• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reformasi Tentang Undang-Undang Kepartaian Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Reformasi Tentang Undang-Undang Kepartaian Di Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

REFORM ASI TEN TAN G UN D AN G- UN D AN G KEPARTAI AN D I I N D ON ESI A

D r s. ZAKARI A

Ju r u sa n I lm u Adm in ist r a si Fa k u lt a s I lm u Sosia l D a n I lm u Polit ik

Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

A. Pe n da h u lu a n

Kehidupan Kepart aian selam a Pem erint ahan Orde Baru yang dipim pin oleh Presiden Soehart o sangat m enyedihkan dan m enyakit kan rakyat . Dim ana ruang gerak Part ai Polit ik dibat asi dan dibuat t idak berdaya.

Pada aw al Orde Barn Part ai Polit ik m endapat angin segar, dim ana bem unculan Part ai- part ai Baru dan pada w akt u dilaksanakan Pem ilihan Um um pert am a pada era Orde Baru ( 1971) ada 10 Kont est an pesert a Pem ilu yang t erdiri dari 9 ( sem bilan) Part ai Polit ik dan sat u Golongan Karya. Kesem bilan part ai Polit ik it u adalah NU, PARMUSI , PSI I , PERTI , PNI , PARKI NDO, PARTAI KATHOLI K, I PKI , dan MURBA.

Tem yat a angin segar yang dihirup oleh kesem bilan Parpol it u t idak berlangsung lam a. Karena kesem bilan Parpol it u pada t abun 1975 difusikan oleh Pem erint ahan Soehart o m enj adi dua Part ai Polit ik m elalui undang- undang Nom or: 3 Tahun 1975 t ent ang Part ai Polit ik dan Golongan Karya. Adapun Part ai Polit ik yang difusikan it u adalah NU, PARMUSI , PSI I dan PERTI m enj adi PPP, sedangkan PNI , PARKI NDO, PARTAI KATHOLI K, I PKI dan MURBA m enj adi PDI .

Melalui UU No.3 Tahun 1975 it u ruang gerak Part ai Polit ik dipersem pit , sedangkan Golongan Karya yang m enj adi kont est an Pem ilu diberikan fasilit as dan kebebasan yang lebih luas dari part ai polit ik. Pem erint ah nam pak t idak adil t erhadap kont est an pesert a pem ilu. Keberpihakan Pem erint ah t erhadap Golkar sanyat m enyolok. Akibat nya Golkar sebagai pesert a pem ilu yang m endom inasi perolehan suara dalam pem ilu lebih berorient asi pada m em perj uangkan kepent ingan Pem erint ah dan Penguasa daripada m em perj uangkan kepent ingan rakyat .

Karena Golkar selalu m endukung dan m endahulukan kepent ingan Pem erint ah dan penguasa daripada kepent ingan rakyat , m aka kehidupan polit ik pem erint ah ( supra st rukt ur polit ik) m enj adi lebih besar dan kuat , sedangkan kehidupan polit ik rakyat ( infra st rukt ur polit ik) m enj adi lem ah dan t ak berdaya. I nilah salah sat u penyebab Presiden Soehart o dapat m em pert ahankan kekuasaannya sam pai 32 Tahun. Tet api bila Golkar yang m em peroleh suara m ayorit as set iap kali Pem ilu berpihak kepada rakyat dan m em perj uangkan kepent ingan rakyat . Soehart o t idak m ungkin bisa berkuasa sam pai 32 t ahun dan kehidupan polit ik m asyarakat m enj adi kuat

Karena yang m em buat Golkar it u besar dan kuat , salah sat unya adalah UU No.3 Tahun 1975 dan UU No.3 Tabun 1985 t ent ang Parpol dan Golkar dan Golkar pula yang m erupakan salah sat u penyebab infra st rukt ur polit ik it u lem ah, m aka sangat perlulah undang- undang t ent ang Parpol dan Golkar it u direform asi t erm asuk Golkarnya sendiri.

