PENDAHULUAN A. Latar Belakang
HutanjatidiIndonesiamemilikipotensi untukdikembangkansecarabaik
dandikelola menurutasas kelestariansecara ekonomi, ekologi dansosial.Hutan
jatidiIndonesiasaatinimerupakan tegakanyangtidaknormal, yangdidominasi
oleh pohon-pohon muda yang seharusnya tidak dipanen dalam jangka waktu
puluhantahun.
Permasalahanyangterjadidalampengusahaanhutanjatibegitukompleks,
mulaidarikegiatanproduksi (pembuatantanaman), pemeliharaansampaidengan
pemasaran hasil hutannya. Permasalahan ini tidak hanya darisegi teknis tanam
-menanam saja tetapi juga menyangkut aspek ekonomi, sosial budaya sampai
dengan kebijakan pemerintah. Permasalahan tersebut menjadi menarik sebagian
orang untukterusbelajardanmencaritahu.Ada duapermasalahan pentingyang
berkaitan dengan pengusahaan kayu jati, yaitu: pertama, batas etat yang
diperbolehkan dalam penebangan dankedua, nilai jual. Jikabatas pasokanyang
pada etat tersebut selalu memperoleh tekanan untuk memenuhi kebutuhan
industri, makayangterjadi adalahpenurunandayaproduksihutandankerusakan
sumberdaya hutan dan lingkungan. Ini berarti menjadikan produktivitas hutan
sebagai penjaga gawang terakhir bagi keberlanjutan produksi bahan baku,
produksiindustrikerajinandankebutuhankonsumen.
Dalam pengembangan pengusahaan kayu jati, informasi tentang pasar
komoditi (kayu) yang dihasilkan hutan, baik yang dikelola pemerintah maupun
rakyatsangatlahpentingsehinggapasarsangatberperandalammenentukanharga
jual, begitu juga faktor kelestarianhutan mutlakdibutuhkanuntuk memengaruhi
pasar.Untukitudiperlukankajianmengenaisistempengusahaanhutandanbisnis
perkayuan, khususnya jati, yang menguntungkan dengan tetap memerhatikan
produktivitas hutan, karena bagaimanapun juga penanam dan aktor bisnis
2
B. Rumusan Masalah
Penjualan dan perkembangan bisnis kayu jati memiliki andil dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemasukan kas negara. Namun
demikian, pada umumnya keuntungan yang diperoleh petani dalam penjualan
kayu yang dihasilkan masih tergolong rendah dibanding pelaku pasar lainnya.
Selama ini, disinyalirsistempemasaranyangkurangmenguntungkandipengaruhi
olehkinerjapengusahaanhutandanbisnisperkayuan.
Terdapat hubungan tarik menarik antara struktur, perilaku dan kinerja
pengusahaan hutan rakyat dalam batasan kelestarian ekosistem, sosial dan
ekonomi serta sistem pemanenan yang tebang butuh. Hubungan ini membentuk
suatu permasalahan sistemik dimana antara satu dengan yang lainnya saling
terkaitdansalingmemberikanpengaruh. Untukitupenelitianiniinginmenjawab
beberapapertanyaansebagaiberikut:
1. Bagaimana penggambaran sistem pengusahaan kayu jati dan simulasi
model dinamik komponen pertambahan nilai dalam sistem pengusahaan
kayujati?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan nilai produk
kayujati?
3. Skenario apa yang mendorong bagi kelangsungan kelestarian hutan dan
industri furnitur?
C. Pendekatan masalah
Pengusahaanhutandapatdipandangsebagaisebuahsistemyangterbentuk
dari subsistem-subsistem yang mendukungnya dan saling berhubungan. Sistem
yang membentuk pengusahaan hutan dan bisnis perkayuan terdiri dari tiga
subsistem yaitu subsistem produksi, subsistem pengolahan hasil hutan, dan
subsistem pemasaran. Hubungan antar elemen atau subsistem ini kemudian
menimbulkan suatu permasalahan yang kompleks, yang mengarah pada
permasalahansistemikdansalingberkaitanantarayangsatudenganyanglain
Ruang lingkup kajian ini adalah analisis structure (struktur), conduct
(perilaku), performance (kinerja)pengusahaanhutanrakyat.Denganmenganalisis
3
pengusahaan hutan jati maupun sifat hubungan antar ketiga aspek tersebut
diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi atau acuan dalam pengambilan
keputusan dalam penentuan kebijakan pengusahaan hutan dan hasil hutan,
khususnya jati, baik dari sisi produksi, pemeliharaan, maupun pemasaran.
Permasalahan ini akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu,
sehingga pendekatan yang kemudian digunakan dan dianggap sesuai dalam
penelitianiniadalahdenganmelaluipendekatansistem.
Pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan sistem
dinamik, yaitu pendekatandalam pembuatan modelyang menekankan hubungan
sebabakibatantar variabel danpola-pola tingkahlaku yangdibangkitkan dengan
bertambahnya waktu. Software yang digunakan untuk membantu analisis dalam
pendekatan sistem dinamik adalah STELLA. Penggunaan pendekatan ini lebih
ditekankan kepada tujuan-tujuan peningkatan pemahaman tentang bagaimana
tingkahlakumunculdaristrukturkebijakandalamsuatusistem.
D. Tujuan Penelitian
Tujuandaripenelitianiniadalah:
1. Tergambarkannya sistem pengusahaan kayu jati dalam sebuah model
simulasisertamempelajarinyadenganpendekatansistemdinamik.
2. Diperolehnya informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembanganrantainilaiprodukkayujati.
3. Tersusunnya rekomendasi skenario kebijakan yang sesuai dan
menguntungkanbagiparapelakupadasistempengusahaanhutandanhasil
hutan, khususnyausaha furniturkayujati.
E. Output Yang Diharapkan
1. Informasimengenaiketerkaitanantarkomponenpadaprosespengusahaan
hutandanhasilhutan, khususnyajati.
2. Tersedianya simulasi model sistem pengusahaan hutan dan hasil hutan,
khususnyajati.
3. Tersedianya dokumen yang berisi gambaran mengenai perilaku dan
4
F. Manfaat Penelitian
1. BagiPemerintahDaerah
Tersedianya informasi mengenai alternatif peningkatan potensi dan
kesejahteraan bagi masyarakat di daerah yang bisa digunakan sebagai acuan
dalamperumusankebijakan, khususnyauntukpengembanganhutanrakyat.
2. Bagimasyarakat
Tersedianya informasi mengenai pengembangan pengusahaan hutan
danindustri furniturkayujati (furnitur)agartetapsuksesbertahanpadapasar global.
3. BagiKPH(Perhutani)
Tersedianya informasibagi KPH dalam upayamenyeimbangkanrasio
kelestarian hutan dengan produksi yang dihasilkan serta masukan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hutan dan Jati
Dalam UU No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan dijelaskan bahwa hutan
adalah suatukesatuanekosistemberupahamparanlahanberisisumberdayaalam
hayati yangdidominasipepohonandalam persekutuanalam lingkungannya, yang
satudenganlainnyatidakdapatdipisahkan.
Jati merupakantanamantropikadansubtropika yangsejakabad ke-9 telah
dikenal sebagai pohon yangmemiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi. Di
Indonesia, jati digolongkan sebagai kayu mewah (fancy wood) dan memiliki
kualitas awettinggiyangtahangangguanrayapsertajamurdanmampu bertahan
hingga 500tahun(Sumarna, 2003).
Dalamsistemklasifikasi, tanamanjatimempunyaipenggolongansebagaiberikut:
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Dicotyledone
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis Linn.F
Jati menyebar luas mulai dari India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand,
sampai ke Indonesia khususnya Pulau Jawa. Jati tumbuh di hutan yang
menggugurkan daun di musim kemarau. Menurut sejumlah ahli botani, jati
merupakan spesies asli di Myanmar, yang kemudian menyebar ke semenanjung
India, Muangthai, Filipina, danJawa. Sebagian ahli botani lainmenganggap jati
adalahspesiesaslidiMyanmar, India, ThailanddanLaos.Sekitar 70% kebutuhan
jati dunia pada saat ini dipasok oleh Myanmar. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh
India, Thailand, Indonesia, Srilangka, dan Vietnam.Pasokanduniadarihutanjati
alam satu-satunya berasal dari Myanmar. Sedangkan lainnya berasal dari hasil
6
Jati paling banyak tersebar di Asia. Selain di keempat negara asal jati
(Myanmar, India, Thailand dan Laos) dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai
hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19),
Bangladesh(1871), Vietnam(awalabadke-20), danMalaysia(1909).Iklimyang
cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu
panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan
intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang
optimaladalahantara 0 – 700mdpl; meskijati bisa tumbuhhingga 1300mdpl.
Tegakan jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan
hanya terdiri dari satu jenis pohon. Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson
yangbegitukering, kebakaranlahanmudahterjadidansebagianbesarjenispohon
akan matipada saatitu.Tidak demikian denganjati. Pohonjatitermasuk spesies
pioniryangtahankebakarankarenakulitkayunyatebal.Tanahyangsesuaiadalah
yang agak basa, dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang baik),
mengandung cukup banyak kapur(Ca) dan fosfor(P).Jati tidaktahan tergenang
air. Pada masa lalu, jati sempat dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan
(diintroduksi)keJawa; ditanamolehorang-orangHinduribuantahunyanglalu.
Di Jawa, hutan jati tercatat menyebar di pantai Utara Jawa, mulai dari
Kerawang hingga ke ujung Timur pulau ini. Namun, hutan jati paling banyak
menyebardiProvinsiJawaTengah danJawaTimur, yaitusampaiketinggian 650
meterdiataspermukaanlaut.HanyadidaerahBesukijatitumbuhtidaklebihdari
200 meter di atas permukaan laut. Di kedua provinsi ini, hutan jati sering
terbentuk secara alami akibat iklim muson yang menimbulkan kebakaran hutan
secaraberkala. Hutan jati yang cukupluasdi Jawaterpusat didaerah alasroban
Rembang, Blora, Grobogan, dan Pati. Bahkan, jati jawa dengan mutu terbaik
dihasilkandidaerahtanahperkapuranCepu, KabupatenBlora, JawaTengah.Saat
ini, sebagian besar lahan hutan jati di Jawa dikelola oleh Perhutani, sebuah
perusahaanumummiliknegaradibidangkehutanan. Pada2003, luaslahan hutan
Perhutani mencapai hampir seperempat luas Pulau Jawa. Luas lahan hutan jati
Perhutani di Jawa mencapai sekitar 1,5 juta hektar. Ini nyaris setara dengan
setengah luaslahanhutanPerhutaniatausekitar11% luasPulauJawa(Wikipedia
7
juga dikembangkan di pulau Bali dan Nusa Tenggara. Dalam beberapa tahun
terakhir, ada upaya untuk mengembangkan jati di Sumatera Selatan dan
KalimantanSelatan, namunhasilnyakurangmenggembirakan.
B. Teori Sistem, Analisis dan Dinamika Sistem
MenurutAmirin(1992), istilahsistemberasaldariistilahYunani “systema”
yang mengandung arti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari sekian banyak
bagian; berarti pula hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau
komponensecarateratur.Istilahsistemdipergunakanuntuk menunjukkanbanyak
haldiantaranyauntukmenunjukkansuatuhimpunanbagianyangsalingberkaitan;
keseluruhan organ-organ tubuh tertentu; sehimpunan ide-ide, prinsip dan
sebagainya; hipotesis atau teori; metode atau tata cara (prosedur); skema atau
metodepengaturansusunansesuatu.
Sedangkan menurut Simatupang (1995), sistem adalah kumpulan obyek
-obyek yangsalingberinteraksidanbekerja bersama-samauntukmencapai tujuan
tertentu dalam lingkungan yang komplek. Obyek yang dimaksud disini adalah
bagian-bagian dari sistem, seperti input, proses, output, pengendalian umpan
balik, dan batasan-batasan dimana setiap bagian ini mempunyai beberapa nilai
atau harga yang bersama-sama menggambarkan keadaan sistem pada suatu saat
tertentu. Interaksi disini menghasilkan suatu ikatan antar obyek-obyek dalam
prosessistem, antarasistemdengansubsistem, sehinggadihasilkansuatuperilaku
sistem tertentu. Lima unsur utama dalam sistem, yaitu elemen-elemen atau
bagian-bagianyangmeliputi:
a. Adanyainteraksiatauhubunganantarelemen-elemenataubagian-bagian
b. Adanyasesuatuyangmengikatelemen-elemenataubagian-bagiantersebut
menjadisuatukesatuan
c. Terdapattujuanbersama, sebagaihasilakhir
d. Beradadalamsuatulingkunganyangkompleks.
Studi teori sistem dapat didefinisikan sebagai studi transdisiplin tentang
abtraksi organisasi fenomena, yang independen dari substansinya, tipe maupun
skalaspasialdantemporaldarikeberadaannya.Studiinimenginvestigasiprinsip
8
matematika untuk menggambarkan prinsip-prinsip tersebut (Heylighen dan
Joslyn, 1992).
Purnomo(2005)menyebutkanbahwateorisistemerathubungannyadengan
sibernetika dan dinamika sistem (system dynamics), yaitu model-model yang
terdiri dari jaringan peubah yang berubah dengan waktu; seperti model-model
“world dynamics” dari Jay Forrester dan Club of Rome. Dijelaskan pula bahwa
modeladalahabstraksidarisebuahsistem.Sistemadalahsesuatu yangterdapatdi
dunia nyata (real world). Sehingga pemodelan adalah kegiatan yang membawa
seluruh dunianyata ke dalam dunia tak nyataatau maya tanpa kehilangansifat
-sifat utamanya. Melalui model tersebut beragam percobaan dan perlakuan bisa
dimplementasikan, sehingga dampak dari beragam implementasi tersebut dapat
segeradiketahui.
C. Analisis dan Desain Sistem
Analisis sistem berguna mendekati masalah yang secara intuitif dapat
digolongkan ke dalam organized complexities atau kompleksitas yang
terorganisasi. Analisis sistem berguna untuk membahas sistem kompleks yang
terorganisasibaikyangterlihatatautidakterlihat(Purnomo, 2005).
Analisis sistem juga mempersyaratkan adanya dasar pemahaman terhadap
sistemtersebutbaiksedikitataubanyak.Pemahamantersebutdapatdicarimelalui
perenunganatausejumlahpustakayangada.
Tahapan pemodelan yang berbasis komputer telah dikemukakan dalam
banyak literatur, salah satunya dikemukakan oleh Grant et al. (1997) yang
menjelaskantahapantersebutsebagaiberikut:
1. Menentukan batasan sistem yang akan diteliti dan mengidentifikasi
komponen-komponendarisistemberupaparameterdanpeubahsistem.
2. Pengumpulandatakuantitatif dankualitatif.
3. Menentukan modelmatematikayangnenyatakanhubungan fungsional
antarkomponentersebut.
4. Evaluasi model, dimana model dimantapkan dengan percobaan
-percobaanmelaluikomputerdandibandingkan dengankeadaansistem
9
keadaan sistem yang sebenarnya atau melalui uji stastistik dan
observasi.
5. Eksperimen model dengan komputer, termasuk uji kepekaan
(sensitivity analysis).
6. Implementasihasilsimulasi(aplikasimodel).
D. Sistem Dinamik
Ford (1999) dalam Purnomo (2005) menjelaskan bahwa sistem dinamik
atau system dynamics secara formalmulaidikenaltahun1960-anmelaluikerjaJay
W. Forrester dan koleganya dariSloanSchool of Management diMassachusetts
Instituteof Technology(MIT), AmerikaSerikat.Merekamengembangkanide-ide
penerapankonsepteorikontrolumpanbalikterhadapasistem-sistemindustri.Ide
-ide ini kemudian dikenal sebagai industrial dynamics yang diimplementasikan
denganperangkatlunakDYNAMO.
Forrester (1999) dalam Purnomo (2005) mendefinisikan dinamika sistem
sebagai sebuah bidang untuk memahami bagaimana sesuatu berubah menurut
waktu. Dinamika sistem berakar dari atau dibentuk oleh persamaan-persamaan
difference dan diferensial. Purnomo (2005) juga menjelaskan bahwa dinamika
sistem merupakan studi mengenai perubahan sistem menurut waktu dengan
memperhatikan faktorumpanbalik.
E. Rantai Nilai dan Nilai Tambah
Istilah value chain (rantai nilai) pertama kali dikemukakan oleh Michael Porterdalambukunyaberjudul "CompetitiveAdvantage: CreatingandSustaining superior Performance" pada tahun 1985. Analisis rantai nilai ini, menguraikan
aktivitasdidalamdansekitarorganisasidanmenghubungkannyapadaposisi dan
suatuanalisaorganisasipesaingyangkuat(Recklies, 2001).
Gambar 1 berikut merupakan model dasar rantai nilai dari Porter (1985).
Gambar tersebut menjelaskan bahwa istilah margin (keuntungan) menyiratkan
bahwa kemampuan organisasiatauperusahaan untuk mendapatkan profit margin
tergantung kepadakemampuan mengelola hubunganantar semuaaktivitasdalam
10
memberikan sebuah barang atau jasa kepada konsumen dengan kemampuan
membayar lebih (willingness to pay) dari jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan
dalamrantainilaitersebut.
Inbound
FirmInfrastructure
HRManagement
TechnologyDevelopment
Procurement
Gambar 1 di atas juga menjelaskan bahwa kegiatan transformasi input
menjadi output yang meliputi inbound logistik, operasional, outbound logistik,
pemasaran dan penjualan, danjasa serta berbagai pendukungperusahaan seperti
infrastruktur perusahaan, SDM, pengembangan teknologi, dan pengadaan yang
dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaannya merupakan kegiatan yang saling
terkaitdalam value chain.
Menurut sebuah artikel dalam www.quickmba.com, tujuan aktivitas
transformasi yang digambarkan Porter (1985) adalah untuk menciptakan nilai
yang melebihi biaya yang dikeluarkan dalam menyediakan produk atau jasa,
dengan demikian dapat meningkatkan keuntungan. Dalam artikel tersebut juga
menjelaskanprosesprimer value chain, yaitu :
1. Inbound logistik, proses ini meliputi penerimaan, pergudangan, dan
pengendalianpersediaanmasukanmaterial
2. Operasional merupakan aktivitas yang berhubungan dengan proses
pembentukannilaiyangmengubahinputkepadaprodukakhir
3. Outbound logistik adalah aktivitas yang diperlukan untuk
mendapatkan produk jadi kepada konsumen, termasuk pergudangan
11
4. Pemasaran dan penjualan adalah aktivitas yang berhubungan dengan
pembeli yang potensial termasuk di dalamnya pemilihan saluran
penjualan, iklandanpenetapanharga
5. Jasa atau layanan merupakan aktivitas pemeliharaan dan peningkatan
nilai produk termasuk di dalamnya menjaga kepuasan konsumen dan
perbaikanpelayanan.
Rantai nilai menguraikan cakupan aktivitas yang diperlukan untuk
membawa produkataujasa (layanan)dari konsepsi, sampai tahap produksi yang
berbeda (menyertakan suatu kombinasi perubahan bentuk fisik dan masukan
berbagai produsen jasa), penyerahan ke konsumen akhir, dan penjualan akhir
setelah penggunaannya (Kaplinsky dan Morris, 2000). Empat mata rantai nilai
secara sederhana menurut Kaplinsky dan Morris (2000) dapat dilihat pada
Gambar2berikut :
Gambar2 RantainilaisederhanaolehKaplinskydanMorris(2000)
KaplinskydanMorris(2000)jugamenjelaskanbahwa, duniaproduksidan
pertukarannya yang seringditeliti bersifat kompleksdanheterogen. Tidak hanya
berbeda rantai nilai (keduanya berada di dalam dan antar sektor), tetapi juga
dilakukandalamkontekslokaldannasional.Tidakadametodologimekanisyang
digunakan melainkan dengan metode rantai nilai. Tiap rantai masing-masing
mempunyai karakteristik tertentu, peneliti dapat membedakan dan mengaitkan
objek penelitiannya lebih luas dan dapat secara efektif ditangkap dan diteliti
dengan pemahaman yang luas pula. Metode rantai nilai dimulai dengan
pemahamanalamipasarakhir(final markets), sertadipengaruhi:
1. Titikmasukanuntukrantainilaianalisa.
2. Pemetaanrantainilai.
3. Segmenprodukdan faktorsukseskritispasarakhir.
Desain Produksi Konsumsidan
pendauranulang
12
4. Bagaimanaprodusenmengaksespasarakhir.
5. Benchmarking efisiensiproduksi.
6. Penguasaanberhargarantai.
7. Meningkatkanmuturantainilai.
8. Distribusi.
Schmitz (2005) dalam Purnomo (2006) menjelaskan bahwa analisa rantai
nilaisangatefektif digunakanpadaaliranperdaganganproduk, dapatmenunjukan
tahapan pertambahan nilai dan mengidentifikasi aktor kunci dan kerjasama
terhadapaktorlainnyadalamsistem.
Menurut Schiebel (2007) Analisis rantai nilai didefinisikan sebagai sebuah satukesatuanyangterintegrasi(aktivitasstrukturhargadasar, biaya kepemilikan,
biaya eksternal dan internal) dan proses yang digunakan untuk menggambarkan
capaian dan biaya-biaya pada saat ini, seperti halnya dalam menilai dampak
potensi yang diusulkan oleh ECR (Efficient Consumer Response) pada
peningkatan konsep keseluruhan rantai persediaan untuk kategori produk
konsumsi.
Sedangkandalamartikelyangdimuatolehwww.mindtools.comdisebutkan
definisianalisarantainilaiyaitusuatualatanalisisuntukmendapatkanbagaimana
kemungkinan nilai terbesar bagi konsumen, sebagaimana mendapatkan nilai
keuntungan maksimal bagi produsen/penjual. Pada artikel tersebut juga
menyebutkantahapanprosesanalisarantainilaiyaitu:
1. Analisa aktivitas, langkahpertama yangdilakukandalam analisarantai
nilai adalah mengidentifikasi yang dilakukan untuk menciptakan suatu
barangataujasa.
2. Analisa nilai, langkah kedua adalah menilai aktivitas yang dilakukan
agarmendapatnilaiterbesarbagikonsumen
3. Evaluasi danperencanaan, langkahketiga adalah mengevaluasi apakah
barangataujasayangdihasilkanmengalamiperubahan nilaiatautidak,
kemudianmerencanakantindakankedepan.
Samuelson (1980)dan Gordon(1981) dalam Prahasto (1990)menjelaskan
konsep nilai tambah (value added) pada awalnya merupakan metoda yang
13
makatotal nasionaladalahpenjualandarinilaitambah setiapsektor. Perhitungan
GNP dengan metoda ini terutama ditunjukkan untuk menghindarkan terjadinya
double counting product akibatdihitungnyaprodukantara(intermediate product)
dalamGNPpadahalsebenarnyatermasukpadaperhitunganprodukakhir.
Nilaitambahadalah seluruh tambahanbiaya yangmencakupupah, bunga,
sewa, dankeuntunganakibatbertambahnyarantaikegiatanekonomiatautahapan
produksi (Samuelson, 1980 dalam Prahasto, 1990). Perubahan dari ekspor kayu
bulatmenjadieksporkayugergajian, selainmenambahpanjangrantaipengolahan
produk sebelum diekspor juga menambah biaya yang diperlukan untuk
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
PenelitianinidilaksanakandiKPH BantenPerumPerhutaniUnitIII Jawa
Barat dan Banten, Propinsi Banten. KBM Wilayah II Bogor, dan Industri
pengolahan kayu jati wilayah sekitar Jakarta pada bulan November hingga
Desember2007.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alatyangdigunakanmeliputi :
a. Seperangkatkomputer, softwareSTELLA8.0danMinitab14
b. Panduanpenelitian
c. Kuisionerpertanyaan
2. Bahan
Bahanyangdigunakandalampenelitianinimeliputidata primerdandata
sekunderuntukprosessimulasidanpemodelan :
a. Dataprimer, meliputi: catatanlapangan(field report)sebagaihasil
pengamatan langsung, lembar jawaban kuisioner dan hasil
wawancara dari setiap aktor yang terlibat dalam rantai nilai serta
sumberinformasipentinglainnya.
b. Data sekunder, meliputi: berbagai dokumentasi administratif
bidang kehutanan, seperti blangko data (form) monografi
kehutanan pada berbagai tingkat pemerintahan, blangko
administrasikayumeliputidaftarpenjualan, daftarhargajualdasar
kayu bundar jati, data biaya pengelolaan, data potensi luasan dan
volume, data sosial ekonomi serta sebaran jenis hutan serta data
15
C. Metode Pengumpulan Data
Data sekunder diperolehdariKPH BantendanKBM WilayahII Bogoryang
meliputi data luasan hutan kelas perusahaan jati, volume dan luasan tebang,
potensi hutan, data pembiayaan pengelolaan hutan, daftar penjualan, dan daftar
harga jual dasar kayu bundarjati. Pengumpulan informasi lainnya yaitu melalui
wawancaraterstrukturdanstudipustaka.
a. Wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner
adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk tujuan
mengumpulkan data dan pendapat dari responden yang ada
hubungannya dengan studi penelitian. Teknik kuisioner dipilih untuk
menggali informasi terkait dengan objek penelitian dengan
mengumpulkan informasi dari broker, dan industri pengolahan kayu
jatiyangmenggunakankayuKPHBantensebagaibahanbaku.
b. Studipustaka.Studipustakamerupakanteknikpengumpulandatadari
sumber-sumber yang relevan. Studi dokumenter mencakup
dokumentasi administratif dari lembaga yang besangkutan, juga
berbagai literatur dan hasil penelitian lain yang berhubungan. Studi
pustaka adalah mempelajari pustaka yang terkait dengan penelitian
untuk lebih memahami kondisi riil lapangan. Pustaka yang dipilih
difokuskan pustaka-pustaka yang masih terkait dengan tema
penelitian.
D. Metode analisis
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan sistem. Pendekatan sistem digunakan sebagai metode untuk
mengintegrasikan ragam pengetahuan yang didapat dari beragam metode untuk
menyelesaikan masalah yang kompleks (Purnomo, 2005). Pendekatan sistem
menekankan pada sebuah analisis dan desain secara keseluruhan, dari sebuah
komponen atau bagian-bagian. Pendekatan sistem melihat suatu permasalahan
dariluardanmemperhitungkandarisetiapsegi dan variabel, danhubungansosial
16
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemodelan
sistem yangmerupakan bagiandaripendekatansistem.Pendekatan ini dilakukan
untuk menghadapipermasalahan yang kompleksdan tidakmungkin diselesaikan
dengan pendekatan analitis. Pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang
memanfaatkan persamaan-persamaan deduktif untuk menggambarkan
keseluruhan sistem dan dinamikanya. Purnomo (2005) menyebutkan bahwa
analisis sistem mendasarkan pada kemampuan untuk memahami fenomena dari
jumlah data yang tersedia. Analisis sistem adalah sebuah pemahaman yang
berbasis padaproses, sehingga sangatpentinguntukberusahamemahamiproses
-prosesyangterjadi.Analisissistemjugamenguraikansuatusisteminformasiyang
utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk
mengidentifikasikandanmengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan
-kesempatan, hambatan-hambatan dan kebutuhan-kebutuhan yang terjadi pada
dunia nyata yang diharapkan menjadi umpan balik informasi, sehingga dapat
diusulkanperbaikan-perbaikannya.
E. Pengolahan Data, Pembuatan Model, dan Analisis Data
1. Identifikasiisu, tujuandanbatasan.
Identifikasi isu, tujuan dan batasan penting dilakukan untuk mengetahui
dimana sebenarnya pemodelan perlu dilakukan. Membuat tujuan secara spesifik
agar semakin memudahkan proses pembuatan model, dalam hal ini peneliti
membatasi ruang lingkup penelitian pada produk-produk furnitur kayu jati yang
berasal dari satu KPH. Sedangkan isu yang diangkat adalah mencari model
pertambahanrantainilaisertapihakyangberperandalammeraihkeuntungan.
2. PengolahanData
Pengolahandatadilakukandengantahapansebagaiberikut :
a. Pengolahan data wawancara terstruktur (kuisioner). Pengolahan
data tahap ini bertujuan untuk membuat data input model, data
diolah menjadidata kuantitatif (tabulasi)baik dalam bentuktabel,
grafikataupundiagram.
b. Pengolahan data sekunder, seperti data produksi, data penjualan
17
bertujuan untuk membuat data input model dari sumber yang
relevan yang selanjutnya data tersebut diolah menjadi data
kuantitatif (tabulasi) baik dalam bentuk tabel maupun grafik atau
diagram.
c. Studi pustaka digunakan sebagai bahan tambahan, dasar
perhitunganyangrelevanuntukstudiini.
3. KonseptualisasiModel
Pemodelan dinamik merupakan pemodelan yang menggambarkan
perubahan yang terjadi pada suatu sistem berdasarkan waktu (bersifat dinamis).
Dalam pemodelan ini satuan waktu yang digunakan adalah tahun. Fase ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang model yang
dibuat. Memasukkan data yang telah diolahke dalammodel (sebagai input)dan
membuatsimulasi.
4. SpesifikasiModel
Melakukan perumusan yang lebih detil dari setiap hubungan yang ada
dalam model konseptual. Jika pada model konseptual, hubungan dua komponen
dapat digambarkan dengan anak panah, makapada fase ini anak panah tersebut
dapatberupapersamaan numerikdengan satuan-satuanyangjelas. Peubahwaktu
yangdapatdigunakandalampemodelanjugaharusditentukan.
5. EvaluasiModel
Faseinibertujuanuntukmelihatapakahrelasiyangdibuattelahlogissesuai
denganharapanatauperkiraan.Tahapandalam faseiniadalah:
a. Pengamatan model dan membandingkan dengan kenyataan pada
dunianyata
b. Mengamati perilaku model, apakah sesuai dengan harapan/
kenyataanyangdigambarkanpada fasekonseptualisasimodel
c. Membandingkan perilaku model dengan data yang didapat dari
sistemataudunianyata
Proses pengujian kewajaran dan kelogisan model adalah melakukan
pembandingan dunia nyata dengan model yang dibuat. Perbandingan dilakukan
18
denganhipotesis = Ho : ymodel = yriil
H1 : yriil ≠ ymodel Dengankriteriahitunguji = χ2hitung < χ2tabel : terimaHo
χ2hitung > χ2tabel : tolakHo
6. PenggunaanModel
Model dapat dipakai untuk mengevaluasi ragam skenario atau kebijakan
dan pengembangan perencanaan dan agenda bersama antar pihak. Dalam
penggunaanmodelinidiperlukankegiatan:
o Membuat daftar panjang skenario dari semua skenario yang
mungkindapatdibuatdanakandikembangkan
o Menganalisishasildaridaftarpendekskenario
o Merumuskanskenariotersebutmenjadipilihankebijakan.
TahapanpemodelandananalisisdatapadastudiinidisajikanpadaGambar
3berikut:
Gambar3 TahapanPemodelan
Identifikasi Isu, tujuan dan batasan
Konseptualisasi model
Spesifikasi model
Evaluasi model
19
Dalampenelitianini, analisisrantainilaidilakukandengan :
1. Penelusuran rantai nilai tataniaga kayu dari produsen (Perhutani)
sampai ke pedagang dan konsumen, serta melakukan pemetaan
aliran produkyang mencakup: a) nilai output kotor, b) nilai input,
dan c)aliran fisikdariproduk
2. Analisa nilai tambah dan distribusi nilai tambah yang diterima
masing-masingaktoryangdirumuskansebagaiberikut :
π = Hj – B
Dimana:
π = Keuntunganyangditerimaolehaktor Hj = Hargajualproduk
B = Totalbiaya
3. Selanjutnya memasukkan nilai-nilai yang telah dicari ke dalam
KONDISI UMUM PERTAMBAHAN NILAI JATI
Jati merupakan salah satu komoditi berasal dari hutan yang baik dan
bernilai jual tinggi, karena memiliki nilai fisik dan estetika yang tinggi. Di
Indonesia jati banyak diperoleh di Pulau Jawa. Selain di Indonesia jati juga
banyak ditemukan di Kamboja, Thailand, Myanmar dan India. Nilai jati terus
mendapat perhatian karena perannya dalam peningkatan devisa negara serta
peningkatan kesejahteraanmasyarakat. Di Kamboja, pengelolaan hutanjati yang
dikelola oleh negara dengan rotasi 30 tahun dengan perlakuan penjarangan
menghasilkannilaikeuntunganbagiperusahaansebesarUS$ 1.000/Hapadatahun
ke-3, US$ 2.000/Hapadatahunke-8danUS$ 4.000/Hapadatahunke-15 dan20
sedangkan pada tahunke-30 pada pengelolaan tersebutmengasilkan keuntungan
US$ 30.000/Ha. Nilai yang hampir sama didapat pada pengelolaan tanpa
penjarangan, yaitu sebesar US$ 30.000/Ha, dengan nilai estimasi pohon berdiri
sebesar US$ 100/pohon dan terdapat 300 pohon/Ha (Agrifood Consulting
International, 2005). Pengelolaan hutan jati tanpa penjarangan memiliki nilai
NPV/Ha/Tahun sekitar US$ 55 pada tingkat suku bunga 10%, sedangkan
penjualan kayu persegi oleh lahan miliki pribadi, dijual seharga US$ 300/m3,
sehingga pada waktu panen perusahaan pengelola hutan jati menjual kayu yang
dipanennya kepada perusahaan penggergajian pribadi untuk meningkatkan nilai
kayutersebut(AgrifoodConsultingInternational, 2005).
DiMyanmar, produksikayubulatjatipadatahun1971-1997 yangdiizinkan olehpemerintahadalahrata-ratasebesar 609.500m3/tahun.Nilaijualkayubundar
jati berbeda tiaptahunnya. Berikut ini harga jualkayu bundardi Myanmarpada
beberapatahun :
Tabel1 HargajualkayubundardiMyanmarpadatahun1994-1998
Tahun 1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998
Harga(US$/log) 1.438 1.363 1.233 1.304
Perusahaanperkayuan diMyanmarmemilikiefisiensiproduksiprodukdari
pemanenan dengan nilai tingkat sisa produksi (limbah) sampai produk akhir
21
yang dipanen sebanyak 125 m3 (Castrén, 1999). Ekspor produk hasil hutan di
Myanmar memiliki peran yang cukup penting. Perputaran kayu banyak
didominasi oleh kayu bundaryaitu sebesar 80-85%, hanya sekitar 1/5 dari total
pendapatan eksporhasilhutandiisi olehprodukpengolahankayu.Produkolahan
primer seperti penggergajian, kayu lapis, dan kayu vinir mencapai 10-15% serta
pertambahan nilai pada industri kayu lainnya seperti moulding, flooring dan
furniturhanya 5% daritotaleksporhasilhutan.
SaatiniMyanmarbanyakmenggunakanhutanalamsebagaipenghasilkayu
bulat jati. Harga log kayu jati pada bulan Januari hingga Juni tahun 2007
bervariasi. Harga Kualitas II dihargai sebesar € 4.515/m3, harga kualitas III dihargaisebesar € 4.288/m3dankualitasIV denganharga € 3.944/m3.
Tabel2 Hargarata-ratagergajiankayujatiMyanmar(April-Mei2007) HargaRata-rata € perhoppus* Ton
KualitasKayuGergajian
April Mei
KualitasI 2.461 2.836
KualitasII 2.016 2.094
KualitasIII -
-KualitasIV 1.687 1.661
Kualitas V 1.325 1.350
Sumber: ITTO (2007); *Hoppuston = 1,8m3(1US$ = € 0,726 = Rp 9.042)
Furnitur di negara Cina memiliki peran penting bagi pendapatan negara
tersebut. Asosiasi furnitur Cina secara formal menganugerahi sebuah sebutan
furniturklasikEropapadadaerahYuhuandiProvinsi Zheijiang.Daerahinidapat
menghasilkan 90% industri furnitur yang memproduksi furnitur klasik Eropa,
denganrata-ratakapasitasproduksisebesar 900.000set furniturpertahun. Halini
merupakan produksi terbesar diCina bagianTimur danmemiliki andil30% dari
pasar nasional Cina, serta 70% produk furnitur telah dijual kepada 30 negara.
Harga kayu gergajian jati dengan panjang 4 meter dari Cina dihargai sebesar
10.000-12.000 Yuan/m3 atau sebesar 1321-1585 US$/m3 dengan nilai tukar
sebesar1US$ = 7,57 Yuan(ITTO, 2007).
Di Amerika Utara, pertumbuhan konsumsi furnitur di Amerika sejalan
22
dari4,7% daritahunsebelumnya.PeningkatanpertumbuhankonsumsidiAmerika
ini, kemungkinanbesarmembawapeningkatanpadanilaipasardunia sekitarUS$
88,58 milyarpada tahun2007 dibandingkanpadatahun sebelumnyadengan nilai
US$ 83,82 milyar.Sedangkan hargakayu jati gergajian(yang kasar)di Amerika
UtaramerupakankayuimpordariTaiwanbernilaiUS$ 2.125/m3(ITTO, 2007).
Indonesia memiliki peran yang sangat penting bagi persediaan kayu jati.
Indonesia memiliki 31% dari sekitar 94% total luas tanaman jati tropis di Asia
(Bhat, 2003).Di Indonesia, peranyangbesartersebutdidominasioleh pemegang
hak pengelolaan kawasan jati khususnya di Jawa yaitu Perhutani. Perhutani
sebagai pengelolakawasanjatiterbesar diIndonesia, memperkirakanpenerimaan
pada tahun2007 sebagai perusahaanpengelolaan hutannegara sebesarRp 2,415
triliun, suatu kenaikan sebesar Rp 500 milyardibanding tahun2006. Pemasukan
terbesar didapat darihasilhutankayusebesar 75% dan25% darihasilhutannon
kayu(ITTO, 2007).
Tabel3 VolumepenjualankayubulatjatidanpenerimaanPerhutani(1998-2002)
Penerimaan(Rp x 1000)
Tahun Volume(m3)
Total Rata-rata/m3
1998 703.005 550.602.273 783
1999 567.715 656.779.314 1.156
2000 726.653 675.994.415 930
2001 645.041 813.704.787 1.261
2002 613.219 836.439.281 1.364
Sumber: Siswamartana(2003)
Rata-rata harga kayu bulat jati di atas ditentukan beberapa faktor sebagai berikut :
o Komposisikayumenurutkelasdiameterdankualitas.
o Illegal loging yang membuat kelebihan persediaan kayu dan
menurunkanharga.
o Krisis ekonomi yang menyebabkan merosotnya daya beli
konsumen.
SetiapmeterkubikkayujatiyangdijualolehPerhutanimenyangkutkepada
23
o Pertambahannilaipadapajaksebesar10% darihargakayu
o Bagiansumberdayahutan
o Retribusikepadapemerintahdaerah
o Feelelangdankepeduliansosial
SetiapmeterkubikdiprediksibagianwajibpajaksebesarRp450.000untuk
penjualan langsung dan Rp 650.000 untuk penjualan melalui lelang
(Siswamartana, 2003).
Berikut initabel perbandingan nilai kayu gergajianjati di berbagai negara
padatahun2007 :
Tabel4 NilaiKayugergajianjatidiberbagainegara
NamaNegara Kualitas NilaiKayuJati(US$)
I 2.026
II 1.572
IV 1.280
Myanmar
V 1.027
Cina* - 1.453
Taiwan - 2.125
I 809
II 753
Indonesia (penjualan
dalamnegeri)
III 677
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Model
1. Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
Tingkat kebutuhankayusemakinmeningkat dan diiringidengansemakin
bertumbuhnya industripengolahankayu.Permintaankebutuhan kayuyangtinggi
tidak diimbangi dengan persediaan sumber daya hutan terutama kayu. Hutan
tanamanyangbanyakberdirimenggantikanhutanalamyangkianberkurangjuga
berperan sebagai pendukung persediaan kayu bulat untuk memenuhi pasar.
Perhutani sebagai perusahaan pengelolaan hutantanaman terbesar dipulau Jawa
memilikiandilbesardalampenyediaankayujatiyangdimintaolehpasar.
Total luas kawasanhutan yang dikelola Perhutani adalah seluas 3.009.771
ha yang meliputi hutan produksi, hutan lindung, hutan konservasi, dan taman
nasional, dengan luas1.083.925 haberupakawasanhutan jati.Pada2003, sekitar
76% lahanhutanjatiPerhutanidiJawadikukuhkansebagaihutanproduksi, yaitu
kawasan hutan dengan fungsi pokok memproduksi hasil hutan (terutama kayu).
Hanya kurang dari 24% hutan jati Perhutani dikukuhkan sebagai hutan lindung,
suaka alam, hutanwisata, dan cagar alam. Sedangkan KPH Banten yangberada
dibawah pengelolaan PerumPerhutani Unit III Jawa Barat danBanten memiliki
luas kawasan hutan jatisebesar 36.438,55 Haatau sebesar 1,21% dari total luas
hutanPerumPerhutanidansebesar3,36% dariluaskawasanjatiPerumPerhutani.
Mengingat lahannya yangrelatif cukupluas, hutanjatidipandangmemiliki
fungsi-fungsinon-ekonomis yangpenting.Memiliki nilaiyangbesardanpenting
untuk pendapatan negara. Begitu juga dengan industri hilir yang berada
setelahnya, seperti penggergajian kayu, industri mebel dan lainnya. Nilai-nilai
tersebutmengalirdariprodusenhinggakekonsumen, dengannilaiyangberbeda.
Pada penelitian ini penulis membatasi lingkup penelitian hanya pada jati
yang berasal dari KPH Banten. Selanjutnya melakukan penelusuran aliran kayu
hingga ke industri pengolahan kayu jati (furnitur) di daerah Jakarta dan
sekitarnya.
Pengelolaan hutan yang dilakukan oleh Perhutani memiliki banyak tujuan,
25
kesejahteraan masyarakat dan membuka peluang kerja bagi masyarakat,
mendukung dan berperan serta dalam pembangunan wilayah dan perekonomian
nasional. Dalam rangka pengelolaan hutan lestari, pengelolaan hutan Perum
Perhutani jugs bertujuan meningkatkan produktivitas, kualitas dan nilai sumber
daya hutan. Isu yang diangkat dalam pemodelan ini adalah mencari dinamika
sistempertambahannilaijatidiKPHBantenmelaluipenelusuranproduklanjutan
kayujati.
Pemodelan ini dibuat dengan tujuan untuk menggambarkan sistem
pengusahaan kayu jati, menggambarkan sistem tersebut dalam sebuah model
simulasi serta mempelajarinya dengan pendekatan sistem dinamis, diperolehnya
informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai produk
kayu, serta tersusunnya rekomendasi skenario kebijakan yang sesuai dan
menguntungkan bagi pelaku pada sistem pengusahaan hutan dan kayu jati.
Berdasarkan model tersebut diharapkan dapat menjadi informasi mengenai
alternatif peningkatanpotensi dankesejahteraanbagimasyarakatdidaerah, dapat
memberikan masukan mengenai pengembangan pengusahaan hutan dan industri
pengolahankayujati(furnitur)agartetapsuksesbertahanpadapasarglobal, serta
dapat memberikan masukan bagi KPH agar dapat menyeimbangkan rasio
kelestarian hutandengan produksiyangdihasilkan sertamasukanpengembangan
usaha lainnya. Batasan sistem terkaitdengan sumberbahan bakukayu jati yang
dalamhaliniadalahKPHBanten, lingkuppemasaranproduklanjutankayujatidi
daerah Jakarta dan sekitarnya seperti broker dan industri pengolahan kayu jati.
Batasan sistem ditetapkan dengan tujuan untuk memisahkan komponen yang
berada di dalam sistem dan komponen yang berada di luar sistem. Komponen
yang beradadi dalamsistem dibatasisebagai berikut : (1)Harga jualdasarkayu
bundar jati Perhutani, (2) Harga beli dan harga jual broker, (3) Biaya industri
pengolahan kayu jati dan harga jual produk, (4) Satuan produk dan (5)
Keuntungan.
2. Konseptualisasi
Model konseptual yang dikembangkan dideskripsikan melalui aliran dan
26
dan produksi kayu KPH Banten, penjualan kayu, industri pengolahan kayuserta
pasar produk furnitur. Pemodelan dinamik merupakan pemodelan yang
menggambarkan perubahan yang terjadi pada suatu sistem berdasarkan waktu
(bersifat dinamis). Dalam pemodelan ini satuan waktu yang digunakan adalah
tahun. Fase ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh
tentangmodelyangdibuat.
Kebutuhan akan kayu yang terus meningkat dapat dilihat dari besarnya
permintaan kayu di pasar. Pasar dapat menjadi penentu besaran produksi yang
dihasilkan dari hutansebagai penghasil kayu (bahanbaku), dalam hal penghasil
kayu KPH Banten berperan sebagai penghasil kayu bulat yang dihasilkan dari
kegiatan pemanenan. Kegiatan pemanenan merupakan rangkaian kegiatan
pengelolaan hutan, dimana kegiatan pengelolaan hutan biasanya dimulai dengan
kegiatan penanaman, lalu diikuti oleh kegiatan lainnya seperti pemeliharaan,
penanaman dan sebagainya. Banyaknya penanaman akan mempengaruhi
dinamika tegakan yang akan berhubungan dengan banyaknya penebangan. Jika
yang ditanam banyak memungkinkan akan dapatbanyak menebang pada waktu
yang akan datang, yang akan mengahsilkan kayu bulat. Kayu bulat yang
dihasilkan tersebut selanjutnya diolah melalui industri pengolahan kayu primer
yangakanmenghasilkanprodukkayuolahan.
Pengelolaan hutan lestari diharapkan mampu menghasilkan produk yang
dapat menyeimbangkan permintaan kayu khususnya jati yang menguntungkan
secara sosial ekonomis, produktif, dan berwawasan lingkungan. Sehingga selain
dapat meningkatkan nilai perolehan dari kayu yang dihasilkan juga dapat
meningkatkan kesejahteraanmasyarakatsekitarhutandanpendapatanmasyarakat
lainnyamelaluiindustripengolahankayu.Konseptualisasimodeldalampenelitian
27
(+)
(+) (+)
(+) (+)
(+) (+)
Pengolahan kayubulat
(+)
(+) (+)
(+) (+)
Penjualanproduk
(+)
Gambar4 Konseptualisasimodelyangdikembangkan
Gambar 5 di bawah ini merupakan diagram sebab akibat alir kayu KPH
Banten. Diagram ini meliputi aktor, peran aktor dan aliran kayu. KPH Banten
sebagai salah satu sumber penghasil kayu bulat Perum Perhutani menghasilkan
kayu tiap tahunnya, dengan jumlah volume yang berbeda. Aktor selanjutnya
adalah Broker yang memiliki peran dalam aliran pertambahan nilai kayu KPH
Banten, selanjutnya kayu bulat tersebut akan diproses pada industri pengolahan
kayuyangterdiridaripenggergajian, pembuatan furnitur(produsen), danterakhir
finishing untuk mempertinggi nilai kualitas furnitur. Selanjutnya produk furnitur
tersebutdijualkepadakonsumen.
pemanenan
Konsumsi domestik
Ekspor
JatiKPH
Penanaman
Kayubulat
Produkkayu
olahan
Industri
furnitur pasar
Hutanjati
penjualan
28
Hutanjati JatiKPH
Kayubulat
broker
Penjualanlangsung Lelang
Penggergajian
Produsen furnitur Pertumbuhan
Gambar 5 DiagramsebabakibatalirkayujatiKPH
3. Pertambahan Nilai Jati KPH Banten
Dari hasil studi ini, diperoleh pertambahan nilai jati KPH Banten dengan
nilai yang berbeda pada setiap aktor, perolehan pertambahan nilai dapat dilihat
pada Tabel 4. Nilai output diperoleh dari nilai produk akhir. Nilai pertambahan
kayu yang diperoleh ditentukan dari masukan bahan baku sejumlah 1 m3 yang
akan terus menjadi produk akhir sebanyak 0,285 m3. Tiap aktor memiliki peran
berbeda dalam pertambahan nilai kayu jati, penyumbangterbesar diprediksi dari
perhutani. Sedangkan aktor dalam industri pengolah kayu sebagai penyumbang
pertambahan nilai terbesar dipegang oleh produsen furnitur. Berikut ini
29
Tabel 5 Pertambahannilaikayujatiditiapaktordanproduk(Rp x 1.000/m3)
Aktor Nilai Output Nilai Input Output bersih
Perhutani 2.496 1.711 785
Broker 497 200 297
Penggergajian 1.011 500 511
Produsen furnitur 2.047 1.260 787
Finishing 1.360 680 680
Penjual 1.052 474 578
Nilai pada tabel di atas masih memerlukan perhitungan kembali untuk
mendapatkan hasil nyata yang diperoleh dari 1 m3 produk kayu bulat sebagai
bahan baku yang akan menjadi produk akhir sebesar 0,285 m3. Sehingga
diperlukan faktor konversi sebagai pembantu perhitungan, karena tiap aktor
menghasilkan produk tinggal yang berbeda. Tabel 6 berikut ini merupakan
perhitunganyangdilakukanuntukmendapatnilaipadaprodukakhir :
Tabel 6 Pertambahannilaikayujati(Rp x 1000/m3)
Aktor Faktor Konversi
Produk Tinggal
Nilai Output
Input Biaya
Pertambahan Nilai (bahan)
% m3 Rp Rp Rp
Perhutani 100 1 2.496 1.711 785
Broker 100 1 497 200 297
Penggergajian 50 0,5 505 250 255
Produsen furnitur 60 0,3 614 378 236
Finishing 95 0,285 387 193 193
Penjual 100 0,285 299 135 164
Total 4.801 2.868 1.933
Sumber : Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1999), Hidayat (2007),
Purnomo(2006)
Produktinggalmerupakanperkalianantara faktorkonversiyangdigunakan
dariaktorkepadaaktoryangselanjutnya. Tabeldiatasmenunjukan bahwauntuk
mendapatkan produktinggal berupaproduk furnitur sebesar 0,285 m3yangtelah
30
m3, dengan harga akhir sebesarRp 4.801.000 yang membutuhkan biaya sebesar
Rp 2.868.000 serta pertambahan nilai dari bahan yang digunakan sebesar Rp
1.933.000. Sedangkan pertambahan nilai yang dihasilkan dari produk satu ke
produkselanjutnyadapatdilihatpadaTabel 7 berikut.
Tabel 7 Pertambahannilaikayujatipadabahandanprodukhasil(Rp x 1000)
Aktor Pertambahan Nilai (bahan) Pertambahan Nilai (produk)
Rp/m3 % Rp/m3 %
Perhutani 785 40,61 785 21,57
Broker 297 15,41 297 8,18
Penggergajian 255 13,23 511 14,05
Produsen
furnitur
236 12,21 787 21,63
Finishing 193 10,03 680 18,69
Penjual 164 8,52 578 15,88
Total 1.933 100,00 3.639 100,00
Totalpertambahannilaibahanpermeter kubiksampaiprodukakhiradalah
sebesarRp1.933.000/m3, denganaktoryangmenikmatipertambahannilaibahan
terbesar adalah Perum Perhutani sebesar 40,61%. Hal ini diprediksi karena
dipengaruhi faktor konversi dan volume penjualan yang besar. Tetapi dengan
melihat waktu yang dibutuhkan untukmemeroleh nilai tersebut broker memiliki
peluang yang cukup besar dibanding Perhutani. Sedangkan pertambahan nilai
yang dihasilkan dari produkadalah sebesar Rp 3.639.000/m3. Pertambahan nilai
produk dari Tabel 5 di atas diperoleh bahwa produsen furnitur mendapat
persentase pertambahannilai produkterbesar, yaitu sebesar 21,63% atau sebesar
Rp 787.000 dari total pertambahan nilai produk sebesar Rp 3.639.000. hal ini
disebabkan karena pertambahan nilai produk tidak dipengaruhi faktor konversi,
melaikanlebihdipengaruhiolehkeuntunganyangdidapatolehtiapaktornya.
Besaranjumlahpertambahannilai yangdiperolehaktorterdistribusisecara
bervariasi.Aktorindustri pengolahankayu(penggergajian, produsen furniturdan
31
sebagaiprodusenmendapatkan40,61%. Broker mendapatkan15,41% danpenjual
memperoleh8,52% daripertambahannilaijatidaribahanyangdiproduksi.
4. Spesifikasi Model
Pemodelan dinamika sistem pertambahan nilai kayu jati KHP Banten ini
menggunakan software sistem dinamik STELLA 8, terdiri dari beberapa
submodel :
1. ArealHutan
Submodelareal hutan menggambarkan sumberdaya hutansebagai tempat
produksi kayu jati dari kawasan hutan KPH Banten sebagai sumber
kebutuhan kayu bulat di berbagai daerah. KPH Banten telah memiliki
komitmen bersama dengan direksi Perum Perhutani tentang pembebasan
wilayah hutan dari tanah kosong, sehingga KPH Banten telah melakukan
pengawalantanaman secara serius yaitu dengan membentuk brigade hijau
dimanapersentasetumbuhtanamanminimal 95% danlajukerusakanhutan
tidaklebihdari2% pertahun.KPHBantentidakhanyaberkonsentrasipada
pembuatantanamantetapijugapadapemeliharaannya.Dalamsubmodelini
diasumsikanbahwapenananamandilakukandandisesuaikandenganluasan
kawasan hutan yang dipanen. Ingrowth merupakan jumlah tanaman yang
hidup saat penanaman yang akan masuk menjadi kelas umur (KU) 1.
Sedangkan pembalakan liar dianggap tidak ada (nol). Jumlah pohon pada
tiap kelas umur didekati dengan persamaan yang digunakan oleh Sopari
(2007) :
N = (LKUi x 10.000) : (0,5 x JT2 x 1,73)
Dimana:
N = JumlahpohontiapKU.
LKUi = Luaskelasumuryangakandicarijumlahpohon.
JT = Jaraktanam
Tabel8 Persenpenjarangandanpersentumbuhterhadapjumlahpohon
Jenispersentase 1 2 3
Penjarangan 0,021 1,217 1,39
Tumbuh 98,6 98,0 99,0
32
Persen penebangan di KPH Banten pada setiap tahunnya berbeda,
penebangan rata-rata pada 5 tahun terakhir adalah sebesar 11.342,97 m3;
sedangkan etatluas danetat volume masing-masingsebesar242 Ha/tahun
dan 21.983 m3/tahun (KPH Banten, 2008). Pada submodel areal hutan,
penebangan didekati dengan jumlah pohon yang ditebang pada setiap
tahunnyadenganmenggunakan persentebangterhadapjumlahpohonyaitu
sebesar 0,85% - 1% penebangan kelas umur (KU) 4 dan 1,988%
penebanganpadakelasumur(KU) 5 setiaptahunnya.Simulasimodelyang
dapatdigambarkanpadasubmodelinidapatdilihatpadaGambar 6 berikut :
penjarangan1
out growt2 out growt3 out growt4 jml phn
Gambar 6 Submodelarealhutan
2. PenjualanKayuPerhutani
Submodel ini menggambarkan aliran kayu jati yang dipasarkan dan
dijualdariKPHBantenmelaluiKesatuanBisnisMandiri(KBM)wilayahII
Bogor. Penjualandalamnegeri hasilhutankayujatidanrimba padaperum
perhutani, dalam kondisi dan situasi saat ini telah banyak mengalami
perubahan. Pejabat yang ditunjuk dan diberikan wewenang untuk
memasarkan dan melayani penjualan kayu bundar di wilayah kerjanya
adalahGeneralmanajer, dalamhaliniwilayahIIBogormelayanipenjualan
33
Kayu jati bundar yang dipasarkan dan dijual, dilakukan dengan
beberapa macam penjualan, yaitu penjualan melalui lelang, penjualan
langsung dan penjualan dengan kontrak. Penjualan melalui lelang adalah
penjualan hasil hutan kayu bundar yang dilaksanakan di depan umum
dengan cara penawaran terbuka. Penjualan melalui lelang ini dilakukan di
kantor pemasaran Perhutani Unit III Bandung. Penjualan lelang ini juga
masih dibagi lagi menjadi lelang kecil dan lelang besarnya volume
penjualan hasil hutan melaui saluran lelang pada masing-masing general
manager ditetapkan oleh kepala unit. Penjualan langsung merupakan
penjualan hasil hutan kayu bundar yang dilakukan dengan menerbitkan
Surat Izin Pembelian (SIP), penjualan langsung ini merupakan penjualan
terbanyak yang sering dilakukan oleh para pengguna kayu bulat, baik
industri penggergajian, pengrajin dan masyarakat umum yang membeli
kayu. Sedangkan penjualan dengan kontrak adalah penjualan hasil kayu
bundar yang dilakukan oleh Perum Perhutani dengan pihak pembeli yang
dituangkandalamsuatuperjanjianjualbeli.Penjualansemacaminibiasanya
dilakukan dalam kapasitas yang besar dan dilakukan oleh industri-industri
pengolahan kayu dengan kapasitas besar (>6000 m3/tahun). Kayu yang
dipasarkan untuk keperluan industri pengolah kayu (furnitur) kebanyakan
berasal dari jenis tebangan A. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
rasio volume tebangsebesar0,824 m3/pohon, sedangkan rasio penjarangan
sebesar 0,0268 m3/pohon (KPH Banten 2007-2008). Submodel penjualan
KPHinidisimulasikanpadaGambar 7 dibawahini:
v ol tebang penjualan stok kay u
luas tanam luas tebang
total
34
Kayu bulat yang dihasilkandari KPH BantenPerum Perhutani Unit
IIIJawa Baratdan Bantendipasarkan danselanjutnya dipergunakan untuk
keperluan produksi berbagai produk yang akan terus sampai kepada para
pengguna atau konsumen. Kayu tersebut melewati beberapa aktor yang
akan mempengaruhinilaikayutersebut.Diantarabanyaknyaaktortesebut,
kayuyangberasaldariKPHBantenkemudiandipasarkanmelaluiKesatuan
BisnisMandiri(KBM)PerumPerhutani WilayahIIBogordandiantaranya
dibelidandisalurkanolehperantara (broker).
3. Perantara/Broker
Submodel ini adalah aktor lanjutan yang memiliki peran dalam
pertambahan nilai kayujati yaitu perantara/broker, kayuyang berasal dari
KBM PerumPerhutaniWilayahIIBogordijualkepada broker (perorangan
atau perusahaan) yang selanjutnya menjual kayu jati yang diperolehnya
kepada industri pengolahan kayu pertama (penggergajian). Industri
penggergajiandapatpulamembelilangsungdariKBM.Gambar8dibawah
iniadalahsubmodel Broker :
input ky broker
ky masuk penggergajian penjualan
Table 2 nilai beli nilai jual
net broker jml kay u
jual broker Graph 5
perantara (broker)
Gambar8 Submodelperantara(broker)
4. Penggergajian
Kayu yang dipasarkan oleh broker selanjutnya akan menjadi bahan
35
gergajian. Pada submodel ini, kayu gergajian memiliki rendemenrata-rata
sebesar 50%, dimana 1 m3 kayu bulat akan menghasilkan 0,5 m3 kayu
gergajian (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999) sebagai
perbandingan, nilai rata-rata rendemen penggergajian di Amerika Serikat
sebesar 54% dandiInggrismencapai 55%.
Table 3
net penggergajian nilai input
sawmill
nilai output sawmill
jml ky gerg
konsumsi ky gerg ky masuk
penggergajian
bahan baku kay u gergajian
limbah
jml kay u diolah
tk prod ky gerg rendemen
Graph 7 industri penggergajian
Gambar 9 Submodelpenggergajian
5. ProdusenFurnitur
Submodelini menggambarkanaktor danproseskayugergajian yang
berasal dari industri penggergajian selanjutnya menjadi bahan baku bagi
industri furnitur yang akan menghasilkan produk mentah furnitur berupa
kursi, meja, pintudanproduklainnya.Hidayat(2007) menyebutkanbahwa
produkyangdihasilkanmemilikinilairendemensebesar40-60%.Sehingga
dengan bahan baku kayu gergajian sebesar 0,5 m3 akan menghasilkan
produk furnitursebesar0,3 m3. Gambar10berikutini merupakan simulasi
36
tk prod meubel konsumsi meubel
6. FinishingdanPenjual
Submodel ini menjelaskan, lanjutan proses setelah menjadi produk
mentah kemudian diteruskan kepada industri finishing yang akan
menghasilkan produkjadi yang siapdijual. Purnomo (2006) menyebutkan
nilai rendemen industri finishing ini adalah sebesar 95% sehingga produk
mentah sebesar 0,3 m3 akan menghasilkan produk jadi yang siap dijual
sebesar 0,285 m3 sedikit berbeda dengan hasil yang diperoleh Purnomo
(2006) yaitu sebesar 0,24 m3. Selanjutnya produk-produk furnitur dijual kepadakonsumenmelaluipengecerataupenjual furnitur.
prod mentah tk prod jadi
konsumsi
f inishing nilai output
penjual
net f inishing net penjual
nilai input penjual
Graph 9
Table 11
industri f inishing dan penjual
37
B. Evaluasi
Evaluasi model dilakukan untuk mengetahui kemampuan model dalam
mendeskripsikan keadaan sebenarnya di lapangan. Evaluasi model dilakukan
denganmenggunakananalisissensitivitaskeluaran, yangterjadiakibatperubahan
nilai masukan.Keluaranhasilsimulasiakandibandingkandenganteoriyangada.
Tujuannya, untukmengamatisejauhmanamodeldapatmemprediksi denganbaik
apabilanilaimasukandiubah-ubah(Sunaryo, 2006).
Grant et al (1997) menjelaskan langkah-langkah evaluasi model dalam
tahapanberikut :
1. Menilai kelayakan pada struktur model dan dapat diinterpretasikan pada
hubungan fungsionalmodel
2. Mengevaluasi kesesuaian antara model dengan pola perilaku model yang
diharapkan
3. Pengujiankesesuaianmodeldengandatayangadadidunianyata
4. Menentukan kepekaan (sensitivity) model terhadap perubahan nilai
parameterpenting
Evaluasi model yangdilakukan pada penelitian ini menilai kelayakandan
kewajaran dalam menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Proses pengujian
dilakukandenganujiKhikuadrat(χ2)(Walpole, 1995)denganrumusberikut : χ2hitung = ∑ (yriil – ymodel)2/ ymodel
Denganhipotesis = Ho : ymodel = yriil
H1 : yriil ≠ ymodel Dengankriteriahitunguji = χ2hitung < χ2tabel : terimaHo
χ2hitung > χ2tabel : tolakHo Hipotesis:
Ho : Tidakadahubunganantarahasil volumetebangmodelsimulasidengan
volumetebangrencanaproduksi.
H1 : Terdapathubunganantarahasil volumetebangsimulasidengan volume tebangrencanaproduksi.
Dariperhitunganmenggunakan software Minitab14diperolehhasil
sebagaiberikut:
38
Sehingga χ2 hitung > χ2 tabel dengan demikian Ho ditolak. P-value masing
-masing statistik uji menunjukan rasio di bawah α = 0,05. Sehingga hasil uji
hipotesis mengarah pada kesimpulan menolak hipotesis awal yang mengatakan
tidak ada hubungan antara hasil volume tebang model simulasi dengan volume
tebang rencana produksi. Ini berartiada keterkaitan antara hasilsimulasi dengan
rencanaproduksi, sehinggasimulasimodeldapatdikatakanwajardanlogis.
Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui total
pertambahan nilaikayujati denganmengubah-ubahpersentebangproduksikayu
jati.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah persen tebang kelas
diameter4 dan 5 padaproduksi kayubulat perhutaniyaitu(1) 2% dan2,5%; (2)
3% dan 0,9%; (3) 5% dan 0,9%. Semakin besar produksi kayu bulat yang
dimasukkanmakasemakinmengubahkomposisidinamikategakandanmengubah
besaran nilai total pertambahan nilai yang dihasilkan. Hasil analisis sensitivitas
modeldapatdilihatpadagambar12berikut :
9:56 15 Apr 2008
analisis sensitiv itas keluaran Page 1
0.00 25.00 50.00 75.00 100.00
Y ears
1: total nilai 2: total nilai 2 3: total nilai 3
1
Gambar12 Analisissensitivitasmodelterhadapperubahantotalpertambahan
nilai
Keterangan :
1. Total pertambahan nilai yang dihasilkan dari perubahan persen tebang pada
39
2. Total pertambahan nilai yang dihasilkan dari perubahan persen tebang pada
kelasumur4dan 5 masing-masingsebesar3% dan0,9%
3. Total pertambahan nilai yang dihasilkan dari perubahan persen tebang pada
kelasumur4dan 5 masing-masingsebesar 5% dan0,9%
Grafik pada Gambar 12 di atas menunjukkan adanya fluktuasi total
pertambahannilaidarisemuaaktorpenjualankayudanproduk.Peningkatantotal
pertambahannilaiyangdihasilkandariperubahan masukanjumlahproduksikayu
bulatPerhutanimemilikitotalpertambahannilaiyangberbeda.Halinidisebabkan
karena nilai masukan dan keluaranpada analisis sensitivitasmemiliki nilai yang
berbeda padatahunsimulasitersebut. Berdasarkanhasilanalisissensitivitasyang
dilakukan, dapat dilihat tahun ke-37 merupakan tahun yang optimal dari
pertambahan nilai kayu jati dilihat dari aspek finansial. Tanpa melihat etat luas
dan volume yang ada, maka dapat dilihat peningkatan total pertambahan nilai
padatahunke-100adalahsebagaiberikut :
Tabel8 Analisissensitivitasdengantotalpertambahannilai(Rp)
Totalpertambahannilai
padaAnalisissensitivitas 1 2 3
Tahunke-37 71.934.384.562 61.194.968.872 80.329.294.587
Akhir(tahunke-100) 62.005.708.905 57.734.000.372 106.074.526.688
C. Penggunaan Model 1. Simulasi Dasar
Simulasi dasar model yang dibuat menjelaskan keadaan sektor kehutanan
baikpengusahaanhutanyangdalamhaliniPerumPerhutaniKPHBanten, sampai
padapengolahankayupadamasayangakandatang(jangkawaktu100tahun)jika
diasumsikan tidak ada perubahan nilai harga jual kayu bulat Perhutani dan
perubahan nilai harga jual produk. Berikut ini menunjukan beberapa submodel
pertambahannilaikayujatidalam100tahunyangakandatang :
1. ArealHutan
Padasubmodelarealhutaninidiasumsikanbahwaoutgrowthyangterjadi
sebesar 10% dari luas tiap kelas umur (KU), sedangkan penebangan
40
menyesuaikanjumlah pohonyangditebang dengannilairasio jumlahpohon
yang ditebang terhadap luasan areal adalah 111 pohon perhektar (Perum
Perhutani2007).Nilai volumetebangyangdihasilkantiaptahunberfluktuasi
dikarenakan jumlah pohon outgrowth berbeda tiap tahun, sedangkan
penebangan terjadi pada kelas umur (KU) IV dan V. Penebangan yang
diharapkanadalah tidak lebihdari etatyangtelah ditentukan.Hasilsimulasi
dasar submodelareal hutan dapat dilihat padaGambar 13. Besarnya jumlah
pohontiapKUadalahsebagaiberikut :
Tabel 9 JumlahpohontiapKUpadaakhirtahunsimulasidasar
KU I II III IV V
Jumlah pohon
2.304.815 1.784.759 1.796.310 1.703.267 170.845
9:36 26 Mei 2008
Dinamika tegakan kelas umur Page 1
0.00 25.00 50.00 75.00 100.00
Y ears
Gambar13 Dinamikategakankelasumur(simulasidasar)
2. PenjualanKayuPerhutani
Penjualan kayu yang dilakukan Perhutani dilakukan dengan berbagai
cara. Cara penjualan yang paling banyak dilakukan dengan cara penjualan
melalui saluran lelang dan penjualan langsung (Perum Perhutani, 2006).
PendapatanKPHdaripenjualaninibervariasisesuaidenganjumlahpenjualan
41
merupakanakumulasidari volumetebangtiaptahun, sehingganilaistokkayu
selalu meningkat. Nilai persentase penjualanadalah sebesar 95,45% (Perum
Perhutani, 2007) yang terjadi diasumsikan sama setiap tahun. Pada simulasi
ini stok kayu pada tahun ke-100 sebesar 15.436,51 m3, sedangkan volume
penjualan terbesar terjadi pada tahun ke-31 dan volume penjualan terkecil
padatahunke-7 (Tabel10).
Tabel10 Stokkayudan volumepenjualantahun (simulasidasar)
Tahunke StokKayu(m3) Penjualan(m3)
7 13.752,07 13.126,35
31 19.274,39 18.397,40
100 15.436,51 14.734,14
Tabeldiatasmenjelaskanbahwa selamatahunsimulasidasarpersentase
penjualan adalah sama yakni sebesar 95,45% dari stok kayu tiap tahunnya,
maka prediksi nilai pendapatan, pertambahan nilai oleh perhutani serta
pertambahan nilai perkubik dengan mengasumsikan nilai harga jual kayu
bulatperhutanisamatiap tahunnya yaitusebesar Rp2.496.000/m3 danbiaya
yang dikeluarkan tiap tahun yang dikeluarkan perhutani meliputi biaya
tebang, biaya tanam dan biaya pengelolaan hutan yang besarannya masing
-masingtergantung kepadaluasannya.BiayatebangsebesarRp 1.763.960/Ha
danRp 12.225.508/Hauntuk biayatanam, Sedangkanpengelolaanhutan Rp
14.026.784.000 (Perum Perhutani, 2007) diasumsikan samasetiap tahunnya.
42
12:24 15 Apr 2008
Pertambahan nilai dari KPH Page 1
0.00 25.00 50.00 75.00 100.00
Y ears
1: pembiay aan 2: pendptn 3: pertmbh nilai dari KPH
1
Gambar14 PertambahannilaidariKPH
Dari penjualanyangdilakukan Perhutani didapatkanmasukannilai bagi
submodel ini yang digunakan untuk menghitung pendapatan dari penjualan
kayu bulat. Sehingga nilai tambah yang dihasilkan dari Perhutani (KPH
Banten) diprediksi mengalami penurunan, sedangkan nilai tambah dari bagi
perolehan total pertambahan nilai dari perhutani mengalami nilai terbesar
padatahun 98sedangkantotalpertambahannilaiterendahdicapaipadatahun
ke-7 padasimulasidasar.
Tabel11 Totalpertambahannilaitahunke-7, 31dan100(simulasidasar)
Tahun TotalPertambahanNilai(Rp) Pendapatan(Rp)
7 16.352.593.368 32.763.374.104
31 28.411.836.862 45.919.912.464
100 19.974.080.937 36.776.423.533
3. Perantara/Broker
Setelah kayudijualoleh perhutani, aktorselanjutnyaadalah perantara
penjual (broker), yang menghubungkan perhutani denganpembeli potensial
seperti industri pengolahan kayu. Pada submodel ini prediksi pertambahan
nilai yang didapat oleh broker terus menurun. Pada akhir simulasi dasar
prediksi pertambahan nilai yang dihasilkan oleh broker sebesar Rp
43
20:32 15 Apr 2008
Pertambahan nilai dari broker Page 1
0.00 25.00 50.00 75.00 100.00
Y ears
1: nilai beli 2: nilai jual 3: net broker
1
Gambar15 Pertambahannilai broker (simulasidasar)
4. Penggergajian
Kayu yang dijual broker akan masuk ke industri penggergajian yang
akan menghasilkan produk kayu gergajian. Industri ini memiliki rendemen
sebesar 50% sehingga kayu gergajian sebesar 0,5 m3 yang dihasilkan
membutuhkan kayu bulat sebanyak 1 m3. Pada submodel ini, pertambahan
nilai kayu jati yang dihasilkan dari industri penggergajian diprediksi
mengalami penurunan secara perlahan mulai tahun ke-32 simulasi dasar,
yaitu sebesarRp 9.299.886.118 menujuRp 7.493.576.608 padaakhir tahun
simulasi. Berikutini gambar16 merupakan prediksipertambahannilaiyang
dihasilkanolehindustrigergajianpadasimulasidasar.
20:32 15 Apr 2008
Pertambahan nilai dari penggergajian Page 1
0.00 25.00 50.00 75.00 100.00
Y ears
44
5. ProdusenFurnitur
Aktor selanjutnya yang mempengaruhi pertambahan nilai kayu jati
adalah industri furnitur. Bahan baku yang diperoleh merupakan kayu
gergajian yang oleh industri furnitur akan diubah bentuk menjadi produk
furniturmentah.Nilairendemenindustri furniturdarikayugergajiansebesar
60%, menghasilkan 0,3 m3 prokuk furnitur. Prediksipertambahannilai oleh
industri furnitur dapatdilihat padaGambar17.Pertambahannilai diprediksi
mengalami penurunan dari titik tertingginya pada tahun ke-34 dengan
pertambahannilai sebesarRp 5.649.841.793menujuRp 4.580.275.955 pada
akhirtahunsimulasi.
20:44 15 Apr 2008
Pertambahan nilai pada produsen f urnitur Page 1
0.00 25.00 50.00 75.00 100.00
Y ears 1:
1: 1:
4e+009, 5e+009, 6e+009, 1: net produsen
1
1
1
1
Gambar17 Pertambahannilaikayupadaindustri furnitur(simulasidasar)
6. IndustriFinishingdanPenjual
Industri finishing merupakan industri yang memanfaatkan produk
mentah darihasil industri furnitur sehingga menghasilkanproduk jadiyang
siappakaidansiapjual.Industriinimemilikiperan yang cukupbesardalam
pertambahan nilai kayu. Sama halnya dengan industri finishing, penjual
furnitur juga memiliki peran yang besar. Prediksi pertambahan nilai oleh
45
20:51 15 Apr 2008
Pertambahan nilai dari f inishing dan penjual Page 1
0.00 25.00 50.00 75.00 100.00
Y ears
1: net f inishing 2: net penjual
1
Gambar18 Pertambahannilaikayupadaindustri finishingdanpenjual
furnitur(simulasidasar)
DariGambar17 diatasdapatdilihatpertambahannilaiyangdihasilkan
oleh industri finishingmeningkat lalumenurunperlahanhingga akhir tahun
simulasi, besar pertambahan nilai tang dihasilkan dari finishing dan
penjualan padaakhirsimulasimasing-masingsebesarRp2.755.046.604dan
Rp2.479.427.034.
2. Pembuatan skenario
Pembuatan skenario dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
peningkatan nilai kayu jati dengan skenario yang relevan, tujuannya agar dapat
menjadi masukanyangbermanfaatbagipengembangan industripengolahankayu
jati dan pengelolaan hutan. Pembuatan skenario dihadapkan kepada bagaimana
sikap tanggapterhadapkonsep bisnis dapatmemelihara bisnis furnitur.Purnomo
(2006) juga menyebutkan minimal ada dua langkah yang dibutuhkan untuk
membesarkan bisnis furnitur, yaitu pertama adalah dengan meningkatkan porsi
pertambahannilai padapenanamkayujatidanpenerimaanperusahaanmenengah
bawah, kedua membuat arahan investasi pada pengelolaan kayu jati. Pada
penelitianini, beberapaskenarioyangdibuatadalah :
1. Peningkatanefisiensiproduksi
2. Meningkatkan volume tebang dengan membuka investasi penanaman
46
3. Kolaborasi skenario 1 dan Perhatian khusus bagi penjual domestik dan
mancanegara
Skenario I
Muhtaman dkk (2006) dalam Purnomo (2006) menyebutkan bahwa sikap
tanggap bisnisdapat menciptakan premium harga melalui implementasi promosi
perdagangan dan indikasi geografis. Premium harga bagi penanam kayu jati,
perusahaan kecil menengah, dapat diperoleh dari meningkatkan harga akhir
produk, mengurangi keuntungan broker, sertifikasi, efisiensi kolektif atau pasar
nyata. Skenario pertama merupakan simulasi dengan meningkatkan efisiensi
produksipadapenggergajiansebesar 70% danprodusen furnitursebesar 70-75%.
Simulasiyangdilakukanselama100tahunyangakandatangmenunjukkanbahwa
distribusi nilai setiap aktor dalam pertambahan nilai kayu jati mengalami
fluktuasi. Pada awal simulasi menunjukan total pertambahan nilai berada pada
angka Rp 48.722.359.974 dan diakhir tahun simulasi berada pada angka Rp
52.210.939.431. Gambar 19 berikut ini menggambarkan simulasi total
pertambahannilaikayujati.
22:07 03 Jun 2008
Total pertambahan nilai pada skenario 1 Page 1
0.00 25.00 50.00 75.00 100.00
Y ears 1:
1: 1:
4.5e+010 6e+010, 7.5e+010 1: total nilai
1
1
1
1