• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Pasien Peserta Jaminan Kesehatan Aceh Terhadap Mutu dan Kepuasan Pelayanan Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Langsa tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Pasien Peserta Jaminan Kesehatan Aceh Terhadap Mutu dan Kepuasan Pelayanan Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Langsa tahun 2011"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PASIEN PESERTA JAMINAN KESEHATAN ACEH TERHADAP MUTU DAN KEPUASAN PELAYANAN DI RUANG RAWAT INAP

RSUD KOTA LANGSA TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH :

ARWIN SYAH NIM. 091000190

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSEPSI PASIEN PESERTA JAMINAN KESEHATAN ACEH TERHADAP MUTU DAN KEPUASAN PELAYANAN DI RUANG RAWAT INAP

RSUD KOTA LANGSA TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

ARWIN SYAH NIM. 091000190

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PERSEPSI PASIEN PESERTA JAMINAN KESEHATAN ACEH TERHADAP MUTU DAN KEPUASAN PELAYANAN DI RUANG RAWAT INAP

RSUD KOTA LANGSA TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : ARWIN SYAH

NIM. 091000190

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 19 Agustus 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua penguji

Dra. Syarifah, MS

NIP. 19611219 198703 2 002

Penguji I

Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD NIP. 19721004 200003 2 001

Penguji II

Drs. Eddy Syahrial, MS NIP. 19590713 198703 1 001

Medan, September 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan termasuk biaya pengobatan di rumah sakit membuat warga Aceh terutama penduduk miskin tidak memiliki kepastian mendapatkan pemeliharaan kesehatan. Salah satu solusi yang disiapkan oleh Pemerintah Aceh adalah Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Namun, pelayanan kesehatan yang kurang baik menyebabkan ketidakpuasan pasien peserta JKA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pasien peserta jaminan kesehatan aceh terhadap kepuasan pelayanan di ruang rawat inap RSUD Kota Langsa tahun 2011.

  Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien peserta JKA yang dirawat inap di RSUD Kota Langsa pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2011 yaitu sebanyak 426 orang dan dijadikan sampel sebanyak 80 orang. Data tentang persepsi pasien terhadap pelayanan dan kepuasan pasien diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pasien peserta JKA menilai pelayanan kesehatan di RSUD Kota Langsa baik yang meliputi: pelayanan administrasi (43,75%), pemeriksaan dokter (51,25%), perawatan di ruang perawatan (48,75%), pemeriksaan penunjang diagnostik (50,00%), dan tindakan medis (43,75%). Sebagian besar pasien peserta JKA merasa puas terhadap pelayanan kesehatan di RSUD Kota Langsa, yang meliputi: pelayanan administrasi (37,50%), pelayanan pemeriksaan oleh dokter (42,50%), pelayanan perawatan (47,50%), pelayanan pemeriksaan penunjang diagnostik (38,75%), dan pelayanan tindakan medis (41,25%).

Disarankan bagi manajemen rumah sakit agar tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya baik dari segi fasilitas, pelayanan medis, maupun pelayanan administrasinya, dengan cara memperbanyak pelatihan-pelatihan dan pendidikan tentang pelayanan bermutu yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan sehari-hari.

(5)

ABSTRACT

The increasing of well-being maintenance cost belongs therapy cost at home ill bring Aceh member especially poor citizen doesn't has certainty get well-being maintenance. One of the solution that prepared by Aceh Government Aceh Well-being Guarantee (JKA). But, well-Well-being service unfavourable causess not satisfied entrant patient JKA. This watchfulness aim detects Aceh well-being guarantee entrant patient perception towards service satisfaction at space takes to stay RSUD City Langsa year 2011.

The objective of the study is to know the description by using plan cross sectional. Population in this watchfulness entire entrant patients JKA that is cared to stay at RSUD City Langsa in January up to May month 2011 that is as much as 426 person and made sample as much as 80 person. Data about patient perception towards service and patient satisfaction is got to pass interview by using kuesioner. Data that gatherred to analyzed descriptively and presented in the form of frequency distribution table.

The result of the study showed that majority part entrant patient JKA evaluate well-being service at RSUD City Langsa both for cover: administrative services (43,75%,) doctor investigation (51,25%), treatment at treatment space (48,75%), diagnostic supporting investigation (50,00%) and medical action (43,75%). A large part entrant patient JKA felt satisfied towards well-being service at RSUD City Langsa, cover: administrative services (37,50%), investigation service by doctor (42,50%), treatment service (47,50%), diagnostic supporting investigation service (38,75%) and medical action service (41,25%).

It is suggested that the management hospital so that permanent defend or even increase the well-being service quality either from facilities aspect, medical service, also the administration service, by reproduce trainings and education about certifiable service that erudition and know-how everyday.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arwin Syah

Tempat / Tanggal Lahir : Langsa, 30 Oktober 1975

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Jln. Petua Zainun PB. Tunong Lor. B – Kota Langsa.

Riwayat Pendidikan

1. SD : Tahun 1982-1988

2. SMP : Tahun 1988-1991

3. SMA : Tahun 1991-1994

4. AKPER : Tahun 1998-2001

5. FKM USU Medan : Tahun 2009-sekarang

Riwayat Pekerjaan

1. Tahun 1994 – 1995 : Puskesmas Bayeun Aceh Timur

2. Tahun 1995 – 1998 : BPK RSUD Kota Langsa

3. Tahun 1998 – 2000 : Puskesmas Blang Mancung Aceh Tengah

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT atas segala rahmat dan

ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan, oleh

sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun yang

bermanfaat bagi skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Persepsi Pasien Peserta Jaminan Kesehatan Aceh Terhadap Mutu dan Kepuasan Pelayanan Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Langsa tahun 2011” ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada ibu

Dra. Syarifah, M.S, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiranya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku Ketua Departemen Promosi Kesehatan Dan

Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku dosen penguji II yang telah memberikan

(8)

4. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, khususnya dosen pada Departemen Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan masukan dan

motivasi serta membantu dalam segala urusan administrasi.

5. Bapak Pimpinan RSUD Kota Langsa yang telah memberikan dukungan dan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga penelitian dapat selesai

dengan baik.

6. Kepada istriku Dewi Fitri Marunduri AM.Keb yang telah banyak memberikan

dukuan moril selama penulis mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan ini dan

buat anakku tersayang Cut Arifah Nabila dan Cut Aiska Naila Putri yang selalu

memberikan keceriaan di rumah dan memberikan semangat dalam menyelesaikan

studi ini.

7. Sahabat-sahabatku di FKM USU terutama di Departemen PKIP stambuk 2009

yang selalu mendukungku, sehingga menambah semangat bagi saya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat. Semoga Tuhan

Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memenuhi kehidupan Bapak, Ibu, dan

teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Agustus 2011 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan ... 20

2.4. Jaminan Kesehatan Masyarakat ... 21

2.5. Jaminan Kesehatan Aceh ... 22

2.5.1. Latar Belakang JKA... 22

2.5.2. Tujuan Jaminan Kesehatan Aceh ... 23

2.5.3. Kebijakan Operasional ... 24

2.5.4. Ketentuan Umum Kepesertaan ... 26

2.5.5. Sosialisasi Program ... 27

2.6. Landasan Teori... 29

2.7. Kerangka Konsep ... 29

(10)

