• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Hidup Pada Waria

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Makna Hidup Pada Waria"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA HIDUP PADA WARIA

SKRIPSI

Guna memenuhi Persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

RENIATI REGINA KABAN

031301031

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Terima kasih Bapa yang baik atas perlindungan dan penyertaan-Mu dalam tiap langkahku yang memberikan kebahagiaan dalam hidupku dan mendewasakanku ditiap langkahku suka dan duka. Membuatku mengerti akan arti kebesaran-Mu.

Penulis pun tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Mereka yang dapat penulis sebutkan adalah:

1. Prof. Dr. Chaerul Yoel, Sp. A. (K). selaku Dekan Fakultas Psikologi USU. 2. Dosen pembimbingku Kak Arliza Juairiani, M.Si, yang selalu semangat. 3. bagian pendidikan yang bersedia membantu dan selalu mengikatkan, dan

memberi semangat, thanks for all.

4. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan doa dan materi yang berkecukupan. Adik-adikku yang kucintai Naldi, Ijal, Molek, Aban dan Dombat.

5. Teman-teman labsosku yang keren-keren abis (ya ampun pren seneng BGT atu kelompok ma loe semua  b’met, k’geryn, rima, mimi, nella and bobby, yuk mari membudidayakan gay…).

6. Temen seperjuangan dalam pertempuran di bagian klinis, semangat yo. 7. My pren Rahmi Sop, weis makasi banyak ya pren buat semua semangat,

(3)

hedonistik yang selama ini kita jalani bersama dan buat semangat dan optimis yang udah lo bagi buat ane, kapan lagi ne jalan rencananya.

8. Itink Island yang kucintai tempat aku dapat mengeluarkan semua inspirasi dan kreativitasku pada waktu yang tepat hingga aku juga perlu mengajari adik-adikku untuk tahu waktu yang tepat ( Itingna, Rospit, Keke, Tina, Marta, Mega, Ika, Iin1, Iin2, Irma, Eli).

9. Ps. Gloria maapkan saya yang agak sedikit menelantarkanmu, saya sangat sangat sangat senang sekali dapat bergabung didalamnya, penuh dengan orang-orang yang keren abis dengan karakter yang artis banget semuanya (sok artis).

10.Teman-temanku yang diluar dunia perkampusan Psikologi, tempatku berlari dan bersembunyi dari apa yang ingin kujumpai dan menghilang dari apa yang kuinginkan, tempatku berbagi cita-citaku yang ingin kucapai tapi kutinggalkan, makasi ya teman selalu membuatku menjadi teman yang berguna (riapul&sabrina, lora keriting, wien, benni, cik).

11.Hery my W, thanks ya mas-jeng buat semua info dan inspirasinya, jangan marah lagi dong pren.

12.Kelompok Lingkunganku yang tercinta yang sudah bersusah payah dan berjungkir balik, ketawa dan marah serta gosip barengnya hingga menghasilkan B+ wois satu prestasi ne buk (surti, k’geryn, k’inri, k’ola, and tio).

(4)

Penulis menyadari bahwa proposal ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis mengucapkan, terima kasih.

Medan, Desember 2008

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Makna Hidup ... 10

B. Pengertian Life Regard Index ... 14

C. Penelitian Yang Mendukung ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Pertanyaan Penelitian ... 18

B. Variabel Penelitian ... 18

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 18

1. Makna Hidup ... 18

D. Subjek Penelitian ... 19

1. Populasi dan Sampel ... 19

(6)

3. Jumlah Sampel ... 20

E. Metode Pengumpulan Data ... 21

1. Skala LRI ... 22

2. Uji Coba Alat Ukur ... 22

a. Validitas Alat Ukur ... 23

b. Uji Daya Beda Aitem ... 23

c. Reliabilitas Alat Ukur ... 24

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 24

1. Hasil Uji Coba LRI ... 25

G. Prosedur Penelitian ... 25

1. Tahap Pembuatan Alat Ukur ... 25

a. Tahap Uji Coba Skala... 25

b. Tahap Revisi Alat Ukur ... 26

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 26

3. Tahap Pengolahan Data Penelitian ... 27

H. Metode Analisis Data ... 28

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA A. Gambaran Subjek Penelitian ... 28

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 28

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan ... 29

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan ... 29

B. Hasil Penelitian ... 29

1. Hasil Utama Penelitian ... 29

(7)

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 37

B. Diskusi ... 39

C. Saran ... 45

1. Saran Metodologis ... 45

2. Saran Praktis ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN A ... 50

(8)

BAB I PENDAHULUAN

I. A. Latar Belakang Masalah

Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan kaum waria yang sesungguhnya. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih disayangkan lagi, ketidaktahuan mereka atas fenomena tersebut bukannya membuat mereka mencoba belajar tentang apa, bagaimana, mengapa dan siapa melainkan justru melakukan penghukuman dan penghakiman yang sering kali menjurus pada tindakan biadab dan mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan (Nadia, 2005).

Waria dalam konteks psikologis termasuk dalam transeksualisme, yakni seseorang yang secara jasmani jenis kelaminnya jelas dan sempurna, namun secara psikis cenderung menampilkan diri sebagai lawan jenis (Koeswinarno, 2004). Transeksual menurut Carroll (dalam Davidson, Neale dan Kring, 2004) merupakan individu dengan gangguan identitas gender yang umumnya dimulai sejak kecil dimana ia merasa dan meyakini bahwa dirinya adalah jenis kelamin yang berkebalikan dengan keadaannya yang sebenarnya. Perasaan ini terus berlanjut hingga masa dewasa.

(9)

bahwa peran gendernya tidak sesuai dengan jenis kelaminnya. Transeksual ini sendiri dibagi menjadi dua, yaitu male-to-female transsexual (laki-laki yang meyakini bahwa dirinya sesungguhnya adalah seorang perempuan) dan female-to-male transsexual (perempuan yang meyakini bahwa dirinya sesungguhnya adalah seorang laki-laki). Yang dimaksudkan disini adalah male-to-female yang disebut dengan waria.

Penjelasan ini diperkuat dengan adanya penuturan dari Merlyn, Putri Waria Indonesia 2006 (Sopjan, 2006) yang menuturkan :

”Aku adalah perempuan. Perempuan dalam jiwa. Ragaku adalah laki-laki. Dan aku tetap merasa perempuan. Tak ada yang salah. Yang salah cuma orang tidak melihatku lebih dalam. Mereka hanya melihat ragaku. Mereka hanya melihat yang terlihat. Mereka tak mau tahu lebih jauh. Adalah perempuan. Perempuan tanpa vagina.”

Waria sebagai istilah baku dalam tata bahasa Indonesia sebenarnya masih kurang populer di kalangan masyarakat awam. Masyarakat lebih akrab dengan istilah banci atau bencong yang merupakan bagian dari bahasa Indonesia informal (Dede, 2003), yang digunakan untuk sebutan kepada orang (laki-laki atau perempuan) yang berpakaian atau berbicara sebaliknya tidak sesuai dengan kelaminnya.

(10)

tertarik dan mencintai jenis kelamin yang sama secara perasaan (kasih sayang, hubungan emosional) atau secara erotik, baik secara predominan (lebih menonjol) maupun ekslusif (semata-mata) terhadap orang-orang yang berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik (jasmaniah). Seorang homoseksual umumnya, tidak merasa perlu ber-make-up dan berpakaian seperti yang dilakukan oleh waria. Perbedaan yang lain adalah dengan interseks. Dimana interseks adalah keadaan ekstrem interseksualitas dengan gangguan perkembangan pada proses pembedaan kelamin (Nadia, 2005). Demikian juga dengan transvetisme adalah sebuah nafsu yang patologis untuk memakai pakaian dari lawan jenis kelamin yang berbeda, di sini ia akan mendapatkan kepuasan seks namun dia sendiri tetap merasa sesuai dengan jenis kelaminnya. Sementara seorang waria memakai pakaian atau atribut perempuan karena dirinya secara psikis merasakan ”sebagai perempuan” (Koeswinarno, 2004).

Waria adalah laki-laki normal, yang memiliki kelamin yang normal, namun secara psikis mereka merasa dirinya perempuan. Akibat perilaku mereka sehari-hari sering tampak kaku, fisik mereka laki-laki, namun cara berjalan, berbicara dan dandanan mereka mirip perempuan. Dengan cara yang sama dapat dikatakan mereka terperangkap pada tubuh yang salah.

(11)

sekedar menyangkut masalah moral dan perilaku yang dianggap tidak wajar, namun merupakan dorongan seksual yang sudah menetap dan memerlukan penyaluran (Kartono dalam Koeswinarno, 2004). Berbagai dorongan seksual waria belum sepenuhnya dapat diterima oleh masyarakat, secara normatif tidak ada kelamin ketiga di antara laki-laki dan perempuan (Koeswinarno, 2004).

Akibat penyimpangan perilaku yang mereka tunjukkan mereka juga dihadapkan pada konflik sosial dalam berbagai bentuk pelecehan. Belum semua anggota masyarakat termasuk keluarga mereka sendiri, dapat menerima kehadiran seorang waria dengan wajar sebagaimana jenis kelamin lainnya. Kehadiran seorang waria di dalam sebuah keluarga seringkali dianggap sebagai aib, sehingga waria senantiasa mengalami tekanan-tekanan sosial, di dalam pergaulan mereka juga menghadapi konflik-konflik dalam berbagai bentuk, dari cemoohan, pelecehan hingga pengucilan (Koeswinarno, 2004).

Keterpurukan dan diskriminasi yang didapatkan oleh kaum waria juga mencakup permasalahan dalam pekerjaan. Dalam konteks status sosial ekonomi kaum waria dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu waria yang bekerja sebagai pelacur dan waria non pelacur. Kaum waria yang non pelacur biasanya bekerja sebagai penata rias di salon kecantikan, berdagang, ngamen, penyanyi kafe/klub dan lain sebagainya. Pendidikan yang relatif rata-rata rendah, yang biasanya hanya pada tingkat SMP dan SMA menjadi salah satu alasan utama dan sangat klasik mengapa kaum waria hanya dapat bekerja pada bidang-bidang tersebut.

(12)

diri mereka jauh lebih penting dibanding mereka melihat dunia mereka sebagai dunia yang terisolir dan terpojok atau perjuangan kelas dan rasial (Weeks dalam Koeswinarno, 2004). Identitas itu sendiri bukan semata-mata dibentuk secara individual, tetapi juga secara sosial, yakni ketika perilaku seseorang dipresentasikan secara sosial. Laki-laki yang berperilaku sebagai perempuan akan dikatakan sebagai waria, meski dunia waria tidak sesederhana itu, sebaliknya seseorang yang sudah benar-benar mapan dengan kewariaannya, dan kemudian menjadi pelacur, maka bukan waria yang dimaknainya, sebagai identitas melainkan pelacur (Berger dan Luckmann dalam Koeswinarno, 2004).

(13)

memberikan makna dan guna apabila individu dapat mengubah sikap terhadap penderitaan menjadi lebih baik.

Setiap orang menginginkan dirinya menjadi orang yang bermartabat dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitarnya. Kaum waria juga menginginkan bagi dirinya suatu cita-cita dan tujuan hidup yang penting dan jelas yang akan diperjuangkan dengan penuh semangat, sebuah tujuan hidup yang menjadi arahan segala kegiatannya. Ia mendambakan dirinya sebagai orang yang bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, serta menjadi orang yang mampu menentukan sendiri apa yang akan dilakukannya dan apa yang paling baik bagi dirinya dan lingkungannya. Waria pun ingin dicintai dan mencintai orang lain, karena dengan demikian ia akan merasa dirinya berarti dan merasa bahagia.

Menjadi waria adalah suatu proses antara waria dengan ruang sosial di mana ia hidup dan dibesarkan. Proses ini dilalui dengan berbagai tekanan-tekanan sosial untuk kemudian direspon, sehingga pada akhirnya akan membentuk satu makna kehidupan.

Makna hidup merupakan suatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang (Bastaman, 2007). Keberhasilan seseorang dalam menemukan makna hidupnya akan menimbulkan penghayatan bahagia (happiness). Makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan.

(14)

dalam menghadapi hidup, betapapun buruknya kehidupan yang dialami oleh kaum waria, mereka juga dapat menemukan makna hidup.

Kaum waria juga memiliki optimistik dan harapan untuk melangsungkan hidupnya. Harapan sekalipun belum tentu menjadi kenyataan, memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang menjanjikan yang dapat menimbulkan semangat dan optimisme. Pengharapan mengandung makna hidup karena adanya keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih baik, ketabahan menghadapi keadaan buruk saat ini dan sikap optimis menyongsong masa depan. Harapan mungkin sekedar impian, tetapi tidak jarang impian itu menjadi kenyataan (Bastaman, 2007).

Harapan yang mereka inginkan inilah yang akan mengantarkan mereka menuju makna hidup. Dengan adanya harapan yang mereka miliki, mereka akan mencari cara dan celah untuk menunjukkan keinginan dan eksistensi dari harapan tersebut (Bastaman, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, mengenai kehidupan dan perjuangan yang dilakukan oleh kaum waria dalam menjalani dan mencapai tujuan mereka di dalam kehidupan maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimanakah gambaran makna hidup pada waria.

I. B. Pertanyaan Penelitian

(15)

I. C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran makna hidup pada kaum waria.

I. D. Manfaat Penelitian I. D.1 Manfaat teoritis

a. Memberikan informasi tentang makna hidup pada waria yang dapat memperkaya kasanah ilmu Psikologi Klinis, khususnya yang berkaitan dengan konsep makna hidup dan fenomena waria.

b. Memberikan sumbangan pada berbagai bidang psikologi di antaranya Psikologi Klinis, dan bidang ilmu lainnya agar lebih memahami fenomena kaum waria.

c. Lebih dapat membantu kelompok waria agar dapat hidup dengan lebih bermakna.

I. D.2 Manfaat praktis

a. Kaum waria lebih memahami dan dapat mengarahkan agar hidup lebih bermakna.

(16)

I. E. Sistematika Penulisan

Proposal seminar ini terdiri dari tiga bab dan masing-masing bab dibagi lagi atas beberapa sub bagian. Adapun sistematika penulisan dari proposal seminar ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini terdiri dari pengertian makna hidup, penyusunan Life Regard Index, penelitian yang mendukung dan pengertian waria.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai rumusan-rumusan pertanyaan penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, karakteristik dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian serta metode analisis data.

Bab IV : Analisis Data dan Interpretasi

Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data dan interpretasi hasil sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan gambaran umum subjek penelitian, yang meliputi gambaran mengenai usia, pendidikan, dan pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan hasil utama penelitian dan hasil analisis tambahan atas data yang ada.

Bab V : Diskusi, Kesimpulan dan Saran

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Makna Hidup

Tokoh yang terkenal dan merupakan tokoh pelopor dari perkembangan teori makna hidup adalah Victor Frankl. Menurut Victor Frankl makna hidup merupakan proses penemuan suatu hakekat yang sangat berarti bagi individu. Pencarian makna hidup pada tiap orang berbeda, ini merupakan alasan yang mendasar dari tiap individu. Makna hidup dapat dicapai dari nilai kreatif, nilai penghayatan dan nilai bersikap. Nilai kreatif mengilhami individu untuk menghasilkan, menciptakan dan mencapai sukses di dalam suatu pekerjaan. Nilai penghayatan mencakup pengalaman positif seperti cinta dan penghargaan terhadap keindahan. Nilai bersikap membawa seseorang kepada pilihan bersikap terhadap kondisi negatif yang tidak dapat dihindari seperti ketidakadilan (Debats, 1993).

(18)

Tokoh lain yang adalah Maslow, menurut Maslow makna hidup merupakan sesuatu yang muncul secara intrinsik dari diri manusia sendiri. Manusia harus memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu untuk memenuhi nilai-nilai diri dalam hidupnya. Bila kebutuhan-kebutuhan dasar telah terpenuhi, maka nilai-nilai itu akan menjadi energi motivasional bagi individu untuk mendedikasikan diri pada usaha memenuhi nilai-nilai tersebut. Apabila individu memilih melakukan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan nilai-nilai intrinsik dalam dirinya, maka ia akan mendapatkan makna hidup yang bernilai positif dan menyehatkan bagi perkembangan kepribadian.

Makna hidup menurut Maslow tak lain adalah meta motive, meta-needs

atau growth need, yaitu suatu kebutuhan yang muncul dalam diri manusia untuk meraih tujuan, melanjutkan kehidupan, dan menjadi individu yang lebih baik. Manusia harus memenuhi basic needsnya terlebih dahulu, sebelum berusaha memenuhi growth needs. Manusia yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya, tapi tidak berhasil memenuhi nilai-nilai dalam dirinya akan menjadi sakit. Manusia yang berhasil menemukan makna hidupnya akan merasa dirinya penting dan bermakna (Debats, 1993).

(19)

secara instrinsik berasal dari sesuatu hal, misalnya berasal dari Tuhan (pandangan religius), alam (pandangan naturalisme), kebebasan dan tanggung jawab individu (pendekatan eksistensial), kapasitas menjadi manusia seutuhnya (pendekatan humanistik), atau yang lebih spesifik makna hidup berasal dari kemampuan self-trancendence manusia (pendekatan Frankl), atau berasal dari growth needs dalam diri manusia (pendekatan Maslow).

Battista dan Almond juga mengungkapkan pendekatan lain untuk lebih mengerti akan makna hidup, yaitu pendekatan relativistik. Pada pendekatan ini, dua pertanyaan dasar dikemukakan untuk mendapatkan pemahaman tentang makna hidup. Pertama, apakah gambaran pengalaman individual yang memandang kehidupannya bermakna?, dan kedua, apa sajakah kondisi-kondisi dimana individu akan mengalami hidupnya sebagai sesuatu yang bermakna? Pendekatan inilah yang diadopsi oleh Battista dan Almond sebagai alternatif baru pemahaman makna hidup agar bisa lebih diteliti secara ilmiah dengan titik fokus pada proses yang dialami oleh individu. Pendekatan relativistik ini juga menganggap bahwa tidak ada suatu makna hidup yang sifatnya paling tinggi dan identik bagi semua orang, serta adanya beragam cara untuk mencapai sense of meaningfull (Debats, 1993).

(20)

sesuatu yang bermakna. Mereka menemukan bahwa istilah tersebut banyak digambarkan sebagai suatu kondisi ketika seseorang berada dalam sebuah perasaan integration and relatedness, yaitu sebuah perasaan fullfillment and significance, atau lawan dari kata meaninglessness yang berarti alienation and nothingness. Dari sini mereka menyimpulkan bahwa konsep meaningfull life atau hidup bermakna sebenarnya bergantung pada konsep kehidupan itu sendiri dan sejauh mana seseorang merasa hidupnya terpenuhi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan jika seseorang memiliki makna hidup, berarti ia memiliki framework (kemampuan yang membantu individu untuk melihat kerangka acuan dalam suatu perspektif atau tujuan hidup tertentu) dan fulfillment (semampu apa individu melihat proses pemenuhan tersebut) setelah individu memiliki makna hidup maka individu akan berkomitmen terhadap nilai-nilai atau percaya terhadap keyakinan-keyakinan tersebut, serta memiliki pemahaman tentang hal-hal tersebut. Pemahaman hidup tersebut menyangkut sebuah kerangka acuan (framework), sistem, atau hubungan dimana individu mempersepsikan dirinya, baik dalam prinsip naturalisme, humanisme atau agama-agama tertentu. Dapat disimpulkan juga, ketika individu menyatakan bahwa hidupnya itu bermakna, berarti ia:

a. Secara positif berkomitmen terhadap suatu konsep makna hidup.

b. Konsep makna hidup itu memberikannya suatu kerangka acuan atau tujuan untuk memandang kehidupannya.

(21)

d. Ia menghayati pemenuhan itu sebagai sebuah perasaan integration, relatedness, dan significance.

Poin-poin di atas menjelaskan secara sistematis gambaran pengalaman individual yang memandang kehidupannya bermakna. Berdasarkan pendekatan relativistik, maka pengalaman akan rasa bermakna bisa dicapai oleh individu yang memiliki nilai, tujuan, dan keyakinan dari model apapun, mulai dari religius, eksistensial, humanistik, naturalisme, sampai hedonisme. Hal ini dapat dipahami bukan karena isi dari keyakinannya yang menjadi titik tekan, tetapi lebih kepada proses meyakini dari individu sendiri untuk mencapai hidup yang bermakna (Debats, 1993). Dengan pendekatan ini, maka hidup bermakna didefinisikan secara operasional sebagai positive life regard yaitu keyakinan seseorang tentang sejauh mana ia memandang dirinya memenuhi suatu kerangka acuan atau tujuan hidup. Atau makna hidup didefinisikan secara operasional sebagai positive life regard yang berarti:

Individual`s belief that he is fulfilling a life-framework or life goal that provides him with a highly valued understanding of his life

(Battista & Almond, 1973: 410) Berdasarkan definisi di atas, maka Battista & Amond disusunlah Life Regard Index (LRI) yang mengukur keyakinan seseorang tentang sejauh mana ia memandang dirinya memenuhi suatu kerangka atau tujuan hidup.

B. Life Regard Index (LRI)

(22)

dalam dua subskala secara merata: framework dan fulfilment. Definisi kedua sub-skala ini dituliskan sebagai berikut:

The Framework Scale (FR) measures the ability of an individual to see his life within some perspective of contlext and to have derived a set of life goals, purpose in life, or life-view from them. The Fulfillment Scale (FU) measures the degree to which an individual sees himself as having fulfilled or as being in the process of fulfilling his framework or life-goals.

Individu yang memandang hidupnya secara positif dengan kata lain memiliki positive life regard atau merasa hidupnya bermakna mengembangkan dua aspek yang membantunya mencapai rasa kebermaknaan. Pertama, ia mampu melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan tertentu berdasaarkan suatu perspektif atau tujuan hidup tertentu (framework). Kedua, ia memandang bahwa tujuan hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan (fulfillment).

Semakin tinggi skor pada framework maka individu semakin positif (merasa mampu) melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan berdasarkan perspektif atau tujuan hidup tertentu. Semakin tinggi skor pada fulfilment maka individu semakin positif (semampu apa) memandang bahwa tujuan hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan. Semakin tinggi skor individu dalam LRI maka individu semakin positif dalam memandang hidupnya sebagai sesuatu yang bermakna.

C. Penelitian Yang Mendukung

(23)

makna hidup seperti PIL (Purpose in Life Test) yang dikembangkan oleh Crumbaugh dan Maholick berdasarkan teori Frankl dan POI (Personal Orientation Inventory) dari Shostrom yang dikembangkan beradasarkan teori Maslow. Muncul kritik tajam terhadap kedua alat ini menyangkut masalah validitas, social desirability, dan bias yang terkandung di dalamnya (Debats, 1993). POI dianggap kurang tepat mengukur makna hidup yang independen dan mengandung bias karena didasarkan pada orientasi nilai. Alat ini dikembangkan berdasarkan konsep self-actualization dari Maslow untuk membedakan individu yang telah teraktualisasi dan belum teraktualisasi. Namun kriteria pembedaannya didasarkan pada keyakinan dan orientasi nilai, bukan berdasarkan pengalaman akan life-validation. Asumsi dasar teori Maslow adalah individu yang telah teraktualisasi akan mengalami life-validation.

PIL mungkin adalah alat ukur yang sangat sering dugunakan dalam berbagai penelitian dalam konteks psikologi klinis. Alat ini mendapat perhatian yang besar karena menggunakan definisi makna hidup dari logoterapi Victor Frankl yang populer. Namun, hanya sedikit yang berusaha secara empiris melakukan studi psikometris, kekurangannya adalah dari 20 item berupa 7-point scale, 5 item mengukur kemampuan individu untuk memandang hidupnya dengan

(24)

Batistta & Almond (Debats, 1993) menjelaskan bahwa tingkat social desirability yang tersirat dalam LRI sangat rendah, sehingga dapat membedakan kelompok dengan positive atau negative life regard tanpa pengaruh social desirability yang besar dan signifikan.

Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan:

Meaning in Life for Finnish Student. Journal of Social Psychology. Washington 1996 yang diteliti oleh Lindeman Marjanna, dan Verkasalo Markku, yang menggunakan LRI. Penelitian ini dilakukan terhadap 308 mahasiswa dari 4 jurusan yaitu, mahasiswa psikologi, mahasiswa pemadam kebakaran, perawat, dan pekerja sosial penelitian ini menggunakan LRI dalam mengukur makna hidupnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara self-esteem dengan makna hidup.

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Azwar (2000) metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis faktual dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesa, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.

Menurut Hadi (2000) metode penelitian deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.

III. A. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran makna hidup pada waria berdasarkan LRI (Life Regard Indeks). Penggambaran makna hidup tersebut dilihat dari jumlah waria yang memiliki makna hidup yang menonjol dari dimensi skala LRI yaitu framework dan fulfillment.

III. B. Variabel Penelitian

(26)

III. C. Definisi Operasional III. C. 1. Makna Hidup

Bastistta & Almond mendefenisikan makna hidup sebagai positive life regard, yaitu individu memandang hidupnya secara positif atau merasa hidupnya bermakna dalam suatu kerangka acuan tertentu, dimana ia sedang berada dalam proses pemenuhan.

III. D. Subjek Penelitian III. D. 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama. Sedangkan sampel merupakan sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).

Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah:

1. Individu yang merasa dirinya sebagai seorang waria, yaitu seseorang (laki-laki) yang secara jasmani jenis kelaminnya jelas dan sempurna, namun menampilkan diri (berpakaian dan bertingkah laku) sebagai lawan jenis (perempuan).

(27)

3. Berusia 21-60 tahun. Usia tersebut mencakup tiga tahap perkembangan yaitu, masa dewasa awal 21-30 tahun, dewasa madya 31-60 tahun, dewasa lanjut 60 tahun sampai kematian. Masa dewasa menurut Battista & Almond juga merupakan waktu untuk seorang manusia mengeksplorasi dan mengeksploitasi identitas dirinya yang telah terbentuk pada tahap perkembangan sebelumnya melalui pilihannya akan gaya hidup, hubungan dan pekerjaan. Pada masa ini biasanya seseorang memperbaharui sesuatu yang ia ketahui tentang hidup, mencapai pemahaman baru mengenai dirinya dan menentukan jalan hidupnya, dan pada masa dewasa inilah seorang individu juga menilai kembali prioritas dan nilai personal mereka yang nantinya berpengaruh pada kemampuannya untuk memperoleh cinta, kesenangan, dan rasa kebermaknaan dalam hidupnya (Corr, Nabe & Corr, 2003).

III. D. 2. Metode Pengambilan Sampel

(28)

terlalu terganggu bila dibandingkan dengan wawancara. Kekurangan dari metode ini adalah hasil yang didapatkan tidak dapat digeneralisasikan pada populasi (Hadi, 2000).

III. D. 3. Jumlah Sampel Penelitian

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 62 orang waria yang berada di daerah Medan Marelan.

III. E. Metode Pengambilan Data

Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala (kuesioner) sebagai alat pengumpul data. Metode kuesioner mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri (self report) atau setidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi (Hadi, 2000).

Hadi (2000) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada penyelidik adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh penyelidik. Kelebihan dari penggunaan metode kuesioner (Notoatmodjo, 2005) adalah:

(29)

3. Responden dapat memilih waktu senggang untuk mengisinya, sehingga tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan wawancara. 4. Secara psikologis subjek penelitian tidak merasa terpaksa, dan dapat

menjawab lebih terbuka.

Kekurangan dari penggunaan metode kuesioner (Notoatmodjo, 2005) adalah: 1. Jawaban akan lebih banyak dibumbui dengan sikap dan

harapan-harapan pribadi, sehingga lebih bersifat subjektif.

2. Tidak dapat dilakukan untuk golongan masyarakat yang buta huruf. 3. Apabila responden tidak memahami pernyataan/tidak dapat menjawab,

akan terjadi kemacetan, dan mungkin responden tidak akan menjawab seluruh angket.

4. Sangat sulit untuk memutuskan pertanyaan-pertanyaan secara cepat dengan menggunakan bahasa yang jelas atau bahasa yang sederhana.

III. E. 1. Skala LRI (Life Regard Index)

Skala yang digunakan adalah LRI yang dibuat dalam bentuk skala model Likert dengan 4 (empat) buah alternative jawaban, yaitu: Setuju (S), Agak Setuju (AS), Agak Tidak Setuju (ATS) dan Tidak Setuju (TS). Aitem dalam skala ini disusun berdasarkan Framework dan Fulfillment berdasarkan teori dari Batistta & Almond (1973), terbagi dalam dua arah, yaitu aitem yang bersifat favourable dan aitem yang bersifat unfavourable. Adapun pemberian skor untuk aitem favourable

(30)

Tabel 1

Item Fovourabel dan Unfovourabel

S AS ATS TS

Favourable 4 3 2 1

Unfourable 1 2 3 3

III. E. 2. Uji Coba Alat Ukur

Alat ukur penelitian tersebut sebelum digunakan untuk memperoleh data-data penelitian, diujicobakan terlebih dahulu agar diperoleh alat ukur yang valid dan reliabel. Hal-hal yang dilakukan pada saat uji coba alat ukur adalah:

III. E. 2. a. Validitas alat ukur

(31)

III. E. 2. b. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Dengan kata lain, memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh alat ukur secara keseluruhan (Azwar, 2000).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu skor total alat ukur itu sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment, yang dianalisis dengan bantuan aplikasi komputer program SPSS for Windows Release Versi 15.0. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien aitem total yang dikenal dengan indeks diskriminasi aitem (Azwar, 2000).

Batasan dari daya beda aitem merupakan suatu konvensi (kesepakatan umum), tetapi peneliti dapat menentukan sendiri batasan yang diinginkan dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang sedang disusun (Azwar, 2005). Berdasarkan tabel product moment (Arikunto, 2006) nilai koefisien korelasi dengan jumlah sample 100 orang adalah r = 0,195.

III. E. 2. c. Reliabilitas Alat Ukur

(32)

yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek dalam diri subjek yang diukur memang belum berubah (Azwar, 2000).

Teknik yang digunakan adalah koefisien Alpha dari Cronbach, yang mana hasil dari penelitian ini akan menghasilkan reliabilitas dari gambaran sumber makna hidup waria.

Nilai reliabilitas berkisar antara rentan dari 0 sampai dengan 1,00. semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas.

III. F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Skala LRI (Life Regard Index) diujicobakan kepada 100 subjek penelitian yang berusia antara 21 tahun - 60 tahun.

III. F.1. Hasil Uji Coba LRI

Setelah dilakukan uji coba, maka dari 28 aitem LRI terdapat 24 aitem yang sesuai dengan harga kritik r Product Moment (> 0,195). Evaluasi nilai kritik r

(33)

Tabel 2

Blue print Skala Makna Hidup Sebelum Uji Coba

No Sub Skala Favorable Unfavorable Jumlah

1. Framework (FR) 1, 7, 11, 14, 23, 25, 28 3, 4,8, 9, 10, 13, 16 14

2. Fulfilment (FU) 2, 5, 19, 20, 21, 24, 27 6, 12, 15, 17, 18, 22, 26 14

Jumlah 14 14 28

Keterangan:

• aitem no 2, 8, 17, dan 18 adalah aitem yang gugur pada saat try out.

III. G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian III. G. 1. Pembuatan Alat Ukur

Skala makna hidup diadaptasi dari LRI (Life Regard Index) oleh Batistta & Almond. Langkah pertama adalah dengan menterjemahkan skala awal yang dalam bentuk bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, dan dari bahasa Indonesia diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Inggris. Langkah kedua yaitu melakukan evaluasi dan analisa kesesuaian hasil terjemahan dengan maksud alat ukur.

III. G. 1. a. Uji Coba Skala

Skala LRI yang sudah diadaptasi diuji coba sebelum digunakan untuk penelitian yang sebenarnya. Uji coba skala dilakukan untuk memilih aitem-aitem yang memiliki daya beda yang tinggi dan melihat reliabilitas skala yang dapat dipakai untuk penelitian.

(34)

teknik Product Moment (Pearson) pada program SPSS versi 15.0 for windows.

Aitem-aitem yang diterima akan digunakan dalam penelitian.

III. G. 1. b. Revisi alat ukur

Hasil uji coba kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif koefisien Pearson Product Moment sehingga diperoleh aitem-aitem yang layak untuk dijadikan alat ukur. Pengujian reliabilitas alat ukur menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach dengan bantuan aplikasi komputer SPSS versi 15.0 for windows. Selanjutnya, peneliti menggunakan aitem-aitem tersebut untuk disajikan dalam skala penelitian yang sebenarnya.

III. G. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2008 di LSM JKM daerah Marelan yang merupakan tempat melaksanakan arisan komunitas kaum waria untuk daerah Marelan dan Belawan dan sekitarnya pada pkl. 15.00 – 19.00. Penyebaran skala dilakukan dengan membagikan skala secara langsung kepada waria.

III. G. 3. Tahap Pengolahan Data Penelitian

(35)

III. H. Metode Analisis Data

Azwar (2000) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga lebih dapat mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dan dasar faktualnya sehingga semuanya dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

(36)

BAB IV

ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Pada bab ini akan menguraikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian yang berkaitan dengan analisa terhadap data penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisa tambahan atas data yang ada.

A. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 62 orang waria yang berdomisili di sekitar kota Medan. Melalui skala yang disebarkan ke subjek, diperoleh gambaran subjek penelitian berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaan subjek. Selain itu dari skala penelitian juga akan diperoleh gambaran makna hidup pada waria.

A. 1. Usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase 21 - 30 tahun 38 61,3 % 31 - 60 tahun 24 38,7 % 60 tahun keatas 0 0 %

Total 62 100 %

(37)

subjek yang berusia dewasa tengah (31-60 tahun) yaitu sebanyak 24 orang (38,7%), sedangkan subjek dengan usia 60 tahun keatas tidak ditemui (0%).

A. 2. Pendidikan

Berdasarkan pendidikan, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah (N) Persentase (%)

SD 5 8,1 %

SMP 22 35,5 %

SMU 32 51,6 %

Diploma 3 4,8 %

Total 62 100 %

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan subjek yang terbanyak adalah SMU sebanyak 32 orang (51,6%), tingkat pendidikan subjek yang paling sedikit adalah Diploma sebanyak 3 orang (4,8%).

A. 3. Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

(38)

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa pekerjaan subjek yang terbanyak adalah Pekerja Seks Komersil (PSK) sebanyak 25 orang (40,3%), dan pekerjaan subjek yang paling sedikit adalah pedagang sebanyak 7 orang (11,3%).

B. Hasil Utama Penelitian

Deskripsi data makna hidup dari hasil penelitian ini dapat dilihat dari perbandingan mean empirik dan mean hipotetik pada tabel 6 di bawah ini:

Tabel 6

Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Skala LRI

N Mean Standar Deviasi Min Max

Empirik 62 70,18 11,894 48 96

Hipotetik 62 60 12 24 96

Berdasarkan tabel 6 diperoleh gambaran bahwa mean hipotetik (sebesar 60 dengan standard deviasi sebesar 12,236) lebih kecil dibandingkan dengan mean empirik (sebesar 70,18 dengan standard deviasi 11,894). Hal ini berarti bahwa subjek penelitian memandang hidupnya lebih positif dibandingkan dengan makna hidup rata-rata berdasarkan skala LRI.

Mengingat cara pengambilan sampel pada penelitian adalah incidental

sehingga sample kurang bisa mempresentasikan populasi maka pengkategorian dalam penelitian ini menggunakan data empirik.

(39)

Tabel 7 Kategorisasi LRI

Kategorisasi LRI Jumlah Persentase

Sangat tinggi 82,07 < X 15 24,19%

Tinggi 70,18 < X ≤ 82,07 12 19,35% Rendah 58,28 < X ≤ 70,18 26 41,93% Sangat rendah ≤ 58,28 9 14,51%

Dari tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa makna hidup pada subjek penelitian berdasarkan skala LRI diperoleh bahwa jumlah subjek paling banyak terdapat pada kategori rendah sebanyak 26 orang (41,93%), kemudian sangat tinggi sebanyak 15 orang (24,19%) dan tinggi sebanyak 12 orang (19,35%) dan sangat rendah berada pada urutan terakhir dengan jumlah 9 orang (14,51%). Mayoritas subjek penelitian kurang memandang positif hidupnya atau merasa hidupnya kurang bermakna (41,93%), tetapi (24,19%) subjek penelitian memandang hidupnya secara sangat positif atau merasa hidupnya sangat bermakna dalam suatu kerangka acuan tertentu, dan sedang berada dalam proses pemenuhan makna hidup. Selanjutnya (19,35%) subjek penelitian memandang hidupnya secara positif dan bermakna, dan sedang berada dalam proses pemenuhan, sedangkan (14,51%) memandang hidupnya tidak positif atau merasa hidupnya tidak bermakna dan tidak berada dalam proses pemenuhan dari makna hidupnya.

Tabel 8

Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Sub-Skala LRI Framework

Framework N Minimum Maximum Mean Std. Devation

Empirik 62 25 52 38,50 6,748

(40)

Dari tabel 8 diperoleh bahwa mean empirik (38,50 dengan standar deviasi 6,748) lebih besar dibandingkan dengan mean hipotetik (32,50 dengan standar deviasi 6,50). Subjek penelitian lebih mampu melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan tertentu berdasarkan suatu perspektif atau tujuan hidup tertentu (framework) dibandingkan dengan rata-rata pada umumnya.

Tabel 9

Kategorisasi Framework

kategorisasi Framework Jumlah Persentase sangat tinggi 45,24 < X 35 56,5%

tinggi 38,50 < X < 45,24 18 29% rendah 31,75 < X < 38,50 9 14,5% sangat rendah 31,75 < X 0 0%

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa subjek penelitian sangat mampu melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan berdasarkan suatu perspektif (56,5%), sedangkan (29%) subjek penelitian mampu melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan tertentu, dan (14,5%) subjek penelitian kurang mampu melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan berdasarkan suatu perspektif.

Tabel 10

Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Sub-Skala LRI Fulfillment

Fulfillment N Minimum Maximum Mean Std. Devation

Empirik 62 17 44 31,68 5,886

Hipotetik 62 11 44 27,50 5,50

(41)

terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan (fulfillment) dibandingkan dengan rata-rata pada umumnya.

Tabel 11

Kategorisasi Fulfillment

Kategorisasi Fulfilment Jumlah Persentase sangat tinggi 37,56 < X 29 46,8%

tinggi 31,68 < X < 37,56 23 37,1% rendah 25,79 < X < 31,68 9 14,5% sangat rendah 25,79 < X 1 1,6%

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat kategorisasi Fulfillment, dari kategorisasi fulfillment diperoleh (46,8%) subjek penelitian merasa sangat mampu memandang bahwa tujuan hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan, (37,1%) subjek penelitian merasa mampu memandang bahwa tujuan hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan , sedangkan (14,5%) merasa kurang mampu memandang bahwa tujuan hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan dan (1,6) subjek penelitian merasa tidak mampu memandang bahwa tujuan hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan.

Tabel 12

z-score Framework dan Fulfillment

(42)
(43)

57 SR SR

Dari tabel 12 diatas dapat dilihat perbandingan antara framework dan

fulfillment pada masing-masing subjek penelitian.

D. Hasil Tambahan

D. 1. Makna Hidup Berdasarkan Usia

Sebagai hasil tambahan dalam penelitian ini dipaparkan gamabaran makna hidup waria berdasarkan usia, yaitu tahap perkembangan dewasa awal dan dewasa tengah.

Tabel 12 Berdasarkan usia

Usia Mean Total Mean Framework Mean Fulfillment

21 – 30 tahun 65,17 35,58 29,58

31 – 60 tahun 73,34 40,34 33,00

(44)

tujuan hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan (fulfillment) dibandingkan dengan usia 21-30 tahun.

D. 2.Makna Hidup Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sebagai hasil tambahan dalam penelitian ini dipaparkan makna hidup waria berdasarkan jenjang pendidikannya.

Tabel 13

Berdasarkan pendidikan

Pendidikan Mean Total Mean Framework Mean Fulfillment

SD 72,60 40,40 32,20

SMP 64,45 35,45 29,00

SMA 74,06 40,44 33,63

Diploma 66,67 37,00 29,67

Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan SMA memiliki mean total paling tinggi (74,06), jenjang pendidikan SMA memandang hidup lebih positif, merasa mampu melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan tertentu berdasarkan suatu perspektif atau tujuan hidup tertentu (framework) dan jenjang pendidikan SMA memandang bahwa tujuan hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan (fulfillment) dibandingkan dengan jenjang pendidikan lain yaitu SD (72,60), SMP (64,45) dan Diploma (66,67).

D. 3. Makna Hidup Berdasarkan Pekerjaan

(45)

Tabel 12

Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Mean Total Mean Framework Mean Fulfillment

PSK 70,04 38,52 31,52

PS 73 40,05 32,95

PC 63,6 34,80 28,80

Pdg 72 39,29 32,71

■ keterangan:

PSK : Pekerja seks komersil PS : Pekerja salon

PC : Penyanyi cafe/bar

Pdg : Pedagang

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat mean total dari jenis pekerjaan pekerja salon (73) dan pedagang (72) adalah mean total yang paling tinggi yang berarti pekerja salon dan pedagang lebih dapat memaknai hidup dari segi framework

kemampuan melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan, dan fulfillment

(46)

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab ini terdiri atas kesimpulan dari permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini dan selanjutnya hasil-hasil penelitian yang diperoleh akan didiskusikan. Pada akhir bab ini akan dikemukakan saran-saran prkatis dan metodologis sesuai dengan hasil untuk penelitian berikutnya dengan tema yang sama.

V. A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil utama dan hasil tambahan penelitian, maka penelitian ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1. Hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan skor mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dibandingkan dengan mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa makna hidup pada subjek penelitian lebih tinggi dari rata-rata makna hidup berdasarkan skala makna hidup.

(47)

tidak positif atau merasa hidupnya tidak bermakna dan tidak berada dalam proses pemenuhan dari makna hidupnya.

3. Hasil perbandingan antara skor mean empirik lebih besar dibandingkan dengan mean hipotetik pada sub-scale framework. Subjek penelitian lebih mampu melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan tertentu berdasarkan suatu perspektif atau tujuan hidup tertentu (framework) dibandingkan dengan rata-rata pada umumnya.

4. Berdasarkan kategorisasi framework dapat dilihat bahwa subjek penelitian sangat mampu melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan berdasarkan suatu perspektif (56,5%), sedangkan (29%) subjek penelitian mampu melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan tertentu, dan (14,5%) subjek penelitian kurang mampu melihat hidupnya dalam suatu kerangka acuan berdasarkan suatu perspektif.

5. Berdasarkan hasil perbandingan pada sub-scale fulfillment didapatkan bahwa skor mean empirik lebih tinggi dibandingkan dengan mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa subjek penelitian memandang tujuan hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan dibandingkan dengan rata-rata pada umumnya.

(48)

hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan dan (1,6) subjek penelitian merasa tidak mampu memandang bahwa tujuan hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan. Hal ini berarti secara umum waria mampu memandang bahwa tujuan hidupnya setidaknya berada dalam proses pemenuhan makna hidup.

7. Berdasarkan hasil tambahan, maka diperoleh:

a. Usia dewasa tengah lebih berkomitmen terhadap nilai-nilai tertentu atau percaya terhadap keyakinan-keyakinan tertentu dan memiliki pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan dewasa awal.

b. Jenjang pendidikan SMU lebih berpikir positif terhadap hidup yang dijalani, lebih puas dan bahagia dibandingkan dengan jenjang pendidikan SMP, SD dan Diploma.

c. Pekerja salon lebih dapat memaknai hidup, berpikir mengenai kehidupan yang dijanani dengan pemikiran positif dibandingkan dengan pedagang, pekerja seks komersil dan penyanyi cafe/bar.

V. B. DISKUSI

(49)

dengan kehidupan individu pada umumnya kehidupan para waria jauh lebih mendesak. Kehidupan para waria yang tak pernah terlepas dari permasalahan dan peristiwa-peristiwa yang tak terelakkan baik yang bersumber dari dalam diri sendiri maupun yang berasal dari lingkungan yang mengakibatkan stress dan menimbulkan perasaan-perasaan kecewa, tertekan, susah, sedih, cemas, malu, marah, terhina, rendah diri, serta penghayatan-penghayatan yang tak menyenangkan lainnya. Tetapi para waria memiliki harapan akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari.

Harapan ini menuntun waria berusaha melepaskan diri dari perangkap kesedihan, mencurahkan seluruh perhatian dan kegiatannya kepada hal-hal lain yang dianggap jauh lebih penting dan bermakna (self-transcenaence), yakni menerima keadaan dirinya dengan sepenuh hati. Ketika waria menerima keadaan dirinya maka akan terjadi perubahan sikap pada dirinya, secara sadar waria akan mengarahkan diri (self-directing) dan mengikatkan diri (self-commitment) pada suatu kewajiban yang jauh lebih penting dan berarti bagi dirinya sendiri. Kewajiban yang penting dan bermakna inilah yang mengarahkan mereka pada tindakan-tindakan yang terarah, disertai dengan usaha-usaha yang sadar untuk mengembangkan bakat, kemampuan, dan ketrampilan yang menunjang tujuan hidupnya (Bastaman, 1996). Para waria tidak hanya berfokus pada peristiwa yang negatif saja tetapi mereka dapat menyeimbangkan peristiwa hidup yang positif dan negatif (Debats, 1995).

(50)

orang. Arti dari kategorisasi skor ini adalah semakin tinggi skor yang diperoleh subjek penelitian maka subjek merasa semakin mampu melihat konsep dari makna hidupnya terpenuhi secara keseluruhan. Mayoritas para waria dalam penelitian ini kurang mampu melihat bahwa mereka telah memenuhi konsep dari makna hidupnya secara keseluruhan, pada bab pertama telah dibahas fenomena yang terjadi pada waria. Kaum waria memiliki masalah yang amat kompleks, yang tidak hanya dapat dilihat dari satu sisi saja. Permasalahan yang dihadapi ketika tidak disikapi dengan bijak dapat menghambat waria menemukan hikmat dari penderitaanya (meaning in suffering). Hambatan ini dapat menimbulkan kegelisahan dan perasaan kurang gembira serta menjadi pemurung (Debats, 1996). Menurut Bastaman & Almond bahwa self-esteem juga mempengaruhi makna hidup, akibat tidak puas terhadap keadaan diri dan kondisi lingkungan yang kurang memuaskan waria dapat merasa self-esteem yang rendah yang juga berdampak pada pencarian makna hidupnya yang terhambat. Dampak yang ditimbulkan dari tidak terpenuhinya makna hidup ini para waria dapat merasa cemas, lebih depresif, dan kurang merasa bahagia di dalam hidupnya.

(51)

pemikiran serta sikap kita kearah yang lebih positif mengenai arti dari kehidupan yang dijalani.

(52)

Skala LRI terbagi kedalam dua sub-skala yaitu framework dan fulfillment.

Framework merupakan kerangka acuan yang membantu seseorang melihat hidupnya dalam suatu perspektif atau tujuan hidup tertentu yang mempengaruhi pola kognitif individu. Fulfillment ialah pandangan tentang tujuan hidupnya telah terpenuhi atau setidaknya berada dalam proses pemenuhan yang mempengaruhi pola perasaan individu. Waria pada penelitian ini lebih kepada sub-skala

framework, pada umumnya waria ini sudah mampu melihat tujuan-tujuan atau kerangka acuan mengenai apa yang ingin mereka capai dalam kehidupan. Tetapi belum sampai pada tahap pemenuhan atau sudah memenuhi kerangka acuan yang dimiliki (fulfillment).

Framework dan fulfillment dikategorisasikan agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai tingkatan dari masing-masing sub-skala LRI. Pengelompokan yang dilakukan membagi setiap sub-skala ke dalam empat kategorisasi yaitu, sangat tinggi, tinggi , rendah dan sangat rendah. Katogorisasi ini akan memberikan gambaran mengenai 62 subjek waria yang diteliti berada pada posisi yang mana pada masing-masing sub-skala. Sub-skala framework

menggambarkan bahwa mayoritas waria pada penelitian ini berada pada kategorisasi sangat tinggi sebanyak 35 orang dan tinggi sebanyak 18 orang. Data ini menyatakan bahwa kebanyakan waria pada penelitian mampu melihat kerangka acuan yang jelas mengenai pandangan hidup dan orientasi hidupnya. Ada sebanyak 9 orang yang termasuk kedalam kategorisasi rendah yang memiliki

(53)

orang, tinggi sebanyak 23 orang, rendah 9 orang dan sangat rendah sebanyak 1 orang. Sebagian besar waria pada penelitian ini merasa sedang berada dalam proses pencapaian makna hidup, sedangkan 10 orang yang tergabung ke dalam kategorisasi rendah dan sangat rendah kurang merasa berada dalam proses pencapaian makna hidup.

(54)

Menurut Battista & Almond, 1973; Cantor & Kihlstrom, 1987; Zirkel & Cantor, 1990 (dalam Lindeman, dkk, 1996) menjelaskan pengalaman hidup yang

meaningfull sebagian besar banyak diperoleh dari pendidikan. Individu yang dicukupi dengan pilihan karir dan studi telah membuktikan bahwa hidupnya lebih penuh arti (meaningfull) dibandingkan dengan individu yang tidak dicukupi dengan pilihan karir dan studi. Debats (1996) juga berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara pendidikan dengan meaning in life pada individu. Berdasarkan hasil tambahan yang diperoleh mengenai skala LRI yang dihubungkan dengan pendidikan, dimana jenjang pendidikan dari seluruh subjek penelitian terbagi kedalam empat kelompok yaitu SD, SMP, SMA, dan Diploma. Diperoleh bahwa tingkat pendidikan SMU adalah kelompok yang memiliki makna hidup yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Tingkat pendidikan Diploma berada pada urutan terbawah disebabkan karena subjek penelitian hanya menjalani jenjang pendidikan ini selama 2 semester, dalam arti tidak berhasil menyelesaikan perkuliahan, urutan kedua pada jenjang pendidikan SD dan ketiga adalah SMP.

(55)

individu yang menemukan makna hidup dari pekerjaannya akan memiliki komitmen dan motivasi kerja yang besar.

Hasil data dari penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja salon dan pedagang merupakan jenis pekerjaan yang menimbulkan makna hidup yang positif pada waria. Jenis pekerjaan sebagai pekerja seks komersil berada pada urutan ketiga dan penyanyi cafe/bar pada urutan keempat. Menurut Koeswinarno (2004), pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh waria adalah pekerjaan sebagai seorang penata rias di salon atau pedagang. Disebabkan karena pada bidang ini mereka dapat tampil dengan apa adanya sebagai seorang waria secara total, dan mereka juga memiliki keahlian yang lebih dibidang ini dibandingkan dengan dengan wanita atau pria. Sedangkan pada pekerjaan pada bidang pekerja seks dan penyanyi kafe biasanya digeluti karena kurang memiliki keahlian di bidang lain dan minimnya pendidikan yang mereka miliki.

V. C. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran-saran ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan kelanjutan studi ilmiah untuk bidang kajian yang sama.

1. Saran Metodologis

(56)

b. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan teknik pengambilan sampel secara random (acak) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dapat dipilih sebagai subjek penelitian. c. Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik yang sama diharapkan untuk

memperbanyak jumlah subjek yang hendak diteliti sehingga didapatkan sampel yang lebih representatif.

2. Saran Praktis

a. Waria diharapkan lebih dapat memfokuskan diri untuk lebih memperjelas

framework dan fulfillment yang dia miliki, agar memperoleh makna hidup yang jelas.

b. Waria diharapkan dapat senantiasa berpikir positif terhadap kehidupan yang dia miliki agar dapat membantunya melihat framework dari makna hidup, dan berusaha memenuhi framework yang dimiliki agar terjadi proses pemenuhan makna hidup sehingga memperoleh makna hidup

fulfillment.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (1999). Reliabilitas dan validitas: Seri pengukuran Psikologi.

Yogyakarta: Sigma Alpha.

Azwar, Saifuddin. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bastaman, H.D. (1996). Meraih Makna Hidup. Jakarta: Penerbit Paramadina.

Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi. Jakarta: Penerbit PT. RajaGrafindo Persada.

Battista, J., & Almond, R. (1973). The Development of Meaning in Life, Journal of Psychiatry, 36, 409 – 427. Retrieved August 9, 2006, from Boston Medical Library.

Debats, D. L., Van Der Lubbe, P. M., & Wezeman, F. R. A. (1993). On the Psychometric Properties of the Life Regard Index (LRI): A Measure of Meaningful Life. Personality and Individual Differences. Retrieved Dec 2005.Vol. 14, 337 – 345.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) - Fourt Edition –

(58)

Dorce, G. (2005). Aku perempuan. Tangerang: Gagas Media.

Hadi, S. (2000). Metodologi Research (Jilid 1-4). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hafiyah, Nurlyta. (2006). Adaptasi Life Regard Index: Alternatif Pengukuran Hidup Bermakna. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Harlock, Elizabeth. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi-5). Alih Bahasa: Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Irmawati, Meutia, Lili, dkk (2003). Pedoman Penulisan skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.

Koeswinarno (2004). Hidup sebagai waria. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.

Lindeman, Marjanna, Verkasalo, Markku. (1996). Meaning in Life for Finnish Student. Journal of Social Psychology. Washington: Oct 1996. Vol. 136, Iss 5; pq. 647, 3 pgs.

Nadia, Z. (2005). Waria: laknat atau kodrat. Yogyakarta: Pustaka Marwa.

(59)

Papalia, Diana E, dkk. (1998). Human Development (7th edition). The Mc Graw Hill Companies, Inc.

Suryabrata, Sumadi. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

(60)

LAMPIRAN A

1. DATA UJI COBA

(61)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

--- Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi Tugas akhir di Fakultas Psikologi USU. Untuk itu saya membutuhkan sejumlah data yang hanya kami peroleh dengan adanya kerjasama dari Anda dalam mengisi kuesioner ini.

Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu lembar identitas yang berisi tentang sejumlah pertanyaan tentang status Anda yang akan terjaga kerahasiaannya serta daftar isian yang berisi sejumlah pernyataan mengenai diri anda. Cara mengisi daftar isian akan dijelaskan dalam petunjuk pengisian. Untuk itu saya berharap agar Anda memperhatikan setiap petunjuk dari daftar isian dengan baik, kemudian periksalah kembali jawaban Anda supaya tidak ada pernyataan yang terlewati.

Dalam mengisi daftar isian ini tidak ada jawaban yang salah. Yang diharapkan dan dibutuhkan adalah jawaban yang paling mendekati keadaan Anda yang sesungguhnya. Karena itu, diharapkan Anda bersedia memberikan jawaban Anda sendiri sejujur-jujurnya, tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian ini saja.

Bantuan Anda dalam menjawab pertanyaan pada kuisioner ini merupakan bantuan yang amat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(62)

PETUNJUK PENGISIAN

Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan. Bayangkan jika Anda berada dalam situasi tersebut. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberi tanda (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:

TS : Jika pernyataan anda anggap Tidak Sesuai dengan diri anda.

ATS : Jika pernyataan anda anggap Agak Tidak Sesuai dengan diri anda, namun ada sedikit kecocokan.

AS : Jika pernyataan anda anggap Agak Sesuai dengan diri anda, namun anda sedikit ketidakcocokan.

S : Jika pernyataan anda anggap Sesuai dengan diri anda.

Berikut ini contoh pengerjaannya:

No. Pernyataan TS ATS AS S

1. Saya senang bertegur sapa dengan teman-teman saya.

X

Jika Anda ingin memperbaiki jawaban Anda beri tanda garis dua (=) pada jawaban yang lama dan silanglah jawaban yang baru.

Contoh :

No. Pernyataan TS ATS AS S

1. Saya senang bertegur sapa dengan teman-teman saya.

X

Setiap orang dapat memberikan jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban yang salah.

(63)

No. Pernyataan TS ATS AS S 1 Saya merasa telah menemukan arti hidup saya. TS ATS AS S

2 Sekarang saya menyadari hal yang penting dalam kehidupan saya.

TS ATS AS S

3 Saya memiliki pegangan yang memungkinkan saya untuk memahami kehidupan saya.

TS ATS AS S

4 Saya tahu dengan jelas hal-hal yang saya ingin lakukan dalam hidup saya.

TS ATS AS S

5 Ada hal yang membuat saya rela mencurahkan semua tenaga saya.

TS ATS AS S

6 Saya memiliki prinsip hidup yang membuat kehidupan saya menjadi berarti.

TS ATS AS S

7 Saya memiliki tujuan hidup yang akan memberi kepuasan pribadi ketika saya mencapainya.

TS ATS AS S

8 Saya tidak tahu apa yang saya ingin saya lakukan didalam hidup saya.

TS ATS AS S

9 Tujuan hidup saya tidak terlalu jelas, bahkan untuk diri sendiri.

TS ATS AS S

10 Saya butuh sesuatu yang dapat saya jadikan pegangan hidup.

TS ATS AS S

11 Saya bingung ketika mencoba memahami hidup saya. TS ATS AS S 12 Sejujurnya tidak ada hal-hal yang sungguh-sungguh

ingin saya lakukan.

TS ATS AS S

13 Saya benar-benar tidak percaya dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan hidup saya.

TS ATS AS S

14 Orang lain sepertinya lebih tahu hal-hal yang mereka inginkan dalam hidup

TS ATS AS S

(64)

hidup/cita-cita.

18 Saya merasa hidup saya telah sempurna. TS ATS AS S 19 Saya merasa saya akan dapat mencapai apa yang saya

inginkan dalam hidup.

TS ATS AS S

20 Ketika saya bersemangat mengerjakan sesuatu tanpa saya sadari energi saya menjadi meningkat.

TS ATS AS S

21 Bila saya mengamati kehidupan yang telah saya jalani, saya merasa puas karena telah bekerja keras untuk mencapai sesuatu.

TS ATS AS S

22 Saya tampaknya tidak sanggup menyelesaikan hal-hal yang penting untuk saya.

TS ATS AS S

23 Orang lain tampaknya merasa lebih baik tentang hidup mereka dibandingkan saya.

TS ATS AS S

24 Saya memiliki banyak kemampuan yang tidak saya manfaatkan.

TS ATS AS S

25 Kebanyakan waktu saya terbuang untuk hal-hal yang kurang penting.

TS ATS AS S

26 Ada saja sesuatu yang membuat saya tidak jadi melakukan hal-hal yang saya inginkan.

TS ATS AS S

27 Saya tidak pernah mengalami hal yang luar biasa. TS ATS AS S 28 Saya tidak terlalu menghargai hal-hal yang telah saya

lakukan.

TS ATS AS S

Periksalah kembali jawaban anda.

(65)

OUTPUT UJI COBA SKALA LRI

Reliability

Warnings

The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

VAR00001 2,8600 1,06382 100

VAR00002 3,6600 ,71379 100

VAR00003 3,4000 ,93203 100

VAR00004 3,6900 ,67712 100

VAR00005 3,3800 ,76251 100

VAR00006 2,9800 1,02474 100

VAR00007 3,3900 ,80271 100

VAR00008 1,3300 ,62044 100

VAR00009 3,5300 ,80973 100

VAR00010 2,8000 ,98473 100

VAR00011 3,4500 ,83333 100

VAR00012 3,2000 ,93203 100

VAR00013 3,4300 ,84393 100

VAR00014 3,6800 ,63373 100

(66)

VAR00017 2,1400 ,92135 100

VAR00018 2,1000 ,96922 100

VAR00019 3,0100 1,08707 100

VAR00020 3,6000 ,71067 100

VAR00021 3,4200 ,80629 100

VAR00022 3,4400 ,90252 100

VAR00023 3,2700 ,83913 100

VAR00024 3,4300 ,90179 100

VAR00025 3,4100 ,90000 100

VAR00026 3,0700 1,08484 100

VAR00027 1,8000 ,94281 100

VAR00028 3,2600 ,96001 100

Summary Item Statistics

VAR00001 83,8800 86,491 ,486 ,541 ,785

VAR00002 83,0800 94,559 ,157 ,386 ,800

VAR00003 83,3400 90,025 ,359 ,360 ,792

VAR00004 83,0500 93,321 ,265 ,340 ,796

VAR00005 83,3600 91,485 ,355 ,373 ,793

VAR00006 83,7600 88,103 ,421 ,390 ,789

VAR00007 83,3500 91,745 ,316 ,388 ,794

VAR00008 85,4100 98,467 -,130 ,433 ,808

VAR00009 83,2100 90,976 ,363 ,380 ,792

VAR00010 83,9400 91,208 ,269 ,329 ,797

VAR00011 83,2900 91,440 ,321 ,425 ,794

VAR00012 83,5400 91,200 ,291 ,473 ,795

VAR00013 83,3100 89,812 ,420 ,470 ,790

VAR00014 83,0600 92,340 ,370 ,422 ,793

VAR00015 83,6400 89,384 ,373 ,404 ,791

VAR00016 83,8300 88,688 ,384 ,560 ,791

VAR00017 84,6000 93,535 ,161 ,504 ,801

VAR00018 84,6400 93,445 ,153 ,450 ,802

VAR00019 83,7300 90,704 ,259 ,258 ,798

VAR00020 83,1400 92,404 ,317 ,350 ,794

VAR00021 83,3200 91,755 ,313 ,443 ,794

(67)

VAR00023 83,4700 89,565 ,439 ,367 ,789

VAR00024 83,3100 90,943 ,319 ,510 ,794

VAR00025 83,3300 92,284 ,240 ,502 ,798

VAR00026 83,6700 88,890 ,351 ,348 ,793

VAR00027 84,9400 91,613 ,263 ,260 ,797

VAR00028 83,4800 87,989 ,463 ,410 ,787

Keterangan:

Nomor yang dicetak tebal adalah aitem yang tidak digunakan saat penelitian.

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

(68)

LAMPIRAN B

1. DATA PENELITIAN

(69)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

--- Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi Tugas Akhir di Fakultas Psikologi USU, saya membutuhkan kerjasama Anda untuk mengisi kuesioner berikut.

Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah Lembar Identitas yang berisi sejumlah pertanyaan tentang status Anda. Informasi ini akan dijaga kerahasiaannya, dan hanya digunakan seperlunya untuk kepentingan penelitian saja. Bagian kedua adalah sejumlah pernyataan mengenai diri Anda.

Dalam mengisi Daftar Isian diharapkan Anda memberi jawaban yang paling mendekati gambaran diri Anda yang sesungguhnya, tidak ada jawaban yang benar atau salah, pilihlah jawaban tanpa mendiskusikannya dengan orang lain.

Bantuan anda dalam memberikan pernyataan dalam kuesioner ini merupakan bantuan yang amat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini, dan semoga dapat berguna untuk lebih memahami kehidupan waria. Untuk kerjasama yang telah diberikan saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(70)

LEMBAR IDENTITAS

1. Usia : ……….tahun

2. Pendidikan Terakhir :

Pilihlah yang sesuai dengan memberikan tanda (√) didepan pendidikan terakhir Anda.

SD : ...kelas

SLTP : ...kelas SLTA : ...kelas D1/D3 : ...tingkat S1 : ...tingkat S2 : ...tingkat dll : ...

3. Pekerjaan :

(Boleh dipilih lebih dari 1, maksimal 2 yang paling dominan anda kerjakan)

pekerja salon penyanyi cafe/klub

psk

pengamen pedagang

(71)

PETUNJUK PENGISIAN

Pada halaman ini Anda akan menemukan sejumlah pernyataan, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda dengan memberi tanda (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:

TS : Jika pernyataan Anda anggap Tidak Sesuai dengan diri Anda.

ATS : Jika pernyataan Anda anggap Agak Tidak Sesuai dengan diri Anda, namun ada sedikit kecocokan.

AS : Jika pernyataan Anda anggap Agak Sesuai dengan diri Anda, namun ada

sedikit ketidakcocokan.

S : Jika pernyataan Anda anggap Sesuai dengan diri Anda.

Berikut ini adalah contoh pengerjaannya:

No. Pernyataan TS ATS AS S

1. Saya senang bertegur sapa dengan teman-teman saya.

X

Jika Anda ingin memperbaiki jawaban Anda beri tanda garis dua (=) pada jawaban yang lama dan silanglah jawaban yang baru.

Contoh :

No. Pernyataan TS ATS AS S

1. Saya senang bertegur sapa dengan teman-teman saya.

X

Setiap orang dapat memberikan jawaban yang berbeda sehingga tidak ada jawaban yang benar atau salah.

Gambar

Tabel 1 Item Fovourabel dan Unfovourabel
Tabel 3 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Tabel 4 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan
Tabel 7 Kategorisasi LRI
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa alasan kenapa penyakit kanker dapat mendorong seseorang untuk mencari tahu makna hidupnya, antara lain : kanker merupakan salah satu penyakit serius bahkan dalam

Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa waria yang merasa tertekan akibat penolakan sosial dan tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar akan membuat perasaan positif dan

Lewat media ini waria ingin menggambarkan sisi lain dari kehidupan mereka yang tidak pernah dituliskan oleh media, waria sebagai bagian dari masyarakat ingin

Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa waria yang merasa tertekan akibat penolakan sosial dan tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar akan membuat perasaan positif dan

Ada beberapa alasan kenapa penyakit kanker dapat mendorong seseorang untuk mencari tahu makna hidupnya, antara lain : kanker merupakan salah satu penyakit serius bahkan dalam

Seadngkan sub indikator berikutnya bahwa mahasiswa yakin dengan berwirausaha akan menjamin masa depan hidupnya dengan skor diperoleh sebesar 506 termasuk kategori sangat

Kategori Skor Gaya Hidup Kategorisasi Jumlah Presentase Rendah 9 8,8% Sedang 83 81,4% Tinggi 10 9,8% Total 102 100% Diskusi Pembahasan berdasarkan dari hasil analisis data

Makna hidup meaning of life Setelah tindakan percobaan bunuh diri tersebut subjek merasakan ada perubahan dalam kehidupannya ia merasa bahwa hidupnya lebih bermakna dan menjadi individu