EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN YANG MENDUKUNG
USAHA TANI DI KECAMATAN PANCUR BATU
( Studi kasus: WKPP Namorih dan Bintang Meriah Kecamatan Pancur Batu)
SKRIPSI
Oleh:
AGINTA MARLINA S. 050309011
S E P / P K P
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN YANG MENDUKUNG
USAHA TANI DI KECAMATAN PANCUR BATU
( Studi kasus: WKPP Namorih dan Bintang Meriah Kecamatan Pancur Batu)
SKRIPSI
Oleh:
AGINTA MARLINA S. 0 5 0 3 0 9 0 1 1
S E P / P K P
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. LILY FAUZIA, MSi) (IR. M. JUFRI, MSi)
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
AGINTA MARLINA SIPAHUTAR (050309011), dengan judul skripsi
“EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN YANG MENDUKUNG USAHA TANI DI KECAMATAN PANCUR BATU.” Studi kasus: WKPP (Wilayah Kerja
Penyuluh Pertanian) Namorih dan Bintang Meriah. Penelitian ini dibimbing oleh
Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, MSi , selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi, selaku Anggota Komisi Pembimbing.
Program kerja penyuluhan pertanian yang baik adalah program kerja yang dibuat dengan memperhitungkan serta mempertimbangkan gambaran-gambaran yang ada, terutama kondisi dan situasi serta masalah-masalah yg dihadapi petani, peranan dan kemampuan penyuluh serta kesulitan atau hambatan yang mungkin timbul selama pelaksanaannya.
Dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksaan program penyuluhan pertanian yang ada di daerah penelitian, untuk mengetahui keberhasilan program penyuluhan penyuluhan pertanian yang ada di daerah penelitian, untuk mengetahui jarak WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) terhadap pelaksanaan program penyuluhan di daerah penelitian, untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam melaksanakan penyuluhan pertanian di daerah penelitian, dan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di daerah penelitian. Dengan metode penentuan daerah yang dilakukan secara purposive dan metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode CIPP (Context, Input, Procces, Product).
Dari hasil penelitian diperoleh hal-hal sebagai berikut:
1. Program penyuluhan pertanian di WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) Namorih dan Bintang Meriah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang merupakan perpaduan antara program dari pemerintah dan masyarakat yang dilakukan dengan mengembangkan potensi yang ada.
2. Pelaksanaan program penyuluhan di WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) Namorih dan Bintang Meriah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang telah dapat dikategorikan berhasil. Pada indikator konteks (context) persentase ketercapaiaan sebesar 82,59 % dengan nilai 7,5. Pada indikator masukan (input)
persentase ketercapaian yang diperoleh sebesar 84,81 % dengan nilai 7.66. Pada indikator proses (process) persentase ketercapaian sebesar 80 % dengan nilai 7.2. Pada indikator produk (product) persentase ketercapaian sebesar 83.70 % dengan nilai 7.53. Nilai tingkat keberhasilan program program penyuluhan didaerah penelitian adalah 28.98 dengan persentase ketercapai sebesar 80.05%.
3. Jauh dekatnya jarak WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) yang ditempuh oleh penyuluh tidak mempengaruhi penyuluh dalam menjalankan tugasnya untuk tetap membantu petani.
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi adalah mengatasi masalah-masalah di daerah penelitian adalah petani melalui GAPOKTAN bekerja sama dengan penyuluh pertanian untuk mengajukan permohonan pupuk bersubsidi serta benih unggul yang cukup dan untuk membahas masalah modal,petani dapat meminjam uang dari Bank atau lembaga keungan yang ada di daerah penelitian serta mengelola dana PUAP yang telah diberikan pemerintah.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 12 Januari 1988
dari Bapak Alm. Marthin Luther dan Ibu Erlina bt Tarigan. Penulis merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh Penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1999 menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Santo
Thomas 5 Medan.
2. Tahun 2002 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
di SLTP Putri Cahaya Medan.
3. Tahun 2005 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU
Negeri 17 Medan.
4. Tahun 2005 diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Penyuluhan
dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
melalui jalur SPMB.
5. Tahun 2009 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa
Pardomuan, Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi dari
tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009.
6. Tahun 2010 melakukan penelitian skripsi di Desa Namorih dan Bintang
Meriah, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi yaitu :
1. Pengurus Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Fakultas
Pertanian USU tahun 2007.
2. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas (MPMF) Fakultas
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Adapun judul skripsi ini adalah ” Evaluasi Program Penyuluhan Yang Mendukung Usaha Tani di Kecamatan Pancur Batu”, Studi kasus: WKPP Namorih dan Bintang Meriah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang,
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Ibu Hj. Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Seluruh Staff Pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara
Dalam kesempatan ini penulis memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Ibunda tercinta Erlina br Tarigan atas dukungan semangat, motivasi,
materi dan doa yang diberi pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan kepada
abangnda Coky Marlino S, Ss. dan adinda Enos Syahputra S yang terus mendoakan
besar penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, yang telah memberikan
dukungan dan motivasi kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat tercinta Harry
Hasibuan, SP, Orchida Indahwaty, SP, Era Elfrida Tarigan, SP, Posma Ulinita
Sibarani, SP, Wisnu Tri Ari, SP, Wenny Kurnia Sari, SP, Bida Sari Lubis, SP, Irma
Suriyani, SP, Ali Rabani, SP dan semua rekan-rekan mahasiswa angkatan 2005,
angkatan 2007, angkatan 2008 Program Studi Agribisnis serta para pengurus PEMA
FP USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, untuk persahabatan selama
ini yang senantiasa mendukung penulis dalam doa dan pemikiran, serta teristimewa
buat sahabat sepermainan Elysa Apriani Sembiring, Adithia Tarigan, Ssos, Alexander
Siregar, ST, Benedict Yan, ST dan Jeff Kawijaya atas segala perhatian, doa, kasih dan
semangat yang menguatkan dan meneguhkan penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam
penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2011
DAFTAR ISI
Identifikasi Masalah... 5
Tujuan Penelitian... .. 6
Kegunaan Penelitian... 6
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka... 7
Landasan Teori... ... 9
Kerangka Pemikiran... 23
Hipotesis Penelitian... 24
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ...25
Metode Penarikan Sampel... 25
Metode Pengumpulan data... 27
Metode analisis data... 27
Defenisi dan Batasan Operasional... 29
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Daerah Penelitian... 31
Luas dan Letak Geografis Namorih... 31
Keadaan Penduduk Namorih...31
Sarana dan Prasarana Namorih... 33
Luas dan Letak Geografis Bintang Meriah... . 34
Keadaan Penduduk Bintang Meriah... 34
Sarana dan Prasarana Bintang Meriah... 36
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Program Penyuluhan... 37
Pengaruh Jarak Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian terhadap Pelaksanaan Program Penyuluhan... 43 Masalah yang Terjadi dalam Menjalani Program Penyuluhan di Daerah
Penelitian... 44 Upaya yang dihadapi dalam Mengatasi Masalah di Daerah Penelitian... 44
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan... 46 Saran... 47
DAFTAR TABEL
Hal No Judul
1 : Data Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) berdasarkan Jarak dari
Kantor Kecamatan Pancur Batu... 26
2 : Data populasi dan sampel penelitian Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian
(WKPP) Kecamatan Pancur Batu tahun 2009... 26
3 : Pelaksanaan Program Penyuluhan di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian
(WKPP) Namorih dan Bintang Meriah.. ... 28
4 : Skor Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian... 29
5 : Pengklasifikasian penduduk Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP)
Namorih Kecamatan Pancur Batu menurut Kelompok Umur tahun 2009... 32
6 : Banyaknya Penduduk Menurut Agama di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) Namorih tahun 2009... 32
7 : Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi yang Tersedia di Wilayah Kerja
Penyuluh Pertanian (WKPP) Namorih tahun 2009... 33
8 : Pengklasifikasian penduduk Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP)
Bintang Meriah menurut Kelompok Umur tahun 2009... 35
9 : Banyaknya Penduduk Menurut Agama di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) Bintang Meriah tahun 2009... 35
10 : Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi yang Tersedia di Wilayah Kerja
Penyuluh Pertanian (WKPP) Bintang Meriah tahun 2009... 36
11 : Pelaksanaan Program Penyuluhan di Kecamatan Pancur Batu... 40
12 : Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian di
DAFTAR GAMBAR
Hal No Judul
DAFTAR LAMPIRAN
Hal No Judul
1 : Karakteristik Petani Sampel yang Mengikuti Program Penyuluhan... 51
2 : Jawaban Responden atas Pelaksanaan Program Penyuluhan (Context)... 52
3 : Jawaban Responden atas Pelaksanaan Program Penyuluhan (Input)... 54
4 : Jawaban Responden atas Pelaksanaan Program Penyuluhan (Proces)... 56
ABSTRAK
AGINTA MARLINA SIPAHUTAR (050309011), dengan judul skripsi
“EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN YANG MENDUKUNG USAHA TANI DI KECAMATAN PANCUR BATU.” Studi kasus: WKPP (Wilayah Kerja
Penyuluh Pertanian) Namorih dan Bintang Meriah. Penelitian ini dibimbing oleh
Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, MSi , selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi, selaku Anggota Komisi Pembimbing.
Program kerja penyuluhan pertanian yang baik adalah program kerja yang dibuat dengan memperhitungkan serta mempertimbangkan gambaran-gambaran yang ada, terutama kondisi dan situasi serta masalah-masalah yg dihadapi petani, peranan dan kemampuan penyuluh serta kesulitan atau hambatan yang mungkin timbul selama pelaksanaannya.
Dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksaan program penyuluhan pertanian yang ada di daerah penelitian, untuk mengetahui keberhasilan program penyuluhan penyuluhan pertanian yang ada di daerah penelitian, untuk mengetahui jarak WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) terhadap pelaksanaan program penyuluhan di daerah penelitian, untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam melaksanakan penyuluhan pertanian di daerah penelitian, dan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di daerah penelitian. Dengan metode penentuan daerah yang dilakukan secara purposive dan metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode CIPP (Context, Input, Procces, Product).
Dari hasil penelitian diperoleh hal-hal sebagai berikut:
1. Program penyuluhan pertanian di WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) Namorih dan Bintang Meriah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang merupakan perpaduan antara program dari pemerintah dan masyarakat yang dilakukan dengan mengembangkan potensi yang ada.
2. Pelaksanaan program penyuluhan di WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) Namorih dan Bintang Meriah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang telah dapat dikategorikan berhasil. Pada indikator konteks (context) persentase ketercapaiaan sebesar 82,59 % dengan nilai 7,5. Pada indikator masukan (input)
persentase ketercapaian yang diperoleh sebesar 84,81 % dengan nilai 7.66. Pada indikator proses (process) persentase ketercapaian sebesar 80 % dengan nilai 7.2. Pada indikator produk (product) persentase ketercapaian sebesar 83.70 % dengan nilai 7.53. Nilai tingkat keberhasilan program program penyuluhan didaerah penelitian adalah 28.98 dengan persentase ketercapai sebesar 80.05%.
3. Jauh dekatnya jarak WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) yang ditempuh oleh penyuluh tidak mempengaruhi penyuluh dalam menjalankan tugasnya untuk tetap membantu petani.
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi adalah mengatasi masalah-masalah di daerah penelitian adalah petani melalui GAPOKTAN bekerja sama dengan penyuluh pertanian untuk mengajukan permohonan pupuk bersubsidi serta benih unggul yang cukup dan untuk membahas masalah modal,petani dapat meminjam uang dari Bank atau lembaga keungan yang ada di daerah penelitian serta mengelola dana PUAP yang telah diberikan pemerintah.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka membangun pertanian tangguh para pelaku pembangunan
pertanian perlu memiliki kemampuan dalam memanfaatkan segala sumber daya
secara optimal, mengatasi segala hambatan dan tantangan, menyesuaikan diri
dalam pola dan struktur produksi terhadap perubahan yang terjadi serta berperan
aktif dalam pembangunan nasional dan pembangunan wilayah. Untuk
mewujudkan pertanian tangguh tersebut diperlukan aparat pertanian dan tangguh
di bidang pengaturan. Pelayanan dan penyuluhan sesuai kualifikasi dan
spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses pembangunan pertanian
tangguh tersebut (Soedijanto, 1996).
Seorang penyuluh membantu para petani di dalam usaha mereka
meningkatkan produksi dan mutu hasil produksinya guna meningkatkan
kesejahteraan mereka. Para penyuluh berperan sebagai agen pembaruan yang
membantu petani mengenal masalah-masalah yang mereka hadapi dan mencari
jalan keluar yang diperlukan (Suhardiyono, 1992).
Penyuluhan tidak mungkin dilakukan begitu saja tanpa adanya pengenalan
daerah terlebih dahulu dan program kerja penyuluhan yang harus dilaksanakan
bagi daerah pertanian tersebut. Pengenalan daerah pertanian harus menghasilkan
survey dalam bentuk monografi wilayah dan kemudian dapat ditentukan program
penyuluhan yang memadai dengan tingkatan dan kepentingan di wilayah
Program kerja penyuluhan pertanian dibuat setelah penyuluh mengetahui
gambaran-gambaran tentang kondisi dan situasi usaha tani yang tengah dilakukan
di pedesaan itu, terutama mengenai masalah-masalah yang sedang dihadapi
petani. Program kerja penyuluhan pertanian yang baik adalah program kerja yang
dibuat dengan memperhitungkan serta mempertimbangkan gambaran-gambaran
yang ada, terutama kondisi dan situasi serta masalah-masalah yg dihadapi petani,
peranan dan kemampuan penyuluh serta kesulitan atau hambatan yang mungkin
timbul selama pelaksanaannya (Kartasapoetra, 1987).
Dalam proses perencanaan program penyuluhan terdapat lima langkah
yang diuraikan sebagai berikut:
a) Perumusan keadaan dan masalahnya. Pada tahap ini dilakukan analisis
terhadap situasi. Untuk itu diperlukan fakta-fakta yang menyangkut
seluruh aspek dari situasi dalam jumlah yang besar. lnformasi yang
diperlukan adalah berkaitan dengan sasaran penyuluhan seperti minat,
pendidikan, kebutuhan, adat-istiadat, kebiasaan dan tradisinya. Kemudian
diperlukan pula fakta mengenai situasi fisik seperti keadaan tanah, tipe
usahatani, pemasaran, skala usahatani, pola tani, kondisi rumah, pelayanan
masyarakat, dan saluran komunikasi.
b) Pemecahan masalah dan tujuan. Pada tahap kedua ini, pemecahan masalah
dan perumusan tujuan ditetapkan. Untuk kepentingan psikologis sasaran
penyuluhan itu harus dilibatkan dalam penetapan tujuan dan sasaran
penyuluhan. Sasaran dalam perencanaan penyuluhan paling tidak harus
mengkondisikan perubahan perilaku orang sebagaimana keluaran sosial
c) Perencanaan pendidikan. Pada tahap yang ketiga ini merupakan tahap
mengajar yang meliputi:
1. Materi yang perlu diajarkan.
2. Cara yang harus dilakukan untuk mengajar.
Pada dua tahap pertama, adalah dengan menciptakan kesempatan
mengajar, pada tahap ini tugasnya adalah menciptakan situasi
belajar. Penggunaan beberapa metode komunikasi yang berbeda
disengaja untuk merangsang tindakan belajar. Dapat dipilih berbagai
metode seperti media massa, kelompok dan interpersonal.
Kemampuan untuk memilih dan menggunakan metode yang paling
baik untuk tujuan-tujuan khusus merupakan ukuran keberhasilan
seorang penyuluh.
d) Evaluasi. Tahap keempat ini adalah mengevaluasi tindakan mengajar
tersebut. Hal ini juga akan menjadi ujian mengenai cara yang secara akurat
dan jelas tujuan dipilih dan dikondisikan. Perencanaan untuk evaluasi
perlu dibangun menjadi perencanaan kerja selama tahap-tahap
sebelumnya. Perbedaan dibuat antara prestasi yang hanya dicatat saja dan
perbandingan hasil dengan tujuan asli. Proses evaluasi dapat dilakukan
secara sederhana dan informal atau dapat pula secara formal dan
kompleks.
e) Rekonsiderasi. Tahap kelima adalah mempertimbangkan perencanaan
penyuluhan setelah evaluasi dilakukan. Tahap ini memuat suatu tinjauan
upaya-upaya yang dilakukan sebelumnya dan hasil-hasil yang
akan kegiatan lebih lanjut, selanjutnya proses keseluruhan akan dimulai
lagi dengan tujuan baru maupun tujuan yang dimodifikasi, maka proses
tersebut akan bersambung. Situasi baru mungkin berbeda, hal ini dapat
disebabkan karena:
1. Orang-orang telah berubah.
2. Telah terjadi perubahan secara fisik, ekonomis dan sosial.
3. Penyuluh disiapkan dengan lebih baik daripada sebelumnya
4. Adanya kebutuhan maupun minat yang baru dari kliennya.
(Ginting, 1995).
Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan pengembangan
suatu penyuluhan, sangat diperlukan adanya suatu sistem pelaporan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pengembangan di dalam proses
penyuluhan yaitu evaluasi program. Evaluasi program sangat diperlukan untuk
dapat mengetahui adanya tanda-tanda keberhasilan ataupun hambatan dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi penyuluhan (Sinar Tani, 2001).
Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali
draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu dilaksanakan.
Kegiatan evaluasi seperti ini selain bertujuan untuk mengkaji kembali
keberhasilan program untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan
pedoman/patokan-patokan yang diberikan, juga dimaksudkan agar semua pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut merasa ikut bertanggung jawab
Suatu program penyuluhan dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang
ada di desa tersebut (sistem bottom up). Pemerintah harus mengetahui apa yg menjadi kebutuhan masyarakat lalu kemudian menentukan program apa yang
cocok dilakukan di desa tersebut. Untuk mengetahui keberhasilan program
penyuluhan, maka diperlukan penelitian secara ilmiah.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dapat diidentifikasikan beberapa
masalah yang berhubungan dengan penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana pelaksanaan program penyuluhan pertanian yang ada di
daerah penelitian?
2) Bagaimana keberhasilan program penyuluhan pertanian yang ada
di daerah penelitian?
3) Apakah jarak WKPP (wilayah kerja penyuluh pertanian)
mempengaruhi penyuluh dalam pelaksanaan program penyuluhan
di daerah penelitian?
4) Apa saja masalah yang dihadapi dalam melaksanakan program
penyuluhan pertanian di daerah penelitian?
5) Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi masalah
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui pelaksanaan program penyuluhan pertanian yang ada di
daerah penelitian.
2) Untuk mengetahui keberhasilan program penyuluhan pertanian yang ada
di daerah penelitian.
3) Untuk mengetahui pengaruh jarak WKPP (wilayah kerja penyuluh
pertanian) terhadap pelaksanaan program penyuluhan di daerah penelitian.
4) Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam melaksanakan
penyuluhan pertanian di daerah penelitian.
5) Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
1) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam
mengambil kebijakan, khususnya yang berhubungan dengan kegiatan
penyuluhan.
2) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Tinjauan Pustaka
Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan
kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua
tujuan utama yang diharapkannya. Untuk jangka pendek adalah menciptakan
perubahan perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta
untuk jangka panjang adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan
meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraadmadja, 1993).
Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku (behavior) petani dan anggota keluarganya yaitu mengubah pengetahuan, sikap, serta
keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap, serta keterampilannya.
Perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilani ini akan merupakan “pintu
gerbang” terjadinya penghayatan (Characterization, habitually) dan penerapan
(adopsi) dari inovasi (pembaharuan) pertanian yang disuluhkan atau yang menjadi
misinya. Tanpa terjadi perubahan perilaku ini tidak akan terjadi proses
penghayatan atau penerapan dalam diri petani dan anggota keluarganya. Adapun
misi atau pesan penyuluh pertanian adalah bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living) dan membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera (better community)
(Padmowiharjdjo. S, 2001).
Sasaran penyuluhan pertanian dapat berupa individu, kelompok, maupun
dicapai dengan menggunakan metode khusus yaitu melakukan pendekatan secara
individu. Sasaran kelompok dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai dengan
melakukan pendekatan secara kelompok, sedangkan untuk mencapai sasaran
dalam organisasi yang lebih besar dapat dilakukan dengan pendekatan massal.
Penggunaan metode ini selain didasarkan pada jumlah sasaran yang ingin dicapai,
perlu juga mempertimbangkan situasi dan kondisi sasaran penyuluhan pertanian.
Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan pendekatan massal agar lebih efisien.
Untuk mengubah sikap, pendekatan kelompok dapat memberikan motivasi yang
kuat bagi para petani untuk melaksanakan suatu inovasi, sedangkan untuk
meningkatkan keterampilan, pendekatan perorangan akan lebih efektif
(Mardikanto, 1993).
Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian (pengkomunikasian)
hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting karena itu penyuluh menuntut
dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain secara terperinci dan spesifik, yang
menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut :
1. Masalah yang dihadapi?
2. Siapa yang akan disuluh?
3. Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan?
4. Apa pendekatan yang dipakai?
5. Metode atau saluran apa yang dipakai?
6. Sistem evaluasi apa yang ada di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang
Landasan Teori
Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup
panjang, yang dimulai sejak awal abad 20 di masa penjajahan. Penyuluhan
bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk
kepentingan penjajah maupun untuk mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan
dilandadi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara
praktek-praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya
teknolog-teknologi yang lebih maju dilain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi
pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi
maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai
produsen primer (Margono. S, 2003).
Secara umum, peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk
menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda
dan teknik-teknik tertentu sampai sasaran penyuluhan itu dengan kesadaran dan
kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan. Akan tetapi,
dalam pengembangannya, peran penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi
menyampaikan iinovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh sasaran penyuluhannya, akan tetapi, ia harus mampu menjadi
jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang
diwakilinya dengan masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpan
balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang
bersangkutan. Sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau posisi
seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik
Dengan adanya jalinan keterkaitan antara penyuluh pertanian dengan
petani maka pada suatu saat nanti didalam menghadapi masala-masalah
penyuluhan tidak tergantung kepada program dari pemerintah semata-mata tetapi
merupakan kemandirian petani itu sendiri. Dengan adanya suatu program yang
direncanakan oleh petani dan terjaminnya dukungan operasional dari
aparatur-aparatur penyuluhan pertanian, penyediaan sarana produksi, pemasaran,
pengolahan hasil, permodalan maka dengan demikian produktivitas usaha tani
terus menerus meningkat dan permintaan pasar terpenuhi dengan kata lain mampu
memanfaatkan setiap peluang ekonomi yang melintas dihadapannya
(Suryadi. A, 1995).
Ada tiga model penyuluhan pertanian yang dapat digunakan untuk lesson learned yang pernah dilaksanakan di indonesia yaitu sebagai berikut:
1. Sistem kerja LAKUSUSI (Latihan Kunjungan dan Supervisi)
2. Sekolah Lapangan, dan
3. FMA (Farmers Manage Activities)
Ada berbagai masalah penyuluhan pertanian yang kita jumpai sampai saat ini
yaitu adalah:
1. Kelembagaan
2. Ketenagaan
3. Kompetisi Penyuluhan
4. Kesadaran penyuluh terhadap perubahan budaya petani
5. Kebiasaan (habit) penyuluh 6. Penyusunan program
8. Sikap petani
9. Kepemimpinan petani
10.Kelembagaan petani
11.Pembiayaan
12.Intensitas kegiatan
13.Perubahan keterkaitan penelitian dan penyuluhan
14.Inovasi
15.Kerjasama SDM
(Soedijanto, 2004).
Program penyuluhan yang baik sebaiknya dilakukan berdasarkan
kebutuhan masyarakat yang ada di daerah tersebut (sistem bottom up). Pemerintah
harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat lalu kemudian
menentukan program apa yang cocok dilakukan di daerah tersebut. Untuk
mengetahui keberhasilan program penyuluhan, maka diperlukan penelitian secara
ilmiah.
Ada beberapa kegunaan evaluasi dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu
sebagai berikut:
1. Kegunaan bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri, yakni:
a) Untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang telah dicapai.
b) Untuk mencari bukti apakah sekuruh kegiatan telah dilaksanakan seperti
yang direncanakan.
c) Untuk mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai yang berkaitan
d) Untuk mengukur efektifitas dan efesiensi sistem kerja dan metoda-metoda
penyuluhan yang telah dilaksanakan.
e) Untuk menarik simpati aparat dan warga masyarakat bahwa program
tersebut memang mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sehingga
diharapkan mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan
berikutnya.
2. Kegunaan bagi aparat penyuluhan, yakni meliputi:
a) Penyuluh merasa diperhatikan dan tidak dilupakan, sehingga memberikan
kepuasan psikologis yang akan mendorong aktivitas penyuluhannya di
masa mendatang.
b) Melalui evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan penilaian
terhadap aktivitas atau mutu kegiatan penyuluhan itu sendiri, sehingga
berpengaruh dalam menentukan masa depan bagi pengenbangan karier
penyuluh yang bersangkutan.
c) Dengan adanya evaluasi maka penyuluh akan selalu mawas diri dan
berusaha agar kegiatannya berjalan dengan baik sehingga membiasak diri
untuk selalu rajin, tekun dan bertanggung jawab.
3. Kegunaan bagi pelaksana evaluasi, yakni meliputi:
a) Kebiasaan untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data atau fakta dan
bukan didasarkan kepada asumsi atau praduga semata.
b) Kebiasaan bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur dan pedoman yang
telah ditetapkan.
c) Memperolah peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan
cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur.
Program dapat dihasilkan melalui proses perencanaan program yang
diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih kriteria yang
terbaik dalam mencapai tujuan. Rencana kerja adalah pernyataan tertulis yang
memuat secara lengkap tentang apa, mengapa, bagiamana, siapa, bilamana,
dimana, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
(Mardikanto dan Sutarni, 1990).
Efektifitas suatu program penyuluhan pertanian harus memenuhi beberapa
persyaratan, persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Peyuluhan pertanian haruslah diberikan di tempat petani berada.
b) Materi penyuluhan bersifat khusus sesuai dengan perhatian dan kebutuhan
petani, contohnya adalah bagaimana menaikkan produksi, bagaimana
memperbesar selisih antara biaya dan penerimaan, bagaimana
meningkatkan taraf hidup keluarganya dan sebagainya.
c) Mempertimbangkan kenyataan bahwa petani adalah orang dewasa,
sehingga penyuluhan pertanian harus menggunakan metode yang khusus
untuk orang dewasa.
d) Setiap teknologi baru yang disampaikan haruslah memungkinkan secara
teknis untuk dilakukan didalam usaha taninya dan secara ekonomi layak
untuk diterapkan serta secara sosial dapat diterima oleh masyarakat
Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Pertanian adalah upaya penilaian atas
sesuatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisaan
informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan dan dampak
kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil
kegiatan untuk pengembangan selanjutnya.
Tujuan evaluasi pertanian adalah untuk menentukan arah penyempuranaan
kegiatan penyuluhan, memberikan gambaran kemajuan pencapaian tujuan,
perbaikan program dan rencana kerja, mengukur efektifitas metode penyuluhan
yang digunakan. Bagian-bagian program dan rencana kerja yang dapat dievaluasi
yaitu :
a) Penetapan Program yang meliputi pengumpulan data situasi, perumusan
kebutuhan, perumusan masalah, perumusan tujuan, penetapan prioritas alternatif
pencapaian tujuan dan partisipasi petani/kontak tani.
b) Pelaksanaan Program yaitu meliputi metode dan proses belajar-mengajar,
proses pembinaan sasaran, informasi dan rekomendasi yang diberikan penyuluh,
proses dan kualitas pelaporan serta respon dan partisipasi sasaran penyuluhan.
c) Hasil Program yang meliputi kualitas perubahan perilaku yang diharapkan,
yakni: pengetahuan, keterampilan, sikap, penerapan inovasi, dan peningkatan
kesejahteraan petani.
