• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Industri Tepung Tapioka pada Aspek Ekonomi dan Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug, Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Industri Tepung Tapioka pada Aspek Ekonomi dan Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug, Ponorogo"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA PADA ASPEK

EKONOMI DAN AKSES TERHADAP LAHAN DI DESA

TAJUG, PONOROGO

YANITHA RAHMASARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MAYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peranan Industri Tepung Tapioka pada Aspek Ekonomi dan Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug, Ponorogo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

4

ABSTRAK

YANITHA RAHMASARI. Peranan Industri Tepung Tapioka pada Aspek Ekonomi dan Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug, Ponorogo. Dibimbing oleh HERU PURWANDARI.

Industri tepung tapioka merupakan industri yang berkembang pada bidang pertanian. Industri tersebut mengolah singkong menjadi tepung tapioka. Keberadaan industri tepung tapioka memberikan pengaruh terhadap masyarakat sekitar, khususnya memberikan perekonomian yang lebih tinggi bagi rumahtangga masyarakat pada sektor industri dibandingkan dengan rumahtangga masyarakat pada sektor non-industri. Selain berpengaruh pada tingkat ekonomi rumahtangga masyarakat, adanya industri ini juga memberikan peluang usaha baru bagi masyarakat. Tingkat ekonomi yang berbeda setelah masuknya industri juga memberikan pengaruh pada akses terhadap bangunan dan lahan bagi masyarakat.

Kata kunci: ekonomi, hak akses, industri tepung tapioka

ABSTRACT

YANITHA RAHMASARI. The Role of Tapioca Starch Industry Economic Aspects and Access to Land in Rural tajug, Ponorogo. Supervised By HERU PURWANDARI.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PERANAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA PADA ASPEK

EKONOMI DAN AKSES TERHADAP LAHAN DI DESA

TAJUG, PONOROGO

YANITHA RAHMASARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Peranan Industri Tepung Tapioka pada Aspek Ekonomi dan Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug, Ponorogo

Nama : Yanitha Rahmasari

NIM : I34090015

Disetujui oleh

Heru Purwandari, SP, M Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah industri, dengan judul Peranan Industri Tepung Tapioka pada Aspek Ekonomi dan Akses Terhadap Lahan di Desa Tajug, Ponorogo. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih dan rasa hormat yang mendalam penulis ucapkan kepada Ibu Heru Purwandari, SP, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukan, dukungan, dan selalu sabar membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, ayahanda Djoko Muryanto, ibunda Ninik Tri Soewitaningsih, teman terdekat Bella Ardikara Ramadhan yang telah memberikan doa, kasih sayang, serta dukungan yang besar kepada penulis. Tidak lupa kepada teman satu bimbingan, Firda Emiria Utami dan Alfiana Rachmawati yang telah banyak membantu, memberikan kritik dan saran untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman tersayang dan seperjuangan Dini Dwiyanti, Adia Yuniarti, Siti Khatidjah, Nina Lucellia, Suci Ariyanti, serta seluruh teman-teman KPM 46 dan KPM 45 yang telah bersedia menjadi teman berdiskusi dan bertukar opini yang secara sukarela menemani penulis dalam suka dan duka saat menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak yang telah membacanya.

(10)

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Kerangka Pemikiran 9

Hipotesis Penelitian 10

Definisi Konseptual 11

Definisi Operasional 11

PENDEKATAN LAPANGAN 13

Metode Penelitian 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Teknik Pengumpulan Data 14

Teknik Pengolahan Data dan Analisa data 15

GAMBARAN UMUM 17

Gambaran Umum Desa Tajug 17

Kondisi Geografis dan Infrastruktur Desa Tajug 17

Kependudukan Desa Tajug 18

Tata Guna Lahan di Desa Tajug 20

Karakteristik Responden 21

INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA TAJUG 23

Sejarah Berdirinya Industri Tepung Tapioka 23

(11)

PERANAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA PADA ASPEK EKONOMI

MASYARAKAT DI DESA TAJUG 25

Pendapatan Sektor Industri dan Non-Industri 25

Tingkat Peralihan Mata Pencaharian 26

Tingkat Ekonomi Desa Tajug, Ponorogo 30

TINGKAT EKONOMI DAN PENGARUHNYA PADA PEMBENTUKAN

AKSES SUMBERDAYA 31

Akses Terhadap Bangunan 31

Hubungan Tingkat Ekonomi dan Hak Akses Terhadap Bangunan 32

Akses Terhadap Lahan Sawah 32

Hubungan Tingkat Ekonomi dan Akses Terhadap Lahan Sawah 33

SIMPULAN DAN SARAN 37

Simpulan 37

Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39

(12)

DAFTAR TABEL

1 Status kepemilikan sumberdaya 9

2 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dari sektor industri dan non industri di Desa Tajug 15 3 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dari sektor

industri dan non industri di Desa Tajug 15

4 Jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2012 18 5 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa

Tajug tahun 2012 19

6 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa

Tajug tahun 2012 19

7 Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Tajug tahun 2012 20 8 Jumlah dan persentase karakteristik responden menurut jenis pendidikan

dan usia responden di Desa Tajug 21

9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan di Desa

Tajug 25

10 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat peralihan mata

pencaharian di Desa Tajug 27

11 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah pekerjaan yang

dimiliki di Desa Tajug 28

12 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan utama di Desa

Tajug 28

13 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan sampingan di

Desa Tajug 29

14 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat ekonomi di Desa

Tajug 30

15 Jumlah dan persentase tingkat akses responden pada sektor industri dan non-industri terhadap bangunan di Desa Tajug 31 16 Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat ekonomi responden

industri non-industri terhadap hak akses bangunan di Desa Tajug 32 17 Jumlah dan persentase tingkat akses responden pada sektor industri dan

non-industri terhadap lahan sawah di Desa Tajug 33 18 Jumlah dan persentase korelasi antara tingkat ekonomi masyarakat

industri dan non-industri terhadap hak akses sawah 34 19 Jumlah dan persentase responden menurut pendistribusian lahan sawah di

Desa Tajug 35

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan kerangka analisis peranan industri tepung tapioka terhadap

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal pelaksanaan penelitian 41

2 Kuesioner 42

3 Panduan pertanyaan wawancara mendalam 49

4 Peta Desa Tajug, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo 50

5 Kerangka sampling rumah tangga industri 51

6 Uji statistik rank spearman 54

(14)

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan akan dibahas mengenai alasan yang mendasari penelitian ini. Pemikiran tersebut dijelaskan melalui latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Latar belakang yang disusun menggambarkan permasalahan umum dalam penelitian disertai dengan fakta-fakta yang mendukung terhadap peranan indutsri tepung tapioka pada aspek ekonomi dan hak akses terhadap lahan di desa. Kemudian permasalahan umum dijabarkan menjadi permasalahan-permasalahan khusus yang ditulis dalam perumusan masalah. Tujuan penelitian merupakan jawaban yang diharapkan terhadap permasalahan-permasalahan dalam penelitian. Sementara kegunaan penelitian merupakan manfaat yang diharapkan oleh peneliti setelah penelitian ini dilakukan.

Latar Belakang

Pembangunan dalam suatu negara berkembang selalu didasarkan pada pembangunan ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya alam. Indonesia memiliki berbagai macam sumberdaya alam yang bisa dimanfaatkan. Menurut Macklin (2009), pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk meningkatkan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertumbuhan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi negara. Pemanfaatan sumberdaya alam yang efisien dalam suatu negara akan diikuti dengan pembangunan negara yang semakin modern.

Kondisi modern ini jelas mempengaruhi kepribadian masyarakat dan lingkungannya. Dalam pembangunannya, sebagai upaya dalam mencapai tahap negara yang modern, Indonesia harus terlebih dahulu melalui tahap tinggal landas. Tahapan ini merupakan perpindahan dari sektor primer yaitu pertanian, menjadi sektor sekunder yaitu industri. Perkembangan industri terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia salah satunya pada aspek sosial ekonomi dan akses terhadap lahan. Berger dalam Endang Sutrisna (2008), salah satu usaha guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri. Sektor ini diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang yaitu struktur ekonomi dengan titik berat industri yang maju didukung oleh sektor pertanian yang tangguh. Dengan pemahaman tersebut berarti industrialisasi merupakan satu fase dari keseluruhan pembangunan ekonomi.

Seperti yang dinyatakan oleh Sunarjan (1991), bahwa pembangunan nasional yang telah dilakukan oleh Indonesia berusaha meningkatkan laju pertumbuhan di sektor industri, sehingga diharapkan akan ada keseimbangan antara sektor pertanian dan sektor industri. Umumnya telah diketahui bahwa ekonomi pedesaan di Indonesia, khususnya Jawa, didasarkan pada usaha pertanian. Tetapi dari data hasil penelitian1 menunjukkan bahwa dalam separuh jumlah desa yang diteliti ternyata sektor non pertanian memberikan sumbangan lebih dari 50% dari total pendapatan. Di Sentul, produktivitas lahannya rendah

1

(15)

dan banyak penduduk menjadi tukang becak, kuli, serta buruh perusahaan genteng. Melihat sumbangan pendapatan kegiatan non pertanian lebih besar dari sektor pertanian sangat cocok apabila keberadaan industri juga meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat.

Harapan pemerintah semenjak adanya industri adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, ketersediaan sarana infrastruktur, peningkatan kualitas SDM, pemicu sektor informal, dan sampai pada mencegah arus urbanisasi penduduk ke kota karena permasalahan kepadatan penduduk di kota-kota besar. Menurut Kristanto (2004), industralisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara maju. Namun, hal ini tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi, banyak industri di daerah pedesaan yang tidak memberikan peningkatan terhadap kesempatan kerja masyarakat sekitar, karena tenaga kerja yang diserap harus memiliki pendidikan tinggi. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Annastasia (2011), menurut responden yang berstatus sebagai penduduk asli, kesempatan kerja di wilayah kampung tangsi dirasa sangat sulit karena persaingan kerja dengan masyarakat pendatang. Sehingga, kesempatan kerja hanya dirasakan oleh masyarakat pendatang. Munculnya industri juga menghantarkan modernisasi khususnya didaerah pedesaan. Menurut Schoorl (1980), dalam bidang ekonomi modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri yang besar, dimana produksi barang-barang konsumsi dan barang-barang sarana produksi diadakan secara massal.

Menurut Yustika (2000) dalam Umi Darojah, sejarah telah mencatat bahwa industrialisasi di Indonesia pada akhirnya juga menggeser aktivitas ekonomi masyarakat, yang semula bertumpu kepada sektor pertanian untuk kemudian bersandar kepada sektor industri. Kebijakan pemerintah yang terus mendorong untuk mengembangkan sektor industri (termasuk industri kecil) ini telah menyebabkan kesempatan kerja di sektor industri kecil semakin lama juga semakin terbuka. Industrialisasi yang dijalankan harus bertumpu dan berkaitan dengan sektor pertanian, sehingga jika sektor industri sudah tumbuh pesat tidak lantas mematikan sektor pertanian yang menjadi tumpuan hidup masyarakatnya. Dalam penelitiannya, Gandi (2011) menyatakan bahwa setelah adanya industri ketersebaran pekerjaan lebih ke bidang non pertanian seperti bidang perdagangan, jasa transportasi, penyedia akomodasi/makanan dan minuman. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Muray (2011), masuknya industri batu bata tidak menyebabkan mata pencaharian di sektor pertanian mati, melainkan masih ada masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani walaupun lahan yang digarap masyarakat bukanlah lahan milik sendiri.

(16)

3

lahan semakin meningkat baik untuk keperluan industri maupun untuk pemukiman baru akibat banyaknya pendatang. Kenyataan ini menyebabkan penduduk asli yang umumnya petani semakin terpinggirkan dan sebagian besar beralih mata pencaharian.

Implikasi lain yang akan terjadi adalah akses akan lahan yang akan berubah, karena migrasi yang terjadi, sehingga memberikan kesempatan bagi penduduk pendatang untuk masuk ke desa baru yang secara tidak langsung akan ikut merubah hak akses terhadap lahan karena kebutuhan masyarakat akan lahan sebagai pemenuh kebutuhan hidupnya juga semakin meningkat. Penelitian Annastasia (2011) juga menyebutkan bahwa setelah adanya industri di Desa Sukadanau, masyarakat pendatang lebih banyak daripada masyarakat asli yang mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal juga semakin banyak. Peningkatan kebutuhan tempat tinggal dan pembangunan untuk berusaha di sektor non industri juga berimplikasi pada perbedaan akses tiap masyarakat terhadap lahan sebagai sarana penunjang hidup. Menurut Ostrom dan Schlager (1996) dalam Satria (2009), akses seseorang dalam sumberdaya alam ditentukan oleh hak kepemilikannya. Sehingga dalam setiap orang memiliki hak akses yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Tantri (2007), masuknya industri di daerah Cilacap salah satunya di area kelautan, mengakibatkan nelayan memiliki akses yang berbeda terhadap area penangkapan dan berimplikasi pada hasil penangkapan setiap nelayan yang juga berbeda.

Keberadaan industri salah satunya berada di Desa Tajug, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo. Di Desa ini terdapat industri yang mengolah singkong menjadi tepung tapioka. Secara geografis industri ini terletak di pinggiran kota Ponorogo dengan luas wilayah sebesar 137.85 Ha dengan jumlah penduduk sebayak 2 776 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 1 356 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1 420 jiwa. Secara administratif, Desa Tajug terbagi atas 5 Rukun Warga (RW) dan 14 Rukun Tetangga (RT). Industri tepung tapioka yang berdiri sejak tahun 1994 ini telah menyerap tenaga kerja tetap dari masyarakat sejumlah 208 jiwa. Tenaga kerja ini bekerja dalam bidang produksi, office boy, tenaga begging, dan tenaga sift. Industri seluas 12 ha ini adalah industri terbesar dan satu-satunya yang berada di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

(17)

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas terdapat hubungan antara peran industri tepung tapioka terhadap ekonomi dan hak akses masyarakat terhadap tanah di Desa Tajug, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang dapat diangkat dalam topik penelitian mengenai Peranan Industri Tepung Tapioka terhadap Ekonomi dan Akses Lahan di Pedesaan, sebagai berikut : 1. Bagaimana peranan industri tepung tapioka terhadap ekonomi masyarakat di

Desa Tajug?

2. Bagaimana hubungan ekonomi masyarakat akibat industri tepung tapioka dengan akses terhadap lahan pada masyarakat di Desa Tajug?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dipaparkan di atas, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut, yaitu:

1. Menganalisis peranan industri tepung tapioka terhadap ekonomi masyarakat di DesaTajug.

2. Menganalisis hubungan ekonomi masyarakat akibat industri tepung tapioka dengan akses terhadap lahan pada masyarakat di Desa Tajug.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peran industri tepung tapioka terhadap aspek ekonomi dan akses lahan di pedesaan. Penelitian ini juga berguna untuk:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya struktur ekonomi dan akses terhadap lahan akibat industri pedesan.

2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai pembangunan di pedesaan, khususnya mengenai industrialisasi pedesaan.

3. Bagi pemerintah, sebagai masukan dalam merumuskan pedoman dan kebijakan untuk pembangunan khususnya mengenai industri di pedesaan.

(18)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Bagian ini akan menjelaskan mengenai acuan-acuan yang melandasi pemikiran terhadap permasalahan dalam penelitian. Beberapa acuan diperoleh dari laporan hasil penelitian, baik cetak maupun elektronik. Acuan tersebut memuat antara lain konsep industrialisasi, dampak industri terhadap sosial ekonomi, dan hak akses terhadap sumberdaya alam.

Industri dan Industrialisasi

Makin berkembangnya masyarakat dan maraknya program pembangunan pedesaan akan membawa konsekuensi dan pesatnya perubahan-perubahan pada masyarakat pedesaan. Salah satu strategi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah adalah melalui pendekatan industrialisasi. Sehingga melalui industrialisasi ini perubahan-perubahan kehidupan masyarakat diharapkan akan terjadi (Purwanto 2003). Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Menurut Kristanto (2004), industralisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara maju. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Rpublik Indonesia tentang Industrialisasi Nomor 24 Tahun 2009, Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Sehingga industri dirasa akan memberi kontribusi terhadap keberlangsungan sosial ekonomi masyarakat di sekitar industri.

Menurut Supardi (2003), strategi pembangunan perekonomian yang banyak dilakukan oleh negara berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya yaitu dengan mengembangkan industri-industri di berbagai wilayah. Industri yang banyak berkembang di Indonesia dapat diklasifikasikan kedalam berbagai bidang seperti dibawah ini beserta dampak yang ditimbulkannya.

1. Industri Pertanian

(19)

2. Industri Pertambangan

Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan baku mentah yang berasal dari hasil pertambangan. Menurut jenis yang dihasilkan di Indonesia terdapat antara lain pertambangan minyak dan gas bumi, logam-logam mineral, bahan organik dan lain-lain. Pencemaran lingkungan sebagai akibat dari pengelolaan pertambangan umunya disebabkan oleh faktor kimia, faktor fisik, dan faktor biologis. Pencemaran ini biasanya lebih terjadi.

3. Industri Manufaktur

Bertambahnya penduduk dengan cepat mengakibatkan tekanan pada sektor penyedian fasilitas tenaga kerja yang tidak mungkin dapat ditampung di sektor pertanian. Maka untuk perluasan kesempatan kerja, sektor industri manufaktur perlu ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas. Industri manufaktur yang banyak dilakuakan di kawasan yang mudah dijangkau, industri ini banyak membawa akibat rusaknya lingkungan hidup. Selain peningkatan produksi akan menambah perekonomian negara dan masyarakat yang bekerja di industri manufaktur, tetapi pada pengelolaannya banyak menimbulkan dampak negatif pada masyarakat yang hidup disekitarnya.

4. Industri Pariwisata

Pembangunan pariwisata merupakan salah satu pembangunan yang perlu dikembangkan karena dari sektor ini dapat meningkatkan penerimaan devisa negara, memperluas lapangan kerja serta memperkenalkan kebudayaan bangsa dan lahan air. Penanaman modal di bidang pariwisata ini secara finansial akan menguntungkan bagi penyenggara dan secara langsung lebih menyejahterahkan masyarakat disekeliling objek pariwisata.

Selain dikelompokkan menurut berbagai bidang, Biro Pusat Statististik juga mengkategorikan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan. Kategori tersebut yaitu : (1) Industri besar dengan jumlah pekerja 100 orang atau lebih; (2) industri sedang dengan jumlah pekerja 20-99 orang; (3) industri kecil yang mempekerjakan 5-19 orang; dan (4) industri kerajinan rumah tangg dengan jumlah pekerja kurang dari 5 orang.

Menurut Supardi (2003), dalam masyarakat dampak terjadi pada suatu proyek pembangunan manusia sifatnya kompleks dan tidak sama untuk semua tempat. Dampak positif untuk suatu tempat dapat menjadi negatif untuk tempat lain. Selain itu juga dikenal apa yang disebut dampak langsung atau dampak tidak langsung, sebagai contoh misalnya akibat banyaknya proyek pembangunan industri dapat meningkatkan pendapatan, perubahan hubungan antar manusia seperti perpindahan mata pencaharian, perpindahan tempat pemukiman, mobilitas, dan sebagainya. Berbagai gambaran tersebut memberi gambaran bahwa keberadaan industri menimbulkan dampak saling kait-mengait. Satu pihak menilai adanya industri berdampak positif dan dilain pihak ternyata berdampak negatif. Dampak ini akan dirasa negatif apabila merugikan masyarakat sekitar dan akan berdampak positif apabila menguntungkan masyarakat.

(20)

7

alat pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini industrialisasi pedesaan melalui mekanisme pasar dapat mengakumulasi dan mengalihkan modal dari sektor pertanian ke sektor industri. Industrialisasi dapat pula meningkatkan penyerapan angkatan kerja yang senantiasa bertambah di pedesaan2. Indusrialisasi pedesaan menampilkan peranan penting dalam pembentukan organisasi sosial yang bersifat industrial. Industrialisasi pedesaan juga berfungsi meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi, dan hal ini dapat diukur antara lain dari segi pendapatan dan lapangan kerja baru. Secara sempit industrialisasi pedesaan bertujuan menganekaragamkan peningkatan produktivitas ekonomi masyarakat pedesaan. Menurut Gandi (2011), industri yang didirikan di pedesaan sering kali untuk mendapatkan tenaga kerja murah, menghindari protes dan sekaligus karena diletakkan di pedesaan oleh peraturan pemerintah. Sehingga pedesaan mempunyai daya tarik tertentu (lahan, pasar, bahan baku, tenaga kerja, atau bahkan keterbelakangan masyarakatnya) bagi pembangunan industri. Dikemukakan lebih lanjut bahwa transformasi masyarakat dari tradisional ke taraf lebih modern diharapkan dapat dilakukan melalui proses modernisasi terutama dalam pembangunan ekonomi. Langkah ke arah lebih modern ini dapat dilakukan melalui perubahan pranata ekonomi masyarakat dari yang bersifat agraris menjadi masyarakat yang berciri industri.

Dampak Industrialisasi terhadap Sosial Ekonomi

Selain dapat meningkatkan produksi barang-barang dan meningkatkan nilai harga barang yang telah diolah, industrialisasi diperkirakan dapat juga mengatasi masalah kesempatan kerja yang semakin sedikit. Sunarjan (1991) menyatakan bahwa kehadiran industri menyebabkan perubahan-perubahan dalam sosial-ekonomi seperti perubahan pemanfaatan lahan, perubahan profesi dan perubahan pendapatan penduduk. Muchtadi dalam Dirgantoro (2001) menjabarkan sumber pendapatan adalah seluruh pendapatan yang berasal dari anggota rumah tangga dalam satu unit rumah tangga yang lazimnya berada dalam satu rumah. Dewi et al. (2003) mendefinisikan pendapatan total rumah tangga petani hutan rakyat merupakan pendapatan yang diterima oleh petani pengelola hutan rakyat, yaitu hasil dari usaha hutan rakyat ditambah hasil dari usaha selain hutan rakyat dikurangi pengeluaran total yang dikeluarkan oleh petani hutan rakyat. Adapun Rahardjo dalam Gandi (2011) menyatakan bahwa proses industrialisasi berpengaruh lebih yaitu membawa gejala ekonomi, berupa perkembangan infrastruktur dan perdagangan dengan proses kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal, persaingan ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang rasional, antisipatif dan pragmatis.

Menurut Purwanto (2003) pembangunan industri di pedesaan akan membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa masuknya indusrialisasi di pedesaan juga membuka peluang bagi peningkatan ekonomi

2

Definisi dan penjelasan mengenai industrialisasi pedesaan ini merupakan hasil simposium industrialisasi pedesaan yang dilakukan pada tahun 1990 di Institut Pertanian Bogor, yang

(21)

masyarakat. Masyarakat di sekitar pabrik dapat memanfaatkan peluang kerja yang terbuka dengan memasuki bidang-bidang pekerjaan yang ditawarkan oleh pabrik, dan para pemilik modal dapat memanfaatkan berbagai peluang usaha untuk mengakomodasi kebutuhan pembangunan pabrik dan kebutuhan para migran pekerja yang tinggal di sekitar kawasan industri seperti menyediakan jasa tempat pemondokan, transportasi ojek atau mendirikan toko dan warung untuk memenuhi kebutuhan para pekerja pabrik. Perubahan lingkungan dengan nilai atau pandangan hidup masyarakat mempengaruhi bentuk pencarian nafkahnya, pembangunan industri telah mendorong usaha seperti toko, warung dan tempat pemondokan dan uaha transportasi ojek.

Anggapan bahwa industri mempunyai peranan penting dalam mengangkat perekonomian masyarakat didukung oleh pernyataan Hasmanto (2011) yang menyatakan bahwa adanya pembangunan industri maka akan memicu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya, seperti sektor jasa dan sektor pertanian. Sektor jasa juga berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran dan perdagangan, periklanan, dan transportasi yang kesemuanya akan mendukung lajunya pertumbuhan industri, berarti keadaan tersebut akan mengakibatkan meluasnya kesempatan kerja yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Selain dalam hal ekonomi, hadirnya industri juga akan berpengaruh pada munculnya pemukiman baru guna menampung tenaga kerja untuk industri yang akan menimbulkan sektor kegiatan baru didaerah sekitarnya.

Hak Akses Terhadap Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam memiliki potensi untuk dimiliki oleh semua orang. Setiap orang memiliki akses yang berbeda-beda dalam memanfaatkannya. Menurut Ostrom dan Schlanger dalam Satria (2009), terdapat empat tipe hak dalam pengelolaan sumberdaya alam, yaitu:

1. Hak akses (access right) adalah hak untuk memasuk wilayah sumberdaya yang memiliki batas-batas yang jelas untuk menikmati manfaat non ekstraktif. 2. Hak pemanfaatan (withdrawal right) adalah hak untuk memanfaatkan

sumberdaya.

3. Hak pengelolaan (management right) adalah hak untuk turut serta dalam pengelolaan sumberdaya.

4. Hak eksklusi (exclusion right) adalah hak untuk menentukan siapa yang boleh memiliki hak akses dan bagaimana hak tersebut dialihkan ke pihak lain; dan 5. Hak pengalihan (alienation right) adalah hak untuk menjual atau menyewakan

sebagian atau seluruh hak kolektif tersebut di atas.

(22)

9

ᵃSumber: Ostrom dan Schlager (1996) dalam Satria (2009)

Tabel 1 menunjukkan pihak yang hanya mendapat akses, maka statusnya hanyalah sebagai authorized entrant. Sementara itu, pihak yang memiliki hak ases dan hak pemanfaatan dikategorikan sebagai authorized usher. Adapun pihak yang memiliki hak akses, hak pemanfaatan, hingga hak pengelolaan, maka dapat dikategorikan sebagai claimant. Pihak yang memiliki ketiga hak tersebut termasuk hak ekslusi, statusnya disebut propietor, dan bila memiliki semua hak tersebut beserta hak pengalihannya maka disebut sebagai owner. Status tersebut bersifat dinamis dan dapat berubah ubah setiap waktu.

Dalam kebanyakan kasus masyarakat industri, lembaga yang mendukung tentang gugatan hak kepemilikan biasanya adalah negara (hukum negara). Namun, ini bukan satu-satunya sumber hak milik, terutama dalam hal lahan. Selain peraturan perundang-undangan, sebagian besar masyarakat dan agama telah menyusun berbagai bentuk hak dan aturan yang berkaitan dengan penggunaan dan tata cara pemanfaatan

Kerangka Pemikiran

(23)

Keterangan : Hubungan

dilakukan karena untuk di industri biasanya menerapkan standar tingkat pendidikan.

Selain itu adanya industri juga memberikan dampak pada desa-desa dimana industri itu berada. Salah satu hal yang dapat diamati adalah aspek ekonomi masyarakat. Keberadaan industri secara tidak langsung juga memberi pengaruh terhadap mata pencaharian. Dalam hal ini, masyarakat lebih tertarik untuk bekerja pada sektor industri dikarenakan pendapatan masyarakat akan dirasa akan lebih stabil dibanding dalam sektor pertanian. Hal lain yang akan dirasakan berubah adalah terbukanya akses usaha, karena kebutuhan pekerja dari sektor non-industri dalam hal pemukiman, rumah makan, toko, ataupun hal yang lain. Industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi mempunyai tujuan pokok untuk meningkatkan ekonomi masyarakat disekitarnya. Perubahan profesi dari bidang pertanian ke industri dan non industri menyebabkan pula pada perubahan pendapatan. Perubahan ekonomi yang terdiri dari perubahan tingkat pendapatan, peralihan mata pencaharian, dan terbukanya peluang usaha juga secara tidak langsung memberikan implikasi terhadap penggunaan hak akses masyarakat terhadap lahan. Hal ini disebabkan karena pembangunan selain di sektor industri secara terus menerus meningkat.

Pada penelitian ini, terdapat variabel yang diuji secara kualitatif dan kuantitatif. Variabel yang diuji secara kuantitatif adalah tingkat ekonomi ditunjukkan dengan tingkat pendapatan, peralihan mata pencaharian dari sektor pertanian ke industri, dan terbukanya peluang usaha yang akan berhubungan dengan hak akses terhadap sumberdaya alam khususnya lahan.

Gambar 2 Bagan kerangka analisis peranan industri tepung tapioka terhadap aspek ekonomi dan akses terhadap lahan masyarakat pedesaan.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat disusun hipotesis yaitu :

1. Terdapat hubungan antara adanya industri dengan tingkat ekonomi masyarakat. 2. Terdapat hubungan antara tingkat ekonomi masyarakat setelah adanya industri

dengan tingkat akses terhadap lahan. Industri Tepung Tapioka

Tingkat akses terhadap lahan Tingkat Ekonomi 1. Tingkat Pendapatan

(24)

11

Definisi Konseptual

1. Industri Pedesaan adalah masuknya industri atau bangunan di wilayah pedesaan sebagai tempat pengolahan barang mentah/ setengah jadi menjadi barang yang bernilai ekonomis lebih tinggi.

2. Industri tepung tapioka adalah industri pengolahan hasil pertanian (singkong) menjadi tepung tapioka sebagai campuran bahan makanan.

Definisi Operasional

Untuk mengarahkan pengumpulan, pengelolaan, dan analisis data dalam penelitian dirumuskan sejumlah definisi operasional sebagai berikut:

1. Tingkat ekonomi adalah jumlah total skor perhitungan dari dimensi variabel (tingkat pendapatan, tingkat peralihan mata pencaharian, dan tingkat terbukanya akses usaha) yang akan dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. Nilai tinggi dari masing-masing dimensi variabel akan diberi skor 2 dan nilai rendah dari masing-masing dimensi variabel akan diberi skor 1. Tingkat ekonomi akan dikategorikan rendah jika skor total dimensi variabel bernilai 3-4 dan tingkat ekonomi dikategorikan tinggi apabila skor total dimensi variabel bernilai 5-6.

2. Tingkat pendapatan adalah total pendapatan yang diterima oleh responden dari hasil pekerjaan di sektor industri ataupun sektor non-industri dan ditambah dari sektor pertanian ataupun sektor non-industri. Tingkat pendapatan disesuaikan dengan kondisi lapang dan dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. Tingkat pendapatan diukur dengan:

1. Rendah (skor 1) : Pendapatan antara Rp500 000-Rp1 500 000 2. Tinggi (skor 2) : Pendapatan > Rp1 500 000

3. Tingkat peralihan mata pencaharian adalah besarnya tingkat peralihan mata pencaharian dari sektor pertanian menjadi sektor industri. Peralihan mata pencaharian akan diukur dengan skala ordinal dan akan dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. Tingkat peralihan mata pencaharian diukur dengan:

1. Rendah (skor 1) : Tidak ada perubahan ke sektor industri. 2. Tinggi (skor 2) : Ada perubahan menjadi sektor industri.

4. Tingkat terbukanya akses usaha adalah banyaknya kesempatan bekerja bagi masyarakat untuk melakukan usaha selain dari sektor industri. Misalnya mendirikan toko, warung, rumah makan, pondokan ataupun mendirikan rumah, dan jasa transportasi. Tingkat terbukanya akses usaha akan dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. Tingkat terbukanya akses usaha diukur dengan: 1. Rendah (skor 1) : Jika hanya memiliki satu bentuk usaha

2. Tinggi (skor 2) : Jika memiliki lebih dari satu bentuk usaha

(25)
(26)

13

PENDEKATAN LAPANGAN

Pendekatan lapangan menggambarkan mengenai pendekatan penelitian yang digunakan di lapangan. Pendekatan lapangan meliputi pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data. Pendekatan penelitian merupakan pendekatan yang dilakukan dalam melakukan penelitian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lokasi dan waktu penelitian menggambarkan mengenai pemilihan lokasi dan waktu yang diperlukan untuk penelitian mulai penyusunan proposal hingga laporan penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan pendekatan yang digunakan dalam menggali data dan informasi baik melalui kuesioner ataupun wawancara terstruktur kepada responden dan informan. Teknik pengolahan dan analisis data merupakan pendekatan untuk menggambarkan cara pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan penelitian survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan kemudian peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1989). Penelitian menggunakan metode survai dapat menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesa yang sudah dirancang peneliti. Hubungan kausal yang dapat diuji dari hipotesa meliputi hubungan adanya peranan industri tepung tapioka terhadap ekonomi masyarakat, dan hubungan ekonomi masyarakat terhadap hak akses lahan masyarakat yang berupa sawah dan bangunan. Pengujian hipotesa di atas diharapkan mampu menjawab keterkaitan antara peranan tingkat ekonomi masyarakat dengan hak akes terhadap lahan dari pemilihan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan penelitian survai dikarenakan metode ini dapat menjelaskan tujuan dari penelitian melalui generalisasi objek penelitian untuk populasi masyarakat yang tidak sedikit.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(27)

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Semua data yang diperoleh nantinya akan didokumentasikan dalam bentuk catatan harian agar tidak terjadi distorsi informasi. Data primer dan data sekunder saling mendukung satu sama lain untuk menyempurnakan hasil penelitian. Semua metode yang digunakan bertujuan agar data yang diperoleh benar-benar akurat sehingga memudahkan peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini. Pengumpulan data primer dilakukan dengan:

a. Kuesioner yaitu suatu instrumen penelitian dalam metode survey. Data-data yang dikumpulkan berupa data karakteristik responden dan rumahtangga, tingkat pendapatan, peralihan mata pencaharian, dan terbukanya akses usaha. b. Wawancara mendalam yang dilakukan dengan bantuan panduan pertanyaan.

Data yang dikumpulkan mengenai peranan industri tepung tapioka.

c. Observasi langsung yang dilakukan untuk memperoleh gambaran keadaan desa dan industri, serta kebutuhan dokumentasi.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari kajian pustaka dan analisis literatur-literatur yang terkait dengan kondisi desa, peta lokasi penelitian, keadaan industri, data jumlah penduduk dan dokumen-dokumen tertulis lainnya. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan panduan pertanyaan (Lampiran 3) kepada informan maupun responden. Informan yang akan dipilih adalah kepala desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat yang mengetahui situasi-situasi di sekitar desa.

Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga di sekitar industri khususnya di Desa Tajug, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang terkena pengaruh langsung dari adanya industri. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumahtangga dengan unit sasaran adalah anggota rumahtangga yang bekerja pada sektor industri atau sektor non industri. Populasi dari sektor industri adalah seluruh kepala keluarga yang bekerja pada industri tepung tapioka yang berjumlah 208 jiwa. Pengambilan sampel pada masyarakat industri dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sedangkan responden dari sektor non industri adalah kepala keluarga yang tinggal di Rukun Warga (RW) yang paling dekat dengan kegiatan industri, yaitu RW 02. Lokasi tersebut dipilih secara purposive dengan pertimbangan letak RW 02 yang paling dekat dengan industri tepung tapioka sehingga diharapkan pengaruh industri tepung tapioka dirasakan langsung oleh masyarakat di RW tersebut, hal lain yang menjadi pertimbangan adalah dikarenakan populasi kepala keluarga di desa tersebut sangat besar yaitu 810 kepala keluarga dengan jumlah masyarakat sebesar 2 776 jiwa dan tidak memungkinkan untuk membuat kerangka sampling, maka dipilih dengan metode multistage random sampling yaitu 3 RT yang menjadi fokus utama penelitian yaitu RT 01/02, RT 02/02, dan RT 03/02.

(28)

15

satuan elementer dalam masing-masing subpopulasi menjadi homogen. Hal ini bertujuan untuk menjawab tujuan dari penelitian yaitu membandingkan tingkat ekonomi masyarakat yang bekerja dari sektor dan sektor non industri. Dari subpopulasi akan diambil sample sebanyak 35 responden (Tabel 2).

Tabel 2 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin dari sektor industri dan non industridi Desa Tajug

Jenis

Masing-masing subpopulasi yang telah diambil merupakan hasil dari teknik penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) dengan bantuan program aplikasi Microsoft Excel. Pemilihan jumlah responden ini dikarenakan untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data dan pertimbangan biaya serta waktu. Pertimbangan lain yang menjadi alasan adalah besarnya sampel akan mencukupi presisi rencana analisa yang akan dilakukan.

Teknik Pengolahan Data dan Analisa data

Unit penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat di Dea Tajug, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang bekerja pada sektor industri dan sektor non-industri. Sedangkan unit analisisnya adalah rumah tangga. Data yang dikumpulkan melalui survey lapangan akan dientry ke dalam Microsoft Excel 2007. Pengolahan dan analisis data statistik deskriptif berupa persentase, total skor, dan tabulasi silang. Kemudian diolah dan dianalisis menggunakan uji statistik tabulasi silang dan didukung dengan uji statistik korelasi Rank Spearman yang menggunakan SPSS for Windows versi 16.0 untuk mengetahui hubungan ekonomi terhadap hak akses terhadap lahan berupa bangunan dan sawah.

Data kualitatif akan diolah melalui 3 tahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, mengeliminasi data-data yang tidak diperlukan, sehingga dapat langsung menjawab perumusan masalah. Kemudian data akan disajikan dengan bentuk teks naratif, matriks, tabel, atau bagan setelah itu ditarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten.

(29)

akses lahan. Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) dan negative (-). Korelasi positif menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji, yang berarti semakin tinggi variabel bebas (variabel independen) maka semakin tinggi pula variabel terikat (variabel dependen). Sementara itu, korelasi negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah, yang berarti jika variabel bebas tinggi maka variabel terikat menjadi rendah. Klasifikasi keeratan hubungan dijelaskan oleh Guilford (dalam Rakhmat, 1997) yaitu (1) 0 – 0.199 : hubungan sangat lemah/sangat renda; (2) 0.200 – 0.399 : hubungan lemah/rendah; (3) 0.400 – 0.599 : hubungan yang sedang/cukup berarti; (4) 0.600 – 0.799 : hubungan yang nyata; (5) 0.800 – 1.000 : hubungan sangat tinggi/sangat kuat, dapat diandalkan

Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5

persen atau pada taraf nyata α 0.05, yang berarti memiliki tingkat kepercayaan 95

persen. Nilai probabilitas (P) yang diperoleh dari hasil pengujian dibandingkan dengan taraf nyata untuk menentukan hubungan apakah hubungan antara variabel

nyata atau tidak. Bila nilai P lebih kecil dari taraf nyata α 0.05 maka hipotesis diterima, terdapat hubungan nyata, dan nilai koefisien korelasi γs digunakan untuk

melihat keeratan hubungan antara dua variabel. Sebaliknya bila nilai P lebih besar

(30)

17

GAMBARAN UMUM

Bagian ini akan dibahas mengenai lokasi penelitian yang akan memberikan gambaran umum mengenai kondisi geografis, kondisi kependudukan, tata guna lahan, gambaran industri tepung tapioka dan karakteristik respoden. Gambaran umum tersebut penting untuk diketahui sebagai bahan pengantar terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Gambaran umum mengenai kondisi geografis merupakan gambaran mengenai lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan keadaan bentang alam. Gambaran umum mengenai kondisi kependudukan digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui karakteristik penduduk di lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan kelompok umur. Gambaran umum mengenai kondisi fisik menggambarkan ketersediaan fasilitas umum untuk kepentingan penduduk di lokasi tempat penelitian. Gambaran industri tepung tapioka menggambarkan kondisi serta sejarah sejak awal terbentuknya industri tepung tapioka.

Gambaran Umum Desa Tajug

Desa Tajug merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Desa ini memiliki luas lahan sebesar 137.85 Ha. Jumlah penduduk Desa Tajug sebanyak 2 776 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 1 356 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1 420 jiwa yang tersebar dalam 5 Rukun Warga (RW) dan 14 Rukun Tetangga (RT).

Kondisi Geografis dan Infrastruktur Desa Tajug

Desa Tajug merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Tajug, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dengan luas wilayah 137.85 Ha area. Bentuk wilayah desa ini seluruhnya adalah daratan. Penggunaan lahan di Desa Tajug sebanyak 40.56 Ha sebagai lahan sawah, 12 Ha sebagai industri, dan 10.40 Ha sebagai penggunaan lain seperti perumahan, toko atau warung, dan sebagainya. Batas-batas wilayah Desa Tajug sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Mangunsuman, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jenangan, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Ronowijayan dan Desa Patihankidul, dan Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ronosentanan. Jarak pusat pemerintahan Desa Tajug dengan Kecamatan Siman sejauh 3 kilometer. Desa Tajug terbagi menjadi dua dusun, 5 Rukun Warga (RW), dan 14 Rukun Tetangga (RT).

(31)

Prasarana umum yang terdapat di Desa Tajug meliputi prasarana pemerintahan, sekolah, dan posyandu. Alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat sekitar antara lain kendaraan bermotor roda dua sebanyak 515 buah, motor roda empat sebanyak 60 buah, truk sebanyak 11 buah, colt sebanyak 17 buah, dan becak sebanyak 9 buah. Di Desa Tajug juga masih terdapat wartel sebanyak satu buah, masyarakat yang memiliki TV dan elektronik lainnya sebanyak 535 keluarga. Prasarana transportasi darat seperti jalan aspal yang telah menghubungkan antar wilayah Rukun Warga (RW) dengan kondisi jalan yang baik.

Sarana Desa Tajug meliputi 1 buah kantor desa, dan 15 buah pos kamling. Sarana pendidikan terdapat 1 buah Taman Kanak-kanak (TK), 2 buah Sekolah Dasar (SD), dan terdapat 1 buah perpustakaan desa. Sarana fasilitas kesehatan desa terdapat 1 buah rumah bersalin, 1 buah posyandu, dan 1 buah puskesmas. Sementara itu, untuk sarana peribadatan di Desa Tajug terdapat 1 buah masjid, dan terdapat 11 buah mushola. Sarana lain yang terdapat di Desa Tajug meliputi tempat rekreasi yaitu taman bermain bagi keluarga. Sarana perekonomian di desa terdapat 4 belas toko kelontong, 16 unit toko mracang, 2 unit kios, 4 unit rumah makan, dan 13 unit warung.

Kependudukan Desa Tajug

Jumlah warga Desa Tajug sebanyak 2 776 jiwa dimana rincian berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1 356 jiwa dan perempuan sebanyak 1 420 jiwa. Jumlah kepala keluarga yaitu 818 KK dengan rincian jumlah KK laki-laki sebesar 762 KK dan jumlah KK perempuan sebesar 56 KK. Bedasarkan kepercayaan, sebagian besar penduduk beragama islam dengan jumlah 2 772 jiwa, dan kristen sebanyak 4 jiwa.

Tabel 3 Jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2012

No. Usia (Umur) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

ᵃSumber: Profil desa dan kelurahan (2012)

(32)

19

Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Tajug tahun 2012

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Buta aksara dan angka 73 4.26

2. Tidak tamat SD 63 3.68

3. Tamat SD/Sederajat 558 32.63

4. Tidak tamat SLTP/Sederajat 154 9.00

5. Tamat SLTP/Sederajat 616 36.02

6. Tamat SLTA/Sederajat 228 13.33

7. Tamat D1 8 0.46

8. Tamat D3 5 0.29

9. Tamat S1 5 0.29

Total 1 710 100

ᵃSumber: Profil desa dan kelurahan (2012)

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Tajug sudah memenuhi wajib belajar 9 tahun, walaupun sebagian lagi hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). Hal ini disebabkan karena sebelum masuknya industri, perekonomian masyarakat Tajug masih sangat kurang. Rendahnya pendidikan tersebut akan mempengaruhi tingkat kesulitan akan akses untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Sehingga nantinya akan ikut mempengaruhi tingkat ekonomi masyarakat. Secara nyata, masyarakat Desa Tajug memiliki beragam jenis mata pencaharian. Secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa

Tajug tahun 2012

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) (%)

1. Pertanian 1 352 48.77

2. Industri 208 7.42

3. Perdagangan 106 3.81

4. PNS 45 1.62

5. Transportasi 45 1.62

6. Pensiunan 45 1.62

7. Kesehatan 11 0.39

8. Pembantu rumahtangga 20 0.72

(33)

juga mempengaruhi mata pencaharian dari masyarakat, masyarakat lebih tertarik pada sektor non pertanian walaupun pertanian juga memiliki bagian dalam pendapatan masyarakat.

“...Dateng mriki kathah sawah mbak, tapi nggih cuma diagem nambah penghasilan sing utama yo kerjane dodolan onggok, warung, PNS, industri soalipun sawah kan mboten mesti panen, kadang panen kadang mboten mbak, dadi mboten mesti tergantung cuaca...”. (Bapak SPD, 50 tahun ketua RT, Desa Tajug).

“...Desa Tajug memang terdapat banyak sawah, namun pertanian hanyalah sebagai penambah pendapatan dan yang utama pendapatan masyarakat dari jualan onggok (limbah pabrik), jualan makanan, PNS, dan industri. Pertanian hanya sebagai penambah pendapatan dikarenakan hasil pertanian tidak selalu ada, kadang panen dan kadang tidak ada panen tergantung cuaca...”. (Bapak SPD, 50 tahun ketua RT, Desa Tajug).

Data mata pencaharian tersebut tidak selalu menunjukkan aktivitas mata pencaharian yang sebenarnya, karena pada kenyataan yang terjadi di lapangan terdapat masyarakat yang menerapkan lebih dari satu mata pencaharian yang terdiri dari mata pencaharian utama dan mata pencaharian sampingan seperti penerapan mata pencaharian sektor pertanian dan industri.

Tata Guna Lahan di Desa Tajug

Luas Desa Tajug sebesar 137.85 hektar area. Pembagian tata guna lahan Desa Tajug dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Tajug tahun 2012 No. Penggunaan lahan Luas lahan (Hektar) (%)

1. Lahan pertanian 40.56 29.42

2. Industri 12 8.7

3. Pemukiman 33.3 24.1

4. Lain-lain 51.99 37.71

ᵃSumber: Data Kecamatan Siman dalam Angka, 2012

(34)

21

Karakteristik Responden

Responden penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu responden yang bekerja pada sektor industri dan sektor non industri. Responden dari sektor industri merupakan responden yang tersebar di desa Tajug, sedangkan responden dari sektor non industri adalah responden yang berada pada RW 02. Pada sektor industri responden penelitian rata-rata berumur 20-40 tahun, sedangkan pada sektor non industri responden berumur rata-rata 41 tahun keatas. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas pendidikan responden di Desa Tajug pada sektor industri adalah tamat SMA/sederajat yaitu sebesar 57.1 persen atau sebanyak 20 responden dan pada sektor non industri adalah mayoritas berpendidikan tamat SD/sederajat sebesar 51.4 persen atau sebanyak 18 responden. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan persentase karakteristik responden menurut jenis pendidikan dan usia responden

Jenis Karakteristik Non-Industri Industri

Jumlah (%) Jumlah (%)

Pendidikan Tidak Sekolah 3 8.6 0 0

Tamat SD/sederajat 18 51.4 3 8.6

Tamat SMP/sederajat 7 20 12 34.3

Tamat SMA/sederajat 6 17.1 20 57.1

D3 1 2.9 0 0

Jumlah 35 100 35 100

Usia 20-40 tahun 16 45.8 17 48.5

> 40 tahun 19 54.2 18 51.5

Jumlah 35 100 35 100

(35)
(36)

23

INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA TAJUG

Sejarah Berdirinya Industri Tepung Tapioka

Industri Tepung Tapioka bernama PT. Sorini Agro Asia Corporindo ialah perusahaan agroindustri yang bergerak di bidang pengolahan singkong menjadi tepung tapioka. PT. Sorini Agro Asia Corporindo Ponorogo berdiri sejak tahun 1994 dan sekarang merupakan anak perusahaan dari CARGILL. Kapasitas produksi perusahaan PT. Sorini Agro Asia Corporindo sekitar 300-400 ton/hari. PT. Sorini Agro Asia Corporindo Ponorogo merupakan perusahaan pengolahan tepung tapioka terbesar di Ponorogo dengan aktivitas produksi sepanjang tahun. Perusahaan juga memanfaatkan produk samping dari proses pengolahan tepung tapioka, seperti onggok, bonggol, kulit singkong, dan limbah cair untuk dimanfaatkan kembali. Ampas padat (onggok) dapat dijual kembali ke perusahaan pengolah pakan ternak, kulit singkong dan bonggolnya sebagai bahan campuran bahan bakar Heat Transfer Coal (HTO Coal). Sementara hasil samping limbah cair dimanfaatkan sebagai campuran untuk pencucian bahan baku.

PT. Sorini Agro Asia Corporindo Ponorogo berlokasi di Jalan Halim Perdana Kusuma No 15, Desa Tajug, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Luas keseluruhan perusahaan kurang lebih sekitar 12 hektar yang terdiri dari area kantor, area produksi, area limbah, area gudang penyimpanan tepung tapioka, area raw material, dan area penyimpanan batu bara. Area limbah merupakan area terbesar dari seluruh area yang lain, Sedangkan area kantor ialah area yang paling kecil. Area produksi berada di antara area raw material dan area gudang penyimpanan tepung tapioka.

Tanah untuk pembagunan industri tepung tapioka pada tahun 1994 merupakan tanah yang dibeli oleh pihak industri dari masyarakat di Desa Tajug dan dari pemerintah daerah Kabupaten Ponorogo. Warga sebanyak 37 orang telah menjual tanahnya kepada pihak industri, selain dari masyarakat, pihak industri juga membeli tanah dari pemerintah daerah. Alasan masyarakat menjual tanah pada tahun 1994 kepada pihak industri dikarenakan tanah tersebut merupakan tanah kering yang bagi masyarakat tidak menghasilkan apa-apa sehingga masyarakat lebih memilih untuk menjual tanah tersebut dan akhirnya memberikan penghasilan bagi masyarakat walaupun dalam jangka pendek. Sedangkan proses pemindah tanganan kepemilikan lahan dari pemerintah daerah kepada pihak industri bukan dengan proses jual beli tanah, melainkan melalui penggantian tanah di tempat lain. Hal ini disebabkan tanah pemerintah daerah merupakan tanah yang dipakai untuk tempat pembuangan sampah, sehingga pihak pemerintah meminta kepada pihak industri untuk mencari pengganti area pembuangan sampah tersebut di daerah lain.

Peranan Industri Bagi Komunitas Lokal

(37)

Ponorogo memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 600 orang yang terdiri dari karyawan shift, karyawan non-shift, karyawan kontrak dan karyawan tetap. Pengaruh lain yang dirasakan oleh masyarakat adalah terbukanya lapangan pekerjaan baru pada sektor non-industri seperti pedagang limbah (onggok), pedagang makanan atau minuman, dan jasa transportasi.

Selama industri ini berdiri kurang lebih 20 tahun, industri tepung tapioka tersebut sudah mengalami 3 kali pemindahtanganan atau pergantian kepemilikan dan sampai saat ini juga telah melakukan 3 kali pemutusan tenaga kerja (PHK). Puncak dari PHK tersebut adalah pada tahun 2010, dan ini diikuti oleh pergantian kepemilikan industri yang sampai saat ini dimiliki oleh perusahaan luar negeri. Sebelum terjadi PHK, tenaga kerja yang dapat diserap oleh industri kepada masyarakat di Desa Tajug adalah sebesar 400 tenaga kerja. Namun, setelah terjadi PHK pada tahun 2007, 2009, dan 2010 tenaga kerja yang tersisa adalah 208 tenaga kerja dari Desa Tajug. Tenaga kerja tersebut menempati posisi tengah sampai bawah dari mulai tenaga sift, tenaga begging, dan office boy.

Industri tepung tapioka ini dari awal berdiri dan berproduksi tidak pernah mengambil bahan baku dari Desa Tajug. Hal ini disebabkan masyarakat di Desa Tajug tidak bisa memenuhi permintaan bahan baku yang berupa singkong setiap harinya. Hal lain yang menjadi faktor adalah keadaan Desa Tajug walaupun sebagian besar adalah sawah, namun sawah tersebut tidak cocok untuk ditanami singkong. Pada tahun 2009 pihak industri telah mencoba memberikan bibit gratis kepada seluruh masyarakat di Desa Tajug. Namun, hal ini tidak berlangsung lama dan tidak bisa sustainable dikarenakan bibit yang telah diberikan dan ditanam oleh masyarakat tidak bisa menghasilkan singkong dengan kualitas yang baik. Sehingga sampai sekarang pihak industri tidak pernah memberikan lagi bantuan kepada masyarakat berupa bibit singkong.

Adanya industri tepung tapioka telah memberikan tambahan mata pencaharian bagi warga masyarakat di Desa Tajug. Salah satunya adalah munculnya penjualan onggok di Desa Tajug. Semenjak industri tersebut berproduksi, hasil sampingan yang berupa limbah padat telah menjadi tambahan pendapatan bagi masyarakat. pihak industri memberikan limbh padat (onggok) secara cuma-cuma. Pihak industri setiap harinya memberikan onggok tersebut dengan keadaan masih basah dan harus dikeringkan terebih dahulu untuk dijual kembali. Pihak industri memberikan 10 kg setiap harinya kepada setiap kepala keluarga di Desa Tajug. Sedangkan hasil sampingan berupa limbah cair digunakan oleh masyarakat sebagai sarana irigasi bagi sawah yang berada di Desa Tajug. Sumber irigasi ini merupakan sumber irigasi utama bagi sawah yang berada di Desa Tajug.

(38)

25

PERANAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA PADA ASPEK

EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TAJUG

Pada bagian ini akan dijelaskan hasil dan pembahasan mengenai Peranan industri tepung tapioka terhadap ekonomi masyarakat di Desa Tajug. Kehadiran industri menimbulkan beragam perbedaan dibidang ekonomi masyarakat industri dan non-industri. Pada penelitian ini perbedaan yang dimaksud adalah tingkat pendapatan, perubahan mata pencaharian, dan peluang usaha bagi masyarakat yang bekerja pada sektor industri dan non-industri.

Pendapatan Sektor Industri dan Non-Industri

Adanya industri tepung tapioka di Desa Tajug secara nyata telah memberikan perbedaan pendapatan terhadap masyarakat yang bekerja pada sektor industri dan non-industri. Industri tepung tapioka sampai saat ini memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja pada sektor non-industri.

Pengukuran tingkat pendapatan dilihat dari sebaran yang berada dilapangan. Perhitungan ini berasal dari pendapatan selama satu bulan. Dari hasil lapang, terlihat bahwa rumahtangga masyarakat yang berpendapatan rendah adalah responden yang berpenghasilan Rp500 000 sampai Rp1 500 000 per bulan, dan masyarakat yang berpendapatan tinggi adalah responden yang berpenghasilan lebih dari Rp1 500 000 per bulan. Pendapatan tersebut didapat dari pekerjaan seperti karyawan pabrik, pedagang, buruh tani, pegawai negeri sipil, buruh bangunan, dan penjual limbah pabrik tepung tapioka (onggok). Pada Tabel 8 ditunjukkan pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat yang bekerja pada sektor industri dan non-industri.

(39)

responden memiliki pendapatan rendah pada sektor non-industri, hal ini dikarenakan pekerjaan yang tidak tentu pengahasilannya. Rumahtangga yang memiliki pendapatan dibawah rata-rata lebih banyak bekerja sebagai buruh tani, penjual limbah pabrik (onggok), pedagang makanan, dan buruh bangunan

“...Seumpami nyambut dhateng sabin utawi dagang nggih mboten tentu mba, kadang rame kadang sepi. Badhe nyambut dateng pabrik nggih mboten saged, lha wong sekolahe kathah gur sampe SD...”. (HRT, 49, RT 3 RW 2)

“...Seumpama kerja di sawah atau berdagang pengahasilannya juga tidak pasti mba, kadang rame kadang sepi. Mau kerja di pabrik juga tidak bisa, soalnya sekolah Cuma sampai tamat SD...”. (HRT, 49, RT 3 RW 2)

Faktor yang mempengaruhi responden hanya bisa bekerja pada sektor non-industri adalah tingkat pendidikan yang masih rendah dengan mayoritas adalah lulusan SD/sederajat. Hal lain yang mempengaruhi adalah pihak industri yang semakin hari semakin memberikan peluang kecil bagi masyarakat untuk bisa bekerja pada sektor industri dikarenakan penurunan hasil produksi dan pihak industri yang membutuhkan pekerja berpendidikan tinggi.

Tingkat Peralihan Mata Pencaharian

Industri tepung tapioka merupakan perusahaan besar yang bergerak dibidang pengolahan singkong menjadi tepung tapioka. Seiring dengan perubahan waktu, perusahaan ini berkembang hingga mengekspor barang produksinya. Perkembangan tersebut tentunya memberikan pengaruh pada perubahan sektor pekerjaan. Adanya industri, menjadikan masyarakat lebih memilih bekerja pada sektor industri dikarenakan pendapatan mereka yang bisa lebih stabil dibandingkan dengan bekerja pada sektor pertanian ataupun sektor non-industri. Peralihan dari sektor pertanian menjadi sektor non-industri juga dipengaruhi oleh adanya industri.

(40)

27

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat peralihan mata pencaharian di Desa Tajug beberapa rumahtangga yang masih memilih bekerja sebagai petani gurem (dikonsumsi sendiri) namun ada juga yang bekerja sebagai petani yang menjual hasil panennya kepada pedagang. Para pekerja pada sektor pertanian, yang menjadi petani gurem adalah mereka yang bekerja sebagai buruh tani, sedangkan yang menjual hasil panennya kepada pedagang adalah mayoritas mereka yang memiliki tanah atau sebagai petani penggarap lahan sendiri. Pertanian masih bisa bertahan di Desa Tajug dikarenakan para masyarakat tersebut tidak ada pilihan lagi untuk memilih bekerja pada sektor lain yang menuntut pendidikan tinggi. Hal lain dikarenakan luas lahan di Desa Tajug mayoritas adalah lahan sawah sehingga pertanian masih bisa bertahan walaupun industri tepung tapioka memasuki desa.

Sebagian besar lahan sawah yang berada di Desa Tajug adalah lahan sawah padi. Walaupun industri tepung tapioka berdiri kokoh di Desa Tajug, singkong bukanlah komoditi utama di wilayah ini, hal ini dikarenakan pihak industri yang tidak membeli bahan prouksi yaitu ingkong kepada masyarakat sekitar dikarenakan masyarakat sekitar tidak mampu memenuhi kebutuhan singkong setiap harinya. Hal lain yang mempengaruhi adalah singkong tidak cocok tumbuh pada lahan pertanian di daerah kering seperti di Desa Tajug.

Peluang Berusaha Bagi Masyarakat

(41)

tahun. Namun, walaupun peluang berusaha dibidang non-industri meningkat, masyarakat di Desa Tajug tetap tidak meninggalkan pertanian. Hal ini dikarenakan memang sebagian besar wilayah desa Tajug saat ini adalah pertanian. Pertumbuhan sektor jasa dan perdagangan (sektor non-industri) disekitar sektor industri Desa Tajug salah satu dampak ekonomi akibat adanya aktivitas industri tepung tapioka. Pertumbuhan jenis dan jumlah sektor non-industri di Desa Tajug relatif besar, terutama warung makan/minum, toko bahan pangan, dan penjual onggok. Peluang usaha ini dihitung berdasarkan banyaknya satu responden dalam menjalankan usahanya. Banyak responden di Desa Tajug yang memiliki pekerjaan lebih dari satu jenis pekerjaan termasuk sebagai petani. Tabel 10 menjelaskan jumlah dan persentase responden sesuai dengan jumlah jenis pekerjaan yang dilakukannya.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah pekerjaan yang dimiliki di Desa Tajug

Jumlah Pekerjaan Industri Non-Industri

Jumlah (%) Jumlah (%)

Tabel 10 menjelaskan bahwa mayoritas dari rumahtangga industri maupun non-industri sama sama memiliki lebih dari satu jenis pekerjaan dan selebihnya memiliki satu jenis pekerjaan. Responden yang memiliki lebih dari satu jeni pekerjaan merupakan jenis pekerjaan di sektor informal atau sektor non-industri. Sektor non-industri tersebut semakin bertambah jumlah dan jenisnya setelah adanya industri. Responden yang memiliki lebih dari satu jenis pekerjaan berarti memiliki pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Beragamnya jenis pekerjaan sesuai pekerjaan utama dan sampingan yang dilakukan oleh responden secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan utama di Desa Tajug

No. Jenis Pekerjaan Industri Non-Industri

(42)

29

Tabel 11 menjelaskan bahwa seluruh responden dari sektor industri seluruhnya memiliki pekerjaan utama sebagai buruh industri. Sedangkan pada sektor non-industri mayoritas pekerjaan utama yang dimiliki adalah pedagang dan buruh tani dengan sistem bagi hasil. Munculnya beragam jenis pekerjaan seperti pedagang, penjual limbah (onggok), jasa transportasi adalah akibat langsung akibat adanya industri. Sedangkan jeis pekerjaan seperti buruh bangunan, PNS dan buruh aspal adalah pekerjaan yang tidak dipengaruhi oleh adanya industri.

Pada Tabel 12 menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan sampingan responden adalah sebagai petani dengan status petani pemilik bagi responden dari sektor industri dan buruh tani bagi responden dari sektor non-industri. Sebanyak 2 responden dari sektor non-industri adalah sebagai pemilik lahan yang diperoleh dari hasil warisan orang tua. Hal ini sesuai dengan tata guna lahan yang berada di Desa Tajug sebagian besar adalah pertanian. Pekerjaan bertani pada responden sektor industri dijadikan sebagai pekerjaan sampingan dikarenakan kebutuhan waktu para responden di sektor industri sangat tinggi, sehingga pekerja pada sektor industri hanya bisa bertani pada hari sabtu atau minggu saja, dan sebagian lagi menyewakan lahan sawah mereka kepada penduduk untuk digarap dengan sistem bagi hasil. Hal ini dikarenakan masyarakat yang bekerja di sektor industri sudah tidak mempunyai waktu lagi untuk bekerja di lain sektor.

“...Iya mba, kulo mboten nyambut damel selain pabrik soalipun nyambut dhateng pabrik nggih sampun senin-jum’at, kadang malah sampe sabtu...”. (MNT 48, pekerja pabrik)

“...Iya mbak, saya kerja tidak kerja selain pabrik karena kerja di pabrik juga

senin sampai jum’at, kadang sampai sabtu juga...”. (MNT 48, pekerja pabrik)

Tabel 11 dan 12 menunjukkan bahwa sebagian responden melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan responden dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan adanya peluang berusaha yang berada di Desa Tajug. Peluang usaha tersebut semakin bertambah saat masuknya industri tepung Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan sampingan

di Desa Tajug

No. Jenis Pekerjaan Industri Non-Industri

(43)

tapioka di Desa Tajug, salah satu peluang usaha yang baru karena adanya industri tepung tapioka adalah pedagang hasil limbah industri yang biasa disebut onggok. Limbah tersebut masih bernilai ekonomi karena limbah dari industri tepung tapioka bisa dijadikan sebagai pakan ternak sapi atau kambing setelah dikeringkan. Apalagi pihak industri memberikan hasil limbah olahan secara sukarela tanpa harus memberikan kompensasi atau bayaran tertentu pada pihak industri. Hal ini juga yang menyebabkan semakin beragamnya jenis pekerjaan di Desa Tajug, Ponorogo.

Tingkat Ekonomi Desa Tajug, Ponorogo

Dari hasil lapangan yang ada, sesuai dengan tingkat pendapatan, peralihan mata pencaharian, dan peluang berusaha di Desa Tajug, menjukkan bahwa dari sektor industri menjadikan ekonomi pekerjanya lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja pada sektor non-industri (Tabel 13). Pada masyarakat di Desa Tajug, tingkat ekonomi tinggi adalah masyarakat yang memiliki pendapatan lebih dari Rp1 500 000, melakukan peralihan menjadi sektor industri, dan memiliki lebih dari satu jenis usaha. Sedangkan masyarakat memiliki ekonomi rendah adalah masyarakat yang memilliki pendapatan kurang dari Rp1 500 000, tidak melakukan peralihan terhadap sektor industri, dan hanya memiliki satu jenis usaha.

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat ekonomi di Desa Tajug

Tingkat Ekonomi Industri Non-Industri

Jumlah (%) Jumlah (%)

Tinggi 35 100 3 8.6

Rendah 0 0 32 91.4

Total 35 100 35 100

Gambar

Tabel 1 Status kepemilikan sumberdaya
Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat peralihan mata pencaharian di Desa Tajug
Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan utama di
Tabel 16  Jumlah dan persentase tingkat akses responden pada sektor industri dan  non-industri terhadap lahan sawah di Desa Tajug
+2

Referensi

Dokumen terkait

tukar.Dimana komodifikasi ini terjadi pada bagian tubuh atas endorser ketika endorser itu berhijab, dan seluruh tubuh untuk endorser yang tidak berhijab.Akan

Jika ditambah dengan pengolahan kayu (4 hari) dan penyaradan kayu ke luar kawasan (6 hari) maka hanya dalam waktu 14 hari, 10 orang pekerja kayu dapat menghabiskan 1 hektar

Merupakan input dari suatu proses yang dapat dimanipulasi atau diubah-ubah besarnya agar process variable atau variabel yang dikendalikan besarnya sama dengan

Beliau mengungkapkan bahwa bayi prematur sangat rentan mengalami penyakit karena organ tubuh mereka yang belum berfungsi secara sempurna, seperti kendala saat

Sedangkan wordlist adalah daftar kat-kata yang mungkin digunakan sebagai kata kunci dalam pencarian dokumen, dengan demikian maka tentu jumlah kata yang termasuk dalam wordlist

Situs pemotong dari genom suatu kelompok organisme yang kemudian berubah karena mutasi atau berpindah karena genetik rerrangement dapat menyebabkan situs tersebut

Diduga kandungan fenol pada minyak atsiri yang terdapat dalam ekstrak jahe tersebut berperan penting dalam menekan pertumbuhan dan produksi spora jamur Pythium sp.. Masih

Hal ini diduga terjadi dikarenakan terdapat kemiripan kemampuan ayam yang digunakan dalam mencerna GE pakan, mengingat pendapat Kartasudjana (2002), bahwa kecernaan