• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Gender dalam Strategi Koping dan Pengambilan Keputusan serta Hubungannya dengan Kesejahteraan Keluarga Petani Padi dan Hortikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Gender dalam Strategi Koping dan Pengambilan Keputusan serta Hubungannya dengan Kesejahteraan Keluarga Petani Padi dan Hortikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan"

Copied!
370
0
0

Teks penuh

(1)

KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI PADI DAN

HORTIKULTURA

DI DAERAH PINGGIRAN PERKOTAAN

RANI ANDRIANI BUDI KUSUMO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRACT

RANI ANDRIANI BUDI KUSUMO. The Role of Gender in Coping Strategy and Decision Making in Correlation with Family Welfare of Paddy and Horticulture Farmers in Sub Urban Area. Under the Guidance of EUIS SUNARTI and DIAH KRISNATUTI

Families with insufficient income can reduce their economic problems by making some adjustment. Families conduct coping strategy through the optimization of family resources in order to regain some control over their economic situation. This study aimed to analyze the difference of coping strategy and also the difference of gender role in family decision making and task sharing between paddy farmer and horticulture farmer families. This study also addressed to analyze the relationship between decision making in coping strategy, family activities, and also task sharing pattern with family welfare; and to analyze factors affecting family welfare. This study was a cross sectional survey that involved 100 randomly selected samples consisted of 50 paddy farmers and 50 horticulture farmers.

There are no significant difference in cost cutting strategies, resource addition strategies and social strategies between paddy and horticulture farmer’s families. Some difference in the role of gender between paddy and horticulture farmers families are detected in decision making process in cost cutting strategies, resource addition strategies, social strategies, food preparation, family finance, economic activities at non farm sector and also social activities. Another difference is pointed out in the task sharing pattern in child caring activities and conducting household work activities, but there is no difference of sharing task performance in public sector between rice and horticulture farmer families.

Decision making in coping strategy and family activities are positively correlated with BKKBN welfare indicator; whereas sharing task performance is positively correlated with BPS welfare indicator. By employing binary logistic regression method, it is predicted that the education level of husband, family size, access to the market and industrial sector, and also social strategies would determine family welfare.

(3)

RINGKASAN

RANI ANDRIANI BUDI KUSUMO. Peran Gender dalam Strategi Koping dan Pengambilan Keputusan Keluarga serta Hubungannya dengan Kesejahteraan Keluarga Petani Padi dan Hortikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI dan DIAH KRISNATUTI

Dalam menghadapi tekanan ekonomi, keluarga petani melakukan strategi koping sebagai upaya bertahan hidup dengan mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki. Dalam hal ini, suami dan istri didorong untuk memaksimalkan perannya dalam mencari pendapatan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengkaji karakteristik, persepsi tentang gender, strategi koping, pengambilan keputusan dalam strategi koping dan aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik, pembagian kerja serta tingkat kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura lapisan bawah di daerah pinggiran perkotaan; 2) Menganalisis perbedaan karakteristik, persepsi tentang gender, strategi koping, pengambilan keputusan dalam strategi koping dan aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik, pembagian kerja serta tingkat kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura; 3) Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dengan persepsi tentang gender; persepsi tentang gender dengan pola pengambilan keputusan dan pembagian kerja yang melibatkan suami dan istri; pengambilan keputusan dalam strategi koping, aktivitas keluarga keluarga di sektor domestik dan publik, serta pembagian kerja dengan tingkat kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura ; 4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga petani

Desain penelitian adalah cross sectional, dan ini dilakukan di dua lokasi, yaitu Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung untuk usahatani padi dan di Desa Mekarwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat untuk usahatani hortikultura. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa kedua lokasi tersebut merupakan desa yang terletak di daerah pinggiran perkotaan (daerah peri-urban), yaitu desa yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung. Unit analisis dari penelitian ini adalah keluarga petani lapisan bawah. Kriteria contoh keluarga petani yang utuh (bapak, ibu dan anak) dan keluarga tersebut mengusahakan lahan di bawah 0,5 Ha. Subjek penelitian sebanyak 100 orang terdiri atas 50 istri keluarga petani padi dan 50 istri keluarga petani hortikultura, yang dipilih menggunakan teknik cluster random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar suami dan istri pada keluarga petani padi dan hortikultura tergolong pada kelompok umur produktif. Sebagian besar suami dan istri pada kedua kelompok contoh menempun pendidikan sampai tingkat sekolah dasar. Sebagian besar istri petani padi (80%) dan istri petani hortikultura (78%) memiliki peran ganda. Selain berperan dalam mengurus rumah tangganya, wanita juga bekerja di sektor pertanian maupun nonpertanian. Pada keluarga petani padi rata-rata pendapatan per kapita adalah Rp.260 469,00/ bulan dan sebagian besar keluarga contoh (76%) memiliki pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS. Pada keluarga petani hortikultura rata-rata pendapatan per kapita adalah Rp. 254 569,00/bulan dan sebagian besar keluarga contoh (88%) memiliki pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS. Sumbangan pendapatan anak yang sudah bekerja terhadap pendapatan keluarga dirasakan cukup membantu keluarga petani dalam memenuhi kebutuhannya.

Tidak terdapat perbedaan persepsi tentang gender antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura. Separuh contoh keluarga petani padi dan hortikultura menilai kedudukan perempuan adalah setara dengan laki-laki. Pada keluarga petani padi, persepsi tentang gender tidak berkorelasi dengan umur istri dan tingkat pendidikan istri; sedangkan pada keluarga petani hortikulrura, persepsi tentang gender berkorelasi dengan umur istri.

(4)

tanam maupun musim paceklik. Pada musim paceklik keluarga contoh lebih sering mengalami masalah ekonomi dibandingkan pada saat musim tanam.

Tidak terdapat perbedaan yang nyata mengenai strategi penghematan antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura baik pada musim tanam maupun musim paceklik. Strategi penghematan yang dilakukan lebih dari separuh contoh termasuk dalam kategori sedang. Pada musim paceklik contoh lebih sering melakukan strategi penghematan dibandingkan pada saat musim tanam. Dalam strategi penambahan sumberdaya tidak terdapat perbedaan yang nyata antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura baik pada musim tanam maupun musim paceklik. Strategi penambahan sumberdaya yang dilakukan oleh sebagian besar contoh termasuk dalam kategori rendah. Tidak terdapat perbedaan yang nyata mengenai strategi sosial antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura baik pada musim tanam maupun musim paceklik. Strategi sosial yang dilakukan oleh lebih dari separuh contoh termasuk dalam kategori rendah. Contoh lebih sering melakukan beragam strategi sosial pada saat musim paceklik dibandingkan pada saat musim tanam.

Pengambilan keputusan terkait strategi penghematan pada sebagian besar contoh keluarga petani padi (82%) dan lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani hortikultura (68%) dilakukan bersama-sama antara suami dan istri. Terdapat perbedaan pengambilan keputusan mengenai strategi penghematan antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura

Pengambilan keputusan dalam melakukan strategi penambahan sumberdaya pada lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani padi (70%) dan seluruh contoh keluarga petani hortikultura didominasi oleh suami. Terdapat perbedaan pengambilan keputusan mengenai strategi penambahan sumberdaya antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura.

Pengambilan keputusan dalam melakukan strategi sosial pada dua per tiga contoh keluarga petani padi (66%) dilakukan bersama-sama antara suami dan istri, sedangkan pada dua per tiga contoh keluarga petani hortikultura (66%) pengambilan keputusan didominasi oleh suami. Terdapat perbedaan pengambilan keputusan mengenai strategi sosial antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura

Pengambilan keputusan dalam melakukan aktivitas domestik di bidang pangan didominasi oleh istri, sedangkan pada bidang pendidikan, kesehatan, keuangan, pemenliharaan rumah tangga dan reproduksi, keputusan diambil bersama-sama oleh suami dan istri. Terdapat perbedaan dalam pengambilan keputusan di bidang pangan dan keuangan antara keluarga petani padi dan hortikultura.

Pengambilan keputusan terkait aktivitas publik di bidang usahatani dan non usahatani didominasi oleh suami. Pada bidang sosial kemasyarakatan, pada lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani padi (70%) keputusan dibuat bersama-sama oleh suami dan istri, sedangkan pada lebih dari separuh contoh keluarga petani hortikultura (60%) keputusan tersebut didominasi oleh suami. Terdapat perbedaan dalam pengambilan keputusan di bidang non usahatani dan sosial kemasyarakatan antara keluarga petani padi dan hortikultura.

Pekerjaan di sektor domestik dominan dilakukan oleh istri. Terdapat perbedaan yang nyata dalam hal pembagian kerja pada kegiatan mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga antara keluarga petani padi dan hortikultura. Di sektor publik, pekerjaan di bidang usahatani dan non usahatani dominan dilakukan oleh suami, sedangkan kegiatan sosial kemasyarakatan dilakukan bersama-sama antara suami dan istri. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam pembagian kerja di bidang usahatani, non usahatani dan sosial kemasyarakatan antara keluarga petani padi dan hortikultura.

Secara umum tidak terdapat perbedaan curahan waktu suami dan istri pada keluarga petani padi dan hortikultura untuk melakukan aktivitas domestik, produktif dan sosial kemasyarakatan. Terdapat perbedaan yang nyata dalam curahan waktu luang suami dan istri antara keluarga petani padi dan hortikutura.

(5)

hortikultura (86%) termasuk dalam kategori keluarga tidak sejahtera. Berdasarkan garis kemiskinan BPS, diketahui bahwa sebagian besar keluarga petani padi (76%) dan keluarga petani hortikultura (88%) termasuk ke dalam kategori sejahtera. Berdasarkan kriteria Bank Dunia (dengan standar US $ 1), lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani padi (72%) dan keluarga petani hortikultura (70%) termasuk dalam kategori miskin; sedangkan bila menggunakan standar US $2, sebagian besar contoh keluarga petani padi (98%) dan seluruh keluarga petani hortikultura termasuk dalam kategori miskin Menurut tingkat kesejahteraan subjektif, sebagian besar keluarga petani padi (82%) dan keluarga petani hortikultura (84%) termasuk dalam kategori tidak sejahtera. Nilai sensitifitas yang paling tinggi (100%) terdapat pada kriteria Bank Dunia (dengan standar US $ 2), jika menggunakan indikator BPS sebagai

gold standard.

Hasil analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara persepsi gender dengan pengambilan keputusan dalam aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik, namun tidak berkorelasi dengan pola pembagian kerja. Dalam persepsi gender mengenai pola pembagian kerja, lebih dari separuh contoh istri petani padi (60%) dan lebih dari dua per tiga contoh istri petani hortikultura (68%) mengatakan bahwa istri menginginkan pembagian kerja yang lebih setara dalam melakukan pekerjaan rumah tangga; namun dalam prakteknya pekerjaan rumah tangga tetap dominan dilakukan oleh istri.

Terdapat hubungan yang signifikan antara pengambilan keputusan pada strategi koping dan aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik dengan tingkat kesejahteraan menurut indikator BKKBN. Artinya semakin besar peran istri dalam pengambilan keputusan, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan menurut indikator BKKBN. Pola pembagian kerja berkorelasi positif dengan tingkat kesejahteraan menurut tingkat kesejahteraan BPS, artinya semakin setara peran suami dan istri dalam melakukan pekerjaan di sektor domestik dan publik, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan menurut indikator BPS.

Hasil analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan tingkat pendidikan suami dan istri berkorelasi positif dengan tingkat kesejahteraan BKKBN, hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan suami dan istri, kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan di luar sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang lebih baik juga semakin terbuka. Jumlah anggota keluarga berkorelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan BPS, jumlah anggota keluarga yang semakin besar akan semakin membebani keluarga dalam memenuhi kebutuhannya. Pendapatan per kapita berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan subjektif. Pendapatan yang semakin besar tidak otomatis membuat contoh merasa lebih puas terhadap sumberdaya yang dimiliki, karena belum tentu dengan adanya tambahan pendapatan, kebutuhan seseorang akan semakin terpenuhi.

. Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga menurut indikator BKKBN adalah tingkat pendidikan suami, jumlah anggota keluarga yang bekerja, kemudahan mengakses pasar dan sektor industri serta strategi sosial yang dilakukan; sedangkan tingkat pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap tingkat kesejahteraan subjektif. Tidak terdapat faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kesejahteraan menurut indikator BPS dan Bank Dunia.

(6)

@Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah... 6

Tujuan Penelitian... 7

Manfaat Penelitian... 8

TINJAUAN PUSTAKA Kesejahteraan Keluarga ... 9

Pengukuran Tingkat Kesejahteraan Keluarga... 11

Kesejahteraan Objektif... 12

Kesejahteraan Subjektif... 14

Strategi Koping... 16

Strategi Ekonomi... 20

Strategi Sosial... 22

Manajemen Sumberdaya Keluarga... 23

Pola Pengambilan Keputusan dan Pembagian Kerja dalam Keluarga... 25

Curahan Waktu dalam Keluarga... 26

Pengertian Gender... 28

Pengertian Peran Gender... 30

Persepsi tentang Gender... 32

Keluarga Dipandang dari Teori Struktural Fungsional... 33

Daerah Pinggiran Perkotaan... 39

KERANGKA PEMIKIRAN... 41

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian ... 45

Populasi dan Penentuan Sampel... 45

Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 46

Pengolahan danAnalisis Data... 49

Definisi Operasional... 53

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 56

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung... 56

Desa Mekarwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat... 59

Keragaan Usahatani Pinggiran Kota... 63

Status Penguasaan Lahan... 63

(8)

Halaman

Keterjangkauan Pada Lembaga Ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan... 65

Keadaan Umum Keluarga Contoh... 67

Umur Suami dan Istri... 67

Tingkat Pendidikan Keluarga Contoh... 68

Besar Keluarga Contoh... 70

Pekerjaan Utama dan Tambahan Keluarga Contoh... 70

Pendapatan Keluarga Contoh... 72

Bantuan yang Diterima Keluarga Contoh... 73

Kepemilikan Aset Keluarga Contoh... 74

Nilai Aset yang Dimiliki Keluarga Contoh... 77

Besarnya Hutang yang Dimiliki Keluarga Contoh... 77

Rasio Hutang dan Aset... 78

Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Contoh... 78

Persepsi Tentang Gender... 82

Masalah Ekonomi yang Dirasakan... 86

Strategi Koping yang Dilakukan... 89

Strategi Penghematan Keluarga Contoh... 89

Strategi Penambahan Sumberdaya... 92

Strategi Sosial... 96

Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Strategi Koping... 98

Pengambilan Keputusan Mengenai Strategi Penghematan... 98

Pengambilan Keputusan Mengenai Strategi Penambahan Sumberdaya... 101

Pengambilan Keputusan Mengenai Strategi Sosial... 103

Pengambilan Keputusan ... 106

Pengambilan Keputusan pada Aktivitas Domestik... 106

Pengambilan Keputusan pada Aktivitas Publik... 111

Pembagian Kerja dalam Keluarga Petani Padi dan Hortikultura... 114

Pembagian Kerja di Sektor Domestik... 114

Pembagian Kerja di Sektor Publik... 117

Curahan Waktu dalam Keluarga Petani Padi dan Hortikultura... 123

Tingkat Kesejahteraan... 124

Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Indikator BKKBN... 125

Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kriteria Garis Kemiskinan BPS... 127

Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kriteria Bank Dunia... 127

Akurasi Berbagai Metode Pengukuran Tingkat Kesejahteraan Objektif 128 Kesejahteaan Subjektif... 129

Hubungan Antara Persepsi Gender dengan Pola Pengambilan Keputusan dan Pembagian Kerja yang Melibatkan Suami dan Istri... 133

Hubungan Antara Pengambilan Keputusan dengan Tingkat Kesejahteraan.... 134

Hubungan Antara Karakteristik Keluarga dengan Tingkat Kesejahteraan... 135

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kesejahteraan Keluarga... 137

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 140

Saran... 141

DAFTAR PUSTAKA... 143

(9)

DAFTAR TABEL Halaman

1 Nilai tukar petani di Pulau Jawa tahun 2003 – 2006... 2

2 Jenis dan informasi yang akan diambil... 47

3 Luas dan penggunaan lahan di Keluarahan Andir tahun 2008... 57

4 Komposisi kepala keluarga di Kelurahan Andir berdasarkan tingkat Kesejahteraan tahun 2008... 57

5 Komposisi penduduk Kelurahan Andir berdasarkan kelompok umur tahun 2008... 58

6 Komposisi penduduk Kelurahan Andir berdasarkan mata pencaharian tahun 2008... 59

7 Komposisi penduduk Kelurahan Andir Berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2008... 59

8 Luas dan penggunaan lahan di Desa Mekarwangi tahun 2008... 60

9 Komposisi kepala keluarga di Desa Mekarwangi berdasarkan tingkat Kesejahteraan tahun 2008... 61

10 Komposisi penduduk Desa Mekarwangi berdasarkan kelompok umur tahun 2008... 62

11 Komposisi penduduk Desa Mekarwangi berdasarkan mata pencaharian tahun 2008... 62

12 Komposisi penduduk Desa Mekarwangi Berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2008... 63

13 Sebaran contoh berdasarkan status penggunaan lahan... 64

14 Sebaran contoh berdasarkan pola tanam pada usahatani padi sawah... 64

15 Komoditas yang diusahakan petani hortikultura... 65

16 Sebaran contoh berrdasarkan keterjangkauan pada lembaga ekonomi, pendidikan, kesehatan... 67

17 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga... 71

18 Sebaran contoh berdasarkan bantuan yang diterima keluarga contoh... 73

19 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset... 76

20 Sebaran contoh berdasarkan nilai aset yang dimiliki... 77

21 Sebaran contoh berdasarkan besarnya hutang yang dimiliki... 78

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

23 Sebaran contoh berdasarkan kondisi tempat tinggal... 79

24 Sebaran contoh keluarga petani hortikultura menurut umur dan persepsi tentang gender... 82

25 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tentang gender... 85

26 Sebaran contoh menurut masalah ekonomi yang dirasakan... 88

27 Sebaran contoh menurut strategi penghematan yang dilakukan... 92

28 Sebaran contoh menurut strategi penambahan sumberdaya yang dilakukan... 95

29 Sebaran contoh menurut strategi sosial yang dilakukan... 98

30 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pengambilan keputusan mengenai strategi penghematan... 100

31 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pengambilan keputusan mengenai strategi penambahan sumberdaya... 103

32 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pengambilan keputusan mengenai strategi sosial... 105

33 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pengambilan keputusan mengenai aktivitas di sektor domestik... 111

34 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pengambilan keputusan mengenai aktivitas di sektor publik... 114

35 Sebaran contoh berdasarkan pembagian kerja pada aktivitas domestik... 116

36 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pembagian kerja di sektor domestik... 116

37 Sebaran contoh berdasarkan pembagian kerja pada aktivitas publik... 119

38 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pembagian kerja di sektor publik... 123

39 Rata-rata curahan waktu suami dan istri pada keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura... 124

40 Sebaran contoh berdasarkan kriteria kesejahteraan BKKBN... 126

41 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesejahteraan objektif : indikator BKKBN... 126

42 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesejahteraan objektif : kriteria garis Kemiskinan BPS... 127

43 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesejahteraan objektif : kriteria Bank Dunia... 127

44 Sebaran contoh berdasarkan kriteria BKKBN, Bank Dunia dengan kriteria BPS sebagai gold standard... 128

(11)

KESEJAHTERAAN KELUARGA PETANI PADI DAN

HORTIKULTURA

DI DAERAH PINGGIRAN PERKOTAAN

RANI ANDRIANI BUDI KUSUMO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRACT

RANI ANDRIANI BUDI KUSUMO. The Role of Gender in Coping Strategy and Decision Making in Correlation with Family Welfare of Paddy and Horticulture Farmers in Sub Urban Area. Under the Guidance of EUIS SUNARTI and DIAH KRISNATUTI

Families with insufficient income can reduce their economic problems by making some adjustment. Families conduct coping strategy through the optimization of family resources in order to regain some control over their economic situation. This study aimed to analyze the difference of coping strategy and also the difference of gender role in family decision making and task sharing between paddy farmer and horticulture farmer families. This study also addressed to analyze the relationship between decision making in coping strategy, family activities, and also task sharing pattern with family welfare; and to analyze factors affecting family welfare. This study was a cross sectional survey that involved 100 randomly selected samples consisted of 50 paddy farmers and 50 horticulture farmers.

There are no significant difference in cost cutting strategies, resource addition strategies and social strategies between paddy and horticulture farmer’s families. Some difference in the role of gender between paddy and horticulture farmers families are detected in decision making process in cost cutting strategies, resource addition strategies, social strategies, food preparation, family finance, economic activities at non farm sector and also social activities. Another difference is pointed out in the task sharing pattern in child caring activities and conducting household work activities, but there is no difference of sharing task performance in public sector between rice and horticulture farmer families.

Decision making in coping strategy and family activities are positively correlated with BKKBN welfare indicator; whereas sharing task performance is positively correlated with BPS welfare indicator. By employing binary logistic regression method, it is predicted that the education level of husband, family size, access to the market and industrial sector, and also social strategies would determine family welfare.

(13)

RINGKASAN

RANI ANDRIANI BUDI KUSUMO. Peran Gender dalam Strategi Koping dan Pengambilan Keputusan Keluarga serta Hubungannya dengan Kesejahteraan Keluarga Petani Padi dan Hortikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI dan DIAH KRISNATUTI

Dalam menghadapi tekanan ekonomi, keluarga petani melakukan strategi koping sebagai upaya bertahan hidup dengan mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki. Dalam hal ini, suami dan istri didorong untuk memaksimalkan perannya dalam mencari pendapatan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengkaji karakteristik, persepsi tentang gender, strategi koping, pengambilan keputusan dalam strategi koping dan aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik, pembagian kerja serta tingkat kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura lapisan bawah di daerah pinggiran perkotaan; 2) Menganalisis perbedaan karakteristik, persepsi tentang gender, strategi koping, pengambilan keputusan dalam strategi koping dan aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik, pembagian kerja serta tingkat kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura; 3) Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dengan persepsi tentang gender; persepsi tentang gender dengan pola pengambilan keputusan dan pembagian kerja yang melibatkan suami dan istri; pengambilan keputusan dalam strategi koping, aktivitas keluarga keluarga di sektor domestik dan publik, serta pembagian kerja dengan tingkat kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura ; 4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga petani

Desain penelitian adalah cross sectional, dan ini dilakukan di dua lokasi, yaitu Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung untuk usahatani padi dan di Desa Mekarwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat untuk usahatani hortikultura. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa kedua lokasi tersebut merupakan desa yang terletak di daerah pinggiran perkotaan (daerah peri-urban), yaitu desa yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung. Unit analisis dari penelitian ini adalah keluarga petani lapisan bawah. Kriteria contoh keluarga petani yang utuh (bapak, ibu dan anak) dan keluarga tersebut mengusahakan lahan di bawah 0,5 Ha. Subjek penelitian sebanyak 100 orang terdiri atas 50 istri keluarga petani padi dan 50 istri keluarga petani hortikultura, yang dipilih menggunakan teknik cluster random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar suami dan istri pada keluarga petani padi dan hortikultura tergolong pada kelompok umur produktif. Sebagian besar suami dan istri pada kedua kelompok contoh menempun pendidikan sampai tingkat sekolah dasar. Sebagian besar istri petani padi (80%) dan istri petani hortikultura (78%) memiliki peran ganda. Selain berperan dalam mengurus rumah tangganya, wanita juga bekerja di sektor pertanian maupun nonpertanian. Pada keluarga petani padi rata-rata pendapatan per kapita adalah Rp.260 469,00/ bulan dan sebagian besar keluarga contoh (76%) memiliki pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS. Pada keluarga petani hortikultura rata-rata pendapatan per kapita adalah Rp. 254 569,00/bulan dan sebagian besar keluarga contoh (88%) memiliki pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS. Sumbangan pendapatan anak yang sudah bekerja terhadap pendapatan keluarga dirasakan cukup membantu keluarga petani dalam memenuhi kebutuhannya.

Tidak terdapat perbedaan persepsi tentang gender antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura. Separuh contoh keluarga petani padi dan hortikultura menilai kedudukan perempuan adalah setara dengan laki-laki. Pada keluarga petani padi, persepsi tentang gender tidak berkorelasi dengan umur istri dan tingkat pendidikan istri; sedangkan pada keluarga petani hortikulrura, persepsi tentang gender berkorelasi dengan umur istri.

(14)

tanam maupun musim paceklik. Pada musim paceklik keluarga contoh lebih sering mengalami masalah ekonomi dibandingkan pada saat musim tanam.

Tidak terdapat perbedaan yang nyata mengenai strategi penghematan antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura baik pada musim tanam maupun musim paceklik. Strategi penghematan yang dilakukan lebih dari separuh contoh termasuk dalam kategori sedang. Pada musim paceklik contoh lebih sering melakukan strategi penghematan dibandingkan pada saat musim tanam. Dalam strategi penambahan sumberdaya tidak terdapat perbedaan yang nyata antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura baik pada musim tanam maupun musim paceklik. Strategi penambahan sumberdaya yang dilakukan oleh sebagian besar contoh termasuk dalam kategori rendah. Tidak terdapat perbedaan yang nyata mengenai strategi sosial antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura baik pada musim tanam maupun musim paceklik. Strategi sosial yang dilakukan oleh lebih dari separuh contoh termasuk dalam kategori rendah. Contoh lebih sering melakukan beragam strategi sosial pada saat musim paceklik dibandingkan pada saat musim tanam.

Pengambilan keputusan terkait strategi penghematan pada sebagian besar contoh keluarga petani padi (82%) dan lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani hortikultura (68%) dilakukan bersama-sama antara suami dan istri. Terdapat perbedaan pengambilan keputusan mengenai strategi penghematan antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura

Pengambilan keputusan dalam melakukan strategi penambahan sumberdaya pada lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani padi (70%) dan seluruh contoh keluarga petani hortikultura didominasi oleh suami. Terdapat perbedaan pengambilan keputusan mengenai strategi penambahan sumberdaya antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura.

Pengambilan keputusan dalam melakukan strategi sosial pada dua per tiga contoh keluarga petani padi (66%) dilakukan bersama-sama antara suami dan istri, sedangkan pada dua per tiga contoh keluarga petani hortikultura (66%) pengambilan keputusan didominasi oleh suami. Terdapat perbedaan pengambilan keputusan mengenai strategi sosial antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura

Pengambilan keputusan dalam melakukan aktivitas domestik di bidang pangan didominasi oleh istri, sedangkan pada bidang pendidikan, kesehatan, keuangan, pemenliharaan rumah tangga dan reproduksi, keputusan diambil bersama-sama oleh suami dan istri. Terdapat perbedaan dalam pengambilan keputusan di bidang pangan dan keuangan antara keluarga petani padi dan hortikultura.

Pengambilan keputusan terkait aktivitas publik di bidang usahatani dan non usahatani didominasi oleh suami. Pada bidang sosial kemasyarakatan, pada lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani padi (70%) keputusan dibuat bersama-sama oleh suami dan istri, sedangkan pada lebih dari separuh contoh keluarga petani hortikultura (60%) keputusan tersebut didominasi oleh suami. Terdapat perbedaan dalam pengambilan keputusan di bidang non usahatani dan sosial kemasyarakatan antara keluarga petani padi dan hortikultura.

Pekerjaan di sektor domestik dominan dilakukan oleh istri. Terdapat perbedaan yang nyata dalam hal pembagian kerja pada kegiatan mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga antara keluarga petani padi dan hortikultura. Di sektor publik, pekerjaan di bidang usahatani dan non usahatani dominan dilakukan oleh suami, sedangkan kegiatan sosial kemasyarakatan dilakukan bersama-sama antara suami dan istri. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam pembagian kerja di bidang usahatani, non usahatani dan sosial kemasyarakatan antara keluarga petani padi dan hortikultura.

Secara umum tidak terdapat perbedaan curahan waktu suami dan istri pada keluarga petani padi dan hortikultura untuk melakukan aktivitas domestik, produktif dan sosial kemasyarakatan. Terdapat perbedaan yang nyata dalam curahan waktu luang suami dan istri antara keluarga petani padi dan hortikutura.

(15)

hortikultura (86%) termasuk dalam kategori keluarga tidak sejahtera. Berdasarkan garis kemiskinan BPS, diketahui bahwa sebagian besar keluarga petani padi (76%) dan keluarga petani hortikultura (88%) termasuk ke dalam kategori sejahtera. Berdasarkan kriteria Bank Dunia (dengan standar US $ 1), lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani padi (72%) dan keluarga petani hortikultura (70%) termasuk dalam kategori miskin; sedangkan bila menggunakan standar US $2, sebagian besar contoh keluarga petani padi (98%) dan seluruh keluarga petani hortikultura termasuk dalam kategori miskin Menurut tingkat kesejahteraan subjektif, sebagian besar keluarga petani padi (82%) dan keluarga petani hortikultura (84%) termasuk dalam kategori tidak sejahtera. Nilai sensitifitas yang paling tinggi (100%) terdapat pada kriteria Bank Dunia (dengan standar US $ 2), jika menggunakan indikator BPS sebagai

gold standard.

Hasil analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara persepsi gender dengan pengambilan keputusan dalam aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik, namun tidak berkorelasi dengan pola pembagian kerja. Dalam persepsi gender mengenai pola pembagian kerja, lebih dari separuh contoh istri petani padi (60%) dan lebih dari dua per tiga contoh istri petani hortikultura (68%) mengatakan bahwa istri menginginkan pembagian kerja yang lebih setara dalam melakukan pekerjaan rumah tangga; namun dalam prakteknya pekerjaan rumah tangga tetap dominan dilakukan oleh istri.

Terdapat hubungan yang signifikan antara pengambilan keputusan pada strategi koping dan aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik dengan tingkat kesejahteraan menurut indikator BKKBN. Artinya semakin besar peran istri dalam pengambilan keputusan, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan menurut indikator BKKBN. Pola pembagian kerja berkorelasi positif dengan tingkat kesejahteraan menurut tingkat kesejahteraan BPS, artinya semakin setara peran suami dan istri dalam melakukan pekerjaan di sektor domestik dan publik, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan menurut indikator BPS.

Hasil analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan tingkat pendidikan suami dan istri berkorelasi positif dengan tingkat kesejahteraan BKKBN, hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan suami dan istri, kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan di luar sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang lebih baik juga semakin terbuka. Jumlah anggota keluarga berkorelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan BPS, jumlah anggota keluarga yang semakin besar akan semakin membebani keluarga dalam memenuhi kebutuhannya. Pendapatan per kapita berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan subjektif. Pendapatan yang semakin besar tidak otomatis membuat contoh merasa lebih puas terhadap sumberdaya yang dimiliki, karena belum tentu dengan adanya tambahan pendapatan, kebutuhan seseorang akan semakin terpenuhi.

. Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga menurut indikator BKKBN adalah tingkat pendidikan suami, jumlah anggota keluarga yang bekerja, kemudahan mengakses pasar dan sektor industri serta strategi sosial yang dilakukan; sedangkan tingkat pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap tingkat kesejahteraan subjektif. Tidak terdapat faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kesejahteraan menurut indikator BPS dan Bank Dunia.

(16)

@Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah... 6

Tujuan Penelitian... 7

Manfaat Penelitian... 8

TINJAUAN PUSTAKA Kesejahteraan Keluarga ... 9

Pengukuran Tingkat Kesejahteraan Keluarga... 11

Kesejahteraan Objektif... 12

Kesejahteraan Subjektif... 14

Strategi Koping... 16

Strategi Ekonomi... 20

Strategi Sosial... 22

Manajemen Sumberdaya Keluarga... 23

Pola Pengambilan Keputusan dan Pembagian Kerja dalam Keluarga... 25

Curahan Waktu dalam Keluarga... 26

Pengertian Gender... 28

Pengertian Peran Gender... 30

Persepsi tentang Gender... 32

Keluarga Dipandang dari Teori Struktural Fungsional... 33

Daerah Pinggiran Perkotaan... 39

KERANGKA PEMIKIRAN... 41

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian ... 45

Populasi dan Penentuan Sampel... 45

Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 46

Pengolahan danAnalisis Data... 49

Definisi Operasional... 53

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 56

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung... 56

Desa Mekarwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat... 59

Keragaan Usahatani Pinggiran Kota... 63

Status Penguasaan Lahan... 63

(18)

Halaman

Keterjangkauan Pada Lembaga Ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan... 65

Keadaan Umum Keluarga Contoh... 67

Umur Suami dan Istri... 67

Tingkat Pendidikan Keluarga Contoh... 68

Besar Keluarga Contoh... 70

Pekerjaan Utama dan Tambahan Keluarga Contoh... 70

Pendapatan Keluarga Contoh... 72

Bantuan yang Diterima Keluarga Contoh... 73

Kepemilikan Aset Keluarga Contoh... 74

Nilai Aset yang Dimiliki Keluarga Contoh... 77

Besarnya Hutang yang Dimiliki Keluarga Contoh... 77

Rasio Hutang dan Aset... 78

Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Contoh... 78

Persepsi Tentang Gender... 82

Masalah Ekonomi yang Dirasakan... 86

Strategi Koping yang Dilakukan... 89

Strategi Penghematan Keluarga Contoh... 89

Strategi Penambahan Sumberdaya... 92

Strategi Sosial... 96

Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Strategi Koping... 98

Pengambilan Keputusan Mengenai Strategi Penghematan... 98

Pengambilan Keputusan Mengenai Strategi Penambahan Sumberdaya... 101

Pengambilan Keputusan Mengenai Strategi Sosial... 103

Pengambilan Keputusan ... 106

Pengambilan Keputusan pada Aktivitas Domestik... 106

Pengambilan Keputusan pada Aktivitas Publik... 111

Pembagian Kerja dalam Keluarga Petani Padi dan Hortikultura... 114

Pembagian Kerja di Sektor Domestik... 114

Pembagian Kerja di Sektor Publik... 117

Curahan Waktu dalam Keluarga Petani Padi dan Hortikultura... 123

Tingkat Kesejahteraan... 124

Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Indikator BKKBN... 125

Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kriteria Garis Kemiskinan BPS... 127

Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kriteria Bank Dunia... 127

Akurasi Berbagai Metode Pengukuran Tingkat Kesejahteraan Objektif 128 Kesejahteaan Subjektif... 129

Hubungan Antara Persepsi Gender dengan Pola Pengambilan Keputusan dan Pembagian Kerja yang Melibatkan Suami dan Istri... 133

Hubungan Antara Pengambilan Keputusan dengan Tingkat Kesejahteraan.... 134

Hubungan Antara Karakteristik Keluarga dengan Tingkat Kesejahteraan... 135

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kesejahteraan Keluarga... 137

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 140

Saran... 141

DAFTAR PUSTAKA... 143

(19)

DAFTAR TABEL Halaman

1 Nilai tukar petani di Pulau Jawa tahun 2003 – 2006... 2

2 Jenis dan informasi yang akan diambil... 47

3 Luas dan penggunaan lahan di Keluarahan Andir tahun 2008... 57

4 Komposisi kepala keluarga di Kelurahan Andir berdasarkan tingkat Kesejahteraan tahun 2008... 57

5 Komposisi penduduk Kelurahan Andir berdasarkan kelompok umur tahun 2008... 58

6 Komposisi penduduk Kelurahan Andir berdasarkan mata pencaharian tahun 2008... 59

7 Komposisi penduduk Kelurahan Andir Berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2008... 59

8 Luas dan penggunaan lahan di Desa Mekarwangi tahun 2008... 60

9 Komposisi kepala keluarga di Desa Mekarwangi berdasarkan tingkat Kesejahteraan tahun 2008... 61

10 Komposisi penduduk Desa Mekarwangi berdasarkan kelompok umur tahun 2008... 62

11 Komposisi penduduk Desa Mekarwangi berdasarkan mata pencaharian tahun 2008... 62

12 Komposisi penduduk Desa Mekarwangi Berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2008... 63

13 Sebaran contoh berdasarkan status penggunaan lahan... 64

14 Sebaran contoh berdasarkan pola tanam pada usahatani padi sawah... 64

15 Komoditas yang diusahakan petani hortikultura... 65

16 Sebaran contoh berrdasarkan keterjangkauan pada lembaga ekonomi, pendidikan, kesehatan... 67

17 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga... 71

18 Sebaran contoh berdasarkan bantuan yang diterima keluarga contoh... 73

19 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset... 76

20 Sebaran contoh berdasarkan nilai aset yang dimiliki... 77

21 Sebaran contoh berdasarkan besarnya hutang yang dimiliki... 78

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

23 Sebaran contoh berdasarkan kondisi tempat tinggal... 79

24 Sebaran contoh keluarga petani hortikultura menurut umur dan persepsi tentang gender... 82

25 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tentang gender... 85

26 Sebaran contoh menurut masalah ekonomi yang dirasakan... 88

27 Sebaran contoh menurut strategi penghematan yang dilakukan... 92

28 Sebaran contoh menurut strategi penambahan sumberdaya yang dilakukan... 95

29 Sebaran contoh menurut strategi sosial yang dilakukan... 98

30 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pengambilan keputusan mengenai strategi penghematan... 100

31 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pengambilan keputusan mengenai strategi penambahan sumberdaya... 103

32 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pengambilan keputusan mengenai strategi sosial... 105

33 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pengambilan keputusan mengenai aktivitas di sektor domestik... 111

34 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pengambilan keputusan mengenai aktivitas di sektor publik... 114

35 Sebaran contoh berdasarkan pembagian kerja pada aktivitas domestik... 116

36 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pembagian kerja di sektor domestik... 116

37 Sebaran contoh berdasarkan pembagian kerja pada aktivitas publik... 119

38 Sebaran contoh berdasarkan perspektif gender dalam pembagian kerja di sektor publik... 123

39 Rata-rata curahan waktu suami dan istri pada keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura... 124

40 Sebaran contoh berdasarkan kriteria kesejahteraan BKKBN... 126

41 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesejahteraan objektif : indikator BKKBN... 126

42 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesejahteraan objektif : kriteria garis Kemiskinan BPS... 127

43 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesejahteraan objektif : kriteria Bank Dunia... 127

44 Sebaran contoh berdasarkan kriteria BKKBN, Bank Dunia dengan kriteria BPS sebagai gold standard... 128

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman 46 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan subjektif... 132 47 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesejahteraan subjektif dengan indikator kesejahtreaan BKKBN, garis kemiskinan BPS dan kriteria Bank Dunia... 132 48 Sebaran contoh berdasarkan persepsi gender dengan pengambilan keputusan dan pembagian kerja yang melibatkan suami dan istri... 133 49 Sebaran contoh berdasarkan pengambilan keputusan dan pembagian kerja

dengan tingkat kesejahteraan... 135 50 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dengan tingkat

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Model ABCX T ganda... 18 2 Model teori struktural fungsional... 34 3 Kerangka berpikir peran gender dalam strategi koping dan pengambilan

keputusan serta hubungannya dengan kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura di daerah pinggiran perkotaan... 44 4 Diagram penarikan contoh... 46 5 Sebaran contoh menurut kategori persepsi tentang gender... 87 6 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan mengenai strategi

penghematan... 101 7 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan mengenai strategi

penambahan sumberdaya... 103 8 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan mengenai strategi

sosial... 106 9 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan di bidang pangan... 107 10 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan di bidang pendidikan107 11 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan di bidang kesehatan 108 12 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan di bidang keuangan 109 13 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan di bidang

pemeliharaan rumah tangga... 110 14 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan di bidang reproduksi 110 15 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan di bidang usahatani 112 16 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan di bidang

non usahatani... 112 17 Sebaran contoh menurut kategori pengambilan keputusan di bidang

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal 1 Operasionalisasi Variabel... 148 2 Sebaran contoh berdasarkan masalah ekonomi yang dirasakan... 150 3 Hasil uji beda masalah ekonomi yang dirasakan keluarga contoh... 151 4 Sebaran contoh berdasarkan strategi ekonomi (strategi penghematan) yang

dilaksanakan... 152 5 Sebaran contoh berdasarkan strategi ekonomi (strategi penambahan daya) yang dilaksanakan... 153 6 Sebaran contoh berdasarkan strategi sosial yang dilaksanakan... 154 7 Hasil uji beda strategi koping yang dilakukan keluarga contoh... 155 8 Sebaran contoh berdasarkan peran gender dalam pengambilan keputusan

mengenai strategi koping... 156 9 Hasil uji beda peran gender dalam pengambilan keputusan mengenai strategi koping yang dilakukan keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura. 157 10 Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan dalam manajemen sumberdaya keluarga... 158 11 Hasil uji beda pola pengambilan keputusan dalam manajemen sumberdaya

(24)
(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender sebagai suatu konsep hubungan sosial, membedakan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan, yang terjadi melalui proses sosialisai, penguatan dan konstruksi sosial, kultural dan keagamaan, bahkan melalui kekuasaan negara (Fakih 1997). Dengan demikinan gender sebagai suatu konsep merupakan hasil pemikiran atau rekayasa manusia, dibentuk oleh masyarakat sehingga gender bersifat dinamis, dapat dibedakan karena perbedaan adat istiadat, budaya, agama dan sistem nilai dari bangsa, masyarakat dan suku bangsa tertentu (Narwoko 2006).

Secara tradisional, perempuan memegang peran dalam kegiatan domestik rumah tangga, dan laki-laki bertugas mencari nafkah. Namun tak jarang, perempuan juga terlibat dalam kegiatan mencari nafkah, akibatnya perempuan harus memikul beban ganda. Dalam kaitannya dengan beban ganda tersebut, Mosser (1999) menyebutkan bahwa perempuan tidak saja berperan ganda, tetapi perempuan memiliki

triple role : peran reproduksi, yaitu peran yang berhubungan dengan peran tradisional di sektor domestik; peran produktif, yaitu peran ekonomis di sektor publik; dan peran sosial, yaitu peran di komunitas sosialnya.

Dalam keluarga miskin, peran ganda perempuan ini sangat diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga. Penghasilan tambahan dari aktivitas perempuan di sektor produktif diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ekonomi keluarga. Selain itu, peran perempuan atau istri dalam sektor domestikuntuk mengelola sumberdaya keluarga yang dimilikinya diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga.

Pada Tahun 2007, penduduk miskin di Indonesia mencapai 37,17 juta jiwa atau 18,6 persen dari jumlah penduduk di Indonesia, dan 60 persen diantaranya adalah penduduk yang tinggal di desa (BPS, 2008). Dapat dikatakan bahwa 60 persen rakyat miskin adalah petani1.

Dalam kenyataan, tekanan penduduk terhadap lahan yang sempit makin meningkatkan jumlah petani gurem, seperti terlihat dari hasil Sensus Pertanian (ST). Semakin terbatasnya lahan usahatani produktif merupakan dampak tingginya konversi 1 Harian Umum Kompas, tanggal 10 Desember 2007.

(26)

lahan pertanian produktif ke penggunaan nonpertanian, sebagai konsekuensi ledakan penduduk dan peningkatan nilai ekonomi akibat tingginya permintaan lahan untuk prasarana industri, perdagangan serta pemukiman (Elizabeth 2007). Pada tahun 1993 secara nasional jumlah petani gurem tercatat sekitar 10,9 juta kepala keluarga (KK), pada sensus tahun 2003, angka itu naik menjadi 13,7 juta KK, dan sangat terasa di Jawa (BPS 2003).

Meningkatnya jumlah petani gurem dan buruh tani menjadi penyebab meningkatnya kemiskinan di desa, yang merupakan mayoritas penduduk di Indonesia. Persentase keluarga petani gurem yang makin tinggi memberikan indikasi makin miskinnya petani. Hasil yang diperoleh dari bertani makin hari makin menciut artinya bagi para petani. Hal ini juga terindikasi dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator relatif tingkat kesejahteraan petani, sampai saat ini NTP petani di Propinsi Jawa Barat terus mengalami penurunan (Tabel 1), hal ini berarti tingkat kesejahteraan petani di Propinsi Jawa Barat juga terus mengalami penurunan.

Tabel 1 Nilai Tukar Petani di Pulau Jawa Tahun 2003 - 2006

Propinsi Tahun Sumber : Statistik Nilai Tukar Petani 2003-2006

Dalam satu dekade terakhir, NTP tertinggi hanya terjadi tahun 1998 karena “rejeki” perubahan mata uang yang pesat. Rejeki ini pun hanya dirasakan oleh petani yang mengusahakan perkebunan rakyat untuk komoditas ekspor karena harga hasil perkebunannya naik drastis di dalam negeri dan menjadi sangat murah di luar negeri. Ini juga hanya dinikmati sekejap karena secara pasti biaya produksi pertanian maupun biaya konsumsi keluarga meningkat melebihi kenaikan harga hasil pertanian sehingga NTP kembali anjlok (Brata 2005).

(27)

Sedikit berbeda dengan wilayah pedesaan, dimana sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama penduduk, di wilayah pinggiran perkotaan seperti Bandung, pertanian bukan lagi merupakan sektor utama yang dimasuki penduduknya. Meskipun demikian, sektor pertanian masih menjadi andalan sebagian keluarga untuk mencari nafkah. Kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat, sementara produktivitas lahan yang petani garap semakin terbatas, di samping itu keahlian dan kemampuan para petani juga terbatas, sehingga banyak keluarga petani atau buruh tani terperangkap dalam kemiskinan. Terlebih lagi dengan beban kenaikan harga barang-barang kebutuhan sehari-hari semakin memperparah kemiskinan petani.

Hasil penelitian Fadjarajani (2001) menunjukkan bahwa alih fungsi lahan pertanian mengakibatkan perubahan kondisi sosial rumah tangga petani. Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap kondisi sosial rumah tangga pertanian tersebut diidentifikasi dari adanya (a) perubahan jenis mata pencaharian pokok di bidang pertanian, dari petani pemilik menjadi petani non pemilik, (b) penurunan konsumsi kebutuhan pokok sehari-hari keluarga, (c) penurunan kemampuan pemenuhan kebutuhan kesehatan keluarga, (d) penurunan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal keluarga, serta (e) penurunan kemampuan pengembangan pendidikan keluarga.

Dalam menghadapi kondisi tersebut, keluarga petani melakukan suatu strategi kopinguntuk dapat bertahan di tengah keterbatasan. Dengan semakin berkembang dan beragamnya sektor lain di luar pertanian, semakin banyak memberi alternatif bagi masyarakat setempat untuk mendapatkan hasil tambahan di luar sektor utama. Para petani dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mencari tambahan penghasilan guna menutupi kebutuhan sehari-hari (Iqbal 2004). Meski demikian, keluarga petani harus menggunakan beragam strategi untuk mendapatkan peluang-peluang tersebut, sesuai dengan keahlian yang dimiliki dan orientasi ekonomi masing-masing.

Di sektor produksi, rumah tangga pedesaan di Indonesia menerapkan pola nafkah ganda sebagai bagian dari strategi ekonomi. Dalam pola itu sejumlah anggota keluarga usia kerja terlibat mencari nafkah di berbagai sumber, baik on farm maupun

off farm. Dalam strategi nafkah tersebut, wanita seperti juga pria memiliki peran yang sangat penting sebagai pencari nafkah. Wanita tidak hanya terlibat dalam kegiatan reproduksi yang tak langsung menghasilkan pendapatan, tetapi juga dalam kegiatan produksi yang langsung menghasilkan pendapatan (White, Hart, Sayogyo dalam

(28)

Disamping pola nafkah ganda di sektor produksi, rumah tangga miskin di pedesaan juga berupaya mengatasi kondisi kemiskinan melalui keterlibatan para anggotanya dalam beragam pranata kesejahteraan asli di sektor non produksi. Lembaga kesejahteraan asli itu adalah lembaga informal bentukan masyarakat desa sendiri. Wanita, seperti halnya juga pria terlibat secara nyata dalam beragam lembaga tersebut (Sitorus1992). Kaum wanita biasanya terlibat penuh dalam kegiatan pranata-pranata sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian berdimensi kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Dalam penelitian mengenai kehidupan masyarakat nelayan, Kusnadi (2006) menyebutkan hadirnya pranata-pranata tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menghadapi kesulitan hidup yang dihadapinya. Strategi adaptasi diartikan sebagai pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks lingkungan sosial, politik, ekonomi dan ekologi, dimana penduduk miskin itu hidup.

Dalam usahatani, setiap agroekosistem memiliki karakteristik, nilai kemanfaatan ekonomi serta nilai sosial budaya yang khas. Kondisi agroekosistem mempengaruhi kemiskinan penduduk dengan masing-masing karakteristik sosial ekonominya. Interaksi manusia dengan lingkungan biofisik yang beragam kondisinya ini memberikan bentuk aktivitas sosial, ekonomi bahkan budaya yang beragam pula (Harmiati 2002). BPS (2003) membuat klasifikasi desa dilihat dengan pendekatan ekosistem, yaitu hutan, pesisir/pantai, lahan basah, lahan kering, lahan campuran dan berdasarkan topografi, yakni dataran tinggi dan dataran rendah.

(29)

juga memiliki peluang yang sama dalam menikmati keuntungan usahatani yang dijalankan oleh keluarga. Kondisi pada masing-masing agroekosistem tersebut tentunya tidak semata-mata dipengaruhi oleh jenis komoditas yang ditanam, namun dipengaruhi pula oleh kondisi sosial ekonomi setempat.

Dalam masyarakat pertanian, luas penguasaan lahan terkait erat dan sejajar dengan pendapatan total keluarga. Berdasarkan pola keterkaitan antara luas penguasaan lahan dengan tingkat pendapatan tersebut ditemukan tiga jenis strategi hidup rumah tangga pada masyarakat petani di Jawa. Bagi petani berlahan luas (menguasai lahan usahatani > 1,0 Ha), pola nafkah ganda merupakan strategi akumulasi, dimana surplus usahatani diakumulasikan untuk memperluas usaha produktif, baik di sektor pertanian maupun di sektor luar pertanian. Pada rumah tangga lapisan tengah (menguasai lahan 0,5 – 1,0 Ha), pola nafkah ganda merupakan strategi bertahan (konsolidasi), dimana surplus usahatani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga dan masih kesulitan untuk mengembangkan usaha. Motif anggota keluarga memasuki usaha luar pertanian adalah untuk menambah pendapatan atau berjaga-jaga, kalau-kalau hasil panen berkurang atau gagal. Di kalangan rumah tangga lapisan bawah (menguasai lahan < 0,5 Ha dan rumah tangga tak bertanah), pola nafkah ganda merupakan strategi survival dimana hasil produksi pertanian belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, sehingga anggota keluarga terpaksa memasuki usaha luar pertanian (White dalam Girsang 1996).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dilihat bahwa kedudukan wanita dalam keluarga menempati posisi yang sangat penting. Wanita bukan saja membantu mencari nafkah tambahan. Wanita sebagai ibu rumah tangga, yang meskipun tidak secara langsung menghasilkan pendapatan, namun secara produktif bekerja mendukung kaum pria sebagai kepala keluarga untuk mencari pendapatan. Wanita membantu mengelola sumberdaya keluarga yang dimiliki, yang pada akhirnya diharapkan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan keluarga.

. Peran wanita sebagai ibu rumah tangga merupakan peran dan potensi yang memiliki peluang sangat strategis dalam menghasilkan SDM (anak-anak sebagai generasi penerus) yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Selain itu, kontribusi wanita sebagai pencari nafkah dapat diartikan sebagai peluang untuk meningkatkan potensi dan produktivitas wanita sebagai tenaga kerja, dalam upaya meningkatkan pendapatan, khususnya keluarga petani di pedesaan (Elizabeth 2007).

(30)

Di daerah pinggiran perkotaan, konversi penggunaan lahan telah menyebabkan semakin menciutnya lahan pertanian dari waktu ke waktu, hal ini juga menyebabkan terjadinya perubahan status sebagian petani dari petani pemilik menjadi penggarap. Lahan pertanian yang semakin berkurang atau bahkan tidak dimiliki lagi oleh sebagian petani, ditambah lagi keterbatasan akses keluarga, dalam hal ini petani lapisan bawah yang terdiri dari keluarga petani berlahan sempit dan buruh tani, terhadap sumber daya ekonomi (modal dan kesempatan kerja) menyebabkan banyak diantara mereka yang harus bertahan hidup dengan kondisi miskin.

Dalam menghadapi fenomena kemiskinan pada masyarakat petani, maka keluarga petani harus melaksanakan strategi koping dengan mengoptimalkan sumberdaya yang mereka miliki agar kesejahteraan keluarga sebagai tujuan jangka panjang dapat dicapai. Strategi keluarga miskin dalam menghadapi kondisi kemiskinan mencakup upaya-upaya alokasi sumberdaya, khususnya tenaga kerja di dua sektor sekaligus, yaitu sektor-sektor produksi dan non produksi. Upaya di sektor produksi menunjuk pada ragam kegiatan para anggota keluarga di bidang ekonomi produksi, sedangkan upaya di sektor non produksi menunjuk pada keterlibatan para anggota keluarga di beragam lembaga kesejahteraan sosial dalam masyarakat (Sitorus 1991).

Hasil penelitian Sitorus (1999) di beberapa desa di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur, serta penelitian Istiani dalam Nurmalinda (2002) di dua desa di Jawa Tengah, menunjukkan bahwa dengan terlibatnya anggota masyarakat dalam lembaga kesejahteraan asli dapat membantu masyarakat dalam upaya mempertahankan atau memperbaiki taraf kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini suami dan istri didorong untuk memaksimalkan perannya dalam mencari pendapatan. Dari berbagai hasil penelitian, terlihat bahwa perbedaan kondisi agroekosistem, luas penguasaan lahan serta ragam komoditas yang diusahakan berpengaruh terhadap strategi koping yang dijalankan serta pola pembagian peran antara suami dan istri pada sektor publik dan domestik. Dalam penelitian ini akan difokuskan pada bagaimana perbedaan peran antara suami dan istri pada usahatani padi yang mewakili agroekosistem dataran rendah, serta pada usahatani hortikultura yang mewakili agroekosistem dataran tinggi.

(31)

berkembangnya peluang-peluang di luar sektor pertanian yang dapat dimasuki oleh penduduk untuk mencari nafkah. Perubahan-perubahan tersebut akan berdampak pada strategi serta pembagian kerja yang dilakukan oleh suami dan istri pada keluarga petani dalam menghadapi tekanan ekonomi.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu :

1. Bagaimana karakteristik, persepsi tentang gender, strategi koping, pengambilan keputusan dalam strategi koping dan aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik, pembagian kerja serta tingkat kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura lapisan bawah di daerah pinggiran perkotaan.

2. Bagaimana perbedaan karakteristik, persepsi tentang gender, strategi koping, pengambilan keputusan dalam strategi koping dan aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik, pembagian kerja serta tingkat kesejahteraan antara keluarga petani padi dan hortikultura

3. Apakah terdapat hubungan antara : karakteristik contoh dengan persepsi tentang gender; persepsi tentang gender dengan pola pengambilan keputusan dan pembagian kerja yang melibatkan suami dan istri; pengambilan keputusan dalam strategi koping dan aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik, serta pembagian kerja dengan tingkat kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga petani ?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis strategi koping serta pengambilan keputusan keluarga yang dilakukan keluarga petani padi dan hortikultura lapisan bawah di pinggiran perkotaan berdasarkan pembagian peran antara suami dan istri, serta bagaimana hubungannya dengan tingkat kesejahteraan keluarga.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

(32)

publik, pembagian kerja serta tingkat kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura lapisan bawah di daerah pinggiran perkotaan.

2. Menganalisis perbedaan karakteristik, persepsi tentang gender, strategi koping, pengambilan keputusan dalam strategi koping dan aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik, pembagian kerja serta tingkat kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura.

3. Menganalisis hubungan antara : karakteristik contoh dengan persepsi tentang gender; persepsi tentang gender dengan pola pengambilan keputusan dan pembagian kerja yang melibatkan suami dan istri; pengambilan keputusan dalam strategi koping dan aktivitas keluarga di sektor domestik dan publik, serta pembagian kerja dengan tingkat kesejahteraan keluarga petani padi dan hortikultura 4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga petani

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam memahami lebih lanjut mengenai fenomena kemiskinan serta memahami peran gender dalam menghadapi kondisi kemiskinan tersebut pada keluarga petani di daerah pinggiran perkotaan.

(33)

TINJAUAN PUSTAKA Kesejahteraan Keluarga

Dalam konteks Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No.10 tahun 1992, bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup material dan spritual yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Martinez et al (2003) menyatakan bahwa keluarga yang sejahtera adalah keluarga yang kuat dan sukses (strong and successful families) dalam mengatasi berbagai masalah, yaitu : 1) kesehatan, indikatornya keluarga merasa sehat secara fisik, mental, emosional dan spiritual yang maksimal; 2) ekonomi, indikatornya keluarga memiliki sumberdaya ekonomi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (a living wage) melalui kesempatan bekerja, kepemilikan aset dalam jumlah tertentu dan sebagainya; 3) kehidupan keluarga yang sehat, indikatornya bagaimana keluarga terampil dalam mengelola resiko, kesempatan, konflik dan pengasuhan untuk mencapai kepuasan hidup; 4) pendidikan, indikatornya kesiapan anak untuk belajar di rumah dan sekolah sampai mencapai tingkat pendidikan yang diinginkan dengan keterlibatan dan dukungan peran orang tua hingga anak mencapai kesuksesan. 5) kehidupan bermasyarakat, indikatornya jika keluarga memiliki dukungan seimbang antara yang bersifat formal ataupun informal dari anggota lain dalam masyarakatnya, seperti hubungan pro-sosial antar anggota masyarakat, dukungan teman, keluarga dan sebagainya.; dan 6) perbedaan budaya dalam masyarakat yang ada dapat diterima melalui keterampilan interaksi personal dengan berbagai budaya.

Keterbatasan-keterbatasan tercapainya kesejahteraan berasal dari faktor internal, seperti kesakitan, kebodohan, ketidaktahuan, ketidakterampilan, ketidakpemilikan teknologi dan ketidakpemilikan modal; serta faktor eksternal seperti, terbatasnya akses fasilitas pembangunan, kondisi alam yang kurang mendukung dan struktur ekonomi yang kurang mendukung peluang berusaha (Mongid 1995 dalam

(34)

pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena tergantung dari besarnya kepuasaan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut (Sawidak 1985).

Dimensi kesejahteraan keluarga sangat luas dan kompleks. Taraf kesejahteraan tidak hanya berupa ukuran yang terlihat (fisik dan kesehatan) tapi juga yang tidak dapat dilihat (spiritual). Oleh karena itu, terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga (Puspitawati 2005), sebagai berikut:

1. Economical well-being: indikator yang digunakan pendapatan (GNP, GDP, keluarga) & aset nasional (anggaran, devisa).

2. Social well-being: indikator yang digunakan tingkat pendidikan (SD-SMP-SMA-PT) dan pekerjaan (white collar = elit/prof., sarjana & blue collar = proletar/buruh pekerja)

3. Physical well-being: indikator yang digunakan status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas

4. Psychological/spiritual mental: indikator yang digunakan sakit jiwa, stres, bunuh diri, perceraian, aborsi.

Menurut Syarief dan Hartoyo (1993), faktor kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh:

1. Faktor ekonomi

Adanya kemiskinan yang dialami oleh keluarga akan menghambat upaya peningkatan pengembangan sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga, yang pada gilirannya akan menghambat upaya peningkatan kesejahteraan keluarga. Masalah kemiskinan saling berkaitan dengan rendahnya kualitas sumberdaya manusia sebagai salah satu faktor produksi. Strategi pembangunan ekonomi yang tidak semata-mata ditujukan untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mampu menciptakan kondisi yang baik dalam mengatasi masalah kemiskinan. 2. Faktor budaya

Gambar

Gambar 2. Model teori struktural fungsional
Gambar 3 Kerangka berpikir peran gender dalam strategi koping  dan  pengambilan keputusan serta
Tabel 2  Jenis dan informasi yang akan diambil
Tabel 2 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila situs restriksi genom suatu kelompok organisme berubah karena terjadinya mutasi atau berpindah karena genetic arrangement , maka menyebabkan situs tersebut tidak

Simpulan dari penelitian ini adalah masalah motivasi belajar rendah pada siswa yang terindikasi underachiever dapat diatasi melalui konseling perorangan dengan

Adalah hasil proses pembuahan sel sperma pada telur yang kita kenal dengan yang kita kenal dengan istilah fertili.. istilah

((Visualisasi adalah sarana paling utama dalam uslub Al-Qur'an, dia mengungkapan dengan gambaran inderawi imajinasi sesuatu yang maknawi, keadaan kejiwaan, kejadian

Program komputer yang dikembangkan dalam rangka untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa secara komputerais telah dapat digunakan dan memberikan hasil yang

Produk dari Biskuit untuk Penderita Autisme pada saat memasuki pasar harus menetapkan entry barrier yang cukup tinggi selain tidak ada kesamaan dengan yang lain, juga

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada self efficacy (initiative, effort, dan persistence) dan dukungan sosial

JADWAL KLASIKAL MATERI PENUNJANG {MP}. TPQ/RA AR RIBATH