• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Peogram Penaggulangan Di Perkotaan (P2KP) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Kelurahaan Gedung Johor Kecamatan Medan johor Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Peogram Penaggulangan Di Perkotaan (P2KP) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Kelurahaan Gedung Johor Kecamatan Medan johor Kota Medan"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) TERHADAP KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S-1)

di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

DEDEK ARDIANSYAH SIREGAR

040902038

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) TERHADAP KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S-1)

di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

DEDEK ARDIANSYAH SIREGAR

040902038

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

NAMA : DEDEK ARDIANSYAH SIREGAR

NIM : 040902038

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

JUDUL : PENGARUH PROGRAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN

Medan, Juni 2009

PEMBIMBING

Hairani Siregar, S.Sos, MSP NIP: 132 208 328

KETUA DEPARTEMEN

Drs. Matias Siagian, M.Si NIP: 132 054 339

DEKAN

(4)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen

Ilmu Kesejahteraan Sosial pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

TIM PENGUJI

Ketua : Drs. (...)

(NIP:

Penguji I : Drs. (...)

(NIP:

Penguji II : Hairani Siregar, S.Sos, MSP (...)

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Sesungguhnya segala puji hanya milik Alloh, hanya kepada-Nya kita

memuji, memohon pertolongan, dan pengampunan. Kepada-Nya pula kita

berlindung dari segala kejahatan diri dan buruknya amal perbuatan. Barangsiapa

yang diberikan Alloh hidayah, maka tiada seorangpun yang mampu menyesatkan,

dan barangsiapa yang disesatan oleh Alloh, maka tiada seorangpun yang mampu

memberinya petunjuk hidayah. Aku bersaksi bahwa tiada Illah yang berhak

diibadahi dengan benar kecuali Alloh ‘Azzawajalla dan aku bersaksi bahwa

Muhammad Shollollohu ‘Alaihi wa Sallam adalah hamba dan utusan-Nya.

Alhamdulillah, atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya. Segala

kemudahan yang diberikan Alloh kepada penulis baik berupa dukungan dari orang

tua, keluarga, serta teman-teman maupun bantuan yang tidak terhingga dari

berbagai pihak akhirnya karya ilmiah sederhana ini dapat diselesaikan.

Kajian mengenai kemiskinan merupakan kajian yang telah banyak

dilakukan sebelumnya dengan hasil yang beragam. Untuk Kelurahan Gedung

Johor, P2KP dianggap merupakan sebuah solusi dalam upaya meningkatkan

kesejahteran. Hasil dari penerapan itulah yang ingin penulis lihat. Oleh karena itu,

penelitian ini diberi judul “Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di

Perkotaan (P2KP) terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Gedung

Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan”.

Penulis menyadari, bahwa karya ilmiah sederhana ini masih jauh dari

(6)

kaidah ilmiah sebuah penelitian menjadikan skripsi ini layak untuk dikoreksi dan

ditinjau kembali kearah yang lebih baik. Oleh karena itu penulis memohon maaf

atas segala kekhilafan dan mengharapkan masukan yang membangun bagi

kesempurnaan skripsi ini.

Sepatutnya penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada

berbagai pihak yang turut membantu dan telah memberikan dukungan yang luar

biasa, diantaranya adalah:

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas bapak dan keluarga dengan

segala kebaikan.

2. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Semoga Alloh Subhanahu

wa Ta’ala membalas bapak dan keluarga dengan segala kebaikan.

3. Kepada Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial FISIP USU, keselamatan atas orang-orang yang diberi

Alloh hidayah. Kepada Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP selaku Sekretaris

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU, Subhanalloh, betapa

banyak ilmu yang sangat bermanfaat yang telah beliau transfer kepada penulis.

Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas bapak dan keluarga dengan

(7)

4. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP, selaku dosen pembimbing. Subhanalloh,

pembimbingan yang beliau sampaikan dengan bijak dan sabar dalam

mengarahkan dan mendorong dalam penyelesaian skripsi ini, sangat

menambah referensi keilmuan penulis. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala

membalas ibu dan keluarga dengan segala kebaikan.

5. Kepada Ibu Syafnita Hanura, MSP, penulis mengucapkan banyak terima kasih

atas segala bantuan administrasi yang sangat memuaskan dan penulis mohon

maaf karena tidak dapat menyelesaikan perkuliahan sebelum ibu

dipindahtugaskan. Kepada Ibu Sri Handayani, yang melanjutkan tanggungjawab

administrasi di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU, terima kasih

atas segala bantuan administrasi yang sangat memuaskan. Semoga Alloh

Subhanahu wa Ta’ala membalas ibu berdua dan keluarga dengan segala

kebaikan.

6. Kepada Bapak dan Ibu seluruh staff pengajar, terkhusus Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial FISIP USU, peranan bapak dan ibu sekalian selama

proses perkuliahan yang penulis ikuti sangat menambah keilmuan penulis

dalam bidang sosial dan bidang keilmuan lainnya. Semoga ilmu yang bapak

dan ibu berikan kepada kami menjadi amal baik di sisi Alloh Subhanahu wa

Ta’ala dan Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas bapak dan ibu

dengan segala kebaikan. Keselamatan atas orang-orang yang diberi Alloh

hidayah.

7. Kepada Bapak dan Ibu seluruh staff administrasi FISIP USU yang telah

(8)

atas segala pelayanan yang telah bapak dan ibu berikan serta permohonan

maaf penulis atas segala kesalahan selama berurusan berkaitan dengan

administrasi. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas bapak dan ibu

dengan segala kebaikan. Keselamatan atas orang-orang yang diberi Alloh

hidayah.

8. Kepada wak Masda, kak Ani, bang Sigit dan seluruh pegawai FISIP USU,

merupakan nikmat yang diberikan Alloh kepada penulis untuk bisa mengenal

dan memiliki hubungan baik dengan kalian semua. Semoga Alloh Subhanahu

wa Ta’ala membalas kalian dan keluarga dengan segala kebaikan.

Keselamatan atas orang-orang yang diberi Alloh hidayah.

9. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Sutan Tolang Lubis, SSTP, MSP,

Lurah Kelurahan Gedung Johor dan Bapak Drs. Marahalim Lubis atas segala

bantuan yang diberikan selama penulis mengumpulkan data dan memperoleh

informasi wawancara. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas bapak

berdua dan keluarga dengan segala kebaikan.

10.Buat seluruh teman-teman di Ilmu Kesejahteraan Sosial terkhusus stambuk

2004 mulai dari nomor urut awal hingga akhir, sebuah kebanggaan buat

penulis bisa berjuang bersama kalian, merasakan indahnya menjadi mahasiswa

dengan jurusan ilmu yang sangat membanggakan, melewati liku-liku birokrasi

fakultas bersama kalian. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas

kalian dengan segala kebaikan. Keselamatan atas orang-orang yang diberi

(9)

11.Terkhusus buat saudara-saudaraku Kesos ’04 the five brother or F4 dan

pembantunya or Power Rangernya Kesos ‘04; “abang paling kecil” Mirza “si

negara kecil”, “abang paling besar” Hariyono “si negara besar”, “adik paling

manis” Januardi “si negara miskin”, “adik paling tua” Teguh “si negara tua”,

dan satu lagi adalah penulis sendiri “si negara berkembang”, banyak pelajaran

yang bisa penulis ambil selama satu geng bersama kalian. Ibarat jari tangan,

kita adalah jari tangan yang terkepal. Perselisihan diantara kita semoga tidak

melemahkan persaudaraan kita. Terima kasih dan permohonan maaf penulis

kepada kalian semua, betapa banyak guyonan kita yang menorehkan luka,

betapa banyak canda tawa kita yang meruntuhkan wibawa yang semoga bisa

kita ambil hikmah dan pelajaran. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala

memberi kita hidayah agar bersatu dalam aqidah dan manhaj yang haq dan

semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas kalian dengan segala

kebaikan.

12.Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala merahmati Bapak Drs. Sudirman, MSP

rohimahulloh, motivator yang pernah dikenal penulis dalam menjalani

kehidupan, baik sebelum penulis menjadi mahasiswa maupun setelah beliau

menghadap Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Betapa banyak hikmah yang bisa

penulis ambil dari ilmu yang pernah beliau sampaikan. Semoga keselamatan

untuk keluarga yang beliau tinggalkan, dan semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala

membalas bapak dan keluarga dengan segala kebaikan. Keselamatan atas

(10)

13.Kepada Bapak Drs. Agus Suriadi, M.Si, dosen sekaligus Sekretaris Program

yang merupakan atasan penulis di Program Studi Magister Studi

Pembangunan SPs USU, peran dan status bapak buat saya sangat luar biasa

besar dalam membentuk, membangun, dan insya Alloh mengokohkan karakter

saya lebih dari sekedar hubungan antara atasan dengan bawahan. Tidaklah

yang sanggup saya ucapkan buat bapak dan keluarga, kecuali rasa sayang

lebih dari sekedar ucapan terima kasih atas segala peran bapak yang hampir

mengisi seluruh keseharian saya. Sudah selayaknya lah saya menghormati dan

menyayangi bapak beserta keluarga karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala,

begitupula sebaliknya. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas bapak

dan keluarga dengan segala kebaikan.

14.Kepada Abang Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, dahulu hampir tidak pernah

penulis diajari sebuah ilmu yang tidak dibarengi dengan ekspresi kekesalan

kecuali penulis peroleh langsung dari beliau. Terimakasih penulis ucapkan

atas segala ilmu yang abang sampaikan. Banyak hikmah dan pelajaran dari

apa yang beliau berikan kepada penulis. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala

membalas abang dan keluarga dengan segala kebaikan.

15.Kepada kak Dina dan bang Iwan, yang merupakan satu tim bersama penulis

sebagai pelayan mahasiswa di Program Studi Magister Studi Pembangunan

SPs USU, sebuah kebanggaan dan nikmat dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala

bisa menjalin kerja sama bersama kalian. Peran kalian dalam kehidupan

penulis, sangat luar biasa, lebih dari sekedar hubungan rekan kerja. Tidaklah

(11)

lebih dari sekedar ucapan terima kasih atas segala peran kalian yang hampir

mengisi seluruh keseharian saya. Sudah selayaknya lah saya menghormati dan

menyayangi abang dan kakak beserta keluarga karena Alloh Subhanahu wa

Ta’ala, begitupula sebaliknya. Terima kasih atas segala dukungan dan

pengertian yang luar biasa yang abang dan kakak berikan buat saya, sehingga

tidak jarang penulis melakukan berbagai kesalahan selama bekerja. Semoga

Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas abang dan kakak beserta keluarga

dengan segala kebaikan.

16.Kepada saudara-saudaraku se-aqidah dan se-manhaj, insya Alloh para penerus

generasi Salaf, para Salafiyyun, para Syabaabussunnah, para penebar dakwah

Tauhid, para penegak syariat, para penentang segala bentuk syirik dan bid’ah,

para tholibul ‘ilmi, penuntut ilmu syar’i, golongan orang-orang yang

beragama yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan

pemahaman generasi terbaik ummat, generasi Salafussholeh, orang-orang

yang mentaati pemerintah dengan baik selama tidak untuk bermaksiat kepada

Alloh ‘Azza wa Jalla dan Rosululloh Sholollohu ‘Alaihi wa Sallam, tidak

melakukan pemberontakan, dan yang memurnikan Tauhid baik dari segi

ibadah, penciptaan, maupun asma’ dan sifat. Insya Alloh. Sebuah nikmat yang

tiada terkira dari Alloh ‘Azza wa Jalla yang memberikan kita hidayah

khususnya kepada penulis bisa mengenal kalian wahai para pemuda sunnah;

Mirza Irfandi “Abu Sholeh” Firhadi Sembiring al Muwahid al Brandani,

saudaraku yang berada jauh di tanah rencong Lhokseumawe Andika “Abu

(12)

Rizky “ibn Ghaz” al Binjy, Muhammad Jaka “Abu Musa” Pratama al

Langkaty, Tyas Wahyu Fadhillah, Jairun Nahdi Damanik al Dairin, yang

semuanya adalah salafiyyun yang menuntut ilmu di FISIP USU, sebuah

nikmat dari Alloh ‘Azza wa Jalla yang memperkenalkan dan memberi hidayah

kepada penulis mengenal dakwah Salaf dari kalian. Kepada saudara-saudaraku

Salafiyyun diluar FISIP USU, Novri “Abu Ahmad” Hendri al Binjy-“pasien”

tiap malam rabu-Ketua Forum Studi Islam Ilmiah-USU (FORSIL-USU), bang

Habibi, bang Rusdi, Suheri, Halim, Rahmadi, Septian Anhar Lubis, Robi

Ulfan, bang Abdul Malik, bang Hendra al Bakkara, dan lainnya yang tidak

dapat penulis sebutkan seluruhnya. Berlemah lembut dan bersatulah wahai

Ahlussunnah, dan janganlah berpecah belah dan berselisih. Semoga Alloh

Subhanahu wa Ta’ala membalas kalian beserta keluarga dengan segala

kebaikan.

17.Kepada para “manejer” yang dimiliki penulis; Abu Fatimah dan bang “Abbas”

Lukman “Abu Aisyah”, merupakan sebuah nikmat dari Alloh ‘Azza wa Jalla

karena penulis mengenal seorang teman seperti Abu Fatimah yang dapat

membimbing dan memberikan nasehat-nasehat kepada penulis layaknya orang

tua kepada anaknya dan kepada bang Lukman yang dari beliaulah penulis

merasakan bagaimana bimbingan dan nasihat seorang abang kepada adiknya

dalam banyak hal, khususnya masalah dien. Semoga Alloh Subhanahu wa

Ta’ala membalas kalian beserta keluarga dengan segala kebaikan.

18.Kepada teman-teman penghuni dan alumni Musholah Asy-Siyasah FISIP

(13)

bang Buya, bang Zoel, Suyadi, Irawan, Irwanto, Burhan, Ali, Anas, Alimul,

Prie, “Jenderal militer tandingan” Afwan, Rois Zulwardhon, bang “sahabat

semua makhluk” Arif, Syaiful dan lainnya yang tidak penulis sebutkan

semuanya, terima kasih atas dukungan dan bantuan dari kalian semua. Betapa

banyak hikmah dan pelajaran yang dapat penulis ambil dari pergaulan

bersama kalian. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas kalian beserta

keluarga dengan segala kebaikan.

19.Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala merahmati Ayahanda Amaluddin Siregar

bin Abdul Manan Rohimahulloh, dengan jerih payahnya yang telah mendidik

dan membesarkan sebagian dari kami ketujuh anak-anaknya. Tidaklah harta

benda yang beliau Rohimahulloh wariskan kepada keturunannya, melainkan

semoga kami lah harta warisan yang terbesar yang ditinggalkan beliau, yang

diharapkan mampu mengantar beliau kedalam Jannah disisi Alloh Subhanahu

wa Ta’ala. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosa

beliau dan semoga kami anak-anaknya menjadi anak yang bisa mengantarkan

kedua orang tua kami ke Jannah. Kepada ummi tercinta Anisah, semoga Alloh

Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan hidayah dan jalan yang haq, tiada yang

bisa anakmu ini ucapkan melainkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan

Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kami orang tua seperti

ayah dan mamak, seorang ibu yang dengan ketangguhannya dalam mengasuh

ketujuh anaknya seorang diri, dan penulis berharap semoga ummi tidak hanya

ingin memberikan kami dunia. Tidaklah yang penulis inginkan dari kehidupan

(14)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan menjadi seorang anak yang berusaha untuk

selalu berbakti kepada kedua orang tuanya. Sungguh celakalah seorang anak

yang masih mendapati kedua orang tua atau salah satu dari mereka masih

hidup tapi tidak bisa mengantarnya ke surga. Janganlah adzab Alloh turun

kepada kami anak-anakmu karena kami menjadi anak yang durhaka

kepadamu, janganlah kami termasuk dalam hadits dari Abdillah bin Amr bin

Ash Rodhiyallohu 'anhuma dikatakan bahwa Rosulullah Shollollohu 'alaihi wa

sallam bersabda, "Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan

murka Alloh tergantung kepada kemurkaan orang tua" (HR. Bukhari, Ibnu

Hibban, Tirmidzi, Hakim)

20.Kepada saudara-saudaraku sekandung; kakakku Dian Rahmayani, adik-adikku;

Citra “Lilis” Meilisa, Dewi “Tika” Sartika, Akbar “Anggi” Siddiq, Muhammad

“Duan” Ridwan, dan Imanda “Nanda” Siregar, semoga tidaklah salah satu

diantara kita yang saling terpisah. Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk

disegerakan balasannya oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala bagi pelakunya di

dunia dan balasan yang akan diberikan di akhirat melebih dosa kezhaliman dan

memutus tali Silaturrahim. Semoga kita bertujuh dapat mengabdi kepada Alloh

Subhanahu wa Ta’ala dan berbakti kepada kedua orang tua. Dari Anas

Rodhiyallohu 'anhu bahwa Nabi Shollollohu 'Alaihi wa Sallam bersabda.

"Artinya: “Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan

umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim" (HR. Bukhari,

(15)

21.Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan

pikirannya guna membantu penyelesaian skripsi ini. Kepada orang-orang yang

dahulu sempat mengisi hari-hari penulis dan sempat memberikan warna

abstrak pada kehidupan penulis, penulis memohon maaf atas segala kekhilafan

yang pernah dilakukan. Sungguh luar biasa peran kalian dalam memberikan

arti persahabatan dalam makna yang berbeda. Setiap manusia pasti memiliki

kesalahan dan dosa, dan sebaik-baik manusia adalah yang mau bertaubat dan

memperbaiki kesalahan. Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, yang

apabila ia mendapat rezeki dan nikmat ia bersyukur, dan apabila ia mendapat

cobaan ia bersabar. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala memberikan

hidayah-Nya kepada kalian, dan semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala

membalas kalian dan keluarga dengan segala kebaikan.

Penulis berharap, karya sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca. Sebaik-baik ucapan adalah Kitabulloh, sebaik-baik petunjuk adalah

petunjuk Rosululloh Sholollohu ‘Alahi wa Sallam. Sholawat dan salam atas

Rosululloh Sholollohu ‘Alahi wa Sallam berserta keluarga, para sahabat Beliau

dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

Medan, Juni 2009 Penulis,

(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL DEDEK ARDIANSYAH SIREGAR / 040902038

PENGARUH PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN

Skripsi ini terdiri dari 108 halaman, 19 tabel, 12 Diagram, 5 lampiran, dan 42 kepustakaan.

ABSTRAK

Kajian mengenai kemiskinan merupakan kajian yang telah banyak dilakukan sebelumnya dengan hasil yang beragam. Untuk Kelurahan Gedung Johor, P2KP dianggap merupakan sebuah solusi dalam upaya meningkatkan kesejahteran. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul “Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan”.

Penelitian ini berbentuk Eksplanasi yaitu untuk menguji apakah suatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya. Untuk menguji pengaruh tersebut, penulis menggunakan analisis data kuantitatif dengan metode pengujian Koefisien Korelasi Product Moment dan Koefisien Determinasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gedung Kecamatan Medan Johor Kota Medan dengan menggunakan sampel masyarakat penerima program pelatihan dari salah satu daya dalam Konsep Tridaya yaitu Daya Ekonomi sebanyak 88 orang.

Dari hasil perhitungan diperoleh rxy = 0,43 dengan kata lain koefisien

korelasi bernilai positif yang artinya kenaikan variabel yang satu akan diikuti oleh kenaikan variabel yang lainnya. Hasil perhitungan melalui uji hipotesis pada tabel koefisien korelasi product moment dengan taraf signifikan atau tingkat kesalahan

α = 5% (0,207) untuk n = 88 diperoleh bahwa ternyata hitung lebih besar dari r-tabel atau 0,43 > 0,207 sehingga hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol

ditolak yang berarti terdapat pengaruh P2KP khususnya mengenai daya ekonomi

terhadap kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya untuk memberikan interpretasi seberapa kuat hubungan tersebut, berdasarkan pedoman yang digunakan maka koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,43 menunjukkan bahwa pengaruh P2KP khususnya mengenai daya ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Gedung Johor termasuk pada kategori menengah atau sedang. Hasil perhitungan koefisien determinasi yang digunakan untuk mengetahui sekaligus membuktikan hipotesis, diperoleh tingkat pengaruh sebesar 18,49%.

(17)

DAFTAR ISI

1.4.1. Kegunaan Teoritis ..……… 14

1.4.1. Kegunaan Praktis …...……….……… 14

1.5. Hipotesis ...……… 10

1.6. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Program ...……….….…... 13

2.1.1. Kebijakan Publik ………….……….……. 13

2.1.2. Pengertian Implementasi .……….. 14

2.1.3. Tahap-tahap Implementasi Kebijakan .………….. 16

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan ... 17

2.2. Kemiskinan ……….………. 21

2.2.1. Konsep Kemiskinan dan Penyebabnya ..………... 23

2.2.2. Paradigma Baru Studi Kemiskinan .…..………… 25

(18)

2.3.1. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses

Pembangunan ... 27

2.3.2. Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat ... 30

2.4. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) ... 39

2.4.1. Visi, Misi, Nilai Prinsip P2KP ... 40

2.4.2. Prinsip-prinsip Universal Pembangunan Berkelanjutan (Tridaya) ... 40

2.4.3. Tujuan Pelaksanaan P2KP ... 41

2.4.4. Sasaran dari P2KP ... 42

3.6.1. Koefisien Korelasi Product Moment .……… 52

3.5.2. Koefisien Determinasi ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Gedung Johor .. 55

4.1.1. Sejarah Terbentuknya Kelurahan Gedung Johor ... 55

4.2 Profil Kelurahan Gedung Johor ..……….……… 55

(19)

4.4 Kedudukan, Tugas Dan Fungsi ..………. 56

4.5. Keadaan Penduduk ... 57

4.5.1. Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

4.5.2. Penduduk berdasarkan Agama ... 58

4.5.3. Penduduk berdasarkan Pendidikan ... 59

4.5.4. Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ... 61

4.6. Sarana dan Prasarana ... 62

4.6.1. Sarana Pendidikan ... 62

4.6.2. Sarana Ibadah ... 63

4.6.3. Prasarana Olah Raga ... 64

4.6.4. Sarana Kesehatan ... 64

4.7. Pemerintahan Gedung Johor ... 65

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Responden ………...………...… 68

5.1.1. Karakteristik Responden berdasarkan Lingkungan Tempat TInggal ……….. 68

5.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 69

5.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70

5.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 71

5.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 71

5.1.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan. 72 5.1.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .. 72

5.1.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 73

5.1.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga ... 74

(20)

5.1.11. Karakteristik Responden Berdasarkan

Penghasilan Perbulan ... 76

5.2 Teknik Analisis Jawaban Responden ………..……. 76

5.2.1. Klasifikasi Data ... 77

5.3. Jawaban Responden mengenai Pengaruh Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Variabel X). 78 5.4. Jawaban Responden mengenai Kesejahteraan Masyarakat (Variabel Y) ... 88

5.5. Analisis Data ... 100

5.5.1. Koefisien Korelasi Product Moment ... 100

5.5.2. Koefisien Determinasi ... 103

BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan ... 105

6.2. Saran ... 107

(21)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Lingkup Sampel Penelitian ... 49

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 59

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 60

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 61

Tabel 6. Keadaan Sarana Pendidikan ... 62

Tabel 7. Keadaan Sarana Ibadah ... 63

Tabel 8. Keadaan Prasarana Olahraga ... 64

Tabel 9. Keadaan Sarana Kesehatan ... 65

Tabel 10. Distribusi Responden berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal ... 68

Tabel 11. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 70

Tabel 12. Distribusi Responden berdasarkan Suku Bangsa ... 71

Tabel 13. Distribusi Responden berdasarkan Usia ... 71

Tabel 14. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan ... 72

Tabel 15. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan ... 72

Tabel 16. Distribusi Responden berdasarkan Status Perkawinan ... 73

Tabel 17. Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Keluarga …….. 74

Tabel 18. Distribusi Responden berdasarkan Program yang Diterima ... 75

(22)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Distribusi Frekurensi Klasifikasi Jawaban Responden

terhadap Variabel (X) untuk Program Pelatihan

Peternakan Kelinci ... 78

Diagram 2. Distribusi Frekurensi Klasifikasi Jawaban Responden

terhadap Variabel (X) untuk Program Pelatihan

Komputer ... 79

Diagram 3. Distribusi Frekurensi Klasifikasi Jawaban Responden

terhadap Variabel (X) untuk Program Pelatihan

Perikanan ... 81

Diagram 4. Distribusi Frekurensi Klasifikasi Jawaban Responden

terhadap Variabel (X) untuk Program Pelatihan

Pertanian ... 83

Diagram 5. Distribusi Frekurensi Klasifikasi Jawaban Responden

terhadap Variabel (X) untuk Program Pelatihan

Menjahit ... 84

Diagram 6. Akumulasi Distribusi Frekurensi Klasifikasi Jawaban

Responden untuk Variabel Pengaruh Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (X)

untuk Semua Kegiatan ... 86

Diagram 7. Distribusi Frekurensi Klasifikasi Jawaban Responden

terhadap Variabel (Y) untuk Program Pelatihan

Peternakan Kelinci ... 88

Diagram 8. Distribusi Frekurensi Klasifikasi Jawaban Responden

terhadap Variabel (Y) untuk Program Pelatihan

Komputer ... 90

Diagram 9. Distribusi Frekurensi Klasifikasi Jawaban Responden

terhadap Variabel (Y) untuk Program Pelatihan

Perikanan ... 92

(23)

terhadap Variabel (Y) untuk Program Pelatihan

Pertanian ... 94

Diagram 11. Distribusi Frekurensi Klasifikasi Jawaban Responden

terhadap Variabel (Y) untuk Program Pelatihan

Menjahit ... 96

Diagram 12. Akumulasi Distribusi Frekurensi Klasifikasi Jawaban

Responden untuk Variabel Kesejahteraan Masyarakat

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel X untuk

semua kegiatan.

Lampiran 1a Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel X untuk

Pelatihan Ternak Kelinci.

Lampiran 1b Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel X untuk

Pelatihan Komput er.

Lampiran 1c Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel X untuk

Pelatihan Perikanan.

Lampiran 1d Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel X untuk

Pelatihan Pertanian.

Lampiran 1e Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel X untuk

Pelatihan Menjahit.

Lampiran 2. Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel Y untuk

semua kegiatan.

Lampiran 2a Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel Y untuk

Pelatihan Ternak Kelinci.

Lampiran 2b Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel Y untuk

Pelatihan Komput er.

Lampiran 2c Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel Y untuk

Pelatihan Perikanan.

Lampiran 2d Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel Y untuk

Pelatihan Pertanian.

Lampiran 2e Rekapitulasi Jawaban Responden terhadap Variabel Y untuk

Pelatihan Menjahit.

Lampiran 3. Nilai Variabel X Berdasarkan Rumus Koefisien Korelasi Product

Moment

Lampiran 4. Nilai Variabel Y Berdasarkan Rumus Koefisien Korelasi Product

Moment

(25)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL DEDEK ARDIANSYAH SIREGAR / 040902038

PENGARUH PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN

Skripsi ini terdiri dari 108 halaman, 19 tabel, 12 Diagram, 5 lampiran, dan 42 kepustakaan.

ABSTRAK

Kajian mengenai kemiskinan merupakan kajian yang telah banyak dilakukan sebelumnya dengan hasil yang beragam. Untuk Kelurahan Gedung Johor, P2KP dianggap merupakan sebuah solusi dalam upaya meningkatkan kesejahteran. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul “Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan”.

Penelitian ini berbentuk Eksplanasi yaitu untuk menguji apakah suatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya. Untuk menguji pengaruh tersebut, penulis menggunakan analisis data kuantitatif dengan metode pengujian Koefisien Korelasi Product Moment dan Koefisien Determinasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gedung Kecamatan Medan Johor Kota Medan dengan menggunakan sampel masyarakat penerima program pelatihan dari salah satu daya dalam Konsep Tridaya yaitu Daya Ekonomi sebanyak 88 orang.

Dari hasil perhitungan diperoleh rxy = 0,43 dengan kata lain koefisien

korelasi bernilai positif yang artinya kenaikan variabel yang satu akan diikuti oleh kenaikan variabel yang lainnya. Hasil perhitungan melalui uji hipotesis pada tabel koefisien korelasi product moment dengan taraf signifikan atau tingkat kesalahan

α = 5% (0,207) untuk n = 88 diperoleh bahwa ternyata hitung lebih besar dari r-tabel atau 0,43 > 0,207 sehingga hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol

ditolak yang berarti terdapat pengaruh P2KP khususnya mengenai daya ekonomi

terhadap kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya untuk memberikan interpretasi seberapa kuat hubungan tersebut, berdasarkan pedoman yang digunakan maka koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,43 menunjukkan bahwa pengaruh P2KP khususnya mengenai daya ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Gedung Johor termasuk pada kategori menengah atau sedang. Hasil perhitungan koefisien determinasi yang digunakan untuk mengetahui sekaligus membuktikan hipotesis, diperoleh tingkat pengaruh sebesar 18,49%.

(26)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dekade 2000, persentase penduduk miskin di Indonesia pernah

mengalami penurunan yaitu dari 40,1% menjadi 11,3%, namun pada periode 2002

angka ini menjadi 24,29% atau 49,5 juta jiwa. Bahkan International Labour

Organization (ILO) memperkirakan jumlah orang miskin di Indonesia mencapai

129,6 juta atau sekitar 66,3%. Pada tahun 2005, persentase kemiskinan telah

mengalami penurunan, namun secara absolut jumlah mereka masih tergolong

tinggi yaitu 43% atau sekitar 15,6 juta (BPS dan Depsos 2005). Diantara angka

tersebut, diduga jumlah fakir miskin relatif banyak. Tanpa mengurangi arti

pentingnya pembangunan yang sudah dilakukan, angka kemiskinan tersebut

mengindikasikan konsep model yang dibangun belum mampu membentuk sosial

ekonomi masyarakat yang tangguh.

Dalam kerangka penanggulangan kemiskinan tersebut, hampir semua

kajian masalah kemiskinan berporos pada paradigma modernisasi (the

modernization paradigm) dan the product centered model yang kajiannya didasari

teori pertumbuhan ekonomi kapital dan ekonomi neoclasic ortodox (Suharto,

2005). Secara umum, pendekatan yang dipergunakan lebih terkonsentrasi pada

individual poverty sehingga aspek struktural dan social poverty menjadi kurang

terjamah. Beberapa pendekatan dimaksud tercermin dari tolok ukur yang

(27)

Gross National Product (GNP), Human Development Index (HDI) dan Human

Poverty Index (HPI), Social Accounting Matrix (SAM), Physical Quality of Life

Index (PQLI).

Salah satu tantangan pengentasan kemiskinan adalah bagaimana

mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan. Sebab

pembangunann tanpa partisipasi masyarakat hanya akan menimbulkan

ketergantungan dan masyarakat hanya menjadi objek dalam proses pembangunan.

Selama lebih dari tiga dasawarsa pembangunan Indonesia, kelompok lapisan

masyarakat bawah belum secara aktif dilibatkan dalam pembangunan. Bahkan

kelompok ini menjadi kelompok marginal dan menjadi beban pembangunan.

Persepsi negatif yang muncul adalah bahwa kelompok masyarakat bawah kurang

partisipatif dalam pembangunan.

Pemberdayaan masyarakat bukan merupakan fenomena baru pada bangsa

kita yang masuk kedalam tata kehidupan masyarakat tetapi pemberdayaan yang

dikaitkan dengan usaha pemerataan, kemandirian dan keberpihakan kepada

masyarakat kecil yang telah lama digembar gemborkan sebagai slogan yang

menjanjikan kehidupan masyarakat kecil.

Hasil pendataan BPS yang dilakukan menunjukkan penduduk miskin pada

2006 sebanyak 36,1 jiwa atau setara dengan 9 juta rumah tangga miskin. BPS

memperkirakan rumah tangga miskin secara nasional tahun 2005 mencapi 62 juta

jiwa penduduk miskin. Meskipun masyarakat miskin telah mendapatkan bantuan

program pengentasan kemiskinan, tapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

(28)

saja tidak beranjak dari kondisi kemiskinannya. Karena itu, pasti ada yang salah

dalam pelaksanaan program pengentasan kemiskinan tersebut.

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan, pemerintah telah dan sedang

melaksanakan sekitar 15 (lima belas) program penanggulangan kemiskinan,

termasuk program jaring pengaman sosial (JPS), yakni: Program Inpres Desa

Tertinggal (IDT); Program Pengembangan Kecamatan (PPK); Program Kredit

Pendayagunaan Teknologi Tepat Guna dalam rangka Pengentasan Kemiskinan

(KP-TTG- Taskin); Program Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP);

Program Kredit Usaha Tani (KUT); Pogram Makanan Tambahan Anak Sekolah

(PMT-AS); Program Operasi Pasar Khusus Beras (OPK-Beras); Program

Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDM-DKE);

Program Beasiswa dan Dana Biaya Operasional Pendidikan Dasar dan Menengah

(JPS-Bidang Pendidikan); Program JPS-Bidang Kesehatan; Program Padat Karya

Perkotaan (PKP); Program Prakarsa Khusus Penganggur Perempuan (PKPP);

Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembangunan Prasarana Subsidi

Bahan Bakar Minyak (PPM-PrasaranaSubsidi BBM); Program Dana Bergulir

Subsidi Bahan Bakar Minyak untuk Usaha Kecil dan Menengah; Program Dana

Tunai Subsidi Bahan Bakar Minyak.

Penanggulangan kemiskinan yang selama ini terjadi memperlihatkan

beberapa kekeliruan paradigmatik, antara lain pertama, masih berorientasi pada

aspek ekonomi daripada aspek dimensional. Penanggulangan kemiskinan dengan

fokus perhatian pada aspek ekonomi terbukti mengalami kegagalan, karena

(29)

mewakili persoalan kemiskinan yang sebenarnya. Dalam konteks budaya, orang

miskin diindikasikan dengan terlembaganya nilai-nilai seperti apatis, apolitis,

fatalistik, ketidakberdayaan, dsb. Sementara dalam konteks dimensi struktural

atau poliitk, orang yang mengalami kemiskinan ekonomi pada hakekatnya karena

mengalami kemiskinan strukutral dan politis.

Kedua, lebih bernuansa karikatif (kemurahan hati) ketimbang

produktivitas. Penanggulangan kemiskinan yang hanya didasarkan atas karikatif,

tidak akan muncul dorongan dari masyarakat miskin sendiri untuk berupaya

bagaimana mengatasi kemiskinannya. Mereka akan selalu menggantungkan diri

pada bantuan yang diberikan pihak lain. Padahal program penanggulangan

kemiskinan seharusnya diarahkan agar mereka menjadi produktif.

Ketiga, memosisikan masyarakat miskin sebagai objek daripada subjek.

Seharusnya mereka dijadikan sebagai subjek yaitu sebagai pelaku perubahan yang

aktif terlibat dalam aktivitas program penanggulangan kemiskinan.

Keempat, pemerintah sebagai penguasa daripada fasilitator. Dalam

penanganan kemiskinan, pemerintah masih bertindak sebagai penguasa yang

kerapkali turut campur tangan terlalu luas dalam kehidupan orang-orang miskin.

Sebaliknya pemerintah semestinya bertindak sebagai fasilitator, yang tugasnya

mengembangkan potensi-potensi yang mereka miliki (Dikutip dari: Naibaho;

2007, Tesis Program Magister Studi Pembangunan USU). Dalam hal ini, Suharto

(2005) mengatakan bahwa paradigma baru menekankan ”apa yang dimiliki orang

(30)

tersebut bisa berbentuk aset personal dan sosial, serta berbagai strategi

penanganan masalah yang telah dijalankan secara lokal.

Belajar dari pengalaman pelaksanaan program penanggulangan

kemiskinan di masa lalu yang masih memberikan porsi yang sangat besar kepada

birokrasi, maka digulirkan intervensi ekstrim Program Penanggulangan

Kemiskinan Perkotaan (P2KP) yang melompati jenjang birokrasi peran Pemda.

Program ini merupakan kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Bank

Dunia melalui pinjaman Loan IDA credit yang merupakan salah satu program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di perkotaan.

Intervensinya ditekankan pada penciptaan lapangan kerja dan penyediaan dana

pinjaman bergulir serta pengembangan prasarana dan sarana dasar lingkungan

dengan penyediaan pendampingan pihak Konsultan Manajemen Wilayah dan

Fasilitator Kelurahan (KMW dan Faskel).

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)

Partisipasi masyarakat merupakan hakekat dasar dari program P2KP,

melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan program merupakan upaya yang merupakan

program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan

kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan

lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat,

sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan

pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan

prinsip-prinsip universal. (Dikutip dari : Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi Oktober

(31)

dilakukan sebagai salah satu upaya menciptakan keberdayaan serta kemandirian

dengan memberikan peran lebih besar pada inisiatif masyarakat tersebut dalam

melaksanakan pembangunan. Kelurahan Gedung Johor merupakan salah satu dari

kelurahan di wilayah kota Medan dimana dalam komposisi penduduknya masih

ditemukan adanya masalah kesenjangan sosial tersebut yaitu kemiskinan. Oleh

karenanya, mengentaskan kemiskinan atau paling tidak meminimalisir kemiskinan

menjadi salah satu fokus utama pembangunan Pemerintah P2KP

Melalui Program P2KP yang ada di Kelurahan Gedung Johor ini pada

tahapan siklusnya yang dimulai dari Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM),

Refleksi Kemiskinan, (RK), Pemetaan Swadaya (PS), pembangunan Badan

Keswadayaan Masyarakat (BKM), Perencanaan Jangka Menengah Program

Penanggulangan Kemiskinan (PJM-Pronangkis) sampai Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Terutama pada

tahapan Refleksi Kemiskinan (RK), masyarakat Kelurahan Gedung Johor

membuat kriteria kemiskinan, mencari dan mengenali permasalahan penyebab di Kelurahan

Gedung Johor.

Sebelum program P2KP masuk di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan

Medan Johor, beberapa program yang lain khususnya program dari pemerintah

pernah masuk seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT), namun pada kenyataannya

program ini mengalami kegagalan di tingkat aplikasi di lapangan. Berdasarkan

hasil pemetaan sosial program ini menjadi gagal karena sistem kelembagaan yang

tidak baik. Selain hal tersebut juga karena kurang adanya proses pembelajaran

(32)

kemiskinannya. Diantara penyebab kemiskinan yang terjadi di masyarakat

Kelurahan Gedung Johor yaitu; rendahnya pendidikan masyarakat (SDM),

sempitnya lapangan pekerjaan, tidak adanya keahlian sehingga masyarakat tidak

memiliki penghasilan tambahan dan kurangnya modal yang dimiliki masyarakat,

serta kondisi fisik lingkungan yang kurang kondusif.

Program Penanggulanan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) memiliki

konsep yang dinamakan Tridaya yang terdiri dari Daya Sosial, Daya Ekonomi dan

Daya Lingkungan dan masyarakat di Kelurahan Gedung Johor menerima ketiga

konsep tridaya Tersebut. Untuk daya sosial, P2KP hanya memberikan bantuan

berupa peralatan sekolah kepada siswa yang dianggap sesuai untuk menerima

bantuan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sedangkan untuk daya

lingkungan, P2KP hanya menjalankan program perbaikan sarana fisik berupa

parit. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dan informasi yang didapat,

penulis menganggap bahwa bantuan yang diberikan P2KP mengenai daya sosial

dan lingkungan hanya sebatas pemberian dan perbaikan fisik saja, tanpa ada

indikasi keberlanjutan dan tidak terlalu mempengaruhi kesejahteraan masyarakat

miskin. Misalnya bantuan peralatan sekolah, siswa diberi bantuan sebatas hanya

sekedar pemberian, sedangkan perbaikan parit dilakukan untuk mengantisipasi

banjir dan manfaat perbaikan parit ini juga dirasakan tidak hanya masyarakat

miskin saja, sehingga populasi yang dihasilkan sangat banyak dan sangat

menyulitkan penulis dalam penarikan sampel. Sementara, untuk daya ekonomi,

dengan jumlah penerima program kurang dari 100 (seratus) orang, P2KP

(33)

pelatihan perikanan, peternakan, pertanian, menjahit, dan komputer, dan program

pelatihan tersebut merupakan dana bergulir yang memiliki indikasi adanya

keberlanjutan kepada program tahap selanjutnya yang memiliki peran dominan

terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itulah, penulis ingin melihat

pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) melalui

penerapan konsep Tridaya, khususnya mengenai Daya Ekonomi terhadap

kesejahteraan masyarkat dalam menanggulangi kemiskinan dengan menggunakan

potensi yang dimiliki masyarakat itu sendiri di Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor Kota Medan disamping keterbatasan waktu, dana dan

tenaga yang dimiliki penulis.

1.2 Perumusan masalah

Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat perlu dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan dan kekuatan agar potensi yang ada dapat digali dan

dikembangkan sehingga mampu untuk meningkatkan produktivitasnya guna

meningkatkan kesejahteraan hidup. Untuk itu pemberdayaan serta partisipasi

masyarakat miskin melalui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

menjadi penting untuk dikaji, dari berbagai analisis dan permasalahan yang

menyangkut persoalan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, maka penulis

merumuskan masalah yang berguna untuk memberikan arah dan batasan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)

(34)

masyarakat di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota

Medan?

2. Seberapa besar pengaruh P2KP khususnya mengenai daya ekonomi terhadap

kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan

Johor Kota Medan?

1.3. Tujuan penelitian

Mengacu pada permasalahan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh P2KP khususnya mengenai daya ekonomi dalam

upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Gedung Johor

Kecamatan Medan Johor.

2. Untuk mengetahui perbedaan kondisi kehidupan masyarakat setelah menerima

program P2KP.

3. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan P2KP khususnya mengenai daya

ekonomi di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan

telah mencapai sasaran dan sesuai dengan harapan?

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

(35)

dalam mengevaluasi penyusunan kebijakan khususnya terkait dengan

penanggulangan kemiskinan perkotaan di Kota Medan.

b. Secara akademis, akan lebih melengkapi ragam penelitian pada kajian Ilmu

Kesejahteraan Sosial yang telah dibuat oleh para mahasiswa dan dapat

menambah bahan bacaan dan referensi dari suatu karya ilmiah.

c. Meningkatkan kemampuan penulis dalam berfikir dan memahami

permasalahan kemiskinan perkotaan serta dapat menerapkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan di FISIP USU melalui

penulisan karya ilmiah.

1.5. Hipotesis

Hipotesis adalah dalil atau prinsip yang logis yang dapat diterima secara

rasional mempercayainya sebagai kebenaran sebelum diuji atau disesuaikan

dengan fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan yang mendukung atau menolak

kebenarannya (Nawawi; 1995).

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam suatu

penelitian harus diuji. Oleh karena itu, perumusan hipotesa yang baik adalah

hipotesa yang dapat diuji kebenarannya atau ketidakbenarannya.

Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian mengenai

pengaruh P2KP terhadap kesejahteraan masyarakat miskin adalah:

Ho = Tidak terdapat pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di

(36)

kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan

Medan Johor Kota Medan.

Ha = Terdapat pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

(P2KP) khususnya mengenai daya ekonomi terhadap kesejahteraan

masyarakat di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota

Medan.

1.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan, manfaat, hipotesis, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian dan teori yang berkaitan dengan

masalah dan objek yang akan diteliti. Selain itu, bab ini juga

berisikan kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi

operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan metodologi penelitian yang terdiri dari

pemilihan lokasi penelititan, populasi dan sampel, teknik

(37)

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana

penulis melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian beserta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Program

Menurut Charles O. Jones (1991 : 296) pengertian program adalah cara

yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat

membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau

tidak yaitu :

a. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan ataupun

sebagai pelaku program

b. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang bisa juga

didentifikasi melalui anggaran.

c. Program memilki identitas tersendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat

diakui oleh publik

Program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan pada model

teoritis yang jelas, yakni : sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi

dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang

serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi

solusi terbaik.

2.1.1. Kebijakan Publik

Menurut Sofyan Effendi (Syafiie, 1999:107) pengetahuan tentang

kebijakan publik adalah pengetahuan tentang sebab-sebab, konsekuensi dan

(39)

kebijaksanaan publik adalah proses menyediakan informasi dan pengetahuan

untuk para eksekutif, anggota legislatif, lembaga peradilan dan masyarakat umum

yang berguna dalam proses perumusan kebijakan serta yang dapat meningkatkan

kinerja kebijaksanaan.

Menurut Holwet dan M. Ramesh (Subarsono, 2005: 13) berpendapat

bahwa proses kebijakan publik terdiri atas lima tahapan yang adalah sebagai

berikut:

1. Penyusunan agenda, yakni suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat

perhatian dari pemerintah.

2. Formulasi kebijakan, yakni proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan oleh

pemerintah.

3. Pembuatan kebijakan, yakni proses ketika pemerintah memilih untuk

melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.

4. Implementasi kebijakan, yakni proses untuk melaksanakan kebijakan agar

mencapai hasil.

5. Evaluasi kebijakan, yakni proses untuk memonitor dan menilai kinerja atau

hasil kebijakan.

2.1.2. Pengertian Implementasi

Pengertian yang sangat sederhana tentang implementasi adalah

sebagaimana yang diungkapkan oleh Charles O. Jones (1991), dimana

implementasi diartikan sebagai "getting the job done" dan "doing it". Tetapi di

balik kesederhanaan rumusan yang demikian berarti bahwa implementasi

(40)

Namun pelaksanaannya, menurut Jones, menuntut adanya syarat yang antara lain:

adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang sering

disebut dengan resources, Lebih lanjut Jones merumuskan batasan implementasi

sebagai proses penerimaan sumber daya tambahan, sehingga dapat

mempertimbangkan apa yang harus dilakukan. Dengan mengacu pada pendapat

tersebut, dapat diambil pengertian bahwa sumber-sumber untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan, di dalamnya

mencakup: manusia, dana, dan kemampuan organisasi; yang dilakukan baik

oleh pemerintah maupun swasta (individu ataupun kelompok).

Selanjutnya Mazmanian dan Sabatier (dalam Solichin Abdul Wahab,

1991:65) menjelaskan lebih lanjut tentang konsep implementasi kebijakan

sebagaimana berikut: “Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah

program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian

implementasi kebijakan, yaitu kejadian-kejadian atau kegiatan yang timbul

setelah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara, yaitu mencakup baik

usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan

akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian."

Berdasarkan pada pendapat tersebut di atas, nampak bahwa implementasi

kebijakan tidak hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau

unit birokrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan

menimbulkan kepatuhan dari target group, namun lebih dari itu juga berlanjut

dengan jaringan kekuatan politik sosial ekonomi yang berpengaruh pada perilaku

(41)

diharapkan maupun yang tidak diharapkan, sehingga dapat dipahami bahwa

keberhasilan impelementasi kebijakan sangat dipengaruhi oleh berbagai

variabel atau faktor yang pada gilirannya akan mempengaruhi keberhasilan

implementasi kebijakan itu sendiri.

2.1.3. Tahap-tahap Implementasi Kebijakan

Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka

diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. M. Irfan Islamy (1992,

102-106) membagi tahap implementasi dalam dua bentuk, yaitu:

a. Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan

disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan

terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara

terhadap kedaulatan negara lain.

b. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu

diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan

kebijakan tercapai.

Dalam konteks ini kebijakan pemberdayaan masyarakat miskin termasuk

kebijakan yang bersifat non-self-executing, karena perlu diwujudkan dan

dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan tercapai.

Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (dalam Slichin Abdul

Wahab, 1991, 36) mengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut:

Tahap I : Terdiri atas kegiatan-kegiatan :

a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas;

(42)

c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan.

Tahap II: Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staf,

sumber daya, prosedur, biaya serta metode;

Tahap III: Merupakan kegiatan-kegiatan :

a. Menentukan jadwal;

b. Melakukan pemantauan;

c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program.

Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran dapat diambil

tindakan yang sesuai, dengan segera.

Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan

penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier

dalam Solichin Abdul Wahab, (1991) Mempelajari masalah implementasi

kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah

suatu program diberlakukan atau dirumuskan. Yakni peristiwa-peristiwa dan

kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan baik yang

menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasi maupun usaha untuk

memberikan dampak tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi

perilaku lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran (target grup)

tetapi juga memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang

berpengaruh pada implementasi kebijakan negara.

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Menurut George C. Edward III (dalam Tangkilisan; 2003) ada empat

(43)

suatu kebijakan, yaitu faktor sumber daya, birokrasi, komunikasi, dan

disposisi.

1). Faktor sumber daya (resources)

Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi

kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistennya

ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu kebijakan, jika para personil yang

bertanggung jawab mengimplementasikan kebijakan kurang mempunyai

sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa efektif. Sumber-sumber

penting dalam implementasi kebijakan yang dimaksud antara lain

mencakup; staf yang harus mempunyai keahlian dan kemampuan untuk

bisa melaksanakan tugas, perintah, dan anjuran atasan/pimpinan.

2). Struktur Birokrasi

Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan

sudah mencukupi dan para implementor mengetahui apa dan bagaimana

cara melakukannya, serta mereka mempunyai keinginan untuk

melakukannya, implementasi bisa jadi masih belum efektif, karena

ketidakefisienan struktur birokrasi yang ada.

3). Faktor Komunikasi

Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk menyampaikan apa

yang menjadi pemikiran dan perasaannya, harapan atau pengalamannya

kepada orang lain (The Liang Gie, 1976). Faktor komunikasi dianggap

(44)

yang melibatkan unsur manusia dan sumber daya akan selalu berurusan

dengan permasalahan “bagaimana hubungan yang dilakukan”.

4). Faktor Disposisi (sikap)

Disposisi ini diartikan sebagai sikap para pelaksana untuk

mengimplementasikan kebijakan. Dalam implementasi kebijakan, jika

ingin berhasil secara efektif dan efisien, para implementor tidak hanya

harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai

kemampuan untuk implementasi kebijakan tersebut, tetapi mereka juga

harus mempunyai kemauan untuk mengimplementasikan kebijakan

tersebut.

Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983) keberhasilan implementasi

rencana dipengaruhi oleh otonomi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan

kompleksitas dari rencana itu sendiri.

Efektivitas suatu implementasi ditentukan oleh 6 kondisi yaitu :

1. Adanya perundang-undangan atau instruksi pemerintah yang memberikan

tanggung jawab tentang suatu kebijaksanaan yang jelas dan konsisten atau

menentukan pedoman bagi penyelesaian berbagai konflik yang akan dicapai.

2. Dengan perundang-undangan tersebut dimungkinkan pendayagunaan suatu

teori yang tepat dapat menemukenali faktor-faktor utama dalam kaitan sebab

akibat yang mempengaruhi tujuan kebijaksanaan yang hendak dicapai dan

juga memberikan wewenang serta kendali yang strategis bagi pelaksanaan atas

(45)

3. Perundang-undangan itu dapat membentuk proses implementasi sehingga

dapat memaksimalkan kemungkinan keberhasilan keterlibatan pihak pelaksana

dan kelompok sasaran.

4. Pemimpin badan/institusi pelaksana memiliki kapasitas kecakapan manajerial

dan politis, rasa pengabdian dan tanggung jawab pada upaya pencapaian

sasaran yang digariskan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

5. Program tersebut mendapat dukungan tokoh utama dari pihak legislatif atau

eksekutif, sedangkan lembaga yudikatif bersifat netral.

6. Tingkat prioritas sasaran-sasaran yang hendak dicapai tidak berubah meskipun

muculnya kebijakan publik yang saling bertentangan atau dengan terjadinya

perubahan kondisi sosial ekonomi yang mengurangi kekuatan teori keterkaitan

sebab akibat yang mendukung peraturan atau kekuatan dukungan politis

(Mazmanian, 1983).

Dalam implementasi kebijakan, bukan saja masalah komunikasi, informasi,

respon masyarakat tetapi juga pendanaan, waktu, jadwal kegiatan untuk

mendukung tim/organisasi pelaksana dalam melaksanakan tugas yang

dipercayakann kepadanya (Wahab, 1991).

Salah satu kendala yang menentukan efektivitas rencana program adalah

lemahnya mekanisme pengendalian pembangunan (development control). Hal ini

disebabkan oleh berbagai hal, antara lain karena pemerintah daerah seringkali

tidak mempunyai akses terhadap rencana-rencana pembangunan sektoral yang

(46)

telah disusun bisa berubah total akibat adanya investasi berskala besar yang tidak

diduga sebelumnya.

2.2. Kemiskinan

Berbicara persoalan kemiskinan merupakan fenomena yang bersifat

multidimensional. Pada prinsipnya kemiskinan bukan sekedar fenomena, tetapi

merupakan proses yang tereduksi dari berbagai faktor (Sulistiyani; 2004).

Kemiskinan menjadi isu yang sangat sentral dan menjadi fenomena dimana-mana.

Selama ini kemiskinan diasumsikan bahwa orang miskin tidak mampu menolong

dirinya sendiri. Kemiskinan dipandang sebagai gejala rendahnya kesejahteraan.

Ilmuwan sosial mengaitkan konsep kemiskinan dengan konsep kelas,

stratifikasi sosial, struktur sosial dan bentuk-bentuk definisi sosial lainnya

(Soetomo; 2006). Hal yang juga dijumpai dalam pengukuran kemiskinan , konsep

tentang taraf hidup atau “lefel of living” misalnya tidak cukup hanya melihat

tingkat pendapatan, akan tetapi juga perlu melihat tingkat pendidikan, kesehatan,

perumahan dan kondisi sosial yang lain.

Indikator dominant dari kemiskinan juga dapat dilihat dari aspek non

ekonomis sebagai indikator yang dominant. Pembangunan ini dikehendaki agar

pembangunan dilihat dari aspek manusianya (improvement of human life) dengan

demikian pembangunan seharusnya diperuntukkan bagi semua pihak dan semua

lapisan masyarakat, serta paling tidak mengandung tujuan:

1. Memperbaiki hal-hal yang berkaitan dengan penopang hidup warga

(47)

2. Memperbaiki kondisi sosial kehidupan yang memungkinkan terpenuhinya

kebutuhan harga diri.

3. Adanya kebebasan termasuk didalamnya kebebasan dari penindasan,

ketidakadilan, kesengsaran serta kemelaratan (Goulet, dalam Soetomo; 2006)

Boedi Somedi menyatakan untuk memberi pemahaman konseptual

terdapat 2 pengertian kemiskinan:

1. Secara kualitatif yaitu kemiskinan merupakan suatu kondisi yang didalamnya

hidup manusia yang tidak bermartabat atau hidup manusia yang tidak layak

sebagai manusia.

2. Secara kuantitatif yaitu kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana hidup

manusia serba kekurangan atau dengan bahasa lazim disebut tidak berharta

benda (Mardimin; 1996)

Di dalam membicarakan masalah kemiskinan kita akan menemukan

beberapa istilah kategoritatif kemiskinan seperti:

1. Kemiskinan absolut yaitu seseorang yang dikatakan miskin apabila tidak dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya untuk memelihara fisiknya dan untuk dapat

bekerja .

2. Kemiskinan relatif yaitu kemiskinan yang muncul jika kondisi seseorang atau

sekelompok orang dibandingkan dengan kondisi orang atau sekelompok orang

lain.

3. Kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang timbul akibat adanya suatu

(48)

membelengu, yang memaksa seseorang atau sekelompok orang tersebut agar

tetap menjadi miskin.

4. Kemiskinan situasional yaitu kemisinan yang terjadi jika seseorang atau

sekelompok orang tinggal didaerah yang tidak menguntungkan misalnya

daerah yang tanahnya tidak subur, oleh karenanya menjdi miskin.

5. Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang dikarenakan budaya atau kultur

masyarakat setempat yang menghendaki tetap miskin

Memahami kemiskinan untuk lebih lanjut perlu diketahui dan ditelusuri

latar belakang, dengan mengetahui latar belakang kemiskinan akan lebih mudah

diidentifikasi sifat, keluasan, dan kedalaman masalah. Badan Pusat Statistik (BPS)

memberikan definisi kemiskinan, seseorang/keluarga dikatakan miskin apabila

memiliki kategori sebagai berikut:

1. Luas bangunan kurang dari 8m2

2. Jenis lantai hunian bukan berasal dari keramik, traso, tegel, ubin atau semen. per ubin atau semen

3. Tidak memiliki fasillitas jamban /wc

4. Komsumsi lauk pauk tidak bervariasi

5. Tidak mampu membeli pakaian minimal 1 set pertahun untuk setiap anggota

keluarga

6. Tidak memiliki aset rumah tangga seperti lemari

2.2.1. Konsep Kemiskinan dan Penyebabnya

Menurut Tjokrowinoto dalam Sulistiyani (2004) kemiskinan tidak hanya

(49)

persoalan kerentanan, ketidakberdayaan, tertutupnya akses peluang kerja,

ketergantungan tinggi, dan rendahnya akses pasar.

Sebab-sebab kemiskinan di antaranya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Perbedaan pemilikan kekayaan.

2. Perbedaan dalam kemampuan pribadi.

3. Perbedaan dalam bidang dan pengalaman.

Kemiskinan menjadi suatu lingkaran setan dari kurangnya pendidikan,

tingginya pengangguran, rendahnya pendapatan, tidak mampu memenuhi

kebutuhan hidup, menjadi sumber daya yang tidak produktif. Ini diperlukan satu

program yang dapat memecahkan lingkaran setan, maka program pemecahan

yang dicanangkan harus dapat memecahkan permasalahan yang sebenarnya

masyarakat miskin.

John Friedmann dalam review “Empowerment”. Menguraikan Kaum

Birokrat mendefinisikan istilah kemiskinan sebagai berikut :

a. Garis kemiskinan: Tingkat konsumsi rumah tangga minimum yang dapat

diterima secara sosial

b. Kemiskinan Absolute: Kemiskinan diambang garis kemiskinan, dimana tidak

dapat memenuhi standart konsumsi minimum, praktis membutuhkan derma.

c. Kemiskinan relatif: Kemiskinan sedikit diatas ambang garis kemiskinan, tapi

jika dibandingkan dengan kelompok yang sedikit mampu mereka dianggap

miskin.

d. Kemiskinan tidak parah (negatif): kemiskinan yang diakibatkan oleh

(50)

mampu menyediakan kebutuhan hidup disekitar ada lapangan kerja namun

tidak puas dengan upah yang ditawarkan.

a. Kemiskinan tidak parah (positif): Kelompok masyarakat yang

menggantungkan pada upah pabrik, tidak bersifat kriminal, biasanya

mempunyai prilaku jujur dan bersih mandiri, dana yang diterima dipergunakan

2.2.2. Paradigma Baru Studi Kemiskinan

Dalam persoalan kemiskinan menurut Edi Suharto dalam tulisannya

“Paradigma Baru Studi Kemiskinan:, menyatakan dalam upaya mengatasi

kemiskinan diperlukan sebuah kajian yang lengkap sebagai acuan perancangan

kebijakan dalam program anti kemiskinan. Menurut hampir semua pendekatan

dalam mengkaji kemiskinan masih berporos pada paradigma modelisasi yang

bersandar pada paradigma teori pertumbuhan neo klasik, dan para ahli ilmu sosial

selalu merujuk pendekatan tersebut, sistem pengukuran dan indikator yang

digunakan terfokus pada kondisi atau keadaan kemiskinan berdasarkan faktor

ekonomi yang dominan. Orang miskin hanya dipandang sebagai orang yang tidak

memiliki, tidak memiliki pendapatan tinggi, tidak berpendidikan, tidak sehat dan

sebagainya. Melihat kelemahan pendekatan tersebut diperlukan suatu perubahan

pada fokus pengkajian kemiskinan terhadap konseptual dan metodelogi

pengukuran kemiskinan (suatu paradigma baru).

Paradigma baru kemiskinan melihat orang miskin dari potensi yang

dimilikinya (sekecil apapun potensi itu) yang dapat dingunakan dalam mengatasi

kemiskinannya. Dalam paradigma baru kemiskinan menekankan pada apa yang

(51)

dan sosial, serta berbagai segi penanganan masalah yang telah dijalankan secara

lokal, dalam paradigma baru sedikitnya 4 point yang perlu dipertimbangkan:

1. Kemiskinan dilihat secara dinamis yang menyangkut usaha dan kemampuan si

miskin dalam merespon kemiskinan

2. Indikator untuk mengukur kemiskinan sebaiknya jangan tunggal dalam bentuk

analisis keluarga/rumah tangga.

3. Konsep kemampuan sosial dipandang lebih lengkap dalam memotret kondisi

dan sekaligus dinamika kemiskinan.

4. Pengukuran kemampuan sosial keluarga miskin dapat memperoleh mata

pencaharian memenuhi kebutuhan dasar, mengelola aset menjangkau

sumber-sumber, berpartisipasi, kemampuan dalam menghadapi goncangan/tekanan.

2.3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan yang dalam bahasa Inggris “empowerment” bermakna

pemberian kekuasaan karena power bukan sekadar daya, tetapi juga kekuasaan,

sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa.

Pemberdayaan adalah “proses menjadi” bukan sebuah “proses instan”. Sebagai

proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran,

pengakapasitasan dan pendayaan.

Seperti pendapat Hikmat (2001) yang menyatakan pemberdayaan

masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga

peningkatan harkat martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, serta

Gambar

Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Gedung Johor ..
Tabel 1. Lingkup Sampel Penelitian
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat desain antarmuka,

[r]

Setelah percobaan, siswa mampu menyajikan laporan hasil pengamatan tentang perubahan bentuk energi matahari dalam kehidupan dengan sistematis.. Manfaat energi

Rencana Kerja Pemerintah Desa yang selanjutnya disebut RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang memuat rencana

Demikian atas perhatian dan partisipasinya diucapkan terima kasih.. Semarang, 18 Juli 2013

Ketujuh, faktor penyebab rendahnya kemampuan menulis teks pidato antara lain: referensi buku tata bahasa yang kurang; penguasaan kaidah yang tidak memadai; kurangnya

Sesuai dengan hasil analisis data primer, maka masing- masing instrumen yang digunakan dalam penelitian memiliki hasil uji yang menunjukkan bahwa angka cronbach