• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THREE-STEP INTERVIEW

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

GESCA SONARITA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Desain penelitian ini adalah pretest-posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi ke dalam 10 kelas. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII.1 dan VIII.2 yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa rata-rata nilai peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview lebih tinggi dari siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandarlampung pada tanggal 26 Februari 1992 dengan nama Gesca Sonarita. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Ibu Tri Sugestiani dan Bapak Sunarso.

Penulis menempuh pendidikan pertama kali di Taman Kanak-kanak (TK) Pratama Bandarlampung tahun 1997/1998. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke SD Negeri 1 Rawalaut sampai kelas 5 SD sebelum pindah ke SD Negeri 7 Gadingrejo hingga tamat pada tahun 2004. Penulis selanjutnya menempuh dan menamatkan pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Gaingrejo pada tahun 2007 dan SMA Negeri 1 gadingrejo pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasisiwi Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui tes Seleksi Nasional (SNMPTN). Saat kuliah, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Negeri Ratu Ngambur Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2013 dan Pengalaman Program Lapangan (PPL) pada tahun yang sama di MTs. Ittihad Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

(7)

Moto

Give The Best to The World and The Best Will Come to You

Tidak Ada Keberuntungan di Dunia Ini

Melainkan Hasil dari Jerih Payah dan Doa

Tidak Ada Usaha yang Sia-Sia

(8)

i PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT, penulis

persembahkan sebuah karya sederhana ini sebagai bukti cinta

kasih kepada:

Ibu tercinta, Tri Sugestiani, S.Pd., yang senantiasa

mendoakan dan mendukungku setiap waktu.

Kakak (M. Eki Gestyan) dan adik (M.Barqah Genardo), dan

seluruh keluarga besar atas doa dan dukungannya.

Sahabat-sahabat terbaikku yang setia saat suka dan duka.

Guru dan Dosen tercinta atas ilmu yang bermanfaat dan

kesabaran selama mendidikku

(9)

ii SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menye-lesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Three-Step Interview (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014).”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberi-kan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaimemberi-kan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan bantuan dalam memperlancar penulis menyelesaikan skripsi ini.

(10)

iii 5. Bapak Dr. Haninda Bharata, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan, menyumbangkan banyak ilmu, dan memberikan motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Drs, Rini Asnawati, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia membimbing, memberikan ilmu, dan memberikan nasihat-nasihat yang membuat penulis semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

7. Ibu Dr. Tina Yunarti, M,Si., selaku pembahas yang telah bersedia memberikan masukan dan kritik yang sangat bermanfaat dan membuka pemikiran penulis. 8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 9. Bapak Drs. Alamsyah, M. Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Gadingrejo. 10.Ibu Dini Kusmiati, S. Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu

dalam penelitian.

11.Ibu, kakak, dan adik tersayang atas dukungan, kasih sayang, dan doa yang tak pernah berhenti mengalir.

12.Seluruh keluarga besar yang telah mendukungku untuk menyelesaikan studi. 13.Sahabat-sahabat seperjuanganku dari awal kuliah hingga sekarang: Clara, Iisy,

Agustin, Zuma, Selvi, Heru, Sovian, Nando, dan Perdan atas motivasi dan doanya.

(11)

iv 15.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2010 A atas

kebersamaannya.

16.Kakak tingkat angkatan serta adik tingkat Pendidikan Matematika Unila. 17.Keluarga KKN dan PPL Desa Negeri Ratu Ngambur: Bapak Hermansyah, Ibu

Weldasari, Wo Wulan, Ngah Yola, Dek Lala atas kebaikan hatinya menerima penulis menjadi keluarga baru.

18.Kelompok KKN dan PPL Desa Negeri Ratu Ngambur: Burhan, Taufik, Dika, Briyan, Agustina alias Adul, Dewi, Monic, Tantri, dan Galuh atas rasa kekeluargaannya, kekompakkannya, dan keramaiannya sehingga pengalaman di tempat tersebut tidak akan pernah ku lupa.

19.Seluruh guru, staff, dan siswa-siswi MTs. Ittihad Ngambur dan SMPN 1 Gadingrejo.

20.Sahabat-sahabat saat masih sekolah: .

21.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bandarlampung, Mei 2014 Penulis,

(12)

v

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Three-Step Interview ... 13

(13)

vi

2. Uji Reliabilitas ... 31

3. Indeks Daya Pembeda Butir Soal ... 31

4. Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 34

1. Uji Normalitas ... 35

2. Uji Homogenitas ... 35

3. Uji Hipotesis ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38

1. Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 38

2. Uji Hipotesis Penelitian ... 40

3. Pencapaian Indikator Komunikasi Matematis Siswa ... 40

B. Pembahasan ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA

(14)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

3.1 Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 24

3.2 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Design ... 26

3.3 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 28

3.4 Validitas Butir Soal ... 30

3.5 Interprestasi Indeks Daya Pembeda Butir Soal ... 32

3.6 Daya Pembeda Butir Soal ... 32

3.7 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 33

3.8 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 34

3.9 Interpretasi Indeks Gain ... 34

3.10 Uji Normalitas Data Indeks Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 35

3.11 Uji Homogenitas Data Indeks Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 36

4.1 Rekapitulasi Data Skor Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 38

4.2 Rekapitulasi Data Skor Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 39

(15)
(16)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Silabus Pembelajaran ... 51

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .. 56

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 90

A.4 Lembar Kerja Siswa ... 122

B.Perangkat Tes B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Pretest dan Post test ... 148

B.2 Soal Pretest ... 150

B.3 Soal Posttest ... 151

B.4 Pedoman Penskoran Tes Komunikasi Matematis... 152

B.5 Kunci Jawaban Soal Pretest ... 153

C.8 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 168

(17)

x Kelas Eksperimen... 172 C.11 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Awal Kelas Kontrol ... 174 C.12 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Akhir Kelas Eksperimen ... 176 C.13 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara ber-pikir manusia pun dituntut untuk semakin berkembang. Hal ini mewajibkan se-tiap individu untuk terus mengikuti perkembangan yang terjadi agar tetap dapat bersaing secara global. Oleh karena itu, perkembangan zaman merupakan sebuah tantangan untuk setiap individu agar terus dapat mempersiapkan dirinya secara baik sehingga dapat lebih berkualitas.

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting untuk menen-tukan kemajuan suatu bangsa di masa depan. Kualitas sumber daya manusia salah satunya dapat dilihat dari kemampuan dalam bersaing di dunia kerja secara global. Beberapa kemampuan yang dapat dilihat adalah keterampilan dan keahlian sese-orang di dalam dunia kerja yang digelutinya. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat diperoleh dari pendidikan.

(19)

2 Pendidikan formal di Indonesia terdiri dari beberapa jenjang yaitu pendidikan tingkat dasar, pendidikan tingkat menengah, dan pendidikan tingkat tinggi. Pe-serta didik yang menempuh di jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertaman (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA), harus dapat menguasai berbagai bidang ilmu yang mereka peroleh untuk lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Contoh bidang ilmu yang diberikan di setiap jenjang sekolah adalah matematika.

Matematika adalah mata pelajaran yang diberikan ke peserta didik di semua jen-jang pendidikan, dari sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi. Ketika di sekolah dasar, peserta didik sudah mulai dikenalkan dengan aljabar se-derhana oleh guru, seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan sebagai-nya. Sedangkan, ketika siswa mulai masuk ke sekolah menengah, tahap demi tahap guru mulai mengenalkan masalah matematika yang lebih kompleks kepada peserta didik sehingga peserta didik sudah terbiasa untuk mengikuti pembelajaran matematika.

Tujuan pembelajaran matematika di Indonesia dalam BSNP (2006: 148) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

(20)

3 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis termasuk ke dalam tujuan pembelajaran matematika di Indonesia. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan suatu algo-ritma dan cara unik untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa mengkonstruk-sikan dan menjelaskan sajian fenomena dunia nyata secara grafis, kata-kata/ kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik atau kemampuan siswa member-kan dugaan tentang gambar-gambar geometri.

(21)

4 masih tergolong rendah meskipun menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika di Indonesia.

Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMP Negeri 1 Gadingrejo juga perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dari penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu dengan cara mengambil data ulangan harian yang mengukur kemampuan komuni-kasi yang dilakukan oleh guru. Berikut ini adalah contoh soal dan jawaban dari siswa SMP Negeri 1 Gadingrejo:

Soal 1:

Doni menaikkan layang-layang dengan benang yang panjangnya 15 m. Jarak Doni di tanah dengan titik yang tepat berada di bawah layang-layang adalah 9 m. Tentukan tinggi layang-layang tersebut!

Untuk menjawab soal di atas, seluruh siswa tidak dapat mengomunikasikan soal tersebut ke dalam gambar geometri, sehingga guru membantu untuk merepresen-tasikan soal tersebut ke dalam gambar geometri di papan tulis, dengan demikian seluruh siswa hanya melanjutkan menjawab soal tersebut dengan cara Phytagoras.

Soal 2:

Dalam sebuah balok ABCD.EFGH, panjang AB= 12 cm, BC= 9 cm, dan CG= 20 cm. Hitunglah panjang BD.

Siswa 1:

12 cm

(22)

5

Berdasarkan jawaban siswa di atas terlihat bahwa siswa masih bingung untuk me-nerjemahkan gambar sehingga mereka tidak bisa memilih cara yang tepat untuk menyelesaikan soal tersebut sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru.

Model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru di SMP N 1 Gadingrejo ada-lah model pembelajaran langsung dengan metode tanya jawab. Model ini hanya dapat memberikan kesempatan kepada sebagian kecil siswa di kelas untuk me-ngembangkan kemampuan komunikasinya. Untuk itu, perlu diterapkannya model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa secara menyeluruh.

Untuk memilih model pembelajaran yang akan diterapkan, maka perlu melihat karakter dari siswa tersebut. Karakter dari siswa kelas VIII di SMP Negeri 1

12 cm

(23)

6 Gadingrejo tergolong cukup aktif di dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran dimana siswa berani bertanya kepada guru dan menjawab pertanyaan dari guru meskipun belum semua siswa berani mengemukakan pen-dapatnya di depan kelas. Selain itu, siswa juga sering bertanya kepada teman sebayanya tentang cara menyelesaikan suatu soal dan tentang materi yang sedang dipelajari.

Selain melihat karakter siswa, pemilihan model pembelajaran juga harus berda-sarkan aktivitas yang ada pada model tersebut. Menurut Widjajanti (2010: 4) ak-tivitas siswa seperti mengomunikasikan hasil-hasil pikiran mereka kepada yang lain secara oral atau dalam tulisan dan menjelaskannya, mendengarkan penjelasan yang lain dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa. Oleh karena itu siswa perlu diberikan kesempatan untuk berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan yang lain. Sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran yang membuat setiap siswa lebih aktif dalam lisan dan tulisan, serta lebih memiliki kesempatan untuk mengemukakan gagasan, menganalisis, dan mendengarkan gagasan dari orang lain.

(24)

menge-7 mukakan gagasannya baik secara lisan maupun tulisan karena model pembelajaran ini terdiri dari tiga tahap wawancara.

Sebelum tahapan wawancara dimulai, guru mengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari empat orang yang kemudian setiap kelompok dibagi menjadi dua pasang. Setiap pasangan terdiri dari seorang pewawancara dan terwawancara. Wawancara tahap pertama adalah pewawancara bertugas untuk mewawancarai pasangannya. Setelah itu, wawancara tahap kedua, pasangan tersebut bertukar peran, pewawancara menjadi orang yang diwawancarai dan sebaliknya. Wawancara tahap ketiga atau tahap pelaporan adalah kedua pasang yang berada di dalam satu kelompok bergabung dan saling mewawancarai pasangan yang lain tentang apa yang telah didapat dari wawancara tahap pertama dan kedua. Pada setiap tahap wawancara siswa belajar untuk menjelaskan gagasannya secara lisan dan tulisan kepada pewawancara, dengan itu siswa diharapkan dapat terbiasa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

(25)

8 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui peningkatan kemam-puan komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran koo-peratif tipe Three-Step Interview pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa?”. Agar permasalahan menjadi lebih jelas, maka rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian yaitu: “Apakah peningkatan kemam-puan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran langsung?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model kooperatif tipe Three-Step Interview di dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah un-tuk mengetahui perbandingan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview dengan siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.

D. Manfaat Penelitian

(26)

9 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview serta pengaruhnya terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi saran untuk para guru dalam me-milih model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi ma-tematis siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview adalah model pem-belajaran kooperatif yang setiap kelompok terdiri dari 4 orang, dimana 4 orang tersebut dibagi lagi menjadi dua pasang siswa yang di dalam setiap pasang terdapat seorang pewawancara dan seorang yang lain menjadi terwa-wancara. Pada model pembelajaran ini terdapat tiga tahap inti. Tahap perta-ma pewawancara mewawancarai pasangannya. Tahap selanjutnya, kedua sis-wa saling bertukar peran. Tahap terakhir, kedua pasang yang berada di dalam satu kelompok bergabung dan saling mewawancarai tentang apa yang telah didapat pasangan yang lain.

2. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam me-ngungkapkan pemikiran matematisnya yang dapat diketahui dengan in-dikator:

(27)

10 b. Menjelaskan ide atau pemikiran matematis secara tertulis dengan jelas

dan benar.

c. Menggunakan ekspresi, symbol, atau lambang matematika secara tepat 3. Model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di sekolah adalah model

(28)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika

Pengertian pembelajaran menurut Robbins (2008: 69) adalah sebuah perubahan perilaku secara permanen yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan perilaku dapat berupa buruk berubah ke baik maupun sebaliknya, karena di dalam sebuah pembelajaran, seseorang dapat mempelajari sikap yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Perubahan perilaku dapat dikatakan hasil dari sebuah pembelajaran ketika perubahan tersebut bersifat permanen.

(29)

12 pembelajaran secara formal yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu proses pembelajaran yang terjadi di dalam peserta didik adalah proses pembe-lajaran dalam pepembe-lajaran matematika.

Pengertian matematika berdasarkan pernyataan dari Suherman (2003 :15) yaitu: Ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol; matematika adalah bahasa numerik; matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika adalah metode berpikir logis; matematika adalah saran berpikir; matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya.

Berdasarkan dari kutipan tersebut maka pengertian matematika tidak memiliki sa-tu arti dan tidak dapat dijelaskan secara singkat karena pengertian tersebut akan berbeda-beda tergantung sudut pandang dari yang mengartikan tersebut.

(30)

13 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Three-Step Interview

Model pembelajaran kooperatif menurut Roestiyah (2008: 15) adalah model pem-belajaran yang mendistribusikan siswa ke dalam kelompok kecil dan membentuk siswa untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas tertentu sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru. Kelompok kecil di dalam pembelajaran kooperatif ini diusahakan ter-diri dari anggota-anggota yang heterogen tingkat kemampuannya sehingga proses pembelajaran kooperatif dapat berjalan secara optimal yaitu seluruh siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara baik.

Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2009: 65) terdapat 6 (enam) fase langkah seperti pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan

dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present information Menyajikan informasi.

mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.

Fase 3: Organize students into learning teams

Mengorganisasi peserta didik ke dalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

(31)

14 Model pembelajaran kooperatif sangat banyak jenisnya, salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kooperatif model Three-Step Interview

Model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview adalah model pembela-jaran yang terdiri dari tiga tahapan kegiatan yaitu wawancara-wawancara-laporan dengan mengondisikan peserta didik untuk membentuk pasangan dan secara ber-gantian mewawancarai pasangannya kemudian melaporkan hasil wawancara ke-pada pasangan yang lain (Barkley, Cross, dan Major, 2012: 183). Tiga tahapan wawancara-wawancara-laporan pada tahapan inti dari model pembelajaran kooperatif ini adalah siswa dikondisikan untuk saling mewawancarai pasangannya dalam satu kelompok kemudian melaporkan hasil wawancaranya tersebut ke teman kelompoknya yang lain.

Tahapan kegiatan pembelajaran kooperatif Three-Step Interview lebih jelasnya menurut Kagan (1990: 13) adalah sebagai berikut:

a. Students form two pairs within their teams of four and conduct a one-way interview in pairs.

b. Students reverse roles: interviewers become the interviewees.

c. Students rounrobin: each student takes a turn sharing information learned in the interview

(32)

15 Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview menurut Barkley, Cross, dan Major (2012: 183) adalah dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat siswa, kemudian sebelum melakukan wawancara para siswa terlebih dahulu diberikan tugas dan menyelesaikan tugasnya masing-masing. Setelah itu mereka berpasangan dan menjelaskan idenya secara bergantian. Selanjutnya siswa saling berkelompok dan menjelaskan ide yang mereka dapat dari teman sepasangnya.

Sebelum melakukan interview, keempat siswa diberikan soal dan menyelesaikan tugasnya masing-masing (Fathia, 2013: 12). Selanjutnya pada tahapan wawancara, menurut Barkley, Cross, dan Major (2012: 184), ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pewawancara dan terwawancara yaitu pewawancara harus berkonsentrasi pada respon orang yang diwawancarai sehingga pewawan-cara dapat mendengarkan dan memahami setiap tanggapan dari terwawanpewawan-cara. Pewawancara juga harus menahan diri untuk tidak memberikan jawabannya ke-pada terwawancara namun harus tetap mendorong adanya elaborasi. Sedangkan hal yang harus diperhatikan oleh terwawancara adalah mengekspresikan semua gagasan atau ide kepada pewawancara secara jelas sehingga pewawancara dapat memahami, merangkum, dan menganalisis gagasan terwawancara secara efektif.

Berdasarkan langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview, maka karakteristik dari model pembelajaran tersebut menurut Kagan (1990: 13) adalah:

a. Equal participation b. All participate

(33)

16 Karakteristik dari model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview adalah terdapat partisipasi yang setara. Selanjutnya, dalam model ini seluruh siswa ber-partisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Ketiga, pertangungjawaban individu. Terakhir, setengah dari jumlah siswa satu kelas berbicara dalam satu waktu.

Lebih lanjut lagi menurut Kagan (1990: 13):

in Three-Step Interview, each person must produce and receive language; there is equal participation; there is individual accountability for listening, because in the third step each student shares what he or she heard; and for the first two step, student interact in pairs. So one-half rather than one-fouth of the class is involved in language product at any one time.

Karakteristik yang lain pada model Three-Step Interview bahwa setiap siswa harus menghasilkan dan menerima penjelasan yang merupakan partisipasi yang setara; terdapat pertanggungjawaban individu untuk mendengarkan karena pada langkah ketiga masing-masing siswa membagikan apa yang telah dia dengar; dan untuk langkah pertama dan kedua, siswa berinteraksi secara berpasangan sehingga setengah dari kelas telibat dalam diskusi dalam satu waktu.

(34)

17 Manfaat diterapkannya model pembelajaran Three-Step Interview menurut Kagan (1990: 14) adalah sebagai berikut:

Sharing personal information such as hypotheses, reaction to a poem, conclusions form a unit. Participation, listening.

Manfaat penerapan model pembelajaran ini adalah siswa belajar untuk membagi-kan informasi personal seperti hipotesis, bereaksi terhadap kalimat, menyimpul-kan dari sutu informasi, berpartisipasi, dan mendengarmenyimpul-kan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview adalah sebuah model pembelajaran koopeartif yang pada kegiatan inti-nya terdapat tiga tahapan yaitu tahap pertama dan kedua wawancara dan terakhir tahap laporan. Pada model ini, setiap siswa mendapatkan peran sebagai pewa-wancara dan terwapewa-wancara secara bergantian. Sehingga setiap siswa memiliki ke-sempatan untuk mengembangkan kemampuan komukasinya. Langkah-langkah pembelajaran dari Three-Step Interview adalah:

a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 siswa. b. Guru membagi setiap kelompok menjadi 2 pasang.

c. Setiap pasang siswa menentukan siapa yang terlebih dahulu menjadi pewawancara dan terwawancara.

d. Guru memberikan lembar kerja ke setiap siswa yang kemudian setiap siswa mengerjakan lembar kerja tersebut.

(35)

18 f. Siswa bertukar peran.

g. Kedua pasangan yang berada dalam satu kelompok bergabung kemudian setiap siswa menyampaikan apa yang telah dia dapat ketika menjadi pewawancara.

h. Terakhir, kelompok mempresentasikan hasil dari kelompok mereka kepada seluruh kelas

3. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi menurut Widjajanti (2010: 4) adalah suatu cara untuk berbagi ide dan pengertian sehingga dapat membantu siswa untuk membangun pemahaman dalam tentang matematika. Menurut Umar (2012: 6) kemampuan komunikasi matematis siswa adalah bagaimana siswa mengomunikasikan ide-idenya dalam usaha meme-cahkan masalah yang diberikan guru, berpartisipasi aktif dalam diskusi, dan mem-pertanggungjawabkan jawaban mereka terhadap masalah. Dengan demikian, me-lalui komunikasi siswa dapat lebih mengerti tentang matematika. Sehingga ke-mampuan mengomunikasikan ide-ide secara lisan dan tulisan sangat penting un-tuk ditingkatkan.

Pentingnya peran kemampuan komunikasi dalam pemahaman siswa tentang matematika menurut OECD (2013: 30):

(36)

19 Kemampuan komunikasi penting di dalam matematika karena dengan kemam-puan tersebut siswa merasa tertantang dan terdorong untuk mengenal dan me-mahami situasi dari suatu masalah. Kegiatan membaca, menguraikan, dan menginterpretasikan kalimat, pertanyaan, tugas atau objek memungkinkan siswa untuk membentuk model dari sebuah situasi, yang merupakan sebuah langkah penting dalam memahami, mengklarifikasi, dan merumuskan suatu masalah.

Kemampuan komunikasi matematis juga masuk ke dalam Kurikulum nasional dengan menjadi tujuan dari pembelajaran matematika di Indonesia. Hal ini terlihat di dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (2006: 140) bahwa tujuan dari pembelajaran matematika salah satunya adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Sehingga un-tuk dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut siswa harus dilatih untuk mengomunikasikan ide-idenya di dalam pembelajaran matematika.

Pencapaian siswa dalam kemampuan komunikasi matematis, menurut National Center Teaching Mathematics (2003: 2), dapat dilihat dan diukur dari indikator berikut:

a. Communicate their mathematical coherently and clearly to peers, faculty, and others.

b. Use the language of mathematics to express ideas precisely. c. Organize mathematical thinking through communication.

d. Analyze and evaluate the mathematical thinking and straregies of others.

(37)

20 menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-idenya secara tepat. Bahasa matematika adalah symbol-simbol yang biasa digunakan dalam matema-tika. Indikator selanjutnya yaitu siswa mengorganisasi pemikiran matematisnya melalui komunikasi, dan menganalisis serta mengevaluasi pemikiran dan strategi matematis orang lain.

Indikator kemampuan komunikasi matematis siswa menurut Ansari (2004: 83) diantaranya adalah:

a. Siswa dapat menggambarkan situasi dari suatu persoalan ke dalam gambar, table, diagram, maupun grafik.

b. Siswa dapat mengungkapkan dan menjelaskan ide-idenya tentang suatu masalah secara tulisan

c. Siswa dapat menggunakan ekspresi dan simbol-simbol matematika secara tepat.

Kemampuan komunikasi dapat ditingkatkan melalui beberapa hal, menurut Shadiq (2008: 33), hal-hal yang perlu dilakukan yaitu siswa harus diberikan ke-sempatan untuk mendengarkan, berbicara, menulis, membaca dan mempresentasi-kan. Sehingga untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matemtais siswa ma-ka perlu pembelajaran yang mengorganisasi siswa untuk mendengarma-kan, berbica-ra, menulis, membaca, dan mempresentasikan.

(38)

21 membuat model matematika dari suatu situasi, dan dapat menggunakan symbol-simbol matematika secara tepat. segala bentuk ide, tafsiran, atau ekspresi baik se-cara lisan maupun tulisan dan baik dari bahasa sehari-hari ke bahasa matematika maupun sebaliknya di dalam pembelajaran matematika.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran matematika adalah proses pengembangan pengetahuan dan kete-rampilan mengenai matematika di dalam diri peserta didik, sehingga setelah pem-belajaran matematika terdapat perubahan positif di dalam diri peserta didik dan memiliki kemampuan matematika yang sesuai dengan tujuan pembelajaran mate-matika. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah diantaranya adalah mening-katkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Kemampuan komunikasi matematis seorang siswa dapat ditingkatkan dengan mo-del pembelajaran yang menuntut seluruh siswa lebih aktif secara lisan dan tulisan. Dengan setiap siswa mendapatkan kesempatan mengemukakan gagasannya ten-tang suatu permasalahan matematika, menjelaskan gagasannya secara jelas dan sistematis kepada orang lain, serta mendengarkan dan menganalisis pemikiran orang lain maka seluruh siswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasinya. Pola pembelajaran tersebut dapat ditemukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview.

(39)

22 pasang, setiap pasang terdiri dari pewawancara dan terwawancara. Setiap siswa yang berpasangan diberikan masalah atau tugas yang berbeda oleh guru yang ha-rus diselesaikan oleh setiap siswa, kemudian pewawancara mengajukan perta-nyaan kepada terwawancara tentang gagasan-gagasan yang berhubungan dengan masalah atau tugas tersebut. Selanjutnya terwawancara menjawab pertanyaan pe-wawancara secara jelas hingga dapat dimengerti oleh pepe-wawancara. Setelah itu pewawancara dan terwawancara bertukar peran.

(40)

23 Tahap selanjutnya kedua pasang yang berada dalam satu kelompok bergabung dan setiap siswa membagikan informasi yang telah dia dapat dari tahap wawancara sebelumnya. Pada tahap ini, setiap siswa diberikan kesempatan untuk menyam-paikan dan menjelaskan kepada teman sekelompoknya tentang analisanya terha-dap masalah atau tugas yang diselesaikan oleh teman yang diwawancarainya. Sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya dengan menjelaskan tentang apa yang telah dia dapat dari wawancara pada tahap sebelumnya.

Berdasarkan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview tersebut, semua siswa mendapatkan kesempatan untuk mengem-bangkan kemampuan komunikasinya. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran koopeartif tipe Three-Step Interview dapat me-ningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

C. Hipotesis Penelitian

(41)

24

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 317 siswa yang terdistribusi ke dalam sepuluh kelas. Distribusi kelas dan rata-rata nilai ujian semester ganjil siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun ajaran 2013/2014 disajikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014

NO. Kelas Banyak Siswa Rata-rata

1 VIII.1 32 7,69

2 VIII.2 31 7,61

3 VIII.3 32 7,41

4 VIII.4 32 7,55

5 VIII.5 32 7,25

6 VIII 6 32 7,53

7 VIII 7 31 7,31

8 VIII 8 32 7,29

9 VIII.9 32 7,67

10 VIII.10 31 7,12

Jumlah Populasi 317

(42)

25 Penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu penarikan sampel sesuai dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Teknik purposive sampling dipilih dengan pertimbangan pertama yaitu terdapat dua guru yang mengajar di kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo. Sampel dipilih dari dua kelas yang diajar oleh guru yang sama untuk memperkecil faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pertimbangan selanjutnya adalah kemam-puan siswa, karena kemamkemam-puan siswa di setiap kelas berbeda, maka dua kelas yang diambil sebagai sampel adalah dua kelas yang kemampuan siswanya relatif sama, sehingga terpilihlah VIII.1 dan VIII.2 sebagai sampel. Kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan secara acak, sehingga terpilihlah kelas VIII.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-posttest control

design yang melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(43)

26 mengikuti model pembelajaran yang berbeda. Adapun desain pretest-posttest

control design tersebut menurut Furchan (1982: 356) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Desain Penelitian Pretest- Posttest Control Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

E Y1 X Y2

P Y1 C Y2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen K = Kelas kontrol

Y1= Nilai pretest kemampuan komunikasi matematis

X = pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview

Y = pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Langsung Y2 = Nilai posttest berupa tes kemampuan komunikasi matematis

C. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan

a. Melaksanakan penelitian pendahuluan.

b. Membuat bahan ajar, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan ins-trumen penelitian.

c. Menguji coba instrumen penelitian. d. Merevisi instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengadakan pretest dalam kelas eksperimen dan kontrol.

(44)

27 c. Mengadakan posttest dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap Pengolahan Data a. Mengumpulkan data.

b. Mengolah dan menganalisis data penelitian. c. Mengambil kesimpulan.

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini merupakan data kemampuan komunikasi matematis sis-wa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview dan sissis-wa yang mengikuti pembelajaran langsung yang berupa data skor pretest yang diambil sebelum pembelajaran, data skor posttest yang diambil setelah pembelajaran, dan data gain untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa. Pada penelitian ini data yang dianalisis adalah data gain.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa di awal pembelajaran (pretest) dan akhir pembelajaran (posttest).

E. Instrumen Penelitian

(45)

penyele-28 saian siswa yang mengandung indikator kemampuan komunikasi matematis dapat terlihat dengan jelas sehingga data tentang kemampuan komunikasi matematis sis-wa dapat diperoleh.

Instrumen tes untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa disusun berdasarkan indikator-indikator kemampuan komunikasi matematis. Berikut ini merupakan pedoman penskoran soal kemampuan komunikasi matematis siswa:

(46)

29 Tes yang digunakan dalam penelitian ini harus valid, reliabel, dan memiliki ting-kat kesukaran dan indeks daya pembeda yang baik, sehingga tes tersebut perlu di-lakukan analisis sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur atau tes menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 1996:173). Pada penelitian ini uji validitas instrument menggunakan uji validitas isi dan validitas butir soal.

a. Validitas Isi

(47)

30 butir soal, reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal dianalisis hanya dari uji coba soal pretest.

b. Validitas Butir Soal

Validitas butir soal dalam penelitian ini diukur menggunakan korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= Koefisien validitas butir soal = Banyaknya peserta tes = Skor setiap butir soal = Skor total butir soal (Widoyoko, 2012: 137).

Kriteria soal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah butir soal yang valid yaitu butir soal dengan koefisien validitas butir soal lebih besar atau sama dengan 0,3 (Widoyoko, 2012:143). Hasil perhitungan koefisien validitas butir soal dari uji coba soal pretest disajikan pada tabel 3.5 berikut

Tabel 3.4. Validitas Butir Soal

Nomor Soal Intepretasi

1 0,75 Valid

2 0,85 Valid

3 0,76 Valid

4 0,85 Valid

(48)

31 2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu pengujian untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2007: 180). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Crounbach Alpha yaitu sebagai berikut:

Kriteria soal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang memiliki reliabilitas yang tinggi. Berdasarkan pendapat Sudijono (2008:208), harga

11 r

tergolong ke dalam kriteria tinggi apabila koefisien reliabilitasnya lebih dari 0,70. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba soal pretest didapat bahwa reliabilitas soal pretest adalah 0,75. Berdasarkan interpretasi dari koefisien reliabilitas maka dapat diketahui bahwa reliabilitas tes yang digunakan tinggi sehingga layak untuk digunakan. Perhitungan reliabilitas selengkapnya pada Lampiran C.2.

3. Indeks Daya Pembeda Butir Soal

(49)

di-32

= Indeks daya pembeda butir soal tertentu

= Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yan diolah

= Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

= Jumlah skor ideal kelompok (atas/ bawah)

Interpretasi indeks daya pembeda butir soal menurut Suherman dalam Aisyah (2013: 28) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5. Interpretasi Indeks Daya Pembeda Butir Soal

Indeks Interpretasi pembeda baik dan sangat baik. Hasil perhitungan daya pembeda dari uji coba soal pretest disajikan pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6. Daya Pembeda Butir Soal

Nomor Soal Indeks Daya Pembeda Daya Pembeda

1 0,32 Baik

2 0,44 Baik

3 0,32 Baik

(50)

33 Berdasarkan hasil uji coba soal tersebut maka seluruh soal memenuhi kriteria yang diinginkan. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran C.3.

4. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Menurut Sudijono (2008: 372) untuk menentukan tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut:

Keterangan:

= Indeks tingkat kesukaran butir soal

= Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal.

= Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal. Interpretasi tingkat kesukaran butir soal menurut Sudijono (2008: 372) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7. Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai Interpretasi

Sangat sukar

Sukar

Sedang

Mudah

Sangat mudah

(51)

34 Tabel 3.8. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nomor Soal Indeks Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran

1 0,71 Mudah

2 0,58 Sedang

3 0,16 Sukar

4 0,34 Sedang

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh bahwa seluruh butir soal memenuhi kriteria yang diharapkan. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran C.3.

F. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa maka data pretest dan data posttest dianalisis sehingga mendapatkan data gain. Menurut Hake (1999) perhitungan rumus indeks gain ternormalisasi (g) yaitu:

Interpretasi indeks gain menurut Hake (1999) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9. Interpretasi Indeks Gain Indeks gain (g) Kriteria

g > 0,7 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang g ≤ 0,3 Rendah

(52)

35 1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS versi 17.0 dengan hipotesis sebagai berikut:

H0: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Pada SPSS 17 uji normalitas dilakukan dengan melakukan uji kolmogorov smirnov dengan kriteria pengujian terima Ho jika probabilitas (sig.) lebih besar dari 0,05 (Siregar, 2012: 256).

Hasil perhitungan uji normalitas terhadap data indeks gain dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 3.10. Uji Normalitas Data Indeks Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kelas Jumlah Siswa Keterangan

Eksperimen 32 0,200 Normal

Kontrol 31 0,200 Normal

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya pada lampiran C.8.

2. Uji Homogenitas Varians

(53)

36 dilakukan untuk mengetahui apakah varians-varians dari populasi tersebut homogen atau tidak. Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: 22

  (varians bersifat tidak homogen)

Pada penelitian ini uji homogenitas dilakukan dengan bantuan SPSS versi 17.0 yaitu dengan uji Levene. Kriteria pengujian adalah terima Ho jika nilai probabilitas (sig.) lebih besar dari 0,05 (Sugiyanto, 2010: 2).

Hasil perhitungan uji homogenitas terhadap data indeks gain dapat dilihat di tabel berikut

Tabel 3.11. Uji Homogenitas Data Indeks Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kelas Varians Sig. Keterangan

Eksperimen 0,02

0,032 Tidak

Homogen

Kontrol 0,053

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa varians dari populasi bersifat tidak homogen. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran C.9.

3. Uji Hipotesis

(54)

37 H0 :

H1 : Keterangan:

= rata-rata skor gain kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview.

= rata-rata skor gain kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung.

(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Secara khusus diperoleh simpulan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengemukakan saran sebagai berikut. 1. Kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

(56)

47 siswa sebaiknya selalu diingatkan dan ditegaskan untuk menyelesaikan tugasnya pada langkah tersebut agar alokasi waktu mencukupi dan model pembelajaran dapat berjalan secara efektif

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Risa. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika dengan Strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT). Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Ansari, B. 2004. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematis Siswa SMU Melalui StrategiThink-Talk-Write.

Disertasi PPS UPI: tidak diterbitkan

Azwar, Saifuddin. 2007. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Barkley, Elizabert E., Cross, Patricia K., Major, Claire H. 2012. Collaborative Learning Techniques. Bandung: Nusa Media.

Fathia, Nur Amira. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Three-Step Interview untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Hake, R. 1999. Analizing Change/ Gain Scores. [Online]. Tersedia: http:// www. Physics.Indiana.edu/-sdi/AnalizingChange-Gain.Pdf. [29 Oktober 2012] Kagan, Spencer. 1990. Cooperative Learning Resource for Teacher. [Online].

Tersedia : www.ascd.org/ASCD/pdf/journals/ed_lead/el_198912_kagan . [3 Juni 2013].

NCTM. 2003. Standards for Secondary Mathematics Teachers. [Online]. Tersedia:

(58)

OECD. 2013. PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds Know and What They Can Do with What They Know. [Online]. Tersedia: http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf. [8 Desember 2013]

Puspaningtyas, Nicky Dwi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Lampung: Unila. Tidak diterbitkan.

Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi Organizational Behaviour. Jakarta: Salemba Empat.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Shadiq, Fadjar. 2008. Bagaimana Cara Mencapai Tujuan Pembelajaran Matematika SMK?. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Siregar, Syofian. 2012. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Grafindo Persada. Sopiyanti, L. 2005. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Three-Step Interview dan Tipe Jigsaw dalam Sub Konsep Reproduksi Pada manusia. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sugiyanto. 2010. Modul Pelatihan SPSS Analisis Perbedaan. [Online]. Tersedia: http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/sugiyantoModulPelatihanSPSS.pdf. [30 Maret 2014]

Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: IMSTEP.

___________. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakesumah.

Sumarmo, Utari. 2004. Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. [Online]. Tersedia: kemandirian-belaar-mat-des-06-new.pdf. [13 Mei 2012].

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(59)

Matematika STKIP Siliwangi Bandung Vol. 01 No. 01. [Online]. Tersedia: http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/download/14/8. [13 Mei 2013]

Widjajanti, Bondan D. 2010. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika Melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131569335/makalah%20knm%20dja milah%20uny.pdf. [13 Mei 2013].

Gambar

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014
gambar/model
Tabel 3.4.  Validitas Butir Soal
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis pada penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP

Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Skripsi).

Tujuan dari penelitian ini untuk menelaah: (1) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah: 1) peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran koopertif tipe

Skripsi yang berjudul “ Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri

siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih tinggi dari peningkatan kemampuan pemahaman/ komunikasi matematis siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining (SFAE) lebih