• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dan Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Dan Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI

TAMBAH PRODUK PERIKANAN

(Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH: RIZKI RAMADANI

080309008 PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI

TAMBAH PRODUK PERIKANAN

(Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH: RIZKI RAMADANI

080309008 PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh:

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

( Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si)

NIP : 1954.1111.1981.03.1001 NIP : 1962.0624.1986.03.100 (Ir. Yusak Maryunianta, M.Si)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RINGKASAN

RIZKI RAMADANI (080309008) dengan judul skripsi “ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI TAMBAH PRODUK PERIKANAN (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)” yang dilakukan pada Bulan Januari s.d.April 2012 dan dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si. dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan

pertimbangan tertentu. Penarikan sampel dilakukan dengan Metode Sensus, yaitu keseluruhan populasi diambil sebagai sampel dikarenakan jumlah

populasi hanya sedikit yaitu berjumlah 16 pengusaha pengolahan ikan asin. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Nilai Tambah Metode Hayami dan Analisis SWOT.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Rizki Ramadani, lahir pada tanggal 18 Maret 1991 di Medan, Sumatera

Utara. Anak keenam (6) dari enam (6) bersaudara dari keluarga Ayahanda

(alm) H.M. Idris dan Ibunda Hj. Halimatusa’diah.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut.

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 060945 Medan dan tamat

tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 11 Medan dan

tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 9 Medan dan

tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Sumatera Utara, melalui jalur PMDK.

5. Bulan Juli 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bagan

Asahan Baru, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.

6. Bulan Januari s.d. April 2013 melakukan penelitian di Kecamatan Teluk

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI TAMBAH PRODUK PERIKANAN (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si. sebagai ketua komisi pembimbing.

2. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si. sebagai anggota komisi pembimbing.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah M.S. selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis

FP USU.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis khususnya dan

di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada umumnya.

5. Ayahanda dan ibunda tercinta Alm. H. M. IDRIS dan Hj. Halimatusa’diah

yang telah menjadi sumber motivasi serta memberi dukungan dan do’a bagi

penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

6. Para responden yang telah memberikan waktu dan kesediaan diri dalam

(6)

7. Teman-teman seperjuangan, Mila Zulfa, Lisa Lestari, Tumpak Manik, Yossi

Yulianggi, Wulan Ramadhani, Ria Mustika Sari, Cici, Ulfa, Soraya dan Yana,

yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis.

8. Saudara-saudaraku, kak Dewi Hawa Mawarni, abang Firmansyah, kak Yanti

Fatimah, Kak Siti Rahmah dan abang Abdul Halim yang selalu tidak lupa

untuk memberikan doa dan dukungan juga kepada penulis.

9. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan

menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, Juni 2013

(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... RIWAYAT HIDUP ...

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Komposisi Ikan ... 5

Landasan Teori ... 8

Kerangka Pemikiran ... 17

Hipotesis Penelitian ... 21

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

Metode Penarikan Sampel ... 23

Metode Pengumpulan Data ... 24

Metode Analisis Data ... 25

Definisi dan Batasan Operasional ... 30

Definisi ... 30

Batasan Operasional ... 32

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Geografis kecamatan Teluk Mengkudu ... 33

Penduduk dan Tenagak Kerja ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan Sarana Produksi ... 39

(8)

Peralatan Produksi ... 40

Modal ... 40

Tenaga Kerja ... 40

Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin ... 41

Analisis SWOT, Faktor Internal (Kekuatan-Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Pada Pengembangan Pengolahan Ikan ... 46

Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 60

Saran ... 60

Saran Kepada Pengusaha ... 61

Saran Kepada Pemerintah ... 61

Saran Kepada Peneliti Selanjutnya ... 62

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Produksi Perikanan Menurut Daerah Tangkapan dan Kecamatan,

2010... 22

2. Jumlah Produksi Pengusaha Pengolahan Perikanan di Kabupaten Serdang Bedagai, 2012... 23

3. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami... 25

4. Matriks Analisis SWOT ... 27

5. Model Matriks Faktor Strategi Internal, Matriks Faktor Strategi Faktor Eksternal ... 30

6. Faktor Strategi Internal/Eksternal ... 31

7. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Pendudk per Km2... 35

8. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Bangsa Dirinci per Desa, 2011 ... 35

9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011... 36

10.Perkiraan Mata Pencaharian Kepala Rumah Tangga Dirinci Tiap Desa Tahun 2011 ... 37

11.Perhitungan Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin ... 42

12.Matriks Faktor Strategi Internal ... 52

13.Matriks Faktor Strategi Eksternal... 54

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Matriks Posisi SWOT ... 14

2. Matriks Analisis SWOT... 15

3. Skema Kerangka Pemikiran Analisis dan Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan ... 20

4. Matriks Posisi SWOT Usaha Pengolahan Ikan Asin... 55

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal.

1. Distribusi Penggunaan Input Produksi...

2. Distribusi Penggunaan Biaya Tenaga Kerja...

3. Distribusi Penerimaan Usaha Pengolahan Ikan Asin...

4. Skor Kekuatan Usaha Pengolahan Ikan Asin...

5. Skor Kelemahan Usaha Pengolahan Ikan Asin...

6. Skor Peluang Usaha Pengolahan Ikan Asin...

7. Skor Ancaman Usaha Pengolahan Ikan Asin...

(12)

RINGKASAN

RIZKI RAMADANI (080309008) dengan judul skripsi “ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN NILAI TAMBAH PRODUK PERIKANAN (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)” yang dilakukan pada Bulan Januari s.d.April 2012 dan dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si. dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan

pertimbangan tertentu. Penarikan sampel dilakukan dengan Metode Sensus, yaitu keseluruhan populasi diambil sebagai sampel dikarenakan jumlah

populasi hanya sedikit yaitu berjumlah 16 pengusaha pengolahan ikan asin. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Nilai Tambah Metode Hayami dan Analisis SWOT.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang

memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam

penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan

kerja. Bila sektor perikanan dikelola secara serius, maka akan memberikan

kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat

mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat nelayan

dan petani ikan (Mulyadi, 2005).

Subsektor perikanan dan peternakan merupakan andalan utama sumber

pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Ikan, selain merupakan sumber protein,

juga diakui sebagai “functional food” yang mempunyai arti penting bagi

kesehatan karena mengandung asam lemak tidak jenuh berantai panjang (terutama

yang tergolong asam lemak omega-3), vitamin, serta makro dan mikro mineral

(Heruwati, 2002).

Akan tetapi, jumlah ikan yang tersedia belum memenuhi kondisi ideal

kecukupan gizi. Salah satu penyebabnya adalah belum meratanya distribusi ikan

antar daerah karena tidak seimbangnya distribusi konsumen dengan produsen.

Didaerah yang merupakan pusat produksi ikan tetapi jumlah konsumennya

sedikit, angka ketersediaan ikan per kapita sudah dapat mencapai kondisi ideal.

Tetapi daerah yang merupakan pusat konsumen tetapi pasokan ikannya rendah,

(14)

dan memungkinkan untuk didistribusikan dari pusat produksi ke pusat konsumsi

(Heruwati, 2002).

Kelemahan - kelemahan pada ikan telah dirasakan sangat menghambat

usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar,

terutama pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu perlu dilakukan

usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada

pasca panen melalui proses pengolahan maupun pengawetan (Afrianto, 1989).

Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian

penting dari rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua proses tersebut,

peningkatan produksi ikan yang telah dicapai selama ini akan sia-sia. Karena

tidak semua produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan

baik. Pengolahan dan pengawetan ikan bertujuan untuk mempertahankan mutu

dan kesegaran ikan selama mungkin dengan cara menghambat atau menghentikan

sama sekali penyebab kemunduran mutu (pembusukan) maupun penyebab

kerusakan ikan (misalnya aktivitas enzim, mikro organisme, atau oksidasi

oksigen), agar ikan tetap baik sampai ke tangan konsumen (Afrianto, 1989).

Proses pengolahan ikan juga telah dilakukan oleh sebagian nelayan di

Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Sebanyak 16

pengusaha pengolahan perikanan telah melirik usaha pengolahan ikan.

Untuk melihat potensi dari usaha pengolahan ikan, maka perlu dilakukan

untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan nilai tambah dari pengolahan

perikanan yang bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai tambah dari

(15)

ini mampu memberikan peningkatan pendapatan kepada pengusaha pengolahan

perikan.

Selain itu, perlu kiranya untuk menganalisis faktor-faktor internal dan

faktor-faktor eksternal dari usaha pengolahan perikanan tersebut. Sehingga dapat

disusun sebuah strategi pengembangan nilai tambah produk perikanan tersebut.

Penyusunan strategi ini tidak hanya melibatkan para pengusaha pengolahan

produk perikanan. Akan tetapi juga akan melibatkan instansi pemerintah yang

terkait dengan usaha pengolahan produk perikanan tersebut. Sehingga strategi

atau kebijakan yang akan diambil dalam mengembangkan usaha pengolahan

perikanan tersebut tidak hanya berdasarkan pendapat ataupun situasi dan kondisi

dari para pelaku usaha tersebut, tetapi juga akan melihat dari sudut pandang

instansi pemerintah. Dengan demikian akan diperoleh kebijakan atau strategi yang

lebih objektif. Hal inilah yang melatarbelakangi diajukannya sebuah usulan

penelitian dengan judul “Analisis dan Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan”.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari agroindustri produk perikanan

di daerah penelitian?

2. Bagaimana strategi pengembangan nilai tambah agroindustri produk

(16)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah agroindustri produk perikanan

di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui strategi pengembangan nilai tambah agroindustri produk

perikanan di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk

kepentingan akademis maupun non akademis.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Komposisi Ikan

Indonesia memiliki kekayan laut yang banyak dan beraneka ragam. Laut

perairan Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2, panjang garis pantai sekitar

81.000 km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 tentu saja berpotensi untuk

menghasilkan hasil laut yang jumlahnya cukup besar, yaitu 6,26 juta ton per

tahun. Potensi produk perikanan Indonesia tersebut tergolong cukup besar

(Tim Penulis PS, 2008).

Sejak beberapa abad yang lalu manusia telah memanfaatkan ikan sebagai

salah satu bahan pangan yang banyak mengandung protein. Protein ikan sangat

dibutuhkan oleh manusia karena selain mudah dicerna juga mengandung asam

amino dengan pola yang hampir sama dengan asam amino yang terdapat di dalam

tubuh manusia. Berdasrkan hasil penelitian, ternyata daging ikan memiliki

komposisi kimia sebagai berikut:

Air : 60,0-84,0 %

Protein : 18,0 – 30,0 %

Lemak : 0,1-2,2%

Karbihidrat : 0,0-1,0%

Vitamin dan Mineral : sisanya

(Afrianto, 1989)

Seiring dengan pertumbuhan populasi dunia, konsumsi ikan pun

(18)

budidaya maupun perikanan tangkap sangat bermanfaat untuk kesehatan karena

kandungan proteinnya tinggi.

Permintaan produk perikanan terus meningkat. Tidak hanya dalam negeri,

pasar ekspor pun demikian. Untuk memenuhi permintaan tersebut dibutuhkan

produksi melalui usaha budidaya, baik untuk ikan tambak, ikan tawar, ikan laut,

ikan tawar, hingga ikan hias. Tingginya permintaan pasar dunia terhadap produk

perikanan sering kali tidak terpenuhi. Oleh karena itu, perlu mengatasi masalah

dalam pemenuhan permintaan dari Negara-negara pengimpor yang dari tahun ke

tahun terus meningkat (Tim Penulis PS, 2008).

Pengolahan ikan semakin memegang peranan penting dalam

pembangunan perikanan. Usaha yang dimaksud tidak hanya di sektor budidaya,

tetapi juga di sektor pasca budidaya, seperti aneka olahan perikanan. Dengan

demikian, akan menambah nilai komersilnya (Tim Penulis PS, 2008).

Sebagian besar hasil perikanan berasal dari penangkapan di laut. Karena

itu, jumlah produksi perikanan mengalami fluktuasi tergantung dari aktivitas

penangkapannya. Saat musim panen tiba, hasilnya melimpah. Tetapi saat musim

paceklik, hasilnya berkurang. Sementara itu, jumlah konsumen yang

membutuhkan ikan relatif stabil setiap waktu. Akibat dari pola penangkapan

musim tersebut, terkadang ikan hasil tangkapannya tidak terserap pasar atau

konsumen. Bahkan saat-saat musim panen, sebagian besar ikan tidak dapat

diangkut ke pasar karena terbentur segala keterbatasan, misalnya transportasi,

sarana dan prasarana penanganan (handling) (Djarijah, 1995).

Proses pembusukan pada ikan dapat disebabkan terutama oleh aktivitas

(19)

proses oksidasi pada lemak tubuh oleh oksigen dari udara. Biasanya pada tubuh

ikan yang telah terjadi proses pembusukan terjadi perubahan, seperti : timbulnya

bau busuk, daging menjadi kaku, sorot mata pudar, serta adanya lendir pada

insang maupun tubuh bagian luar.

Pada saat ditangkap, ikan masih bernafas hingga beberapa waktu

kemudian. Seluruh jaringan peredaran darah ikan masih mampu menyerap

oksigen sehingga proses kimia yang terjadi dapat berlangsung secara aerob

(memanfaatkan oksigen). Setelah ikan mati, tidak terjadi aliran oksigen di dalam

jaringan peredaran darah karena aktivitas jantung dan kontrol otaknya telah

terhenti. Terhentinya aliran oksigen ke dalam jaringan peredaran darah

menyebabkan terjadinya reaksi anaerob yang tidak diharapkan karena sering

mengakibatkan kerugian. Reaksi anaerob akan memanfaatkan ATP dan glikogen

yang telah terbentuk selama ikan masih hidup, sebagai sumber energi, sehingga

jumlah ATP terus berkurang. Akibatnya, pH tubuh menurun dan jaringan otot

tidak mampu mempertahankan fleksibilitasnya (kekenyalannya). Kondisi inilah

yang dikenal dengan istilah rogor mortis (Afrianto, 1989).

Untuk mengatasi hal itu, sebagian nelayan dan pedagang mengawetkannya

agar tidak lekas busuk. Salah satu cara pengawetan ikan yang mudah dilakukan

tetapi hasilnya digemari oleh masyarakat adalah pengawetan dengan garam. Hasil

(20)

Landasan Teori

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam

kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas

alokasi sumberdaya. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun

adiktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan

internal yang dapat mempengaruhi organisasi (Rangkuti, 2001).

Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai

keberhasilan. Terdapat elemen srategi yang harus dipenuhi untuk menjamin

keberhasilan kegiatan. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana,

kosnsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap

lingkungan persaingan. Ketiga, penilain obejektif terhadap sumber daya dan

implementasi yang efektif (David, 2006).

Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian, dan karena itu

agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati

selama ini, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, subsistem

usahatani, subsistem pengolahan hasil (agroindustri), subsistem pemasaran,

subsistem sarana dan subsistem pembinaan (Soekartawi, 2001).

Sumbangan dan peranan agroindustri terhadap perekonomian nasional

diwujudkan dalam bentuk antara lain :

1. Penciptaan lapangan kerja dengan memberikan kehidupan bagi sebagian besar

penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian.

2. Peningkatan kualitas produk pertanian untuk menjamin pengadaan bahan baku

(21)

3. Perwujudan pemerataan pembangunan di berbagai pelosok tanah air yang

mempunyai potensi pertanian sangat besar terutama di luar Pulau Jawa.

4. Mendorong terciptanya eksport komoditi pertanian

5. Meningktakan nilai tambah produk pertanian.

(Sooekartawi, 2001).

Efek multiplier yang ditimbulkan dari pengembangan agroindustri

meliputi semua industri dari hulu sampai pada industri hilir. Hal ini disebabkan

karena karakteristik dari agroindustri yang memiliki kelebihan dibandingkan

dengan industri lainnya, antara lain:

1) Memiliki keterkaitan yang kuat baik dengan industri hulunya maupun ke

industri hilir.

2) Menggunakan sumber daya yang ada dan dapat diperbaharui.

3) Mampu memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar

internasional maupun di pasar domestik

4) Dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar.

5) Produk agroindustri pada umumnya bersifat cukup elastis sehingga dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat yang berdampak semakin luasnya

pasar khususnya pasar domestik (Suprapto, 2003).

Menurut Wright (1987, dalam Darmawati, 2003), value added (nilai

tambah) adalah produk atau hasil dikurangi dengan biaya bahan baku dan bahan

penunjang yang digunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, nilai tambah

merupakan sejumlah nilai jasa (return) terhadap faktor produksi, modal tetap,

(22)

Menurut Hayami et al (1987) ada dua cara untuk menghitung nilai tambah

yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahahan dapat dikategorikan

menjadi dua faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh

adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan untuk tenaga kerja.

Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja,

harga bahan baku dan nilai input lain.

Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami

seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk

mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus

segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 2008).

Analisi SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan

kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang

berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths,

weakness, oppurtunities dan threats. Metode ini paling sering digunakan dalam

mengevaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT

hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai penyelesaian masalah

(Wibisono, 2010).

Pada analisis SWOT, yang ditinjau adalah perbandingan antara faktor

eksternal peluang (oppurtunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal

kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknes) (Rangkuti, 2008).

Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap, yaitu :

1. Tahap pengumpulan data

(23)

3. Tahap pengambilan keputusan

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan

pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian data pra analisis.

Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh

dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu :

1. Matriks faktor strategi eksternal

2. Matriks faktor strategi internal. (Soepono, 1997).

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data

yang terdiri atas tiga model, yaitu :

1. Matriks Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui

terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS (Internal

Strategic Factors Analysis Summary).

- Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan)

- Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari 4 (sangat baik),

nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan

dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negative.

- Beri bobot untuk setiap faktor 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3).

Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

- Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh

(24)

- Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan

bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana

perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan

kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi

Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total

skor kekuatan dan kelemahan.

2. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih

dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS (External Strategic

Factors Analysis Summary).

- Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman)

- Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari 4 (sangat baik),

nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan

dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatif.

- Beri bobot untuk setiap faktor 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3).

Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

- Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh

skoring dalam kolom 4.

- Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan

bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana

(25)

Hasil identifikasi faktor kunci eksternal yang merupakan kekuatan dan

kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi

Eksternal (EFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total

skor peluang dan ancaman.

3. Matriks Posisi

Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi

eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut :

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu vertikal (y) merupakan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :

- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan

sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya

y < 0.

- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan

sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai

(26)

Y ( +)

X (-) X (+)

Y (-)

Gambar 1. Matriks Posisi SWOT

Kuadran I :

- Merupakan posisi yang menguntungkan

- Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat

memanfaatkan peluang secara maksimal

- Seharusnya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan

yang agresif.

Kuadran II :

- Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman, perusahaan mempunyai

keunggulan sumber daya.

- Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya

untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

- Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.

EKSTERNAL FAKTOR

Kuadran I

I N T E R N A L

Kuadran III

(27)

Kuadran III :

- Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumberdayanya lemah. Karena

itu dapat memaanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi

perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal

perusahaan.

Kuadran IV :

- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.

- Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya

yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

- Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi.

(Rangkuti, 2008).

Matrik ini dapat menggambarkaan dengan jelas bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan sesuai dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimiliknya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set

kemungkinan alternative strategis yang ditunjukkan pada Gambar 2.

IFAS

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) (Ancaman)

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi kelemahan

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan

(28)

• Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran yaitu dengan menggunakan

seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

• Strategi ST

Strategi ini adalah untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

dengan cara menghindari ancaman.

• Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan

cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.

• Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan bersifat defensive atau bisa disebut

dengan sikap pertahanan dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada

serta menghindari ancaman.

(Rangkuti, 2008).

Komponen strategi operasional dibuat untuk mendukung penerapan misi

dan strategi perusahaan, yaitu sebagai berikut :

1. Strategi Kualitas

Perusahaan harus menentukan persepsi konsumen mengenai kualitas yang

diharapkan. Ia juga merumuskan secara jelas kebijakan serta prosedur untuk

mencapai kualitas seperti yang diharapkan oleh konsumen agar ia dapat bersaing

untuk memperoleh keunggulan bersaing.

(29)

2. Strategi Produk

Strategi ini meliputi biaya produksi, kualitas dan penggunaan sumber daya

manusia dan interaksi dengan desain produk. Desain produk sering kali terbentur

pada kendala produksi yang rendah dan keinginan membuat produk dengan

kualitas yang sangat tinggi.

3. Strategi Proses

Proses produksi setiap produk berbeda. Pengambilan keputusan terhadap

proses menyangkut komitmen yang diambil oleh pihak manajemen. Faktor-faktor

yang harus dipertimbangkan adalah teknologi yang digunakan, kualitas,

pendayagunaan tenaga kerja manusia dan peralatan.

4. Strategi Fasilitas

Pengambilan keputusan mengenai fasilitas baik pada industri manufaktur

maupun pada industri jasa sangat menentukan tingkat keberhasilan perusahaan.

Strategi mengenai fasilitas akan gagal jika perusahaan tidak mengetahui semua

peluang untuk meningkatkan efisiensi operasional dari fasilitas yang ada.

(Rangkuti, 2008).

Kerangka Pemikiran

Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki luas perairan sebesar 5,8

juta km2 dan panjang garis pantai sebesar 81.000 km mempunyai potensi

perikanan yang sangat besar. Kekayaan alam khususnya perikanan yang beraneka

ragam dan melimpah adalah kekayaan yang potensinya sangat tinggi. Jika potensi

tersebut dapat dikembangkan dan diolah dengan baik tentunya akan menjadi

(30)

Ikan sendiri merupakan sumber pangan yang sangat baik bagi manusia.

Karena selain kaya akan protein, tubuh ikan juga memiliki asam amino yang

strukturnya hampir mirip dengan asam amino yang terdapat dalam tubuh manusia.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika permintaan konsumen akan hasil

perikanan selalu meningkat dari waktu ke waktu. Tidak hanya di dalam negeri,

permintaan akan produk perikanan juga datang dari mancanegara.

Permintaan yang tinggi terhadap produk perikanan sering kali tidak dapat

dipenuhi dan distribusi yang kurang merata karena terkendala dalam hal

transportasi dan hal lainnya. Fluktuasi hasil perikanan yang disebabkan oleh

iklim juga salah satu faktor yang membuat terkadang permintaan tersebut tidak

terpenuhi.

Hasil perikanan yang dominan dihasilkan dari aktivitas perikanan tangkap

sangat tergantung terhadap iklim dan musim. Pada saat musim panen, produk

perikanan sangat melimpah. Namun pada saat musim paceklik, ikan sangat

sedikit. Sementara jumlah permintaan konsumen akan produk perikanan relative

stabil dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan pengolahan dan

pengawetan ikan. Sehingga kebutuhan terhadap ikan dapat selalu dipenuhi

meskipun dalam musim paceklik.

Sifat ikan yang mudah rusak atau busuk juga menjadi alasan pentingnya

pengolahan dan pengawetan produk perikanan. Kerusakan atau pembusukan pada

ikan dapat disebabkan oleh aktivitas enzim yang terdapat dalam tubuh ikan itu

sendiri, aktivitas mikroba maupun oleh proses oksidasi oksigen dari udara.

Sehingga dibutuhkan penanganan khusus agar ikan dapat sampai ke tangan

(31)

Proses pengolahan perikanan akan memberikan nilai tambah terhadap

produk olahan perikanan tersebut. Diversifikasi pengolahan juga menjadi suatu

sumber pendapatan tambahan karena konsumen dapat menikmati produk

perikanan itu dalam berbagai jenis, tidak hanya menikmati dalam bentuk segar.

Untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan

produk perikanan sangat diperlukan analisis nilai tambah dengan menghitung nilai

output yang dihasilkan kemudian dikurangkan dengan nilai bahan input yang

diperlukan untuk memproduksi produk olahan tersebut.

Dalam setiap usaha, seperti halnya usaha pengolahan perikanan sangat

dibutuhkan strategi agar dapat bersaing. Strategi pengembangan agribisnis

pengolahan perikanan sangat penting untuk perencanaan dan pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan usaha tersebut. Baik dari segi jenis produk,

skala usaha dan hal lainnya yang dibutuhkan agar dapat bersaing dengan usaha

lainnya yang sejenis.

Untuk menentukan strategi pengembangan agroindustri pengolahan

perikanan diperlukan analisis faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan

faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman). Faktor-faktor tersebut dianalisis

dengan memberikan skoring melalui analisis SWOT. Dengan demikian dapat

disusun matriks SWOT yang dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan

dalam menentukan strategi yang digunakan dalam mengembangkan usaha

pengolahan perikanan.

Penyusunan matriks SWOT dilakukan setelah melalui analisis

(32)

total dari skor tersebut nantinya akan menunjukkan bagaimana komoditi bereaksi

terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan faktor-faktor strategis internalnya.

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Analisis dan Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan.

Keterangan :

= menyatakan hubungan

= menyatakan pengaruh Produk Perikanan

Nilai Tambah Agroindustri Produk

Perikanan

Berbagai Faktor Penentu

Matriks SWOT

(33)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah dibuat, maka diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Ada nilai tambah yang diperoleh dari agroindustri produk perikanan di daerah

penelitian.

2. Agroindustri produk perikanan dapat dikembangkan secara teknis dan

(34)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, daerah yang akan

diteliti adalah Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

Pemilihan daerah ini berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan

daerah dengan produksi perikanan terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai. Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.Berikut :

Tabel 1. Produksi Perikanan Menurut Daerah Tangkapan dan Kecamatan, 2010 (ton)

(35)

Selain itu, Kecamatan Teluk Mengkudu merupakan kecamatan di

Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki jumlah pengusaha dan jumlah

produksi pengolahan perikanan yang paling banyak. Seperti yang terlihat pada

Tabel 2.Berikut :

Tebel 2. Jumlah Produksi Pengusaha Pengolahan Perikanan di Kabupaten Serdang Bedagai, 2012

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai, 2012

Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa jumlah pengusaha pengolahan perikanan

di Kecamatan Teluk Mengkudu Sebanyak 21 pengusaha dari total 43 pengusaha

(36)

Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah pengusaha pengolahan perikanan yang berada di

Kecamatan Teluk Mengkudu. Banyaknya pengusaha pengolahan perikanan di

daerah ini adalah 16 pengusaha.

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode sensus.

Menurut Supranto (2003), sensus adalah kegiatan pencatatan yang menyeluruh

terhadap elemen-elemen yang menjadi obyek penyelidikan. Ini dilakukan

terhadap populasi dengan jumlah sedikit. Hal ini juga sesuai dengan teori yang

dinyatakan oleh Arikunto (1998) yakni jika subyek penelitian sedikit, maka

seluruh subyek dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi.

Untuk melengkapi data dalam menentukan kebijakan mengenai strategi

pengembangan usaha pengolahan perikanan, maka responden akan ditambah dari

instansi pemerintah yang terkait. Diantaranya satu orang mewakili Bappeda

Kabupaten Serdang Bedagai, satu orang dari Dinas Perindustrian, satu orang dari

Dinas Koperasi dan UKM, serta tiga orang dari Dinas Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Serdang Bedagai. Sehingga total responden menjadi 21 orang.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan serta wawancara

kepada pengusaha pengolahan perikanan dengan menggunakan daftar

pertanyaan/kuisioner. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait

dengan penelitian ini, seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang

(37)

Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan hipotesis 1, dilakukan dengan menghitung nilai

tambah yang dihasilkan pada proses pengolahan produk perikanan. Dihitung

dengan menggunakan pengukuran nilai tambah metode Hayami. Prosedur

penghitungan nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami adalah sebagai

berikut:

Tabel 3. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah metode Hayami

Variabel Nilai

I.Output, Input dan Harga

1. Output (Kg) 2. Input (Kg)

3. Tenaga Kerja (HOK) 4. Faktor Konversi

5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/kg) 6. Harga Output (Rp)

7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK)

(1)

II.Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) 9. Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 10. Nilai Output (Rp/kg)

11. a. nilai tambah (Rp/kg) b. rasio nilai tambah (%)

12. a. pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) b. pangsa tenaga kerja (%)

13. a. keuntungan (Rp/kg) b. tingkat keuntungan (%)

(8)

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/kg)

a. Pendapatan tenaga kerja b. Sumbangan input lain c. Keuntungan pengusaha

(14) = (10) – (8)

(14a) = (12a/14) x 100% (14b) = (9/14) x 100% (14c) = (13a/14) x 100%

Sumber: Hayami, et all. Agricultural Marketing and Processing In Up Land Java. Dalam Triputra (2011)

Perhitungan dengan menggunakan model tersebut, dalam hal ini dilakukan

untuk satu kali proses produksi dari agroindustri produk perikanan. Dalam metode

(38)

menunjukkan banyaknya produk olahan yang dihasilkan dari satu kilogram bahan

baku.

Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang

diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Nilai produk menunjukkan nilai

output yang dihasilkan dari satu satuan input. Nilai input lain mencakup nilai dari

semua korbanan selain bahan baku dan tenaga kerja langsung yang digunakan

selama produksi berlangsung.

Menurut Suprapto (2006) dalam Triputra (2011), kelebihan dari analisis

nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami adalah:

1. Dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitas.

2. Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi.

3. Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat diterapkan pula untuk subsistem

lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran.

Untuk hipotesis 2, digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan matriks

SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi pengusaha pengolahan produk perikanan disesuaikan dengan

kelemahan yang dimiliki. Analisis SWOT menyediakan pemahaman realistis

tentang hubungan suatu organisasi dengan lingkungannya untuk mendapatkan

strategi yang dapat memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimumkan

kelemahan dan ancaman yang ada. Dengan gambaran tersebut kita akan dapat

melihat bagaimana strategi pengembangan nilai tambah produk perikanan.

Matriks SWOT menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi,

(39)

Tabel 4. Matriks Analisis SWOT

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) (Ancaman)

Strategi ST

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk mengatasi kelemahan

Strategi WT

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi

eksternal dipetakan pada matriks posisi. Untuk menentukan posisi strategi pada

koordinat kartesius, dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu vertikal (y) merupakan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :

- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan

sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya

y < 0.

- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan

sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai

x < 0.

(Soepono, 1997).

Setelah titik koordinat ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah

menarik garis lurus dari titik titik koordinat tersebut dan melihat titik dimana

(40)

Kuadran I :

- Merupakan posisi yang menguntungkan

- Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat

memanfaatkan peluang secara maksimal

- Seharusnya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan

yang agresif.

Kuadran II :

- Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman, perusahaan mempunyai

keunggulan sumber daya.

- Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya

untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

- Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.

Kuadran III :

- Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumberdayanya lemah. Karena

itu dapat memaanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi

perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal

perusahaan.

Kuadran IV :

- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.

- Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya

yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

- Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi.

(41)

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu

dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan

model matrik faktor strategi internal, matrik faktor strategi eksternal seperti Tabel

5 dibawah ini :

Tabel 5. Model Matrik Faktor Strategi Internal, Matrik Faktor Strategi Eksternal

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal

4 Sangat Baik Kekuatan Peluang

3 Baik Kekuatan Peluang

2 Cukup Baik Kekuatan Peluang

1 Tidak Baik Kekuatan Peluang

-4 Sangat Baik Kelemahan Ancaman

-3 Baik Kelemahan Ancaman

-2 Cukup Baik Kelemahan Ancaman

-1 Tidak Baik Kelemahan Ancaman

Total Skor

Setiap faktor internal dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat

baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 4 untuk kategori sangat baik

sampai 1 untuk kategori tidak baik. Sedangkan setiap faktor internal kelemahan

dan faktor eksternal ancaman diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan

diberi rating mulai dari -4 untuk kategori sangat baik sampai -1 untuk kategori

(42)

Tabel 6. Faktor Strategi Internal/Eksternal

Faktor Strategi

Internal/Eksternal Rating Bobot

Skoring (Rating x Bobot)

Kekuatan/Peluang : 1.

2. 3. Dst

Total Bobot Kekuatan/Peluang 100

Kelemahan/Ancaman : 1.

2. 3. Dst

Total bobot Kelemahan/Ancaman 100

Selisih Kekuatan-Kelemahan/ peluang-Ancaman

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeiruan dalam penafsiran

penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut

Definisi

1. Produk Perikanan yaitu produk yang dihasilkan dari penangkapan ikan dilaut

yakni berupa ikan.

2. Strategi pengembangan nilai tambah agroindustri produk perikanan adalah

cara-cara yang efisien dan sistematis untuk mengembangkan usaha

pengolahan perikanan di masa yang akan datang.

3. Nilai tambah adalah tambahan keuntungan yang diperoleh para pengusaha

(43)

penjualan ikan segar. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai output

dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain dengan satuan Rp/kg.

4. Pengolahan perikanan adalah pengolahan produk ikan ke dalam berbagai

bentuk agar dapat didistribusikan dan sampai ke tangan konsumen dalam

keadaan baik.

5. Input produksi agroindustri produk perikanan adalah bahan baku, bahan

penunjang, tenaga kerja, modal dan teknologi.

6. Bahan baku adalah segala sesuatu atau bahan-bahan dasar yang dipakai untuk

memulai suatu produksi yang akan menghasilkan suatu produk yang baru.

7. Faktor internal merupakan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang

dimiliki pengusaha pengolahan perikanan.

8. Faktor eksternal adalah peluang dan ancaman yang ada pada usaha

pengolahan perikanan.

9. Kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif yang

memungkinkan organisasi/perusahaan memenuhi keuntungan strategic dalam

mencapai visi dan misi.

10.Kelemahan adalah masalah atau kekurangan yang perlu diminimalkan dalam

usaha pengolahan perikanan yang berasal dari dalam atau internal.

11.Peluang adalah kesempatan-kesempatan yang mendukung usaha pengolahan

perikanan.

12.Ancaman adalah masalah-masalah yang perlu dihindari dalam usaha

(44)

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang

Bedagai.

2. Responden adalah pengusaha yang melakukan usaha pengolahan perikanan di

Kecamatan Teluk Mengkudu.

(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Geografis Kecamatan Teluk Mengkudu

Secara geografis, Kecamatan Teluk Mengkudu terletak pada bagian utara

Kabupaten serdang Bedagai. Luas wilayah Kecamatan Teluk Mengkudu adalah

69,95 km2, sebagian besar merupakan dataran rendah. Berdasarkan luas desa di

Kecamatan Teluk Mengkudu, luas desa terbesar adalah Desa Matapao dengan

luas 12,06 km2 atau sekitar 18,02% dari luas total kecamatan Teluk Mengkudu,

diikuti Desa Sentang dengan luas 8,88 km2 atau 13,26 %, kemudian Desa Liberia

dengan luas 7,62 km2 atau 11,39 %. Luas desa terkecil adalah Desa Sialang Buah

dengan luas 1,68 km2 atau sekitar 2,52 persen dari total luas Kecamatan Teluk

Mengkudu. Ibukota Kecamatan mengkudu berada di desa Pematang Guntungan.

Jarak antara pusat pemerintahan dengan kantor Bupati Serdang Bedagai lebih

kurang 17 km.

Kecamatan Teluk Mengkudu terdiri dari 12 desa, dan 66 dusun. Jumlah

dusun terbanyak ada di Desa Sei Buluh yaitu 10 dusun, sedangkan dusun terkecil

ada di Desa Liberia dan Desa Sentang masing-masing terdiri dari tiga dusun.

Berdasarkan klasifikasi swakarya, swadaya dan swasembada, Kecamatan Teluk

Mengkudu terdiri atas empat desa swakarya dan delapan desa swasembada. Yang

tergolong desa swakarya adalah Desa Makmur, Pematang Guntung, Sentang, dan

Desa Bogak Besar. Sedangkan desa-desa yang lainnya adalah tergolong desa

(46)

Kecamatan Teluk Mengkudu mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka

• Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Tanjung Beringin dan

kecamatan Sei Rampah.

• Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Sei Rampah.

• Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Perbaungan.

4.2 Penduduk dan Tenaga Kerja

Jumlah penduduk Kecamatan Teluk Mengkudu, berdasarkan proyeksi

penduduk pertengahan tahun 2011 sebanyak 41.469 jiwa, dengan jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 20.904 jiwa (50,41%) dan jumlah penduduk

perempuan sebanyak 20.565 jiwa (49,59%). Rasio jenis kelamin (sex ratio)

penduduk kecamatan Teluk Mengkudu sebesar 102 %, yang berarti dalam setiap

100 penduduk perempuan ada 102 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 79,91

km2, maka rata-rata kepadatan penduduk kecamatan Teluk Mengkudu mencapai

519 jiwa/km2. Desa Sialang Buah adalah desa yang mempunyai kepadatan

penduduk terbesar yaitu 1.649 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terkecil

adalah Desa Matapao sebesar 140 jiwa/km2. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7

berikut :

(47)

Tabel 7. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk per km2 di Kecamatan Teluk Mengkudu Tahun 2011

No. Desa

Jenis Kelamin Rasio Jenis Kelamin

Kepadatan Pendudk/km2

Laki-laki Perempuan

1

Pekan Sialang Buah Sialang Buah Pematang Guntung Sentang

Bogak Besar Pematang Kuala

6,95

Sumber : Proyeksi BPS Kabupaten Serdang Bedagai

Jumlah penduduk Kecamatan Teluk Mengkudu berdasarkan suku bangsa

dapat dilihat pada Tabel 8. berikut ini :

Tabel 8. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Bangsa Dirinci per Desa Tahun 2011

No Desa Jawa Melayu Karo

Simalu-ngun Toba

Manda-iling Minang Banjar Lainnya

1 Pekan Sialang Buah Sialang Buah Pematang Guntung Sentang

Bogak Besar Pematang Kuala

6858

Sumber : Koordinator Statistik Kecamatan Teluk Mengkudu

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa penduduk Teluk Mengkudu terbesar

(48)

dengan jumlah 277 jiwa. Penduduk Teluk Mengkudu didominasi oleh suku jawa

yang memiliki spirit usaha yang tinggi. Terutama dalam usaha pengolahan

makanan, suku jawa adalah suku yang memiliki keterampilan yang tinggi.

Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Teluk

Mengkudu dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Jiwa Persentase

1

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Dari Tabel 9. dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan Teluk Mengkudu

yang berada pada kelompok umur 0-4 tahun merupakan angka terbesar, yakni

5860 jiwa atau sebesar 13,817% dari jumlah total penduduk, kemudian disusul

oleh kelompok umur 5-9 tahun dengan jumlah 5466 jiwa atau sekitar 12,888%

(49)

adalah kelompok umur 65+ dengan jumlah 1053 jiwa atau sekitar 2,483% dari

jumlah total penduduk.

Namun jika disusun berdasarkan kriteria kelompok produktif dengan

nonproduktif, maka kelompok produktif (15-54 tahun) merupakan kelompok yang

dominan atau mayoritas dengan jumlah sebesar 22382 jiwa atau sekitar 52,772%

dari jumlah total penduduk. Kelompok non produktif berkisar 20031 jiwa atau

47,228 dari jumlah total penduduk. Dari angka ini dapat dilihat bahwa antara

penduduk yang produktif dengan penduduk yang non produktif memiliki

perbandingan yang hampir sama besar atau mendekati perbandingan 1:1, artinya

setiap 1 orang penduduk yang produktif harus menanggung 1 orang penduduk

yang tidak produktif.

Tabel 10. Perkiraan Mata Pencaharian Kepala Rumah Tangga Dirinci Tiap Desa Tahun 2011

No Desa Petani Pedagang Nelayan Pegawai Negeri

Karyawan Swasta

Karyawan

kebun Lainnya

1

P. Sialang Buah

(50)

Dari Tabel 10. Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbesar Kecamatan

Teluk Mengkudu berprofesi sebagai petani dengan jumlah 3810 jiwa. Disusul

oleh profesi nelayan dengan jumlah sebesar 2019 jiwa. Sedangkan profesi terkecil

adalah penduduk dengan profesi sebagai karyawan swasta dengan jumlah sebesar

(51)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Ketersediaan Sarana Produksi 5.1.1 Ikan

Ikan merupakan bahan pokok dalam pembuatan ikan asin. Ketersediaan

ikan untuk usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian sangat tergantung

pada hasil tangkapan nelayan di laut. Beberapa pengusaha ikan melakukan

kerjasama dengan nelayan, dimana pengusaha memberikan kapal mereka

dipergunakan oleh nelayan untuk melaut dengan catatan, seluruh hasil tangkapan

mereka harus dijual kepada pengusaha tersebut. Kerjasama ini sangat

menguntungkan kepada kedua belah pihak. Pengusaha terbantu oleh nelayan

untuk memenuhi kebutuhan ikan dalam pengolahan ikan asin, dan nelayan sangat

terbantu karena dapat melaut dan menambah pendapatan mereka.

Di daerah penelitian ada tiga jenis ikan yang umum digunakan oleh

pengusaha sebagai bahan baku pengolahan ikan asin, yakni ikan gulama, ikan

kasai dan ikan bintang timur. Tingkat harga beli ikan ini juga bervariasi pada

setiap pengusaha ikan asin. Rata-rata harga beli untuk masing-masing jenis ikan

adalah Rp 3.500,00/kg untuk jenis ikan gulama dan ikan kasai. Sedangkan untuk

ikan bintang timur, harga beli rata-rata adalah Rp 1.500,00/kg.

5.1.2 Garam

Garam merupakan bahan tambahan untuk menghasilkan ikan asin. Selain

untuk menambah rasa asin pada ikan, garam ini juga berfungsi untuk

(52)

yang akan diolah. Garam ini diperoleh dari toko-toko penyedia yang ada disekitar

lokasi usaha pengolahan ikan asin. Untuk setiap 1 sak (50 kg) garam dibeli oleh

pengusaha dengan harga Rp 55.000,00. Dengan demikian untuk tiap 1 kg garam

yang digunakan pengusaha memerlukan biaya sebesar Rp 1.100,00.

5.1.3 Peralatan Produksi

Peralatan produksi meliputi pisau untuk membelah ikan, tong atau fiber

yang digunakan untuk merendam ikan dan mencampur garam, alat untuk

penjemuran yang berbentuk persegi panjang yang kelilingnya dibuat dari kayu

dan dibagian tengahnya berbentuk seperti jaring yang berfungsi untuk tempat

ikan, serta goni untuk tempat ikan asin yang telah kering dan siap untuk

dipasarkan.

5.1.4 Modal

Modal adalah dana yang dipakai untuk memulai sebuah usaha. Modal

merupakan salah satu faktor internal yang harus tersedia untuk berlangsungnya

suatu usaha. Modal diperlukan untuk membeli sarana produksi seperti ikan, garam

dan peralatan produksi.

Modal usaha yang diperlukan untuk usaha pengolahan ikan asin adalah

modal dari pengusaha sendiri. Modal yang dibutuhkan mulai dari Rp 500.000 –

Rp 5.000.000,. Modal sangat menentukan jumlah produksi pengusaha pengolahan

ikan asin.

5.1.5 Tenaga Kerja

Dalam pengolahan ikan asin sangat membutuhkan tenaga kerja dari luar

keluarga terutama dalam pembelahan ikan segar dan pencucian. Tenaga kerja ini

(53)

pegawai tetap yang bekerja di lokasi produksi, yang mereka sebut dengan gudang.

Untuk tenaga kerja lepas, diupah sesuai dengan jenis pekerjaannya. Untuk

pembelahan ikan, tenaga kerja diupah sebesar Rp 1.000,00 untuk setiap 1 kg ikan

yang mereka belah. Tenaga kerja dalam pembelahan ikan ini biasanya merangkap

sampai pada proses pencucian.

Untuk proses penggaraman, beberapa pengusaha menggunakan tenaga

kerja luar dan sebagian lainnya menggunakan tenaga kerja dari keluarga sendiri.

Untuk proses penggaraman dan perendaman ikan, tenaga kerja diupah sebesar

Rp 20.000,- untuk 1 orang pekerja.

Setelah direndam 1 malam, ikan lalu dijemur dibawah terik matahari. Ikan

diletakkan pada alat jemur kemudian diletakkan diatas bambu yang melintang.

Untuk proses penjemuran, tenaga kerja diupah sebesar Rp 50.000 per hari.

5.2 Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin

Nilai Tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena suatu

komoditi mengalami proses pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan dalam

suatu proses produksi (penggunaan/pemberian input fungsional). Besarnya nilai

tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor non teknis. Informasi yang

diperoleh dari hasil analisis nilai tambah adalah besarnya nilai tambah, rasio nilai

tambah, marjin dan balas jasa yang diterima oleh pemilik-pemilik faktor produksi

(Sudiyono, 2004).

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang

diperolah dari pengolahan ikan sehingga menjadi ikan asin adalah metode hayami.

Perhitungan nilai tambah yang dilakukan pada proses pengolahan ikan dengan

(54)

pengolahan ikan menjadi ikan asin yang siap dipasarkan. Analisis nilai tambah

berguna untuk menguraikan masing-masing faktor produksi menurut sumbangan

masing-masing faktor produksi, serta berguna untuk mengetahui distribusi nilai

tambah terhadap tenaga kerja.

Nilai tambah dihitung dengan merata-ratakan jumlah penggunaan ikan

untuk masing-masing jenis ikan. Setelah perhitungan selesai dilakukan, kemudian

diidentifikasi masing-masing nilai tambah yang didapat dan berbagai perhitungan

lain yang dilakukan dengan menggunakan model hayami tersebut. Secara rinci,

perhitungan dengan menggunakan metode hayami berdasarkan data yang

diperoleh dari lapangan, dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perhitungan Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin

Variabel Nilai

I.Output, Input dan Harga

1. Output (Kg) 2. Input (Kg)

3. Tenaga Kerja (HKP) 4. Faktor Konversi

5. Koefisien Tenaga Kerja (HKP/kg) 6. Harga Output (Rp)

7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HKP)

147,5

II.Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) 9. Sumbangan Input Lain (Rp/kg) 10. Nilai Output (Rp/kg)

11. a. nilai tambah (Rp/kg) b. rasio nilai tambah (%)

12. a. pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) b. pangsa tenaga kerja (%)

13. a. keuntungan (Rp/kg) b. tingkat keuntungan (%)

1.500

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/kg)

a. Pendapatan tenaga kerja b. Sumbangan input lain c. Keuntungan pengusaha

(55)

Penjelasan mengenai perhitungan pada Tabel 11. adalah sebagai berikut :

Input,Output dan Harga

Rata-rata ikan asin yang dihasilkan oleh pengusaha adalah sebesar 147,5

kg dengan mengolah ikan segar sebanyak 368,75 kg. Nilai rata-rata ini diperoleh

dengan menjumlahkan seluruh output berupa ikan asin kemudian dibagi dengan

jumlah responden yaitu sebanyak 16 pengusaha ikan asin. Hal yang sama juga

dilakukan pada kebutuhan input. Seluruh jenis ikan yang digunakan untuk

memproduksi ikan asin dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah pengusaha.

Sehingga faktor konversi adalah sebesar 0,4. Faktor konversi ini diperoleh dengan

membandingkan antara rata-rata output dengan rata-rata input produksi. Faktor

konversi ini menunjukkan bahwa setiap 1 kg ikan segar yang diolah akan

menghasilkan ikan asin seberat 0,4 kg.

Rata-rata tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan ikan asin adalah

sebanya 13,0625 HKP, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam

mengolah 1 kg ikan asin adalah 0,035 dengan upah tenaga kerja sebesar Rp

42.966,5/HKP. Rata-rata tenaga kerja yang digunakan diperoleh dari jumlah

seluruh tenaga kerja yang digunakan dalam proses pembuatan ikan asin,

kemudian jumlah tersebut dibagi dengan jumlah pengusaha ikan asin. Koefisien

tenaga kerja diperoleh dari perbandingan rata-rata tenaga kerja yang digunakan

dengan rata-rata input yang digunakan dalam proses pengolahan ikan asin. Upah

tenaga kerja diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya tenaga kerja

(56)

Penerimaan dan Keuntungan

Rata-rata harga bahan baku yang digunakan dalam pengolahan ikan asin

adalah sebesar Rp 1.500/ kg ikan segar. Sumbangan input lain berupa garam

adalah sebesar Rp 275/kg ikan segar. Sumbangan input lain ini diperoleh dari

hasil kali harga garam per kilogram dengan banyaknya garam yang digunakan

untuk 1kg ikan segar. Harga garam per kilogramnya adalah Rp. 1.100,00 dan

jumlah garam yang digunakan adalah 1 kg untuk 4 kg ikan. Sehingga diperoleh

jumlah garam yang digunakan untuk 1 kg ikan adalah 0,25 kg. Sehingga

sumbangan garam diperoleh Rp. 1.100 X 0,25 kg, maka diperoleh nilai Rp.

275,00. Nilai output yang diperoleh pengusaha yakni sebesar Rp 4.000/kg ikan

asin. Nilai output ini diperoleh dengan mengalikan faktor konversi sebesar 0,4

dengan harga output sebesar Rp. 10.000,00.

Nilai tambah yang diperoleh pengusaha dalam memproduksi ikan asin

adalah sebesar Rp 2.225/kg ikan asin. Nilai ini diperoleh dengan mengurangkan

nilai output sebesar Rp. 4.000,00 dengan harga bahan baku sebesar Rp. 1.500,00

dan sumbangan input lain (garam) sebesar Rp. 275,00. Rasio nilai tambah ini

adalah sebesar 55,6 % dari nilai output. Pendapatan tenaga kerja sebesar

Rp 1.503,8/kg ikan asin yang dihasilkan. Pendapatan tenaga kerja ini diperoleh

dengan mengalikan koefisien tenaga kerja sebesar 0,035 dengan upah tenaga kerja

sebesar Rp. 42.966,5/HKP. Sehingga diperoleh pangsa tenaga kerja sebesar

67,59%. Nilai pangsa tenaga kerja ini diperoleh dengan membagikan pendapatan

tenaga kerja dengan nilai tambah kemudian dikalikan dengan 100%.

Sedangkan keuntungan yang diperoleh pengusaha adalah sebesar

(57)

tambah sebesar Rp. 2.225,00 terhadap pendapatan tenaga kerja sebesar

Rp. 1.446,89. Tingkat keuntungan pengusaha adalah 35,016%. Tingkat

keuntungan ini diperoleh dengan membagikan keuntungan Rp. 779,11 terhadap

nilai tambah Rp. 2.225,00 kemudian dikali dengan 100%.

Balas jasa Pemilik Faktor Produksi

Margin diperoleh dari pengurangan nilai output sebesar Rp. 4.000,00

dengan harga bahan baku sebesar Rp. 1.500,00. Nilai margin yang diperoleh

pengusaha pengolahan ikan asin adalah sebesar Rp 2.500/kg ikan asin. Bagian

pendapatan tenaga kerja diperoleh dari hasil bagi antara pendapatan tenaga kerja

sebesar Rp. 1.503,8 dengan marjin sebesar Rp. 2.500,00 dikali dengan 100%.

Nilai balas jasa pendapatan tenaga kerja yang diperoleh adalah sebesar 60,15%.

Balas jasa untuk sumbangan input lain diperoleh dari hasil bagi antara

sumbangan input lain sebesar Rp. 275,00 dengan marjin sebesar Rp. 2.500,00

dikalikan dengan 100%. Maka nilai balas jasa sumbangan input lain yang

diperoleh adalah sebesar 11%. Sedangkan nilai balas jasa untuk keuntungan

pengusaha diperoleh dari hasil bagi keuntungan sebesar Rp. 779,11 dengan marjin

sebesar Rp. 2.500,00 dikalikan dengan 100%, sehingga diperoleh nilai balas jasa

untuk keuntungan pengusaha sebesar 31,164%.

5.3 Analisis SWOT, Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) pada Pengembangan Pengolahan Ikan Asin.

Berdasarkan peninjauan di daerah penelitian dan sesuai dengan beberapa

metode yang digunakan untuk mengetahui faktor internal (kekuatan dan

(58)

asin. Tahap pertama adalah tahapan pengumpulan data. Melalui tahap ini maka

diketahui faktor internal dan eksternal sebagai berikut :

a. Beberapa kekuatan pada pengolahan ikan asin di daerah penelitian

1. Mutu Output mampu bersaing di pasar

Mutu output berupa ikan asin yang dihasilkan oleh pengusaha ikan

dianggap telah mampu bersaing di pasar. Bahkan beberapa pengusaha mengakui

bahwa mutu produk ikan asin yang dihasilkan merupakan mutu yang sangat dicari

oleh konsumen. Beberapa pengusaha tidak hanya memasok kebutuhan ikan asin

di sekitar daerah penelitian (Kabupaten Serdang Bedagai), bahkan mereka juga

telah mampu memasok kebutuhan konsumen hingga keluar kabupaten seperti

Medan, Kabupaten Simalungun (Siantar) dan beberapa Kabupaten lainnya yang

berada di Provinsi Sumatera Utara.

2. Ketersediaan Tenaga Kerja yang Melimpah

Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian tergolong sangat melimpah.

Setiap hari selalu ada tenaga kerja yang siap untuk dipekerjakan dalam

pengolahan ikan asin. Bahkan pengusaha tidak perlu lagi mencari tenaga kerja,

justru malah sebaliknya, tenaga kerja yang mencari pengusaha untuk menawarkan

jasa mereka.

3. Biaya Tenaga Kerja

Ketersediaan tenaga kerja yang melimpah membuat biaya tenaga kerja

juga tidak terlalu mahal. Menurut beberapa pengusaha dan beberapa pegawai

pemerintahan yang berkaitan dengan pengolahan ikan asin, biaya tenaga kerja di

daerah penelitian tergolong sangat rendah. Untuk proses pembelahan ikan, tenaga

(59)

menjadi faktor internal yang dapat mendorong pengembangan usaha pengolahan

ikan asin.

4. Keterampilan Mengolah Ikan

Pengusaha memiliki keterampilan yang mendukung dalam mengolah ikan

asin. Hal ini terbukti dari mutu ikan asin yang mereka hasilkan. Keterampilan

mengolah ikan merupakan faktor penting dalam usaha pengolahan ikan asin.

Tanpa keterampilan dalam mengolah ikan asin, pengusaha akan sulit bersaing di

pasar.

5. Proses Pengolahan yang Tidak Rumit

Proses pengolahan ikan asin tergolong sangat mudah untuk dilakukan.

Proses pengolahan hanya meliputi pembelahan ikan, perendaman dan

penggaraman serta proses penjemuran dan pengememasan.

b. Beberapa Kelemahan dalam Pengolahan Ikan Asin

1. Teknologi yang digunakan masih sangat sederhana

Secara umum, teknologi yang digunakan oleh pengusaha ikan asin masih

sangat sederhana. Seluruh proses pengolahan masih menggunakan cara dan alat

yang tradisional. Teknologi ini sebenarnya merupakan faktor yang sangat penting.

Teknologi akan berpengaruh pada jumlah produksi dan mutu produksi yang

dihasilkan.

2. Ketersediaan input produksi yang tidak stabil

Bahan baku produksi berupa ikan segar sangat tergantung pada hasil

tangkapan nelayan di laut. Hasil tangkapan nelayan akan sangat dipengaruhi oleh

Gambar

Gambar 1. Matriks Posisi SWOT
Gambar 2. Matriks Analisis SWOT
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Analisis dan Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Perikanan
Tabel 1. Produksi Perikanan Menurut Daerah Tangkapan dan Kecamatan, 2010 (ton)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tanggal atas efektifnya penggabungan 30 September 2011 Tanggal Pembayaran atas pembelian saham dari pemegang saham 03 Oktober 2011 publik yang telah menyatakan maksud mereka

Luas dan dalamnya luka disertai dengan banyaknya jaringan yang luka merup[akan faktor yang paling riskan dalam penyembuhan luka, karena jika jaringan luka yang hilang sangat luas

yang tercurahkan kepada seluruh makhluk yag telah Ia ciptakan, sepantasnya kita untuk lebih banyak bersyukur serta selalu meningat akan kuasa Allah yang begitu luas

Semua kegiatan di atas adalah berkembang melalui proses perjuangan, mulai dari pengenalan makna ekonomi Islam, penerapan sebagian dari ekonomi tersebut

Penelitian ini membahas mengenai kriptografi simetris dengan pola rumah adat Tongkonan. Jenis algoritma yang digunakan dalam penelitian ini adalah block cipher 64 bit

An e��eriment was conducted to assess the substitution o� concentrate with mulberry �� Morus spp. ) leaves combined with rice straw offered to beef cattle. Rations consisted

Berdasarkan hasil uji analisis multivariate test data Motivasi Belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Quantum berbantuan media lingkungan dan model