3.3.2 Sampel... 31

3.4. Pengumpulan Data ... 32

3.5. Defenisi Operasional... 32

3.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 33

3.6.1. Uji Validitas ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 38

4.1.1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Umum Kota Langsa.. 38

4.1.2. Letak Geografis... 38

4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi RSUD Kota Langsa ... 39

4.1.4. Visi dan Misi RSUD Kota Langsa ... 40

4.1.5. Susunan Organisasi dan Administrasi... 40

4.2. Karakteristik Responden ... 41

4.3. Mutu Pelayanan ... 42

4.3.1. Mutu Pelayanan Administrasi ... 42

4.3.2. Mutu Pelayanan Pemeriksaan Oleh Dokter ... 43

4.3.3. Mutu Layanan Perawatan di Ruang Perawatan ... 44

4.3.4. Mutu Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Diagnostik... 45

4.3.5. Mutu Pelayanan Tindakan Medis... 46

4.4. Kepuasan Terhadap Pelayanan ... 47

4.4.1. Kepuasan Terhadap Pelayanan Administrasi... 47

4.3.2. Kepuasan Terhadap Pelayanan Pemeriksaan Oleh Dokter .. 48

4.3.3.Kepuasan Terhadap Pelayanan Perawatan di Ruang Perawatan ... 49

4.3.4.Kepuasan Terhadap Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Diagnostik ... 50

4.3.5. Kepuasan Terhadap Pelayanan Tindakan Medis ... 51

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Mutu Pelayanan... 54

5.2. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan ... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 58

6.2. Saran ... 58

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Untuk Mutu Pelayanan dan Kepuasan Pelayanan... 33

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 40

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Mutu Pelayanan Administrasi Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Mutu Layanan Administrasi Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 42

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Mutu Pelayanan Pemeriksaan Dokter Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011... 42

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Mutu Layanan Pemeriksaan Oleh Dokter Di RSUD Kota Langsa Tahun

2011... 43

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Mutu Layanan Perawatan Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 43

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Mutu Layanan Perawatan Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 44

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Mutu Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 44

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Mutu Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 45

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Mutu Pelayanan Tindakan Medis Di RSUD Kota Langsa Tahun

2011... 46

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Mutu Pelayanan Tindakan Medis Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 46

(12)

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan Terhadap Pelayanan Administrasi Di RSUD Kota Langsa Tahun

2011... 47

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepuasan Terhadap Pelayanan Pemeriksaan Dokter Di RSUD Kota Langsa Tahun

2011... 48

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan Terhadap Pelayanan Pemeriksaan Oleh Dokter Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 49

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepuasan Terhadap Pelayanan Perawatan Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 49

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan Terhadap Pelayanan Perawatan Di RSUD Kota Langsa Tahun

2011... 50

Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepuasan Terhadap Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 50

Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan Terhadap Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 51

Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepuasan Terhadap Pelayanan Tindakan Medis Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011 ... 51

Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan Terhadap Layanan Tindakan Medis Di RSUD Kota Langsa Tahun

(13)

ABSTRAK

Meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan termasuk biaya pengobatan di rumah sakit membuat warga Aceh terutama penduduk miskin tidak memiliki kepastian mendapatkan pemeliharaan kesehatan. Salah satu solusi yang disiapkan oleh Pemerintah Aceh adalah Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Namun, pelayanan kesehatan yang kurang baik menyebabkan ketidakpuasan pasien peserta JKA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pasien peserta jaminan kesehatan aceh terhadap kepuasan pelayanan di ruang rawat inap RSUD Kota Langsa tahun 2011.

  Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien peserta JKA yang dirawat inap di RSUD Kota Langsa pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2011 yaitu sebanyak 426 orang dan dijadikan sampel sebanyak 80 orang. Data tentang persepsi pasien terhadap pelayanan dan kepuasan pasien diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pasien peserta JKA menilai pelayanan kesehatan di RSUD Kota Langsa baik yang meliputi: pelayanan administrasi (43,75%), pemeriksaan dokter (51,25%), perawatan di ruang perawatan (48,75%), pemeriksaan penunjang diagnostik (50,00%), dan tindakan medis (43,75%). Sebagian besar pasien peserta JKA merasa puas terhadap pelayanan kesehatan di RSUD Kota Langsa, yang meliputi: pelayanan administrasi (37,50%), pelayanan pemeriksaan oleh dokter (42,50%), pelayanan perawatan (47,50%), pelayanan pemeriksaan penunjang diagnostik (38,75%), dan pelayanan tindakan medis (41,25%).

Disarankan bagi manajemen rumah sakit agar tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya baik dari segi fasilitas, pelayanan medis, maupun pelayanan administrasinya, dengan cara memperbanyak pelatihan-pelatihan dan pendidikan tentang pelayanan bermutu yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan sehari-hari.

(14)

ABSTRACT

The increasing of well-being maintenance cost belongs therapy cost at home ill bring Aceh member especially poor citizen doesn't has certainty get well-being maintenance. One of the solution that prepared by Aceh Government Aceh Well-being Guarantee (JKA). But, well-Well-being service unfavourable causess not satisfied entrant patient JKA. This watchfulness aim detects Aceh well-being guarantee entrant patient perception towards service satisfaction at space takes to stay RSUD City Langsa year 2011.

The objective of the study is to know the description by using plan cross sectional. Population in this watchfulness entire entrant patients JKA that is cared to stay at RSUD City Langsa in January up to May month 2011 that is as much as 426 person and made sample as much as 80 person. Data about patient perception towards service and patient satisfaction is got to pass interview by using kuesioner. Data that gatherred to analyzed descriptively and presented in the form of frequency distribution table.

The result of the study showed that majority part entrant patient JKA evaluate well-being service at RSUD City Langsa both for cover: administrative services (43,75%,) doctor investigation (51,25%), treatment at treatment space (48,75%), diagnostic supporting investigation (50,00%) and medical action (43,75%). A large part entrant patient JKA felt satisfied towards well-being service at RSUD City Langsa, cover: administrative services (37,50%), investigation service by doctor (42,50%), treatment service (47,50%), diagnostic supporting investigation service (38,75%) and medical action service (41,25%).

It is suggested that the management hospital so that permanent defend or even increase the well-being service quality either from facilities aspect, medical service, also the administration service, by reproduce trainings and education about certifiable service that erudition and know-how everyday.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam pembangunan bangsa Indonesia setiap upaya ditekankan pada

peningkatan kualitas sumber daya manusia; yang berarti manusia menjadi titik sentral

pembangunan, karena manusia berkualitas tinggi adalah sumber daya suatu bangsa.

Satu syarat utama peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah melalui

pelayanan kesehatan yang berkualitas pula (Depkes RI, 1991).

Pelayanan kesehatan yang merata merupakan aspek penting yang harus

dipenuhi dalam mempercepat tercapainya tujuan pembangunan dibidang kesehatan.

Pemerataan pelayanan tersebut tidak hanya meliputi aspek fisik meratanya sarana

pelayanan semata, namun juga dari segi jarak, ekonomi, budaya, serta mutu

pelayanan. Perkembangan dan pembangunan kesehatan mengakibatkan biaya

pemeliharaan kesehatan semakin mahal, bahkan seringkali sampai di luar batas

kemampuan untuk menanggungnya (Depkes RI, 1991).

Melemahnya rupiah terhadap dollar, berakibat meningkatnya biaya

pemeliharaan kesehatan termasuk biaya pengobatan di rumah sakit. Peningkatan

biaya ini karena harga obat dan alat kesehatan melambung sangat tinggi, demikian

juga biaya pemeriksaan laboratorium. Hal ini karena sebagian besar obat, alat

kesehatan dan alat laboratorium merupakan komponen impor dan dibeli dengan

dollar Amerika sehingga mau tidak mau masyarakat terpaksa mengeluarkan biaya

(16)

Akibat lain dari dampak menurunya nilai rupiah adalah menurunya daya beli

masyarakat akibat meningkatnya pengangguran dan menurunnya pendapatan

masyarakat. Dengan menurunnya daya beli maka menurun pula kemampuan

masyarakat untuk membiayai kesehatannya termasuk biaya pengobatan (BPS RI.,

2001).

Menteri Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan untuk meningkatkan

peranan jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) Jamkesmas sebagai salah satu cara

pembiayaan kesehatan yang perlu dikembangkan dan diharapkan seluruh masyarakat

terutama bagi penduduk miskin menjadi anggota JPK Jamkesmas, dengan demikian

setiap warga negara memiliki kepastian mendapatkan pemeliharaan kesehatannya.

