• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS TERHADAP MODA TRANSPORTASI PUBLIK BUS RAPID TRANSIT DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS TERHADAP MODA TRANSPORTASI PUBLIK BUS RAPID TRANSIT DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS

PADA MODA TRANSPORTASI PUBLIK BUS RAPID TRANSIT DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh

CAHYA WULAN DARI

Aksesibilitas sangat berkaitan dengan transportasi publik yaitu merupakan sarana dalam memajukan kesejahteraan ekonomi masyarakat, menciptakan dan meningkatkan derajat ekonomi, dan juga merupakan sektor pendahulu dari sektor lain. Karena itu, penyandang disabilitas juga berhak mendapat pelayanan yang sama terhadap transportasi publik sebagai upaya untuk mewujudkan kesamaan, kesetaraan warga negara serta peningkatan peran penyandang disabilitas.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akses penyandang disabilitas serta peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dan PT. Trans Bandar Lampung pada Bus Rapid Transit di Kota Bandar Lampung dan juga untuk menganalisis kendala internal dan eksternal terhambatnya akses tersebut. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah aksesibilitas penyandang disabilitas pada

Bus Rapid Transit Trans Bandar Lampung tidak aksesibel. Dinas Perhubungan

dan PT. Trans Bandar Lampung sebagai pihak yang menyediakan layanan transportasi publik ini tidak berperan aktif dalam menunjang aksesibilitas penyandang disabilitas. Kendala yang dihadapi meliputi kendala internal dan kendala eksternal. Kendala internal yang dialami yaitu rancangan BRT yang tidak sesuai dengan ITDP (Institute for Transportation and Development Policy), banyaknya permasalahan internal manjemen BRT, serta kurangnya koordinasi antara Dinas Perhubungan dengan PT. Trans Bandar Lampung. Kendala eksternal yang diadapi ialah: minimnya perhatian dari pemerintah daerah, minimnya advokasi LSM penyandang disabilitas, serta minimnya kesadaran dan pengetahuan penyandang disabilitas.

(2)

ABSTRACT

ACCESSIBILITY OF DISABLED PERSON

ON PUBLIC TRANSPORTATION MODE BUS RAPID TRANSIT IN BANDAR LAMPUNG 2013

By

CAHYA WULAN DARI

Accessibility is strongly related to public transport that means to advancing economic welfare of society, creating and improving economics degree, and also as a leading sector for other sectors. Therefore, disabled persons reserve the right to have equal service in public transportation as an effort to realize the similarity,

equality and increasing the citizen’s role of disabled persons.

This study is aim to analyze the access to disabled persons, role of Department of Transportation of Bandar Lampung and PT Trans Bandar Lampung on Bus Rapid Transit in Bandar Lampung City and also to analyze the internal and external factor of inhibition access. This study used a descriptive research with qualitative approach conducted through interviews, observation, and documentation.

The conclusion of this study is the accessibility of disabled persons on the Bus Rapid Transit Trans Bandar Lampung are still inaccessible. Department of Transportation and PT. Trans Bandar Lampung as those who provides public transportation services is not being active role in supporting the accessibility of disabled persons. Obstacles encountered include internal constraints and external constraints. The internal constraints are BRT design is not compatible with ITDP (Institute for Transportation and Development Policy), many internal problems of BRT management, as well as lack of coordination between Department of Transportations and PT. Trans Bandar Lampung. The external constraints are: lack of attention from the local government, the lack of advocacy NGOs of disabled person. And, the lack of awareness and knowledge of disabled persons.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan Tanjung Karang Kota Lampung pada Tanggal 17 Oktober 1992, yang merupakan putri bungsu dari pasangan Ibu Kadiyem dan Bapak Suwandi. Penulis memiliki dua orang kakak perempuan bernama Endang Yuliyana dan Sri Wahyuni.

Penulis mengenyam pendidikan pertama di SD Negeri 1 Sukajawa Tahun 1998-2004, SMP Negeri 16 Bandar Lampung Tahun 2004-2007, dan SMK Negeri 4 Bandar Lampung Jurusan Sekretaris Tahun 2007-2010. Dan pada Tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswi pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT...

Kupersembahakan karya sederhana ini untuk :

Allah SWT yang dengan segala ketulusan hati kuucapkan puji

syukur atas karuniaMu yang maha besar

Ibunda di surga yang akan selalu dihati dan pikiranku

Ayah serta Kakak-kakakku tercinta yang selalu

Memberikan yang usaha terbaik untukku

Terima kasih atas segala dukungan moril maupun materil,

pengorbanan, kesabaran,

dan do’a

dalam menyongsong masa depanku.

Keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan

kepadaku

Naunganku HIMAGARA

Sahabat-sahabatku, Temanku, Adik, dan Kakak Tingkatku

Yang telah menjadi bagian dalam hidupku

(9)

Seorang terpelajar harus juga berlaku adil

Sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam

perbuatan

(Pramoedya Ananta Noer, Penulis Novel Bumi Manusia dll)

Every person has infinite strength.

Every action has an important impact.

We must

believe in the value of our own actions.

(Chen Guang cheng,

The Barefoot Lawyer

Aktivis Kemanusiaan Tiongkok)

Berlakulah baik kepada temanmu untuk menjaga mereka,

Dan berlaku baiklah kepada musuhmu untuk mengalahkan mereka.

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil‟alamin tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Pada Moda Transportasi Publik Bus Rapid Transit Di Kota Bandar Lampung Tahun 2013”, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain:

(11)

dilakukan penulis selama mengikuti proses akademis. Segala pelajaran berharga yang diberikan kepada penulis sangat membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

3. Pak Eko Budi Sulistio, S.sos., M.A.P, selaku dosen penguji dan juga motivator bagi penulis sebagai dosen mata kuliah metodologi penelitian kualitatif peneliti yang memberikan kritik dan saran serta mengarahkan penulis saat judul skripsi ini masih berbentuk tugas dan belum diajukan sebagai skripsi. Terimakasih pak, atas motivasi, saran, dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang baik, ramah dan selalu menebar senyum kepada setiap mahasiswanya.

5. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang telah penulis peroleh di kampus dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan penulis ke depannya.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah berbagi ilmu, pengalaman serta motivasinya selama proses perkuliahan.

7. Ibu Nuraini sebagai staf jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu memberikan pelayanan bagi penulis yang berkaitan dengan administrasi dalam penyusunan skripsi ini.

(12)

Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Bapak Perwira Adi Santika dan Ibu Siti Khodijah, dan Bapak Wiyadi selaku Anggota Komisi A DPRD Kota Bandar Lampung yang ditengah kesibukan masih memberikan izin dan meluangkan waktu kepada penulis untuk diwawancarai memberikan informasi, masukan, kerjasama sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Keluargaku tercinta yang tak pernah lelah memberikan support moril maupun materil, doa serta dukungan kepadaku. Ibu di surga yang selalu menjadi penyemangat, inspirator dalam hidup, role model hidupku (cinta, sayang dan kangen selalu). Bapak yang selalu bekerja dan selalu bekerja dalam diam. Untuk Mbak-mbakku Endang Yuliyana yang selalu memberi link-link untuk kerja nanti. Juga mbakku Sri Wahyuni yang baik dan telah membantu moril, materil dan wejangannya dalam proses pembuatan skripsi. Buat kakak-kakak iparku, keponakan-keponakanku yang cantik dan ganteng bingitts, Zahra Thalitha Dzakira dan Hilal Dafa Abiyu Shahih yang senantiasa „membantu‟ proses pengerjaan skripsi dengan segala cara, semoga jadi anak yang soleh-solehah, selalu berada di jalan yang direstui Allah SWT. Amin 

(13)

11. Buat sahabat seperjuangan pembuatan skripsi dalam mewujudkan cita-cita masa depan yang lebih baik, makmur dan sejahtera (hahahapasih) untuk Astria Noviana si pencinta korea yang pinter dan baiiiik hati, yang udah bersedia membantu Cahya selama ini, terus jadi orang baik ya as  gumawo.

Untuk Corie Maharani si pecinta aliando syarif yang sering membantu, temen jalan, temen curhat dan temen bimbingan yang asik. 

12. Terima kasih untuk sahabat - sahabat SMK, buat geng D‟Bubble : Rika Santika „kodokk‟ , Fytry Aprylya si anak SMP yang gak gede”, Novi Alviani yang komprenya bersamaan hihihi, Ragil Nova Ranika si tomboy, Siti Khodijah si masuk angin. Untuk mbakku, Nike Puji Astuti yang rajin traktir hehhe terima kasih yaa udah selalu ada buat akooh saat aku butuh. Untuk

Geng D‟Chuterz Siti Zaenap si Go Min Am, Henda dan Herlena. Juga untuk

Devi Yonita yang luar binasaa. Makasih yaa, udah baek sama akooh, kiss kiss .

13. Terima kasih juga buat teman-teman ADUSELON, Pandu, Desmon, Tio, Rizka, Erisa, Datas, Woro, Yulia, Hadi, Bunga M, Bunga J, Fadri, Jodi, Ade,

Rofi‟I, Julian, Anisa, Meri, Nuzul, Helsi, Lica, Lusi, Oyen, Sari S, Dita,

(14)

14. Sahabat-sahabat Kuliah Kerja Nyata Januari 2012, calon akuntan Sharon Naomi Sinaga (AKT 010), calon teknisi Bang Manuel Siregar (TEK 09), ibu dokter Novita Tarigan (KED 010), calon jaksa Susilawati (HKM 010), calon birokrat Prasa Putra Sanjaya (PEM 010), calon sosiolog Adi Kurniawan (SOS 010), calon peneliti Mbak Melia Andari (MIPA 09) serta mbak tiwi dan induk semang ebook. 40 hari untuk selamanya, keluarga kecil kita . Kumpul – kumpul di tempat ebook dong, kangen tauu .

15. Terima kasih untuk Mr. F yang telah membuat penulis untuk memilih jurusan Ilmu Administrasi Negara pada SNMPTN, terima kasih telah membuat penulis berjuang, berusaha, dan termotivasi. Terima kasih karena pilihan tersebut peneliti dapat bertemu sahabat, teman yang baik, orang-orang hebat, pengalaman serta pengetahuan yang sangat berharga.

16. Terima kasih buat Idol – Idol K-Pop yang selalu menemani secara audio visual dalam pengerjaan skripsi ini, Seperti : Super Junior, EXO, SHINee,

Big Bang, Girl‟s Generation, F(x), 2NE1, SISTAR, TVXQ, CN BLUE, FT

Island, Boyfriend, A Pink, 2PM, 2AM, Miss A, Akdong Musician, Busker Busker, T-ARA, KARA, IU, Secret, 4 Minute, SM The Ballad, Red Velvet, Brown Eyed Soul, Brown Eyed Girls, Ladies Code, B1A4, K.Will, Rain, Beast, G.Na, dan masih banyak lainnya. Dan Juga buat artis-artis lain seperti Ada Band, Yovie and Nuno, Petra, Marcell, Ed Sheeran,Raisa, Gita Gutawa,

Sherina, Abdul and the Coffe Theory, Afgan, Vidi Aldiano, Mika „ The

(15)

17. Terima kasih unttuk bias – bias kuu, Mr. Chan yang sudah mengisi hari-hari penulis sebagai happy virus, vitamin, dengan suara Bass nya, fairy ears-nya,

double eyelid-nya, your 185 cm height, milky white skin and your

heartwarming personalities. Mr. Chan Jjang!! daebak saranghae kissukissu.

Mr. Hae yang sangat apa adanyaa, Low Profile, jago nge-dance, gantengg

imut dan kereen untuk bias akuu Mr. Onew-ssi yang jago nyanyii suaramu itolooh oppa kereeeeen bgt, si polos yang ga pernah pacaraan I wanna be the

first hihihi Love yaa. Untuk Mr, G-Dragon yang sooo freakin’ cool, unk,

kreatif, gilaaa, dan otakmu yang menakjubkaan. Dari mana semua ide-ide itu?

Guess what?….

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

(16)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik ... 12

1. Pengertian Pelayanan Publik ... 12

2. Klasifikasi Pelayanan Publik ... 14

3. Asas Pelayanan Publik ... 16

4. Standar Pelayanan Publik ... 18

5. Kualitas Pelayanan Publik ... 20

B. Tinjauan Tentang Keadilan Sosial... 24

1. Pengertian Keadilan Sosial ... 24

2. Tugas dan Fungsi Pemerintah Terhadap Warganya ... 25

3. Hak Asasi Manusia ... 26

4. Hak Atas Pelayanan Umum ... 28

C. Tinjauan Tentang Aksesibilitas Transportasi Publik ... 31

1. Pengertian Transportasi ... 31

2. Pengertian Aksesibilitas ... 33

2. Asas – Asas Aksesibilitas ... 34

3. Manfaat Transportasi ... 35

4. Pengertian Angkutan Umum Penumpang ... 38

5. Bus Rapid Transit ... 39

(17)

2. Kategori Penyandang Disabilitas ... 44

III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 46

B. Fokus Penelitian ... 47

C. Lokasi Penelitian ... 48

D. Jenis dan Sumber Data ... 49

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Teknik Analisa Data ... 53

G.Teknik Keabsahan Data ... 54

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 58

1. Sejarah Kota Bandar Lampung ... 58

2. Kondisi Demografis Kota Bandar Lampung... 63

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 65

1. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ... 66

a. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ... 66

b. Dasar Hukum Terbentuknya Dishub Kota Bandar Lampung ... 67

c. Kedudukan Tupoksi Dishub Kota Bandar Lampung ... 68

d. Visi, Misi dan Tujuan Dishub Kota Bandar Lampung ... 70

e. Program Kerja dan Kegiatan Dishub Kota Bandar Lampung ... 73

2. Gambaran Umum PT. Trans Bandar Lampung ... 80

a. Sejarah Singkat PT. Trans Bandar Lampung ... 80

b. Dasar Hukum PT. Trans Bandar Lampung ... 81

c. Visi dan Misi PT. Trans Bandar Lampung ... 82

d. Susunan Organisasi PT. Trans Bandar Lampung ... 83

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil ... 85

1. Aksesibilitas penyandang disabilitas pada moda transportasi Bus Rapid Transit di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 ... 86

a. Kemudahan ... 86

b. Kegunaan ... 91

c. Keselamatan ... 94

d. Kemandirian ... 97

2. Peran Dinas Perhubungan dan PT. Trans Bandar Lampung terkait aksesibilitas bagi penyandang disabilitas pada moda transportasi Bus Rapid Transit di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 ... 100

3. Faktor – Faktor Penghambat ... 111

a. Kendala Internal ... 111

b. Kendala Eksternal ... 115

(18)

c. Keselamatan ... 129

d. Kemandirian ... 130

2. Peran Dinas Perhubungan dan PT. Trans Bandar Lampung terkait aksesibilitas bagi penyandang disabilitas pada moda transportasi Bus Rapid Transit di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 ... 132

3. Faktor – Faktor Penghambat ... 136

a. Kendala Internal ... 136

b. Kendala Eksternal ... 137

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 140

B. Saran ... 141

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 50

Tabel 3.2 Dokumen Penelitian ... 51

Tabel 4.1 Daftar Walikota Bandar Lampung 1956-Sekarang ... 62

Tabel 4.2 Jumlah dan Kepadatan Saat ini dan Proyeksinya 5 Tahun ... 64

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 5.1 Halte Trans Bandar Lampung ... .88

Gambar 5.2 Kondisi Bus Trans Bandar Lampung dari 2 Armada Berbeda ... .89

Gambar 5.3 Kondisi Kursi Lipat yang Terdapat pada Bus Trans Bandar Lampung...89

Gambar 5.4 Kondisi Naik Turun Penumpang di Jalan Kartini ... .90

Gambar 5.5 Kondisi Operasional Bus Trans Bandar Lampung Jalan Raden Intan ... .90

Gambar 5.6 Kondisi Bus Trans Bandar Lampung yang dilengkapi Pintu Darurat ... .93

Gambar 5.7 Hand Holder di dalam Bus Trans Bandar Lampung ... .93

Gambar 5.8 Kondisi BRT yang Tidak Bisa Menepi ke Halte ... .95

Gambar 5.9 Kendaraan Lain yang Menggunakan Jalur Khusus BRT ... .95

Gambar 5.10 Kondisi Naik Turun Penumpang di Salah Satu Halte ... .97

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia tidak akan terlepas dalam upaya pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut bisa dalam bentuk barang ataupun jasa. Atas dasar itu negara sebagai organisasi terbesar di dunia berkewajiban melayani setiap warga negara untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Negara harus membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara termasuk penyandang disabilitas terkait peningkatan pelayanan publik.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia Atau WHO (World Health Organization),

(22)

mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997, penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan aktivitas secara selayaknya, yang terdiri dari; penyandang cacat fisik; penyandang cacat mental; penyandang cacat fisik dan mental.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa penyandang cacat identik dengan keterbatasan, sehingga aksesibilitas mereka terbatas, karena hingga saat ini para penyandang cacat di Indonesia belum memperoleh pelayanan yang memadai serta belum memperoleh kesempatan yang sama seperti halnya orang normal lainnya di dalam melakukan aktifitas hidupnya sehari-hari.

Hal ini didukung dengan pernyataan Komisioner Komnas HAM, Subkomisi Pendidikan dan Penyuluhan, Saharuddin Daming yang menyatakan bahwa lebih dari 6 juta jiwa penyandang cacat di Indonesia belum mendapatkan hak fasilitas transportasi dan publik dengan perlakuan khusus. Ia juga menyatakan kendala utama yang dihadapi penyandang cacat saat ini adalah belum adanya fasilitas publik yang aksesibel baik secara fisik maupun non-fisik. Mereka juga menghadapi social and cultural barrier yang menyebabkan mobilitas keseharian mereka terbatas

(23)

pemerintah mencanangkan Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) untuk memberikan akses bagi penderita cacat, hingga memungkinkan mereka memperoleh hak yang sama. Tetapi program ini jalan ditempat.

(http://news.okezone.com/read/2010/06/05/338/339740/penyandang-cacat-survei-aksesibilitas-transjakarta, diakses tanggal 29 Oktober 2013 pukul 21.10 WIB).

Padahal, aksesibilitas bagi penyandang disabilitas telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat Pasal 1 yang berbunyi:

“Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna

mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan”. Hal tersebut diperjelas dalam Pasal 10 yang menyatakan bahwa,

penyediaan aksesibilitas dimaksudkan untuk menciptakan keadaan dan lingkungan yang lebih menunjang penyandang cacat dapat sepenuhnya hidup bermasyarakat.

(24)

Discussion Group tentang Draft Raperda Pelindungan Penyandang Cacat Kota

Bandung, Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat UNPAD dengan Sekretariat

DPRD Kota Bandung 2008, diakses tanggal 20 Oktober 2013 pukul 12.00 WIB).

Pada kenyataannya para penyandang disabilitas di Indonesia baik yang bermukim di kota besar maupun kota kecil belum merasakan kemudahan akses yang termuat dalam Undang–undang tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan penyandang cacat yang mengakui masih mengalami kesulitan, utamanya jika bepergian ke tempat umum. Ia mengeluhkan akses yang minim dari berbagai sarana publik yang membuatnya tidak nyaman beraktivitas di luar. Contohnya saja trotoar yang sempit serta keberadaan angkutan umum yang ada saat ini masih belum memfasilitasi para penyandang cacat sehingga, ia pun lebih memilih menggunakan sepeda motor yang telah dimodifikasi untuk mengantarnya ke mana-mana meskipun kadang harus merepotkan orang lain.

(http://jabar.tribunnews.com/2013/08/19/penyandang-cacat-kesulitan-akses?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter, diakses tanggal 29 Oktober

2013, pukul 23.00 WIB)

Kita ketahui bahwa transportasi memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2012) menyatakan bahwa kemajuan transportasi terkait dengan produktivitas. Kemajuan transportasi akan membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor-faktor produksi dan mobilitas faktor olahan yang dipasarkan. Makin tinggi mobilitas masyarakat, maka lebih produktivitas masyarakat.

(25)

transportasi menciptakan dan meningkatkan derajat aksesibilitas (degree of

accessibility) dari potensi-potensi sumber daya alam dan luasnya pasar. Sumber

alam yang semula tidak termanfaatkan akan mudah terjangkau dan kemudian dapat diolah. Tidak terkecuali dengan penyandang disabilitas, penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan masyarakat normal pada umumnya khususnya dalam hal mengakses transportasi publik.

Di Kota Bandar Lampung sendiri, terdapat moda transportasi yang tergolong baru yang merupakan ikon Kota Bandar Lampung yaitu Bus Rapid Transit Trans Bandar Lampung. BRT (Bus Rapid Transit) merupakan trend baru dalam pembangunan sistem transportasi di kota-kota besar di dunia. BRT dengan trunk line bus ini beroperasi ala kereta, biayanya murah, dan kapasitas angkutnya tinggi. Kota-kota yang telah menjalankannya antara lain Bogota, Curitiba, Sao Paulo, Quito, Seoul, Jakarta, dan Goangzhou. BRT ini menjadi pilihan karena biaya yang cukup murah dan cocok untuk negara berkembang.

(26)

Untuk mengurangi waktu kenaikan dan penurunan penumpang, standar emas dari sistem BRT memperkenalkan platform-level boarding. Dermaga halte didesain setara tingginya dengan lantai bis. Hal ini dibuat agar penumpang dapat lebih cepat naik dan turun dari bis, juga memberikan kemudahan akses bagi penumpang yang menggunakan kursi roda, orang tua dengan kereta bayi, anak-anak muda, dan lainnya. Standar BRT memberikan 5 poin untuk sistem BRT yang memiliki platform level boarding.

(http://www.pu.go.id/uploads/services/service20130717141509.pdf, diakses

Tanggal 24 November 2013 Pukul 22.02 WIB)

Pada tataran lokal (Kota Bandar Lampung), sejak kemunculan Bus Rapid Transit Trans Bandar Lampung telah mengalami permasalahan terkait manajemen pengelolaan transportasi tersebut. Dalam dokumentasi dari Forum Diskusi Publik Pelayanan Transportasi Umum Pengembangan BRT di Kota Bandar Lampung Tanggal 23 Februari 2012, PT. Trans Bandar Lampung menuai kritik terkait lemahnya aspek perencanaan yang terlihat dari minimnya prasarana, buruknya aspek pelayanan terkait erat dengan perencanaan yang lemah serta kelemahan dalam mengkomunikasikan perencanaan sehingga kemudian menimbulkan ketegangan antara masyarakat.

(http://www.instran.org/index.php/in/ruang-berita/depan/25-front-page/2500-permasalahan-brt-di-bandar-lampung-, Diakses

tanggal 18 November 2013, Pukul 23.20 WIB)

(27)

2013, peneliti menghubungi informan via telepon pada salah satu pengurus kantor Himpunan Wanita Penyandang Disabilitas Indonesia yaitu Dr. Perwira Adi Santika. Beliau menyatakan, akses penyandang cacat di Provinsi Lampung belum maksimal, tidak hanya pada sarana transportasi umum tetapi juga pada sarana prasarana publik. Beliau mencontohkan belum tersedianya fasilitas bagi penyandang cacat di bukan hanya di BRT bahkan di Pelabuhan Bakauheni yang merupakan pintu gerbang pulau Sumatera. Tidak hanya itu, beliau juga menyayangkan minimnya perhatian Pemerintah Provinsi Lampung dan instansi terkait terhadap penyandang cacat, sehingga keberlangsungan organisasi penyandang cacat dan advokasi hak–hak penyandang cacat tersendat.

(28)

Terlebih lagi, dalam konsep kenegaraan transportasi publik memegang peranan penting selain manfaat ekonomi, sosial, politik dan fisik. Hal itu dikarenakan transportasi merupakan tugas, wewenang dan tanggung jawab negara dalam menyediakan sarana dan prasarana transportasi publik. Wewenang dan tugas pemerintah tersebut tertera dalam undang-undang dan mengakui hak–hak penyandang disabilitas dalam mengakses fasilitas publik tidak terkecuali hak untuk mengakses transportasi publik. Seperti yang telah diamanatkan oleh Pasal 9 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2011, tentang Pengesahan Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas sebagai berikut:

Agar penyandang disabilitas mampu hidup secara mandiri dan berpartisipasi secara penuh dalam semua aspek kehidupan, Negara harus mengambil kebijakan yang sesuai untuk menjamin akses bagi penyandang disabilitas, atas dasar kesetaraan dengan yang lainnya, terhadap lingkungan fisik, transportasi, informasi, dan komunikasi, termasuk teknologi dan sistem informasi dan komunikasi, serta terhadap fasilitas dan layanan lainnya yang terbuka atau tersedia untuk publik, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.

(29)

Aksesibilitas masih dianggap suatu hal kecil yang tidak perlu diperhatikan. Padahal, aksesibilitas merupakan amanat undang-undang yang harus dijalankan oleh semua lembaga baik pemerintah maupun swasta seperti dilansir Dr. Saharudin Daming dalam pidatonya pada peringatan satu dasawarsa GAUN 2000. Dr. Saharudin Daming menegaskan bahwa pengabaian aksesibilitas merupakan pelanggaran terhadap undang-undang. Jadi, sudah selayaknya hal tersebut menjadi perhatian semua pihak.

Selain itu, saat ini aksesibilitas menjadi isu yang semakin popular seiring dengan meningkatnya tuntutan dari kalangan penyandang disabilitas dan lanjut usia untuk memperoleh akses yang sama dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi. Bagi mereka, sebagaimana halnya orang-orang yang mampu secara fisik, kemudahan akses terhadap informasi dan komunikasi sangatlah penting, sama halnya dengan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum seperti elevator, memasuki gedung, perjalanan ataupun menggunakan peralatan dengan aman dan mudah.

(http://hwpcipusat.wordpress.com/category/aksesibilitas/, diakses tanggal 28

Okttober 2013 Pukul 21.30 WIB).

(30)

Pada tahap implementasinya, kebijakan tersebut belum berjalan secara maksimal, karenanya peneliti tertarik untuk mengkaji peran instansi terkait (dalam hal ini Dinas Perhubungan dan PT. Trans Bandar Lampung) dalam memberikan pelayanan terkait penyelenggaraan aksesibilitas transportasi publik bagi penyandang disabilitas serta faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pelayanan publik tersebut. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian mengenai “AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS TERHADAP MODA TRANSPORTASI BUS RAPID TRANSIT DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana aksesibilitas penyandang disabilitas pada moda transportasi publik

Bus Rapid Transit di Kota Bandar Lampung pada tahun 2013?

2. Bagaimana peran Dinas Perhubungan dan PT. Trans Bandar Lampung dalam penyelenggaraan pelayanan publik bagi penyandang disabilitas pada moda transportasi Bus Rapid Transit di Kota Bandar Lampung Tahun 2013?

3. Faktor-faktor apa yang menghambat penyelenggaraan pelayanan publik terkait aksesibilitas bagi penyandang disabilitas pada moda transportasi Bus Rapid

Transit di Kota Bandar Lampung Tahun 2013?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah:

(31)

2. Untuk menganalisis peran Dinas Perhubungan dan PT. Trans Bandar Lampung dalam penyelenggaraan pelayanan publik bagi penyandang disabilitas pada moda transportasi Bus Rapid Transit di Kota Bandar Lampung Tahun 2013.

3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang menghambat peran Dinas Perhubungan dan PT. Trans Bandar Lampung dalam penyelenggaraan pelayanan publik terkait aksesibilitas bagi penyandang disabilitas pada moda transportasi Bus

Rapid Transit di Kota Bandar Lampung Tahun 2013.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan Ilmu Administrasi Negara dalam bidang pelayanan publik khususnya mengenai pelayanan publik di bidang transportasi publik yaitu pada moda transportasi

Bus Rapid Transit bagi penyandang disabilitas di Kota Bandar Lampung

Tahun 2013.

2. Secara praktis penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna bagi Instansi Pemerintahan pada umumnya seta Perusahaan Penyedia Jasa Transportasi Umum pada khususnya.

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Pelayanan Publik

1. Pengertian Pelayanan Publik

Masyarakat setiap saat selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang ada masih bercirikan berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan.

(33)

Indonesia dijelaskan bahwa pelayanan sebagai hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani.

Sementara itu, istilah publik berasal dari Bahasa Inggris public yang berarti umum, masyarakat, Negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi Bahasa Indonesia Baku menjadi publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Padanan kata yang tepat digunakan adalah praja yang sebenarnya bermakna rakyat sehingga lahir istilah pamong praja yang berarti pemerintah yang melayani kepentingan seluruh rakyat. Inu dan kawan-kawan (dalam Sinambela dkk 2006:5) mendefinisikan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki.

(34)

Menurut Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

akan pelayanan yang menawarkan kepuasan bagi setiap warga negara yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

(35)

2. Klasifikasi Pelayanan Publik

Pelayanan publik yang harus diberikan pemerintah dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori utama, yaitu pelayanan kebutuhan dasar dan pelayanan umum. Menurut Mahmudi dalam Hardiyansyah (2011:20-23), dijelaskan sebagai berikut:

1) Pelayanan kebutuhan dasar

Pelayanan kebutuhan dasar yang harus diberikan oleh pemerintah tersebut meliputi: kesehatan, pendidikan dasar, dan bahan kebutuhan pokok syarakat.

2) Pelayanan umum

Selain pelayanan kebutuhan dasar, pemerintah sebagai instansi penyedia pelayanan publik juga harus memberikan pelayanan umum kepada masyarakatnya. Pelayanan umum yang harus diberikan pemerintah terbagi dalam tiga kelompok yaitu: a) pelayanan administratif, b) pelayanan barang, c) pelayanan jasa yang jika dijelaskan sebagai berikut:

a) Pelayanan administratif

(36)

b) Pelayanan barang

Pelayanan barang adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang menjadi kebutuhan publik, misalnya: jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, penyediaan air bersih.

c) Pelayanan jasa

Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik, misalnya pendidikan tinggi dan menengah, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, jasa pos, penanggulangan bencana serta pelayanan sosial (asuransi atau jaminan sosial social security).

Sedangkan jenis-jenis pelayanan publik menurut Lembaga Administrasi Negara yang dimuat dalam SANKRI Buku III (dalam Hardiyansyah, 2011:24) adalah:

1) Pelayanan pemerintahan adalah jenis pelayanan masyarakat yang terkait dengan tugas-tugas umum pemerintahan, seperti pelayanan KTP, SIM, pajak, perizinan, dan keimigrasian.

(37)

3) Pelayanan utilitas adalah jenis pelayanan yang terkait dengan utilitas bagi masyarakat seperti penyediaan listrik, air, telepon dan transportasi lokal. 4) Pelayanan sandang, pangan dan papan adalah jenis pelayanan yang

menyediakan bahan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan perumahan, seperti penyediaan beras, gula, minyak, gas, tekstil dan perumahan murah.

5) Pelayanan kemasyarakatan adalah jenis pelayanan yang dilihat dari sifat dan kepentingannya lebih ditekankan pada kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, penjara, rumah yatim piatu dan lain sebagainya.

(38)

3. Asas Pelayanan Publik

Dalam menyelenggarakan pelayanan publik, para birokrat memiliki pedoman khusus yang mejadi acuan dalam penyelenggaran pelayan publik.Pedoman para birokrat itu salah satunya adalah asas-asas pelayanan publik. Di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, dalam Undang-undang tersebut disebutkan bahwa asas pelayanan publik, tersebut adalah sebagai berikut:

a) kepentingan umum, yaitu pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi dan/atau golongan.

b) kepastian hukum, yaitu jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pelayanan.

c) kesamaan hak, yaitu pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

(39)

e) keprofesionalan, yaitu pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas.

f) partisipatif, yaitu peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

g) persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, yaitu setiap warga negara berhak memperoleh pelayanan yang adil.

h) keterbukaan, yaitu setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan.

i) akuntabilitas, yaitu proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

j) fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, yaitu pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan.

(40)

l) kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan, yaitu setiap jenis pelayanan dilakukan secara cepat, mudah, dan terjangkau. (Pasal 4 UU No 25 Tahun 2009)

Terkait dengan tema penelitian ini, peneliti menitikberatkan pada poin fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan yang terkandung dalam asas pelayanan publik menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009. Karena poin dalam prinsip pelayanan publik ini berkaitan langsung dengan tema penelitian peneliti, yaitu aksesibilitas yang berkaitan erat dengan pemberian fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan dan memiliki artian bahwa pelayanan publik yang ada haruslah aksesibel bagi kelompok rentan –seperti penyandang disabilitas- yang disebutkan pada poin sebelumnya dalam asas pelayanan publik tersebut. Lebih lanjut, dalam menganalisis tema tersebut, peneliti mencantumkan materi yang berkaitan dengan pelayanan publik yang akan dijelaskan secara lebih jauh pada poin berikutnya.

4. Standar Pelayanan Publik

(41)

pelayanan pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib ditaati dan dialkasanakan oleh penyelenggara pelayanan dan menjadi pedoman bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonan, serta sebagai alat kontrol masyarakat dan/atau penerima layanan atas kinerja penyelenggara layanan.

Oleh karena itu, perlu disusun dan ditetapkan standar pelayanan sesuai dengan sifat, jenis dan karakteristik layanan yang diselenggarakan, serta memperhatikan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Menurut KEPMENPAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi:

1) Prosedur pelayanan 2) Waktu penyelesaian 3) Biaya pelayanan 4) Produk pelayanan 5) Sarana dan prasarana

6) Kompetensi petugas pelayanan

(42)

a. Dasar hukum b. Persyaratan;

c. Prosedur pelayanan; d. Waktu penyelesaian; e. Biaya penyelesaian; f. Produk pelayanan; g. Sarana dan prasarana;

h. Kompetensi petugas pelayanan;

i. Pengawasan intern;

j. Pengawasan ekstern;

k. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan; l. Jaminan pelayanan

(43)

5. Kualitas Pelayanan Publik

Konsep kualitas bersifat relatif, karena penilaian kualitas sangat ditentukan dari perspektif yang digunakan. Menurut Trilestari (dalam Hardiyansyah 2011:35) pada dasarnya terdapat tiga orientasi kualitas yang seharusnya konsisten antara yang satu dengan yang lain, yaitu persepsi pelanggan, produk, dan proses. Untuk produk jasa pelayanan, ketiga orientasi tersebut dapat menyumbangkan keberhasilan organisasi ditinjau dari kepuasan pelanggan. Norman (dalam Hardiyansyah 2011:35) mengatakan bahwa apabila kita ingin sukses memberikan kualitas pelayanan, kita harus memahami terlebih dahulu karakteristik tentang pelayanan sebagai berikut:

a) Pelayanan sifatnya tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi.

b) Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah tindak sosial.

(44)

Sedangkan menurut, Sinambela, dkk. (2006) kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of

customers). Secara teoritis, pelayanan dikatakan berkualitas atau memuaskan bila

pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Apabila masyarakat tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak berkualitas atau tidak efisien. Karena itu, kualitas pelayanan sangat penting dan selalu fokus kepada kepuasan pelanggan. Tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat.

Kata “kualitas” sendiri mengandung banyak pengertian, menurut Kamus Bahasa

Indonesia, kualitas berarti: (1) tingkat baik buruknya sesuatu; (2) derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb); atau mutu.Konsep kualitas pelayanan dapat dipahami melalui perilaku konsumen (consumer behavior), yaitu suatu perilaku yang dimainkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, dan

(45)

a) Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai dan mudah dimengerti;

b) Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c) Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas;

d) Partisipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan peleyanan publik dengan memperhatikan aspirasi kebutuhan dan harapan masyarakat;

e) Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak diskriminatif dilihat dari aspek f) apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain; g) Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang

mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik. (dalam Sinambela dkk 2006)

(46)

1. Reliability menyangkut konsistensi dari performance dan dapat dipercaya. Terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat.

2. Responsiveness menyangkut kemauan atau kesiapan karyawan untuk

memberikan pelayanan pada konsumen dan bertanggungjawab atas mutu pelayanan yang diberikan. Hal ini juga menyangkut ketepatan waktu dari pelayanan.

3. Competence yang bermakna memiliki keahlian dan pengetahuan yang

dibutuhkan untuk memberikan pelayanan. Terdiri dari tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan layanan.

4. Access menyangkut kemudahan untuk dihubungi serta kemudahan untuk

mengadakan kontak dan pendekatan.

5. Courtesy menyangkut etika kesopanan, rasa hormat, kesungguhan,

(47)

6. Communication berarti menjaga agar tiap pelanggan mendapat informasi sesuai dengan bahasa yang mereka pahami dan mendengarkan keinginan serta aspirasi mereka. Hal ini berarti pemberi layanan tersebut harus menyesuaikan bahasa mereka dengan konsumen yang berbeda--meningkatkan level bahasa pada pelanggan yang berpendidikan baik serta berbicara secara mudah dan sederhana kepada orang yang baru.

7. Credibility menyangkut dapat dipercaya, kejujuran penyedia jasa untuk

menarik kepercayaan masyarakat. Hal ini bermakna konsumen memiliki ketertarikan di hati.

8. Security adalah pelayanan yang diberikan harus dijamin bebas dari bahaya,

resiko, ataupun keraguan.

9. Understanding/knowing the customer menyangkut usaha pemberi layanan

untuk memahami apa yang konsumen butuhkan.

10.Tangibles menyangkut lingkungan fisik dan gambaran fisik yang berupa

(48)

Berdasarkan uraian diatas, kualitas pelayanan memang bersifat abstrak dan subjektif tergantung dengan penerima layanan, namun dengan indikator kualitas pelayanan dapat diketahui dengan lebih akurat kualitas pelayanan publik yang ada. Secara garis besar pengukuran kualitas pelayanan menurut Sinambela dkk dan menurut Zeithaml dkk sama hanya indikator yang menjadi turunan indikator. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 10 dimensi kualitas pelayanan yang diutarakan oleh Zeithaml karena terdapat beberapa poin yang berkaitan erat dengan fokus penelitian peneliti. Poin yang dimaksud peneliti ialah poin access,

security, understanding/knowing the customer, serta tangible.

B. Tinjauan Mengenai Keadilan Sosial

1. Pengertian Keadilan Sosial

Untuk mengetahui konsep keadilan sosial, kita harus lebih dahulu mengetahui arti dari keadilan sosial. Definisi mengenai keadilan sosial sangat beragam, dapat ditunjukkan dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para pakar di bidang hukum yang memberikan definisi berbeda-beda mengenai keadilan.

(49)

khususnya yang disebut negara. Karena itu, keadilan sosial juga sering disebut keadilan distributif. Keadilan sosial manurut Franz Margnis Suseno (2003:362)

juga dapat didefinisikan sebagai keadilan yang pelaksanaanya tergantung dari struktur proses-proses ekonomis, politis, sosial, budaya dan ideologis dalam masyarakat.

Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi, Ekopolesosbudhankam. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.

Adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

(50)

2. Tugas dan Fungsi Pemerintah Terhadap Warganya

Para pakar ilmu politik mengatakan bahwa negara merupakan bentuk perserikatan terbesar yang dikenal oleh manusia. Jika negara dibentuk oleh suatu pemerintah, keberadaanyan mutak diperlukan untuk menjaga terpeliharanya berbagai kepentingan yang berbeda-beda dan bahkan mungkin tidak sinkron, memelihara keseimbangan antara perolehan hak dan penunaian kewajiban oleh para warga yang pada akhirnya mengacu pada peningkatan kesejahteraan bersama.

Menurut Rasuanto (2005) tugas atau kewajiban negara dalam masyarakat modern termasuk usaha untuk menjamin dan seperlunya menciptakan kesamaan minimal antara semua warga masyarakat. Negara tidak boleh membiarkan orang terpaksa, karena tidak memiliki sarana secukupnya, hidup di bawah tingkat minimal yang masih dianggap wajar. Ketidaksamaan alamiah yang dengan sendirinya terdapat antara manusia dan kelompok manusia dan kemudian diperkuat melalui pelembagaan struktur-struktur sosial wajib diimbangi oleh negara.

(51)

bermasyarakat pemerintah dituntut memiliki pernanan lain salah satunya yaitu fungsi negara sebagai negara kesejahteraan (welfare state).

3. Hak Asasi Manusia

Secara umum, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada setiap orang sejak orang itu dilahirkan. Karena hak dasar itu melekat pada setiap orang, maka manusa menghendaki terpenuhinya hak tersebut baik secara individu maupun untuk keperluan bersama melalui kerjasama. Hak dasar itu wajib dihormati dan diberi tempat yang wajar di masyarakat termasuk masyarakat negara. Negara berkewajiban menjamin hak-hak warga negaranya melalui aturan yang adil.

(52)

Serta menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 hak asasi manusia adalah merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal danlanggeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun.

Sebagai negara yang menghargai hak asasi manusia bahkan sebelum lahirnya pernyataan hak asasi manusia yang dideklarasikan organisasi PBB sewajarnya seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan keadilan tersebut dalam aspek terpenuhinya pelayanan publik bagi mereka dalam konteks ini penyandang disabilitas yang belum mendapat akses transportasi publik secara maksimal. Kaum minoritas seperti penyandang disabilitas juga berhak mendapatkan akses pelayanan publik yang diselenggarakan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

4. Hak Atas Pelayanan Umum

(53)

mendapatkan hak itu adalah suatu hak juga. Hak dan kewajiban merupakan satu kesatuan yang berlainan sisi, seperti mata uang. Apabila ada hak, maka pasti ada kewajiban, baik pada satu pribadi maupun pada pribadi yang berlainan namun satu ikatan.

Kewajiban menyangkut pada tugas yang harus dilaksanakan, bentuk kewajiban itu dapat berupa layanan lisan, tulisan atau perbuatan. Karena memperoleh layanan itu adalah hak, maka apabila tidak dipenuhi oleh orang atau kelompok orang yeng berkewajiban memenuhi hak, ia perlu dan harus memperjuangkan, meskipun cara memperjuangkannya tidak sama dengan memperjuangkan hak yang lebih tinggi seperti halnya hak asasi manusia dan sebagainya. Namun perjuangan ini tidak kalah sulit, rumit dan memakan waktu lama karena dapat berdampak luas.

(54)

Sistem, prosedur dan metode kerja yang ada tidak memadai, juga berpengaruh sehingga mengakibatkan mekanisme kerja tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan dan tidak berjalan seperti yang semestinya. Pengorganisasian juga merupakan elemen penting dalam sebuah instansi. Pengorganisasian tugas

pelayanan yang belum selesai, dapat menyebabkan terjadinya simpang siur penanganan tugas, tumpang tindih (overlapping) atau tercecernya suatu tugas tidak ada yang menangani.

(55)

Sedangkan hak mendapatkan pelayanan ini sudah bersifat universal terhadap siapa saja yang berkepentingan atas hak itu dan oleh organisasi apapun yang bertugas menyelenggarakan pelayanan. Sebagai pihak yang ingin memperoleh pelayanan yang baik dan memuaskan, maka perwujudan pelayanan yang didambakan masyarakat ialah adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadangkala dibuat-buat. Penegakkan disiplin dalam melaksanakan tugas, baik disiplin dalam hal menepati waktu maupun disiplin dalam pelaksanaan fisik pekerjaan.

Kemudian memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu, sindiran atau kata

(56)

Keempat hal itulah yang menjadi dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan/instansi yang bertugas melayani masyarakat. Apabila hal itu dapat dipenuhi masyarakat akan puas, dan dampak dari kepuasan masyarakat antara lain, masyarakat sangat menghargai (respect) kepada korps pegawai yang bertugas di bidang pelayanan umum. Mereka tidak memandang remeh dan mencemooh korps itu dan tidak pula berlaku sembarangan. Masyarakat terdorong memenuhi aturan dengan penuh kesadaran tanpa prasangka buruk, sehingga lambat laun dapat terbentuk sistem pengendalian diri (self control) yang akan sangat efektif dalam ketertiban berpemerintahan dan bernegara.

Lebih khusus hak bagi penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil dan balita juga tertera pada keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 yang mengatur bahwa penyelenggaraan pelayanan wajib mengupayakan tersedianya sarana dan

prasarana yang diperlukan serta memberikan akses khusus berupa kemudahan pelayanan bagi penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil dan balita.

(57)

C. Tinjauan Mengenai Aksesibilitas Transportasi Publik

1. Pengertian Transportasi

Bangsa yang maju, ditandai dengan adanya sumber daya yang berkualitas, sumber daya alamyang potensial, kepemimpinan yang berwawasan pembangunan serta ditunjang oleh sistem transportasi yang berkualitas. Sistem transportasi yang berkualitas (lancar, aman/selamat, berkapasitas, tertib dan teratur, murah dan nyaman) diperlukan untuk menunjang pembangunan kegiatan sektor-sektor lain dan memiliki manfaat sosial, politis dan ekonomis. Berikut beberapa pengertian transportasi menurut para ahli:

Menurut Adisasmita (2011:1), transportasi diartikan sebagai kegiatan yang melakukan pengangkutan atau pemindahan muatan (yang terdiri dari barang dan manusia) dari suatu tempat ke tempat lain, dari tempat asal ke tempat lain, dari tempat asal ke tempat tujuan. Sedangkan menurut Warpani (2002), transportasi didefinisikan sebagai kegiatan perpindahan orang dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan sarana (kendaraan). Dan menurut Tamin (2000:38), transportasi adalah suatu sistem yang terdiri dari prasarana/sarana dan sistem pelayanan yang memungkinkan adanya pergerakan ke seluruh wilayah sehingga terakomodasi mobilitas penduduk, dimungkinkan adanya pergerakan barang dan dimungkinkannya akses ke semua wilayah.

(58)

ke tempat tujuan yang dibutuhkan serta memungkinkan pergerakan dan akses ke semua wilayah. Namun penyelenggaraan transportasi publik tidak sesederhana itu, karena penyelenggaraan transportasi publik dibentuk oleh sebuah kebijakan yang mengatur standar terselenggaranya transportasi publik.Banyak aspek yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang terlibat.

Terselenggaranya pelayanan tranportasi perkotaan (yang efektif dan efisien) ditentukan oleh tersedianya unsur-unsur transportasi utama, yaitu (1) Prasarana transportasi (jalan), (2) sarana transportasi (kendaraan umum), (3) terminal

(angkutan perkotaan), dan (4) muatan (penumpang). Keseluruhannya didukung oleh peraturan perundangan yang jelas, kebijakan yang terarah, perencanaan yang

tepat dan dinamis, yang diperkuat oleh manajemen lalu lintas yang komprehensif, kesadaran masyarakat berlalu lintas, pengawasan dan pemberian sanksi yang tegas (Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, 2011).

2. Pengertian Aksessibilitas

(59)

sumber daya yang ada, ke tempat pelayanan, ke tempat informasi, atau ke tempat yang lain.

Carr (dalam Rahmahana 2013) mengungkapkan bahwa aksesibilitas termasuk dalam hak seseorang dalam ruang publik. Aksesibilitas adalah kemudahan untuk memasuki suatu ruang tergantung pada fungsi ruang tersebut. Terdapat tiga konsep utama dalam menentukan aksesibilitas, antara lain: aksesibilitas fisik, aksesibiitas visual, aksesibilitas simbolik. Selanjutnya, Miro (2004:5) menyatakan bahwa tingkat aksesibilitas wilayah juga bisa di ukur berdasarkan pada beberapa

variabel yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi, panjang, lebar jalan, dan kualitas jalan. Selain itu yang menentukan tinggi rendahnya tingkat akses adalah pola pengaturan tata guna lahan. Keberagaman pola pengaturan fasilitas umum antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Seperti keberagaman

pola pengaturan fasilitas umum terjadi akibat berpencarnya lokasi fasilitas umum secara geografis dan berbeda jenis dan intensitas kegiatannya. Kondisi ini

(60)

Faktor yang mempengaruhi fungsi rendahnya aksesibilitas adalah topografi, sebab dapat menjadi penghalang bagi kelancaran untuk mengadakan interaksi di suatu daerah. Keadaan hidrologi seperti sungai, danau, rawa, dan laut juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pembangunan pertanian, perikanan, perhubungan, perindustrian, kepariwisataan. Jadi tinggi rendahnya wilayah sangat tergantung pada morfologi, topografi, dan laut juga sistem jaringan serta tersedianya sarana dan prasarana pendukung untuk memperlancar berbagai hubungan antara daerah sekitarnya (Sumaatmadja, 1988:54).

Seperti yang telah dikatakan oleh berbagai sumber tersebut, faktor fisik atau kondisi geografis yang menentukan tinggi rendahnya aksesibilitas masyarakat

(61)

lambat penyandang disabilitas dapat meggunakan transportasi publik secara lebih nyaman dan lebih baik dari sebelumnya.

3. Asas - Asas Aksesibilitas

Seperti yang diketahui, pembangunan sarana dan prasarana publik di Indonesia belum banyak memperhatikan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Sehingga ruang gerak penyandang disabilitas sangat terbatas dan membutuhkan bantuan orang lain padahal, penyandang disabilitas berhak untuk mendapat penghidupan yang normal dan mandiri. Ada beberapa asas dalam aksesibilitas yang harus diperhatikan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 adalah:

a. Kemudahan, yaitu semua orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

b. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau bengunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

(62)

d. Kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk, dan mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

Asas-asas tersebut digunakan peneliti dalam menganalisis peran Dinas Perhubungan dan PT. Trans Bandar Lampung dalam penyelenggaraan pelayanan publik terkait aksesibilitas bagi penyandang disabilitas pada moda transportasi

Bus Rapid Transit di Kota Bandar Lampung Tahun 2013.

4. Manfaat Transportasi

(63)

pembangunan pedesaan, pembangunan perkotaan, dan lainnya). Selanjutnya, manfaat jasa transportasi dijelaskan berikut ini menurut Nasution (2012:20-24):

a) Manfaat ekonomi

Kegiatan ekonomi masyarakat adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan pertukaran kekayaan yang semuanya bisa diperoleh dan berguna. Manusia menggunakan sumber daya untuk

memenuhi kebutuhannya akan pangan, papan, sandang. Terlebih, manusia dapat menggunakannya untuk kenikmatan, kenyamanan dan rekreasi. Karena itu, manusia tidak berhenti menyerbu sumber daya alam

(64)

b) Manfaat sosial

Manusia pada umumnya hidup bermasyarakat dan berusaha hidup selaras satu sama lain dan harus menyisihkan waktu untuk kegiatan sosial. Untuk kepentingan hubungan sosial ini, sarana pengangkutan sangat membantu dan menyediakan berbagai kemudahan antara lain: (1) pelayanan untuk

perorangan maupun kelompok, (2) pertukaran atau penyampaian informasi, (3) perjalanan, (4) perluasan jangkauan perjalanan sosial, (5) pemendekan jarak antara rumah dan tempat kerja, serta (6) bantuan dalam pemencaran penduduk menjadi suatu kelompok yang lebih kecil.

c) Manfaat politis dan keamanan

Transportasi juga memiliki manfaat politis dan kemanan, menurut Schumer (dalam Nasution 2012:22) manfaat politis pengangkutan dapat berlaku di Negara manapun termasuk Indonesia yaitu sebagai berikut: 1) Pengangkutan menciptakan persatuan dan kesatuan nasional yang

semakin kuat dengan meniadakan isolasi.

2) Pengangkutan menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau diperluas dengan lebih merata pada setiap bagian wilayah suatu negara.

(65)

mobilisasi segala daya (kemampuan dan ketahanan) nasional serta memungkinkan perpindahan pasukan selama perang.

4) Sistem pengangkutan yang efisien memungkinkan Negara memindahkan dan mengangkut penduduk dari daerah yang mengalami bencana dengan cepat.

d) Manfaat kewilayahan

Perpindahan orang maupun barang dari tempat asal ke tempat tujuan dikarenakan adanya daya tarik nisbi di tempat tujuan atau kebutuhan mengatasi rintangan alami. Ini berarti, ada kesenjangan jarak antara tempat asal dan tempat tujuan. Untuk mengatasi kesenjangan inilah dibutuhkan pengangkutan maupun telekomunikasi.

Sistem pengangkutan dan telekomunikasi diciptakan dan dikembangkan setelah adanya kebutuhan akan dua hal tersebut, tetapi setelah jasa turunan ini terwujud misalnya dalam bentuk bangunan, jalan dengan segala kelengkapannya, maka kemudian terjadilah perkembangan ikutannya, derivasinya.

5. Pengertian Angkutan Umum Penumpang

(66)

dengan menggunakan sarana angkutan berupa kendaraan adapun beberapa pengertian angkutan umum menurut berbagai sumber.

Angkutan umum menurut Undang-undang Republik Indonesia Tahun 1992 tentang angkutan jalan adalah perpindahan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.Kemudian menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan kendaraan umum yaitu kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung.

(67)

layak bagi masyarakat yaitu aman, cepat, murah dan nyaman. (b) Membuka lapangan kerja, dan (c) Pengurangan volume lalu lintas kendaraan pribadi.

Karenanya pemerintah selaku perencana dan penyelenggara pelayanan publik wajib menyediakan transportasi publik bagi warga negaranya secara adil dan terencana.

6. Bus Rapid Transit

BRT disebut juga Jalan Khusus Bus yang merupakan singkatan dari Bus Rapid Transit, merupakan sistem transit yang menggunakan bus pada jalur yang khusus diperuntukan untuk bus, sehingga dapat diperoleh kapasitas yang tinggi.BRT pertama kali diimplementasikan di Curitiba, Brazil pada tahun 1974, dan menjadi global pada awal abad ke-21. Proyek BRT yang utama telah diterapkan sejak abad tersebut, yaitu antara lain di Afrika, Australia, China, India, Indonesia, Iran, Mexico, Turki, dan beberapa kota lainnya di Eropa, serta Amerika Latin. Indonesia telah menerapkan sistem BRT atau yang lebih dikenal dengan busway

di Jakarta. Hal ini dipicu dengan beban berat kota-kota besar dalam menghadapi kemacetan yang semakin lama semakin meningkat, karenanya dibutuhkan sarana transportasi publik yang terintegrasi, menjamin kenyamanan dan mengurai kemacetan (dalam Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, 2011).

Untuk mengukur kesuksesan dari sistem BRT yang telah diimplementasikan,

Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) telah

(68)

BRT (ITDP, 2013). Sistem penilaian ini disebut dengan standar BRT, yang membagi sistem BRT ke dalam peringkat emas, perak, atau perunggu.

Standarisasi ini terbagi ke dalam beberapa kelompok, antara lain: perencanaan pelayanan, infrastruktur, desain halte dan pandangan halte bus, dan kualitas dari pelayanan dan sistem informasi penumpang. Jumlah keseluruhan kriteria dari standard BRT ini adalah 30 kriteria. Beberapa aspek penting dalam desain BRT seperti tempat perhentian bus/shelter yang ideal ialah:

a) Untuk mempercepat proses naik turun penumpang langkah yang dilakukan adalah dengan menyamakan tinggi platform tempat perhentian dengan lantai bus

b) Jumlah pintu bus yang banyak

c) Akses ketempat perhentian yang sedemikian sehingga memungkinkan penderita cacat untuk naik dan turun BRT

d) Tempat penjualan Tiket

e) Bila jumlah penumpang yang naik dan turun banyak, perlu dilengkapi dengan toilet

f) Bila jumlah rute yang melalui tempat perhentian lebih dari satu maka

g) sebaiknya dipisahkan tempat naik turun bus menurut rute yang dilalui.

(69)

mudah diakses penyandang cacat mendapat kategori gold atau emas.

7. Karakteristik Pengguna Angkutan Umum

Terdapat 2 (dua) sistem pemakai angkutan umum berdasarkan peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat tahun 1994, yaitu sebagai berikut:

a) Sistem sewa, yaitu kendaraan yang bisa dioperasikan balk oleh operator maupun oleh penyewa. Dalam hal ini tidak ada rute dan jadwal tertentu yang haruss diikuti oleh pemakai. Sistem ini sering disebut sebagal

demand responsive system, karena penggunaannya yang tergantung pada

adanya permintaan. Contoh jenis ini adalah angkutan jenis taksi.

b) Sistem penggunaan bersama, yaitu kendaraan dioperasikan oleh operator dengan rute dan jadwal yang tetap. Sistem ini dikenal dengan transit

system. Terdapat dua jenis transit, yaitu sebagai berikut:

(70)

2) Mass transit, yaitu jadwal dan tempat hentinya Iebih pasti dan teratur. Contohnya adalah kereta api.

Sedangkan jika ditinjau dari pemenuhan akan kebutuhan mobilitasnya (dalam Miro 2004:116), masyarakat dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu kelompok choice dan kelompok captive. Kelompok choice sesuai dengan artinya adalah orang-orang yang mempunyai pilihan (choice) dalam pemenuhan kebutuhan mobilitasnya. Mereka terdiri dari orang-orang yang dapat menggunakan kendaraan pribadi karena secara finansial, legal dan fisik hal itu dimungkinkan. Bagi kelompok choice, mereka mempunyai pemilihan dalam pemenuhan kebutuhan mobilitasnya dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun menggunakan kendaraan umum.

(71)

orang-orang yang tidak memiliki kendaraan pribadi, karena tidak memiliki salah satu diantara ketiga syarat (finansial, legal dan fisik). Mayoritas dari kelompok ini terdiri dari orang-orang yang secara finansial tidak mampu memiliki kendaraan

pribadi, maupun secara fisik dan legal mereka dapat memenuhinya. Bagi kelompok ini tidak ada pilihan untuk memenuhi kebutuhan akan mobilitasnya, kecuali menggunakan angkutan umum.

Penelitian ini berfokus bagi penyandang cacat yang termasuk golongan captive

yang bergantung pada ketersediaan transportasi publik sebagai alat pemenuhan mobilitasnya. Akses mereka terhadap transportasi publik berbeda dengan

(72)

transportasi memiliki manfaat ekonomi, sosial, politis dan kewilayahan, dengan keterbatasan akses penyandang cacat terhadap transportasi publik maka manfaat transportasi yang mereka rasakan tidaklah semaksimal yang di rasakan masyarakat normal.

D. Tinjauan Tentang Disabilitas

1. Pengertian Disabilitas

Istilah Disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia berasal dari serapan kata bahasa Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau ketidakmampuan. Disabilitas adalah istilah baru pengganti Penyandang Cacat. Perubahan istilah tersebut dinilai perlu karena istilah Penyandang cacat secara subyek hukum dipandang kurang diberdayakan. Istilah “Cacat”

(73)

Selanjutnya, menurut Pembukaan Konvensi PBB mengenai Hak-hak Penyandang disabilitas (UNCRPD, 2007), disabilitas merupakan sebuah konsep yang terus berubah dan disabilitas adalah hasil interaksi antara orang yang penyandang disabilitas/mental dengan hambatan perilaku dan lingkungan yang menghambat

partisipasi yang penuh dan efektif di tengah masyarakat secara setara dengan

orang lain.

Menurut Draft RUU Penyandang Disabilitas Nasional, penyandang disabilitas adalah mereka yang mempunyai kelainan fisik, mental dan intelektual, atau sensorik secara permanen yang dalam interaksinya dengan berbagai hambatan dapat merintangi partisipasi mereka dalam masyarakat secara penuh dan efektif berdasarkan pada asas kesetaraan dengan orang lain. Sedangkan World Health

Organization (WHO) memberikan definisi disabilitas sebagai keadaan terbatasnya

Gambar

Tabel 3.1 Informan Terkait Aksesibilitas Penyandang Disabilitas
Tabel 3.2 Dokumen Terkait Aksesibilitas Penyandang Disabilitas
Tabel 4.1 Daftar Pejabat Pemerintah yang Menjadi Walikota Bandar
Tabel 4.3. Jumlah Penyandang Disabilitas di Kota Bandar Lampung

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, rabu tanggal delapan belas bulan september tahun dua ribu tiga belas, Pokja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Unit Layanan Pengadaan pada

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya korelasi cukup atau adanya hubungan yang signifikan diantara kedua variabel dan bernilai negative berarti

[r]

keterampilan menulis subjek setelah diajarkan melalui writing soulmate. Setelah tahap persiapan selesai, peneliti kemudian mulai memasuki tahapan aksi. Pada tahapan ini,

Penurunan jumlah skor dan kategori dalam pencapaian kinerja divisi Quality Assurance terus terjadi hinga data terakhir yang didapatkan oleh penulis yaitu pada Triwulan

penurunan suhu akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksoterm atau siswa dapat menjelaskan bahwa pada saat reaksi kesetimbangan tersebut didinginkan,

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis adalah Mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum

Gambar interval penyelesaian dalam garis