• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha peternakan puyuh pada peternakan puyuh bintang tiga desa Situ Ilir, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha peternakan puyuh pada peternakan puyuh bintang tiga desa Situ Ilir, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN PUYUH

PADA PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA

DESA SITU ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG,

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

YANUARY DWI PANGESTUTI H34051472

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

YANUARY DWI PANGESTUTI. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan

Puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM)

Sektor pertanian mempunyai peran yang besar dalam pembentukan nilai PDB (Produk Domestik Bruto) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi yang cukup besar yaitu peternakan. Subsektor peternakan juga mampu memberikan kontribusi pendapatan terhadap sektor pertanian sebesar 12 persen dengan pangsa tenaga kerja sekitar 30 persen.

Peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan kadar gizi masyarakat menyebabkan permintaan terhadap hasil subsektor peternakan sebagai sumber protein hewani semakin meningkat pula. Salah satu produk peternakan yang digemari masyarakat adalah telur. Konsumsi dan permintaan telur sebagai sumber pemenuhan protein hewani dari tahun ke tahun selalu bertambah. Usaha peternakan yang cukup prospektif yaitu budidaya puyuh penghasil telur. Telur puyuh memiliki banyak keunggulan dari segi nilai gizi. Telur puyuh mengandung protein yang tinggi namun kandungan lemaknya rendah, sehingga baik untuk diet kolesterol. Selain itu, rasa telur puyuh juga lezat dan dapat disajikan dalam aneka bentuk masakan.

Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) adalah salah satu peternakan puyuh yang berlokasi di Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Peternakan ini berdiri pada September 2007, dan saat ini mampu menghasilkan sekitar 8.500 butir telur puyuh. Banyaknya jumlah telur yang dihasilkan per hari oleh PPBT ternyata belum memenuhi semua permintaan pasar. Karena hal tersebut, PPBT berencana untuk melakukan perluasan usahanya sehingga produksi telurnya dapat bertambah. Selain mengembangkan skala usaha telur puyuh, PPBT juga memulai rencana untuk menetaskan sendiri anak puyuh (DOQ) untuk pembibit dengan tujuan menjaga kontinuitas pemenuhan puyuhnya, sehingga PPBT membutuhkan investasi yang besar untuk merealisasikan rencana usahanya tersebut.

Puyuh merupakan jenis unggas yang peka terhadap serangan penyakit. Serangan penyakit menyebabkan penurunan produktifitas telurnya. Selain itu komponen biaya pakan adalah biaya yang paling besar dalan pengusahaan puyuh. Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu dilakukan analisis kelayakan pada usaha puyuh PPBT baik usaha yang sedang dijalani sekarang maupun rencana usaha pengembangannya serta perlu dilakukan sensitivitas terhadap penurunan produksi telur dan kenaikan harga pakan. Pada rencana usaha pengembangan juga perlu dilakukan sensitivitas terhadap kenaikan biaya total usaha, sehingga dapat diketahui batas maksimal kenaikan biaya total agar pengembangan usaha tersebut tetap menguntungkan.

(3)

puyuh petelur, usaha puyuh petelur dan pembibit maupun pada rencana perluasan usaha puyuh petelur dan pembibit, (3) Menganalisis sensitivitas usaha PPBT, apabila terjadi penurunan produksi telur akibat serangan penyakit dan peningkatan harga pakan. Pada pola usaha pengembangan PPBT dilakukan pula analisis sensitivitas jika terjadi kenaikan biaya total usaha.

Analisis data kuantitatif untuk analisis aspek finansial menggunakan komputer program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil analisis aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.

PPBT merupakan peternakan puyuh dengan unit usaha utama berupa telur puyuh. Selain telur PPBT juga menjual pakan, kotoran, puyuh afkir, serta saat ini mulai menjual bibit puyuh. PPBT memiliki tiga kandang grower dan layer, satu kandang starter, serta menggunakan peralatan produksi yang sederhana. sTelur produksi PPBT sebagian besar dijual ke pedagang pengecer, dan beberapa bagian dijual ke bandar asongan di wilayah Bogor.

Berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan, usaha peternakan puyuh yang dijalankan oleh PPBT layak untuk dilaksanakan, karena tidak ada faktor yang menghambat kegiatan produksi PPBT dari tiap-tiap aspek.

Hasil aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga pola usaha. Pola usaha I yaitu usaha puyuh petelur dengan populasi 12.000 ekor dihasilkan nilai NPV Rp 145.175.809,-; Net B/C 1,77; IRR 32 persen dan Payback Period 3,93 tahun atau 3 tahun 11 bulan 5 hari. Pola usaha II yaitu usaha puyuh petelur dan pembibit pada populasi 12.000 ekor, dengan nilai NPV Rp. 171.209.542,- ; Net B/C 1,58; IRR 27 persen dan Payback Period 4 tahun 4 bulan 2 hari. Untuk pola usaha III yaitu pengembangan usaha puyuh petelur dan pembibit pada populasi 24.000 ekor, diperoleh NPV Rp 800.958.779,- ; Net B/C 3,56; IRR 78 persen dan Payback Period 2 tahun 4 bulan 13 hari.

Hasil analisis finansial menunjukkan ketiga pola usaha puyuh PPBT layak untuk dijalankan. Berdasarkan perbandingan hasil analisis kelayakan, maka pola usaha III (pengembangan usaha puyuh petelur dan pembibit) merupakan pola usaha yang memberikan keuntungan paling besar dibandingkan dengan pola usaha I dan pola usaha II. Nilai NPV pola usaha III lebih besar dari pola usaha I dan II. Demikian pula dengan hasil nilai Net B/C dan IRR pada pola usaha III lebih besar dibandingkan kedua pola yang lainnya. Masa pengembalian biaya investasi (payback periode) pola usaha III juga lebih cepat dibandingkan pola usaha I dan II.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN PUYUH

PADA PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA

DESA SITU ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG,

KABUPATEN BOGOR

YANUARY DWI PANGESTUTI H34051472

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh pada Peternakan

Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor

Nama : Yanuary Dwi Pangestuti

NRP : H34051472

Disetujui, Pembimbing

Ir. Anita Ristianingrum, MSi NIP. 19671024 199302 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir,

Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor” adalah benar-benar hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya tulis ilmiah pada perguruan

tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi

ini.

Bogor, Agustus 2009

(7)

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 1 Januari

1987 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Agus Wibowo

dan Ibu Giwang Wahyuningsih. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 05

Wonosobo pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTPN 1

Wonosobo dan lulus pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan SMU

pada tahun 2005 di SMUN 1 Wonosobo. Pada tahun 2005 juga penulis diterima di

Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Pada semester 3 atau kenaikan tingkat 2, yaitu pada tahun 2006 penulis masuk ke

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai jurusan

mayor. Selain mengambil mata kuliah mayor, penulis juga mengambil supporting

course di Departemen Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama kuliah penulis pernah aktif pada kegiatan organisasi di lingkungan

kampus seperti menjadi anggota paduan suara IPB (Agria Swara) pada tahun

2005, serta menjadi anggota HIPMA (Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat

Agribisnis). Keanggotaan di organisasi ekstra kampus yang pernah diikuti penulis

diantaranya Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) yaitu pada Ikatan Mahasiswa

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dalam rangka penulisan skripsi untuk

mendapatkan gelar sarjana.

Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak terutama orang tua dan

dosen pembimbing skripsi Ibu Anita Ristianingrum, M.Si yang telah membimbing

dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor”.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat begi semua pihak termasuk

penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga

mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di

masa mendatang.

Bogor, Agustus 2009

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

berkat, rahmat dan anugerah-Nya serta jalan dan kemudahan yang Engkau

tunjukkan kepada penulis.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang

telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa. Dalam

kesempatan kali ini tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayah dan Ibu, atas segala kasih sayang, doa dan dukungan, baik moral

maupun material.

2. Ir. Anita Ristianingrum, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku dosen penguji utama yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini.

4. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan

Departemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan ilmunya kepada

penulis selama kegiatan perkuliahan.

6. Bapak Prastiyo Spt sebagai pemilik Peternakan Puyuh Bintang Tiga, keluarga

besar PPBT, serta Kepala Desa Situ Ilir yang telah memberikan izin

penelitian, bantuan, informasi, dan dukungan selama penulis melakukan

penelitian.

7. Kakakku Tyas Puji Murti atas doa dan dukungannya, serta kepada Candra

Andrianto atas perhatian, doa, dan semangat yang telah diberikan kepada

penulis.

8. Eka Widhyasmara yang telah membantu dalam pencarian lokasi penelitian

serta bantuan masukan dan saran kepada penulis.

9. Tiara Saqina dan Mada Pradana yang telah bersama-sama dalam pelaksanaan

bimbingan skripsi serta atas segala bantuan masukan kepada penulis.

10.Nurul Istiamuji, Marlinda Sari, serta Suci Melani atas bantuan informasi serta

(10)

11.Siti Munawarohtul yang bersedia menjadi pembahas seminar, Zulvan Khaidar

atas bantuannya pada pelaksanaan seminar, serta Roch Ika atas diskusi,

masukan dan saran terhadap skripsi penulis.

12.Shinta, Ria, Ana, Aqsa, Desi, Rahmat, Ratna SS, Dian L dan seluruh

teman-teman AGB 42’ lainnya yang telah mengisi hari-hari penulis selama 4 tahun serta teman satu kelompok Gladikarya di Garut.

13.Ani, Luthfi, Mba Dian, Bunda Karlin, Mba Rere serta penghuni Pondok Jaika

A lainnya atas keceriaan dan kebersamaan di setiap waktu dengan penulis.

14.IPB atas bantuan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) yang telah

diberikan kepada penulis selama 2,5 tahun terakhir.

15.Bu Ida, Pak Yusuf dan Mba Dian yang telah membantu dalam hal kelancaran

kegiatan administrasi serta dalam kegiatan seminar maupun sidang.

16.Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun tidak

menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang

telah diberikan kepada penulis.

Bogor, Agustus 2009

(11)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN PUYUH

PADA PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA

DESA SITU ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG,

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

YANUARY DWI PANGESTUTI H34051472

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)

RINGKASAN

YANUARY DWI PANGESTUTI. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan

Puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM)

Sektor pertanian mempunyai peran yang besar dalam pembentukan nilai PDB (Produk Domestik Bruto) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi yang cukup besar yaitu peternakan. Subsektor peternakan juga mampu memberikan kontribusi pendapatan terhadap sektor pertanian sebesar 12 persen dengan pangsa tenaga kerja sekitar 30 persen.

Peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan kadar gizi masyarakat menyebabkan permintaan terhadap hasil subsektor peternakan sebagai sumber protein hewani semakin meningkat pula. Salah satu produk peternakan yang digemari masyarakat adalah telur. Konsumsi dan permintaan telur sebagai sumber pemenuhan protein hewani dari tahun ke tahun selalu bertambah. Usaha peternakan yang cukup prospektif yaitu budidaya puyuh penghasil telur. Telur puyuh memiliki banyak keunggulan dari segi nilai gizi. Telur puyuh mengandung protein yang tinggi namun kandungan lemaknya rendah, sehingga baik untuk diet kolesterol. Selain itu, rasa telur puyuh juga lezat dan dapat disajikan dalam aneka bentuk masakan.

Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) adalah salah satu peternakan puyuh yang berlokasi di Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Peternakan ini berdiri pada September 2007, dan saat ini mampu menghasilkan sekitar 8.500 butir telur puyuh. Banyaknya jumlah telur yang dihasilkan per hari oleh PPBT ternyata belum memenuhi semua permintaan pasar. Karena hal tersebut, PPBT berencana untuk melakukan perluasan usahanya sehingga produksi telurnya dapat bertambah. Selain mengembangkan skala usaha telur puyuh, PPBT juga memulai rencana untuk menetaskan sendiri anak puyuh (DOQ) untuk pembibit dengan tujuan menjaga kontinuitas pemenuhan puyuhnya, sehingga PPBT membutuhkan investasi yang besar untuk merealisasikan rencana usahanya tersebut.

Puyuh merupakan jenis unggas yang peka terhadap serangan penyakit. Serangan penyakit menyebabkan penurunan produktifitas telurnya. Selain itu komponen biaya pakan adalah biaya yang paling besar dalan pengusahaan puyuh. Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu dilakukan analisis kelayakan pada usaha puyuh PPBT baik usaha yang sedang dijalani sekarang maupun rencana usaha pengembangannya serta perlu dilakukan sensitivitas terhadap penurunan produksi telur dan kenaikan harga pakan. Pada rencana usaha pengembangan juga perlu dilakukan sensitivitas terhadap kenaikan biaya total usaha, sehingga dapat diketahui batas maksimal kenaikan biaya total agar pengembangan usaha tersebut tetap menguntungkan.

(13)

puyuh petelur, usaha puyuh petelur dan pembibit maupun pada rencana perluasan usaha puyuh petelur dan pembibit, (3) Menganalisis sensitivitas usaha PPBT, apabila terjadi penurunan produksi telur akibat serangan penyakit dan peningkatan harga pakan. Pada pola usaha pengembangan PPBT dilakukan pula analisis sensitivitas jika terjadi kenaikan biaya total usaha.

Analisis data kuantitatif untuk analisis aspek finansial menggunakan komputer program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil analisis aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.

PPBT merupakan peternakan puyuh dengan unit usaha utama berupa telur puyuh. Selain telur PPBT juga menjual pakan, kotoran, puyuh afkir, serta saat ini mulai menjual bibit puyuh. PPBT memiliki tiga kandang grower dan layer, satu kandang starter, serta menggunakan peralatan produksi yang sederhana. sTelur produksi PPBT sebagian besar dijual ke pedagang pengecer, dan beberapa bagian dijual ke bandar asongan di wilayah Bogor.

Berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan, usaha peternakan puyuh yang dijalankan oleh PPBT layak untuk dilaksanakan, karena tidak ada faktor yang menghambat kegiatan produksi PPBT dari tiap-tiap aspek.

Hasil aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga pola usaha. Pola usaha I yaitu usaha puyuh petelur dengan populasi 12.000 ekor dihasilkan nilai NPV Rp 145.175.809,-; Net B/C 1,77; IRR 32 persen dan Payback Period 3,93 tahun atau 3 tahun 11 bulan 5 hari. Pola usaha II yaitu usaha puyuh petelur dan pembibit pada populasi 12.000 ekor, dengan nilai NPV Rp. 171.209.542,- ; Net B/C 1,58; IRR 27 persen dan Payback Period 4 tahun 4 bulan 2 hari. Untuk pola usaha III yaitu pengembangan usaha puyuh petelur dan pembibit pada populasi 24.000 ekor, diperoleh NPV Rp 800.958.779,- ; Net B/C 3,56; IRR 78 persen dan Payback Period 2 tahun 4 bulan 13 hari.

Hasil analisis finansial menunjukkan ketiga pola usaha puyuh PPBT layak untuk dijalankan. Berdasarkan perbandingan hasil analisis kelayakan, maka pola usaha III (pengembangan usaha puyuh petelur dan pembibit) merupakan pola usaha yang memberikan keuntungan paling besar dibandingkan dengan pola usaha I dan pola usaha II. Nilai NPV pola usaha III lebih besar dari pola usaha I dan II. Demikian pula dengan hasil nilai Net B/C dan IRR pada pola usaha III lebih besar dibandingkan kedua pola yang lainnya. Masa pengembalian biaya investasi (payback periode) pola usaha III juga lebih cepat dibandingkan pola usaha I dan II.

(14)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN PUYUH

PADA PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA

DESA SITU ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG,

KABUPATEN BOGOR

YANUARY DWI PANGESTUTI H34051472

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh pada Peternakan

Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor

Nama : Yanuary Dwi Pangestuti

NRP : H34051472

Disetujui, Pembimbing

Ir. Anita Ristianingrum, MSi NIP. 19671024 199302 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir,

Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor” adalah benar-benar hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya tulis ilmiah pada perguruan

tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi

ini.

Bogor, Agustus 2009

(17)

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 1 Januari

1987 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Agus Wibowo

dan Ibu Giwang Wahyuningsih. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 05

Wonosobo pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTPN 1

Wonosobo dan lulus pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan SMU

pada tahun 2005 di SMUN 1 Wonosobo. Pada tahun 2005 juga penulis diterima di

Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Pada semester 3 atau kenaikan tingkat 2, yaitu pada tahun 2006 penulis masuk ke

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai jurusan

mayor. Selain mengambil mata kuliah mayor, penulis juga mengambil supporting

course di Departemen Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama kuliah penulis pernah aktif pada kegiatan organisasi di lingkungan

kampus seperti menjadi anggota paduan suara IPB (Agria Swara) pada tahun

2005, serta menjadi anggota HIPMA (Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat

Agribisnis). Keanggotaan di organisasi ekstra kampus yang pernah diikuti penulis

diantaranya Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) yaitu pada Ikatan Mahasiswa

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dalam rangka penulisan skripsi untuk

mendapatkan gelar sarjana.

Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak terutama orang tua dan

dosen pembimbing skripsi Ibu Anita Ristianingrum, M.Si yang telah membimbing

dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor”.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat begi semua pihak termasuk

penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga

mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di

masa mendatang.

Bogor, Agustus 2009

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

berkat, rahmat dan anugerah-Nya serta jalan dan kemudahan yang Engkau

tunjukkan kepada penulis.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang

telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa. Dalam

kesempatan kali ini tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayah dan Ibu, atas segala kasih sayang, doa dan dukungan, baik moral

maupun material.

2. Ir. Anita Ristianingrum, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku dosen penguji utama yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini.

4. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan

Departemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan ilmunya kepada

penulis selama kegiatan perkuliahan.

6. Bapak Prastiyo Spt sebagai pemilik Peternakan Puyuh Bintang Tiga, keluarga

besar PPBT, serta Kepala Desa Situ Ilir yang telah memberikan izin

penelitian, bantuan, informasi, dan dukungan selama penulis melakukan

penelitian.

7. Kakakku Tyas Puji Murti atas doa dan dukungannya, serta kepada Candra

Andrianto atas perhatian, doa, dan semangat yang telah diberikan kepada

penulis.

8. Eka Widhyasmara yang telah membantu dalam pencarian lokasi penelitian

serta bantuan masukan dan saran kepada penulis.

9. Tiara Saqina dan Mada Pradana yang telah bersama-sama dalam pelaksanaan

bimbingan skripsi serta atas segala bantuan masukan kepada penulis.

10.Nurul Istiamuji, Marlinda Sari, serta Suci Melani atas bantuan informasi serta

(20)

11.Siti Munawarohtul yang bersedia menjadi pembahas seminar, Zulvan Khaidar

atas bantuannya pada pelaksanaan seminar, serta Roch Ika atas diskusi,

masukan dan saran terhadap skripsi penulis.

12.Shinta, Ria, Ana, Aqsa, Desi, Rahmat, Ratna SS, Dian L dan seluruh

teman-teman AGB 42’ lainnya yang telah mengisi hari-hari penulis selama 4 tahun serta teman satu kelompok Gladikarya di Garut.

13.Ani, Luthfi, Mba Dian, Bunda Karlin, Mba Rere serta penghuni Pondok Jaika

A lainnya atas keceriaan dan kebersamaan di setiap waktu dengan penulis.

14.IPB atas bantuan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) yang telah

diberikan kepada penulis selama 2,5 tahun terakhir.

15.Bu Ida, Pak Yusuf dan Mba Dian yang telah membantu dalam hal kelancaran

kegiatan administrasi serta dalam kegiatan seminar maupun sidang.

16.Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun tidak

menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang

telah diberikan kepada penulis.

Bogor, Agustus 2009

(21)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan ... 9

1.4.Kegunaan ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1.Puyuh dan Kerabatnya ... 11

2.2.Ciri-ciri Morfologi Burung Puyuh ... 11

2.3.Teknik Budidaya ... 12

2.2.1 Pemerolehan Bibit Puyuh (DOQ) ... 12

2.2.2 Tata Laksana Perawatan ... 13

2.2.3 Pakan ... 18

2.2.4 Kandang ... 20

2.2.5 Penyakit pada Puyuh ... 22

2.4. Telur Puyuh ... 23

2.5. Penelitian Terdahulu ... 23

2.6. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 26

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 28

3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ... 28

3.1.1 Analisis Kelayakan Proyek ... 28

3.1.2 Analisis Finansial ... 31

3.1.3 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) ... 35

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 39

4.1.Lokasi dan Waktu ... 39

4.2.Data dan Instrumentasi ... 39

4.3.Metode Pengumpulan Data ... 39

4.4.Metode Pengolahan Data ... 40

4.4.1 Analisis Kelayakan Finansial ... 40

4.4.2 Metode Penyusutan ... 43

4.4.3 Analisis Switching Value ... 43

4.5. Asumsi Dasar yang Digunakan ... 44

V. DESKRIPSI UMUM PERUSAHAAN ... 46

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

5.2. Keragaan Usaha Puyuh pada PPBT ... 47

5.2.1 Profil Perusahaan ... 47

5.2.2 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 49

(22)

xii 5.2.4 Kebutuhan Tenaga Kerja ... 51 5.2.5 Jenis dan Perkembangan Usaha ... 52 5.2.6 Pengadaan Bahan Baku ... 53 5.2.7 Lay Out ... 54 5.2.8 Proses Produksi ... 55 5.2.9 Pemasaran ... 62

VI. ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL ... 66 6.1. Pola Usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga ... 66 6.2. Aspek Pasar ... 66 6.2.1 Aspek Pasar Budidaya Puyuh Petelur PPBT ... 66 6.2.2 Aspek Pasar Budidaya Puyuh Pembibit PPBT ... 68 6.3. Aspek Teknis ... 70 6.3.1 Lokasi Usaha ... 70 6.3.2 Teknologi ... 72 6.3.3 Keterampilan ... 72 6.4. Aspek Manajemen ... 72 6.5. Aspek Hukum ... 73 6.5.1 Bentuk Badan Usaha ... 73 6.5.2 Izin Usaha ... 74 6.6. Aspek Sosial dan Lingkungan ... 74

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 76

7.1. Analisis Kelayakan Finansial Pola I ... 76 7.1.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 76 7.1.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 79 7.1.3 Analisis Kelayakan Finansial ... 84 7.1.4 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) ... 85 7.2. Analisis Kelayakan Finansial Pola II ... 86 7.2.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 87 7.2.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 91 7.2.3 Analisis Kelayakan Finansial ... 98 7.2.4 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) ... 99 7.3. Analisis Kelayakan Finansial Pola III ... 100

7.3.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 100 7.2.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 104 7.2.3 Analisis Kelayakan Finansial ... 111 7.2.4 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) ... 112 7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial

Ketiga Pola Usaha ... 113 7.5. Perbandingan Hasil Switching Value

Ketiga Pola Usaha ... 114

VIII.KESIMPULAN DAN SARAN ... 116 8.1. Kesimpulan ... 116 8.2. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(23)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2008 ... 1

2. Konsumsi Hasil Ternak Perkapita Produk

Peternakan Tahun 2006-2007 ... 2

3. Konsumsi Telur Penduduk Indonesia

Menurut Kelompok PengeluaranTahun 2007 ... 3

4. Perbedaan Susunan Protein dan Lemak

Telur Unggas per Butir ... 4

5. Kemampuan Produksi Beberapa Macam Unggas ... 4

6. Komposisi Pakan Puyuh Menurut Umur ... 19

7. Komposisi Penduduk Desa Situ Ilir

Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009 ... 46

8. Data Tenaga Kerja dalam Pengusahaan

Puyuh di PPBT Tahun 2009 ... 52

9. Proses Pemeliharaan Puyuh Petelur

di PPBT Tahun 2009 ... 58

10.Program Kesehatan Puyuh Petelur

di PPBT Tahun 2009 ... 60

11.Data Permintaan dan Penawaran

Telur Puyuh PPBT Tahun 2009 ... 68

12.Data Permintaan dan Penawaran

Puyuh Pembibit PPBT Tahun 2008 ... 69

13.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Telur Puyuh PPBT Pola I ... 77

14.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Puyuh Afkir PPBT Pola I ... 78

15.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Kotoran Puyuh PPBT Pola I ... 78

16.Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pola I ... 79

17.Biaya Investasi pada Pola I ... 81

18.Biaya Reinvestasi pada Pola Usaha I ... 81

19.Biaya Tetap per Tahun pada Pola Usaha I ... 82

20.Biaya Variabel Pola Usaha I pada Tahun ke-1 ... 83

21.Biaya Variabel Pola Usaha I pada

(24)

xiv 22.Hasil Analisis Finansial Pola Usaha I ... 84

23.Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha I ... 85

24.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Telur Puyuh PPBT Pola II ... 88

25.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Puyuh Pembibit PPBT Pola II ... 88

26.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Puyuh Pejantan PPBT Pola II ... 89

27.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Puyuh Afkir PPBT pada Pola II ... 90

28.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Kotoran Puyuh PPBT Pola II ... 90

29.Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek pada Pola II ... 91

30.Biaya Investasi pada Pola Usaha II ... 94

31.Biaya Reinvestasi PPBTpada Pola Usaha II ... 95

32.Biaya Tetap per Tahun pada Pola Usaha II ... 96

33.Biaya Variabel Tahun ke-1 pada Pola Usaha II ... 97

34.Biaya Variabel Pola Usaha II pada

Tahun ke-2 sampai Tahun ke-7 ... 98

35.Hasil Analisis Finansial Pola Usaha II ... 98

36.Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha II ... 99

37.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Telur Puyuh PPBT pada Pola III ... 101

38.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Puyuh Pembibit PPBT Pola III ... 101

39.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Puyuh Pejantan PPBT Pola III ... 102

40.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Puyuh Afkir PPBT pada Pola III ... 103

41.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan

Kotoran Puyuh PPBT Pola III ... 103

42.Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek pada Pola III ... 104

43.Biaya Investasi pada Pola Usaha III ... 107

44.Biaya Reinvestasi PPBTpada Pola Usaha III ... 108

45.Biaya Tetap per Tahun pada Pola Usaha III ... 109

(25)

xv 47.Biaya Variabel Pola Usaha III pada

Tahun ke-2 sampai Tahun ke-7 ... 111

48.Hasil Analisis Finansial Pola Usaha III ... 111

49.Hasil Analisis Switching Value Pola Usaha III ... 112

50.Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial

Ketiga Pola Usaha ... 113

51.Perbandingan Hasil Switching Value

(26)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Alur Kerangka Pemikiran Operasional ... 38

2. Struktur Organisasi Perusahaan PPBT ... 50

3. Alur Proses Pemeliharaan Puyuh Petelur PPBT ... 57

4. Alur Proses Pengambilan Telur Puyuh PPBT ... 59

5. Alur Proses Pengambilan Telur Puyuh Pembibit di PPBT ... 62

(27)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pola Budidaya Puyuh Petelur PPBT ... 122

2. Pola Budidaya Puyuh Petelur dan Pembibit PPBT ... 123

3. Laporan Laba Rugi Pola I ... 124

4. Laporan Laba Rugi Pola II ... 125

5. Laporan Laba Rugi Pola III ... 126

6. Cashflow Pengusahaan Puyuh PPBT Pola I ... 128

7. Cashflow Pengusahaan Puyuh PPBT Pola II ... 130

8. Cashflow Pengusahaan Puyuh PPBT Pola III ... 132

9. Switching Value Penurunan Produksi Telur Puyuh

pada Pola I Sebesar 3,9894449% ... 134

10.Switching Value Kenaikan Harga Pakan

pada Pola I Sebesar 5,551397% ... 136

11.Switching Value Penurunan Produksi Telur Puyuh

pada Pola II Sebesar 5,34089% ... 138

12.Switching Value Kenaikan Harga Pakan

pada Pola II Sebesar 5,44529% ... 140

13.Switching Value Penurunan Produksi Telur Puyuh

pada Pola III Sebesar 12,5335% ... 142

14.Switching Value Kenaikan Harga Pakan

pada Pola III Sebesar 15,2893% ... 144

15.Switching Value Kenaikan Total Biaya

pada Pola III Sebesar 9,6735317 % ... 146

(28)

1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam

perekonomian Indonesia. Sektor ini mempunyai peran yang besar dalam

pembentukan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) maupun dalam hal penyerapan

tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan nilai PDB negara

pada tahun 2008 menempati posisi ketiga setelah sektor industri pengolahan serta

sektor perdagangan, hotel dan restoran (Tabel 1). Selain itu, peranan sektor

pertanian terhadap pembentukan struktur PDB pada tahun 2007 sampai 2008

mengalami kenaikan dari 13,7 persen menjadi 14,4 persen (BPS, 2008).

Tabel 1. Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2008.

Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah)

Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah) 2007 2008 2007 2008

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

541,6 713,3 271,4 284,3

Pertambangan dan Penggalian 441,0 543,4 171,4 172,3 Industri Pengolahan 1.068,7 1.380,7 538,1 557,8

Konstruksi 34,7 40,8 13,5 15,0

Listrik, Gas dan Air Bersih 305,2 419,3 121,9 130,8 Perdagangan, Hotel dan Restoran 589,3 692,1 338,8 363,3 Pengangkutan dan Komunikasi 264,3 312,5 142,3 166,1 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 305,2 368,1 183,7 198,8

Jasa-Jasa 399,3 483,8 182,0 193,7

Produk Domestik Bruto (PDB) 3949,3 4954,0 1963,1 2082,1

PDB Tanpa Migas 3532,8 4426,4 1820,5 1939,3 Sumber : BPS, 2009

Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian mempunyai peranan

yang sangat strategis. Berdasarkan Survei Angkatan kerja Nasional

(SAKERNAS), dari sekitar 102,3 juta jiwa penduduk yang bekerja pada tahun

2008, sekitar 41,06 persen (42 juta jiwa) diantaranya bekerja di sektor pertanian

(BPS, 2008).

Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi yang cukup besar

yaitu peternakan. Potensi pengembangan komoditas peternakan yang masih cukup

(29)

2 salah satu sumber pertumbuhan ekonomi bagi sektor pertanian saat ini. Subsektor

peternakan juga mampu memberikan kontribusi pendapatan terhadap sektor

pertanian sebesar 12 persen dengan pangsa tenaga kerja sekitar 30 persen1.

Pengaruh subsektor peternakan yang besar terhadap kehidupan masyarakat

Indonesia tidak terlepas dari fungsi dasar subsektor peternakan sendiri dalam

pemenuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia, terutama pemenuhan

kebutuhan protein hewani. Peningkatan jumlah penduduk, pendapatan dan kadar

gizi masyarakat menyebabkan permintaan terhadap hasil subsektor peternakan

sebagai sumber protein hewani semakin meningkat pula (Tabel 2).

Tabel 2. Konsumsi Hasil Ternak Perkapita Produk Peternakan Tahun 2006-2007 (kg/perkapita/tahun)

No Jenis Tahun Pertumbuhan dari tahun

2006 s/d 2007 (%)

2006 2007

1 Daging 4,13 5,13 19,5

2 Telur 5,66 6,78 16,52

3 Susu 10,47 3,13 -53,97

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan DEPTAN, 2007

Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa konsumsi telur

masyarakat Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini berarti

permintaan telur sebagai sumber pemenuhan protein hewani selalu bertambah dan

membuka peluang bagi pengusaha peternakan petelur untuk mengembangkan

usahanya. Salah satu usaha peternakan petelur yang cukup prospektif yaitu

budidaya peternakan burung puyuh untuk menghasilkan telur. Alasan lain yang

mendasari hal tersebut yaitu masyarakat ternyata menggemari telur puyuh

dibuktikan dengan pengeluaran konsumsi penduduk Indonesia terhadap telur

puyuh cukup besar. Golongan masyarakat yang paling menggemari telur puyuh

yaitu masyarakat pada golongan menengah ke atas. Masyarakat pada kalangan ini

memiliki penghasilan cukup besar yaitu diatas Rp 500.000,- (BPS, 2007). Oleh

karena itu, segmentasi pasar telur puyuh sendiri sudah jelas yaitu masyarakat

kalangan menengah hingga kalangan atas. Keterangan tersebut dapat dilihat pada

Tabel 3.

1

(30)

3 Tabel 3. Konsumsi Telur Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Pengeluaran

Tahun 2007

Jenis makanan

Satuan Golongan pengeluaran per Kapita Sebulan (Ribu Rupiah) Rata-rata perkapita Kurang dari 100 100-199,99 200-499,99 500-999,99 Lebih dari 1.000

Telur ayam ras Kg 0,020 0,113 0,258 0,397 0,219 0,117

Telur ayam kampung

Butir /unit

0,053 0,144 0,194 0,307 0,186 0,098

Telur itik Butir /unit

0,009 0,067 0,126 0,191 0,091 0,058

Telur puyuh Butir /unit

0,011 0,03 0,169 0,446 0,322 0,088

Telur lainnya Butir /unit

0,000 0,001 0,002 0,002 0,005 0,001

Telur asin Butir /unit

0,002 0,017 0,074 0,154 0,106 0,035

Sumber : BPS, 2007

Ternak burung puyuh sebagai penghasil telur ini dapat dijadikan alternatif

untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat. Selain itu harga telur

burung puyuh cukup bersaing dengan telur ayam maupun unggas lain. Pada saat

ini (tahun 2009), harga telur ayam ras adalah Rp 875,- per butir. Harga telur ayam

buras yaitu Rp 1.500,- per butir. Bobot telur ayam ras sekitar 50 gram dan bobot

telur ayam buras sekitar 43 gram. Bobot telur puyuh yaitu 10 gram. Harga telur

puyuh per butir saat ini yaitu Rp 200,- (survei di Pasar Anyar dan Pasar Bogor).

Setelah dikonversikan antara perbandingan berat telur ayam ras dan buras dengan

puyuh, harga telur puyuh sedikit lebih mahal dari telur ayam ras, selisih harganya

yaitu sekitar Rp 125,- per seperempat kilogram. Namun jika dibandingkan dengan

telur ayam buras, harga telur puyuh jauh lebih murah dengan selisih harga

Rp 700,- per butir. Adapun selisih harga antara telur ayam ras dengan puyuh

mampu tergantikan dengan kelebihan-kelebihan lain pada telur puyuh. Telur

puyuh mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Telur puyuh juga sangat baik

untuk diet kolesterol karena dapat mengurangi terjadinya penimbunan lemak,

terutama di jantung, sedangkan kebutuhan proteinnya tetap mencukupi. Selain itu,

[image:30.595.115.511.112.359.2]
(31)

4 Kandungan susunan protein dan lemak telur puyuh dibandingkan dengan telur

[image:31.595.114.509.460.625.2]

ternak unggas lain dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbedaan Susunan Protein dan Lemak Telur Unggas per Butir

Jenis Unggas Protein

(%)

Lemak (%)

Karbohidrat (%)

Abu (%)

Ayam Ras 12,7 11,3 0,9 1,0

Ayam Buras 13,4 10,3 0,9 1,0

Itik 13,3 14,5 0,7 1,1

Angsa 13,9 13,3 1,5 1,1

Merpati 13,8 12,0 0,8 0,9

Kalkun 13,1 11,8 1,7 1,8

Puyuh 13,1 11,1 1,0 1,1

Sumber : Woodard,et al, 1973 dan Sastry, et al. diacu dalam Listiyowati dan Roospitasari (2005)

Kemampuan tumbuh dan berkembang biak puyuh sangat cepat. Puyuh

betina sudah mampu bertelur kurang lebih pada umur 41 hari dan dalam setahun

dapat menghasilkan tiga sampai empat keturunan. Dibandingkan unggas lainnya,

produksi telur burung puyuh menempati urutan pertama. Pada masa bertelur

dalam satu tahunnya dapat menghasilkan 130-300 butir telur, yaitu dalam periode

mengeram selama 12-20 hari dengan bobot telur rata-rata 10 gram, keterangan ini

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kemampuan Produksi Beberapa Macam Unggas

Jenis Unggas Rata-rata Mengeram

(hari)

Produksi Telur Maksimum per Tahun

(butir)

Ayam Petelur 10 – 14 300 – 360

Ayam Broiler 10 – 14 190 -200

Itik 14 – 20 250 -310

Bebek 14 – 20 120

Kalkun 15 – 20 220

Angsa 12 – 15 100

Puyuh 12 – 20 130 – 300

Merpati 2 50

Sumber : Campbell and Lasley diacu dalam Listiyowati dan Roospitasari (2005)

Selain telurnya produk yang dapat dimanfaatkan dari puyuh yaitu daging,

kotoran, dan bulu. Daging puyuh sekarang ini tidak kalah dengan daging ternak

lainnya. Daging puyuh mengandung 21,1 persen protein dan lemak hanya 7,7

persen saja. Daging puyuh umumnya diambil dari puyuh yang sudah afkir yaitu

(32)

5 yang tidak terpilih sebagai pejantan. Kotoran puyuh baunya lebih menyengat

dibandingkan kotoran ayam atau unggas lainnya, apalagi bila puyuh diberi pakan

berkadar protein tinggi. Akan tetapi kotorannya itu masih dapat dimanfaatkan

untuk dibuat pupuk. Pupuk dari kotoran puyuh sangat baik untuk tanaman sayur

maupun tanaman hias dan juga dapat digunakan dalam campuran bahan pakan

(konsentrat) untuk ternak besar. Pemanfaatan bulu burung puyuh biasanya untuk

campuran bahan pakan ternak besar, karena bulu memiliki potensi sebagai sumber

protein hewani dan mineral serta kaya akan asam amino esensial. Energi

metabolismenya mencapai 3.047 kkkl/kg, sedangkan protein kasarnya mencapai

86,5 persen, tetapi pemanfaatan bulu sebagai pakan ternak harus melalui suatu

pengolahan terlebih dahulu, tidak hanya dikeringkan dan digiling saja, bulu harus

dihidrolisa atau dimasak terlebih dahulu. Kelebihan lain dari beternak burung

puyuh secara ekonomis yaitu ukuran tubuh burung puyuh yang relatif kecil,

sehingga menguntungkan peternak karena dapat memelihara puyuh dalam jumlah

yang besar pada lahan yang tidak terlalu luas (Listiyowati dan Roospitasari,

2005).

Banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha ternak puyuh

ternyata belum mampu mendorong para pengusaha untuk mengembangkan

peternakan puyuh. Menurut Abidin (2002), sedikitnya peminat akan

pengembangan usaha peternakan puyuh dikarenakan besarnya resiko kematian

unggas, namun hal ini tidak akan menjadi masalah apabila peternak memahami

cara budidaya dan pemeliharaan puyuh dengan benar. Bahkan hal ini dapat

membuka peluang yang besar bagi pengusaha untuk dapat memenuhi permintaan

pasar yang semakin bertambah. Dengan demikian, suatu analisis kelayakan

terhadap peternakan puyuh menjadi penting untuk dilakukan agar dapat diketahui

secara jelas prospek ke depan bagi pengembangan usaha peternakan puyuh

walaupun resiko usaha yang dihadapi cukup besar.

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk

pengembangan sektor pertanian secara umum termasuk subsektor peternakan.

Masih banyaknya lahan yang kosong serta suhu yang tidak terlalu panas sangat

(33)

6 data dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor tahun 2007 diketahui bahwa jenis

ternak ayam ras pedaging mempunyai proporsi terbesar dengan jumlah populasi

12.756.300 ekor, disusul dengan ternak ayam ras petelur dengan jumlah populasi

3.791.836 ekor.

Jumlah populasi puyuh di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 masih sedikit

yaitu hanya 4.000 ekor (Dinas Peternakan Kabupaten Bogor). Permintaan akan

telur puyuh di pasar cukup banyak, yaitu sekitar 140.000 butir per minggu

sedangkan pasokan telur hanya sekitar 120.000 butir per minggu, sehingga

pemenuhan akan telur puyuh masih kurang sekitar 14,28 persen (wawancara di

Pasar Bogor). Pengiriman telur puyuh yang diterima pedagang di pasar sebagian

besar berasal dari Sukabumi, Jawa Tengah, serta dari Jawa Timur. Melihat kondisi

permintaan serta penawaran yang ada di pasar tersebut, maka terdapat peluang

pasar yang besar bagi para pengusaha untuk mengembangkan peternakan puyuh

di Kabupaten Bogor.

Salah satu perusahaan yang menjalankan bisnis peternakan puyuh di

Kabupaten Bogor yaitu Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). Unit bisnis

utama dari perusahaan PPBT yaitu budidaya puyuh untuk dijual telurnya (puyuh

petelur). Unit bisnis kedua yang diusahakan yaitu pakan puyuh. Selain itu afkiran

dan kotoran puyuh juga dijual walaupun hanya sebagai penerimaan sampingan,

serta saat ini PPBT juga baru mencoba menjual puyuh pembibitnya. Saat ini

PPBT masih menjual produk telurnya ke pasar-pasar di wilayah Bogor dan belum

memasarkan telur ke luar Kota Bogor.

Meskipun baru didirikan pada bulan September 2007 namun PPBT telah

mampu menghasilkan telur puyuh layak jual sebanyak 8.500 butir per hari dari

12.000 ekor puyuh secara keseluruhan. Berdasarkan jumlah puyuh yang

diternakkan maka PPBT dapat dikategorikan ke dalam skala usaha besar karena

jumlah puyuh yang dipelihara lebih dari 8.000 ekor (Listiyowati dan Roospitasari,

2005).

Banyaknya jumlah telur yang dihasilkan per hari oleh PPBT ternyata

belum memenuhi semua permintaan pasar. Berdasarkan wawancara dengan

pemilik serta pengelola PPBT permintaan dari seluruh para pelanggan PPBT

(34)

7 permintaan telur puyuh oleh PPBT hanya masih sekitar 30 persen yaitu 8.500

butir per hari. Oleh karena itu paling tidak PPBT harus menambah produksi

sebanyak 21.500 butir telur per hari agar dapat mengambil peluang pasar dan

memperoleh keuntungan yang lebih besar

Pencapaian target produksi telur puyuh PPBT tersebut dapat terwujudkan

apabila disertai dengan perluasan kandang. Selain mengembangkan skala usaha

telur puyuh, PPBT juga memulai rencana untuk membibitkan sendiri Day old

quail (DOQ) dengan tujuan mengurangi ketidakpastian pasokan DOQ akibat

serangan penyakit pada pemasok bibit puyuh. Investasi yang diperlukan untuk

membuat kandang baru baik untuk puyuh petelur maupun puyuh pembibit relatif

besar. Biaya yang besar diperlukan tidak hanya untuk membuat bangunan serta

kandang baru, namun juga untuk usaha membuat mesin tetas baru dan untuk

perlengkapan lain terutama pakan puyuh.

Manajemen yang dilakukan oleh pemilik PPBT masih bersifat sederhana.

Pengelolaan PPBT masih bergantung sepenuhnya pada pemilik. Pemilik

perusahaan PPBT bertindak sebagai pengelola dan pengawas peternakan, serta

produksi pakan. Pemilik juga memiliki wewenang untuk mengambil setiap

keputusan baik yang bersifat operasional maupun non operasional. Pembukuan

keuangan yang dilakukan pada perusahaan masih sederhana dan sampai saat ini

belum dilakukan analisis kelayakannya, baik secara finansial maupun non

finansial.

Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu dilakukan analisis kelayakan pada

usaha telur puyuh PPBT baik usaha yang sedang dijalani sekarang maupun

rencana usaha pengembangannya. Analisis kelayakan ini dilakukan untuk

mengetahui apakah usaha puyuh tersebut layak jika dilihat dari aspek non

finansial dan aspek finansial. Untuk mengetahui informasi kelayakan usaha dari

bisnis ini diperlukan analisis berbagai aspek seperti aspek pasar, teknis,

manajemen, hukum, dan sosial.

Puyuh termasuk salah satu unggas yang peka terhadap penyakit tertentu.

Selain menimbulkan kematian, penyakit yang menyerang unggas ini dapat

meningkatkan morbiditas (tingkat kesulitan hidup pada individu atau kelompok

(35)

8 Disease) karena dapat menyebabkan kematian puyuh sebesar 100 persen

(Listiyowati dan Roospitasari, 2005). Selain tetelo masih banyak penyakit lain

yang dapat menyerang puyuh. Puyuh yang terserang penyakit, produktivitasnya

akan menurun sehingga telur yang dihasilkan pun akan berkurang. Jumlah telur

yang menurun akan menurunkan penerimaan perusahaan dan mengurangi laba.

Berdasarkan pengalaman perusahaan, ternak puyuh PPBT sempat terkena

penyakit tetelo yang menyebabkan kematian 100 persen populasi puyuhnya yaitu

sekitar 5.000 ekor sehingga PPBT harus memulai usahanya dari awal kembali.

Disamping produksi telur, hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kenaikan harga

pakan dan DOQ (puyuh anakan). Kenaikan harga pakan disebabkan karena harga

jagung yang berfluktuasi akibat mahalnya harga pupuk serta mahalnya bahan

komponen lain terutama konsentrat pakan. Apabila harga pakan naik maka biaya

yang ditanggung oleh perusahaan akan lebih besar, karena pakan membutuhkan

sekitar 70 persen dari biaya keseluruhan. Masalah ini akan turut berpengaruh

terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan. Kesulitan DOQ dapat terjadi jika

terdapat serangan penyakit pada puyuh pemasok, sehingga pemasok tidak mampu

memenuhi permintaan perusahaan. Hal ini dapat diatasi jika peternak

membibitkan puyuhnya sendiri sehingga tidak menggantungkan diri pada

pemenuhan DOQ dari pemasok. Sedangkan harga telur puyuh PPBT relatif stabil

kecuali jika ada kenaikan bahan input (pakan), sebab supply telur puyuh ke pasar

yang masih rendah. Untuk itu, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas terhadap

penurunan produksi telur akibat serangan penyakit, dan peningkatan harga pakan.

PPBT juga berencana untuk melakukan perluasan usaha dimana biaya yang akan

dikeluarkan PPBT terhadap usaha tersebut akan lebih besar dari sebelumnya,

sehingga perlu juga dilakukan analisis sensitivitas terhadap rencana perluasan

PPBT terhadap kemungkinan kenaikan biaya total usaha baru PPBT.

Berdasarkan hal di atas, maka beberapa masalah yang dirumuskan dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kelayakan usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga saat ini bila

dikaji dalam aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial

(36)

9

2. Bagaimana kelayakan finansial Peternakan Puyuh Bintang Tiga, baik pada

usaha puyuh petelur, usaha puyuh petelur dan pembibit maupun pada

rencana perluasan usaha puyuh petelur dan pembibit?

3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) dari usaha Peternakan puyuh

Bintang Tiga (PPBT) apabila terjadi penurunan produksi telur akibat

serangan penyakit dan peningkatan harga pakan? Bagaimana tingkat

kepekaan pada rencana perluasan usaha puyuh petelur dan pembibit PPBT

jika terjadi peningkatan biaya total?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga saat ini,

jika dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial

lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga

pada usaha puyuh petelur, usaha puyuh petelur dan pembibit maupun pada

rencana perluasan usaha puyuh petelur dan pembibit.

3. Menganalisis kepekaan kelayakan usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga

(PPBT) bila terjadi penurunan produksi telur akibat serangan penyakit dan

peningkatan harga pakan, serta peningkatan biaya total pada rencana

perluasan usaha puyuh petelur dan pembibit PPBT

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi serta masukan

yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu :

1. Bagi perusahaan PPBT, hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan

dan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan

operasionalnya dan dalam membuat rencana pengembangan usaha

selanjutnya. PPBT juga dapat mempersiapkan tindakan-tindakan

pencegahan terhadap kemungkinan kerugian yang dapat terjadi terutama

(37)

10

2. Bagi penulis, penelitian ini menambah pengalaman dan merupakan bentuk

aplikasi ilmu yang telah diberikan di bangku perkuliahan.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi

atau bahan rujukan untuk melihat keadaan dan kondisi peternakan puyuh,

serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan penulisan

selanjutnya dan dalam pemilihan bisnis.

4. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan

dalam pengambilan kebijakan dalam bantuan peminjaman modal serta

(38)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puyuh dan Kerabatnya

Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran

tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut pula

Gemak, merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat

pada tahun 1870. Burung puyuh terus dikembangkan ke seluruh penjuru dunia,

sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan semenjak

akhir tahun 1979 (Progressio, 2003).

Menurut Pappas (2002). Klasifikasi burung puyuh adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Aves

Ordo : Galiformes

Famili : Phasianida

Sub Famili : Phasianinae

Genus : Coturnix

Species : Coturnix coturnix japonica

2.2. Ciri-Ciri Morfologi Burung Puyuh

Menurut Listiyowati dan Roospitasari , 2005, baru beberapa jenis puyuh

yang dikenal serta dipelihara untuk diambil telur dan dagingnya. Sebenarnya,

banyak jenis puyuh yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun,

tidak semua puyuh tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penghasil pangan.

Beberapa jenis diantaranya mempunyai warna bulu yang indah sehingga banyak

dipelihara sebagai burung hias, tetapi produksi telurnya rendah. Bagi yang

berminat untuk menikmati keindahan warna bulu dan suaranya, puyuh seperti ini

sangat tepat. Sementara bagi peternak yang menghendaki produksi telur tentu

memilih puyuh yang lazim diternakkan seperti Coturnix coturnix japonica.

Puyuh ini termasuk famili Phasianidae dan ordo Galliformes.

Dibandingkan dengan jenis puyuh lainnya, C. japonica mampu menghasilkan

telur sebanyak 130-300 butir per ekor selama setahun. Puyuh betinanya mulai

(39)

12 diternakkan. Kelebihan lain terletak pada suaranya yang cukup keras dan agak

berirama. Oleh sebab itulah puyuh ini banyak dipelihara sebagai song birds

(burung ocehan/klangenan, Jawa).

C. japonica biasa ditemukan di hutan belantara. Hidupnya sering

berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Sifat-sifat tertentu dari

Coturnix seperti kemampuannya menghasilkan 3-4 generasi per tahun menarik

perhatian peternak.

Ciri-ciri jantan dewasa terlihat dari bulu bagian leher dan dadanya yang

berwarna cokelat muda. Puyuh pejantan muda mulai bersuara/berkicau pada umur

5-6 minggu. Selama musim kawin normal, jantan Coturnix akan berkicau setiap

malam.

Sementara pada puyuh betina, warna tubuhnya mirip puyuh jantan, kecuali

bulu pada kerongkongan dan dada bagian atas yang warna cokelatnya lebih terang

serta terdapat totol-totol cokelat tua. Bentuk badannya kebanyakan lebih besar

dibandingkan dengan jantan. Telur Coturnix berwarna cokelat tua, biru, putih

dengan bintik-bintik hitam, coklat, dan biru (Listiyowati dan Roospitasari, 2005).

2.3. Teknik Budidaya

2.2.1. Pemerolehan Bibit Puyuh (DOQ)

Menurut Abidin (2002) ada beberapa cara memperoleh DOQ (day old

quail) atau puyuh umur sehari, yakni membeli dari pembibit, membeli telur puyuh

untuk ditetaskan sendiri, dan memelihara bibit puyuh.

a. Membeli DOQ dari Pembibit

Membeli DOQ dari pembibit merupakan langkah yang paling mudah karena

peternak tidak perlu mengatur perkawinan bibit puyuh dan menetaskannya

sendiri. Kesulitan yang akan dihadapi adalah membeli DOQ tidak semudah

membeli DOC ayam ras. Calon peternak harus mengetahui sentra-sentra

peternakan puyuh di wilayahnya. Sebaiknya DOQ yang dibeli memiliki kualitas

yang cukup baik. Dalam arti proses pembibitannya cukup terarah, misalnya

dengan proses pemilihan telur tetas (berat standar 10,5 gram), kerabang tidak

cacat, serta berasal dari induk jantan dan betina yang berkualitas baik. Beberapa

hal tersebut masih kurang diperhatikan oleh pembibit skala kecil. Di samping itu,

(40)

13

b. Membeli Telur Puyuh Tetas dan Menetaskan Sendiri

Dari segi biaya, upaya memperoleh DOQ dengan menetaskan telur tetas sendiri

mungkin lebih murah, dengan catatan daya tetas telur cukup tinggi. Patut

disayangkan,tidak ada perusahaan pembibitan yang menjual telur tetas dengan

jaminan daya tetas tinggi. Ini merupakan salah satu kendala yang akan dihadapi

oleh calon peternak yang akan mencoba menetaskan telur puyuh sendiri. Kendala

lainnya adalah sulitnya memperoleh telur tetas yang bermutu baik dan rendahnya

ketrampilan peternak dalam mengelola mesin tetas.

c. Memelihara Bibit Puyuh

Memelihara bibit puyuh yang akan diproyeksikan sebagai penghasil DOQ

merupakan langkah paling aman, meskipun dari segi pembiayaan akan

membutuhkan modal yang agak besar. Besarnya biaya mungkin masalah yang

serius, tetapi yang lebih perlu dipikirkan adalah faktor keamanan usaha.

2.2.2. Tata Laksana Perawatan

Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2005), keberhasilan dalam beternak

sangat tergantung dari kemampuan peternak dalam melaksanakan program

pemeliharaan burung puyuh yang diternaknnya. Perawatan puyuh dimulai dari

perawatan saat telur masih berada dalam mesin tetas. Langkah selanjutnya adalah

perawatan saat anakan hingga masa pembesaran sehingga menjadi puyuh bibit,

puyuh petelur, maupun pedaging. Adapun urutan dari budidaya dan perawatan

burung puyuh yaitu :

1. Penetasan Telur

Siklus hidup puyuh relatif pendek. Produksi telurnya 130-300 butir per tahun

dengan bobot rata-rata 10-15 g per butir. Bobot telur merupakan sifat kuantitatif

yang dapat diturunkan. Jadi jenis pakan, jumlah pakan, lingkungan kandang, serta

besar tubuh induk sangat mempengaruhi bobot telur. Selain itu, sedikitnya protein

ransum menyebabkan kecilnya kuning telur yang terbentuk sehingga

menyebabkan kecilnya telur dan rendahnya daya tetas telur. Bobot telur juga

sangat dipengaruhi oleh masa bertelur. Telur pada produksi pertama pada suatu

siklus berbobot lebih rendah daripada telur berikutnya pada siklus yang sama.

(41)

14 induk. Oleh sebab itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar

penetasan berhasil yaitu :

a. Pemilihan telur

Pemilihan telur perlu dilakukan untuk memperoleh telur yang baik,

yaitu telur yang fertil (berisi benih). Ciri-ciri fisik yang dapat dijadikan

patokan dalam memilih telur yang baik untuk bibit diantaranya bukan

berasal dari perkawinan saudara. Telur sebaiknya diambil dari induk

betina berumur 4-10 bulan dan yang dipelihara bersama pejantan dengan

perbandingan 2-3 : 1. Telur tersebut tidak boleh berumur lebih dari 5 hari

karena daya tetasnya akan menurun. Setelah 5 hari penyimpanan, daya

tetasnya akan menurun sebesar 3 persen per hari.

Telur yang dipilih untuk ditetaskan harus berbentuk sempurna,

yaitu bulat/lonjong dan simetris, serta berukuran seragam (sekitar 10-11

gram). Selain itu, kerabang telur harus mulus, tidak terdapat bintil-bintil,

tidak retak atau pecah, serta bercak hitam kelabunya tersebar merata.

Telur berkerabang kuning, cokelat, atau putih polos sebaiknya tidak

dipilih karena kulitnya tebal, tetapi sangat rapuh.

Kerabang telur hendaknya bersih dan tidak ditempeli kotoran.

Kotoran dalam kulit telur dapat menghambat masuknya udara segar yang

berguna bagi pertumbuhan bibit. Kotoran pada telur kotor sebaiknya

dibersihkan dengan dikikir menggunakan silet. Temperatur tempat

penyimpanan telur tetas sebaiknya sekitar 13oC, sedangkan

kelembabannya 75 persen.

b. Mesin tetas

Mesin tetas dapat dibuat dari papan atau triplek (kerangkanya dari

kayu dan dinding dari triplek), bahkan dari dus bekas. Mesin tetas dibuat

dengan ukuran tinggi 40 cm, lebar 80 cm, panjangnya 160 cm. Kotak

sebesar ini dapat menetaskan sekitar 1.000 butir telur puyuh. Mesin

dibuat berpintu depan dengan diberi sedikit kaca agar keadaan telur dapat

diawasi dengan mudah.

Pada prisipnya, konstruksi mesin tetas tergantung selera

(42)

15 dalamnya terjaga, sumber panas konstan dan normal serta menjangkau

radius panas yang dibutuhkan telur. Selian itu, kelembaban harus

memenuhi dan ventilasinya memadai.

Sumber panas dalam mesin dapat menggunakan lampu listrik,

minyak tanah, atau gas. Bila menggunakan lampu minyak tanah maka

peternak harus sering melihat ke dalam kotak penetasan karena suhu

yang terjadi tidak stabil. Sumber pemanas harus selalu ada selama

penetasan, minimal tidak lama mati. Guncangan suhu akibat nyala dan

matinya listrik dapat menyebabkan kematian benih dalam telur.

Sebagai pengukur suhu, termometer diletakkan sejajar dengan

tempat telur. Suhu dalam mesin tetas harus selalu terjaga dan tidak boleh

turun naik. Apabila suhu berada di bawah ambang batas maka kuning

telur tidak akan terserap maksimal oleh embrio. Jika suhu melebihi

ambang batas maka telur akan cepat menetas sehingga pusar tidak

menutup sempurna dan timbul omphalitis.

Kelembaban udara dalam mesin tetas sekitar 55- 60 persen pada

minggu pertama dan 70 persen pada minggu berikutnya. Bila terlalu

kering, telur tidak akan menetas atau anak puyuh tidak akan mampu

memecahkan kulit telur yang menyelubunginya. Kelembaban udara dapat

diatasi dengan memberikan air yang ditempatkan dalam tempat tertentu

(mangkok, piring, baskom).

c. Penetasan

Penetasan biasanya terjadi pada hari ke-17 sampai ke-19. Proses

penetasan berjalan selama 3 jam. Telur yang tidak menetas setelah 3 jam

dapat disingkirkan karena bila dipaksakan menetas maka kualitas

bibitnya akan rendah dan mudah mati.

d. Perawatan bibit

Setelah menetas, puyuh masih membutuhkan udara hangat yang

stabil, oleh sebab itu puyuh anakan jangan langsung dikeluarkan.

Biarkan puyuh anakan berada dalam mesin tetas selama 10 jam. Setelah

(43)

16 tersebut puyuh tidak perlu diberi pakan karena masih mempunyai

persediaan pakan dalam sisa kuning telurnya.

2. Seleksi Puyuh

Untuk memulai usaha peternakan puyuh, langkah pertama yang harus

dilakukan adalah seleksi bibit. Salah satu seleksi yang dilakukan adalah

menyeleksi asal daerah puyuh induk. Asal daerah dari puyuh jantan dan betina

disarankan berasal dari daerah yang berbeda (misal berbeda provinsi). Selain itu

jangan memilih puyuh yang albino.

Seleksi sebaiknya tidak hanya dilakukan pada masa stater (anakan), namun

juga pada masa grower (remaja), dan menginjak dewasa (siap bertelur)

a. Seleksi masa starter

Seleksi pada periode stater dilakukan saat puyuh berumur 1 hari

sampai 3 minggu. Seleksi meliputi pemilihan anak puyuh (DOQ/ day old

quail). Saat seleksi dilakukan juga vaksinasi dan pemotongan paruh.

Selanjutnya seleksi dilakukan dengan memilih anak puyuh yang besarnya

seragam, sehat, gesit, serta tidak mengalami cacat fisik. Mata puyuh harus

cerah, bersih, tidak terlihat mengantuk dan penyakitan, serta aktif mencari

pakan.

b. Seleksi masa grower

Seleksi selanjutnya dilakukan saat puyuh berumur tiga sampai

enam minggu atau masa remaja (grower). Pada periode ini burung puyuh

yang pertumbuhannya tidak normal atau kerdil disingkirkan sehingga

diperoleh puyuh berbobot dan berukuran seragam.

Pada saat ini mulai dilakukan pengelompokan kelamin (sexing).

Puyuh jantan yang tidak terpilih sebagai pejantan dalam pembibitan

sebaiknya disingkirkan atau digunakan sebagai puyuh pedaging atau

puyuh potong. Sementara betina yang bagus penampilan dan fisiknya

digunakan sebagai puyuh pembibit atau petelur.

c. Seleksi masa layer

Seleksi terakhir biasanya dilakukan pada masa bertelur (layer),

(44)

17 berproduksi tinggi (minimal 75 persen), sehat, tidak berpenyakit, tidak

cacat fisik, dan aktif mencari makan.

3. Vaksinasi

Seperti halnya ayam, puyuh dapat terserang penyakit tetelo. Oleh sebab itu,

puyuh sebaiknya divaksinasi pada umur empat sampai tujuh hari dengan dosis

separuh dari dosis yang diberikan untuk ayam. Vaksinasi dapat dilakukan melalui

tetes mata (intraokuler) atau air minum (per-oral). Pada peternakan skala besar,

vaksinasi melalui air minum lebih efisien baik dari segi waktu maupun tenaga.

Selain melalui tetes mata dan air minum, vaksinasi juga dapat dilakukan

dengan cara spraying, intrakloaka (pengolesan vaksin pada kloaka), intranasal

(penetesan vaksin pada lubang hidung), intramuskuler (penyuntikan vaksin pada

lubang hidung), dan s

Gambar

Tabel 3.  Konsumsi Telur Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2007
Tabel 4. Perbedaan Susunan Protein dan Lemak Telur Unggas per Butir
Tabel 6. Komposisi Pakan Puyuh Menurut Umur
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja

Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan ( earning ) antara pengunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen

Untuk mempersiapkan perusahaan dalam audit sertifikasi ISO 9001:2008 oleh pihak internal ( internal audit yang sudah mendapatkan sertifikat), melakukan tindakan

Rumus yang digunakan dalam R/C adalah apabila R/C > 1 maka usahatani tersebut menguntungkan untuk dijalankan, yang artinya adalah penerimaan yang diperoleh lebih besar dari

Galaxy. Adapun alamat CV. Gala Aksi Kreatama ini adalah JL. Jambusari Raya Blok C No. Bagian atau divisi yang dipelajari selama Kuliah Kerja Media. Selama pelaksanaan

Tujuan yang ingin diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuat tekan dan kuat tarik belah optimal beton dengan variasi serbuk arang briket dan bestmittel dengan

ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa Kelas XI IPA. SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan mentoring, metode mentoring dan hasil yang diperoleh selama proses pelaksanaan mentoring