• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan ( Studi Kasus : Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

(3)

Lanjutan Lampiran 1. Karakteristik Nelayan Yang Tidak Dapat Program BLM PUMP

NO. Umur

(Tahun)

Pendidikan (Tahun)

Modal (RP)

Tenaga Kerja (Orang)

Pengalaman (Tahun)

Hasil Tangkapan

(Kg)

Harga Jual (Rp/kg)

Pendapatan (Rp)

38 29 6 140.000 3 14 14 29.642 152.777,7778

39 45 6 63.500 1 30 4 32.500 66.500

40 25 7 105.000 2 25 11 28.181 146.428,5714

Total 1432 274 3.864.000 63 847 368 1.095.814 1.260.412.698

(4)
(5)

Lampiran 3. Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel yang Mendapat Program PUMP

No Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Total

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

1 5 3 3 2 4 2 2 4 2 2 3 2 2 2 38

2 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 3 2 34

3 4 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 33

4 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

5 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 2 2 33

6 5 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 2 2 34

7 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

8 4 2 2 2 4 2 3 4 2 2 2 1 2 2 34

9 5 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 34

(6)

Lampiran 4. Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel yang Mendapat Program PUMP

No

Pernyataan Positif Pernyataan negatif

Total

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

1 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 58

2 5 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 58

3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 52

4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 50

5 5 3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 56

6 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 56

7 4 3 2 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 55

8 5 4 5 4 5 2 4 4 5 4 4 4 4 4 58

9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 55

(7)

Lampiran 5. Skor sikap nelayan yang tidak Mendapat Program PUMP

No Total S T INTERPRETASI

1 58 3364 2.726414 51.19828 Positif

2 58 3364 2.726414 51.19828 Positif

3 52 2704 2.726414 48.99758 Negatif

4 50 2500 2.726414 48.26402 Negatif

5 56 3136 2.726414 50.46471 Positif

6 56 3136 2.726414 50.46471 Positif

7 55 3025 2.726414 50.09793 Positif

8 58 3364 2.726414 51.19828 Positif

9 53 2809 2.726414 49.36437 Negatif

10 55 3025 2.726414 50.09793 Positif

Total 551 30427 27.26414 750

Rataan 55.1 3042.7 54.52828 50

T= 50 + �−�

S=

(8)

Lampian 6. Skor sikap Nelayan Yang Mendapatkan Program PUMP No Skor sikap

(Xi)

2 S

T

Interpretasi

1 38 1444 1.398412 52.71737 Positif 2 34 1156 1.398412 49.85698 Negatif 3 33 1089 1.398412 49.14188 Negatif 4 34 1156 1.398412 49.85698 Negatif 5 33 1089 1.398412 49.14188 Negatif 6 34 1156 1.398412 49.85698 Negatif 7 34 1156 1.398412 49.85698 Negatif 8 34 1156 1.398412 49.85698 Negatif 9 34 1156 1.398412 49.85698 Negatif 10 34 1156 1.398412 49.85698 Negatif

Total 342 11714 13.98412 500

Rataan 34.2 1171.4 1.398412 50

T= 50 + �−�

S=

(9)

Lampiran 7 Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Menggunakan SPSS 16

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .784a .615 .581 17311.52376 .615 17.961 4 45 .000 1.780

a. Predictors: (Constant), Harga, Pengalaman, TK, Modal b. Dependent Variable: Pendapatan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.153E10 4 5.383E9 17.961 .000a

Residual 1.349E10 45 2.997E8

Total 3.502E10 49

(10)

Lanjutan Lampiran 7 Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Menggunakan SPSS 16

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 37568.737 19702.578 1.907 .063

Modal .606 .196 .467 3.101 .003 .711 .420 .287 .378 2.646

TK 17517.860 6825.367 .374 2.567 .014 .714 .357 .237 .402 2.487

Pengalaman 695.195 421.339 .153 1.650 .106 .163 .239 .153 .993 1.007

Harga -.768 .559 -.134 -1.374 .176 .072 -.201 -.127 .900 1.112

(11)

Lanjutan Lampiran 7 Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Menggunakan SPSS 16

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 50

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 16589.89025271

Most Extreme Differences Absolute .087

Positive .087

Negative -.072

Kolmogorov-Smirnov Z .616

Asymp. Sig. (2-tailed) .842

a. Test distribution is Normal.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Syaiffudin.2007. Sikap manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka pelajar. Yogyakarta

Basri, Faisal, Haris Munandar , 2007. Lanskap Ekonomi Indonesia, Kajian, dan Renungan Terhadap Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru dan Prospek Perekonomian Indonesia, Jakarta : Kencana

BPS.2013. LangkatDalam Angka. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara,Medan BPS. 2011. Indonesia dalam angka.Badan Pusat Statistik Pusat.Jakarta

Case, Karl. E., & Fair, Ray. C. (2007). Principles of Economics. Eighth Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Foster, Bill. 2001. Pembinaan untuk Peningkatan Kinerja Karyawan. PPM. Jakarta.

Imron, masyuri. 2003 kemiskinan dalam Masyarakat Nelayandalam Jurnal masyarakat dan budaya. PMB –LIPI.

Joesran dan Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat, Jakarta. Kementrian Perikanan dan Kelautan Indonesia (KKP) 2009

Kementrian Perikanan dan Kelautan Indonesia (KKP) 2011

Kementrian Perikanan dan Kelautan Indonesia (KKP) 2014

Kusnadi, 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. LKiS, Yogyakarta

Manurung, Rahardja. 2006. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Ketiga. LP Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

Masyhuri, 1999, Usaha Penangkapan Ikan di Jawa dan Madura: Produktivitas dan Pendapatan Buruh Nelayan, masyarakat Indonesia, XXIV, No. 1 Mukherjee. Hardjono, Carriere. 2001. People, poverty, and livelihoods. Link for

sustanabel poverty reducation in Indonesia. The world bank and department for internasional development. UK

Mubyarto. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi Ketiga. LP3ES. Jakarta. Priyatno, Duwi, 2011, Buku Saku Analisis Statistik Data SPSS, Mediakom,

Yogyakarta.

(13)

Soekartawi, 2002. Analisis Usaha Tani, UI–Press, Jakarta.

Sukirno, S., 2004. Pengantar Teori MikroEkonomi. Raja Grafindo persada, Jakarta.

Sujarno . 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Di Kabupaten Langkat,Tesis S2 EP USU. Medan

Sumodiningrat G. 2001. Menuju Swasembada Pangan Revolusi Hijau. Jakarta: RBI.

(14)

Tabel 3.1 Jumlah Nelayan/Petani Ikan Menurut Jenis Usaha Per Kecamatan, 2010-

Penentuan daerah penelitian menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Berikut Tabel 3.1 jumlah nelayan/petani ikan menurut jenis usaha per

(15)

Berdasarkan Tabel 3.1 diatas terdapat 3.175 nelayan laut di Kecamatan Secanggang. Lokasi yang akan diambil yaitu Desa Jaring Halus yang penduduknya sebagian besar bekerja sebagai nelayan laut. Penentuan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat yang berprofesi sebagai nelayan sebanyak 1078 orang (86,17%). Di Desa Jaring Halus ada 1 kelompok yang mendapat program pemerintah yaitu Program Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP).

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat yaitu sebanyak 1718 orang. Penarikan sampel dilakukan dilakukan dengan cara simple random sampling,

artinya keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Ukuran sampel ditentukan secara purposive atau ditentukan dengan sengaja. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 50 nelayan sampel dengan pertimbangan bahwa populasi nelayan bersifat homogen yaitu hanya

menggunakan kapal ≤ 1 GT. Roescoe dalam buku Research Methods For

Business memberikan saran tentang penelitian salah satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam peneltian antara 30 sampai dengan 500 (Sugiyono,2010)

Dari 50 sampel, diambil nelayan yang mendapat program BLM PUMP yaitu sebanyak 10 nelayan dan 40 nelayan yang tidak mendapat program program BLM PUMP

3.3. Metode Pengambilan Data

(16)

diteliti dengan melakukan wawancara kepada nelayan responden dengan mempergunakan daftar pertanyaan/kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat, dan literatur yang mendukung penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Hipotesis 1 dianalisis dengan Regresi Linier Berganda, dengan tujuan untuk menjelaskan pengaruh antara modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, jarak tempuh dan harga jual terhadap pendapatan usaha nelayan di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat yang dirumuskan dalam fungsi :

Y = F (X1, X2, X3, X4, X5)

Dimana:

Y = Pendapatan nelayan X1 = Modal kerja

X2 = Jumlah tenaga kerja

X3 = Pengalaman kerja

X4 = Teknologi

X5 = Harga jual

Dari fungsi pendapatan diatas, maka dibuat persamaan regresi linier berganda yaitu:

(17)

Dimana:

Y = Pendapatan usaha nelayan b0 = Konstanta

b1, b2,... b6= Koefisien

X1 = Modal kerja

X2 = Jumlah tenaga kerja

X3 = Pengalaman kerja

X4 = Teknologi

X5 = Harga jual

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi uji statistik dan uji asumsi klasik.

3.4.1. Uji Statistik

3.4.1.1. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R2 paling besar 1 dan paling kecil 0 (0 < R2< 1). Bila R2 sama dengan 0 maka garis regresi tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0.

(18)

yang diperoleh dari banyak responden pada waktu yang sama, maka nilai R2 = 0,75 sudah cukup baik.

3.4.1.2. Pengujian Signifikan Simultan (Uji f-test statistik)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika fhitung< ftabel, maka H0 diterima

atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%. Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen (modal kerja, tenaga kerja, dan pengalaman kerja) terhadap variabel dependen (pendapatan nelayan).

3.4.1.3. Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji t-test statistik) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.

Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : β1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : β1 > 0 → berpengaruh positif, H1 : β1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana β1 adalah

koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai

β dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. bila thitung<

(19)

keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik 3.4.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Priyatno, 2011).

3.4.2.2. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual jawaban responden satu ke responden yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Adapun cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel tersebut dengan residualnya, dengan dasar analisis:

a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang menyebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.

(20)

3.4.2.3. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Semakin kecil korelasi diantara variabel bebasnya, maka semakin baik model regresi yang akan diperoleh (Priyatno, 2011).

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai

Tolerance ˃ 0,1 atau nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas

(Sumodiningrat, 2001).

3.4.2.4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel yang pada periode lain, dengan kata lain variabel gangguan tidak random. Akibat dari adanya autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya minimum, sehingga tidak efisien, (Gujarati, 2003). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi salah satunya dilihat dalam pengujian terhadap nilai Durbin Watson (Uji DW) yang dibandingkan dengan nilai dtabel.

Pengujian Hipotesis 2 3.4.2 Skala Likert

(21)

pernyataan negatif. Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, dan STS = 1, sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, dan STS = 5 Pengelompokan variabel dapat dilhat pada berikut ini.

Tabel 3.4 Pengelompokan Variabel Pernyataan Positif dan Negatif

No.

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1 Saya mengetahui dengan baik

program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan.

Saya merasa program bantuan yang diberikan pemerintah tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan

Tidak semua nelayan menyukai adanya program bantuan yang diberikan pemerintah.

4 Program pemerintah dapat menjadi alternatif bagi saudara untuk menyelesaikan permasalahan untuk melaut.

Program Dinas Perikanan dan Kelautan yang berjalan tidak sesuai dengan harapan nelayan pemerintah bersifat merata bagi setiap nelayan yang dinyatakan tepat mendapatkan program bantuan

Untuk menjamin kepastian mendapat program bantuan dari pemerintah, saya harus memberikan

“pelancar” bagi oknum terkait di

lembaga pemerintahan terkait 7 Pemerintah transparan dengan

berapa besar jumlah hak yang seharusnya diterima nelayan dari program bantuan yang dicanangkan

(22)

Menurut Azwar (2007), dalam analisis ini responden akan diminta untuk memilih salah satu dari sejumlah kategori yang tersedia dari variabel yang bersangkutan yaitu, Saangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS), kemudian diukur dengan skala pengukuran persepsi skala Likert dengan rumus :

T = 50 + Keterangan : T = skor standar

X = skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah menjadi skor T Xrataan = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok Kriteria Uji

 Jika T ≥ 50, maka persepsi positif

 Jika T ≤ 50, maka persepsi negatif

Metode Deskriptif

(23)

1.1Definisi dan Batasan Operasional. 3.5.1 Definisi Operasioanal

Definisi operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiaran dan pengertian dari beberapa istilah dalam penelitian ini.

1. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya menangkap ikan di laut dengan menggunakan sampan dayung atau biasa nelayan tradisional, perahu motor dan kapal motor.

2. Jam kerja adalah lama waktu nelayan berada di laut (dalam satuan jam). 3. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang dibawa pulang oleh

nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan tangkapan/produksi ikan setelah dikurangi modal kerja selama sebulan (satuan Rp.)

4. Harga jual adalah nilai yang diberikan kepada komoditas yang diproduksi oleh nelayan. Nilai yang dimaksudkan adalah dalam satuan rupiah.

5. Modal kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam proses produksi. Biaya-biaya itu terdiri dari : makan, rokok, minyak solar, minyak bensin, peralatan menangkap ikan (umpan) selama sekali proses produksi atau per trip (satuan Rp.).

6. Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang ikut melaut dalam 1 perahu atau kapal motor (satuan jiwa).

7. Pengalaman adalah orang yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai nelayan dalam jangka waktu tertentu (satuan tahun).

(24)

perahu layar / dayung, kail sederhana dan alat tangkap yang masih sangat sederhana. Teknologi dibagi 2 jenis ditinjau dari kapasitas kapalnya yaitu kapasitas 4 GT dan 0 GT. Perbedaan kapasitas kapal ini secara keseluruhan membedakan jenis alat tangkap, jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi.

9. Persepsi adalah pengalaman tentang objek (dalam hal ini program bantuan pemerintah), atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

10. Program bantuan pemerintah difokuskan kepada Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaaan (PUMP).

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran, maka dibuatlah beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Defenisi

11. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya menangkap ikan di laut dengan menggunakan sampan dayung atau biasa nelayan tradisional, perahu motor dan kapal motor.

12. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang dibawa pulang oleh nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan tangkapan/produksi ikan setelah dikurangi modal kerja sekali melaut (satuan Rp.)

13. Harga jual adalah nilai yang diberikan kepada komoditas yang diproduksi oleh nelayan. Nilai yang dimaksudkan adalah dalam satuan rupiah.

(25)

bensin, upah tenaga kerja, peralatan menangkap ikan (umpan) sekali melaut (satuan Rp.).

15. Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang ikut melaut dalam 1 perahu atau kapal motor (satuan jiwa).

16. Lamanya Melaut (Pengalaman) adalah orang yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai nelayan dalam jangka waktu tertentu (satuan tahun).

17. Persepsi adalah pengalaman tentang objek (program bantuan pemerintah), atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

(26)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Luas dan Letak Geografis Desa Jaring Halus

Desa Jaring Halus merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten

Langkat. Secara geografis Desa Jaring Halus berada pada 3°51ʹ30” – 3°59’45”

Lintang Utara dan 98°30’ – 98°42’ Bujur Timur dengan ketinggian 4 – 105 m

diatas permukaan laut. Desa Jaring Halus mempunyai area seluas ±2.554 ha. Desa Jaring Halus merupakan desa pesisir dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Timur : Selotang – Kecamatan Secanggang Sebelah Selatan : Secanggang

Sebelah Barat : Tapal Kuda – Kecamatan Tanjung Pura.

Desa Jaring Halus memiliki hutan lindung 33 ha, hutan mangrove 11.255 m². berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa hutan mangrove yang ada di Desa Jaring Halus termasuk masih terlindungi. Formasi lingkungan yang terlindungi ini menciptakan kondisi air tenang yang cocok untuk kehidupan hutan mangrove dan kondisi seperti ini terdapat pada lingkungan hutan mangrove berupa delta dataran lumpur dan dataran pulau. (Kantor Desa Jaring Halus, 2013).

(27)

hari hujan dan volume curah hujan. (Dinas Pertanian Kabupaten Langkat yang berada di 14 daerah pengamatan).

Gambar 4.1 Lokasi Kabupaten Langkat

Sumber: Kantor Desa Jaring Halus,2013

4.2. Kependudukan dan Jumlah Nelayan

(28)

digunakan adalah pukat, jarring, ambai, keramba, dan sebagainya dan jenis hasil tangkapan yang dihasilkan diantaranya adalah ikan gembung, koli, kerapuh, jenahar, udang, kerang, kepiting, dan sebagainya. Hampir semua kebutuhan masyarakat di desa ini diperoleh dengan cara membeli untuk kebutuhan dasar seperti air dan beras. Distribusi penduduk menurut kelompok umur di Desa Jaring Halus tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Jaring paling sedkit jumlahya adalah kelompok umur 0 – 6 tahun yaitu 361 orang.

(29)

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Desa Jaring Halus Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian tahun 2014

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang)

7 Karyawan Perusahaan Swasta 41 3,27

8 Pengusaha Kecil dan menengah 21 1,67

9 Jasa Pengobatan Alternatif 12 0,95

Total 1252 100

Sumber:Kantor Desa Jaring Halus,2014

Komposisi penduduk berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianut penduduk Desa Jaring Halus, yaitu penduduk Desa Jaring Halus secara keseluruhan menganut agama Islam.

4.3. Penggunaan lahan

Luas Desa Jaring Halus 2.554 ha, yang terbagi fungsinya menjadi areal pemukiman, kolam/perikanan, perkantoran/sarana sosial dan lain-lain.

Tabel 4.3 Luas dan jenis penggunaan lahan Desa Jaring Halus

No. Peruntukan Lahan Luas

(m²)

(30)

m² (3,36%), perkantoran 60 m² (0,01%), pekuburan 400 m² (0,08%) sedangkan sisanya adalah Hutan.

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Jaring Halus akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan pembangunan di desa tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka dapat mempercepat laju perkembangan desa tersebut.

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Desa Jaring Halus tahun 2014

No. Uraian Jumlah

1 Kantor/ balai Desa 1

2 Sekolah TK/Play Group 3

3 Sekolah Dasar(SD) 2

4 Sekolah menengah Pertama(SMP) 1

5 Mesjid 1

6 Musholla 5

7 Lapangan Olahraga 1

8 Pustu (Puskesmas Pembantu) 1

Sumber:Kantor Desa Jaring Halus 2014

Berdasarkan Tabel 4.4 ketersediaan sarana dan prasarana di Desa Jaring Halus maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi dibidang pendidikan khususnya TK/Play Group, SD dan SMP, keagamaan, kesehatan, transportasi, perekonomian dan sosial budaya.

4.5. Ketenagakerjaan

(31)

orang atau 16,89%, SMP 158 orang 11,55%, SMA sederajat 90 orang atau 6,58%, dan sisanya tamat Perguruan Tinggi 22 orang atau 1,60%. Jumlah tenaga kerja yang berprofesi sebagai nelayan berjumlah 1078 orang atau 78,85% dari keseluruhan tenaga kerja yang ada dan sisanya bekerja di sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga sebanyak 37 orang, karyawan perusahaan 41 orang , sektor jasa sebanyak 36 orang.

4.6. Perikanan

Hasil tangkapan ikan di desa ini cukup beragam diantaranya yang paling banyak ditangkap adalah ikan cecah rebung (cerbung) dan jenis lainnya adalah udang, tongkol, gembung, kepiting, pare, ketam, dan lain-lain.

Dalam sistem bagi hasil, nelayan kecil di Jaring Halus mengenal “patron

-klien” yaitu sistem majikan dan bawahan. Dikarenakan nelayan kecil memakai

pekarangan milik tauke, maka penjualan dan pembelian hasil tangkapan diberikan kepada tauke. Sistem penjualan dan pembelian tersebut merupakan tradisi lisan/keharusan yang tidak tertulis yang harus dituruti oleh nelayan.

Pembagian hasil pun tidak sebanding yaitu 1 : 3. Pembagian hasil ditentukan berdasarkan beban tanggungan seperti kebutuhan bahan bakar, peralatan, serta makan nelayan di laut. Dan hasil penjualan tersebut dibebankan tauke pada harga pembelian.

4.7. Market

(32)

Bagi nelayan kecil, hasil tangkapan wajib diberikan kepada tauke karena pekarangan (berupa sampan, jaring, peralatan, dan lain-lain) tersebut adalah milik tauke. Dan melalui tauke inilah ikan-ikan tersebut dipasarkan ke darat/kota atau juga diekspor keluar negeri seperti Malaysia, Thailand dan Singapura.

Penjualan hasil tangkapan dilakukan di pelantaran. Sedangkan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) tidak terdapat di Jaring Halus karena letak desa tersebut jauh dari darat/kota; selain itu untuk dapat ke Desa Jaring Halus hanya bisa ditempuh dengan transportasi laut dengan menaiki kapal boat.

4.8. Karakteristik Nelayan Pada Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah nelayan yang memiliki perahu motor di Desa Jaring Halus. Karakteristik responden yang di bahas dalam penelitian ini meliputi karakter sosial ekonomi masyarakat nelayan di 5 dusun di Desa Jaring Halus yang dijadikan sebagai sampel penelitian berjumlah 50 orang.

4.8.1. Usia Nelayan

Bagian pertama wawancara digunakan untuk mengumpulkan data sosial ekonomi nelayan di Desa Jaring Halus adalah usia/umur. Berdasar data yang ada di kantor Desa Jaring Halus sebanyak 5,0% nelayan yang berusia dibawah 24 tahun dan 3,0% berusia diatas 60 tahun. Rendahnya nelayan yang berusia tua menunjukkan semakin besarnya usia produktif yang bekerja sebagai nelayan. Usia produktif antara 25 – 59 tahun sebesar 92,0%.

4.8.2. Jumlah Anggota Keluarga

(33)

jiwa sebanyak 31,0%. Sedangkan jumlahanggota 3, 4, dan 5 jiwa sebanyak 50,0%. Rata-rata jumlah anggota dalam 1 (satu) rumah tangga 4 anggota rumah tangga untuk nelayan di Desa Jaring Halus.

4.8.3. Lantai Rumah

Untuk lantai rumah di kawasan nelayan Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat berdasar Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggalnya lantainya berasal dari papan sebanyak 65,0% kemudian diikuti dari semen sebesar 29,0% dan yang dari tanah sebesar 6,0%. Tabel 4.5 Kondisi Lantai Rumah Nelayan di Kabupaten Langkat

No. Jenis Lantai Jumlah

Untuk dinding rumah di kawasan nelayan Kabupaten Langkat berdasar Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggalnya dinding rumahnya berasal dari papan sebanyak 77,0% kemudian diikuti dari tepas sebesar 13,0%. Sedangkan yang permanen hanya 3,0%.

Tabel 4.6 Kondisi Dinding Rumah Nelayan di Kabupaten Langkat

(34)

4.8.5 Atap Rumah

Untuk atap rumah di kawasan nelayan Kabupaten Langkat berdasar Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tin ggalnya atap rumah berasal dari seng sebanyak 70,0% kemudian diikuti dari atap rumbia sebesar 30,0%. Tabel 4.7 Kondisi Atap Rumah Nelayan di Kabupaten Langkat

No. Jenis Atap Jumlah mayoritas alat penerangan yang digunakan penduduk di kawasan nelayan Kabupaten Langkat menggunakan listrik.

4.8.7 Sumber Air Minum

Untuk sumber air minum di kawasan nelayan Desa Jaring Halus penduduk nelayan secara keseluruhan menggunakan air sumur. Air sumur di desa ini berjumlah sebanyak 11 sumur yang tersebar di beberapa tempat di empat dusun.

4.8.8 Tempat Membuang Kotoran/Tinja

(35)

Tabel 4.8 Kondisi Tempat Membuang Kotoran/Tinja Nelayan di Desa

4.8.9 Sistem Pembagian Hasil

Untuk sistem pembagian hasil dari pendapatan. Misalkan di dalam 1 (satu) perahu atau kapal motor yang terdiri dari anggota (knek), tekong (nakhoda atau pawang yang mempunyai mengetahui keadaan laut) maka sistem pembagian hasilnya adalah dari pendapatan bersih kemudian dibagi masing-masing 1 bagian untuk anggota (knek) dan 2 bagian untuk tekong.

Sedangkan apabila perahu atau kapal motor yang sewa dan pada waktu melaut tanpa tekong maka sistem pembagian hasilnya adalah dari pendapatan bersih kemudian dibagi masing masing 1 bagian untuk nelayan dan untuk toke (pemilik kapal) mendapat 1 - 2 bagian tergantung perjanjian.

Apabila perahu atau kapal motor yang sewa dan pada waktu melaut dengan tekong maka sistem pembagian hasilnya adalah dari pendapatan bersih kemudian dibagi masing-masing 1 bagian untuk anggota (knek) dan untuk tekong 1,5 bagian serta untuk toke 2 bagian.

4.9 Karakteristik Nelayan Sampel

(36)

kerja dalam perahu/kapal, hasil tangkapan, pendidikan, dan umur nelayan. Secara lebih jelas, karakteristik nelayan sampel dapat dlihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9 Karakteristik Nelayan yang Tidak Mendapat Program BLM PUMP

No. Karakteristik Sampel

Satuan Rentang Rataan

1 Modal Rp 60.000 – 140.000 96.600

2 Tenaga Kerja Orang 1-3 1,575

3 Umur (tahun) 21-50 36,175

4 Pendidikan (tahun) 6-12 6,85

5 Pengalaman Melaut Tahun 6-35 21,175

6 Hasil Tangkapan Kg 4-18 9

7 Harga Jual Rp 18.125 – 33.750 27.395

8 Jumlah Pendapatan Rp 66.500 – 171.428,5714 117331.9444

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

(37)

Tabel 4.10 Karakteristik Nelayan yang Mendapat Program BLM PUMP

Sumber : Data diolah lampiran 2

Dari Tabel 4.10 dapat dlihat bahwa nelayan yang dapat program PUMP yang menjadi sampel memiliki rentang modal Rp 66.000 – 135.000 dengan rataan Rp 107.100. Tenaga kerja memiliki rentang 1-3 dengan rataan 1,7. Umur memliki rentang 31 – 44 tahun dengan rataan 38,5 tahun. Pendidikan memiliki rentang 6-12 tahun dengan rataan 7,2 tahun. Pengalaman melaut memiliki rentang 16-29 tahun dengan rataan 23,5 tahun. Hasil tangkapan memiliki rentang 4 -14 kg dengan rataan 9,3 kg. Harga jual memiliki rentang Rp 2224.166 – 32.142 dengan rataan Rp 29.959. Jumlah pendapatan sekali melaut memiliki rentang Rp 79.000 – 162.857,1429 dengan rataan Rp 126041.2698.

No. Karakteristik Sampel

Satuan Rentang Rataan

1 Modal Rp 66.000 – 135.000 107.100

2 Tenaga Kerja Orang 1-3 1,7

3 Umur Tahun 31 - 44 38,5

4 Pendidikan Tahun 6-12 7,2

5 Pengalaman melaut Tahun 16-29 23,5

6 Hasil tangkapan Kg 4 - 14 9,3

(38)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Variabel

Deskripsi variabel dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Sumber : Lampiran 1 dan 2 diolah

Dari Tabel 5.1, diketahui rentang pendapatan adalah Rp 66.500 sampai Rp 171.428,5714 dengan rata-rata Rp 119.073,8095. Modal memiliki rentang Rp 60.000 sampai Rp 140.000 dengan rataan Rp 98.700. Tenaga Kerja memiliki rentang 1 sampai 3 orang dengan rataan 1,6. Pengalaman memiliki rentang 6 sampai 35 tahun dengan rataan 21,64 tahun. Harga jual memiliki rentang Rp 18.125 sampai Rp 33.750 per kilogram dengan rataan Rp 27.908.

5.2. Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal Kerja, Pengalaman, Teknologi, dan Harga Jual terhadap Pendapatan Nelayan

Hasil regresi variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman, harga jual dapat dilihat pada Tabel 5.1

Variabel Satuan Rentang Rataan

Pendapatan Rupiah 66.500 – 171.428,5714 11.9073,8095 Modal Kerja Rupiah 60.000 – 140.000 98.700

Tenaga Kerja Orang 1 – 3 1,6

Pengalaman Tahun 6 – 35 21,64

(39)

Tabel 5.1 Tabel Hasil regresi

Variabel Penelitian Koefisen Regresi t-hitung Sig

Constanta 37.568,737 1,907 0,063

Modal 0,606 3,101 0,003

Tenaga Kerja 17.517,860 2,567 0,014

Pengalaman 695,195 1,650 0,106

Harga jual -0,768 -1,374 0,176

F-hitung 17,961 Sig. F-hitung 0,000

R 0,784 Standar Eror 17.311,52376

R-Square 0,615 N 50

Adjusted R-Squared 0,581

Sumber : data diolah dari lampiran 7

Dari tabel 5.1 dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Y = 37.568,737+ 0,606 + 17.517,860 + 695,195 - 0,768

(40)

5.2.1.2. Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. Untuk mendeteksi apakah model regresi linier mengalami multikolinearitas dapat diperiksa menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing Variabel Independen, yaitu jika suatu Variabel Independen mempunyai nilai VIF > 10 berarti telah terjadi multikolinearitas.

Hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil seperti berikut:

Tabel 5.2 Tabel Hasil Analisis Pegaruh Modal, Tenaga Kerja, Pengalaman, dan Harga Jual terhadap Pendapatan

Coefficientsa

Model T Sig.

Collinearity Statistics Tolerance VIF

1 (Constant) 1,907 0,063

Modal melaut 3,101 0,003 0,378 2,646

Tenaga Kerja 2,567 0,014 0,402 2,487

Pengalaman 1.650 0,106 0,993 1,007

Harga Jual -1,374 0,176 0,900 1,112

Sumber : data diolah dari lampiran 7

Dari hasil diatas,diperoleh untuk modal melaut, tenaga kerja, pengalaman,

harga jual memiliki VIF masing-masing 2,646 10, 2,487 10, 1,007 10,

(41)

5.2.1.3 Uji Heterokedasitas

Untuk mengindentifikasi heterokedasitas dapat dilihat scatterplot dibawah ini

Dari gambar Scatterplot diatas dapat dilihat bahwa gambar tidak menunjukkan pola sistematis. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastis

5.2.2. Uji Hipotesis

5.2.2.1 Koefisien Determinasi (R2)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh nilai R2 sebesar 0.615. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 61,5% dari variasi variabel pendapatan telah dijelaskan secara serempak oleh variabel modal kerja (X1), tenaga kerja (X2),

(42)

38,5% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang belum dimasukkan dalam model.

5.2.2.2 Pengujian Signifikan Simultan (Uji-f)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, harga jual terhadap pendapatan diperoleh tingkat signifikansi F adalah sebesar 0,000 ( 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,yang berarti variabel bebas modal ,tenaga kerja, pengalaman, harga jual secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Pendapatan nelayan. 5.2.2.3. Pengujian Signifikan parsial (Uji-t)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal melaut, tenaga kerja, pengalaman kerja, harga jual terhadap pendapatan,

a. variabel modal dan tenaga kerja memiliki tingkat signifikansi masing-masingh sebesar 0,003 ( 0,05 dan 0,014( 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel modal dan tenaga kerja secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.

b. Variabel pengalaman melaut, dan harga jual memiliki tingkat signifikansi masing-masing 0,106( 0,05 dan 0,176( 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel pengalaman melaut dan harga jual secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.

5.2.2.3.1 Pengaruh Modal kerja terhadap pendapatan

(43)

regresi adalah 0,606. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan modal Rp.1, maka akan terjadi kenaikan pendapatan sebesar Rp 0,606 dengan asumsi variabel lain tetap. Sehingga untuk mendapatkan penambahan pendapatan yang besar harus diikuti dengan penambahan modal yang lebih besar lagi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Mubyarto bahwa modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan.

5.2.2.3.2 Pengaruh Tenaga kerja terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya tenaga kerja secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan, karena nilai signifikansi sebesar (0,014 artinya tenaga kerja secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Besarnya koefisien regresi adalah 17.517,860. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan tenaga kerja 1 orang, maka akan terjadi kenaikan pendapatan sebesar Rp 17.517,860 dengan asumsi variabel lain tetap. Sehingga untuk mendapatkan penambahan pendapatan yang besar harus diikuti dengan penambahan tenaga kerja yang lebih besar lagi.

5.2.2.3.3 Pengaruh Pengalaman terhadap pendapatan

(44)

5.2.2.3.4 Pengaruh Harga Jual terhadap pendapatan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa harga jual tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan karna nilai signifikansi sebesar (0,176 artinya Harga jual secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Hal ini disebabkan karena jika pada musim ikan, hasil tangkapan meningkat,namun harga jual ikan akan turun. Sedangkan pada musim paceklik, hasil tangkapan sangat sedikit, namun harga jual tinggi.

5.3. Program Pemerintah yang ada di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

Dari informasi dan hasil wawancara dengan nelayan di Desa Jaring Halus, program pemerintah untuk meningkatkan pendapatan nelayan yang ada di Desa Jaring Halus adalah Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP). Di Desa Jaring Halus ada 1 kelompok yang berjumlah 10 orang yang mendapat program PUMP pada tahun 2013

Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri yang betujuan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan (Perpres 15/2010: Klaster II). Melalui kegiatan PUMP Perikanan Tangkap diharapkan berkembangnya usaha penangkapan ikan, berkembangnya kewirausahaan nelayan, dan menjadikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebagai lembaga ekonomi di pedesaan.

5.4. Persepsi Nelayan Terhadap Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP)

(45)

pernyataan-pernyataan yang diberikan, baik berupa pernyataan-pernyataan positif maupun negatif. Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke dalam skor standar dengan menggunakan model skala likert (Skor T). Nilai S (Standar deviasi) berbeda untuk masing-masing kelompok sampel yang diteliti. Perhitungan dilakukan dengan rumus :

T= 50 + .0

[ X − Xrataan ]

Jka diperoleh nilai skor standar (T) 50, maka sikap dinyatakan positif.

Sementara jika nilai skor standar (T) 50, maka sikap dinyatakan negatif.

5.4.1 Sikap nelayan yang tidak mendapatkan bantuan program PUMP Nilai standar deviasi yang diperoleh untuk nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP adalah sebesar 1,398412. Sikap nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3 Sikap Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP Terhadap

Sumber : data diolah dari lampiran 4

(46)

5.4.2. Sikap nelayan yang mendapat program PUMP

Nilai standar deviasi untuk nelayan yang mendapat program PUMP adalah sebesar 2,726414. Sikap nelayan yang mendapat program PUMP dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4 Persepsi Nelayan yang Mendapatkan Program PUMP Terhadap Program PUMP

No Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Positif 7 70

2 Negatif 3 30

Jumlah 10 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 6

Dari Tabel 5.4, dapat dilihat bahwa dari 10 nelayan yang mendapat program PUMP, 7 nelayan (70%) memiliki sikap positif terhadap program PUMP, dan 3 sampel (30%) memiliki sikap negatif terhadap program PUMP. Mayoritas dari nelayan memliki sikap yang postif, sehingga dapat dikatakan bahwa nelayan yang pernah mendapat program PUMP memiliki sikap positif terhadap program PUMP.

Ada beberapa alasan mengapa sikap nelayan negatif terhadap Program PUMP yaitu sebagai berikut

1. Penyaluran dana PUMP yang dinilai nelayan belum tepat sasaran, dan masih banyak nelayan yang belum pernah sama sekali mendapat program atau mendapat bantuan dari pemerintah semenjak berprofesi sebagai nelayan 2. Kurangnya interaksi yang baik antara nelayan dengan dinas perikanan dan

(47)

3. Nelayan telah berpandangan pesimis terhadap program-program pemerintah, karena telah berulang kali mengirim proposal kepada dinas perikanan dan kelautan tetapi sekalipun tidak ada direspon. Hal ini mengakibatkan banyak nelayan tidak lagi bergabung/membentuk kelompok nelayan.

4. Sulitnya nelayan menyampaikan aspirasi kepada pemerintah

(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan : 1. Modal dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap peningkatan

pendapatan nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. sedangkan pengalaman dan harga jual tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan.

2. Program pemerintah yang ada di Desa Jaring Halus untuk meningkatkan pendapatan nelayan adalah Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP).

3. Dari 10 sampel nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP, 9 nelayan atau 90% memliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Sedangkan 10 nelayan yang mendapat program PUMP, 7 nelayan (70%) memiliki persepsi positif terhadap program PUMP, dan 3 nelayan (30%) memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Secara keseluruhan, nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Tanjung Tiram, memiliki persepsi negatif terhadap Program PUMP.

6.2. Saran

6.2.1. Kepada Nelayan

(49)

6.2.2. Kepada Pemerintah dan Dinas perikanan dan Kelautan

1. Pemerintah hendaknya memperhatikan kehidupan nelayan-nelayan tradisonal yang belum pernah sama sekaii dapat program/ bantuan dari pemerintah

2. Dinas perikanan dan kelautan sebaiknya aktif mendampingi kelompok nelayan dan musyawarah secara rutin dengan kelompok nelayan.

3. Pemerintah sebaiknya mengawasi dan membuat paraturan untuk daerah tangkapan ikan untuk kapal-kapal besar dan kapal kapal kecil agar tidak terjadi konflik antara nelayan kapal besar dan nelayan yang menggunakan kapal kecil

4. Pemerintah dalam membuat program atau memberikan bantuan hendaknya memperhatikan kondisi nelayan agar sesuai dengan yang mereka harapkan dan butuhkan, serta mengawasi dalam pelaksanaan program/ pemberian bantuan agar bantuan tepat sasaran.

6.2.3. Kepada Peneliti selanjutnya

(50)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nelayan

Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir. Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:

a) Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut atau pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

b) Dari cara segi hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga kerja yang banyak.

c) Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional (Sastrawidjaya, 2002).

(51)

penggunaan motor untuk menggerakkan perahu, melainkan juga besar kecilnya motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat tangkap yang digunakan. Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada kemampuan jelajah operasional mereka (Imron, 2003).

Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis nelayan, yaitu; nelayan pengusaha, nelayan campuran, dan nelayan penuh. Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memusatkan penanaman modalnya dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekerjaan pokoknya sebagai nelayan. Sedangkan nelayan penuh ialah golongan nelayan yang hidup sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan lama atau tradisional. Namun demikian apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal dari perikanan (darat dan laut) ia disebut sebagai nelayan (Mubyarto, 2002).

(52)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Pendapatan

Pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).

2.2.2. Teori Produksi

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004).

(53)

produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum (Joesron dan Fathorrosi, 2003).

2.2.3. Fungsi Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi tertentu (Joesron dan Fathorrosi, 2003)

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses produksi tidak akan jalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal. Hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1, X2, X3, …, Xn) secara matematika dapat dituliskan sebagai

berikut :

Q = f(X1, X2, X3, … , Xn)

(54)

Input produksi sangat banyak dan yang perlu dicatat disini bahwa input produksi hanyalah input yang tidak mengalami proses nilai tambah. Jadi didalam fungsi produksi diatas tidak bisa dimasukkan material sebab dalam fungsi produksi ada substitusi antara faktor produksi. Hubungan antara input dan output ini dalam dunia nyata sangat sering kita jumpai. Hubungan antara input dan output dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sekalipun ada disekitar kita, belum banyak yang memahami berbagai model yang dapat diterapkan untuk mempelajari pola hubungan antara input dan output (Joesron dan Fathorrosi, 2003)

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

(55)

Ada tiga faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan dan diuraikan sebagai berikut:

1. Teknologi

Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jaring dan pancing. Peralatan atau Biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja.

2. Sosial Ekonomi

a. Umur. Seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut sebagai nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia melaut tidak disebut sebagai nelayan. Umur juga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar.

b. Lamanya Melaut/Pengalaman. Apabila seseorang dianggap nelayan yang telah berumur 15-30 tahun, diatas 30 tahun dianggap sebagai nelayan yang berpengalaman. Hal ini merupakan kategori atau klasifikasi untuk menentukan banyak jumlah tangkapan ikan dilaut.

(56)

sedikit dan harga ikan akan tinggi. Pada musim barat biasanya dari September sampai Februari keadaan pasang tidak terlalu tinggi, arus tidak terlampau deras, gelombang tidak terlampau besar. Pada musim inilah nelayan banyak mendapat ikan. Disamping kedua musim tersebut dalam setahun, ada lagi pengaruh musim bulanan yaitu pada bulan purnama. Pada bulan purnama atau terang arus akan deras dan pasang akan tinggi. Sebaliknya pada bulan gelap, gelombang akan kecil, arus tidak bergerak yang disebut dengan istilah pasang mati. Pada kedua keadaan ini nelayan akan kurang mendapatkan ikan dan harga ikan akan tinggi apalagi pada musim timur keadaan ini umumnya nelayan tidak akan turun melaut, kalaupun turun melaut hanya dipinggir saja.

Kegiatan spekulatif dalam penangkapan ikan semakin meningkat ketika kondisi tangkap melanda. Dalam keadaan yang demikian, sulit membedakan antara masa musim ikan dan masa paceklik (kusnadi, 2003).

2.3.1. Modal dan Biaya Produksi

Modal (Capital) adalah barang yang diproduksi oleh sistem ekonomi yang di gunakan sebagai input untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Definisi modal tersebut terdiri dari dua jenis modal. Modal terbagi menjadi dua jenis yaitu modal berwujud dan modal tak berwujud. Modal tersebut merupakan modal yang digunakan dalam perusahaan. Modal berwujud adalah modal yang dapat dirasakan langsung dan modal tak berwujud di tentukan oleh setiap individu (Case & Fair, 2007).

(57)

kekayaan dengan lima kategori, yaitu uang, kas obligasi, saham, kekayaan yang berbentuk fisik, dan kekayaan yang berbentuk manusia atau keahlian (skill).

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stock modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa mendatang (Sukirno,2000).

Setiap produksi sub sektor perikanan dipengaruhi oleh faktor produksi modal kerja. Makin tinggi modal kerja per unit usaha yang digunakan maka diharapkan produksi ikan akan lebih baik, usaha tersebut dinamakan padat modal atau makin intensif. Sebagian dari modal yang dimiliki oleh nelayan digunakan sebagai biaya produksi atau biaya operasi yaitu penyediaan input produksi (sarana produksi), biaya operasi dan biaya-biaya lainnya dalam suatu usaha kegiatan nelayan. Biaya produksi atau biaya operasi nelayan biasanya diperoleh dari kelompok nelayan kaya ataupun pemiliki modal (toke), karena adanya hubungan pinjam meminjam uang sebagai modal kerja dimana pada musim panen, hasil tangkapan (produksi) ikan nelayan digunakan untuk membayar seluruh pinjaman utang, dan tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal (Sukirno,2000).

(58)

berkelanjutan haruslah dibangun diatas pemahaman terhadap aset-aset yang telah dimiliki dan sejauh mana mereka dalam menggunakan dan mengembangkan aset tersebut. Adapun modal tersebut adalah modal sumber daya alam, modal ekonomi, modal fisik dan modal sosial (Mukherjee, 2001)

Modal ada dua macam, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap diterjemahkan menjadi biaya produksi melalui deprecition cost dan bunga modal. Modal bergerak langsung menjadi biaya produksi dengan besarnya biaya itu sama dengan nilai modal yang bergerak.

Total biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun hasil tangkapan ikan (produksi) diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil tangkapan ikan (produksi) yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Manurung, 2006).

2.3.2. Faktor Tenaga Kerja

Teori Keynes mengatakan cara mengurangi pengangguran yaitu dengan memperbanyak investasi, misalnya mesin karena mesin butuh operator otomatis akan menyerap tenaga kerja. Selain itu konsumsi harus sama dengan pendapatan, karena banyaknya tingkat konsumsi akan memerlukan juga banyak output sehingga otomatis harus menambah pekerja, apabila outpunya banyak otomatis gaji para pekerja akan naik sehingga daya beli mereka meningkat.

(59)

berasal dari keluarganya sendiri (tenaga inti) atau tenaga kerja yang mendapat upah secara tetap pada periode tertentu, misalnya bulanan. Sementara tenaga kerja tidak tetap (sambilan) atau dapat juga disebut tenaga kerja harian lepas, umumnya bersifat buruh.

Berbicara masalah tenaga kerja di Indonesia dan juga sebagian besar negara-negara berkembang termasuk negara maju pada umumnya merupakan tenaga kerja yang dicurahkan untuk nelayan atau usaha keluarga. Keadaan ini berkembang dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia dan semakin majunya suatu kegiatan nelayan karena semakin maju teknologi yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga.

Setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus sesuai dengan kapasitas kapal motor yang dioperasikan sehingga akan mengurangi biaya melaut (lebih efisien) yang diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat, karena tambahan tenaga tersebut profesional. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan nelayan, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai dalam besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai (Masyhuri, 1999).

2.3.3. Faktor Lamanya Melaut (Pengalaman)

(60)

keuntungan. Namun, dalam aktivitas nelayan dengan semakin berpengalaman dalam menangkap ikan bisa meningkatkan pendapatan atau keuntungan (Trijoko, 1980).

2.3.3.1. Pengukuran Pengalaman Kerja

Ada beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya seorang karyawan yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja yaitu :

a. Lama waktu/ masa kerja.

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas – tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.

b. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.

c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.

Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek – aspek tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan.

(61)

tenang serta dipengaruhi faktor lain yaitu : lama waktu/masa kerja seseorang, tingkat pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki dan tingkat penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Oleh karena itu seorang karyawan yang mempunyai pengalaman kerja adalah seseorang yang mempunyai kemampuan jasmani, memiliki pengetahuan, dan keterampilan untuk bekerja serta tidak akan membahayakan bagi dirinya dalam bekerja (Foster, 2001).

2.4. Teori Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang ekonomi, politik dan lain-lain. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. (Kartasasmita, 1996)

2.5. Teori Persepsi

Menurut Stanton persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui panca indera. Menurut Horovitz persepsi dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni :

(62)

Faktor psikologis akan membuat perubahan dalam persepsi nelayan. Perubahan yang dimaksudkan termasuk memori, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang dianggap nelayan penting dan berguna.

2. Faktor Fisik

Faktor ini akan mengubah persepsi nelayan melalui apa yang nelayan tersebut lihat dan rasakan. Faktor fisik dapat memperkuat atau malah menghancurkan persepsi nelayan terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh pemerintah.

3. Image yang terbentuk

Image yang terbentuk disini adalah image nelayan terhadap pemerintah ataupun program bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Menurut Lovelock harapan dan persepsi pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan nelayan terhadap bantuan pemerintah. Setelah menikmati bantuan yang diberikan, nelayan akan membandingkan antara harapan dan persepsi mereka tentang bantuan tersebut. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi :

a. Jika persepsi (perception) lebih kecil dari harapan (expectation), (P<H) nelayan akan memberikan suatu anggapan negatif terhadap bantuan pemerintah yang telah diterimanya tersebut. Hal ini akan menimbulkan ketidakpuasan dan kekecewaan nelayan.

b. Jika persepsi (perception) sama dengan harapan (expectation), (P=H), nelayan akan memberikan suatu tanggapan yang netral, sesuai dengan bantuan yang telah diterimanya tersebut.Hal ini akan membuat nelayan cukup puas dengan bantuan pemerintah tersebut.

(63)

pemerintah yang telah diterimanya. Hal ini akan membuat nelayan merasa sangat puas dengan bantuan pemerintah tersebut.

Untuk mengukur persepsi digunakan Model Likert, yaitu metode penskalaan pernyataan persepsi yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju”

(TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “Setuju”(S) dan “sangat

setuju” (SS). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert adalah skor T, yaitu :

T= 50 + [ X− Xrataan

� ]

Keterangan : T = skor standar

X = skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah menjadi skor T

Xrataan = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok Kriteria Uji

 Jika T ≥ 50, maka persepsi positif

(64)

2.6. Program Bantuan Pemerintah dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan 2.6.1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dimulai sejak tahun 2001 yang dirancang untuk mengatasi persoalan kemiskinan pada masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutan. Program PEMP 2001-2003 dilancarkan dengan pemberian dana hibah langsung kepada Koperasi Nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro yang dibentuk untuk mengelola kebutuhan permodalan nelayan. Kebijakan tahun 2006 mengalami perubahan yaitu berupa pemberian dana hibah tidak langsung lagi kepada koperasi nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro nelayan, tetapi dana hibah tersebut dijadikan agunan kredit koperasi pada lembaga perbankan untuk memperoleh fasilitas kredit yang diberi nama Dana Ekonomi Produktif ( DEP ). Dan pada tahun 2008 koperasi nelayan sudah diarahkan agar berhubungan sendiri dengan lembaga perbankan untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (disingkat KUR) dengan suku bunga kredit umum dari lembaga perbankan dan harus disertai dengan jaminan kebendaan (KKP).

2.6.2. Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP) Sesuai dengan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014, yaitu “Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan”, maka salah

(65)

pengembangan usaha nelayan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan.

PUMP fokus pada kelompok sasaran. Berdasarkan hal tersebut, mulai tahun 2011 pembinaan nelayan skala kecil adalah memadukan pembinaan nelayan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok Penerima Program PNPM Mandiri Perikanan Tangkap dan Kelompok Nelayan.

Pelaksanaan PUMP diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Oleh karena itu mulai tahun 2011 kegiatan pemberdayaan nelayan dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap sebagai kelanjutan pembinaan nelayan penerima BLM pada kegiatan PNPM Mandiri Kelautan Perikanan tahun 2009-2010 yang dalam hal ini dilaksanakan Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan.

Pelaksanaan PUMP Perikanan Tangkap kedepan menjadi kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan berbagai kegiatan penanggulangan kemiskinan khususnya pemberdayaan usaha nelayan skala kecil berbasis desa nelayan.

a. Tujuan PUMP

PUMP Perikanan Tangkap bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan nelayan melalui pengembangan kegiatan usaha nelayan skala kecil di perdesaan sesuai dengan potensi sumberdaya ikan.

Gambar

Tabel  3.1 Jumlah Nelayan/Petani Ikan Menurut Jenis Usaha Per Kecamatan, 2010-  2012
Tabel 3.4 Pengelompokan Variabel Pernyataan Positif dan Negatif
Gambar 4.1 Lokasi Kabupaten Langkat
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Jaring
+7

Referensi

Dokumen terkait

blhr.a berhubung mesatabaEn pembimbing Unil KctnLm Mrhr.is\ a (UK\4) Univcrsitas Ncgeri Yogyrkana trhun 2004 lelih lrrbrs diprndrng

Pada hari ini Senin tanggal Dua puluh sembilan bulan Oktober tahun Dua ribu dua belas, Kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 116 ayat (2) Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 29 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 43

At the end of this stage, the whole points in dataset have a label; either ground or object points. In each scan line points with same label considered as independent

JARIZAL HATMI, SE Pejabat Pengelola Keuangan

Then positioning is done by counting the steps, having the length of each step, and acquiring the direction by the gyroscope of the smart phone using

JARIZAL HATMI, SE Pejabat Pengelola Keuangan

In this study, concentrations of PM10, PM2.5 and PM1.0 are found in urban areas of Tehran in warm and cold seasons and the data applied in the related modelling, using Arc-GIS..