VALIDASI MODEL ALLOMETRIK BIOMASSA DI BAWAH PERMUKAAN TANAH HUTAN TANAMAN Eucalyptus grandis DI IUPHHK PT. TOBA
PULP LESTARI, Tbk. SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh :
CHANDRA ALOYSIUS SIHOMBING 031202024/BUDIDAYA HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
VALIDASI MODEL ALLOMETRIK BIOMASSA DI BAWAH PERMUKAAN TANAH HUTAN TANAMAN Eucalyptus grandis DI IUPHHK PT. TOBA
PULP LESTARI, Tbk. SUMATERA UTARA
S
SKKRRIIPPSSII
O
Olleehh C
CHHAANNDDRRAAAALLOOYYSSIIUUSSSSIIHHOOMMBBIINNGG 0
03311220022002244//BBUUDDIIDDAAYYAAHHUUTTAANN
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan di Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
D
DEEPPAARRTTEEMMEENNKKEEHHUUTTAANNAANN F
FAAKKUULLTTAASSPPEERRTTAANNIIAANN U
UNNIIVVEERRSSIITTAASSSSUUMMAATTEERRAAUUTTAARRAA M
ABSTRAK
CHANDRA ALOYSIUS SIHOMBING. Validasi Model Allometrik Biomassa di bawah
permukaan Hutan Tanaman Eucalyptus grandis Di IUPHHK PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
Sumatera Utara.
Dibimbing oleh ONRIZAL dan MANGASI SIANIPAR.
Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi
emisi CO2 di atmosfer melalui aktivitas fisiologinya. Pengukuran produktivitas hutan
dilakukan dengan pengukuran biomassa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat kehandalan model allometrik biomassa di bawah permukaan tanah hutan tanaman
Eucalyptus grandis yang telah disusun pada penelitian terdahulu. Penelitian
menghasilkan biomassa akar Eucalyptus grandis di lokasi penelitian berdasarkan
inventarisasi metode petak. Berdasarkan penelitian, model yang handal dengan tingkat
akurasi yang tinggi dalam menduga biomassa akar tegakan Eucalyptus grandis adalah
persamaan B = -0,77 + 1,13D.
ABSTRACT
CHANDRA ALOYSIUS SIHOMBING. The research was titled ”The Validation of
Aquation Allometric Biomass Subsurface of Eucalyptus grandis”. The research was held
in the forest area IUPHHK PT. Toba Pulp Lestari Tbk. a local pulp company in North Sumatera. Overall, the research was guided and monitored by ONRIZAL and MANGASI SIANIPAR, the lecturer of Forestry Departement, University of North Sumatera.
Forest productivity represents forest ability picture to reduce CO2 emission on
atmosfer by physiology activity. The forest productifity measurement is done by biomass measurement. The purpose of research is to testing mainstay lavel of allometric of below
grome biomass of plased Eucalyptus grandis forest that had been compiled at former
research. Plotting method inventory in the location, the result of research on the estimation of the tree-root biomass of Eucalyptus grandis. The reaserch produes reliable of correct aquation with high accuration level to estimation the tree-root biomass
Eucalyptus grandis is B = -0,77 + 1,13D
Onrizal, S. Hut, M. Si Ketua
Ir. Mangasi Sianipar, Msi Anggota
Judul Penelitian : Validasi Model Allometrik Biomassa di Bawah Permukaan Tanah
Hutan Tanaman Eucalyptus grandis di IUPHHK PT. Toba Pulp
Lestari Tbk. Sumatera Utara
Nama : Chandra Aloysius Sihombing
NIM : 031202024
Departemen : Kehutanan
Program Studi : Budidaya Hutan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Mengetahui,
DAFTAR ISI
Cara Pengambilan Data ... 25
Pengolahan Data ... 29
Penyusunan Persamaan Allometrik Biomassa ... 29
Pemilihan Persamaan Allometrik Terbaik ... 30
Analisis Data ... 31
Uji Keterhandalan Model Biomassa ... 33
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tegakan Pohon Eucalyptus grandis ... 34
Kadar Air Akar ... 36
Biomassa Akar Pohon Contoh Eucalyptus grandis ... 39
Distribusi Biomassa Berdasarkan Sortimen Akar ... 48
Uji Validasi Model ... 50
Persamaan Allometrik Biomassa Akar ... 52
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 55
Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Peta kawasan hutan tanaman PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Sektor Aek Nauli 18 2. Kondisi tegakan dan tapak tiap umur Eucalyptus grandis
di lokasi penelitian ... 22 3. Desain petak contoh untuk inventarisasi tegakan Eucalyptus grandis ... 26 4. Letak pohon yang diukur pada inventarisasi tegakan berdasarkan jarak
tanam ... 27
5. KA rata-rata akar tanaman Eucalyptus grandis berdasarkan kedalaman
akar dalam berbagai umur ... 37 6. Nilai biomassa akar pohon contoh Eucalyptus grandis pada setiap umur ... 41 7. Nilai biomassa akar tegakan Eucalyptus grandis pada setiap umur
dengan pengukuran dan model yang terpilih ... 42 8. Distribusi biomassa akar Eucalyptus grandis menurut diameter akar
dalam berbagai umur... 43 9. Visualisasi plot uji kenormalan sisaan persamaan Allometrik
terpilih biomassa akar Eucalyptus grandis ... 44 10. Visualisasi plot uji keaditifan persamaan Allometrik terpilih
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil Perhitungan biomassa sebenarnya dari akar pohon
Eucalyptus grandis ... ... 53
1. Hasil perhitungan Akar Berdasarkan Model terpilih dari pohon contoh
Eucalyptus grandis ... ... 54
2. Sidik Ragam (RAL) KA rata-rata akar tanaman Eucalyptus grandis
ABSTRAK
CHANDRA ALOYSIUS SIHOMBING. Validasi Model Allometrik Biomassa di bawah
permukaan Hutan Tanaman Eucalyptus grandis Di IUPHHK PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
Sumatera Utara.
Dibimbing oleh ONRIZAL dan MANGASI SIANIPAR.
Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi
emisi CO2 di atmosfer melalui aktivitas fisiologinya. Pengukuran produktivitas hutan
dilakukan dengan pengukuran biomassa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat kehandalan model allometrik biomassa di bawah permukaan tanah hutan tanaman
Eucalyptus grandis yang telah disusun pada penelitian terdahulu. Penelitian
menghasilkan biomassa akar Eucalyptus grandis di lokasi penelitian berdasarkan
inventarisasi metode petak. Berdasarkan penelitian, model yang handal dengan tingkat
akurasi yang tinggi dalam menduga biomassa akar tegakan Eucalyptus grandis adalah
persamaan B = -0,77 + 1,13D.
ABSTRACT
CHANDRA ALOYSIUS SIHOMBING. The research was titled ”The Validation of
Aquation Allometric Biomass Subsurface of Eucalyptus grandis”. The research was held
in the forest area IUPHHK PT. Toba Pulp Lestari Tbk. a local pulp company in North Sumatera. Overall, the research was guided and monitored by ONRIZAL and MANGASI SIANIPAR, the lecturer of Forestry Departement, University of North Sumatera.
Forest productivity represents forest ability picture to reduce CO2 emission on
atmosfer by physiology activity. The forest productifity measurement is done by biomass measurement. The purpose of research is to testing mainstay lavel of allometric of below
grome biomass of plased Eucalyptus grandis forest that had been compiled at former
research. Plotting method inventory in the location, the result of research on the estimation of the tree-root biomass of Eucalyptus grandis. The reaserch produes reliable of correct aquation with high accuration level to estimation the tree-root biomass
Eucalyptus grandis is B = -0,77 + 1,13D
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan berfungsi sebagai penyerap karbon sehingga dapat mengurangi
peningkatan karbondioksida (CO2). Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu gas
rumah kaca (GRK) yang berfungsi sebagai perangkap panas di atmosfer, menyebabkan
terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Penyebab utamanya adalah
pembakaran batu bara, pembakaran minyak bumi dan perubahan fungsi hutan
(deforestasi). Untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim, diperlukan upaya
menstabilkan konsentrasi CO2 di atmosfer. PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) membuat
kerangka kerja tentang perubahan iklim, yang disebut dengan Protokol Kyoto. Protokol
Kyoto adalah kesepakatan internasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK)
yang mengatur tentang pengurangan emisi yang terikat secara hukum. Melalui Protokol
Kyoto mewajibkan negara-negara industri untuk menurunkan emisinya sebesar 5% dari
level tahun 1990. (Heriansyah, 2005)
Hutan-hutan Indonesia menyimpan jumlah karbon yang besar. Menurut FAO
(2001), jumlah total vegetasi hutan di Indonesia menghasilkan lebih dari 14 miliar ton
biomassa, jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia, dan setara dengan sekitar
20 persen biomassa di seluruh hutan tropis di Afrika. Jumlah biomassa ini, secara kasar
menyimpan sekitar 3,5 miliar ton karbon. Penebangan hutan yang sudah berlangsung
secara ekstensif di Indonesia, sementara hutan yang ditanami kembali sangat terbatas
daripada menyimpannya, sehingga memberikan andil terhadap pemanasan global
(FWI/GFW, 2001).
Fungsi hutan produksi baik berupa hutan alam produksi tetap dan terbatas, hutan
tanaman dan hutan produksi yang dapat dikonversi mempunyai potensi tertinggi sebagai
rosot karbon. Dalam konteks ini hasil hutan berupa kayu yang diambil dari hutan
produksi tersebut telah terikat dalam bentuk produk kayu yang diambil dari hutan
produksi tersebut telah terikat dalam bentuk produk kayu dalam waktu relatif lama, baik
untuk kertas, kayu kuntruksi, furnitur dan produk kayu olahan lainnya. Pemanenan kayu
dari individu pohon dewasa pada dasarnya mendukung kegiatan penjerapan karbon
karena pohon tersebut tidak mengalami pertumbuhan lagi yang berarti akumulasi karbon
(carbon stock) tidak mengalami perubahan lagi. Hal ini berarti tingkat penjerapan
karbondioksida melalui fotosintesis dan tingkat pelepasan (emisi) gas tersebut melalui
respirasi adalah sama (Tampubolon et al., 2000).
Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi
emisi CO2 di atmosfir melalui aktivitas fisiologinya. Pengukuran produktivitas hutan
dalam konteks studi ini relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa hutan
menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan
biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi
produktivitas hutan (Heriansyah, 2005).
Hutan mengabsorpsi CO2 selama proses photosintesis dan menyimpannya sebagai
materi organik dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang tersimpan
dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari
Selama ini, potensi pohon hanya dihitung berdasarkan besarnya volume kayu
batang pohon yang dimanfaatkan untuk industri-industri pengolahan kayu yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ternyata tidak hanya batang, bagian-bagian pohon
yang lain seperti cabang, ranting, daun dan akar mempunyai peran besar dalam
menyimpan karbon. Melalui studi biomassa, penaksiran potensi bagian pohon tersebut
dalam menyimpan karbon dapat dilakukan (Panjiwibowo et al., 2003).
Biomassa hutan dapat memberikan dugaan sumber karbon di vegetasi hutan sebab
50% dari biomassa adalah karbon (Brown, 1997). Oleh karenanya, biomassa menyatakan
jumlah potensial karbon yang dapat ditambahkan ke atmosfer ketika hutan ditebang atau
dibakar. Sebaliknya, melalui penaksiran biomassa dapat dilakukan perhitungan jumlah
karbondioksida yang dapat dipindahkan dari atmosfer dengan cara reboisasi atau
penanaman (Brown, 1997).
Eucalyptus grandis adalah spesies unggulan yang dikembangkan dalam hutan tanaman
industri (HTI) sebagai bahan baku pulp. Eucalyptus grandis dikembangkan karena jenis
ini memiliki beberapa keunggulan seperti dapat tumbuh dengan cepat untuk
memproduksi biomassa, daya regenerasi tinggi, relatif tahan terhadap kebakaran, dapat
tumbuh pada tanah-tanah subur sampai dengan kesuburan rendah. Indonesia memiliki
HTI Eucalyptus grandis dengan luasan yang cukup luas sehingga hutan Eucalyptus
grandis di Indonesia memiliki potensi simpanan biomassa yang besar. Oleh karena itu
penelitian penaksiran potensi biomassa HTI Eucalyptus grandis ini diperlukan untuk
menyediakan salah satu data potensi biomassa hutan Indonesia, khususnya hutan tanaman
Akar merupakan biomassa memberikan potensi penyerapan karbon di hutan
tropika namun hal itu sering dilupakan karena memiliki kesulitan dalam pengukuran dan
membutuhkan banyak tenaga dalam menentukan pengukurannya, namun sama halnya
dengan biomassa di atas permukaan tanah menggunakan persamaan allometrik dengan
variabel diameter batang. Begitu juga dengan biomassa dibawah permukaan tanah dapat
diperkirakan dengan pengukuran dan adanya keterwakilan akar dan diameter akar
(Hairiah et al., 2001).
Tanaman Eucalyptus dapat bertunas kembali setelah dipangkas dan agak tahan
terhadap serangan rayap. Jenis ini termasuk cepat pertumbuhannya terutama pada waktu
muda. Sistem perakaran yang sangat muda cepat sekali memanjang menembus ke dalam
tanah. Intensitas penyebaran akarnya ke arah bawah hampir sama banyaknya dengan ke
arah samping (Dephut, 1999).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat kehandalan model allometrik
biomassa di bawah permukaan tanah hutan tanaman E. grandis yang telah disusun pada
penelitian terdahulu.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk memperoleh model yang handal dengan tingkat
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Tanaman Industri
Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia dimulai pada tahun
1984. HTI adalah hutan tanaman yang dibudidayakan untuk diambil kayunya dengan
mengindahkan kelestarian lingkungan serta prinsip ekonomi. Melalui program HTI
diharapkan produktivitas dan kualitas lahan, pasokan bahan baku bagi kepentingan
industri serta penyerapan lapangan usaha. HTI dikelola dan diusahakan berdasarkan asas
kelestarian, asas manfaat dan asas perusahaan dalam rangka meningkatkan potensi dan
kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistem silvikultur intensif untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku industri hasil hutan (Departemen Kehutanan dan Perkebunan RI,
1999).
Atas dasar tujuan pemanfaatan hasilnya, HTI dibagi menjadi HTI pertukangan,
HTI serat (pulp), HTI energi dan HTI hasil hutan non kayu. Sampai dengan bulan Mei
1993 menurut Khaerudin 1993, perusahaan yang telah memperoleh surat keputusan (SK)
dari menteri kehutanan tentang hak pengusahaan hutan tanaman industri (HPHTI) pulp
sebanyak 15 (lima belas) perusahaan, non-pulp 11 (sebelas) perusahaan, HTI –trans 100
(seratus) perusahaan dan pemegang IPP (Ijin Percobaan Penanaman) sebanyak 169
(seratus enam puluh sembilan) perusahaan dengan tanaman yang diusahakan pada lahan
HTI masih terbatas pada tanaman yang pertumbuhannya cepat (fast growing), seperti
Acacia mangium, Eucalyptus Sp., Paraserianthes falcataria (sengon), Ceiba petandra
(kapuk randu), Cassia siamea (johar), Pinus Sp., Peronema canescens (sungkai),
Anthocephalus cadamba (jabon), Shorea Sp.(meranti), Dyera costulata (jelutung).
Namun sampai pertengahan 2001 jumlah ijin yangtelah diberikan secara defiitif (melalui
Surat Keputusan) sebanyak 104 (seratus empat) unit dimana 21 (dua puluh satu) unit HTI
pulp, 32 (tiga puluh dua) unit HTI pertukangan dan 51 (lima puluh satu) unit HTI –Trans
(Departemen Kehutanan, 2000).
Biomassa Tanaman
Biomassa adalah berat bahan organik per unit area yang ada dalam beberapa
komponen ekosistem pada waktu tertentu, yang dinyatakan secara umum dalam istilah
berat kering (dry weight) atau kadang-kadang ada juga yang memberikan istilah berat
kering bebas abu (ash free dry weight) (Kusmana et. al., 1992, Kusmana, 1993 dalam
Onrizal 2004).
Biomassa dapat dibedakan menjadi 2 kategori. yaitu biomassa di atas permukaan
tanah (aboveground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (belowground
biomass). Lebih lanjut dikatakan bahwa biomassa di atas permukaan tanah adalah berat
bahan unsur organik per unit area di atas permukaan tanah pada suatu waktu tertentu
yang dihubungkan ke suatu fungsi sistem produktivitas, umur tegakan, dan distribusi
organik (Kusmana et. al., 1992, Kusmana, 1993 dalam Onrizal, 2004). Hairiah et. al.,
(2001) menyatakan biomassa di atas permukaan tanah terdiri dari batang, pohon, cabang,
dan daun pada pohon yang masih hidup, tumbuhan menjalar, tumbuhan pemanjat,
tumbuhan bawah serta tumbuhan epifit termasuk juga serasah.
Serasah adalah bahan organik dari bagian pohon yang mati yang jatuh di lantai
bagian material yang mati yang diendapkan di permukaan tanah pada suatu waktu
(Kusmana et. al., 2000 dalam Onrizal, 2004).
Lugo & Snedaker (1974) dalam Onrizal (2004) menyatakan bahwa biomassa
tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah perkembangan vegetasi,
komposisi dan struktur tegakan. Lebih lanjut Satoo & Madgwick (1982) dalam Onrizal
(2004) menyatakan kondisi iklim setempat, terutama temperatur dan curah hujan
merupakan faktor iklim yang berpengaruh terhadap biomassa.
Pengukuran Biomassa
Pengukuran biomassa total tanaman akan merupakan parameter yang paling baik
digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman, alasan pokok lain dalam penggunaan
biomassa total tanaman adalah bahwa bahan kering tanaman dipandang sebagai
manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman.
Karena itu parameter ini dapat digunakan sebagai ukuran global pertumbuhan tanaman
dengan segala peristiwa yang dialaminya (Sitompul dan Guritno, 1995).
Menurut Chapman (1976) dalam Onrizal (2004), secara garis besar metode
pendugaan biomassa di atas permukaan tanah dapat dikelompokkan ke dalam dua
golongan, yaitu:
1. Metode Pemanenan
Metode ini dpat digunakan pada tingkat kerapatan individu tumbuhan yang cukup
rendah komunitas tumbuhan dengan jeis yang sedikit. Nilai total biomassa dengan
metode ini diperoleh dengan menjumlahkan biomassa seluruh individu dalam suatu
unit area contoh.
b. Metode Pemanenan Kuadrat
Metode ini mengharuskan memanen semua individu tumbuhan dalam suatu unit
area contoh dan menimbangnya. Nilai total biomassa didapat dengan mengkonversi
berat bahan organic tumbuhan yang dipanen ke dalam suatu unit area tertentu.
c. Metode pemanenan individu yang mempunyai luas bidang dasar rata-rata
Metode ini cukup baik untuk tegakan dengan ukuran individu yang seragam.
Dengan metode ini pohon yang ditebang ditentukan berdasarkan rata-rata
diameternya dan ditimbang beratnya. Nilai total biomassa diperoleh dengan
menggandakan nilai berat rata-rata dari pohon contoh yang ditebang dengan jumlah
individu pohon dalam suatu unit area tertentu atau jumlah berat dari semua pohon
contoh yang digandakan dengan rasio antara luas bidang dasar dari semua unit
pohon dalam suatu unit area dengan jumlah luas bidang dasar dari semua pohon
contoh.
2. Metode Pendugaan Tidak langsung
a. Metode Hubungan Allometrik
Dalam metode ini beberapa pohon contoh dengan diameter yang mewakili kisaran
kelas-kelas diameter pohon dalam suatu tegakan ditebang dan ditimbang beratnya.
Berdasarkan berat berbagai organ dari contoh, maka dibuat persamaan allometrik
persamaan allometrik tersebut semua individu pohon dalam suatu unit area diduga
beratnya. Nilai total biomassa diperoleh dengan menjumlahkan semua berat
individu pohon dalam suatu unit areal tertentu.
b. Crop meter
Pendugaan biomassa dengan metode ini menggunakan seperangkat peralatan
elektroda listrik. Secara praktis dua buah elektroda listrik diletakkan di permukaan
tanah pada suatu jarak tertentu kemudian biomassa tumbuhan-tumbuhan yang
terletak antara dua elektroda dapat dipantau dengan memperhatikan electrical
capacitance yang dihasilkan pada alat tersebut.
Model Allometrik Penduga Biomassa
Hubungan allometrik merupakan hubungan antara suatu peubah tak bebas yang
diduga oleh satu atau lebih peubah bebas, yang dalam hal ini diwakili oleh karakteristik
yang berbeda dalam pohon. Contohnya adalah hubungan antara volume pohon atau
biomassa pohon dengan diameter dan tinggi total pohon. Dalam hubungan ini, volume
pohon atau biomassa pohon merupakan peubah tak bebas yang besar nilainya diduga oleh
diameter dan tinggi total pohon, yang disebut sebagai peubah bebas. Hubungan ini
biasanya dinyatakan dalam suatu persamaan allometrik (Hairiah et. al., 2001).
Persamaan allometrik dapat disusun dengan cara pengambilan contoh dengan
melakukan penebangan dan perujukan dari berbagai sumber pustaka yang mempunyai
tipe hutan yang dapat diperbandingkan. Persamaan tersebut biasanya menggunakan
diameter pohon yang diukur setinggi dada (Dbh) yang diukur 1,3 m dari permukaan tanah
mempunyai sebuah bentuk polynomial: W = a + bD + cD2 + dD3 atau mengikuti fungsi:
W = aDb. Setelah persamaan allometrik disusun, hanya diperlukan mengukur Dbh (atau
parameter lain yang digunakan sebagai dasar persamaan) untuk menaksir biomassa satu
pohon. Penaksiran biomassa total untuk seluruh pohon dalam transek ukur dapat
dikonversi menjadi biomassa dalam satuan ton per hektar (Hairiah et. al., 2001).
Eucalyptus
Marga (genus) Eucalyptus mempunyai lebih dari 500 jenis pohon dan perdu,
sebahagian besar merupakan jenis asli dari Australia. Hanya ada 2 jenis yang ditemukan
tumbuh di daerah Malaysiana (Papua Nugini, Maluku, Sulawesi, dan Filipina). Beberapa
jenis berasal dari utara Australia sampai timur Malaysiana. Saat ini lebih dari 10 jenis
yang dikenal berasal dari Papua Nugini. Sebahagian besar Eucalyptus berada di wilayah
pesisir New South Wales dan barat dan Australia. Sekarang ini banyak spesies dari
Eucalyptus yang ditanam untuk hutan tanaman seperti di wilayah benua Asia, wilayah
tropis dan subtropis Afrika, selatan Eropa dan Amerika Tengah dan selatan (Prosea,
1994).
Tidak lama setelah pengembangan tanaman Eucalyptus berlangsung, pada tahun
1988 timbul kritik dan protes terhadap tanaman Eucalyptus karena adanya indikasi
pengaruh negatif terhadap lingkungan. Salah satu aspek lingkungan yang dikwatirkan
menjadi buruk adalah aspek hidrologi dari Eucalyptus. Eucalyptus yang tumbuh cepat
akan mengkonsumsi air dari dalam tanah cukup banyak, berpengaruh buruk terhadap
tetesan air hujan yang dapat menimbulkan erosi, tidak merupakan habitat yang baik dan
tidak cukup menyediakan bahan pakan bagi kehidupan liar (Pudjiharta, 2001).
Ciri Umum Eucalyptus grandis
Nama botani dari E. grandis adalah Eucalyptus grandis Hill ex Maiden.
Eucalyptus grandis adalah nama lain dari Eucalyptus saligna var pallidivalvis Baker et
Smith. Di dunia perdagangan sering disebut Flooded gum atau rose gum. Taksonomi dari
E. grandis sebagai berikut:
dunia : Spermatophyta
filum : Angiospermae
kelas : Dicotyledonae
ordo : Myrtales
famili : Myrtaceae
genus : Eucalyptus
spesies : Eucalyptus grandis
Tanaman Eucalyptus pada umumnya berupa pohon kecil hingga besar, tingginya
60-87 m. Batang utamanya berbentuk lurus, dengan diameter hingga 200 cm. Permukaan
pegagan licin, berserat, bercak luka yang mengelupas. Daun muda dan daun dewasa
sifatnya berbeda, daun dewasa umumnya berseling kadang-kadang berhadapan, tunggal,
tulang tengah jelas, pertulangan sekunder menyirip atau sejajar, berbau harum bila
diremas. Perbungaan berbentuk paying yang rapat kadang-kadang berupa malai rata di
ujung ranting. Buah berbentuk kapsul, kering dan berdinding tipis. Biji berwarna coklat
Myrtaceae dan dibagi menjadi 7-10 anak marga, setiap anak dibagi lagi menjadi beberapa
seksi dan seri (Sutisna et al., 1998 dalam Latifah 2004).
Eucalyptus mempunyai musim berbunga yang berbeda satu dengan yang lainnya.
E. deglupta April- Juli, E. pathyphylla Juli-November, E. alba Oktober, E. salgna
September-Desember, E. grandis Januari-Agustus, E. umbellate Agustus-Oktober. Biji
Eucalyptus tergolong sangat halus, kecil dan lembut (Khaerudin, 1993).
Persyaratan Tempat Tumbuh
Hampir semua jenis Eucalyptus beradaptasi dengan iklim muson. Beberapa jenis
bahkan dapat bertahan hidup di musim yang sangat kering, misalnya jenis-jenis yang
telah dibudidayakan, yaitu E. alba, E. camaldulensis, E. citriodora, E. deglupta adalah
jenis yang beradaptasi pada habitat hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan
rendah, pada ketinggian 1.800 mdpl, dengan curah hujan tahunan 2.500-5.000 mm, suhu
minimum rata-rata 230C dan maksimum 310C di dataran rendah, serta pada suhu
minimum rata-rata 130C dan maksimum 290C di pegunungan (Sutisna et al., 1998 dalam
Latifah 2004).
Penelitian Model Biomassa Sebelumnya
Tabel 1 di bawah ini memperlihatkan beberapa model persamaan alometrik
biomassa jenis E. grandis yang diduga melalui penelitian sebelumnya di lokasi PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk. oleh Mustaqim (2007). Model pendugaan biomassa yang akan diujikan
disusun oleh Mustaqim (2007) untuk tegakan E. grandis pada IUPHHK PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk. Sumatera Utara.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Toba Pulp Lestari Tbk sektor Aek Nauli
Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. Penelitian lapangan dilaksanakan bulan
Desember 2007 sampai dengan Januari 2008. Analisa berat kering contoh uji akar
dilakukan di Laboratorium Anatomi Kayu Teknologi Hasil Hutan, Balai Penelitian
Kehutanan Aek Nauli, pada bulan Februari 2008 hingga Maret 2008.
Alat dan Bahan
Alat penelitian yang digunakan adalah : kantong plastik, cangkul, skop, parang,
pita ukur, phi band, chainsaw, terpal, timbangan, tali, karung, saringan nilon 2 mm, oven,
dan bahan yang digunakan adalah akar tanaman Eucalyptus grandis.
Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Jenis data
Semua data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari
pengukuran yang dilakukan langsung di lapangan oleh peneliti. Data tersebut merupakan
data pohon, dan akar yang diambil pada tegakan dengan berbagai umur yang berbeda.
Dalam menentukan biomassa di bawah permukaan tanah, setelah pohon ditebang,
profil tanah selebar proyeksi tajuk (sedalam 1 – 2 m) digali untuk setiap tunggak pohon
contoh. Profil tanah tersebut dibagi kedalam blok-blok tanah berukuran lebar 50 cm,
dalam 50 cm dan panjang sesuai dengan panjang mulut profil. Kemudian, akar di dalam
setiap blok tanah dicuci dengan menggunakan saringan nilon 1 mm untuk memisahkan
akar dari tanah. Selanjutnya semua akar baik yang hidup maupun yang sudah mati dalam
blok-blok tanah tersebut disortir kedalam empat kelas diameter ( 0-5 mm, 5-20 mm,
20-40 mm, > 20-40 mm) dan masing-masing ditimbang beratnya.
Selanjutnya untuk memperoleh berat kering diambil contoh dan 400-500 gram
contoh akar di bawah permukaan tanah untuk setiap kelas diameter akar. Setiap contoh
bagian pohon tersebut dikeringkan pada suhu 103±2 0C selama 2 x 24 jam untuk
mengeluarkan semua air, kemudian menimbangnya kembali (Haygreen dan Boyner,
1989).
Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan
a. Peta lokasi, petak tebang
b. Iklim, curah hujan, tanah dan lain-lain mengenai keadaan umum lokasi penelitian
Cara Pengambilan Data
Pada setiap umur tegakan Eucalyptus grandis dibuat sepuluh petak ukur (PU)
sistematik dengan PU pertama diletakan secara acak (systematic sampling with random
start) dengan jarak antar PU pohon yang satu dengan yang berikutnya adalah 10 m.. Data
yang dikumpulkan adalah data Dbh, tinggi bebas cabang (Hbc) dan tinggi pohon total.
Data ini akan digunakan dalam penaksiran biomassa tegakan setelah model allometrik
terbangun.
Gambar 3. Desain petak contoh untuk inventarisasi tegakan Eucalyptus grandis (PU1PU10; 10 x 10 m)
1
B 103
Okt-06
02044'31,3" LU
10 0,1
Est. Aek Nauli 98056'18,8" BT
2
B 040
Nop-05
02044'20,3" LU
10 0,1
Est. Aek Nauli 98055'49,6" BT
3
B 030
Augt-04
02045'54,6" LU
10 0,1
Est. Aek Nauli 98056'01,6" BT
4
B 034
Jun-03
02045'20,1" LU
10 0,1
Est. Aek Nauli 98056'07,7" BT
5
B 006
Feb-02
02044'04,4" LU
10 0,1
Est. Aek Nauli 98056'23,7" BT
6
B 106
Sep-01
02044'31,6" LU
10 0,1
Est. Aek Nauli 98056'19,1" BT
Setelah kegiatan inventarisasi, kemudian dilakukan pemilihan pohon-pohon
contoh untuk ditebang. Pemilihan pohon-pohon contoh dilakukan secara purposive
sampling, dengan kriteria keterwakilan variasi diameter, kelurusan batang, dan bentuk
percabangan pohon, serta kemudahan arah rebah pohon. Berdasarkan keefisienan
pekerjaan lapangan dan memenuhi syarat uji statistik, maka jumlah pohon contoh yang
ditebang adalah 3 pohon pada setiap umur.
Pada tegakan yang telah ditentukan sebelumnya dilakukan penebangan hingga
batas tunggul batangnya, kemudian dilakukan pembongkaran akar selebar diameter tajuk
hingga kedalaman tertentu sampai menyentuh akar tunggang., Selanjutnya semua akar
baik yang hidup maupun yang sudah mati disortir kedalam empat kelas diameter ( 0-5
mm, 5-20 mm, 20-40 mm, > 40 mm) dan masing-masing ditimbang beratnya dilapangan.
Umur
1. Perhitungan Kadar Air
Perhitungan kadar air dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut
2. Perhitungan biomassa bagian akar berdasarkan data kadar air
Setelah kadar air diketahui, biomassa bagian-bagian pohon tersebut dapat
Penyusunan Persamaan Allometrik Biomassa
Untuk melakukan penaksiran biomassa pohon Eucalyptus grandis disusun suatu
persamaan allometrik biomassa akar pohon Eucalyptus grandis. Persamaan-persamaan
yang akan diuji adalah pesamaan-persamaan yang menggunakan satu peubah bebas dan
dua peubah bebas. Peubah bebas yang digunakan adalah diameter, diameter dan tinggi
total. Persamaan-persamaan yang diujicobakan adalah sebagai berikut :
Keterangan : a, b dan c koefesien persamaan, D diameter yang diukur setinggi dada (130), H tinggi total.
Pemilihan Persamaan Allometrik Terbaik
Untuk memperoleh persamaan allometrik (regresi linier) terbaik, kriteria
pemilihan model secara statistik harus diperhatikan, yaitu: nilai simpangan baku (s),
koefisien determinasi (R2), dan koefisien determinasi yang disesuaikan (R2 adjusted).
Persamaan yang dipilih adalah persamaan yang menghasilkan nilai s terkecil dan nilai R2
serta R2adjusted yang terbesar.
1. Perhitungan simpangan baku (s)
Simpangan baku adalah ukuran besarnya penyimpangan nilai dugaan terhadap
nilai aktual (sebenarnya). Dalam uji statistik dibandingkan beberapa persamaan sehingga
diperoleh nilai s yang terkecil, yang menunjukan bahwa nilai dugaan berdasarkan
persamaan yang disusun mendekati nilai aktual. Dengan kata lain, semakin kecil nilai s
maka semakin tepat nilai dugaan yang diperoleh. Nilai s ditentukan dengan rumus :
)
Ya = nilai biomassa sesungguhnya
Yi = nilai biomassa dugaan
(n-p) = derajat bebas sisa
2. Perhitungan koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah nilai yang mencerminkan seberapa besar keragaman
dalam persen (%) yang berkisar antara 0 % sampai 100 %. Semakin tinggi nilai R2, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi keragaman peubah tak bebas Y dapat
dijelaskan oleh peubah bebas X. Nilai R2 ditentukan dengan rumus :
_
R2 = koefisien determinasi
JK = jumlah kuadrat
3. Perhitungan koefisien determinasi yang disesuaikan (R2adjusted)
Koefisien determinasi yang disesuaikan adalah nilai koefisien determinasi yang
telah disesuaikan terhadap derajat bebas JKS dan JKTT. Kriteria statistik pada R2
adjusted sama dengan R2, dimana semakin tinggi R2 adjusted, maka semakin tinggi pula
keeratan hubungan antara peubah tak bebas Y dan peubah bebas X. Nilai R2 adjusted
ditentukan dengan rumus :
)
JKTT = jumlah kuadarat total terkoreksi (n-p) = derajat bebas sisa
(n-1) = derajat bebas total
4. Analisis Ragam
Analisis ragam dilakukan untuk melihat apakah peubah bebas X mempunyai
Tabel 6. Analisis Sidik Ragam
Fhitung > Ftabel pada taraf nyata 1%, perbedaan perlakuan dikatakan berbeda sangat nyata.
Fhitung > Ftabel pada taraf nyata 5%, Fhitung < Ftabel pada taraf nyata 1%, perbedaan perlakuan dikatakan berbeda nyata.
Fhitung ≤ Ftabel pada taraf nyata 5%, perbedaan perlakuan dikatakan tidak berbeda nyata.
JKR=bJKxy, dimana : JKx
Hipotesis yang diuji adalah :
H0 : hubungan regresi tidak nyata (βi = 0) H1 : hubungan regresi nyata (salah satu βi ≠ 0) Kriteria penarikan kesimpulan adalah : Tolak H0 jika nilai Fhitung > Ftabel
Adapun model pendugaan biomassa yang ingin diuji kehandalannya adalah model
penduga biomassa dibawah permukaan tanah yang telah dibangun/disusun oleh
Mustaqim (2007) yang tegakan Eucalyptus grandis pada IUPHHK PT.Toba Pulp Lestar,
Tabel 7. Persamaan allometrik untuk menduga biomassa bagian akar tegakan
Uji Keterhandalan Model Biomassa
Model pendugaan biomassa yang ingin diuji kehandalannya adalah model
penduga biomassa di bawah permukaan tanah yang telah disusun oleh Mustaqim (2007)
untuk tegakan jenis E. grandis pada IUPHHK PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sumatera
Utara, seperti disajikan pada Tabel 6.
Uji keterhandalan model dilakukan dengan menghitung besarnya persen
simpangan agregatif (AgD) dan persen simpangan rata-rata (AvD) yakni rata-rata persen
biomassa taksiran dengan biomassa sebenarnya. Besarnya nilai-nilai tersebut dirumuskan
% 100 x N
Bt Bt Ba
AvD
∑
−
= ... (Prodan, 1965 dalam Aswandi et al., 2005)
Keterangan :
Ba = biomassa pohon aktual
Bt = biomassa pohon taksiran
N = jumlah pohon contoh
Kriteria keterhandalan model mengacu pada kriteria yang ditetapkan oleh Bruce
dan Schumacher (1950) serta Spurr (1952) dalam Aswandi et al. (2005), yakni model
dikatakan handal harus memiliki nilai persen simpangan agregatif (AgD) tidak lebih
besar dari 1% (<1%) dan nilai persen simpangan ratarata (AvD) tidak lebih kecil dari
-1% (>--1%) serta tidak lebih besar 10% (<10%).
Sebagai kriteria pertimbangan model terbaik, syarat kenormalan penyebaran
sisaan dan keaditifan model juga harus terpenuhi. Model dapat digunakan dengan baik
apabila sisaan menyebar membentuk garis linier dan uji keaditifan terpenuhi jika
tampilan plot sisaan dan Y dugaannya tidak membentuk pola. Hal ini seturut dengan
pernyataan dari Simon (2007), yang mengatakan bahwa indikasi ada tidaknya dua macam
variabel individu populasi yang mempunyai saling-hubungan bila angka-angka variabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tegakan Eucalyptus grandis
Karakteristik kerapatan berdasarkan diameter dan tinggi pohon pada tegakan
Eucalyptus grandis setiap umur dapat lihat pada Tabel 8. Rata-rata diameter dan tinggi
mengalami peningkatan sesuai dengan bertambahnya umur tanaman. Rata-rata diameter
terkecil pada saat tegakan berumur satu tahun yaitu 5,65 cm dan yang terbesar pada saat
tegakan berumur enam tahun yaitu 13,57 cm. Pada saat tegakan berumur satu tahun
memiliki rata-rata tinggi terkecil yaitu sebesar 4,67 meter dan rata-rata tinggi terbesar
pada saat tegakan berumur enam tahun yaitu 18,58 meter.
Tabel 8. Karakteristik tegakan HTI jenis Eucalyptus grandis di sektor Aek Nauli
Umur (tahun)
Karakteristik tegakan
Kerapatan (pohon/ha) Diameter
(cm)
Hasil inventarisasi tegakan pada Tabel 8, menunjukkan bahwa kerapatan terbesar
terdapat pada tegakan berumur satu tahun berkisar 1830 pohon\ha, hal ini disebabkan
karena tegakan berumur satu tahun merupakan lahan bekas tegakan hutan tanaman yang
tidak banyak meninggalkan sisa tebangan, sehingga dalam penanaman dapat diatur jarak
penanaman dan lahan pada tegakan umur satu memiliki kelas kelerengan kelas datar.
Pada umur empat tahun memiliki kerapatan terendah, yaitu sebesar 890
perawatan tanaman yang mengakibatkan banyak tanaman yang mati dan tumbuh tidak
normal. Pada areal umur empat tahun juga merupakan bekas hutan alam yang ditebang
habis dan diganti dengan tanaman E. grandis sehingga kegiatan penebangan tersebut
banyak meninggalkan sisa hasil penebangan. Sehingga mengakibatkan jarak tanam di
antara sisa hasil penebangan menjadi lebar sehingga dapat berpengaruh pada jumlah
tegakan pada setiap hektarnya.
Pada tegakan berumur dua tahun, tiga tahun, lima tahun dan enam tahun tidak
memiliki perbedaan kerapatan yang sangat signifikan ini dikarenakan pada tegakan ini
adanya perawatan dan pemeliharaan secara bertahap baikdari perlindungan hutan dari
serangan hama dan penyakit tanaman pemupukan.
Kadar Air Akar
Air adalah unsur alami semua bagian suatu pohon yang hidup. Sejumlah air akan
tetap tinggal di dalam struktur dinding-dinding sel. Jumlah air akan mempengaruhi
sifat-sifat fisik dan mekaniknya ketahanan terhadap penghancuran biologis, dan kestabilan
dimensi produk. Hasil analisis laboratorium menunjukan bahwa terdapat variasi kadar air
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. KA rata-rata akar tanaman Eucalyptus grandis berdasarkan diameter sortimen akar dalam berbagai umur.
Umur Kadar Air
(tahun) 0 - 5 mm 5 - 20 mm 20 - 40 mm > 40 mm Rata-rata
% % % % %
1 194,91±8,38 235,76±12,97 255,37±9,01 217,63±4,93 225,16±25,25 a
2 216,51±13,51 275,25±19,127 252,77±19,85 192,70±23,29 236,12±36,66 a
3 178,60±7,94 259,22±9,81 218,13±11,16 187,33±18,19 213,76±36,38 a
4 169,27±8,73 180,91±15,65 185,63±8,57 162,83±17,93 174,66±15,53 a
5 185,22±9,62 228,71±21,61 187,22±5,09 167,91±13,51 194,12±26,49 a
6 203,18±19,36 211,17±11,50 221,70±10,14 190,59±6,87 207,64±16,88 a
208,58±26,2
Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar air rata-rata tertinggi pada tegakan
Eucalyptus grandis pada umur dua tahun berkisar antara 236,12±36,66 % dan data kadar
air terendah pada umur empat tahun yaitu 174,66±15,33 % ini disebabkan karena pada
saat pengambilan sampel akar cuaca sangat terik, sehingga penguapan terjadi pada akar
saat pengambilan sampel. Rata-rata kadar air total umur satu tahun sampai umur enam
tahun adalah 208,58±26,2 %.
Dalam suatu pohon terdapat variasi kandungan air. Dalam setiap spesies terdapat
variasi besar tergantung pada tempat, umur, dan volume pohon. Di dalam kayu lunak
rata-rata kandungan air segar cenderung untuk berkurang saat suatu pohon bertambah tua
(Haygreen dan Boyner 1989).
Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam pada taraf nyata 5% (lampiran 3)
diperoleh bahwa tidak ada pengaruh peubah yang diamati terhadap kadar air tanaman
Eucalyptus grandis. Perbedaan diameter dan umur tanaman tidak menunjukkan nilai
Kayu keras umumnya hanya mempunyai perbedaan yang kecil dalam kandungan
air antara kayu gubal dan kayu teras. Hal ini berlawanan dengan kayu lunak, dengan
kandungan air kayu gubal biasanya jauh lebih tinggi daripada kayu teras. Kayu lunak
memiliki kandungan air keseluruhan yang lebih rendah saat pohon-pohon tersebut
bertambah tua karena persen volume kayu gubal menurun (Haygreen dan Boyner 1989).
0-5 mm 5-20 mm 20-40 mm >40 mm Rataan Total
Gambar 4. KA rata-rata akar tanaman Eucalyptus grandis diameter sortimen akar dalam berbagai umur.
Nilai kadar air dapat mencapai lebih dari 100%, hal ini terjadi karena penyebut
adalah berat kering tanur bukan berat total. Haygreen dan Bowyer (1996) dalam bagian
xylem, air umumnya berjumlah lebih daripada separuh berat total, artinya berat air dalam
akar segar umumnya sama atau lebih besar daripada berat bahan akar kering.
Uji validasi model dilakukan untuk mengukur kemampuan model dalam menduga
sekelompok data baru yang memiliki keadaan yang relatif sama dengan keadaan data
yang dipakai untuk pembentukan modelnya.
Uji validasi model merupakan uji terakhir yang dilakukan dalam pemilihan model
terbaik atas setiap persamaan alometrik biomassa yang dibangun berdasarkan hubungan
antara biomassa dengan dimensi pohon seperti diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi
total.
Beberapa model alometrik penduga biomassa akar diujicobakan untuk dapat
memperoleh satu model penduga biomassa akar terbaik. Hasil uji model allometrik
penduga biomassa akar dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil uji model allometrik penduga biomassa akar
Persamaan S R2
Berdasarkan kriteria statistik persamaan allometrik B = aDb (Brown, 1997) adalah
persamaan yang terpilih untuk biomassa total akar, dapat diamati bahwa persamaan B =
0,167 D1,56 memiliki performansi paling baik yang menghasilkan simpangan baku (s)
terkecil yaitu 0,133 dan R2adjusted sebesar 89,5 %, ini menandakan bahwa persamaan
tersebut memiliki kebaikan dalam pendugaan biomassa akar total. Persamaan ini
mempunyai nilai simpangan agregatif (AgD) sebesar 59,52 % dan nilai simpangan
rata-rata (AvD) sebesar 79,11 %.. Jika memperhatikan kriteria Bruce dan Schumacher (1950)
harus memiliki nilai simpangan agregatif tidak lebih besar dari 1% dan nilai simpangan
rata-rata tidak lebih kecil dari -1% serta tidak besar dari 10%, maka persamaan B =
0,167D1,56 tidaklah memenuhi syarat. Namun jika diamati setiap persamaan yang terdapat
pada Tabel 9 di atas, setiap persamaan tidak ada yang memiliki nilai AgD yang tidak
lebih besar dari 1% dan nilai AvD yang tidak lebih kecil dari -1% serta tidak besar dari
10%.
Persamaan Allometrik Biomassa Akar Eucalyptus grandis
Persamaan allometrik biomassa dibangun untuk melakukan penaksiran besar
biomassa bagian akar tanaman Eucalyptus grandis. Persamaan tersebut menyatakan
hubungan antara biomassa akar dengan dimensi pohon seperti diameter dan tinggi total
pohon (Brown, 1997). Model allometrik penduga biomassa akar yang telah dibangun
dapat dilihat pada Tabel 11.
Bedasarkan Tabel 11, persamaan allometrik biomassa akar yang telah dibentuk
mengikuti fungsi logaritma dan regresi linier sederhana dengan menggunakan peubah
bebas diameter (D) dan tinggi total pohon (H) maupun D2H. Pemilihan persamaan
allometrik akar terbaik dilakukan pengujian beberapa persamaan, persamaan allometrik
yang terbaik adalah yang memenuhi syarat statistik dengan simpangan baku (s) terkecil
dan nilai koefesien determinasi yang disesuaikan (R2adjusted) terbesar. Tabel 10 juga
disertai dengan urutan performansi yang betujuan untuk mengetahui nilai s terkecil dan
nilai R2adjusted terbesar, biomassa akar total dapat diduga dengan menggunakan fungsi
logaritma B = f (D). Penggunaan peubah diameter sebagai penduga biomassa akar sangat
Tabel 11 juga disertai nilai AgD dan nilai Avd untuk menguji keterhandalan
model allometrik yang terbaik. Menurut Bruce dan Schumacher (1950) serta Spurr (1952)
dalam Aswandi et al. (2005), yakni model dikatakan handal harus memiliki nilai persen
simpangan agregatif (AgD) tidak lebih besar dari 1% (<1%) dan nilai persen simpangan
rata-rata (AvD) tidak lebih kecil dari -1% (>-1%) serta tidak lebih besar 10% (<10%).
Tabel 11. Persamaan Allometrik untuk menduga biomassa bagian akar tegakan Eucalyptus
grandis Sektor Aek Nauli
Persamaan S R2
Pemilihan persamaan allometrik terbaik dilakukan dengan menguji beberapa
persamaan. Berdasarkan kriteria statistik persamaan allometrik B = a + bD(MacDicken,
1997) adalah persamaan yang terpilih untuk biomassa total akar, dapat diamati bahwa
persamaan B = -0,77 + 1,13D memiliki performansi paling baik yang menghasilkan
simpangan baku (s) yaitu 2,44 dan R2adjusted sebesar 77,6 %, ini menandakan bahwa
persamaan tersebut memiliki kebaikan dalam pendugaan biomassa akar total. Persamaan
ini mempunyai nilai simpangan agregatif (AgD) sebesar 0,995 % dan nilai simpangan
rata-rata (AvD) sebesar 4,562 %. Menurut Bruce dan Schumacher (1950) serta Spurr
(1952) dalam Aswandi et al. (2005), bahwa suatu model dikatakan handal harus memiliki
nilai AgD tidak lebih besar dari 1% dan nilai AvD tidak lebih kecil dari -1% serta tidak
Selain pertimbangan nilai statistik, menurut Onrizal (2004) dalam pemilihan
model persamaan terbaik harus juga mempertimbangkan faktor kepraktisan, keefisienan
dan kemudahan dalam pengumpulan data-data peubah bebas dalam persamaan. Bahkan
jika dilihat dari nilai simpangan agregatif (AgD) dan nilai simpangan rata-rata (AvD)
persamaan tersebut memiliki nilai kehandalan yang baik.
Berdasarkan data yang di dapat dari tempat penelitian PT. Toba Pulp Lestari Tbk
bahwa ada perbedaan antara sektor Aek Nauli dan sektor Tele. Perbedaan itu baik dari
segi iklim, tanah, maupun ketinggian tempat. Dari segi iklim bahwa sektor Aek Nauli
memiliki tipe iklim A (sangat basah) dengan curah hujan rata-rata 234 mm/bulan,
sedangkan pada sektor Tele memiliki tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 150
mm/bulan. Berdasarkan jenis tanah bahwa sektor Aek Nauli memiliki jenis tanah
podsolik coklat, podsolik coklat kuning, dan podsolik coklat kelabu yang dihasilkan oleh
bahan induk tuff dan umumnya asam, sedangkan sektor Tele memiliki jenis tanah
tropohemists, dystropepts, hydradepts dan dystrandepts yang berasal dari jenis batuan
alluvium muda. Berdasarkan ketinggian tempat bahwa sektor Aek Nauli berada antara
500-1400 mdpl, sedangkan sektor Tele berada pada ketinggian 1300-1900 mdpl.
Perbedaan ini yang membuat bahwa persamaan allometrik yang sebelumnya terbentuk di
sektor Tele tidak dapat digunakan di sektor Aek Nauli.
Selain persamaan regresi yang telah terbentuk, juga harus adanya pertimbangan
mengenai kenormalan dari nilai sisaan terpenuhi sebagai salah satu asumsi model regresi
tersebut dapat dipergunakan secara baik. Oleh sebab itu perlu dilihat apakah nilai sisaan
tersebut menyebar normal atau tidak. Uji visual kenormalan sisaan persamaan dapat
nilai sisaan dengan probability normal-nya membentuk pola garis linier melalui pusat
sumbu. Gambar 5 dapat terlihat bahwa pola penyebaran data yang dihasilkan membentuk
garis lurus, maka syarat data sisaan yang menyebar secara normal terpenuhi.
Residual
Normal Probability Plot of the Residuals
(response is Total)
Gambar 5. Visualisasi plot uji kenormalan sisaan persamaan allometrik terpilih biomassa akar
Eucalyptus grandis
Namun selain itu juga, model regresi dapat dipergunakan untuk menduga dengan
baik apabila asumsi keaditifan terpenuhi. Apabila hubungan itu menunjukkan penyebaran
data yang tidak membentuk pola atau saling bebas maka keaditifan model terpenuhi. Uji
visual keaditifan model dapat dilihat pada Gambar 6, terlihat bahwa plot yang dihasilkan
Fit t ed Value
Residuals Versus the Fitted Values
(response is Total)
Gambar 6. Visualisasi plot uji keaditifan persamaan allometrik terpilih biomassa akar Eucalyptus grandis
Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor kepraktisan, keefisienan dan kemudahan
dalam pengumpulan data-data peubah bebas model, persamaan B = -0,77 + 1,13D ini
menggunakan satu peubah bebas di mana tidak mengalami kesulitan dalam waktu dan
tenaga untuk pengumpulan data-data peubah modelnya.
Menurut Ketterings, (1999) dalam Van Noordwik dan Mulia (2001) bahwa
informasi besarnya biomassa pohon di atas dan di dalam tanah sangat diperlukan untuk
mempelajari cadangan C dan hara lainnya dalam suatu ekosistem. Berat kering rata-rata
biomassa pohon (di atas permukaan tanah) dari berbagai jenis pohon dalam hutan
sekunder di Jambi berkisar antara 13 kg/pohon (diameter 12 cm) sampai 1800 kg/pohon
(diameter 24 cm) Dengan demikian C yang tersimpan dalam pohon tersebut (yang
merupakan cadangan C) berkisar antara 5 – 700 kg C/pohon bila kandungan C tanaman
data biomassa terutama akar sangat terbatas. Guna mengurangi perusakan lahan, estimasi
biomassa batang pohon (khususnya untuk kondisi hutan) telah banyak dilakukan yaitu
menggunakan persamaan alometrik yang telah dikembangkan oleh Brown (1997) dalam
Van Noordwik dan Mulia 2001. Estimasi ini dibuat berdasarkan penggunaan berbagai
persamaan aljabar dan beberapa parameter pengukuran secara destructive. Namun
demikian, persamaan tersebut hanya berlaku untuk kondisi iklim dan jenis tanaman yang
spesifik, sehingga bila digunakan pada kondisi baru hasil estimasinya seringkali 2x lebih
tinggi dari pada kondisi sebenarnya di lapangan. Hal tersebut terjadi antara lain
disebabkan oleh adanya pola sebaran kanopi dan pola percabangan yang berbeda. Untuk
itu pengetahuan dasar pengembangan persamaan allometrik dalam hubungannya dengan
bentuk kanopi pohon sangat diperlukan (Van Noordwik dan Mulia 2001).
Biomassa Akar Pohon Contoh Eucalyptus grandis
Nilai biomassa akar setiap pohon contoh disajikan pada Gambar 7. Nilai tersebut
merupakan nilai biomassa pengukuran dan nilai biomassa model serta selisihnya pada
setiap umur tegakan Eucalyptus grandis. Gambar 7 tersebut menunjukan adanya variasi
selisih dugaan biomassa akar antara pengukuran dan menggunakan model akar pohon
10.
Gambar 7. Nilai Biomassa akar pohon contoh Eucalyptus grandis pada setiap umur.
Dalam Gambar 8 menunjukkan biomassa akar total pada pengukuran terendah
pada umur 1 tahun dan tertinggi pada umur 6 tahun. Nilai biomassa total dugaan dengan
model juga memiliki nilai terendah pada umur 1 tahun dan tertinggi pada umur 6 tahun.
Melalui metode pengukuran dan model allometrik terbaik dapat juga ditentukan besar
selisih dari biomassa akar Eucalyptus grandis.
Gambar 8. Nilai biomassa akar tegakan Eucalyptus grandis pada setiap umur dengan pengukuran dan model terpilih
Secara umum pertambahan umur tanaman dapat mempengaruhi suplai hara yang
dibutuhkan oleh tanaman serta peningkatan akar, umumnya pada masa pertumbuhan
lazimnya akar yang berpotensi menyerap unsur hara serta air dari dalam tanah untuk
pertumbuhan tanaman kemudian untuk kekuatan batang dan pertumbuhan pucuk atau
bagian atas tanaman, maka dengan bertambahnya umur tanaman maka bertambah pula
potensi nilai biomassa akar.
Pada pengukuran dan model yang telah tersusun oleh peneliti terdahulu memiliki
perbedaan yang sangat siknifikan dalamhasil biomassa yang di dapatkan. Menurut
Sitompul dan Guritno (1995), bahwa perbedaan lingkungan dapat mengakibatkan
kuantitas yang bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu,
sehingga lingkungan merupakan sumber atau faktor potensial sebagai penyebab
keragaman tanaman di lapangan. Sehingga keragaman biomassa disebabkan oleh
pengaruh lingkungan.
Distribusi Biomassa Berdasarkan Sortimen Akar
Umumnya besarnya biomassa akar terus bertambah seiring bertambahnya umur
tanaman, seperti terlihat pada Gambar 9, namun biomassa pada sortimen akar lainnya
memiliki penurunan dengan bertambahnya umur tanaman. Berdasarkan distribusi
biomassa menurut sortimen akar diketahui bahwa pada umur 1 tahun memiliki distribusi
biomassa tertinggi dengan diameter sortimen akar 0 – 5 mm mencapa1 10 %, diameter
tertinggi pada umur 2 tahun mencapai 24 %, sedangkan untuk distribusi akar pada
diameter sortimen akar > 40 mm yang tertinggi pada umur 6 tahun yaitu 79 %.
Menurut Sitompul dan Guritno (1995) bahwa peranan akar dalam pertumbuhan
tanaman sama pentingnya dengan tajuk. Sebagai gambaran, kalau tajuk berfungsi untuk
menyediakan karbohidrat melalui proses fotosintesis, maka fungsi akar adalah
menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan dalam metabolisme tanaman. Tanaman
yang tumbuh dalam keadaan kurang air membentuk akar lebih banyak dengan hasil yang
lebih rendah dari tanaman yang tumbuh dalam keadaan cukup air.
Pertumbuhan akar yang kuat lazimnya diperlukan untuk kekuatan dan
pertumbuhan pucuk pada umumnya. Apabila akar mengalami kerusakan dan kurang
berfungsi, maka pertumbuhan pucuk juga akan kurang berfungsi (Gardner et al., 1991).
Melalui Gambar 9 terlihat akar dengan diameter berbeda mengambil peranannya
masing-masing pada perbedaan setiap umur tanaman.
Distribusi terendah diperoleh pada diameter sortimen akar 0 – 5 mm yaitu pada
umur 4 tahun dan umur 6 tahun hanya mencapai 1 %, diameter sortimen akar 5 – 20 mm
yaitu pada umur 6 tahun hanya mencapai 10 %, diameter sortimen akar 20 – 40 mm
pada umur 6 tahun hanya mencapai 10 %, sedangkan untuk diameter sortimen akar > 40
mm pada umur 1 tahun dan memiliki distribusi biomassa hanya 38 %. Seperti terlihat
pada Gambar 9 berikut ini.
Umur 3 tahun
Gambar 9. Distribusi biomassa akar Eucalyptus grandis menurut diameter sortimen akar dalam berbagai umur.
Akar adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tanaman yang mempunyai fungsi
yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman, kalau tajuk khususnya jaringan
fotosintesis berfungsi menyerap CO2, maka akar berfungsi menyerap air dan unsur hara.
Pertumbuhan akar perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi pertumbuhan
bagian atas tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).
Akar melayani tanaman dalam fungsi penting yaitu, penyerapan, penambahan,
penyimpanan, transpor dan pembiakan. Akar juga merupakan sumber utama beberapa
pengatur pertumbuhan tanaman tertentu. Penyerapan air dan mineral terutama terjadi
melaui ujung akar dan bulu akar, akar yang lebih tua memainkan peranan yang
diperlukan untuk transpor dan penyimpan bahan, yang beranalogi dengan transpor bahan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Persamaan terpilih yang dapat digunakan sebagai model yang handal dengan
tingkat akurasi yang tinggi dalam menduga biomassa akar tegakan Eucalyptus grandis
adalah persamaan B = -0,77 + 1,13 D.
Saran
Pengukuran biomassa akar tanaman jenis Eucalyptus grandis cukup diduga
dengan menggunakan peubah bebas dari model yang telah duji keterhandalannya seperti
pada persamaan yang ditunjukkan dari hasil penelitian ini tanpa mengurangi tingkat
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, WC. 2002. Model Penaksiran Biomassa Pohon Mahoni (Swietenia
macrophylla) di Kesatuan Pemangkuan Hutan Cianjur PT. Perhutani Unit III
Jawa Barat. Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aswandi, Edy, D., dan Suhada, D.A. 2005. Model Pendugaan Volume Batang Berdiri
dengan Integrasi Fungsi Taper Jenis Meranti (Shorea spp.): Studi kasus di HPH
PT. Kiang Nam Development Indonesia. Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 1 (2): 11-17.
Brown S. 1997.Estimating Biomass and Biomass Change of Trpopikal Forest,a Primer. FAO Forestry Paper 134,FAO.Rome.
Departemen Kehutanan. 1999. Pedoman Teknis Penanaman Jenis-Jenis Kayu Komersil. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan.Jakarta.
Departemen Kehutanan. 2000.
hhtp://www.dephut.go.id/informasi/ph/pedoman_pemberian.htm. [7 November 2007]
FWI/GFW, 2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia: Forest Watch Indonesia dan Washington D.C.: Global Forest Watch
Gardner, FP., R. Brent., Roger, LM. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indosesia.
Hairiah,K., Sitompul, SM., Noorwijk M Van., dan Palm, C. 2001. Methods For Sampling Carbon Stoks Above and Below Ground. ICRAF Southeast Asian Regional Research Program. Bogor Indonesia.
Haygreen, SJ., Bowyer, JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu (Suatu Pengantar) Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Heriansyah, I. 2005. Potensi Hutan Tanaman Industri dalam Mensequester Karbon; Studi kasus di Hutan Tanaman Akasia dan Pinus. Buletin Inovasi 17 (3): 43-46. www.io.ppi_jepang.org
Latifah, S. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di Hutan tanaman
Industri. Universitas Sumatera Utara digital Library. Medan.
Mustaqim. 2007. Pendugaan Biomassa Akar Hutan Tanaman Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden Areal Hutan Tanaman PT. Toba Pulp Lestari Tbk Sumatera Utara (Skripsi). Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Noordwijk M V., Mulia R., dan Hairiah K. 2001. Estimasi Biomassa pohon di atas dan di
bawah permukaan tanah dalam Sistem Agroforestri: Analisis Cabang Fungsional (Functional Branch Analysis, FBA) Untuk Membuat Persamaan Allometrik
Pohon.
Onrizal. 2004. Model Penduga Biomassa dan Karbon Tegakan Hutan Kerangas di Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat. Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Panjiwibowo, C. Moekti, HS. Olivia,T. Wisnu, R. 2003. Mencari Pohon Uang : CDM Kehutanan Indonesia. Pelangi.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2000. Kelestarian Supply Bahan Baku Kayu PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Porsea.
Prosea, 1994. Plant Resources of South-East Asia: Timber Trees Major Commersial Timbers No 5(1).Bogor Indonesia
Pudjiharta, AG. 2001. Pengaruh Hutan Tanaman Industri Eucalyptus Terhadap Tata Air di Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan No. 628/2001. Balai penelitian dan Pengembangan Hutan.
RKT PT. TPL, Tbk. 2004. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman. Porsea.
RKT PT. TPL, Tbk. 2005. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman. Porsea.
Sitompul, S.M dan Bambang Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tampubolon, A. P., Parthama, I. B. P., Sukmana, A., dan Kwatrina, R. 2000 Peningkatan Penerimaan Daerah di Sumatera Bagian Utara dari Jasa Hutan sebagai Penjerap Karbon, dalam Peranan Kehutanan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Sumatera Bagian Utara. Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar. Hal 145-163
No.
Pohon Dbh H Hbc B=aktual
B=-7.59+1.40D AgD AvD B=0.167D^1.56 AgD AvD
B=1.498-0.1091D+0.05097D^2
1 4.5 6.7 0.7 4.53 -1.29 -4.51163 1.744729052 1.596392 2.0391925
2 3.7 5.8 0.8 4.56 -2.41 -2.89212 1.28561568 2.546939 1.7921093
3 5.4 7.7 0.3 5.49 -0.03 -184 2.318732966 1.367672 2.3951452
4 8.8 10 4.5 10.73 4.73 1.268499 4.967174756 1.160182 4.4850368
5 8.5 10.7 4.3 5.96 4.31 0.382831 4.705545696 0.266591 4.2532325
6 8.9 9.6 4.5 8.74 4.87 0.794661 5.055508926 0.728807 4.5643437
7 9.9 15.8 10.5 10.30 6.27 0.642743 5.969079659 0.725559 5.4134797
8 10.2 14.9 11.6 7.64 6.69 0.142003 6.253638017 0.221689 5.6880988
9 10.8 14.6 12.8 6.56 7.53 -0.12882 6.836873269 -0.0405 6.2648608
10 12.7 20 16.4 15.32 10.19 0.503435 8.803396767 0.740237 8.3333813
11 12.3 18.9 15.1 16.91 9.63 0.755971 8.374684311 1.019181 7.8673213
12 10.8 15.7 14.4 13.99 7.53 0.857902 6.836873269 1.046257 6.2648608
13 13.2 18 14.2 15.24 10.89 0.399449 9.350004154 0.629946 8.9388928
14 13.8 18.9 15.5 14.73 11.73 0.255754 10.02138728 0.469856 9.6991468
15 13 17.9 13.4 16.68 10.61 0.572102 9.129943727 0.826955 8.69363
16 16.8 19.9 16.6 19.69 15.93 0.236033 13.62068504 0.445595 14.0508928
17 16.8 21 17.2 18.00 15.93 0.129944 13.62068504 0.321519 14.0508928
18 16 20.5 16.2 14.73 14.81 -0.0054 12.62244957 0.166968 12.80072
Lampiran 2. Hasil perhitungan biomassa akar berdasarkan model terpilih dari
pohon contoh Eucalyptus grandis
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Sejarah Singkat Perusahaan
Latar belakang berdirinya PT Inti Indorayon Utama (IIU), Tbk. yang sekarang
sudah berubah nama menjadi PT Toba Pulp Lestari, Tbk. adalah untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan akan kertas dalam negeri yang diimpor oleh beberapa negara.
Berdasarkan laporan hasil penelitian Food and Agriculture Organization (FAO) pada
bulan Juli 1954, menemukan dan merekomendasikan daerah Sosorladang, Porsea sebagai
salah satu lokasi strategis dan layak untuk tempat pendirian pabrik pulp di Indonesia, dan
sekarang menjadi lokasi berdirinya Pabrik Pulp dan Rayon PT. Toba Pulp Lestari.
PT Inti Indorayon Utama (IIU) berhenti beroperasi pada tahun 1998. Hal ini
disebabkan limbah yang dihasilkan dari pembuatan pulp didapatkan merusak lingkungan
hidup sekitar dan juga karena PT Inti Indorayon Utama kurang melibatkan masyarakat
lokal dalam kegiatannya. PT Inti Indorayon Utama (IIU) berubah nama menjadi PT Toba
Pulp Lestari, Tbk disebabkan produk yang dihasilkan sekarang hanya pulp saja
sedangkan pada saat bernama PT Inti Indorayon Utama, perusahaan ini juga
memproduksi rayon. Produksi rayon dihentikan karena limbah hasil produksi rayon
sangat merusak lingkungan hidup.
Rekomendasi FAO tahun 1954 untuk pendirian lokasi pabrik pulp di Indonesia
dan adanya peningkatan kebutuhan kertas dan pulp dalam negeri dan dunia, serta
keinginan pemerintah untuk meningkatkan HTI dan pengefektifan hasil reboisasi di luar
Jawa, menghasilkan rencana pendirian pabrik pulp di Sosorladang, Porsea.
PT. Toba Pulp Lestari Tbk terletak di desa Sosorladang, Kecamatan Porsea,
Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Perusahaan ini memiliki lokasi konsesi Hak
Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) yang terletak di beberapa kabupaten
yaitu : Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Tapanuli Tengah dan Tapanuli
Selatan dengan total luas ijin HPHTI berdasarkan SK. Menhut No. 493/KPTS-II/1992
seluas 269.060 ha dengan jangka pengelolaan 43 tahun dan pemanfaatan Pinus
berdasarkan SK. Menhut No. 236/ KPTS-IV/1984 seluas 15.763 ha yang berada di luar
areal HPHTI sehingga total areal berjumlah 284.816 ha.
Areal konsesi PT. Toba Pulp Lestari Tbk terdiari dari 6 sektor yang masing- masing
sektor berada pada wilayah geografis yang terpisah, yaitu:
1. Sektor Tele berada pada Kabupaten Samosir yang meliputi kecamatan H. Boho,
Sumbul, Parbuluan, Kerajaan, Sidikalang dan Salak pada 20 15’ 00’’ LU – 20 50’
00’’LU dan 980 20’ 00’’ BT- 980 50’ 00’’ BT
2. Sektor Padang Sidempuan berada pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang meliputi
Kecamatan Padang Bolak, Sosospan, Padang Sidempuan, dan Sipirok pada 10 15’
00’’ LU – 10 50’ 00’’ LU dan 990 13’ 00’’ BT – 990 33’ 00’’ BT.
3. Sektor Aek Nauli berada pada Kabupaten Simalungun yang meliputi Kecamatan
Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik dan Jorlang pada 20 40’ 00’’ LU – 20 50’
00’’ LU dan 980 50’ 00’’ BT – 990 10’ 00’’ BT.
4. Sektor Habinsaran berada di Kabupaten Toba samosir yang meliputi Kecamatan
Siborong-borong, Sipahutar, Habinsaran, Silaen dan Laguboti pada 20 07’00’’ LU
5. Sektor Tarutung berada di Kabupaten Tapanuli Utara yang meliputi Kecamatan
Dolok Sanggul, Sipaholon, Onan Gajang, Parmonangan, Adian Koting, Gaya
Baru, Tarutung, Lintong Nihuta dan Sorkam pada 10 54’ 00’’ LU – 20 15’ 00’’LU
dan 980 42’ 00’’ BT – 980 58’ 00’’ BT.
6. Sektor Sarulla berada di Kabupaten Tapanuli Utara yang meliputi Kecamatan
Pahae Julu, Pahae Jae, Sibolga, Lumut, Batang Toru pada 10 30’ 00’’ LU – 10 55’
00’’ LU dan 980 20’ 00’’ BT – 990 10’ 00’’ BT.
Areal HPHTI dan IPK Pinus PT. TPL, Tbk. Berada pada ketinggian 450 – 1.900
m dpl. Dengan kondisi topografi datar hingga areal hutan bertopografi curam. Areal
tersebut dikategorikan ke dalam beberapa kelas kemiringan seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas areal PT. TPL, Tbk. berdasarkan kemiringan
Sektor 0 – 8%
Sumber: RKT PT. TPL, Tbk. 2004
Dapat dilihat bahwa 38,59% areal konsesi termasuk dalam areal bertopografi
datar; 14,19% bertopografi landai; 30,63% bertopografi agak curam, dan hanya 16,59%
yang bertopografi curam.
Kondisi Umum Sektor Aek Nauli
1. Estate Siapas-apas
2. Estate Gorbus
3. Estate Rondang
4. Estate Huta Tonga
dan estate yang paling luas yaitu estate Aek Nauli
Sektor Aek Nauli berada di Propinsi Sumatera Utara Kabupaten Simalungun dan
terdiri dari beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Dolok Panribuan, Tanah Jawa,
Sidamanik, G. Sipanganbolon dan Jorlang Hataran.
Jenis Tanaman yang terdapat pada sektor Aek Nauli yaitu Eucalyptus grandis,
Eucalyptus urophylla, Eucalyptus hybrid dan Eucalyptus pellita. Tanaman yang paling
banyak terdapat pada sektor Aek Nauli yaitu Eucalyptus hybrid.
Sumber: RKT PT. TPL Tbk, 2005
Topografi
Areal IUPHHK sektor Aek Nauli PT. TPL, Tbk. Berada pada ketinggian antara
500 – 1400 mdpl, memiliki kelas kelerengan yang bervariasi mulai dari datar, landai,
agak curam sampai dengan curam dan sangat curam. Kelas kelerengan areal dapat dilihat
pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Kelas kelerengan areal PT. TPL, Tbk. Sektor Aek Nauli
Kelas Kemiringan
Sumber: RKT PT. TPL, Tbk. 2004
Iklim
Menurut klasifikasi iklim Schmidt – Ferguson, wilayah penelitian termasuk ke
dalam tipe iklim A (sangat basah) dengan curah hujan rata-rata 234 mm/bulan. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, sedangkan untuk curah hujan terendah pada
bulan Juni. Suhu minimum 16,80C dan maksimum 23,00C dengan kelembaban relatif
berkisar antara 49,6% - 75,8%.
Keadaan Tanah dan Geologi
Jenis tanah yang dapat ditemukan adalah podsolik coklat, podsolik coklat kuning,
dan podsolik coklat kelabu yang dihasilkan oleh bahan induk tuff dan umumnya asam,