• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan dalam Kaitannya dengan Loyalitas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan dalam Kaitannya dengan Loyalitas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

DI RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN

TESIS

OLEH

MARIATY SILALAHI

047019035/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Nama Mahasiswa : Mariaty Silalahi

Nomor Pokok Mahasiswa : 047019035

Program studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi pembimbing

Prof. Dr. Amrin Fauzi Ketua

Dr. Hj. Rismayani, SE, MS Anggota

Ketua Program Studi Direktur

Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana USU

(3)

Dengan Loyalitas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, di bawah bimbingan : Amrin Fauzi (Ketua), dan Rismayani (Anggota).

Salah satu upaya untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010, adalah meningkatkan kualitas pelayanan oleh pelaksana pelayanan kesehatan, seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Rumah Sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan, hendaknya dikelola dengan baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien. Kondisi sosial masyarakat yang semakin meningkat meyebabkan masyarakat semakin sadar akan kualitas pelayanan yang diberikan. Peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kesehatan yang lebih berorientasi pada kepuasan pasien. Di dalam mencapai tujuan yang berorientasi pada kepuasan pasien yang meliputi aspek fasilitas Rumah Sakit, peranan dokter, perawat dan staf non medis Rumah Sakit menjadi sangat penting karena kinerja mereka akan menentukan persepsi pasien terhadap pelayanan yang diberikan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dan sejauhmana hubungan kepuasan pasien terhadap loyalitas pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan dan mengetahui hubungan kepuasan pasien terhadap loyalitas pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

Hipotesis penelitian adalah semakin baik kualitas pelayanan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, maka akan semakin puas pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dan semakin puas pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, maka pasien akan semakin loyal.

Metode analisis yang dilakukan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linear berganda dan analisis korelasi sederhana.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel bukti fisik, kehandalan, daya tanggap jaminan, dan empati secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pasien (Y) di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Hasil koefisien korelasi adalah 0,896. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Kepuasan Pasien dengan Loyalitas di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

(4)

Moslem Malahayati Medan Hospital. Under The Supervision Of Amrin Fauzi (Chairman) And Rismayani, (Member)

To becoming healthy Indonesian 2010, one of its effort is to increase the quality of service by medical service activation such as Puskesmas and hospital. Hospital as the health service provider should be manage well in order to increase the health service quality and patient amount.The increasing of mass social causing mass get more realize to service quality given

The increasing of quality and health service that more orientation to patient satisfaction. In order to reach purpose that orientation to patients satisfaction that including hospital facility aspect role of factor, nurse of hospital non medical staffing become so impotant their work will contain patient perception to services given.

The aim of this research how far the effect of services quality to patient satisfaction in the Moslem Malahayati Medan Hospital and how far is relation between patients satisfaction to loyalty in the Moslem Malahayati Medan Hospital.

Research hypotheses is better service quality in the Moslem Malahayati Medan Hospital make patient in the Moslem Malahayati Medan Hospital getting more satisfaction, so the patient will be more loyal.

Research method is quantitative descriptive and its analysis use multiple linera regression and simple correlation analysis.

The result of this research show that the tangible variable reliability, responsiveness, assurance, and empathy together have significant effect to patients satisfaction in the Moslem Malahayati Medan Hospital, the result of correlation is 0.580 so that it can concluded than there is correlation between patients satisfaction with loyalty in the Moslem Malahayati Medan Hospital.

(5)

Bismillaahirrahmaaniirrahiim

Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan hidayah-Nya kepada

penulis selama menjalankan kewajiban menuntut ilmu dan penyelesaian tugas akhir.

Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, sebagai panutan dalam menerangi jalan

kehidupan.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Magister Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul Analisis Pengaruh Kualitas

Pelayanan Terhadap Loyalitas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan.

Selama melakukan penelitian dan penulisan laporan, penulis memperoleh

bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih, terutama kepada :

1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Rismayani, SE, MS dan Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Ketua Program Studi

dan Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Amrin Fauzi selaku ketua komisi Pembimbing dan Dr.Hj

Rismayani, SE, MS selaku anggota komisi Pembimbing yang telah membimbing

(6)

penulisan tesis ini.

5. Dosen-dosen program studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Isfanudin Nyak Kaoy, Sp, JP selaku Direktur Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan yang telah memberikan kesempatan dan izin melakukan

penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu Staf dan Perawat Rumah Sakit Islam Malahayati Medan yang telah

membantu penelitian ini.

8. Bapak dan Ibu responden penelitian yang telah meluangkan waktu dalam mengisi

kuesioner penelitian.

9. Suami tercinta Tengku Jodi Efendi yang telah setia mendampingi Penulis.

10.Anak-anak tercinta Tengku Chairul Hadi dan Tengku Dewi Melza atas doa dan

semangat yang diberikan.

11.Rekan-rekan Mahasiswa Angkatan VIII Magister Ilmu Manajemen Sekolah

Pacasarjana Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki kekurangan, untuk itu

penulis memohon kritik dan saran demi kesempurnaan penelitian ini.

Medan, September 2007

Penulis,

(7)

Mariaty Silalahi, lahir di Pulau Raja, pada tanggal 17 September 1957, agama

Islam. Anak ke 7 dari 10 bersaudara dari ayahanda H. Abdul Malik Silalahi (alm) dan

Ibunda Hj. Salimah (almh). Sudah menikah dengan Tengku Jodi Efendi, dikaruniai 2

orang anak, Tengku Chairul Hadi dan Tengku Dewi Melza.

Pendidikan yang pernah ditempuh, SD Negeri Pulau Raja tamat tahun 1970,

SMP Negeri Pulau Raja tamat tahun 1973, SPK Rumah Sakit Glugur tamat tahun

1985, SMU Negeri 2 Medan tamat tahun 1993 dan melanjutkan studi di Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU tamat tahun 1999.

Pengalaman bekerja di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mulai tahun

1978 sampai dengan tahun 2003, dari tahun 2003 sampai sekarang bekerja di

(8)

Halaman

PENGESAHAN ...i

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT...iv

PERNYATAAN...v

KATA PENGANTAR ...vi

RIWAYAT HIDUP...viii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah. ...4

1.3 Tujuan Penelitian ...4

1.4 Manfaat Penelitian ...5

1.5 Kerangka Pemikiran...5

1.6 Hipotesis...8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ...9

2.2. Teori Tentang Pelayanan...10

2.2.1 Dimensi Kualitas Pelayanan ...14

2.3 Teori Tentang Kepuasan Pelanggan ...18

2.3.1 Pengertian dan Kepuasan Pelanggan ...18

(9)

2.5 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan ...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...30

3.2 Metode Penelitian. ...30

3.3 Populasi dan Sampel. ...30

3.4 Teknik Pengumpulan Data...31

3.5 Jenis dan Sumber Data. ...31

3.6 Identifikasi Variabel...32

3.7 Definisi Operasional Variabel...32

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas. ...35

3.9 Metode Analisis Data...35

3.10 Pengujian Asumsi Klasik. ...38

3.10.1 Uji Normalitas data. ...38

3.10.2 Uji Multikolenieritas . ...38

3.10.3 Uji Heterokedastisitas ...38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ... 40

4.2 Karakteristik Responden ... 43

4.2.1 Usia Responden... 43

4.2.2 Pekerjaan Responden ... 44

4.2.3 Pendidikan Responden ... 45

4.2.4 Sumber Pembiayaan Perawatan ... 45

4.2.5 Ruang Rawat Responden ... 46

(10)

4.4 Analisis Deskripsi Variabel ... 49

4.5 Evaluasi Model ... 60

4.5.1 Uji Normalitas Data ... 60

4.5.2 Uji Multikolenieritas ... 61

4.5.3 Uji Heterokedastisitas ... 62

4.5.4 Pengujian Goodness Of Fit ... 63

4.6 Pengujian Hipotesis ... 64

4.6.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien ... 64

4.6.2 Uji Serempak... 66

4.6.3 Pengujian Koefisien Determinasi ... 67

4.6.4 Uji Parsial ... 68

4.7 Analisis Korelasi ... 70

4.8 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien... 71

4.9 Hubungan Kepuasan Pasien Terhadap Loyalitas Pasien ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(11)

No. Judul Halaman

3.1 Identifikasi Dan Operasional Variabel Bebas Dan Variabel Terikat ...36

4.1 Usia Responden...44

4.2 Pekerjaan Responden ...45

4.3 Pendidikan Responden ...45

4.4 Sumber Pembiayaan Perawatan ...46

4.5 Ruang Perawatan Responden ...47

4.6 Lama Perawatan ...47

4.7 Pendapat Responden Terhadap Variabel Bukti Fisik ...48

4.8 Pendapat Responden Terhadap Variabel Kehandalan ...50

4.9 Pendapat Responden Terhadap Variabel Daya Tanggap ...52

4.10 Pendapat Responden Terhadap Variabel Jaminan ...53

4.11 Pendapat Responden Terhadap Variabel Empati ...54

4.12 Pendapat Responden Terhadap Kepuasan Pasien ...55

4.13 Pendapat Responden Terhadap Loyalitas Pasien...57

14 Uji Validitas Tiap Butir Pertanyaan ...59

4.15 Koefisien (a)...62

4.16 Model Summary(a) ...64

4.17 Koefisien Regresi ...65

(12)
(13)

No. Judul Halaman

1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian...8

4.1 Normalitas Data ...61

(14)

1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010, adalah

meningkatkan kualitas pelayanan oleh pelaksana pelayanan kesehatan, seperti

Puskesmas dan Rumah Sakit. Rumah Sakit sebagai penyedia jasa pelayanan

kesehatan, hendaknya dikelola dengan baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan dan jumlah pasien.

Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin membaik sehingga

menimbulkan kecederungan untuk menuntut pelayanan umum yang lebih baik dan

lebih cepat. Keberadaan Rumah Sakit baik swasta maupun milik pemerintah serta

munculnya klinik-klinik kesehatan di kota besar menyebabkan terjadi persaingan

yang ketat dalam menyediakan jasa pelayanan kesehatan. Salah satu strategi yang

digunakan oleh pengelola Rumah Sakit pada umumnya adalah dengan memberikan

pelayanan yang berkualitas.

Kondisi sosial masyarakat yang semakin meningkat meyebabkan masyarakat

semakin sadar akan kualitas. Peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kesehatan

yang lebih berorientasi pada kepuasan pasien. Di dalam mencapai tujuan yang

(15)

dokter, perawat dan staf non medis Rumah Sakit menjadi sangat penting karena

kinerja mereka akan menentukan persepsi pasien terhadap pelayanan yang diberikan.

Rumah Sakit Islam (RSI) Malahayati Medan, merupakan Rumah Sakit yang

memiliki VISI “ Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan yang unggul dan bernuansa Islami”. Pada awalnya sistem nilai Rumah Sakit

terutama berfungsi sosial, kemudian terjadi perubahan nilai – nilai tersebut dari

fungsi sosial menjadi usaha bisnis yang surplus, “profit making “ sehingga dari

operasionalnya dapat dilakukan renovasi, reinvestasi, pengadaan peralatan modern,

pengembangan sumber daya manusia secara berkesinambungan.

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah salah satu karya monumental

masyarakat Aceh di Sumatera Utara yang sangat bernilai dari segi material dan moral.

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan merupakan sebuah lembaga bisnis yang

bergerak dibidang jasa pelayanan kesehatan dengan kriteria rumah sakit tipe C,

berlokasi di Jalan Diponegoro No 4 Medan yang merupakan lokasi yang cukup

strategis, dan dekat dengan daerah perkantoran dan pertokoan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES)

No. 262 tahun 1979 dengan standard rumah sakit tipe C sebagai berikut : tenaga

medis sebanyak 20 orang, tenaga para medis perawatan sebanyak 95 orang, tenaga

para medis non perawatan sebanyak 96 orang, tenaga non medis 140 orang. Berikut

ini adalah perbandingan total tenaga pada rumah sakit tipe C :

(16)

3) Tenaga para medis non perawatan dengan perbandingan 5: 1

4) Tenaga non medis dengan perbandingan 4:3

Rumah Sakit ini mempekerjakan 145 karyawan tetap dengan rincian sebagai

berikut: tenaga medis sebanyak 10 orang, tenaga para medis perawatan sebanyak 83

orang, tenaga para medis non perawatan sebanyak 11 orang, dan tenaga non medis

sebanyak 54 orang. Berarti kriteria tenaga medis dan non medis masih belum

memenuhi standar sebagai Rumah Sakit tipe C. Fasilitas pelayanan yang disediakan

antara lain dokter Spesialis, Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 jam, Poli umum,

Instalasi Rawat Inap, Rawat Inap Khusus (ICU), Persalinan 24 jam, KIA/KB,

Laboratorium, Tindakan Medis Operatif, Radiologi, Elektro Medis, Rawat Jalan,

Ambulance, Haemodialise (HD), Apotik.

Sarana dan prasarana Rumah Sakit Islam Malahayati saat ini dari berbagai

informasi masih dinilai sederhana dan pelayanannya sering terganggu karena

pemeliharaan sarana yang kurang memadai, proporsi antara tenaga dan peralatan

masih kurang seimbang, begitu juga dengan penempatan tenaga yang kurang sesuai.

Catatan rekam medik pasien rawat inap masih sederhana.

Data pasien Rawat Inap yaitu BOR (Bed Occupancy Rate) tahun 2004

(39,50%), tahun 2005 (48,2 %), dan tahun 2006 (39,60%), ini menunjukkan bahwa

jumlah setiap bulannya mengalami fluktuasi, kadang – kadang naik atau sebaliknya.

Berdasarkan data tersebut di duga bahwa fluktuasinya BOR dari tahun ke tahun

(17)

Data pasien yang Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

menunjukkan masih kurangnya loyalitas pasien terhadap penampilan Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan secara keseluruhan. Mengembangkan loyalitas pasien

Rawat Inap membutuhkan tantangan yang tidak terbatas, apalagi saat ini pasien dan

keluarga pasien sudah lebih kritis dalam memilih Rumah Sakit sebagai fasilitas

berobat, antara lain dapat membandingkan pelayanan Rumah Sakit satu dengan yang

lainnya terutama dalam kualitas pelayanan.

Dalam kualitas pelayanan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, diperoleh

informasi dari beberapa pasien, bahwa Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

pelayanan yang diberikan masih kurang memuaskan dalam bidang pelayanan medis,

para medis, kelengkapan peralatan dan kebersihannya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dirumuskan masalah

sebagai berikut :

a. Sejauhmana pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien Rawat Inap

di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

b. Sejauhmana hubungan kepuasan pasien terhadap loyalitas pasien Rawat Inap di

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukan, maka tujuan dari penelitian

ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien Rawat

Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

b. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien Rawat

Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

c. Untuk mengetahui hubungan kepuasan pasien dengan loyalitas pasien Rawat Inap

di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

a. Bagi Sekolah Pascasarjana USU, sebagai informasi dan menambah khasanah

keilmuan untuk lembaga akademis sehingga dapat dijadikan bahan referensi

untuk penelitian selanjutnya.

b. Yayasan Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, sebagai bahan pertimbangan

dalam rangka menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan mengenai

pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Islam Malahayati Medan sehingga

kepuasan pelanggan tercapai.

c. Peneliti, sebagai pengembangan pengetahuan yang diperoleh penulis selama

(19)

d. Sebagai referensi bagi peneliti berikutnya dalam meneliti dan mengkaji masalah

yang sejenis.

1.5 Kerangka Pemikiran

Menjadi organisasi yang fokus pada konsumen adalah pilihan strategis bagi

industri Rumah Sakit dan dunia usaha umumnya agar mampu bertahan ditengah

situasi lingkungan ekonomi yang memperlihatkan kecenderungan fluktuasi dan

semakin meningkatnya kualitas hidup. Salah satu cara adalah dengan menciptakan

kepuasan pelanggan melalui peningkatan kualitas, karena pelanggan adalah fokus

utama.