Namun dari hasil studi Sitorus (2006), di RSU Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera

Utara menemukan ada beberapa keluhan pasien peserta Askes Sosial yang telah

mendapat pelayan dari petugas rumah sakit seperti : 1) proses penerimaan yang masih

belum berjalan dengan baik karena tidak tahunya /tidak ramahnya petugas, waktu

menunggu yang cukup lama maupun prosesnya berbelit-belit; 2) adanya perbedaan

perlakuan oleh dokter yang merawat misalnya dengan tidak tepatnya waktu

kunjungan dokter, kurang perhatian dari dokter yang marawat, kurangnya memberi

penjelasan tentang penyakit yang diderita; dan 3) pasien masih harus membayar

/membeli obat, tidak dilayani oleh apotik ataupun karena dokternya meresepkan tidak

sesuai dengan obat yang diperlukan.

Ketidakpuasan pasien peserta JKA Jamkesmas juga ditemukan di Provinsi

(17)

keterbatasan finansial yang telah menghambat mereka dalam mengakses pelayanan

kesehatan, meskipun fasilitas tersebut milik pemerintah. Upaya pemerintah yang

menjamin penduduk miskin dan kurang mampu melalui program Jamkesmas yang

mencapai 61% penduduk masih terbatas pada fasilitas kesehatan publik. Selain itu,

terbatasnya obat-obatan dan layanan yang dijamin membuat penduduk miskin dan

kurang mampu masih belum sepenuhnya terbebas dari pengeluaran biaya, dan masih

ada 29% penduduk Aceh yang tidak memiliki jaminan kesehatan sama sekali,

meskipun sebagian dari mereka mampu membayar biaya berobat yang relatif murah

terutama untuk rawat jalan, namun sebagian besar mereka tidak sanggup membayar

biaya rawat inap yang dapat melampaui kemampuan bayarnya (Dinkes Aceh, 2010).

Salah satu solusi yang disiapkan oleh Pemerintah Aceh adalah Jaminan

Kesehatan Aceh (JKA). Program ini mengasuransikan kesehatan semua penduduk

Aceh (universal health coverage) yang preminya ditanggung oleh Pemerintah Aceh.

Dengan demikian uang bukan lagi hambatan bagi penduduk Aceh untuk mengakses

fasilitas pelayanan kesehatan, mereka cukup hanya menunjukkan identitas sebagai

peserta JKA untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

medisnya (Dinkes Aceh, 2010).

JKA yang mulai berlaku sejak 1 Juni 2010 untuk mewujudkan jaminan

kesehatan bagi seluruh penduduk Aceh yang berkeadilan, tanpa membedakan status

sosial, ekonomi, agama, jenis kelamin, dan usia, dalam rangka meningkatkan

(18)

yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Aceh dan atau yang namanya tercantum

dalam Kartu Keluarga (KK) Aceh (universal health coverage) (Dinkes Aceh, 2010).

Pada tahap awal seluruh penduduk Aceh merupakan peserta JKA kecuali

peserta Askes Sosial dan peserta JPK Jamsostek. Peserta pun mendapat manfaat

terhadap seluruh jenis dan metode pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medisnya

kecuali pelayanan kesehatan yang bersifat kosmetika, atau akibat bencana yang

memiliki sumber pembiayaan tersendiri (Dinkes Aceh, 2010).

Harapan kedepan setelah beberapa tahun JKA berjalan dan penduduk Aceh

telah menyadari manfaat bagi kesehatan, maka bagi mereka yang mampu diharapkan

bersedia menanggung biaya bagi jaminan kesehatan diri dan keluarganya, sehingga

yang menjadi tanggungan Pemerintah Aceh hanyalah anak yatim dan fakir miskin

yang lebih berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang menyeluruh tanpa biaya

Dinkes Aceh, 2010). Berdasarkan data dari PT. ASKES Kantor Cabang Langsa

diketahui bahwa jumlah peneriman JKA untuk Kota Langsa sebanyak 65.669 jiwa.

Layanan rawat inap bagi peserta JKA terdiri dari : 1) pelayanan administrasi;

2) pemeriksaan oleh dokter; 3) perawatan di ruang perawatan; 4) pemeriksaan

penunjang diagnostik; dan 5) tindakan medis (Dinkes Aceh, 2010). Dari hasil survei

awal diketahui bahwa layanan kesehatan bagi pasien peserta JKA dinilai kurang

optimal, hal ini ditandai dengan adanya keluhan pasien peserta JKA terhadap

pelayanan RSUD Kota Langsa. Untuk lebih mengetahui keluhan pasien terhadap

pelayanan RSUD Kota Langsa, maka Direktur RSUD Kota Langsa telah membuat

(19)

beberapa ruangan lainnya. Melalui kotak pengaduan tersebut pihak direktur berharap

bisa mendapat masukan melalui surat yang nantinya masuk selain mendengarkan

langsung dari para Wakil Direktur dan staf lainnya. Sehingga keluhan dan laporan

yang diterima akan menjadi evaluasi seluruh manajemen RSUD Kota Langsa untuk

diperbaiki dan ditingkatkan. Beberapa keluhan masyarakat yang sudah diterima

selama ini diantaranya : keterlambatan dokter dalam menangani pasien, kurangnya

perhatian perawat terhadap pasien atau dinilai sering “menelantarkan”

pasien-pasiennya, kekurangan obat dan penempatan pasien yang kurang layak di rumah sakit

(Costumer Service RSUD Kota Langsa, 2010).

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti persepsi

pasien peserta jaminan kesehatan aceh terhadap kepuasan pelayanan di ruang rawat

inap RSUD Kota Langsa tahun 2011.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana persepsi pasien peserta

jaminan kesehatan aceh terhadap mutu dan kepuasan pelayanan di ruang rawat inap

RSUD Kota Langsa tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui persepsi pasien peserta jaminan kesehatan aceh terhadap

(20)

1.3.2.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik pasien peserta JKA (umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, dan pekerjaan) yang rawat inap di RSUD Kota Langsa.

b. Untuk mengetahui persepsi pasien peserta JKA terhadap pelayanan (pelayanan

administrasi, pemeriksaan oleh dokter, perawatan di ruang perawatan,

pemeriksaan penunjang diagnostik, dan tindakan medis) di ruang rawat inap

RSUD Kota Langsa.

c. Untuk mengetahui persepsi pasien peserta JKA terhadap kepuasan pelayanan di

ruang rawat inap RSUD Kota Langsa

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan informasi bagi Manajemen RSUD Kota Langsa tentang persepsi

pasien peserta JKA terhadap layanan rawat inap RSUD Kota Langsa yang dapat

dijadikan bahan dalam meningkatkan pelayanannya.

b. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

tentang mutu dan kepuasan pelayanan kesehatan bagi pasien pengguna Jaminan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persepsi

2.1.1. Pengertian Persepsi

Pada dasarnya persepsi merupakan suatu proses yang terjadi di dalam

pengamatan seseoang terhadap orang lain. Persepsi terhadap satu objek yang ada di

sekitar manusia pada dasarnya berbeda dengan lainnya karena sebagai makhluk

individu setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat

pengetahuan dan pemahamannya. Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman

seseorang terhadap suatu objek yang dipersepsikan maka semakin baik bentuk

persepsi orang tersebut terhadap objek begitu pula sebaliknya.

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari

bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil

(Sobur, 2003). Persepsi seseorang bisa diartikan sebagai proses, pemahaman terhadap

suatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi,

berhubungan atau kerjasama. Jadi setiap orang tidak terlepas dari persepsi.

Persepsi menurut Rukminto (1994), persepsi menunjuk bagaimana kita

melihat, mendengar, merasakan, mengecap dan mencium dunia sekitar kita, dengan

kata lain persepsi dapat pula didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh

manusia. Sedangkan menurut Walgito (1999), persepsi adalah sesuatu yang

menunjukkan aktifitas, merasakan, mengidentifikasi dan memahami objek fisik

(22)

seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek

dan setelah dirasakan akan menginterpretasikan objek yang dirasakannya tersebut.

2.1.2. Proses Persepsi

Adapun proses persepsi menurut Sabur (2003) antara lain:

1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai

sumber. Kebanyakan data diterima melalui pancaindera. Kita melihat sesuatu,

mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari

segi-segi lain sesuatu itu.

2. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk

memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat

perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi

untuk diproses lebih lanjut. Ada dua kumpulan faktor menentukan seleksi

rangsangan itu, yaitu :

a. Faktor intern

1) Kebutuhan psikologis

Kebutuhan seseorang mempengaruhi persepsinya. Kadang-kadang, ada

hal yang “kelihatan” (yang sebenarnya tidak ada), karena kebutuhan

psikologis. Misalnya, seseorang yang haus bisa melihat air di banyak

tempat; fatamorgana seperti itu bisa sekali terjadi di padang pasir. Jika

seseorang kehilangan hal tertentu yang dibutuhkan, mereka lebih sering

(23)

2) Latar belakang

Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsi.

Orang-orang dengan latar belakang tertentu mencari Orang-orang-Orang-orang dengan latar

belakang yang sama.

3) Pengalaman

Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang,

hal-hal, dan gejala-gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman

pribadinya. Seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja

dengan jenis orang tertentu, mungkin akan menyeleksi orang-orang ini

untuk jenis persepsi tertentu.

4) Kepribadian

Kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Seseorang yang introvert

mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali

berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian mempengaruhi seleksi dalam

persepsi.

5) Sikap dan kepercayaan umum

Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi. Orang-orang

yang mempunyai sikap tertentu terhadap karyawan wanita atau karyawan

yang termasuk kelompok bahasa tertentu, besar kemungkinan akan

melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain.

6) Penerimaan diri

Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi.

(24)

kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang

kurang ikhlas menerima realitas dirinya. Untuk yang terakhir ini

cenderung mengurangi kecermatan persepsi. Implikasi dari fakta ini ialah

kecermatan persepsi dapat ditingkatkan dengan membantu orang-orang

untuk lebih menerima diri mereka sendiri.

b. Faktor Ekstern

1) Intensitas

Pada umumnya, rangsangan yang lebih intensif, mendapatkan lebih

banyak taggapan daripada rangsangan yang kurang intens.

2) Ukuran

Pada umumnya, benda-benda yang lebih besar lebih menarik perhatian.

Barang yang lebih besar lebih cepat dilihat.

3) Kontras

Biasanya, hal-hal lain dari biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian.

Jika orang bisa mendengar suara tertentu dan adanya perubahan dalam

suara itu, hal itu akan menarik perhatian. Banyak orang secara sadar atau

tidak, melakukan hal-hal yang aneh untuk menarik perhatian. Perilaku

yang luar biasa menarik perhatian karena prinsip-prinsip perbedaan itu.

4) Gerakan

Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian dari pada hal-hal yang

(25)

5) Ulangan

Biasanya hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian. Akan tetapi,

ulangan yang terlalu sering, dapat menghasilkan kejenuhan semantik dan

dapat kehilangan arti perseptif.

6) Keakraban

Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. Hal ini terutama

jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.

7) Sesuatu yang baru

Faktor ini kedengarannya bertentangan dengan faktor keakraban. Akan

tetapi, hal-hal baru juga menarik perhatian. Jika orang sudah bisa dengan

kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik perhatian.

3. Proses Pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada

tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yaitu :

a. Pengelompokan

Berbagai rangsangan yang telah diterima dikelmpokkan dalam suatu bentuk.

Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan rangsangan itu, antara

lain :

1) Kesamaan, rangsangan-rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok.

2) Kedekatan, hal-hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga

dikelompokkan menjadi satu.

3) Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum

(26)

b. Bentuk timbul dan latar

Prinsip lain dari dalam mengatur rangsangan disebut bentuk timbul dan latar.

Hal ini merupakan salah satu proses persepsi menarik dan paling pokok.

Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan

perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan

rangsangan atau gejala lainnya berbeda di latar belakang.

c. Kemampuan persepsi

Ada satu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan

perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya. Dunia persepsi diatur menurut

prinsip kemantapan. Dalam persepsi dunia tiga dimensional, faktor ketetapan

memainkan peranan yang penting.

4. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan

data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data

itu ditafsirkan. Persesi pada kelompoknya memberikan arti pada berbagai data

dan informasi yang diterima.

5. Proses pengecekan

Sesudah data diterima dan ditafsirkan, sipenerima mengambil beberapa tindakan

untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini

mungkin terlalu cepat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah

penafsiran atau persepsi dibenarkan atau data baru. Data atau kesan-kesan itu

dapat dicek dengan menanyakan kepada orang-orang lain mengenai persepsi

(27)

6. Proses Reaksi

Tahap terakhir dari proses perceptual ialah bertindak sehubungan dengan apa

yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu

sehubungan dengan persepsinya. Misalnya, seseorang bertindak sehubungan

dengan persepsi yang baik atau yang buruk yang telah dibentuknya. Lingkaran

persepsi ini bisa tersembunyi dan bisa pula terbuka. Tindakan tersembuyi berupa

pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindakan yang terbuka berupa

tindakan nyata sehubungan dengan persepsi itu. Satu gejala yang telah menarik

perhatian sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah “pembentukan kesan”.

2.2. Mutu Pelayanan

Defenisi mutu berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan

pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.

Menurut Wickof (1998) dalam Soejitno (2002) mutu adalah tingkat keunggulan yang

diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan

pelanggan.Baik tidaknya mutu tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam

memenuhi harapan pelanggannya secara konsiten.

Menurut Al-Assaf (2002) mutu adalah melakukan hal yang benar sejak

pertama kali dan melakukannya lebih baik lagi pada saat yang beikutnya. Sedangkan

pendapat lainnya mengatakan mutu adalah memenuhi persyaratan yang diminta

konsumen, baik konsumen internal maupun eksternal dalam hal layanan dan produk

yang bebas cacat. Selaras dengan pendapat tersebut mengatakan bahwa mutu adalah

(28)

sepenuhnya memuaskan permintaan mereka. Pendapat lainnya menyebutkan mutu

adalah suatu proses pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen baik internal

maupun eksternal. Mutu juga dapat dikaitkan sebagai suatu proses perbaikan yang

bertahap dan terus menerus.

Beberapa pendapat lainnya tentang mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri

dari suatu barang atau jasa yang dihasilkan, yang didalamnya terkandung sekaligus

pengertian akan adanya rasa aman dan/atau terpenuhinya kebutuhan para pengguna

barang atau jasa yang dihasilkan tersebut (Azrul,2001). Roberts dan Provost dalam

Azrul (2001) dimensi mutu yang dianut antara pemakai jasa, penyelenggara

pelayanan kesehatan, penyandang dana pelayanan kesehatan adalah sangat

berbeda-beda dimana menurut dimensi pemakai jasa pelayanan kesehatan mutu pelayanan

kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan

pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan pasien, keprihatinan dan

keramahtamahan petugas dalam melayani pasien dan atau kesembuhan penyakit yang

sedang diderita oleh pasien.

Menurut Soejitno, (2002) dimensi penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu

pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang

diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan tehnologi kedokteran mutakhir

dan/atau adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan

sesuai dengan kebutuhan pasien. Sedangkan menurut dimensi penyandang dana

pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efisiensi

pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan, kesehatan, dan/atau kemampuan

(29)

Pemenuhan kebutuhan (bukan keinginan konsumen) adalah hal yang harus dilakukan,

tentu saja masalah keterjangkauan dan ketersediaan sumber daya harus

dipertimbangkan. Kebutuhan dan harapan konsumen internal dan eksternal juga harus

dipelajari. Staf dan pegawai merupakan konsumen internal bagi administrasi dan

kebutuhan serta harapan mereka harus diketahui dan dipelajari serta setiap upaya

harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ini Konsumen eksternal pada dasarnya

diwakili pasien, tetapi entitas lain yang terkait dengan organisasi tersebut juga harus

diselidiki dan dipelajari untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta

harapan mereka.

Mutu pelayanan atau jasa merupakan suatu kajian yang sangat menarik

sehingga banyak para ahli yang menganalisanya antara lain model kesenjangan (Gap

Model) dari parasuraman (dalam Tjiptono,2004) yaitu kehandalan (reliability),

ketanggapan (responsiveness), jaminan (ansurance), empati (empathy) dan bukti fisik

(tangible), sedangkan model dimensi kualitas dari Gonroes (dalam Tjiptono 2004)

lebih menekankan evaluasi kualitas jasa dari aspek output, proses, dan citra (result

and process-oriented)

2.3. Kepuasan Pelayanan 2.3.1. Pengertian Kepuasan

Pasien selaku pengguna jasa menuntut pelayanan yang berkualitas dari rumah

sakit. Dahulu pasien menggunakan jasa rumah sakit demi kesembuhan mereka saja.

Sekarang pasien lebih bersifat kritis, terinformasi dan menuntut serta lebih

(30)

kebutuhan yang ingin dipenuhi selain kesembuhan mereka. Kondisi inilah yang

menyebabkan rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas

kepada pasien sehingga mereka merasa puas dan berkeinginan menggunakan rumah

sakit yang sama jika suatu waktu mereka diharuskan dirawat di rumah sakit

(Ayuningtyas dkk, 2005).

Lewis dkk (1996) menyatakan bahwa kepuasan pengguna pelayanan

kesehatan (dalam hal ini adalah pasien) mempunyai kaitan dengan hasil pelayanan

kesehatan yang penting baik secara medis maupun secara ekonomis seperti kepatuhan

terhadap pengobatan, pemahaman terhadap informasi medis, dan kelangsungan

perawatan. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan merupakan salah satu

aspek yang sangat penting bagi pasien itu sendiri dan bagi perawat yang merawatnya

serta rumah sakit sebagai tempat yang memberikan pelayanan kepada pasien.

Engel dkk (1995) mengemukakan bahwa kepuasan konsumen merupakan

faktor dasar yang menentukan proses pembelian selanjutnya. Kepuasan dibentuk dari

harapan atau kepercayaan pasien atas apa yang akan diterimanya dari jasa yang

dipilihnya. Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh pasien akan

mempengaruhi pemikiran pasien dalam menggunakan rumah sakit yang sama dimasa

yang akan datang.

Kotler (1995) menyatakan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesan terhadap kinerja (hasil) suatu

produk atau jasa dengan harapan yang dimiliki. Apabila kinerja yang dihasilkan suatu

produk atau jasa berada di bawah harapan maka konsumen merasa kecewa dan tidak

(31)

memenuhi atau melampaui harapan maka konsumen akan merasa puas. Begitu juga

perasaan pasien terhadap kinerja yang dihasilkan oleh perawat. Jika perawat

menghasilkan kinerja yang memenuhi atau melampaui harapan dari pasiennya dengan

memberikan pelayanan yang baik maka pasien akan merasakan kepuasan yang tinggi.

Pasien yang merasakan kepuasan yang tinggi akan menciptakan kelekatan emosional

terhadap rumah sakit tersebut. Hal ini dapat menyebabkan pasien menjadi pelanggan

setia di rumah sakit tersebut. Tetapi sebaliknya jika kinerja perawat dalam

memberikan pelayanan kepada pasiennya buruk maka pasien merasakan

ketidakpuasan dan hal ini akan mempengaruhi penilaian pasien terhadap pelayanan

yang diberikan oleh rumah sakit terutama perawat yang merawatnya.

Lefrancois (1990) menyatakan bahwa kepuasan merupakan kebutuhan dasar

yang dapat digambarkan sebagai suatu hal yang menyenangkan. Kebutuhan dasar ini

muncul karena adanya dorongan-dorongan tertentu yang harus disalurkan. Rasa puas

akan muncul jika dorongan tersebut dapat disalurkan dan sebaliknya jika dorongan

tersebut tidak disalurkan maka akan muncul perasaan tidak puas. Tjiptono (dalam

Musanto, 2004) mengatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan adalah respon

pelanggan terhadap evolusi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan

sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan. Persaingan yang semakin ketat

ini menyebabkan banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen termasuk rumah sakit yang berusaha memberikan pelayanan

terbaik kepada pasien selaku konsumen sehingga pasien merasa puas dengan

(32)

Kepuasan yang dialami oleh pasien berkaitan dengan hasil pelayanan yang

diberikan oleh perawat. Pasien sebagai konsumen akan merasa puas bila diberi

pelayanan yang baik dan diperlakukan dengan baik serta mendapatkan kemudahan

dalam pelayanan. Swastha dan Handoko (1997) juga menyatakan bahwa kepuasan

konsumen akan mempengaruhi dalam pengambilan ulang atau pembelian yang

sifatnya terus menerus terhadap pembelian jasa yang sama dan juga akan

mempengaruhi ucapan konsumen kepada pihak lain atau pihak luar tentang jasa yang

dihasilkan. Rumah sakit selaku produsen jasa dan pasien selaku pengguna jasa rumah

sakit mengharapkan adanya hubungan timbal balik yang seimbang diantara keduanya.

Selain itu kepuasan tidak semata-mata didapatkan dari kualitas jasa yang ditawarkan

tetapi juga melalui pelayanan yang diberikan dengan memperhatikan keinginan dan

menyesuaikan dengan kebutuhan serta harapan konsumen. Rumah sakit dan perawat

dituntut untuk memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada pasien dengan

memperhatikan apa yang menjadi keinginan, kebutuhan, dan harapan dari pasiennya

sehingga pasien merasa puas dan menggunakan rumah sakit yang sama dikemudian

hari jika pasien diharuskan dirawat di rumah sakit. Pasien yang merasa puas dengan

pelayanan yang diberikan perawat dan rumah sakit akan merekomendasikan kepada

pihak lain sehingga pihak lain bisa menggunakan rumah sakit yang sama. Dalam hal

ini kepuasan yang dirasakan oleh pasien tidak semata-mata didapat dari kualitas jasa

yang diberikan oleh rumah sakit tetapi juga dari pelayanan yang diberikan oleh

perawat.

Engel dkk (dalam Widyaratna dkk, 2001) menyatakan bahwa kepuasan pasien

(33)

sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan dari pasien. Pasien yang dirawat di rumah

sakit melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang diterimanya dan dari evaluasi

itulah pasien mengetahui apakah mereka merasa puas dengan pelayanan yang

diberikan perawat atau tidak. Bagi pasien, kepuasan selalu dikaitkan dengan

lingkungan rumah sakit, suhu udara, kenyamanan, kebersihan, kecepatan pelayanan,

ramahnya perawat dan perhatian dari perawat. Pelayanan yang diberikan oleh perawat

yang tidak sesuai dengan harapan pasien akan menimbulkan ketidakpuasan.

2.3.2. Aspek-Aspek Kepuasan

Kepuasan yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek yang sangat penting

bagi kelangsungan suatu rumah sakit. Junadi (dalam Sabarguna, 2004)

mengemukakan bahwa kepuasan pasien adalah nilai subjektif terhadap kualitas

pelayanan yang diberikan. Penilaian subjektif tersebut didasarkan pada pengalaman

masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan pada waktu

itu.

Sabarguna (2004) menyatakan ada beberapa aspek yang mempengaruhi

kepuasan pasien yaitu :

a. Aspek kenyamanan, meliputi lokasi rumah sakit, kebersihan rumah sakit,

kenyamanan ruangan yang akan digunakan pasien, makanan yang dimakan

pasien, dan peralatan yang tersedia dalam ruangan.

b. Aspek hubungan pasien dengan petugas rumah sakit, meliputi keramahan petugas

rumah sakit terutama perawat, informasi yang diberikan oleh petugas rumah sakit,

(34)

c. Aspek kompetensi teknis petugas, meliputi keberanian bertindak, pengalaman,

gelar, dan terkenal.

d. Aspek biaya, meliputi mahalnya pelayanan, terjangkau tidaknya oleh pasien, dan

ada tidaknya keringanan yang diberikan kepada pasien.

2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan

Griffith (dalam Leger, dkk, 1992) mengemukakan beberapa faktor yang

mempengaruhi perasaan puas pada seseorang yaitu :

a. Sikap dan pendekatan petugas rumah sakit kepada pasien yaitu sikap petugas

rumah sakit kepada pasien ketika pasien pertama kali datang di rumah sakit,

keramahan yang ditunjukkan petugas rumah sakit, dan kecepatan penerimaan

pasien yang datang ke rumah sakit.

b. Kualitas pelayanan perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah

dilakukan oleh pemberi layanan kepada pasien berupa pelayanan perawatan yang

berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan

kelangsungan perawatan pasien selama berada di rumah sakit.

c. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien mulai

masuk rumah sakit, selama perawatan berlangsung, dan ketika keluar dari rumah

sakit, kecekatan petugas dalam melayani pasien, dan penjelasan rincian biaya

yang digunakan pasien selama berada di rumah sakit.

d. Fasilitas-fasilitas yang disediakan rumah sakit yaitu fasilitas ruang inap, kualitas

makanan, kebersihan ruangan, kenyamanan ruangan, dan lokasi rumah sakit.

Kepuasan yang dialami oleh pasien sebagai pengguna jasa rumah sakit hanya

(35)

rumah sakit terutama perawat yang merawat pasien dengan pasien yang dilayani

(Kotler, 1995). Selain itu jika pasien merasakan kepuasan terhadap pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit maka pasien akan memberitahukan kepada teman,

keluarga, maupun tetangganya tentang pelayanan yang didapatkannya sehingga

teman, tetangga atau keluarganya juga akan menggunakan jasa rumah sakit yang

sama. Oleh sebab itu, rumah sakit harus dapat meningkatkan kinerja dari para

perawatnya sehingga para perawat di rumah sakit tersebut dapat memberikan

pelayanan yang berkualitas kepada pasien yang menggunakan jasa rumah sakit

tersebut (Kotler, 1995).

2.4. Jaminan Kesehatan Masyarakat

Adalah jaminan kesehatan masyarakat dan merupakan program bantuan sosial

kepada masyarakat miskin dan kurang mampu di bidang pelayanan kesehatan.

Adapun yang menjadi tujuan dan sasaran dari Jamkesmas sebagai berikut :

a. Tujuan Umum Yaitu untuk meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap

seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan

masyarakat yang optimal secara efesien dan efektif.

b. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari Jamkesmas adalah :

1. Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat

pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan Rumah Sakit.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin

(36)

4. Sasaran Sasaran program jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak

mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang

sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya (Depkes, 2008).

2.5. Jaminan Kesehatan Aceh 2.5.1. Latar Belakang JKA

Ada beberapa latar belakang dibentukan Jaminan Kesehatan Aceh, yaitu

(Depkes Aceh, 2010) :

1. Amanat UUD 45 pasal 28H ayat 1 memberikan hak kepada penduduk untuk

mendapatkan palayanan kesehatan. Harus dipahami bahwa hak rakyat tersebut

bukanlah hak alamiah yang dapat diperoleh tanpa ada kewajiban. Hak rakyat atas

layanan kesehatan diperoleh setelah rakyat melaksanakan kewajiban seperti

membayar pajak dan iuran jaminan sosial. Oleh karenanya hak atas pelayanan

kesehatan tersebut telah dirumuskan lebih lanjut dengan pasal 34 ayat 2 UUD 45

yang memerintahkan negara untuk mengembangkan Sistem Jaminan Sosial untuk

Seluruh Rakyat. Amanat UUD 45 ini telah dijabarkan dengan lebih rinci dalam

Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN), yang mewajibkan rakyat yang mampu untuk membayar iuran jaminan

sosial, diantaranya jaminan bantuan iuran, yang sifatnya sementara sampai rakyat

mampu, guna mendapatkan jaminan kesehatan.

2. Amanat Undang-Undang No. 11 tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh yang

(37)

Aceh memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada penduduk

Aceh terutama penduduk miskin, fakir miskin, anak yatim dan terlantar.

3. Upaya pemerintah menjamin penduduk miskin dan kurang mampu melalui

program Jamkesmas yang mencapai 61% penduduk masih terbatas pada fasilitas

kesehatan publik. Selain itu, terbatasnya obat-obatan dan layanan yang dijamin

membuat penduduk miskin dan kurang mampu masih belum sepenuhnya terbebas

dari pengeluaran biaya.

4. Masih ada 29% penduduk Aceh yang tidak memiliki jaminan sama sekali,

meskipun sebagian dari mereka mampu membayar biaya berobat yang relatif

murah terutama untuk rawat jalan, namun sebagian besar mereka tidak sanggup

membayar biaya rawat inap yang dapat melampaui kemampuan bayarnya.

5. Berdasarkan kondisi di atas, maka Pemerintah Aceh merancang Jaminan

Kesehatan Aceh (JKA) untuk mendorong terlaksananya sistem penyelenggaraan

jaminan kesehatan di Aceh.

2.5.2. Tujuan Jaminan Kesehatan Aceh

Adapun tujuan Pemerintah Aceh merancang Jaminan Kesehatan Aceh (JKA),

yaitu (Depkes Aceh, 2010) :

1. Tujuan Umum

Mewujudkan jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Aceh yang

berkeadilan, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, jenis kelamin dan

(38)

2. Tujuan Khusus

a. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkeadilan dan merata bagi seluruh

penduduk Aceh.

b. Menjamin akses pelayanan bagi seluruh penduduk dengan mencegah terjadinya

beban biaya kesehatan yang melebihi kemampuan bayar penduduk.

c. Menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dari pelayanan kesehatan

primer/tingkat pertama sampai pelayanan rujukan yang memuaskan rakyat, tenaga

kesehatan, dan Pemerintah Aceh.

d. Mewujudkan reformasi sistem pembiayaan dan pelayanan kesehatan di Aceh

secara bertahap.

2.5.3. Kebijakan Operasional

Kebijakan operasional dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Aceh,

yaitu (Depkes Aceh, 2010) :

1. Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) adalah jaminan sosial bidang kesehatan untuk

pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk dalam rangka mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat Aceh secara optimal dan komprehensif.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat menjadi tanggung jawab Pemerintah,

Pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten /Kota, dan berkewajiban memberikan

kontribusi bersama sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal.

3. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada penduduk mengacu pada

prinsip-prinsip:

a. Prinsip kegotong-royongan di masa depan yang dimulai oleh bantuan iuran

(39)

mendapat bantuan iuran dari Pemerintah Aceh untuk menjadi peserta JKA.

Dikemudian hari, seluruh penduduk Aceh harus bergotong-royong dengan

wajib mengiur dana untuk jaminan kesehatan bagi dirinya. Sebagaimana

diatur UU SJSN, iuran wajib akan mewujudkan kegotong-royongan dari

peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu; peserta yang

berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang sehat

membantu yang sakit.

b. Prinsip Keadilan dan Jaminan yang sama. Seluruh penduduk Aceh harus

mendapat jaminan kesehatan yang sama, tanpa memandang pekerjaan

penduduk Aceh, tingkat sosial ekonomi, atau latar belakang etnik, budaya,

agama, jenis kelamin dan usia.

c. Prinsip nirlaba. Pengelolaan iuran dari peserta dan bantuan iuran dari

pemerintah Aceh tidak dimaksudkan untuk mencari laba (nirlaba) bagi Badan

Penyelenggara Jaminan Kesehatan.

d. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efesiensi dan efektivitas.

Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan

pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta (termasuk bantuan iuran dari

Pemerintah Aceh) dan hasil pengembangannya. Seluruh pemangku

kepentingan seperti pejabat Pemerintah Aceh, pejabat rumah sakit, tokoh

masyarakat, pengusaha membayar iuran dan sebagainya harus mendapat askes

tentang penggunaan dana JKA.

e. Prinsip portabilitas. Jaminan kesehatan harus berkelanjutan mulai dari

(40)

berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Aceh atau bepergian

sementara ke luar Aceh, misalnya dalam menempuh pendidikan atau tugas di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

f. Prinsip cakupan semesta. Program JKA pada prinsipnya menjamin seluruh

penduduk Aceh. Pada 3 tahun pertama iuran premi dibayar oleh Pemerintah

Aceh dan Kabupaten/Kota. Pada tahap selanjutnya penduduk Aceh yang

bekerja mandiri dan memiliki kemampuan ekonomi wajib mengiur. Penduduk

miskin dan hampir miskin mendapat bantuan iuran dari Pemerintah Aceh dan

Kabupaten /Kota.

g. Prinsip pelayanan yang menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan kebutuhan

pelayanan medis.

h. Prinsip pelayanan berkualitas sesuai dengan standar pelayanan medis dan

standar pelayanan minimal (SPM).

i. Prinsip pelayanan terstruktur dan berjenjang mulai dari pelayanan rawat jalan

primer sampai pelayanan tersier baik di fasilitas kesehatan publik maupun

swasta yang dikontrak oleh BPJKA.

2.5.4. Ketentuan Umum Kepesertaan

Ketentuan umum dalam kepesertaan Jaminan Kesehatan Aceh adalah (Depkes

Aceh, 2010) :

1. Penduduk Aceh adalah masyarakat yang berdomisili di Aceh yang memiliki :

a. Kartu Tanda Penduduk (KTP) Aceh dan Kartu Keluarga (KK) Aceh, atau

(41)

2. Peserta Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) adalah seluruh penduduk Aceh tidak

termasuk Peserta Askes Sosial, Pejabat Negara yang iurannya dibayar Pemerintah

dan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek.

a. Peserta Askes Sosial adalah Pegawai Negeri Sipil, Pensiunan Pegawai Negeri

Sipil, Pensiunan TNI/Polri, Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan anggota

keluarga, dokter PTT dan Bidan PTT.

b. Peserta JPK Jamsostek adalah peserta yang mendapat jaminan kesehatan

sesuai dengan Peraturan dan Per Undang-Undangan.

3. Peserta JKA digolongkan dua jenis kepesertaan yaitu:

a. Peserta JKA Jamkesmas adalah peserta yang bersumber dana dari Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN) diperuntukkan bagi penduduk miskin

sesuai kriteria yang ditetapkan oleh Jamkesmas.

b. Peserta JKA Non Jamkesmas adalah peserta yang jaminan kesehatan

bersumber dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA)

diperuntukkan bagi penduduk yang tidak terjamin melalui asuransi kesehatan

sosial PT. Askes dan JPK Jamsostek. Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan

Polisi Republik Indonesia (Polri) yang memiliki KTP Aceh termasuk peserta

JKA.

4. Peserta JKA Jamkesmas berhak mendapatkan jaminan kesehatan Aceh melalui

integrasi pembiayaan kesehatan antara APBN dan APBA.

2.5.5. Sosialisasi Program

Adapuan tujuan dilakukannya sosialisasi program JKA dan media yang

(42)

1. Agar masyarakat Aceh memperoleh informasi tentang Jaminan Kesehatan Aceh,

mengetahui hak dan kewajiban, mengetahui prosedur serta ketentuan lain yang

haru dipahami, maka harus dilakukan sosialisasi dan pemberian informasi

langsung dan tidak langsung.

2. Media yang digunakan untuk sosialisasi dapat melalui media televisi, radio, surat

kabar, spanduk, poster, leaflet, penyuluh langsung (antara lain: Walikota dengan

wartawan, pengumuman melalui mesjid, kesenian tradisional Aceh, Penyuluh

Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit), dan media lainnya.

3. Sosialisai melalui spanduk digunakan untuk penyampaian informasi dasar/pokok

berupa beberapa bentuk pesan singkat yang dipasang pada tempat-tempat strategis

seperti jalan protokol, kantor Pemda, RS, Puskesmas dan Kecamatan.

4. Sosialisasi melalui poster digunakan untuk penyampaian informasi yang lebih

lengkap tentang program JKA, hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan.

Poster dipasang pada tempat-tempat yang strategis frekuensi di ibu kota

kabupaten/kota, kecamatan dan desa.

5. Sosialisasi melalui leaflet dilakukan untuk menjamin seluruh peserta telah

memahami hak, kewajiban dan prosedur kepesertaan serta pelayanan. Leaflet

dibagikan kepada seluruh peserta bersamaan dengan pendistribusian kartu peserta.

6. Selain itu juga dilakukan sosialisasi langsung melalui kegiatan penyuluhan

tingkat kecamatan yang melibatkan unsur muspika, kepala desa dan bidan desa.

7. Permintaan informasi juga bisa dilayani melalui media yang ada di Dinas

(43)

8. Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan sosialisasi menjadi beban

anggaran pelayanan kesehatan tidak langsung.

2.6. Landasan Teori

Engel dkk (dalam Widyaratna dkk, 2001) menyatakan bahwa kepuasan pasien

merupakan evaluasi setelah pemakaian dimana pelayanan yang diberikan

sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan dari pasien. Pasien yang dirawat di rumah

sakit melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang diterimanya dan dari evaluasi

itulah pasien mengetahui apakah mereka merasa puas dengan pelayanan yang

diberikan atau tidak.

2.7. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian maka dapat

digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut.

Persepsi Pasien Peserta JKA Terhadap Pelayanan di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Langsa :

1. Pelayanan administrasi 2. Pemeriksaan oleh dokter 3. Perawatan di ruang perawatan 4. Pemeriksaan penunjang diagnostik 5. Tindakan medis

Kepuasan Pasien Peserta JKA terhadap

Pelayanan

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.3Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

sectional (sekat silang) untuk mengetahui persepsi pasien peserta jaminan kesehatan

aceh terhadap mutu dan kepuasan pelayanan di Ruang Rawat Inap RSUD Kota

Langsa tahun 2011.

3.4Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Kota Langsa. Pemilihan lokasi ini dipilih dengan alasan bahwa : RSUD Kota

Langsa merupakan salah satu Rumah Sakit yang menerima pasien yang

menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Dari hasil survei awal diketahui

bahwa layanan kesehatan bagi pasien peserta JKA dinilai kurang optimal, hal ini

ditandai dengan adanya keluhan pasien peserta JKA terhadap layanan RSUD Kota

Langsa. Beberapa keluhan masyarakat yang sudah diterima selama ini diantaranya

adalah keterlambatan dokter dalam menangani pasien, kurangnya perhatian perawat

terhadap pasien atau dinilai sering “menelantarkan” pasien-pasiennya, kekurangan

obat dan penempatan pasien yang kurang layak di rumah sakit.

3.2.2. Waktu

(45)

3.5.Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien peserta JKA yang dirawat

inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa. Berdasarkan data rekam medik

RSUD Kota Langsa diperoleh jumlah rata-rata pasien peserta JKA yang dirawat inap

pada bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Mei 2011 sebanyak 426 pasien.

3.3.2 Sampel

Riduwan (2008) menyatakan “untuk menentukan berapa minimal sampel

yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui, dapat digunakan rumus Taro

Yamane”, seperti berikut ini :

n =

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel (n) sebagai berikut :

 

2

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pasien

pengguna JKA yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa yaitu

(46)

Responden pada penelitian ini adalah keluarga pasien yang mendampinginya selama

dirawat di rumah sakit.

3.6. Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah persepsi pasien terhadap pelayanan

dan kepuasan pasien peserta JKA di ruang rawat inap RSUD Kota Langsa yang

diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data,

dokumen dan laporan yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa,

literature, serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian ini.

3.5. Defenisi Operasional

1. Pelayanan adalah tindakan yang dirasakan oleh responden dalam layanan

kesehatan rawat inap bagi peserta JKA yang meliputi : pelayanan administrasi,

pemeriksaan oleh dokter, perawatan di ruang perawatan, pemeriksaan penunjang

diagnostik, dan tindakan medis.

a. Pelayanan administrasi adalah persepsi responden terhadap pelayanan dalam

penggurusan administrasi bagi pasien peserta JKA.

b. Pemeriksaan oleh dokter adalah persepsi responden terhadap pelayanan yang

diberikan dokter dalam melakukan pemeriksaan pasien selama rawat inap.

c. Perawatan di ruang perawatan adalah persepsi responden terhadap pelayanan

(47)

d. Pemeriksaan penunjang diagnostik adalah persepsi responden terhadap

kelengkapan perawatan dan kecanggihan peralatan medis yang dipakai dalam

memeriksa pasien.

e. Tindakan medis adalah persepsi responden terhadap pelayanan yang diberikan

dokter dalam meberikan pengobatan dan pertolongan untuk meningkatkan

kepulihan pasien.

2. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa responden yang berasal dari

perbandingan antara kesan terhadap pelayanan dengan harapan yang dimiliki

selama pasien dirawat inap.

3.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 3.6.1. Uji Validitas

Kuesioner yang dijadikan instrumen pengumpulan data diuji terlebih dahulu

dan uji validitas internal yaitu menguji validitas setiap butir pertanyaan. Pengujian

validitas penelitian ini dilakukan dengan mengambil responden yang tidak termasuk

dalam sampel penelitian. Umar (2004) mengatakan bahwa jumlah responden untuk

uji coba disarankan minimal 30 orang agar distribusi skor (nilai) akan mendekati

kurva normal.

Pengujian validitas menggunakan koefisien korelasi pearson (pearson’s

product moment coefficient of correlation) yang diolah dengan menggunakan

program SPSS 13.0. Dasar keputusan uji validitas dalam penelitian ini adalah dengan

membandingkan p-value kurang dari alpha 0,05 maka item pertanyaan dikatakan

(48)

valid. Dasar pengambilan keputusan uji validitas juga dilakukan dengan

membandingkan koefisien korelasi dengan angka kritis (r-tabel=0,361). Jika koefisien

korelasi lebih besar dari r-tabel maka item pernyataan valid, sebaliknya jika koefisien

korelasi kurang dari r-tabel maka item pernyataan tidak valid.

3.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan Alpha Cronbach untuk

mengetahui konsistensi internal antar variabel dalam instrumen. Dengan kata lain, uji

reliabilitas akan mengindikasikan apakah instrumen-instrumen yang dipergunakan

dalam penelitian ini layak dan berkaitan atau tidak. Dalam metode Alpha Cronbach

telah ditentukan bahwa jika nilai Alpha Cronbach mendekati 1, maka hal ini

menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan sudah sangat baik (reliable) atau

jawaban responden akan cenderung sama walaupun diberikan kepada responden

tersebut dalam bentuk pertanyaan yang berbeda (konsisten), sedangkan jika berada di

atas 0.8 adalah baik, tetapi bila berada di bawah nilai 0.6 tidak baik atau tidak reliabel

(49)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Untuk Mutu Pelayanan dan

Pengukuran persepsi responden terhadap mutu pelayanan (pelayanan

administrasi, pemeriksaan oleh dokter, perawatan di ruang perawatan, pemeriksaan

penunjang diagnostik, tindakan medis, dan pemberian obat standar) dan kepuasan

pasien peserta JKA adalah dengan menggunakan instrumen kuesioner yang disusun

dengan pertanyaan yang bersifat tertutup. Skala yang dipakai dalam penyusunan

kuesioner adalah skala ordinal atau sering disebut skala Likert, yaitu skala yang berisi

(50)

Mutu Pelayanan Kepuasan Terhadap Pelayanan 1 = Sangat kurang baik

2 = Kurang baik 3 = Bisa-biasa saja 4 = Baik

5 = Sangat baik

1 = Sangat kurang puas 2 = Kurang puas 3 = Bisa-biasa saja 4 = Puas

5 = Sangat puas

3.8 Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan

lengkap jelas jawaban dari responden dan relevan dengan pertanyaan.

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.

Gunanya untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga entri data.

c. Processing

Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entry data dari kuesioner ke

dalam program komputer.

d. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada

kesalahan atau tidak.

e. Tabulating adalah penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan,

(51)

3.8.2 Analisis Data

Data yang dikumpulkan diperoleh secara manual dengan menggunakan

kuesioner kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Umum Kota Langsa

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa (RSUD Kota Langsa) didirikan

pada tahun 1915 oleh Pemerintah Kolonial Belanda diatas arela tanah seluas ± 35.800

m2, yang merupakan Rumah Sakit rujukan atas mata rantai system kesehatan di

Pemerintah Kota Langsa. Berdasarkan SK Menkes Republik Indonesia No.

51/Men.Kes/SK//II/1979 tanggal 22 Februari 1979 diberikan status menjadi Rumah

Sakit dalam klasifikasi type C, kemudian pada tahun 1997 ditingkatkan klasifikasinya

menjadi Rumah Sakit tipe B Non pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 479/Men.Kes/SKV/1997 tanggal 20 Mei 1997.

Kemudian berdasarkan Kepres No. 40 tahun 2001 berubah status menjadi Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Langsa dan telah juga ditetapkan dengan Qanun

Pemerintah Kota Langsa No. 5 Tahun 2005, dan Qanun Pemerintah Kota Langsa No.

10 Tahun 2009 tentang rincian pokok dan fungsi pemangku jabatan struktural di

Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.

4.1.2. Letak Geografis

Kota Langsa merupakan bagian dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

terletak pada 040 24’35,68’’ - 040 33’27,03’’ Lintang Utara dan 970 53’14,59 – 980

04’42,18’’ Bujur Timur. Luas Wilayah keseluruhan 262,41 km2, panjang garis pantai

Gambar

Tabel 3.1.  Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Untuk Mutu Pelayanan dan Kepuasan Pelayanan
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di RSUD Kota Langsa Tahun 2011
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Mutu Pelayanan Administrasi Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Mutu Layanan Administrasi Di RSUD Kota Langsa Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

After analyzing the data, the writer found that the teacher neither provided the students with enough comprehensible verbal input nor created enough modified

In this “She Dwelt among the Untrodden Ways” poem by William Wordsworth, the writer found some words that has symbol meaning of words which are related with this study.. The

Dari Gambar 8 dan 9 terlihat bahwa uap superheat yang tidak dialirkan temperaturnya akan lebih tinggi di bagian ruang antar Sirip (T2) di- bandingkan dengan yang

Faisal, 2011, TUGAS AKHIR : Analisa Perbandingan Pengaruh Pembebanan Resistif, Induktif, Kapasitif Dan Kombinasi Beban R L C Terhadap Regulasi Tegangan Dan

Dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan didukung dengan landasan teori maka penelitian Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kegawatdarutan Pada Balita Dengan Tindakan

Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki ciri-ciri kepribadian pokok sebagai berikut: (1) memiliki potensi akal untuk berpikir rasional dan mampu menjadi hidup

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Diet Rendah Purin Terhadap Kepatuhan Penderita Asam Urat Adapun skripsi ini bukan milik

basmalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTsN