• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh internet banking,NPF,DPK dan Bopo terhadap laba undang-undang administrasi kependudukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh internet banking,NPF,DPK dan Bopo terhadap laba undang-undang administrasi kependudukan"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTERNET BANKING, NPF, DPK

DAN BOPO TERHADAP LABA

(Studi pada PT Bank Syariah Mandiri)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh : Nabela Hapsari NIM : 109046100191

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Nabela Hapsari. NIM 109046100191. PENGARUH INTERNET BANKING, NPF, DPK, DAN BOPO TERHADAP LABA (Studi pada PT Bank Syariah Mandiri). Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengadaan internet banking terhadap kinerja keuangannya dilihat dari nilai laba dan meliputi rasio NPF, DPK, dan BOPO dengan menganalisa laporan keuangan tahunan sebelum dan sesudah pengadaan internet banking pada Bank BSM.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah yang telah menggunakan internet banking. Hingga 2015 ada 11 bank umum syariah yang terdiri dari 5 bank yang sudah memiliki internet banking dengan tingkat transactional, sedangkan 6 lainnya hanya menyediakan info melalui website atau tingkat

informational website. Metode yang digunakan yaitu analisis regresi dummy dengan bantuan program SPSS untuk mengetahui gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dari variabel

internet banking, variabel NPF dan variabel DPK terhadap laba bank, sedangkan variabel BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap laba bank, pengaruh variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Indeks Determinasi menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memiliki pengaruh terhadap nilai variabel dependen sebesar 78% sedangkan sisanya sebesar 22% (100-78) dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata Kunci : Internet Banking, Laba, BOPO, NPF, DPK Pembimbing : M Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si.

(6)

vi

menjalani setiap langkah sehingga terselesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul

PENGARUH INTERNET BANKING, NPF, DPK, DAN BOPO TERHADAP

LABA (Studi pada PT Bank Syariah Mandiri)” dapat terselesaikan dengan baik

sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Strata-1 program Perbankan Syariah

di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang turut

membantu terutama dukungan imateril yang tidak akan dapat penulis dapatkan

ditempat lain. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada

seluruh pihak khususnya kepada:

1. Bapak Dr JM Muslimin, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H selaku Ketua Program Studi

Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.

3. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing.

Terimakasih atas segala waktu, masukan, kesabaran, kebaikan hati dan

bimbingan yang senantiasa diberikan dalam proses bimbingan.

4. Ibu Ria Safitri, S.H, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

(7)

vii

5. Bapak dan ibu dosen pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama

masa studi.

6. Orangtua terbaik sepanjang zaman, Ibunda Rukiah -mama surgaku- dan

Ayahanda M Yazid -papa paling gantengku-, terimakasih atas semua kasih

sayang, cinta, rindu, bimbingan, kesabaran, dan doa terbaik mama papa.

Maafkan Ananda atas semua air mata, kecewa dan kesedihan tersebab Ananda

7. Abang dan Ayundaku tersayang, bang Dayat, yuk Liza. Terimakasih atas doa,

nasihat dan semangatnya selalu. Terimakasih sudah memberikan bang Azka

dan dek Naya.

8. Ibu Isnawati Rais, Bapak Hendra Kholid, Ibu Euis Amalia, Bapak Bukhori

Muslim, Bapak Ali Sakti, dan Ayunda Rika yang telah menjadi teladan dan

menginspirasi penulis untuk menjadi manusia yang lebih berilmu dan lebih

bermanfaat bagi orang lain.

9. Ronacible, Finally I know who and how I really am…

10.My dearest sister, para Pembelajar Sejati; Hielmiyani ‘miauw’ the lovely one,

Ma’rifah‘fahri’ the so missed one, dan Rahayu ‘Ayuuuu’ the ever lasting one.

11.Personil KOMDA FSH 2007-2012 dengan ukhuwah hebatnya, Syiar On 7

dengan segala keasyikannya, Laskar LiSEnSi dengan semangat Ekonom

Rabbaninya, kalian luar biasa! Semoga selamanya...

12.Semua Agen Markas Kabayan, Fitri cantik, Nyai beautiful fighter, ka Ratna

(8)

viii

14.Makhluk ketje di Izzatunnisa, krucil-krucil di Faskho yang selalu mendoakan

kakaknya ini, serta Lingkaran Huurin’in yang selalu ada untukku kembali.

15.Teman-teman Perbankan Syariah 2009 Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kelas PSF 2009.

16.Dan seluruh pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Jakarta, Mei 2015

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah 1

B.Identifikasi Masalah 7

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah 7

D.Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

E. Sistematika Penulisan 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

A.Konsep Laba 10

1. Pengertian Laba 10

2. Pengertian Laba Bersih 11

3. Pertumbuhan Laba 11

B.Analisis Kinerja Keuangan 12

(10)

x

4. Pengguna Informasi Laporan Keuangan 17

D.Internet Banking 18

E. Dana Pihak Ketiga (DPK) 23

F. Non Performing Finance (NPF) 25

G.Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 27

H.Revies Studi Terdahulu 28

BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian 35

B.Objek Penelitian 35

C.Jenis dan Sumber Data 35

D.Teknik Pengumpulan Data 36

E. Populasi dan Sampel 37

F. Teknik Pengolahan Data 38

G.Hipotesis Penelitian 38

H.Metode Analisa Data 38

1. Model Regresi 38

2. Definisi Operasional Variabel 39

3. Uji Asumsi Klasik 42

(11)

xi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Objek Penelitian 48

1. Sejarah PT Bank Syariah Mandiri 48

2. Visi dan Misi 49

3. Profil Internet Banking PT Bank Syariah Mandiri 50

B.Uji Asumsi Klasik 51

1. Uji Normalitas 52

2. Uji Autokorelasi 52

3. Uji Multikolinearitas 53

4. Uji Heteroskedasitas 55

C.Analisis Regresi Berganda 56

D.Uji Hipotesis 59

1. Uji t 60

2. Uji f 61

E. Pembahasan Hasil Penelitian 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan 65

B.Saran 66

DAFTAR PUSTAKA 67

(12)

xii

Tabel 4.1 Model Summary 52

Tabel 4.2 Coefficients 54

Tabel 4.3 Variabel Entered/Removed 56

Tabel 4.4 Model Summary 56

Tabel 4.5 Coeffiecients 57

Tabel 4.6 Uji Regresi Berganda Coefficients 60

Tabel 4.7 Anova 62

Tabel 4.8 Hubungan Variabel Independen terhadap Laba Bank 63

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Teknologi berkembang setiap saat, merubah perilaku dan gaya hidup

masyarakat dunia. Perkembangan teknologi dalam telekomunikasi salah

satunya adalah telepon yang semulanya statis telah berubah menjadi mobile.

Kemudian, fasilitas internet sudah tertanam diperangkat mobile phone yang

harganya bisa dijangkau masyarakat menengah ke bawah. Ada pula

smartphone, dikenal sebagai produk telekomunikasi dengan teknologi canggih

yang mempunyai banyak fungsi, tidak sekedar alat komunikasi.

Menurut angka satistik yang dikeluarkan oleh Internet World Stats1,

pada akhir tahun 2012 Indonesia berada pada posisi ke 11, 20 besar teratas

untuk penggunaan internet sedunia, berada diatas Mesir, Korea, dan Turki.

Banyak faktor yang membuat Indonesia bisa meraih posisi tersebut. Provider

jaringan seluler Indonesia yang berlomba-lomba menyediakan produk paket

data internet untuk pelanggan dengan harga semurah-murahnya dan ditambah

dengan semakin banyaknya ruang publik yang menyediakan wifi gratis. Data

berikut adalah perkembangan jumlah masyarakat Indonesia yang mengakses

Internet yang diambil dari website Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia.

1

(14)

Gambar 1.1

Statistik pengguna internet di Indonesia

Sumber : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)2

Dari data diatas, diakhir tahun 2013 pengguna internet diprediksi bisa

mencapai angka 82 juta jiwa, atau sepertiga penduduk Indonesia. Angka yang

tidak mustahil melihat perkembangan teknologi di Indonesia saat ini. Maka

dapat dipastikan, gaya hidup masyarakat Indonesia pun mengalamai

perubahan. Banyak hal yang tidak diperlukan lagi wujud fisiknya, semuanya

dilakukan dalam bentuk digital. Misalnya saja koran, kertas promosi, foto, dan

gambar, tidak perlu dicetak menggunakan kertas cukup dengan e-book,

komunikasi surat menyurat sudah ada email, bahkan uangpun sudah ada

e-money. Semuanya terasa lebih efisien dan efektif, menghemat waktu karena

2

(15)

3

prinsip teknologi komunikasi adalah real time, saat dikirim saat itu pula

diterima.3

Maka, sektor ekonomi menjadi salah satu sektor yang sangat

terpengaruh oleh perkembangan teknologi ini. Masyarakat sudah mulai

mengenal e-commerce, perdagangan online dimana penjual tidak perlu

menyewa toko dan menghadirkan barangnya langsung. Cukup dengan sebuah

website, informasi barang yang dijadikan objek transaksi dapat diketahui

secara lengkap, rinci, tidak terbatas waktu, tidak terbatas tempat.

Dunia online yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia

menjadi sebuah pasar yang harus diperhatikan oleh para pelaku bisnis. Bisnis

perbankanpun semakin inovatif dalam mengembangkan produk jasa

perbankannya. Pada awalnya, perbankan menggunakan teknologi berbasis

sistem jaringan ini hanya untuk menghubungkan database dari kantor pusat ke

kantor cabangnya. Sekarang sudah berkembang menjadi banyak produk,

meliputi ATM (Automatic Teller Machine), Telephone Banking, PC Banking,

Internet Banking, TV Banking, dan Mobile.4 Perkembangan teknologi ini,

menjadi salah satu landasan dari kebijakan yang diambil pihak bank untuk

menarik perhatian konsumen agar menjadi nasabah.

Industri perbankan menggunakan internet sebagai saluran pasar yang

baru untuk menawarkan berbagai layanan jasa dengan aktivitas tanpa batas

3

Rhenald Kasali. Cracking Zone, cet 4(Jakarta: PT Gramedia, 2011), 4

(16)

melalui online banking. Ketersediaan delivery channel yang dapat diakses

selama 24 jam dan 7 hari seminggu sepanjang tahun akan menjadi suatu

keharusan bagi bank yang ingin tetap eksis dalam memperebutkan pasar ritel.

Fenomena internet menciptakan alternatif baru proses bisnis perbankan

dengan jangkauan layanan yang lebih luas.

Industri perbankan merupakan wilayah bisnis yang akan selalu

dibutuhkan dimasa depan dan membuat semakin banyak pesaing yang

bermain di industri ini. Pada saat ini tercatat ada sekitar 119 bank yang

berkembang di Indonesia per februari 2015.5 Maka ada banyak pesaing yang

akan mempengaruhi proses pengembangan bank. Menimbulkan masalah yang

tak dapat dihindari akibat persaingan yang ketat.

Berikut beberapa masalah yang sering ditemukan di industri perbankan

di dalam menghadapi perkembangan;6

1. bank harus mengejar pertumbuhan dan perluasan,

2. bank dituntut untuk memberikan pelayanan yang cepat dan

akurat,

3. perubahan teknologi,

4. perubahan struktur dana, dan

5. persaingan

5

http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/indonesia/Pages/spi_0215.aspx (diakses pada tanggal 20 april 2015, pukul 14.25)

6

(17)

5

Pengaruh faktor eksternal seperti perubahan teknologi dan persaingan

membuat pihak manajemen bank harus bisa membuat langkah strategis agar

dapat bertahan dan memberi keuntungan yang maksimum bagi bank. Secara

khusus, perkembangan industri perbankan Indonesia memiliki market baru

seiring dengan berkembangnya market keuangan syariah di dunia. Industri

perbankan syariah berkembang di Indonesia dan menambah pemain baru dalam

persaingan industri perbankan.

Bank syariah memiliki market sharenya hanya 5%7 yang jumlahnya

jauh lebih kecil dari perbankan konvensional. Maka perbankan syariah di

Indonesia harus ikut mengatasi masalah perkembangannya dengan ikut

mengikuti perubahan teknologi dengan mengembangkan inovasi teknologi

seperti internet banking sebagai nilai tambah bagi calon nasabah agar dapat

bersaing dengan perbakan konvensional.

7

(18)

Berikut dapat dilihat kondisi internet banking perbankan syariah di

Indonesia:

Tabel 1.1

Daftar Internet Banking Perbankan Syariah di Indonesia

No Nama Bank Transactional Internet Banking

Memiliki Tidak Memiliki

1 PT Bank Syariah Mandiri √

2 PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia √

3 PT Bank Syariah BNI √

4 PT Bank Syariah BRI √

5 PT. Bank Syariah Mega Indonesia √

6 PT Bank Jabar dan Banten √

7 PT Bank Panin Syariah √

8 PT Bank Syariah Bukopin √

9 PT Bank Victoria Syariah √

10 PT BCA Syariah √

11 PT Maybank Indonesia Syariah √

Sumber : hasil olahan data penulis dengan melakukan survey ke website masing-masing bank

BSM adalah bank syariah yang pertama menyediakan layanan internet

banking yaitu pada akhir tahun 2007. Layanan jasa internet banking yang

disediakan memiliki banyak keunggulan dibanding internet banking bank

syariah yang lain. Dengan alasan keunggulan inilah BSM menjadi objek yang

akan dibahas dalam penelitian ini.

Keunggulan yang diberikan oleh jasa teknologi internet ini

(19)

7

nasional. Namun demikian, perlu dipelajari adakah pengaruh pengadaan

internet banking dengan profitabilitas bank.

Berdasarkan hal ini, penulis melakukan penelitian mengenai analisis

pengaruh pengadaan internet banking terhadap kinerja keuangannya dengan

menganalisa laporan keuangan tahunan sebelum dan sesudah pengadaan

internet banking karena laporan keuangan merupakan suatu dasar untuk

mengukur kinerja sebuah perusahaan.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah pada laporan keuangan

yang disajikan Bank BSM, dapat dilihat bahwa nilai rasio profitabilitas

setelah dan sebelum menggunakan internet banking mengalami pertumbuhan

yang terlihat dilihat dari nilai ROA, menyatakan ada perubahan. Hal ini

menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian laba pada bank. Peneliti

merasa perlu dilakukan penelitian apakah pengadaan internet banking akan

berdampak pada nilai NPF, DPK dan BOPO juga dan apakah menjadi faktor

yang mempengaruhi peningkatan laba bank.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penulis memberikan batasan terhadap penelitian yaitu sampel bank

yang dipilih. Penelitian ini akan dilakukan di Bank BSM karena Bank BSM

(20)

banking, yaitu sejak akhir 20078. Penulis akan menggunakan data laporan

keuangan kuartal I di tahun 2005 hingga kuartal III di tahun 2014 dengan

menganalisis nilai rasio keuangan Bank BSM yang tersedia baik di website

BSM maupun yang tersedia di website Bank Indonesia.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini, diuraikan sebagai

berikut:

1. apakah terdapat pengaruh internet banking terhadap

pendapatan laba Bank BSM?

2. apakah terdapat pengaruh non performing finance (NPF)

terhadap pendapatan laba Bank BSM?

3. apakah terdapat pengaruh dana pihak ketiga (DPK) terhadap

pendapatan laba Bank BSM?

4. apakah terdapat pengaruh biaya operasional dan pendapatan

operasional (BOPO) terhadap pendapatan laba Bank BSM?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini mengambil rumusan masalah berdasarkan beberapa

tujuan dan manfaat yang ingin dicapai. Adapun tujuan itu untuk mengetahui

pengaruh internet banking terhadap pendapatan laba Bank BSM.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini, penulis tujukan untuk beberapa

pihak;

8

(21)

9

1. bagi penulis, semoga bermanfaat untuk meningkatkan

kemampuan menulis ilmiah penulis,

2. bagi bagi praktisi perbankan, penulis berharap semoga bisa

menjadi acuan dalam mengembangkan fasilitas perbankan,

3. bagi akademisi, penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat

untuk referensi penelitian selanjutnya,

4. dan terakhir bagi masyarakat luas, penulis berharap penelitian

ini bisa bermanfaat untuk mengenal profil bank syariah yang

ada di Indonesia.

E. Sistematika Penulisan

Penulis akan membagi skripsi ini menjadi lima bab pembahasan.

Kelima bab itu meliputi :

BAB I Pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Kepustakaan. Bab ini akan menguraikan kontruksi model

teoritis yang digunakan dalam penelitian, gambaran perbandingan

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya baik di dalam maupun di

luar negeri dengan penelitian ini, dan kerangka pemikiran

BAB III Metode Penelitian. Bab ini akan mendeskripsikan metodologi

(22)

data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik analisis

data, dan hipotesis.

BAB IV Analisa dan Pembahasan. Bab ini akan membahas secara detail hasil

perhitungan dan analisa untuk melihat pengaruh variabel DPK, NPF,

BOPO, dan internet banking terhadap laba bank.

(23)

11

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Laba

1. Pengertian Laba

Laba merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur

keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Adanya pertumbuhan laba

dalam suatu perusahaan dapat menunjukkan bahwa pihak-pihak

manajemen telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang

dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Laba adalah hasil bersih

dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Maksimalisasi

laba merupakan maksimalisasi penghasilan perusahaan setelah pajak.

Maksimalisasi laba sering dianggap sebagai tujuan perusahaan.1

Kegiatan perusahaan sudah dapat dipastikan berorientasi pada

keuntungan atau laba. Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban

sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut

selama periode tertentu.2

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba adalah

seberapa besar sebuah perolehan pendapatan perusahaan dari kegiatan

penjualan sebagai selisih dari keseluruhan usaha yang didalam usaha

1

Moeljadi, Manajemen Keuangan, (Malang: Bayu Media, 2006). h, 52 2

(24)

itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses penjualan selama

periode tertentu.

2. Pengertian Laba Bersih

Laba bersih atau net underwriting result adalah keuntungan atau

kerugian pada portofolio perusahaan sebelum pendapatan investasi

perusahaan diperhitungkan. Laba merupakan salah satu informasi

potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat

penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi

laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang

bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi

kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, menakir

risiko investasi atau meminjamkan dana.

3. Pertumbuhan Laba

Laba merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur

keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Adanya pertumbuhan laba

dalam suatu perusahaan dapat menunjukkan bahwa pihak-pihak

manajemen telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang

dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Suatu perusahaan pada

tahun tertentu bisa saja mengalami pertumbuhan laba yang cukup pesat

dibandingkan dengan rata-rata perusahaan. Akan tetapi untuk tahun

(25)

13

Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba

periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi

dengan laba pada periode sebelumnya.3

B. Analisis Kinerja Keuangan

Kinerja berasal dari kata performance. Selain kinerja, performance

juga diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun hakikatnya,

kinerja bermakna lebih dalam, bukan hanya hasil kerja, tapi juga termasuk

bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Kinerja merupakan hasil pekerjaan

yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan

konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.4

Kinerja adalah keadaan yang harus diinformasikan dan diketahui

kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan pada suatu perusahaan atau

bank untuk mengetahui keberhasilan perusahaan atau dihubungkan dengan

visi yang dimilikinya serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu

kebijakan operasional yang diambil. Penilaian terhadap keinerja bank

diperlukan sebagai koreksi atas kebijakan bahan perencanaan untuk

menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha.5

Kinerja perusahaan disajikan dalam aspek keuangan dan juga aspek

non keuangan. Aspek keuangan dapat dinilai dari laporan keuangan yang

3

Warsidi dan Pramuka. Pemahaman Ekonomi Umum. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2000) 4

Wibowo, Manaejemen Kinerja, cet. 6, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.7 5

(26)

menyajikan nilai-nilai variabel rasio keuangan yang menjadi perhatian utama

bagai para pengguna informasi laporan keuangan. Sedangkan aspek non

keuangan bisa dilihat dari kepuasan nasabah ataupun pekerja, dan juga bisa

dilihat dari perkembangan aktivitas bisnis perusahaan dan lain sebagainya.

Menurut Ikatan Akuntasi Indonesia (IAI), laporan keuangan adalah

suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu

entitas.6 Kinerja keuangan merupakan sebuah indikator keberhasilan sebuah

perusahaan, karena kinerja keuangan mendeskripsikan kemampuan

perusahaan tersebut, sehingga dapat dilihat tingkat laba yang dimiliki oleh

bank.

Kinerja keuangan yang bagus mengindikasikan bahwa perusahaan

telah berhasil dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang

dimiliki. Analisis kinerja keuangan ini dapat bermanfaat untuk kepentingan

internal sebagai alat evaluasi kinerja pekerja, efesiensi operasi, dan kebijakan

kredit. Sehingga apabila hasil kinerja keuangan berhasil bisa menjadi motivasi

karyawan dalam mencapai tujuan dan target perusahaan. Serta, untuk

kepentingan eksternal dalam mengevaluasi potensi investasi dan keamanan

kredit bagi peminjam ataupun kepentingan lain.

Analisis kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menganalisa

laporan keuangan. Metode yang paling umum digunakan untuk menganalisa

laporan keuangan adalah analisis rasio. Rasio menggambarkan suatu

6

(27)

15

hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah

tertentu dengan jumlah yang lain.7 Analisis rasio yang hanya terdiri dari satu

item perbandingan tidak dapat menghasilkan informasi, baik untuk

pengukuran kinerja ataupun informasi untuk pengambilan keputusan.

Informasi yang bisa digunakan diperoleh dari analisis rasio yang berasal dari

kumpulan rasio yang diolah hingga menghasilkan informasi yang dijelaskan

dalam beberapa jenis rasio, yaitu8:

1. rasio likuiditas

adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur likuiditas

perusahaan (Current ratio, Acid test ratio),

2. rasio leverage

adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai

berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Debt to

total assets ratio, net worth to debt ratio dan lain sebaginya),

3. rasio aktivitas

adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai

berapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan

sumber-sumber dananya (inventory turnover, average collection period

dan lain sebagainya),

4. rasio profitabilitas

7

Id.wikipedia.org/wiki/rasio_keuangan diakses pada 12 maret 2015 8

(28)

yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah

kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on Sales,

return on total assets, return on net worth dan lain sebagainya),

C. Laporan Keuangan Syariah

1. Definisi Laporan Keuangan Syariah

Sesuai dengan ED PSAK 101 definisi dari laporan keuangan

adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

keuangan suatu entitas syariah.

2. Komponen Laporan Keuangan Syariah

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen

berikut9:

a. laporan posisi keuangan pada akhir periode,

b. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain,

c. laporan perubahan ekuitas,

d. laporan arus kas,

e. laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil

f. laporan sumber dan penyaluran dana zakat,

g. laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan,

h. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijkan

akuntansi penting dan informasi penjelasan lain,

i. informasi komparatif mengenai periode sebelumnya,

9

(29)

17

j. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif

yang disajikan ketika entitas syariah menerapkan suatu

kebijakan akuntansi secara retrospektif.

3. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan

Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan

informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas

entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan

keuangan dalam membuat keputusan ekonomi.10

Sedangkan manfaat laporan keuangan adalah:11

a. bagi pemilik perusahaan dapat menilai sukses atau

tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan

kesuksesan seorang manajer biasanya diukur dari laba

uang yang diperoleh perusahaan,

b. bagi pihak manajemen berguna untk menyusun rencana

yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan

menentukan kebijakan yang lebih tepat,

c. bagi investor dapat mengetahui prospek keuntungan di

masa mendatang dan pekembangan perusahaan di masa

selanjutnya, mengetahui jaminan investasi dan

10

ED PSAK 101 (2014) 11

(30)

mengetahui kondisi kinerja atau kondisi keuangan

jangka pendek perusahaan tersebut,

d. bagi kreditur dapat mengetahui prenentuan

kebijaksanaan penanaman modal, apakah perusahaan

mempunyai prospek yang cukup baik dan akan

diperoleh keuntungan (rate of return) yang cukup baik,

e. bagi pemerintah untuk mengetahui besarnya pajak yang

harus ditanggung oleh perusahaan,

4. Pengguna Informasi laporan keuangan

Adapun pihak yang membutuhkan informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan sesuai kebutuhan masing-masing, meliputi:

a. investor sekarang dan investor potensial, hal ini karena

mereka harus memutuskan apakah akan membeli,

menahan atau menjual investasi atau penerimaan

deviden

b. pemilik dana qardh, untuk mengetahui apakah dan

qardh dapat dibayar pada saat jatuh tempo,

c. pemilik dana syirkah temporer, untuk pengambilan

keputusan pada investasi yang memberikan tingkat

pengembalian yang bersaing dan aman

d. pemilik dana titipan, untuk memastika bahwa titipan

(31)

19

e. pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan

wakaf, untuk informasi tentang sumber dan penyaluran

dana tersebut

f. pengawas syariah, untuk menilai kepatuhan

pengelolaan lembaga syariah terhadap prinsip syariah

g. karyawan, untuk memperoleh informasi tentang

stabilitas dan profitabilitas entitas syariah

h. pemasok dan mitra usaha lainnya, untuk memperoleh

informasi tentang kemampuan entitas membayar utang

pada saat jatuh tempo

i. pelanggan, untuk memperoleh informasi tentang

kelangsungan hidup entitas syariah

j. pemerintah serta lembaga-lembaganya, untuk

memperoleh informasi tentang aktifitas entitas syariah,

perpajakan serta kepentingan nasional lainnya

k. masyarakat, untuk memperoleh informasi tentang

kontribusi entitas terhadap masyarakat dan negara.

D. Internet banking

Internet banking adalah salah satu pelayanan jasa Bank yang

memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi

(32)

Bank yang hanya menyelenggarakan layanan perbankan melalu internet,

sehingga pendirian dan kegiatan internet only bank tidak diperbolehkan.12

Jasa internet banking merupakan produk yang memberi sebuah arah

baru dalam perbankan, internet banking bisa menjadi sebuah media saluran

distribusi dan perluasan bisnis. Jasa-jasa ini sudah mengubah kebiasaan

keuangan masyarakat. Orang sudah dapat menerima gaji, membeli makanan,

belanja aksesoris, dan mencicil gadget tanpa memegang uang tunai. Begitu

pula perusahaan-perusahaan dapat membayar rekening dan bertransaksi

dengan pelanggannya tanpa pertukaran uang tunai. 13

Internet menghilangkan batas tempat dan waktu, dua asas yang cukup

esensial di bidang hukum. Terhubungnya sebuah sistem informasi dengan

internet membuka peluang adanya kejahatan melalui jaringan komputer. Hal

ini menimbulkan tantangan bagi penegak hukum. Hukum dari sebagian besar

negara di dunia belum menjangkau daerah cyberspace. Saat ini hampir semua

negara di dunia berlomba-lomba untuk menyiapkan landasan hukum bagi

internet.14

12

Surat Edaran BI No.6/18/DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko Pada Aktifitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet (Internet banking)

13

Allem H. Lipis et al., Perbankan Elektronik, Jakarta: Rineka Cipta, 1985, terjemahan Drs. A. Hasymi Ali, Hal 5.

14

(33)

21

Terdapat 3 tingkatan internet banking15 diklasifikasi berdasarkan

kemampuannya, yaitu :

1. Entry / Informational

Merupakan tingkatan atau tahapan yang paling sederhana, yaitu

hanya menyediakan informasi statistik mengenai bank tersebut serta

jasa/produk yang ditawarkan. Tingkatan ini tidak lebih dari sekedar

brosur elektronik dari suatu bank. Tingkatan risikonya sangat rendah

karena tidak terhubung dengan data base bank.

2. Intermediate / Communicative

Pelayanannya lebih luas daripada sekedar memberikan

informasi, karena nasabah bisa melakukan interaksi dengan bank

penyedia jasa internet banking secara terbatas. Misalnya, account inquiry,

online account application, electronic mail, dan sebagainya. Dalam

tahapan ini tidak ada execution of transaction sama sekali. Tingkatan ini

memiliki risiko yang lebih besar dari tingakatan sebelumnya,

informational website.

3. Advance / Transaction

Tingkatan ini adalah yang paling lengkap dan dapat

menampilkan seluruh transaksi yang diperlukan oleh nasabah termasuk

transfer dana pembayaran, tagihan dan lain-lain, seperti layaknya

pelayanan melalui counter atau ATM kecuali penarikan kas.

15

(34)

Penelitian ini mengambil sampel bank BSM yang telah menggunakan

fasilitas internet banking dengan tingkatan ketiga, yaitu internet banking

advance / transaction.

Internet banking merupakan sebuah model bisnis elektonik yang

didefinisikan oleh Jean-Michel Sahut sebagai konsep baru dari model bisnis

yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Model bisnis elektronik ini

meliputi 4 bentuk, yaitu:16

1. vertical portal, menawarkan informasi keuangan seperti Yahoo

finance

2. aggregator, berperan sebagai orang ketiga yang dapat menjadi

mediator dalam transaksi online untuk mencegah penipuan,

seperti broker

3. speciality manufacturer, merupakan penyedia jasa keuangan

yang mendistribusikan jasa melalui jaringan mereka sendiri

ataupun pihak yang sudah bekerja sama, model ini berupa jasa

perbankan, visa, dll

4. company sites, merupakan jasa keuangan secara online, baik

itu bank, investasi, ataupun asuransi.

16

(35)

23

Hubungan Internet Banking terhadap Peningkatan Laba

Bank of Scotland telah menggunakan internet banking semenjak lebih

dari 25 tahun yang lalu. Penelitian yang dilakukan oleh Booz et al. pada tahun

1997 menunjukkan bahwa pemanfaatan internet menjadi salah satu alternatif

yang secara efektif mampu menekan beban biaya dalam menjangkau

konsumen jasa keuangan. Survey yang dilakukan di Amerika pada tahun

2000, menunjukkan bahwa penggunaan internet banking memiliki beban

biaya termurah dibanding pemanfaatan kantor cabang, telepon, ATM dan PC

Banking. Internet Banking dianggap sebagai suatu proses inovasi yang

memiliki fungsi utama sebagai subtitusi pengadaan kantor cabang untuk

memperluas jasa perbankan.17

Penelitian yang dilakukan Degado et. al pada 2007 terhadap 72 bank

komersial di spanyol periode 1994-2002 menunjukkan bahwa pengadopsian

internet banking membutuhkan waktu hingga bisa memberikan pengaruh

terhadap kinerja keuangan. Membutuhkan waktu satu tahun setengah untuk

melihat nilai ROA (return on asset) mengalami peningkatan yang signifikan

dan butuh tiga tahun untuk nilai ROE (return on equity). Dalam konteks ini,

internet banking digunakan lebih sebagai pelengkap dari pada sebagai

pengganti pengadaan kantor cabang.18

17

De Young et al., How the Internet affects output and performance…, J. Bank Finance (2006) 18

(36)

Jadi, pada dasarnya fitur internet banking adalah salah satu inovasi

yang diupayakan pihak bank untuk memberikan pelayanan lebih terhadap

nasabah mereka dengan asumsi mendapatkan feedback berupa peningkatan

laba bank.

E. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari

masyarakat yang terhimpun melalui produk giro wadiah, tabungan

mudharabah dan deposito mudharabah. DPK yang dimiliki oleh bank akan

disalurkan ke berbagai jenis pembiayaan. Semakin besar keuntungan yang

diraih bank dengan bagi hasil, maka akan menarik nasabah untuk

menempatkan dananya di bank syariah. Nasabah akan membandingkan secara

cermat antara expected rate of return yang ditawarkan oleh bank syariah

dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional. Hal ini

akan menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah nasabah dan dana pihak

ketiga.19

Dana pihak ketiga ini terdiri dari beberapa kategori, yaitu:20

a) Giro

Giro yang pada bank syariah disebut giro wadiah umumnya tetap

sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak

membayar apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak

19

Nur Kurnaliyah. Pemodelan Pembiayaan Mudharabah Perbankan Syariah dengan Metode System Dynamics. (Jakarta: UIN Jakarta, 2011). h.30

20

(37)

25

mengenakan biaya layanan (service charge). Dana giro ini boleh

dipakai bank syariah dalam operasional bagi hasil (profit sharing).

Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin sepenuhnya oleh

bank dan dilihat sebagai pinjaman depositor kepada bank.

Beberapa ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana

dana diterima bank sebagai simpanan untuk keamanan (wadi’ah

yad al dhamanah).

b) Tabungan

Tabungan di bank konvensional berbeda dari giro dimana ada

beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik.

Tabungan biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada

bank bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat yang sama

kecuali bahwa penabung tidak memperoleh hasil yang pasti.

Menurut para ulama, penabung boleh menerima hasil yang

berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank dan setuju

untuk berbagai resiko dengan bank.

c) Deposito

Deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran

kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah

ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga,

deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari

(38)

rekening investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu

dapat mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbeda – beda. Giro

dan tabungan itu dikumpulkan (pooled) menjadi satu dengan

rekening investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana utama

bagi kegiatan pembiayaan (financing).

Hubungan antara DPK dengan laba bank

Dalam teorinya dana pihak ketiga berpengaruh secara signifikan dan

memiliki hubungan yang positif terhadap perkembangan laba bank syariah.

Semakin tinggi jumlah dana pihak ketiga maka akan semakin besar laba yang

diperoleh oleh bank. Karena dana pihak ketiga merupakan suatu variabel yang

sangat penting dalam mengukur laba pada bank syariah, karena hampir

seluruh dana dari masyarakat (DPK) disalurkan kembali ke masyarakat dalam

bentuk pembiayaan, pendanaan, tabungan maupun deposito yang menjadi

salah satu sumber pendapatan bank.

F. Non Performing Finance (NPF)

Menurut Wiraatmadja pembiayaan bermasalah (NPF) adalah

pembiayaan yang tidak dapat atau berpotensi untuk tidak mampu

mengembalikan pembiayaan bersdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui

dan ditetapkan bersama secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda

terlebih dahulu.21 Sedangkan menurut Veithzal, pembiayaan bermasalah

berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau

21

(39)

27

memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok

atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan

timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk

golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang

berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.22

Analisis ini menggunakan tingkat pembiayaan bermasalah yang

dihadapi oleh perusahaan, semakin besar tingkat NPF ini maka semakin tidak

baik. Non Performing Financing atau Non Performing Loans dalam

perbankan syariah adalah jumlah kredit yang tergolong tidak lancar / macet

yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan

ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Proses pemberian

dan pengelolaan pembiayaan yang baik diharapkan dapat menekan NPF

sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh

kemampuan bank-bank syariah dalam menjalankan proses pemberian kredit

dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan

pemantauan (monitoring) setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian

bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar.

Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari rasio

pembiayaan bermasalah (NPF) dan pembentukan cadangan (cash provision).

Semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang dihadapi bank, karena akan

22

Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management: Conventional & Sharia System.

(40)

mempengaruhi permodalan bank tersebut karena dengan NPF yang tinggi

akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi penyisihan

penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang terbentuk. Bila hal ini terus terjadi

maka mungkin saja modal bank tersebut akan tersedot untuk membayar

PPAP, karena itulah bank menginginkan NPF yang rendah, nilai NPF yang

rendah akan meningkatkan nilai laba bank syariah.

Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal

5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank

yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh.

Hubungan antara NPF dengan laba bank syariah

Variabel ini berpengaruh secara signifikan serta memiliki hubungan

yang negatif terhadap laba bank syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan

bahwa adanya pembiayaan bermasalah akan memberikan disinsentif terhadap

bank syariah. Semakin tinggi tingkat NPF maka semakin besar dana

penghapusan yang harus dikeluarkan oleh bank.

G. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO merupakan rasio antara biaya operasional terhadap pendapatan

operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank

dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya

tenaga kerja, biaya pemasaran, dan lain-lain). Pendapatan operasional merupakan

(41)

29

dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya.23 Rasio BOPO

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

melakukan kegiatan operasinya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1,

sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari 1. Dengan kata

lain, BOPO berhubungan negatif dengan kinerja bank sehingga diprediksikan

juga berpengaruh negatif terhadap perubahan laba.

Hubungan antara BOPO dengan laba bank

Semakin kecil BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang

dikeluarkan bank yang bersangkutan24 atau dengan kata lain semakin tinggi rasio

BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.

Semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya maka laba yang

dapat dicapai bank semakin meningkat.

H. Review Studi Terdahulu

NO Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

1. Impact of Internet

Bank dengan internet

banking memiliki kinerja

keuangan yang lebih baik

daripada yang tidak

Dendawijaya Lukman. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009) 24Almilia, dkk, “Analisa Rasi

(42)

PoojaMalhotra

internet banking bukan

karena profit jangka

pendek. Walaupun pasar

internet banking tidak

(43)

31

mengadakan fitur internet

banking untuk

fakta bahwa market

sharenya yang

yang tinggi dan tidak ada

pengaruh signifikan

terhadap ROA dan ROE

(44)

Agustus 2013 ebanking.

4. Analisis Pengaruh

Penggunaan

pada ROA, ukuran modal,

pendapatan

non-tradisional, BOPO, beban

pegawai, beban bunga, dan

risiko kredit bank antara

sebelum dan sesudah

menyediakan fasilitas

internet banking, tidak ada

perbedaan rata-rata pada

ROE dan asset tetap antara

(45)

33

internet banking, terdapat

pengaruh dari ukuran

model dan risiko kredit

terhadap ROA bank, tidak

terdapat pengaruh ukuran

bank, umur bank,

pendapatan non

tradisional, BOPO, asset

tetap, beban pegawai, dan

beban bunga terhadap

ROA bank, terdapat

pengaruh dari beban bunga

dan risiko kredit terhadap

ROE bank, dan tidak

terdapat pengaruh dari

ukuran bank, umur bank,

ukuran modal, pendapatan

tradisional, BOPO, aset

tetap dan beban pegawai

terhadap ROE bank

(46)

Bank-Bank yang

banking memiliki ROA

yang lebih besar dan

(47)

35

ownpub internet

banking memiliki

pengaruh yang signifikan

terhadap profitabilitas

bank pada

periode tahun 2003-2006.

DPK, NPF, dan

(48)

36

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi

kasus dengan metode deskriptif pada perusahaan, yaitu dengan cara

menganalisis data-data laporan keuangan yang kemudian ditabulasikan untuk

menentukan tingkat profitabilitas bank tersebut. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif karena menggunakan data yang dapat diukur.1

B. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Bank BSM yang telah

menggunakan internet banking sejak akhir tahun 2007 dan merupakan bank

syariah pertama yang menggunakan internet banking.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah data kuantitatif,

yaitu adalah data berupa angka-angka. Data yang digunakan dalam penelitian

ini berupa laporan keuangan bank, yang berupa data sekunder. Data sekunder

merupakan sumber data dari penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah data

sekunder, yaitu data rasio keuangan yang diperoleh dari website Bank BSM

dan dari website Bank Indonesia.

1

(49)

37

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik studi

pustaka dan teknik dokumentasi.

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha guna

memperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding dengan

data penelitian yang diperoleh. Data tersebut dapat diperoleh dari

literatur, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan

penelitian.

Dalam hal ini penulis menggunakan buku yang berkaitan

dengan Manajemen Perbankan, Metodologi Penelitian, dan

sebagainya. Selain itu, penulis juga menggunakan media internet

sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data-data

penelitian yang dilakukan.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik ini hampir sama dengan teknik kepustakaan, tapi

teknik ini lebih ke data yang bersidat historis, bisa berupa foto,

tidak hanya tulisan dan bagan. Dan sumber dalam mengakses data

yang disediakan adalah sumber terpercaya dan valid.

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang ada dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan

(50)

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan yang bersifat sementara

dari suatu permasalahan yang diajukan, dimana kebenarannya masih perlu

diuji kebenarannya.

Dalam penelitian ini, hipotesis diterapkan berdasarkan perumusan

masalah yang ada, yaitu untuk menguji apakah variabel internet banking

memiliki pengaruh terhadap laba bank dengan menganalisa rasio-rasio

keuangan Bank BSM. Dengan demikian, rumusan hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari internet banking, NPF, DPK

dan BOPO terhadap laba bank yang dianalisis melalui rasio keuangannya

Ha = Ada pengaruh yang signifikan dari internet banking, NPF, DPK dan

BOPO terhadap laba bank yang dianalisis melalui rasio keuangannya.

G. Metode Analisa Data

1. Model Regresi

Dalam penelitian ini, data akan dianalisa dengan regresi variabel

dummy, dimana salah satu variabel independennya bersifat kualitatif.

Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yt = a + b1 Dt + b2X1t + b3X2t + b4X3t + e Dimana:

Y= variabel dependen, yaitu laba bank

(51)

39

b1, b2, b3, = koefisien regresi sementara dari variabel independen

D = variabel dummy internet banking

X1 = variabel independen 1 (DPK)

X2 = variabel independen 2 (NPF)

X3 = variabel independen 3 (BOPO)

t = waktu

e = error term

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan,

dimana hasil dari penelitian ini merupakan hasil dari perhitungan

statistik dan pengujian atas hipotesis dengan menggunakan analisis

jalur. Perhitungan dilakukan dengan bantuan software program SPSS

Versi 20.0 dengan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 95% (a =

0,05).

2. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba. Laba

adalah pendapatan yang dilihat dari selisih antara pendapatan total

perusahaan dengan biaya totalnya. Besarnya laba dapat dilihat dari

(52)

penghasilan diperoleh serta beban yang dikeluarkan sebagai beban

perusahaan.2

�= TR−TC

Dimana,

�= laba / profit

TR = total pendapatan (revenue)

TC = total beban (cost)

b. Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini terdiri dari dummy

internet banking, DPK, NPF, dan BOPO.

1) Variabel Dummy Internet Banking

Dalam penelitian ini, dibutuhkan satu variabel

tambahan, yaitu variable dummy, variabel ini bukan jenis lain

dari variabel dependen-independen, namun menunjukkan

sebuah variabel yang nilainya telah ditentukan oleh peneliti.

Variabel yang dianalisis dengan model regresi dapat

berupa variabel kuantitatif dan dapat pula kualitatif. Variabel

kualitatif ini disebut dengan istilah variabel dummy. Nilai

variabel kualitatif dalam model diberi nilai 0 dan 1 untuk

masing-masing kategori. Nilai 0 biasanya menunjukkan

2

(53)

41

kelompok yang tidak mendapat sebuah perlakuan dan 1

menunjukkan kelompok yang mendapat perlakuan.

Dalam persamaan ini variabel dummy adalah variabel

internet banking, dimana periode sebelum penggunaan

internet banking bernilai 0 dan sesudah penggunaan internet

banking bernilai 1.

2) Dana Pihak Ketiga (DPK)

Sumber dana dari masyarakat (dana pihak ketiga) ini

merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan

operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank

jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.

Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan relatif

lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya.

3) Non Performing Financing (NPF)

NPF merupakan proksi dari harga input perusahaan.

Risiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu

risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya

kembali pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang

dilakukan oleh pihak bank.3

3

(54)

Non Performing Financing (NPF) dipaparkan dalam

laporan keuangan, yang berfungi untuk mengukur tingkat

permasalahan pembiayaan.4

NPF =Pembiayaan (KL, D, M)

�� �

4) Rasio Biaya Operasional

Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi

dan kemampuan bank melakukan kegiatan operasinya.

BOPO = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional 100%

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan bahwa data yang

digunakan beristribusi normal dan dalam model tidak mengandung

multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik

harus dilakukan hanya pada analisis regresi linear berganda sedangkan

pada analisis regresi linear sederhana tidak ada prasyarat uji asumsi

klasik.

Pada analisis regresi linear berganda dimana datanya berupa data

time series (penelitian dilakukan lebih dari satu periode/ berkala/berseri)

maka uji asumsi klasik yang digunakan uji normalitas, uji

multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Namun

4

(55)

43

jika data penelitian adalah data cross section (penelitian hanya satu

periode) maka uji asumsi klasik yang digunakan hanya uji

multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya masing-masing variabel penelitian. Dalam penelitian

ini uji normalitas dilakukan dengan uji One Sample

Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi

0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi

lebih besar dari 0,05 atau 5%.

b. Uji Multikolinieritas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau

tidak adanya hubungan linier diantara variabel independen

dalam model regresi. Syarat berlakunya model regresi ganda

adalah antar variabel bebasnya (variabel independen) tidak

memiliki hubungan sempurna atau mengandung

multikolinieritas. Deteksi terhadap adanya mulkolinieritas

dalam penelitian ini adalah dengan melihat besaran Variance

inflation factor (VIF) pada model regresi. Pada umumnya jika

VIF > 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan

(56)

model regresi diperoleh VIF < 5, maka dalam model tersebut

tidak terjadi multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui

apakah terjadi ketidaksaman varians dari residual untuk semua

pengamatan dalam model regresi. Prasyarat yang harus

terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala

heteroskedastisitas. Untuk mengetahui gejala

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati

scatterplot model tersebut. Model yang bebas dari

heteroskedastisitas memiliki grafik scatterplot dengan pola titik

yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t sebelumnya pada model

regresi linier yang dipergunakan. Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi.

Dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi

autokorelasi.5 Terjadinya autokorelasi atau tidak dapat dilihat

dari nilai Durbin-Watson. Bila nilai statistik DW terletak

5

(57)

45

diantara du < dw < 4-du maka dapat dikatakan tidak terjadi

autokorelasi positif maupun negatif, atau jika nilai statistik DW

mendekati angka 2. Tabel DW terdiri dari nilai batas bawah

(dL) dan batas atas (dU), nilai-nilai ini dapat digunakan sebagai

pembanding uji DW dengan aturan sebagai berikut:6

- DW < dL; berarti ada korelasi yang positif atau

kecenderungannya ρ = 1.

- dL≤ DW ≤ dU ; tidak dapat diambil kesimpulan

- dU< DW < 4 –dU ; tidak ada korelasi positif maupun

negatif.

- 4 – dU ≤ DW ≤ 4-dL ; tidak dapat mengambil

kesimpulan.

- DW > 4-dL ; ada korelasi negatif.

Selain dengan menggunakan uji durbin-watson (DW),

uji autokorelasi dalam penelitian ini juga akan menggunakan

uji run jika nilai DW tidak dapat diambil kesimpulan.

Run test digunakan untuk melihat data residual bersifat

random atau tidak, untuk melihat hasilnya maka dilihat dari

6

(58)

output SPSS, jika nilai sig > α (0,05) berarti residual bersifat

random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.7

4. Uji Statistik

a. Uji F

Uji f dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel terikatnya. Jika nilai F-hitung > F-tabel maka secara

bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen.

b. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui variabel independen

secara individu berpengaruh terhadap variabel dependennya.

Jika nilai t-hitung > t-tabel atau sebaliknya maka variabel

independen secara individu berpengaruh terhadap variabel

dependennya.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan

dengan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam

regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya

model regresi yang terestimasi.

7

(59)

47

Nilai koefisien determinasi ini mencerminkan seberapa

besar variasi dari variabel dependen Y dapat diterangkan oleh

variabel independen X. Bila nilai koefisien determinasi sama

dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan

oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y

(60)

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah PT Bank Syariah Mandiri

PT Bank Syariah Mandiri didirikan sejak tahun 1999, paska

krisis ekonomi moneter 1997-1998. Kondisi perbankan nasional pada

kala itu yang didominasi bank-bank konevensional mengalami krisis luar

biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi

dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia sebagai upaya

menstabilkan indutri perbankan. Salah satu bank konvensional, PT Bank

Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai

(YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena

dampak krisis. Sedangkan pemerintah melakukan penggabungan

(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank

Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri

(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut

juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri

melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan

Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan

(61)

49

respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi

peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking

system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa

pemberlakuan UU. tersebut merupakan momentum yang tepat untuk

melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional

menjadi bank syariah.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah

dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.

1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat

Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/

1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.

Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah

Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420

H atau tanggal 1 November 1999.

2. Visi dan Misi

Adapun visi dan misi PT. Bank Syariah Mandiri adalah sebagai

berikut :

a. Visi

Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia.

b. Misi

1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata

(62)

2) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM,

3) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja

yang sehat,

4) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan

lingkungan,

5) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.

3. Profil Internet Banking PT Bank Syariah Mandiri

Produk internet banking Bank BSM disebut dengan BSMnet.

Untuk mengakses internet banking, nasabah pengguna masuk melalui

address http://bsmnet.syariahmandiri.co.id. Adapun fasilitas yang

disediakan BSMnet adalah sebagai berikut:

a. rekening, ini adalah menu yang menyajikan link untuk mengakses

informasi posisi keuangan nasabah. Mutasi transaksi disajikan

lengkap dan rinci, berisi tanggal transaksi, nominal transaksi,

keterangan transaksi, diberi pilihan untuk tampilan per bulan atau

pada tanggal tertentu,

b. transfer, menu yang berisi opsi untuk melakukan pemindahan dana

dari rekening nasabah pengguna ke rekening lain dengan beberapa

metode yang terlihat pada gambar menu secara real-time

c. payment, menu yang menyajikan pilihan pembayaran, sesuai

(63)

51

pembayaran listrik, pembelian tiket pesawat, dan pembayaran lain

yang available

d. inquiry, terdiri dari transfer uang tunai, digunakan untuk

memperoleh informasi no ktp dan pin transaksi uang tunai dari

transaksi yang pernah dilakukan dan cek token, digunakan untuk

memperoleh informasi token pembelian listrik prabayar yang

dilakukan terakhir

e. admin, menu untuk mengatur informasi keamanan akun nasabah

pengguna

B. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis

regresi linear berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian

ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,

multikolinieritas, dan autokorelasi. Adapun masing-masing pengujian

(64)

1. Uji Normalitas

Gambar 4.2

*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)

Berdasarkan hasil Normal P. Plot di atas, dapat disimpulkan

bahwa data daripada variabel dependen (laba) berdistribusi normal.

Variabel laba dapat dikatakan berdistribusi normal karena penyebaran

titik-titik berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal. Itu artinya, data yang digunakan baik karena data yang baik

adalah data yang berdistribusi normal.

2. Uji Autokorelasi

Tabel 4.1 Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .883a .780 .754 9.18956 1.828

a. Predictors: (Constant), Dummy_internet, BOPO, NPF, DPK b. Dependent Variable: LABA

(65)

53

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai Durbin-Watsonnya

adalah 1,828. Karena n=39 dan k=4 dengan tingkat signifikasi 95%

dari tabel Durbin-Watson dapat dilihat bahwa nilai Du=1,72 dan

Dl=1,38. Data tidak terjadi autokorelasi apabila Du < DW < 4-Du.

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa model regresi tidak terjadi autokorelasi karena 1,72 < 1,828 <

2,28.

3. Uji Multikoliearitas

Adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance

value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance value

adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value <0,1 atau

VIF > 10 = terjadi multikolienaritas. Apablia tolerance value > 0,1

(66)

*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)

Berdasarkan hasil output data SPSS di atas, dapat dilihat bahwa

nilai tolerance dari dummy internet banking adalah 0,337 ; NPF

sebesar 0,322, BOPO sebesar 0,415 ; dan DPK sebesar 0,393. Dengan

nilai VIF dari dummy internet banking adalah 2,968 ; NPF sebesar

3,110, BOPO sebesar 2,409 dan DPK sebesar 2,545.

Berdasarkan hasil dari nilai tolerance dan VIF tersebut, dapat

disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi multikolinaritas.

Karena hasil dari nilai tolerance yang dihasilkan pada masing-masing

variable > 0,1 dan nilai VIF yang dihasilkan pada masing-masing

Gambar

Tabel 4.7 Anova
Gambar 1.1 Statistik pengguna internet di Indonesia
Tabel 1.1 Daftar Internet Banking Perbankan Syariah di Indonesia
Gambaran Umum Objek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas (ROE) Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010. sedangkan pada pembiayaan musyarakah, dana modal dapat.

Sementara hasil analisis Random Effect Model (variabel dependen ROE) dari regresi panel menunjukan bahwa secara parsial variabel CAR, NPF dan BOPO berpengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Likuiditas

Hasil penelitian menujukkan bahwa pada bank Danamon dan BNI rasio yang memiliki perbedaan kinerja sebelum dan selama menggunakan internet banking adalah BOPO dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Fund (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL Artikel Jurnal dengan judul : ANALISIS PENGARUH FDR, CAR, NPF, DAN BOPO TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH DI INDONESIA Studi Kasus

Dari hasil uji T dan F dapat disimpulkan bahwa secara parsial Dana Pihak Ketiga DPK dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO berpengaruh negatif dan signifikan

Penelitian ini menguji pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di OJK untuk periode