B. Aspe k - a spe k Ke t ida k a dila n D a la m UU N o.3 / 1 9 7 5 da n UU N o.3 / 1 9 8 5 Te n t a n g PARPOL da n GOLKAR

(2)

Undang- Undang Parpol dan Golkar t ersebut yang hanya t erdiri dari 18 pasal saj a, bila dit elaah isi UU t ersebut secara rinci dan m endalam , banyak t erdapat kelem ahan, kekurangan dan t idak m encerm inkan suasana keadilan dan dem okrat is. Sebagai cont oh:

1. Part ai Polit ik dan Golongan Karya disebut Organisasi Sosial Polit ik, t et api Golkar sendiri t idak disebut Part ai Polit ik, dan t idak pula disebut sebagai Orm as ( Organisasi Kem asyarakat an) . Dalam akt ivit asnya ( " Sang Golkar" ) pada w akt u PEMI LU dia ikut sebagai salah sat u kont est an PEMI LU dengan Part ai Polit ik yang lain, art inya dia m em akai baj u part ai, pada saat yang lain " Sang Golkar it u" m enj alankan t ugas- t ugas birokrasi, dan bergaya sebagai birokrat dengan m enggunakan baj u KORPRI . Dengan kondisi at au fungsi ganda t ersebut , m aka Golkar bersifat Am bivalent at au posisinya t idak j elas. Hal ini akan m engacaukan sist em kepart aian dan m em bingungkan m asyarakat .

2. Pegaw ai Negeri Sipil dapat m enj adi anggot a Part ai Polit ik at au Golongan Karya dengan sepenget ahuan yang berw enang. Kem udian " Pegaw ai Negeri Sipil" yang m em egang j abat an- j abat an t ert ent u t idak dapat m enj adi anggot a Part ai Polit ik at au Golongan Karya, kecuali dengan izin dari pej abat yang berw enang. ( Pasal 8 ayat ( 2) huruf A clan B) UU No.3 / 1975 dan UU No.3/ 1985. Ket ent uan t ersebut j elas sekali t idak m encerm inkan keadilan dan dem okrat is, karena ket ent uan t ersebut sangat m engunt ungkan posisi Golkar yang bersifat am bivalent ( sebagai Part ai Polit ik pada sat u sisi dan sebagai birokrasi pada posisi yang lain) . Hal ini t erlihat dari unsur- unsur yang m enj adi kom ponen Golkar yait u j alur A, B clan C, dim ana j alur A yang m erupakan kelom pok ABRI , Jalur B yang m erupakan kelom pok Korpri, dan j alur C yang m erupakan m asyarakat um um . Khusus m engenai j alur B( Korpri) , dim ana sebahagian besar anggot anya berasal dari Pegaw ai Negeri Sipil RI yang m enj alankan t ugas di bidang birokrasi. Dengan sendirinya Pegaw ai Negeri Sipil secara ot om at is m enj adi anggot a Golkar t anpa m em bedakan apakah m em egang j abat an t ert ent u at au t idak, dan t idak perlu lagi m em int a izin pej abat yang berw enang. lni berart i bahw a pasal 8 ayat ( 2) a dan b hanya berlaku bagi Part ai Polit ik, sedangkan bagi Golongan Karya t idak berlaku. Dengan dem ikian pasaI 8 ayat ( 2) UU No.3/ 1975 dan UU No.3/ 1985 t idak adil dan perlu dihapus.

3. Part ai Polit ik dan Golongan Karya m endaft ar anggot a- anggot anya dan m em elihara daft ar anggot anya ( pasal 9) . Ket ent uan yang t erdapat pada pasal 9 UU No.3/ 1985 it u t idak dem okrat is. Karena bila anggot a m asyarakat at au anggot a suat u lem baga sosial kem asyarakat an t erdaft ar m enj adi anggot a Part ai Polit ik at au Golongan Karya m aka secara ot om at is anggot a yang t erdaft ar t ersebut t erikat dengan ket ent uan- ket ent uan Part ai dan Golkar. Pada w akt u Pem ilu dilakukan m ereka harus m endukung dan m em ilih dim ana ia t erdaft ar sebagai anggot a Parpol at au Golkar. Dengan sendirinya Pem ilu yang dilakukan t idak lagi bersifat Bebas dan Rahasia. Selain it u Golkar m endapat kesem pat an dan kebebasan yang sangat luas dan besar unt uk m erekrut anggot a m asyarakat dan Pegaw ai Negeri Sipil besert a anggot a ABRI unt uk m enj adi anggot anya. Sedangkan Part ai Polit ik dalam m erekrut m asyarakat unt uk m enj adi anggot a part ainya t erbat as, hanya pada kalangan anggot a m asyarakat yang bukan ABRI dan Pegaw ai Negeri Sipil. Oleh karena it u pasal 9 UU No.3/ 1985 t idak adil dan t idak dem okrat is, dan ini harus dihapus.

(3)

a. Mem bat asi kebebasan Parpol dan Golkar dalam m elakukan akt ivit asnya. b. Mem buat kekuasaan Part ai m enj adi kecil dan lem ah.

c. Mem buat fungsi. peran dan kekuasaan Presiden m enj adi besar. Oleh karena it u pasal ini harus dihapus at au dihilangkan.

5. Dengan kew enangan yang ada padanya Presiden/ Mandat aris Perm usyaw arat an rakyat dapat m em bekukan Pengurus t ingkat pusat Part ai Polit ik dan Golongan Karya yang t em yat a m elakukan t indakan- t indakan yang berhubungan dengan pasal 4. pasal 7 huruf A, dan pasal 12 ( pasal 14 ayat ( I ) UU No.3/ 1985) . Ket ent uan yang t erdapat pada pasal 14 ayat ( I ) UU No.3/ 1985) . Ket ent uan yang t erdapat pada pasal 14 ayat ( 1) ini m enunj ukkan t idak bij aksana dan banyak t erdapat kelem ahannya, m isalnya:

a. Mem perlem ah kedudukan dan posisi Parpol dan Golkar sebagai I nfra st rukt ur polit ik.

b. Mem buat kedudukan Supra St rukt ur polit ik khususnya Presiden m enj adi kuat . c. Bila suat u Parpol at au Golkar berkuasa dan m em egang t am puk Pem erint ahan

( Presiden) sepert i yang t erj adi pada m asa Orde Baru, m aka Part ai Polit ik at au Golkar dapat m em percundangi, at au m engent ak alih Pim pinan Part ai yang selalu m engkrit ik kelom pok yang berkuasa m elalui Presiden.

Hal ini akan berbahaya bagi st abilit as kedudukan dan perkem bangan Part ai Polit ik at au Golkar. Oleh karena it u pasal ini harus dihapus.

Melihat pada pasal- pasal dari UU No.3 / 1975 dan UU No. 3/ 1985 t ent ang Part ai Polit ik dan Golongan Karya pada Orde Baru banyak t erdapat kelem ahan. kekurangan. t idak adil dan t idak dem okrat is. rnaka UU No.3/ 1985 t ent ang Part ai Polit ik dan Golongan Karya harus digant i secara t ot al.

C. Ja n ga n M e n gu la n gi Pe n ya k it La m a D a la m M e r u ba h UU .

Undang- Undang No.3 Tabun 1985 t ent ang Part ai Polit ik dan Golongan Karya harus digant i secara t ot al karena Undang- undang t ersebut t idak m encerm inkan keadilan, dem okrat is dan t ransparan dalam kehidupan Organisasi Sosial Polit ik di I ndonesia. Oleh karena it u perlu dibuat undang- undang yang baru t ent ang Kepart aian di I ndonesia sesuai dengan t unt ut an dan perkem bangan zam an.

Perlu disadari bahw a dalam m em buat undang- undang kepart aian yang baru it u j angan sam pai t erulang lagi penyakit dan kebiasaan lam a yang t erj adi pada m asa Pem erint ahan Orde Baru, dalam m em buat dan m erubah undang- undang.

Bila dit elaah produk undang- undang yang dibuat pada rnasa pem erint ahan Orde Baru bahw a nam pak undang- undang t ersebut m em iliki ciri- ciri at au sifat - sifat sebagai berikut :

1. Kurang t ransparan, karena t idak t egas dan j elas.

2. Tidak adil, karena selalu m engunt ungkan sat u pihak at au kelom pok.

3. Tidak dem okrat is, karena selalu m em persem pit ruang gerak m asyarakat dan infrast rukt ur.

4. Selalu m em berikan peluang yang besar t erhadap peran dan kekuasaan Pem erint ahan.

5. Pem erint ah selalu m au m enang sendiri.

Sebagai cont oh dit elusuri 5 ( lim a) paket Undang- undang dalam bidang Polit ik dan undang- undang t ent ang Pem erint ahan di daerah.

1. Tent ang Undang- undang Part ai Polit ik dan Golongan Karya. Undang- undang No.3 t ahun 1975 t ent ang Parpol dan Golkar j auh lebih t ransparan, adil dan dem okrat is bila dibandingkan dengan UU No.3 Tahun 1985. Hal ini t am pak secara j elas dari pasal- pasal pada Undang- undang t ersebut .

(4)

Pasal ( 2) Selain ket ent uan t ersebut daI am ayat ( 1) pasal ini, azas/ ciri Part ai Polit ik dan Golongan Karya yang t elah ada pada saat diundangkannya UU ini adalah j uga azas / ciri Part ai Polit ik dan Golongan Karya.

Kem udian dalam perubahan UU t ersebut m enj adi UU No.3 Tahun 1985 m enet apkan pasal2 ayat ( 1) dan ( 2) sebagai berikut :

Pasal 2 ayat ( 1) . Part ai Polit ik dan Golongan Karya berazaskan Pancasila sebagai sat u- sat unya azas.

( 2) . Azas sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) adalah azas dalam kehidupan berm asyarakat , berbangsa, dan bem egara. Dari pasal 2 ini dapat dipaham i dan disim pulkan bahw a UU No.3 Tahun 1975 lebih dem okrat is karena m em berikan kebebasan kepada Part ai Polit ik dan Golongan Karya unt uk m enam bah azas lain dan ciri- ciri yang berbeda- beda, sedangkan dalam UU No.3 Tahun 1975 Parpol dan Golkar t idak lagi diberikan kebebasan daI am m enent ukan azas dan cirinya.

2. Tent ang Undang- undang Pem ilu, yait u UU No.I 5 Tahun 1969 j auh lebih t ransparan, adil dan dem okrat is bila dibandingkan dengan UU No.4 Tahun 1975, UU No.2 Tahun 1980 dan UU No.1 Tahun 1985. Sebagai cont oh pada Pasal 2 ayat ( 1) UU No. 15 Tahun 1969 m enet apkan sebagai berikut :

Pasal 2 ayat ( 1) Warganegara Republik I ndonesia bekas anggot a Organisasi t erlarang Part ai Kom unis I ndonesia, t erm asuk Organisasi m assanya at au yang t erlibat langsung at aupun t ak langsung dalam " Gerakan Kont ra Revolusi G.30 S/ PKI " at au organisasi t erlarang lainnya t idak diberikan hak unt uk m em ilih dan dipilih.

Kem udian dalam perubahan UU t ersebut m enj adi UU No.4 Tabun 1975 m enj adi UU No.2 Tabun 1980, kem udian m enj adi UU No.1 Tahun 1985 m enet apkan pasal2 ayat ( 1) sebagai berikut :

Pasal 2 ayat ( 1) Warganegara Republik I ndonesia bekas anggot a Organisasi t erlarang Part ai Kom unis I ndonesia, t erm asuk Organisasi Massanya at au yang t erlibat langsung at aupun t ak langsung dalam " Gerakan Kont ra Revolusi G.30 S/ PKI ” at au organisasi t erlarang lainnya t idak diberi hak unt uk m em ilih dan dipilih, kecuali apabila Pem erint ah m em pert im bangkan hak m em ilihnya, yang ket ent uannya diat ur lebih lanj ut dalam Perat uran Pem erint ah.

Pasal2 ayat ( 1) UU No. 15 Tahun 1969 t ent ang Pem ilu j auh lebih j elas, t egas dan t ransparan sert a m em buat pelaksanaan Pem ilu m enj adi j uj ur dan adil, t et api set elah dilakukan perubahan, m aka UU t ersebut m enj adi t idak t ransparan, adil dan dem okrat is karena Pem erint ah diberi hak unt uk m enent ukan penggunaan hak pilih dari w arga negara RI bekas organisasi t erlarang sepert i yang dit uangkan dalam Pasal 2 ayat ( 1) t ersebut di at as. Dengan sendirinya Pem ilu dilaksanakan t idak lagi LUBER ( Langsung, Um um , Bebas dan Rahasia) dan JURDI L ( Juj ur dan Adil) .

3. Tent ang Undang- undang Susunan dan Kedudukan MPR/ DPR, yait u UU No. 16 Tahun 1969, UU No.5 Tahun 1975, dan UU No.2 Tahun 1985 t ent ang susunan dan Kedudukan MPR/ DPR dan DPRD. Sarna sekali t idak adil, t idak dem okrat is, t idak t ransparan.

Sebagai Cont oh:

(5)

rakyat karena t idak sem uanya dipilih oleh rakyat m elalui Pem ilu. Bagi anggot a DPR dan MPR yang diangkat oleh pej abat yang berw enang berart i m ereka m erupakan w akil Pej abat yang m engangkat nya, bukan w akil rakyat . Hal ini t ent u sangat t idak adiI , dan t idak dem okrat is. Agar supaya DPR dan MPR t ersebut benar- benar m erupakan lem baga Perw akilan Rakyat , m aka sem ua anggot a DPR dan MPR harus dipilih oleh rakyat secara langsung. Oleh karena it u Undang-undang No.1 Tahun 1985 t ent ang Pem ilihan Um um harus direvisi sesuai dengan t unt ut an m asyarakat .

4. Undang- undang No.5 Tahun 1985 t ent ang Referendum .

Undang- undang t ent ang Referendum ini sangat bert ent angan dengan Pasal 37 ayat ( 1) dan ( 2) UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 37 ( 1) . Unt uk m engubah UUD sekurang- kurangnya 2/ 3 daripada j um lah anggot a yang hadir.

( 2) . Put usan diam bil dengan perset uj uan sekurang- kurangnya 2/ 3 daripada j um lah anggot a yang hadir.

Pasal 37 ayat ( 1) dan ( 2) ini sudah cukupj elas, hal ini sudah dinyat akan dalarn penj elasan UUD 1945. Berdasarkan Pasal 37 t ersebut , m aka MPR m em punyai hak dan w ew enang penuh unt uk m engubah UUD. t idak lagi harus m em int a pendapat rakyat m elalui Referendum , karena MPR it u sudah dianggap sebagai penj elm aan rakyat yang m em egang kedaulat an negara. Oleh karena UU No.1 Tahun 1985 t ent ang Referendum bert ent angan dengan konst it usi ( UUD 1945) dan harus dihapus.

Pasal 37 ini dapat diperbandingkan dengan pasal 6 ayat ( 2) UUD 1945. Menurut Pasal 6 ayat ( 2) , Presiden daD Wakil Presiden dipilih oleh Maj elis Perm usyaw arat an Rakyat dengan suara t erbanyak. Mengapa dalam m elaksanakan Pasal 6 ayat ( 2) ini MPR t idak m elakukan Referendum m em int a pendapat rakyat ) . Oleh karena it u unt uk m elaksanakan Pasal 37, MPR dapat m elakukannya sesuai dengan pelaksanaan Pasal 6 ayat ( 2) selam a ini.

5. Undang- undang No.8 Tahun 1985 t ent ang Organisasi Kem asyarakat an.

Bila dit elaah isi ( pasal- pasal) yang t erdapat pada Organisasi Kem asyarakat an yang dibuat oleh Pem erint ah Orde Baru t idak j auh berbeda dengan UU t ent ang Parpol dan Golkar. Dim ana orang dibat asi t ingkat kebebasannya dan ruang geraknya. Peranan dan cam pur t angan Pem erint ah t erhadap akt ivit as Orm as t erlalu besar. Sehingga UU No.8 Tahun 1985 t ent ang Orrnas t ersebut nam pak t idak adil, t idak dem okrat is, dan t idak t ransparan. Oleh karena it u perlu dit inj au dan direvisi kem bali.

6. Undang- undang No.5 Tahun 1974 t ent ang Pem erint ahan di Daerah.

Sam a halnya dengan 5 ( lim a) paket Undang- undang di bidang Polit ik, dim ana UU t ent ang Pem erint ahan di daerah yang sudah 4 ( em pat ) kali m engalam i perubahan yait u 1, UU No. 22 Tahun 1948, digant i dengan UU No.1 Tahun 1957, diubah lagi m enj adi UU No.5 Tahun 1974.

Set iap kali m elakukan percobaan, UU t ent ang Pem erint ahan di Daerah t ersebut m enj adi t idak dem okrat is. Wew enang dan kebebasan Daerah sem akin dibat asi. Sebaliknya w ew enang dan kekuasaan pusat sem akin besar. Oleh karena it u UU No. 5 Tahun 1974 t ent ang Pem erint ahan di Daerah perlu direvisi sesuai dengan t unt ut an m asyarakat di daerah.

D . H a l- h a l Ya n g Pe r lu D ia t u r D a la m UU Ke pa r t a ia n di I n don e sia

1. Tent ang Sist em Kepart aian dan Jum lah Kepart aian.

(6)

et hnisit as, dll. Diharapkan m elalui sist em banyak part ai aspirasi kelom pok m asyarakat akan t erw akili.

b. Perlu dilakukan pem bat asan j um lah part ai di dalam sist em banyak part ai ( Mult i part y Syst em ) , karena bila j um lah part ai t erlalu banyak akan m udah t erj adi hal- hal yang berdam pak negat if, sepert i:

1) Disint egrasi dalam kehidupan berm asyarakat , berbangsa, dan bem egara sem akin t inggi.

2) Sulit t erbent uknya Part ai Mayorit as.

3) Sulit m em bent uk Koalisi dalam Pem erint ahan 4) Prim ordialism e dan Nepot ism e akan sem akin t inggi.

c. Jum lah Part ai dalarn sist em banyak part ai cukup lim a saj a, hal ini sesuai dengan ideologi negara, sesuai dengan agam a yang diakui di I ndonesia, sesuai dengan et hnis yang m enem pat i pulau- pulau besar di I ndonesia yang m ew arnai kondisi pulau- pulau kecil yang ada di sekit arnya. Melalui lim a part ai ini diharapkan aspirasi kelom pok m asyarakat akan t ert am pung, dan int egrasi dalam kehidupan berm asyarakat , berbangsa dan bem egara akan m udah t erw uj ud.

2. Tent ang Azas, Tuj uan dan Program Part ai Polit ik.

a. Sem ua part ai Polit ik harus m enggunakan Pancasila sebagai azasnya dan boleh dit am bah dengan azas lain yang m enurut Misi Pancasila. Tuj uannya adalah apabila Part ai yang m enang dengan m enguasai Pem erint ahan t idak m erubah- ubah sendi- sendi Pem erint ahan. Oleh karena it u, set iap Part ai Polit ik yang ada di I ndonesia m em punyai azas yang sam a.

b. Tuj uan part ai polit ik, t uj uan part ai Polit ik di I ndonesia ini j uga diharapkan sam a dan dianj urkan sesuai dengan t uj uan Negara dan Pem erint ah yang t erdapat dalam pem bukaan UUD 1945. Bila m asing- m asing Parpol m em punyai t uj uan yang sam a dengan t uj uan negara dan pem erint ah, m aka set iap kali bergant i penguasa didalam pem erint ahan t uj uannya akan sam a, m aka akan t erj adi kesinarnbungan pelaksanaan pem bangunan.

c. Program part ai Polit ik dalam m encapai t uj uannya t idak perlu di at ur sam a. Kepada set iap Parpol diberikan kebebasan dalarn m enent ukan dan m em buat sert a m engem bangkan program nya ( Flat form ) .

3.Tent ang Keanggot aan dan Kepengurusan Part ai Polit ik a. Keanggot aan Part ai Polit ik

1) Set iap Warganegara bebas unt uk m enj adi anggot a dalam suat u Part ai Polit ik.

2) Set iap Part ai Polit ik bebas unt uk m erekrut anggot a m asyarakat m enj adi anggot a t et ap part ainya, dalam rangka Pengkaderan Pengurus Part ai.

3) Pegaw ai Negeri t idak boleh t erikat at au m enj adi anggot a t et ap dari Part ai Polit ik, karena hal ini akan m engganggu t ugas pokoknya sebagai aparat ur negara.

4) Set iap anggot a ABRI t idak boleh t erikat dan m enj adi anggot a t et ap dari suat u Part ai Polit ik, nam un anggot a ABRI dapat m enj adi sim pat isan dan m em berikan suaranya kepada Part ai Polit ik t ert ent u dalam pem ilihan um um .

5) Set iap Warga negara t erm asuk Pegaw ai Negeri dan ABRI dapat m enj adi sim pat isan at au m enj adi pendukung suat u Part ai Polit ik.

6) Sem ua Part ai Polit ik harus m enerapkan sist em Massa Mengarnbang ( Float ing Mass) , dim ana anggot a m asyarakat t idak m enj adi anggot a t et ap dari suat u Part ai Polit ik, t et api di dalarn pem ilihan um um dapat m em berikan suaranya kepada part ai t ert ent u yang ia sukai dalam Pem ilihan Um um .

(7)

1) Kepengurusan Part ai Polit ik dit et apkan oleh Part ai Polit ik sendiri secara bebas.

2) Part ai Polit ik t idak dibolehkan m erekrut at au m endaft arkan Organisasi Kem asyarakat an m enj adi pendukung part ainya.

3) Rekruit m en yang dilakukan oleh Part ai Polit ik pada suat u m asyarakat at au organisasi t ert ent u adalah individunya bukan organisasinya.

4) Pegaw ai Negeri Sipil dan ABRI t idak boleh m enj adi pengurus dari suat u Part ai Polit ik, kecuali bila sudah berhent i at au m em int a berhent i dari Pegaw ai Negeri Sipil at au ABRI .

5) Pengurus Part ai Polit ik yang m enduduki at au yang m em egang j abat an polit is dalam pem erint ahan t idak boleh m enilai at au m enent ukan j abat an karir sekarang.

4. Tent ang Kedudukan Part ai Polit ik

a. part ai Polit ik harus bebas dari cam pur t angan Pem erint ah art inya Parpol it u bersifat I ndependent .

b. Part ai Polit ik harus dipisahkan dengan birokrasi secara nyat a at au j elas. Sehingga ada pem isahan yang j elas ant ara Pej abat Polit is yang diangkat berdasarkan kekuat an polit ik dengan pej abat birokrat yang diangkat berdasarkan karir.

5. Tent ang Hak dan Wew enang Part ai Polit ik.

a. Set iap Part ai Polit ik yang m enang dalam Pem ilihan Um um berhak m encalonkan Ket ua at au Pengurus part ainya m enj adi Presiden dan Wakil Presiden.

b. Set iap Part ai Polit ik yang m enang dalam Pem ilihan Um um berhak m encalonkan orang- orang part ainya m enj adi anggot a Kabinet .

c. Set iap Part ai Polit ik yang m enang dalam Pem ilihan Um urn pada t ingkat Daerah Tingkat I at au I I berhak m encalonkan orang- orangnya m enj adi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

d. Set iap Part ai Polit ik yang t idak duduk dalam pem erint ahan berw enang unt uk m elakukan krit ik t erhadap pem erint ah.

e. Set iap Part ai Polit ik m em eiliki w ew enang unt uk m engam bil j alannya roda pem erint ahan di luar DPR sebagai anggot a DPR.

6. Tent ang Larangan Terhadap part ai Polit ik.

a. Part ai Polit ik t idak boleh m endudukkan at au m engangkat orang- orang Part ainya pada j abat an birokrasi.

b. Pej abat polit is di Pem erint ahan t idak dibolehkan m engangkat orang- orang part ai pada j abat an birokrasi.

Penut up

1. Unt uk m em buat UU t ent ang kepart aian yang baru dan bersifat adil, dem okrat is dan t ransparan, m aka perlu dilakukan perubahan t erhadap Undang- undang t ent ang Pem ilihan Um urn, undang- undang t ent ang susunan dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD, Undang- undang t ent ang Referendum , Undang- undang t ent ang Organisasi Kem asyarakat an, dan t erm asuk Undang- undang t ent ang Pem ilihan Daerah.

(8)

D AFTAR BACAAN

Am al, I chlasul. 1998. Teori- Teori Mut akhir Part ai Polit ik. Tiara Wacana. Yogyakart a.

Miriam , Budiardj o. 1982. Dasar- Dasar I lm u Polit ik. Gram edia. Jakart a.

Undang- Undang Dasar 1945.

Undang- Undang Nom or: 3 t ahun 1975. Tent ang Part ai Polit ik dan Golongan Karya.

Undang- Undang Nom or: 3 t ahun 1985. Tent ang Perubahan At as Undang- Undang Nom or3 Tabun 1975.

Undang- Undang Nom or: 1 t ahun 1985. Tent ang Pem ilihan Um um.

Referensi

Dokumen terkait

Providing the best creative multi-channel learning experiences through innovative learning and teaching approaches, as well as widening students’ knowledge of

kelompok di masyarakat termasuk swasta sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi kelompok dan di pihak lain berperan aktif dalam upaya

2016 tanggal 23 September 2016 dan setelah melakukan pembahasan internal seluruh anggota Pokja, serta dengan berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Demikian Berita Acara Hasil Pelelangan untuk paket pekerjaan “ Konsultan Perencana Revitalisasi Gedung dan Sarana Kantor ” ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat

[r]

variasi mlati. Sehingga mempunyai kesan praktis dan tidak mengganggu gerak penari apalagi ada satu penari pada adegan tertentu menaiki burung garuda. Perlu

If white noise, or a similarly irregular noise is used as input, then the solution process to a SDAE will not be a usual stochastic process, defined as a random vector at every time

Panitia Pengadaan Jasa Konstruksi dengan nilai 100 Juta sampai dengan 1 Milyar Pada Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten Tahun Anggaran 2012 akan melaksanakan