KARAKTERISTIK FENOTIPIK BOBOT BADAN, LINGKAR
DADA DAN PANJANG BADAN SAPI PO (
Bos Indicus
)
SEBAGAI HEWAN KURBAN PADA UMUR
YANG BERBEDA DI MT FARM
SKRIPSI
LATIFAH HANUM
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
LATIFAH HANUM. D14070250. 2012. Karakteristik Fenotipik Bobot Badan,
Lingkar Dada dan Panjang Badan Sapi PO (Bos Indicus) sebagai Hewan
Kurban pada Umur yang Berbeda di MT Farm. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Hj. Komariah, MSi Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sri Darwati, MSi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fenotipik sapi PO kurban pada umur yang berbeda. Selain itu membantu masyarakat dalam memilih hewan kurban terutama pada sapi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 57 ekor sapi kurban dengan rincian sapi kurban periode tahun 1431 H sebanyak 24 ekor dan sapi kurban periode tahun 1432 H sebanyak 33 ekor. Sampel diambil dari peternakan Mitra Tani Farm pada bulan Oktober 2010 hingga
November 2011. Masing-masing dikelompokkan menjadi dua umur yaitu umur I1
(2-2,5 tahun) dan umur I2 (3 tahun).
Peubah yang diukur ada tiga, yaitu bobot badan (BB), lingkar dada (LD), dan panjang badan (PB). Penentuan antara masing-masing parameter ukuran tubuh dalam umur yang berbeda dianalisis dengan uji-T. Hasil penelitian menunjukkan rataan BB pada periode pertama berbeda nyata (P<0,05) antara umur I1 dan I2. Hal ini terjadi karena ternak mampu menyesuaikan kondisi tubuh
dengan lingkungannya, maka ternak mengalami pertumbuhan yang searah dengan
bertambahnya umur. Periode kedua tidak berbeda nyata antara umur I1 dan umur
I2, karena pertumbuhan tulang ternak umur I1 masih terus bertambah, sedangkan I2
sudah stabil. Rata-rata BB pada umur I1 berbeda nyata (P<0,05) antara periode
pertama dan kedua, sedangkan rataan BB umur I2 menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata antara kedua periode ini. Hal ini terjadi karena perbedaan waktu penelitian yang dilakukan dan kondisi iklim yang berbeda, sehingga dan mempengaruhi kondisi tubuh ternak sapi.
Berdasarkan uji-T, rataan LD pada periode pertama menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05) antara umur I1 dan I2, sedangkan pada periode kedua tidak
berbeda nyata, begitupula pada rataan umur I1 dan I2. Rataan LD pada umur I1
didapatkan hasil berbeda nyata (P<0,05) antara periode satu dan dua, sedangkan pada umur I2 menunjukkan tidak berbeda nyata. Hal ini terjadi karena LD
merupakan ukuran tubuh yang paling linier dengan bobot badan. Rataan PB pada periode pertama dan periode kedua didapatkan hasil tidak berbeda antara umur I1
dan umur I2, sedangkan pada PB umur I1 didapatkan hasil berbeda nyata (P<0,05),
begitupula pada umur I2 didapatkan hasil berbeda nyata (P<0,05).
Rataan bobot badan pada umur I1 266,27 kg dan umur I2 289,39 kg,
sedangkan untuk rataan lingkar dada pada umur I1 147,81 cm dan umur I2 150,86
cm dan untuk rataan panjang badan umur I1 122,62 cm dan umur I2 121,52 cm.
Keragaman fenotipik diduga akibat keragaman genetis antar individu ternak, sehingga mempengaruhi performa ternak.
ABSTRACT
Body Weight Fenotific Characteristic, Chest Circle and Body Length of PO Beef (Bos Indicus) as Sacrifice Animal at different Age in MT Farm
Hanum, L., Komariah and S. Darwati
This research is to know the characteristic of sacrifice PO beef phenotific at the age of different and helps the people on choosing sacrifice beef. We used 57 beefs that consist of 24 in the period 1431 H and 33 in the period 1432 H. Were taken from Mitra Tani Farrn in October 2010 to November 2011. Each was grouped in two ages such as I1 (2-2.5 years) and I2 (3 years). Three measured of
variables: body weight (BB), chest circle (LD), and lenght of body (PB). To determine each parameter of different body and age, we used T-test. The average BB on the first period was clearly different (P<0.05) between two ages. The average BB on age I1 is clearly different (P<0.05) between these two periods,
while the average age of I2 BB showed no significantly result between these two
periods. The average of LD on the first period showed clearly different result (P<0.05) between two ages. While on the second period, there is no significant differences and also on the average two ages. The average LD on age I1 is gained
different result (P<0.05) between these two period, while on age I2 showed is not
clearly different. The average PB on the first and second period is gained different result between two ages, while on PB with the age I1 is gained clearly different
result (P<0.05) and also on age I2 is gained clearly different result (P<0.05). The
average BB on age I1 266.27 kg and age I2 289.39 kg, while the average of LD on
age I1 147.81 cm and age I2 150.86 cm and the average of PB on age I1 122.62 cm
and age I2 121.52 cm. This occurred because of the possibility of genetically
varied between the cattle that affect the cattle performance.
KARAKTERISTIK FENOTIPIK BOBOT BADAN, LINGKAR
DADA DAN PANJANG BADAN SAPI PO (
Bos Indicus
)
SEBAGAI HEWAN KURBAN PADA UMUR
YANG BERBEDA DI MT FARM
LATIFAH HANUM
D14070250
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Judul : Karakteristik Fenotipik Bobot Badan, Lingkar Dada dan Panjang Badan Sapi PO (Bos Indicus) sebagai Hewan Kurban pada Umur
yang Berbeda di MT Farm
Nama : Latifah Hanum
NRP : D14070250
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Ir. Hj. Komariah, MSi NIP. 19590515 198903 2 001
Pembimbing Anggota,
Dr. Ir. Sri Darwati, MSi NIP. 19631003 198903 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP. 19591212 198603 1 004
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Juni tahun 1988 di Condet, Jakarta
Timur. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak
Drs. H. Syahid Suhandi Aziz, MM dan Ibu Dra. Anisah Aidid.
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDS Kartika XI-2 Bulak
Rantai Jakarta Timur (1994-2000), pendidikan menengah pertama di SMP Islam
PB Soedirman Cijantung Jakarta-Timur (2000-2003) dan pendidikan menengah
atas di SMA Analis Kimia Bogor (2003-2007). Penulis diterima sebagai
mahasiswi IPB pada jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui Jalur SPMB (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru) pada tahun 2007.
Selama menjalani perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan, yaitu KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)
Komisariat Institut Pertanian Bogor, ketua departemen PSDM (Pengembangan
Sumber Daya Manusia) Dewan Mushola Asrama Rusunawa (A4), ketua lorong
3A di Asrama Rusunawa (A4), sekretaris Departemen Politik Kajian Strategi
(2008-2009) dan bendahara umum I (2009-2010) BEM-D, divisi masyarakat
FMITFB (Forum Mahasiswa Indonesia Tanggap Flu Burung) Jawa bagian Barat,
ISMAPETI (Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia) Wilayah II dan
sekretaris umum perkumpulan alumni Rohis SMP Islam PB Soedirman Cijantung,
Jakarta Timur.
Selain itu juga penulis masih mengikuti berbagai kegiatan, seperti seminar
nasional, kepanitiaan kegiatan mahasiswa, serta forum alumni Rohis SMP Islam
PB Soedirman Cijantung Jakarta Timur. Penulis juga pernah menjadi asisten
Praktikum Mata Kuliah PAI (Pengetahuan Agama Islam) tahun 2009-2011 dan
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan pada Dzat yang tanpa hentinya
memberikan nikmat sehat, waktu yang bermanfaat dan cahaya ilmu-Nya. Berkat
rahmat, berkah serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
(skripsi) dengan judul Karakteristik Fenotipik Bobot Badan, Lingkar Dada
dan Panjang Badan Sapi PO (Bos indicus) sebagai Hewan Kurban pada
Umur yang Berbeda di MT Farm ini di bawah bimbingan Ir. Hj. Komariah,
MSi dan Dr. Ir. Sri Darwati, MSi. Skripsi ini telah disusun berdasarkan peraturan
yang ada di Fakultas Peternakan tentang pembuatan skripsi dan merupakan suatu
karya ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan untuk meraih gelar sarjana
peternakan dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini juga merupakan
wujud peran aktif dan kontribusi memajukan dunia peternakan khususnya di
Indonesia.
Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai
adanya korelasi antara bobot badan dengan berbagai macam ukuran tubuh,
diantaranya lingkar dada dan panjang badan. Penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam kelancaran penelitian
ini. Penulis menyadari skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
namun penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat, minimal bagi
penulis sendiri, bagi pembaca dan dunia ilmu peternakan. Semoga dengan
bertambahnya ilmu bertambah pula pengetahuan kita dan semakin menyadari
akan kebesaran-Nya serta menyadari kelemahan diri kita.
Bogor, September 2012
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Ciri-ciri Sapi Peranakan Ongole ... 4
2. Penentu Umur Ternak Berdasarkan Pergantian Gigi Susu ... 9
3. Rataan Bobot Badan Sapi KurbanUmur I1 dan I2 ... 16
4. Rataan Lingkar Dada Sapi KurbanUmur I1 dan I2 ... 18
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Peranakan Ongole di MT Farm Tegal Waru... 4
2. Pengukuran Panjang Badan dan Lingkar Dada ... 9
3. Peta Satelit dan Denah Desa ... 11
4. Struktur Organisasi Perusahaan MT Farm ... 13
xii 19. Uji T Bobot Badan Umur I1 Periode Kedua dan Bobot
Badan Umur I1 Periode Gabungan (kg) ... 32
20. Uji T Bobot Badan Umur I2 Periode Pertama dan Bobot Badan Umur I2 Periode Gabungan (kg) ... 32
21. Uji T Bobot Badan Umur I2 Periode Kedua dan Bobot Badan Umur I2 Periode Gabungan (kg) ... 32
22. Uji T Lingkar Dada Umur I1 Periode Pertama dan Lingkar Dada Umur I1 Periode Gabungan (cm) ... 33
23. Uji T Lingkar Dada Umur I1 Periode Kedua dan Lingkar Dada Umur I1 Periode Gabungan (cm) ... 33
24. Uji T Lingkar Dada Umur I2 Periode Pertama dan Lingkar Dada Umur I2 Periode Gabungan (cm) ... 33
25. Uji T Lingkar Dada Umur I2 Periode Kedua dan Lingkar Dada Umur I2 Periode Gabungan (cm) ... 33
26. Uji T Panjang Badan Umur I1 Periode Pertama dan Panjang Badan Umur I1 Periode Gabungan (cm) ... 33
27. Uji T Panjang Badan Umur I1 Periode Kedua dan Panjang Badan Umur I1 Periode Gabungan (cm) ... 34
28. Uji T Panjang Badan Umur I2 Periode Pertama dan Panjang Badan Umur I2 Periode Gabungan (cm) ... 34
29. Uji T Panjang Badan Umur I2 Periode Kedua dan Panjang Badan Umur I2 Periode Gabungan (cm) ... 34
30. Koefisien Keragaman Bobot Badan... 34
31. Koefisien Keragaman Lingkar Dada ... 34
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat
melimpah di bidang pertanian termasuk bidang peternakan. Mayoritas penduduk
negara Indonesia yang beragama Islam. Bila dihubungkan antara peningkatan
pemahaman agama dengan kesadaran penduduk untuk berkurban diharapkan
dapat meningkat secara signifikan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
lonjakan permintaan hewan kurban yang cukup signifikan.
Hewan yang boleh dijadikan kurban adalah unta, sapi, kambing dan
domba (Jabari, 1994). Sapi merupakan hewan kurban yang cukup diminati
masyarakat, karena harga per kg bobot hidup ternak hewan kurban relatif sama,
komposisi daging sapi lebih banyak dan daging sapi rata-rata disukai oleh semua
kalangan. Pemilihan ternak kurban tetap perlu diperhatikan, meskipun sudah ada
standar yang harus dipenuhi untuk persyaratan hewan kurban.
Penentuan bobot tubuh sangat diperlukan untuk menentukan kualitas
hewan ternak dan potensi produksi daging yang akan dihasilkan. Bobot tubuh juga
digunakan untuk memudahkan para peternak dan konsumen dalam menentukan
harga, selain bobot tubuh dan karakteristik dari hewan kurban itu sendiri, maka
yang harus diperhatikan juga adalah bangsa sapi serta harga yang sesuai dengan
daya beli konsumen. Pengetahuan praktis mengenai karakteristik fenotipik
diperlukan untuk membantu konsumen agar tidak mengalami kerugian.
Momen hari raya kurban biasanya mendorong para peternak dalam meraih
keuntungan yang lebih banyak, namun di sisi lain penjual ternak kurban banyak
yang belum menggunakan tempat dan fasilitas yang memadai. Para peternak perlu
mengetahui karakteristik fenotipik untuk mengestimasi bobot badan yang tepat
agar peternak dapat dengan mudah dan praktis dalam mengetahui bobot badan
tanpa menggunakan timbangan.
Lingkar dada dan panjang badan dari hasil penelitian Handayani (2003)
terhadap sapi PO (Peranakan Ongole) di Sigi Biromaru menunjukkan bahwa
ukuran permukaan tubuh terbaik dalam penentuan bobot badan diantaranya
panjang badan dan lingkar dada. Selanjutnya, pada umur yang berbeda
2 fenotipik untuk memudahkan menduga bobot badan sapi potong pada berbagai
tingkat umur.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fenotipik sapi
PO kurban pada umur yang berbeda. Selain itu membantu masyarakat dalam
TINJAUAN PUSTAKA
Kurban
Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang
lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah, tidak wajib. Ukuran “mampu”
berkurban, hakikatnya sama dengan ukuran kemampuan sedekah, yaitu
mempunyai kelebihan harta (uang) setelah terpenuhinya kebutuhan pokok (al
hajat al asasiyah) yaitu sandang, pangan, papan dan kebutuhan penyempurna (al
hajat al kamaliyah) yang lazim bagi seseorang. Seseorang yang masih
membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka
terbebas dari menjalankan ibadah sunnah kurban (Jabari, 1994).
Ketentuan Hewan Kurban
Hewan yang diperbolehkan untuk dijadikan kurban adalah unta, sapi,
kambing dan domba. Selain dari tiga hewan tersebut tidak boleh dijadikan kurban
(Jabari, 1994). Hewan kurban bisa berkelamin jantan atau betina, sesuai
hadits-hadits Nabi SAW yang bersifat umum mencakup kebolehan berkurban dengan
jenis jantan atau betina dan tidak melarang salah satu jenis kelamin
(Abdurrahman, 1990). Sesuai hadits-hadits Nabi SAW, berkurban dapat dengan
kambing atau domba berumur satu tahun yang memasuki tahun kedua, sapi atau
kerbau berumur dua tahun yang masuk tahun ketiga dan unta berumur lima tahun
yang dianggap telah mencukupi syarat kurban (Sabiq, 1987).
Hewan yang digunakan untuk kurban hendaknya berkualitas baik dan
tidak sembarangan, yaitu sehat dan tidak cacat atau cedera pada tubuhnya (Rifa‟i,
1978). Syarat-syarat hewan kurban berdasarkan hadits Nabi SAW tidak buta
sebelah, tidak cacat, tidak jelas menderita penyakit (tidak dalam keadaan sakit),
tidak jelas pincang jalannya, tidak jelas lemah kakinya, tidak jelas kurusnya,
lengkap tanduknya, lengkap kupingnya, tidak terpotong hidungnya, tidak pendek
ekornya (karena terpotong/putus) dan tidak rabun matanya (Abdurrahman, 1990;
4
Sapi Peranakan Ongole
Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok
daging merah (Dinas Peternakan, 1994). Tipe sapi potong antara lain: (1)
tubuhnya dalam, besar, berbentuk persegi empat atau balok; (2) memiliki kualitas
daging yang maksimum dan mudah dipasarkan; (3) laju pertumbuhannya cepat;
dan (4) efisiensi pakannya tinggi.
Salah satu sapi potong lokal Indonesia adalah sapi Ongole. Sapi Ongole
merupakan keturunan sapi Bos indicus yang pertama kali didatangkan dari India
ke Pulau Sumba oleh pemerintah Belanda pada tahun 1987. Selanjutnya sapi ini
disebut dengan sapi Sumba Ongole. Berikut ini ciri-ciri serta gambar sapi PO
menurut Williamson dan Payne (1993) dan Dinas Peternakan (1994) yang
disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1.Ciri-ciri Sapi Peranakan Ongole berdasarkan Williamson dan Payne (1993) dan Dinas Peternakan (1994)
Fenotipe Williamson dan Payne (1993) Dinas Peternakan (1994)
Sifat Kualitatif
5 Sapi PO adalah hasil perkawinan silang (Cross Breeding) dari sapi Ongole
dengan sapi lokal asli. Hasil dari turunannya cenderung mendekati sapi Ongole
dan kini banyak menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
Pendugaan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan hampir bersamaan dengan perubahan bentuk
tubuh, sehingga ukuran-ukuran tubuh dapat digunakan sebagai penduga bobot
badan. Pengukuran parameter tubuh sering digunakan untuk estimasi produksi,
misalnya untuk pendugaan bobot badan (Sholikhah, 2003). Menurut Damayanti
(2003) bobot tubuh umumnya mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran
linier tubuh. Semakin besar ukuran-ukuran tubuh tersebut, maka bobot tubuh akan
semakin berat (Diwyanto, 1982; Amri, 1992).
Soeroso (2004) menyatakan lingkar dada selalu menjadi parameter
penentu bobot badan pada tiap persamaan pendugaan bobot badan, bahkan
menjadi parameter utama. Pemakaian ukuran lingkar dada, panjang badan dapat
memberikan petunjuk bobot badan seekor hewan dengan tepat (Williamson dan
Payne, 1986).
Sapi jantan memiliki nilai koefisien regresi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan betina yang menunjukkan perbedaan pertambahan bobot badan terhadap
setiap pertambahan lingkar dada (Sugana dan Duldjaman, 1983). Sebaran yang
berbentuk non linier (parabola) dan sebaran data yang membentuk garis lurus atau
linier (Brody, 1945). Beberapa pendugaan yang dilakukan oleh Brody (1945) ini
menggunakan persamaan allometris. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
perhitungan data yang sebarannya berbentuk parabola.
Karakteristik Fenotipe
Penampilan suatu individu yang nampak dari luar, seperti ukuran tubuh
6 melalui ukuran-ukuran tubuh (Otsuka et al. 1982). Ukuran-ukuran tubuh banyak
dikaitkan dengan bobot badan, termasuk pada penelitian Abdullah (2008).
Fenotipe dapat berupa bentuk luar atau yang sering dikatakan sebagai
bentuk eksterior, ataupun sebagai suatu performans produksi atau prestasi.
Warwick et al. (1983) mengemukakan bahwa lebih banyak sifat-sifat penting pada
pemuliaan ternak bersifat kuantitatif dengan perbedaan yang tidak tajam antara
yang baik dan yang jelek. Sifat-sifat ini termasuk didalamnya ukuran tubuh, yaitu
sebagian diatur oleh perbedaan-perbedaan genetik. Fenotip individu dapat
dibedakan berdasarkan atas sifat kualitatif dan kuantitatif.
Fenotipe atau performans produksi seekor ternak dipengaruhi oleh faktor
genetik dan faktor lingkungan. Pengaruh dari faktor genetik tersebut secara
bersama-sama dengan pengaruh lingkungannya, menentukan fenotipe dari
individu. Setiap sifat yang diekspresikan seekor hewan disebut fenotipe. Seekor
hewan atau ternak menunjukkan sifat fenotipenya (P) sebagai hasil pengaruh
genotipenya (G), lingkungan (E) dan interaksi antara genotipe dan lingkungan
(IGE) (Martojo 1992, Hardjosubroto 1994).
Karakterisasi secara kuantitatif dan kualitatif merupakan kegiatan dalam
rangka mengidentifikasi sifat-sifat penting yang bernilai ekonomis, atau yang
merupakan penciri dari varietas yang bersangkutan (Sarbaini, 2004). Menurut
Suryo (2001), kuantitatif berarti sifat keturunan nampak berderajat berdasarkan
intensitas dari ekspresi sifat.
Pertumbuhan
Penampilan seekor ternak adalah hasil dari suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan yang berkesinambungan tanpa terhenti dalam seluruh aspek hidup
ternak tersebut. Setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan yang berbeda tergantung lingkungannya (Massiara, 1986).
Menurut Sugeng (2002), pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau
ukuran tubuh sesuai dengan umur. Pertumbuhan secara umum dapat didefinisikan
sebagai perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi
linier dan komposisi tubuh, termasuk perubahan jaringan-jaringan tubuh seperti
7 jaringan berlangsung secara gradual hingga tercapainya ukuran dan bentuk
karakteristik masing-masing organ dan jaringan tersebut.
Menurut Manggung (1979), pertumbuhan ternak umumnya mengarah
kesamping, sehingga pertambahan ukuran tubuh (besar) kearah samping kelihatan
nyata, sedangkan pertambahan panjang dan tingginya biasanya tidak seberapa.
Menurut Anggorodi (1990), pertumbuhan murni mencakup pertambahan dalam
bentuk jaringan-jaringan pembangun seperti urat, daging, tulang jantung, otak dan
semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh.
Kombinasi berat dan besarnya badan umumnya dipakai sebagai ukuran
pertumbuhan (Rachma, 2006).
Lawrence dan Fowler (2002) menyatakan bahwa kurva pertumbuhan
terdiri dari tiga bagian, yaitu fase percepatan, diikuti fase linier atau pertumbuhan
yang sangat cepat dengan waktu yang sangat pendek (dewasa kelamin) dan
berakhir pada fase perlambatan yang berangsur-angsur menurun sampai hewan
mencapai dewasa tubuh diilustrasikan dengan kurva berbentuk sigmoid. Soeparno
(1994) menyatakan bahwa faktor nutrisi, jenis kelamin dan bangsa dapat
mempengaruhi laju pertumbuhan.
Menurut Sugeng (2002) pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan
dan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur. Laju pertumbuhan ternak terdiri dari
dua fase, yaitu: pertumbuhan sebelum dan sesudah lahir. Laju pertumbuhan paling
cepat dipakai pada periode lepas sapih sampai mencapai pubertas dan rataan
pertumbuhan bobot badannya dapat digunakan sebagai salah satu kriteria untuk
pemuliaan sapi pedaging. Pertambahan bobot badan per satuan waktu sering
digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Pada awalnya pertumbuhan berjalan
lambat lalu cepat menjelang umur dewasa kelamin dan selanjutnya melambat saat
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di “Mitra Tani Farm”, desa Tegal Waru Jl.
Manunggal 51 No. 39 Rt 04/05 Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Penelitian berlangsung pada bulan November sampai Desember 2010 dan
bulan Oktober sampai November 2011.
Materi
Penelitian ini menggunakan sapi potong dua periode hari Raya Idul Adha,
yaitu periode 1431 H dan periode 1432 H. Sapi yang digunakan sebagai sampel
adalah sapi potong bangsa PO (Peranakan Ongole) berkelamin jantan dan
berumur 2-3 tahun (I1-I2) yang akan dipotong sebagai hewan kurban. Adapun
jumlah sampel sebanyak 24 ekor pada periode pertama dan 33 ekor pada periode
kedua, dengan jumlah sapi umur I1 30 ekor dan umur I2 27 ekor . Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera digital, pita ukur dan
tongkat ukur.
Prosedur
Pengumpulan Data
Data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan dari hasil pengukuran lingkar dada, panjang badan dan umur ternak.
Data sekunder yaitu mengenai data bobot badan sapi kurban, didapatkan melalui
pencatatan bobot badan pada awal ternak datang, yang dimiliki oleh pihak
administrasi “MitraTani Farm”. Pengidentifikasian umur ternak dilakukan dengan melihat tanggalnya gigi susu yang diganti dengan gigi permanen. Adapun
ketentuan umur berdasarkan gigi tanggal disajikan pada Tabel 2.
Peubah yang Diukur
Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah karakteristik fenotipik yang
berkaitan dengan sifat kuantitatif (Gambar 2), yaitu dengan mengukur panjang
badan, lingkar dada dan bobot badan. Cara pengukuran peubah yang diamati
9 Gambar 2. Pengukuran Panjang Badan dan Lingkar Dada
1. Panjang Badan, adalah jarak antara penonjolan tulang bahu depan (Tuber
humerus) dengan penonjolan tulang duduk (Tuber ischii). Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur yang memiliki satuan cm.
2. Lingkar Dada (Girth), diukur dengan melingkarkan pita ukur di sekeliling
rongga dada di belakang tulang bahu (Os Scapulla) dan kaki depan, serta
pengukurannya tepat dibelakang punuk. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan pita ukur dalam satuan cm.
3. Bobot Badan, didapatkan dari data sekunder di lokasi penelitian, dengan
cara menimbang sapi di lokasi penelitian.
I0: belum terjadi tanggal pada gigi susu. Umur: < 18 bulan
I1: 1 pasang gigi susu tanggal dan diganti gigi permanen. Umur: 24-30 bulan
I2: 2 pasang gigi susu tanggal dan diganti gigi permanen. Umur: 36 bulan
I3: 3 pasang gigi susu tanggal dan diganti gigi permanen. Umur: 42-48bulan
I4: 4 pasang gigi susu tanggal dan diganti gigi permanen. Umur: > 48 bulan
Sumber: Murtidjo (1990)
Lingkar Dada
Panjang Badan
10
Rancangan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik menggunakan
software Minitab 15 Data Analysis. Ukuran tubuh sapi lingkar dada, panjang
badan dan bobot badan pada kelompok umur dan periode yang berbeda, dianalisis
uji-t dengan rumus menurut Walpole (1995) sebagai berikut:
t
h=
Keterangan : th = Nilai t hitung,
X1 = Rataan sampel pada kelompok ke-1,
X2 = Rataan sampel pada kelompok ke-2,
X1j = Nilai pengamatan ke-j pada kelompok pertama,
X2j = Nilai pengamatan ke-j pada kelompok ke dua,
n1 = Jumlah sampel pada kelompok ke-1 dan
n2 = Jumlah sampel pada kelompok ke-2.
Ukuran tubuh sapi lingkar dada, panjang badan dan bobot badan pada
kelompok umur dan periode yang berbeda diuji koefisien keragaman. Koefisien
Keragaman bisa diartikan sebagai gambaran tentang seberapa jauh keragaman
yang terdapat di dalam suatu populasi pada suatu percobaan. Menurut Walpole
(1995), rumus Koefisien Keragaman:
Keterangan: KK = Koefisien Keragaman
11 Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Geografis Wilayah Penelitian
Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang
berbatasan langsung dengan propinsi Banten dan bagian dari wilayah
Jabodetabek. Kabupaten Bogor terdiri dari 35 kecamatan, salah satunya adalah
Kecamatan Ciampea.
Peternakan MT Farm terletak di daerah Desa Tegal Waru. Desa ini
merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Ciampea. Batas
sebelah Utara Desa Tegal Waru adalah Desa Bojongrangkas. Sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Cinangka, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cicadas
dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojong Jengkol. Lokasi Desa Tegal
Waru dapat dilihat pada Gambar 3:
(http://maps.google.com, 25 Oktober 2011)
Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampea hingga akhir tahun 2010 tercatat
sebanyak 146.608 jiwa terdiri dari 75.527 laki-laki dan 71.081 perempuan.
Kecamatan ini mempunyai luas wilayah kurang lebih 53,6 km2 dengan ketinggian
sekitar 300 m di atas permukaan laut (dpl). Kontur tanah Kecamatan Ciampea
12 mata pencaharian bertani (termasuk didalamnya beternak) di Kecamatan Ciampea
berjumlah 971 jiwa atau 7,88% dari jumlah penduduknya (Haerudin, 2010).
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Mitra Tani Farm
Usaha peternakan MT Farm mulai didirikan pada bulan September tahun
2004 di Desa Tegal Waru, Ciampea, Bogor. MT Farm merupakan sebuah usaha
berbasis peternakan yang menangani budidaya dan penjualan ternak khususnya
domba, kambing, sapi dan kelinci. Termasuk pula sudah mulai mengelola
pertanian organik. Usaha MT Farm dibina dan dibimbing oleh Dinas Peternakan
Kabupaten Bogor. Kondisi jalan yang baik membuat transportasi menuju desa
tempat MT Farm berdiri cukup lancar. Hal ini tentu saja mendukung usaha
peternakan untuk maju dan berkembang pesat.
Pada awalnya MT Farm hanya melakukan usaha penggemukan kambing
dan domba, namun beberapa tahun kemudian MT Farm mulai melebarkan sayap
ke penggemukkan sapi potong untuk keperluan ibadah kurban pada Hari Raya
Idul Adha. Ternak yang tersedia di peternakan ini, khususnya untuk hewan kurban
memiliki surat keterangan sehat dari Dinas Peternakan.
Peternakan ini dikelola oleh empat orang alumnus Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor. Perusahaan dipimpin oleh satu orang CEO (Chief
Executive Officer) yang membawahi tiga orang manager, yakni manager produksi
yang membawahi satu orang asisten, manager keuangan dan manager
administrasi. Selain itu, terdapat 20 orang pegawai dengan tingkat pendidikan
terakhir Sekolah Dasar dengan tugas masing-masing yaitu satu orang di kandang
penggemukan, dua orang di kandang pembibitan, enam orang pencari rumput, dua
13 akikah, satu orang pembakar sate dan satu orang koki. Struktur organisasi pada
peternakan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
Luas lahan dan kandang MT Farm ini sekitar satu hektar. Adapun fasilitas
yang dimiliki oleh MT Farm diantaranya: kandang penggemukan kambing dan
domba, kandang pembibitan domba, kandang penggemukan sapi, gudang pakan,
kebun rumput dan pengolahan pupuk bokashi. Peralatan yang terdapat di MT
Farm antara lain adalah mobil pick up carry, dua buah sepeda motor, satu unit
komputer, printer, freezer, pesawat telpon, mesin steam, tiga jet pump dan
peralatan kandang berupa sprayer, timbangan, cangkul, garpu, arit dan
sebagainya.
Sistem Pemeliharaan Sapi Kurban
Pengadaan Sapi
Sapi kurban yang dipelihara di MT Farm adalah sapi PO. Sapi tersebut
didatangkan dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, secara
berurutan masing-masing daerah adalah Malang, Boyolali, Bandung dan
Sumedang. Menurut Dirjen Peternakan (2009) keempat daerah tersebut
merupakan tiga diantara delapan sentra pembibitan sapi PO di Indonesia. Sapi
yang diperoleh dari luar Bogor tersebut dibawa menggunakan truk bermuatan 10
ekor sapi.
Sistem Pemeliharaan
Penggemukan dilakukan sekitar empat bulan menggunakan pakan
konsentrat. Adapun sistem pemeliharaan untuk sapi kurban di MT Farm
dipelihara secara intensif dengan mengandangkan sapi. CEO
Manager Produksi Manager Keuangan Manager Administrasi
Asisten
14 Penanganan sapi yang baru datang dari daerah, yaitu diperiksa kondisi
fisiknya, meliputi kesehatan dan pemenuhan syarat sapi sebagai hewan kurban,
terutama pada fisiknya, seperti berkelamin jantan (Sabiq, 1987; Abdurrahman,
1990), tidak cacat, tidak buta, sehat dan berkualitas baik (Abdurrahman, 1990;
Jabari, 1994; Sabiq, 1987). Sapi kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot
hidupnya, dilakukan penomoran dengan menuliskan angka di bagian punggung
belakang untuk identifikasi dan diberikan antibiotik serta vitamin. Antibiotik yang
diberikan adalah limoxin sebanyak 5 cc/ekor/200 kg, dengan pemberian satu kali
dalam enam bulan, namun bila ternak sakit antibiotik akan diberikan tiga bulan
sekali. Vitamin yang diberikan adalah vitamin B kompleks sebanyak 5 cc/hari,
perangsang nafsu makan ternak sebanyak 3 cc/ekor/200 kg. Sapi dimandikan satu
kali dalam seminggu dan kandang dibersihkan setiap hari. Air minum diberikan
ad libitum.
Pakan
Pemberian pakan dilakukan ad libitum sebanyak tiga kali dalam sehari
pada pagi hari pukul 07.00 WIB, pada sore hari pukul 15.00 WIB dan malam hari
pukul 20.00 WIB. Pakan yang diberikan di MT Farm diantaranya adalah
konsentrat, rumput gajah atau jerami padi. Persentase pakan hijauan atau jerami
padi yang diberikan per hari sebesar 10% dari bobot badan ternak dan konsentrat
sebesar 2,5% dari bobot badan. Rumput gajah memiliki kandungan protein kasar
yang cukup tinggi yakni sebesar 9,66% PK dan serat kasar 30,86% (Hartadi et al,
1986; Lubis, 1992), sedangkan jerami padi memiliki tingkat kecernaan dan kadar
protein yang rendah yakni sebesar 4% PK dan 27% TDN (Reksohadiprojo, 1987)
serta bersifat voluminous.
Konsentrat sangat diperlukan untuk menyediakan nutrisi dalam bentuk
protein, energi, vitamin dan mineral dalam proporsi yang seimbang, sesuai
kebutuhan ternak untuk tumbuh dan memproduksi daging. Sistem produksi yang
memberikan pakan konsentrat berprotein tinggi dan ditambah dengan hijauan
15
Perkandangan
Luas area MT Farm keseluruhan adalah 4 ha termasuk 1 ha yang
digunakan sebagai kandang sapi potong. Kandang sapi terdiri dari tiga kandang
ganda dan satu kandang tunggal dengan luas masing-masing yaitu 400, 300, 200
dan 100 m2.
Kandang ganda membujur dari Timur ke Barat dan kandang tunggal
membujur dari Utara ke Selatan. Kandang sapi potong di MT Farm dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5. Kandang Sapi Potong di MT Farm
Bangunan terbuat dari bambu dan semen, sementara atap dari genteng.
Pemilihan genteng sebagai atap karena bahan ini cukup tahan lama dan harga
relatif murah, sehingga udara bisa keluar masuk melalui celah-celah genteng dan
tidak menyerap panas. Lantai dibuat rata dan tidak licin, sedangkan dinding dibuat
terbuka agar memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi seperti
pemberian pakan, minum, pengelolaan kotoran atau limbah dan perkawinan.
Secara garis besar, kandang di MT Farm sudah sesuai dengan persyaratan
kandang yang baik.
Ukuran Tubuh Sapi pada Periode dan Umur yang Berbeda
Ukuran-ukuran permukaan tubuh memiliki kegunaan untuk menaksir
bobot badan dan memberikan gambaran bentuk (shape) tubuh hewan sebagai ciri
khas suatu bangsa (Doho, 1994). Adapun rataan bobot badan dan ukuran linier
tubuh, yakni lingkar dada dan panjang badan dijelaskan sebagai berikut.
T B U
16
Bobot Badan
Rataan bobot badan sapi kurban pada periode pertama umur I1sebesar
214,3 kg/ekor dan umur I2 sebesar 297,67 kg/ekor. Bobot badan periode pertama
pada umur I1 dan umur I2 berbeda nyata (P<0,05). Rataan bobot badan periode
kedua pada umur I1 sebesar 292,25 kg/ekor dan umur I2 sebesar 280,46 kg/ekor.
Rataan bobot badan Sapi PO pada umur dan periode yang berbeda disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Bobot Badan Sapi Kurban pada Umur dan Periode berbeda, serta antar Umur dan antar Periode
Keterangan: Superscript yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda
nyata (P<0,05).
Rataan bobot badan periode pertama pada umur I1 nyata (P<0,05) lebih
besar dari umur I2. Hal ini terjadi karena ternak mengalami pertumbuhan
bersamaan dengan bertambahnya umur (Sugeng, 2002). Sapi kurban umur I1
periode pertama ini juga sedang melewati fase percepatan, sedangkan pada umur
I2 periode pertama ternak sedang melewati fase linier atau fase pertumbuhan yang
sangat cepat dengan waktu yang sangat pendek (Lawrence dan Fowler, 2002).
Periode pertama mempunyai bobot badan minimal sebesar 158,5 kg dan bobot
badan maksimal sebesar 385,5 kg, dengan rataan 262,94 kg/ekor.
Rataan bobot badan periode kedua pada umur I1 tidak berbeda nyata dari
umur I2. Hal ini terjadi karena pertumbuhan tulang ternak pada umur I1 masih
terus bertambah, sedangkan pertumbuhan tulang pada umur I2 sudah mulai
terhenti atau bisa dikatakan stabil (Sugeng, 2002). Faktor lain yang bisa terjadi
adalah faktor nutrisi (Soeparno, 1994), karena pakan merupakan faktor yang
sangat penting diperhatikan untuk meningkatkan produksi sapi potong.
Penyerapan kandungan nutrisi yang berbeda, akan mempengaruhi laju
pertambahan bobot badan ternak (Ngadiyono, 1988). Periode kedua bobot badan
Umur Bobot Badan (kg)
Periode 1 Periode 2 Rataan
I1 214,30±33,62 (n=10)ac 292,25±62,30 (n=20)d 266,27±65,50 (n=30)
I2 297,67±53,87 (n=14)b 280,46±60,82 (n=13)bd 289,39±56,88 (n=27)
17 minimal sapi sebesar 220 kg dan bobot maksimal sebesar 470 kg, dengan rataan
287,61 kg.
Rataan bobot badan umur I1 pada periode pertama nyata (P<0,05) lebih
besar dari periode kedua. Hal ini dapat terjadi karena faktor perbedaan waktu
penelitian yang dilakukan. Walaupun tempat peternakannya sama namun bila
iklimnya berbeda, maka akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dari
komponen tubuh tersebut. Hal ini dikarenakan penampilan seekor hewan ternak
merupakan hasil dari proses pertumbuhan dalam seluruh hidupnya (Otsuka et
al.,1982). Bobot badan umur I1 minimal 158,5 kg dan maksimal 470 kg, dengan
rataan sebesar 266,27 kg.
Rataan bobot badan umur I2 pada periode pertama dan periode kedua tidak
berbeda nyata. Hal ini terjadi karena ternak pada umur I2 periode pertama dan
kedua lebih mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan di luar tempat asal
pemeliharaan. Seperti dikemukakan oleh Mcdowell (1985) bahwa kondisi
lingkungan seperti kelembaban, penyinaran matahari, angin dan ketinggian tempat
mempunyai pengaruh terhadap kondisi ternak itu sendiri, bahkan antara individu
dalam satu breed pun bisa berbeda-beda (Payne dan Handcock, 1957). Bobot
badan umur I2 minimal 220 kg dan maksimal 460 kg, dengan rataan 289,39 kg.
Rataan bobot badan pada umur I1 sebesar 266,27 kg dan I2 289,39 kg, serta
rataan bobot badan pada periode pertama 262,94 kg dan periode kedua 287,61 kg
tidak berbeda nyata. Rataan bobot badan tidak mengalami perubahan. Hal ini bisa
terjadi karena walaupun ternak mengalami pertumbuhan bersamaan dengan
bertambahnya umur (Sugeng, 2002), tetapi faktor nutrisi sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ternak (Soeparno, 1994). Bila penyerapan kandungan
nutrisi ternak tersebut berbeda, maka akan mempengaruhi laju pertambahan bobot
badan ternak (Ngadiyono, 1988). Hal ini yang menyebabkan pada rataan umur
dan periode tidak berbeda nyata.
Koefisien keragaman bobot badan sapi kurban periode pertama umur I1
sebesar 15,69%, umur I2 sebesar 18,10%. Koefisien keragaman periode kedua
umur I1 sebesar 21,32% dan umur I2 sebesar 21,69%. Koefisien keragaman secara
keseluruhan pada umur I1 adalah sebesar 24,6% dan umur I2 sebesar 19,65%,
18 23,59% dan 21,22% untuk periode kedua. Koefisien keragaman tersebut
menunjukkan bahwa sapi kurban periode pertama dan kedua serta secara
keseluruhan beragam. Hal ini bisa dipengaruhi oleh bahan, alat, media, dan
lingkungan penelitian (Sastrosupadi dan Adji, 1995).
Lingkar Dada
Rata-rata dan standar deviasi dari ukuran parameter tubuh sapi kurban
berupa lingkar dada umur I1 dan umur I2 pada periode 1 dan periode 2 disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Lingkar Dada Sapi Kurban Umur I1 danUmur I2 pada Periode
Pertama dan Kedua
Keterangan: Superscript yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda
nyata (P<0,05).
Rataan lingkar dada sapi kurban pada periode pertama umur I1 nyata
(P<0,05) lebih besar dari umur I2. Lingkar dada sapi kurban periode kedua umur
I1 dan umur I2 tidak berbeda nyata, begitu juga pada rataan umur I1 dengan I2 dan
rataan periode satu dan dua. Menurut Zaed (1993) lingkar dada merupakan
parameter yang terbaik untuk menaksir bobot badan sapi. Selanjutnya Sariubang
(1992) dalam penelitiannya pun memperoleh hubungan yang erat antara berat
badan dengan lingkar dada. Laju pertumbuhan yang semakin cepat, maka ukuran
19 pada umur I2 periode pertama dan periode kedua, serta keseluruhan umur tidak
berbeda nyata. Hal ini diduga keadaan genetis dan kondisi individu setiap ternak
sapi kurban berbeda. Keadaan genetis, kondisi individu dan lingkungan dapat
mempengaruhi penambahan berat badan ternak (National Research Council,
1985). Menurut Natasasmita (1985) bahwa bobot badan juga dipengaruhi oleh
jenis kelamin, lokasi dan musim (hujan, kemarau). Bobot badan dan lingkar dada
memiliki hubungan yang positif (Diwyanto 1982), dengan demikian bobot badan
meningkat jika lingkar dada meningkat. Lingkar dada umur I1 minimal 132 cm
dan maksimal 169 cm, dengan rataan147,81 cm. Lingkar dada umur I2 minimal
126 cm dan maksimal 184 cm, dengan rataan 149,77 cm.
Koefisien keragaman lingkar dada untuk masing-masing umur dan periode
adalah 4,43% untuk periode pertama dengan umur I1 dan 9,44% untuk umur I2.
Adapun untuk periode kedua umur I1 nilai keragamannya sebesar 5,98% dan umur
I2 sebesar 4,67%. Koefisien keragaman secara keseluruhan pada umur I1 sebesar
6,04% dan 7,44% untuk umur I2, serta koefisien keragaman secara umum untuk
periode pertama sebesar 8,37% dan periode kedua sebesar 5,43%. Berdasarkan
keragaman yang diperoleh, maka dapat diartikan lingkar dada sapi PO pada
penelitian ini, memiliki keragaman kecil atau mendekati seragam.
Panjang Badan
Rataan panjang badan umur I1 dengan umur I2 pada periode pertama,
periode kedua dan tingkat umur tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena
pengaruh panjang badan terhadap bobot badan lebih kecil, dari pada lingkar dada.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Diwyanto (1982) dan Amri (1992) bahwa
pengaruh panjang badan terhadap bobot badan relatif rendah dan pertumbuhan
ternak pada umumnya mengarah kesamping, sehingga ukuran tubuh (besar)
kearah samping lebih signifikan dan terlihat sangat nyata bersamaan dengan
bertambahnya umur (Manggung, 1979). Panjang badan umur I1 minimal 93 cm
dan maksimal 144 cm, dengan rataan 122,62 cm. Panjang badan umur I2 minimal
92 cm dan maksimal 142 cm, dengan rataan 121,52 cm. Tabel 5 dibawah ini
memaparkan rataan dan standar deviasi dari ukuran lingkar dada sapi kurban umur
20 Tabel 5. Rataan Panjang Badan Sapi Kurban Umur I1dan I2 pada Periode Pertama
dan Kedua
Keterangan: Superscript yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda
nyata (P<0,05).
Panjang badan sapi PO pada periode pertama, kedua dan rataan kedua
periode berbeda nyata (P<0,05). Hal ini diduga terjadi karena kemungkinan
adanya keadaan genetis dan kondisi individu yang beragam (NRC, 1985). Panjang
badan periode pertama minimal sebesar 92 cm dan maksimal sebesar 134 cm,
dengan rataan 107,10 cm, sedangkan untuk periode kedua minimal 124 cm dan
maksimal 144 cm, dengan rataan 133 cm.
Koefisien keragaman panjang badan untuk masing-masing umur dan
periode ini adalah 6,38% untuk periode pertama umur I1 dan 11,35% untuk umur
I2. Adapun untuk periode kedua umur I1 nilai keragamannya sebesar 4,781% dan
umur I2 sebesar 4,32%. Koefisien keragaman secara keseluruhan pada umur I1
sebesar 13% dan umur I2 sebesar 12,43%, serta koefisien keragaman secara
keseluruhan pada periode pertama sebesar 10,48% dan periode kedua sebesar
4,54%. Koefisien keragaman pada panjang badan periode pertama dan rataan
umum pada umur I1 dan umur I2 beragam, sedangkan pada periode kedua dan
rataan umum pada kedua periode tidak beragam.
Menurut Aberle et al. (2001), ukuran tubuh seperti lingkar dada dan
panjang badan mengalami pertumbuhan. Pada waktu kecepatan pertumbuhan
mendekati konstan, slope kurva pertumbuhan hampir tidak berubah. Hal ini terjadi
karena pertumbuhan otot, tulang dan organ-organ penting mulai berhenti,
sedangkan penggemukkan mulai dipercepat. Rata-rata lingkar dada dan panjang
badan pada penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada mempunyai Umur
Panjang Badan (cm)
Periode 1 Periode 2 Rataan
I1 102,25±7,01 (n=10)c 132,8±6,35 (n=20)d 122,62±16 (n=30)
I2 110,57±12,55 (n=14)c 133,31±5,76 (n=13)d 121,52±15,10 (n=27)
21 kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda pula (Salamena,
2006).
Secara keseluruhan, periode pertama memiliki ukuran tubuh yang lebih
kecil dari periode kedua. Hal ini disebabkan karena terjadi musim yang berbeda
pada saat pengambilan sampel. Menurut Mcdowell (1985) bahwa kondisi
lingkungan seperti kelembaban, penyinaran matahari, angin dan ketinggian tempat
mempunyai pengaruh terhadap kondisi ternak itu sendiri. Daerah asal sapi juga
dapat mempengaruhi kondisi ini, karena habitat lingkungan bisa mempengaruhi
pertumbuhan dan kondisi ternak. Sapi bakalan PO di MT Farm didatangkan dari
daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Menurut Dirjen Peternakan
(2010) populasi Sapi PO terbanyak di 3 daerah Jawa tersebut. Populasi Jawa
Timur mencapai 778.000 ekor, di Jawa Tengah sebanyak 602.000 ekor dan di
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Karakteristik sapi kurban di MT Farm periode kedua (1432 H) lebih baik
dari periode pertama (1431 H). Sapi PO MT Farm rata-rata mempunyai ukuran
bobot badan sebesar 262,94 ± 62,02 kg pada periode pertama dan 287,61 ± 61,04
kg pada periode kedua. Lingkar dada mempunyai rataan 147,98 ± 12,39 cm pada
periode pertama dan 150,18 ± 8,15 cm pada periode kedua. Panjang badan pada
periode pertama 107,10 ± 11,22 cm dan periode kedua 133 ± 6,04 cm.
Saran
Peternak sapi kurban diharapkan memperhatikan sisi manajemen ternak
dalam segi pemeliharaan serta pencatatan produksi ternak. Adanya keragaman
sapi yang dijadikan hewan kurban, maka diperlukan pengamatan lain selain
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
karunia dan Rahmat-Nya telah melimpahkan nikmat Iman, Islam dan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada tauladan kita Baginda Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan seluruh umat yang selalu
istiqomah dalam barisan ini.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Henny
Nuraini, MSc sebagai dosen pembimbing akademik selama memasuki dunia
fakultas, terimakasih pula kepada kedua pembimbing skripsi yang penulis sayangi
dan hormati Ibunda Ir. Hj. Komariah, MSi. sebagai dosen pembimbing utama dan
Ibunda Dr. Ir. Sri Darwati, MSi sebagai dosen pembimbing anggota atas segala
kesabaran, pengertian dan bimbingannya sejak penyusunan proposal, penelitian
hingga penulisan skripsi ini selesai.
Penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada suami
tercinta kakanda Salahuddin El Ayyubi yang dengan kesabaran, perhatian dan
pengorbanannya selalu memotivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi.
Ibunda dan Ayahanda yang penulis cintai dan banggakan, terimakasih atas segala
curahan dan kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dukungan dan doa terbaik
kepada penulis hingga saat ini. Saudara kandung penulis Kak Nina sakinah, Dinda
Faizah, Adnan Fanani dan Yusria terimakasih atas segala motivasi dan doanya.
Penulis juga menghaturkan terimakasih atas kerjasama dari Mas Budi,
Mas Afnan beserta tim MT Farm yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Aslimah, Desti Astuti, Faris Fakhri, M. Sodiqin, Dipa Argadiyastho, Ade wahyu
Septian, Agung dan Bedi Ferlangga yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membantu selama proses penelitian berlangsung.
Orang-orang yang ikhlas mendoakan dan juga turut memotivasi penulis
Nida, Sri Handayani, Rodiah Rumata, Sri Lindawati, mba Lubnah, Bu Yudiwati,
Nunu Ainul Qitri, Fosfor, ID, AHSAN, IPTP 44, pondok pesantren mahasiswi
Al-Iffah, adik binaan, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada kalian semua dengan balasan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M.A.N. 2008. Karakterisasi genetik sapi Aceh menggunakan analisis keragaman fenotipk, daerah D-Loop DNA mitokondria dan DNA mikrosatelit [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Abdurrahman. 1990. Hukum Kurban, „Aqiqah, dan Sembelihan. Cetakan Pertama.
Sinar Baru, Bandung..
Aberle E. D., J. C. Forrest, D. E. Gerrard, E. W. Mills, H. B. Hendrick, M. D. Judge & R. A. Merkel. 2001. Principles of Meat Science. 4th Ed. Kendall/Hunt Publishing Co., Iowa.
Amri, U. 1992. Beberapa ukuran tubuh sebagai penduga bobot karkas pada ternak domba lokal. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Anis, I. 1972.Al Mu‟jam Al Wasith. Tanpa Penerbit. Kairo.
Baco, S., H. Harada & R. Fukuhara. 1998. Genetic relationship of body measurements at registration to a couple of reproductive traits in Japanese Black Cows. Animal Science and Technology 69: 1-7.
Badan Meteorologi dan Geofisika. 2010. Data curah hujan daerah Cibanteng dan sekitarnya. BMG-Dramaga, Bogor.
Brody, S. 1945. Bioenergetics and Growth.Hafner Publishing Company, Inc., New York. p. 633-663.
Damayanti, D. 2003. Kualitas karkas serta sifat fisik dan sensori daging domba lokal pada kecepatan pertumbuhan yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dinas Peternakan, 1994. Inventarisasi Ternak Sapi di Sumatera Utara. Direktur Bina Produksi Peternakan, Departemen Peternakan, Medan.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Statistik Peternakan 2009. Departemen Pertanian, Jakarta.
Dirjen Peternakan. 2010. Peta Potensi Wilayah Sumber Bibit Sapi Potong Lokal dan Rencana Pengembangannya. Laporan Rapim Maret 2010, Jakarta.
Doho, S. R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada domba Ekor Gemuk.Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Diwyanto, K. 1982 Pengamatan fenotip Domba Priangan serta hubungan antara beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
25 Haerudin. 2010. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa Kepala Desa
Tegalwaru Kecamatan Ciampea, Bogor.
Handayani, S. 2003. Parameter fenotip bobot badan sapi Peranakan Ongole di Kecamatan Sigi Biromaru. J. Agrisains 4: 57-62.
Hardjosubroto W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Hartadi, H.,S. Reksohadiprojo, & A.D. Tilman. 1986. Tabel Komposisi Pakan Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Jabari, A &A. Muta‟al. 1994. Cara Berkurban (Al Udh-hiyah Ahkamuha wa Falsafatuha At Tarbawiyah). Terjemahan oleh Ainul Haris. Cetakan Pertama. Gema Insani Press, Jakarta.
Jimmy, S., M. David, K. R. Donald & M. Dennis. 2010. Variability in body morphometric measurements and their application in predicting live body weight of Mubende and Small East African Goat breeds in Uganda. Middle-East Journal of Scientific Research, 5 (2): 98-105.
Lawrence T.L.J. & V.R. Fowler. 2002. Growth of Farm Animals. 2nd Ed. CABI Publishing, London.
Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta.
Martojo H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.
Manggung R.I.R. 1979. Pendugaan bobot hidup dan bobot karkas sapi Bali berdasarkan pengukuran morfologi. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Massiara, L. 1986. Pendugaan bobot badan melalui beberapa ukuran tubuh pada kambing kacang di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol. Karya Ilmiah. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mcdowell, L.R. 1985. Nutrient Requirement of Ruminants.In: Nutrition of Grazing Ruminants in Warm Climates. Academic Press Inc. (London) Ltd., USA. pp. 21-34.
Murtidjo, B. A., 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta.
National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of Sheep. 6th Revised Edition. National Academy Press, Washington.
Natasasmita, A. 1985. Estimasi bobot hidup sapi bali berdasarkan ukuran lingkar dada. Media Peternakan. No. 1:20-25.
Ngadiyono, N. 1988. Studi perbandingan beberapa sifat produksi sapi PO, Shorthorn Cross dan Brahman Cross. Tesis. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
26 Payne, W. J. A. & J. Hancock. 1957. The direct effect of tropical climate on the performance of European-type cattle. II. Production. Emp. J.exp. agric.,
25, 321-328.
Phillips, C. J. C. 2001. Principle of Cattle Production. CABI Publishing, New York.
Rachma, S. 2006. Pertumbuhan dimensi tubuh pedet jantan sapi Bali di kabupaten Bone dan Barru Sulawesi Selatan. Sains & Teknologi.Vol.7 No. 2: 103-108.
Reksohadiprojo. S. 1987. Pakan Ternak Gembala. BPFE, Yogyakarta.
Rifa‟i, M. 1978. Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar. Toha Putra, Semarang. Sabiq, S. 1987. Fikih Sunnah (Fiqhus Sunnah). Jilid 13. Cetakan Kedelapan.
Terjemahan oleh Kamaluddin A. Marzuki. Al Ma‟arif, Bandung.
Salamena, J. F. 2006. Karakteristik fenotipik Domba Kisar di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku sebagai langkah awal konservasi dan pengembangannya. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sarbaini. 2004. Kajian keragaman karakteristik eksternal dan DNA mikrosatelit sapi pesisir Sumatera Barat. Disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sariubang, M. 1992. Hubungan antara pertambahan berat badan dan ukuran lingkar dada sapi Bali betina bibit. Balai Penelitian Ternak (1985-2007). Hlm. 149-153.
Sastrosupadi & Adji.1995. Rancangan Percobaan Praktis untuk Bidang Pertanian. Cetakan Pertama. Kanisius, Yogyakarta.
Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah mada University Press, Yogyakarta.
Soeroso, 2004. Performans sapi Jawa berdasarkan sifat kuantitatif dan kualitatif. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang.
Solikhah, T. R. B. 2003. Studi bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh sapi pesisir di kabupaten Pesisir Selatan dan Padang Pariaman Sumatera Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sugana, N & M. Duldjaman. 1983. Konformasi dan komposisi tubuh ternak domba yang digemukkan dengan bahan sisa hasil ikutan. Laporan penelitian. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sugeng, B. 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suryo. 2001. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Walpole, R.E. 1995. Pengantar statistik, Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
27 Williamson. G & W. J. A. Payne, 1986. An Introduction to Animal Husbandry in
the Topics. Longman, London.
Williamson. G &W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan: S. G. N. Djiwa Darmadja. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
29 Lampiran 1. Uji T Bobot Badan Periode Pertama dan Periode Kedua (kg)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 24 262,9 62,0 13
kedua 33 287,6 61,0 11
P-Value = 0,142 (>0,05) tidak berbeda nyata
Lampiran 2. Uji T Bobot Badan Periode Pertama pada Umur yang Berbeda (kg)
Umur Jumlah Rata-rata SD SE
I1 10 214,3 33,6 11
I2 14 297,7 53,9 14
T-Value = -4,66 P-Value = 0,000 (P<0,05 berbeda nyata)
Lampiran 3. Uji T Bobot Badan Periode Kedua pada Umur yang Berbeda (kg)
Umur Jumlah Rata-rata SD SE
I1 20 292,3 62,3 14
I2 13 280,5 60,8 17
T-Value = 0,54 P-Value = 0,595 (P>0,05 tidak berbeda nyata)
Lampiran 4. Uji T Bobot Badan pada Umur I1 dengan Periode yang Berbeda (kg)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 20 292,3 62,3 14
Kedua 10 214,3 33,6 11
T-Value = 4,45 P-Value = 0,000 (P<0,05 berbeda nyata)
Lampiran 5. Uji T Bobot Badan pada Umur I2 dengan Periode yang Berbeda (kg)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 14 297,7 53,9 14
Kedua 13 28,0,5 60,8 17
T-Value = 0,78 P-Value = 0,445 (P>0,05 tidak berbeda nyata)
Lampiran 6. Uji T Lingkar Dada Periode Pertama dan Periode Kedua (cm)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 24 148,0 12,4 2,5
kedua 33 150,18 8,15 1,4
30 Lampiran 7. Uji T Lingkar Dada Periode Pertama pada Umur yang Berbeda (cm)
Umur Jumlah Rata-rata SD SE
I1 10 142,54 6,33 2,0
I2 14 151,9 14,3 3,8
T-Value = -2,16 P-Value = 0,044 (P<0,05berbeda nyata)
Lampiran 8. Uji T Lingkar Dada Periode Kedua pada Umur yang Berbeda (cm)
Umur Jumlah Rata-rata SD SE
I1 20 150,45 8,99 2,0
I2 13 149,77 6,99 1,9
T-Value = 0,24 P-Value = 0,809 (P>0,05tidak berbeda nyata)
Lampiran 9. Uji T Lingkar Dada pada Umur I1 dengan Periode yang Berbeda (cm)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 10 142,54 6,33 2,0
Kedua 20 150,45 8,99 2,0
T-Value = -2,79 P-Value = 0,010 (P<0,05 berbeda nyata)
Lampiran 10. Uji T Lingkar Dada pada Umur I2 dengan Periode yang Berbeda
(cm)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 14 151,9 14,3 3,8
Kedua 13 149,77 6,99 1,9
T-Value = 0,49 P-Value = 0,630 (P>0,05 tidak berbeda nyata)
Lampiran 11. Uji T Panjang Badan Periode Pertama dan Periode Kedua (cm)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 24 107,1 11,2 2,3
kedua 33 133,0 6,04 1,1
31 Lampiran 12. Uji T Panjang Badan Periode Pertama pada Umur yang Berbeda
(cm)
Umur Jumlah Rata-rata SD SE
I1 10 102,25 7,01 2,2
I2 14 110,6 12,5 3,4
T-Value = -2,07 P-Value = 0,051 (P>0,05tidak berbeda nyata)
Lampiran 13. Uji T Panjang Badan Periode Kedua pada Umur yang Berbeda (cm)
Umur Jumlah Rata-rata SD SE
I1 20 132,80 6,35 1,4
I2 13 133,31 5,76 1,6
T-Value = -0,24 P-Value = 0,814 (P>0,05tidak berbeda nyata)
Lampiran 14. Uji T Panjang Badan Umur I1 pada Periode yang Berbeda (cm)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 10 102,25 7,01 2,2
Kedua 20 132,80 6,35 1,4
T-Value = -11,60 P-Value = 0,000 (P<0,05= berbeda nyata)
Lampiran 15. Uji T Panjang Badan Umur I2 pada Periode yang Berbeda (cm)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 14 110,6 12,5 3,4
Kedua 13 133,31 5,76 1,6
T-Value = -6,12 P-Value = 0,000 (P<0,05=berbeda nyata)
T-Value = -1,49 P-Value = 0,142 (P>0,05= tidak berbeda nyata)
Lampiran 16.Uji T Bobot Badan pada Umur yang digabungkan dengan Periode yang
Berbeda (kg)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 24 262,9 62,0 13
32 T-Value = -1,12 P-Value = 0,266 (P>0,05= tidak berbeda nyata).
T-Value = 4,09 P-Value = 0,001 (P<0,05=berbeda nyata)
T-Value = 8,24 P-Value = 0,000 (P<0,05=berbeda nyata)
T-Value = 0,46 P-Value = 0,650 (P>0,05= tidak berbeda nyata)
Lampiran 21. Uji T Bobot Badan Umur I2 Periode Kedua dan Bobot Badan
Umur I2 Periode Gabungan (kg)
T-Value = -0,44 P-Value = 0,661 (P>0,05= tidak berbeda nyata)
Lampiran 17. Uji T Bobot Badan pada Periode Gabungan dengan Umur Berbeda (kg)
Umur Jumlah Rata-rata SD SE
I1 30 147,81 8,93 1,6
I2 27 150,9 11,2 2,2
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 10 214,3 33,6 11
Gabungan 30 160 43,6 8
Lampiran 18. Uji T Bobot Badan Umur I1 Periode Pertama dan Bobot Badan
Umur I1 Periode Gabungan (kg)
Lampiran 19. Uji T Bobot Badan Umur I1 Periode Kedua dan Bobot Badan
Umur I1 Periode Gabungan (kg)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Kedua 20 292,3 62,3 14
Gabungan 30 160 43,6 8
Lampiran 20. Uji T Bobot Badan Umur I2 Periode Pertama dan Bobot Badan
Umur I2 Periode Gabungan (kg)
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Pertama 20 292,3 62,3 14
Gabungan 30 160 43,6 8
Periode Jumlah Rata-rata SD SE
Kedua 13 280,5 60,8 17
33 T-Value = -2,04 P-Value = 0,054 (P>0,05= tidak berbeda nyata)
T-Value = 1,02 P-Value = 0,315 (P>0,05= tidak berbeda nyata)
T-Value = 0,23 P-Value = 0,820 (P>0,05= tidak berbeda nyata)
T-Value = -0,38 P-Value = 0,710 (P>0,05= tidak berbeda nyata)
T-Value = -5,55 P-Value = 0,000 (P<0,05= berbeda nyata)
Lampiran 22. Uji T Lingkar Dada Umur I1 Periode Pertama dan Lingkar Dada
Umur I1 Periode Gabungan (cm)
Periode Jumlah Rataan SD SE
Pertama 10 142,54 6,33 2,0
Gabungan 30 147,81 8,93 1,6
Lampiran 23. Uji T Lingkar Dada Umur I1 Periode Kedua dan Lingkar Dada
Umur I1 Periode Gabungan (cm)
Periode Jumlah Rataan SD SE
Kedua 20 150,45 8,99 2,0
Gabungan 30 147,81 8,93 1,6
Lampiran 24. Uji T Lingkar Dada Umur I2 Periode Pertama dan Lingkar Dada
Umur I2 Periode Gabungan (cm)
Periode Jumlah Rataan SD SE
Pertama 14 151,9 14,3 3,8
Gabungan 27 150,9 11,2 2,2
Lampiran 25. Uji T Lingkar Dada Umur I2 Periode Kedua dan Lingkar Dada
Umur I2 Periode Gabungan (cm)
Periode Jumlah Rataan SD SE
Kedua 13 149,77 6,99 1,9
Gabungan 27 150,9 11,2 2,2
Lampiran 26. Uji T Panjang Badan Umur I1 Periode Pertama dan Panjang Badan
Umur I1 Periode Gabungan (cm)
Periode Jumlah Rataan SD SE
Pertama 10 102,25 7,01 2,2
34 T-Value = 3,13 P-Value = 0,003 (P<0,05= berbeda nyata)
T-Value = -2,47 P-Value = 0,019 (P<0,05= berbeda nyata)
T-Value = 3,56 P-Value = 0,001 (P<0,05= berbeda nyata)
Lampiran 30. Koefisien Keragaman Bobot Badan
Keterangan: KK = Koefisien Keragaman
Lampiran 31. Koefisien Keragaman Lingkar Dada
Umur KK.Lingkar Dada (%)
Periode 1 Periode 2 Periode Gabungan
I1 4,433 5,975 6,04
I2 9,435 4,667 7,44
Keterangan: KK = Koefisien Keragaman
Lampiran 27. Uji T Panjang Badan Umur I1 Periode Kedua dan Panjang Badan
Umur I1 Periode Gabungan (cm)
Periode Jumlah Rataan SD SE
Kedua 20 132,8 6,35 1,4
Gabungan 30 122,6 16,0 2,9
Lampiran 28. Uji T Panjang Badan Umur I2 Periode Pertama dan Panjang Badan \
Umur I2 Periode Gabungan (cm)
Periode Jumlah Rataan SD SE
Pertama 14 110,6 12,5 3,4
Gabungan 27 121,5 15,1 2,9
Lampiran 29. Uji T Panjang Badan Umur I2 Periode Kedua dan Panjang Badan
Umur I2 Periode Gabungan (cm)
Periode Jumlah Rataan SD SE
Kedua 13 133,31 5,76 1,6
Gabungan 27 121,5 15,1 2,9
Umur KK.Bobot Badan (%)
Periode 1 Periode 2 Periode Gabungan
I1 15,60 21,25 24,6
35 Lampiran 32. Koefisien Keragaman Panjang Badan
Umur
KK. Panjang Badan (%)
Periode 1 Periode 2 Periode Gabungan
I1 6,385 4,781 13
I2 11,35 4,32 12,43