SKRIPSI
KONFLIK INTERNAL PARTAI KEBANGKITAN BANGSA
DI KABUPATEN KARAWANG: SUMBER DAN DAMPAK
KONFLIK PADA PEMILU 2009
Oleh:
Bambang
106033201164
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul "Konflik Internal Partai Kebangkitan Bangsa di
Kabupaten Karawang: Sumber dan Dampak Konflik Pada Pemilu 2009" diajukan
kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasyah pada tanggal 10
Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana SI (S.Sos) dalam bidang Ilmu Politik.
Jakarta, 10 Desember 2010
Tim Penguji
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Hj. Wiwi Siti Saiaroh. MA M. Zaki Mubarak. M.Si NIP: 196902101994032004 NIP. 197309272005011008
Penguji:
Penguji 1 Penguji 2
Ahmad Bakir Ihsan. M.Si Suryani, M.Si NIP: 197204122003121002 NIP : 150411224
Pembimbing
KONFLIK INTERNAL PARTAI KEBANGKITAN BANGSA
DI KABUPATEN KARAWANG: SUMBER DAN DAMPAK KONFLIK
PADA PEMILU 2009
(Studi Konflik DPC Karawang 2004-2009)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk memenuhi syarat
meraih gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.i)
Oleh
Bambang
NIM: 106033201164
Di bawah bimbingan
Dr. Sirojudin Ali, MA
NIP. 195406052001121001
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ABSTRAK
Bambang
Konflik Internal Partai Kebangkitan Bangsa Di Kabupaten Karawang: Sumber Dan Dampak Konflik Pada Pemilu 2009
Partai Kebangkitan Bangsa adalah salah satu partai politik Islam di Indonesia, yang dideklarasikan di komplek Pondok Pesantren Wahid Hasyim Ciganjur Jakarta Selatan pada tanggal 23 Mi 1998 Pada jam 15.00 WIB diikuti oleh para kiai-kiai Nahdlatul Ulama diantaranya adalah KH. Munasir Ali, KH. Ilyas Ruchiyat, KH. Abdurrahman Wahid, KH. Mustofa Bisri, dan KH. Muhith Muzadi. Sebagai partai baru PKB ikut serta dalam ajang pemilu 1999 yang mendapatkan peringkat ketiga setelah PDIP dan Golkar.
Peletakan batu pertama perjalanan PKB masih tetap bangkit dalam perpolitikan Indonesia. Namun tidak demikian, PKB sebagai salah satu partai politik Islam mengalami berbagai cobaan dan rintangan yang diawali dengan konflik yang dipelopori oleh Gus Dur dan Matori, dalam kasusnya kehadiran Matori pada sidang MPR dalam rangka penurunan Gus Dur dari kursi Presiden. Maka waktu itu juga Gus Dur memecat Matori yang dianggap telah menyalahi aturan partai ikut dalam sidang MPR, konflik semakin meluas sehingga sampai ke meja hijau.
Dalam kasus tersebut yang menjadikan PKB menjadi dua kubu yaitu kubu Batu tulis pimpinan Matori dan PKB Kuningan pimpinan Gus Dur. Akan tetapi, dalam keputusan sidang kubu Gus Dur yang memenangkan perkara tersebut. Sampai mengikuti ajang pemilu 2004 dengan tuntas tidak mengalami permasalahan.
Selanjutnya dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) dibawah pimpinan Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kalla memilih Alwi dan Saefullah Yusuf sebagai menteri, dan ini yang mengakibatkan keduanya dipecat dari kepengurusan partai karena dianggap telah menyalahi aturan partai. Sehingga kasus ini juga sampai kepengadilan karena Alwi dan Saefullah tidak terima atas keputusan Gus Dur.
Konflik yang terjadi dilakukan oleh beberapa aktor yaitu Gus Dur, Matori dan Alwi, dari beberapa konflik baik yang pertaama, kedua, dan ketiga itu tidak berpengaruh terhadap DPC PKB Karawang. Namun, konflik terjadi kembali antara Gus Dur dan Muhaimin, dan ini berdampak kepada DPC PKB Karawang yang mengakibatkan terbentuknya dua kepengurusan antara kubu Muhaimin dan kubu Gus Dur.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (SI) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 Desember 2010
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil a’alamin, dengan mengucapkan puji, puja serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahnya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat meraih
gelar strata satu (SI). Shalawat beriring salam tetap tercurahkan kepada junjungan
kita semua yakni nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa dan
membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang penderang, dan
selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat Aaamiin Yaa Robbal a’lamin.
Atas terselesainya skripsi ini, dengan judul: Konflik Internal Partai
Kebangkitan Bangsa Karawang: Dampak dan Sumber Konflik pada Pemilu
2009. Banyak halangan, rintangan serta tantangan yang penulis hadapi dalam
menyusun skripsi ini. Oleh karena itu penulis banyak mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu baik secara materi maupun
secara moral selama menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah, nikmat sehat
jasmani rohani, dan memberikan ilmu yang tiada tara, memberikan jalan
penerang disaat penulis menemukan masalah serta halangan dan rintangan
ketika menulis atau menyusun skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy, M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Hendro Prasetyo, MA. Selaku wakil Dekan Fakultas Ilmu
5. Ibu Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag., selaku ketua Program Studi Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak M. Zaki Mubarak, MSi selaku sekertaris Jurusan Ilmu Politik yang
telah memberikan motivasi serta dorongan yang tak henti-henti demi
terselesainya skripsi ini.
7. Bapak Dr. Sirojudin Ali, MA. Selaku Dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu diantara kesibukan dalam aktivitasnya dalam rangka
memberikan bimbingan serta motivasi dan dorongan demi terselesainya
penulisan karya ilmiah atau skripsi ini.
8. Seluruh Dosen beserta staf dan jajaran akademik Program Studi Ilmu
Politik, penulis menucapkan beribu-ribu terima kasih sampai
terselesaikannya skripsi atau karya ilmiah ini.
9. Orang tua baik Bapak Calam dan Ibu Umsinah yang tercinta, tiada
henti-hentinya mendidik dan membina saya dari kecil sampai besar, sehingga
saya bisa menunaikan studi di jenjang yang lebih tinggi, itu tidak lain
karena dorongan serta do’a orang tua saya yang selalu mengalir dan
menghiasi dalam kehidupan saya.
10. Untuk kaka-kakaku serta adiku, Yanah, Spd, Drs. Wahyudin Sag, Sarnih
dan Lia Anggraeni yang telah memberikan dukungan serta motivasi yang
tinggi, dan selalu menjaga serta membimbing saya saat melakukan studi,
tidak akan pernah terlupakan jasa-jasa mereka sampai kapanpun.
11. Kepada Adinda Handayanti yang tercinta, yang selalu memberikan
pengorbanan yang Adinda berikan, dan kepada Bapak H. Misan Turin
beserta Ibu yang telah memberikan sarana prasarana, dorongan atau
dukungan yang banyak kepada penulis.
12. Kepada teman-teman dan IRMA Al-Husna, Dedi Candra, Ahmad Sofiyan
S.Sos, Helmi, Abdul Muis, Soleh, Alek, Kamin, Idris Ridwan Munandar
SPd, Hasan Ismail, yang telah memberikan motivasi serta dorongan
sampai terselesaikannya skripsi ini.
13. Kepada seluruh pihak dan segenap jajaran pengurus DPC PKB Karawang,
penulis ucapkan terima kasih banyak atas bantuan serta bahan rujukan
yang telah diberikan sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
14. Kepada kawan-kawan Program Studi Ilmu Politik yang tidak saya
sebutkan satu-persatu khususnya angkatan tahun 2006, terima kasih atas
dukungan dan bantuannya baik materi maupun pemikiran selama
berlangsungnya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh bahkan belum sempurna oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis bisa intropeksi,.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca.
Demikianlah semoga Allah menerima usaha ini sebagai ‘amal ibadah serta mengampuni kesalahan dalam karya atau skripsi ini, oleh karena itu penulis
sendiri yang bertanggung jawab.
Ciputat, 7 Desember 2010
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...7
C. Metodelogi Penelitian...8
D. Sistematika Penulisan...8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...9
BAB II KAJIAN TEORI...11
A. Partai Politik...,11
1. Pengertian Partai Politik...13
2. Model Partai Politik...15
3. Fungsi Partai Politik...16
4. Tujuan Partai Politik...19
B. Konflik...22
1. Pengertian Konflik...22
2. Bentuk Konflik...25
BAB III DESKRIPSI DPC PKB KAB. KARAWANG...29
1. Latar Belakang Berdirinya Partai...29
2. Struktur Kepengurusan Partai...34
3. Program Kerja Partai...38
4. Perkembangan Partai dari tahun 2004 – 2009...41
BAB IV DINAMIKA KONFLIK PARTAI KEBANGKITAN BANGSA DI
KARAWANG...51
A. Konflik Partai Kebangkitan Bangsa Tingkat Nasional...51
1. Latar Belakang Konflik...52
2. Pelaku yang terlibat dalam konflik...53
B. Konflik Partai Kebangkitan Bangsa di Karawang...54
1. Sumber Konflik...55
2. Pelaku yang terlibat dalam konflik...58
3. Pengaruh Konflik Terhadap Masyarakat...60
C.Dampak Konflik PKB pada Pemilu 2009...63
BAB V PENUTUP...71
A. Kesimpulan...71
B. Saran – saran...73
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah menciptakan manusia sesuai dengan ukuran dan kemampuan
manusia, dan manusia bergerak demi mencapai atau menjalankan tugasnya,
walaupun telah diketahui bahwa manusia adalah makhluk yang lemah tidak ada
kekuatan tanpa ada yang memberikan kekuatan itu. Namun manusia bertugas atau
beraktivitas sesuai dengan koridor, ketentuan dan hukum yang berlaku
sebagaimana manusia makhluk sosial yang sama-sama saling membutuhkan satu
sama lain, dengan adanya interaksi sosial maka akan tumbuh pemikiran dan
gagasan yang luas dalam membangun agama, masyarakat dan negara.
UU RI No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik menyatakan bahwa, partai
politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan, kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui
pemilihan umum.1 Politik adalah cara untuk mencapai sebuah kekuasaan, dan
untuk mencapai kekuasaan bisa dengan beberapa cara salah satunya yaitu melalui
partai politik, namun partai politik berbeda dengan bentuk organisasi lainnya, ia
merupakan a special Kind of political organization. Di negara yang demokratis
1
UU RI No. 31Tahun 2002 tentang Partai Politik, yang menjelaskan bahwa segala
bentuk kepartaian mempunyai misi dan tujuan yang baik, yang sesuai dengan undang-undang
yang ada, dan partai politik menjadikan sebuah alat politik guna mencapai suatu tujuan yaitu
kekuasaan dalam menjalankan roda pemerintahan demi tercapainya masyarakat, bangsa yang
atau yang otoritarian partai politik berbeda dengan asosiasi-asosiasi politik lainnya
yang ada, seperti kelompok penekan (Pressure group), karena partai politik adalah
organisasi yang berhubungan dengan kekuasaan melalui cara pemilihan yang
demokratis.2 Dalam politik Islam munculnya partai diawali dengan konflik
kekuasaan pada periode Ali dan Muawiyah, pada periode ini terdapat dua teori
yang berkembang. Ibnu Khaldun menjelaskan teori tersebut dengan ungkapanya,
dan puncak perselisihan yang terjadi antara sahabat dan tabi’in merupakan
perbedaan ijtihad dalam masalah agama yang zhanni, demikian pula hukumnya.3
Dalam arena politik masalah konflik seperti yang dikatakan Dharsono
bahwa hampir setengah abad setelah merdeka, Indonesia tidak pernah benar-benar
mengecap ketenangan dalam negeri. Pada tahun 1948 dan 1965 Kaum komunis
telah dua kali mencoba melakukan kudeta. Daerah Jawa Barat dan Divis Siliwangi
telah di rongrong oleh Darul Islam sepanjang 1950-an, dan di sejumlah daerah
lain telah terjadi bemacam-macam pemberontakan. Sehingga menurut Dharsono
akar permasalahan terjadinya konflik itu disebabkan oleh organisasi-organisasi
islam yang selalu berjuang demi syariat Islam.4
Konflik di PKB memang tidak jauh berbeda dengan konflik yang terjadi
pada NU dulu yang mana sejak berdirinya NU Pada tanggal 31 Januari 1926
Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya, di bawah pimpinan Syaikh Hasyim
Asy’ari, sebagai reaksi terhadap gerakan pembaharuan yang dibawa terutama
oleh Muhammadiyah dan lain-lain, usahanya antara lain memperkembangkan dan
2
Thoha Miftah, Birokrasi dan Politik Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007,) h. 94.
3
Rais Dhiauddin, Teori Politik Islam, (Jakarta, Gema Insani Press, 2001,) h. 32, Cet. I.
4
mengikuti salah satu dari keempat mazhab fiqh. Tahun 1952 memisahkan diri dari
Masyumi dan sejak itu resmi menjadi Partai Politik Islam. Kegiatan politik praktis
NU mulai surut ketika memfusikan diri ke dalam PPP (Partai Persatuan
Pembangunan) 1973, lalu ditegaskan bahwa NU bukan wadah bagi kegiatan
politik praktis dalam Musyawarah Nasionalnya di Situbondo Jawa Timur 1983,
dan diperkuat oleh Muktamar NU 1984 yang secara eksplisit menyebut NU
meninggalkan kegiatan politik praktisnya.5
Ketika lengsernya Orde Baru 1998 menjadi Era Reformasi itulah awal
berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa pada tanggal 23 Juli 1998 yang di
deklarasikan oleh para kiai-kiai Nahdlatul Ulama diantaranya adalah Munasir Ali,
Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, A. Mustofa Bisri, dan A. Muhith Muzadi.
Namun perjalanan partai ini sangat begitu rumit, artinya proses kepengurusan ini
mengalami banyak rintangan. Contoh kasus atau konflik antara Gus Dur dan
Matori Abdul Djalil ketika Muktamar pertama PKB di Surabaya pada tahun 2001
yaitu masalah sidang istimewa MPR RI, kelompok Gusdur tidak mau mengikuti
sidang istimewa yang tidak konstitusional tapi Matori tetap mengkutinya untuk
menjatuhkan Gus Dur karena Matori ingin memperjuangkan pribadinya menjadi
ketua DPP PKB.
Matori menyerukan kepada segenap pengurus DPP PKB yang terlibat
secara langsung mendorong KH. Abdurrahman Wahid bersikap konfrontatif
terhadap banyak pihak yang berpuncak pada keluarnya dekrit presiden agar
mengundurkan diri dari pengurus partai, akibat dari perbuatanya akhirnya Matori
diberhentikan oleh Ketua Dewan Syuro KH. Abdurrahman Wahid sebagai ketua
5
DPP PKB, dengan alasan yang bersangkutan tidak tunduk pada kebijakan partai
karena mendukung pelaksanaan sidang istimewa MPR RI dan kedudukannya
diganti oleh Alwi Shihab. Konflik internal ini tidak mempengaruhi pemilu 2004,
hengkangya Matori dari PKB tidak akan mengganggu keutuhan partai ini secara
keseluruhan terbukti dari DPW sampai DPC tetap mendukung PKB di bawah
kepemimpinan KH. Abdurrahman Wahid.6 Bukan hanya kasus ini saja yang
dialami Partai Kebangkitan Bangsa, masih banyak kasus-kasus yang dialami.
Ketika Gus Dur menjadi Presiden banyak sekali lawan politik Gus Dur yang ingin
menjatuhkan kekuasaanya, karena kebetulan pada kepemimpinan beliau
mengalami beberapa perubahan seperti pemisahan antara POLRI dan ABRI,
pembubaran Depsos, pembubaran Depham dan yang lainnya.
Karawang kota pangkal perjuangan yang dikenal sebagai lumbung padi,
dan kaya akan sumber daya alamnya, akan tetapi juga karawang bisa dikatakan
kota santri karena banyak berdirinya pondok-pondok salafi, sehingga mayoritas
70% karawang warga Nahdliyin, namun saat sekarang ini perpolitikan di
Karawang mengalami masalah, khususnya yang terjadi dan di alami oleh
Nahdlyin Karawang, keluh kesah mereka baik dari elit agama maupun masyarakat
biasa selalu muncul yang bertanya kenapa PKB Karawang selalu ada masalah.
Pada pemilu 1999 perolehan suara 61.000 mendapat 2 kursi, pemilu 2004
memperoleh suara 53.000 mendapat 3 kursi, dan pada pemilu 2009 yang lalu
memperoleh suara 48.300 mendapat 4 kursi.7 Menurut Rahmat Toleng salah satu
pengurus PKB Karawang menyatakan bahwa setiap tahun dalam pemilu PKB
6
Abdurrahman Wahid, Gus Dur yang Saya Kenal Catatan Transisi Demokrasi Kita, (Yogyakarta, LKIS Yogyakarta, 2004,) h. 203-205.
7
Karawang mengalami penurunan, tapi dalam kursi selalu meningkat. Ini tidak lain
karena sistem pemilu yang mendukung Keadaan PKB Karawang yaitu sistem
pemilu Proporsional, sistem Proporsional adalah sistem pemilu yang lebih menitik
beratkan kepada partai bukan orang atau nomor calon, berbeda dengan sistem
distrik, kalau sistem distrik sebaliknya dari sistem proporsional. Bahkan dalam
penghitungannyapun berbeda. Dan proporsional juga ialah sistem yang
memberikan kursi legislatif kepada parpol berdasarkan proposi suara tiap parpol
dalam sebuah daerah pemilihan, agar kursi-kursi dapat didistribusikan kepada
parpol secara proporsional, maka caranya menggunakan DP Wakil Jamak, namun
idealnya secara empirik antara 6-9 kursi per DP. Oleh karena itu, kalaulah sistem
ini berubah menjadi sistem distrik kemungkinan PKB Karawang mengalami
kekalahan.8
Konflik internal PKB Karawang terjadi karena pengaruh konflik internal
ditingkat pusat atau bisa dikatakan efek domino yang mana sudah ketahui bersama
baik dari media elektronik atau media cetak, bahwa konflik di DPP PKB sangat
ironis dan akan berimbas pada DPW,DPC sampai ke PAC sehingga mengalami
berbagai benturan antara dua kubu antara lain kubu Gusdur dan kubu Muhaimin,
atau antara kubu Parung dengan kubu Ancol. Dan Toleng juga mengatakan kubu
Gusdur kelompok tua yaitu H. Uba Ruba’i dan Enjang Ya’kub, dan kubu
8
Hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 20 April 2010 di kantor sekretariat
PKB Karawang , di dalam wawancaranya ia mengatakan bahwa PKB merupakan partai yang
berideologi Islam tradisional atau partai kaum Nahdliyin yang mengakomodir kaum santri, petani
dan para simpatisan luar Nahdliyin. Dalam jumlah suara setiap tahun PKB Karawang terjadi
penyusutan baik ketika konflik maupun sedang tidak terjadi konflik, ini karena keberuntungan
Partai PKB karena sistem pemilu menggunakan sistem pemilu Proporsional, konflik internal di
Muhaimin kelompok muda yang dipelopori oleh Ahmad Zamakhsyari ketua
sekarang, dan segenap pengurus lainnya. Pertikaian dan perbedaan pendapat
selalu ada dalam suatu intansi atau suatu organisasi. Oleh karena itu untuk lebih
jelas kronologisnya tentang konflik PKB Karawang pembahasan akan dilanjutkan
pada BAB berikutnya.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, jelaslah bahwa Konflik bukan
terjadi hanya pada suatu etnis atau suatu golongan saja, akan tetapi partai politik
pun bisa terjadi konflik karena disebabkan oleh faktor – faktor tertentu, apalagi
kaitannya dengan politik dan umat, maka pembahasan skripsi ini akan dirumuskan
pada persoalan sebagai berikut:
1. Apa yang menyebabkan terjadinya perpecahan dan konflik di tubuh
Partai Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Karawang?
2. Seperti apa Faksionalisme politik yang terbentuk akibat konflik
tersebut?
3. Apa Dampak dan Pengaruhnya terhadap warga Nahdliyin di
Karawang?
Kemudian, agar penelitian ini bisa lebih fokus , maka penulis membatasi
permasalahan-permasalahan diatas pada permasalahan Konflik Internal Partai
Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Karawang, sumber serta dampak pada pemilu
2009.
C. Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini diaplikasikan model penelitian empiris. Dilihat dari
kualitatif dan kuantitatif. Sementara metode penulisan yang digunakan adalah
deskriptif analisis yakni dengan cara penulisan yang menggambarkan
permasalahan yang didasari pada data-data yang ada, lalu dianalisa lebih lanjut
untuk kemudian diambil kesimpulan. sumber lainya yang relevan dengan
penelitian ini, seperti jurnal yang terkait dengan penelitian, surat kabar, majalah
dan sumber tertulis lainya.
Adapun sistematika atau teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada
buku Pedoman Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
diterbitkan oleh PT. Hikmat Syahid Indah Jakarta tahun 2002.
D. Tujuan dan Manfaat
Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui apa yang melatar belakangi terjadinya konflik Partai
Kebangkitan Bangsa di Karawang.
2. Ingin mengetahui sejauh mana Partai Kebangkitan Bangsa Karawang
dalam menghadapi konflik tersebut.
3. Ingin mengetahui apa dampak dan pengaruhnya terhadap pemilu dan
masyarakat sekitar.
4. Ingin mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
2. Manfaat Penelitian
1. Untuk memberikan kontribusi berupa gagasan dan buah fikiran sebagai
hasil penelitian berdasarkan prosedur, ilmiah serta melatih kepekaan
penulis terhadap masalah-masalah yang ada dilingkungan.
2. Penelitian ini diharapkan menambah referensi tentang masalah-masalah
politik yang ada dilingkungan.
3. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa
pemikiran atau pemasukan tentang konflik pada partai politik PKB dan
mampu memberikan solusi atau jalan keluar bagi pengurus partai PKB dan
para simpatisan dalam menyikapi kelebihan dan kekurangan akan
peranannya menanggulangi perselisihan kepengurusan partai politik serta
dapat menjadi motivasi bagi peneliti-peneliti lain untuk mengetahui
fenomena atau suatu konflik yang terjadi di setiap partai politik, baik
partai politik nasionalis maupun islamis yang terjadi di tingkat nasional
maupun daerah.
E. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini pembahasannya akan terbagi menjadi lima bab dan
masing-masing bab akan terbagi lagi menjadi sub-sub bab yaitu sebagai berikut:
Bab I : Memuat tentang pendahuluan yang mengutarakan latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, kajian teori, metode
penelitian, sistematika penulisan, tujuan dan manfaat penelitian.
Bab II: Memuat tentang tinjauan teoritis menjelaskan tentang Pengertian
partai politik, Model partai politik, dan Fungsi partai Politik, serta
Bab III: Memuat tentang Deskripsi Partai Kebangkitan Bangsa di Karawang
yang mengutarakan Latar belakang berdirinya partai, Struktur
kepengurusan partai, Program kerja partai, perbandingan hasil
pemilu, dan Perkembangan partai dari setiap tahun.
Bab IV: Memuat tentang Dinamika konflik Partai Kebangkitan Bangsa di
Karawang yang menjelaskan konflik PKB tingkat Nasional antara
lain: latar belakang konplik, pelaku yang terlibat dalam konflik,
dampak dan pengaruh pada pemilu 2009. Dan konflik PKB di tingkat
daerah Karawang antara lain yaitu: sumber dasar konflik, pelaku
yang terlibat dalam konflik, dampak pada pemilu 2009, dan
pengaruh konflik terhadap masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Partai Politik
Dalam kekuasaan suatu negara baik yang konservatif maupun yang
revolusioner dan yang didukung oleh elit politik atau oleh massa, baik
pemerintahan yang menganut sistem demokrasi pluralis maupun yang mengikuti
sistem demokrasi diktatoris. Pada umumnya partai politik dianggap sebagai alat
atau kendaraan dari suatu sistem yang sudah berkembang, sehingga di
negara-negara yang sedang berkembang pesat partai politik sudah menjadi lembaga serta
arah tersendiri.
Peletakan batu pertama awal munculnya partai politik terletak di
negara-negara Eropa Barat, dengan alasan yang cukup jelas bahwa rakyat merupakan
faktor yang perlu di perhitungkan serta dikaitkan pada persoalan politik. Oleh
karena itu partai politik telah muncul secara spontan sebagai bahan atau alat
penghubung antara rakyat dan penguasa sehingga diantaranya terjadi chak and
balance yang sama-sama saling menguntungkan, karena di negara yang
demokratis, dengan partai politik rakyat bisa menentukan seorang pemimpin.
Dalam perkembangannya seperti di dunia barat partai politik hanya
dilakukan atau dijalankan oleh orang-orang parlemen yang mempunyai kekuatan
dalam suatu negara, dalam aktivitasnya menjaga dan mementingkan kaum
bangsawan demi kepentingan raja. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya roda
diawali dengan membentuk panitia-panitia pemilihan umum dengan tujuan
mengakomodir suara pemilih.
Partai politik yang mampu mengakomodir dan mampu menyalurkan
aspirasi masayarakat pada umumnya akan mempermudah perjalanan demokrasi.
Oleh karena itu, partai politik perlu dibentuk dengan berbagai dukungan baik
pemerintah, masyarakat, golongan, dan organisasi massa lainnya. Karena tidak
lain partai politik adalah untuk menjalankan fungsinya sebagai institusi yang
menjalankan kekuasaan, dan fungsi ini dijalankan baik ketika membentuk
pemerintahan maupun berposisi sebagai oposisi.9
I. Pengertian Partai Politik
Terdapat banyak sekali tentang definisi atau pengertian partai politik
dengan bermacam-macam pemikiran baik menurut Barat maupun menurut Islam.
Namun disini penulis akan mencoba menjelaskan beberapa definisi yang berkaitan
semua dengan partai politik.
Dalam bahasa al-Qur’an partai atau Hizb adalah tanah kasar yang keras,
tetapi juga digunakan untuk menunjukan sebuah kelompok yang mempunyai
kekuatan dan keyakinannya. Karena itu, Lexicographer al-Qur’an terkenal, al
-Ashfahani, mendefinisikan Hizb sebuah kelompok yang didalamnya terdapat
keyakinan yang dijadikan sebuah dasar pemikiran (jama’ah fiha ghalazh).10
Sedangkan menurut Miriam Budiardjo dalam bukunya “Partisipasi dan
Partai Politik” mengatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang
terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan
9
Ibid ..h.95
10 Ka’bah Rifyal, Politik dan Hukum dalam Al-qur’an, (Jakarta, Khairul Bayan,, 2005,) h.
cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah memperoleh kekuasaan politik dan
merebut jabatan secara konstitusional dalam rangka melaksanakan tugas dan
kebijakan yang dimiliki.11 Dalam karang berikutnya terdapat dalam buku yang
berjudul ”Dasar-dasar Ilmu Politik” mendefinisikan bahwa partai politik adalah suatu kumpulan atau kelompok yang terorganisir dengan baik, dan
anggota-anggotanya memiliki orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita atau tujuan yang sama
yaitu memperoleh kekuasaan.12
Menurut Sigmund Neumann dalam karangannya “Partai Politik Modern,
Perbandingan Politik” memberikan pengertian tentang partai politik. Neumann
menyatakan bahwa yang dimaksud partai politik adalah organisasi artikulasi
dalam masyarakat yang memusatkan pada pengendalian kekuasaan pemerintah
yang bersaing untuk mendapat dukungan rakyat dengan kelompok lain yang
mempunyai pandangan yang berbeda.13
Menurut R.H. Soltau dalam bukunya “An Introduction to Politics”
menyatakan bahwa yang dimaksud partai politik adalah sekelompok warga negara
yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik
dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih dan bertujuan menguasai
pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.14
11
Miriam Budiardjo: Partisipasi dan Partai Politik; , (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia,
1998,) h 16, Cet. 4.
12
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama). 2003. h. 159-160
13
Sigmund Neumann, Harry Eckstein dan David E. Apter, Partai Politik Modern, Perbandingan Politik: A Reader, (London, Penerbit The Free Press of Glencoe, 1963,) h. 352.
14
(Roger F. Soltau : An Introduction to Politics, (London, Longmans, Green and Co,
Berdasarkan definisi diatas, maka terdapat kesimpulan bahwa partai politik
adalah kelompok atau kumpulan orang yang terlatih, terorganisir dan mempunyai
visi dan misi serta tujuan yang sama yaitu untuk mencapai atau mendapatkan
kekuasaan. Berbeda denga movement atau gerakan, gerakan hanya mengandalkan
fundamental dan politik yang terbatas serta ideologi yang kuat.
II. Model Partai Politik
Partai politik salah satu lembaga yang memiliki kekuatan dalam rangka
menyalurkan dan mengakomodir aspirasi rakyat (Pemilu) dalam suatu
pemerintahan, maka ada beberapa model atau tipe partai politik yang
dikemukakan oleh para pakar atau pengamat politik antara lain sebagai berikut:
Menurut Haryanto, partai politik dari segi komposisi dan fungsi
keanggotaannya secara umum dapat dibagi mejadi dua kategori, yaitu:
1. Mass Parties (Partai Masa), yaitu partai dimana anggotanya memiliki
prinsip kesetiaan dengan hidup dan darahnya. Partai memperluas
keanggotaan dan melakukan pemberdayaan melalui pendidikan politik
bagi pemilih, partai tidak mengharapkan dana dari donator melainkan
cukup didanai oleh beberapa orang tertentu yang memiliki kekuatan dana.
2. Cadred Parties (Partai Kader), Partai ini mengutamakan kualitas bukan
sekedar kuantitas, masing-masing anggota memiliki kebanggaan bahwa
dirinya adalah kekuatan untuk perolehan kemenangan di pemilu bagi
partainya. Mereka membuat Platform pemenangan pemilu sehingga apa
yang menjadi tujuan perolehan kekuasaan politik.15
15
Haryanto: dalam buku Toni Adrianus Pito, Efriza, dan Kemal Fasyah; Mengenal
Sesuai dengan kategori diatas menurut Haryanto Indonesia sudah
menjalankan tugas dan fungsinya yang sesuai dengan prosedur dan ketentuan
partai politik yang dibuktikan setiap mengadakan pemilihan umum atau pesta
Demokrasi Indonesia.
Sedangkan tipologi berdasarkan tingkat komitmen partai terhadap ideologi
dan kepentingan, menurut Ichlasul Amal seorang pengamat politik terdapat lima
jenis partai politik, yakni:
Pertama Partai Proto, adalah tipe awal partai politik sebelum mencapai tingkat perkembangan seperti dewasa ini. Ciri yang paling menonjol partai ini
adalah pembedaan antara kelompok anggota atau “ins” dengan non-anggota
“outs”. Selebihnya partai ini belum menunjukkan ciri sebagai partai politik dalam
pengertian modern. Karena itu sesungguhnya partai ini adalah faksi yang dibentuk
berdasarkan pengelompokkan ideologi masyarakat.
Kedua Partai Kader, merupakan perkembangan lebih lanjut dari partai proto. Keanggotaan partai ini terutama berasal dari golongan kelas menengah ke
atas. Akibatnya, ideologi yang dianut partai ini adalah konservatisme ekstrim atau
maksimal reformis moderat.
Ketiga Partai Massa, muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga dianggap sebagai respon politis dan organisasional bagi perluasan
hak-hak pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak-hak-hak pilih tersebut. Partai
massa berorientasi pada pendukungnya yang luas, misalnya buruh, petani, dan
kelompok agama, dan memiliki ideologi cukup jelas untuk memobilisasi massa
serta mengembangkan organisasi yang cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan
Keempat Partai Diktatorial, sebenarnya merupakan sub tipe dari parti massa, tetapi memiliki ideologi yang lebih kaku dan radikal. Pemimpin tertinggi
partai melakukan kontrol yang sangat ketat terhadap pengurus bawahan maupun
anggota partai. Rekrutmen anggota partai dilakukan secara lebih selektif daripada
partai massa.
Kelima Partai Catch-all, merupakan gabungan dari partai kader dan partai
massa. Istilah Catch-all pertama kali di kemukakan oleh Otto Kirchheimer untuk
memberikan tipologi pada kecenderungan perubahan karakteristik. Catch-all dapat
diartikan sebagai “menampung kelompok-kelompok sosial sebanyak mungkin
untuk dijadikan anggotanya”. Tujuan utama partai ini adalah memenangkan
pemilihan dengan cara menawarkan program-program dan keuntungan bagi
anggotanya sebagai pengganti ideologi yang kaku.16
Berdasarkan tipe tersebut Amal menegaskan bahwa partai politik baik
Proto, Kader, Massa, Diktatorial, maupun Catch-all itu partai yang sudah ada di
Indonesia, dan dari kelima tersebut sudah berperan dalam demokrasi Indonesia
baik yang sedang berkuasa maupun yang mengalami oposisi.
Menurut Peter Schroder, tipologi partai politik berdasarkan struktur
organisasinya terbagi menjadi tiga macam yaitu;
1. Partai Para Pemuka Masyarakat, berupa gabungan yang tidak terlalu
ketat, yang pada umumnya tidak dipimpin secara sentral ataupun profesional, dan
yang pada kesempatan tertentu sebelum pemilihan anggota parlemen mendukung
kandidat-kandidat tertentu untuk memperoleh suatu mandat.
16
2. Partai Massa, sebagai jawaban terhadap tuntutan sosial dalam
masyarakat industrial, maka dibentuklah partai-partai yang besar dengan banyak
anggota dengan tujuan utama mengumpulkan kekuatan yang cukup besar untuk
dapat membuat terobosan dan mempengaruhi pemerintah dan masyarakat, serta
“mempertanyakan kekuasaan.
3. Partai Kader, partai ini muncul sebagai partai jenis baru mereka dapat
dikenali berdasarkan organisasinya yang ketat, juga karena mereka termasuk
kader/kelompok orang terlatih yang personilnya terbatas. Mereka berpegangan
pada satu ideologi tertentu, dan terus menerus melakukan pembaharuan melalui
sebuah pembersihan yang berkseninambungan dalam pemerintahan.17
Dari ketiga tipe diatas menurut Peter bahwa semuanya memiliki ciri khas
dan cara yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama ikut dalam serta
membangun kemajuan bangsa. Karena dengan partai politik, bangsa atau negara
bisa berjalan sesuai dengan roda perpolitikan.
III. Fungsi Partai Politik
Di pentas panggung politik, partai politik selain sebagai organisasi yang
terlatih dan mempunyai dasar kekuatan maka, partai politik mempunyai beberapa
fungsi. Adapun fungsi partai politik seperti yang dijelaskan oleh Sigmund
Naeumann, menurut Sigmund Neumann terdapat empat fungsi partai politik
antara lain yaitu:
17
Peter Schroder : dikutip dari buku Toni Adrianus Pito, Efriza, dan Kemal Fasyah.,op cit,.halaman 572.
1. Fungsi Agregasi. Partai menggabungkan dan mengarahkan kehendak
umum masyarakat yang kacau. Sering kali masyarakat merasakan
dampak negatif suatu kebijakan pemerintah, misalnya kenaikan BBM
di Indonesia 1 Oktober 2005 lalu yang demikian tinggi. Namun
ketidakpuasan masyarakat kadang diungkapkan dengan berbagai
ekspresi yang tidak jelas dan bersifat sporadis. Maka partai
mengagregasikan berbagai reaksi dan pendapat masyarakat itu
menjadi suatu kehendak umum yang terfokus dan terumuskan dengan
baik.
2. Fungsi Edukasi. Partai mendidik masyarakat agar memahami politik
dan mempunyai kesadaran politik berdasarkan ideologi partai.
Tujuannya adalah mengikutsertakan masyarakat dalam politik
sedemikian sehingga partai mendapat dukungan masyarakat. Cara
yang ditempuh misalnya dengan memberi penerangan atau agitasi
menyangkut kebijakan negara serta menjelaskan arah mana yang
diinginkan partai agar masyarakat turut terlibat perjuangan politik
partai.
3. Fungsi Artikulasi. Partai merumuskan dan menyuarakan
(mengartikulasikan) berbagai kepentingan masyarakat menjadi suatu
usulan kebijakan yang disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan
suatu kebijakan umum (public policy). Fungsi ini sangat dipengaruhi
oleh jumlah kader suatu partai, karena fungsi ini mengharuskan partai
terjun ke masyarakat dalam segala tingkatan dan lapisan. Bila fungsi
komunikasi dan sosialisasi politik yang sangat efektif dari partai yang
selanjutnya akan menjadi lem perekat antara partai dan massa.
4. Fungsi Rekrutmen. Ini berarti partai melakukan upaya rekrutmen,
baik rekrutmen politik dalam arti mendudukan kader partai ke dalam
parlemen yang menjalankan peran legislasi dan koreksi maupun ke
dalam lembaga-lembaga pemerintahan, maupun rekrutmen partai
dalam arti menarik individu masyarakat untuk menjadi kader baru ke
dalam partai. Rekrutmen politik dilakukan dengan jalan mengikuti
pemilihan umum dalam segala tahapannya hingga proses
pembentukan kekuasaan. Karenanya, fungsi ini sering disebut juga
fungsi representasi.
Sedangkan menurut Roy Macridis, menyatakan bahwa ada beberapa
fungsi partai yang mempengaruhi atau yang mengontrol pada perjalanan
pemerintahan, dan fungsi-fungsi partai sebagai berikut:
a. Representatif (perwakilan).
b. Konvensi dan Agregasi.
c. Integrasi (partisipasi, sosialisasi, mobilisasi).
d. Persuasi, Represi.
e. Rekrutmen, dan Pemilihan pemimpin.
f. Pertimbangan-pertimbangan.
g. Perumusan kebijakan, serta Kontrol terhadap pemerintah.18
18
Menurut Roy beberapa fungsi tersebut telah melekat pada masing-masing
partai, namun semuanya belum terealisasikan semuanya karena ada beberapa
faktor yang mempengaruhi keadaan suatu partai politik. Sistem demokrasi ini
yang mempermudah perjalanan pemerintah khususnya negara-negara berkembang
yang menganut sistem tersebut.
Dan terdapat beberapa fungsi partai politik yang lainnya namun tetap sama
antara lain yaitu:
a. Agregasi Kepentingan, yaitu berfungsi sebagai pemadu atau
pembanding aspirasi masyarakat, serta dirumuskan sebagai bahan
untuk program kepentingan politik.
b. Sosialisasi Politik, yaitu berfungsi sebagai cara melalui nama
seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap perkembangan
politik yang terjadi di masyarakat dimanapun tempatnya.
c. Partisipasi Politik, yaitu berfungsi sebagai pendorong agar masyarakat
ikut aktif dalam kegiatan politik dengan cara menggunakan ideologi,
platform serta visi dan misi partai.
d. Komunikasi Politik, yaitu berfungsi sebagai penyalur pendapat serta
aspirasi masyarakat.
e. Pembuat Kebijakan, yaitu berfungsi sebagai pengontrol dan pembuat
kebijakan partai yang sedang berkuasa.19
Dari beberapa fungsi tersebut Sigmund menjelaskan bahwa partai politik
itu sangat berfungsi pada suatu pemerintahan, dan bisa dikatakan sebagai tangan
19
kanan pemerintah, karena semua bentuk kegiatannya bersifat membangun bangsa
dan negara.
IV. Tujuan Partai Politik
Selain mempunyai fungsi, partai politik juga memiliki tujuan tertentu dan
tujuan ini dibagi atas dua bagian yakni secara umum dan secara khusus.
1. Secara Umum:
Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Secara Khusus:
Memperjuangan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta mewujudkannya secara konstitusional, dan
mencapai kekuasaan yang sah secara mutlak.20
Tujuan partai politik merebut kekuasaan dengan melalui pemilu yang sah
dan benar, mempermudah serta menentukan seorang pemimpin. Karena partai
politik sejatinya cara atau alat yang digunakan dalam pemilu baik secara teoritis
maupun realistis. Dalam negara demokratis partai politik sangat penting dalam
menentukan penguasa yang pantas memipin suatu negara.21 Dan bisa artikan juga
bahwa tujuan utama dari partai adalah memperoleh kekuasaan atau mengambil
20
Kutipan http/www.parpol.co.id tanggal 7/10/10, bahwa partai memiliki fungsi dan
tujuan yang baik dalam rangka mencapai atau merebut kekuasaan
21
bagian dalam kekuasaan; mereka berusaha memperoleh kursi dalam pemilihan
umum, mengangkat wakil dan menteri, dan mengontrol pemerintah.22
Dalam hal ini mengenai tujuan partai politik mungkin penulis tidak
menjelaskan dengan apa yang sudah dipaparkan, karena tujuan partai politik
sudah jelas meraih gelar pemimpin atau merebut kekuasaan.
B. Konflik
Kalimat konflik sering muncul di setiap penjuru baik internal maupun
eksternal, dan nasional maupun internasional. Namun konflik ini juga bisa
mengakibatkan kerusuhan dan kehancuran, dan bisa juga menjadi bahan renungan
untuk masa depan. Sehingga konflik bisa menjadi boomerang bagi kehidupan, dan
konflik bisa terjadi karena ada faktor dan sebab pertentangan atau permasalahan
dua kelompok atau orang.
I. Pengertian Konflik
Konflik dalam kamus bahasa Indonesia adalah pertentangan, perselisihan
antara dua anggota. Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin
“con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.
Dengan demikian “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan,
keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau
lebih.23
Menurut Nader seorang ilmuwan barat di International Encyclopaedia of
The Social Sciences menjelaskan tentang pengertian konflik dari aspek
22
Maurice Duverger, Sosisologi politik. h . 42.
23, Mulyadi, M.Si, “Konflik Sosial Ditinjau Dari Segi Struktur dan Fungsi” di Jurnal
antropologi. Yakni, konflik ditimbulkan sebagai akibat dari persaingan antara dua
pihak dimana tiap-tiap pihak dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok
kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan kelas sosial pendukung
ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau satu pemeluk
agama tertentu.24 Dengan demikian pihak-pihak yang terlibat dalam konflik
meliputi banyak macam bentuk dan ukurannya. Selain itu dapat pula dipahami
bahwa pengertian konflik secara antropologis tersebut tidak berdiri sendiri,
melainkan secara bersama-sama dengan pengertian konflik menurut aspek-aspek
lain yang semuanya itu turut ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial
dalam kehidupan kolektif manusia.
Kehidupan sosial kalau dicermati komponen utamanya adalah interkasi
antara para anggota. Sehubungan dengan interaksi antaranggota itu ditemukan
berbagai tipe. Tipe-tipe interaksi sosial secara umum meliputi: cooperative
(kerjasama), competition (persaingan) dan conflict (pertikaian). Dalam kehidupan
sosial sehari-hari tampaknya selain diwarnai oleh kerjasama, senantiasa juga
diwarnai oleh berbagai bentuk persaingan dan konflik. Bahkan dalam kehidupan
sosial tidak pernah ditemukan seluruh warganya sepanjang masa kooperatif.
Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu
lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan
ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang
diekspresikan, diingat, dan dialami.25 Konflik sosial antar anggota masyarakat,
24
Nader, arti konflik dilihat dari segi antropologi International Encyclopaedia of The Social Sciences. h. 236-241.
25
artinya konflik politik itu konflik yang terjadi antar politikus atau penguasa.26
Menurut George Simmel dan Lewis Coser konflik adalah unsur terpenting dalam
kehidupan manusia, karena konflik memiliki fungsi positif. Menurut Karl Marx
dan Ibnu Khaldun konflik menjadi dinamika sejarah manusia, dan menurut
Maslow, Max Neef, dan John Burton konflik adalah bagian dari proses
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.27
Bartos dan Paul Wehr mendefinisikan konflik adalah situasi saat para
aktor atau pelaku menggunakan perilaku konflik melawan satu sama lain dengan
tujuan yang berlawanan atau mengekspresikan naluri permusuhan.28 Maswadi
Rauf, mengatakan konflik adalah pertentangan atau perbedaan pendapat antara
dua orang atau kelompok. Konflik ini disebut konflik nonfisik atau lisan. Pada
umumnya konsep konflik didefinisikan sebagai suatu bentuk perbedaan atau
pertentangan ide, pendapat, paham dan kepentingan diantara dua pihak atau lebih
sehingga semuanya sama-sama saling memperjuangkan argumenya sampai
meyakini bahwa dia atau kelompok tersebut adalah yang benar. Dan bahkan
pertentangan yang tadinya nonfisik bisa menjadi bentuk fisik sehingga timbul
yang dinamakan kekerasan.29Marc dan Snyder mengemukakan bahwa perpecahan
atau konflik itu diakibatkan oleh tidak adanya posisi dan sumber-sumber tersebut
26
Tanjung Anton, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta, Media Centre, 2002,) h.
323.
27
makin berkurang jabatan atau kedudukan yang dicapai oleh masing-masing
anggota atau kelompok.30
Begitu juga dengan Taquiri, Taquiri mengatakan bahwa konflik
merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan
akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan
pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.31 Menurut
Gibson hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling
tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing -masing
komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri - sendiri dan tidak
bekerja sama satu sama lain.
Maka, dari semua definisi diatas jelaslah bahwa pada umumnya konflik
terjadi akibat adanya perbedaan diantara dua kelompok atau perorangan, dan
konflik juga mengakibatkan dampak yang bisa merugikan keduanya baik menurut
Maswadi, Gibson, Taquiri.
II. Bentuk Konflik
Dalam teori tentang konflik terdapat beberapa bentuk konflik, dan
semuanya tertuju pada permasalahan konflik, seperti yang dikemukakan oleh para
Ilmuwan barat, masalah konflik tidak mengenal demokratisasi maupun
diktatorisasi dan bersifat universal.
Menurut Duverger ada tiga bentuk konflik yang berkaitan dengan
kekuasaan atau politik antara lain yaitu:
30
Ibid..h.52.
31
a. Konflik yang sama sekali tidak mempunyai dasar yang prinsipiil,
bentuk konflik ini berhubungan langsung dengan masalah praktis bukan
dengan masalah ideologi yang dilakukan baik oleh individu maupun
golongan atau kelompok.
b. Konflik yang lebih menitikberatkan kepada perbedaan pandangan baik
individual maupun kelompok yang menyangkut dengan masalah partai
politik atau yang berhubungan dengan kepentingan partai politik,
masyarakat yang dianggap mewakili rakyat.
c. Konflik yang lebih menitikberatkan kepada permasalahan perbedaan
ideologi, masing-masing memeperjuangkan ideologi partainya yang
semuanya merasa benar.32
Menurut Coser ada dua bentuk dasar konflik, yaitu konflik realistis dan
konflik non realistis. Konflik realistis adalah konflik yang mempunyai sumber
konkrit atau bersifat material, seperti perebutan wilayah atau kekuasaan, dan
konflik ini bisa teratasi kalau diperoleh dengan merebut tanpa perkelahian atau
pertikaian. Konflik non realistis adalah konflik yang didorong oleh keinginan
yang tidak rasional dan cenderung bersifat ideologis, seperti konflik antar agama
dan organisasi-organisasi masyarakat, dan konflik nonrealistis salah satu cara
mempertegas atau menurunkan ketegangan suatu kelompok.33 Dalam sejarah
Indonesia baik pada masa kolonial maupun pada masa pasca kemerdekaan bentuk
konflik dapat dibedakan menjadi dua bagian antara lain yaitu: konflik vertikal dan
konflik horizontal.
32
Duverger, Political Parties, N.Y. John Willey dan Sons, 1963, h. 413. Dalam Arbi
Sanit, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan, (Jakarta: Rajawali Press, 1982,) h. 47.
33
1. Konflik Vertikal adalah konflik yang terjadi antar negara atau aparat
Negara dengan warga negara baik secara individual maupun secara
kelompok, seperti pemberontakan bersenjata yang bertujuan
memisahkan diri dari RI.
2. Konflik Horizontal adalah konflik yang terjadi antar
kelompok-kelompok masyarakat di berbagai lokasi, biasanya konflik di landasi
oleh suatu sentimen subyektif yang sangat mendalam yang diyakini
warganya seperti sentimen kesukuan atau sentimen organisasi.34
Bentuk konflik kalau dipandang dari segi pendekatan konflik komunal
dalam konteks Indonesia pada masa Orde Baru terdapat tiga bentuk konflik antara
lain yaitu:
a. Bentuk Pendekatan Primordial, adalah yang menganggap konflik
sebagai akibat dari pergeseran kepentingan kelompok identitas, seperti
identitas berbasis etnis dan keagamaan, dan juga teori ini menganggap
konflik sebagai sebab bertemunya antara budaya, ras, dan geografis
yang melahirkan suatu identitas. Menurut Isaacs bentuk pendekatan
konflik primordial melihat identitas etnis, ras, budaya, agama, bahasa
adalah kuat atau stabil dan sesuai.35
b. Bentuk Pendekatan Instrumental, adalah pendekatan yang mempunyai
gagasan tentang adanya dorongan yang kuat oleh kepentingan politik,
dan kemunculan provokator baik dalam masyarakat maupun dalam
34
Moh. Soleh Isre, Konflik Etno Religius Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Depag RI, 2003), h. 52.
35
kelompok-kelompok tertentu yang memiliki tujuan dalam suatu
keadaan masyarakat atau kelompok yang sedang bermasalah.
c. Bentuk Pendekatan Konstruksi Sosial, bentuk pendekatan ini
memandang konflik sebagai dialektika kenyataan dalam masyarakat,
individu dan kelompok-kelompok sosial menyadari bahwa konflik itu
eksis dalam kehidupan sehari-hari.36
Dari beberapa definisi tentang bentuk konflik di atas tadi sudah jelas
bahwa, bentuk konflik merupakan sebuah bagian dari teori konflik, dan dari
tiap-tiap bentuk mempunyai arti dan peranan masing-masing, baik menurut Coser
maupun Duverger, dan dalam sejarah Indonesia sendiri sudah terbukti dengan
bentuk konflik tersebut.
36
BAB III
DESKRIPSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA KARAWANG
A. Latar Belakang Berdirinya Partai
Indonesia adalah negara yang sering disebut sebagai negara paling
majemuk di dunia. Di negara dengan jumlah penduduk kurang lebih dari 238 juta
jiwa ini, berdiam tidak kurang dari 300 etnis dengan identitas kulturalnya
masing-masing yang berbeda, namun negara Indonesia ini belum bisa mencapai kejayaan
yang sesungguhnya, sudah terbukti dimana ketika rezim otoriter Soeharto telah
membabibutakan negara membuat bangsa Indonesia semakin tidak jelas dan
keadaannya semakin terpuruk.
Orde Baru menandakan perlawanan terhadap gelombang reformasi,
terbukti dengan banyaknya kerusuhan diberbagai daerah, benturan para elit politik
kian memanas, krisis moneter yang selalu menghantui, teror terhadap masyarakat
sipil sering terjadi. Dengan kondisi yang demikian masyarakat atau warga
Indonesia tidak tenang dan tidak nyaman, maka dari berbagai kalangan, baik
organisasi-organisasi masyarakat, gerakan mahasiswa, dan para simpatisan
masyarakat melakukan sebuah gebrakan atau gerakan melalui demonstrasi
besar-besaran menginginkan agar Soeharto segera turun dari kursi panasnya, dan
gerakan tersebut dinamakan “GERAKAN 98”.
Negara tidak bisa untuk melawan massa atau masyarakat dengan jumlah
yang signifikan, sehingga menimbulkan kekacauan dan negara menjadi tidak
putus, kediktatoran sudah musnah dan pertarungan politik semakin memanas,
maka sempat muncul pertanyaan apa yang akan terjadi pada Indonesia ini yang
menandakan bahwa akan muncul suasana baru atau era baru yang juga bisa kita
kenal dengan era milenium atau era reformasi.
Sehingga pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto yang sudah
menguasai bumi Indonesia kurang lebih 32 tahun lengser atau turun dari kursi
panasnya sebagai akibat desakan gelombang reformasi yang sangat dahsyat, mulai
yang mengalir dari diskusi terbatas, unjuk rasa, unjuk keprihatinan, sampai
istighosah para kiyai - kiyai, dan beberapa ormas atau simpatisan partai mulai
membuat agenda dan rumusan dalam rangka membangun pondasi era reformasi.
Peristiwa ini menandai lahirnya era baru di Indonesia, yang kemudian disebut era
reformasi.
Sehari setelah peristiwa bersejarah itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) mulai kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pelosok tanah air.
Usulan yang masuk ke PBNU sangat beragam, ada yang hanya mengusulkan agar
PBNU membentuk parpol, ada yang mengusulkan nama parpol, ada yang
mengusulkan lambang parpol yaitu gambar bumi, ada yang mengusulkan bentuk
hubungan politik antara warga Nahdliyin dengan NU, dan ada yang mengusulkan
visi-misi serta AD/ART parpol. Akan tetapi diantara banyak usulan, usulan yang
paling lengkap adalah Lajnah Sebelas Rembang yang diketuai oleh KH. M Cholil
Bisri dan PWNU Jawa Barat.
Maka hasilnya tercatat ada 39 nama parpol yang diusulkan. Nama
terbanyak yang diusulkan adalah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat dan
Nahdliyin, PBNU menanggapinya secara hati – hati betul, hal ini didasarkan pada
adanya pernyataan bahwa hasil muktamar NU ke-27 di Situbondo yang
menetapkan secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun
dan tidak melakukan kegiatan politik praktis. Namun demikian, sikap yang
diberikan PBNU belum memuaskan keinginan warga NU namun demikian,
dengan tidak sabar dibeberapa daerah sudah mengusulkan nama – nama partai
politik antara lain yaitu: di Purwokerto (Partai Bintang Sembilan), di Cirebon
Partai Kebangkitan Umat (Pekanu).
Partai Kebangkitan Bangsa adalah sebuah partai politik di Indonesia,
detik-detik deklarasi adalah angan-angan yang dinantikan oleh warga Nahdliyin
karena selama rezim Orde Baru NU termarginalkan oleh rezim diktator. Pada jam
15.00 WIB di komplek Pondok Pesantren Wahid Hasyim Ciganjur Jakarta Selatan
pada tanggal 23 Juli 1998 dideklarasikanlah Partai Kebangkitan Bangsa oleh para
kiai-kiai Nahdlatul Ulama diantaranya adalah KH. Munasir Ali, KH. Ilyas
Ruchiyat, KH. Abdurrahman Wahid, KH. Mustofa Bisri, dan KH. Muhith
Muzadi.37
Karawang Pangkal Perjuang derah yang terkenal dengan lumbung padi
yang memiliki basis atau masa Nahdlatul Ulama cukup banyak sekitar 70% NU,
dan latar belakang berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Karawang
karena situasi dan tuntutan zaman, seiring dengan berjalannya waktu dan
berputarnya roda perpolitikan di Karawang hingga situasi yang merubah keadaan
suatu daerah, berawal dari keluh kesah warga, unjuk keprihatinan sampai
diadakannya kumpulan Ulama se Kabupaten Karawang mengadakan rapat atau
37
Lukmanul Khakim Chozin dan el-kamaludin el-mauludy. Ed. 13 Alasan Memilih
musyawarah di Aula Husni untuk membahas tentang pembentukan partai
Nahdliyin Karawang yang selama ini mereka kurang tersalurkan aspirasinya
terhadap kepemimpinan Dadang S Muchtar dari partai Golkar.
Maka pada tanggal 25 Juli setelah deklarasi PKB pusat di Ciganjur PKB
Karawang mendeklarasikan DPC PKB Kabupaten Karawang, KH. Hasan Bisri
sebagai ketua atau Dewan Syura, setelah diresmikannya partai, warga Nahdliyin
Karawang merasa senang dan gembira karena sudah mempunyai partai yang
berbasis NU. Maka artinya peristiwa ini yang mengawali era Reformasi yang
menginginkan adanya perubahan di daerah Karawang.38
Awal perjalanan politik dan menghadapi pemilu 1999 warga NU
Karawang berbondong-bondong dan berpartisipasi dalam kampanye politik, di
tiap pelosok desa banyak atribut atau bendera PKB warga gempar begitu
banyaknya simpatisan PKB diantaranya Kecamatan Cikampek, Kecamatan
Pangkalan, Kecamatan Klari, Kecamatan Jatisari, Kecamatan Rengasdengklok,
Kecamatan Cibuaya, Kecamatan Pedes, Kecamatan Rawa Merta, Kecamatan
Cilamaya, dan Kecamatan yang lainya belum ikut langsung meramaikan
kampanye pemilu karena ada beberapa faktor.
Dukungan serta dorongan dari warga dan simpatisan sangat ramai semua
megeluarkan ide serta gagasanya kepada DPC PKB agar selalu benar dan positif
dalam perjalanan politik dalam mengikuti pemerintahan atau kekuasaan Dadang S
Muchtar atau Dasim, agar sesuai dengan versi kampanye PKB yaitu “Maju Tak
Gentar Membela Yang Benar Bersama PKB”, PKB dengan dikendarai oleh KH.
38
Hasan Bisri semakin banyak pendukung dan simpatisan dari luar NU sebagai
parpol pembaharuan yang bisa memeriahkan pesat Demokrasi Karawang 1999.
B. Struktur Kepengurusan Partai
Berdasarkan surat keputusan nomor: 1304/DPP-02/IV/A.IVIII/2006
susunan Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten
Karawang Periode Tahun 2006-2011 sebelum pemilu 2009 adalah sebagai
berikut:39
1. DEWAN SYURA
Ketua : KH. Nasuha Azhari
Wakil Ketua : H. Uba Ruba’i
Wakil Ketua : Enjang Ya’kub
Wakil Ketua : KH. Drs. Ubaedillah Harits
Sekretaris : H. Ceceng Syarief Husen MS.
Wakil Sekretaris : H. Ali Kamaludin
Wakil Sekretaris : Drs H. Abdul Soleh
Anggota : H. Cahrum
Anggota : H. Isma’il
Anggota : KH. Endang Hidayat
Anggota : Drs. Ijang Holil
Anggota : KH. Zaenudin Soleh
Anggota : Hj. Zuhroiyah
39
Surat keputusan DPP PKB dalam memutuskan susunan kepengurusan DPC Kab.
Karawang sebelum pemilu legislatif 2009 dengan keputusan No. 1304/DPP-02/IV/A.I/VIII/2006.
Anggota : H. Suyud Alamsyah
Anggota : Idrus Efendi
Anggota : KH. Ade Fatahillah
Anggota : Ust. Hayi Basyari
2. DEWAN TANFIDZ
Ketua : Drs. Suyanto
Wakil Ketua : Ahmad Jimy Zamakhsari, S.ag.
Wakil Ketua : Abdul Halim Sukhaeri
Wakil Ketua : Memed Humaedi
Wakil Ketua : H. Adzat Sudradzat
Wakil Ketua : Hj. Dedi Zaenab Latif
Wakil Ketua : Cucu Mudzakarudin AK.
Wakil Ketua : Imam Gozali, S.ag.
Sekretaris : H. Noorjuman, S.ag.
Wakil Sekretaris : Rony Renaldi
Wakil Sekretaris : Muhammad Baliyya, SP.
Wakil Sekretaris : E. Khotib Muwahid
Wakil Sekretaris : Kamaluddin Abdillah, S.ag.
Wakil Sekretaris : Drs. Ja’a Maliki
Wakil Sekretaris : Drs. H. M. Solihin
Wakil Sekretaris : Aef Saefullah Ahmad, SS.
Bendahara : H. Ayi Khotibul Umam
Wakil Bendahara : Palahudin
Wakil Bendahara : Drs. H. Tatang Tajudin
Wakil Bendahara : Ade Hendrik, SH.
Wakil Bendahara : Rahmat Toleng
Berdasarkan surat keputusan nomor: 3554/DPP-03/V/A.IVII/2009 susunan
Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Karawang
Periode Tahun 2009-2014 sebagai berikut:40
1. DEWAN SYURA
Ketua : KH. Nasuha Azhari
Wakil Ketua : KH. Tajudin Zuhri
Wakil Ketua : KH. Zaenudin Sholeh
Wakil Ketua : KH. Endang Hidayat
Wakil Ketua : KH. Drs. Ubaedillah Harits
Wakil Ketua : KH. Ade Fatahillah
Wakil Ketua : H. Uba Ruba’i
Sekretaris : H. Ceceng Syarief Husen MS.
Wakil Sekretaris : H. Ismail
Wakil Sekretaris : H. Suyanto
Wakil Sekretaris : Asep Jalaludin Bakri M
Anggota : Idrus Efendi
40
Surat keputusan DPP PKB dalam memutuskan susunan kepengurusan DPC Kab.
Karawang ketika terjadi konflik, atau menghadapi Pemilu 2009, dengan keputusan No.
3554/DPP-03/V/A.I/VII/200. Bahwa keputusan ini mutlak dari DPP PKB dalam kepengurusan
Anggota : Ust. Hayi Basyari
Anggota : Enjang Ya’kub
Anggota : Drs. Abdul Soleh
2. DEWAN TANFIDZ
Ketua : Ahmad Jimy Zamakhsari, S.ag.
Wakil Ketua : Drs. H. M. Solihin
Wakil Ketua : Abdul Halim Sukhaeri
Wakil Ketua : Kamaluddin Abdillah, S.ag.
Wakil Ketua : H. Noorjuman, S.ag.
Wakil Ketua : Hj. Dedi Zaenab Latif
Wakil Ketua : Dra. Leni Puspawati
Wakil Ketua : Imam Gozali, S.ag.
Wakil Ketua : Memed Humaedi
Sekretaris : Drs. Ja’a Maliki
Wakil Sekretaris : Aef Saefullah Ahmad, SS.
Wakil Sekretaris : Muhammad Baliyya, SP.
Wakil Sekretaris : E. Khotib Muwahid
Wakil Sekretaris : Rahmat Toleng Djati
Wakil Sekretaris : Komarudin, SE
Bendahara : H. Ayi Khotibul Umam
Wakil Bendahara : Jajang Sulaeman S.sos.
Wakil Bendahara : Palahudin
Wakil Bendahara : Drs. H. Tatang Tajudin
C. Program Kerja Partai
Di Negara yang demokratis dalam rangka mengikuti perkembangan politik
Nasional yang sesuai dengan UU kepartaian maka PKB Karawang dalam
mengikuti program negara mempunyai program sama seperti yang diagendakan
pada Simposium Nasional - Kebangkitan Indonesia DPP PKB, program kerja,
antara lain yaitu:41
KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN EKONOMI
1. Program Sumber Daya Alam dan Energi. Yaitu mendorong kebijakan
politik pengelolaan sumber daya alam dan energi yang berpihak kepada
kepentingan nasional, dan mengembangkan berbagai sumber energi alternatif
untuk menjamin kedaulatan energi nasional.
2. Program Kewilayahan, Tata Ruang dan Lingkungan. Mengembangkan
perencanaan pembangunan yang memperhatikan tata ruang dan tata wilayah
yang saling terhubung dalam lingkup Negara kepulauan, serta selalu
mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan perubahan iklim.
3. Program Ketahanan Pangan dan Pembangunan Pedesaan. Melakukan
penelitian, transfer teknologi, penyediaan modal dan informasi untuk
meningkatkan kesejahteraan petani, serta memberdayakan sektor perikanan
dan peternakan.
4. Program Infrastruktur Penunjang Kegiatan Ekonomi. Menyediakan
fasilitas dan infrastruktur transfortasi, telekomunikasi, kelistrikan dan
pengelolaan air yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan ekonomi dengan
biaya yang terjangkau.
41 Artikel DPP PKB, dalam acara “Simposium Nasional Kebangkitan Indonesia, 13