SKRIPSI
PENGARUH NET PROFIT MARGIN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL
PEMODERASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2011-2013
OLEH
ANITA BATUBARA
110503138
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pengaruh
Net Profit Margin
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Good Corporate Governance
Sebagai
Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang
disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau
lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin,
dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Mei 2015
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh
net profit margin
terhadap nilai
perusahaan dengan
good corporate governance
sebagai variabel pemoderasi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian
adalah untuk menemukan bukti empiris tentang (a) pengaruh
net profit margin
terhadap nilai perusahaan, (b) pengaruh kepemilikan manajerial terhadap
hubungan antara
net profit margin
dan nilai perusahaan, (c) pengaruh kepemilikan
institusional terhadap hubungan antara
net profit margin
dan nilai perusahaan, (d)
pengaruh komisaris independen terhadap hubungan antara
net profit margin
dan
nilai perusahaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
data pooling
, yang merupakan kombinasi
antara data
cross section
dan data
time series
yang diambil dari laporan tahunan
30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2013 yang ditentukan dengan metode
purposive sampling.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi
sederhana dan uji interaksi/
Moderated Regression Analysis
(MRA).
Hasil penelitian dengan analisis regresi linear menunjukkan bahwa
NPM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s
Q). Analisis variabel moderating dengan uji interaksi / MRA menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komisaris independen tidak
mampu memoderasi hubungan NPM dengan nilai perusahaan (Tobin’s Q).
ABSTRACT
This research is to investigate the effect of net profit margin to firm
value with good corporate governance as a moderating variable on Indonesia
manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange. The aim of this
research is to find empirical proof about (a) the effect of net profit margin to firm
value, (b) the effect of managerial ownership as moderating variable in the
relationships between net profit margin and firm value, (c) the effect of
institutions ownership as moderating variable in relationships between net profit
margin and firm value, (d) the effect of independent commissioners as moderating
variable in relationships between net profit margin and firm value.
This research use associative method. Data pooling-combination
among cross section and time series data- is used in this research. It’s got from 3
years annual report of 30 manufacturing company in 2011-2013 listed on
Indonesia Stock Exchange. The sample was selected using purposive sampling.
Hypothesis testing is undertaken by using the statistic method through the simple
regression and the Moderated Regression Analysis (MRA).
The results of this research show that NPM has the significant effect to
firm value (Tobin’s Q), meanwhile the analysis with the moderating variable
using the Moderated Regression Analysis (MRA) shows that managerial
ownership, institutions ownership and independent commissioners can not
moderate in relation between NPM and firm value (Tobin’s Q).
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai
dengan kasih setia dan berkat-Nya, terkhusus dalam perkuliahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Pengaruh
Net Profit Margin
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai
Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013
” sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan, dan bimbingan selama
masa perkuliahan yaitu kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Acc., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA dan Drs. Hotmal
Ja’far, MM., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3.
Bapak Drs. Firman Syarief, M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak.,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4.
Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing
penulis yang telah memberikan bimbingan bermanfaat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5.
Ibu Yeti Meliany Lubis, S.E., M.Si., Ak., selaku Dosen Pembanding dan
Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6.
Ayah tercinta, Drs. Manganar Batubara dan Ibu tercinta, Erly N.L. Tobing
yang telah memberikan dukungan material dan moril dengan penuh kasih
kepada kakakku, Uly dan adik-adikku, Abraham dan Jonathan tersayang.
Yang terkasih Bang Bobby, sahabat Geng SOFIAN 36 (Khaterin (teman
seperjuangan dari SD), Sinar, Febri, Tanti, Moia, Gloria, Angel, Dessy, Yenni,
Monica, Winny, Mery, Evelyn), sahabat KTB ku ELIA (Kak Sry Esry,
Martha, Diswanto, Moia), Adik-adik KK ku (Dea dan Yudi), sahabat Geng
Sabo (Evi, Sandey, Anas, Lisbeth, Topan, Feisal, Agung, Surya, Gary) dan
kepada teman-teman S1 Akuntansi stambuk 2011, serta kepada semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang tidak berhenti
mendoakan, memberi semangat dan membantu pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk
perbaikan skripsi ini kedepannya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.
Medan, Mei 2015
Penulis,
Anita Batubara
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN………....
i
ABSTRAK……….
ii
ABSTRACT………..
iii
KATA PENGANTAR………..
iv
DAFTAR ISI……….
vi
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR GAMBAR………
ix
DAFTAR LAMPIRAN ………
x
BAB I PENDAHULUAN ………
1
1.1 Latar Belakang Masalah ……….………....
1
1.2 Rumusan Masalah ………...
8
1.3 Tujuan Penelitian ………
8
1.4 Manfaat Penelitian ………..
9
1.5 Originalitas Penelitian……….
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….
11
2.1 Landasan Teori ………
11
2.1.1 Nilai Perusahaan
...………
11
2.1.2 Kinerja Keuangan………..
12
2.1.3 Profitabilitas....………..
14
2.1.4
Agency Theory
...………
17
2.1.5
Good Corporate Governance
....…………..………..
19
2.2 Penelitian Terdahulu ………..
24
2.3 Kerangka Konseptual……….………..
27
2.4 Hipotesis Penelitian……….
29
BAB III METODE PENELITIAN ……….
30
3.1 Jenis Penelitian ………
30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ………....
30
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel….…………
30
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian………..……….
34
3.5 Jenis dan Sumber Data....……….…
35
3.6 Metode Pengumpulan Data………..………
36
3.7 Teknik Analisis Data……… 37
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif………..
38
3.7.2 Uji Asumsi Klasik……….. 38
3.7.2.1 Uji Autokorelasi……….
38
3.7.2.2 Uji Heteroskedastisitas………..
39
3.7.2.3 Uji Normalitas……… 40
3.7.3 Uji Model...……… 41
3.7.4 Uji Hipotesis...
41
(Uji Statistik t)………..