Kualitas pelayanan yang prima akan memberikan dampak terhadap kepuasan

pelanggan yang dapat menguntungkan perusahaan dan dapat membentuk hubungan

yang saling menguntungkan antara perusahaan dan pelanggan

Menurut Lupiyoadi (2006) dalam menentukan tingkat kepuasan, seorang

pelanggan seringkali melihat dari nilai lebih suatu produk maupun kinerja pelayanan

yang diterima dari suatu proses pembelian produk atau jasa. Pencarian nilai oleh

pelanggan terhadap produk (jasa) perusahaan, kemudian menimbulkan teori yang

disebut dengan customer delivered value (nilai yang diterima oleh pelanggan) yaitu

besarnya selisih nilai yang diberikan oleh pelanggan terhadap produk atau jasa

perusahaan yang ditawarkan kepadanya dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh

(20)

Sedangkan menurut Groonroos dalam Ratminto dan Winarsih (2005)

pelayanan adalah aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata

(tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen

dengan karyawan, atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi

pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan permasalahan konsumen/ pelanggan.

Pengukuran terhadap produk jasa yang sifatnya intangible. Menurut para peneliti,

didapati bahwasanya para konsumen memiliki beberapa kriteria yang digunakan

sebagai tolok ukurnya pengevaluasian dan pengukuran produk jasa tersebut, yaitu

1. Bukti Langsung (tangibles) yang meliputi fasilitas fisik sarana prasarana,

perlengkapan utama dan pendukung, pegawai internal (kantor) dan eksternal

(dilapangan) serta sarana komunikasi.

2. Kehandalan (reliability) yang memberikan jasa pelayanan serta informasi

seakurat dan sesegera mungkin dengan tingkat hasil memuaskan,

3. Daya Tanggap/Daya Serap (responsiveness) yang secara tanggap dan cepat

memberikan pelayanan kepada pelanggannya serta dengan tingkat serap yang

baik atas informasi yang diberikan,

4. Jaminan (assurance) yang mencakup lingkup dasar pengetahuan, kemampuan,

kesopanan serta sifat pegawai/staf yang dapat dipercaya, bebas dari bahaya,

resiko atau keragu-raguan dalam melaksanakan tugas serta tanggungjawab tanpa

(21)

5. Empati (emphaty) yang meliputi karakter personal yang dapat memudahkan

melakukan hubungan atau komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan

memahami kebutuhan para pelanggan.

Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan, dan

keperluan pelanggan dipenuhi, suatu pelayanan dinilai memuaskan bila ia dapat

memenuhi kebutuhan dan harapan pelangganya. Ada beberapa faktor yang dapat

dipertimbangkan dalam menilai suatu pelayanan, yaitu : ketepatan waktu, dapat

dipercaya, kemampuan teknis, diharapkan berkualitas dan harga yang sepadan

(Sugito, 2004).

Menurut Kotler (2001) bahwa orang yang sangat puas dan senang akan

memiliki ikatan emosional dengan mereknya, bukan hanya preferensi rasional dan hal

ini menyebabkan loyalitas pelanggan. Loyalitas memiliki dimensi yang berbeda

dengan kepuasan. Kepuasan menunjukkan bagaimana suatu produk memenuhi tujuan

pelanggan (Oliver, 1999). Kepuasan pelanggan senantiasa merupakan penyebab

utama timbulnya loyalitas.

Loyalitas adalah respon perilaku/pembelian yang yang bersifat bias dan

terungkap secara terus menerus oleh pengambil keputusan dengan memperhatikan

satu atau lebih merek alternatif dari sejumlah merek sejenis dan merupakan fungsi

proses psikologis. Orientasi perusahaan masa depan mengalami pergeseran dari

pendekatan konvensional ke arah pendekatan kontemporer (Bhote,1996).

(22)

loyalty, defectors, dan successes, sehingga kepuasan tidak lagi menjadi variabel

intervening terhadap loyalitas pelanggan.

Untuk memperjelas teori dan dimensi yang dikemukakan diatas maka dibuat

kerangka pikir sebagai berikut:

Kepuasan Kualitas pelayanan :

Bukti langsung Kehandalan Daya tanggap Jaminan Empati

1.6 Hipotesis

1. Semakin baik kualitas pelayanan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan maka

akan semakin puas pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

2. Semakin puas pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan maka

(23)

2.1 Penelitian Terdahulu.

Penelitian Fatah (2005) dengan judul pengaruh kualitas pelayanan

terhadap kepuasan pasien rawat inap pada rumah sakit umum otorita Batam

dengan hasil penelitian terhadap kualitas pelayanan dapat diketahui bahwa masing

masing indikator dalam menentukan Kualitas Pelayanan pada RSU Otorita Batam

mempunyai loading yakni faktor fasilitas fisik 0,34, tenaga medis 0,63 paramedis

0,61, logistik 0,53 , dan lingkungan 0,69. Indikator peralatan medis dan tarif

mempunyai probabilitas diatas 0,05 (p > 0,05) yang berarti non signifikan.Untuk

Kepuasan Pasien diketahui bahwa indikator Pelayanan Dokter, Pelayanan Perawat

dan Kondisi Pelayanan Instalasi Rawat Inap mempunyai loading faktor yakni

pelayanan dokter 0,61, pelayanan perawat 0,85, kondisi pelayanan instalasi rawat

inap 0,75, dengan probabilitas yang signifikan. Pengaruh Kualitas Pelayanan

terhadap Kepuasan pasien menunjukkan bahwa Kualitas Pelayanan RSU Otorita

Batam berpengaruh terhadap Kepuasan pasien, hal ini ditunjukkan dengan

koefisien struktural 0,35 dengan uji t diperoleh angka 0,29, dengan probabilitas

siknifikan.

Penelitian Wardoyo (2003) dengan judul penelitian analisis tingkat

kepuasan pasien interen dan eksteren terhadap mutu pelayanan dalam rangka

meningkatkan admisi rawat inap PT (persero) rumah sakit pelabuhan Surabaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara pasien interen

dan eksteren mengenai karakteristik, harapan penilaian dan kepuasannya terhadap

(24)

Butir-butir yang menjadi prioritas masalah adalah pelayanan dokter kurang

menanggapi terhadap keluhan pasien dan informasi kepada pasien kurang je1as.

Perawat kurang tanggap terhadap keluhan pasien. Penunjang medis alatnya

kurang lengkap dan petugasnya kurang siap bila dibutuhkan. Administrasi

pelayanannya lambat, berbelit dan ketepatannya kurang sempurna.,kurang

menghormati hak dan pendapat pihak pasien. Petugas rumah tangga kurang

tanggap terhadap keluhan pasien, kurang siap bila diperlukan, lingkungan kurang

asri dan banyak nyamuk.

2.2. Teori Tentang Pelayanan

Pelayanan adalah suatu bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu yang

diberikan kepada orang lain dalam hal ini pelanggan agar kebutuhan tersebut

dapat terpenuhi sesuai dengan harapan mereka.

Menurut Moenir (2004) pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui

aktivitas orang lain. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya pelayanan

yaitu :

a. Adanya rasa cinta dan kasih sayang.

Cinta dan kasih sayang membuat manusia bersedia mengorbankan apa yang

ada padanya sesuai kemampuaanya, diwujudkan menjadi layanan dan

pengorbanan dalam batas ajaran agama, norma, sopan santun, dan kesusilaan

yang hidup dalam masyarakat.

b. Adanya keyakinan untuk saling tolong menolong sesamanya

Rasa tolong menolong merupakan gerak naluri yang sudah melekat pada

(25)

oleh orang yang membutuhkan pertolongan hakikatnya adalah pelayanan,

disamping ada unsur pengorbanan, namun kata pelayanan tidak pernah

digunakan dalam hubungan ini.

c. Adanya keyakinan bahwa berbuat baik kepada orang lain adalah salah satu

bentuk amal saleh

Inisiatif berbuat baik timbul dari orang yang bukan berkepentingan untuk

membantu orang yang membutuhkan bantuan, proses ini disebut pelayanan.

Perusahaan sebagai sebuah lembaga bisnis yang mengejar keuntungan atas

kegiatan yang dijalankannya,harus pula memperhatikan pelayanan yang diberikan

agar kepuasan pelanggan dapat tercapai. Hal tersebut menjelaskan bahwa kualitas

pelayanan / jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian

atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan (Tjiptono,

2000). Menurut pendapat diatas sebuah kualitas pelayanan atau sebagai

keunggulan-keunggulan yang diberikan perusahaan dalam rangka memenuhi

keinginan pelanggan.

Menurut Siagian (1998) pelayanan secara umum adalah rasa

menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai kemudahan –

kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Dengan demikian pelayanan

merupakan upaya memberikan kesenangan-kesenangan kepada pelanggan dengan

adanya kemudahan – kemudahan agar pelanggan dapat memenuhi kebutuhannya.

Payne (2000) menyatakan kualitas jasa berkaitan dengan kemampuan

sebuah organesasi untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Menurut Moenir (1993) pelayanan adalah rasa (menyenangkan atau tidak

(26)

Fitz-simmons dalam Soetjipto (1997) menyatakan service quality

didefinisikan seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para

pelanggan atas layanan yang mereka terima/peroleh.

Sementara itu menurut Parasuraman, service quality adalah harapan

sebagai keinginan para pelanggan ketimbang layanan yang mungkin diberikan

oleh perusahaan.’’(Soetjipto,1997).

Dari seluruh definisi tersebut dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan dapat

disimpulkan sebagai sebuah tingkat kemampuan (ability) dari sebuah perusahaan

dalam memberikan segala yang menjadi harapan pelanggan dalam memenuhi

kebutuhannya.

Menurut Payne (2000) mengatakan bahwa layanan pelanggan terdapat

pengertian:

1. Segala kegiatan yang dibutuhkan untuk menerima, memproses,

Menyampaikan dan memenuhi pesanan pelanggan dan untuk menindak lanjuti

setiap kegiatan yang mengandung kekeliruan.

2. Ketepatan waktu dan reliabilitas penyampaian produk dan jasa kepada

pelanggan sesuai dengan harapan mereka.

3. Serangkaian kegiatan yang meliputi semua bidang bisnis yang terpadu untuk

menyampaikan produk-produk dan jasa tersebut sedemikian rupa sehingga

dipersepsikan memuaskan oleh pelanggan dan yang merealisasikan

pencapaian tujuan –tujuan perusahaan.

4. Total pesanan yang masuk dan seluruh komunikasi dengan pelanggan.

5. Penyampaian produk kepada pelanggan tepat waktu dan akurat dengan tindak

(27)

Disamping itu adanya suatu system pelayanan yang baik terdiri dari 3 elemen :

1. Strategi layanan, suatu strategi untuk memberikan layanan dengan mutu yang

sebaik mungkin kepada para pelanggan.

2. Sumber daya manusia yang memberikan layanan.

3. Sistem pelayanan, prosedur atau tata cara untuk memberikan layanan kapada

para pelanggan yang melibatkan seluruh fasilitas fisik yang memiliki dan

seluruh sumber daya manusia yang ada.

Penetapan sistem pelayanan mencakup pada strategi yang dilakukan, dimana

pelayanan yang diberikan kepada pelanggan hendaknya dapat dirasakan langsung

oleh mereka, agar tidak terjadi suatu distorsi tentang suatu kepuasan yang akan

mereka terima. Semantara itu secara spesifik adanya peranan pelayanan yang

diberikan secara nyata akan memberikan pengaruh bagi semua pihak terhadap

manfaat yang dirasakan pelanggan.

Menurut Zeithaml dan Bitner (Yazid,1999) mengemukakan beberapa karakteristik

jasa sebagai berikut :

1. Intangibilitas (tidak berwujud)

Jasa tidak bisa dilihat, dirasakan, dicicipi, atau disentuh seperti yang bisa

dirasakan terhadap barang. Karena itu jasa tidak dapat disimpan, dan

akibatnya fluktuasi permintaan jasa sering sulit untuk dikendalikan. Jasa

tidak bisa dipatenkan secara sah, sehingga suatu konsep jasa mudah ditiru.

Jasa juga tidak bisa di-display setiap saat atau dengan mudah

(28)

2. Heterogen (Keberagaman)

Jasa bersifat heterogen sehingga sulit distandarisasikan. Sebab utama

kesulitan ini karena untuk suatu jasa yang sama, setiap individu konsumen

mau dipenuhi keinginannya dengan cara yang berbeda-beda (tidak ada dua

konsumen yang persis sama) sejak sebelum maupun selama jasa yang

diinginkan konsumen itu diproses.

3. Simultanitas Produksi dan Konsumsi

Karakteristik kaitan antara produksi dan konsumsi jasa berbeda dengan

produk barang. Barang dibuat dulu kemudian dijual atau dikonsumsi, jasa

dijual dulu kemudian diproduksi. Waktu produksi dan konsumsi jasa jaga

bersamaan. Hal ini berarti konsumen harus berada di tempat jasa yang

diinginkannya, sehingga konsumen melihat atau bahkan ambil bagian

dalam proses produksi.

4. Kerentanan

Jasa tidak bisa disimpan, dijual lagi, atau dikembalikan Kenyataan ini

mengimplikasikan perlu disusun nya strategi perbaikan (recovery) yang

akan digunakan ketika terjadi kekeliruan.

2.2.1 Dimensi Kualitas Pelayanan.

Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada

persepsi pelanggan. Dalam konteks kualitas jasa harapan pelanggan mempunyai

peranan besar dalam evaluasi kualitas yang dirasakanya. Konsekuensinya jasa

yang sama dapat dinilai berbeda oleh konsumennya. Menurut Kertajaya (2006)

(29)

a. Adanya personal need yang sangat spesifik dari pelanggan yang bersangkutan

sehingga ia mempunyai harapan tertentu

b. Word-of-mouth communication yang pernah didengar pelayanan yang

diberikan sebuah perusahaan akan mempengaruhi tingkat harapan pelanggan

tersebut.

c. Pengalaman masa lalu dari pelanggan sewaktu berhubungan dengan

organisasi.

Pada industri jasa interaksi antara pelanggan dan penyedia jasa penting

dalam menentukan kualitas jasa. Setiap perusahaan jasa harus mempunyai service

excellence (pelayanan yang unggul), yakni suatu sikap atau cara karyawan dalam

melayani pelanggan secara memuaskan. Sasaran dan manfaat dari service

excellence (pelayanan yang unggul) secara garis besar terdiri dari empat unsur

pokok yaitu: kecepatan, ketepatan,keramahan dan kenyamanan. Keempat unsur

pokok itu merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi, artinya pelayanan jasa

menjadi tidak sempurna bila ada satu unsur tersebut diabaikan. Untuk mencapai

hasil yang unggul, setiap karyawan harus memiliki keterampilan tersebut,

diantaranya berpenampilan baik serta ramah, memperlihatkan gairah kerja dan

selalu siap melayani, tenang dalam bekerja, tidak tinggi hati karena merasa

dibutuhkan, menguasai pekerjaan dengan baik, bisa memahami bahasa isyarat dan

yang penting mampu mengani keluhan pelanggan dengan baik. Menurut Nasution

(2004:49) pada prinsipnya ada tiga kunci dalam memberikan pelayanan pelanggan

yang unggul, yaitu:

(30)

b. Pengembangan data base yang lebih akurat dari pada pesaing, yang mencakup

data kebutuhan setiap segmen pelanggan dan perubahan kondisi persaingan.

c. Pemanfaatan informasi yang diperoleh dari riset pasar dalam suatu kerangka

strategis.

Menurut Yazid (1999, 113), bahwa dimensi kualitas jasa terdiri dari :

a. Keandalan

Keandalan adalah kemampuan yang dapat diandalkan, akurat dan konsisten

dalam mengerjakan jasa sesuai dengan yang diinginkan konsumen.

b. Tanggapan

Tanggapan adalah kemauan untuk memberikan pelayanan dan membantu

konsumen dengan segera. Hal yang paling penting yaitu standar-standar yang

digunakan harus disesuaikan dengan permintaan kecepatan tanggapan yang

diinginkan konsumen serta persepsi konsumen tentang kecepatan dan

kesegeraan, bukan didasarkan atas persepsi perusahaan.

c. Jaminan

Jaminan yaitu berupa kompetensi, sopan santun, kredibilitas, dan keamanan.

Dimensi ini lebih diutamakan dibanding dimensi-dimensi lain oleh

perusahaan-perusahaan yang sangat terfokus pada kepercayaan pelanggan,

misalnya perusahaan perbankan, dan lain-lain.

d. Empati

Dimensi Empati yaitu kemudahan akses, komunikasi yang baik, dan

pemahaman terhadap konsumen. Perusahan jasa juga dapat memposisikan diri

berdasarkan empati, yang dibangun di atas kebutuhan konsumen akan

(31)

e. Tangibles (penampilan elemen-elemen fisik)

Dimensi tangibles merupakan penampilan elemen-elemen fisik dari sebuah

perusahaan. Tangibles merupakan salah satu aspek perusahaan jasa yang

dengan mudah terlihat oleh konsumen. Itu sebabnya harus diperhatikan

bagaimana design yang terbaik terhadap lingkungan fisik.

Menurut Parasuraman (Tjiptono, 1999) kualitas pelayanan adalah sebagai berikut :

1. Bukti langsung (tangibles), meliputi penampilan fisik, perlengkapan,

pegawai dan sarana komunikasi.

2. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf dan karyawan

untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan yang

tanggap.

4. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,

dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya,

resiko, dan keragu-raguan.

5. Empati (emphaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan

komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para

pelanggan.

Menurut Lovelock, Peppard, Rowland (Tjiptono,1999), Ada tujuh faktor yang

digunakan dalam mengevaluasi kepuasan terhadap produk baik barang maupun

jasa,yaitu :

1. Kinerja (Performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti (core

(32)

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik

sekunder atau pelengkap dari produk yang ingin dibeli.

3. Keandalan (reliability), yaitu kecilnya kemungkinan produk akan

mengalami kerusakan atau gagal pakai.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications), yaitu

sejauh mana karakteristik design dan operasi memenuhi standar-standar

yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Daya tahan (Durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut

dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur

ekonomis penggunaan produk.

6. Serviceability, kecepatan, kompetensi, kenyamanan, serta penanganan

keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak hanya terbatas

pada sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan dan setelah

penjualan.

7. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi

produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

2.3 Teori Kepuasan Pelanggan

2.3.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kata ‘kepuasan atau satisfaction’ berasal dari bahasa latin “satis” (artinya

cukup baik, memadai) dan “factio” (melakukan atau membuat). Kepuasan dapat

diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’ atau ‘membuat sesuatu memadai’

(33)

seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan

dibandingkan dengan harapannya (Kotler dan Susanto, 2001: 52).

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh pelayanan yang diberikan baik secara

tangibles maupun intangibles. Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi spesifik

terhadap keseluruhan pelayanan yang diberikan pemberi jasa, sehingga kepuasan

pelanggan hanya dapat dinilai berdasarkan pengalaman yang pernah dialami saat

proses pemberian pelayanan (Setyawan dan Susila dalam Usahawan, 2004:31)

Tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang

dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan

kecewa, apabila kinerja sesuai dengan harapan maka pelanggan puas, dan apabila

kinerja melebihi harapan maka pelanggan sangat puas, senang, atau gembira.

Kepuasan pelanggan dapat dirumuskan sebagai berikut (Yoeti, 2003: 36):

Satisfaction = f (Performance - Expectation)

Pada kepuasan pelanggan ada tiga kemungkinan terjadi:

a. Performance (P) < Expectation (E)

Bila hal ini terjadi, maka pelanggan menyatakan bahwa pelayanan yang

diberikan jelek, karena harapan pelanggan tidak terpenuhi atau pelayanannya

kurang baik, belum memuaskan pelanggan.

b. Performance (P) = Expectation (E)

Bila hal ini terjadi, maka bagi pelanggan tidak ada istimewanya, pelayanan

yang diberikan biasa-biasa saja, karena belum memuaskan pelanggan.

c. Performance (P) > Expectation (E)

Bila keadaan ini tercapai, maka pelanggan menyatakan pelayanan yang

(34)

2.3.2 Cara Mengukur Kepuasan

Kepuasan pelanggan dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode

sebagai berikut (Tjiptono, 1997: 34-35):

a. Sistem Keluhan dan Saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer-oriented) perlu

memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk

menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang digunakan bisa

berupa kotak saran, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, dan

lain-lain.

b. Ghost Shopping

Mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap

sebagai konsumen / pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Kemudian

mereka melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan

produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman dalam pembelian

produk-produk tersebut.

c. Lost Customer Analysis

Menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah

pemasok agar dapat memahami mangapa hal itu terjadi dan supaya dapat

mengambil kebijakan perbaikan / penyempurnaan selanjutnya.

d. Survei Kepuasan Pelanggan

Penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan survei melalui pos,

telepon, maupun wawancara pribadi. Melalui survei perusahaan akan

(35)

pelanggan dan juga memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan

menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.

2.4 Teori Tentang Loyalitas Pelanggan 2.4.1 Pengertian dan Proses Loyalitas

Pada dasarnya setiap perusahaan yang melakukan program kualitas

pelayanan maka akan menciptakan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang

memperoleh kepuasan dalam pelayanan merupakan modal dasar bagi perusahaan

dalam membentuk loyalitas pelanggan. Menurut Tjiptono (1996) setiap

perusahaan yang memperhatikan kepuasan pelanggan akan memperoleh beberapa

manfaat pokok yaitu reputasi perusahaan yang makin positip dimata pelanggan

dan masyarakat, serta dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan

memungkinkan bagi perusahaan, meningkatkan keuntungan, maka harmonisnya

hubungan perusahaan dengan pelanggannya, serta mendorong setiap orang dalam

perusahaan untuk bekerja dengan tujuan yang lebih baik.

Loyalitas menurut Kertajaya dalam Hurriyanti (2005) merupakan

manifestasi dari kebutuhan fundamental menusia untuk memiliki, men-support,

mendapatkan rasa aman, dan membangun keterikatan serta mencipatakan

emotional attatchment. Sedangkan loyalitas dalam the oxford english dictionary

adalah : a strong feeling of support, and allegience; aperson showing firm and

constant support dari definisi tersebut terdapat kata strong feeling artinya

kedalaman perasaan manusia terhadap suatu hal, apakah keluarga, teman,

organisasi, atau merek. Perasaan inilah yang menjadi unsur utama dan

(36)

Memiliki pelanggan yang loyal adalah merupakan tujuan akhir dari semua

perusahaan, tetapi kebanyakan perusahaan tidak menyadari bahwa loyalitas

pelanggan dibentuk melalui tahapan yang dimulai dari mencari calon pelanggan

potensial sampai dengan advocate customer yang akan membawa keuntungan

bagi perusahaan. Sebelum membahas lebih jauh mengenai hal-hal apa saja yang

perlu dilakukan untuk membentuk loyalitas, berikut definisi dari terjemahan

loyalitas (customer loyalty) menurut Oliver (1999), antara lain :

“Komitmen untuk bertahan secara mendalam dengan melakukan pembelian

ulang atau berlangganan kembali dengan produk atau jasa terpilih secara

konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha

pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan prilaku”.

Sedangkan Griffin (1996), menyatakan bahwa konsep loyalitas lebih

mengarah kepada prilaku (behaviour) dibandingkan dengan sikap (attitude) dan

seorang konsumen yang loyal akan memperlihatkan prilaku pembelian yang

didefinisikan sebagai pembeli yang teratur dan diperlihatkan sepanjang waktu

oleh beberapa unit pembuatan keputusan.

Griffin (1995) menyatakan bahwa keuntungan-keuntungan yang akan

diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal terhadap barang dan

jasa, antara lain :

1 Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik konsumen baru

lebih mahal)

2 Mengurangi biaya transaksi seperti biaya negosiasi kontrak,

(37)

3 Mengurangi biaya turn over konsumen karena menggantian konsumen yang

lebih sedikit.

4 Meningkatkan penjualan silang yang akan meningkatkan pangsa pasar.

5 Word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal

juga berarti mereka puas.

6 Mengurangi biaya kegagalan seperti biaya penggantian.

Pelanggan yang loyal merupakan aset bagi perusahaan, dan untuk

mengetahui pelanggan yang loyal perusahaan harus mampu menawarkan produk

atau jasa yang dapat memenuhi harapan pelanggan serta dapat memuaskan

pelanggannya. apabila pelanggan melakukan tindakan pembelian secara berulang

dan teratur maka pelanggan tersebut adalah pelanggan yang loyal. Hal tersebut

diperkuat dengan pernyataan Griffin (1996), yang menyatakan bahwa

karakteristik pelanggan yang loyal antara lain :

1 Melakukan pembelian secara rutin

2 Membeli diluar lini produk atau jasa

3 Merekomondasikan kepada orang lain

4 Tidak terpengaruh daya tarik pelanggan pesaing

Untuk menjadi pelanggan yang loyal seorang kosumen harus melalui

beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama, dengan penekanan dan perhatian

yang berbeda-beda. Dengan memperhatikan masing-masing tahap dan memenuhi

kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, perusahaan mempunyai peluang yang

lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi konsumen loyal dan klien

(38)

Menurut Oliver (1999), ada empat tahap loyalitas antara lain :

1 Cognitive loyalty (loyalitas berdasarkan kesadaran)

Pada tahap pertama loyalitas ini, informasi utama suatu produk atau jasa menjadi

faktor penentu, tahap ini berdasarkan pada kesadaran dan harapan konsumen.

Namun bentuk kesetiaan ini kurang kuat karena konsumen mudah beralih kepada

produk atau jasa yang lain jika memberikan informasi yang lebih menarik.

2 Affective loyalty (Loyalitas berdasarkan pengaruh)

Pada tahap ini loyalitas mempunyai kedudukan pengaruh yang kuat baik dalam

prilaku maupun sebagai komponen yang mempengaruhi kepuasan. Kondisi sangat

sulit dihilangkan karena kesetiaan sudah tertanam dalam pikiran konsumen bukan

hanya sebagai kesadaran atau harapan.

3 Corative loyalty (loyalitas berdasarkan komitmen)

Tahap loyalitas ini mengandung komitmen perilaku yang tinggi untuk melakukan

pembelian produk atau jasa. Hasrat untuk melakukan pembelian ulang atau

bersikap loyal merupakan tindakan yang dapat diantisipasi namun tidak disadari.

4 Action loyalty (loyalitas dalam bentuk tindakan)

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari kesetiaan, pada tahap ini diawali suatu

keinginan yang disertai motivasi, selanjutnya diikuti oleh siapapun untuk

bertindak dan keinginan untuk mengatasi seluruh hambatan untuk melakukan

tindakan.

Menurut Griffin (1996), ada delapan tahap loyalitas, yaitu :

1 Susfect : meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa

perusahaan. Pada hal ini konsumen akan membeli tetapi belum mengetahui

(39)

2 Prospect : orang-orang yang memiliki kebutuhan barang atau jasa tertentu dan

mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini konsumen belum

melakukan pembelian, tetapi telah mengetahui keberadaan perusahaan dan

barang atau jasa yang ditawarkan, karena seseorang telah merekomendasikan

barang atau jasa tersebut padanya.

3 Disqualified prospect : orang yang telah mengetahui barang atau jasa tertentu,

tetapi tidak mempunyai kebutuhan akan barang atau jasa tersebut, atau tidak

mempunyai kemampuan untuk membeli barang atau jasa tersebut.

4 First time customer : konsumen yang membeli untuk yang pertama kalinya.

Pembelian ini masih menjadi konsumen pembelian biasa dari barang atau jasa

pesaing.

5 Repeat customer : konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk

sebanyak dua kali atau lebih. Konsumen ini adalah yang melakukan pembelian

atas produk yang sama sebanyak dua kali atau membeli dua macam produk

yang berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula.

6 Clients : membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan yang mereka

butuhkan, hubungan dengan konsumen ini sudah kuat dan berlangsung lama,

yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh tarikan produk atau pelanggan

pesaing.

7 Advocatis : layaknya klien, advocates membeli seluruh barang atau jasa yang

ditawarkan dan dibutuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur.

Sebagai tambahan, mereka mendorong orang luar untuk membeli barang atau

(40)

8 Partners : merupakan bentuk hubungan yang paling kuat antara pelanggan

dengan perusahaan dan berlangsung secara terus menerus karena kedua pihak

melihatnya sebagai hubungan yang saling menguntungkan (win-win solution).

Menurut Griffin (1996), pelanggan yang loyal adalah mereka yangsangat

puas dengan produk atau jasa tertentu sehingga mempunyai antusiasme untuk

memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal.

Dari berbagai teori diatas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan adalah

kesetiaan pelanggan setelah mengalami pelayanan yang dinyatakan dalam

perilaku untuk menggunakan jasa pelayanan tersebut dan mencerminkan adanya

ikatan jangka panjang antara perusahaan dan pelanggan.

2.4.2. Mengukur Loyalitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas sebagai berikut :

1 Kepuasan Pelanggan

Definisi kepuasan yang terdapat dalam berbagai literatur cukup beragam.

Kotler (2000) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai perasaan suka/tidak

seseorang terhadap suatu produk setelah ia membandingkan prestasi produk

tersebut dengan harapannya. (Wilkie, dalam Guntur, 2001), mendefinisikan

kepuasan pelanggan sebagai tanggapan emosional yang positif pada evaluasi

terhadap pengalaman dalam menggunakan suatu produk atau jasa.

Menurut Engel (dalam Destiana, 2006) menyatakan bahwa kepuasan

pelanggan merupakan evaluasi setelah pembelian di mana produk yang dipilih

sekurang-kurangnya sama atau melebihi harapan pelanggan, sedangkan

(41)

berbagai definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pengertian

kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan prestasi atau hasil

yang dirasakan. beriringan (Oliver, 1999).

2 Kualitas Jasa

Salah satu faktor penting yang dapat membuat pelanggan puas adalah kualitas

jasa. Kualitas jasa ini mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pelanggan

(Anderson dan Sullivan dalam Guntur 2005 ). Pemasar dapat meningkatkan

kualitas jasa untuk mengembangkan loyalitas pelanggannya. Produk yang

berkualitas rendah akan menanggung resiko pelanggan tidak setia. Jika kualitas

diperhatikan, bahkan diperkuat dengan periklanan yang intensif, loyalitas

pelanggan akan lebih mudah diperoleh.

Kualitas dan promosi menjadi faktor kunci untuk menciptakan loyalitas

pelanggan jangka panjang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelanggan

akan menjadi loyal pada produk-produk berkualitas tinggi jika produk-produk

tersebut ditawarkan dengan harga yang bersaing (Dharmmesta, 1999).

3 Citra

Kotler (2000) mendefinisikan citra sebagai “seperangkat keyakinan, ide dan

kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek”. Selanjutnya “sikap dan

tindakan seseorang terhadap suatu objek sangat dikondisikan oleh citra objek

tersebut”. Ini memberi arti bahwa kepercayaan, ide serta impresi seseorang sangat

besar pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku serta respon yang mungkin akan

(42)

terhadap suatu produk tidak akan berpikir panjang untuk membeli dan

menggunakan produk tersebut bahkan boleh jadi ia akan menjadi pelanggan yang

loyal.

Kemampuan menjaga loyalitas pelanggan dan relasi bisnis, mempertahankan

atau bahkan meluaskan pangsa pasar, memenangkan suatu persaingan dan

mempertahankan posisi yang menguntungkan tergantung kepada citra produk

yang melekat di pikiran pelanggan. Suatu perusahaan akan dilihat melalui citranya

baik citra itu negatif atau positif. Citra yang positif akan memberikan arti yang

baik terhadap produk perusahaan tersebut dan seterusnya dapat meningkatkan

jumlah penjualan. Sebaliknya penjualan produk suatu perusahaan akan jatuh atau

mengalami kerugian jika citranya dipandang negatif oleh masyarakat. (Yusoff

dalam Guntur 2001).

4 Rintangan untuk Berpindah

Faktor lain yang mempengaruhi loyalitas yaitu besar kecilnya rintangan berpindah

(switching barrier) (Fornell dalam Guntur 2001). Rintangan berpindah terdiri

dari; biaya keuangan (financial cost), biaya urus niaga (transaction cost), diskon

bagi pelanggan loyal (loyal customer discounts), biaya social (social cost), dan

biaya emosional (emotional cost). Semakin besar rintangan untuk berpindah akan

membuat pelanggan menjadi loyal, tetapi loyalitas mereka mengandung unsur

(43)

2.5 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Banyak pakar yang menyatakan bahwa hukum pertama kualitas pelayanan

adalah “melakukan segala sesuatu secara benar sejak awal“. Bila hal itu tercapai

maka akan mewujudkan loyalitas pelanggan. Meskipun demikian dalam suatu

perusahaan yang telah menyampaikan jasanya dengan baik tetap saja akan ada

pelanggan yang kecewa. Penyebabnya ada dua jenis, yaitu (Tjiptono, 1996):

1 Faktor internal yang melatih dapat dikendalikan perusahaan misalnya

karyawan yang kasar, kesalahan pencatatan transaksi, dan lain-lain

2 Faktor eksternal diluar kendali perusahaan, seperti cuaca (banjir, badai),

gangguan pada insfrastruktur umum (listrik, jalan longsor), aktivitas kriminal

(pembakaran, vandalisme), dan masalah pribadi pelanggan (dompet hilang).

Pelayanan berkaitan erat dengan loyalitas pelanggan dan secara umum

dapat diwujudkan dengan tiga cara pokok (Tjiptono, 1996) yaitu :

1 Memperlakukan pelanggan yang tidak puas sedemikian rupa sehingga dapat

mempertahankan loyalitas mereka.

2 Perusahaan memberikan jaminan yang luas dan tidak terbatas pada ganti rugi

yang dijanjikan saja

Perusahaan memenuhi atau melebihi harapan pelanggan yang mengeluh dengan

(44)

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Malahayati yang beralamat

Jalan Diponegoro No.4 Medan. Penelitian dimulai dari bulan Juli sampai dengan

bulan Agustus 2007.

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Jenis dan Bentuk Penelitian

Jenis penelitian adalah studi kasus yang didukung oleh survey yang

mengumpulkan data mengenai faktor-faktor terkait dengan variabel penelitian.

3.2.2. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan jenis masalah yang diteliti, teknik dan alat yang digunakan

pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

3.2.3. Sifat Penelitian

Adapun sifat penelitian adalah penjelasan dekriptif eksplanatori.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien atau keluarga penunggu yang

sedang di rawat inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan selama tiga hari

atau lebih pada bulan Juli-Agustus 2007. Rata-rata pasien perbulan yang di rawat

Inap berjumlah 189 orang pada kondisi normal, dengan asumsi bahwa tidak

(45)

diambil sebagai responden adalah sebesar 40 % dari jumlah populasi yaitu : 40 %

x 189 orang = 75,6 orang digenapkan menjadi 75 orang. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling.

3.4. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara (interview) dengan pasien atau keluarga pasien rawat inap Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan.

2. Daftar pertanyaan (questionairy) yang diberikan kepada pasien atau keluarga

pasien rawat inap Rumah Sakit Islam Malayahati Medan yang menjadi

responden.

3. Observasi/pengamatan dengan melakukan pengamatan langsung pada

lingkungan Rumah Sakit Islam Malahayati Medan untuk melengkapi data

yang diperlukan dalam penelitian.

4. Studi Dokumentasi yaitu mengumpulkan dan mempelajari data yang diperoleh

dari Rumah Sakit Islam Malahayati.

3.5. Jenis dan Sumber data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari daftar pertanyaan dan

wawancara pada responden (pasien atau keluarga pasien rawat inap Rumah

Sakit Islam Malayahati Medan).

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh langsung dari Rumah Sakit Islam

(46)

3.6. Identifikasi Variabel

Memperjelas antara variabel yang satu dengan yang lain, maka variabel

dalam penelitian dibedakan menjadi :

a. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X), kualitas

pelayanan yang terdiri dari : Bukti Langsung (X1), Keandalan (X2),

Daya tanggap (X3), jaminan (X4), Empati (X5),

b. Variabel terikat adalah kepuasan pasien (Y1) dan loyalitas pasien (Y2).

3.7. Definisi Operasional Variabel

Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan

pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan maka diperlukan

suatu definisi operasional variabel sebagai berikut :

1. Bukti Fisik (X1) yaitu mencakup aspek-aspek nyata yang bisa dilihat dan

diraba meliputi peralatan medis yang lengkap dan canggih, fasilitas fisik

(gedung, fasilitas pendukung di ruangan pasien) yang bersih dan nyaman,

penampilan pegawai yang bersih, dan rapi serta lokasi yang strategis.

Pengukuran untuk variabel bukti fisik menggunakan skala Likert.

2. Kehandalan (X2) yaitu kemampuan untuk memwujudkan jasa sesuai dengan

yang telah dijanjikan secara tepat, meliputi ketepatan waktu layanan,

pelayanan yang sama untuk semua pasien tanpa kesalahan dan keakuratan

penanganan/ administrasi dokumen. Pengukuran untuk variabel kehandalan

menggunakan skala Likert.

3. Daya Tanggap (X3) yaitu keinginan untuk membantu pasien dan menyediakan

(47)

amembantu pasien, keluangan waktu pegawai untuk menanggapi permintaan

pasien dengan cepat dan kejelasan informasi waktu penyampaian jasa.

Pengukuran untuk variabel daya tanggap menggunakan skala Likert.

4. Jaminan (X4) yaitu kemampuan sumber daya yang dimiliki rumah sakit dalam

memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar yang diharapkan meliputi

pengetahuan dokter dan perawat, kemampuan dokter dan perawat dan sifat

dapat dipercaya yang dimiliki para pegawai. Pengukuran untuk variabel

jaminan menggunakan skala Likert.

5. Empati (X5) yaitu kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, keramahan,

komunikasi dan kemampuan memahami kebutuhan pasien, meliputi perhatian

khusus kepada pasien, komunikasi yang baik dan kemudahan dalam menjalin

relasi. Pengukuran untuk variabel empati menggunakan skala Likert.

6. Kepuasan Pasien yaitu terpenuhinya kebutuhan dan keinginan pasien dalam

pelayanan yang diberikan

7. Loyalitas Pasien yaitu kemauan pasien untuk melakukan perobatan/berobat

kembali ke Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

(48)

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

pengukuran Bukti Fisik (X1)

Mencakup aspek-aspek nyata yang bisa dilihat dan diraba meliputi peralatan medis yang lengkap dan canggih.

1. fasilitas fisik 2. Gedung,

3. fasilitas pendukung diruangan pasien) yang bersih dan nyaman, 4. Penampilan pegawai yang bersih,

dan rapi serta lokasi yang strategis.

Likert

Keandalan (X2) Kemampuan untuk memwujudkan jasa sesuai dengan yang telah dijanjikan secara tepat

1. Ketepatan waktu layanan,

2. Pelayanan yang sama untuk semua pasien tanpa kesalahan

3. Keakuratan penanganan/ administrasi dokumen.

Likert

Daya Tanggap(X3) Keinginan untuk membantu pasien dan menyediakan jasa pelayanan yang dibutuhkan pasien

1. Kesediaan pegawai dalam membantu pasien,

2. Keluangan waktu pegawai untuk menanggapi permintaan pasien dengan cepat

3. Kejelasan informasi waktu penyampaian jasa

Likert

Jaminan (X4) Kemampuan sumber daya yang dimiliki rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar yang diharapkan

1. Pengetahuan dokter dan perawat, 2. kemampuan dokter dan perawat 3. sifat dapat dipercaya yang

dimiliki para pegawai

Likert

Empati (X5) Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, keramahan,

komunikasi dan kemampuan memahami kebutuhan pasien,

1. Perhatian Khusus Kepada Pasien, 2. Komunikasi Yang Baik

3. Kemudahan Dalam Menjalin Relasi.

Likert

Kepuasan Pasien (Y1) Tindakan yang dirasakan oleh pasien dalam pelayanan

Terpenuhinya kebutuhan dan keinginan pasien dalam pelayanan yang diberikan

Likert

Loyalitas Pasien (Y2) Kemauan pasien untuk melakukan perobatan/berobat kembali ke Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

1. Pasien tidak ingin berpindah ke rumah sakit lain

2. Pasien yang pulang sembuh akan merekomendasikan Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ke orang lain.

3. Pasien yakin Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah Rumah Sakit yang baik

4. Memilih Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah pilihan yang tepat

(49)

3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam

suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Suatu instrumen

yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Instrumen pengukuran

dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.

Uji Reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keterpercayaan

hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran. Instrumen pengukuran

dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji

reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur

yang mengandung kecermatan pengukuran. Untuk reliabilitas instrumennya yang

skornya dalam bentuk skala dapat digunakan koefisien Alpha dari Cronbach

(Umar, 2005). Cronbach Alpha yang baik adalah yang makin mendekati 1.

menurut Sekaran (2000) nilai Cronbach Alpha yang kurang dari 0,6 adalah kurang

baik, sedangkan jika nilai Cronbach Alpha 0,7 dapat diterima dan reliabilitas

dengan nilai Cronbach Alpha 0,8 atau diatasnya adalah baik.

Pengujian validitas instrumen digunakan dengan menggunakan program SPSS

12,0 for Windows, dengan kriteria sebagai berikut:

3.9. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah:

a. Metode analisis deskriptif

Metode ini merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data

(50)

b. Metode Regresi Berganda

Metode Regresi Berganda, yaitu untuk melihat seberapa variabel

keandalan (reliability), variabel daya tanggap (responsiveness),

variabel jaminan (assurance), variabel empati berpengaruh dalam

mendorong minat pasien berkunjung ke Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan. Rumusannya adalah sebagai berikut :

Y = a+ b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ e

Dimana :

Y = Skor dimensi kepuasan pasien

X1 = Skor dimensi bukti langsung

X2 = skor dimensi keandalan

X3 = Skor dimensi daya tanggap

X4 = Skor dimensi jaminan

X5 = Skor dimensi empati

a = Konstanta

b1...5= Koefisien regresi

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat

kepercayaan 95 % dengan α 5 %

1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial

Pengujian secara parsial adalah menguji setiap variabel bebas apakah

mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.

Ho:bi=0 Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari

(51)

Ha:bi≠0 Artinya secara parsial terdapat hubungan yang signifikan dari variabel

bebas (X1) terhadap variabel terikat (Y)

2. Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian kontribusi pengaruh dari seluruh variabel bebas (X1) secara

bersama-sama terhadap variabel tidak bebas (Y1), dapat dilihat dari koefisien

determinasi berganda (R2) dimana 0<R2<1. Hal ini menunjukkan jika nilai R2

semakin dekat pada nilai 1 maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak

bebas semakin kuat. Sebaliknya jika nilai R2 semakin dekat pada nilai 0 maka

pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas semakin lemah. Teknik

analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi 12.0.

c. Metode Korelasi Sederhana

Untuk mengetahui hubungan antara kepuasan pasien dan loyalitas pasien

dalam penelitian ini menggunakan metode korelasi Rank Spearman dan dihitung

dengan menggunakan SPSS 12.0 dengan hipotesis bahwa semakin puas semakin

loyal. Rumus yang digunakan sebagai berikut (Sugiyono: 2004) :

= 1 -

Patokan angka korelasi adalah sebagai berikut (Sarwono : 2006 ) :

1) 0-0,25 korelasi sangat lemah (diangap tidak ada)

2) >0,25-0,5 korelasi cukup

3) >0,5-0,75 korelasi kuat

(52)

3.10. Pengujian Asumsi Klasik 3.10.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas menunjukkan data menyebar pada garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas

dan jika menyebar jauh atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model

tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual berdistribusi

normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai

residual mengikuti distribusi normal.

3.10.2 Uji Multikolinieritas

Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan adanya hubungan linier diantara

variabel-variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik tidak

menghendaki adanya masalah multikolinieritas ini. Suatu model regresi dikatakan

bebas dari masalah multikolinieritas jika Variance Inflation Factor (VIF) lebih

kecil dan pada 5. Dan jika nilal VIF lebih besar dari 5 menandakan adanya gejala

multikolinieritas.

3.10.3. Uji Heterokedastisitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan

varians dari residual dan satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians

berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

(53)

heterokedastisitas ini adalah melihat penyebaran dari varians residual pada

(54)

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Rumah Sakit Islam Malahayati ( RSIM) terletak di Jalan Pangeran

Diponegoro No 2 – 4 Medan, terletak dipusat kota, lebih kurang 2 km dari

bandara Polonia Medan, dan berada disekitar komplek pertokoan dan bank,

sehingga sangat mudah dijangkau dari manapun.

Pada awal pendirian Rumah Sakit, para pendiri mempunyai tujuan

kesembuhan dan pemulihan kesehatan pasien, kenyamanan dan keselamatan

pasien, sikap dan prilaku pelayanan medis maupun non medis secara Islami serta

kepuasan pasien. Dalam langkah dan geraknya, Rumah Sakit Islam Malahayati

berpedoman pada visi dan misi Rumah Sakit.

Visi Rumah Sakit Islam Malahayati adalah

Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit yang unggul dan bernuansa Islami

Misi Rumah Sakit Islam Malahayati adalah :

Perbaikan mutu asuhan keperawatan yang berkesinambungan dengan memberikan

pendidikan dan bimbingan kepada seluruh jajaran keperawatan sehingga

memberlakukan pasien sesuai dengan harkat dan martabat manusia secara Islami

sehingga hak-hak dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi

Motto Rumah Sakit Islam Malahayati adalah IKHLAS dengan perincian sebagai

berikut :

I = Iman

(55)

L = Lugas

A = Akrab

S = Sejahtera

Didalam perkembangannya, Rumah Sakit Islam Malahayati memiliki

Kapasitas tempat tidur sebanyak 75 tempat tidur. Dan untuk meningkatkan

pelayanan dan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh Rumah

Sakit Islam Malahayati, maka dilakukan berbagai peningkatan kualitas pelayanan,

antara lain penambahan alat-alat medis yang canggih serta meningkatkan

ketrampilan tenaga medis dan paramedis

Fasilitas dan layanan kesehatan yang dimiliki oleh Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Rawat Inap

Untuk layanan rawat inap, RSIM memberikan fasilitas kamar yang dibedakan

atas VIP A, VIP B, VIP C, Kelas I, Kelas II dan Kelas III.

2. Pelayanan Rawat Jalan

Untuk pelayanan Rawat Jalan terdiri dari Klinik Umum/ Unit Gawat Darurat

(UGD), Pelayanan diberikan oleh dokter umum dengan pelayanan 24 jam.

3. Klinik Spesialis

Pelayanan diberikan oleh dokter spesialis dari pukul 08.00 -21.00

WIB.Pelayanan spesialis yang diberikan di klinik antara lain :

a) Spesialis Penyakit Dalam

b) Spesialis Anak

c) Spesialis OBGYN

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.1
Tabel 4.2 Karakteristik Pekerjaan Responden
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kepuasan pasien rawat inap terhadap mutu pelayanan di Rumah Sakit Hidayah Boyolali dan mengidentifikasi atribut

Tujuan penelitian : 1) Menganalisis pengaruh tarif rawat inap, kualitas pelayanan dan promosi terhadap kepuasan pasien di RSU Jati Husada Karanganyar. 2)

3. Apakah ada hubungan antara kualitas pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan di ruang rawat inap dan rawat jalan terhadap kepuasan pasien dan

Judul : Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pasien pengguna BPJS dengan Kepuasan Pasien sebagai Variabel Intervening di Rawat Inap RSU Slamet

penelitian dengan judul “ Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Semen Gresik” B. Bagaimana tanggapan pasien tentang

Skrips i yang berjudul, “ Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Loyalitas Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2016 ” yang

Berdasarkan penjelasan mengenai mutu atau kualitas pelayanan keperawatan diatas, maka mutu pelayanan keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan keperawatan yang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pasien, menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan,