• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersa"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM 100 HARI KABINET INDONESIA BERSATU II

DI BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

oleh

Djuni Pristiyanto, MPBI

Apa kegiatan-kegiatan di bidang penanggulangan bencana pada Program 100 Hari Kabinet

Indonesia Bersatu II? Dan bagaimana pelaksanaan dan hasil-hasilnya? Begitulah pertanyaan

yang muncul ketika belakangan ini mulai ramai lagi wacana mengenai Program 100 hari

tersebut. Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II akan berakhir tanggal 28 Januari

2010.

Kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Boediono, yang

biasa disebut Kabinet Indonesia Bersatu II, menetapkan 15 (lima belas) prioritas kerja 100

(seratus) hari Kabinet, salah satunya adalah bidang Kesiapsiagaan Penanggulangan

Bencana. Penetapan Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II ini dilakukan dalam

Sidang Kabinet yang dipimpin Presiden SBY pada tanggal 5 November 2009 di Istana

Negara, Jakarta. Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II merupakan 45 buah

program aksi yang akan dijalankan oleh Pemerintah di seluruh tanah air yang berkaitan

dengan pembangunan sektoral dan regional. Dari 45 Program tersebut, ditetapkan 15

Program Pilihan yang dianggap lebih mendesak untuk betul-betul dilaksanakan

(diprioritaskan) pada 100 hari.

Bidang penanggulangan bencana (PB) dalam Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II

itu terdapat dalam Prioritas ke-14 yaitu “Peningkatan Kesiagaan Penanggulangan Bencana”,

antara lain:

“Akan dibentuk

standby force

yang setiap saat siap dikerahkan kemanapun di

Indonesia. Dalam 100 hari, bukan hanya SOP-nya yang sudah harus siap, tetapi

betul-betul jelas, paling tidak satu untuk bagian barat di Halim, bagian timur di

pangkalan Abdurrahman Saleh.”

[image:1.612.78.546.515.714.2]

Selain itu urusan PB juga terdapat dalam Prioritas ke-7 (“Pembenahan Penggunaan Tanah

dan Tata Ruang”), Prioritas ke-11 (“Mengelola Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup”), dan

Prioritas ke-12 (“Reformasi Kesehatan”).

Tabel Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II yang terkait pada bidang kebencanaan

Prioritas

Judul Prioritas

Isi Prioritas

Prioritas

7

Pembenahan

Penggunaan

Tanah dan Tata

Ruang

Pemerintah Pusat dan Daerah akan duduk bersama

untuk memastikan solusi atas kompleksitas masalah

penggunaan tanah dan tata ruang;

Dalam 100 hari dirumuskan mekanisme sinkronisasi

peraturan perundang-undangan yang ada dalam

penggunaan tanah dan tata ruang.

Prioritas

11

Mengelola

Perubahan Iklim

dan Lingkungan

Hidup

Memastikan pemeliharaan hutan Indonesia betul-betul

terlaksana dengan baik, terus mengintensifkan upaya

pemberantasan pembalakan liar, memelihara

hutan-hutan lindung. Selain hutan-hutan, menjaga fungsi lautan dan

terumbu karang juga akan menjadi perhatian;

(2)

dengan

action plan

2020,

energy mi

x 2020, dan

action

plan

2050;

Saat Indonesia berkontribusi di

Copenhagen

Conference

bulan Desember, Indonesia punya posisi,

rencana,

timeline

, dan

partnership

yang jelas, sehingga

komitmen Indonesia bisa dicapai dengan pendanaan

dan sumber daya yang tersedia.

Prioritas

12

Reformasi

Kesehatan

Mengubah paradigma dari sekedar berobat gratis

menjadi sehat gratis. Oleh karena itu fungsi, peran dan

tugas lembaga-lembaga kesehatan masyarakat di

daerah, seperti puskesmas, posyandu,

kegiatan-kegiatan seperti pekan imunisasi, KB, pemberantasan

penyakit menular dan sebagainya akan ditingkatkan

Prioritas

14

Peningkatan

Kesiagaan

Penanggulangan

Bencana

Akan

dibentuk

standby force

yang setiap saat siap

dikerahkan kemanapun di Indonesia. Dalam 100 hari,

bukan hanya SOP-nya yang sudah harus siap, tetapi

betul-betul jelas, paling tidak satu untuk bagian barat di

Halim, bagian timur di pangkalan Abdurrahman Saleh.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

maka penanggungjawab urusan PB ada di tangan pemerintah dan pemerintah daerah.

Sebagai pelaksana tanggung jawab PB di tingkat pusat ada pada Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB), sedangkan di tingkat pemerintah daerah ada pada

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dengan demikian sebagai pelaksana dari

Prioritas ke-14 di atas adalah BNPB.

Sebagai pelaksanaan dari Prioritas ke-14 itu adalah dengan dibentuknya Satuan Reaksi

Cepat Penanggulangan Bencana (SRCPB). SRCPB diresmikan oleh Menteri Koordinator

Bidang Kesra, Dr. H.R. Agung Laksono didampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana, DR. Syamsul Maarif, M.Si pada 7 Desember 2009 di Base Ops Lanud Halim

Perdanakusuma, Jakarta.

Tujuan pembentukan SRCPB dengan perkuatannya, adalah untuk membantu pemerintah

daerah dalam melakukan tindakan-tindakan yang cepat tanggap darurat di daerah yang

terkena bencana, berupa bantuan teknis, peralatan dan dukungan logistik.

SRCPB tingkat nasional merupakan satuan gabungan dari berbagai instansi/lembaga/

organisasi tingkat pusat yang dibentuk guna memberikan bantuan awal kepada daerah

(provinsi dan kabupaten/kota) yang terkena bencana.

Secara khusus, SRCPB ini menekankan pada tiga prinsip utama, yaitu:

1. Kecepatan, bahwa penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat, karena

menyangkut penyelamatan jiwa manusia.

2. Fleksibilitas, bahwa SRCPB harus memberikan pelayanan yang konsisten, fleksibel dan

mudah disesuaikan dengan kondisi yang ada dalam mengelola kejadian bencana di

lokasi, tanpa memandang faktor penyebab, ukuran, lokasi dan kompleksitas bencana.

3. Akuntabilitas, bahwa setiap tindakan yang dilaksanakan oleh SRCPB ini dilakukan

secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

(3)

kesiapan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (SRCPB)” pada hari Kamis, 14

Januari 2010 di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta yang dihadiri oleh Presiden SBY.

“Saya tidak ingin ketika terjadi bencana alam, yang lebih cepat datang kontingen negara lain.

Kita harus lebih siap untuk bantu saudara kita,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

seperti yang dikutip oleh Website Koran Indonesia.

Saat ini terdapat dua unit SRCPB yang diresmikan pada 7 dan 17 Desember 2009, dengan

pangkalan operasi di Pangkalan Udara TNI AU Halim PK untuk wilayah Barat dan Lanud TNI

AU Abdul Rahman Saleh untuk wilayah Timur. SRCPB wilayah Barat akan melayani bantuan

tanggap darurat untuk daerah Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa Tengah dan Jawa Barat,

sedangkan wilayah Timur melayani Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan

Papua.

SRCPB didukung 550 personil yang berasal dari 14 instansi, dan 3.000 personil dari 19

instansi lain yang setiap saat siap menerima perintah dari kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB). Satuan penanggulangan bencana tersebut dilengkapi

dengan tim medis, tim penanganan listrik, penanganan komunikasi, tim gerak cepat.

Penanggulan bencana tersebut dapat dikerahkan dalam hitungan jam, yang diangkut dengan

pesawat Hercules, serta menggunakan satuan TNI/Polri sebagai inti.

Selain pembentukan SRCPB oleh BNPB di atas, tidak banyak berita mengenai implementasi

kegiatan dari Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II di bidang penanggulangan

bencana. BNPB sendiri sebagai sebuah instansi yang paling bertanggungjawab terhadap

penyelenggaraan penanggulangan bencana tidak menyatakan secara eksplisit apa saja yang

akan dikerjakan untuk implementasi bidang kebencanaan dari Program 100 Hari Kabinet

Indonesia Bersatu II tersebut. Tentunya hal itu menyisakan pertanyaan, seperti berikut ini:

Apakah program BNPB untuk menerjemahkan atau mengimplementasikan Program 100

Hari Kabinet Indonesia Bersatu II hanya satu saja, yaitu membentuk SRCPB?

Bagaimana peran BNPB dalam mengkoordinasikan urusan penanggulangan bencana

dengan instansi-instansi lain, khususnya intansi pemerintah dan umumnya lembaga

non-pemerintah? Ini misalnya pada urusan tata ruang, kebakaran hutan dan lahan,

perubahan iklim, kesehatan, kehutanan, kelautan, pendidikan, dan lain-lain.

Bagaimana pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di Sumatera Barat dan Jawa Barat

pasca gempa bumi?

Bagaimana dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana, yang

kurang

sexi

bila dibandingkan dengan pembentukan SRCPB dan simulasi/gladi PB? Hal

ini seperti penyusunan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (Renas PB),

Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB),

early warning system

(EWS), pendidikan kebencanaan, pemetaan risiko bencana, dan lain-lain.

Jakarta, 27 Januari 2010

Djuni Pristiyanto

Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI)

Jl. Kebon Sirih No. 5G Jakarta Pusat

(4)

Sumber bacaan:

Website Sekretariat Negara (http://www.setneg.go.id/)

Website Portal Nasional Republik Indonesia (http://www.indonesia.go.id/)

Website BNPB (http://bnpb.go.id/)

Website Koran Indonesia (http://www.koranindonesia.com/)

Website Detik Surabaya (http://surabaya.detik.com/)

Website Antara (http://www.antaranews.com/)

Website Menkokesra (http://www.menkokesra.go.id/)

Website BBC (http://www.bbc.co.uk/indonesia/)

Website MPBI (http://mpbi.org)

(5)

Lampiran 1

15 Program Pilihan dalam Program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu II

1. Pemberantasan Mafia Hukum:

a. Melakukan langkah-langkah kongkrit memberantas mafia hukum;

b. Menyerukan kepada Rakyat Indonesia yang merasa menjadi korban mafia hukum

untuk melaporkan diri melalui PO BOX 9949 Jakarta 1000. Dalam laporan ditulis

kode GM singkatan dari Ganyang Mafia. Untuk dicantumkan identitas agar tidak

menjadi ajang fitnah (dalam proses, identitas akan dirahasiakan).

2. Revitalisasi

Industri

Pertahanan:

a. Dalam 100 hari dibuat

masterplan/roadmap

untuk revitalisasi industri-industri

pertahanan, termasuk di dalamnya apa yang akan diproduksi, terutama untuk

memenuhi keperluan dalam negeri, bisa juga untuk memenuhi keperluan luar negeri

yakni kontrak yang sedang berjalan;

3. Penanggulangan

Terorisme:

a. Pencegahan dan penangkalan tindak pidana terorisme dengan mengajak banyak

tokoh atau pemuka masyarakat, serta pihak-pihak terkait, untuk menjadi bagian dari

upaya besar pencegahan dan penangkalan terorisme melalui jalur pendidikan,

kegiatan di masyarakat dan lainnya.

b. Dalam 100 hari, peningkatan kapasitas, retstrukturisasi, dan penetapan apa yang

akan dilaksanakan lembaga penanggulangan terorisme, harus selesai dan

dijalankan sebaik-baiknya ke depan.

4. Meningkatkan Daya Listrik di Seluruh Indonesia:

a. Dalam 100 hari dipastikan bahwa lima tahun mendatang dapat ditingkatkan

kapasitas listrik agar bisa mengimbangi keperluan riil industri komersial, rumah

tangga, transportasi dan lainnya;

b. Dalam 100 hari dilakukan pemetaan provinsi demi provinsi, berapa kekurangan yang

ada. Proyeksi kebutuhan 5 tahun ke depan, dengan mendayagunakan

sumber-sumber lain di luar batu bara.

5. Meningkatkan Produksi dan Ketahanan Pangan:

a. Dalam 100 hari akan dirumuskan kembali rencana induk termasuk tahapan sampai

dengan 2014 untuk meningkatkan ketahanan pangan terutama untuk mencapai

ketahanan pada komoditas yang belum tercapai lima tahun sebelumnya misalnya

daging sapi, kedelai, gula secara keseluruhan.

6. Revitalisasi Pabrik Pupuk dan Gula:

a. Dalam 100 hari cetak biru dan program revitalisasi industri pupuk dan gula harus jadi.

(6)

a. Pemerintah Pusat dan Daerah akan duduk bersama untuk memastikan solusi atas

kompleksitas masalah penggunaan tanah dan tata ruang;

b. Dalam 100 hari dirumuskan mekanisme sinkronisasi peraturan perundang-undangan

yang ada dalam penggunaan tanah dan tata ruang.

8. Membangun

Infrastruktur:

a. Dalam 100 hari akan dirumuskan cetak biru pembangunan infrastruktur untuk lima

tahun mendatang, termasuk pendanaannya;

b. Pemerintah pusat akan bekerjasama seerat-eratnya dengan pemerintah daerah dan

dunia usaha, karena banyak sekali infrastruktur yang harus dijalankan dengan skema

public private partnership

.

9. Meningkatkan Kewirausahaan dan Pengembangan UMKM melalui pengucuran Kredit

Usaha Rakyat (KUR):

a. Mulai tahun 2010 sekitar 2 triliuan rupiah akan digunakan untuk KUR;

b. Meningkatkan kewirausahaan melalui balai-balai latihan kerja dengan diberikan KUR

serta dengan perbaikan mekanisme dan regulasi, penataan lembaga-lembaga yang

memberikan pinjaman, dengan membangun sinergi antara bank-bank negara dan

swasta dengan lembaga-lembaga penjamin lain.

10. Mobilisasi Sumber Pembiayaan di luar APBN/APBD:

a. Mobilisasi sumber pembiayaan di luar APBN/ APBD, baik yang akan menanamkan

modal dari dalam dan luar negeri. Akan dibicarakan dengan dunia perbankan dan

lembaga keuangan non bank yang berkewajiban untuk membiayai pembangunan.

11. Mengelola Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup:

a. Memastikan pemeliharaan hutan Indonesia betul-betul terlaksana dengan baik, terus

mengintensifkan upaya pemberantasan pembalakan liar, memelihara hutan-hutan

lindung. Selain hutan, menjaga fungsi lautan dan terumbu karang juga akan menjadi

perhatian;

b. Indonesia punya rencana pasti dalam pengelolaan perubahan iklim dan pemanasan

global, yang disebut dengan

action plan

2020,

energy mix

2020, dan

action plan

2050;

c. Saat Indonesia berkontribusi di

Copenhagen Conference

bulan Desember, Indonesia

punya posisi, rencana,

timeline

, dan

partnership

yang jelas, sehingga komitmen

Indonesia bisa dicapai dengan pendanaan dan sumber daya yang tersedia.

12. Reformasi Kesehatan:

a. Mengubah paradigma dari sekedar berobat gratis menjadi sehat gratis. Oleh karena

itu fungsi, peran dan tugas lembaga-lembaga kesehatan masyarakat di daerah,

seperti puskesmas, posyandu, kegiatan-kegiatan seperti pekan imunisasi, KB,

pemberantasan penyakit menular dan sebagainya akan ditingkatkan

(7)

a. Dalam 100 hari akan dipastikan rumusan mekanisme,

policy, action plan

yang

disebut dengan tripartit, yaitu lembaga pendidikan, pasar tenaga kerja, dan

pemerintah - untuk menyambungkan antara lulusan lembaga pendidikan dan

pelatihan dengan keperluan pasar tenaga kerja, sehingga

mismatch

sejauh mungkin

dihilangkan.

14. Peningkatan Kesiagaan Penanggulangan Bencana:

a. Akan

dibentuk

standby force

yang setiap saat siap dikerahkan kemanapun di

Indonesia. Dalam 100 hari, bukan hanya SOP-nya yang sudah harus siap, tetapi

betul-betul jelas, paling tidak satu untuk bagian barat di Halim, bagian timur di

pangkalan Abdurrahman Saleh.

15. Sinergi Pusat dan Daerah:

a. Sinkronisasi peraturan/kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Sumber: Website Sekretariat Negara

(8)

Lampiran 2

45 Buah Program Aksi dalam Program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu II

Program Kerja 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II

Program Rencana Aksi Penanggungjawab

Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

(P1A1) Penyiapan dan langkah awal pelaksanaan restrukturisasi Kepolisian dan Kejaksaan sebagai bagian substansial dari reformasi lembaga penegakan hukum

Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan

(P1A2) Penyusunan rencana dan pelaksanaan peningkatan profesionalitas dan penegakan integritas sumberdaya manusia di seluruh jajaran kepolisian dan kejaksaan

Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan P1: Penataan ulang tata laksana

dan hubungan kerja sama antar lembaga penegak hukum termasuk KPK, Kepolisian dan Kejaksaan

(P1A3) Sinkronisasi dan harmonisasi penegakan hukum antara KPK, Kepolisian dan Kejaksaan

Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (P2A1) Koordinasi instansi terkait terhadap

penyederhanaan persyaratan memulai usaha & percepatan waktu penyelesaian perijinan

Kementerian Dalam Negeri

(P2A2) Fasilitasi Pemda tentang peraturan perundangan terkait dengan penyederhanaan perijinan untuk memulai usaha (starting of business)

Kementerian Dalam Negeri

(P2A3) Perluasan citizen service pada perwakilan RI di luar negeri (LA, Sydney, Darwin, Perth, Tokyo, Osaka, NY, Kuching, Penang)

Kementerian Luar Negeri

(P2A4) Pemulangan WNI/TKI bermasalah di penampungan pada KBRI Kuwait City, Riyadh, Abu Dhabi, Singapura, Damaskus, Kairo & KJRI Jeddah, Hongkong, Dubai

Kementerian Luar Negeri

(P2A5) Pelayanan paspor yang mudah, transparan & tepat waktu dari 7 hari menjadi 4 hari termasuk pelayanan bagi TKI bermasalah di luar negeri

Kementerian Hukum dan HAM

(P2A6) Penyempurnaan prosedur pengesahan badan hukum (PT) dari 1 bulan menjadi 7 hari

Kementerian Hukum dan HAM

(P2A7) Penyelesaian tunggakan permohonan HKI: hak cipta 1.500 berkas, desain industri 1.000 berkas, paten 1.250 berkas, merk 17.000 berkas

Kementerian Hukum dan HAM

(P2A8) Mengoptimalkan pembayaran tilang dengan menggunakan fasilitas elektronik

Markas Besar POLRI

(P2A9) Mengembangkan fasilitas jaringan data kecelakaan & pelanggaran lalu lintas

Markas Besar POLRI

(P2A10) Membangun & mengembangkan sistem informasi & dokumentasi untuk mengelola informasi publik

Markas Besar POLRI

(P2A11) Mengoptimalkan pelaksanaan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) di jajaran Polri

Markas Besar POLRI

(P2A12) Peningkatan efektifitas komisi pengawas penyidik

Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (P2A13) Mengoptimalkan sosialisasi Surat

Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) secara luas kepada masyarakat melalui media

Markas Besar POLRI P2: Percepatan Pelayanan

Publik

(P2A14) Mendorong penyediaan pelayanan satu atap pada 10 kota sebagai tambahan terhadap pelayanan

(9)

yang sudah ada Negara & Reformasi Birokrasi

(P2A15) Penyusunan rencana aksi nasional

penanggulangan HIV/AIDS (159 penderita HIV/AIDS) & penanggulangan TB (121 orang) di UPT

pemasyarakatan

Kementerian Hukum dan HAM

P3: Pemberantasan Terorisme (P3A1) Koordinasi & sinkronisasi tindak lanjut hasil raker dengan komisi I DPR RI tentang peningkatan kapasitas Desk Koordinasi Pemberantasan

Terorisme menjadi Badan Koordinasi Pemberantasan Terorisme (BKPT)

Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan

(P4A1) Koordinasi & Sinkronisasi Akselerasi Penyelesaian Perpres tentang Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP)

Kementerian Dalam Negeri P4: Pengelolaan Wilayah

Perbatasan

(P4A2) Menyiapkan program inventarisasi pulau-pulau terluar/terdepan

Kementerian Dalam Negeri

P5: Kerjasama Internasional dalam Rangka Penguatan Demokrasi

(P5A1) Pelaksanaan Bali Democracy Forum ke-2 yang diikuti 39 Negara di Kawasan Asia Pasifik & 12 Negara Peninjau di Luar Kawasan Asia

Kementerian Luar Negeri

(P6A1) Menyusun Kelompok Kerja (Pokja) untuk merumuskan kebijakan tunjangan khusus bagi penjaga perbatasan

Kementerian Pertahanan

(P6A2) Koordinasi dengan Depkeu & departemen terkait untuk menyesuaikan besaran tunjangan khusus di daerah perbatasan

Kementerian Pertahanan P6: Tunjangan Khusus Bagi

PNS/TNI/POLRI yang Bertugas di Wilayah Terdepan, Terluar & Perbatasan

(P6A3) Mengajukan rancangan Perpres tentang tunjangan khusus bagi prajurit & PNS yang bertugas di daerah perbatasan, terdepan & terpencil

Kementerian Pertahanan

(P7A1) Penyusunan desain pola penguatan & pemantapan hubungan kelembagaan antar penegak hukum

Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (P7A2) Pemantapan organisasi pada lembaga

penegak hukum dalam prinsip kinerja yang transparan & akuntabel

Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (P7A3) Penyidikan perkara besar tindak pidana

korupsi kerugian keuangan negara yang besar oleh Kejagung & 7 (tujuh) Kejati: DKI, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Sulsel, Sumut

Kejaksaan Agung

(P7A4) Mengkoordinasi upaya inventarisasi seluruh peraturan perundangan yang menghambat

pelaksanaan program di lapangan

Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan P7: Penegakan dan Kepastian

Hukum

(P7A5) Merumuskan tindak lanjut peradilan militer Kementerian Pertahanan (P8A1) Penyusunan cetak biru minimum essential

force yang meliputi: - alutsista (AD/AL/AU) - SDM

- Sarpras - Kodal

Kementerian Pertahanan

(P8A2) Revitalisasi sumber pengadaan: - industri strategis dalam negeri - kemitraan dengan luar negeri

Kementerian Pertahanan

(P8A3) Penyusunan skim anggaran multiyears (3 renstra)

Kementerian Pertahanan

(P8A4) Pengembalian sukarela WNI asal Papua & Papua Barat ke wilayah NKRI sebanyak 302 orang

Kementerian Luar Negeri

(P8A5) Pembentukan anggota Tim Pengendali Pelaksanaan Pengalihan Aktivitas Bisnis TNI sesuai keputusan Menhannomor: KEP/190/M/X/2009 tanggal 21 Oktober 2009

Kementerian Pertahanan P8: Peningkatan Kemampuan

Pertahanan & Keamanan Negara

(P8A6) Penyelesaian penyusunan peraturan Menkeu & peraturan Panglima TNI yang dikoordinasikan oleh

(10)

Timnas Pengalihan Aktivitas Bisnis TNI (P9A1) Pelaksanaan reformasi birokrasi yang progresif berdasarkan Program Aksi Reformasi Birokrasi 2010-2011 yang diterbitkan Januari 2010

Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan P9: Program 9: Reformasi

Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan

(P9A2) Memulai tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Pengadilan Tipikor

Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (P10A1) Menyiapkan prosedur, mekanisme dan

langkah-langkah untuk evaluasi menyeluruh terhadap pemekaran daerah

Kementerian Dalam Negeri

(P10A2) Menyiapkan konsep pengkajian ulang dalam rangka peningkatan efektifitas pelaksanaan otonomi daerah, termasuk otonomi khusus

Kementerian Dalam Negeri

(P10A3) Mengevaluasi sistem dan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada)

Kementerian Dalam Negeri

(P10A4) Mengevaluasi sistem dan meningkatkan efektifitas penggunaan dana perimbangan daerah

Kementerian Dalam Negeri P10: Program 10: Peningkatan

Efektifitas Otonomi Daerah

(P10A5) Mengembangkan konsep peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah

Kementerian Dalam Negeri

Bidang Perekonomian

(P11A1) Review sinkronisasi kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan tata ruang

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (P11A2) Penyempurnaan standar prosedur

operasional pengaturan dan pelayanan pertanahan (mengacu pada UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik)

Kepala Badan Pertanahan Nasional

(P11A3) Integrasi data dan pelayanan pertanahan nasional secara online

Kepala Badan Pertanahan Nasional

(P11A4) Pengembangan Kantor Pertanahan Bergerak (LARASITA)

Kepala Badan Pertanahan Nasional

P11: Ketersediaan lahan dan keterpaduan tata ruang

(P11A5) Penyusunan RPP tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan

Kementerian Kehutanan

(P12A1) Perubahan Perpres Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

Kementerian PPN/Kepala Bappenas

(P12A2)Perluasan modal lembaga pembiayaan infrastruktur

Kementerian Keuangan

(P12A3) Perubahan Keppres Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Kementerian PPN/Kepala Bappenas

P12: Pembiayaan untuk Pembangunan Infrastruktur

(P12A4) Penetapan skema co-financing bagi

program pembangunan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (penciptaan ownership di daerah) serta Pemerintah dan Swasta/BUMN (Public Private Partnership)

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

(P13A1) Peningkatan kesehatan lingkungan berupa pembangunan sarana air minum di 1.379

lokasi/kawasan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan pembangunan sanitasi masyarakat di 61 lokasi

Kementerian Pekerjaan Umum

(P13A2) Penyelesaian audit teknis untuk

pengembalian dan pemastian fungsi embung, waduk, bendung dan bendungan, serta jaringan irigasi secara holistik dan terintegrasi

Kementerian Pekerjaan Umum

(P13A3) Peningkatan kapasitas jalan lintas di Sumatera dan Sulawesi sepanjang 695 km; sebagai bagian dari pembangunan jalan lintas Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi dan Papua sepanjang 19.370 km dalam 5 tahun

Kementerian Pekerjaan Umum

P13: Pembangunan dan pemeliharaan Infrastruktur Strategis

(11)

penghubung Jawa-Sumatera yang bertugas melakukan studi kelayakan

Umum

(P13A5) Penyelesaian struktur penampang basah prasarana pengendalian banjir Banjir Kanal Timur (BKT) Jakarta sehingga dapat mengalirkan air

Kementerian Pekerjaan Umum

(P13A6) Peningkatan tingkat hunian rusunawa yang sudah/sedang dibangun dari sekitar 40% menjadi 80% dalam 100 hari dan melakukan kaji ulang menyeluruh atas kebijakan pembangunan dan penghunian rusunawa dan rusunami

Kementerian Negara Perumahan Rakyat

(P13A7) Penyelesaian penyediaan akses telepon di 32 provinsi, mencakup 25.000 desa (Desa Berdering)

Kementerian Komunikasi dan Informatika

(P13A8) Pencanangan dukungan kepada Teknologi Informasi dan Komunikasi lokal sekaligus

pemantapan program IGOS (Indonesia Go Open Source)

Kementerian Komunikasi dan Informatika

(P13A9) Peningkatan layanan transportasi bagi masyarakat di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca-konflik

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian / Kementerian Perhubungan (P13A10) Dimulainya perbaikan sarana dan

prasarana pelabuhan perikanan dengan

mengutamakan penyediaan sarana air bersih dan pabrik es oleh pemerintah serta pembenahan sistem rantai dingin mulai dari penyortiran di laut sampai dengan di tempat pemasarannya

Kementerian Kelautan dan Perikanan

(P14A1) Perubahan PP Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar

Kepala Badan Pertanahan Nasional

P14: Pengadaan lahan bagi pertanian, perkebunan dan perikanan

(P14A2) Perubahan PP Nomor 46 Tahun 2002 tentang PNBP Bidang Pertanahan

Kepala Badan Pertanahan Nasional

(P15A1)Penyusunan Perpres tentang Pertanian Pangan Skala Luas (Food Estate)

Kementerian Pertanian

(P15A2) Pencanangan Food Estate di Merauke Kementerian Pertanian P15: Iklim investasi pertanian

dan perikanan

(P15A3) Pencanangan program peningkatan daya saing dan nilai tambah produk pertanian dengan pemberian insentif bagi tumbuhnya industri perdesaan berbasis produk

Kementerian Pertanian

P16: Kesinambungan swasembada pangan

(P16A1) Penyusunan Cetak Biru Swasembada Pangan tahap ke-2 untuk kedelai, jagung, gula dan daging sapi

Kementerian Pertanian

(P17A1) Pemenuhan BBM dalam negeri khususnya untuk Indonesia bagian timur

Kementerian ESDM

(P17A2) Perencanaan pasokan gas bumi untuk keperluan domestik

Kementerian ESDM

(P17A3) Penerbitan PP dan Peraturan Menteri ESDM tentang Pasokan batubara Dalam Negeri (DMO)

Kementerian ESDM P17: Jaminan pasokan energi

(P17A4) Penerbitan Perpres tentang Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik 10.000 MW Tahap II

Kementerian ESDM

P18: Sistem harga energi yang kompetitif

(P18A1) Penerbitan Perpres tentang Harga Patokan Pembelian Listrik Dari Panas Bumi

Kementerian ESDM

(P19A1) Perumusan penyelesaian permasalahan PPA di tingkat korporat PT PLN

Kementerian ESDM

(P19A2) Penuntasan reorganisasi PLN dan Pertamina

Kementerian Negara BUMN

P19: Ketahanan energi

(P19A3) Pemanfaatan coal bed methane melalui penyusunan perangkat peraturan sehingga bisa menghasilkan energi pada tahun 2011

Kementerian ESDM

P20: Pengalihan sistem subsidi: BBM, pupuk, dan listrik

(P20A1) Perumusan pengalihan sistem subsidi: BBM, pupuk dan listrik

(12)

terbarukan nasional tentang Insentif pemanfaatan renewable energy (P22A1) Penyediaan dana penjaminan untuk KUR dalam APBN sebesar Rp. 2 triliyun pertahun

Kementerian Keuangan / Kementerian Negara Koperasi dan UKM (P22A2) Perubahan Peraturan Pelaksanaan

Penyaluran KUR

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian P22: Revitalisasi Kredit Usaha

Rakyat (KUR)

(P22A3) Perluasan akses KUR: linkage antara perbankan besar nasional dan bank daerah

Kementerian Negara Koperasi dan UKM (P23A1) Memperluas program diklat dan pendidikan

vocational bagi pelaku UKM

Kementerian Negara Koperasi dan UKM (P23A2) Perluasan One Village One Product (OVOP) Kementerian Negara

Koperasi dan UKM P23: Pengembangan UKM

(P23A3) Percepatan pembangunan atau revitalisasi pasar tradisional sebanyak 90 pasar

Kementerian Perdagangan

P24: Ketenagakerjaan (P24A1) Perubahan Peraturan tentang Upah Minimum Sektoral

Kementerian Tenagakerja dan Transmigrasi

(P25A1) Penerapan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal P25: Kelancaran arus barang

dan daya saing

(P25A2) Pengoperasian pelayanan kepelabuhanan dan kepabeanan 24 jam per hari dan 7 hari per minggu

Kementerian Perhubungan dan Kementerian

Keuangan P26: Revitalisasi Industri pupuk

dan gula

(P26A1) Penyusunan rencana aksi revitalisasi industri pupuk dan gula

Kementerian Perindustrian

(P27A1) Pencanangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical di Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Riau

Kementerian Pertanian P27: Pengembangan Klaster

Industri-industri berbasis sumber daya alam fosil dan

yang terbarukan (P27A2) Pencanangan klaster industri berbasis migas, kondesat di Jawa Timur dan Kalimantan Timur

Kementerian ESDM

(P28A1) Penyusunan cetak biru transportasi multimoda sesuai dengan cetak biru sistem logistik nasional

Kementerian Perhubungan

(P28A2) Penyusunan konsep dasar perencanaan jaringan transportasi angkutan laut dan rencana pembangunan pelabuhan

Kementerian Perhubungan P28: Aksesibilitas dan

keterhubungan (connectivity) Antar Wilayah

(P28A3) Integrasi sistem angkutan umum massal perkotaan antar-moda, dimulai di Jakarta dengan penerapan tiket terusan kereta api dan busway

Kementerian Perhubungan

P29: Keselamatan Transportasi

(P29A1) Penyusunan pedoman teknis tentang keselamatan transportasi

Kementerian Perhubungan Bidang Kesejahteraan Rakyat

(P30A1) Sosialisasi SK Menkeu tentang Dana Usaha Bersama di 570 Kab/Kota

Kementerian Keuangan P30: Peningkatan Efektivitas

dan Keberlanjutan PNPM

Mandiri (P30A2) Sosialisasi dan bantuan PNPM Mandiri dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Sumbar dan Jabar

Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum (P31A1) Melanjutkan PKH bagi 726.000 RTSM dan

identifikasi 90.000 calon peserta baru PKH di 5 propinsi (Kepri, Bali, Kalteng, Sulteng dan Sulsel) dengan penambahan anggaran Rp. 200 M (Total Rp. 1.3 T pada thn. 2010)

Kementerian Sosial P31: Pengembangan Bantuan

Sosial Terpadu Berbasis Keluarga bagi masyarakat miskin

(P31A2) Peluncuran program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga yang mengintegrasikan bantuan bidang kesehatan, pendidikan, pangan dan bantuan langsung

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

P32: Peningkatan Kualitas dan Kompetensi Tenaga Kerja

(P32A1) Melakukan koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mengembangkan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) berbasis kompetensi di daerah

(13)

(P32A2) Penguatan kelembagaan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sebagai lembaga yang mandiri dan independen.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(P33A1) Identifikasi peraturan yang menghambat perpindahan dan perjalanan penduduk untuk melakukan kegiatan ekonomi ke suatu daerah khususnya dalam mencari pekerjaan.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(P33A2) Kajian terhadap ratifikasi konvensi buruh migran dan keluarganya.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

P33: Peningkatan Fasilitasi dan Perlindungan untuk Mendukung Mobilitas Tenaga Kerja

(P33A3) Penyelesaian pemulangan pekerja migran bermasalah.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

P34: Penyempurnaan Kerangka Kebijakan untuk Mendorong Penciptaan Lapangan Kerja Produktif

(P34A1) Penyempurnaan kebijakan ketenagakerjaan secara tripartit antara pemerintah, asosiasi

pengusaha dan serikat pekerja.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

P35: Peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat

(P35A1) Peningkatan pelayanan pada 76,4 juta penduduk miskin dalam sistem jaminan kesehatan, dengan anggaran sebesar 4,6 triliun.

Kementerian Kesehatan

(P36A1) Meningkatkan kesehatan masyarakat pedesaan melalui pemantapan Puskesmas, Posyandu, Bidan Desa, dan KB-Kesehatan Reproduksi, melalui 7 langkah sub rencana aksi.

Kementerian Kesehatan

(P36A2) Penetapan Pembatasan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Obat Generik Berlogo (OGB)

Kementerian Kesehatan P36: Peningkatan kesehatan

masyarakat untuk mempercepat pencapaian target MDGs

(P36A3) Revitalisasi Permenkes tentang kewajiban menuliskan resep dan penggunaan obat generik di sarana pelayanan kesehatan pemerintah

Kementerian Kesehatan

(P37A1) Penanggulangan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) melalui 5 langkah sub rencana aksi.

Kementerian Kesehatan

(P37A2) Penanggulangan Malaria melalui 4 langkah sub rencana aksi.

Kementerian Kesehatan

(P37A3) Peningkatan Universal Child Immunization (UCI) di 5 provinsi Jawa (Jatim, Jateng, Jabar, Banten, DKI Jakarta)

Kementerian Kesehatan

(P37A4) Pengawasan obat

- Peningkatan pengawasan obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat melalui unit laboratorium keliling

Kementerian Kesehatan & Badan POM

(P37A5) Operasionalisasi Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) baru di Makkah Arab Saudi

Kementerian Kesehatan P37 Pengendalian penyakit dan

penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana

(P37A6) Penanggulangan bencana dalam 5 langkah sub rencana aksi.

Kementerian Kesehatan

(P38A1) Disusunnya Permenkes tentang Praktek tenaga kesehatan (perawat dan bidan) di DTPK dan Peraturan Menkes tentang pemberian insentif bagi tenaga kesehatan strategis (dokter, perawat, bidan, sarjana kesehatan masyarakat, sanitarian, ahli gizi, asisten apoteker dan analis) di DTPK

Kementerian Kesehatan P38: Peningkatan ketersediaan,

pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan, terutama di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK)

(P38A2) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis (perawat, bidan, sanitarian, ahli gizi, analis kesehatan, asisten apoteker) sebanyak 131 orang di 35 Puskesmas, dari 101 Puskesmas di DTPK

Kementerian Kesehatan

(P39A1) Penyediaan Internet bagi pendidikan dasar 9 tahun di 17.500 sekolah.

Kementerian Pendidikan Nasional

P39: Peningkatan pelayanan pendidikan dasar 9 tahun yang

bermutu dan terjangkau (P39A2) Penguatan kemampuan bagi 30.000 kepala sekolah dan pengawas sekolah pada pendidikan dasar 9 tahun dalam paradigma pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, entrepreneurial, dan

menyenangkan.

(14)

P40: Peningkatan profesionalisme dan pemerataan distribusi guru

(P40A1) Tersusunnya Permendiknas tentang guru yang bertugas di daerah terdepan dan terpencil.

Kementerian Pendidikan Nasional

(P41A1) Pengembangan pendidikan kewirausahaan Kementerian Pendidikan Nasional

P41: Penguatan relevansi antara pendidikan dengan kebutuhan ketersediaan tenaga kerja dalam mendukung ekonomi

(P41A2) Pengembangan pola kemitraan antara pendidikan kejuruan, pendidikan tinggi vokasi, dan pelatihan keterampilan dengan dunia industri, termasuk industri kreatif, dalam rangka memperkuat intermediasi dan mempunyai kesempatan

pemagangan serta kesesuaian pendidikan/ pelatihan dengan dunia kerja.

Kementerian Pendidikan Nasional

(P42A1) Pengembangan kewirausahaan, termasuk technopreneur bagi dosen dan mahasiswa melalui kerjasama antara institusi pendidikan dan dunia usaha.

Kementerian Pendidikan Nasional

P42: Peningkatan daya saing pendidikan tinggi

(P42A2) Program beasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk 20.000 siswa SMA/SMK berprestasi dan kurang mampu.

Kementerian Pendidikan Nasional

(P43A1) Koordinasi dengan para pemangku kepentingan.

Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup P43: Penguatan posisi

Indonesia pada Konferensi PBB ke-15 untuk Perubahan Iklim di Copenhagen, Denmark, 7-18

Desember 2009 (P43A2) Mengusulkan untuk disepakatinya metodologi dan pembiayaan REDD melalui kombinasi market dan fund base (opsi Hybrid) di UNFCCC melalui 2 langkah sub rencana aksi.

Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup (P44A1) Pengkajian dan penetapan mekanisme

pencegahan kebakaran hutan di Riau, Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup P44: Pencegahan kebakaran

hutan dan peningkatan kualitas pengelolaan bencana

(P44A2) Revitalisasi Lembaga Penanganan Bencana.

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

(P45A1) Peningkatan mutu penyelenggaraan ibadah haji, meliputi pelayanan akomodasi, transportasi dan kesehatan bagi 210 ribu jamaah haji Indonesia tahun 1430 H / 2009 M.

Kementerian Agama P45: Penyelenggaraan ibadah

haji dan peningkatan kualitas pendidikan keagamaan

(P45A2) Peningkatan kualitas pendidikan di

pesantren dan Madrasah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional.

Kementerian Agama

Sumber: Website Portal Nasional Republik Indonesia

Gambar

Tabel Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II yang terkait pada bidang kebencanaan

Referensi

Dokumen terkait

Karena atas nikmat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ―INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

Melakukan komunikasi yang intens dengan sejawat profesi kesehatan lain sehingga tercapai kesamaan persepsi sehingga akan mengurangi kesalahpahaman dan meningkatkan

Adapun hasil dari penelitian ini ada pengaruh pelaksanaan Layout yang tepat untuk kelancaran proses produksi pada PT.Gerbang Nusa Tenggara Barat Emas (Persero)

Karena luas selimut kerucut berbentuk lingkaran yang Karena luas selimut kerucut berbentuk lingkaran yang tidak sempurna1 maka luas selimut kerucut sama tidak

Penyusunan materi pengembangan bahan pembelajaran i’rāb ini disesuaikan dengan materi-materi pokok dalam sintaksis Arab yang menekankan pada kemampuan peserta didik untuk

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)

Dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan Tugas Akhir yang saya kutip dari hasil karya orang

(3) Dalam segi Ekonomis, hal-hal yang mempengaruhi realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar adalah dalam segi perencanaan dan