• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMA SWASTA PAB 8 SAENTIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMA SWASTA PAB 8 SAENTIS."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i ABSTRAK

BABY ARLITA LUBIS. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Hasil Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Pencemaran Lingkungan di SMA Swasta PAB 8 Saentis. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran terhadap: (1) hasil belajar; (2) kemampuan berpikir kritis; dan (3) keterampilan proses sains siswa pada materi pencemaran lingkungan di SMA Swasta PAB 8 Saentis. Metode penelitian menggunakan quasi experiment dengan sampel penelitian sebanyak 3 kelas yang ditentukan secara acak dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Pada kelas X2 dibelajarkan dengan model pembelajaran guided inquiry, kelas X5 dibelajarkan dengan model pembelajaran modified free inquiry, dan kelas X3 dengan model pembelajaran tradisional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda, tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk pilihan ganda, dan tes keterampilan proses sains dalam bentuk tes tertulis. Teknik analisis data menggunakan Analysis Covariat (Anacova) dengan bantuan program SPSS 21.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran terhadap: (1) hasil belajar (F=6,58 ; P=0,002); (2) kemampuan berpikir kritis (F=26,88 ; P=0,000); dan (3) keterampilan proses sains (F= 6,54 ; P= 0,002). Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model guided inquiry (73,36±11,443) tidak berbeda secara signifikan dengan model modified free inquiry (67,27±12,050) (P=0,057) dan berbeda secara sangat signifikan yang dibelajarkan dengan model tradisional (64,00±13,561) (P=0,001). Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model guided inquiry (61,36±16,234) berbeda secara sangat signifikan dengan model modified free inquiry (72,22±11,237) (P=0,003), dan berbeda secara sangat signifikan dengan yang dibelajarkan menggunakan model tradisional (49,00±17,184) (P=0,000). Keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model guided inquiry (59,14±12,820) tidak berbeda secara signifikan dengan model modified free inquiry (54,27±13,781) (P=0,194) tetapi berbeda secara sangat signifikan yang dibelajarkan dengan model tradisional (49,09±12,939) (P=0,001). Tindak lanjut dari hasil penelitian ini diharapkan kepada guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran guided inquiry ataupun modified free inquiry pada materi pencemaran lingkungan dalam upaya meningkatkan hasil belajar, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan proses sains siswa.

(4)

ii ABSTRACT

BABY ARLITA LUBIS. The Effect of Inquiry based Learning Model on Students’ Learning Outcome, Critical Thinking Skill, and Science Process Skill of The Environmental Pollution Topic at SMA Swasta PAB 8 Saentis. Thesis. Graduate Program of State University of Medan. 2016.

This study aims to determine the effect of inquiry based learning model on students’: (1) learning outcome; (2) critical thinking skill; and (3) science process skill of the environmental pollution topic at SMA Swasta PAB 8 Saentis. The research method used is quasi experiment with sample as much as 3 classes, those are taken by using the technic of cluster random sampling. Guided inquiry based learning model is taught in class X2, modified free inquiry based learning model is taught in class X5, and traditional based learning model is taught in class X3. The instruments are used in this study are learning outcome test which form multiple choice, critical thinking skill test which form multiple choice, and science process skill wich form essay test. The technique of data analysis used in this study is analysis covariat by using the program of SPSS 21.0 for Windows. The study results showed that there were effect of inquiry based learning model on students’: (1) learning outcome (F=6.58 ; P=0.002); (2) critical thinking skill (F=26.88 ; P=0.000); and (3) science process skill (F= 6.54 ; P= 0.002). Students’ learning outcome that were taught by guided inquiry based learning model (73.36±11.443) not different significant with modified free inquiry based learning model (67.27±12.050) (P=0,057), and different very significant with traditional based learning model (64.00±13.561) (P=0,001). Students’ critical thinking skill that were taught by guided inquiry based learning model (61.36±16.234) different very significant with modified free inquiry based learning model (72.22±11.237) (P=0,003), and different very significant with traditional based learning model (49.00±17.184) (P=0,000). Students’ science process skill that were taught by guided inquiry based learning model (59.14±12.820) not different significant with modified free inquiry based learning model (54.27±13.781) (P=0,194), but different very significant with traditional based learning model (49.09±12.939) (P=0,001). The result of this study is expected from the teachers to apply guided inquiry or modified free inquiry based learning model when they are teaching environmental pollution topic in order to increase students’ learning outcome, critical thinking skill, and science process skill.

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia, rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Hasil Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Pencemaran Lingkungan di SMA Swasta PAB 8 Saentis” dengan baik. Shalawat dan salam selalu dipersembahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.

Penyusunan tesis ini untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Prof. Dr. rer. nat. Binari Manurung, M.Si., selaku dosen pembimbing I dan kepada Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si., selaku dosen pembimbing II, yang penuh semangat memotivasi dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd., Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd., Bapak Dr. Syahmi Edi, M.Si., sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran serta masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan kerendahan hati kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para pejabat dijajaran Civitas Akademika Unimed.

2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta para Asisten Direktur.

3. Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd., selaku Ketua Prodi Biologi Pascasarjana dan Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si., selaku Sekretaris Prodi Biologi.

(6)

iv

5. Bapak/Ibu dosen dan pegawai di Program Pascasarjana yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi bagi penulis.

6. Do’a dari kedua orang tua, Ayahanda Drs. Arbain Lubis dan Ibunda Dra. Nurhayati Siregar dan juga dukungan dari famili.

7. Kak Ana sebagai pegawai Program Studi Pendidikan Biologi yang telah banyak membantu dalam hal pengurusan surat-menyurat.

8. Bapak Drs. Adiwiharto, SE., MM., sebagai Kepala Sekolah SMA PAB 8 Saentis Medan yang telah memberi izin pada penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Medan, terkhusus Prodi Biologi.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan perlu pengembangan lebih lanjut agar benar-benar bermanfaat bagi pembaca. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua saudara-saudari, semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua serta selalu diberi hidayah demi menggapai cita-cita yang diimpikan. Aamiin.

Medan, Mei 2016

(7)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Batasan Masalah ... 8

1.4. Rumusan Masalah ... 9

1.5. Tujuan Penelitian ... 9

1.6. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. KerangkaTeoritis ... 11

2.1.1. Belajar dan Hasil Belajar ... 11

2.1.2. Model Pembelajaran Inquiry ... 13

2.1.3. Pembelajaran Tradisional ... 21

2.1.4. Kemampuan Berpikir Kritis ... 22

2.1.5. Keterampilan Proses Sains ... 27

2.2. Penelitian yang Relevan ... 30

2.3. Kerangka Berpikir ... 32

2.4. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

3.2. Populasi dan Sampel ... 40

3.3. Variabel Penelitian ... 40

3.4. Desain Penelitian ... 41

3.5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 41

3.6. Definisi Operasional Variabel ... 44

3.7. Pengontrolan Variabel... 46

3.8. Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.9. Teknik Analisis Data ... 54

(8)

vi

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ... 56

4.1.1. Deskripsi Pretes dan Postes Hasil Belajar ... 56

4.1.2. Deskripsi Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 56

4.1.3. Deskripsi Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains ... 57

4.2. Uji Persyaratan Statistik ... 57

4.2.1. Data Uji Normalitas Pretes dan Postes Hasil Belajar ... 57

4.2.2. Data Uji Normalitas Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 58

4.2.3. Data Uji Normalitas Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains ... 58

4.2.2. Uji Homogenitas ... 59

4.3. Analisis Data ... 59

4.3.1. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar ... 59

4.3.2. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis ... 60

4.3.3. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Keterampilan Proses Sains ... 62

4.4. Pembahasan ... 64

4.4.1. Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry, Modified Free Inquiry Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 64

4.4.2. Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry, Modified Free Inquiry Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 67

4.4.3. Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry, Modified Free Inquiry Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa ... 71

4.5. Keterbatasan Penelitian ... 73

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 75

5.2. Implikasi ... 76

5.3. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ……….. 78

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry ………... 16

Tabel 2.2. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya ……... 29

Tabel 3.1. Desain Penelitian …….………... 41

Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Pencemaran Lingkungan…... 48

Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ……...……... 50

Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Keterampilan Proses Sains ………... 51

Tabel 4.1. Data Uji Normalitas Pretes dan Postes Hasil Belajar………...………... 57

Tabel 4.2. Data Uji Normalitas Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis………...………... 58

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Bagan Rancangan Prosedur Penelitian ... 43 Gambar 4.1. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar

Siswa Kelas X SMA Swasta PAB 8 Saentis

(F=6,58 ; P=0,002) ... 60 Gambar 4.2. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Swasta PAB 8 Saentis

(F=26,88 ; P=0,000 ... 61 Gambar 4.3. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Keterampilan

Proses Sains Siswa Kelas X SMA Swasta PAB 8 Saentis

(11)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 84

Lampiran 2. RPP Kelas Guided Inquiry ... 86

Lampiran 3. RPP Kelas Modified Free Inquiry ... 93

Lampiran 4. RPP Kelas Tradisional... 100

Lampiran 5. LKS Kelas Guided Inquiry ... 105

Lampiran 6. LKS Kelas Modified Free Inquiry... 111

Lampiran 7. Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan ... 116

Lampiran 8. Tes Hasil Belajar ... 123

Lampiran 9. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 135

Lampiran 10. Kunci Jawaban ... 141

Lampiran 11. Tes Keterampilan Proses Sains ... 142

Lampiran 12. Tabel Uji Coba Validasi Instrumen Penelitian ... 146

Lampiran 13. Tabel Reliabilitas Tes ... 147

Lampiran 14. Tabel Daya Beda dan Tingkat Kesukaran ... 148

Lampiran 15. Perhitungan Validitas Tes ... 149

Lampiran 16. Perhitungan Reliabilitas Tes ... 150

Lampiran 17. Perhitungan Daya Beda Tes dan Tingkat Kesukaran ... 151

Lampiran 18. Data Hasil Kelas Guided Inquiry (GI) ... 153

Lampiran 19. Hasil Analisis Data Frekuensi dan Uji Normalitas pada Model Guided Inquiry ... 155

Lampiran 20. Data Hasil Kelas Modified Free Inquiry (MFI) ... 157

Lampiran 21. Hasil Analisis Data Frekuensi dan Uji Normalitas pada Model Modified Free Inquiry ... 159

Lampiran 22. Data Hasil Kelas Tradisional ... 161

Lampiran 23. Hasil Analisis Data Frekuensi dan Uji Normalita pada Model Tradisional ... 163

Lampiran 24. Hasil Uji Homogenitas pada Hasil Belajar Siswa ... 165

Lampiran 25. Hasil Uji Homogenitas pada Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 166

Lampiran 26. Hasil Uji Homogenitas pada Keterampilan Proses Sains Siswa ... 167

Lampiran 27. Hasil Uji Anacova Data Hasil Belajar Siswa ... 168

Lampiran 28. Hasil Uji Anacova Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 171

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan menurut Sanjaya (2011) adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi, otak anak terus-menerus dibiasakan untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Pendidikan di sekolah terlalu membiasakan otak anak dengan berbagai bahan ajar yang dihapal, pendidikan kita tidak diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki, dengan kata lain, proses pendidikan kita tidak pernah diarahkan membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif.

(13)

2

Hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2012 yang berfokus pada literasi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengukuhkan peserta didik Indonesia menempati posisi ke-64 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata 382 pada aspek kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta menggunakannya untuk memahami fenomena dan perubahan pada lingkungan hidup (Kemdikbud, 2014).

Berpikir kritis merupakan berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Ennis, 1993). Siswa yang berpikir kritis akan mampu mempertahankan pendapatnya, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah. Saat ini kecakapan berpikir kritis siswa belum ditangani secara sungguh-sungguh oleh para guru di sekolah sehingga siswa masih banyak yang kurang terampil menggunakan kemampuan berpikir kritis yang berdampak pada hasil belajar siswa rendah. Hal ini mendukung pernyataan Ariyati (2010) bahwa rendahnya kualitas pendidikan disebabkan karena rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Pada umumnya pembelajaran diarahkan untuk menghafal dan menimbun informasi, sehingga siswa pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi. Akibatnya kemampuan berpikir kritis menjadi susah untuk dikembangkan.

(14)

3

bertindak kritis baik selama pembelajaran maupun dalam konteks kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Ausubel (1998) dan Depdiknas (2002) bahwa sebaiknya pembelajaran dilaksanakan dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar siswa. Keterampilan proses sains adalah keterampilan mengembangkan perolehan dalam proses pembelajaran oleh siswa. Siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dimiliki. Keterampilan proses sains ini menjadi roda penggerak penemuan, pengembangan fakta, dan konsep (Semiawan, 1989; Rezha, 2002).

Permasalahan yang sama juga ditemukan di SMA Swasta PAB 8 Saentis. Berdasarkan hasil observasi awal dan komunikasi langsung dengan guru bidang studi biologi diketahui bahwa siswa masih memiliki kemampuan berpikir kritis rendah yang ditunjukkan dengan minimnya aktivitas bertanya, menjawab, menanggapi dan mengemukakan pendapat, menalar, belum terbiasa menyelesaikan suatu masalah dengan baik, dan mencoba mengambil suatu kesimpulan masih sangat kurang dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Guru juga masih menggunakan strategi pembelajaran tradisional yang didominasi ceramah sehingga proses pembelajaran berlangsung satu arah, siswa mendengarkan dan mencatat, sekali-kali bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Hal ini berdampak pada pencapaian hasil belajar biologi banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) rata-rata yang ditetapkan sekolah yaitu 75.

(15)

4

belajar biologi siswa masih rendah dan belum mencapai KKM. Nilai rata-rata siswa 59. Sedangkan kriteria ketuntasan minimal adalah 75.

Pembelajaran biologi merupakan suatu proses penemuan dan menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Materi biologi SMA khususnya di kelas X tentang pencemaran lingkungan merupakan salah satu materi yang berhubungan secara langsung dengan kehidupan sehari-sehari. Namun, pada praktiknya selama ini proses pembelajaran tentang pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas masih menggunakan variasi pembelajaran yang rendah yang umumnya masih berorientasi pada guru (teacher centered). Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini adalah strategi pembelajaran konvensional yang umumnya masih menggunakan metode ceramah dan belum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga masih belum mampu mengaktifkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar dan belum mampu membiasakan siswa untuk berpikir kritis.

(16)

5

memahami alam sekitar. Sehingga melalui tiga komponen tersebut peserta didik dilatih untuk mencapai dalam kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan proses yang menunjang.

Model pembelajaran merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dirancang dengan materi dan prosedur pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah model pembelajaran inquiry yang merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang mampu mengaktifkan siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan sendiri inti materi pelajaran, membangkitkan diskusi, juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajarnya.

Model ini melatih siswa dalam memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman terhadap sains, mengembangkan keterampilan belajar sains, dan literasi sains serta dapat melatih kecakapan berpikir siswa (Zion, 2007). Selain itu, model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains, yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student centered learning). Model pembelajaran inkuiri memiliki sintaks yang meliputi: orientasi siswa pada masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan memberikan perhatian besar pada aktivitas aktif siswa, baik fisik maupun mental dalam proses pembelajaran.

(17)

6

termodifikasi (modified free inquiry). Pada modified free inquiry kegiatan pembelajaran sama dengan kegiatan pembelajaran pada guided inquiry, yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi dan data, melakukan eksperimen untuk mencari solusi permasalahan, sampai pada akhirnya siswa menyimpulkan dan mampu menginformasikan hasil eksperimen tersebut di dalam kelas. Perbedaannya adalah pada modified free inquiry kegiatan merumuskan masalah dan prosedur pemecahan masalah tersebut dilakukan oleh siswa.

(18)

7

keterampilan proses sains siswa (scientific process skills) telah dibuktikan oleh Hatminingsih (2011) melalui penelitiannya yang menyimpulkan bahwa penggunaan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA pada materi sistem gerak manusia. Selain itu, Brickman, Gormally, Armstrong, dan Hallar (2009) dalam studi mereka di Universitas Georgia menunjukkan perbaikan dan peningkatan yang lebih besar dalam literasi sains dan keterampilan penelitian siswa menggunakan model pembelajaran inquiry di laboratorium.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dilakukan pemecahan permasalahan dalam rangka meningkatkan hasil belajar, kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu:

1. Guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. 2. Keterbatasan sumber-sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, misalnya

pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

3. Siswa belum terbiasa belajar yang diawali dengan permasalahan, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa belum dimanfaatkan secara maksimal.

(19)

8

5. Belum adanya penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry) khususnya pada materi pencemaran lingkungan.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan model inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry) dan model tradisional.

2. Hasil belajar biologi siswa dibatasi pada ranah kognitif (C1-C6) pada materi pencemaran lingkungan.

3. Kemampuan berpikir kritis dibatasi pada kemampuan siswa berpikir secara deduktif dan induktif, penyusunan soal diadaptasi dari tes kemampuan berpikir kritis Cornell (1964).

4. Keterampilan proses sains dibatasi pada kemampuan mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesa, merencanakan percobaan, menerapkan konsep dan berkomunikasi (Rustaman, 2007).

(20)

9

1.4. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang ada, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry) dan pembelajaran tradisional terhadap hasil belajar biologi siswa pada materi pencemaran lingkungan di kelas X SMA Swasta PAB 8 Saentis?

2) Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry) dan pembelajaran tradisional terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pencemaran lingkungan di kelas X SMA Swasta PAB 8 Saentis?

3) Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry) dan pembelajaran tradisional terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pencemaran lingkungan di kelas X SMA Swasta PAB 8 Saentis?

1.5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(21)

10

tradisional terhadap hasil belajar biologi siswa pada materi pencemaran lingkungan di kelas X SMA Swasta PAB 8 Saentis.

2) Pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry) dan pembelajaran tradisional terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pencemaran lingkungan di kelas X SMA Swasta PAB 8 Saentis.

3) Pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry) dan pembelajaran tradisional terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pencemaran lingkungan di kelas X SMA Swasta PAB 8 Saentis.

1.6. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk: (1) Menambah khasanah pengetahuan mengenai model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry) terhadap hasil belajar biologi, kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa; dan (2) Bahan referensi kepada para peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry) terhadap hasil belajar biologi, kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa.

(22)

75

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pembelajaran yang sangat signifikan dari penggunaan model pembelajaran guided inquiry, modified free inquiry, dan tradisional terhadap hasil belajar biologi siswa pada materi pencemaran lingkungan di SMA Swasta PAB 8 Saentis. Hasil belajar biologi siswa yang dibelajarkan dengan model guided inquiry tidak berbeda secara signifikan dengan model modified free inquiry dan berbeda secara sangat signifikan dengan pembelajaran tradisional. 2. Ada pengaruh pembelajaran yang sangat signifikan dari penggunaan model

pembelajaran guided inquiry, modified free inquiry, dan tradisional terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pencemaran lingkungan di SMA Swasta PAB 8 Saentis. Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model guided inquiry berbeda secara sangat signifikan dengan model modified free inquiry dan berbeda secara sangat signifikan dengan pembelajaran tradisional.

3. Ada pengaruh pembelajaran yang sangat signifikan dari penggunaan model pembelajaran guided inquiry, modified free inquiry, dan tradisional terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pencemaran lingkungan di SMA Swasta PAB 8 Saentis. Keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model guided inquiry tidak berbeda secara signifikan dengan model

(23)

76

modified free inquiry tetapi berbeda secara sangat signifikan dengan pembelajaran tradisional.

5.2. Implikasi

(24)

77

akan tetapi para siswa juga turut serta berperan dalam menemukan inti materi pelajaran yang dijelaskan dalam proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

5.3. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas, maka sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Kepada guru Biologi agar memaksimalkan kegiatan pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran yang variatif diantaranya yaitu menggunakan model guided inquiry dan modified free inquiry.

2. Sebelum dilakukan penerapan model pembelajaran guided inquiry dan modified free inquiry perlu disosialisasikan terlebih dahulu kepada siswa bagaimana mekanisme model pembelajaran tersebut sehingga tujuan maupun kompetensi serta proses pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan maksimal.

(25)

78

DAFTAR PUSTAKA

Amin, H., M. 2010. Hasil Belajar Biologi Ditinjau dari Pembelajaran Inkuiri dan

Kemandirian Belajar pada Kelas VII SMP N 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret.

Anam, K. 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Andriani, N., Husaini, I., dan Nurliyah, L. 2011. Efektifitas Penerapan

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran

Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang.

Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011

(SNIPS 2011). 133-137.

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi

Aksara.

Ariyati, E. 2010. Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Matematika dan IPA.

1(2): 1-11.

Ausubel, D.P. 1998. Ausubel’s Learning Theory: An Approach To Teaching

Higher Order Thingking Skill. Stanley D. Ivie. High School Journal

82(1): 1-55

Brickman, P., C. Gormally, N. Armstrong, B. Hallar. 2009. Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Science Literacy Skills and Confidence.

International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. 3(2):

1-22.

Byron, J.M. 2006. Whence Philosophy of Biology? Forthcoming in the British

Journal for the Philosophy of Science. (online article).

http://philsciarchive.pit.edu-/archive/00002675/01/byron-philbio-2006.pdf, diakses tanggal 1 Februari 2016.

Devi, M. 2010. Menumbuh Kembangkan Kesadaran dan Keterampilan Metakognisi Mahasiswa Jurusan Biologi Melalu Penerapan Strategi PBL

dan Kooperatif GI. Jurnal Chemica.11(2): 1-10.

Depdiknas. 2002. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI.

Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, S.B., dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

(26)

79

Ennis, R. H. 1993. Critical Thinking Assessment. Theory Into Practice. 32(3):

179-186.

Ennis, R. H., W. L. Gardiner, R.. Morrow, P. Dieter, L. Ringel. 1964. The

Cornell Clas-Reasoning Test, Form X. Urbana-Champaign: Illinois

Critical Thinking Project, Department of Educational Policy Studies, University of Illinois.

Fahrudin F. 2012. Thinking Skills Pengantar Menuju Berpikir Kritis. Yogyakarta:

Suka Press.

Faiz, F. 2012. Thinking Skills: Pengantar Menuju Berpikir Kritis. Yogyakarta:

Suka Press.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Garvey, J. 2006. The Twenty Greatest Philosophy Book. London: Continum

Internasional Publishing Group.

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hakim, T. 2008, Belajar Secara Efektif, Puspa Swara, Jakarta.

Hamalik, O. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,

Bumi Aksara: Jakarta.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hanafiah, Nanang, dan Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:

PT. Refika Aditama.

Hapsari, D. P., Suciati, S., dan Marjono. 2012. Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing dengan Diagram V (Vee) dalam Pembelajaran Biologi

terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Pendidikan

Biologi. 4(3): 16-28.

Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses

Sains. Jurnal Pendidikan Dasar. 7(1): 1-13.

Johnson. E.B. 2009. Contextual Teaching And Learning. Edisi Terjemahan Ibnu

Setiawan. Bandung: MLC.

Kemdikbud. 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII (Edisi

Revisi). Jakarta: Kemdikbud.

Kronberg, J. R. dan Griffin, M. S. 2000. Analysis Problem a Means to Develoving

Students’ Critical-Thinking Skills. Journal of College Science Teaching.

(27)

80

Kuhlthau, C.C. 2010. Guided Inquiry: School Libraries in the 21st Century.

School Libraries Worldwide. 16 (1): 17-28.

Lilisari, 2009. Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia menuju

Profesionaliatas Guru, (online), (http://file.upi.edu/direktori, diakses 1

Pebruari 2016)

Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi: Teori, Praktik, dan Penelitian.

Padang: UNP Press.

Mahanal, S. & Wibowo, A.L. 2009. Penerapan Pembelajaran Lingkungan Hidup Berbasis Proyek untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis, Penguasaan Konsep, dan Sikap Siswa (Studi di SMAN 9 Malang). “Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Lingkungan Hidup dan Interkonferensi BKPSL”. Universitas Negeri Malang. 20 - 21

Juni 2009.

Muhidin, S. A. dan M. Abdurrahman. 2009. Analisis Korelasi Regresi dan Jalur

Dalam Penelitian (Dilengkapi Aplikasi Program SPSS). Bandung: Pustaka

Setia.

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan, Bandung.

Mutiara, C. 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi dengan Metode

TPS Disertai Eksperimen pada Siswa SMAN 1 Batanghari Lampung.

Bioedukasi, 2 (1): 89-92.

Nurochmah, T. 2008. Pengaruh Pendekatan Inkuiri terhadap Peningkatan

Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Proses Pembelajaran IPA Biologi pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia.

Yogyakarta: Fakultas Sains dan Tekonologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Ozgelen, S. 2012. Students Science Process Skills within a Cognitive Domain

Framework. Journal of Mathematics Science and Technology Education

8(4): 283-292.

Paidi. 2007. Peningkatan Scientific Skill Siswa Melalui Implementasi Metode

Guided Inquiry Pada Pembelajaran Biologi di SMAN 1 Sleman.

Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Parr, B., dan M. C. Edwards. 2004. Inquiry-Based Instruction In Secondary Agricultural Education: Problem Solving An Old Friend Revisited.

Journal of Agricultural Education. 45(4): 106-117.

Pratiwi, D. A., Maryati, S., Srikini, Suharno, S. Bambang. 2012. Biologi untuk

(28)

81

Quitadamo, I. J., C. L. Faiola, J. E. Johnson, and M. J. Kurtz. 2008. Community-based Inquiry Improves Critical Thinking in General Education Biology.

CBE-Life Sciences Education. 7(3): 327-337.

Rahmatsyah dan Simamora, H. 2011. Pengaruh Keterampilan Proses Sains melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar

Siswa pada Materi Pokok Gerak di Kelas VII SMP. Jurnal Penelitian

Inovasi Pendidikan Fisika, 3(2): 15-16.

Rezha, RJ. 2002. Learning and Assessing Science Process Skills. Kendal: Hunt

Publishing Company.

Roestiyah, N., K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusche, S. N dan Kendra, J. 2011. “You Have to Absorb Yourself in It”: Using Inquiry and Reflection to Promote Student Learning and Self-knowledge.

Teaching Sociology. 39(4): 338– 353.

Rustaman, N. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan

Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Rustaman, N. 2007. Keterampilan Proses Sains. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sabri, A. 2005, Strategi Belajar Mengajar dan Microteaching, Penerbit PT

Quantum Teaching, Ciputat.

Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Semiawan, C. 1989. Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan

Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT. Gramedia.

Seniwati. 2015. Peningkatan Aktivitas, Sikap dan Hasil Belajar Biologi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Bontonompo. Jurnal Nalar Pendidikan, 3(1): 317-321.

Siagian, R.E.F. dan Maya, N. 2012. Metode Pembelajaran Inquiry dan

Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas

Belajar. Jurnal Formatif. 2(1): 35-44.

Siswanto. 2011. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Slameto. 2003. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sohibi, M. dan Siswanto, J. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dan

(29)

82

Subarni, N. dan Shidiq Pramono. 2009. Biologi 1 untuk SMA dan MA untuk kelas

X. Jakarta: Usaha Makmur.

Subiyanto. 1998. Pengaruh Pembelajaran. Jakarta: Gramedia.

Suciati, R. 2009. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, S. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Praktek. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sukmadinata, N.,S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sumantri, M. dan Permana, J. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV.

Maulana.

Sunaryo, K. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: Rosdakarya.

Suprihatiningrum, J. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sutikno, S., M. 2014. Metode & Model-Model Pembelajaran Menjadikan Proses

Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan.

Lombok: Holistica.

Suryabrata, S. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grafindo.

Syafitri, W. 2010. Analisis Keterampilan Proses Sains Melalui Pendekatan

Inkuiri Pada Konsep Sistem Koloid. Skripsi. Jakarta: Universitas Syarif

Hidayatullah.

Tabrani, R. 1994. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Tuan, H. Chin, C., Tsai, C., Cheng, S. 2005. Investigating the Effectiveness of Inquiry Instruction on the Motivation of Different Learning Styles

Students. International Journal of Science and Mathematics Education.

3(1): 541–566.

Turiman, P., Omar, J,. & Osman, R. 2012. Fostering the 21st Century Skills

through Scientific Literacy and Science Process Skills. Procedia - Social

(30)

83

Wilson, D. C., Taylor, J. A., Kowalski, S. M., Carlson, J. 2010. The Relative Effects and Equity Inquiry-Based and Commonplace Science Teaching on

Students’ Knowledge, Reasoning, and Argumentation. Journal of

Research in Science Teaching. 47(3): 276-301.

Yamin. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung

Persada Pers.

Zion, M. 2007. Implementation Model of a Free Inquiry Curiculum. Science

Education International. 18(2): 93-112.

Zion, M. and Irit, S. 2012. Which Type of Inquiry Project Do High School

Biology Students Prefer: Free or Guided? Journal of Research Science

Gambar

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry …………………............. 16 Tabel 2.2. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya …….....................
Gambar 3.1.  Bagan Rancangan Prosedur Penelitian ....................................

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pengaruh strategi pembelajaran Problem Based Learning, strategi pembelajaran inquiry, dan pembelajaran tradisional terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Jamur

dengan judul ”PENERAPAN MODEL GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS X 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

Penelitan ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan buku ajar Biologi pencemaran lingkungan berbasis literasi sains kelas X SMA/MA; (2) mengetahui tanggapan guru bidang

Lesson terhadap Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Siswa SMA Pada Pembelajaran Pencemaran Lingkungan ” ini dan seluruh isinya benar-benar merupakan karya saya

Konsep pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan salah satu materi biologi kelas VII semester II yang membahas tentang penyebab terjadinya kerusakan lingkungan

Berdasarkan hasil pengamatan pada mata kuliah Dasar-dasar kesehatan lingkungan, untuk materi pencemaran lingkungan, dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri

323 pencemaran lingkungan pada kedua kelas sampel yang diberi perlakuan.Hasil tersebut juga didukung dengan penelitian hasil penelitian terdahulu yang dilakukan

Judul Skripsi : Pengembangan Modul Biologi Berbasis Jelajah Alam Sekitar (JAS) Pada Materi Pencemaran Lingkungan Peserta didik Kelas X IIS 2 SMA Negeri 2 Sungguminasa