42
3.7.4.3 Analisis Regresi Pemoderasi
(
Moderated Regression Analysis)
………..
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...
44
4.1 Data Penelitian………...
44
4.2 Hasil Penelitian………..
45
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif……….. 45
4.2.2 Uji Asumsi Klasik………. 47
4.2.2.1 Uji Autokorelasi……… 47
4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas……….. 49
4.2.2.3 Uji Normalitas………... 51
4.2.3 Uji Hipotesis……….. 57
4.2.3.1 Uji R
2atau Koefisien Determinasi……… 57
4.2.3.2 Uji Signifikansi Parameter Individual
(Uji Statistik t)……… 58
4.2.3.3 Analisis Regresi Pemoderasi
(
Moderated Regression Analysis
)……….. 60
4.3 Pembahasan………. 63
4.3.1 Pengaruh
Net Profit Margin
(NPM) terhadap Nilai
Perusahaan………. 63
4.3.2 Pengaruh Variabel Pemoderasi
Good Corporate
Governance
(GCG) terhadap Hubungan
Net Profit
Margin
(NPM) dan Nilai Perusahaan………. 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 67
5.1 Kesimpulan……….. 67
5.2 Keterbatasan Penelitian………... 67
5.3 Saran……… 68
DAFTAR PUSTAKA……… 69
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul
Halaman
2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu………. 27
3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel…………...
35
3.2
Proses Pengambilan Sampel………... 36
4.1
Daftar Sampel Penelitian………
44
4.2
Statistik Deskriptif………..
46
4.3
Uji Durbin-Watson Persamaan (1)……….. 48
4.4
Uji Durbin-Watson Persamaan (2)……….. 48
4.5
Analisis Statistik Uji Normalitas Persamaan (1)………. 53
4.6
Analisis Statistik Uji Normalitas Persamaan (2)………. 56
4.7
Uji Koefisien Determinasi Persamaan (1)………... 57
4.8
Uji Koefisien Determinasi Persamaan (2)………... 58
4.9
Uji Signifikansi Parameter Individual………. 59
4.10
Analisis Regresi Moderasi Persamaan (2)………... 60
4.11
Analisis Regresi Moderasi Persamaan (3)………... 61
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul
Halaman
2.1
Kerangka Konseptual ……….
29
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
Judul
Halaman
1
Proses Pengambilan Sampel...………....
73
2
Daftar NPM Perusahaan Sampel 2011-2013 (dalam %)...
77
3
Daftar Nilai Perusahaan Sampel 2011-2013 (dalam %)…
81
4
Daftar
Good Corporate Governance
Sampel 2011-2013
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh
net profit margin
terhadap nilai
perusahaan dengan
good corporate governance
sebagai variabel pemoderasi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian
adalah untuk menemukan bukti empiris tentang (a) pengaruh
net profit margin
terhadap nilai perusahaan, (b) pengaruh kepemilikan manajerial terhadap
hubungan antara
net profit margin
dan nilai perusahaan, (c) pengaruh kepemilikan
institusional terhadap hubungan antara
net profit margin
dan nilai perusahaan, (d)
pengaruh komisaris independen terhadap hubungan antara
net profit margin
dan
nilai perusahaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
data pooling
, yang merupakan kombinasi
antara data
cross section
dan data
time series
yang diambil dari laporan tahunan
30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2013 yang ditentukan dengan metode
purposive sampling.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi
sederhana dan uji interaksi/
Moderated Regression Analysis
(MRA).
Hasil penelitian dengan analisis regresi linear menunjukkan bahwa
NPM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s
Q). Analisis variabel moderating dengan uji interaksi / MRA menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komisaris independen tidak
mampu memoderasi hubungan NPM dengan nilai perusahaan (Tobin’s Q).
ABSTRACT
This research is to investigate the effect of net profit margin to firm
value with good corporate governance as a moderating variable on Indonesia
manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange. The aim of this
research is to find empirical proof about (a) the effect of net profit margin to firm
value, (b) the effect of managerial ownership as moderating variable in the
relationships between net profit margin and firm value, (c) the effect of
institutions ownership as moderating variable in relationships between net profit
margin and firm value, (d) the effect of independent commissioners as moderating
variable in relationships between net profit margin and firm value.
This research use associative method. Data pooling-combination
among cross section and time series data- is used in this research. It’s got from 3
years annual report of 30 manufacturing company in 2011-2013 listed on
Indonesia Stock Exchange. The sample was selected using purposive sampling.
Hypothesis testing is undertaken by using the statistic method through the simple
regression and the Moderated Regression Analysis (MRA).
The results of this research show that NPM has the significant effect to
firm value (Tobin’s Q), meanwhile the analysis with the moderating variable
using the Moderated Regression Analysis (MRA) shows that managerial
ownership, institutions ownership and independent commissioners can not
moderate in relation between NPM and firm value (Tobin’s Q).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu
pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era
globalisasi seperti saat ini, dunia usaha semakin berkembang pesat yang
ditandai dengan banyaknya muncul perusahaan-perusahaan yang baru.
Semakin ketatnya persaingan tersebut dan ditambah dengan situasi
perekonomian negara yang tidak menentu mendorong manajemen perusahaan
untuk bekerja lebih efektif dan efisien dalam melakukan aktivitas operasi
perusahaan agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin. Persaingan usaha
yang semakin ketat ini, menuntut perusahaan untuk lebih meningkatkan nilai
perusahaannya (
firm value
). Hal ini sangat penting bagi perusahaan karena
dengan memaksimalkan nilai perusahaan sama halnya dengan
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi
akan diikuti dengan tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham,
2006). Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera
pemilik perusahaan tersebut.
Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan secara
maksimal. Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor karena
merupakan indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara
saham secara maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi
harga saham suatu perusahaan maka akan semakin tinggi kemakmuran
pemegang saham.
Entreprise Value
(EV) atau dikenal juga sebagai
firm
value
(nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor karena
merupakan indikator bagi pasar untuk menilai perusahaan secara keseluruhan
(Nurlela, 2008). Menurut Nurlela (2008) menyebutkan bahwa nilai
perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli jika
perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan adalah cerminan dari
penambahan jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan.
Dalam mengembangkan skala usaha, perusahaan membutuhkan
investor. Investor memberikan pengaruh yang positif terhadap nilai
perusahaan secara keseluruhan. Tujuan dari investor menginvestasikan
dananya di pasar modal yaitu untuk memperoleh deviden, kepemilikan atas
perusahaan tersebut dan berdagang atau jual beli.
Menurut Fama (1978) nilai perusahaan sering dikaitkan dengan harga
saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai
perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya atas kinerja perusahaan
di masa sekarang dan juga prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan
karena dengan nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dari suatu
perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan
asset. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa untuk
memaksimalkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus
diperhatikan tetapi juga semua klaim faktor keuangan seperti jumlah aset,
kewajiban dan profitabilitasnya.
Selain nilai perusahaan, hal penting lainnya yang diperhatikan investor
dalam menanamkan sahamnya di pasar modal yaitu kinerja keuangan
perusahaan tersebut. Bagi perusahaan sendiri, meningkatkan kinerja keuangan
merupakan suatu keharusan agar saham yang dimiliki dapat menarik minat
investor.
Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan pada suatu
periode tertentu, di mana informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan
masa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi kinerja
keuangan dan posisi keuangan di masa depan.
Salah satu cara yang biasa digunakan dalam menilai perusahaan adalah
melalui pendekatan fundamental. Faktor fundamental dari perusahaan yang
dapat menjelaskan kekuatan dan kelemahan kinerja keuangan perusahaan di
antaranya adalah melalui rasio-rasio keuangan. Kinerja keuangan perusahaan
dari sisi manajemen mengharapkan sisa laba bersih sebelum pajak yang tinggi
karena hal ini membuat semakin fleksibel perusahaan dalam menjalankan
aktivitas operasional perusahaan. Sehingga laba bersih sebelum pajak akan
meningkat bila kinerja perusahaan meningkat. Pencapaian laba merupakan
indikator yang dominan karena hasil akhir kinerja operasi usaha selalu
karena laba bersih sebelum pajak tidak bisa menunjukkan kinerja laba
sehingga perlu digunakan indikator lain yang dalam penelitian ini digunakan
rasio
Net Profit Margin
(NPM).
Profitabilitas adalah hasil akhir dari setiap kebijakan dan keputusan
manajemen perusahaan (Brigham, 2006). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari aktivitas perusahaan yang dilakukan pada
periode akuntansi. Profitabilitas yang dalam penelitian ini diproksikan dengan
Net Profit Margin
(NPM) merupakan perbandingan antara laba bersih
sesudah pajak dengan penjualan bersih. Semakin besar
net profit margin
maka kinerja perusahaan akan semakin produktif sehingga akan
meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Rasio
net profit margin
menunjukkan seberapa besar
presentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Hubungan antara
laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan
manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk
menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik
yang tidak menyediakan modalnya untuk suatu resiko (Darsono, 2005).
Net
profit margin
merupakan sebuah alat analisis yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam mendapakan laba. Selain sebagai bagian dari rasio
profitabilitas perusahaan,
net profit margin
juga dapat mengukur kemampuan
manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan
kedua fungsi di atas,
Net Profit Margin
(NPM) dapat mempengaruhi nilai
perusahaan yang ditunjukkan dengan harga saham pada perusahaan tersebut.
Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan, akan muncul konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan).
Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini
mengakibatkan timbulnya konflik yang sering disebut
agency conflict
. Hal
tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi,
sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari
manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya
bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan
dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga dapat menurunkan nilai
perusahaan. Manajer sebagai pengelola perusahaan seringkali mempunyai
tujuan yang berbeda, terutama dalam hal peningkatan prestasi individu dan
kompensasi yang akan diterima, yang akan menyebabkan jatuhnya harapan
investor tentang
return
atas dana yang mereka tanam. Oleh karena itu, perlu
adanya sistem yang menjembatani adanya pemisahan kepentingan antara
pemilik dan pengelola di dalam suatu perusahaan sehingga diharapkan dapat
mensejajarkan kepentingan pemilik/ pemegang saham dengan manajer.
sangat penting bagi perusahaan yang salah satu tujuannya adalah untuk
menekan potensi konflik kepentingan tersebut.
Berdasarkan teori keagenan (
agency theory
),
good corporate
governance
memiliki mekanisme dan kontrol yang berbeda-beda untuk
mengawasi biaya keagenan (
agency cost
). Teori keagenan (
agency theory
)
digunakan untuk menganalisis hubungan antara
principal
dan
agents.
Perlu
ada pemahaman yang lebih untuk memahami konflik setiap
principal
.
Terdapat beberapa proksi yang dapat digunakan untuk mengukur
good
corporate governance
dalam suatu perusahaan yaitu struktur kepemilikan
manajerial, struktur kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris
independen. Harapan dari penerapan sistem
good corporate governance
adalah tercapainya nilai perusahaan. Jadi, jika perusahaan menerapkan sistem
good corporate governance
diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan
meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja perusahaan
diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan sebagai
indikator dari nilai perusahaan sehingga nilai perusahaan akan tercapai. Lebih
lanjut, penerapan
good corporate governance
dimungkinkan mampu
meningkatkan kinerja perusahaan terhadap
net profit margin
yang menjadi
sinyal yang direspon para investor mempengaruhi nilai perusahaan.
Penelitian ini menggunakan sampel pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Alasannya karena
memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap setiap kejadian baik internal
maupun eksternal perusahaan.
Banyak faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, dimana penelitian
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan sendiri
telah banyak dilakukan. Salah satu penelitian menemukan bahwa struktur
risiko keuangan dan perataan laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan
(Suranta dan Pratana, 2004). Invesment opportunity set dan leverage
berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Andri dan Hanung, 2007). Serta Luga
(2004) mengungkapkan bahwa arus kas berih dan struktur modal secara
signifikan dan positif mempengaruhi nilai perusahaan.
Sedangkan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan dalam hal
ini
Net Profit Margin
(NPM) terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil
yang tidak konsisten. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aryono (2002)
menyimpulkan bahwa
net profit margin
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap
return
saham.
Return
saham merupakan indikator dari nilai
perusahaan yang dilihat oleh investor. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Ardiani (2007) menunjukkan bahwa
net profit margin
tidak berpengaruh
siginifikan terhadap
return
saham.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Bethseba (2010)
dengan judul “Pengaruh
Return On Asset
terhadap Nilai
Perusahaan (
Value of Firm
) dengan
Good Coorporate Governance
sebagai
Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai
“Pengaruh
Net Profit Margin Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan
Good Corporate Governance Sebagai Variabel
Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011-2013”.
1.2
Rumusan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya berfokus pada masalah-masalah yang
diajukan dalam rumusan masalah yaitu :
1.2.1
Apakah
net profit margin
berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
1.2.2
Apakah
good corporate governance
yang diproksikan dengan struktur
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap hubungan antara
net
profit margin
terhadap nilai perusahaan?
1.2.3
Apakah
good corporate governance
yang diproksikan dengan struktur
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap hubungan antara
net
profit margin
terhadap nilai perusahaan?
1.2.4
Apakah
good corporate governance
yang diproksikan dengan proporsi
dewan komisaris independen berpengaruh terhadap hubungan antara
net
profit margin
terhadap nilai perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bukti empiris mengenai :
1.3.2 Menganalisis pengaruh
good corporate governance
yang diproksikan
dengan struktur kepemilikan manajerial terhadap hubungan antara
net
profit margin
dan nilai perusahaan.
1.3.3 Menganalisis pengaruh
good corporate governance
yang diproksikan
dengan struktur kepemilikan institusional terhadap hubungan antara
net
profit margin
dan nilai perusahaan.
1.3.4 Menganalisis pengaruh
good corporate governance
yang diproksikan
dengan proporsi dewan komisaris independen terhadap hubungan antara
net profit margin
dan nilai perusahaan.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1
Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
tentang pengaruh
net profit margin
terhadap nilai perusahaan dengan
good corporate governance
sebagai variabel pemoderasi.
1.4.2
Bagi calon investor diharapkan dapat memberikan informasi bagi calon
investor sebelum melakukan investasi pada perusahaan manufaktur.
1.4.3
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi referensi bagi
penelitian selanjutnya.
1.5
Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi di mana penelitian tersebut
melakukan penelitian dengan menggunakan nilai ukur kinerja keuangan yang
berbeda dari peneliti sebelumnya, yaitu NPM di mana peneliti terdahulu
menggunakan ROA. Pada penelitian ini variabel pemoderasi menggunakan
good corporate governance
dengan proksi struktur kepemilikan manajerial,
struktur kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris independen
yang diduga dapat mempengaruhi hubungan antara NPM dengan nilai
perusahaan sedangkan penelitian terdahulu hanya menggunakan proksi
struktur kepemilikan manajerial. Selain itu, peneliti juga menggunakan
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2011-2013. Sedangkan peneliti terdahulu menggunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan,
yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan sangat penting
adanya, hal ini karena dengan nilai perusahaan yang tinggi maka akan diikuti
oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham, 2006). Tujuan
utama perusahaan menurut
theory of the firm
adalah untuk memaksimumkan
kekayaan atau nilai perusahaan
(value of the firm)
(Salvatore, 2005).
Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu
perusahaan karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan
utama perusahaan. Menurut Nurlela (2008) nilai perusahaan merupakan harga
yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.
Sedangkan menurut Keown (2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar
atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang
tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi
akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini
Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek antara lain
adalah harga pasar saham dan nilai aset perusahaan. Untuk mengukur nilai
perusahaan ada beberapa rasio yang dapat digunakan, salah satu alternatif
yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan rasio
Tobin’s Q
. Rasio ini
dikembangkan oleh Profesor James Tobin (1967) dan dinilai dapat
memberikan informasi yang paling baik karena rasio ini dapat menjelaskan
berbagai fenomena yang terjadi dalam perusahaan seperti terjadinya
perbedaan
cross sectional
dalam pengambilan keputusan investasi. Rasio-Q
mempresentasikan nilai perusahaan dari segi aspek harga saham maupun nilai
aset perusahaan. Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena dapat
menunjukan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian
setiap dana yang diinvestasikan. Jika rasio-Q di atas satu, ini menunjukkan
bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang
lebih tinggi daripada pengeluaran investasi sehingga akan menarik
munculnya investasi baru sedangkan jika rasio-Q di bawah satu menunjukkan
bahwa investasi dalam aktiva tidak menarik investor untuk memberikan
investasinya yang baru.
2.1.2 Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan merupakan suatu ukuran tertentu yang digunakan
perusahaan untuk menilai keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan
dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan
prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator
keuangan yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi
keuangan atau prestasi operasi di masa lalu.
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan elemen keuangan
maupun non keuangan. Menurut Harahap (2002 : 53) jenis rasio keuangan
yang sering sekali digunakan adalah: rasio likuiditas, rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban
jangka pendeknya.
a)
Rasio solvabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban
apabila perusahaan dilikuidasi.
b)
Rasio rentabilitas/ profitabilitas, rasio ini menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh
kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal jumlah karyawan dan sebagainya.
c)
Rasio
leverage
, rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang
perusahaan terhadap modal maupun aset.
d)
Rasio aktivitas, rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan
penjualan, pembelian atau kegiatan lainnya.
e)
Rasio pertumbuhan, rasio ini menggambarkan persentasi kenaikan
penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi
berarti semakin baik.
f)
Penilaian pasar, rasio ini merupakan rasio yang khusus dipergunakan
di pasar modal yang menggambarkan situasi perusahaan di pasar
modal.
g)
Rasio produktivitas, rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari
unit atau kegiatan yang dinilai.
Terdapat keragaman pendapat mengenai analisis rasio keuangan dalam
praktek bisnis dan ekonomi, mulai dari yang menginginkan rasio keuangan
tersebut dijadikan indikator paling penting hingga yang beranggapan
minimalis terhadap rasio keuangan tersebut. Kenyataannya, praktek bisnis
satu model analisis keuangan, meskipun relevansinya tentu bersifat sangat
subyektif, tergantung kepada tujuan dan kepentingan masing-masing analis.
Dalam penelitian ini , peneliti menggunakan rasio laba berih setelah
pajak terhadap penjualan (
Net Profit Margin).
Menurut Darsono (2005)
Net
Profit Margin
adalah laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini
menunjukkan seberapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap
penjualan. Semakin besar
Net Profit Margin
, maka kinerja perusahaan akan
semakin produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
2.1.3 Profitabilitas
Profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2006) adalah hasil akhir
dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan.
Rasio profitabilitas (
profitability ratio
) akan menunjukkan kombinasi efek
dari likuiditas, manajemen aktiva dan utang pada hasil – hasil operasi.
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam
satu periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan
yang terdiri dari laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua
laporan keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio
dan selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu
dari operasi perusahaan.
Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan
dijadikan sebagai tolak ukur ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja
manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan
hasil penjualan dan investasi perusahaan.
Kemampuan dalam menghasilkan laba merupakan
signal
positif bagi
investor karena dapat mengindikasikan kelangsungan hidup (
going concern
)
perusahaan dalam jangka panjang yang artinya bahwa perusahaan tersebut
memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa depan. Perusahaan yang
berlaba juga mengindikasikan kesejahteraan para pemiliknya karena dengan
memperoleh laba, perusahaan akan mampu memenuhi kewajibannya terhadap
kreditor dalam bentuk bunga dan pelunasan hutang, dan pemegang saham
melalui dividen. Kedua
signal
tersebut akan direspon secara positif oleh
investor sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.
Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Standar Akuntansi Keuangan Paragrap Tujuh Belas menyatakan
bahwa informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas, diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan di masa depan. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi
kapasitas perusahaan dalam menghsilkan arus kas dari sumber daya yang ada.
Profitabilitas perusahaan diukur melalui rasio-rasio yang terdiri dari
(Brigham dan Houston, 2006) :
a)
Margin laba atas penjualan (
Net Profit Margin
)
b)
Rasio ini mengukur laba bersih per penjualan, dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap penjualan.
c)
Pengembalian atas total aset
f)
Rasio ini menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam
menghasilkan laba operasi, dihitung dengan membagi laba operasi
terhadap total aset.
g)
Pengembalian atas ekuitas biasa
h)
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang
saham biasa, dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total
ekuitas biasa.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio laba bersih setelah
pajak terhadap penjualan bersih (
net profit margin).
Rasio ini menunjukkan
berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang
dilakukan.
Net profit margin
adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai
penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya termasuk bunga
dan pajak.
Net profit margin
merupakan salah satu indikator yang penting
untuk menilai suatu perusahaan.
Net profit margin
selain digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk
mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang
dimilikinya. Semakin besar
net profit margin
, maka kinerja perusahaan akan
semakin produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Rasio laba operasi bersih terhadap penjualan banyak digunakan oleh
para praktisi keuangan sebagai penentu nilai (
value drive
) kunci yang
mempengaruhi penilaian atas sebuah perusahaan. Para investor pasar modal
perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini
bermanfaat untuk menunjukan seberapa besar kemampuan manajemen dalam
menghasilkan pendapatan untuk mengendalikan pabrik, operasi dan pinjaman
kebijakan pemerintah mengenai tingkat suku bunga dan pajak penghasilan
yang akan mengurangi laba bersih yang diperoleh perusahaan. Semakin besar
rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak
dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam
mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin
tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan
modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan
keuntungan netto per rupiah penjualan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Net Profit Margin
(NPM) =
laba bersih setelah pajakpenjualan bersih
X 100%
2.1.4
Agency Theory
Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami isu
corporate governanace
dan nilai perusahaan. Dimana isu
agency theory
merupakan bidang popular akhir – akhir ini.
Agency theory
menjelaskan hubungan atau kontrak antara
principal
dengan
agent
. Jensen
dan Meckling (1976) mendefinisikan
agency relationship
sebagai suatu
kontrak di mana satu orang atau lebih (
principal
) menyuruh orang lain
(
agent
) untuk melakukan tindakan atas namanya dan mendelegasikan
sebagian wewenang pengambilan keputusan kepada
agent
tersebut. Prinsip
utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang
memberi wewenang (investor) dengan pihak yang menerima wewenang
untuk memaksimalkan nilai perusahaan, maka diyakini
agent
akan bertindak
dengan cara yang sesuai dengan kepentingan
principal
, namun menurut teori
ini hubungan antara
principal
dengan
agent
pada hakekatnya sukar tercipta
karena adanya tujuan yang saling bertentangan.
Masalah keagenan dapat terjadi dalam dua bentuk hubungan, yaitu (1)
pemegang saham dengan manajer (pemegang saham sebagai
principal
,
manajer sebagai
agent
); dan (2) kreditor dengan pemegang saham (kreditor
sebagai
principal
, pemegang saham sebagai
agent
). Hubungan pemegang
saham dengan manajer disebabkan adanya pemisahan kepemilikan dan
kontrol. Hubungan antara pemegang saham dengan kreditor disebabkan oleh
adanya dana kreditor yang digunakan pemegang saham untuk mendanai
proyek perusahaan di bawah kendali manajer.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa laporan keuangan yang
dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan
konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan
yang dilaporkan oleh
agent
sebagai pertanggung jawaban kinerjanya,
principal
dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana
agent
tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar
pemberian kompensasi kepada
agent
.
Good corporate governance
yang merupakan konsep yang didasarkan
pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi
2.1.5
Good Corporate Governance
Forum for Corporate governance in Indonesia
(FCGI, 2001)
mendefinisikan
good corporate governance
sebagai suatu perangkat
peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus,
pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan internal
dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka.
Komite Nasional Kebijakan
Governance
(KNKG, 2004) menyatakan bahwa
corporate governance
merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan
oleh organ perusahaan untuk memberikan nilai tambah pada perusahaan
secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham,
dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders
lainnya, berlandaskan
peraturan peundang-undangan dan norma yang berlaku. Sedangkan menurut
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor
KEP-117/M-MBU/2002,
good corporate governance
adalah suatu proses dari struktur
yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha
dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam
jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundang – undangan dan nilai etika.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
good
corporate governance
adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
di antara berbagai pihak dalam perusahaan sehubungan dengan hak dan
kewajiban mereka dengan tujuan mencapai kepentingan pemegang saham
Good corporate governance
muncul karena terjadi pemisahan kepentingan
antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan yang sering disebut sebagai
masalah keagenan. Permasalahan yang dihadapi oleh para pemegang saham
adalah bagaimana mereka dapat memastikan bahwa dana yang telah mereka
investasikan dalam perusahaan akan digunakan secara tepat oleh manajer dan
tidak digunakan untuk proyek yang tidak menguntungkan sehingga akan
menghasilkan keuntungan seperti yang mereka harapkan.
Good corporate
governance
diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan yang
terjadi di antara pemilik dan manajer.
Dalam
corporate governance
terdapat beberapa prinsip dan prinsip
prinsip
good corporate governance
ini dipastikan dapat diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Secara umum terdapat
lima prinsip dasar
good corporate governance
yaitu
Transparency,
Accountability and
Responsibility, Responsiveness, Independency,
dan
Fairness.
1.
Transparency
(transparasi)
Dalam menjalankan fungsinya, semua partisipan dalam perusahaan
harus menyampaikan informasi yang material sesuai dengan
substansi yang sesungguhnya, dan menjadikan informasi tersebut
dapat diakses dan dipahami secara mudah oleh pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
2.
Accountability and Responsibility
(akuntabilitas dan
pertanggungjawaban)
Dalam menjalanakan fungsinya, semua partisipan dalam perusahaan
harus mempertanggungjelaskan amanah yang diterima sesuai dengan
hukum, peraturan, standar moral/ etika maupun
best practices
yang
berlaku, dan mengantisipasi pertanggungjawaban yang diperlukan
jika pertanggungjelasan yang diajukan ditolak.
3.
Responsiveness
(ketanggapan)
pihak-pihak yang berkepentingan dan menanggapi berbagai
perubahan di dunia usaha yang dapat mempengaruhi perusahaan
secara signifikan.
4.
Independency
(kemandirian)
Dalam menjalankan fungsinya, setiap partisipan dalam perusahaan
harus membebaskan diri dari kepentingan pihak-pihak lain yang
berpotensi memunculkan konflik kepentingan, dan menjalankan
fungsinya sesuai kompetensi yang memadai.
5.
Fairness
(kesetaraan dan kewajaran)
Dalam menjalankan fungsinya, setiap partisipan dalam perusahaan
harus memperlakukan pihak lain secara adil berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang berterima umum.
Utama (2003) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar
corporate
governance
yang diterapkan dapat memberikan manfaat diantaranya :
a. Meminimalkan
agency costs
dengan mengontrol konflik kepentingan
yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen.
b. Meminimalkan
Cost of Capital
dengan menciptakan sinyal positif
kepada para penyedia modal.
c. Meningkatkan citra perusahaan.
d. Meningkatkan Nilai Perusahaan yang dapat dilihat dari
cost of
capital
yang rendah.
e. Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi
stakeholder
terhadap
masa depan perusahaan yang lebih baik.
Ada beberapa indikator dalam mengukur mekanisme penerapan
good
corporate governance
yaitu sebagai berikut :
1.
Kepemilikan Manajerial
Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan
manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan
dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan - kepentingan manajer
dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial diukur dengan proporsi
kepemilikan saham yang dimiliki manajer, direksi, komisaris, maupun pihak
menyatakan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan
memperbesar kepemilikan manajerial dalam perusahaan.
Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer dengan
pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh
manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk
kepentingannya. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif
terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan
meningkat. Sehingga apabila perilaku opurtunistik manajer meningkat maka
nilai perusahaan akan menurun.
2.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pemilik institusi dan
blockholders
pada akhir tahun (Wahyudi
dan Pawestri, 2006). Yang dimaksud institusi adalah perusahaan investasi,
bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga lain yang bentuknya seperti
perusahaan. Sedangkan yang dimaksud
blockholders
adalah kepemilikan
individu atas nama perorangan di atas 5% yang tidak termasuk dalam
kepemilikan manajerial. Pemegang saham
blockholders
dimasukkan dalam
kepemilikan institusional karena pemegang saham
blockholders
dengan
kepemilikan saham di atas 5% memiliki tingkat keaktifan lebih tinggi
dibandingkan pemegang saham institusional dengan kepemilikan saham di
bawah 5%.
dibandingkan dengan investor non institusional. Dengan adanya investor
institusional yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif, maka manajer akan
mengurangi
earnings management
dalam pelaporan keuangan.
Tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional
dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya pada
kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku
opportunistic
atau
mementingkan diri sendiri. Hal ini didukung dengan penelitian dari Smith
(1996) dalam Suranta dan Midiastuty (2004) yang menunjukan bahwa
efektifitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan
perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
3.
Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham mayoritas, serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan
lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau sematamata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional
Kebijakan
Governance
, 2004). Dalam menjalankan fungsinya, dewan
komisaris harus membebaskan diri dari kepentingan pihak-pihak lain yang
berpotensi memunculkan konflik kepentingan dan menjalankan fungsinya
sesuai dengan kompetensi yang memadai. Perusahaan yang memiliki proporsi
mengurangi tindakan manajer dalam melakukan manajemen laba sehingga
hal tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan.
2.2
Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa
peneliti untuk mengetahui adanya hubungan antara kinerja keuangan terhadap
nilai perusahaan, seperti yang telah seperti yang telah dilakukan oleh
Bethseba (2010) dalam penelitiannya berjudul pengaruh
return on asset
terhadap nilai perusahaan dengan
good corporate governance
sebagai
variabel pemoderasi pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
data pooling
, yang merupakan
kombinasi antara data
cross section
dan
data time series
yang diambil dari
laporan tahunan 23 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 yang ditentukan dengan
metode
purposive sampling
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
good corporate governance
dengan proksi kepemilikan manjerial tidak
mampu memoderasi hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan.
Pamungkas, Dyas (2012) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh
tahun 2007-2010 dengan metode random sampling berdasarkan beberapa
kriteria dan diperoleh 140 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Hasil
penelitian membuktikan bahwa
earnings management
dapat menurunkan
nilai perusahaan. Variabel moderasi yang mempengaruhi hubungan dari
earnings mangement
terhadap nilai perusahaan adalah kepemilikan
manajerial. Sedangkan kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris
independen, dan kualitas audit bukan merupakan variabel moderasi.
Mesrawati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai
variabel moderating
di perusahaan manufaktur dalam sektor barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak
yaitu 35 perusahaan yang merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak
dalam sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sejak tahun 2008-2011. Sampel dipilih dengan menggunakan metode
purposive sampling
berjumlah 14 perusahaan. Hasil Penelitian ini
membuktikan pada hipotesis pertama bahwa
earning per share, return on
equity, net cash flow, dividend payout ratio
dan
net profit margin
berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui uji faktor, dan pada hipotesis
kedua bahwa
earning per share, return on equity, net cash flow, dividend
payout ratio, net profit margin
secara simultan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan secara parsial hanya variabel
return on equity
yang berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Ketika kepemilikan manajerial digunakan sebagai
bukan merupakan
variabel moderating
yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan antara
earning per share, return on equity, net cash
flow, dividend payout ratio, net profit margin
dengan nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang bergerak dalam sektor industri barang konsumsi
[image:39.595.110.537.280.752.2]yang terdaftar di BEI.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
1.
Bethseba
(2010)
Pengaruh
Return On
Asset
terhadap
Nilai
Perusahaan
dengan
Good
Corporate
Governance
sebagai
Variabel
Pemoderasi
pada
perusahaan
manufaktur
yang tercatat
di Bursa Efek
Indonesia
Variabel
independen:
ROA.
Variabel
dependen:
Nilai
Perusahaan.
Variabel
moderasi:
GCG (proksi
kepemilikan
manajerial).
ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan
good
corporate governance
dengan
proksi kepemilikan manjerial tidak
mampu memoderasi hubungan
antara ROA dengan nilai
perusahaan.
2.Pamungkas,
Dyas
(2012)
Pengaruh
Earnings
Management
terhadap Nilai
Perusahaan
dengan
Corporate
Governance
sebagai
Variabel
Pemoderasi
Variabel
independen:
earnings
management.
Variabel
dependen:
nilai
perusahaan.
Variabel
moderasi:
praktik
corporate
governance
Hasil penelitian membuktikan
bahwa
earnings management
dapat
menurunkan nilai perusahaan.
Variabel moderasi yang
mempengaruhi hubungan dari
(proksi
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
proporsi
dewan
komisaris
independen,
kualitas
audit).
Variabel
kontrol:
ukuran
perusahaan.
3. Mesrawati
(2010)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Nilai
Perusahaan
dengan
Kepemilikan
Manajerial
sebagai
Variabel
Moderating
di
Perusahaan
Manufaktur
dalam Sektor
Barang
Konsumsi
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
Variabel
independen:
EPS, ROE,
NPM, Ukuran
Perusahaan,
DER,
Net
Cash Flow,
Dividend
Payout Ratio
,
ROA.
Variabel
dependen:
nilai
perusahaan.
Pada hipotesis pertama terbukti
bahwa
earning per share, return on
equity, net cash flow, dividend
payout ratio
dan
net profit margin
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan melalui uji faktor, dan
pada hipotesis kedua bahwa
earning per share, return on equity,
net cash flow, dividend payout
ratio, net profit margin
secara
simultan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan secara parsial hanya
variabel
return on equity
yang
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Ketika kepemilikan
manajerial digunakan sebagai
variabel moderating
pada
pengujian ketiga, variabel
kepemilikan manajerial bukan
merupakan
variabel moderating
2.3
Kerangka Konseptual
Semakin ketatnya persaingan tersebut dan ditambah dengan situasi
perekonomian negara yang tidak menentu mendorong manajemen perusahaan
untuk bekerja lebih efektif dan efisien dalam melakukan aktivitas operasi
yang semakin ketat ini, menuntut perusahaan untuk lebih meningkatkan nilai
perusahaannya (
firm value
). Hal ini sangat penting bagi perusahaan karena
dengan memaksimalkan nilai perusahaan sama halnya dengan
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi
akan diikuti dengan tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham,
2006).
Peneliti memiliki asumsi awal bahwa kinerja keuangan yang diukur
melalui NPM akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur
dengan Tobin’s Q. Peneliti beranggapan bahwa dengan semakin baiknya
net
profit margin
, maka investor memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi
terhadap kinerja keuangan perusahaan di mana hal tersebut juga akan
meningkatkan nilai perusahaan. Terdapat beberapa perbedaan berdasarkan
hasil penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap
nilai perusahaan. Hal ini mengindikasikan terdapat variabel lain yang ikut
mempengaruhi. Oleh sebab itu, dalam hal ini penulis memasukkan variabel
Good Corporate Governance
(GCG) sebagai variabel pemoderasi yang
nantinya akan dapat dilihat apakah variabel ini dapat mempengaruhi
hubungan
net profit margin
terhadap nilai perusahaan atau tidak.
Berdasarkan telaah pustaka di atas, berikut ini adalah kerangka
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
H
1H
2,3,4,5H
2,3,4,52.4
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung dengan teori dan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
H
1Net profit margin
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H
2Struktur kepemilikan manajerial memoderasi hubungan antara
net profit
margin
dan nilai perusahaan.
H
3Struktur kepemilikan institusional memoderasi hubungan antara
net
profit margin
dan nilai perusahaan.
H
4Proporsi dewan komisaris independen memoderasi hubungan antara
net
profit margin
dan nilai perusahaan.
Net Profit Margin
Nilai Perusahaan
(Tobin’s Q)
Good Corporate
Governance
•
Struktur
Kepemilikan
Manajerial
•
Struktur
Kepemilikan
Institusional
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah penelitian
asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2005).
Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah
net profit margin
mempunyai hubungan dengan nilai perusahaan (
firm value
) sebagai variabel
dependen (Y) dan
good corporate governance
(struktur kepemilikan
manajerial, struktur kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris
independen) sebagai variabel pemoderasi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini di lakukan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses
situs
penelitian dimulai dari Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015.
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel merupakan sesuatu yang mempunyai nilai yang dapat berbeda/
yang sama atau dapat juga berbeda pada waktu yang sama untuk objek /
orang yang berbeda. Variabel penelitian ini terdiri dari :
a.
Variabel Independen
Variabel bebas (
independent variable
) merupakan variabel yang
mempengaruhi variabel terikat. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
Net Profit Margin
(NPM) yang disimbolkan dengan “X”.
Net Profit Margin
(NPM) adalah perbandingan antara laba bersih sesudah
pajak dengan penjualan bersih. Semakin besar
net profit margin
berarti
semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya
sehubungan dengan kegiatan operasinya (Weston dan Copeland, 1998).
Net
Profit Margin
(NPM) dapat diukur dengan menggunakan :
parameter
NPM
=
laba bersih setelah pajakpenjualan bersih
X 100%
b.
Variabel Dependen
Variabel dependen (
dependent variable)
merupakan variabel terikat,
dimana variabel ini adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan (
firm value)
yang disimbolkan dengan “Y”. Nilai perusahaan adalah persepsi investor
terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga
saham (Keown, 2004). Nilai perusahaan (
firm value)
dapat diukur
menggunakan :
parameter Tobin’s Q =
EMV +DEBV +D
X 100%
Keterangan :
EMV
= Nilai Pasar Ekuitas (
Equity Market Value
), diperoleh
dari hasil perkalian harga saham penutupan (
closing
price
) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar
pada akhir tahun
EBV
= Nilai buku dari ekuitas (
Equity Book Value
)
D
= Nilai buku dari total hutang
c.
Variabel Pemoderasi
Variabel pemoderasi (
moderating variable
) adalah variabel yang
memperkuat atau memperlemah hubungan antara satu variabel dengan
variabel lain. Variabel pemoderasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
Good Corporate Governance
(GCG).
Good corporate governance
adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen perseroan, direksi,
komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya. Dalam
penelitian ini, indikator yang digunakan dalam
good corporate governance
adalah :
1.
Struktur Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki
manajemen dari seluruh jumlah saham perusahaan yang dikelola.
Rumus menghitung kepemilikan manajerial :
KM =
SMSB
X 100%
Keterangan :
KM = Kepemilikan Manajerial
SB = Total saham beredar
2.
Struktur Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah,
institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana
perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun.
Rumus menghitung kepemilikan institusional :
KI =
SISB
X 100%
Keterangan :
KI = Kepemilikan Institusional
SI = Total saham yang dimiliki Institusi
SB = Total saham beredar
3.
Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen anggota dewan komisaris yang bukan
merupakan pegawai atau orang yang berurusan langsung dengan
organisasi tersebut, dan tidak mewakili pemegang saham, tugasnya
diluar dari manajemen perusahaan yang bertindak secara independen
untuk menilai kinerja perusahaan.
Rumus menghitung komisaris independen :
KomInd =
jumlah anggota komisaris independentotal seluruh komisaris
X 100%
Maka untuk memudahkan pembaca, peneliti membuat definisi
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
VARIABEL
DEFINISI
OPERASIONAL
PARAMETER
SKALA
PENGUKURAN
Dependen
Nilai Perusahaan
EMV +DEBV +D
X 100%
Rasio
Independen
Net Profit Margin
laba bersih setelah pajakpenjualan bersih
X100%
<