• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Petani Yang Mengalami Gagal Panen Di Desa Parbaba Samosir Terhadap Kelanjutan Pendidikan Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pandangan Petani Yang Mengalami Gagal Panen Di Desa Parbaba Samosir Terhadap Kelanjutan Pendidikan Anak"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PANDANGAN PETANI YANG MENGALAMI GAGAL PANEN DI DESA

PARBABA SAMOSIR TERHADAP KELANJUTAN PENDIDIKAN ANAK

SKRIPSI

Diajukan Oleh

MAGDALENA SIHALOHO

060901030

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABTRAKSI

(3)

DAFTAR ISI

Hal. LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Defenisi Konsep ... 8

1.6 Metodologi Penelitian... 14

1.6.1 Jenis Penelitian ... 14

1.6.2 Unit Analisis dan Informan ... 14

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 15

1.6.3.1 Data Primer ... 15

1.6.3.2 Data Sekunder ... 16

1.6.4 Interpretasi Data ... 17

1.6.5 Keterbatasan Penelitian... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18

BAB III KEHIDUPAN MASYARAKAT PETANI 3.1 Gambaran Desa Parbaba ... 33

3.1.1 Letak Geografis ... 33

(4)

3.1.3 Kependudukan ... 39

3.1.4 Fasilitas Pendidikan... 39

3.1.5 Fasilitas Kesehatan ... 40

3.1.6 Fasilitas Keagamaan ... 41

3.2 Gambaran Kehidupan Masyarakat Parbaba ... 42

3.2.1 Sarana Fisik Pemukiman ... 42

3.2.2 Pemanfaatan Air Bersih ... 49

3.2.3 Mata Pencaharian ... 50

3.2.4 Sistem Kekerabatan ... 59

3.2.5 Situasi Desa... 60

3.3 Gambaran Petani Bawang ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Informan ... 68

4.2 Interpretasi Data ... 80

4.2.1 Kepemilikan Lahan ... 80

4.2.2 Tanggapan Orang Tua tentang Pendidikan ... 82

4.2.3 Harapan Orang Tua Menyekolahkan Anak Sampai Jenjang yang Lebih Tinggi atau Hanya Sampai Jenjang Menengah ... 87

4.2.4 Strategi Orang Tua Mengatasi Dampak Gagal Panen Terhadap Pendidikan Anak ... 94

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 105

5.2 Saran ... 112 DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1 Komposisi Jumlah Penduduk ... 39

Tabel 2 Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 39

Tabel3 Komposisi Fasilitas Pendidikan yang ada di desa Parbaba ... 40

Tabel 4 Komposisi sarana kesehatan ... 41

Tabel 5 Komposisi rumah berdasarkan jenis bangunan ... 44

Tabel 6 Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 82

Tabel 7 Harapan Orang Tua Menyekolahkan Anak Sampai Jenjang yang Lebih Tinggi dan Hanya Sampai Jenjang Menengah Saja. ... 87

Tabel 8 Komposisi Penghasilan Informan ... 94

Tabel 9 Komposisi Pekerjaan Tambahan atau Sampingan Petani ... 96

Tabel 10 Peralihan Jenis Tanaman ... 99

Tabel 11 Aspirasi dan Partisipasi Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak ... 103

(6)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1 Alat transportasi air ... 37 Gambar 2 Salah satu transportasi air untuk melakukan penyeberangan dari Tomok ke Ajibata ... 38 Gambar 3 Salah satu transportasi air yang dapat menampung mobil ... 38 Gambar 4 Rumah Bolon sebagai salah satu rumah masyarakat petani di desa Parbaba

... 48 Gambar 5 Rumah Panggung sebagai salah satu tempat tinggal masyarakat petani

di desa Parbaba ... 48 Gambar 6 Lahan pertanian yang dulunya bawang beralih jadi tanam cabe, namun

tidak semua petani yang mampu mengolahnya ... 56 Gambar 7 Lahan pertanian yang dulunya bawang berubah jadi lahan jagung ... 57 Gambar 8 Lahan pertanian dengan tanaman kacang ... 57 Gambar 9 Rumah tempat tinggal yang sekaligus di bawahnya sebagai kandang

ternak kerba ... 58 Gambar 10 Lahan kosong dengan semak belukar akibat terjadinya gagal panen

(7)

ABTRAKSI

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan mempertahankan diri dari semakin kerasnya kehidupan dunia dan dari berbagai tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus di penuhi sepanjang hayat. Pendidikan merupakan hal terpenting bagi setiap umat manusia. Setiap orang wajib memiliki pendidikan. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan cita-cita untuk maju, sejahtera, dan bahagia. Pendidikan merupakan hal terpenting dan merupakan suatu kebutuhan hidup sehingga manusia dapat beradaptasi dengan sesama, baik itu dengan lingkungan sekitar maupun lingkungan luas pada saat perkembangan pada saat sekarang ini.

(9)

tinggi daripada yang tidak berkependidikan. Pendidikan bertujuan untuk terus menerus mengadakan perubahan dan pembaharuan.

Bagi bangsa yang ingin maju pendidikan merupakan suatu kebutuhan. Sama dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan ada bangsa atau yang terkecil adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama. Artinya mereka mau mengurangi kualitas perumahan, pakaian bahkan makanan dalam melaksanakan pendidikan anak-anaknya. Begitu juga sebuah Negara hendaknya lebih memperhatikan kebutuhan akan pendidikan.

Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang meliputi orangtua dan orang yang tinggal serumah merupakan pusat pendidikan pertama dan utama. Orangtua merupakan inti dalam keluarga adalah tanggung jawab utama pendidikan anaknya.

Untuk meningkatkan pendidikan seorang anak maka salah satu faktor yang mendukung pendidikan anak tersebut adalah orang tuanya sendiri. Orang tua merupakan orang yang pertama sekali di jumpai oleh seorang anak ketika anak tersebut pertama sekali hadir di dunia ini. Orang tua merupakan faktor pertama dalam perkembangan anak. Orang tua tidak hanya membantu seorang anak, hanya dalam masalah biaya saja dalam pendidikannya tetapi juga dalam hal motivasi, dukungan dan kontrol. Ini semua merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan anak. Orang tua memiliki peranan penting dalam pengembangan kualitas pendidikan dan tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan kesempatan yang ada.

(10)

pembentukan kebiasaan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang tua. Pendidikan informal yang baik akan sangat menunjang pendidikan informalnya.

Masalah kondisi sosial ekonomi dan harapan masa depan anak dari orangtua pada akhirnya akan menimbulkan masalah bagi orangtua untuk menentukan alternatif pilihan terhadap kelanjutan sekolah anak–anaknya. Kedua masalah tersebut diatas merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi anak untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Pandangan sudah sekaligus merupakan penilaian. Orientasi nilai yang ada pada masyarakat akan berbeda-beda. Umpamanya apakah orang tua memperhatikan anak-anak dan mendidik mereka agar bersikap bebas dalam mengambil tindakan-tindakan dan inisiatif, atau anak dilihat sebagai harapan masa depan keluarga. Khal berpendapat bahwa ada orang tua yang menginginkan anak-anak mereka berusaha mencari taraf hidup yang lebih baik, dan ada yang puas dengan cara hidup mereka yang sekarang (Robinson, 1986).

Memberikan motivasi kepada anak agar dia mau mempelajari pola-pola tingkah laku yang diajarkan kepadanya merupakan hal yang penting. Motivasi mana yang lebih dominan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dalam setiap masyarakat berbeda-beda. Dalam pemberian motivasi ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua dimasa lampau serta latar belakang kebudayaan.

(11)

diri, kekayaan memiliki anak dan kekayaan memiliki harta. Tanpa anak akan merasa tidak kaya walaupun banyak harta seperti diungkapkan bahwa: Anakkon Hi Do Hamoraon Di Ahu (anakku adalah harta yang paling berharga bagi saya) adalah ungkapan suku bangsa Batak Toba untuk menyatakan bahwa anak adalah harta tertinggi baginya. Pada masyarakat suku Batak Toba harta benda tidak selalu menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang, tetapi kejayaan, pendidikan yang tinggi dan kemakmuran anak-anak mereka yang menjadi tolak ukur kesuksesan mereka. Anak, bagi orang Batak, merupakan harta yang paling berharga, kehormatan, sekaligus kekayaan bagi orangtuanya. Orang tua menginginkan anak yang lahir itu rajin bekerja dan bijaksana, menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat. Itulah sebabnya orang tua menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya. Segala upaya dapat dilakukan untuk dapat membiayai pendidikan anak.

Mereka akan bekerja siang dan malam demi untuk anak-anaknya, untuk itu segala pikiran, tenaga serta harga diri senantiasa dikorbankan demi anak-anaknya. Keluarga yang mempunyai anak berhasil dalam sekolah dan pekerjaan keberhasilan orang tua yang telah bersusah payah membesarkannya, mereka merupakan kebanggaan orang tua sekaligus harta yang dibanggakan oleh orang tua.

(12)

Kehormatan (hasangapon) adalah suatu kedudukan seseorang yang dimiliki di dalam lingkungan masyarakat, yang biasanya status perolehan melalui proses belajar. Apabila sudah mamora, gabe dan di hargai dalam masyarakat maka diartikan ia telah memiliki hasangapon. Anak adalah sumber kehormatan (hasangapon) dalam keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan anak-anak suatu keluarga, semakin dianggap terpandang (hasangapon) keluarga tersebut dalam masyarakatnya. Anak-anak yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi orang tua dan membuat keluarga itu terpandang (hasangapon).

