• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gaya Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM

MENINGKATKAN KINERJA BIROKRASI

(Studi tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor Camat

Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1)

Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

IFRI GOLDEN GIRSANG

080903063

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN KINERJA BIROKRASI

(Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)

Nama : Ifri Golden Girsang NIM : 080903063

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Arlina, SH. M.Hum

Salah satu fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen pemerintah untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien, efektif, berkeadilan, transparan dan akuntabel. Hal ini berarti bahwa untuk mampu melaksanakan fungsi pemerintah dengan baik maka organisasi birokrasi harus profesional, tanggap, aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Dalam menjalankan birokrasi yang tanggap dan aspiratif diperlukan kepemimpinan yang baik pula dari pemimpinnya dalam hal ini camat selaku pimpinan kecamatan. Kepemimpinan yang baik dapat dilihat dari gaya kepemimpinan yang diterapkan sipemimpin terhadap organisasi yang dipimpinnya. Surat Keterangan Tanah merupakan berkas penting yang harus dimiliki masyarakat untuk menghindari terjadinya permasalahan kepemilikan atas tanah. Pengurusan Surat Keterangan Tanah dapat dilakukan di Kecamatan. Kepemimpinan camat menjadi penting mengingat masyarakat membutuhkan pelayanan yang efektif dan efisien dari pihak kecamatan.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gaya Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi ( Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun).

Penelitian dilaksanakan di Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci berjumlah 1 orang, informan utama 10 orang dan informan tambahan 10 orang.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah: Pertama, gaya kepemimpinan tipe demokrasi yang diterapkan Camat Silimakuta kepada bawahannya berpengaruh baik dalam peningkatan kinerja birokrasi Kecamatan Silimakuta. Kedua, bahwa masih banyak masyarakat Kecamatan Silimakuta yang belum memiliki Surat Keterangan Tanah dikarenakan ketidaktahuan akan pentingnya SKT tersebut sebagai tanda keabsahan tanah mereka dan juga sebagian masyarakat enggan mengurus SKT karena proses yang cukup lama.

Oleh karena itu, peran kepemimpinan Camat selaku pimpinan didaerah kecamatan dianggap sangat penting guna meningkatkan kinerja birokrasi agar dapat memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat.

(3)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa karena berkat kasih dan karunia-Nya, akhirnya saya bisa menyelesaikan

sebuah karya ilmiah dengan judul “Gaya Kepemimpinan Camat Dalam

Meningkatkan Kinerja Birokrasi (Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan

Tanah pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)”.

Skripsi ini merupakan laporan yang diperlukan untuk melengakapi

persyaratan melengkapi gelar sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan

mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini,penulis sangat banyak menerima saran dan

dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung,

sehingga semangat penulis tetap terjaga hingga akhirnya skripsi ini selesai

dikerjakan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M. Si., selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

(4)

4. Prof. Dr. Erika Revida, MS selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberi masukan dan saran bagi saya dalam mengerjakan

skripsi ini

5. Bu Arlina, SH. M. Hum selaku dosen pembimbing yang telah membantu saya mengerjakan proses pengerjaan skripsi hingga selesai.

Terimakasih bu atas masukan dan sarannya.

6. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara. Terimakasih

atas ilmu yang telah anda berikan kepada saya selama masa

perkuliahan dikampus.

7. Bapak Drs. Lamat Ludin Purba, selaku Camat Silimakuta yang telah memberi izin penelitian dan membantu saya selama proses penelitian

dilapangan.

8. Bapak Jhonson Samosir Spd, selaku Kasi Pemerintahan yang telah membantu saya dalam mengurus berkas dan administrasi selama saya

melakukan penelitian dikecamatan.

9. Untuk Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu masalah administrasi di kampus.

10.Kepada kedua orangtua saya tercinta yaitu Salmen Girsang dan Peringati br Munthe. Terimakasih telah menjadi sosok yang sangat hebat dalam perjalanan hidup saya sampai saat ini. Semoga sukacita

senantiasa berada dihati kalian dan aku cinta kalian.

(5)

ketika saya jenuh. Terimakasih buat dukungan yang tidak ada habisnya

buat saya. Saya bangga menjadi adik dari kalian berdua.

12.Buat adik saya Yesika Emelia br Girsang terimakasih buat semangat dan dukungannya selama ini. Semoga apa yang adik cita-citakan

tercapai dan menjadi kebanggaan bagi keluarga.

13.Buat sahabat dan rekan seperjuangan saya di AN 08 Alex Chandra Sirait, Rahmat Novian, Bambang Hermanto, Leo Nanda Saragih, Deni Permana Banurea, Zikri Akbar, John Ricky Manurung, Eko Parayudha, Munawir Sajali, Zikri Azhari, John Henry Siburian, Surya Darma, dan Dermawan Ginting. Terimakasih buat kebersamaan yang telah kita jalani, semoga suatu saat kita bisa

bertemu kembali.

14.Buat kelompok magang Desa Sei Silau Timur (Rosmery, Nia Agnestika, Marintan Sartika, Juliana Nadapdap, Agustina, Qomariah, Cindy Pardede, Bambang H, Alex, John Ricky, John Henry). Terimakasih buat kerjasama Kelompok kita yang baik, semoga kita semua sukses kedepannya.

15.Buat senior-senior saya di Administrasi Negara Lintang Simorangkir, Ilham Maulana, Bobby, Ananta Purba, Dody Syahdianto, Kartika, Titin, Selvia. Terimakasih buat kebersamaan selama dikampus, semoga saya bisa menyusul kalian semua di dunia kerja

(6)

Grace, Siti Harum, Felix Gregorius, Josua, Andre, Thesca, Rippy, Audy, Riky, Wiro, Yohansen, serta adik-adik yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih telah menjadi junior yang

baik.

17.Rezcky Christ Ananta Purba, sahabat kecil saya. Terimakasih telah menjadi teman saya mulai dari kecil sampai sekarang.

18.KAM Negara, tempat saya dan rekan seperjuangan berproses. Berproses untuk memahami hebatnya kekuatan ketika bersatu dalam

jaya.

19.UKM Bola Fisip USU tempat saya menyalurkan hobby sepakbola saya.

20.Tim Futsal Zero Eight (Leo, Rahmat, Deni, Bambang, Alex) IMDIAN CUP selalu ditangan.

21.UKM KMK Fisip USU

22.IMDIAN Fisip USU periode 2010/2011. Terimakasih...

Medan, 20 Mei 2014

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... . vi

DAFTAR BAGAN... x

DAFTAR TABEL... . x

DAFTAR LAMPIRAN... . xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1 Latar Belakang... 1

I.2 Perumusan Masalah... 7

I.3 Tujuan Penelitian... 7

I.4 Manfaat Penelitian... . 7

I.5 Kerangka Teori... 8

I.5.1 Pemimpin... 8

I.5.2 Kepemimpinan... 10

I.5.3 Gaya Kepemimpinan... 10

(8)

I.5.4.1 Kinerja... 17

I.5.4.2 Birokrasi... 18

I.5.4.3 Efisiensi, Efektifitas dan Kesehatan Birokrasi.. 19

I.5.5 Gaya Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi... 20

I.6 Defenisi Konsep... 22

I.7 Sistematika Penulisan... 23

BAB II METODE PENELITIAN... 25

II.1 Bentuk Penelitian... 25

II.2 Lokasi Penelitian... 25

II.3 Informan Penelitian... 25

II.4 Teknik Pengumpulan Data... 27

II.5 Teknik Analisis Data... 28

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 30

III.1 Gambaran Umum Kecamatan Silimakuta... 30

III.1.1 Keadaan Wilayah... 30

III.1.2 Letak dan Geografis... 30

(9)

III.1.4 Pemerintahan... 32

III.1.5 Keadaan Penduduk... 33

III.1.6 Pendidikan... 34

III.1.7 Kesehatan... 35

III.1.8 Pertanian... 35

III.1.9 Transportasi... 36

III.1.10 Susunan Kepegawaian... 37

III.1.11 Kinerja Pelayanan Kecamatan Silimakuta... 37

III.1.12 Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Kecamatan... 39

BAB IV PENYAJIAN DATA... 47

IV.1 Hasil Wawancara... 48

IV.1.1 Camat Kecamatan Silimakuta... 48

IV.1.2 Pegawai Kecamatan Silimakuta... 57

IV.1.3 Masyarakat... 67

BAB V ANALISIS DATA... 74

V.1 Analisis Gaya Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi... 74

(10)

V.3 Keluhan Masyarakat dalam Pengurusan Surat Keterangan

Tanah... 85

BAB VI PENUTUP... 87

VI.1 Kesimpulan... 87

VI.2 Saran... 90

(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan Organisasi Pemerintah Kecamatan Silimakuta Kabupaten

Simalungun... 38

DAFTAR TABEL

Tabel III.1.2.1 Luas Kelurahan dan Desa yang ada di Kecamatan

Silimakuta... . 31

Tabel III.1.4.1 Jumlah PNS di Kantor Kecamatan Silimakuta... . 33

Tabel III.1.5.1 Jumlah Penduduk Kelurahan/ Desa yang ada

di Kecamatan Silimakuta... . 34

Tabel III.1.9.1 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kecamatan

Silimakuta... . 36

Tabel III.1.9.2 Panjang Jalan Menurut Jenis Jalan di Kecamatan

Silimakuta... . 37

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Pengajuan Judul

Lampiran 2 : Surat Persetujuan Pengajuan Judul

Lampiran 3 : Surat Undangan Seminar Proposal

Lampiran 4 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 5 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal

Lampiran 6 : Berita Acara Seminar Proposal

Lampiran7 : Surat izin Penelitian dari FISIP USU

Lampiran 8 : Surat izin penelitian dari Kantor Camat Kecamatan Silimakuta

(13)

ABSTRAK

GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN KINERJA BIROKRASI

(Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)

Nama : Ifri Golden Girsang NIM : 080903063

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Arlina, SH. M.Hum

Salah satu fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen pemerintah untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien, efektif, berkeadilan, transparan dan akuntabel. Hal ini berarti bahwa untuk mampu melaksanakan fungsi pemerintah dengan baik maka organisasi birokrasi harus profesional, tanggap, aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Dalam menjalankan birokrasi yang tanggap dan aspiratif diperlukan kepemimpinan yang baik pula dari pemimpinnya dalam hal ini camat selaku pimpinan kecamatan. Kepemimpinan yang baik dapat dilihat dari gaya kepemimpinan yang diterapkan sipemimpin terhadap organisasi yang dipimpinnya. Surat Keterangan Tanah merupakan berkas penting yang harus dimiliki masyarakat untuk menghindari terjadinya permasalahan kepemilikan atas tanah. Pengurusan Surat Keterangan Tanah dapat dilakukan di Kecamatan. Kepemimpinan camat menjadi penting mengingat masyarakat membutuhkan pelayanan yang efektif dan efisien dari pihak kecamatan.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gaya Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi ( Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun).

Penelitian dilaksanakan di Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci berjumlah 1 orang, informan utama 10 orang dan informan tambahan 10 orang.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah: Pertama, gaya kepemimpinan tipe demokrasi yang diterapkan Camat Silimakuta kepada bawahannya berpengaruh baik dalam peningkatan kinerja birokrasi Kecamatan Silimakuta. Kedua, bahwa masih banyak masyarakat Kecamatan Silimakuta yang belum memiliki Surat Keterangan Tanah dikarenakan ketidaktahuan akan pentingnya SKT tersebut sebagai tanda keabsahan tanah mereka dan juga sebagian masyarakat enggan mengurus SKT karena proses yang cukup lama.

Oleh karena itu, peran kepemimpinan Camat selaku pimpinan didaerah kecamatan dianggap sangat penting guna meningkatkan kinerja birokrasi agar dapat memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kepemimpinan pada hakekatnya merupakan kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang

lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk

mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu melakukan serangkaian kegiatan

diantaranya mengarahkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi yang

dipimpinnya. Dengan kata lain, tercapai atau tidak tujuan organisasi sangat

tergantung pada pimpinannya.

Disisi yang lain, seorang pemimpin dalam sebuah organisasi pasti juga

memerlukan dan mengharapkan sejumlah pegawai yang cakap dan terampil

dibidang pekerjaannya, sebagai orang yang membantunya melaksanakan

tugas-tugas yang menjadi beban kerja unit masing-masing. Dalam arti seorang

pemimpin menginginkan sejumlah pegawai yang efektif dalam melakukan

pekerjaannya guna memudahkan tercapainya tujuan organisasi .

Suatu organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerja sama antar dua

orang atau lebih. Baik yang disebut organisasi ataupun kelompok, tujuannya

adalah untuk mencapai sesuatu. Jika sesuatu yang ingin dicapai itu betul-betul

dapat diraih, maka tujuannya efektif. Efektivitas adalah ukuran sejauh mana

tujuan dapat dicapai. Efektivitas adalah suatu kontinum yang merentang dari

efektif, kurang efektif, sedang-sedang, sangat kurang,sampai tidak efektif. (Sigit,

(15)

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai

tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek segi

keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada

tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek

ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang

telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber

tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Salah satu fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan

pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

pemerintah untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien, efektif,

berkeadilan, transparan dan akuntabel. Hal ini berarti bahwa untuk mampu

melaksanakan fungsi pemerintah dengan baik maka organisasi birokrasi harus

profesional, tanggap, aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang

dilayani.

Tuntutan masyarakat pada saat ini menghendaki birokrasi lebih

profesional, netral dan menjadi abdi negara masyarakat dengan mengutamakan

pada pelayanan umum dan pemberdayaan masyarakat. Kurangnya pelayanan yang

diberikan aparat pemerintah, berdasarkan pendapat Darwin (1996) disebabkan

masih adanya inefisiensi pada tubuh birokrasi itu sendiri yang ditandai dengan

adanya beberapa kecenderungan. Kecenderungan tersebut antara lain:

1. Tingginya tingkat birokrasi, terutama jika dilihat dari pertumbuhan

pegawai dan pemekaran struktur birokrasi

(16)

3. Rendahnya kualitas atau profesionalisme aparatur pemerintah

4. Masih meluasnya berbagai macam praktek maladministrasi di

kalangan aparatur pemerintah. (http://www.scribd.com/doc/29392472/Ma kalah-Birokrasi-Pelayanan-Publik)

Dalam rangka penataan pemerintahan daerah sekaligus untuk memperbaiki

kondisi birokrasi dan kualitas pelayanan, pemerintah telah menerapkan

pemberlakuan undang-undang otonomi daerah. Terakhir adalah revisi atas UU

Nomor 22 Tahun 1999 menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Struktur pemerintahan mengalami perubahan yang cukup mendasar. Di

daerah-daerah dibentuk lembaga-lembaga perangkat daerah yang sesuai dengan

semangat otonomi daerah. Otonomi daerah dimaksudkan untuk mendekatkan

pelayanan birokrasi pemerintah kepada masyarakat, sehingga terciptanya birokrasi

yang efektif dan efisien serta dapat menekan ekonomi biaya tinggi yang

ditanggung masyarakat.

Otonomi daerah dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan birokrasi

pemerintah kepada masyarakat, sehingga terciptanya birokrasi yang efektif dan

efisien serta dapat menekan ekonomi biaya tinggi yang ditanggung masyarakat.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik menjadi

paradigma baru penyelenggaraan pemerintahan dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam tulisannya, Purbokusumo (2005) menengarai masih tetap berjalannya

praktek buruk terhadap jalannya birokrasi pada saat desentralisasi atau otonomi

daerah. Ia menyimpulkan bahwa apapun bentuk desentralisasi, pelayanan di sektor

publik yang dilakukan oleh birokrasi publik tetap buruk. Kecendrungan

(17)

tingkat pusat pemerintahan dan boros. Sementara ketika desentralisasi dilakukan

secara radikal seperti di era reformasi, pelayanan birokrasi publik juga tidak

semakin baik; korupsi menyebar dan merajalela ke daerah (baik oleh eksekutif

maupun legislatif), beban semakin berat dengan variasi pajak dan retribusi daerah

yang bertumbuk dan tumpang tindih, serta pelayanan administrasi birokrasi tetap

berbelit-belit. Disamping pendapat di atas, Wursanto (2003) menyatakan bahwa

apabila birokrasi itu baik maka segala urusan dapat berjalan dan diselesaikan

dengan baik. Akan tetapi dalam prakteknya banyak hal dan urusan tidak dapat

berjalan seperti yang diharapkan sehingga menimbulkan kemacetan dan

hambatan. (

http://www.scribd.com/doc/29392472/Makalah-Birokrasi-Pelayanan-Publik)

Selama ini pandangan negatif selalu dilekatkan pada birokrasi organisasi

publik. Pada umumnya masyarakat beranggapan pelayanan publik terutama jika

berkaitan dengan prosedur administrasi sangat berbelit-belit, memakan waktu

lama dan mengeluarkan biaya tinggi. Dengan kata lain bahwa pelayanan yang

diterima tidak sesuai dengan harapan publik yakni cepat, mudah dan murah.

Dengan demikian maka pemerintah pada semua tingkatan mempunyai kewajiban

untuk menciptakan sebuah model pelayanan publik yang lebih bekualitas untuk

memberikan pelayanan yang lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah secara adil

kepada segenap warga masyarakat atau negara.

Otonomi daerah yang seharusnya memudahkan proses administrasi yang

diperlukan masyarakat untuk pengurusan surat dan berkas lainnya seakan belum

mampu memberi jawaban. Otonomi daerah hanya mampu memangkas tahapan

(18)

pengurusan administrasi dititikberatkan kepada pemerintahan pusat, maka saat ini

telah terjadi pemangkasan tahapan proses. Pemangkasan tahapan ini juga ternyata

belum mampu untuk menjauhkan birokrasi dari proses administrasi yang

berbelit-belit, hal ini dikarenakan dalam lingkup yang kecil masih diperlukannya tahapan

yang melibatkan beberapa sub unit kerja dalam birokrasi atau yang sering kita

dengar dengan meja tugas dalam birokrasi. Pembagian sub unit kerja tersebut

mengarah pada ketidak profesioanlisme pegawai, karena pegawai lebih cendrung

berorientasi pada hasil sub unit kerja daripada hasil organisasi.

Otonomi daerah juga berdampak pada besarnya tanggung jawab kepala

daerah, kepala daerah sebagai pemimpin memiliki tanggung jawab dalam

terwujudnya pelayanan publik yang baik. Karena pemimpin memiliki wewenang

untuk mengarahkan bawahnya untuk suatu pekerjaan.

Keterlibatan birokrasi dalam pengurusan administrasi melibatkan banyak

hal dalam masyarakat, salah satu pengurusan administrasi yang sering

menimbulkan banyak kasus dalam masyarakat adalah Surat Keterangan Tanah.

Banyak kasus yang terjadi, baik seperti sengketa tanah hingga perebutan tanah

antara warga, semua karena ketidakjelasan SKT yang di miliki masyarakat,

ketidakjelasan SKT ini juga dapat diakibatkan kecenderungan ketidakinginan

masyarakat berurusan dengan birokrasi dalam proses pembuatan SKT yang dinilai

terlalu berbelit-belit.

Penulis mendapatkan beberapa contoh permasalahan yang diakibatkan

oleh ketidakjelasan SKT, dan merupakan penegasan bahwa pentingnya

pengurusan SKT oleh pihak kecamatan melalui beberapa petikan wawancara

(19)

“.. Kesadaran masyarakat dalam melindungi hak kepemilikan atas tanah/ lahan masih kurang. Pada tahun 2011 kami dari pihak kecamatan pernah membuat semacam program sosialisasi pengurusan SKT kepada masyarakat, namun tidak sampai 10% masyarakat yang akhirnya ikut mengurus SKT tersebut. Sikap seperti ini dapat menimbulkan bahaya laten seperti terjadinya sengketa lahan. Memang selama ini belum pernah terjadi sengketa kepemilikan tanah di daerah ini, tapi melihat minimnya masyarakat yang memiliki SKT dan minimnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya SKT, sengketa tersebut dapat terjadi sewaktu-waktu”. (wawancara Camat Kecamatan Silimakuta, 02 Juli 2013)

Secara proses administrasi, pembuatan SKT saat ini melibatkan

masyarakat, lurah dan yang paling dominan adalah pemerintahan kecamatan.

Dengan kata lain peran dari pemimpin kecamatan sangat penting untuk

terciptanya proses pembuatan SKT yang tidak berbelit-belit. Berdasarkan

pemaparan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang peran

pemimpin dalam proses pembuatan surat keterangan tanah. Oleh karena itu

peneliti mengangkat ke dalam sebuah penelitian yang berjudul “Gaya Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi (Studi tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)”.

(20)

I.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa yang

menjadi perumusan masalah penelitian ini adalah: “Bagaimana Gaya Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi ( Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)”.

I.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah jelas mempunyai

tujuan yang ingin dicapai, dalam hal ini penulis merumuskan tujuan penelitian

yaitu untuk menganalisis gaya kepemimpinan camat dalam meningkatkan kinerja

birokrasi di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Secara Subjektif, sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan

kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam

bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang

diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

b. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu

Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian

perbandingan bagi yang menggunakannya.

c. Secara Praktis, bagi Pemerintahan Kecamatan Silimakuta, Kabupaten

Simalungun, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan

(21)

I.5 Kerangka teori

Teori merupakan seperangkat preposisi yang menggambarkan suatu gejala

yang terjadi. Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu

kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut peneliti perlu

menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan

dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. (Suyanto, 2005:34)

Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan

tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.

I.5.1 Pemimpin

Suatu Negara memiliki masyarakat yang harus mendapatkan kepastian

dalam pelayanan, yang kita namakan pelayanan publik, apalagi Negara dengan

jumlah penduduk yang besar seperti Indonesia. Dengan keharusan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik, hingga untuk

menciptakan adanya keteraturan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,

maka kehadiran seorang pemimpin menjadi sangat penting.

Untuk lebih memahami pengertian pemimpin, berikut adalah pengertian

pemimpin, Kartini Kartono memberi pengertian pemimpin adalah seorang pribadi

yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan

disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk

bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau

beberapa tujuan. (Kartini, 2010:33)

Pemimpin dalam suatu organisasi memiliki wewenang tersendiri terhadap

(22)

kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari

pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Dalam pengertian yang lebih nasional,

dalam Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,

menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama

dari kepemimpinan Pancasila adalah :

a. Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat

dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi

orang – orang yang dipimpinnya.

b. Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu

membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang

yang dibimbingnya.

c. Tut Wuri Handayani: Pemimpin harus mampu mendorong

orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan didepan dan sanggup

bertanggungjawab. ( http : // emperordeva. com / about / makalah

– tentang - kepemimpinan /, diakses pada 25 Agustus 2012, 22.45

WIB)

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu

tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan

segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi

mengenai pemimpin, dapat peneliti simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang

yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk

(23)

I.5.2 Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok

yaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin

mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan

juga menunjukkan ataupun mempengaruhi.

Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual

terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi

pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di

dalam menjalankan ke-pemimpinannya.

Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Untuk

lebih memahami tentang kepemimpinan, berikut adalah beberapa pengertian dari

kepemimpinan : Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk

membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala

keinginannya. Sementara menurut Prof. Dr Mar'at, kepemimpinan juga

merupakan suatu seni untuk memunculkan kerelaan dan ketundukan,

kepemimpinan sebagai penggunaan terarah berpengaruh, dan sebagai satu

instrumen untuk membentuk kelompok, sesuai dengan kemauan pemimpin.

(Kartini Kartono, 2010:88)

Dapat disimpulkan yang menjadi pengertian dari kepemimpinan adalah

perilaku yang dimiliki seorang pemimpin yang dapat digunakan menjadi seni

dalam mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan organisasi.

I.5.3 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin bersikap,

(24)

untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi ,

kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.

Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif

dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka

memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan

pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berarti telah

digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya

menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya

kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang

diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.

Dari berbagai studi tentang kepemimpinan, diketahui ada beberapa gaya

kepemimpinan yang paling umum dikenal, yaitu :

1. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter, mendasarkan diri pada kekuasaan dan

paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Setiap perintah dan kebijakan

ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahan terlebih dahulu.

Pemimpin bergaya dan bertipe otoriter selalu berdiri jauh dari

anggota kelompoknya, dan ia senantiasa memiliki kekuatan absolut

dan tunggal, pada kondisi dan situasi yang sikap dan prinsipnya kaku.

Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol keberadaan

organisasi, hingga cenderung bersikap bahwa dirinya dan organisasi

adalah identik. Dalam menentukan dan menerapkan disiplin

organisasi begitu keras dan menjalankannya dengan sikap kaku,

(25)

bawahannya juga tidak mendapat kesempatan untuk memberikan

saran maupun pendapat. Apabila pimpinan ini sudah mengambil

keputusan, biasanya keputusan itu berbentuk perintah dan

bawahannya hanya melaksanakannya saja.

2. Gaya dan Tipe Paternalistik

Gaya dan tipe kepemimpinan paternalistik merupakan kepemimpinan

yang bersifat kebapakan, namun bukan tipe ideal dan bukan tipe yang

didambakan. Seorang pemimipin paternalistik, senang menonjolkan

keberadaan dirinya sebagai simbol organisasi dan memperlakukan

bawahannya sebagai orang-orang yang belum dewasa. Ia tidak akan

mendorong kemandirian bawahannya karena tidak ingin berbuat

kesalahan. Terkait dengan itu, maka pemimpin paternalistik akan

bersifat terlalu melindungi, itikadnya memang baik, tetapi

prakteknya akan negatif. Karena ia tidak akan mendorong para

bawahannya untuk mengambil resiko disebabkan takut akan timbul

dampak negatif pada organisasi. Dalam mengambil keputusan,

pemimpin paternalistik menjadi pusat pengambil keputusan,

dimana pelimpahan wewenang untuk mengambil keputusan pada

tingkat yang lebih rendah dalam organisasi tidak akan terjadi.

3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Leissez Faire

Gaya dan tipe kepemimpinan ini adalah gaya dan tipe

kepemimpinan yang “aneh”. Dimana seseorang dikatakan pemimpin,

namun pada praktisnya tidak memimpin. Ini dapat dilihat dari gaya

(26)

organisasi tidak memiliki masalah yang serius, dan kalau pun ada

selalu dapat diketemukan penyelesaiannya. Ia juga tidak senang

mengambil resiko dan lebih cenderung pada mempertahankan status

quo. Seorang pemimpin yang bergaya dan bertipe ini senang

melimpahkan wewenang kepada bawahannya dan lebih

menyenangi situasi bahwa para bawahanlah yang mengambil

keputusan, dan keberadaannya dalam organisasi lebih bersifat

suportif.

4. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Kharismatik

Gaya dan tipe kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan

energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk

mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang

sangat besar jumlahnya. Terlepas dari apakah dia berfungsi sebagai

pemimpin formal atau informal, ia memiliki daya tarik yang kuat

bagi orang lain, sehingga orang lain itu bersedia mengikutnya tanpa

selalu bisa menjelaskan apa penyebab kesediaan itu. Para pakar

belum sepakat tentang faktor-faktor yang menjadi “magnit” tersebut.

Latar belakang biografikal, pendidikan, kekayaan dan penampilan

mungkin ikut berperan, akan tetapi mungkin juga tidak. Karena

ketidakmampuan para ahli mengidentifikasi faktor-faktor

penyebab yang dominan, akhirnya hanya ditekankan bahwa

seorang pemimpin yang kharismatik memiliki “kekuatan

(27)

5. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Demokratis

Gaya dan tipe kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan

yang berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang

efektif kepada para bawahannya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada

semua bawahannya, dengan penekanan rasa tanggung jawab dan

kerja sama yang baik. Ia rela dan mau melimpahkan wewenang

pengambilan keputusan kepada bawahannya sedemikian rupa

tanpa kehilangan kendali organisasionalnya, dan tetap bertanggung

jawab atas tindakan para bawahannya. Pemimpin demokratis bersifat

mendidik dan membina, dalam hal bawahannya berbuat kesalahan

dan tidak serta merta bersifat menghukum atau mengambil tindakan

punitive. (http://emperordeva.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/, diakses pada 25 Agustus 2012, 22.45 WIB)

Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang

diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi

pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan

bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi

merupakan gaya kepemimpinan yang dominan.

Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur,

percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang

sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan

seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard,

(28)

dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan

sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut

adalah:

1. Directing

Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita

belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas

tersebut. Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian.

Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan.

Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan

berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan

waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan

aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di

lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.

2. Coaching

Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada

bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil,

mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai

masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih

termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita

perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang

tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan

(29)

3. Supporting

Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya

bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak

memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses

pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan

berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut

dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan pemimpin.

4. Delegating

Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh

wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating

akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien

dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas

atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya

sendiri. (http://emperordeva.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/, diakses pada 25 Agustus 2012, 22.45 WIB)

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta

sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga

kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai

”situational leadership”. Situational leadership mengindikasikan bagaimana

seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang

dipimpinnya.

Setelah mengetahui berbagai gaya dan tipe kepemimpinan, maka

pertanyaan yang timbul adalah : Gaya kepemimpinan manakah yang lebih baik?

(30)

kepemimpinan yang terbaik dan dominan untuk semua situasi. Ada kalanya

seorang pemimpin akan bergaya otoriter dalam situasi tertentu walaupun ia

sebenarnya adalah pemimpin bergaya demokratis. Hal ini disebabkan karena

kepemimpinan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tujuan, pengikut

(bawahan), organisasi dan situasi yang ada sehingga tidak ada gaya

kepemimpinan yang mutlak baik atau buruk. Oleh karena itu, dalam rangka

mempersoalkan gaya-gaya kepemimpinan, hendaknya jangan beranggapan bahwa

seorang pemimpin harus tetap konsisten untuk mempertahankan gaya

kepemimpinan dalam segala situasi. Hal ini justru akan memperburuk keadaan

organisasi yang dipimpinnya. Tetapi sebaliknya, harus bersifat fleksibel, yakni

menyesuaikan gayanya dengan situasi yang ada, kondisi dan individu dalam

organisasi.

I.5.4 Kinerja Birokrasi I.5.4.1 Kinerja

Kinerja berasal dari kata-kata job performance dan disebut juga actual

performance atau prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang telah dicapai oleh seorangkaryawan. Kinerja menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti

“suatu yang dicapai” atau prestasi yang dicapai atau diperlihatkan sehingga

kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kinerja oleh individu perusahaan. Menurut

Simamora (2003: 45) kinerja adalah ukuran keberhasilan organisasi dalam

mencapai misinya. Dari pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa kinerja

adalah kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai

dari hasil kerjanya yang diperoleh selama periode waktu tertentu dan

(31)

kehadiran dan kemampuan bekerja sama.

I.5.4.2 Birokrasi

Sejauh ini, birokrasi menunjuk pada empat pengertian, yaitu: Pertama,

menunjuk pada kelompok pranata atau lembaga tertentu. Pengertian ini

menyamakan birokrasi dengan biro. Kedua, menunjuk pada metode khusus untuk

pengalokasian sumberdaya dalam suatu organisasi besar. Pengertian ini

berpadanan dengan istilah pengambilan keputusan birokratis. Ketiga, menunjuk

pada “kebiroan” atau mutu yang membedakan antara biro-biro dengan jenis

organisasi lain. Pengertian ini lebih menunjuk pada sifat-sifat statis organisasi.

Keempat, sebagai kelompok orang, yakni orang-orang yang digaji yang berfungsi

dalam pemerintahan. (Thoha, 2003)

Dalam masyarakat, istilah birokrasi dimaknai secara diametral (yaitu

bertentangan satu sama lain) yaitu:

1. Secara positif: Birokrasi sebagai alat yang efisien dan efektif untuk

mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya alat yang efisien dan efektif

ini maka tujuan suatu organisasi lebih mudah tercapai.

2. Secara negatif: Birokrasi sebagai alat untuk memperoleh, mempertahankan dan melaksanakan kekuasaan. Birokrasi adalah

sesuatu yang penuh dengan kekakuan (infleksibility) dan kemandegan

struktural (struktural static), tatacara yang berlebihan dan

penyimpangan sasaran, sifat pengabaian dan menutup diri pada

perbedaan pendapat. Birokrasi seperti ini menurut Marx bersifat

parasitik dan eksploitatif. ( http: kebebasandalamberinformasi.org/

(32)

2013)

Weber memandang birokrasi sebagai birokrasi rasional atau ideal sebagai

unsur pokok dalam rasionalisasi dunia modern, yang baginya jauh lebih penting

dari seluruh proses sosial. (Sarundajang, 2003)

Dari berbagai pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa birokrasi

sesungguhnya dapat dipahami dan diberi pengertian sebagai suatu sistem kerja

yang berlaku dalam organisasi yang mengatur interaksi sosial baik kedalam

maupun keluar. Secara spesifik birokrasi publik (pemerintahan) dapat dimaknai

sebagai institusi atau agen pemerintahan yang dilengkapi dengan otoritas

sistematik dan rasional dengan aturan-aturan yang lugas.

I.5.4.3 Efisiensi, efektivitas dan kesehatan organisasi birokrasi

Kinerja birokrasi merupakan ukuran dari usaha dan kesempatan yang

dapat dinilai dari hasil kerja pada periode tertentu dalam suatu sistem kerja sebuah

organisasi. Ukuran kinerja birokrasi, bukan hanya kinerja perorangan (personal

perfomance) atau suatu unit, tetapi juga yang diukur adalah kinerja organisasi

(social perfomance). Ada dua aspek penting dalam pengukuran kinerja,yaitu

aspek efektivitas dan efisiensi. Efektivitas berkaitan seberapa jauh sasaran telah

dapat dicapai, dan efisiensi menunjukkan bagaimana mencapainya, yakni

dibanding dengan usaha, biaya atau pengorbanan yang harus

dikeluarkan.

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi

dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran. Dengan perkataan lain

efektivitas adalah hasil guna yang dicapai oleh organisasi untuk mencapai sasaran

(33)

pada konsep efisiensi. Efektivitas dapat berkaitan dengan variabel internal dan

juga berkaitan dengan variabel eksternal organisasi. Sedangkan efisiensi hanya

berkaitan dengan proses internal organisasi, yaitu perbandingan yang rasional

atau terbaik antara Input dengan Output.

Efisiensi berkaitan dengan pencapaian Output. Sedangkan Output

diakibatkan dari Input. Dengan demikian efisiensi adalah perbandingan terbaik

antara hasil Output yang diperoleh dan kegiatan yang dilakukan serta

sumber-sumber atau input yang dipergunakan dalam sumber-sumber-sumber-sumber tersebut tercakup

tenaga kerja, biaya, material, alat-alat kerja, waktu dan sebagainya.

Kondisi kesehatan organisasi, dilihat dari sudut pandang sasaran output

merupakan proses, bukan hasil atau kinerja yang dihasilkan oleh organisasi.

Akan tetapi dari sasaran sistem, adalah merupakan output dari proses itu

sendiri. Dengan kata lain organisasi yang sehat merupakan output dari sasaran

sistem, dimana organisasi mampu menciptakan suasana yang harmonis antara

semua unsur yang terlibat dalam proses organisasi.

Kinerja organisasi yang sehat menurut Martani dicirikan oleh tingginya

perhatian atasan terhadap bawahan, semangat, loyalitas dan kerjasama yang

sangat dinamis, saling percaya dan komunikasi antara pegawai dengan pimpinan,

tingginya otonomi dan desentralisasi dalam pengambilan keputusan, tumbuhnya

komunikasi vertikal dan horizontal yang lancar dalam organisasi dan

organisasi memiliki sistem imbalan yang merangsang setiap individu /

kelompok berprestasi.

(34)

kepribadian sendiri yang unik dan khas, hingga tingkah laku dan gaya yang

membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya hidupnya ini pasti akan mewarnai

perilaku dan gaya kepemimpinannya.

Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat,

kemampuan, proses, dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian

rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati orang lain dengan penuh keikhlasan

melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki pemimpin tersebut.

Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh

pemimpin. Hal ini dapat dilihat bagaimana seorang pemimpin dalam bersikap dan

bertindak. Cara bersikap dan bertindak dapat terlihat dari cara melakukan suatu

pekerjaan. Suatu ungkapan mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang

bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal ini

merupakan ungkapan yang mendudukkan posisi pimpinan dalam suatu instansi

pemerintahan khususnya, pada posisi yang terpenting. Dimana dalam hal ini

pemimpin tersebut adalah seorang Camat, yang bertugas membawahi para

pegawainya yang ada pada Kantor Camat Silimakuta Kabupaten Simalungun.

Sedangkan kinerja birokrasi dapat dilihat dari efektivitas kerja pegawai

kantor camat Kecamatan Silimakuta. Efektivitas kerja adalah penyelesaian

pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan, dan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai. Hal ini juga berkaitan dengan kuantitas dan kualitas kerja yang

dihasilkan. Artinya yaitu seberapa banyak pekerjaan yang dapat dilakukan

dalam waktu yang telah ditentukan, dan apakah sesuai dengan mutu yang telah

ditargetkan atau tidak.

(35)

para bawahan. Suatu organisasi akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya

apabila semua komponen organisasi berupaya menampilkan kinerja yang optimal

termasuk peningkatan efektivitas kerjanya masing-masing. Seorang pegawai

akan efektif dalam melakukan pekerjaan apabila terdapat keyakinan dalam

dirinya bahwa sebagai keinginan, kebutuhan, harapan dan tujuannya dapat

tercapai.

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa peran dan tugas seorang Camat pada

pemerintahan Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun adalah berusaha

untuk mempengaruhi para pegawainya dengan cara memotivasi dan komunikasi

untuk terus bekerja secara efektif sesuai dengan waktu dan tujuan yang ingin

dicapai. Dengan kata lain, efektif tidaknya pekerjaan yang dilakukan para

pegawai, tergantung bagaimana cara atau gaya seorang camat dalam memimpin.

Atau apa-apa saja kegiatan yang perlu dilakukan agar semua pegawai mau dan

rela mengikuti semua keinginan camat tersebut demi mencapai tujuan organisasi.

I.6 Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun ( 2006: 33), konsep adalah abstraksi mengenai

suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah

karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu yang menjadi

pusat perhatian. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan

menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variable yang diteliti. Oleh

karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep

yang akan diteliti, maka defenisi konsep yang dikemukakan penulis adalah:

1. Gaya kepemimpinan camat dalam meningkatkan kinerja birokrasi

(36)

berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk

melakukan sesuatu.

2. Kinerja Birokrasi adalah ukuran dari usaha dan kesempatan yang dapat

dinilai dari hasil kerja pada periode tertentu dalam suatu sistem kerja

sebuah organisasi.

3. Pembuatan Surat Keterangan Tanah yaitu bagaimana urutan

pelaksanaaan dalam pelaksanaan awal hingga akhir pembuatan Surat

Keterangan Tanah.

I.7 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan.

BAB II : Metode Penelitian

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian,

populasi, dan sample penelitian, teknik pengumpulan data,

dan teknik analisis data.

BAB III : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karateristik

lokasi penelitian.

BAB IV : Penyajian Data

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari

lapangan dan dokumentasi yang akan dianaklisis, serta

(37)

disajikan pada bab sebelumnya. BAB V : Analisis Data

Bab ini berisi analisis dari hasil dilapangan dan

dokumentasi.

BAB VI : Penutup

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian

(38)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

 

III.1 Gambaran Umum Kecamatan Silimakuta

III.1.1 Keadaan Wilayah

Kecamatan Silimakuta sebagai salah satu kecamatan dari 31 kecamatan di

kabupaten Simalungun memiliki luas 77,50 km2 atau sekitar 1,77% dari total luas

kabupaten Simalungun. Kecamatan Silimakuta dengan ibukota Saribudolok

berjarak 34 km dari kota Pematang Raya sebagai ibukota kabupaten dan berjarak

110 km ke Kota Medan sebagai ibukota provinsi. Dengan letak geografis sebelah

utara berbatasaan dengan kecamatan Dolok Silau, sebelah selatan berbatasan

dengan Danau Toba dan Kecamatan Harangggaol Horison, sebelah barat

berbatasan dengan kecamatan Pematang Silimakuta,dan sebelah timur berbatasan

dengan Kecamatan Purba.

Letak Kecamatan Silimakuta berada pada ketinggian di atas 500 meter di

atas permukaan laut, dengan ketinggian terluas pada 1001-1500 meter yaitu

13.842 Ha atau sama dengan 95 persen dari luas kecamatan, selebihnya 351 Ha

pada ketinggian 500-1000 meter.

III.1.2 Letak dan Geografis

a. Letak diatas permukaan laut : 751 - 1400 meter dpl

(39)

c. Berbatasan dengan

Sebelah utara : Kecamatan Dolok Silau

Sebelah selatan : Danau Toba dan Haranggaol Horiso

Sebelah barat : Kecamatan Pematang Silimakuta

Sebelah timur : Kecamatan Purba

Tabel III.1.2.1 Luas Kelurahan dan Desa yang ada di Kecamatan Silimakuta

No Kelurahan/desa Luas (km2)

1 Sibangun Meriah 20,70

2 Saribudolok 20,60

3 Purba Sinombah 14,50

4 Purba Tua 11,22

5 Purba Tua Baru 3,10

6 Sinar Baru 7,10

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Silimakuta 2012

III.1.3 Visi Misi

Visi

“Terwujudnya pelayanan publik yang profesional dan responsif pada

kantor Kecamatan Silimakuta”

(40)

Guna mewujudkan komitmen terhadap pencapaian visi maka

dirumuskanlah misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku.

Misi ini mengamanatkan pada aparatur di kecamatan Silimakuta untuk

bersikap santun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,

memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mampu

memahami data dan informasi secara akurat.

2. Meningkatkan budaya etos kerja pegawai dan masyarakat

Misi ini sesuai dengan undang-undangkepegawaian yakni menjaga

kedisiplinan, bersemangat serta mengacu pada norma-norma dan

budaya yang berlaku dalam tataran masyarakat luas.

3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat menuju sejahtera

Misi ini memberi arah bahwa kegiatan pembangunan akan berhasil

apabila segala potensi yang ada dimasyarakat turut berperan serta

secara partisipatif. Namun hal tersebut masih didukung oleh situasi

aman, tertib dan koordinasi yang efektif dan efisien.

III.1.4 Pemerintahan

Kecamatan Silimakuta terdiri dari 5 nagori dan 1 kelurahan yang

berdasarkan klasifikasinya 2 masih meruakan nagori swakarsa dan 4 lainnya telah

berada pada klasifikasi swasembada, sementara menurut tingkat perkembangan

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagori/ Kelurahan (LPMN/K) maka 5

(41)

Nagori terluas adalah Nagori Sibangun Meriah dan Kelurahan Saribudolok

sedangkan terkecil adalah Nagori Sinar Baru.

Sebutan desa di Kecamatan Silimakuta adalah Nagori dan dipimpin oleh

pangulu, dan satuan lingkungan dibawah nagori adalah huta setingkat dusun yang

dipimpin oleh gamot.

Tabel III.1.4.1 Jumlah PNS dikantor Kecamatan Silimakuta

Tingkat

Pendidikan

2009 2010 2011

Tamatan SD - - -

Tamatan SMP - - 1

Tamatan SMA 4 14 13

Tamatan D3 - - -

Tamatan S1 6 4 8

Tamatan S2/S3 - - -

Total 10 18 22

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Silimakuta 2012

Jumlah Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kecamatan

Silimakuta adalah sebanyak 22 orang terdiri dari golongan 1 sebanyak 1 orang,

(42)

Berdasarkan jenjang pendidikan masih didominasi pegawai dengan tingkat

pendidikan SMU/Sederajat sebanyak 13 orang atau sama dengan 59,09 %,

pendidikan SMP sebanyak 1 orang dan pendidikan S1 sebanyak 8 orang.

III.1.5 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Silimakuta mencapai 14.269 jiwa terdiri dari

7.237 jiwa laki-laki dan 7032 jiwa perempuan tersebar di 5 nagori dan 1

kelurahan.

Kelurahan Saribudolok merupakan wilayah yang terbanyak penduduknya

mencapai 7.761 jiwa atau 54,39% dari total penduduk di Kecamatan Silimakuta,

sedangkan untuk jumlah penduduk yang paling sedikit ada di Nagori Purba Tua

yaitu 739 jiwa atau 5,18% menyusul Nagori Purba Sinombah sebanyak 795 atau

5,57%.

Tabel III.1.5.1 Jumlah Penduduk Kelurahan/Desa yang ada di Kecamatan Silimakuta

Kelurahan/ Desa Jumlah Penduduk (jiwa) Persen (%)

Saribudolok 7.761 54,39

Sibangun Meriah 2.234 15,66

Purba Tua Baru 1.875 13,14

(43)

Purba Tua 739 5,18

Purba Sinombah 795 5,57

Total 14.269 100

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Silimakuta 2012

III.1.6 Pendidikan

Jumlah sekolah di Kecamatan Silimakuta tidak mengalami penambahan

atau pengurangan untuk jenjang SD, SLTP, dan SLTA dari tahun 2009 sampai

dengan tahun 2012.

Namun jumlah guru SD dan SLTA mengalami penambahan selama tiga

tahun terakhir kecuali guru SLTP. Guru SD pada tahun 2009 sebanyak 89 orang

bertambah 14 guru ditahun 2010, kemudian bertambah lagi sebanyak 34 guru

ditahun 2011 sehingga menjadi 138 guru SD. Untuk guru SLTA tahun 2009

sebanyak 52 orang, tidak mengalami penambahan pada tahun 2010 sedangkan

ditahun 2011 bertambah sebanyak 6 orang sehingga menjadi 58 orang guru

SLTA. Jumlah guru SLTP pada tahun 2009 sebanyak 99 orang, bertambah

sebanyak 25 orang sehingga menjadi 79 orang guru SLTP.

Menurut letaknya jumlah SD Negeri maupun Swasta yang ada 7 dari 16

sekolah berada di Kelurahan Saribudolok, sementara untuk jenjan pendidikan

SLTP, SLTA seluruhnya berada di Kelurahan Saribudolok.

III.1.7 Kesehatan

(44)

rumah sakit yaitu rumah sakit swasta sebanyak satu unit, puskesmas atau

puskesmas pembantu serta posyandu sebanyak 6 unit.

Sedangkan untuk jumlah tenaga medis di Kecamatan Silimakuta ada

perubahan selama tiga tahun terakhir dimana jumlah dokter bertambah 2 orang di

tahun 2011 namun tahun 2009 dan 2010 masih sama keadaannya.

Sedangkan jumlah bidan mengalami penurunan hanya di tahun 2010

berkurang sebanyak 4 orang dari tahun 2009, sedangkan tahun 2010 dan 2011

masih sama jumlahnya yaitu sebanyak 15 orang.

III.1.8 Pertanian

Mata pencaharian penduduk adalah bertani, meskipun ada klasifikasi

Pegawai Negeri, pengusaha, pedagang dan buruh tani serta karyawan swasta.

Hasil pertanian yang menonjol adalah tanaman seperti padi, jagung, kacang tanah

ubi kayu dan ubi jalar, buah-buahan, dan palawijaya lainnya. Disamping itu

penduduk juga mempunyai pekerjaan sambilan yaitu memelihara ternak ayam,

lembu, kerbau, kambing, serta kolam ikan untuk penambahan pendapatan.

Untuk diketahui, Kecamatan Silimakuta merupakan pusat produksi

sayur-sayuran di Simalungun. Kecamatan Silimakuta merupakan penghasil wortel,

nanas dan jeruk terbesar di Simalungun.

Tanaman kedelai dan perkebunan karet dan sawit tidak ditemukan di

Kecamatan Silimakuta sedangkan tanaman kacang tanah sempat hanya ada di

(45)

III.1.9 Transportasi

Infrastruktur jalan merupakan sarana yang sangat vital untuk

memperlancar arus transportasi, dengan semakin lancar arus transportasi maka

akan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat suatu daerah.

Tabel III.1.9.1 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kecamatan Silimakuta

Kondisi Jalan Panjang (km)

Baik 17,98

Sedang 73,86

Buruk 50,04

Sangat Buruk 18,75

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Silimakuta 2012

Kumulatif panjang jalan Kecamatan Silimakuta adalah 160,63 km.

Berdasarkan kondisi jalan, jalan di Kecamatan Silimakuta didominasi oleh kondisi

sedang yaitu sepanjang 73,86 km (45,98%), kemudian kondisi buruk sepanjang

50,04 km, kondisi sangat buruk sepanjang 18,75 km dan kondisi baik hanya 17,98

(46)

Tabel III.1.9.2 Panjang Jalan Menurut Jenis Jalan di Kecamatan Silimakuta

Jenis Jalan Panjang

Beraspal 25,62

Lapen 43,38

Kerikil 24,74

Tanah 66,89

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Silimakuta 2012

Sedangkan berdasarkan jenis jalan, jalan di Kecamatan Silimakuta

didominasi oleh jalan tanah yaitu sepanjang 66,89 km atau 41,64 % dari total jalan

dan panjang jalan tanah bertambah dari tahun 2010.

III.1.10 Susunan Kepegawaian

Susunan Kepegawaian Kecamata Silimakuta Kabupaten Simalungun

adalah sebagai berikut:

Pejabat struktural eselon IVa : 1 orang

Pejabat struktural eselon IIId : 5 orang

Pejabat struktural eselon IIIc : 2 orang

Pejabat struktural eselon IIIb : 2 orang

Pejabat struktural eselon IIIa : 1 orang

(47)

III.1.11 Kinerja Pelayanan Kecamatan Silimakuta

Dalam rangka pencapaian tujuan organisasi pemerintahan Kecamatan

Silimakuta, berikut ini disajikan alur kerja Kecamatan Silimakuta :

Bagan Organisasi Pemerintah Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun 

Keterangan dari bagan dan tata kerja Kecamatan Silimakuta :

(48)

196911161990031001

Kasubbag TU : Nellyani Saragih

196404251989052001

Kasubbag Keuangan :

Kasubbag Penyusunan Program : Marajo Harianja

196608161986031003

Kepala Seksi Pemerintahan : Jhonson Samosir. SPd

196501271986021001

Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa : Drs. Robensus Sembiring

196608101993031001

Kepala Seksi Ekonomi dan pembangunan : Damerita Girsang

196009161986022002

Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban : Erpelina Purba

196209031986022001

III.1.12 Tugas Pokok dan Fungsi Serta uraian Tugas Kecamatan

a. Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan 1. Koordinasi Pemberdayaan masyarakat

2. Ketentraman dan ketertiban umum

(49)

4. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas umum

5. Kegiatan pemerintahan

6. Membina pemerintahan desa/kelurahan

7. Pelayanan masyarakat yang belum dilaksanakan desa/kelurahan

b. Uraian Tugas Camat

1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat

2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum

3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan perundang-undangan

4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan

umum

5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah kecamatan

6. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan atau kelurahan

7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup

tugasnya dan atau belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa dan

kelurahan

8. Menyelenggarakan pelayanan umum di bidang pasar dan kebersihan

9. Membina dan melaksanakan tugas-tugas di bidang pasar dan

kebersihan

10.Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

tugas dan fungsinya

c. Uraian Tugas sekretaris camat

1. Memimpin sekretariat camat agar sekretariat camat berjalan lancar dan

(50)

2. Mengkoordinasikan penyusunan program dan kegiatan seksi

3. Melaksanakan tugas-tugas pengelolaan administrasi keuangan

4. Mengadakan pembinaan administrasi organisasi dan tata laksana serta

memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh staf

5. Melaksanakan pengkajian masalah strategi kecamatan

6. Merencanakan penyusunan kebutuhan barang dan alat kelengkapan

kantor

7. Melaksanakan pengelolaan surat menyurat arsip dan dokumen lainnya

8. Melaksanakan kebersihan kantor dan bertanggungjawab terhadap

keamanan kantor

9. Melaksanakan pengawasan terhadap disiplin pegawai, mempersiapkan

penyelenggaraan rapat dinas dan mempersiapkan surat perintah bagi

pegawai yang akan melaksanakan perjalanan dinas

10.Memonitoring dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan tugas di bidang

kepegawaian

11.Melaksanakan tugas di bidang pengelolaan barang, memelihara,

merawat, menjaga dan mengawasi inventaris kantor

12.Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sesuai hasil

yang telah dicapai sebagai pertanggunjawaban pelaksanaan tugas

13.Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

tugas dan fungsinya

(51)

1. Mendata jumlah penduduk melalui pangulu/lurah untuk dilaporkan

kepihak melalui laporan mutasi mutandis kependudukan setiap

bulannya

2. Melaksanakan tugas-tugas pengelolaan administrasi KK (Kartu

Keluarga) dan KTP (Kartu Tanda Penduduk) untuk diteruskan kepada

camat dan Kantor Catatan Sipil Kab. Simalungun

3. Melaksanakan pengelolaan administrasi jalannya KTP elektronik

4. Mengadakan surat pindah dari nagori/kelurahan untuk diproses dan

diteruskan kepada camat

5. Membuat laporan harian camat setiap bulan untuk diteruskan ke pihak

atasan

6. Membuat permohonan untuk mengambil KK dan KTP ke Kantor

Catatan Sipil agar Blanko KK dan KTP tetap tersedia

7. Memproses surat-surat tanah untuk diteruskan kepada camat

8. Membuat surat undangan kepada seluruh PNS/Instansi terbaik,

pengulu, lurah untuk mengikuti apel Hari Kesadaran Nasional setiap

tanggal 17 setiap bulan

9. Melaksanakan persiapan untuk rapat harungguan di kantor camat

setiap bulan

10.Mendistribusikan KK dan KTP yang sudah selesai diproses kepada

masyarakat

11.Mengarsipkan surat menyurat KK dan KTP

12.Melaksanakan tugas dibidang pemerintahan apabila masa jabatan

(52)

13.Melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan oleh camat

e. Uraian Tugas Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan

1. Melaksanakan dan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan

sarana dan prasarana di wilayah kecamatan

2. Melaksanakan pembinaan dan mengkoordinasikan pengembangan

perekonomian meliputi pembangunan sumber produksi dan

pengendalian penyaluran/pemasaran produksi

3. Pengendalian pembangunan meliputi perkreditan

4. Melaksanakan pengendalian pemanfaatan Sumber Daya Alam dan

Teknologi Tepat Guna (TTG)

5. Membuat program kerja dibidang ekonomi, sosial dan budaya

6. Melakukan kegiatan dan pemantauan terhadap pengembangan potensi

dan kualitas Sumber Daya Alam

7. Membuat usulan pendapatan kecamatan, melakukan koordinasi tugas

kepada sekretaris kecamatan

8. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

tugas dan fungsinya

f. Uraian Tugas Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

1. Mempersiapkan bahan-bahan kegiatan pendidikan masyarakat

kesenian dan kebudayaan

2. Memonitor dan melakukan upaya pencegahan terhadap segala jenis

penyakit masyarakat antara lain: perjudian, tuna susila, miras,

(53)

3. Membuat program kerja di bidang pembangunan pemberdayaan

masyarakat dan nagori

4. Melakukan pembinaan usaha gotongroyong masyarakat dalam

mendukung gerakan swadaya masyarakat dan penyuluhan dalam

rangka menumbuhkan kesadaran dan tanggungjawab dalam

pembangunan

5. Melakukan kegiatan dalam melaksanakan musyawarah Rencana

Pembangunan Tingkat Nagori dan Tingkat Kecamatan

6. Melakukan koordinasi pelaksanaan pembangunan serta pengembangan

aset nagori/kelurahan dan menyiapkan bahan penyusunan program di

bidang pemberdayaan masyarakat

7. Melakukan pengawasan dan monitoring bantuan yang diberikan

pemerintah kepada nagori/kelurahan

8. Memiliki usulan anggaran yang diajukan nagori/ kelurahan dan

berkoordinasi dengan pemerintah nagori/kelurahan

9. Melakukan koordinasi tugas-tugas kepada kegiatan sekretaris

kecamatan

10.Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

tugas dan fungsinya

g. Uraian Tugas Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum 1. Menertibkan, menetapkan pos-pos pedagang

2. Mengawasi, pemeliharaan sarana kebersihan

3. Mengawasi, fasilitasi pembebasan tanah

(54)

5. Memproses rekomendasi perizinan

6. Pembinaan terhadap organisasi kepemudaan

7. Pembinaan terhadap perlindungan masyarakat

8. Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan

9. Melakukan koordinasi tugas kepada sekcam

10.Fasilitasi pelaksanaan otonomi daerah

11.Pembinaan, pengawasan petugas pengangkut sampah

12.Membuat laporan pertanggungjawaban tugas kepada atasan

h. Uraian Tugas Kasubbag Tata Usaha/ Umum

1. Membuat program kerja di bidang tata usaha dan umum

2. Mendistribusikan surat masuk/surat keluar serta menyelenggarakan

penerimaan naskah dinas, mencatat dalam lembaran disposisi

3. Memelihara/menyimpan dan mengatur penggunaan stempel dan

jabatan camat, menyerahkan formulir yang telah disahkan keTDPK

kecamatan atau tingkat kabupaten

4. Mengagendakan jadwal kegiatan kecamatan, mengurus perjalanan

dinas dan menyampaikan saran kepada atasan tentang langkah-langkah

yang perlu diambil sesuai dengan ketentuan yang berlaku

5. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan

fungsinya kepada atasan

6. Melaksanakan tugas-tugas dibidang kepegawaian

7. Melaksanakan tugas-tugas dibidang pengelolaan barang

8. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai

(55)

i. Uraian Tugas Kasubbag Penyusunan Program 1. Membuat program kerja kecamatan

2. Menyusun rencana strategis serta profil kecamatan dan program kerja

jangka pendek, menengah maupun jangka panjang

3. Melaksanakan pengendalian dalam pelaksanaan proyek pembangunan

di kecamatan serta memonitoring kegiatan program potensi dan

pengolahan data

4. Menyelenggarakan sosialisasi dan evaluasi pembinaan serta

pemberdayaan pengendalian pelaksanaan kegiatan di kecamatan

5. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

tugas dan fungsinya

j. Uraian Tugas Kasubbag Keuangan

1. Menyusun rencana keuangan dan anggaran serta dokumen pelaksanaan

anggaran

2. Membuat pertanggungjawaban atas penggunaan keuangan kecamatan

serta menyusun dan menyampaikan laporan keuangan

3. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dan perbendaharaan

serta meneliti dokumen dan tanda bukti penerimaan/ pengeluaran

keuangan

4. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai tugas

dan fungsinya

Gambar

Tabel III.1.2.1  Luas Kelurahan dan Desa yang ada di Kecamatan Silimakuta
Tabel III.1.4.1 Jumlah PNS dikantor Kecamatan Silimakuta
Tabel III.1.5.1 Jumlah Penduduk Kelurahan/Desa yang ada di Kecamatan
Tabel III.1.9.1 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan teknik wawancara, maka berikut ini akan disajikan hasil pengumpulan data tentang Kinerja Pelayanan Publik dalam Pembuatan Surat Miskin dan Surat Ahli Waris pada Kantor

merupakan pemimpin dalam organisasi Pemerintah Kecamatan. Dengan demikian, camat dituntut memiliki gaya kepemimpinan dalam membawa dan mempengaruhi bawahannya agar

Kinerja para pegawai melalui gaya kepemimpinan di atas dapat diketahui bahwa selama ini seorang Camat dari Kecamatan Laren Lamongan lebih menekankan pegawai pada

Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja pegawai Kantor Camat Medan Kota dalam pembuatan Surat Miskin dan Surat Ahli Waris secara umum sudah baik..

untuk menganalisi pengaruh perilaku birokrasi terhadap kinerja ASN melalui komitmen organisasi pada kantor camat kecamatan sungai penuh menggunakan jenis peneletian

merupakan pemimpin dalam organisasi Pemerintah Kecamatan. Dengan demikian, camat dituntut memiliki gaya kepemimpinan dalam membawa dan mempengaruhi bawahannya agar

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Bagaimana peranan kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja

Adapun beberapa hal yang dilakukan oleh Camat Sunggal untuk meningkatkan kinerja pegawai yang ada di Kantor Camat Sunggal, antara lain meliputi : Camat memberikan masukan kepada pegawai