• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Siswi Sma Mulia Medan Tentang Persahabatan Dalam Film 5Cm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Siswi Sma Mulia Medan Tentang Persahabatan Dalam Film 5Cm"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi Siswi Sma Mulia Medan Tentang Persahabatan Dalam Film

5cm

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

MELATI INDAH MENTARI 090904020

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Melati Indah Mentari

NIM : 090904020

Judul Skripsi :Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan Tentang Persahabatan

Dalam Film 5Cm

Pembimbing Ketua Departemen

Haris Wijaya, S. Sos., M.Comm

NIP.197711062005011001 NIP. 196208281987012001

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

Dekan FISIP USU

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ini mengambil tema dari sebuah film berjudul Persepsi Siswi SMA Mulia Medan tentang Persahabatan dalam film film 5 Cm. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perspektif interaksionisme simbolik dan utnuk mengetahui dalam persepsi tentang persahabatan dalam film 5 Cm. subjek penelitian ini dipilih sebanyak tiga orang dengan menggunakan teknik sampling snow ball. Sedangkan objek penelitian adalah persepsi siswi terhadapa film 5 Cm dengan pendekatan teori persepsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui paradigma interpretif dengan perspektif fenomenologi eksistensial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan dapat diinterpretasikan berdasarkan pandangan, pemahaman dan pemaknaan dari pengalaman personal secara sadar dan langsung dari ketiga informan Pengalaman personal yang berbeda dan hambatan yang dihadapi namun tetap bisa menjalin keefektifan komunikasi dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. Keefektifan komunikasi ini didukung oleh pandangan dan pemahaman tentang karakter dan kemampuan anak berkebutuhan khusus dengan komunikasi antar pribadi yang baik, penerapan komunikasi verbal, komunikasi nonverbal serta paralinguistik dalam aktivitas mengajar anak berkebutuhan khusus.

Kata Kunci:

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan Tentang Persahabatan Dalam Film 5CM, guna memenuhi syarata untuk memperoleh gelar Sarjana dari Departemen Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian, peneliti merasa sangat terbantu dengan saran dan bantuan dari banyak pihak. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

Secara khusus penelitian mengucapkan terima kasih kepada orang tua peneliti Ayahanda Erwin sahrial dan Ibunda Faunita Alana yang telah memberikan semangat motivasi dan dukungan baik moril maupun material serta seluruh doa yang tiada putus-putusnya kepada peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kakak dan abang peneliti, Putri Ayu Erwita S.E, Arian Citra Janisa, M. Guntur Fachriansah yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

3. Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

4. Bapak Haris Wijaya, S.Sos., M.Comm selaku dosen pembimbing penelitian

yang senantiasa meluangkan waktu serta membimbing penelitian dalam

mengajarkan penelitian ini. Terima kasih untuk semua saran atau nasehat,

ilmu yang sangat berharga serta memotivasi peneliti.

5. Ibu Dewi Kurniawati, M.Si selaku dosen wali peneliti yang senantiasa

(5)

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

yang sudah banyak membantu penelitian sehingga memperoleh banyak

pengetahuan yang bermanfaat.

7. Dra. Roslili Suriani, M.Pd selaku Kepala Sekolah, Sekolah SMA Swasta

Mulai Medan yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan

penelitian.

8. Mega, Nilam, Tantry selaku informan yang bersedia meluangkan waktu dan

memberikan pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan peneliti.

9. Seluruh staff administrasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, kak

Maya, kak Cut,pak Tangkas yang telah membantu setiap urusan administrasi

yang diperlukan peneliti.

10.Kepada temana-teman Ilmu Komunikasi khusunya teman seperjuangan

stambuk 2009 dan teman-teman satu bimbingan yang banyak membantu dan

selalu mendukung peneliti.

11.Kepada sahabat dan teman dekat, Era Nadira, Evalyn Monatia, Sri Fadila,

Dimas Syaputra Nst yang memberikan motivasi dan saran yang senantiasa

selalu mendukung, menyemangatin dan sangat membantu penelitian.

12.Semua pihak yang telah berjasa yang membantu dalam pembuatan hingga

penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penelitian mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun bagi skripsi ini. Akhrinya kata, terima kasih yang tak terhingga penelitian ucapkan kepada semua pihak yang membantu peneliti dalam menjalani hingga menyelesaikan penelitian ini. Besar harapan penelitian semoga penelitian yang diselesaikan ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan kita semua.

Medan,

Peneliti, 15 january 2014

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… ..i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS………. ..ii

LEMBAR PENGESAHAN……… ..iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………... .vii

ABSTRAK……… viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil……….41

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………. 41

4.1.2 Sinopsis Film 5 Cm……….. 43

4.1.3 Karakteristik Informan……….. 46

4.2 Penyajian Data Para Informan………. 47

4.2.1 Informan Pertama……….48

4.2.2 Informan Kedua……… 52

(7)

4.3 Pembahasan……… 61 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan……… 68 5.2 Saran……… 69 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.2.4.1 Variable Psikologi di Antaranya Rangsangan dan Tanggapan 30

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ini mengambil tema dari sebuah film berjudul Persepsi Siswi SMA Mulia Medan tentang Persahabatan dalam film film 5 Cm. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perspektif interaksionisme simbolik dan utnuk mengetahui dalam persepsi tentang persahabatan dalam film 5 Cm. subjek penelitian ini dipilih sebanyak tiga orang dengan menggunakan teknik sampling snow ball. Sedangkan objek penelitian adalah persepsi siswi terhadapa film 5 Cm dengan pendekatan teori persepsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui paradigma interpretif dengan perspektif fenomenologi eksistensial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan dapat diinterpretasikan berdasarkan pandangan, pemahaman dan pemaknaan dari pengalaman personal secara sadar dan langsung dari ketiga informan Pengalaman personal yang berbeda dan hambatan yang dihadapi namun tetap bisa menjalin keefektifan komunikasi dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. Keefektifan komunikasi ini didukung oleh pandangan dan pemahaman tentang karakter dan kemampuan anak berkebutuhan khusus dengan komunikasi antar pribadi yang baik, penerapan komunikasi verbal, komunikasi nonverbal serta paralinguistik dalam aktivitas mengajar anak berkebutuhan khusus.

Kata Kunci:

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Perkembangan teknologi informasi kini berjalan begitu pesat dengan

ditemukannya berbagai macam sarana informasi seperti alat cetak, radio, televisi

hingga internet. Semua itu bertujuan untuk menunjang keinginan manusia untuk

mendapatkan suatu informasi yang dapat mereka gunakan untuk berbagai

kepentingan yang sifatnya mendasar. Semakin pesatnya kemajuan teknologi

informasi menimbulkan perkembangan untuk membangun dunia secara universal.

Hal ini menyebabkan terbentuknya komunikasi massa yang merupakan suatu tipe

komunikasi yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Komunikasi

massa dapat dipahami sebagai komunikasi yang menggunakan media massa untuk

menyampaikan pesan.

Dari komunikasi massa terdapat istilah media massa. Media massa merupakan

saran komunikasi massa di mana terjadinya proses penyampaian pesan, gagasan atau

informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak dengan menggunakan

alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Media massa dapat

mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang serta secara perlahan dapat

membentuk pandangan seseorang terhadapa suatu hal. Setia jenis media massa

memiliki pengaruh yang berbeda. Salah satu jenis media massa yang cukup efektif

adalah film.

Film juga merupakan bentuk pesan yang terdiri dari berbagai tanda dan

simbol yang membentuk sebuah sistem makna sehingga bisa diinterpretasikan oleh

orang secara berbeda-beda, tergantung kepada referensi dan kemampuan berpikir

orang tersebut. Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang

merefleksikan realitas atau bahkan membentuk realitas. Film mengkomunikasikan

pesan dari pembuat film (film maker) kepada penonton (audience). Yang

(11)

perkembangan perfilman juga terjadi di Indonesia dengan munculnya berbagai genre

yang meramaikan variasi perfilman. Akhir tahun 2012 lalu perfilman Indonesia

diramaikan oleh film-film tentang drama baik tentang persahabatan ataupun tentang

percintaan. Seperti f serta film terbaru Rizal Mantovani yang

berjudul 5CM. Film berjudul sama 5CM ini menceritakan persahabatan antara lima

pemuda yang bernama Genta (yang diperankan Fedi Nuril), Arial (diperankan Denny

Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian diperankan oleh (Igor

Saykoji). Film ini bisa dibilang menuai hasil yang luar biasa, penonton yang selalu

membludak di setiap penayangannya di berbagai kota dengan 1.401.064 penonton

Film ini berhasil menembus rekor layar terbanyak di Indonesia selama kurun waktu

sejarah perfilman. Sebanyak 220 layar untuk penayangan film ini yang tersebar di

berbagai kota dan bioskop. Informasi ini diperoleh dari akun twitter resmi film ini di

@5cmthemovie

Secara keseluruhan film 5CM ini merupakan film yang sangat menarik

karena selain sarat akan pesan moral dan nilai-nilai sosial juga memiliki kekuatan

untuk memotivasi penonton agar percaya pada kekuatan mimpi. Persahabatan yang

begitu berharga bagi diri mereka. Sahabat merupakan salah satu anugerah terindah

yang pernah ada di dalam dunia kita seseorang, pasti akan membutuhkan teman yang

bisa berbagi di saat susah maupun senang. Sahabat memiliki peran yang bisa

membuat hidup menjadi lebih berwarna dan membantu memecahkan permasalahan

yang dihadapi atau hanya sekedar membicarakan masalah pekerjaan atau kehidupan

yang ada di sekitar kita. Sahabat akan berbagi cerita yang lucu dan bisa membuat

kedekatan dengan sahabat.

Film 5CM mengangkat tema tentang persahabatan karya Donny Dhirgantoro

ini merupakan salah satu film best seller yang banyak menginspirasi para pembaca

dan penonton. Film yang sadar akan nilai-nilai kehidupan adapun nilai-nilai yang

terkandung dalam persahabatan diantaranya adalah nilai nasionalisme dan nilai

kemanusiaan. Selain memaparkan nilai-nilai kehidupan dapat diraih meskipun

(12)

mampu mengubah diri seseorang menjadi manusia yang lebih memaknai hidup dan

masih tetap berjuang meskipun dihadapkan pada kesulitan-kesulitan di dalam

kehidupan. Judul film ini sangat unik dan pendek tapi memiliki cerita yang sangat

menyentuh

ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan

bujukan atau persuasi yang besar.

Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menujukkan bahwa sebenarnya

film sangat berpengaruh. Sebagai contoh pada film 5CM, film ini mendorong

meningkatnya aktivitas pendakian gunung. Bagus untuk mengundang khalayak

menikmati keindahan negeri ini untuk mendorong orang agar lebih mencintai negeri

ini dengan menyesap keindahan sudut-sudutnya, menikmati langit biru, hamparan

hijau hutan bak permadani dan penduduknya yang murah senyum. Kemudian

menyuguhkan pesan-pesan bijak nasionalisme yang bertebaran sepanjang film.

Walaupun kadang pesan-pesan nasionalisme itu membuat terasa sedikit berlebihan.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan masing-masing sebagai

makhluk sosial manusia memiliki naluri dalam bergaul dengan sesamanya. Pada

hakikatnya manusia makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Salah satunya

perilaku komunikasi di mana manusia selalu memiliki keinginan untuk bergabung

dengan manusia untuk bicara, tukar-menukar gagasan mengirim dan menerima

informasi berbagai pengalaman. Komunikasi merupakan kebutuhan sosial yang

mendorong manusia untuk menjalin hubungan yang bermakna dengan orang lain

yang dinamakan hubungan interpersonal. Kebutuhan akan hadir orang lain

mendorong manusia untuk hidup dalam kelompok untuk melakukan interaksi yang

tidak sekedar pertukaran informasi namu menjalin hubungan dekat. Interaksi sosial

seseorang dengan yang lainnya kemudian menghasilkan sebuah hubungan. Menurut

Littlejohn menyebutkan bahwa hubungan merupakan sejumlah harapan yang dua

orang miliki bagi perilaku mereka didasari pada pola interaksi di antara mereka.

Verderberg (2007) menggolongkan dengan siapa kita berhubungan sebagai kenalan,

(13)

Hubungan berawal dari sebuah perkenalan, kemudian karena perjalanan

waktu kenalan bisa menjadi teman kita. Namun seseorang bisa mempunyai kenalan

yang tidak terbatas jumlahnya dan banyak teman, tetapi ia hanya mempunyai

sejumlah kecil teman yang benar akrab. Sejumlah kecil teman akrab kemudian

terbentuk menjadi sebuah kelompok kecil yang diikat dengan janji persahabatan.

Kehidupan kelompok sosial bersama teman akrab akan terjadi satu ikatan

persahabatan yang bersifat timbal balik dalam suatu pola hubungan yang dinamakan

hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal merupakan arti luas dan interaksi

dilakukan oleh seseorang dalam segala situasi dalam bidang kehidupan dan

menimbulkan bahagian dan kepuasan hati pada kedua belah pihak. Manusia pada

awalnya lahir dalam kelompok yaitu keluarga, di mana kelompok ini disebutkan

sebagai salah satu dari jenis kelompok kecil yang paling berkesan bagi setiap

individu.

Persahabatan ini menyediakan suatu system kompleks tempat yang merasa

aman dan mendapat dukungan atau di dukung. Tambahn pula, dengan teman dapat

menyatakan bagian lain dari diri kita dan memperoleh variasi rangsangan berfikir

yang lebih luas, lebih dari pada hanya berhubungan dengan pasangan kita atau dalam

keluarga, persahabatan juga menupuk hubungan dengan orang lain menjadi lebih

akrab (Prihatono, 1992: 5). Persahabatan yang positif , indah dan bermanfaat bagi

semua pihak yang terlibat memang sudah pada tempatnya berlangsung dalam seumur

hidup.

Film memerlukan khalayak yang besar karena dapat menjadi sumber

pendapatan utama dan karena kontrol pemerintahan selalu mengancam, para produser

berusaha tidak menyinggung perasaan siapa pun. Mereka memang membuat aneka

film tentang kenakalan remaja, skandal asmara, pemisahan rasial, kejahatan dan

kesehatan mental namun mereka berusaha tidak menyinggung kepentingan siapa pun.

Committee on Un-American Activities Congres di tahun 1947 melakukan serangkaian

dengar pendapat untuk memastikan benar-tidaknya film digunakan sebagai media

(14)

Orang terpesona oleh film, sejak awal penciptaan teknologi film itu meski

gambar saat itu tak lebih dari gambar putus-putus dan goyang-goyang di tembok

putih. Nonton film ini masih merupakan pengalaman yang mengasyikkan

pengalaman yang tidak diperboleh melalui media lain. Bicara mengenai film tidak

terlepas dari penonton, film selalu saja ingin sesuatu yang baru karena itu para

pemilik gedung bioskop harus berusaha sedemikian rupa untuk menarik orang masuk

ke dalam gedung bioskopnya kemudian membuat mereka betah di dalamnya. Para

penonton seakan-akan mengalami secara benar-benar apa yang terjadi di atas layar,

mereka seakan-akan berada di tengah-tengah peristiwa yang sedang terjadi. Ilusi ini

ditambah lagi dengan suatu sistem suara stereofoni sehingga suara-suara yang

dikeluarkan di atas film keluarnya pada tempat sumber-sumber suara itu sedang

berada.

Film sebagai salah satu unsur komunikasi massa rupanya telah dimanfaatkan

oleh salah seorang tokoh pergerakan bernama Dokter Adnan Kapau Gani (A.K. Gani)

hal ini ditandai tokoh yang amat popular ini terjun langsung dalam dunia perfilman di

tahun 1940. Pada saat itu Republik ini masih dijajah oleh Belanda, tapi masa itu

tokoh-tokoh pergerakan yang ingin mencapai Indonesia Merdeka makin

meningkatkan kegiatannya(Twh, 1992: 147). Hal ini disebabkan oleh betapa tidak

teraturnya sesuatu jika masing-masing personal tim bekerja sesuai persepsinya

sendiri. Film ini banyak menginspirasikan kalangan muda di zaman sekarang

Berdasarkan uraian diatas, penelitin tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai

Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan Tentang Persahabatan dalam Film 5 CM.

1.1Fokus Masalah

(15)

Sedangkan yang dimaksud dengan persepsi pada penelitian ini diambil dari sudut

padangan komunikasi yaitu persepsi merupakan pengalaman tentang objek peristiwa

atau hubungan yang di peroleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan(Rakhmat, 2005: 51).

1.2Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup dapat lebih jelas, terarah

serta tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti

adalah:

1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, bertujuan memberikan

gambaran atau menggunakan studi analisis persepsi siswi SMA Swasta Mulia

Medan tentang persahabatan dalam film 5CM

2. Penelitian ini terbatas hanya pada orang-orang yang pernah menonton film

5CM.

3. Penelitian ini akan mulai dilakukan pada bulan Oktober 2013 hingga selesai.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai

berikut: Bagaimana Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan tentang persahabatan

dalam film 5CM, Jalan Kenangan Sari No.33 Tanjung Sari medan.

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan pendapat siswi SMA Swasta

Mulia Medan tentang persahabatan dalam film 5CM.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsis siswi SMA Swasta Mulia

Medan tentang persahabatan dalam film 5CM.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan bagi mahasiswa

(16)

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur penelitian

Persepsi Siswi Mulia Medan tentang persahabatan dalam Film 5CM sebagai

salah satu perspektif dalam paradigma interpretif penelitian ilmu komunikasi.

3. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan bagi pihak–pihak yang membutuhkan pengetahuan yang

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian

Interaksionisme simbolik merupakan salah satu varian dari paradigma

interpretif. Pendekatan interpretif berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan

tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan

pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretif diadopsi dari orientasi praktis.

Secara umum pendekatan interpretatif merupakan sebuah sistem sosial yang

memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. Interpretif melihat fakta

sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai

esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat fakta sebagai hal yang cair

(tidak kaku) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretif.

Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan netral. Fakta merupakan tindakan yang spesifik

dan kontekstual yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi

sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial mengandung ambiguisitas yang besar.

Perilaku dan pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat

dinterpretasikan dengan berbagai cara

Perspektif adalah cara pandang kita terhadap sudut pandangan kita. Cara kita

memandang atau pendekatan yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan dan

menentukan pengetahuan yang kita gunakan. Perpektif yang kita gunakan

menghasilkan perbedaan yang besar dalam komunikasi. Kita bisa mengamati

menghadapin maupun menyelesaikan suatu permasalah dengan pikiran kita yang

terbuka dan netral.

Nilai perspektif kita tidak terletak dalam nilai kebenarannya atau seberapa

baik ia mencerminkan realitas yang ada. Semua perspektif yang dapat diperoleh

adalah benar dan mencermi realitas walapun setiap perspektif pada tahap tertentu

kurang lengkap dan didistorsi. Jadi intinya adalah upaya mencari perspektif yang

dapat memberikan kepada kita konseptualisasi realitas yang paling bermanfaat bagi

(18)

Salah satu dari banyak hal yang sangat memengaruhi dan membentuk ilmu

dan teori adalah paradigma (paradigma). Thomas Khun dikenal sebagai orang

pertama yang mempopulerkan istilah paradigma ini. Paradigma atau dalam bidang

keilmuan sering disebut sebagai perspektif (perspective), terkadang disebut mazhab

pemikiran (school of thought) atau teori. Paradigma secara sederhana dapat diartikan

sebagai kaca mata atau cara pandang untuk memahami dunia nyata. Dalam hal ini,

Patton Mulyana, 2002: 9 berpendapat bahwa:

“A paradigm is a world view, a general perspective, a way of breaking down the complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigms tell them what is important, legitimate, and reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of long existential or epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength in that it makes action possible, their weakness in that the very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of the paradigm”.(“Paradigma adalah suatu pandangan dunia,

suatu perspektif yang umum, suatu cara mematahkan kompleksitas dalam

dunia nyata. Dengan demikian, paradigma sangat tertanam dalam sosialisasi pengikut dan praktisi: paradigma memberitahu mereka apa yang penting, sah, dan masuk akal. Paradigma juga normatif, memberitahu praktisi apa yang harus dilakukan tanpa perlu pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang. Tapi itu adalah aspek paradigma yang merupakan kedua kekuatan dalam membuat tindakan yang mungkin, kelemahan mereka bahwa alasan untuk tindakan tersembunyi dalam asumsi diragukan paradigma")

Paradigma penelitian kualitatif adalah model penelitian ilmiah yang meneliti

kualitas-kualitas objek penelitian seperti misalnya; nilai, makna, emosi manusia,

penghayatan religius, keindahan suatu karya seni, peristiwa sejarah, simbol-simbol

atau artefak tertentu. Paradigma sangat penting perannya dalam memengaruhi teori,

analisis maupun tindak perilaku seseorang. Secara tegas boleh dikatakan bahwa pada

dasarnya tidak ada suatu pandangan atau teori pun yang bersifat netral dan objektif,

melainkan salah satu di antaranya sangat tergantung pada paradigma yang digunakan.

Karena menurut Thomas Khun (dalam Mulyana, 2002: 10) paradigma

menentukan apa yang tidak kita pilih, tidak ingin kita lihat, dan tidak ingin kita

ketahui. Paradigma pula yang memengaruhi pandangan seseorang apa yang baik dan

(19)

sesuatu realitas sosial yang sama, atau membaca ayat dari suatu kitab suci yang

sama, akan menghasilkan pandangan, penilaian, sikap dan perilaku yang berbeda

pula. Perbedaan ini semuanya dikarenakan perbedaan paradigma yang dimiliki, yang

secara otomatis memengaruhi persepsi dan tindak komunikasi seseorang(Ulfa, 2013:

11).

Suatu pemahaman dapat dibangun oleh manusia, diantaranya adalah yang

diamati menjadi konsep pengamatan dan mengetahui kebenaran yang mutlak karena

pembahasan kita adalah manusia dalam batasan permasalahan. Komunikasi

mengalami perkembangan yang luar biasa dalam perubahan hidup manusia.

Munculnya televisi dan internet merubah pola perilaku manusia, perubahan sosial

yang member pengaruh pada pesan komunikasi yang disampaikan. Masyarakat aktif

mengubah makna dan dampak informasi yang mereka terima lewat media. Perspektif

ini yang mengarahkan penelitian dalam cara melihat dan mengunakan, mengamati

kenyataan akan menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Penelitian mengkaji

mengenai permasalahan Persepsi Siswi SMA Swasta Mulia Medan tentang

persahabatan dalam film 5CM.

Paradigma harus disampaikan dengan pesan dengan sengaja dan pesan harus

diterima. Jika pesan tidak diterima tidak ada komunikasi dan proses komunikasi

maka yang akan terjadi kajian paradigma. Misalnya seseorang teman melambai pada

anda tapi anda tidak melihat, bukan komunikasi yang menjadi kajiannya, karena anda

selaku komunikan tidak menerima pesan itu. Tidak ada komunikan karena tidak ada

komunikasi proses komunikasi antara anda dan teman anda. Komunikasi harus

mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, mau disengaja ataupun

tidak. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan tidak harus disampaikan dengan

sengaja tapi harus diterima. Paradigma ini relatif tidak mengenal istilah komunikasi

penerima, biasanya dalam penggambaran model pada dua titik pelaku komunikasi

dimana sebagai komunikator mengingat bahwa keduanya punya peluang untuk

menyampaikan pesan disengaja atau tidak yang dimaknai oleh pihak lainnya

(20)

2.2 Uraian Teoritis

2.2.1 Interaksionisme Simbolik

Pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh

penafsiran, situasi, peristiwa dan tidak memiliki pengertian sendiri. Interaksi simbolik

menjadi paradigma konseptual melebihi, dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi,

motivasi yang tidak disadari, kebetulan, situasi sosial ekonomi, kewajiban peran,

resep budaya, mekanisme pengawasan masyarakat atau lingkungan fisik lainnya.

Faktor tersebut sebagai konstrak yang digunakan para ilmuwan sosial dalam

usahanya untuk memahami dan menjelaskan perilaku (Moleong; 2002: 11). Manusia

dapat mengetahui keadaan yang melatarbelakangi tindakan sosial, menujuk kepada

sifat khas dari diri manusia, manusia saling mengerti satu sama lain atau

mendefinisikan tindakannya.

Interaksionisme simbolik adalah salah satu model penelitian budaya yang

berusaha mengungkap realitas perilaku manusia. Falsafah dasar interaksionisme

simbolik adalah fenomenologi. Model penelitian ini pun mulai bergeser dari awalnya,

jika semula lebih mendasarkan pada interaksi kultural antar personal, sekarang telah

berhubungan dengan aspek masyarakat dan atau kelompok. Perspektif interaksi

simbolik berusaha memahami budaya lewat perilaku manusia yang terpantul dalam

komunikasi. Interaksi simbolik lebih menekankan pada makna interaksi budaya

sebuah komunitas (http://viviomochi.blogspot.com).

Interaksi antar individu, diantaranya oleh penggunaan simbol-simbol,

interpretasi atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari

tindakan masing-masing. Interaksionisme simbolik berorientasi pada prinsip bahwa

orang–orang merespon makna yang mereka bangun sejauh mana mereka berinteraksi

satu sama lain. Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu

saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial bahkan ia juga menjadi instrumen

penting dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang

(21)

Penganjur teori ini tidak boleh menolak adanya kenyataan bahwa terdapat

dorongan untuk makan dan bahwa ada definisi kultural tentang bagaimana, apa dan

bila mana seseorang harus makan. Kita contoh kan sebagai film 5CM, siswi SMA

Swasta Mulia Medan menonton film 5CM dan mengambil makna dari sisi film, ada

yang menolak dan ada yang menerima dari sisi film tersebut. Setiap individu pasti

memiliki arti yang berbeda atau tanggapan dalam film 5CM. Penafsiran bukan

tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia.

Orang menafsirkan sesuatu dengan bantuan orang lain seperti masa lalu,

keluarga, pemeran di televisi dan pribadi-pribadi yang ditemukan dalam latar tempat

meraka bekerja atau bermain, namun orang lain tidak melakukan untuk diri mereka.

Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial yang tentu saja dipengaruhi

oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrumen penting dalam

produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang memengaruhi

mereka (http://www.makalahkuliah.com)

Penggunaan simbol- simbol interaksi manusai dijembatani dan kepastian

makna dari tindakan orang lain. Bukan hanya sekedar sebagai model

stimulus-respons, interaksi simbolik mengacu pada dampak simbolik interaksi manusia,

perilaku tersebut tertutup dalam proses berfikir dan melibatkan makna dan simbolik

sehingga perilaku terbuka, perilaku yang aktual dilakukan oleh aktor. Di lain sisi,

seorang aktor juga akan memikirkan bagaimana dampak yang akan terjadi sesuai

dengan tindakan.

Tindakan yang dihasilkan dari pemaknaan simbol dan makna yang merupakan

karakteristik khusus dalam tindakan sosial itu sendiri dan proses sosialisasi untuk

dapat melihat adanya interaksi sosial yaitu dengan melihat individu berkomunikasi

dengan komunitasnya dan akan mengeluarkan bahasa-bahasa kebiasaan atau

simbol-simbol baru yang menjadi objek penelitian para peneliti budaya. Interaksi tersebut

dapat terlihat dari bagaimana komunitasnya, karena dalam suatu komunitas terdapat

suatu pembaharuan sikap yang menjadi suatu trend yang akan dipertahankan,

(22)

simbolik juga dapat menjadi suatu alat penafsiran untuk menginterpretaskan suatu

masalah atau kejadian.

Blumer mengemukakan tiga prinsip dasar interaksionisme simbolik yang

berhubungan dengan meaning, language dan thought. Premis ini kemudian mengarah

pada kesimpulan tentang pembentukan diri seseorang (person’s self) dan

sosialisasinya dalam komunitas yang lebih besar

1. Meaning (makna) Mengawali teorinya dengan premis bahwa perilaku

seseorang terhadap sebuah objek atau orang lain ditentukan oleh makna yang

dia pahami tentang objek atau orang tersebut.

2. Language (bahasa) Seseorang memperoleh makna atas sesuatu hal melalui

interaksi Sehingga dapat dikatakan bahwa makna adalah hasil interaksi sosial.

Makna tidak melekat pada objek melainkan dinegosiasikan melalui

penggunaan bahasa. Bahasa adalah bentuk dari simbol. Oleh karena itu, teori

ini kemudian disebut sebagai interaksionisme simbolik.

3. Thought (pemikiran) Proses interaksionisme simbolik menjelaskan proses

berpikir sebagai inner conversation, Mead menyebut aktivitas ini sebagai

minding. Secara sederhana proses ini menjelaskan bahwa seseorang

melakukan dialog dengan dirinya sendiri ketika berhadapan dengan sebuah

situasi tersebut. Untuk bisa berpikir maka seseorang memerlukan bahasa dan

harus mampu untuk berinteraksi secara simbolik. Bahasa adalah software

untuk bisa mengaktifkan mind. Yang terpenting dari teori interaksi simbolik,

orang yang berpengaruh dalam kehidupan kita, lalu orang lain yang merasa

anda lain dalam cara penampilan dan tata cara berpakaian dari segi sikap dan

di generalisasikan dalam bentuk perilaku setelah perilaku orang lain.

Para pemikir dalam tradisi teori interaksionisme simbolik dibagi menjadi dua

yaitu aliran Iowa dan aliran Chicago. Namun kali ini, akan dibahas mengenai aliran

Chicago yang banyak melakukan pendekatan interpretif berdasarkan rintisan

(23)

Dalam karyanya Mind, Self and Society, Mead menggarisbawahi tiga konsep

kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksionisme

simbolik yang saling mempengaruhi satu sama lain, dimana pikiran manusia (mind)

dan interaksi sosial (self) digunakan untuk menginterpretasikan dan memediasi

masyarakat (society). Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara

konstan mencari “petunjuk” mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam

konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan

oleh orang lain. Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita pada interaksi

antar individu dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk mengerti apa yang

orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu.

Menurut KJ Veeger yang mengutip pendapat Herbert Blumer, teori

interaksionisme simbolik memiliki beberapa gagasan. Di antaranya adalah mengenai

Konsep Diri. Menurut Rogers bahwa konsep diri merupakan pandangan seseorang

tentang dirinya sendiri. Akan tetapi pandangan tersebut tumbuh dari pengalaman

bersama dengan orang lain dari hari ke hari. Jika seorang anak diberitahu bahwa ia

cantik, pintar dan rajin, maka mereka akan mengembangkan konsep diri yang positif.

Kondisi yang berbeda akan dijumpai pada anak yang diberitahu bahwa mereka jelek,

bodoh dan pemalas. Pada kondisi demikian, perasaan negatif pada diri anak akan

muncul dan ke depan ia akan tumbuh dengan konsep diri yang buruk

Teori interaksi simbolik didasarkan pad ide-ide mengenai diri dan

hubungannya dengan masyarakat. Bukan hanya hubungan dengan masyarakat lebih

luas lagi teori ini mengenai hubungan diri dan keluarga. Ralph Larossa dan Donald

C.Reitzes (dalam West dan Turner, 2008: 98) mengasumsikannya dalam tiga tema

besar:

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia

Sebagai makhluk sosial manusia pasti memerlukan bantuan orang lain dalam

kehidupannya di samping itu yang dilakukan manusia adalah untuk memperoleh

(24)

tidak akan mungkin timbul makna yang sama. Perilaku manusia dalam asumsi ini

ditandai oleh tiga hal, yaitu:

“manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang

diberikan orang lain kepadanya, makna diciptakan dalam interaksi antara

manusia dan makna dimodifikasi proses interpretif (Herbert Blummer dalam

West dan Turner; 2008: 99).”

2. Pentingnya konsep mengenai diri

Ciri-ciri fisik seseorang, talenta, keadaan emosi, nilai, keterampilan,

intelektualitas dan keterbatasan sosial membentuk konsep diri dari seseorang. Setiap

orang harus mengenal jelas konsep dirinya, karena jika seorang individu tidak

mengetahui konsep dirinya maka dia akan mudah terpengaruh dengan keadaan

sekitarnya. LaRossa dan Reitzes memiliki dua asumsi tambahan, diantaranya:

“ Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan

orang lain dan konsep diri memberikan motif yang penting untuk

berlaku(LaRossa dan Reitzes dalam West dan Turner; 2008: 101)”.

3. Hubungan antara individu dengan masyarakat

Merupakan bagian terakhir dari teori interaksionisme simbolik dan

merupakan hubungan antara kebebasan individu dan batasan sosial. Di mana dalam

bagian ini kerja sama, komunitas dihargai sangat tinggi dan kolektivitas lebih penting

dari individu. Selain itu hal lain yang penting dalam hal ini manusia adalah

pembuatan pilihan dan struktur sosial dihasilkan oleh interaksi sosial. Dua asumsi

yang berkaitan dengan tema ini, diantaranya:

Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial dan struktur sosial

dihasilkan melalui interaksi sosial (West dan Turner; 2008: 103).

Setiap manusia pasti memerlukan bantuan orang lain dan setiap manusia

memiliki cara masing-masing untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya.

Interaksi inilah yang kemudian akan menjawab apakah sama pemaknaan yang

(25)

kemudian akan mengembangkan konsep dirinya di dalam kelompok-kelompok yang

dimasukinya. Kemudian interaksi yang dilakukan manusia di dalam kelompoknya

dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial yang kemudian melalui interaksi sosial

akan menghasilkan struktur sosial.

2.2.2 Komunikasi Kelompok Kecil

Pemikiran dari sekelompok orang akan lebih besar kualitasnya dari pada

sendiri. Kita sering kali menjumpai kelompok studi di kampus. Hal itu membuat

salah satu bentuk tipe komunikasi kelompok kecil. Kelompok kecil bisa disebut

sebagai kumpulan individu dengan jumlah anggota yang kecil memungkinkan semua

orang bisa berkomunikasi secara mudah baik secara sumber penerima informasi.

Komunikasi kelompok kecil terdiri atas beberapa orang yang bekerja sama untuk

mencapai tujuan bersama. Penelitian mengenai kelompok kecil berfokus pada

kelompok kerja, berlawanan dengan pertemanan dan kelompok keluarga dalam

konteks interpersonal. Ada perdebatan mengenai jumlah orang yang membentuk

kelompok kecil. Beberapa penelitian berpendapat bahwa jumlah maksimal dalam

kelompok kecil adalah lima sampai tujuh orang, sementara yang lain tidak

memberikan batasan jumlah. Tetapi hampir semuanya setuju bahwa paling tidak

harus ada tiga orang dalam sebuah kelompok kecil (Schultz; 1996: 19). Konteks

kelompok kecil memberikan kesempatan pada individu untuk mendapatkan berbagai

perspektif terhadap satu persoalan. Maksudnya dalam konteks intrapersonal hanya

terdapat sudut pandang individu sedangkan dalam konteks interpersonal terdapat

banyak sudut pandang. Konteks kelompok kecil terdiri atas individi–individu yang

memiliki peran (role) berbeda.

Komunikasi kelompok kecil (small group communication) merupakan proses

komunikasi antara tiga orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka. Dalam

kelompok anggota berinteraksi satu sama lain. Komunikasi ini banyak di kalangan

sebagai pengembangan dari komunikasi antarpribadi. Peran posisi masing-masing

anggota kelompok dan relasi mereka dengan kelompok. Peranan ini sangat beragam,

(26)

sebagainya. Bekerja dalam kelompok kecil telah menjadi fakta dalam kehidupan

masyarakat. Sering kali tampaknya kita tidak dapat pergi ke mana pun tanpa adanya

kecenderungan akan terbentuknya kelompok kecil. Mulai dari kelompok belajar

hingga kelompok kerja dan kelompok dukungan, pengalaman dalam kelompok kecil

adalah pengamalan yang ada di mana-mana. Setiap orang pasti pernah menjadi

anggota dari suatu kelompok. Sehingga kelompok terdiri dari beberapa orang dengan

gagasan, keahlian dan minat yang berbeda-beda. Masalah yang dihadapi kelompok

tersebut juga berlainan. Setiap kelompok mempunyai masalah yang harus di

selesaikan dan harus menentukan cara pemecahkan terbaik idealnya dengan

memanfaatkan sumber daya yang berasal dari semua anggotanya.

Kelompok kecil didefinisikan sebagai kumpulan individu yang saling

mempengaruhi, berinteraksi untuk tujuan tertentu, memperoleh kepuasan dari

mempertahankan keanggotaan kelompok, melakukan peranan khusus, saling

bergantung satu sama lainnya dan melakukan komunikasi berhadapan. Komunikasi

merupakan suatu proses tatap muka yang diantaranya anggota kelompok yang jumlah

anggotanya sendiri tidak dapat dipastikan jumlahnya bahkan lebih dari 50 orang

masih dapat disebut sebagai komunikasi kelompok kecil. Komunikasi kelompok kecil

dianggap sebagai komunikasi secara tatap muka atau secara langsung antara tiga

orang, di mana anggota berinteraksi satu sama lain, tidak ada batas yang menentukan

secara tegas berapa orang. Komunikasi kelompok kecil mengarah pada kesan yang

didapatkan oleh masing-masing anggota kelompok baik yang timbul dari pertanyaan

atapun tanggapan selama pertemuan berlangsung.

Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa tujuan kelompok kecil,

bagaimanapun juga tidak terbatas pada memecahkan masalah. Setiap orang

merupakan anggota beberapa kelompok kecil secara bersamaan. Kelompok pertaman

dan yang paling nonformal adalah kelompok primer, unit sosial mendasar tempat kita

yang pertama. Teman–teman masa kecil kita merupakan kelompok kecil lainnya.

Anggota kelompok primer kemudian diperluaskan menjadi kelompok biasa atau

(27)

terhadap cara berfikir dan berperilaku di kemudian hari seringkali cukup berarti.

Kadang anggota kelompok primer dan kelompok sosial memecahkan masalah

bersama-sama tetapi kebanyakan komunikasi mereka berlangsung secara spontan dan

nonformal. Cepat atau lambat, kebanyakan orang akan menjadi anggota kelompok

kerja. Mereka mempunyai tujuan spesifik yang harus dicapai, yang seringkali

berkaitan dengan konteks suatu pekerjaan. Keanggotannya mungkin diperlukan

berdasarkan pekerjaanya dalam suatu organisasi berdasarkan minat perseorangan

dalam kelompok tersebut. Bila anggota kelompok kerja dapat mengalami resiko lebih

banyak teguran atau bahkan kehilangan pekerjaan bila mereka tidak berperan serta.

2.2.2.1 Persahabatan

Persahabatan merupakan hubungan pertemanan yang lebih akrab. Sahabat

adalah sesuatu yang paling berharga dalam hidup ini. “We never can forgotten our

friends” (Kita tidak pernah dapat melupakan sahabat-sahabat kita), Buku Who

Friendship Hurts meneliti dan menulis mengenai persahabatan dan menyaksikan

minat untuk belajar mengenai persahabatan meningkatkan. Dari topik yang jarang

dibahas oleh para psikologi, psikiatris dan sosiologi yang lebih sering berfokus pada

hubungan antar anak-orang tua dan antara suami-istri, artikel mengenai persahabatan

sekarang ini merupakan sajian pokok banyak majalah dan surat kabar harian di

berbagai situs internet juga terdapat banyak sekali buku mengenai hubungan indah

antar teman yang kita kenal sebagai persahabatan.

Persahabatan memang telah ditemukan kembali. Manfaatnya tentu saja

didukung oleh banyak peneliti melalui anekdot dan contoh-contoh dan juga melalui

berbagai studi kualitatif dan kuantitatif oleh berbagai psikolog yang menemukan

korelasi antara memiliki sahabat walaupun hanya seorang dengan meningkatnya

harapan hidup, kesehatan mental yang lebih baik serta kesempatan yang lebih besar

untuk bisa sembuh dari penyakit apapun (Yager, 2006: 2). Ada yang bilang sahabat

itu adalah teman yang benar-benar dekat sampai tahu hal-hal kecil tentang kita. Ada

juga yang bilang sahabat itu kalau ke mana-mana selalu bareng. Tetapi salah satu

(28)

mana suatu saat ketika teman dapat masalah, mengatasi masalahnya sendiri agar

teman tersebut tumbuh lebih matang dan mandiri.

Tapi ketika ditanya tentang sahabat yang berhubungan dengan keluarga,

pendidikan dan lain-lain bingung jawabnya. Dari situ berpikir, apakah ini sahabat

yang baik?. Walaupun sangat banyak definisi tentang persahabatan, pada hakekatnya

persahabatan memiliki empat elemen dasar (Yager, 2006: 17).

a. Persahabatan adalah hubungan antara paling sedikit dua orang yang tidak

terikat hubungan darah.

b. Persahabatan bersifat sukarela

c. Persahabatan tidak memiliki dasar kontrak hukum/legal

d. Persahabatan bersifat timbal balik.

Teman bukanlah orang yang dekat dengan kita secara seksual atau bukan juga

kekasih karena hubungan yang ada akan menjadi lebih baik dari sekedar

persahabatan. Karena orang menganggap sahabat adalah orang yang bisa melihat kita

dari hati ke hati, bukan karena tampang, materi, latar belakang, pendidikan dan

lain-lain. Sahabat lebih sebagai pemberi masukan dan penerima keluh kesah bukannya

orang yang nggak peduli dan nggak mau tahu, tapi persahabatan bukan dinilai dari

sedalam apa kita tahu tetek bengek orang tersebut, melainkan sedalam apa kita

memahami orang tersebut. Kehidupan saling bergantungan, membutuhkan dan

janganlah meremehkan atau mencemooh siapa pun sekalipun terhadap orang yang

tidak suka atau tidak peduli kepada kita.

Berikut adalah harapan yang biasanya timbul mengenai teman dekat (Yager,

2006: 19).

a. Seorang teman dekat adalah seseorang yang membuat anda bisa menjadi

diri sendiri ketika berada di dekatnya (ungkapan pria usia 45 tahun, staf

(29)

b. Seorang teman dekat adalah seseorang yang anda bisa andalkan pada saat

anda membutuhkan sesuatu (ungkapan pria usia 36 tahun, professor

sebuah lembaga pendidikan)

c. Seorang teman dekat adalah seseorang yang mampu mendengar anda

tanpa menghakimi, yang tidak pernah menyela atau menceritakan masalah

yang dia hadapi ketika anda sedang bercerita tentang masalah anda, dia

tidak bergosip (wanita usia 44 tahun, pengusaha).

Dari ungkapan di atas sahabat karib idealnya adalah memiliki kriteria yang

dibutuhkan untuk menjadi teman dekat tetapi dengan perbedaan, paling utama teman

sejati. Ada banyak pendapat mengenai persahabatan termasuk rasa saling percaya

diri, empati, kejujuran, kerahasiaan, kebersamaan dan lain-lain. Melakukan aktivitas

dan tempat curahkan isi hati sahabat yang selalu saja bisa diandalkan dan ada di

samping kita saat membutuhkannya walau hanya sekedar mendengarkan dengan baik.

Seorang teman adalah seseorang yang anda sukai dan menyukai anda, dan orang yang

memiliki kehangatan hubungan dengan anda. Penting untuk diingatkan bahwa istilah

umum ”teman” dibagi dalam tiga kategori berdasarkan pada tingkat keakraban: biasa,

dekat dan akrab (Yager, 2006: 18). Jumlah anggota kelompok yang sedikit membuat

hubungan antara pribadi individu menjadi kuat dan erat. Hal ini disebabkan karena

komunikasi antar pribadi yang sering dilakukan dan juga intesitas pertemuan yang

rutin. Oleh karena itu, kohesivitas kelompok menjadi tinggi. Kedekatan hubungan

dalam kelompok persahabatan yang kompak tampak dalam pesan-pesan atau respon

non-verbal mereka.

2.2.3 Komunikasi Massa

Istilah komunikasi atau bahasa inggris communication berasal dari kata Latin

communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini

maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi,

misalnya dalam bentuk percakapan maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung

selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa

(30)

makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna

yang dibawakan oleh bahasa itu (Effendy, 2005: 9).

Komunikasi merupakan aktivitas yang amat penting dan tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan makhluk di dunia, terutama manusia. Komunikasi begitu

pentingnya bagi manusia sehingga ada yang menyatakan bahwa tanpa komunikasi

kehidupan manusia tidak mempunyai arti hidup dan tidak dapat bertahan dengan

lama. Manusia mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi sosial dan

mengembangkan kepribadiannya.

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli

komunikasi yang lain yaitu Gerbner. Gerbner dalam Ardianto dan Komala

mengatakan bahwa:“Mass Communication is the technologically based production

and distribution of the most Broadly shared continuous flow of messages in industrial

societies”(Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan

teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki

orang dalam masyarakat industr

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa menghasilkan

suatu produk yang disebarkan. Di distribusikan kepada khalayak luas secara terus

menerus dalam jarak waktu yang tepat. Pada dasarnya komunikasi massa adalah

komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal

perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata (media

komunikasi massa). Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media

massa yakni media tradisional seperti media teknologi (televisi, radio), media cetak

(surat kabar, majalah, tabloid), buku dan film. Dalam perkembangan komunikasi

massa yang sudah sangat modern dewasa ini ada satu perkembangan tentang media

massa yakni ditemukannya internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tak ada,

bentuk media dari definisi komunikasi massa yang memasukkan internet dalam

media massa (Nurudin, 2003: 2).

Keberadaan media masa tergantungan pada media masa yang besar, semakin

(31)

Penggunaan seperangkat alat teknologi dengan sendirinya menyebabkan komunikasi

massa itu membutuhkan biaya relatif besar. Media komunikasi yang termasuk media

massa adalah radio siaran dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik

surat kabar dan majalah yang disebut sebagai media cetak serta media film. Film

sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. Komunikasi massa yang lebih

rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yaitu Gerbner (1967), komunikasi massa

adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus

pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri

(Ardianto, 2004: 4).

Organisasi yang kompleks itu menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam

proses komunikasi massa, mulai dari menyusun pesan sampai pesan diterima oleh

komunikan. Misalnya bila pesan disampaikan melalui media cetak (majalah dan surat

kabar) maka pihak yang terlibat diantaranya adalah pemimpin redaksi, layout man,

editor, korektor. Sedangkan bila pesan disampaikan melalui media elektronik radio

siaran, maka pihak yang teribat diantaranya adalah penyiar dan operator.

2.2.3.1 Film

Menurut sejarah perfilman di Indonesia, film pertama di negeri ini berjudul

“Lely van Java” yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh seorang yang

bernama David. Sampai dengan tahun 1930 masyarakat pada waktu itu telah

dihidangi film-film berikutnya yaitu “Lutung Kasarung” dan film yang disajikan

masih merupakan film bisu dan yang mengusahakannya adalah orang-orang Belanda

dan Cina. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan

kemerdekaannya. Maka dunia perfilman pun ikut berubah. Nippon Eiga Sha

diserahkan secara resmi pada tanggal 6 Oktober 1945 kepada Pemerintah Republik

Indonesia yang dalam serah terimanya dilakukan oleh Ishimoto dari pihak

Pemerintah Militer Jepang kepada R.M.Soetarto yang mewakili Pemerintahan

Republik Indonesia. Sejak 6 Oktober 1945 itu lahirlah Berita Film Indonesia atau

(32)

cerah. Tampaklah kegiatan yang dilakukan para sineas film naisona dalam bentuk

perusahaan film (Effendy,2003: 218).

Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk.

Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang besar.

Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukkan bahwa sebenarnya film

sangat berpengaruh. Film memerlukan khalayak yang besar karena pasar luar negeri

merupakan sumber pendapatan utama dan karena kontrol pemerintahan selalu

mengancam, para produser berusaha tidak menyinggung perasaan siapa pun. Mereka

memang membuat aneka film tentang kenakalan remaja, skandal asmara, pemisahan

rasial, kejahatan dan kesehatan mental namun mereka berusaha tidak menyinggung

kepentingan siapa pun.

Dibanding bentuk seni yang lain, seperti sastra atau rupa, keberadaan film

relatif masih muda. Lebih dari 100 tahun sejak pertama kali dipertunjukkan di akhir

1800-an, namun film telah menunjukkan perkembangan popularitas yang luar biasa.

Di satu sisi ia adalah karya seni mutakhir, di sisi lain ia juga adalah mesin penggerak

ekonomi. Di beberapa negara seperti India, Amerika Serikat, Cina dan kemudian

Korea, film telah menjadi Industri. Film dari negara-negara tersebut bahkan telah

masuk dalam pasar global dan telah menjadi bentuk nyata dari apa yang kemudian

banyak disebut sebagai the creative industry (http://montase.blogspot.com).

Di Indonesia, film pertama kali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di

Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep". Pertunjukkan film

pertama digelar di Tanah Abang. Film yang ditayangkan saat itu adalah sebuah film

dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag.

Pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu

mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk

merangsang minat penonton (Mambor, 2000: 45).

Dalam hal ini orang-orang film pandai sekali menimbulkan emosi penonton.

Teknik perfilman, peralatannya maupun pengaturannya telah berhasil menampilkan

(33)

bioskop penonton menyaksikan suatu cerita yang seolah-olah benar-benar terjadi di

hadapannya (Effendy, 2003: 207). Misalnya film yang saat ini peneliti angkat film

yaitu 5CM, film ini menceritakan tentang persahabatan yang begitu kuat dalam

menghadapi kehidupan yang begitu keras dan menghadapi cita-cita yang mereka

capai.Film ini dapat memotifasikan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

kepercayaan diri yang kuat mimpi yang mungkin sulit di wujudkan atau kekuatan

mimpi itu mengubah diri seseoorang, menjadi manusia yang lebih memaknai hidup

dan masih tetap berjuang meskipun dihadapkan pada kesulitan-kesulitan di dunia.

Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang didepan

kening kamu. Dan sehabis itu yang kamu perlu Cuma kaki yang akan berjalan lebih

jauh dari biasanya, tangan yang berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang

akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas,

Dan kamu akan dikenang sebagai seseorang yang masih punya mimpi dan

keyakinan, bukan Cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan

dikenang sebagai seseorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengerjarnya.

Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu

hanya harus mempercayainya.” (Dhirgantoro 2005: 362).

Menikmati cerita dari film berlainan dengan dari buku. Cerita dari buku

disajikan dengan perantaraan huruf yang berderetan secara mati. Huruf-huruf itu

merupakan tanda dan tanda-tanda ini akan mempunyai arti hanya di dalam alam

sadar. Sebaliknya film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku dalam

cerita yang dipertunjukkan itu dengan jelas tingkah lakunya dan dapat mendengarkan

suara para pelakunya itu beserta suara-suara lainnya yang bersangkutan dengan cerita

yang dihidangkan. Apa yang dilihatnya di layar bioskop seolah-olah kejadian yang

nyata, yang terjadi di hadapan matanya. Berbeda dengan membaca buku yang

memerlukan daya pikir yang aktif.

Munculnya film sebagai media komunikasi massa yang kedua setelah surat

kabar, telah menarik perhatian publik. Kelebihan film memang terletak pada gambar

(34)

dengan kata lain film dapat diputar dan dinikmati di mana dan kapan saja sesuai

keinginan. Hal itulah yang membuat film menjadi media yang populer. Dengan

bantuan teknologi yang semakin lama semakin canggih, hingga kini perkembangan

gambar yang bergerak tersebut terus disempurnakan melalui penambahan efek

gambar dan suara. Sejak pertama kali film dihasilkan sebagai karya teknik manusia,

film digunakan sebagai alat komunikasi massa yang fungsinya bercerita. Pada titik ini

film telah menjadi media bertutur manusia, sebuah alat komunikasi. Jika sebelumnya

bercerita dilakukan dengan lisan, lalu tulisan, kini muncul satu medium lagi, yakni

dengan gambar bergerak.

Film berkemampuan untuk menghidupkan imajinasi khalayak akan sesuatu

yang mungkin terjadi pada masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang, bahkan

yang sangat mustahil terjadi sekalipun. Sedangkan dalam praktik sosial, film tidak

sekedar dilihat sebagai ekspresi seni pembuatnya. Tetapi juga merupakan interaksi

antar elemen-elemen pendukung, proses produksi, distribusi maupun eksibisinya.

Bahkan lebih jauh dari itu, perspektif ini mengasumsikan terjadi interaksi antara film

dengan idelogi serta kebudayaan dimana film diproduksi dan dikonsumsi ( Ulfa,

2013: 30).

Pengaruh film besar sekali terhadap jiwa manusia. Penonton tidak hanya

terpengaruh atau selama duduk di dalam bioskop tetapi terus sampai waktu yang

cukup lama. Kita sering kali melihat atau menyaksikan mereka yang tingkah lakunya

dalam cara berpakaiannya meniru-niru bintang-bintang film. Cara ketawa, bersiul,

merokok, duduk, berjalan, menegur dan lain-lain. Pengaruh film ini juga berakibat

jauh pada masyarakat Indonesia.

Ilmu jiwa sosial terdapat gejala apa yang disebut Identifikasi Psikologi. Dalam

hal ini melihat atau lebih tegas lagi dalam mengkhayati sebuah film kerap kali

penonton menyamakan atau mengidentifikasikan seluruh pribadinya dengan salah

seorang pemegang peranan dalam film. Ia bukan saja dapat memahami atau

merasakan apa yang dipikirkan atau dialami pemain itu dalam menjalankan

(35)

ada lagi perbedaan. Penonton asik sekali mengikuti peristiwa dalam film sehingga ia

merasa bersangkutan dengan film itu dengan perkataan lain ia mengira bahwa ia

sendiri yang menjadi pemain, bukan lagi pemain yang memegang peranan dalam

berbagai peristiwa (Effendy, 2003: 208).

Isi media massa termasuk film, pada hakikatnya adalah hasil konstruksi

realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Bahasa bukan saja sebagai alat

dalam mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan bentuk seperti apa

yang ingin diciptakan oleh produsen media tentang realitas tersebut. Akibatnya media

massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan

gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya. Media massa

sesungguhnya memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu

melalui penyebaran informasi media. Peran media sangat penting karena

menampilkan sebuah cara dalam memandang realitas. Para produsen mengendalikan

isi medianya melalui cara-cara tertentu untuk menyandikan pesan-pesan. Film adalah

medium komunikasi massa yang sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk

penerangan dan pendidikan. Bahkan filmnya sendiri banyak yang berfungsi sebagai

medium penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat

pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan medium

penerangan dan pendidikan yang komplit (Effendy, 2003: 209). Film adalah

dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi denga kata-kata musik dengan

demikian film adalah produksi yang multidimensional dan sangat kompleks. Melalui

perkembangannya, Menurut Ardianto (2004:138) film dapat dikelompokkan pada

jenis:

a. Film Cerita

Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita. Cerita

yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan

kisah nyata yang dimodifikasi sehingga ada unsur menarik baik dari jalan

ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik.

(36)

Film berita (newsreel) adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar

terjadi.

c. Film Dokumenter (documentary) didefinisikan oleh Robet Flaherty sebagai

“karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality)”.

Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan maka film

documenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai

kenyataan tersebut.

Film membuat orang tertahan setidaknya saat mereka menontonnya, secara

lebih intens ketimbang medium lainnya. Pengaruh ini hanya terjadi saat film

ditayangkan di bioskop. Penonton duduk di auditorium gelap di depan layar lebar dan

tak ada yang mengganggu jalannya pemutaran film, dunia luar disisihkan sementara.

Film tentu saja dapat dipertontonkan di luar ruang seperti di teater drive-in dan

televise namun pengalaman yang terkuat adalah ketika menontonnya di ruang gelap

gedung bioskop (Vivian: 2008,159).

2.2.4 Persepsi

Manusia tidak terlepas dalam komunikasi secara verbal dan non verbal.

Persepsi dilakukan dengan stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera

manusia. Proses persepsi memasukan pesan ke dalam otak manusia atau informasi

nyata dan non nyata. Apa yang ada di dalam diri manusia seperti, pikiran, perasaan,

pengalaman akan ikut dalam proses persepsi yang kita jalanin dalam kehidupan

sehari-hari. Menurut (Mulyana, 2002: 167).

Persepsi itu muncul karena setiap penilaian dan pemilihan seseorang terhadap

orang lain diukur berdasarkan penyertaan budaya sendiri. Dengan persepsi, peserta

komunikasi akan memilih apa yang diterima atau menolaknya. Persepsi yang sama

akan memudahkan peserta komunikasi mencapai kualitas hasil komunikasi yang

diharapkan. Dalam pengertian yang sederhana, persepsi adalah saat dimana setiap

individu memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan (stimuli) yang

(37)

Proses di mana kita mempertahankan hubungan dengan dunia di lingkungan

kita, karena kita biasanya mampu mendengarkan, melihat, mencium, menyentuh dan

merasakan. Kita dapat merasakan lingkungan kita, kita dapat menyadari apa yang

terjadi di luar kita. Sebenarnya apa yang kita lakukan adalah menciptakan citra dari

segi fisik dan objek sosial serta peristiwa yang kita temukan dalam lingkungan.

Dengan kata lain, persepsi adalah sebuah proses internal dikarenakan pergantian

energi-energi yang berasal dari alam sekitar kita menjadi pengalaman yang penuh arti

(Lubis, 2012: 62).

Seseorang berinteraksi dengan orang lain didahului oleh persepsi sosial, yaitu

persepsi mengenai orang lain. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

penginderaan. Oleh karena itu, proses persepsi tidak dapat lepas dari proses

penginderaan dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului proses

persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat yaitu saat individu menerima

stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera (Walgito, 2007: 25-26).

Persepsi akan selalu hadir dalam setiap gerak hidup kita karena memang

berhubungan langsung dengan fungsi akal pada ruang kesimpulan. Bersama persepsi,

kita bisa secara perlahan ataupun frontal dalam memutuskan suatu perbandingan

masalah. Dengan persepsi, kita bisa memulai langkah demi langkah menuju

pembenahan diri lewat persepsi, kita dapat mencintai dan membenci sesuatu. Semua

hal yang kita pelajari dalam hidup merupakan cara untuk memupuk kemampuan

dalam berpersepsi.

Jika kita membandingkan saat individu mempersepsi benda-benda mati

dengan saat mempersepsi manusia, maka ada segi-segi persamaan selain segi-segi

perbedaan. Segi persamaannya adalah bila manusia dipandang sebagai benda fisik

seperti benda-benda fisik lainnya yang terikat pada waktu dan tempat, pada dasarnya

tidak berbeda. Namun karena manusia semata-mata bukan hanya benda fisik melulu

tetapi mempunyai kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki oleh benda-benda

fisik lainnya maka ada perbedaan antara mempersepsi benda-benda mati dengan

(38)

Oleh karena itu, kita biasanya mempunyai kesan berlainan mengenai

lingkungan kita, benda, situasi, orang atau pun peristiwa di sekitar kita meskipun kita

memiliki informasi yang sama. Jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita

berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu

pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi

antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi. Sebagai

konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok

identitas. Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi terhadap

lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal berikut (Mulyana, 2010:

184).

1. Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik sedangkan persepsi

terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan non verbal. Manusia

lebih aktif dari pada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan.

2. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar sedangkan persepsi

terhadap manusia menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif,

harapan dan sebagainya). Kebanyakan objek tidak mempersepsi anda ketika

anda mempersepsi atau dengan kata lain persepsi terhadap manusia bersifat

interaktif.

3. Persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat

dari pada persepsi terhadap objek. Oleh karena itu, persepsi terhadap manusia

lebih berisiko dari pada persepsi terhadap objek.

Persepsi tidak lebih dari pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai

realitas bagi diri kita. Jadi, sebaliknya kita tidak lewatkan yakin dengan pengetahuan

yang kita peroleh melalui persepsi. Ironisnya pengetahuan yang biasanya paling kita

yakin adalah pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi kita. Kita seringkali

melakukan persepsi yang paling jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Ini

merupakan suatu alasan mengapa komunikasi antar pribadi dan hubungan antara

manusia sangat sulit dipahami meskipun sangat mudah diketahui. Untuk memahami

(39)

bagaimana orang mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman

tersebut diperoleh melalui proses persepsi, kita harus mengetahui bagaimana orang

mempersepsikan diri mereka sendiri atau orang lain.

Adakalanya, kita merasa kesal kepada orang lain tidak dapat memahami apa

yang kita maksud sehingga kita akan berfikir bahwa orang tersebut tidak paham

ungkapan yang begitu sederhana dan gamblang. Hal ini dapat terjadi karena mungkin

orang tadi mempersiapkan sesuatu yang kita sendiri susah untuk menjelaskan atau

tidak merasa menyadarinya. Persepsi terjadi di dalam benak individu yang

mempersepsi bukan di dalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang

penampakan. Maka apa yang mudah bagi kita, boleh jadi tidak mudah bagi orang

lain, atau apa yang jelas bagi orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita.

2.2.4.1 Proses Persepsi

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan

tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologi

lainnya adalah pengenalan, penalaran, perasaan dan tanggapan. Seperti dinyatakan

dalam bagan berikut ini:

Gambar 2.2.4.1

Variable psikologi di antara rangsangan dan tanggapan Penalaran

Rangsangan Persepsi Pengenala Tanggapan

Perasaan

Sumber: Sobur, 2003: 447

Dari bagan di atas, digambarkan bahwa persepsi dan kognisi diperlukan

dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan, diperlukan bagi orang yang paling sedikit

terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara

menaham dampak dari rangsangan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang

(40)

individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau satu bidang rangsangan

sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi, atau

kedua-duanya.

Menurut Pareek (Sobur, 2003: 451), Persepsi adalah proses menerima,

menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi

kepada rangsangan panca indra atau data. Dari definisi tersebut dikemukakan bahwa

persepsi meliputi proses sebagai berikut:

1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari

berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra. Kita melihat

sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita

mempelajari segi-segi lain dari sesuatu.

2. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin

memperhatikan semua rangsangan yang diterima. Demi menghemat perhatian

yang digunakan, rangsangan itu disaring atau diseleksi untuk diproses lebih

lanjut.

3. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.

Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan yakni:

pengelompokan (berbagai rangsangan yang diterima dikelompokkan dalam

suatu bentuk), bentuk timbul dan latar (dalam melihat rangsangan atau gejala,

ada kecendrungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang

timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berada di latar

belakang), kemantapan persepsi (adanya suatu kecendrungan untuk

menstabilkan persepsi, dan perubahan konteks tidak mempengaruhinya).

4. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu

Gambar

Gambar 2.2.4.1
Gambar 2.3 Model Teoritiks
Gambar foto-foto pelaksanaan dengan informan

Referensi

Dokumen terkait

Negara-negara anggota Uni Eropa bekerja begitu intensifnya dalam mencapai target energi terbarukan sehingga mereka memiliki beberapa fungsi Pemerintahan, sebagai

singkat untuk menguji pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang dipelajari dan prilaku yang harus dijalankan siswa sehubungan dengan pencapaian kompetensi sosial dalam

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-3/W1, 2014 EuroCOW 2014, the European Calibration and Orientation

X dijalankan secara kontinyu dimana dalam menentukan harga pokok produknya masih menggunakan sistem konvensional , yaitu membebankan biaya pada pemakaian bahan baku

Proses penyusunan RPJM Desa, pada urutan pembentukan tim penyusun RPJM Desa, penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota, dan pengkajian keadaan

Segala puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT dan junjungan besar kita Nabi Allah Rassulullah SAW, yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis

Beberapa hasil penelitian tersebut memberikan, gambaran bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu proses pembelajaran yang dapat melibatkan siswa lebih aktif

Blitar, pada dasarnya sangat sederhana sekali, yaitu mulai dari penyerahan benda wakaf ke- pada pengurus, yang pelaksanaanya dengan cara tidak formal, yaitu hanya dengan