Menurut Irianto(1995) dalam perkembangannya yang sekarang bahwa orang Batak Toba memandang bahwa jalan tercapainya nilai hamoraon, hagabeon, dan hasangapon adalah melalui pendidikan. Oleh karena itu orang Batak Toba sangat menganggap penting nilai pendidikan bagi anak. Berdasarkan hasil penelitian Irmawati (2008) keberhasilan di bidang pendidikan adalah bila seseorang dapat menyelesaikan pendidikan hingga tingkat pendidikan tinggi dan berhasil meraih gelar sarjana. Meskipun orang Batak mayoritas bermata pencaharian pertanian dengan kehidupan yang sederhana tetapi untuk masalah pendidikan anak orang tua menunjukkan aspirasi yang tinggi. Orang tua tidak memperdulikan penampilan ia bekerja diladang mulai dari pagi sampai petang

(13)

mendarah daging bagi masyarakat. Bekerja sebagai petani mempunyai tujuan yang luhur dalam hidupnya untuk memperoleh kekayaan, kehormatan dan kebahagiaan.

Aritonang (2008) mengatakan bahwa baik yang tinggal di kota maupun di kampung-kampung, orang Batak akan mengerahkan kemampuan finansialnya untuk pendidikan anak-anaknya. Orang Batak juga berusaha menjaga keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan pendidikan dalam keluarga. Melalui pendidikan keluarga itulah nilai-nilai kerja keras, pantang menyerah, dan keuletan ditanamkan.

Namun hal ini tidak selamanya menjadi sesuatu hal yang mutlak terjadi. Seperti suatu realita yang ada di desa Parbaba yang mana sebuah keluarga yang memiliki tingkat ekonomi yang memadai tidak mendukung pendidikan anak tersebut. Dimana seorang anak yang memiliki keinginan tinggi untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi mengalami kendala dari kedua orang tuanya.

Desa pada umunya merupakan daerah pertanian. Masyarakat di desa pada umumnya bergantung kepada sektor pertanian. Sistem pertanian masyarakat desa dominan sangat vital artinya bagi kehidupan mereka. Sistem pertanian bagi mereka merupakan cara bagaimana mereka dapat hidup. Sistem pertanian adalah identik dengan sistem perekonomian mereka.

(14)

Hingga akhir tahun 2002 di Pangururan, sebagai kecamatan terbesar di Kabupaten Samosir pendapatan asli daerah lebih kurang dari sepuluh juta ribu rupiah. Di tambah lagi akhir-akhir ini kehidupan petani di kecamatan ini termasuk desa Parbaba sebagai daerah petani bawang, mengalami gagal panen bawang merah. Di tahun 2002 gagal panen sudah mulai terjadi didaerah ini. Cuaca yang tidak menentu yang terjadi secara terus menerus menerjang daerah ini membuat tanaman bawang para petani hancur. Tanaman bawang yang mereka tanam sudah tidak lagi sebagus dulu.

Semenjak gagal panen terjadi di desa ini para petani mencoba untuk menanam tanaman tomat, cabai, jagung, dan ubi. Namun tidak semua petani berhasil karena modal yang terbatas, pengetahuan mengenai tanaman hortikultura yang kurang dan mahalnya harga obat-obatan. Mereka beranggapan bahwa bertani bawang lebih mudah dan tidak terlalu sulit. Semenjak gagal panen terjadi lahan-lahan yang dulunya diolah sekarang berubah menjadi lahan-lahan kosong.

(15)

tidak ada perbedaan antara orang tua yang bekerja sebagai pegawai dengan orang tua yang bekerja sebagai petani untuk pendidikan anak kurang lebih 30 an.

Dari hal diatas dapat di lihat bahwa kondisi ekonomi yang semakin menurun tidak menjadi penghalang bagi orang tua untuk tidak menyekolahkan anak sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Keadaan ekonomi orang tua baik yang memiliki keadaan ekonomi rendah, sedang, tinggi tidak memiliki suatu pengaruh yang mutlak untuk menyekolahkan anak sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari orang tua yang masih dapat dikatakan lebih baik keadaan ekonominya justru tidak mengiginkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi.

Bagi orang tua yang hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang SMA saja pada umumnya anaknya pergi merantau keluar daerah. Kebanyakan mereka bekerja sebagai pedagang, sebagai petani di daerah perkebunan. Ada juga orang tua yang memberikan hak sepenuhnya kepada keluarganya yang sudah terlebih dahulu merantau. Selain merantau ada juga yang tinggal di kampung halaman dan mereka bekerja membantu pekerjaan orang tuanya dan juga sebagai buruh tani disamping mengolah lahan sendiri.

(16)

sarjana. Namun tidak semua keluarga yang melakukan hal tersebut, seperti keluarga yang diatas.

1.2Perumusan Masalah

Terjadinya gagal panen yang beruntun di desa Parbaba tidak mengurungkan niat para petani untuk menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang lebih tinggi tetapi masih banyak orang tua yang menyekolahkan anak mereka sampai ke jenjang yang lebih tinggi meskipun masih ada orang tua yang hanya menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang sekolah menengah saja. Peneliti ingin melihat apakah ada hal-hal tertentu yang menjadi alasan mereka meyekolahkan anaknya sampai jenjang lebih tinggi atau sampai jenjang menengah. Beranjak dari hal di atas, serta dengan berpedoman pada uraian dalam latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:“Bagaimana pandangan petani yang mengalami gagal panen di desa Parbaba terhadap kelanjutan pendidikan anak?”

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

(17)

2) Untuk mengetahui alasan petani di desa Parbaba menyekolahkan anaknya apakah hanya sampai ke jenjang yang lebih tinggi atau hanya sampai jenjang menengah saja.

3) Untuk mengetahui strategi yang digunakan petani dalam menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi meskipun mengalami gagal panen.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala pengetahuan bagi peneliti, akademis, instansi pemerintahan dan masyarakat sehubungan dengan kehidupan masyarakat petani khususnya petani yang mengalami gagal panen di desa Parbaba.

1.5Defenisi Konsep

(18)

2002:17). Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang dikemukakan, maka penulis memberikan defenisi konsep sebagai berikut:

1. Pandangan merupakan bagaimana seseorang itu memandang atau mengartikan sesuatu hal. Dalam hal ini pandangan yang dilihat adalah pandangan dari petani mengenai pendidikan anaknya. Apakah pendidikan itu penting atau tidak penting, baik atau tidak baik. Adanya kesadaran para orang tua terhadap pendidikan anaknya bahwa dengan pendidikan dapat mendapatkan atau memperoleh pekerjaan yang lebih baik setelah lulus kuliah dan juga dapat meningkatkan (mengangkat) nama baik seseorang/keluarga. Oleh karena itu orang tua berusaha untuk menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan yang tinggi. Pandangan terhadap manfaat pendidikan akan mempengaruhi cara ia memberikan motivasi dan keinginan yang tinggi akan pendidikan bagi anaknya. Bila orang tua memandang pendidikan penting bagi anaknya, maka ia akan berusaha mencapai keberhasilan pendidikan anaknya dengan cara menyekolahkan anak sampai ke jenjang yang lebih tinggi.

(19)

3. Jenjang pendidikan anak

Jenjang pendidikan anak merupakan tingkat pendidikan anak, yang mana anak tersebut telah lulus SMA atau Perguruan Tinggi atau masih menjalani kuliah. Dalam hal ini peneliti membatasi bahwa pendidikan yang dilihat adalah pendidikan anak yang telah tamat SMA saja, bukan yang putus sekolah pada saat SD, SMP, dan SMA. Dalam hal ini kelanjutan pendidikan anak yang di usahakan orang tua adalah anak yang sampai tamat SMA dan anak yang tetap melanjutkan pendidikan anak baik itu Diploma Satu, Diploma Tiga, maupun sampai sarjana.

4. Jenis pekerjaan orang tua

Jenis pekerjaan orang tua di desa ini di dominasi oleh pekerjaan sebagai petani bawang. Bertani merupakan mata pencaharian utama di desa ini. Bekerja sebagai petani bawang khususnya sudah mendarah daging di dalam diri apra orang tua di desa ini. Selain bertani mereka juga memiliki pekerjaan sampingan baik itu beternak ayam, babi, dan juga kerbau.

5. Masyarakat petani

(20)

masyarakat petani masih saling kenal dan bergaul. Sistem kehidupan biasanya berkelompok dan kekeluargaan, dengan mata pencaharian utama bertani di samping pekerjaan sambilan.

6. Gagal panen

(21)

7. Motivasi berprestasi

Merupakan dorongan, keinginan, hasrat yang dimiliki seseorang, dalam hal ini adalah keluarga yang memiliki motivasi dalam mendidik anak-anaknya untuk meningkatkan pendidikan anaknya maupun motivasi orang tua yang hanya menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang menengah saja.

1.6Metodologi Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006). Pendekatan deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan sebuah masalah yang ada. Dan bertujuan untuk menggambarkan berbagai situasi dan kondisi yang ada. Penelitian ini sendiri dilakukan dengan metode kualitatif karena hendak mengetahui dengan mendalam tentang pandangan masyarakat petani tentang kelanjutan pendidikan anak.

1.6.2 Unit Analisis dan Informan

(22)

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah petani yang mengalami gagal panen yang memiliki anak yang melanjutkan pendidikan sampai keperguruan tinggi, dan untuk mendukung penelitian ini peneliti mengikutsertakan petani yang mengalami gagal panen yang memiliki anak yang hanya tamat SMA saja, dan juga petani yang masih memiliki anak yang belum tamat SMA agar di dapat kesimpulan mengenai pandangan masyarakat petani yang mengalami gagal panen terhadap kelanjutan pendidikan anak, baik itu dengan lahan yang berbeda dan juga tingkat pendidikan orang tua yang berbeda.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini di peroleh melalui pengumpulan data primer dan sekunder, antara lain:

1.6.3.1 Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini di lakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu:

- Pengamatan

(23)

peneliti tidak terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang di teliti tetapi hanya sampai pada tahap memperhatikan. Pengamatan ini juga di pakai sebagai sarana untuk melihat, membuktikan bahkan untuk memperkuat data yang di peroleh melalui wawancara mendalam dengan informan.

- Wawancara

Wawancara yaitu peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung dengan para informan di lokasi di lapangan. Dalam hal ini adalah wawancara langsung dengan petani yang mengalami gagal panen yang memiliki anak tamatan SMA dan juga petani ynag memiliki anak yang belum tamat SMA baik petani pemilik, penyewa, dan juga luas lahan yang berbeda, agar di dapat kesimpulan mengenai pendapat mereka mengenai kelanjutan pendidikan anak. Agar wawancara lebih terarah maka digunakan instrument berupa pedoman wawancara (interview guide) yakni urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.

1.6.3.2 Data Sekunder

(24)

1.6.4 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan tahap penyederhanan data, setelah data dan informasi yang dibutuhkan dan diharapkan telah terkumpul. Data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini akan di interpretasikan berdasarkan dukungan teori dalam tinjauan pustaka yang telah ditetapkan sampai akhirnya disusun sebagai laporan akhir penelitian.

1.6.5 Keterbatasan Penelitian

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kehadiran anak dalam sebuah perkawinan merupakan dambaan bagi suami-istri, karena anak mempunyai nilai tersendiri bagi keluarga. Adanya anak dalam suatu keluarga sudah merupakan salah satu kebutuhan bagi orang tua, baik sebagai kebutuhan ekonomi, sosial, dan psikologi. Konsep nilai anak yang dimiliki oleh setiap keluarga umumnya telah mendasar dan menjadi bagian dari hidup mereka.

Menurut Hoffman (1973:26) bahwa nilai anak berkaitan dengan fungsi anak terhadap orang tua atau kebutuhan orang tua yang akan di penuhinya. Keberadaan anak dalam suatu keluarga berfungsi sebagai penyambung garis keturunan, penerus tradisi keluarga, curahan kasih sayang, hiburan dan jaminan hari tua.

(26)

Curahan kasih sayang, orang tua akan merasa bahagia ketika sudah berada dekat dengan anaknya, orang tua akan merasa senang dan rasa letih dan capek tidak akan terasa lagi ketika sudah berada dan bercanda bersama anak-anaknya. Anak akan membuat hubungan antara suami istri akan terjalin erat, memperoleh rasa cinta dan juga mengurangi ketegangan, kelelahan setelah seharian bekerja di ladang serta mengusir rasa sepi di rumah, karena dengan hadirnya anak-anak di rumah, perasaan gembira dan bahagia melihat segala tingkah laku, gaya bicara dan pembawaaan mereka yang kadang-kadang lucu dan menggelitik hati. Perasaan terhibur di rumah karena di rumah selalu ramai dan suasana rumah akan semakin semarak dengan suara anak-anak. Adanya perasaan memiliki, perasaan mempunyai teman, senang melihat pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Membuat orang tua tersenyum dan tertawa dengan melihat segala tingkah laku dan gaya mereka yang lucu-lucu, sehingga dapat melupakan untuk sementara kesusahan hidup mereka. Hidup akan terasa berarti, keluarga menjadi lengkap dan tugas suami istri telah terpenuhi secara psikologis.

(27)

sendiri. Orang tua akan mendapat atau memperoleh bantuan ekonomi maupun bantuan hanya merawat setelah usianya telah uzur.

Nilai-nilai tertentu yang dimiliki oleh suatu masyarakat akan tercermin dalam berbagai kebutuhan hidup. Biasanya nilai-nilai tersebut pertama sekali akan di peroleh melalui keluarga dan akan berkembang lagi. Nilai ini juga bisa menjadi faktor pendorong bagi setiap keluarga untuk memperoleh anak yang tentunya sesuai dengan konsep budayanya sendiri. Misalnya pada masyarakat Batak Toba biasanya nilai anak itu tinggi, sehingga mereka cenderung untuk memiliki anak dalam jumlah yang besar. Kenyataan ini biasanya dilandasi oleh adanya nilai-nilai yang akan di peroleh dari setiap anak, baik itu pada masa awal lahir hingga masa selanjutnya sehingga, mereka cenderung untuk memandang anak sebagai sumber rezeki.

(28)

dalam proses produksi pada industri rumah tangga, tentu saja akan memberikan keuntungan bagi kehidupan keluarga. Di daerah pedesaan Jawa, anak sudah dapat membantu orang tua pada usia yang sangat mudah, mulai dari pekerjaan ringan sampai dengan pekerjaan yang berat. Sumbangan anak berupa tenaga kerja di harapkan akan berpengaruh terhadap besar kecilnya produktivitas rumah tangga. Dengan demikian pendapatan keluarga akan meningkat sebagai akibat dari bantuan tenaga kerja yang diberikan anak. Dengan adanya partisipasi anak lambat laun ekonomi keluarga akan semakin baik.

(29)

tua memperoleh kebanggaan dan kegembiraan dari mengawasi anak-anak mereka tumbuh dan mengajari mereka halhal baru. Mereka bangga kalau bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Kerukunan dan Penerus Keluarga dimana anak membantu memperkuat ikatan perkawinan antara suami istri dan mengisi kebutuhan suatu perkawinan. Mereka meneruskan garis keluarga, nama keluarga, dan tradisi keluarga.

Hal-hal yang merugikan dengan memiliki anak (nilai negatif umum) yaitu, Biaya Emosional dimana orang tua sangat mengkhawatirkan anak-anaknya, terutama tentang perilaku anak-anaknya, keamanan dan kesehatan mereka. Dengan adanya anak-anak, rumah akan ramai dan kurang rapi. Kadang-kadang anak-anak itu menjengkelkan. Biaya Ekonomi dimana ongkos yang harus dikeluarkan untuk memberi makan dan pakaian anak- anak dapat besar. Keterbatasan dan Biaya Alternatif dimana setelah mempunyai anak, kebebasan orang tua berkurang, hal ini di sebabkan karena ornag tua sudah memiliki tanggungjawab kepada anak. .Kebutuhan Fisik dimana begitu banyak pekerjaan rumah tambahan yang diperlukan untuk mengasuh anak. Orang tua mungkin lebih lelah. Pengorbanan Kehidupan Pribadi Suami Istri dimana waktu untuk dinikmati oleh orang tua sendiri berkurang dan orang tua berdebat tentang pengasuhan anak.

Secara umum kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat sebagai faktor yang menguntungkan orang tua dari segi psikologis, ekonomis dan sosial (Horowirz, 1985; Suparlan, 1989; Zinn dan Eitzen, 1990).

(30)

melihat perkembangan emosi dan fisik anak. Kehadiran anak juga telah mendorong komunikasi antara suami istri karena mereka merasakan pengalaman bersama anak mereka. Kehadiran anak akan menghangatkan suasana sepi di rumah serta akan mengurangi ketegangan dan kelelahan setelah seharian bekerja (anak sebagai sumber kasih sayang). Anak dapat menimbulkan rasa aman dan hal ini biasanya dialami oleh orang tua yang memiliki anak laki-laki karena mereka merasa bahwa mereka sudah memiliki anak laki-laki yang nantinya akan menggantikannya kelak dalam melaksanakan kewajiban adat, di lingkungan kerabat maupun masyarakat. Selain itu anak juga dirasakan dapat menghibur orang tuanya memberikan dorongna untuk lebih semangat lagi bekerja karena sudah memiliki tanggungan.

Nilai anak dari segi ekonomis yaitu anak di anggap sebagai benda investasi, sumber tenaga kerja dan sebagai sumber penghasilan rumah tangga. Nilai investasi yang di maksud di sini adalah bagaimana seorang anak dapat membahagiakan orang tua kelak apabila mereka sudah tua. Bantuan tenaga kerja anak mempunyai arti penting dalam hal anak sebagai tenaga kerja keluarga dalam usahatani keluarga. Hal ini kita temukan dalam masayrakat yang bermata pencaharian bertani. Bantuan ekonomi anak dalam bentuk materi, oleh para orang tua diakui sangat penting artinya dalam meringankan beban ekonomi rumah tangga.

(31)

keturunan yang diwarisi lewat nama keluarga. Keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki dianggap tidak memiliki garis keturunan, dan keluarga itu dianggap akan punah. Anak merupakan pewaris harta pusaka. Bagi masyarakat yang menganut sistem matrilineal, anak perempuan selain sebagai penerus keturunan, juga bertindak sebagai pewaris dan penjaga harta pusaka yang diwarisinya. Sedangkan anak laki-laki hanya mempunyai hak guna atau hak pakai. Sebaliknya, pada masyarakat yang menganut sistem patrilineal, anak laki-lakilah yang mewariskan harta pusaka.

(32)

tua tidak dapat bekerja lagi atau anak akan senantiasa mengurus segala kebutuhan orang tua.

Menurut White (1982) bahwa nilai anak itu dapat dilihat dalam tiga hal yaitu; Nilai anak sebagai penerus keturunan keluarga bahwa anak dikatakan sebagai generasi penerus cikal bakal keluarga apabila orang tua sudah meninggal. Anak diharapkan dalam suatu keluarga kelak dengan kehadiran anak maka keturunan berkembang sehingga perwujudan keluarga terus ada yang dilanjutkan oleh anak.

Nilai anak sebagai jaminan sosial atau sumber keselamatan orang tua dimana seorang anak berkewajiban dan bertangungjawab untuk memperhatikan, mengurus dan merawat orang tuannya, apabila orang tuanya sudah tua dan sakit-sakitan serta tidak mampu lagi untuk mengurus dirinya sendiri. Seorang anak akan melindungi orang tuanya ketika sudah berusia lanjut. Jika ternyata ada anak yang durhaka kepada orang tuanya maka dia akan mendapatkan resiko. Oleh karena itu seornag anak akan selalu bersikap sopan santun, lemah lembut dan ramah terhadap orang tuanya. Dalam hal berbicara dengan orang tua misalnya, anak akan selalu menggunakan bahasa yang sopan.

Nilai anak sebagai salah satu sumber tenaga kerja yang produktif dalam ekonomi keluarga. Nilai ini dapat kita lihat dalam kegiatan-kegiatan mengambil air, menjaga dan member makan ternak, mengolah sawah dan lading, memasak, menjaga adik dan pekerjaan yang lainnya.

(33)

umumnya anak mulai teratur membantu orang tua pada usia 7-9 tahun, tetapi juga di temukan beberapa kasus anak yang membantu sejak mereka berumur 5-6 tahun. Anak laki-laki biasanya mengumpulkan rumput, memelihara ternak, mengolah sawah atau pekarangan, menjaga adik dan mengambil air. Semakin besar usia mereka, semakin berat pekerjaan yang harus mereka lakukan.

Penelitian Sugito (1976) di sebuah desa di Banyumas, tahun 1976 membuktikan bahwa 50,86 % keluarga lebih mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan karena anak laki-laki dapat membantu urusan penambahan ekonomi keluarga dan perempuan hanya bekerja di rumah (15,89 %) dan supaya lebih memperkuat ikatan suami isteri (11,17 %). Penelitian Sugito di sebuah desa di Banyumas tahun 1976 juga menunjukan bahwa semakin tua umur isteri, lebih mengutamakan ingin mempunyai anak sebagai penerus keturunan dari pada alasan yang lainnya.

Hull (1982) biasanya dalam setiap masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, nilai ekonomis anak akan berkurang karena mereka akan menginginkan keluarga kecil. Sebaliknya keluarga yang berstatus ekonomi rendah, nilai ekonomis anak akan tinggi karena anak dianggap sebagai sumber tenaga kerja dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

(34)

Menurut Robinson (1983) ada tiga macam tipe kegunaan anak yakni; . Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu barang konsumsi, misalnya sebagai sumber hiburan. Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu sarana produksi, yakni dalam beberapa hal tertentu anak diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu yang menambah pendapatan keluarga. Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik pada hari tua maupun sebaliknya.

Menurut pendekatan lain yang lebih sesuai dengan keadaan di negara berkembang, anak dianggap sebagai barang investasi atau aktiva ekonomi. Orang tua berharap kelak menerima manfaat ekonomi dari anak. Manfaat ini akan nampak jika anak bekerja tanpa upah di sawah atau usaha milik keluarga atau memberikan sebagian penghasilannya kepada orang tua ataupun membantu keuangan orang tua (Lucas dkk,1990).

(35)

Fenomena yang terjadi, kebanyakan orangtua menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses dalam pendidikan maupun karirnya, sehingga di masa yang akan datang mereka dapat memperbaiki kualitas hidupnya menjadi lebih baik dari sebelumnya (Sumardi, 1982).

Konsep mengenai pendidikan lebih cenderung melihat pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia secara penuh yang berjalan secara terus-menerus seolah-olah tidak ada batasnya. Pendidikan adalah untuk kehidupan, dan kehidupan itu sendiri merupakan sumber pendidikan. Hanya dengan pendidikan masyarakat, manusia dapat mempertahankan kehidupan dan perkembangan yang telah dicapai.

Pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat, pendidikan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena itu pendidikan bersifat fungsional dalam sistem hidup dan kehidupan manusia (Muhyi Batubara, 2004: 34). Pendidikan berfungsi mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat perorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan dan sebagainya ( Horton dan Hunt).

Pendidikan itu berpengaruh besar untuk perkembangan ekonomi sebab dari pendidikan yang tinggi tercipta suatu teknik baru yang menciptakan tenaga kerja yang memiliki keterampilan tinggi. Untuk itu yang dilakukan untuk menciptakan tenaga kerja yang memiliki keterampilan baik adalah dengan cara proses pendidikan yang baik (Jhon Vaize;1974).

(36)

dalam diri seseorang. Semakin tinggi jenjang atau tingkat pendidikan yang dilalui individu akan membawa pengaruh besar terhadap pola pikir dan perilaku. Bila keseluruhan dari fungsi dan tujuan pendidikan tercapai, dapat mendorong individu untuk lebih selektif, inovatif dan kreatif terhadap pengaruh dari luar sehingga potensi dalam dirinya dapat berkembang lebih maksimal. Walaupun masa sekolah bukan satu-satunya masa untuk belajar, namun kita menyadari bahwa sekolah adalah tempat dan saat yang sangat strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina seseorang dalam menghadapi masa depannya (Umar Tirtahardja,1994)

(37)

pengetahuan tidak terasa beratnya, tetapi membawa bekal harta benda lebih banyak resikonya. Menyandang gelar akademis akan lebih bergengsi dan memberi peluang yang lebih besar untuk menduduki jabatan dalam masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suarman dkk (1996) di desa Dompak kepulauan Riau yang berprofesi sebagai nelayan bahwa orang tua di desa tersebut rela berkorban bekerja keras, orang tua rela mengeluarkan biaya besar untuk kepentingan sekolah anak dengan harapan anak-anaknya akan menjadi anak yang sukses dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa dan mereka beranggapan bahwa dengan pendidikan maka anak-anak mereka yang memperoleh pendidikan mampu mengubah status sosial kehidupan. Motivasi orang tua menyekolahkan anak juga terlihat dari faktor kehadiran pendatang di desa tersebut. Umumnya pendatang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, Karyawan dan pekerjaan lain yang di pandang bergengsi oleh masyarakat. Status ini tentu saja mereka peroleh karena di dukung oleh latar belakang pendidikan yang cukup baik. Kedudukan para pendatang atau kedudukan orang yang memiliki pekerjaan tinggi di desa tersebut, turut mempengaruhi pikiran orang tua di desa tersebut, sehingga timbul motivasi dalam diri mereka untuk mendorong anak-anaknya sekolah, dengan mencontohkan kepada anak orang-orang yang terlebih dahulu berhasil. Mereka menjadikan orang yang berhasil terlebih dahulu menjadi panutan.

(38)

adalah dengan memajukan pendidikan, tidak adanya biaya bukan alasan yang tepat lagi. Justru apabila pola pikir masyarakat yang sudah berorientasi kemasa depan yang lebih baik, apapun yang di lakukan akan di lakukan demi tercapai pendidikan yang lebih tinggi bagi generasi penerusnya yang dalam hal ini adalah anak mereka. Dengan keterbukaan masyarakat ada kecenderungan bahwa pendidikan bagi mereka merupakan faktor penting untuk memperbaiki kesulitan hidup dan menurut mereka pendidikan itu sudah merupakan kebutuhan dalam keluarga.

Leksono (2000) menyatakan bahwa, orang tua mempunyai harapan bahwa anak-anaknya minimal mempunyai pengetahuan dan sedikit ketrampilan yang akan berguna untuk mengatasi persoalan kehidupannya sehari-hari. Dimulai dengan pengetahuan kognitif yang paling dasar yaitu membaca dan menulis, seorang anak kemudian diharapkan mempunyai sedikit pengetahuan eksistensial pragmatis, yaitu yang berguna untuk menjalani kehidupannya; untuk survive. Pada tingkat berikutnya, syukur-syukur kalau si anak kemudian dapat memperoleh pengetahan yang selanjutnya akan memungkinkan ia mengembangkan bakat dan minatnya.

Hubungan orangtua dan anak yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian yang disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman, dengan tujuan memajukan belajar anak. Begitu juga sikap yang baik sangat mempengaruhi belajar anak. Status sosial ekonomi tidaklah dikatakan sebagai faktor mutlak dalam perkembangan anak, hal ini tergantung pula dengan sikap orangtua dan corak interaksi dalam keluarga (Ahmadi, 1997).

(39)

sekolah itu adalah sekolah menghasilkan tenaga kerja yang akan bekerja di kantor-kantor maupun pegawai pemerintahan, sekolah semata-mata tempat mencari ilmu sehingga orang yang tamat dari sekolah tertentu di anggap orang yang berilmu dan menjadi tempat bertanya dan sekolah merupakan wadah untuk mendapatkan ilmu dan agama. Di desa ini petani tidak ada yang beranggapan bahwa sekolah itu merupakan penghambat ataupun mengancam kepercayaan yang di anutnya.

(40)
(41)

BAB III

KEHIDUPAN MASYARAKAT PETANI

3.1Gambaran Desa Parbaba

3.1.1 Letak Geografis

Secara geografis desa Parbaba terletak di 20 32‘ – 20’ 45 lintang utara dan 980 42‘ - 980 47 bujur timur. Secara astronomis hal ini menempatkan desa Parbaba ke dalam kategori wilayah beriklim tropis.

Secara administratif Desa Parbaba merupakan bagian dari Kecamatan Pangururan. Desa Parbaba merupakan salah satu desa di antara desa-desa yang ada di Kecamatan Pangururan. Desa Parbaba yang merupakan obyek penelitian ini terletak 9 kilometer dari pusat Kecamatan Pangururan dan 32 km dari Tomok. Adapun batas-batas wilayah desa Parbaba adalah sebagai berikut:

- sebelah utara berbatasan dengan desa Sidabagas

- sebelah selatan berbatasan dengan desa Lumban Suhi-Suhi - sebelah timur berbatasan dengan desa Parbaba Dolok - sebelah barat berbatasan dengan desa Pinal

Luas ke seluruhan daerah desa Parbaba adalah 7,00 km2. Areal tersebut terdiri dari kawasan areal pemukuiman penduduk, areal pertanian penduduk, areal tidak produktif, dan juga untuk keperluan lain. Desa Parbaba terletak pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 50.37 meter di atas permukaan laut.

(42)
(43)
(44)

Peta 2: Sumatera

Peta 3: Kabupaten

(45)

3.1.2 Akses ke Desa Parbaba

Sarana lalu lintas yang menghubungkan antara desa dengan desa adalah jalan raya utama yang sudah di aspal. Kondisi jaln raya tersebut sudah berkondisi baik. Masyarakat desa Parbaba dengan menggunakan sepeda motor, becak mesin, pick up, truck, metro mini atau angkot, ada juga bus besar yang langsung dapat di gunakan dari Medan langsung ke daerah ini.

Akses masuk dan keluar desa Parbaba dapat dilakukan melalui Parapat kabupaten Simalungun dengan menggunakan kapal ferry atau kapal mesin melintasi danau toba dengan jalur laut. Melalui jalur darat dapat melalui Tele ke Pangururan yaitu ibukota dari Kabupaten Samosir dan juga kecamatan Pangururan, dengan menggunakan Sampri yang berstasiun di Simpang Pos Padang Bulan.

Jika perjalanan dari Medan menuju desa Parbaba dengan memilih jalan melalui Parapat maka terlebih dahulu singgah di stasiun Amplas yang mana kita memilih naik Sejahtera atau Intra dengan laju langsung sampai ke Ajibata. Sebuah dermaga penyeberangan yang terletak di kawasan Ajibata yang terletak di Parapat. Setelah itu tiba waktunya untuk menaiki Ferry jika menggunakan mobil sendiri atau dapat juga menaiki kapal Ferry tanpa menggunakan mobil pribadi. Dengan membayar Rp. 45.000 untuk kendaraan dan Rp.1500 untuk penumpang. Dapat juga dilakukan dengan menaiki kapal biasa untuk melakukan penyeberangan. Dengan membayar Rp. 4000 per orang. Akses kapal di daerah ini terjadi sampai pukul sembilan malam.

(46)
[image:46.612.173.463.276.576.2]

Parapat atau Ajibata tempat kapal berlabuh berkisar lima jam, yang kemudian penyeberangan kapal dengan menggunakan kapal Ferry kira-kira kurang lebih dua jam, tetapi jika kita menggunakan kapal mesin maka waktunya kira-kira 15 menit sampai setengah jam. Jarak dari tomok ke Parbaba sekitar tiga puluh dua kilometer, kira-kira setengah jam waktu yang kita tempuh dengan menggukan metro mini atau angkot.

(47)
[image:47.612.120.517.85.347.2]

Gambar 2: Salah satu transportasi air untuk melakukan penyeberangan dari Tomok ke Ajibata

(48)

3.1.3 Kependudukan

Secara umum penduduk dapat di katakan sebagai kelompok orang-orang yang menmpati wilayah tertentu yang secara langsung maupun tidak langsung yang saling berinteraksi dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

[image:48.612.176.459.366.437.2]

Menurut data jumlah penduduk desa Parbaba ini sampai tahun 2008 sekitar 2.344 jiwa. Dengan tingkat kepadatan penduduk di desa Parbaba secara umum adalah 1445.5 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk desa Parbaba berdasarkan tabel data per desa:

Tabel 1: Komposisi Jumlah Penduduk

Jumlah(jiwa) Kepadatan

Penduduk(km2)

2344 1445.5

Tabel 2: Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Penduduk(jiwa)

Laki-laki Perempuan

1089 1223

3.1.4 Fasilitas Pendidikan

[image:48.612.176.459.486.554.2]
(49)
[image:49.612.174.456.251.317.2]

kelola oleh pemerintah. Namun meskipun di desa ini sudah terdapat SMA namun karena masuk ke SMA negeri 2 tersebut harus melalui seleksi maka orang tua di desa ini akan menyekolahkan anaknya di sekolah swasta yang ada di Pangururan yaitu kecamatan Pangururan. Hal ini mengharuskan orang tua memberikan biaya untuk ongkos setiap harinya.

Table 3: Komposisi Fasilitas Pendidikan yang Ada di Desa Parbaba

Sarana Pendidikan Jumlah

SD 2

SMP 1

SMA 1

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah fasilitas pendidikan yang ada di desa Parbaba adalah SD dua buah, SMP satu buah, dan SMA satu buah. Dan keseluruhan gedung sekolah yang ada di desa Parbaba adalah empat gedung sekolah. Gedung bangunan sekolah yang ada di desa Parbaba semuanya sudah meruapkan bangunan yang permanen meskipun masih ada sebagian ruangna kelas yang masih berdindingkan papan tetpai itu merupakan ruangan kelas jaman dahulu dan masih di biarkan saja dan masih digunakan, tetapi untuk penambahan ruangan yang di bangun sudah menggunakan baik itu dari dinding, lantai, terbuat dari beton dan atap dari seng.

3.1.5 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan dalam suatu daerah sangatlah di perlukan. Sarana kesehatan yang terdapat di desa Parbaba dapat dilihat di tabel berikut ini.

(50)

Sarana kesehatan jumlah

Polindes 4

Posyandu 4

Dari tabel dapat dilihat fasilitas kesehatan di setiap desa sudah terdapat. Total jumlah sarana kesehatan yang ada di desa Parbaba berkisar delapan buah. Penduduk di daerah ini jika mengalami sakit maka mereka akan langsung memanggil bidan yang ada di desa tersebut kerumah. Penduduk di sini jarang pergi ke puskesmas yang ada di buhit maupun rumah sakit yang ada di Pangururan tetapi jika penyakitnya mereka rasa masih bisa di tangani oleh bidan setempat maka tidak perlu untuk membawa ke rumah sakit. Di desa Parbaba terdapat lima Bidan dan satu perawat yang ada di siopat sosor. Masyarakat di desa ini juga sakit tidak pergi ke dukun lagi tetapi sudah berobat ke bidan yang sudah tersedia

3.1.6 Fasilitas Keagamaan

Masyarakat desa Parbaba dalam bidang keagamaan di kenal sangat toleran. Adanya kesadaran terhadap penghormatan agama lain membuat tidak adanya hambatan dalam pergaulan. Jenis agama yang dianut adalah Kristen Protestan dan Kristen Katolik serta adanya agama Islam untuk sebagian kecil.

(51)

adalah pendatang. Untuk melakukan sholat biasanya mereka di rumah atau pergi ke Pangururan, karena di Pangururan terdapat dua buah musolah.

3.2Gambaran Kehidupan Masyarakat Parbaba

3.2.1 Sarana Fisik Pemukiman

Pola pemukiman penduduk di desa Parbaba dapat di katakan bervariasi. Jenis klarifikasi rumah-rumah penduduk berdasarkan bangunan fisik yang juga bervariasi yang dapat di bagi ke dalam tiga kategori yaitu rumah permanen, rumah papan atau rumah panggung dan juga rumah adat. Bentuk bangunan rumah tersebut pun berbeda-beda.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok dari setiap manusia. Rumah merupakan kebutuhan papan bagi setiap manusia. Setiap manusia membutuhkan suatu tempat tinggal untuk tempat berlindung. Rumah memiliki fungsi sebagai tempat berlindung dari sengatan matahari, sebagai tempat berlindung dari hujan, dan juga berlindung dari setiap bahaya yang akan menerpa.

Sebagian besar rumah penduduk desa Parbaba khususnya petani adalah rumah adat Batak atau sering di sebut dengan rumah Bolon dengan tekstur rumah memiliki tiang-tiang besar yang terbuat dari kayu. Jumlah tiang-tiang yang menyangga rumah adat tersebut adalah kurang lebih 32 tiang-tiang yang begitu besar dan di bawah tiang tersebut terdapat batu berbentuk bulat tetapi tidak terlalu bulat seperti bola sebagai penyangga dari tiang tersebut.

(52)

yang satu dengan bahan yang lain. Rumah ini tidak menggunakan paku sebagai perekat tetapi menggunakan rotan dan juga kayu yang dibuat berbentuk paku. Atap dari rumah ini dulunya juga terbuat dari yang sering di sebut dengan ijuk namun sekarang rumah yang beratapkan ijuk sudah jarang di jumpai. Atapnya sekarang sudah di ganti dengan menggunakan seng. Tetapi tekstur dari rumah tersebut tetap seperti semula. Dinding dan lantai dari rumah ini terbuat dari papan yang mana papannya tersebut memiliki lebar yang besar. Dan masuk ke rumah Bolon ini harus menaiki tangga yang terletak di bagian tengah dengan jumlah yang ganjil. Umumnya rumah adat merupakan rumah semi permanen dalam arti berdinding papan, dan juga beratapkan seng. Dulunya penduduk di desa ini membagun rumah seperti ini menurut cerita ada yang mengatakan karena faktor suhu udara yang cukup dingin, sehingga membuat warga memilih tinggal di rumah panggung.

Pada umumnya penduduk di sini tinggal menempati rumah adat ini. Orang yang tinggal di rumah ini biasanya orang yang tinggal di daerah asal dan sanak saudaranya yang lain pergi merantau. Jika dalam satu keluarga itu setelah menikah tinggal dan satu daerah biasanya mereka akan tinggal di rumah orang lain yang memang tidak ditempati tanpa membayar sewa atau mereka akan membangun rumah sendiri diatas tanah milik mereka.

(53)

tinggal tetapi sudah memiliki berbagai fungsi. Di bawah sebagai tempat ternak, di tengah sebagai tempat tinggal dan di atas tempat menyimpan hasil panen.

Jenis rumah yang kedua adalah rumah berbentuk panggung dengan 16 atau 18 tiang-tiang kecil sebagai tiang penyangga. Pada umumnya rumah panggung yang ada di desa Parbaba ini tergolong semi permanen dengan arti berdinding papan, berlantaikan papan, yang mana papannya berukuran lebih kecil dari pada papan rumah adat, dan beratapkan seng, sama halnya dengan rumah Batak. Rumah panggung dengan tiang-tiang kecil ini juga memiliki kolong-kolong yang lebih rendah dari kolong rumah batak. Kolong dari rumah ini di gunakan untuk menyimpan alat-alat pertanian, misalnya cangkul dan juga menyimpan kayu bakar. Rumah ini juga memiliki langit-langit yang fungsinya sama dengan fungsi dari rumah adat yaitu menyimpan hasil pertanian.

Jenis rumah yang ketiga adalah rumah permanen yang terbuat dari beton. Rumah ini lebih banyak di tempati oleh pegawai-pegawai yang sudah lama tinggal dan membeli tanah di daerah ini. Adapun petani yang memiliki rumah permanen ini di bagun sebelum gagal panen melanda desa ini. Sebelum gagal panen melanda desa ini orang-orang yang memiliki kemampuan dan keinginan untuk membangun rumah permanen sangat besar kemungkinan. Dan biasanya rumah ini sudah memiliki kamar mandi tetapi tidak semua memiliki air sendiri.

Tabel 5 : Komposisi Rumah Berdasarkan Jenis Bangunan

Jenis Rumah Jumlah

Permanen Semi Permanen

(54)

Pola pemukiman di desa parbaba dapat di katakan berkelompok-kelompok dan setiap satu kelompok memiliki suatu nama. Susunan rumah penduduk biasannya dalam setiap kelompok itu berhadap-hadapan. Tetapi jika pemukiman penduduk itu tepat berada di sekitar jalan besar yang di lalui oleh kendaran bermotor maka biasanya susunan rumah-rumah penduduk itu sejajar dengan jalan besar.

Pola pemukiman di desa Parbaba biasanya rumah-rumah yang terdapat di sepanjang jalan besar maupun yang ada jauh dari jalan umum bentuk rumah yang terlihat adalah tidaklah jauh berbeda. Rumah yang ada di sepanjang jalan, rumah yang terlihat adalah rumah adat, meskipun ada rumah-rumah permanen. Rumah-rumah permanen yang dibangun oleh penduduk baru-baru ini lebih banyak di bangun di lahan yang dulunya kosong dan rumah adat yang sudah terbangun sejak dulu tidak pernah di renofasi menjadi rumah moderen. Dari hal ini kita dapat melihat bahwa budaya yang sudha terbentuk dari sejak dahulu kala masih tertanam dalam diri penduduk di desa ini.

(55)

Bangunan-bangunan sekolah di desa ini mulai dari SD, SMP, SMA berada kira-kira ± 100 meter dari jalan raya. Gedung SD dan SMP berada di belakang bangunan gereja HKBP Parbaba dan SMA berdekatan dengan gereja katolik. Bangunan sekolah yang ada di desa Parbaba mulai dari SD, SMP, SMA semuanya sudah permanen dengan dinding tembok, berlantai keramik/lantai semen dan beratapkan seng. Setiap gedung sekolah sudah memiliki ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha yang terpisah.

Meskipun desa Parbaba mengalami gagal panen namun jauh sebelum gagal panen terjadi penduduk di desa ini sudah memperoleh pemasokan listrik. Sumber penerangan yang ada di desa Parbaba adalah listrik dari PLN. Sumber penerangan listrik di setiap rumah-rumah penduduk sudah dapat dikatakan tidak ada lagi rumah penduduk yang belum memiliki sumber penerangan dari PLN. Dapat di katakan sudah semua penduduk di desa Parbaba memiliki sumber penerangan yaitu listrik dari PLN.

(56)

nasional saja hal menyebabkan penduduk setempat harus membeli antena parabola. Dan hal ini membutuhkan biaya yang cukup banyak.

Untuk keluarga petani yang memiliki dan tidak hanya petani saja jika dia memiliki televisi maka yang ingin di dapat adalah sarana hiburan semata dari pada penambah pengetahuan. Ada juga orang tua yang tidak setuju untuk membeli televisi karena mereka beranggapan bahwa televisi itu dapat memberi dampak yang buruk bagi anak-anak. Dengan tidak memiliki televisi di rumah maka memberi alasan bagi para kaum pria untuk pergi ke warung-warung dengan alasan untuk menonton dan mendengarkan berita.

Setiap rumah yang ada di daerah ini tidak semuanya sudah menggunakan kamar mandi. Perangkat desa pernah membangun sebuah kamar mandi tiap dusun untuk di pergunakan oleh masyarakat dengan pembayaran yang di lakukan setiap bulannya tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena masyarakat enggan untuk melunasinya dan juga jarang membersihkan kamar mandi tersebut. Sehingga kamar mandi sudah tidak dipakai lagi.

(57)
(58)

Gambar 5 : Rumah Panggung sebagai salah satu tempat tinggal masyarakat petani di desa Parbaba

3.2.2 Pemanfaatan Air Bersih

(59)

Bagi penduduk yang berada jauh dari danau biasanya mereka akan memanfaatkan air sungai sebagai tempat mereka mandi, mencuci, dan juga keperluan sehari-hari. Air sungai tersebut ada, tidak hanya pada musim hujan saja tetapi juga pada musim kemarau. Tetapi jika musim kemarau berkepanjangan maka mereka akan turun ke danau untuk mandi, mencuci, dan juga keperluan lainnya. Seperti kejadian yang pernah terjadi musim kemarau yang berkepanjangan membuat sungai kering dan mengharuskan mereka untuk turun ke danau.

3.2.3 Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Mata pencaharian ini sangat berpengaruh dalam mensejahterahkan masyarakat. Desa Parbaba berada pada ketinggian 50.37 diatas permukaan laut, wilayahnya cukup potensial untuk di kembangkan menjadi komoditi pertanian. Di desa Parbaba sebagai objek penelitian, secara garis besar masyarakat di desa ini bermata pencaharian sebagai petani. Lahan di desa Parbaba merupakan lahan pertanian perladangan.

(60)

Desa Parbaba pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani bawang. Daerah ini dulunya terkenal dengan tanaman bawang. Bawang merupakan tanaman andalan di daerah ini. Sepertinya tidak hanya desa Parbaba juga yang terkenal dengan tanaman bawang tetapi daerah yang di luar daerah Parbaba juga adalah penanam bawang.

Hidup sebagai petani sudah merupakan warisan budaya nenek moyang yang telah mentradisi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam hal ini mereka sudah memperoleh banyak pengetahuan tentang bertani, misalnya mengenai musim yang tepat untuk menanam agar hasil pertanian menguntungkan baik dari segi ekonomis maupun dari segi kondisi alamnya. Sehingga petani di desa ini mampu untuk memanfaatkan iklim dan musim, serta topografi dengan sebaik-baiknya, dapat di katakan iklim dan musim menjadi patokan atau dasar bagi petani untuk mengolah ladang mereka. Namun sepertinya untuk sekarang ini patokan untuk alam tidaklah dapat di gunakan dengan baik lagi. Dimana cuaca sekarang ini tidak menentu sehingga mereka tidak dapat memastikan apakah hari ini merupakan musim tanam atau tidak.

(61)

berada di bawah tempat tinggal mereka yaitu rumah adat. Bagi mereka yang tidak memiliki ternak kerbau biasanya mereka mengambil kotoran kerbau yang terletak di jalan-jalan menuju ke areal perladangan, dan uniknya mereka akan memberi tanda rumput di atas kotoran kerbau tersebut sebelum di ambil yang menandakan bahwa kotoran tersebut sudah ada yang punya.

Masyarakat dalam melakukan aktivitas bercocok tanam hanya mengandalkan semangat dan tenaga yang ada, tanpa adanya alat yang moderen. Masyarakat dalam bekerja di ladang adalah sesuai dengan kebiasaan sebelumnya. Hal ini terlihat dari teknik mengelola sebidang tanah pertanian, menanam dan membersihkan hingga sampai saat panen semuanya hanya di lakukan dengan tenaga manusia. Dan untuk meringankan pekerjaan mereka misalnya dalam hal membajak ladang mereka menggunakan tenaga kerbau.

Alat pertanian petani di desa Parbaba ini masih tradisional meskipun sudah ada yang menggunakan alat-alat moderen seperti jetor dan traktor itu pun dilakukan untuk membuka lahan yang sudah lama kosong. Dan itu pun di gunakan oleh mereka yang memiliki modal cukup tetapi untuk mereka yang tidak memiliki dana mereka cukup mencangkul saja. Tetapi jika hanya sekedar untuk menanam bawang saja tidak perlu dilakukan oleh alat moderen cukup hanya menggunakan alat tradisional. Petani di desa Parbaba masih menggunakan cangkul, parang, dan alat-alat yang lainnya.

(62)

ada. Biasanya jika mereka tidak memiliki ternak kerbau atau kerbau yang mereka miliki tidak bisa untuk membajak maka mereka akan meminta bantuan kepada orang yang mempunyai kerbau yang memiliki keahlian untuk membajak dengan memberi upah sesuai dengan yang sudah di tetapkan. Bagi mereka yang tidak memiliki sama sekali kerbau maka mereka kan meminta kerbau milik tetangga untuk membajak tetapi dengan tidak ada bayaran. Kerbau yang di berikan ke pada peminjam dengan sukarela.

Kepemilikan lahan pertanian di desa Parbaba ini biasanya merupakan lahan pertanian keluarga. Artinya lahan tersebut merupakan lahan yang sudah di bagi-bagikan oleh nenek moyang mereka atau sering disebut dengan tanah warisan. Biasanya orang yang sudah kebagian lahan sendiri dan tidak tinggal di kampung melainkan pergi merantau maka lahan yang mereka kelola itu akan di kelola oleh keluarga yang tinggal di kampung.

Pada umumnya petani di desa Parbaba di golongkan dalam dua jenis yaitu petani pemilik dan petani penyewa. Petani pemilik adalah petani yang bekerja di tanah miliknya sendiri dan tanah tersebut merupakan hak penuh dan mutlak. Pada umumnya masyarakat Parbaba adalah petani pemilik karena rata-rata mempunyai tanah yang di dapat dari pembagian harta warisan.

(63)

tangan penyewa. Apabila jangka waktu persewaan telah berakhir, maka dengan sendirinya tanah tersebut kembali kepada pemiliknya.

Petani penyewa adalah petani yang bercocok tanam bukan di atas tanah miliknya sendiri dan mempunyai tanggungjawab penuh atas tanaman yang di hasilkannya, sebelum habis masa pakainya. Munculnya petani penyewa didesa ini karena memiliki lahan sedikit. Biasanya petani penyewa terdiri dari keluarga yang telah menikah dan telah memisahkan diri dari orang tua sehingga mereka bertanggungjawab terhadap ekonomi rumah tangga yang sudah di bentuk. Pada umumnya petani penyewa di desa Parbaba tidak memberikan sewaan kepada si pemilik karena pemilik lahan memberikan lahannya dengan harapan tanahnya terrawat, tidak terlantar dan tidak hilang. Tetapi ada juga orang yang meminta sewa lahan yang sedang mereka kelola tetapi sewaan yang diminta tidak begitu mahal sehingga tidak memberi dampak yang sangat merugikan bagi si penyewa.

(64)

rumput-rumput yang tumbuh di sekitar tanaman bawang). Di desa Parbaba kebanyakan yang menjadi buruh tani adalah kaum ibu-ibu dan juga pria yang masih melajang.

Petani di desa Parbaba selain menanam bawang mereka juga menanam jagung bersamaan dengan bawang. Namun jagung tersebut bukanlah merupakan tanaman yang menjadi penghasilan utama, tatapi hasil jagung tersebut khusus di pakai untutk kebutuhan sendiri, misalnya untuk di makan dan pada umumnya di jadikan untuk makanan ternak ayam. Hanya ada satu dua keluarga yang memasarkannya. Selain jagung petani di desa Parbaba juga menanam umbi-umbian dan sekali lagi tanamna itu bukan untuk hasil yang paling utama tetapi itu khusus untuk makanan ternak.

Selain tanaman bawang, jagung, ubi ada juga tanaman keras seperti cengkeh, kemiri, nangka. Cengkeh merupakan tanaman yang dulunya di tanam oleh nenek moyang petani di sini dan tanaman ini kurang begitu di perhatikan tetapi jika harga cengkeh melonjak maka petani akan berusaha mengatur waktu untuk mengambil buahnya. Demikian juga halnya dengan kemiri. Bagi petani di desa Parbaba bertani bawang lebih menjanjikan dan bertani bawanglah yang paling utama. Kebiasaan yang terjadi pada saat natal tiba dan tahun baru tiba maka semua anak-anak sampai orang dewasa akan membeli baju baru. Hari natal dan tahun baru merupakan hal yang paling di tunggu-tunggu karena akan memakai baju baru, sepatu baru. Hal ini sudah merupakan kebiasaan di desa ini.

(65)

akhir-akhir ini ayam sudah merupakan ternak yang sangat jarang di jumpai di desa ini. Hal itu di sebabkan karena di desa ini pernah terjadi ayam yang mati mendadak dan beda seperti tahun-tahun sebelumnya.

Peternakan ini merupakan hal yang bisa menguntungkan sebagai usaha sampingan bagi penduduk di daerah ini. Namun ketersediaan makanan ternak yang semakin susah dan harga yang mahal mengakibatkan petani di desa ini kesulitan seperti, makanan babi dengan menggunakan dedak, ampas. Biasanya petani di daerah ini akan meluangkan waktunya untuk mengurus makanan ternak, pagi sebelum pergi ke ladang dan juga sorenya setelah kembali dari ladang dan ini untuk ternak babi. Ayam hanya satu kali dalam sehari saja makan, kambing hanya di ikatkan di rerumputan, bagitu juga dengan kerbau.

Letak kandang babi dengan rumah tempat tinggal petani hanya berkisar 2-4 meter saja. Letak kandang kerbau berada tepat di bawah rumah tempat tinggal petani. Ayam tidak memiliki kandang dan biasanya tinggal di atap-atap rumah, jika ayam akan bertelor maka petani cukup membuat tempat bertelur di samping atau di belakang rumah, kambing hanya di ikatkan di tiang-tiang rumah.

(66)
(67)

Gambar 7: Lahan pertanian yang dulunya bawang berubah jadi lahan jagung

(68)

Gambar 9 : Rumah tempat tinggal yang sekaligus di bawahnya sebagai kandang ternak kerbau

3.2.4 Sistem Kekerabatan

(69)

Natolu. Dalihan Natolu adalah satu ungkapan yang menyatakan kesatuan hubungan keluarga bagi orang Batak. Begitu juga dengan desa Parbaba yang juga mayoritas suku Batak.

Hubungan kekerabatan ini dalam kehidupan mereka terlihat jelas pada pesta adat perkawinan dan acara kematian. Pada saat seperti inilah kita dapat mengetahui posisi seseorang dalam adat tersebut. Pada masyarakat Batak kedudukan Hula-hula meruapkan kedudukan tertinggi dan selalu di hormati.

Sifat kekerabatan yang nampak jelas pada petani di desa Parbaba ini adalah dapat di lihat pada saat acara-acara pernikahan, kemalangan, kelahiran dan pesta-pesta lainnya. Saling membantu akan sangat jelas terlihat di desa ini misalnya sebuah keluarga yang akan menikahkan anaknya. Sebelum pesta pernikahan berlangsung petani maupun bukan petani akan datang berkunjung hanya sekedar melihat dan juga membantu mempersiapkan keperluan untuk pernikahan. Begitu juga halnya dengan adanya suatu kemalangan maka dalam waktu yang singkat mereka akan datang kerumah duka baik itu memberi penghiburan maupun membantu mempersiapkan hal-hal penting.

Dalam upacara yang bersifat pesta, para tetangga datang untuk membantu memberi tenaga dan di desa ini ada suatu kebiasaan jika datang kesebuah pesta mereka akan memberikan amplop yang berisikan uang atau hanya sekedar membawa beras sesuai dengan adat yang sudah ada.

(70)

sebagai “marsiadapari” tidak di temukan lagi misalnya pada saat musim tanam tiba, pembukaan lahan baru, membangun rumah dan lain-lain namun hal itu tidak mengakibatkan sistem hubungan sosial para petani di desa ini menjadi renggang karena adanya sikap yang mementingkan diri sendiri.

Sifat kekerabatan yang terjalin tidak hanya terlihat pada saat adanya pesta tetapi juga terlihat pada saat saling memberi informasi mengenai masalah-masalah pertanian. Misalnya petani yang lebih mengerti dan paham dalam hal tanaman ini maka petani tersebut tidak akan enggan untuk memberikan informasi, baik itu dalam hal bibit, pengobatan dan lain-lain. Sifat saling membantu juga terlihat jelas dari pemberian lahan pertanian secara cuma-cuma kepada petani yang memiliki lahan sedikit untuk di olah.

3.2.5 Situasi Desa

(71)

panjang untuk menanam bawang biasanya petani paling cepat pergi pada pukul enam sampai tujuh pagi paling cepat.

Setiap harinya rumah-rumah petani yang ada di desa ini akan sunyi sepi, di mana orang tua pergi ke ladang dan anak-anak pergi ke sekolah. Petani di desa ini biasa membawa anak-anak yang masih bayi ke ladang. Memiliki anak yang masih abyi tidak merupakan alasan bagi petani di desa ini untuk tinggal di rumah. Pagi setelah anak-anak pergi kesekolah maka rumah-rumah di desa ini akan menjadi sepi. Petani di desa ini pada pagi hari pergi keladang dan pada siang harinya akan pulang ke rumah untuk makan siang. Tetapi ada juga petani yang langsung membawa bekal makan siang sehingga mereka tidak perlu untuk pulang pada siang harinya. Bagi petani yang pulang untuk makan siang biasanya mereka akan kembali ke rumah kira-kira pukul 13.00WIB dan balik lagi ke ladang kira-kira pukul 14.00 WIB. Dan biasanya anak-anak mereka yang sudah pulang sekolah akan ikut serta.

(72)

Siang hari sebagian suami-suami yang ada di desa ini sebelum melanjutkan pekerjaan maka akan menyempatkan diri untuk pergi ke warung. Dan ada juga suami yang mulai dari pagi hari sampai malamnya akan menghabiskan waktu di warung. Dan membiarkan istri yang bekerja.

Pada sore hari kira-kira pukul 18.30 WIB para petani akan kembali dari ladang dan akan membersihkan diri. Bukan hanya mereka saja yang akan mandi tetapi kerbau juga akan ikut serta mandi bersama tuannya. Dan tempat permandian antara kerbau dengan manusia biasanya tidak jauh. Dan ada juga anak-anak yang mandi dan melompat dari punggung kerbau.

Malam hari suami-suami yang sudah menghabiskan waktu untuk seharian penuh di ladang maka malam hari merupakan waktu yang tepat untuk melepaskan rasa lelah di kedai-kedai tuak. Baik itu yang hanya minum tuak maupun yang hanya ngobrol dan munim kopi saja. Biasanya kedai kopi merupakan tempat yang selalu di gunakan oleh para petani untuk saling bertukar pikiran mengenai masalah bercocok tanam. Namun tidak semua suami-suami yang melakukan hal ini ada juga suami yang memilih untuk tinggal di rumah dan beristrahat.

3.3 Gambaran Petani Bawang

(73)

bawang yang setiap saat akan datang langsung ke rumah-rumah penduduk untuk membeli bawang.

Petani bawang di desa ini dengan hasil panen yang memuaskan tidak menyulitkan para petani untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Setiap seminggu sekali yaitu setiap hari pekan para petani di desa ini sudah merupakan hal yang biasa untuk membeli daging. Setiap hari natal sudah merupakan tradisi bagi para orang tua di desa ini untuk membelikan baju baru bagi anak-anaknya maupun bagi para orang tua. Namun hal ini sudah jarang kita jumpai di desa ini, hal ini terjadi sejak gagal panen menimpah desa ini.

Pada tahun 2002 hal itu semua berubah. Pada tahun 2002 merupakan tahun di mana awal dari terjadinya gagal panen. Petani yang dulunya bersahabat dengan alam kini seolah-olah alam kecewa ke pada petani di desa ini. Tidak hanya desa ini saja yang terkena bencana gagal panen tetapi desa lain juga terkena bencana gagal panen khususnya bawang. Tahun 2002 merupakan tahun awal dimana semuanya berubah. Tidak hanya bawang saja yang mengalami masalah tetapi tanaman lain juga ikut mengalami masalah seperti pisang, mangga, ikan juga yang seolah-olah menghilang. Gagal panen ini tidak hanya berlangsung selama satu atau dua tahun saja tetapi juga bertahun-tahun.

(74)

pedagang namun tidak sama dampak yang di rasakan oleh para petani yang hanya menggantungkan diri dari pertanian.

Di awal-awal gagal panen terjadi masyarakat di desa ini tidak menyerah begitu saja mereka juga tetap berusaha menanam kembali bawang dengan harapan akan ada mujizat dan panen berhasil. Namun apa yang mereka terima tidak seperti apa yang mereka harapakan. Dulunya sebelum terjadi gagal panen petani di desa Parbaba mampu melipat gandakan hasil yang di dapat. Bibit yang mereka gunakan merupakan bibit dari hasil panen yang di dapat. Namun setelah gagal panen terjadi untuk persediaan bibit saja tidak ada modal yang di dapat pun tidak sesuai. Awal terjadinya gagal panen mereka masih dapat menanam bawang meskipun hasil yang di dapat menurun. Dan penurunan ini terjadi terus menerus hingga sampai tanaman bawang tersebut tidak sampai berumur dua minggu bawang tersebut langsung mati. Hujan yang terus menerus menerjang daerah desa Parbaba mengakibatkan tanaman bawang busuk dan hasil yang di dapat nihil.

Petani di desa Parbaba sudah beberapa kali mencoba untuk menanam kembali tanaman bawang dengan meningkatkan pemupukan dan penyemprotan pestisida, tetapi percuma saja. Bawang yang awalnya tumbuh dengan kecambah yang baik tiba-tiba saja daunnya menguning dan gosong. Sehingga mereka menghentikan penanaman.

(75)

petani kini sudah penuh dengan semak belukar yang tidak dapat di lewati lagi. Kini jalan yang di gunakan oleh para petani kini melewati perladangan orang-orang yang tidak di olah. Adanya lahan-lahan kosong ini di sebabkan karena tanaman bawang tidak dapat menghasilkan lagi.

(76)

pemeliharaan dan pemupukan salah. Menurut petani di desa ini lebih enak untuk menanam bawang dari pada tanaman lain karena mudah dan tidak merumitkan.

Alam yang tidak mendukung dan juga perubahan cuaca yang sudah tidak seperti dulu lagi mengakibatkan petani di desa ini mengalami kesulitan untuk menentukan kapan musim tanam yang baik dan tidak baik. Terkadang terjadi musim kemarau yang berkepanjangan dan setelah hujan tiba, petani di desa ini mulai menanam ternyata keputusan yang di ambil tidaklah merupakan keputusan yang baik karena hujan terjadi terus menerus dan mengakibatkan tanaman busuk.

(77)

Gambar 10: Lahan kosong dengan semak belukar akibat terjadinya gagal panen

(78)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Informan

1. Ibu R br Situmorang

(79)

Ibu R Situmorang menganggap bahwa anak itu merupakan suatu kebanggaan bagi dirinya terlihat jelas dengan semangat ibu ini untuk menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi. Dalam kesehariannya ibu ini tidak pernah terlalu mengekang anak-anaknya. Ibu ini memberikan kebebasan untuk bergaul dengan sesama temannya, nasehat-nasehat selalu di berikan oleh ibu ini untuk menjaga agar anaknya tidak salah dalam bergaul. Sedangkan dalam nilai agama beliau memberikan pemahaman tentang agama, dan menganjurkan anggota keluarganya untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai agama dan patuh pada semua ajaran agamanya.

Dalam menyikapi pendidikan anak, ibu ini selalu melakukan pemahaman akan pentingnya pendidikan anak itu, terlihat dari kerja keras dan apa saja akan dilakukan oleh ibu ini untuk pendidikan anaknya, sebagai orang tua ibu ini menunjukkan bahwa ia rela berkorban apa saja demi anak. Dalam pendidikan anak ibu ini tidak pernah membedakan antara anaknya yang perempuan dengan anaknya yang laki-laki. Ibu ini selalu peduli untuk memenuhi kebutuhan hidup dan juga kebutuhan pendidikan anaknya. Bekerja mulai dari pagi sampai sore hanya demi untuk pendidikan anak. Ibu ini juga memiliki ternak dan juga tidak pernah malu untuk meminjam uang baik itu kepada tetangga atau kepada renteiner hanya untuk pendidikan anaknya.

2. Ibu A Sijabat

(80)

sampai kelas tiga SD. Ibu ini sudah menikah dengan seorang laki-laki yang sering di sebut dengan bapak Andiko Sihaloho da

Gambar

Tabel 1     Komposisi Jumlah Penduduk .........................................................
Gambar 1: Alat transportasi air
Gambar 2: Salah satu transportasi air untuk melakukan penyeberangan dari Tomok
Tabel 2: Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
+6

Referensi

Dokumen terkait

kebenaran apa yang diutarakan oleh para penghadap tersebut di atas, karena benar telah mengetahui dan mengenal almarhum.-- bahwa berdasarkan atas keterangan para penghadap dan

PENGARUH KADAR H 3 PO 4 DAN KONSENTRASI NaOH DALAM PEMURNIAN MINYAK BIJI TUMBUHAN KUPU-KUPU (Bauhinia purpurea L.).. THE IMPACT OF H3PO4 CONTENT AND NaOH CONCENTRATION AT REFINING

sedikit 2 (dua) tahun yang dibuktikan dengan surat izin praktek profesi atau spesialis;.. c) berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun dalam hal telah

Dari gambar 4.2 menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara putaran generator dengan putaran generator maka semakin besar tegangan generator yang

Model Persamaan Struktural Pengaruh Motivasi, Kapabilitas Dan Lingkungan Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi S1 Matematika Fmipa-Ipb [Skripsi].. Bogor:

Kontingensi merupakan suatu kejadian yang disebabkan oleh kegagalan atau pelepasan dari satu atau lebih transmisi atau generator. Istilah ini berhubungan dengan

Hubungan antara Self Efficacy dan Sense of Humor dengan Partisipasi

Lagu ini dituliskan oleh Fanny Crosby pada tahun 1873 dengan judul asli Blessed Assurance. Fanny adalah wanita yang lahir normal, namun karena suatu penyakit ia mengalami