta keluarga besarku atas semua kasih sayang, cinta, nasehat, dukungan

dan doa tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi penulis.

14. Sahabatku dalam suka dan duka Eta, Emul, Nisa, dan Vera yang selalu

memberikan motivasi, suntikan semangat, penghibur dikala sedih dan

gundah, terimakasih untuk semuanya semoga kelak cita-cita kita semua

tercapai.

15. Sahabat-sahabat terbaikku di PPKn 2009 Vivi, Ayu, Lady, Vina, Ranti, Vika,

Evi, Citra, Meirindi, Nyi Ayu, Heni Lestia, Yunia, Ajeng, Barla, Yuni, Resti,

Irene, Lida, Ketut, Roma, Adit, Tri, Mae, Novita, Umi, Rina, Menik dan

semua teman-teman PPKn 2009 yang tidak bisa disebutkan satu persatu

semoga kebersamaan kita ini akan tetap selalu ada, walaupun kadang-kadang

ada kesalahpahaman diantara kita namun kebersamaan dan kenangan tidak

akan terlupakan.

16. Teman-teman seperjuangan KKN, PPL SMP N 2 Way Jepara Tahun 2012

Dea, Lailda, Dwi, Ceci, Widy, dan Christian terimakasih atas

kebersamaannya dalam perjuangan kita. Desa Sriwangi Kabupaten Lampung

(18)

18. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i serta teman-teman berikan

akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan

baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa

yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2013

Penulis,

(19)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:

Nama : Gita Faolina S.

NPM : 0913032043

Prodi/ Jurusan : PPKn/ Pendidikan IPS

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2013

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

saat ini. Kemajuan teknologi komunikasi ditandai dengan semakin luasnya

jaringan televisi, internet, maupun radio serta diciptakannya alat komunikasi lain

seperti telepon, handphone, dan smartphone. Diciptakannya berbagai macam

alat-alat komunikasi ini menyebabkan informasi dari berbagai daerah bahkan dari

berbagai negara dengan nilai budaya yang berbeda-beda dapat diterima dengan

sangat mudah oleh masyarakat Indonesia. Tidak terkecuali para remaja,

khususnya para pelajar yang masih duduk di bangku SMA.

Kemajuan teknologi komunikasi ini membawa dampak yang positif dalam

kehidupan manusia, misalnya kita bisa menjadi lebih cepat mendapatkan

informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui

berbagai media massa seperti televisi, radio, serta internet. Kita juga dapat

berkomunikasi dengan teman maupun keluarga yang jaraknya sangat jauh hanya

dengan melalui telepon atau handphone serta melalui berbagai jejaring sosial

melalui jaringan internet seperti facebook, twitter, YM, skype, dan lain-lain.

(21)

dapat berbelanja secara online melalui internet sehingga masyarakat yang

memiliki kesibukan yang cukup tinggi tetap dapat memenuhi kebutuhannya tanpa

harus berbelanja langsung ke pusat perbelanjaan ataupun pasar, dan kita juga bisa

mendapatkan layanan perbankan dengan sangat mudah misalnya dengan melalui

SMS Banking.

Selain membawa dampak yang positif, kemajuan teknologi komunikasi ini juga

membawa dampak yang negatif, misalnya yaitu munculnya oknum-oknum yang

melakukan penipuan melalui media internet, telepon, maupun melalui sms.

Dampak negatif yang lain dari kemajuan teknologi komunikasi ini juga yaitu

dengan semakin mudahnya berbelanja secara online melaui internet, maka dapat

meningkatkan perilaku konsumsi masyarakat yang menimbulkan sifat boros dan

berkembangnya gaya hidup hedonisme, munculnya budaya plagiarisme dimana

dengan mudahnya informasi yang ada itu dicetak ulang tanpa izin dari penulisnya

atau yang memberi informasi serta tanpa menuliskan sumbernya atau yang biasa

disebut dengan copy paste. Selain itu juga, adanya situs-situs pornografi atau

konten-konten untuk usia dewasa. Hal ini memang tidak menjadi masalah apabila

dipandang dari segi usia dewasa. Namun yang menjadi sisi negatifnya yaitu situs

pornografi atau konten dewasa ini dapat dengan mudahnya diakses juga oleh

anak-anak maupun remaja yang masih dibawah umur. Dengan kemajuan

teknologi komunikasi seperti saat ini, para peserta didik juga dapat dengan sangat

mudah mengakses berbagai macam berita dan informasi terbaru dari berbagai

belahan dunia kapanpun dan di manapun mereka berada dengan waktu yang

sangat singkat melalui handphone yang mereka miliki, di mana handphone

(22)

sifatnya tidak mendidik, sarat akan makna edukasi, dan tidak sesuai dengan nilai

serta norma yang berlaku di Indonesia.

Media massa menyuguhkan beberapa macam informasi seperti berita tentang

politik, sosial, ekonomi, budaya, gaya hidup, dan lain sebagainya melalui berbagai

sarana seperti televisi, radio, internet, majalah, ataupun koran. Selain itu juga

penawaran iklan di berbagai media massa mengenai berbagai produk secara sadar

maupun tidak telah membius masyarakat termasuk para remaja yang masih duduk

di bangku SMA. Kaum remaja yang masih diliputi jiwa yang labil menjadi

sasaran utama para produsen produk-produk terkenal seperti melalui berbagai

macam iklan yang dikemas sedemikian mungkin agar dapat menarik konsumen

sebanyak-banyaknya. Tidak jarang juga iklan-iklan itu dibuat dengan tampilan

yang berlebihan agar terkesan lebih menarik. Maka tidaklah mengherankan

apabila perilaku atau gaya hidup hedonisme dapat berkembang pesat di kalangan

masyarakat Indonesia, bahkan pelajar yang masih duduk di bangku SMA

khususnya peserta didik di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar.

Gaya hidup hedonisme merupakan suatu pola hidup yang aktivitasnya hanya

untuk mencari kesenangan dan kenikmatan materi. Bagi mereka yang menganut

gaya hidup hedonisme ini, bersenang-senang dan hura-hura merupakan kegiatan

utama dalam hidup mereka. Gaya hidup hedonisme ini juga merupakan gaya

hidup yang dicontoh oleh masyarakat termasuk pelajar melalui media massa baik

media cetak maupun elektronik yang menyuguhkan iklan-iklan seputar make up,

parfum, aksesoris, sepatu, tas, dan pakaian. Tayangan-tayangan di televisi seperti

sinetron dan infotaiment juga mempengaruhi perkembangan gaya hidup

(23)

digandrungi oleh para remaja khususnya pelajar di SMA Negeri 1 Terbanggi

Besar, dimana tayangan tersebut mengusung tema-tema percintaan, glamor, dan

hura-hura. Maka tentu saja tidaklah mengherankan apabila hal ini menjadi faktor

yang cukup berpengaruh dalam mendorong para peserta didik ini untuk ikut

bergaya hidup hedonisme. Mereka terinspirasi untuk meniru perilaku dan gaya

hidup para artis atau model tersebut. Baik itu dari segi berpakaian, berdandan,

potongan rambut, bahkan cara berbicaranya. Perkembangan gaya hidup

hedonisme ini menjadi sangat pesat di kalangan peserta didik juga dipengaruhi

dengan menjamurnya situs-situs belanja online dan juga adanya toko-toko online

yang disuguhkan diberbagai jejaring sosial.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lalukan dengan beberapa

siswa kelas XI serta guru di sana, dapat diketahui bahwa gaya hidup hedonisme

ini juga menyebabkan para peserta didik di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar ini

terkadang cenderung berperilaku menyimpang dari tata tertib sekolah. Misalnya

saja berdasarkan keterangan dari seorang peserta didik yang bernama Siska

Amelia, ia mengakui bahwa ia pernah membolos sekolah hanya untuk menontot

di bioskop yang ada di daerah Bandar Lampung. Selain itu, tidak jarang pula

ketika pulang sekolah ia beserta teman-temannya mampir terlebih dahulu ke pusat

perbelanjaan untuk berbelanja dan berfoya-foya, atau hanya sekedar nongkrong di

cafe agar terkesan gaul. Hal ini juga dilakukan oleh beberapa peserta didik

lainnya. Bahkan dalam bidang olahraga pun para peserta didik ini lebih memilih

jenis olahraga yang dianggap lebih modern seperti basket, bowling, futsall, tenis,

(24)

Hedonisme di kalangan peserta didik semakin berkembang pesat dan sudah

menjadi budaya diakibatkan dari semakin majunya perkembangan jaman. Baik itu

dari segi penampilan maupun dalam penggunaan alat komunikasi. Para peserta

didik ini cenderung menggunakan alat komunikasi sesuai dengan model terbaru

seperti smartphone blackberry ataupun android. Dengan begitu mereka akan

merasa percaya diri dan akan semakin disegani oleh teman-temannya. Tentu saja

hal ini dilakukan oleh semua kalangan, baik peserta didik yang berlatar belakang

kalangan menengah ke atas, maupun kalangan menengah ke bawah. Para peserta

didik ini merasa tidak diakui dalam pergaulannya apabila penampilan dan alat

komunikasi yang mereka gunakan tidak mengikuti model yang terbaru dan akan

terkesan ketinggalan jaman. Perilaku hedonisme yang semakin berkembang di

kalangan peserta didik ini juga menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial antar

peserta didik dalam pergaulannya dan menyebabkan motivasi belajar yang lemah.

Perkembangan gaya hidup hedonisme cenderung mempengaruhi motivasi belajar

peserta didik khususnya pada mata pelajaran PKn di SMA Negeri 1 Terbanggi

Besar menjadi lemah. Motivasi belajar yang lemah ini pun mengakibatkan tujuan

pembelajaran tidak tercapai dan hasil belajar menjadi rendah. Hasil belajar peserta

didik yang lemah ini tampak dari nilai-nilai yang mereka peroleh khususnya pada

mata pelajaran PKn yang cenderung kecil dan berada di bawah KKM yang telah

ditentukan. Hal ini penulis ketahui dari daftar nilai peserta didik kelas XI yang

dimiliki oleh guru bidang studi PKn di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. Karena

pada kenyataannya, para peserta didik ini cenderung berperilaku yang tidak sesuai

dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelajar. Para peserta didik lebih

(25)

kelompok sebayanya. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam

hal berpenampilan. Para peserta didik lebih tertarik serta termotivasi untuk

membuktikan bahwa diri merekalah yang paling gaul dan modis. Sekolah yang

seharusnya sebagai tempat untuk menuntut ilmu dan bersaing dalam hal prestasi

di bidang akademik, kini beralih fungsi menjadi tempat untuk bersaing dalam hal

materi. Selain itu, para peserta didik ini juga menjadi malas belajar, mencontek

ketika diberi tugas oleh guru bahkan saat ulangan, ribut di dalam kelas,

berperilaku dan bertutur kata tidak sopan, kurang menghormati guru, tidak

mentaati tata tertib sekolah, di kelas seperti sinetron, lebih gemar mendiskusikan

topik-topik yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan materi pembelajaran,

bahkan mereka juga membentuk kelompok-kelompok atau genk. Tidak jarang hal

ini mengakibatkan kesenjangan dalam pergaulan sosialnya.

Mengikuti perkembangan jaman bagi peserta didik memang merupakan hal yang

lumrah dan diperbolehkan selama itu tidaklah menyimpang dari aturan yang ada

dan tidak bertentangan dalam nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Pancasila merupakan landasan dan ideologi bangsa Indonesia. Dalam bertindak,

setiap warga negaranya harus mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila tersebut. Di sinilah nampak bahwa pentingnya setiap pelajar itu harus

lebih mengenal bangsanya melalui mata pelajaran PKn, di mana melalui

pembelajaran PKn para peserta didik diajarkan untuk lebih mencintai bangsa

Indonesia, bertindak sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, serta

menjadi warga negara yang baik dengan selalu berperilaku yang sesuai dengan

aturan yang ada serta sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Mengikuti arus

(26)

menjadi suatu keharusan yang dalam penerapannya tidak sesuai dan bertolak

belakang dengan aturan atau nilai dan norma yang ada serta kewajiban peserta

didik sebagai pelajar, maka hal ini tentu saja tidak dapat dibiarkan. Karena belajar

merupakan tugas utama seorang peserta didik dan setiap peserta didik harus

memiliki motivasi belajar yang kuat sehingga hasil belajarnya pun baik dan

prestasi belajar dapat tercipta.

Motivasi belajar yang kuat dapat diperlihatkan dalam bentuk perilaku peserta

didik dalam belajar, ungkapan bahasanya, dan hasil dari proses belajar.

Seharusnya, peserta didik lebih giat dan memiliki motivasi yang kuat dalam

belajar sehingga tercipta prestasi belajar yang baik dan memuaskan. Hasil belajar

tidak saja berupa nilai, akan tetapi berupa keterampilan dan perubahan sikap ke

arah yang positif. Sekolah merupakan tempat untuk peserta didik menuntut ilmu

yang nantinya dijadikan bekal untuknya dimasa depan. Seharusnya peserta didik

lebih menyadari statusnya sebagai pelajar dan dapat mejalankan tugas serta

tanggungjawabnya sebagi peserta didik yaitu belajar dengan tekun karena belajar

merupakan tugas utamanya. Selain itu, seharusnya selama proses pembelajaran

berlangsung peserta didik juga dapat lebih aktif sehingga interaksi dalam kegiatan

belajar mengajar dapat tercipta dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Motivasi

belajar yang kuat juga diperlihatkan dengan peserta didiknya yang dapat belajar

mandiri dan kreatif. Dimana sumber belajar yang mereka dapatkan tidak hanya

berasal dari guru dan buku pegangan yang mereka miliki saja, akan tetapi mereka

dapat mendapatkannya dari berbagai sumber seperti internet dan media cetak

lainnya, bahkan teman sebaya mereka. Sekolah juga seharusnya dapat menjadi

(27)

mengenai pengetahuan yang dimiliki masing-masing peserta didik sehingga

pengetahuan mereka dapat bertambah. Selain itu, perilaku peserta didik yang baik

dalam belajar juga akan tercermin dalam interaksi sosialnya serta dalam

penggunaan bahasanya yang baik dan tidak urakan. Dengan motivasi belajar yang

kuat diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Para peserta didik juga

diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan dan prestasi yang

baik dalam bidang akademik.

Berdasarkan keterangan seorang guru bidang studi PKn di SMA Negeri 1

Terbanggi Besar, “bahwa memang banyak terdapat peserta didik yang melanggar

tata tertib yang ada di sekolah. Sekolah sudah melarang para peserta didiknya

membawa handphone berkamera ke sekolah. Selain itu juga banyak terdapat

peserta didik yang memakai aksesoris berlebihan di sekolah dan memakai

seragam yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Padahal sudah jelas ini

dilarang oleh sekolah dan sudah ada peraturannya, tapi masih tetap saja banyak

peserta didik yang tidak mengindahkan peraturan tersebut. Sudah sering kali

diadakan razia dan bagi peserta didik yang melanggar sudah diberikan sanksi.

Akan tetapi masih tetap banyak peserta didik yang membandel dan tidak jera.

Suasana di dalam kelas juga kurang kondusif karena banyak didapati peserta didik

yang mengobrol dengan teman sebangkunya selama proses belajar mengajar

berlangsung. Dimana topik yang dibicarakan mereka bukanlah mengenai materi

pelajaran. Prestasi belajar peserta didik pun menurun karena para peserta didik

cenderung menomor duakan tugasnya sebagai pelajar. ” (wawancara tanggal 14

(28)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat peserta didik

yang cenderung memiliki motivasi belajar lemah, hasil belajar yang rendah, serta

peserta didik di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar ini cenderung melanggar tata

tertib sekolah akibat dari perkembangan gaya hidup hedonisme. Oleh karena itu,

peneliti merasa perlu meneliti lebih lanjut bagaimanakah persepsi peserta didik

terhadap gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA

Negeri 1 Terbanggi Besar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dan pengamatan yang peneliti

lakukan, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Terdapat peserta didik yang berperilaku menyimpang dari tata tertib sekolah

sebagai akibat dari perkembangan gaya hidup hedonisme.

2. Motivasi belajar peserta didik cenderung lemah.

3. Kesadaran peserta didik akan tanggungjawabnya sebagai pelajar.

4. Peserta didik lebih mementingkan penampilan dan gaya hidup daripada fokus

untuk belajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, agar permasalahan

yang diteliti tidak terlalu luas maka peneliti membatasi permasalah pada masalah

persepsi peserta didik terhadap gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaran

(29)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

“Bagaimanakah persepsi peserta didik terhadap gaya hidup hedonisme pada

proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana

persepsi peserta didik terhadap gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaran

PKn di kelas XI SMA Negeri 1 Terbanggi Besar.

F. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini berguna secara teoritik mengembangkan atau menerapkan

konsep-konsep ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan

sehingga dapat mengembangkan konsep-konsep Ilmu Pendidikan

Kewarganegaraan khusunya di bidang kajian Pendidikan Nilai Moral dan

Pembinaan Generasi Muda, karena membahas tentang persepsi peserta didik

terhadap gaya hidup hedonisme yang saat ini sudah membudaya.

b. Kegunaan Praktis 1. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada guru dalam

mengawasi perilaku peserta didik di sekolah agar para peserta didik

dapat lebih mentaati tata tertib sekolah sehingga perilaku menyimpang

pada peserta didik dapat diatasi dan motivasi belajar peserta didik

(30)

2. Bagi Peserta Didik

Secara praktis, penelitian ini berguna untuk peserta didik agar lebih

memahami dan menjalankan tanggungjawabnya sebagai pelajar dan

dapat mencapai prestasi belajar serta tidak terjerumus dalam arus gaya

hidup hedonisme yang tidak sesuai dengan nilai dan kepribadian

bangsa Indonesia.

3. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan masukan kepada sekolah, agar lebih cermat dalam

mengawasi para peserta didik dan lebih tegas dalam membuat sanksi

pelanggaran tata tertib sekolah sehingga dapat tercipta suasana yang

kondusif sesuai dengan yang diharapkan serta tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

G. Ruang Lingkup 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya

pendidikan kewarganegaraan karena membahas tentang persepsi peserta didik

terhadap gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaranPKn di kelas XI

SMA Negeri 1 Terbanggi Besar.

2. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah persepsi peserta didik terhadap

gaya hidup hedonisme pada proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA

(31)

3. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA

Negeri 1 Terbanggi Besar.

4. Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Terbanggi Besar,

Desa Poncowati, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.

5. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin

penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan

Universitas Lampung pada tanggal 12 Desember 2012 sampai dengan

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Mengenai Persepsi

Manusia sebagai mahluk sosial, selalu memerlukan serta melakukan interaksi

dengan lingkungan sekitarnya. Dalam melakukan interaksi itu manusia sering

melakukan persepsi dalam lingkungan masyarakatnya. Secara umum kata persepsi

diartikan sebagai pandangan atau tanggapan seseorang terhadap suatu objek.

Menurut Bimo Walgito (2010:99), “persepsi adalah suatu proses yang didahului

oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanaya stimulus oleh

individu melalui alat indera atau proses sensoris”. Sedangkan menurut Kartini

dalam Leny Hastuti (2012:12), bahwa “persepsi adalah pandangan dan

interprestasi seseorang atau individu terhadap suatu kesan objek yang

diinformasikan kepada dirinya dan lingkungan tempat ia berada sehingga dapat

menentukan tindakannya”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono (2009:86), “persepsi

adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan

dan sebagainya itu yang selanjutnya di interpretasi”. Selain itu, menurut Irwanto

(33)

(objek, kualitas, hubungan antara gejala maupun pristiwa) sampai disadari dan

dimengerti”.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

persepsi adalah suatu proses mendeteksi stimulus melalui alat indera untuk

membeda-bedakan, mengelompokkan pengalaman tentang objek tertentu

kemudian disimpulkan untuk memperoleh informasi dan menafsirkan pesan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi setiap individu terhadap suatu objek

dapat berubah-ubah dan berbeda pada masing-masing individu, tergantung pada

pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya.

Sarlito Wirawan Sarwono (2009:90), menyatakan bahwa seseorang individu bisa

dikatakan mengadakan persepsi terhadap suatu objek apabila memenuhinya

beberapa syarat sebagai berikut:

1. Perhatian

Biasanya seseorang tidak akan menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitarnya sekaligus, tetapi akn memfokuskan perhatianya pada suatu atau dua objek. Perbedaan fokus akan menyebabkan perbedaan persepsi

2. Set

Harapan seseorang akan rangsangan yang timbul, misalnya seseorang pelari akan melakukan start terhadap set akan terdenganr bunyi pistol, dan disaat itu ia harus mulai berlari.

3. Kebutuhan

Kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.

4. Sistem Nilai

Sistem yang berlaku pada suatu masyarakat, juga berpengaruh pada persepsi.

5. Ciri Kepribaadian

Misalnya A dan B bekerja disebuah kantor, si A seorang yang penakut akan mempersepsikan atasanya sebagai tokoh yang menakutkan, sedangkan si b yang penuh percaya diri menganggap atasanya sebagai orang yang bisa diajak bergaul seperti orang yang lain.

(34)

Hal ini akan menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut dengan halusinasi.

David Krech dan Richard. S dalam Djalaludin Rahmat (2009:59), menjelaskan

bahwa ada dua hal yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor fungsional

Faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang termasuk dalam faktor personal yang menentukan persepsi bukan jenis stimulan tapi karakteristik seseorang yang memberikan respon pada stimulan itu, faktor ini terdiri atas :

1. Kebutuhan, kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada seseorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi seseorang, dengan demikian perbedaan kebutuhan akan menimbulkan perbedaan persepsi

2. Kesiapan mental

3. Suasana emosi seperti pada saat senang, sedih, gelisah, marah akan mempengaruhi persepsi

4. Latar belakang budaya

b. Faktor Struktural

Faktor ini berasal dari sifat stimulasi fisik dan sistem syaraf individu, yang meliputi :

1. Kemampuan berfikir 2. Daya tangkap duniawi

3. Saluran daya tangkap yang ada pada manusia

Berdasarkan faktor-faktor di atas maka pada umumnya persepsi seseorang sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu cara belajar, latar belakang budaya,

pendidikan, pengalaman masa lalu dan latar belakang dimana orang tersebut

berada sehingga akan menghasilkan persepsi yang bermacam-macam seperti

setuju, netral, dan tidak setuju terhadap suatu objek tertentu yang diteliti.

Terbentuknya persepsi seseorang terhadap sesuatu objek pada lingkungannya

didasarkan pada stimulus atau situasi yang sedang dihadapinya. Berkenaan

(35)

“Persepsi dapat terdiri dari suatu situasi yang hadir pada seseorang, disini seseorang menghadapi kenyataan yang harus dilihat dan diartikan

Dengan demikian setelah seseorang mengetahui keadaan lingkungannya, semua itu diartikannya pada ingatan dan pikirannya. Pada gilirannya nanti orang tersebut kemudian mengartikan atau menginterprestasikan tentang lingkungan yang dihadapinya dan terakhir orang-orang tersebut akan memberikan umpan balik”.

Berdasarkan definisi di atas, persepsi merupakan proses aktivitas seseorang dalam

memberikan kesan, penilaian, pendapat, memahami, mengorganisir, menafsirkan

yang memungkinkan situasi, pristiwa yang dapat memberikan kesan prilaku yang

positif atau negatif. Persepsi berada pada pikiran dan perasaan manusia secara

individu sehingga memungkinkan orang satu dengan yang lainnya memiliki

persepsi yang berbeda walaupun objek yang dikaji sama.

2. Tinjauan Mengenai Gaya Hidup Hedonisme a. Definisi Gaya Hidup Hedonisme

Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan yang pada akhirnya

seseorang akan menentukan pilihan-pilihan mengenai apa yang akan ia

lakukan, cara ia melakukan sesuatu dalam hidupnya, serta apa yang akan

dikonsumsi atau digunakan oleh seseorang tersebut. Gaya hidup adalah

perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini

khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status

sosialnya.

Menurut Nugroho J. Setiadi (2003:148), “gaya hidup secara luas

didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana

manusia menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri

(36)

berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir”. Sedangkan menurut

Kottler dalam Antonius Sepriadi (2010:11), “gaya hidup adalah pola hidup

seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya”.

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Suratno dan Rismiati dalam Antonius

Sepriadi (2010:11), menyatakan bahwa “gaya hidup adalah pola hidup

seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam

kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan”. Gaya hidup mencerminkan

keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai gaya hidup, maka dapat

disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan

dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam bertindak, berperilaku, dan

bagaimana mengalokasikan waktu. Gaya hidup menggambarkan serta

mencirikan keseluruhan diri seseorang tersebut dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Hedonisme berasal dari kata Hedone yang dalam bahasa yunani berarti

kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah sebuah aliran

dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama adalah

untuk mencari kesenangan yang bersifat duniawi semata. Menurut

pandangan ini, manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang

mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan materi.

Menurut Pospoprodijo dalam Antonius Sepriadi (2010:12), “hedonisme

merupakan suatu anggapan bahwa kesenangan atau kenikmatan adalah tujuan

(37)

kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Adapun hedonisme menurut

Burhanuddin dalam Antonius Sepriadi (2010:12), adalah “sesuatu itu

dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya”. Disini jelas

bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak

menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang

mengatakan ini dengan sendirinya menganggap atau menjadikan kesenangan

itu sebagai tujuan hidupnya.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas mengenai hedonisme, maka dapat

disimpulkan bahwa hedonisme adalah suatu paham yang beranggapan bahwa

tujuan utama dari hidup adalah mencari kesenangan sebanyak mungkin untuk

mencapai kepuasan dalam hidup. Hedonisme merupakan pandangan hidup

yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari

kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari

perasaan-perasaan yang menyakitkan.

Seorang murid Socrates yaitu Aristippos dalam K. Bertens (2004:235),

menyatakan bahwa”Yang sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan. Hal

ini terbukti karena sudah sejak masa kecilnya manusia merasa tertarik akan

kesenangan dan bila telah tercapai ia tidak mencari sesuatu yang lain lagi.

Sebaliknya, ia akan menjauhkan diri dari ketidaksenangan.” Bagi Aristippos,

kesenangan itu hanya bersifat kesenangan badani atau kesenangan lahiriah.

Filsuf Yunani Epicurus (341-270 SM) juga melihat bahwa kesenangan

merupakan tujuan dari kehidupan manusia. Menurut kodratnya, setiap

(38)

itu bukan hanya sebatas pada kesenangan lahiriah saja, tapi juga kesenangan

batiniah berupa etika yang memberikan ketenangan batin.

Gaya hidup hedonisme adalah suatu pola hidup yang segala aktivitasnya

hanya untuk mencari kesenangan hidup. Seperti lebih banyak menghabiskan

waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang membeli barang mahal

yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian. Bagi kaum

hedonisme, tujuan utama hidup adalah hanya untuk selalu meraih kesenangan

materi. Ia tidak peduli kesenangan yang didapat dia tempuh dengan cara apa.

Baginya, kesenangan adalah satu-satunya kebaikan dan tujuan hidup yang

harus dicapai. Gaya hidup hedonisme ini sangat berpengaruh terhadap setiap

lini kehidupan, baik dari segi lapisan masyarakat dan gejala sosial dari

masyarakat itu sendiri.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup Hedonisme

Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh

individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan

barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan

pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Menurut Susanto dalam Nugroho

J. Setiadi (2003:24), faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup yaitu

faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal

dari luar (eksternal).

Faktor internal yang mempengaruhi gaya hidup yaitu:

1. Sikap

2. Pengalaman dan pengamatan 3. Kepribadian

(39)

5. Motif 6. Persepsi

Adapun faktor eksternal yang dijelaskan oleh Nugroho J. Setiadi (2003:24),

yaitu sebagai berikut :

a. Kelompok referensi b. Keluarga

c. Kelas sosial d. Kebudayaan

Perkembangan gaya hidup hedonisme yang semakin pesat tentu ada

penyebabnya. Menurut Imam Munandar (posted Juni 10, 2012), ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi berkembangnya gaya hidup hedonisme.

Yaitu antara lain sebagai berikut:

1. Orang tua dan kaum kerabat 2. Faktor Bacaan

3. Pengaruh tontonan

4. Rendahnya keyakinan agama

c. Dampak dari Perkembangan Gaya Hidup Hedonisme

Hedonisme terjadi karena adanya perubahan perilaku pada masyarakat yang

hanya menghendaki kesenangan. Karena tujuan dari para penganut paham

hedonisme ini yaitu untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati

kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Dalam

perkembangannya, penganut gaya hidup hedonisme ini terus mencari

kebahagiaan selama hidupnya tanpa disertai penderitaan karena para pelaku

gaya hidup hedonisme ini beranggapan bahwa tujuan utama dari hidup ini

adalah untuk selalu mencari kesenangan. Berikut macam-macam dampak dari

perkembangan gaya hidup hedonisme menurut Arif Rahman (posted

(40)

1. Individualisme

16. Lebih mementingkan gaya daripada otak 17. Plagiat

18. Diskriminasi 19. Kreatifitas rendah

20. Tidak berfikir jauh kedepan

Pada kenyataannya, memang gaya hidup hedonisme cenderung tidak sesuai

dengan gaya hidup bangsa kita karena pada dasarnya perkembangan gaya

hidup hedonisme ini bermula dari perilaku masyarakat di negara-negara barat

yang cenderung berperilaku hedonisme, kemudian ditiru oleh masyarakat

Indonesia termasuk para peserta didik yang masih duduk di bangku SMA

melalui berbagai media massa. Namun, memang tidak ada salahnya apabila

masyarakat Indonesia termasuk para peserta didik yang masih duduk di

bangku SMA ini ikut bergaya hidup hedonisme selama mereka mampu untuk

memenuhinya dan tidak bertentangan dengan norma dan aturan yang ada,

serta tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Gaya hidup

hedonisme juga boleh saja dilakukan asalkan para pelakunya dapat tetap

mengutamakan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing serta dapat

menempatkan diri dalam lingkungan sosialnya agar tidak menyebabkan

(41)

d. Upaya untuk Mengatasi Dampak dari Perkembangan Gaya Hidup Hedonisme

Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya hedonisme, menurut Arif

Rahman (posted Desember 05, 2011), ada beberapa upaya yang dapat

dilakukan. Yaitu antara lain:

a. Perlunya kearifan dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam gaya hidup hedonisme.

b. Menanamkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari. c. Dalam memilih barang perlu dibuat skala prioritas dalam

berbelanja sehingga dapat membedakan barang apa yang benar-benar diperlukan dan barang-barang yang diinginkan namun tidak diperlukan.

d. Penerapan pola hidup sederhana dalam kegiatan sehari-hari diperlukan untuk mengatur keuangan agar pendapatan yang biasanya berasal dari orang tua tidaklah lebih kecil daripada pengeluaran.

e. Adanya kedewasaan dalam berpikir sehingga dapat membentengi diri dari pola hidup hedonisme.

3. Tinjauan Mengenai Proses Pembelajaran PKn a. Definisi proses pembelajaran

Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas

yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat

berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian

pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.

Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar,

guru, dan peserta didik yaitu saling bertukar informasi. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

(42)

dialami sepanjang hayat seoarang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan

kapanpun.

Pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2011:57), “pembelajaran adalah

suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (peserta didik

dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang,

kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran”. Sedangkan istilah pembelajaran menurut Miarso (2007:457),

“pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan yang

dilakasanakan secara sengaja, dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu

sebelum proses dilakasnakan, serta yang pelaksanaannya terkendali”.

Gagne dan Briggs dalam H. Djaali (2008:3), mengemukakan bahwa

“pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses

belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,

disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya

proses belajar peserta didik yang bersifat internal”.

Menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006:94), belajar adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri seorang. Inilah yang merupakan

sebagai inti proses pembelajaran. Perubahan teresebut bersifat:

1. Intensional, yaitu perubahan yang terjadi karena pengalaman atau praktek yang dilakukan, proses belajar dengan sengaja dan disadari, buka terjadi karena kebetulan.

(43)

3. Efektif fungsional, perubahan yang bersifat efektif yaitu dimana adanya perubahan yang memberikan pengaruh dan manfaat bagi pelajar. Adapun yang bersifat fungsional yaitu perubahan yang relatif tetap serta dapat diproduksi atau dimanfaatkan setiap kali dibutuhkan.

Berdasarkan beberapa pandangan mengenai pembelajaran, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah subuah proses belajar yang

menghendaki sebuah perubahan tingkah laku, baik itu perubahan kognitif,

psikomotorik, afektif. Oleh karena itu seorang guru harus mampu membuat

peserta didik agar mau belajar secara efektif sehingga terjadi sebuah

perubahan yang sesuai dengan harapan dan diharapkan adanya perubahan

tingkah laku peserta didikke arah yang lebih baik.

b. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Mata pelajaran yang berkaitan dengan moral dan karakter bangsa selain

Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan sebelumnya dikenal dengan

nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP), yang selanjutnya diganti dengan

nama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) namun selanjutnya

diganti dengan nama PKn sampai dengan saat ini. Pendidikan

Kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan salah satu mata pelajaran

yang penting dalam suatu jenjang pendidikan, karena dalam mata pelajaran

PKn perkembangan moral dan budi pekerti peserta didik sebagai warga

negara yang baik sangat ditekankan.

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Sofhiah dan Gatara dalam

(44)

sebagai proses dari pendewasaan bagi warga negara dengan usaha sadar dan

terencana melalui pengajaran dan pelatihan sehingga terjadi perubahan pada

warga negara tersebut dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang

bersifat kritis dan emansipatoris”. Sedangkan menurut S. Sumarsono dalam

M. Daryono (2011:6), “Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha untuk

membekali peserta didik dengan kemampuan dasar berkenaan dengan

hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan

bela negara, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa

dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pendapat lain dikemukakan oleh M. Daryono (2011:1), “Pendidikan

Kewarganegaraan adalah nama dari suatu mata pelajaran yang terdapat dalam

kurikulum sekolah”. Sedangkan menurut Numan Soemantri (2001:1),

dikatakan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan

yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber

pengetahuan lainnya, pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat,

orang tua yang kesemuanya itu diproses guna melatih peserta didik untuk

berfikir kritis, analitis, bersikap, dan bertindak demokratis dalam

mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD

1945”.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah nama dari suatu mata pelajaran

yang terdapat dalam kurikulum sekolah. Pendidikan Kewarganegaraan

(45)

Pancasila, agar dapat mencapai perkembangan secara optimal dan dapat

mewujudkan dalam kehidupannya sehari-hari.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah suatu usaha sadar, yang terencana

dan terarah, melalui pendidikan formal, untuk mentransformasikan dan

mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada anak

didik. Pengembangan nilai dimaksudkan anak didik dapat mencerna melalui

akalnya, dan menumbuhkan rasionalitas sesuai dengan kemampuannya

mengembangkan rasionalitas tentang nilai Pancasila, sehingga anak akan

mencapai perkembangan penalaran moral seoptimal mungkin.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berusaha membentuk manusia Indonesia

seutuhnya sebagai perwujudan kepribadian Pancasila, yang mampu

melaksanakan pembangunan masyarakat Pancasila. Maka PKn menduduki

tempat yang sangat sentral dan strategis dalam konstelasi pendidikan

nasional.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, merupakan produk Lembaga

Tertinggi Negara Tahun 1973. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

merupakan konsekuensi dari pengakuan atas kedudukan Pancasila sebagai

dasar negara. Pancasila, secara yuridis formal telah diterima sebagai dasar

negara. Konsekuensi dari pernyataan tersebut ialah bahwa dalam

penyelenggaraan negara gerak langkahnya harus sejalan dan didasarkan pada

(46)

Berdasarkan pengertian tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa PKn

adalah suatu mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan budi

pekerti, pengetahuan, dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan

warga negara dengan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang

bertujuan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

yang berakar pada budaya bangsa Indonesia agar menjadi warga negara yang

mampu berdiri di atas kakinya sendiri dan dapat diandalkan bangsa dan

negara.

c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Menurut M. Daryono (2011:29), “Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

berusaha membentuk manusia seutuhnya sebagai perwujudan kepribadian

bangsa, yang melaksanakan pembangunan masyarakat Pancasila, tanpa PKn,

segala kepintaran atau akal, ketinggian ilmu pengetahuan dan teknologi,

keterampilan dan kecekatan, tidak memberikan jaminan pada terwujudnya

masyarakat Pancasila”. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa PKn

mempunyai kedudukan yang sangat penting, khususnya dalam pembentukan

kepribadian manusia Indonesia yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Oleh

karena itu, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak bisa

lepas dari pendidikan nasional, dalam arti merupakan satu kesatuan dalam

sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan pendidikan nasional.

Menurut kurikulum 2004 Paradigma Baru PKn berdasarkan standar isi BSNP

dalam Departemen Pendidikan Nasional (2003:2), tujuan Mata Pelajaran

(47)

1. Berpikir secara kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara bermutudan bertanggung jawab dan

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Berkembang secara positif dan demokratis berkembang diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dan dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam modul Kapita Selekta PKn (2006:7), secara eksplisit tercantum tujuan

kurikuler PKn adalah kelima Pancasila, yaitu sebagai berikut:

1. Peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan sila persatuan Indonesia.

4. Peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5. Peserta didik memahami, menghayati, dan mengamalkan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dari rumusan tujuan kurikuler tersebut, yang sangat jelas menggunakan istilah

memahami, menghayati, dan mengamalkan, maka berarti bahwa tujuan PKn itu

meliputi:

a. Aspek kognitif (pengetahuan, memahami), kawasan yang berkaitan

dengan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar.

b. Aspek afektif (nilai, menghayati), kawasan yang berkaitan dengan

aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral

(48)

c. Aspek psikomotorik (perilaku, mengamalkan), kawasan yang berkaitan

dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf

dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri

dari kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual),

menyesuaikan (adaptation), dan menciptakan (origination).

Pendidikan Kewarganegaraan yang dimanifestasikan di dalam kurikulum sekolah

ialah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil,

berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan

dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila

dan UUD 1945.

d. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pada bagian yang lain dalam Paradigma Baru PKn dalam Winarno (2007:11),

menyebutkan juga fungsi Pendidikan Kewarganegaraan. Fungsi Pendidikan

Kewarganegaraan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila secara dinamis dan terbuka dalam.

2. Arti bahwa nilai moral yang dikembangkan mampu menjawab tantangan perkembangan dalam masyarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia, yang merdeka, bersatu, dan

berdaulat.

3. Mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya yang sadar politik dan konstitusi negara kesatuan Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1945.

(49)

Berdasarkan penjabaran tersebut dapat dikatakan bahwa mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya adalah suatu wahana yang

berfungsi melestarikan nilai luhur Pancasila, mengembangkan, dan membina

manusia Indonesia seutuhnya serta membina pengalaman dan kesadaran warga

negara untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara

yang dapat bertanggung jawab dan dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Seperti halnya mata pelajaran lain, mata pelajaran PKn di sekolah memiliki

rambu-rambu dalam proses pembelajarannya. Rambu-rambu ini berfungsi untuk

menjadi acuan guru mata pelajaran PKn dalam melaksanakan proses pembelajaran

yang efektif.

Berdasarkan modul Kapita Selekta PKn dalam Standar isi BSNP (2006:14)

disebutkan bahwa rambu-rambu pembelajaran PKn, yaitu:

1. Membina tatanan nilai moral Pancasila secara utuh, bulat, dan berkesinambungan sebagai dasar negara, ideologi negara, pandangan hidup bangsa, dan perjanjian luhhur bangsa Indonesia.

2. Wujud pembinaan dalam garis-garis besar proses pembelajaran PKn melalui pembinaan konsep nilai moral Pancasila.

3. Membudayakan Pancasila secara dini, terprogram, dan terus-menerus. 4. Garis-garis besar proses pembelajaran PKn adalah salah satu perangkat

kurikulum dan pedoman bagi guru.

5. Garis-garis besar proses pembelajaran PKn merupakan program minimal yang diorganisasikan ke dalam sistem semester, jatah waktunya 16 kali pertemuan.

6. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam garis-garis besar proses

pembelajaran PKn adalah nilai-nilai dasar Pancasila yang dijabarkan ke dalam nilai instrumental.

7. Rumusan tujuan PKn setiap kelas mengandung nilai moral Pancasila yang harus dikembangkan pada tingkat atau kelas dalam bentuk tujuan intruksional khusus.

8. Prinsip penyajian nilai dimulai dari mudah ke sukar, sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, lingkungan kehidupan peserta didik.

(50)

10. Uraian ssetiap pokok bahasan mencakup dua proses, yaitu pengenalan nilai, dan pembahasan atau pengamalannya.

11. Melakukan hubungan, bebas memilih strategi, metode, dan media serta evaluasi, yang melibatkan orang tua dan masyarakat.

Berdasarkan pernyataan yang telah disebutkan, maka peneliti menyimpulkan

bahwa, mata pelajaran PKn adalah suatu mata pelajaran yang berfungsi membina

tingkah laku peserta didik, sehingga dalam proses pelaksanaan pembelajarannya

harus terfokus pada peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut

seorang guru harus dapat mengembangkan segala kemampuan yang ia miliki,

dengan tetap berpatokan pada rambu-rambu pembelajaran yang telah ditentukan.

Hal ini dilakukan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

e. Misi dan Visi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan pasca KBK memiliki karakteristik

pendidikan pengajarannya, sehingga ia mengemban misi, sebagai berikut:

1. Mengembangkan kerangka berpikir baru yang dapat dijadikan landasan yang rasional untuk menyusun PKn baru, sebagai pendidikan intelektual ke arah pembentukan warga negara yang demokratis. Misi tersebut dilakukan melalui penetapan kemampuan dasar PKn, sebagai landasan penyusunan standar kemampuan serta standar minimum yang ditetapkan secara rasional.

2. Menyusun substansi PKn baru sebagai pendidikan demokrasi yang berlandaskan pada latar belakang sosial budaya serta dalam konteks politik, kenegaraan, dan landasan konstitusi yang dituangkan dalam sila-sila demokrasi Indonesia. Misi tersebut dilakukan melalui penyusunan uraian materi pada masing-masing standar materi PKn yang dapat memfasilitasi berkembangnya pendidikan demokrasi.

Sedangkan visi PKn, yaitu: “Mewujudkan proses pendidikan yang integral di

(51)

cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab yang pada gilirannya akan menjadi

landasan untuk berkembangnya masyarakat Indonesia yang demokratis”.

Dari misi dan visi tersebut, sangat jelas bahwa untuk membentuk warga negara

yang baik sangat dibutuhkan konsep pendidikan yang demokratis yang diartikan

sebagai tatanan konseptual yang menggambarkan keseluruhan upaya sistematis

untuk mengembangkan cita-cita, nilai-nilai, prinsip, dan pola perilaku demokratis

dalam diri individu warga negara dalam tatanan iklim yang demokratis.

f. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,

cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah

pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi

dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan

Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga,

tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,

peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan

internasional.

c. Hak Asasi Manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan

kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional

(52)

d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri

sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri,

persamaan kedudukan warga negara.

e. Konstitusi negara meliputi: proklamsi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

hubungan dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,

pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan

sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat

madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara,

pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila

sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri

Indonesia di Era Globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional

dan organisasi Internasional dan mengevaluasi globalisasi.

g. Substansi Kajian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Substansi kajian pendidikan kewarganegaraan terdiri dari:

a. Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) yang

mencakup bidang politik, hukum dan moral.

b. Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skills) yang meliputi

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 1. Jumlah Populasi Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1
Tabel 2. Jumlah Penyajian Sampel pada Masing-masing Kelas XI di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menggambarkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan kualitas hidup pasien kanker payudara dengan nilai p-value = 0,006 (< 0,05).

dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Material tersebut memiliki efisiensi fotokatalis yang tinggi dengan celah pita energi 3,3 eV bersesuaian dengan energi sinar UV hingga cahaya tampak dan dapat

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa indikator sanitasi, akses air bersih, cuci tangan dengan benar, dan BAB di jamban menunjukkan hubungan yang bermakna dengan nilai

Menurut Dinkmeyer and Caldwell (dalam Ahman,1998), bahwasanya ada beberapa faktor yang membedakan antara bimbingan di SD dengan sekolah menengah, yaitu : pertama, bimbingan di

Analisis sistem informasi akuntansi penerimaan kas berupa prosedur sistem yang berjalan dan digambarkan dalam bentuk diagram flowchart, perancangan proses dengan

Perbandigan Algoritma Djikstra dan Algoritma Floyd Warshall Dalam Penentuan Lintasan Terpendek (Single Pair Shortest Path).. Institut

c) Siswa diberikan tugas kelompok untuk mengamati model bangun ruang yang telah disediakan oleh guru. Pengamatan dilakukan sesuai dengan petunjuk dan tugas pada