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data evaluasi adalah
wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur untuk data kuantitatif
dan atau menggunakan kuesioner terbuka untuk data kualitatif, angket (diisi oleh
petani sendiri), observasi (pengamatan langsung) untuk mengukur pembentukan
Evaluasi dan penelitian merupakan tindakan yang dilakukan untuk
menentukan apakah program telah mencapai sasarannya, dan apakah sasaran
tersebut dapat dicapai lebih efektif dengan menggunakan cara lain. Hal ini
memungkinkan semua yang terlibat dalam program penyuluhan dapat berjalan
lebih efektif dari pengalaman dengan melakukan pengamatan yang sistematis
serta analisis terhadap pengalamannya (Ban dan Hawkins, 1999).
Sesungguhnya yang menjadi titik berat dalam kegiatan evaluasi adalah
mengetahui apakah jenis kegiatan penyuluhan telah memberi perubahan baru yang
positif pada pengelolaan usaha tani atau tidak perubahan yang positif dalam
pengelolaan usaha tani meliputi perubahan yang mengarah ke arah perbaikan cara
bercocok tanam, cara pemungutan hasil, termasuk perubahan sarana pertanian
yang telah atau sedang dipakai oleh petani (Kartasapoetra, 1994).
Menurt Stephen Isaac dan William B. Michael seperti yang dikutip oleh
Lababa (2008), model-model evaluasi dapat dikelompokkan menjadi enam,
yaitu :
1. Goal Oriented Evaluation
Dalam model ini, seorang evaluator secara terus-menerus melakukan
pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang terus-menerus ini
menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program serta efektifitas
temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah satu model yang bisa
mewakili model ini adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh Provus.
Model ini melihat lebih jauh tentang ada kesenjangan ( Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah
2. Decision Oriented Evaluationram.
Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa
informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk
memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang
dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model evaluasi ini.
Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh
evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model
itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product. 3. Transactional Evaluation
Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program
dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program
tersebut.
4. Evaluation Research
Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan
kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari
solusi-solusi terkait engan strategi instruksional.
5. Goal Free Evaluation
Model yang dikembangkan oleh Micheal Scriven ini yakni Goal Free Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model Goal Oriented Evaluation. Yang harus diperhatikan justru
adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi
kejadian-kejadian yang terjadi salama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif
maupun hal-hal yang negatif.
6. Adversary Evaluation
Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum.
1. Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey
berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program untuk menentukan
kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.
2. Mengurangi jumlah isu yang dapat diukur.
3. Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada
mereka kesempatan untuk berargumen.
4. Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini
kemudian mengemukakan argumen-argumen dan bukti sebelum
mengambil keputusan.
Salah satu contoh Model Evaluasi Decision Oriented Evaluation adalah Model CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh
Stufflebeam. Model ini melihat kepada empat dimensi yaitu Dimensi Konteks,
dimensi Input, dimensi Proses, dan dimensi Produk. Keuniakan model ini adalah
pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan
model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap
tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses dan produk.
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan
lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang
analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan
evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan
menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan
(ideality). Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis
masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang
berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan
dalam perencanaan suatu program yang akan on going. Selain itu, konteks juga
bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu
dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan
program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga
mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak
menimbulkan kerugian jangka panjang.
Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan
bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi
yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi
dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk
strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan
bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam
menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul
dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang
ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan
sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan
efisien.
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan
dalam praktek implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalah
prosedur baik tata laksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor
harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk
menentukan tidak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna
untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan
keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses seperti yang
dikemukakan oleh Worthen dan Sanders, yaitu :
1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik
untuk dipertahankan.
2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan.
3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat
implementasi dilaksanakan.
Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement outcomes
dalam hubungannya dengan konteks, input, proses kemudian diinterpretasikan
harga dan jasa yang diberikan. Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur
keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil
dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evaluasi
produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran
dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis
akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar
kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan
penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang telah
dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan,
Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan
dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai berupa
skor tes, presentase, data observasi, diagram data, sosiometri dll, yang dapat
ditelesuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan
analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu.
Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian-penilaian implementasi
pada setiap tahapan evaluasi program diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu
rendah, moderat dan tinggi. Model CIPP merupakan model yang berorientasi
kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam,
yaitu :
1.Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu
merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan
dicapai dan merumuskan tujuan program.
2.Evaluasi masukan (input) untuk keputusan strukturiasi yaitu menolong
mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia,
alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan,
serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
3.Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu
keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan.
4.Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan.
Kerangka Pemikiran
Tujuan dari penyuluhan pertanian adalah melakukan perubahan pada
petani dan keluarganya yaitu perubahan sikap serta prilaku yang berhubungan
dengan masalah-masalah sosial ekonomi diantaranya berusaha tani yang lebih
baik (better farming), usaha tani yang lebih menguntungkan (better business), kehidupan keluarga yang lebih layak (better living), masyarakat tani yang lebih
sejahtera (better community) dan lingkungan yang lebih mendukung (better environment).
Program penyuluhan pertanian dibuat dan disusun berdasarkan
kepentingan petani, karena petani memiliki gambaran mengenai program yang
mereka inginkan disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi mereka
(sistem bottom up). Program penyuluhan pertanian juga dibuat dengan melihat potensi desa ada.
Petani tergabung dalam kelompok tani yang merupakan suatu
kelembagaan yang dibentuk berdasarkan kepentingan dan kesepakatan bersama
guna mencapai tujuan bersama. Setiap desa terdiri dari satu kelompok tani dan
seluruhnya tergabung dalam satu GAPOKTAN atau gabungan kelompok tani
yang ada di setiap WKPP.
Penyuluh dalam menjalankan tugasnya haruslah memiliki acuan yang
menjadi pedoman dalam menjalankan tugasnya di lapangan. Acuan yang menjadi
pedoman ini disusun secara sistematis dan memiliki tujuan, baik itu tujuan jangka
tugasnya. Acuan sistematis yang dijadikan pedoman inilah yang selanjutnya
disebut dengan program penyuluhan pertanian.
Dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian terdapat berbagai
masalah yang dihadapi oleh petani maupun PPL sendiri sehingga diperlukan
upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani
maupun PPL tersebut.
Untuk melihat apakah sebuah program yang telah disusun tersebut masih
efektif dilakukan dan sesuai dengan kondisi daerah, maka diperlukan kegiatan
evaluasi terhadap suatu program tersebut. Evaluasi ini sangat diperlukan untuk
menilai apakah program tersebut perlu penambahan, sehingga program yang
disusun selanjutnya benar-benar efektif dan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan dengan baik. Evaluasi juga diperlukan untuk menentukan apakah
Secara Skematis Kerangka Pemikiran dapat dilihat pada skema di bawah ini
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Adanya hubungan Dinas Pertanian
Program Penyuluhan Pertanian
Pelaksanaan Program
Penyuluhan Masalah
Evaluasi
Berhasil Tidak Berhasil
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
Upaya Anggota
Kelompok Tani/Petani
Hipotesis Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), yaitu
daerah dipilih dengan cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Daerah
yang dipilih adalah Kecamatan Pancur Batu yang terletak di Kabupaten Deli
Serdang dengan alasan karena di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
Serdang ini merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah WKPP
(Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian) terbanyak dengan luas daerah 12.253Ha
yang terdiri dari 25 desa dan 108 dusun.
Metode Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini, Kecamatan Pancur Batu terdiri dari 9 Wilayah Kerja
Penyuluhan Pertanian (WKPP) yang masing-masing dipimpin oleh 1 orang PPL
(Penyuluh Pertanian Lapangan). Populasi dalam penelitian ini adalah petani dan
penyuluh yang ada di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Dari 9
WKPP dipilih 2 WKPP yaitu WKPP yang terdekat dan yang terjauh dari
Kecamatan Pancur Batu. Adapun WKPP tersebut adalah WKPP Namorih dan
WKPP Bintang Meriah. Sampel diambil dari masing-masing WKPP yang terdiri
dari 2 orang penyuluh dan 30 orang petani. Jumlah sampel untuk petani
ditentukan secara proporsional, sedangkan sampel penyuluh diambil secara
Tabel 1. Data Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) berdasarkan Jarak dari kantor Kecamatan Pancur Batu.
No WKPP Jarak
Sumber : Kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) tahun 2010.
Tabel 2. Data populasi dan sampel penelitian Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP), Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang tahun 2009.
No WKPP Desa Populasi Sampel 2 Bintang Meriah D.Bintang Meriah
D.Sugau
Sumber : Kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) tahun 2010.
Namorih yang merupakan WKPP terdekat dengan Kecamatan Pancur Batu
terdiri dari 3 desa yaitu desa Namorih, desa Salam Tani, dan desa Baru serta
memiliki 9 kelompok tani dengan jumlah petani sebanyak 208 orang. Sedangkan
Bintang Meriah yang merupakan WKPP terjauh, terdiri dari 2 desa yaitu desa
Bintang Meriah dan desa Sugau serta memiliki 6 kelompok tani dengan jumlah
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari PPL di Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang melalui wawancara langsung dengan menggunakan
daftar pertanyaan (quisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Sumatera Utara, Dinas Pertanian
Kabupaten Deli Serdang, Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
Metode analisis data
Untuk identifikasi masalah 1, 3, 4 dan 5 dijelaskan secara deskriptif
dengan mengumpulkan data tentang pelaksanaan program penyuluhan di daerah
penelitian.
Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian
yang bermaksud untuk membuat pencatatan mengenai situasi-situasi atau kejadian
yang terjadi. Dalam arti ini, penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar
dalam cara deskriptif semata dan tidak perlu mencari atau menerangkan saling
hubungan, uji hipotesis atau mendapatkan makna dan implikasi dari penelitian
tersebut (Subagyo, 1992 ).
Untuk hipotesis 2 dianalisis secara deskrptif dengan menggunakan Model
CIPP ( Contexts, Input, Process, Product) dan memberikan pertanyaan kepada
petani mengenai pelaksanaan program penyuluhan, kemudian jawaban dari petani
sampel tersebut diskoringkan berdasarkan pemberian skor atas pelaksanaan
• Pertanyaan dijawab A : Skor 3
• Pertanyaan dijawab B : Skor 2
• Pertanyaan dijawab C : Skor 1
Tabel 3. Pelaksanaan Program Penyuluhan di WKPP Namorih dan WKPP Bintang Meriah.
NO Model
Evaluasi CIPP
Indikator Kinerja
1. Context (Konteks) 1. Program Penyuluhan disusun berdasarkan kebutuhan petani
2. Program Penyuluhan dibuat untuk meningkatkan hasil produksi petani.
3. Tersedianya sarana dan prasarana pendukung yang sesuai dengan kebutuhan petani.
2. Input (Masukan) 1. Petani terlibat dalam perencanaan program penyuluhan.
2. Perencanaan program penyuluhan, penyediaan bibit unggul dan cara pengendalian hama.
3. Pemberian informasi mengenai teknologi dan informasi sesuai program.
3. Process (Proses) 1. Terlaksananya program penyuluhan, penerapan benih unggul dan pengendalian hama tanaman.
2. Frekuensi Pelaksanaan pengawasan oleh penyuluh.
3. Frekuensi pelatihan yang berkaitan dengan program yang sedang berjalan.
4. Product (Produk) 1. Peningkatan produksi pada usaha tani.
2. Tingkat peneraapan teknologi yang diberikan penyuluh kepada petani.
Tabel 4. Skor Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian
Hasil penilaian menghasilkan skor, dari skor tersebut akan ditentukan
bagaimana keberhasilan program penyuluhan di daerah penelitian . Skor
pelaksanaan berada di antara 12 – 36, dimana panjang kelas dapat dihitung
dengan range dibagi jumlah kelas. Range adalah jarak/selisih antara data terbesar
dan terkecil (Subagyo, 1992).
Keterangan :
Skor 28-36 : Berhasil
Skor 20-27 : Kurang berhasil
Skor 12-36 : Tidak berhasil
Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan hasil penelitian
ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
1. Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan
dalam meraih tujuan yang direncanakan.
2. Program adalah suatu perubahan yang direncanakan untuk suatu keadaan
tertentu.
3. Evaluasi Program adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali
draft atau usulan program yang sudah direncanakan.
4. Kelompok tani adalah kelembagaan non formal bagi petani yang dibentuk atas
dasar kesepakatan bersama, yaitu kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi
lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) guna mencapai tujuan bersama
5. Penyuluhan pertanian adalah pendidikan non formal yang diberikan kepada
petani beserta keluarganya dengan tujuan untuk merubah sikap, keterampialn,
cara pandang dan kesejahteraan petani beserta keluarganya.
6. Program penyuluhan pertanian yaitu rencana kerja penyuluhan pertanian atau
tugas pokok yang dilaksanakan penyuluh yang ada secara tertulis yang
mempunyai tujuan, masalah, cara menyelesaikan masalah, dan cara untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
2. Penelitian dilakukan pada tahun 2010.
3. Sampel yang digunakan adalah penyuluh pertanian lapangan yang berstatus
Pegawai negeri sipil (PNS) serta petani yang ikut dalam kelompok tani yang
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Deskripsi Daerah Penelitian NAMORIH
Luas dan Letak Geografis
Adapun batas-batas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) Namorih
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:
- Sebelah utara : Kecamatan Pancur Batu
- Sebelah Selatan : Desa Pertampilen
- Sebelah Timur : Desa Kutalimbaru
- Sebelah Barat : Desa Tuntungan
Menurut data yang diperoleh dari Balai Penyuluhan Pertanian, WKPP
(Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) Namorih memiliki luas wilayah 309,35 Ha
yang pada umumnya memiliki topografi berbukit dengan letak kemiringan 10
derajat dan berada di ketinggian 15 – 25 meter dpl. Kecamatan Pancur Batu
beriklim sedang, yaitu terdiri dari 2 iklim/musim, yaitu musim kering (Februari –
Juli) dan musim penghujan (Agustus – Januari). Kedua musim ini dipengaruhi
oleh 2 angin yaitu angin laut dan angin gunung.
Keadaan Penduduk
Berdasarkan data yang didapat dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Namorih pada tahun 2009 adalah 1.362 jiwa, meliputi 664 jiwa laki-laki dan 698
perempuan yang terdiri dari 512kk.
Tabel 5. Pengklasifikasian usia penduduk WKPP Namorih Kecamatan Pancur Batu Menurut Kelompok Umur Tahun 2009
No Golongan umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 0-4 151 11,08
Sumber : Kecamatan Pancur Batu Dalam Angka tahun 2010.
Dari Tabel dapat dilihat bahwa penduduk masih tergolong usia produktif
(17-55 tahun). Dimana usia tersebut petani biasanya mempunyai semangat untuk
ingin tahu apa yang mereka belum ketahui, dan masih memiliki pikiran yang
terbuka untuk menerima program penyuluhan.
Mayoritas penduduk di Namorih menganut agama Kristen. Pada
umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya. Keakraban
penduduk dapat dilihat dari adanya toleransi beragama dan gotong royong dalam
acara adat yang sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.
Tabel 6. Banyaknya Penduduk Menurut Agama WKPP Namorih Kecamatan Pancur Batu Tahun 2009
No Agama Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Islam 342 25,12
2 Khatolik 22 1,61
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
6 Lainnya 242 17.76
Jumlah 1362 100
Sumber : Kecamatan Pancur Batu Dalam Angka tahun 2010.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian)
Namorih kecamatan Pancur Batu ini masih terbilang sangat minim, contohnya
seperti sarana pendidikan formal untuk SLTP dan SMU yang hanya berjumlah 1
buah dan sarana-sarana yang lainya seperti sarana kesehatan, sarana ibadah dan
sarana ekonomi yang pembangunannya masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 7. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi yang Tersedia di WKPP Namorih Tahun 2009
No Jenis sarana dan prasarana Jenis Jumlah (unit)
1 Sarana Pendidikan Formal Sekolah Dasar 1
2 Sarana Kesehatan Posyandu 1
3 Sarana Ibadah Gereja 2
Jumlah 4
BINTANG MERIAH
Luas dan Letak Geografis
Adapun batas-batas Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP)
Bintang Meriah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai
berikut:
- Sebelah utara : Kecamatan Kutalim Baru
- Sebelah Selatan : Kecamatan Sibolangit
- Sebelah Timur : Kecamatan Namorambe
- Sebelah Barat : WKPP Durin Simbelang
Menurut data yang diperoleh dari Balai Penyuluhan Pertanian, WKPP
(Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) Bintang Meriah memiliki luas wilayah 599,6
Ha yang pada umumnya memiliki topografi berbukit dengan letak kemiringan 10
derajat dan berada di ketinggian 15 – 25 meter dpl. Kecamatan Pancur Batu
beriklim sedang, yaitu terdiri dari 2 iklim/musim, yaitu musim kering (Februari –
Juli) dan musim penghujan (Agustus – Januari). Kedua musim ini dipengaruhi
oleh 2 angin yaitu angin laut dan angin gunung.
Keadaan Penduduk
Berdasarkan data yang didapat dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Bintang Meriah pada tahun 2009 adalah 1.073 jiwa, meliputi 574 jiwa laki-laki
dan 499 perempuan yang terdiri dari 478kk.
Tabel 8. Pengklasifikasian usia penduduk WKPP Bintang Meriah
Kecamatan Pancur Batu Menurut Kelompok Umur Tahun 2009
No Golongan umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 0-4 87 8,10
Sumber : Kecamatan Pancur Batu Dalam Angka tahun 2010.
Dari Tabel dapat dilihat bahwa penduduk masih tergolong usia produktif
(17-55 tahun). Dimana usia tersebut petani biasanya mempunyai semangat untuk
ingin tahu apa yang mereka belum ketahui, dan masih memiliki pikiran yang
terbuka untuk menerima program penyuluhan.
Mayoritas penduduk di WKPP Bintang Meriah menganut agama Islam.
Pada umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya. Keakraban
penduduk dapat dilihat dari adanya toleransi beragama dan gotong royong dalam
acara adat yang dilakukan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.
No Agama Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Islam 501 46,69
2 Khatolik 56 5,21
3 Kristen 464 43,23
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
6 Lainnya 52 4,87
Jumlah 1073 100
Sumber : Kecamatan Pancur Batu Dalam Angka tahun 2010.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di WKPP Bintang Meriah kecamatan Pancur Batu
ini masih terbilang sangat minim, contohnya seperti sarana pendidikan formal
untuk SLTP dan SMU yang hanya berjumlah 1 buah dan sarana-sarana yang
lainya seperti sarana kesehatan, sarana ibadah dan sarana ekonomi yang
pembangunannya masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 10. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi yang Tersedia di WKPP Bintang Meriah Tahun 2009
No Jenis sarana dan prasarana Jenis Jumlah (unit)
1 Sarana Pendidikan Formal Sekolah Dasar 1
2 Sarana Kesehatan Posyandu 1
3 Sarana Ibadah Mesjid 1
Jumlah 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Program Penyuluhan
Dalam kenyataan di lapangan, tidak semua program rencana kerja
penyuluh pertanian dapat terlaksana dengan baik. Namun setidaknya penyuluh
berusaha untuk melakukan yang terbaik kepada petani dan mendampingi mereka
dalam menjalankan usahatani nya.
Program penyuluhan yang dilakukan di daerah penelitian ini adalah
kunjungan ke kelompok tani yang dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan. Program kunjungan atau biasa disebut LAKUSUSI (Latihan
kunjungan dan supervisi) merupakan program penyuluhan yang wajib dilakukan
di setiap desa. Program ini dilakukan secara rutin setiap minggu, biasanya
dilakukan pada hari senin. Kunjungan yang dilakukan oleh penyuluh biasanya
untuk memantau kegiatan petani. Pertemuan ini biasanya dimanfaatkan petani
untuk menyampaikan masalah-masalah yang sedang mereka hadapi dilapangan.
Dengan adanya penyuluh, diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah
pertanian yang sedang dihadapi di lapangan. Adapun pelatihan yang telah
1. Program pembuatan pupuk kompos dengan EM4
Kelangkaan pupuk menjadi salah satu masalah yang dihadapi petani di daerah
penelitian. Oleh karena itu penyuluh mengadakan pelatiahan pembuatan pupuk
kompos dengan EM4. Selama ini masih banyak petani yang belum memahami
cara pembuatan pupuk kompos yang baik dan masih menggunakan pupuk
kimia untuk tanaman mereka. Dengan adanya pelatihan pembuatan pupuk
kompos dengan EM4 ini petani dapat membuat pupuk organik yang baik yang
tentunya jauh lebih baik digunakan untuk tanaman mereka.
2. Program pemanfaatan urine kambing untuk pupuk cair
Menurut penelitian yang telah didapat, ternyata urine kambing mengandung
zat yang baik yang dapat digunakan sebagai pupuk cair untuk tanaman.
Didalam urine kambing mengandung zat auxin dan giberalin yang diperlukan
oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan tunas dan pucuk muda. Oleh
karena itu penyuluh melakukan pelatihan kepada petani untuk memanfaatkan
urine kambing untuk dijadikan pupuk pelengkap cair. Dan hasilnya petani
telah mengunakannya untuk tanaman mereka.
3. Program pelatihan pengaturan air padi sawah
Selama ini masih banyak petani yang belum memahami tentang sistem
pengaturan air yang baik utuk padi sawah mereka. Dalam pelatihan ini
penyuluh mengajarkan pengaturan air sistem intermintan ( 2,5 – 3 – 2 – 2 )
yang artinya 2,5 cm tinggi genangan air – 3 hari air dimasukkan – 2 hari air
diberhentikan dan kemudian dibiarkan macak-macak – 2 minggu sebelum
panen air dikeringkan. Setelah mengikuti pelatihan ini petani akhirnya
4. Program pelatihan panen dan pasca panen padi sawah
Dalam kegiatan ini petani diajarkan tentang kriteria padi yang siap panen. Padi
yang siap panen yaitu memiliki kriteria 80% padi telah menguning. Dalam
kegiatan ini penyuluh juga menganjurkan petani untuk menggunakan sabit
yang bergerigi pada saat pemanenan. Sabit yang bergerigi digunakan agar
bulir padi yang dipanen tidak banyak yang rontok. Setelah mengikuti
pelatihan, petani telah memahami dan mengaplikasikannya pada tanaman padi
mereka.
5. Program budidaya tanaman jeruk nipis
Dalam pelatihan ini, petani diajarkaan tentang teknik menanam jeruk nipis
yang dapat menghasilkan produksi yang baik. Penyuluh mengajarkan teknik
penanaman jeruk nipis dengan cara cangkok dan okulasi. Bibit dari hasil
mencangkok dapat menghasilkan produksi tanaman jeruk nipis yang lebih
baik. Dengan mengikuti pelatihan ini petani memperoleh pengetahuan tentang
cara mencangkok dan mengokulasi serta telah mengaplikasikannya pada
tanaman jeruk nipis mereka.
6. Program pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit merupakan salah satu masalah yang mengganggu dalam
pertanian. Hama penyakit dapat menyebabkan kerugian bagi petani kaerna
hasil tani mereka banyak yang cacat atau bahkan gagal panen. Masih banyak
petani yang belum mengetahui cara untuk membasmi hama dan penyakit
tersebut. Oleh karena itu penyuluh memberikan informasi tentang hama
penyakit yang menyerang tanaman mereka dan juga memberikan penjelasan
penyakit. Dengan demikian petani dapat mengenali dan mencegah hama
penyakit yang menyerang tanaman mereka.
Dari program-program penyuluhan diatas didapatkan bahwa program 3, 4
dan 6 merupakan program yang berasal dari usulan petani (bottom up).
Program-program lain yang dilakukan merupakan perpaduan dari Program-program yang diberikan
penyuluh kepada petani dengan melihat potensi daerah yang ada.
Keberhasilan Program Penyuluhan di WKPP Namorih dan Bintang Meriah.
Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang
keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu : evaluasi
konteks (melayani keputusan perencanaan), evaluasi input (untuk menolong
mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia,
alternatif-alternatif yang diambil, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang
dimaksud), evaluasi proses (membantu keputusan sampai sejauh mana program
telah dilaksanakan), evaluasi produk (yaitu meninjau kembali keputusan).
Keempat macam evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) tersebut dapat divisualisasi ke dalam aspek penilaian pelaksanaan Program Penyuluhan di
daerah penelitian pada tabel di bawah ini.
Tabel 11. Pelaksanaan Program Penyuluhan di Kecamatan Pancur Batu
NO Model
Evaluasi CIPP
Indikator Kinerja
1. Context (Konteks) 1. Program Penyuluhan disusun berdasarkan kebutuhan petani
2. Program Penyuluhan dibuat untuk meningkatkan hasil produksi petani.
3. Tersedianya sarana dan prasarana pendukung yang sesuai dengan kebutuhan petani.
2. Perencanaan program penyuluhan pertanian, penyediaan bibit unggul dan cara pengendalian hama.
3. Pemberian informasi mengenai teknologi dan informasi sesuai program.
3. Process (proses) 1. Terlaksananya program penyuluhan pertanian, penerapan benih unggul dan pengendalian hama tanaman.
2. Frekuensi Pelaksanaan pengawasan oleh penyuluh.
3. Frekuensi pelatihan yang berkaitan dengan program yang sedang berjalan.
Sambungan Tabel 11. Pelaksanaan Program Penyuluhan di Kecamatan Pancur Batu
4 Product (Produk) 1. Peningkatan produksi pada usaha tani.
2. Tingkat peneraapan teknologi yang diberikan penyuluh kepada petani.
3. Kemampuan mengolah usaha tani
Dari tabel 11 dapat dilihat penilaian pelaksanaan Program Penyuluhan
dapat diukur menurut indikator aktivitas mulai dari konteks, input, proses hingga
produk. Berdasarkan indikator penilaian pelaksanaan yang telah diuraikan
sebelumnya maka dapat diketahui hasil transformasi pelaksanaan program
penyuluhan di daerah penelitian yang dapat dilihat pada tabel.
Tabel 12. Hasil Transformasi Nilai Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Pancur Batu
No Uraian Indikator Nilai yang
Total nilai yang diharapkan : 12-36 Total nilai yang diperoleh : 28,98 Total persentase ketercapaian : 80,05%
Dari tabel 12, dapat diketahui bahwa untuk indikator kinerja berdasarkan
pada konteks (context) didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 3-9 dan nilai yang diperoleh sebesar 7.5. Dengan persentase ketercapaiaan sebesar
82.59 %, maka dapat diketahui bahwa dalam perencanaan program penyuluhan ini
di dalam konteks (context) dapat ditingkatkan kinerjanya sebesar 17.41 % lagi (sisa dari 82.59 %) agar mencapai nilai yang optimal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa
konteks (context) pelaksanaan program penyuluhan di daerah penelitian belum mencapai nilai maksimal, tetapi telah dapat dikatakan berjalan baik karena sudah
memperoleh nilai yang memuaskan. Untuk mencapai nilai maksimal, dinas
pertanian perlu lebih memperhatikan kebutuhan para petani dalam menyusun
suatu program.
Dari tabel 12, dapat diketahui bahwa untuk indikator input (masukan) didapatkan nilai yang diharapkan pada kisaran 3-9, dan nilai yang diperoleh
sebesar 7.66, dengan persentase ketercapaian sebesar 84.81. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan, ketercapaian nilai indikator masukan (input)
belum mencapai nilai maksimal karena masih terdapat beberapa kekurangan
dalam pelaksanaan indicator input yaitu :
- Belum semua petani merasa dilibatkan dan diberdayakan langsung didalam
pengelolaan program penyuluhan.
- Belum optimalnya perencanaan program dan pemberian informasi yang sesuai
dengan program penyuluhan..
Dari tabel 12, dapat diketahui bahwa untuk indikator pelaksanaan program