• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan geotek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan geotek"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI TEKNIK

Disusun Oleh : Putra Wijaya Ismail

121101164

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2014

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Praktikum Geologi Teknik semester V ditingkat Sarjana/S-1 pada Jurusan Teknik Geologi,Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Disahkan di : D.I. Yogyakarta Pada tanggal :

Erwin Kurniadi S.T Alumni (...)

Yoni Setiawan 101.10.1021 (...)

Lalu Abdul Malik Mardani 101.10.1019 (...)

Rinaldi Ramon 101.10.1027 (...)

Rehan 101.10.1012 (...)

Muhamad Yasin 111.10.1073 (...)

Ayu Marina Mayang Sari 111.10.1065 (...)

Gayus C Pratama 101.10.1039 (...)

Mengetahui

Kepala Laboratorium Sumber Daya Energi

Ir. H. Siwi Sanjoto, M.T NIK. 86. 555.31. E

(3)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, terimakasih Allah..perjuangan berat hamba-Mu yang lemah ini berakhir juga, Puji syukur selalu hamba panjatkan kehadirat-Mu ya Allah, terima kasih Allah, dengan kerikil-kerikil cobaan dari-Mu, hamba dapat mengerti arti hidup yang sesungguhnya. Laporan Geologi Teknik ini saya persembahkan untuk: 1. Kedua orang tua penyusun yang telah memberi dukungan besar dalam

penyusunan laporan ini.

2. Saudara-saudaraku yang tercinta yang telah memberi semangat dalam belajar dan penyusunan laporan ini.

3. Para asisten dosen Geologi Teknik yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, serta membimbing penyusun dalam melakukan pratikum di laboratorium.

4. Teman- teman yang saya sayangi yang telah memberi semangat dan dukungan baik moral maupun materi.

(4)

PRAKATA Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum Geologi Teknik. Tugas ini berhasil saya susun berkat bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini saya mengucapkan banyak terima kasih. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, sesuai dengan peribahasa “Tiada gading yang tak retak”. Untuk itu segala saran dan kritik yang membangun akan saya terima dengan senang hati demi penyempurnaan laporan selanjutnya.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Desember 2014

Penyusun

(5)

DAFTAR ISI

1.3. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah 1 1.4. Tahapan penelitian 2

IV.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian 13 BAB V PENUTUP 14

V.1. Kesimpulan dan Saran 14

BAB VI DAFTAR PUSTAKA 15

(6)

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Deskripsi dan pengambilan sampel 3 Gambar 2. Pengukuran profil tanah 4

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Geomorfologi daerah penelitian 6

(8)

3

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

Geologi teknik merupakan ilmu yang mempelajari perilaku fisik dan mekanik tanah dan atau batuan dalam kaitannya dengan permasalahan fondasi dan bahan bangunan. Tanah dan atau batuan dalam geologi teknik dipandang bukan atas dasar genetiknya, tetapi atas dasar fungsinya sebagai material konstruksi (construction materials) dan material fondasi (fondation materials). Sebagai material konstruksi artinya batuan dan atau tanah digunakan sebagai bahan isian (bahan bangunan), sedangkan sebagai material fondasi artinya batuan dan atau tanah berfungsi sebagai tapak atau lokasi tempat didirikan nya bangunan.

Kegiatan Geologi Teknik yang dilaksanakan di TPA Piyungan adalah untuk mengetahui jenis-jenis tanah dan atau batuan yang menyusun lokasi serta morfologi yang terbentuk dan struktur geologi yang terdapat pada daerah tersebut.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah melakukan studi keteknikan terhadap jenis-jenis tanah dan atau batuan serta penyebarannya pada daerah penelitian.

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui jenis-jenis tanah dan batuan yang menyusun daerah penelitian ditinjau dari aspek keteknikan serta morfologi yang terbentuk dan struktur geologi yang terdapat pada lokasi penelitian.

I.3. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah

Lokasi pengamatan dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 17 November 2014, pukul 09.18 WIB dan pada hari Sabtu tanggal 26 November 2014 pukul 08.35 WIB. Pengamatan pertama kali dilakukan untuk mengambil sampel batuan yang selanjutnya di perllukan untuk menguji kuat tekan batuan, sedang pengamatan kedua dilakukan untuk mengukur profil tanah pada lokasi penelitian.

(9)

4

sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi pengamatan dapat ditempuh dengan sepeda motor kurang lebih 30 menit dari kampus 2 IST AKPRIND Yogyakarta.

I.4. Tahapan Penelitian

I.4.1. Tahapan Penelitian di Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data lapangan, terutama mengenai data litologi, bentang alam, gejala stratigrafi, struktur geologi, serta pengambilan contoh batuan, sketsa, pengukuran profil tanah dan foto lapangan yang bertujuan untuk mengetahui jenis, susunan, hubungan dan pola penyebaran batuan serta struktur yang mengontrol daerah penelitian.

Adapun alat-alat yang digunakan selama kegiatan pengamatan di lapangan meliputi:

(10)

3

Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan pengamatan di lapangan meliputi:

a. Sampel batuan yang sudah dipotong berbentuk kubus 5 cm × 5 cm b. Alat uji kuat tekan

c. Gelas ukur d. Termometer e. Aerometer

(11)

4

(12)

BAB II

GEOMORFOLOGI II.1. Geomorfologi Regional

Mengacu pada zonasi fisiografi Pulau Jawa oleh Van Bemmelen (1949), maka daerah fieldtrip termasuk zona fisiografi Pegunungan Selatan Bagian Barat. Zona Pegunungan Selatan merupakan pegunungan struktural yang memanjang dari barat ke timur (W-E) searah dengan geometri Pulau Jawa, dan terbagi menjadi Pegunungan Selatan Jawa Timur dan Pegunungan Selatan Jawa Barat, Satuan geomorfologi Pegunungan Selatan dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst

Satuan ini terletak pada daerah paling selatan, terdiri-dari bentukan positif dan negatif yang memanjang dari Parangtritis sampai Pacitan.

2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipatan

Satuan ini terletak di daerah Ngawen dan sekitarnya. Bentukan yang ada berupa perbukitan yang dibangun oleh struktur homoklin, antiklin, sinklin, dan gawir terjal yang memanjang dari barat ke timur.

3. Satuan Geomorfologi Dataran Tinggi

Satuan ini menempati bagian tengah daerah Pegunungan Selatan, yaitu daerah Gading, Wonosari, Playen, dan menerus hingga Semanu. Morfologi yang ada dibangun oleh batugamping berlapis, batupasir gampingan yang kedudukan perlapisannya relatif horizontal.

4. Satuan Geomorfologi Dataran Berteras

Satuan geomorfologi ini dibangun oleh batuan berumur Kuarter berupa lempung hitam, konglomerat, pasir, dan perulangan tuf dengan pasir kasar hingga halus. Satuan ini berada di sebagian Ngawen, Semin, hingga Wonogiri bagian selatan.

II.2. Geomorfologi Daerah Penelitian

Morfologi daerah penelitian menurut Saputra (2001) dapat dibagi menjadi 3 satuan yaitu morfologi perbukitan, lembah antar bukit dan dataran tersusun oleh kelompok batuan tersier yang mempunyai arah kemiringan lapisan

(13)

6

umum Tenggara-Selatan, terdiri atas satuan batupasir-batulempung tufan, satuan breksi-andesit dan satuan breksi-batu apung dan kelompok batuan Kuarter yang terdiri dari satuan endapan pasir lempungan alluvial, satuan endapan pasir lempungan fluvial Kali Opak.

Tabel 1. Geomorfologi daerah penelitian

(14)

BAB III endapan kurang lebih setebal 4000 meter. Hampir keseluruhan batuan sedimen tersebut mempunyai kemiringan ke arah selatan. Urutan stratigrafi penyusun Pegunungan Selatan Bagian Barat dari tua ke muda adalah :

1. Formasi Kebo – Butak

Formasi ini secara umum terdiri-dari konglomerat, batupasir, dan batulempung yang menunjukkan kenampakan pengendapan arus turbid maupun pengendapan gaya berat yang lain. Di bagian bawah oleh Bothe disebut sebagai anggota Kebo (Kebo beds) yang tersusun antara batupasir, batulanau, dan batulempung yang khas menunjukkan struktur turbidit dengan perselingan batupasir konglomeratan yang mengandung klastika lempung. Bagian bawah anggota ini diterobos oleh sill batuan beku.

Bagian atas dari formasi ini termasuk anggota Butak yang tersusun oleh perulangan batupasir konglomeratan yang bergradasi menjadi lempung atau lanau. Ketebalan rata-rata formasi ini kurang lebih 800 meter. Urutan yang membentuk Formasi Kebo – Butak ini ditafsirkan terbentuk pada lingkungan lower submarine fan dengan beberapa interupsi pengandapan tipe mid fan yang terbentuk pada Oligosen Akhir (N2 – N3).

2. Formasi Semilir

Secara umum formasi ini tersusun oleh batupasir dan batulanau yang bersifat tufan, ringan, dan kadang-kadang diselingi oleh selaan breksi volkanik. Fragmen yang menyusun breksi maupun batupasir biasanya berupa batuapung yang bersifat asam. Di lapangan biasanya dijumpai perlapisan yang begitu baik, dan struktur yang mencirikan turbidit banyak dijumpai. Langkanya kandungan fosil pada formasi ini menunjukkan bahwa

(15)

8

pengendapan berlangsung secara cepat atau berada pada daerah yang sangat dalam, berada pada daerah ambang kompensasi karbonat (CCD), sehingga fosil gampingan sudah mengalami korosi sebelum mencapai dasar pengendapan.

Umur dari formasi ini diduga adalah pada Miosen Awal (N4) berdasar pada keterdapatan Globigerinoides primordius pada daerah yang bersifat lempungan dari formasi ini, yaitu di dekat Piyungan (Van Gorsel, 1987). Formasi Semilir ini menumpang secara selaras di atas anggota Butak dari Formasi Kebo – Butak. Formasi ini tersingkap secara baik di wilayahnya, yaitu di tebing gawir Baturagung di bawah puncak Semilir.

3. Formasi Nglanggeran

Formasi ini berbeda dengan formasi-formasi sebelumnya, yang dicirikan oleh penyusun utamanya berupa breksi dengan penyusun material volkanik, tidak menunjukkan perlapisan yang baik dengan ketebalan yang cukup besar, bagian yang terkasar dari breksinya hampir seluruhnya tersusun oleh bongkah-bongkah lava andesit, sebagian besar telah mengalami breksiasi. Formasi ini ditafsirkan sebagai pengendapan dari aliran rombakan yang berasal dari gunungapi bawah laut, dalam lingkungan laut, dan proses pengendapan berjalan cepat, yaitu hanya selama Miosen Awal (N4).

(16)

9

Ke arah atas, yaitu ke arah Formasi Sambipitu, Formasi Nglanggeran berubah secara bergradasi, seperti yang terlihat pada singkapan di Sungai Putat. Lokasi yang diamati oleh EGR tahun 2002 berada pada sisi lain Sungai Putat dimana kontak kedua formasi ini ditunjukkan oleh kontak struktural.

4. Formasi Sambipitu

Di atas Formasi Nglanggeran kembali terdapat formasi batuan yang menunjukkan ciri-ciri turbidit, yaitu Formasi Sambipitu. Formasi ini tersusun oleh batupasir yang bergradasi menjadi batulanau atau batulempung. Di bagian bawah, batupasirnya masih menunjukkan sifat volkanik, sedang ke arah atas sifat volkanik ini berubah menjadi batupasir yang bersifat gampingan. Pada batupasir gampingan ini sering dijumpai fragmen dari koral dan foraminifera besar yang berasal dari lingkungan terumbu laut dangkal yang terseret masuk dalam lingkungan yang lebih dalam akibat arus turbid. Ke arah atas, Formasi Sambipitu berubah secara gradasional menjadi Formasi Wonosari (anggota Oyo) seperti singkapan yang terdapat di Sungai Widoro di dekat Bunder. Formasi Sambipitu terbentuk selama zaman Miosen, yaitu kira-kira antara N4 – N8 atau NN2 – NN5.

5. Formasi Oyo – Wonosari

Selaras di atas Formasi Sambipitu terdapat Formasi Oyo – Wonosari. Formasi ini terutama terdiri-dari batugamping dan napal. Penyebarannya meluas hampir setengah bagian dari Pegunungan Selatan memanjang ke timur, membelok ke arah utara di sebelah Perbukitan Panggung hingga mencapai bagian barat dari daerah depresi Wonogiri – Baturetno.

(17)

10

Di lapangan batugamping ini terlihat sebagai batugamping berlapis, menunjukkan sortasi butir dan pada bagian yang halus banyak dijumpai fosil jejak tipe burial yang terdapat pada bidang permukaaan perlapisan ataupun memotong sejajar perlapisan. Batugamping kelompok ini disebut sebagai anggota Oyo dari Formasi Wonosari.

Ke arah lebih muda, anggota Oyo ini bergradasi menjadi dua fasies yang berbeda. Di daerah Wonosari, semakin ke selatan batugamping semakin berubah menjadi batugamping terumbu yang berupa rudstone, framestone, floatstone, bersifat lebih keras dan dinamakan sebagai anggota Wonosari dari Formasi Oyo – Wonosari (Bothe, 1929).

Sedangkan di barat daya Kota Wonosari batugamping terumbu ini berubah menjadi batugamping berlapis yang bergradasi menjadi napal yang disebut sebagai anggota Kepek dari Formasi Wonosari. Anggota Kepek ini juga tersingkap di bagian timur, yaitu di daerah depresi Wonogiri – Baturetno, di bawah endapan kuarter seperti yang terdapat di daerah Eromoko. Secara keseluruhan, formasi ini terbentuk selama Miosen Akhir (N9 – N18).

6. Endapan Kuarter

Di atas seri batuan Endapan Tersier seperti telah tersebut di atas, terdapat suatu kelompok sedimen yang sudah agak mengeras hingga masih lepas. Karena kelompok ini di atas bidang erosi, serta proses pembentukannya masih berlanjut hingga saat ini, maka secara keseluruhan sedimen ini disebut sebagai Endapan Kuarter. Penyebarannya meluas mulai dari timur laut Wonosari hingga daerah depresi Wonogiri – Baturetno. Singkapan yang baik dari Endapan Kuarter ini terdapat di daerah Eromoko, sekitar Waduk Gadjah Mungkur.

(18)

11

Stratigrafi Endapan Kuarter di daerah Eromoko, Wonogiri secara vertikal tesusun dari perulangan tuf halus putih kekuning-kuningan dengan perulangan gradasi batupasir kasar ke batupasir sedang dengan lensa-lensa konglomerat. Batupasir tersebut mempunyai struktur silang siur tipe palung, sedangkan lapisan tuf terdapat di bagian bawah, tengah, dan atas. Pada saat lapisan tuf terbentuk, terjadi juga aktivitas sungai yang menghasilkan konglomerat.

III.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Stratigrafi dari daerah penelitian meliputi 4 satuan batuan berupa endapan aluvial, satuan breksi pumice , breksi andesit dan satuan batupasir

1. Endapan Aluvial

Endapan alluvial dengan ukuran butir didominasi oleh lempung-pasir dan merupakan hasil pelapukan dari batuan yang lebih tua, satuan ini menempati 17,3 % dari daerah penelitian.

2. Satuan Breksi Pumice

Satuan ini terdiri dari breksi dengan warna abu-abu kehitaman dan fragmennya berbentuk menyudut sampai menyudut tanggung yang berukuran dari krikil sampai krakal. Luas daerah satuan ini kurang lebih 11%

3. Breksi Andesit

Satuan ini terdiri dari batuan breksi andesit dengan warna coklat abu-abu agak kehitaman dengan fragmen brangkal-kerakal memilki semen komposisi silika, satuan ini menempati 6,31 % dari daerah penelitian.

(19)

10

Satuan ini terdiri dari batupasir berlapis baik dengan adanya sisipan batulempung dan tuf. Beberapa lokasi menunjukan kenampakan mengulit bawang akibat dari pengkekaran pada batuan tersebut. Luas daerah satuan ini kurang lebih 68% dari wilayah penelitian.

(20)

miosen bawah samapai oligosen atas, yang diduga lingkungan pengendapannya adalah laut dalam terbuka.

(a)

(b)

Gambar 3. Litologi yang terdapat pada daerah penelitian; batuan lempung (a), batuan pasir tufan (b)

(21)

BAB IV akibat penunjaman lempeng Indo-Australia selama Eosen hingga Miosen Tengah. Arah ini ditunjukkan oleh kelurusan sepanjang Sungai Opak dan Sungai Bengawan Solo.

2. Arah N-S, sebagian besar juga merupakan sesar geser sinistral, kecuali pada batas barat Pegunungan Selatan yang merupakan sesar turun.

3. Arah NW-SE, umumnya merupakan sesar geser dekstral. Set kedua dan ketiga arah ini tampak sebagai pasangan rekahan yang terbentuk akibat gaya kompresi berarah NNW-SSE yang berkembang pada Pliosen Akhir.

4. Arah E-W, sebagian besar merupakan sesar turun yang terjadi akibat gaya regangan berarah N-S dan berkembang pada Pleistosen Awal.

5.

IV.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Seperti pada penjelasan geomorfologi daerah penelitian di bab II sebelumnya, morfologi daerah penelitian menurut Saputra (2001) dapat dibagi menjadi 3 satuan yaitu morfologi perbukitan, lembah antar bukit dan dataran. Pada morfologi perbukitan, tersusun oleh kelompok batuan tersier yang mempunyai arah kemiringan lapisan umum Tenggara-Selatan, terdiri atas satuan batupasir-batulempung tufan, satuan breksi-andesit dan satuan breksi-batu apung.

(22)
(23)

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan dan Saran

Stratigrafi dari daerah penelitian meliputi 4 satuan batuan berupa endapan aluvial, satuan breksi pumice , breksi andesit dan satuan batupasir. Hubungan stratigrafi yaitu antara endapan alluvial dan subsatuan geomorfik breksi pumice adalah tidak selaras sendangkan antara breksi pumice, breksi andesit dan batupasir selaras. Umur batuan Kuater – Tersier dengan kala miosen bawah samapai oligosen atas, yang diduga lingkungan pengendapannya adalah laut dalam terbuka, struktur primer ditandai dengan adanya perlapisan dan laminasi, sedangkan struktur sekunder ditandai dengan adanyan kekar dan sesar.

Saramn, dilihat dari segi pengajaran, para asisten praktikum yang bersangkutan sudah memberikan penjelasan dan pemahaman yang baik bagi praktikan. Sehingga praktikan berharap semoga ke depannya para asisten bisa lebih baik lagi dalam memberikan pemahaman seluruh materi.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, TPA Piyungan Ditinjau Dari Aspek Geologi Lingkungan, dalam website : www.pedulisampah.org/index.php ,

http://geoarc2011.blogspot.com/2014/06/stratigrafi-geologi-lapangan-2-daerah.html

http://wachidgeologist.wordpress.com/2012/05/16/geologi-regional-pegunungan-selatan/

https://www.scribd.com/doc/51056261/Tugas-Geologi-yogyakarta

http://www.scribd.com/doc/80590454/LAPORAN-GEOLOGI-TEKNIK

Gambar

Gambar 1. Deskripsi dan pengambilan sampel di lokasi pengamatan 1(Penulis, 2014)
Gambar 2. Pengukuran profil tanah di lokasi pengamatan 2(Penulis, 2014)
Tabel 1. Geomorfologi daerah penelitian
Gambar 3. Litologi yang terdapat pada daerah penelitian; batuan lempung (a), batuanpasir tufan (b)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya

Kecuali pada titik pengukuran MT3 dan MT5 masuk pada kategori jenis tanah IV dengan frekuensi dominan <2,5 yang terdiri dari batuan alluvial yang terbentuk dari

Proses terbentuk : Batuan ini terbentuk dari hasil pembekuan magma berkomposisi asam yang membeku di dalam dapur magma, sehingga batu ini merupakan jenis batu beku

Batuan beku andesit merupakan jenis batuan yang terbentuk dari pembekuan lava yang keluar kepermukaan bumi saat terjadi letusan gunung berapi dan juga terbentuk

typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk pada saat batuan sediment atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan

*.. Pekerjaan laboratorium merupakan kelanjutan dari pekerjaan lapangan. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperoleh parameter sifat keteknikan tanah dan batuan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis laterit yang kaya akan unsur Ni yaitu laterit berwarna cokelat kemerahan berasal dari batuan ultramafik, terdapat pada morfologi

Pengertian Batuan Beku Batuan beku atau batuan igneus dari Bahasa Latin: ignis, "api" adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa