Persepsi Siswi Sma Mulia Medan Tentang Persahabatan Dalam Film
5cm
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
MELATI INDAH MENTARI 090904020
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : Melati Indah Mentari
NIM : 090904020
Judul Skripsi :Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan Tentang Persahabatan
Dalam Film 5Cm
Pembimbing Ketua Departemen
Haris Wijaya, S. Sos., M.Comm
NIP.197711062005011001 NIP. 196208281987012001
Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A
Dekan FISIP USU
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul ini mengambil tema dari sebuah film berjudul Persepsi Siswi SMA Mulia Medan tentang Persahabatan dalam film film 5 Cm. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perspektif interaksionisme simbolik dan utnuk mengetahui dalam persepsi tentang persahabatan dalam film 5 Cm. subjek penelitian ini dipilih sebanyak tiga orang dengan menggunakan teknik sampling snow ball. Sedangkan objek penelitian adalah persepsi siswi terhadapa film 5 Cm dengan pendekatan teori persepsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui paradigma interpretif dengan perspektif fenomenologi eksistensial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan dapat diinterpretasikan berdasarkan pandangan, pemahaman dan pemaknaan dari pengalaman personal secara sadar dan langsung dari ketiga informan Pengalaman personal yang berbeda dan hambatan yang dihadapi namun tetap bisa menjalin keefektifan komunikasi dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. Keefektifan komunikasi ini didukung oleh pandangan dan pemahaman tentang karakter dan kemampuan anak berkebutuhan khusus dengan komunikasi antar pribadi yang baik, penerapan komunikasi verbal, komunikasi nonverbal serta paralinguistik dalam aktivitas mengajar anak berkebutuhan khusus.
Kata Kunci:
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan Tentang Persahabatan Dalam Film 5CM, guna memenuhi syarata untuk memperoleh gelar Sarjana dari Departemen Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penelitian, peneliti merasa sangat terbantu dengan saran dan bantuan dari banyak pihak. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
Secara khusus penelitian mengucapkan terima kasih kepada orang tua peneliti Ayahanda Erwin sahrial dan Ibunda Faunita Alana yang telah memberikan semangat motivasi dan dukungan baik moril maupun material serta seluruh doa yang tiada putus-putusnya kepada peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kakak dan abang peneliti, Putri Ayu Erwita S.E, Arian Citra Janisa, M. Guntur Fachriansah yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan FISIP USU.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
3. Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
4. Bapak Haris Wijaya, S.Sos., M.Comm selaku dosen pembimbing penelitian
yang senantiasa meluangkan waktu serta membimbing penelitian dalam
mengajarkan penelitian ini. Terima kasih untuk semua saran atau nasehat,
ilmu yang sangat berharga serta memotivasi peneliti.
5. Ibu Dewi Kurniawati, M.Si selaku dosen wali peneliti yang senantiasa
6. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU
yang sudah banyak membantu penelitian sehingga memperoleh banyak
pengetahuan yang bermanfaat.
7. Dra. Roslili Suriani, M.Pd selaku Kepala Sekolah, Sekolah SMA Swasta
Mulai Medan yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian.
8. Mega, Nilam, Tantry selaku informan yang bersedia meluangkan waktu dan
memberikan pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan peneliti.
9. Seluruh staff administrasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, kak
Maya, kak Cut,pak Tangkas yang telah membantu setiap urusan administrasi
yang diperlukan peneliti.
10.Kepada temana-teman Ilmu Komunikasi khusunya teman seperjuangan
stambuk 2009 dan teman-teman satu bimbingan yang banyak membantu dan
selalu mendukung peneliti.
11.Kepada sahabat dan teman dekat, Era Nadira, Evalyn Monatia, Sri Fadila,
Dimas Syaputra Nst yang memberikan motivasi dan saran yang senantiasa
selalu mendukung, menyemangatin dan sangat membantu penelitian.
12.Semua pihak yang telah berjasa yang membantu dalam pembuatan hingga
penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penelitian mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun bagi skripsi ini. Akhrinya kata, terima kasih yang tak terhingga penelitian ucapkan kepada semua pihak yang membantu peneliti dalam menjalani hingga menyelesaikan penelitian ini. Besar harapan penelitian semoga penelitian yang diselesaikan ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan kita semua.
Medan,
Peneliti, 15 january 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……… ..i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS………. ..ii
LEMBAR PENGESAHAN……… ..iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………... .vii
ABSTRAK……… viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil……….41
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………. 41
4.1.2 Sinopsis Film 5 Cm……….. 43
4.1.3 Karakteristik Informan……….. 46
4.2 Penyajian Data Para Informan………. 47
4.2.1 Informan Pertama……….48
4.2.2 Informan Kedua……… 52
4.3 Pembahasan……… 61 BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan……… 68 5.2 Saran……… 69 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.2.4.1 Variable Psikologi di Antaranya Rangsangan dan Tanggapan 30
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul ini mengambil tema dari sebuah film berjudul Persepsi Siswi SMA Mulia Medan tentang Persahabatan dalam film film 5 Cm. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perspektif interaksionisme simbolik dan utnuk mengetahui dalam persepsi tentang persahabatan dalam film 5 Cm. subjek penelitian ini dipilih sebanyak tiga orang dengan menggunakan teknik sampling snow ball. Sedangkan objek penelitian adalah persepsi siswi terhadapa film 5 Cm dengan pendekatan teori persepsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui paradigma interpretif dengan perspektif fenomenologi eksistensial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan dapat diinterpretasikan berdasarkan pandangan, pemahaman dan pemaknaan dari pengalaman personal secara sadar dan langsung dari ketiga informan Pengalaman personal yang berbeda dan hambatan yang dihadapi namun tetap bisa menjalin keefektifan komunikasi dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. Keefektifan komunikasi ini didukung oleh pandangan dan pemahaman tentang karakter dan kemampuan anak berkebutuhan khusus dengan komunikasi antar pribadi yang baik, penerapan komunikasi verbal, komunikasi nonverbal serta paralinguistik dalam aktivitas mengajar anak berkebutuhan khusus.
Kata Kunci:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah
Perkembangan teknologi informasi kini berjalan begitu pesat dengan
ditemukannya berbagai macam sarana informasi seperti alat cetak, radio, televisi
hingga internet. Semua itu bertujuan untuk menunjang keinginan manusia untuk
mendapatkan suatu informasi yang dapat mereka gunakan untuk berbagai
kepentingan yang sifatnya mendasar. Semakin pesatnya kemajuan teknologi
informasi menimbulkan perkembangan untuk membangun dunia secara universal.
Hal ini menyebabkan terbentuknya komunikasi massa yang merupakan suatu tipe
komunikasi yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Komunikasi
massa dapat dipahami sebagai komunikasi yang menggunakan media massa untuk
menyampaikan pesan.
Dari komunikasi massa terdapat istilah media massa. Media massa merupakan
saran komunikasi massa di mana terjadinya proses penyampaian pesan, gagasan atau
informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak dengan menggunakan
alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Media massa dapat
mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang serta secara perlahan dapat
membentuk pandangan seseorang terhadapa suatu hal. Setia jenis media massa
memiliki pengaruh yang berbeda. Salah satu jenis media massa yang cukup efektif
adalah film.
Film juga merupakan bentuk pesan yang terdiri dari berbagai tanda dan
simbol yang membentuk sebuah sistem makna sehingga bisa diinterpretasikan oleh
orang secara berbeda-beda, tergantung kepada referensi dan kemampuan berpikir
orang tersebut. Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang
merefleksikan realitas atau bahkan membentuk realitas. Film mengkomunikasikan
pesan dari pembuat film (film maker) kepada penonton (audience). Yang
perkembangan perfilman juga terjadi di Indonesia dengan munculnya berbagai genre
yang meramaikan variasi perfilman. Akhir tahun 2012 lalu perfilman Indonesia
diramaikan oleh film-film tentang drama baik tentang persahabatan ataupun tentang
percintaan. Seperti f serta film terbaru Rizal Mantovani yang
berjudul 5CM. Film berjudul sama 5CM ini menceritakan persahabatan antara lima
pemuda yang bernama Genta (yang diperankan Fedi Nuril), Arial (diperankan Denny
Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian diperankan oleh (Igor
Saykoji). Film ini bisa dibilang menuai hasil yang luar biasa, penonton yang selalu
membludak di setiap penayangannya di berbagai kota dengan 1.401.064 penonton
Film ini berhasil menembus rekor layar terbanyak di Indonesia selama kurun waktu
sejarah perfilman. Sebanyak 220 layar untuk penayangan film ini yang tersebar di
berbagai kota dan bioskop. Informasi ini diperoleh dari akun twitter resmi film ini di
@5cmthemovie
Secara keseluruhan film 5CM ini merupakan film yang sangat menarik
karena selain sarat akan pesan moral dan nilai-nilai sosial juga memiliki kekuatan
untuk memotivasi penonton agar percaya pada kekuatan mimpi. Persahabatan yang
begitu berharga bagi diri mereka. Sahabat merupakan salah satu anugerah terindah
yang pernah ada di dalam dunia kita seseorang, pasti akan membutuhkan teman yang
bisa berbagi di saat susah maupun senang. Sahabat memiliki peran yang bisa
membuat hidup menjadi lebih berwarna dan membantu memecahkan permasalahan
yang dihadapi atau hanya sekedar membicarakan masalah pekerjaan atau kehidupan
yang ada di sekitar kita. Sahabat akan berbagi cerita yang lucu dan bisa membuat
kedekatan dengan sahabat.
Film 5CM mengangkat tema tentang persahabatan karya Donny Dhirgantoro
ini merupakan salah satu film best seller yang banyak menginspirasi para pembaca
dan penonton. Film yang sadar akan nilai-nilai kehidupan adapun nilai-nilai yang
terkandung dalam persahabatan diantaranya adalah nilai nasionalisme dan nilai
kemanusiaan. Selain memaparkan nilai-nilai kehidupan dapat diraih meskipun
mampu mengubah diri seseorang menjadi manusia yang lebih memaknai hidup dan
masih tetap berjuang meskipun dihadapkan pada kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupan. Judul film ini sangat unik dan pendek tapi memiliki cerita yang sangat
menyentuh
ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan
bujukan atau persuasi yang besar.
Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menujukkan bahwa sebenarnya
film sangat berpengaruh. Sebagai contoh pada film 5CM, film ini mendorong
meningkatnya aktivitas pendakian gunung. Bagus untuk mengundang khalayak
menikmati keindahan negeri ini untuk mendorong orang agar lebih mencintai negeri
ini dengan menyesap keindahan sudut-sudutnya, menikmati langit biru, hamparan
hijau hutan bak permadani dan penduduknya yang murah senyum. Kemudian
menyuguhkan pesan-pesan bijak nasionalisme yang bertebaran sepanjang film.
Walaupun kadang pesan-pesan nasionalisme itu membuat terasa sedikit berlebihan.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan masing-masing sebagai
makhluk sosial manusia memiliki naluri dalam bergaul dengan sesamanya. Pada
hakikatnya manusia makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Salah satunya
perilaku komunikasi di mana manusia selalu memiliki keinginan untuk bergabung
dengan manusia untuk bicara, tukar-menukar gagasan mengirim dan menerima
informasi berbagai pengalaman. Komunikasi merupakan kebutuhan sosial yang
mendorong manusia untuk menjalin hubungan yang bermakna dengan orang lain
yang dinamakan hubungan interpersonal. Kebutuhan akan hadir orang lain
mendorong manusia untuk hidup dalam kelompok untuk melakukan interaksi yang
tidak sekedar pertukaran informasi namu menjalin hubungan dekat. Interaksi sosial
seseorang dengan yang lainnya kemudian menghasilkan sebuah hubungan. Menurut
Littlejohn menyebutkan bahwa hubungan merupakan sejumlah harapan yang dua
orang miliki bagi perilaku mereka didasari pada pola interaksi di antara mereka.
Verderberg (2007) menggolongkan dengan siapa kita berhubungan sebagai kenalan,
Hubungan berawal dari sebuah perkenalan, kemudian karena perjalanan
waktu kenalan bisa menjadi teman kita. Namun seseorang bisa mempunyai kenalan
yang tidak terbatas jumlahnya dan banyak teman, tetapi ia hanya mempunyai
sejumlah kecil teman yang benar akrab. Sejumlah kecil teman akrab kemudian
terbentuk menjadi sebuah kelompok kecil yang diikat dengan janji persahabatan.
Kehidupan kelompok sosial bersama teman akrab akan terjadi satu ikatan
persahabatan yang bersifat timbal balik dalam suatu pola hubungan yang dinamakan
hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal merupakan arti luas dan interaksi
dilakukan oleh seseorang dalam segala situasi dalam bidang kehidupan dan
menimbulkan bahagian dan kepuasan hati pada kedua belah pihak. Manusia pada
awalnya lahir dalam kelompok yaitu keluarga, di mana kelompok ini disebutkan
sebagai salah satu dari jenis kelompok kecil yang paling berkesan bagi setiap
individu.
Persahabatan ini menyediakan suatu system kompleks tempat yang merasa
aman dan mendapat dukungan atau di dukung. Tambahn pula, dengan teman dapat
menyatakan bagian lain dari diri kita dan memperoleh variasi rangsangan berfikir
yang lebih luas, lebih dari pada hanya berhubungan dengan pasangan kita atau dalam
keluarga, persahabatan juga menupuk hubungan dengan orang lain menjadi lebih
akrab (Prihatono, 1992: 5). Persahabatan yang positif , indah dan bermanfaat bagi
semua pihak yang terlibat memang sudah pada tempatnya berlangsung dalam seumur
hidup.
Film memerlukan khalayak yang besar karena dapat menjadi sumber
pendapatan utama dan karena kontrol pemerintahan selalu mengancam, para produser
berusaha tidak menyinggung perasaan siapa pun. Mereka memang membuat aneka
film tentang kenakalan remaja, skandal asmara, pemisahan rasial, kejahatan dan
kesehatan mental namun mereka berusaha tidak menyinggung kepentingan siapa pun.
Committee on Un-American Activities Congres di tahun 1947 melakukan serangkaian
dengar pendapat untuk memastikan benar-tidaknya film digunakan sebagai media
Orang terpesona oleh film, sejak awal penciptaan teknologi film itu meski
gambar saat itu tak lebih dari gambar putus-putus dan goyang-goyang di tembok
putih. Nonton film ini masih merupakan pengalaman yang mengasyikkan
pengalaman yang tidak diperboleh melalui media lain. Bicara mengenai film tidak
terlepas dari penonton, film selalu saja ingin sesuatu yang baru karena itu para
pemilik gedung bioskop harus berusaha sedemikian rupa untuk menarik orang masuk
ke dalam gedung bioskopnya kemudian membuat mereka betah di dalamnya. Para
penonton seakan-akan mengalami secara benar-benar apa yang terjadi di atas layar,
mereka seakan-akan berada di tengah-tengah peristiwa yang sedang terjadi. Ilusi ini
ditambah lagi dengan suatu sistem suara stereofoni sehingga suara-suara yang
dikeluarkan di atas film keluarnya pada tempat sumber-sumber suara itu sedang
berada.
Film sebagai salah satu unsur komunikasi massa rupanya telah dimanfaatkan
oleh salah seorang tokoh pergerakan bernama Dokter Adnan Kapau Gani (A.K. Gani)
hal ini ditandai tokoh yang amat popular ini terjun langsung dalam dunia perfilman di
tahun 1940. Pada saat itu Republik ini masih dijajah oleh Belanda, tapi masa itu
tokoh-tokoh pergerakan yang ingin mencapai Indonesia Merdeka makin
meningkatkan kegiatannya(Twh, 1992: 147). Hal ini disebabkan oleh betapa tidak
teraturnya sesuatu jika masing-masing personal tim bekerja sesuai persepsinya
sendiri. Film ini banyak menginspirasikan kalangan muda di zaman sekarang
Berdasarkan uraian diatas, penelitin tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan Tentang Persahabatan dalam Film 5 CM.
1.1Fokus Masalah
Sedangkan yang dimaksud dengan persepsi pada penelitian ini diambil dari sudut
padangan komunikasi yaitu persepsi merupakan pengalaman tentang objek peristiwa
atau hubungan yang di peroleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan(Rakhmat, 2005: 51).
1.2Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup dapat lebih jelas, terarah
serta tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti
adalah:
1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, bertujuan memberikan
gambaran atau menggunakan studi analisis persepsi siswi SMA Swasta Mulia
Medan tentang persahabatan dalam film 5CM
2. Penelitian ini terbatas hanya pada orang-orang yang pernah menonton film
5CM.
3. Penelitian ini akan mulai dilakukan pada bulan Oktober 2013 hingga selesai.
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai
berikut: Bagaimana Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan tentang persahabatan
dalam film 5CM, Jalan Kenangan Sari No.33 Tanjung Sari medan.
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan pendapat siswi SMA Swasta
Mulia Medan tentang persahabatan dalam film 5CM.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsis siswi SMA Swasta Mulia
Medan tentang persahabatan dalam film 5CM.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan bagi mahasiswa
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur penelitian
Persepsi Siswi Mulia Medan tentang persahabatan dalam Film 5CM sebagai
salah satu perspektif dalam paradigma interpretif penelitian ilmu komunikasi.
3. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi pihak–pihak yang membutuhkan pengetahuan yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian
Interaksionisme simbolik merupakan salah satu varian dari paradigma
interpretif. Pendekatan interpretif berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan
tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan
pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretif diadopsi dari orientasi praktis.
Secara umum pendekatan interpretatif merupakan sebuah sistem sosial yang
memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. Interpretif melihat fakta
sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai
esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat fakta sebagai hal yang cair
(tidak kaku) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretif.
Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan netral. Fakta merupakan tindakan yang spesifik
dan kontekstual yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi
sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial mengandung ambiguisitas yang besar.
Perilaku dan pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat
dinterpretasikan dengan berbagai cara
Perspektif adalah cara pandang kita terhadap sudut pandangan kita. Cara kita
memandang atau pendekatan yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan dan
menentukan pengetahuan yang kita gunakan. Perpektif yang kita gunakan
menghasilkan perbedaan yang besar dalam komunikasi. Kita bisa mengamati
menghadapin maupun menyelesaikan suatu permasalah dengan pikiran kita yang
terbuka dan netral.
Nilai perspektif kita tidak terletak dalam nilai kebenarannya atau seberapa
baik ia mencerminkan realitas yang ada. Semua perspektif yang dapat diperoleh
adalah benar dan mencermi realitas walapun setiap perspektif pada tahap tertentu
kurang lengkap dan didistorsi. Jadi intinya adalah upaya mencari perspektif yang
dapat memberikan kepada kita konseptualisasi realitas yang paling bermanfaat bagi
Salah satu dari banyak hal yang sangat memengaruhi dan membentuk ilmu
dan teori adalah paradigma (paradigma). Thomas Khun dikenal sebagai orang
pertama yang mempopulerkan istilah paradigma ini. Paradigma atau dalam bidang
keilmuan sering disebut sebagai perspektif (perspective), terkadang disebut mazhab
pemikiran (school of thought) atau teori. Paradigma secara sederhana dapat diartikan
sebagai kaca mata atau cara pandang untuk memahami dunia nyata. Dalam hal ini,
Patton Mulyana, 2002: 9 berpendapat bahwa:
“A paradigm is a world view, a general perspective, a way of breaking down the complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigms tell them what is important, legitimate, and reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of long existential or epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength in that it makes action possible, their weakness in that the very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of the paradigm”.(“Paradigma adalah suatu pandangan dunia,
suatu perspektif yang umum, suatu cara mematahkan kompleksitas dalam
dunia nyata. Dengan demikian, paradigma sangat tertanam dalam sosialisasi pengikut dan praktisi: paradigma memberitahu mereka apa yang penting, sah, dan masuk akal. Paradigma juga normatif, memberitahu praktisi apa yang harus dilakukan tanpa perlu pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang. Tapi itu adalah aspek paradigma yang merupakan kedua kekuatan dalam membuat tindakan yang mungkin, kelemahan mereka bahwa alasan untuk tindakan tersembunyi dalam asumsi diragukan paradigma")
Paradigma penelitian kualitatif adalah model penelitian ilmiah yang meneliti
kualitas-kualitas objek penelitian seperti misalnya; nilai, makna, emosi manusia,
penghayatan religius, keindahan suatu karya seni, peristiwa sejarah, simbol-simbol
atau artefak tertentu. Paradigma sangat penting perannya dalam memengaruhi teori,
analisis maupun tindak perilaku seseorang. Secara tegas boleh dikatakan bahwa pada
dasarnya tidak ada suatu pandangan atau teori pun yang bersifat netral dan objektif,
melainkan salah satu di antaranya sangat tergantung pada paradigma yang digunakan.
Karena menurut Thomas Khun (dalam Mulyana, 2002: 10) paradigma
menentukan apa yang tidak kita pilih, tidak ingin kita lihat, dan tidak ingin kita
ketahui. Paradigma pula yang memengaruhi pandangan seseorang apa yang baik dan
sesuatu realitas sosial yang sama, atau membaca ayat dari suatu kitab suci yang
sama, akan menghasilkan pandangan, penilaian, sikap dan perilaku yang berbeda
pula. Perbedaan ini semuanya dikarenakan perbedaan paradigma yang dimiliki, yang
secara otomatis memengaruhi persepsi dan tindak komunikasi seseorang(Ulfa, 2013:
11).
Suatu pemahaman dapat dibangun oleh manusia, diantaranya adalah yang
diamati menjadi konsep pengamatan dan mengetahui kebenaran yang mutlak karena
pembahasan kita adalah manusia dalam batasan permasalahan. Komunikasi
mengalami perkembangan yang luar biasa dalam perubahan hidup manusia.
Munculnya televisi dan internet merubah pola perilaku manusia, perubahan sosial
yang member pengaruh pada pesan komunikasi yang disampaikan. Masyarakat aktif
mengubah makna dan dampak informasi yang mereka terima lewat media. Perspektif
ini yang mengarahkan penelitian dalam cara melihat dan mengunakan, mengamati
kenyataan akan menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Penelitian mengkaji
mengenai permasalahan Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan tentang
persahabatan dalam film 5CM.
Paradigma harus disampaikan dengan pesan dengan sengaja dan pesan harus
diterima. Jika pesan tidak diterima tidak ada komunikasi dan proses komunikasi
maka yang akan terjadi kajian paradigma. Misalnya seseorang teman melambai pada
anda tapi anda tidak melihat, bukan komunikasi yang menjadi kajiannya, karena anda
selaku komunikan tidak menerima pesan itu. Tidak ada komunikan karena tidak ada
komunikasi proses komunikasi antara anda dan teman anda. Komunikasi harus
mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, mau disengaja ataupun
tidak. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan tidak harus disampaikan dengan
sengaja tapi harus diterima. Paradigma ini relatif tidak mengenal istilah komunikasi
penerima, biasanya dalam penggambaran model pada dua titik pelaku komunikasi
dimana sebagai komunikator mengingat bahwa keduanya punya peluang untuk
menyampaikan pesan disengaja atau tidak yang dimaknai oleh pihak lainnya
2.2 Uraian Teoritis
2.2.1 Interaksionisme Simbolik
Pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh
penafsiran, situasi, peristiwa dan tidak memiliki pengertian sendiri. Interaksi simbolik
menjadi paradigma konseptual melebihi, dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi,
motivasi yang tidak disadari, kebetulan, situasi sosial ekonomi, kewajiban peran,
resep budaya, mekanisme pengawasan masyarakat atau lingkungan fisik lainnya.
Faktor tersebut sebagai konstrak yang digunakan para ilmuwan sosial dalam
usahanya untuk memahami dan menjelaskan perilaku (Moleong; 2002: 11). Manusia
dapat mengetahui keadaan yang melatarbelakangi tindakan sosial, menujuk kepada
sifat khas dari diri manusia, manusia saling mengerti satu sama lain atau
mendefinisikan tindakannya.
Interaksionisme simbolik adalah salah satu model penelitian budaya yang
berusaha mengungkap realitas perilaku manusia. Falsafah dasar interaksionisme
simbolik adalah fenomenologi. Model penelitian ini pun mulai bergeser dari awalnya,
jika semula lebih mendasarkan pada interaksi kultural antar personal, sekarang telah
berhubungan dengan aspek masyarakat dan atau kelompok. Perspektif interaksi
simbolik berusaha memahami budaya lewat perilaku manusia yang terpantul dalam
komunikasi. Interaksi simbolik lebih menekankan pada makna interaksi budaya
sebuah komunitas (http://viviomochi.blogspot.com).
Interaksi antar individu, diantaranya oleh penggunaan simbol-simbol,
interpretasi atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari
tindakan masing-masing. Interaksionisme simbolik berorientasi pada prinsip bahwa
orang–orang merespon makna yang mereka bangun sejauh mana mereka berinteraksi
satu sama lain. Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu
saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial bahkan ia juga menjadi instrumen
penting dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang
Penganjur teori ini tidak boleh menolak adanya kenyataan bahwa terdapat
dorongan untuk makan dan bahwa ada definisi kultural tentang bagaimana, apa dan
bila mana seseorang harus makan. Kita contoh kan sebagai film 5CM, siswi SMA
Swasta Mulia Medan menonton film 5CM dan mengambil makna dari sisi film, ada
yang menolak dan ada yang menerima dari sisi film tersebut. Setiap individu pasti
memiliki arti yang berbeda atau tanggapan dalam film 5CM. Penafsiran bukan
tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia.
Orang menafsirkan sesuatu dengan bantuan orang lain seperti masa lalu,
keluarga, pemeran di televisi dan pribadi-pribadi yang ditemukan dalam latar tempat
meraka bekerja atau bermain, namun orang lain tidak melakukan untuk diri mereka.
Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial yang tentu saja dipengaruhi
oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrumen penting dalam
produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang memengaruhi
mereka (http://www.makalahkuliah.com)
Penggunaan simbol- simbol interaksi manusai dijembatani dan kepastian
makna dari tindakan orang lain. Bukan hanya sekedar sebagai model
stimulus-respons, interaksi simbolik mengacu pada dampak simbolik interaksi manusia,
perilaku tersebut tertutup dalam proses berfikir dan melibatkan makna dan simbolik
sehingga perilaku terbuka, perilaku yang aktual dilakukan oleh aktor. Di lain sisi,
seorang aktor juga akan memikirkan bagaimana dampak yang akan terjadi sesuai
dengan tindakan.
Tindakan yang dihasilkan dari pemaknaan simbol dan makna yang merupakan
karakteristik khusus dalam tindakan sosial itu sendiri dan proses sosialisasi untuk
dapat melihat adanya interaksi sosial yaitu dengan melihat individu berkomunikasi
dengan komunitasnya dan akan mengeluarkan bahasa-bahasa kebiasaan atau
simbol-simbol baru yang menjadi objek penelitian para peneliti budaya. Interaksi tersebut
dapat terlihat dari bagaimana komunitasnya, karena dalam suatu komunitas terdapat
suatu pembaharuan sikap yang menjadi suatu trend yang akan dipertahankan,
simbolik juga dapat menjadi suatu alat penafsiran untuk menginterpretaskan suatu
masalah atau kejadian.
Blumer mengemukakan tiga prinsip dasar interaksionisme simbolik yang
berhubungan dengan meaning, language dan thought. Premis ini kemudian mengarah
pada kesimpulan tentang pembentukan diri seseorang (person’s self) dan
sosialisasinya dalam komunitas yang lebih besar
1. Meaning (makna) Mengawali teorinya dengan premis bahwa perilaku
seseorang terhadap sebuah objek atau orang lain ditentukan oleh makna yang
dia pahami tentang objek atau orang tersebut.
2. Language (bahasa) Seseorang memperoleh makna atas sesuatu hal melalui
interaksi Sehingga dapat dikatakan bahwa makna adalah hasil interaksi sosial.
Makna tidak melekat pada objek melainkan dinegosiasikan melalui
penggunaan bahasa. Bahasa adalah bentuk dari simbol. Oleh karena itu, teori
ini kemudian disebut sebagai interaksionisme simbolik.
3. Thought (pemikiran) Proses interaksionisme simbolik menjelaskan proses
berpikir sebagai inner conversation, Mead menyebut aktivitas ini sebagai
minding. Secara sederhana proses ini menjelaskan bahwa seseorang
melakukan dialog dengan dirinya sendiri ketika berhadapan dengan sebuah
situasi tersebut. Untuk bisa berpikir maka seseorang memerlukan bahasa dan
harus mampu untuk berinteraksi secara simbolik. Bahasa adalah software
untuk bisa mengaktifkan mind. Yang terpenting dari teori interaksi simbolik,
orang yang berpengaruh dalam kehidupan kita, lalu orang lain yang merasa
anda lain dalam cara penampilan dan tata cara berpakaian dari segi sikap dan
di generalisasikan dalam bentuk perilaku setelah perilaku orang lain.
Para pemikir dalam tradisi teori interaksionisme simbolik dibagi menjadi dua
yaitu aliran Iowa dan aliran Chicago. Namun kali ini, akan dibahas mengenai aliran
Chicago yang banyak melakukan pendekatan interpretif berdasarkan rintisan
Dalam karyanya Mind, Self and Society, Mead menggarisbawahi tiga konsep
kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksionisme
simbolik yang saling mempengaruhi satu sama lain, dimana pikiran manusia (mind)
dan interaksi sosial (self) digunakan untuk menginterpretasikan dan memediasi
masyarakat (society). Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara
konstan mencari “petunjuk” mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam
konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan
oleh orang lain. Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita pada interaksi
antar individu dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk mengerti apa yang
orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu.
Menurut KJ Veeger yang mengutip pendapat Herbert Blumer, teori
interaksionisme simbolik memiliki beberapa gagasan. Di antaranya adalah mengenai
Konsep Diri. Menurut Rogers bahwa konsep diri merupakan pandangan seseorang
tentang dirinya sendiri. Akan tetapi pandangan tersebut tumbuh dari pengalaman
bersama dengan orang lain dari hari ke hari. Jika seorang anak diberitahu bahwa ia
cantik, pintar dan rajin, maka mereka akan mengembangkan konsep diri yang positif.
Kondisi yang berbeda akan dijumpai pada anak yang diberitahu bahwa mereka jelek,
bodoh dan pemalas. Pada kondisi demikian, perasaan negatif pada diri anak akan
muncul dan ke depan ia akan tumbuh dengan konsep diri yang buruk
Teori interaksi simbolik didasarkan pad ide-ide mengenai diri dan
hubungannya dengan masyarakat. Bukan hanya hubungan dengan masyarakat lebih
luas lagi teori ini mengenai hubungan diri dan keluarga. Ralph Larossa dan Donald
C.Reitzes (dalam West dan Turner, 2008: 98) mengasumsikannya dalam tiga tema
besar:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia
Sebagai makhluk sosial manusia pasti memerlukan bantuan orang lain dalam
kehidupannya di samping itu yang dilakukan manusia adalah untuk memperoleh
tidak akan mungkin timbul makna yang sama. Perilaku manusia dalam asumsi ini
ditandai oleh tiga hal, yaitu:
“manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang
diberikan orang lain kepadanya, makna diciptakan dalam interaksi antara
manusia dan makna dimodifikasi proses interpretif (Herbert Blummer dalam
West dan Turner; 2008: 99).”
2. Pentingnya konsep mengenai diri
Ciri-ciri fisik seseorang, talenta, keadaan emosi, nilai, keterampilan,
intelektualitas dan keterbatasan sosial membentuk konsep diri dari seseorang. Setiap
orang harus mengenal jelas konsep dirinya, karena jika seorang individu tidak
mengetahui konsep dirinya maka dia akan mudah terpengaruh dengan keadaan
sekitarnya. LaRossa dan Reitzes memiliki dua asumsi tambahan, diantaranya:
“ Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan
orang lain dan konsep diri memberikan motif yang penting untuk
berlaku(LaRossa dan Reitzes dalam West dan Turner; 2008: 101)”.
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat
Merupakan bagian terakhir dari teori interaksionisme simbolik dan
merupakan hubungan antara kebebasan individu dan batasan sosial. Di mana dalam
bagian ini kerja sama, komunitas dihargai sangat tinggi dan kolektivitas lebih penting
dari individu. Selain itu hal lain yang penting dalam hal ini manusia adalah
pembuatan pilihan dan struktur sosial dihasilkan oleh interaksi sosial. Dua asumsi
yang berkaitan dengan tema ini, diantaranya:
Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial dan struktur sosial
dihasilkan melalui interaksi sosial (West dan Turner; 2008: 103).
Setiap manusia pasti memerlukan bantuan orang lain dan setiap manusia
memiliki cara masing-masing untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya.
Interaksi inilah yang kemudian akan menjawab apakah sama pemaknaan yang
kemudian akan mengembangkan konsep dirinya di dalam kelompok-kelompok yang
dimasukinya. Kemudian interaksi yang dilakukan manusia di dalam kelompoknya
dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial yang kemudian melalui interaksi sosial
akan menghasilkan struktur sosial.
2.2.2 Komunikasi Kelompok Kecil
Pemikiran dari sekelompok orang akan lebih besar kualitasnya dari pada
sendiri. Kita sering kali menjumpai kelompok studi di kampus. Hal itu membuat
salah satu bentuk tipe komunikasi kelompok kecil. Kelompok kecil bisa disebut
sebagai kumpulan individu dengan jumlah anggota yang kecil memungkinkan semua
orang bisa berkomunikasi secara mudah baik secara sumber penerima informasi.
Komunikasi kelompok kecil terdiri atas beberapa orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Penelitian mengenai kelompok kecil berfokus pada
kelompok kerja, berlawanan dengan pertemanan dan kelompok keluarga dalam
konteks interpersonal. Ada perdebatan mengenai jumlah orang yang membentuk
kelompok kecil. Beberapa penelitian berpendapat bahwa jumlah maksimal dalam
kelompok kecil adalah lima sampai tujuh orang, sementara yang lain tidak
memberikan batasan jumlah. Tetapi hampir semuanya setuju bahwa paling tidak
harus ada tiga orang dalam sebuah kelompok kecil (Schultz; 1996: 19). Konteks
kelompok kecil memberikan kesempatan pada individu untuk mendapatkan berbagai
perspektif terhadap satu persoalan. Maksudnya dalam konteks intrapersonal hanya
terdapat sudut pandang individu sedangkan dalam konteks interpersonal terdapat
banyak sudut pandang. Konteks kelompok kecil terdiri atas individi–individu yang
memiliki peran (role) berbeda.
Komunikasi kelompok kecil (small group communication) merupakan proses
komunikasi antara tiga orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka. Dalam
kelompok anggota berinteraksi satu sama lain. Komunikasi ini banyak di kalangan
sebagai pengembangan dari komunikasi antarpribadi. Peran posisi masing-masing
anggota kelompok dan relasi mereka dengan kelompok. Peranan ini sangat beragam,
sebagainya. Bekerja dalam kelompok kecil telah menjadi fakta dalam kehidupan
masyarakat. Sering kali tampaknya kita tidak dapat pergi ke mana pun tanpa adanya
kecenderungan akan terbentuknya kelompok kecil. Mulai dari kelompok belajar
hingga kelompok kerja dan kelompok dukungan, pengalaman dalam kelompok kecil
adalah pengamalan yang ada di mana-mana. Setiap orang pasti pernah menjadi
anggota dari suatu kelompok. Sehingga kelompok terdiri dari beberapa orang dengan
gagasan, keahlian dan minat yang berbeda-beda. Masalah yang dihadapi kelompok
tersebut juga berlainan. Setiap kelompok mempunyai masalah yang harus di
selesaikan dan harus menentukan cara pemecahkan terbaik idealnya dengan
memanfaatkan sumber daya yang berasal dari semua anggotanya.
Kelompok kecil didefinisikan sebagai kumpulan individu yang saling
mempengaruhi, berinteraksi untuk tujuan tertentu, memperoleh kepuasan dari
mempertahankan keanggotaan kelompok, melakukan peranan khusus, saling
bergantung satu sama lainnya dan melakukan komunikasi berhadapan. Komunikasi
merupakan suatu proses tatap muka yang diantaranya anggota kelompok yang jumlah
anggotanya sendiri tidak dapat dipastikan jumlahnya bahkan lebih dari 50 orang
masih dapat disebut sebagai komunikasi kelompok kecil. Komunikasi kelompok kecil
dianggap sebagai komunikasi secara tatap muka atau secara langsung antara tiga
orang, di mana anggota berinteraksi satu sama lain, tidak ada batas yang menentukan
secara tegas berapa orang. Komunikasi kelompok kecil mengarah pada kesan yang
didapatkan oleh masing-masing anggota kelompok baik yang timbul dari pertanyaan
atapun tanggapan selama pertemuan berlangsung.
Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa tujuan kelompok kecil,
bagaimanapun juga tidak terbatas pada memecahkan masalah. Setiap orang
merupakan anggota beberapa kelompok kecil secara bersamaan. Kelompok pertaman
dan yang paling nonformal adalah kelompok primer, unit sosial mendasar tempat kita
yang pertama. Teman–teman masa kecil kita merupakan kelompok kecil lainnya.
Anggota kelompok primer kemudian diperluaskan menjadi kelompok biasa atau
terhadap cara berfikir dan berperilaku di kemudian hari seringkali cukup berarti.
Kadang anggota kelompok primer dan kelompok sosial memecahkan masalah
bersama-sama tetapi kebanyakan komunikasi mereka berlangsung secara spontan dan
nonformal. Cepat atau lambat, kebanyakan orang akan menjadi anggota kelompok
kerja. Mereka mempunyai tujuan spesifik yang harus dicapai, yang seringkali
berkaitan dengan konteks suatu pekerjaan. Keanggotannya mungkin diperlukan
berdasarkan pekerjaanya dalam suatu organisasi berdasarkan minat perseorangan
dalam kelompok tersebut. Bila anggota kelompok kerja dapat mengalami resiko lebih
banyak teguran atau bahkan kehilangan pekerjaan bila mereka tidak berperan serta.
2.2.2.1 Persahabatan
Persahabatan merupakan hubungan pertemanan yang lebih akrab. Sahabat
adalah sesuatu yang paling berharga dalam hidup ini. “We never can forgotten our
friends” (Kita tidak pernah dapat melupakan sahabat-sahabat kita), Buku Who
Friendship Hurts meneliti dan menulis mengenai persahabatan dan menyaksikan
minat untuk belajar mengenai persahabatan meningkatkan. Dari topik yang jarang
dibahas oleh para psikologi, psikiatris dan sosiologi yang lebih sering berfokus pada
hubungan antar anak-orang tua dan antara suami-istri, artikel mengenai persahabatan
sekarang ini merupakan sajian pokok banyak majalah dan surat kabar harian di
berbagai situs internet juga terdapat banyak sekali buku mengenai hubungan indah
antar teman yang kita kenal sebagai persahabatan.
Persahabatan memang telah ditemukan kembali. Manfaatnya tentu saja
didukung oleh banyak peneliti melalui anekdot dan contoh-contoh dan juga melalui
berbagai studi kualitatif dan kuantitatif oleh berbagai psikolog yang menemukan
korelasi antara memiliki sahabat walaupun hanya seorang dengan meningkatnya
harapan hidup, kesehatan mental yang lebih baik serta kesempatan yang lebih besar
untuk bisa sembuh dari penyakit apapun (Yager, 2006: 2). Ada yang bilang sahabat
itu adalah teman yang benar-benar dekat sampai tahu hal-hal kecil tentang kita. Ada
juga yang bilang sahabat itu kalau ke mana-mana selalu bareng. Tetapi salah satu
mana suatu saat ketika teman dapat masalah, mengatasi masalahnya sendiri agar
teman tersebut tumbuh lebih matang dan mandiri.
Tapi ketika ditanya tentang sahabat yang berhubungan dengan keluarga,
pendidikan dan lain-lain bingung jawabnya. Dari situ berpikir, apakah ini sahabat
yang baik?. Walaupun sangat banyak definisi tentang persahabatan, pada hakekatnya
persahabatan memiliki empat elemen dasar (Yager, 2006: 17).
a. Persahabatan adalah hubungan antara paling sedikit dua orang yang tidak
terikat hubungan darah.
b. Persahabatan bersifat sukarela
c. Persahabatan tidak memiliki dasar kontrak hukum/legal
d. Persahabatan bersifat timbal balik.
Teman bukanlah orang yang dekat dengan kita secara seksual atau bukan juga
kekasih karena hubungan yang ada akan menjadi lebih baik dari sekedar
persahabatan. Karena orang menganggap sahabat adalah orang yang bisa melihat kita
dari hati ke hati, bukan karena tampang, materi, latar belakang, pendidikan dan
lain-lain. Sahabat lebih sebagai pemberi masukan dan penerima keluh kesah bukannya
orang yang nggak peduli dan nggak mau tahu, tapi persahabatan bukan dinilai dari
sedalam apa kita tahu tetek bengek orang tersebut, melainkan sedalam apa kita
memahami orang tersebut. Kehidupan saling bergantungan, membutuhkan dan
janganlah meremehkan atau mencemooh siapa pun sekalipun terhadap orang yang
tidak suka atau tidak peduli kepada kita.
Berikut adalah harapan yang biasanya timbul mengenai teman dekat (Yager,
2006: 19).
a. Seorang teman dekat adalah seseorang yang membuat anda bisa menjadi
diri sendiri ketika berada di dekatnya (ungkapan pria usia 45 tahun, staf
b. Seorang teman dekat adalah seseorang yang anda bisa andalkan pada saat
anda membutuhkan sesuatu (ungkapan pria usia 36 tahun, professor
sebuah lembaga pendidikan)
c. Seorang teman dekat adalah seseorang yang mampu mendengar anda
tanpa menghakimi, yang tidak pernah menyela atau menceritakan masalah
yang dia hadapi ketika anda sedang bercerita tentang masalah anda, dia
tidak bergosip (wanita usia 44 tahun, pengusaha).
Dari ungkapan di atas sahabat karib idealnya adalah memiliki kriteria yang
dibutuhkan untuk menjadi teman dekat tetapi dengan perbedaan, paling utama teman
sejati. Ada banyak pendapat mengenai persahabatan termasuk rasa saling percaya
diri, empati, kejujuran, kerahasiaan, kebersamaan dan lain-lain. Melakukan aktivitas
dan tempat curahkan isi hati sahabat yang selalu saja bisa diandalkan dan ada di
samping kita saat membutuhkannya walau hanya sekedar mendengarkan dengan baik.
Seorang teman adalah seseorang yang anda sukai dan menyukai anda, dan orang yang
memiliki kehangatan hubungan dengan anda. Penting untuk diingatkan bahwa istilah
umum ”teman” dibagi dalam tiga kategori berdasarkan pada tingkat keakraban: biasa,
dekat dan akrab (Yager, 2006: 18). Jumlah anggota kelompok yang sedikit membuat
hubungan antara pribadi individu menjadi kuat dan erat. Hal ini disebabkan karena
komunikasi antar pribadi yang sering dilakukan dan juga intesitas pertemuan yang
rutin. Oleh karena itu, kohesivitas kelompok menjadi tinggi. Kedekatan hubungan
dalam kelompok persahabatan yang kompak tampak dalam pesan-pesan atau respon
non-verbal mereka.
2.2.3 Komunikasi Massa
Istilah komunikasi atau bahasa inggris communication berasal dari kata Latin
communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini
maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi,
misalnya dalam bentuk percakapan maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung
selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa
makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna
yang dibawakan oleh bahasa itu (Effendy, 2005: 9).
Komunikasi merupakan aktivitas yang amat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan makhluk di dunia, terutama manusia. Komunikasi begitu
pentingnya bagi manusia sehingga ada yang menyatakan bahwa tanpa komunikasi
kehidupan manusia tidak mempunyai arti hidup dan tidak dapat bertahan dengan
lama. Manusia mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi sosial dan
mengembangkan kepribadiannya.
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain yaitu Gerbner. Gerbner dalam Ardianto dan Komala
mengatakan bahwa:“Mass Communication is the technologically based production
and distribution of the most Broadly shared continuous flow of messages in industrial
societies”(Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki
orang dalam masyarakat industr
Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa menghasilkan
suatu produk yang disebarkan. Di distribusikan kepada khalayak luas secara terus
menerus dalam jarak waktu yang tepat. Pada dasarnya komunikasi massa adalah
komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal
perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata (media
komunikasi massa). Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media
massa yakni media tradisional seperti media teknologi (televisi, radio), media cetak
(surat kabar, majalah, tabloid), buku dan film. Dalam perkembangan komunikasi
massa yang sudah sangat modern dewasa ini ada satu perkembangan tentang media
massa yakni ditemukannya internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tak ada,
bentuk media dari definisi komunikasi massa yang memasukkan internet dalam
media massa (Nurudin, 2003: 2).
Keberadaan media masa tergantungan pada media masa yang besar, semakin
Penggunaan seperangkat alat teknologi dengan sendirinya menyebabkan komunikasi
massa itu membutuhkan biaya relatif besar. Media komunikasi yang termasuk media
massa adalah radio siaran dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik
surat kabar dan majalah yang disebut sebagai media cetak serta media film. Film
sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. Komunikasi massa yang lebih
rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yaitu Gerbner (1967), komunikasi massa
adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus
pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri
(Ardianto, 2004: 4).
Organisasi yang kompleks itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam
proses komunikasi massa, mulai dari menyusun pesan sampai pesan diterima oleh
komunikan. Misalnya bila pesan disampaikan melalui media cetak (majalah dan surat
kabar) maka pihak yang terlibat diantaranya adalah pemimpin redaksi, layout man,
editor, korektor. Sedangkan bila pesan disampaikan melalui media elektronik radio
siaran, maka pihak yang teribat diantaranya adalah penyiar dan operator.
2.2.3.1 Film
Menurut sejarah perfilman di Indonesia, film pertama di negeri ini berjudul
“Lely van Java” yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh seorang yang
bernama David. Sampai dengan tahun 1930 masyarakat pada waktu itu telah
dihidangi film-film berikutnya yaitu “Lutung Kasarung” dan film yang disajikan
masih merupakan film bisu dan yang mengusahakannya adalah orang-orang Belanda
dan Cina. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Maka dunia perfilman pun ikut berubah. Nippon Eiga Sha
diserahkan secara resmi pada tanggal 6 Oktober 1945 kepada Pemerintah Republik
Indonesia yang dalam serah terimanya dilakukan oleh Ishimoto dari pihak
Pemerintah Militer Jepang kepada R.M.Soetarto yang mewakili Pemerintahan
Republik Indonesia. Sejak 6 Oktober 1945 itu lahirlah Berita Film Indonesia atau
cerah. Tampaklah kegiatan yang dilakukan para sineas film naisona dalam bentuk
perusahaan film (Effendy,2003: 218).
Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk.
Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang besar.
Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukkan bahwa sebenarnya film
sangat berpengaruh. Film memerlukan khalayak yang besar karena pasar luar negeri
merupakan sumber pendapatan utama dan karena kontrol pemerintahan selalu
mengancam, para produser berusaha tidak menyinggung perasaan siapa pun. Mereka
memang membuat aneka film tentang kenakalan remaja, skandal asmara, pemisahan
rasial, kejahatan dan kesehatan mental namun mereka berusaha tidak menyinggung
kepentingan siapa pun.
Dibanding bentuk seni yang lain, seperti sastra atau rupa, keberadaan film
relatif masih muda. Lebih dari 100 tahun sejak pertama kali dipertunjukkan di akhir
1800-an, namun film telah menunjukkan perkembangan popularitas yang luar biasa.
Di satu sisi ia adalah karya seni mutakhir, di sisi lain ia juga adalah mesin penggerak
ekonomi. Di beberapa negara seperti India, Amerika Serikat, Cina dan kemudian
Korea, film telah menjadi Industri. Film dari negara-negara tersebut bahkan telah
masuk dalam pasar global dan telah menjadi bentuk nyata dari apa yang kemudian
banyak disebut sebagai the creative industry (http://montase.blogspot.com).
Di Indonesia, film pertama kali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di
Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep". Pertunjukkan film
pertama digelar di Tanah Abang. Film yang ditayangkan saat itu adalah sebuah film
dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag.
Pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu
mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk
merangsang minat penonton (Mambor, 2000: 45).
Dalam hal ini orang-orang film pandai sekali menimbulkan emosi penonton.
Teknik perfilman, peralatannya maupun pengaturannya telah berhasil menampilkan
bioskop penonton menyaksikan suatu cerita yang seolah-olah benar-benar terjadi di
hadapannya (Effendy, 2003: 207). Misalnya film yang saat ini peneliti angkat film
yaitu 5CM, film ini menceritakan tentang persahabatan yang begitu kuat dalam
menghadapi kehidupan yang begitu keras dan menghadapi cita-cita yang mereka
capai.Film ini dapat memotifasikan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
kepercayaan diri yang kuat mimpi yang mungkin sulit di wujudkan atau kekuatan
mimpi itu mengubah diri seseoorang, menjadi manusia yang lebih memaknai hidup
dan masih tetap berjuang meskipun dihadapkan pada kesulitan-kesulitan di dunia.
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang didepan
kening kamu. Dan sehabis itu yang kamu perlu Cuma kaki yang akan berjalan lebih
jauh dari biasanya, tangan yang berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang
akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas,
Dan kamu akan dikenang sebagai seseorang yang masih punya mimpi dan
keyakinan, bukan Cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan
dikenang sebagai seseorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengerjarnya.
Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu
hanya harus mempercayainya.” (Dhirgantoro 2005: 362).
Menikmati cerita dari film berlainan dengan dari buku. Cerita dari buku
disajikan dengan perantaraan huruf yang berderetan secara mati. Huruf-huruf itu
merupakan tanda dan tanda-tanda ini akan mempunyai arti hanya di dalam alam
sadar. Sebaliknya film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku dalam
cerita yang dipertunjukkan itu dengan jelas tingkah lakunya dan dapat mendengarkan
suara para pelakunya itu beserta suara-suara lainnya yang bersangkutan dengan cerita
yang dihidangkan. Apa yang dilihatnya di layar bioskop seolah-olah kejadian yang
nyata, yang terjadi di hadapan matanya. Berbeda dengan membaca buku yang
memerlukan daya pikir yang aktif.
Munculnya film sebagai media komunikasi massa yang kedua setelah surat
kabar, telah menarik perhatian publik. Kelebihan film memang terletak pada gambar
dengan kata lain film dapat diputar dan dinikmati di mana dan kapan saja sesuai
keinginan. Hal itulah yang membuat film menjadi media yang populer. Dengan
bantuan teknologi yang semakin lama semakin canggih, hingga kini perkembangan
gambar yang bergerak tersebut terus disempurnakan melalui penambahan efek
gambar dan suara. Sejak pertama kali film dihasilkan sebagai karya teknik manusia,
film digunakan sebagai alat komunikasi massa yang fungsinya bercerita. Pada titik ini
film telah menjadi media bertutur manusia, sebuah alat komunikasi. Jika sebelumnya
bercerita dilakukan dengan lisan, lalu tulisan, kini muncul satu medium lagi, yakni
dengan gambar bergerak.
Film berkemampuan untuk menghidupkan imajinasi khalayak akan sesuatu
yang mungkin terjadi pada masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang, bahkan
yang sangat mustahil terjadi sekalipun. Sedangkan dalam praktik sosial, film tidak
sekedar dilihat sebagai ekspresi seni pembuatnya. Tetapi juga merupakan interaksi
antar elemen-elemen pendukung, proses produksi, distribusi maupun eksibisinya.
Bahkan lebih jauh dari itu, perspektif ini mengasumsikan terjadi interaksi antara film
dengan idelogi serta kebudayaan dimana film diproduksi dan dikonsumsi ( Ulfa,
2013: 30).
Pengaruh film besar sekali terhadap jiwa manusia. Penonton tidak hanya
terpengaruh atau selama duduk di dalam bioskop tetapi terus sampai waktu yang
cukup lama. Kita sering kali melihat atau menyaksikan mereka yang tingkah lakunya
dalam cara berpakaiannya meniru-niru bintang-bintang film. Cara ketawa, bersiul,
merokok, duduk, berjalan, menegur dan lain-lain. Pengaruh film ini juga berakibat
jauh pada masyarakat Indonesia.
Ilmu jiwa sosial terdapat gejala apa yang disebut Identifikasi Psikologi. Dalam
hal ini melihat atau lebih tegas lagi dalam mengkhayati sebuah film kerap kali
penonton menyamakan atau mengidentifikasikan seluruh pribadinya dengan salah
seorang pemegang peranan dalam film. Ia bukan saja dapat memahami atau
merasakan apa yang dipikirkan atau dialami pemain itu dalam menjalankan
ada lagi perbedaan. Penonton asik sekali mengikuti peristiwa dalam film sehingga ia
merasa bersangkutan dengan film itu dengan perkataan lain ia mengira bahwa ia
sendiri yang menjadi pemain, bukan lagi pemain yang memegang peranan dalam
berbagai peristiwa (Effendy, 2003: 208).
Isi media massa termasuk film, pada hakikatnya adalah hasil konstruksi
realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Bahasa bukan saja sebagai alat
dalam mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan bentuk seperti apa
yang ingin diciptakan oleh produsen media tentang realitas tersebut. Akibatnya media
massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan
gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya. Media massa
sesungguhnya memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu
melalui penyebaran informasi media. Peran media sangat penting karena
menampilkan sebuah cara dalam memandang realitas. Para produsen mengendalikan
isi medianya melalui cara-cara tertentu untuk menyandikan pesan-pesan. Film adalah
medium komunikasi massa yang sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk
penerangan dan pendidikan. Bahkan filmnya sendiri banyak yang berfungsi sebagai
medium penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat
pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan medium
penerangan dan pendidikan yang komplit (Effendy, 2003: 209). Film adalah
dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi denga kata-kata musik dengan
demikian film adalah produksi yang multidimensional dan sangat kompleks. Melalui
perkembangannya, Menurut Ardianto (2004:138) film dapat dikelompokkan pada
jenis:
a. Film Cerita
Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita. Cerita
yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan
kisah nyata yang dimodifikasi sehingga ada unsur menarik baik dari jalan
ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik.
Film berita (newsreel) adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar
terjadi.
c. Film Dokumenter (documentary) didefinisikan oleh Robet Flaherty sebagai
“karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality)”.
Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan maka film
documenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai
kenyataan tersebut.
Film membuat orang tertahan setidaknya saat mereka menontonnya, secara
lebih intens ketimbang medium lainnya. Pengaruh ini hanya terjadi saat film
ditayangkan di bioskop. Penonton duduk di auditorium gelap di depan layar lebar dan
tak ada yang mengganggu jalannya pemutaran film, dunia luar disisihkan sementara.
Film tentu saja dapat dipertontonkan di luar ruang seperti di teater drive-in dan
televise namun pengalaman yang terkuat adalah ketika menontonnya di ruang gelap
gedung bioskop (Vivian: 2008,159).
2.2.4 Persepsi
Manusia tidak terlepas dalam komunikasi secara verbal dan non verbal.
Persepsi dilakukan dengan stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera
manusia. Proses persepsi memasukan pesan ke dalam otak manusia atau informasi
nyata dan non nyata. Apa yang ada di dalam diri manusia seperti, pikiran, perasaan,
pengalaman akan ikut dalam proses persepsi yang kita jalanin dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut (Mulyana, 2002: 167).
Persepsi itu muncul karena setiap penilaian dan pemilihan seseorang terhadap
orang lain diukur berdasarkan penyertaan budaya sendiri. Dengan persepsi, peserta
komunikasi akan memilih apa yang diterima atau menolaknya. Persepsi yang sama
akan memudahkan peserta komunikasi mencapai kualitas hasil komunikasi yang
diharapkan. Dalam pengertian yang sederhana, persepsi adalah saat dimana setiap
individu memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan (stimuli) yang
Proses di mana kita mempertahankan hubungan dengan dunia di lingkungan
kita, karena kita biasanya mampu mendengarkan, melihat, mencium, menyentuh dan
merasakan. Kita dapat merasakan lingkungan kita, kita dapat menyadari apa yang
terjadi di luar kita. Sebenarnya apa yang kita lakukan adalah menciptakan citra dari
segi fisik dan objek sosial serta peristiwa yang kita temukan dalam lingkungan.
Dengan kata lain, persepsi adalah sebuah proses internal dikarenakan pergantian
energi-energi yang berasal dari alam sekitar kita menjadi pengalaman yang penuh arti
(Lubis, 2012: 62).
Seseorang berinteraksi dengan orang lain didahului oleh persepsi sosial, yaitu
persepsi mengenai orang lain. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan. Oleh karena itu, proses persepsi tidak dapat lepas dari proses
penginderaan dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului proses
persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat yaitu saat individu menerima
stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera (Walgito, 2007: 25-26).
Persepsi akan selalu hadir dalam setiap gerak hidup kita karena memang
berhubungan langsung dengan fungsi akal pada ruang kesimpulan. Bersama persepsi,
kita bisa secara perlahan ataupun frontal dalam memutuskan suatu perbandingan
masalah. Dengan persepsi, kita bisa memulai langkah demi langkah menuju
pembenahan diri lewat persepsi, kita dapat mencintai dan membenci sesuatu. Semua
hal yang kita pelajari dalam hidup merupakan cara untuk memupuk kemampuan
dalam berpersepsi.
Jika kita membandingkan saat individu mempersepsi benda-benda mati
dengan saat mempersepsi manusia, maka ada segi-segi persamaan selain segi-segi
perbedaan. Segi persamaannya adalah bila manusia dipandang sebagai benda fisik
seperti benda-benda fisik lainnya yang terikat pada waktu dan tempat, pada dasarnya
tidak berbeda. Namun karena manusia semata-mata bukan hanya benda fisik melulu
tetapi mempunyai kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki oleh benda-benda
fisik lainnya maka ada perbedaan antara mempersepsi benda-benda mati dengan
Oleh karena itu, kita biasanya mempunyai kesan berlainan mengenai
lingkungan kita, benda, situasi, orang atau pun peristiwa di sekitar kita meskipun kita
memiliki informasi yang sama. Jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita
berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu
pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi
antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi. Sebagai
konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok
identitas. Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi terhadap
lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal berikut (Mulyana, 2010:
184).
1. Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik sedangkan persepsi
terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan non verbal. Manusia
lebih aktif dari pada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan.
2. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar sedangkan persepsi
terhadap manusia menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif,
harapan dan sebagainya). Kebanyakan objek tidak mempersepsi anda ketika
anda mempersepsi atau dengan kata lain persepsi terhadap manusia bersifat
interaktif.
3. Persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat
dari pada persepsi terhadap objek. Oleh karena itu, persepsi terhadap manusia
lebih berisiko dari pada persepsi terhadap objek.
Persepsi tidak lebih dari pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai
realitas bagi diri kita. Jadi, sebaliknya kita tidak lewatkan yakin dengan pengetahuan
yang kita peroleh melalui persepsi. Ironisnya pengetahuan yang biasanya paling kita
yakin adalah pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi kita. Kita seringkali
melakukan persepsi yang paling jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Ini
merupakan suatu alasan mengapa komunikasi antar pribadi dan hubungan antara
manusia sangat sulit dipahami meskipun sangat mudah diketahui. Untuk memahami
bagaimana orang mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman
tersebut diperoleh melalui proses persepsi, kita harus mengetahui bagaimana orang
mempersepsikan diri mereka sendiri atau orang lain.
Adakalanya, kita merasa kesal kepada orang lain tidak dapat memahami apa
yang kita maksud sehingga kita akan berfikir bahwa orang tersebut tidak paham
ungkapan yang begitu sederhana dan gamblang. Hal ini dapat terjadi karena mungkin
orang tadi mempersiapkan sesuatu yang kita sendiri susah untuk menjelaskan atau
tidak merasa menyadarinya. Persepsi terjadi di dalam benak individu yang
mempersepsi bukan di dalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang
penampakan. Maka apa yang mudah bagi kita, boleh jadi tidak mudah bagi orang
lain, atau apa yang jelas bagi orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita.
2.2.4.1 Proses Persepsi
Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan
tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologi
lainnya adalah pengenalan, penalaran, perasaan dan tanggapan. Seperti dinyatakan
dalam bagan berikut ini:
Gambar 2.2.4.1
Variable psikologi di antara rangsangan dan tanggapan Penalaran
Rangsangan Persepsi Pengenala Tanggapan
Perasaan
Sumber: Sobur, 2003: 447
Dari bagan di atas, digambarkan bahwa persepsi dan kognisi diperlukan
dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan, diperlukan bagi orang yang paling sedikit
terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara
menaham dampak dari rangsangan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang
individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau satu bidang rangsangan
sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi, atau
kedua-duanya.
Menurut Pareek (Sobur, 2003: 451), Persepsi adalah proses menerima,
menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi
kepada rangsangan panca indra atau data. Dari definisi tersebut dikemukakan bahwa
persepsi meliputi proses sebagai berikut:
1. Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari
berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra. Kita melihat
sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita
mempelajari segi-segi lain dari sesuatu.
2. Proses menyeleksi rangsangan
Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin
memperhatikan semua rangsangan yang diterima. Demi menghemat perhatian
yang digunakan, rangsangan itu disaring atau diseleksi untuk diproses lebih
lanjut.
3. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.
Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan yakni:
pengelompokan (berbagai rangsangan yang diterima dikelompokkan dalam
suatu bentuk), bentuk timbul dan latar (dalam melihat rangsangan atau gejala,
ada kecendrungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang
timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berada di latar
belakang), kemantapan persepsi (adanya suatu kecendrungan untuk
menstabilkan persepsi, dan perubahan konteks tidak mempengaruhinya).
4. Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu