i
SISWI MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
TITI WIDYAWATI
NIM : 204070002443
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ii
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
TITI WIDYAWATI NIM : 204070002443
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing 1 Pembimbing II
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Titi Widyawati
NIM : 204070002443
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Dukungan Orang Tua dan Sikap Terhadap Membaca Kaitannya dengan Minat Membaca pada Siswa/ siswi MTs Pembangunan UIN Jakarta ” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 30 November 2011
Titi Widyawati NIM : 204070002443
v (B) 2011
(C) Titi Widyawati
(D) Dukungan Orang Tua dan Sikap Terhadap Membaca Kaitannya dengan Minat Membaca Pada Siswa/Siswi MTs Pembangunan UIN Jakarta (E) xiv + 84 halaman + lampiran
(F) Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting,terlebih lagi pada usia remaja guna meningkatkan intelektualitas. Disinilahperlu ditumbuhkan minat membaca. Terdapat gambaran minat membaca yang rendah pada siswa/siswi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi minat membaca, diantaranya dukungan orang tua dan sikap terhadap membaca.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah adakaitanyang signifikanantaradukungan orang tua dan sikap terhadap membaca dengan minat membaca pada siswa/ siswi MTs Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dukungan orang tua adalah merupakan suatu proses hubungan yang terbentuk dari individu dengan persepsi bahwa seseorang dicintai dan dihargai, disayangi, untuk memberikan bantuan kepada individu.Minat membaca adalah kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku, didorong oleh rasa keinginan yang kuat sehingga mau membaca. Penelitianinimenggunakanpendekatan kuantitatif.Penelitian dilaksanakandi MTs Pembangunan UIN Jakarta. Jumlahsampelsebanyak88siswa yang diambildengansimple random sampling. Tehnikpengolahandananalisa data yang diambildengananalisastatistikdenganmenggunakansoftwareSPSS 17danmenggunakanmultiple regressionuntukpengujianhipotesispenelitian. Alat ukur dukungan sosial dalam penelitian ini menggunakan “Social Prevision Scale” modifikasi dari Cutrona & Russell (1987), dengan nilai alpha cronbach sebesar 0,972, alat ukur sikap terhadap membaca dalam penelitian ini menggunakan “Rhody Secondary Reading Attitude Assesment Items” modifikasi dari Tulluck-Rhody & Alexander (1980), dengan nilai alpha cronbach 0,979 dan skala minat terhadap membaca mengggunakan skala yang disusun berdasarkan teori Crow & crow.
vi
nurturance memberikan kontribusi sebesar 2,4%.sedangkan variabel sikap terhadap membaca mempengaruhi sebesar 68,4% terhadap minat membaca. Sedangkan hasil T-tes aspek demografi pada minat membaca yaitu jenis kelamin, menunjukkan tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan terhadap minat membaca siswa/siswi MTs Pembangunan UIN Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji variabel lain seperti intelegensi, kemampuan membaca ketersediaan bacaanstatus sosial ekonomi, latar belakang etnis, yang mungkin menjadi faktor yang dapat mempengaruhi minat membaca.
vii
Alhamdulillahirobbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dukungan Orang Tua Terhadap Minat Membaca Kaitannya dengan Minat Membaca pada Siswa/ Siswi MTs Pembangunan UIN Jakarta”. Salawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jahja Umar, Ph.D. Berkat bimbingan, arahan, nasihat dan cerita-cerita beliau mengenai hal-hal yang baru bagi penulis, membuat penulis termotivasi untuk terus belajar dan berjuang.
2. Pembimbing Skripsi Dra, Zahrotun Nihayah, MSi, serta Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi, atas segala bimbingan, saran, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Pembimbing Akademik Bambang Suryadi, Phd, atas bimbingannya selama penulis menjalani perkuliahan.
4. Pembimbing seminar proposal skripsi Yunita Faela Nisa, M.Psi , atas segala bimbingan, dan sarannya.
5. Para dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan ilmu kepada penulis.
6. Para staf akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kerelaan dan kesabaran mau berbagi informasi akademik.
7. Kepala Sekolah MTs Pembangunan UIN Jakarta, bapak Rusli Ishaq M.Pd yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam melakukan penelitian di MTs Pembangunan UIN Jakarta
8. Seluruh Siswa-siswi Kelas IX MTs Pembangunan UIN Jakarta, yang telah memberikan bantuan serta kemudahan kepada penulis dalam melakukan penelitian di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
9. Yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, Ayahku, Sairi (Almarhum), Ibuku tercinta Maryati, serta seluruh keluarga besarku yang tak pernah putus memberikan dorongan, doa, cinta dan kasih sayang yang tulus kepada penulis.
viii
bosan mengerjakan skripsi dalam Perpustakaan & terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya dalam proses pengerjaan skripsi penulis.
13.Via dan Adyo yang selalu siap dan tak bosan membantu dalam penyelesaian bab 3 dan 4.
14.Semua teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasi, dukungan, dan doanya.
Semoga Allah memberikan ridho yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.
Jakarta, 30 November 2011
ix
memberi”
Fokuskan tercapianya cita- cita dan harapan hanya
kepada Allah. (Ibnu Ahaillah)
Optimisme merupakan sikap cerdas secara
emosional. (Daniel Goleman)
Karya sederhana ini ku
persembanhkan untuk ayah
dan Ibuku tercinta, Keluargaku
x
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAKSI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 9
1.2.1 PembatasanMasalah ... 9
1.2.2 RumusanMasalah ... 10
1.3 TujuanPenelitian ... 11
1.4 ManfaatPenelitian ... 12
1.4.1ManfaatTeoritis... 12
1.4.2 ManfaatPraktis ... 12
1.5 Sistematika Penulisan ... 13
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Minat membaca ... 15
2.1.1 Pengertianminat ... 15
2.1.2 Pengertian membaca ... 20
xi
2.2.1 PengertianDukungan orang tua ... 27
2.2.2 Jenis- jenis dukungan orang tua ... 31
2.2.3 Dukungan orang tua pada Remaja ... 33
2.3 Sikap ... 36
2.3.1 Pengertian sikap ... 36
2.3.2 Komponen sikap... . 37
2.3.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap... 37
2.3.4 Sikap terhadap membaca... ... 40
2.4 Kerangka Berpikir... ... 41
2.5 Hipotesis penelitian... ... 45
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan jenis penelitian ... 47
3.2 Variabel penelitian ... 48
3.2.1 Identifikasi variabel penelitian ... 48
3.2.2 DefinisiKonseptualvariabel ... 48
3.2.3 DefinisiOperasional variabel ... 49
3.3 Populasi dan sampel ... 50
3.3.1 Populasi ... 50
3.3.2 Sampel... ... 50
3.3.3.Teknik pengambilan sampel... ... 50
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 51
xii
3.5.3Uji Regresi ... 55
3.6 Hasil Uji Instrumen Penelitian... ... 55
3.6.1 Uji Validitas Instrumen ... 56
3.6.2 Uji Reliabilitas ... 58
3.7 Prosedur Penelitian ... 58
3.7.1 Persiapapn Penelitian... 58
3.7.2 Tahap Pengambilan Data ... 58
3.7.3 Tahap Pengolahan Data ... 58
3.7.4 Tahapa Pembahasan ... 60
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 GambaranUmumResponden ... 61
4.1.1Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61
4.2HasilujiHipotesis ... 62
4.2.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian Dukungan Orang Tua dan Sikap Terhadap Minat Membaca ... 62
4.2.2 Analisis Regresi Variabel Dukungan Orang Tua Terhadap Minat membaca ... 64
xiii
4.2.5 Hasil Uji Demografi Jenis Kelamin. ... 71
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 73
5.2 Diskusi ... 75
5.3 Saran ... 79
5.3.1 SaranTeoritis ... 79
5.3.2 SaranPraktis ... 80
xiv
Tabel 3.2 Blue Print Skala Minat Membaca………... 62
Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Orang Tua .. ………. 62
Tabel 4.1 Distribusi Populasi Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68
Tabel 4.2 Tabel Anova Dukungan Orang Tua dan Sikap Terhadap Minat Membaca ... 69
Tabel 4.3 Tabel R square Dukungan Orang Tua dan Sikap Terhadap Minat Membaca ... 70
Tabel 4.4 Tabel R square Dukungan Orang Tua Terhadap Minat ... 70
Tabel 4.5 Tabel Hasil Anova Dukungan Orang Tua Terhadap Minat ………... .... 71
Tabel 4.6 Tabel Rsquare Variabel Sikap Terhadap Minat Membaca ... 71
Tabel 4.7 Tabel Anova Variabel Sikap Terhadap Minat Membaca ... 72
Table 4.8 Tabel Sikap Terhadap Minat . ... 72
Tabel 4.9 Tabel Koefisien Regresi . ... 73
Tabel 4.10 Perhitungan Proporsi Varians Minat Membaca . ... 76
15
Lampiran 2
Field Test Dukungan Orang Tua Terhadap dan Sikap dengan Minat Membaca
Lampiran 3
Kuisioner Penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang mengapa perlu dilakukan
penelitian minat membaca, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Membaca merupakan fungsi tertinggi otak manusia. Dari semua makhluk di dunia
ini hanya manusia yang dapat membaca. Membaca merupakan salah satu fungsi
yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar
didasarkan pada kemampuan membaca (Doman, 1998).
Membaca berperan penting dalam kehidupan individu. Tarigan (2008)
menyatakan bahwa bacaan dapat memperkenalkan dan mengakrabkan kita pada
hal-hal baru. Bacaan lebih dapat memancing dan melatih kemampuan abstraksi
seseorang dibandingkan bentuk media interaksi lainnya, seperti menonton televisi,
berbincang-bincang, dan lain sebagainya. Membaca juga memenuhi kebutuhan
emosional dan spiritual (Harris & Sippay,1975).
Leonhard(1995)mengatakan bahwa apabila seorang anak gemar membaca,
maka akan mampu mengembangkan pola pikir kreatif dalam diri mereka, mereka
tidak hanya mendengarkan informasi, tetapi juga belajar untuk mengikuti
argumen-argumen yang kaya dan mengingat alur pemikiran yang beragam.
memasukkan kemampuan membaca ke dalam salah satu tugas perkembangan
anak di usia sekolah. Artinya untuk dapat memenuhi kebutuhan anak di masa
mendatang, sangat penting baginya untuk memiliki kemampuan membaca.
Dengan membaca, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat
bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar,sosial, dan emosionalnya.
Jika melihat manfaat dan dampak positif kegiatan membaca diatas maka
minat membaca jelas perlu untuk ditumbuhkan. Lalu, bila melihat hal tersebut
dalam konteks yang lebih kecil, yaitu pelajar, sebenarnya bagaimana gambaran
minat baca pada siswa/siswi?
Ismail (dalam Purnawan, 2001) menempatkan persoalan minat baca pada
tingkat pertama dari empat belas persoalan yang dihadapi dunia sastra Indonesia
dalam tiga sampai empat dekade terakhir ini. Hardjoprakoso (dalam Purnawan,
2001) mengatakan bahwa dewasa ini minat baca generasi muda/baru tidak lebih
baik daripada generasi sebelumnya bahkan cenderung menurun.
Padahal generasi muda sebagai generasi penerus diharapkan oleh
masyarakat agar menjadi semakin baik dibandingkan dengan generasi
sebelumnya. Orang yang disebut generasi muda pada sekarang ini adalah para
anak dan remaja serta orang dewasa yang memiliki potensi yang masih dapat
dikembangkan hingga batas maksimal.
Biro Pusat Statistik (dalam Fitria, 2006) mengadakan pendataan terhadap
aksesbilitas anak usia 10 tahun ke atas terhadap berbagai media Indonesia.Pada
tahun 2000, presentase anak yang membaca surat kabar dan majalah hanya
mendengarkan Radio masing- masing 87,97% dan 43,72%. Rendahnya tingkat
aktivitas anak dengan bahan bacaan ini mengindikasikan rendahnya minat
membaca anak Indonesia.
Salah satu bidang garapan pengajaran bahasa di sekolah dasar adalah
keterampilan membaca yang didasari oleh kemampuan membaca. Mampu
membaca tidak berarti secara otomatis terampil membaca. Akan tetapi terampil
membaca tidak mungkin tercapai tanpa memiliki kemampuan membaca dan minat
membaca yang tinggi. Tanpa memiliki kemampuan dan minat membaca yang
memadai sejak dini, siswa juga akan mengalami kesulitan belajar di kemudian
hari. Kemampuan dan minat membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi
pengajaran bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi mata pelajaran lain. Membaca bagi
manusia sebenarnya merupakan kebutuhan mendasar seperti kebutuhan manusia
akan makan, pakaian, dan lain sebagainya.
Berdasarkan riset lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in
International Reading Literacy Study, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD),
menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel
penelitian. Indonesia hanya lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika
Selatan PIRLS (2011).
Di Indonesia, tiap bulan September diperingati sebagai Bulan Gemar
Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan. Melalui peringatan itu diharapkan
masyarakat menjadi gemar membaca, sebab membaca adalah kunci untuk
yang tinggi adalah modal dasar untuk keberhasilan anak dalam berbagai mata
pelajaran.
Pada anak SMP minat membaca penting untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Remaja seharusnya sudah berada pada tahap operasional formal dan
sudah mampu berfikir abstrak, logis, rasional, serta mampu memecahkan
persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. Oleh karena itu, setiap keputusan
yang mereka terima harus dilandasi oleh dasar pemikiran yang masuk akal. Masa
SMP juga merupakan masa peralihan dari anak-anak, mereka sudah meninggalkan
peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang
unik dan tidak tergantung pada orangtua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan
terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan
teman sebaya. Konformitas pada remaja mempengaruhi perkembangannya, karena
masa remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan teman-teman
sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh
teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih
besar dari pada pengaruh keluarga.
Remaja yang masih duduk dibangku sekolah lanjutan bisa dikatakan
mereka berstatus sebagai seorang pelajar dimana mereka diharuskan untuk belajar
entah itu belajar formal disekolah ataupun non formal dan informal seperti
mengikuti kursus-kursus ataupun belajar dari pengalaman disekitar mereka.
Disekolah sebagai seorang siswa mereka dipersiapkan untuk menempuh jenjang
Pada masa sekolah, siswa seharusnya dibiasakan untuk membaca karena
mereka dihadapkan pada pelajaran yang semakin sulit. Selain buku pelajaran
mereka juga dianjurkan untuk membaca buku pengetahuan lainnya untuk
meningkatkan intelektualitas. Bacaan saat ini juga sudah sangat beragam, dari
buku komik, novel, buku ilmiah, majalah, media massa sampai buku berbahasa
asing yang mulai banyak digemari terutama dikalangan akademis. Buku-buku
tersebut juga ada batasan umurnya, sehingga kita dapat memilih bacaan mana
yang pantas dan cocok untuk anak sekolah.
Remaja juga tengah berada pada fase krisis identitas atau ketidaktentuan,
mereka amat memerlukan teladan tentang norma-norma yang mapan untuk
diidentifikasi. Perwujudan norma-norma yang mantap itu tentunya menuntut
orangtua sebagai pelopor norma. Dengan demikian, faktor keteladanan dari sosok
pribadi orangtua menjadi amat penting bagi variasi perkembangan sosial remaja
pada keluarga yang bersangkutan. Menurut Kasler (dalam Ali & Asroro 2009),
remaja sangat memerlukan keteladanan dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
Pentingnya faktor keteladanan dikuatkan oleh Fauzia Aswin dan Soetjipto (1991)
bahwa orangtua harus dapat menjadi panutan dan jangan menerapkan orientasi
(parent-oriented) orangtua serba benar, memiliki privilege, dan menekankan
otoritas. Berangkat dari sinilah maka diperlukan dukungan orang tua dalam hal
minat membaca agar dapat terarahkan dengan baik.
Keluarga yang memiliki banyak sumber bacaan dan anggota keluarganya
gemar belajar dan membaca akan memberikan dukungan yang positif terhadap
bacaan dan tidak senang membaca tidak akan mendorong anak-anaknya untuk
senang belajar (Sukmadinata,2003)
Taylor (1995) mengungkapkan bahwa dukungan yang dimiliki oleh
seorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi.
Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan
mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan.
Ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI. No 21 tahun 1994
mengenai penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga salah
satunya mempunyai fungsi sosialisasi dan pendidikan yang memberikan peran
kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian
dengan alam kehidupan dimasa yang akan datang.
Dalam hal ini dukungan orangtua menjadi sangat penting dalam proses
belajar membaca anak. Orangtua memandang kemampuan membaca sebagai
suatu hal yang sangat penting dan tentu saja memang penting, karena membaca
merupakan pintu kearah pembelajaran di semua bidang ilmu (Guthrie,2003).
Orang tua dapat menjadi contoh di rumah dengan membiasakan membaca
apa saja (koran, majalah, tabloid, buku, dsb) menyediakan bahan-bahan bacaan
yang menarik dan mendidik, mengajak anak berkunjung ke pameran buku
sesering mungkin dan memasukkan anak menjadi anggota perpustakaan.
Keluarga yang memiliki banyak sumber bacaan dan anggota keluarganya
gemar belajar dan membaca akan memberikan dukungan yang positif terhadap
sumber bacaan dan tidak senang membaca tidak akan mendorong anak-anaknya
untuk senang belajar (Sukmadinata,2003)
Taylor (1995) mengungkapkan bahwa dukungan yang dimiliki oleh
seorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi.
Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan
mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan.
Wiener (dalam Sutardi, 1997), mencatat pendapat yang dikemukakan oleh
Ravitch dalam Comission on Reading of the National Academy of Education
tahun 1985 yang mengutarakan bahwa orangtua seharusnya mendukung program
sekolah dengan membantu anaknya belajar di rumah. Belajar dengan orangtua ini
dapat membantu anaknya dalam meningkatkan minat membaca dan juga prestasi
belajar membaca disekolah. Orangtua dapat melakukannya dengan cara mengajak
anaknya berbicara, mendiskusikan pengalaman yang mereka alami sehari-hari,
agar anak memahami pentingnya kata-kata dalam mengutarakan maksud dan
membangun latar belakang pengetahuan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fitria (2006) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara kombinasi jenis kelamin dan sikap ibu terhadap
perilaku membaca anak dengan minat membaca anak. Namun, faktor jenis
kelamin sendiri tidak memiliki hubungan dengan minat membaca. Hampir tiap
tahun orang tua diingatkan untuk menanamkan dan menumbuhkan minat
membaca anak melalui media massa, namun keluhan bahwa minat membaca anak
tetap rendah masih selalu terdengar. Nampaknya belum ditemukan cara yang
membaca. Belum banyak diteliti mengenai faktor-faktor yang menentukan
bagaimana cara melibatkan orang tua untuk meningkatkan minat membaca
anak.Pemahaman terhadap faktor-faktor tersebut dapat digunakan untuk
mengembangkan intervensi yang efektif untuk meningkatkan keterlibatan orang
tua dalam menumbuhkan minat membaca anak di keluarga masing-masing.
Selain dari sisi dukungan orang tua, terdapat juga sisi lain yang
berpengaruh terhadap minat membaca seperti dikatakan Bandura dalam
(PIRLS,2006), sebuah studi yang melakukan komparasi hampir di 50 negara,
menyatakan bahwa siswa yang memiliki sikap positif terhadap membaca, rata-rata
memiliki prestasi membaca yang bagus pula. Artinya ada hubungan yang positif
antara sikap terhadap membaca dengan prestasi membaca.
Progres of International Reading Literacy Study atau PIRLS (2006)
melaporkan bahwa siswa yang memiliki sikap positif, kemungkinan besar
menjaga konsistensi mereka dalam berusaha serta memiliki keinginan untuk
terlibat dalam mengerjakan tugas, sehingga mempengaruhi prestasi membaca.
Ditambah lagi bahwa sikap terhadap membaca dan sikap terhadap konsep
membaca sehat merupakan tujuan dari kurikulum membaca di setiap negara.
Siswa yang senang membaca dan yang mempersepsikan diri mereka sebagai
pembaca yang baik, menambah frekuensi membaca mereka. Selanjutnya, akan
memperluas wawasan mereka serta memperbaiki pemahaman membaca mereka.
Umar (2009) menemukan bahwa sikap terhadap membaca tidak secara
langsung berpengaruh terhadap prestasi membaca. Adapun sikap terhadap
Self-efficacy, kemudian meningkatkan prestasi membaca. Artinya sikap terhadap
membaca merupakan moderator variabel dari prestasi membaca. Hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Wahid (2010), menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
yang signifikan sikap terhadap membaca terhadap pemahaman membaca.Sikap
tidak selalu berpengaruh terhadap minat namun demikian, minat melibatkan sikap
yang dimiliki individu (Harris & Sippay, 1975).
Berdasarkan permasalahan yang disebutkan maka peneliti tertarik untuk
meneliti dukungan orang tua dan sikap terhadap membaca kaitannya dengan
minat membaca pada siswa-siswi MTs Pembangunan UIN Jakarta.
1.2Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak mengalami pelebaran dan perluasan masalah, maka penulis
membatasi penelitian ini pada permasalahan-permasalahan berikut:
1. Dukungan orang tua terhadap minat membaca adalah keberadaan, kesediaan,
kepedulian, dari orang tua yang dapat diandalkan, menghargai dan
menyayangi kita, yang bertujuan untuk membantu kita dalam mengatasi atau
menghadapi suatu masalah pada situasi tertentu atau peristiwa yang
menekan, serta membuat kita menjadi lebih berarti. Dalam penelitian ini
dukungan orang tua yang dimaksud adalah reliable alliance, reassurance of
worth, attachment, guidance, social integration dan opportunity for
2. Sikap terhadap membaca adalah kecenderungan individu untuk
mengevaluasi kegiatan membaca secara positif ataupun negatif.(McKenna,
1994 dalam Baccuss,2004)
3. Minat membaca adalah kekuatan yang mendorong untuk memperhatikan,
merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka
mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. (Crow &
Crow, 2005)
4. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa/siswi MTs Pembangunan UIN
Jakarta kelas IX.
5. Jenis kelamin adalah perbedaan anatomi tubuh yang mengklasifikasikan
jenisnya menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan.
1.2.2Perumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua terhadap
membaca dengan minat membaca siswa-siswi MTs Pembangunan UIN
Jakarta ?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan Relliable Alliance
dari orang tua dengan minat membaca siswa-siswi MTs Pembangunan UIN
Jakarta ?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan Reassurance of
worthdariorang tua dengan minat membaca siswa-siswi MTs Pembangunan
4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan Attachment
dariorang tua dengan minat membaca siswa-siswi MTs Pembangunan UIN
Jakarta ?
5. Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan Guidance dariorang
tua dengan minat membaca siswa-siswi MTs Pembangunan UIN Jakarta ?
6. Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan Social Integration
dariorang tua dengan minat membaca siswa-siswi MTs Pembangunan UIN
Jakarta ?
7. Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan Opportunity
dariorang tua dengan minat membaca siswa-siswi MTs Pembangunan UIN
Jakarta ?
8. Apakah ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap membaca
dengan minat membaca siswa-siswi MTs Pembangunan UIN Jakarta ?
9. Apakah ada perbedaan yang signifikan minat membaca pada siswa laki-laki
dan perempuan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan
orangtua (reliable alliance, reassurance of worth, attachment, guidance, social
integration, opportunity for nurturance), sikap terhadap membaca, dan jenis
kelamin dengan minat membaca pada siswa-siswi MTs Pembangunan UIN
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat secara teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan
dalam bidang psikologi pendidikan, khususnya mengenai minat membaca anak
hubungannya dengan dukungan orangtua terhadap minat membaca dan sikap
terhadap membaca.
1.4.2Manfaat secara praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan untuk:
1. Para orangtua, penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagaimana
hendaknya orangtua berperan dalam proses belajar anak khususnya dalam
belajar membaca.
2. Para guru, penelitian ini dapat menambah wawasan tentang bagaimana
karakteristik anak-anak dalam hal minat membaca serta dapat menjadi
referensi untuk memberikan arahan terhadap orangtua siswa mengenai
bagaimana hendaknya mendukung kegiatan belajar membaca, sehingga
terjalin hubungan yang baik antara guru dan orangtua dalam menciptakan
kesuksesan belajar anak.
3. Anak, penelitian ini dapat memacu anak-anak dalam pengambilan sikap
guna meningkatkan minat membacanya.
Agar dalam penyusunan penelitian ini lebih terarah dan sistematis, maka penulis
membuat sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang pengertian
membaca, teori minat, teori membaca, teori minat membaca,
faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca, pengertian
dukungan orang tua, jenis-jenis dukungan, dukungan orang tua
pada remaja, pengertian sikap, komponen sikap, faktor- faktor
sikap, fungsi sikap, dan sikap terhadap membaca.
BAB III : METODELOGI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai ; pendekatan
dan jenis penelitian, variabel penelitian(identifikasi variabel
penelitian, definisi konseptual variabel, definisi operasioanl
variabel), populasi dan sampel (sampel, populasi),teknik
pengambilan sampel, pengumpulan data (metode pengumpulan
data, instrumen pengumpulan data), teknik uji instrumen
penelitian (uji validitas, uji reliabilitas, uji regresi)
BAB IV : HASIL PENELITIAN
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan, diskusi, dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan dipaparkan tentang pengertian membaca, teori minat,
teori membaca, teori minat membaca, faktor-faktor yang mempengaruhi minat
membaca, pengertian dukungan orang tua, jenis-jenis dukungan, dukungan orang
tua pada remaja, pengertian sikap, komponen sikap, faktor- faktor sikap, fungsi
sikap, dan sikap terhadap membaca.
2.1 Minat Membaca
2.1.1 Pengertian Minat
Meichati (1972) dalam Sandjaja mengartikan minat adalah perhatian yang kuat,
intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu
aktivitas.
Minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak
berperan juga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar
seorang murid. Aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi
dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak yang
mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang (Stiggins, 1994).
Dimensi aspek afektif mencakup tiga hal penting, yaitu (1) berhubungan
dengan perasaan mengenai objek yang berbeda; (2) Perasaan-perasaan tersebut
positif dan titik negatif; (3) Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda,
yang dimulai dari kuat ke sedang ke lemah (Stiggins,1994).
Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarahkan
kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi
kepuasan kepadanya (satisfiers). Definisi ini menjelaskan bahwa minat berfungsi
sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan
tertentu yang spesifik. Motivasi adalah sumber untuk mempertahankan minat
terhadap kegiatan dan menjadikan kegiatan sangat menyenangkan (excitement).
Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang
dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan
dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki hubungan dengan segi kognisi,
namun minat lebih dekat pada perilaku. Minat sebagai pendorong yang kuat
(Hurlock, 1992). Aspek kognitif didasarkan atas konsep atau pengetahuan yang
dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat.
Dari uraian tentang minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah
tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dari seseorang dalam melakukan suatu
kegiatan yang dipilih karena kegiatan tersebut menyenangkan dan memberi nilai
baginya.
Minat sebagai suatu kecenderungan untuk bertingkah laku yang
berorientasi kepada objek, kegiatan, atau pengalaman tertentu, dan kecenderungan
tersebut antara individu yang satu dengan individu yang lain tidak sama
intensitasnya (Crow &Crow, 2005). Menurut Muhibbin (2004), minat (interest)
terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian suatu hal dalam
bidang-bidang tertentu.
Minat mengarahkan pada satu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu, dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif- motif) yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar (manipulate and
exploring motive) dalam diri manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif
menggunakan dan menyelidiki dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat
terhadap sesuatu pada diri seseorang (Purwanto, 1992).
Menurut Crow & Crow (2005) minat merupakan kekuatan pendorong
yang menyebabkan individu memberi perhatian kepada seseorang, sesuatu atau
aktivitas tertentu. Menurut Sabri(2007)minat erat hubungannya dengan sikap dan
perasaan senang terhadap sesuatu, oleh karena itu minat diartikan sebagai sikap
senang kepada sesuatu atau kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan
mengingat sesuatu secara terus menerus.
Minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak
berperan juga dalam kehidupan seseorang. Aspek afektif adalah aspek yang
mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan
kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang (Stiggins, 2001).
Dimensi afektif mencakup tiga hal penting, yaitu
1. Berhubungan dengan perasaan mengenai objek yang berbeda.
2. Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke
3. Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda yang dimulai dari kuat
ke sedang ke lemah (Stiggins, 2001)
Aiken (1997) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap
kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-
nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya. Minat juga
merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-
kecenderungan lain.
Sama dengan perangkat mental lainnya minat dapat dilihat dari respon
yang dihasilkan (Aiken, 1997). Minat adalah suatu keadaan mental yang
menghasilkan respon terarahkan kepada suatu situasi atau objek tertentu yang
menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya (satisfiers). Definisi ini
menjelaskan bahwa minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan
seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. Motivasi adalah sumber
untuk mempertahankan minat terhadap kegiatan yang menjadikan kegiatan sangat
menyenangkan (excitement).
Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang
dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan
dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki hubungan dengan segi kognisi,
namun minat lebih dekat pada perilaku. Minat sebagai hasil tindakan yang
memberi kepuasan (satisfiers), hal ini mengandung arti minat tidak hanya
Dalam kamus psikologi, Chaplin (2001) menyebutkan bahwa interest atau
minat dapat diartikan sebagai:
1. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi pola pada
perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek
minatnya.
2. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu
berharga atau berarti bagi individu.
3. Suatu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku
menuju satu arah tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat diambil pengertian minat
adalah:
Perasaan sadar dan suka dari individu terhadap suatu objek atau aktivitas karena
adanya anggapan bahwa objek atau aktivitas tersebut memuaskan dan bermanfaat
bagi dirinya sehinga individu tersebut terus memperhatiakan dan melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan objek atau aktivitas tersebut.
Crow & Crow (2005) menjelaskan, minat berhubungan dan dipengaruhi
oleh dorongan dari dalam diri, motif sosial, dan reaksi emosional:
1. Dorongan dari dalam
Merupakan komponen yang mengandung unsur kognisi ( mengenal), dimana
minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang
dituju oleh minat tersebut yang kemudian mendorong rasa ingin tahu
seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih menantang atas
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu yang didasari rasa keingintahuan. Minat merupakan
kekuatan pendorong yang menyebabkan individu memberi perhatian kepada
seseorang, sesuatu atau aktifitas.
2. Motif sosial
Merupakan komponen yang mengandung unsur konasi (kehendak,
kecenderungan untuk melakukan sesuatu) yang diwujudkan dalam bentuk
kemauan atau hasrat untuk melakukan suatu aktifitas dalam memenuhi
dorongan kebutuhannya, yaitu kebutuhan untuk diakui atau mendapatkan
penghargaan dari lingkungannya.
3. Reaksi emosional
Merupakan komponen yang berkaitan dengan unsur emosi (perasaan) karena
dalam partisipasi atau pengalaman minat itu disertai dengan perasaan puas
(biasanya perasaan senang). Minat berfungsi sebagai daya penggerak yang
mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. Motivasi
adalah sumber untuk mempertahankan minat terhadap kegiatan yang sangat
menyenangkan.
2.1.2 Pengertian Membaca
Membaca merupakan proses kompleks yang memiliki banyak definisi. Harris
(1975) menyebutkan bahwa membaca merupakan persepsi visual dari bentuk kata
dan artinya menuju sebuah proses elaborasi arti atau pemikiran yang berkaitan
Sedangkan dalam kamus Longman (2001) membaca didefinisikan sebagai
sebuah kegiatan melihat atau memahami sesuatu yang tercetak atau tertulis.
Membaca menurut Tarigan (1986) merupakan suatu proses yang dilakukan oleh
seorang untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata- kata atau bahasa tertulis. Esensi dari membaca adalah transaksi antara
kata dari penulis dan pikiran pembaca, ketika sebuah makna dibangun. Artinya,
tujuan dari pembelajaran membaca adalah pemahaman membaca.
Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi
beberapa huruf dan kata. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang
mampu membuat intisari dari bacaan.
Oleh karena itu, membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang
melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang
bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan.
2.1.3 Bahan Bacaan
Dalam aktivitas membaca terdapat bahan bacaan yang menjadi objek bacaan.
Bahan bacaan yang dibaca pada aktivitas membaca untuk kesenangan adalah
bacaan-bacaan yang menghibur dan biasa dibaca pada waktu luang. Hurlock
(1978) menyebutkan bahwa terdapat tiga media bacaan yang populer di kalangan
anak-anak, yaitu buku, majalah, dan koran. Kesukaan anak untuk membaca koran
dan majalah dapat dikaitkan dengan pernyataan Bond dan wagner (1960) bahwa
anak-anak menyukai bahan-bahan bacaan yang faktual.
Menurut Sanderson (2001), waktu untuk membaca surat kabar (majalah dan
sekali orang di dunia. Salah satu alasannya adalah di dalam surat kabar terdapat
berbagai materi yang beragam. Beragamnya materi yang terkandung dalam satu
eksemplar surat kabar, memungkinkan adanya hal yang bernilai atau menarik
perhatian seorang pembaca.Pada penelitian ini tidak dibatasi jenis bacaan yang
diminati siswa.
2.1.4 Pengertian Minat Membaca
Secara operasional Lilawati (1988) dalam Sandjaja, mengartikan minat membaca
anak adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan
senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca
dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan
membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah
buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak.
Sinambela (1993) dalam Sandjaja, mengartikan minat membaca adalah
sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas
membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Aspek minat membaca meliputi
kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.
Berdasar pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat
membaca adalah kekuatan yang mendorong untuk memperhatikan, merasa tertarik
dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan
aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Aspek minat membaca meliputi
2.1.5 Faktor- faktor yang mempengaruhi minat membaca
Ada dua kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat membaca, yaitu faktor
personal dan faktor institusional (Purves dan Beach, dalam Harris dan Sipay,
1975). Faktor personal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang, yaitu
meliputi usia, jenis kelamin, inteligensi, kemampuan membaca, sikap dan
kebutuhan psikologis. Sedangkan faktor institusional adalah faktor-faktor di luar
diri seseorang, yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan
jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar belakang etnis, kemudian
pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya .
1. Faktor Personal
Faktor personal merupakan faktor – faktor dalam diri yang dapat mempengaruhi
minat membaca bervariasi antar individu.
a. Usia
Minat baca tidak tetap, melainkan berubah seiring dengan bertambahnya
usia (Harris, 1975).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi minat baca seseorang (Harris & sippay,
1975).
c. Inteligensi
Harris & Sippay (1975) menyatakan bahwa sebenarnya belum ada
hubungan yang jelas antara inteligensidengan minat membaca.
Meskipun demikian, minat membaca berpengaruh dalam pemahaman
d. Kemampuan membaca
e. Sikap Terhadap Membaca
Sikap tidak selalu berpengaruh terhadap minat, namun demkian minat
melibatkan sikap yang dimiliki individu (Harris & Sippay, 1975).
Apabila membaca memenuhi suatu kebutuhan, biasanya sikap positif
terhadap membaca akan berkembang. Meskipun demikian, sikap positif
terhadap membaca tidak berarti membuat seseorang menjadi aktif
membaca.
f. Kebutuhan Psikologis
Minat membaca seseorang akan meningkat ketika kegiatan membaca
dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya. Menurut Dechand (1969),
ketika kegiatan membaca diasosiasikan dengan pemenuhan kebutuhan
seseorang, maka kegiatan membaca menjadi sesuatu yang bermakna.
Pengulangan aktivitas ini akan mendorong perkembangan minat
membaca yang akan bertahan lama. Pada tahap ini, membaca menjadi
motif kebiasaan dan dapat mendorong seseorang untuk melakukan
aktivitas lain yang berhubungan dengan membaca.
2. Faktor Institusional
Faktor institusional merupakan faktor- faktor yang dapat mempengaruhi minat
membaca seseorang. Faktor- faktor institusional minat membaca antara lain:
a. Ketersediaan buku
Menurut Harris & Sippay (1975), akses dan ketersediaan buku memiliki
bacaan di rumah seorang memiliki hubungan yang nyata dengan kebiasaan
seseorang dalam membaca. Seseorang akan membaca apapun yang tersedia.
b. Status ekonomi dan latar belakang etnis
Sebagian besar penelitian menunjukan bahwa status ekonomi seseorang
tidak terpengaruh secara signifikan terhadap minat membaca (Harris &
Sippay, 1975). Meskipun demikian, Hurlock (2005) menyatakan bahwa
anak-anak berasal dari kelompok keluarga sosial ekonomi yang lebih baik
menghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca. Hal ini karena
anak-anak ini memiliki lebih banyak bahan bacaan yang tersedia di rumah
mereka dan mereka juga menerima lebih banyak dorongan untuk membaca
untuk kesenangan.
Disisi lain, penelitian tentang pengaruh latar belakang etnis terhadap
minat membaca masih menunjukkan keberagaman penemuan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
minat membaca seseorang yang berasal dari etnis yang berbeda pada semua
tingkat usia (Harris & Sippay, 1975).
c. Pengaruh teman sebaya, orang tua, dan guru
Lingkungan anak meliputi orang tua, teman sebaya, dan guru mempengaruhi
minat membaca melalui rekomendasi yang diberikan. Pengaruh lain
diberikan pada saat pemberian tugas-tugas membaca untuk anak. Selain itu,
orang tua dan guru juga secara tidak langsung menjadi contoh bagi anak
juga dapat memberikan pengaruh yang penting dalam pengembangan minat
membaca.
d. TV dan Film
Pengaruh media lain terhadap minat membaca sangat kompleks (Harris &
Sippay, 1975). TV sering kali diangap sebagai penyebab menurunnya
aktivitas membaca apabila anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu
untuk menonton program yang hanya menghibur, tidak mendidik (Sangkeo,
1999 dalam Sandjaja).Waktu luang anak diperebutkan oleh kegiatan
membaca dan bersaing dengan kegiatan rekreasional lainnya serta dengan
kegiatan belajar. Harris dan Sippay (1975) mengungkapkan bahwa
anak-anak yang tidak suka membaca akan menemukan hal lain untuk dilakukan
dalam waktu luangnya. Sebaliknya, anak yang memang suka membaca akan
menemukan waktu untuk membaca seberapa menarikpun saingan yang ada.
Apabila anak menemukan bahwa membaca adalah hal yang mudah,
menarik, dan dapat diakses, tidak perlu lagi menyalahkan media lain yang
dianggap mengalihkan perhatian anak untuk membaca.
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi minat baca anak yang telah
disebutkan diatas, penelitian ini akan fokus pada dua faktor untuk dilihat
lebih jauh hubungannya terhadap minat membaca anak. Faktor-faktor yang
akan diteliti meliputi: pengaruh orangtua (dukungan orangtua), sikap
terhadap membaca, dan jenis kelamin.
Munandar (1986) menemukan ada perbedaan minat anak terhadap isi
anak menyukai buku cerita yang berisi mengenai binatang dan orang–orang di
sekitar anak. Pada masa ini anak bersikap egosentrik sehingga mereka menyukai
isi cerita yang berpusat pada kehidupan di seputar dirinya. Mereka juga menyukai
cerita khayal dan dongeng. Pada usia 8–12 tahun anak menyukai isi cerita yang
lebih realistik.
Munandar juga menemukan ada perbedaan umum antara minat membaca
anak laki-laki dan perempuan dalam sifat dan tema cerita, walaupun perbedaan ini
tidak bersifat pilah sama sekali; artinya anak-anak perempuan juga menikmati
bacaan anak-anak laki-laki dan sebaliknya. Pada umumnya anak-anak perempuan
menyukai buku cerita dengan tema kehidupan keluarga dan sekolah. Anak
laki-laki lebih menyukai buku cerita mengenai pertualangan, kisah perjalanan yang
seram dan penuh ketegangan, cerita kepahlawanan dan cerita humor.
2.2 Dukungan Orangtua Dalam Membaca
2.2.1 Pengertian Dukungan Orangtua
Keluarga sebagai tempat yang pertama kali dikenal oleh individu, keluarga
mempunyai peran yang cukup penting bagi individu dalam bersosialisasi di
masyarakat. Oleh karena itu, dukungan orangtua sangat penting bagi individu
dalam menjalani kehidupannya. Dukungan orangtua itu sendiri merupakan bagian
dari dukungan sosial. Seperti dikatakan Sarafino (1994) bahwa sumber dukungan
sosial meliputi: orang-orang disekitar individu (keluarga, teman dekat,atau rekan),
Adapun definisi dukungan sosial menurut Sarafino (1994) yaitu bentuk
penerimaan dari seseorang atau sekelompok rang terhadap individu yang
menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai
dan ditolong. Hal senada juga disampaikan oleh Taylor (2003), bahwa:
“Sosial support has been defined as information from others that one is loved and
cared for, asteemed and valued, and part of a network of communication and
mutual obligations from parens, a spouse or lover, other relatives, friends social
and comunity contacts (such as churches or clubs), or even a devoted pet”.
Dukungan sosial merupakan bentuk pemberian informasi serta merasa
dirinya dicintai dan diperhatikan, terhormat dan dihargai, serta merupakan bagian
dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal-balik dari orangtua, kekasih atau
kerabat, teman, jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan masyarakat.
Sedangkan Gottlieb (1983) mendefinisikan dukungan sosial, sebagai berikut:
“Social Support consist of the verbal and or non-verbal information or advice,
tangible aid, or action that is proffered by social intimates or inferred by their
presence and has benefical emotional or behavioral effect on the recipient.”
Dukungan sosial terdiri dari informasi verbal atau non verbal atau nasehat,
bantuan yang nyata atau terlihat, atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-
orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya dan hal-hal yang
dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan
yang menyenangkan pada dirinya.
Sarason (2001) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah
keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan,
menghargai dan menyayangi kita.
Brehm dan Kassin (1993) mengemukakan empat definisi dukungan sosial,
yaitu:
1. Berdasarkan kontak sosial
Dukungan sosial dilihat dari banyaknya kontak sosial yang dilakukan oleh
individu. Pengukuran kontak sosial dalam konteks ini dilihat dari status
perkawinan, hubungan saudara atau teman, keanggotaan dalam organisasi
informal.
2. Berdasarkan jumlah pemberian dukungan
Dukungan sosial diartikan sebagai jumlah individu yang memberikan bantuan
kepada seseorang yang membutuhkan. Semakin banyak individu memberikan
bantuan, semakin sehat kehidupan individu tersebut.
3. Berdasrkan kedekatan hubungan
Dukungan sosial disini didasarkan pada kualitas hubungan yang terjalin antara
pemberi dan penerima dukungan, bukan kuantitas pertemuan.
4. Berdasarkan tersedianya pemberi dukungan
Individu yang yakin bahwa akan ada orang yang akan membantunya bila ia
individu yang tidak merasa yakin bilamana ada orang bersedia membantunya.
Hal ini senada dengan Sarason (2001) yang menyatakan dukungan sosial
merupakan tersedianya sumber yang dapat dipanggil seketika bila dibutuhkan
untuk memberi dukungan.
Weiss (dalam Cutrona, 1994) mengemukakan dukungan sosial sebagai
hubungan dari orang-orang yang dapat diandalkan, bimbingan serta kedekatan
emosional terhadap suatu individu membuat dirinya mendapatkan pengakuan.
Adapun komponen-komponen menurut Weiss dapat berdiri sendiri, namun satu
sama lain saling berhubungan, dan Weiss membaginya kedalam jenis-jenis
dukungan sosial yaitu reliable alliance, reassurance of worth, attachment,
guidance, socialintegration dan opportunity for nurturance.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat
diandalkan, menghargai dan menyayangi kita, yang bertujuan untuk membantu
kita dalam mengatasi atau menghadapi suatu masalah pada situasi tertentu atau
peristiwa yang menekan, serta membuat kita lebih berarti.
Dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan
sosial yang berasal dari keluarga khususnya orang tua, karena orang tua
merupakan orang terdekat yang berperan penting dalam proses membaca anak.
2.2.2 Jenis-jenis dukungan orang tua
Menurut Sarafino (1998) membagi dukungan sosial menjadi 5 bentuk, yaitu :
Dukungan emosional adalah suatu bentuk dukungan yang diekpresikan
melalui empati, perhatian, kasih sayang dan kepedulian terhadap individu
lain. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan rasa nyaman, perasaan
dilibatkan dan dicintai pada individu yang bersangkutan. Dukungan ini juga
meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia
mendengarkan keluh kesah orang lain.
2. Dukungan penghargaan (esteem support)
Dukungan penghargaan adalah suatu bentuk dukungan yang terjadi melalui
ekspresi seseorang dengan menunjukkan suatu penghargaan positif terhadap
individu, dukungan atau persetujuan tentang ide-ide atau perasaan dari
individu tersebut dan perbandingan positif dari individu dengan oranglain
yang keadaannya lebih baik atau lebih buruk. Bentuk dukungan ini bertujuan
untuk membangkitkan perasaan berharga atas diri sendiri, kompeten dan
bermakna.
3. Dukungan instrumental (instrumental support)
Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan langsung yang diwujudkan
dalam bentuk bantuan material atau jasa yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah secara praktis. Contoh dukungan ini seperti
pinjaman atau sumbangan uang dari orang lain, penyediaan layanan
penitipan anak, penjagaan dan pengawasan rumah yang merupakan bantuan
4. Dukungan informasi ( information support)
Dukungan informasi adalah suatu dukungan yang diungkapkan dalam
bentuk pemberian nasehat atau saran, penghargaan, bimbingan atau
pemberian umpan balik, mengenai apa yang dilakukan individu, guna untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
5. Dukungan jaringan sosial (network support)
Dukungan yang berasal dari jaringan ini merupakan bentuk dukungan
dengan memberikan rasa kebersamaan dalam kelompok serta berbagi dalam
hal minat dan aktifitas sosial.
Weiss dalam (Cutrona, 1994), membagi dukungan sosial kedalam 6 bagian
yang berasal dari hubungan dengan individu lain yaitu :
1. Reliable aliance (hubungan yang dapat diandalkan)
Pengetahuan yang dimiliki individu bahwa individu dapat mengandalkan
bantuan yang nyata yang dibutuhkan, individu yang menerima bantuan ini
akan merasa tenang karena individu menyadari ada orang yang dapat
diandalkan untuk menolong bila individu menghadapi kesulitan
2. Guidance (bimbingan)
Dukungan sosial berupa nasehat dan informasi dari sumber yang dapat
dipercaya.
3. Reassurance of Worth (adanya pengakuan)
Dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap
merasa dihargai dan diterima, misalnya memberikan pujian kepada individu
karena telah melakukan sesuatu yang baik.
4. Attachment ( kedekatan emosional)
Dukungan ini berupa pengekpresian dari kasih sayang dan cinta yang
diterima individu, yang dapat memberikan rasa aman kepada individu yang
menerimanya,
5. Soscial integration (integrasi sosial)
Dikaitkan dengan dukungan yang dapt menimbulkan perasaan memiliki
pada individu karena menjadi anggota didalam kelompok dalam hal ini
dapat membagi minat, serta aktifitas sosialnya sehingga individu merasa
dirinya dapat diterima oleh kelompok tersebut.
6. Opportunity to nurturance ( kesempatan untuk mengasuh)
Dukungan ini berupa perasaan bahwa individu dibutuhkan oleh orang lain,
jadi dalam hal ini subjek merupakan sumber dukungan bagi orang yang
mendukungnya.
2.2.3 Dukungan Orang Tua pada Remaja
Dukungan sosial yang didapatkan individu dari orangtuanya dapat diandalkan
individu didalam kehidupan sehari-harinya, dimana individu dapat
mempersepsikan bentuk dukungan orangtua yang ia terima, yaitu dalam hal
kepedulian yang dialami, menyayangi, menghargai, memberikan berbagai
informasi, dan menumbuhkan kepercayaan diri pada individu tersebut.
Hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, khususnya orangtua,
agar sampai pada tingkat orang dewasa, menjadi masalah yang paling serius
sepanjang kehidupan dan membuatnya sangat sulit beradaptasi. Keinginan untuk
bebas pada diri remaja ini tidak dibarengi oleh kemampuannya untuk
beradaptasi yang baik, sehingga orangtua seringkali mengintervensi dunianya,
padahal yang dibutuhkan oleh remaja adalah suasana rumah yang baik (dalam
Al-Mighwar, 2006).
Para ahli kesehatan mental berpendapat bahwa rumah yang baik adalah
rumah yang memperkenalkan segala kebutuhan remaja berikut tantangannya
agar bisa bebas, lalu membantu dan memotivasinya secara maksimal, dan
memberikan kesempatan serta nasehat yang mengarah pada kebebasan. Lebih
dari itu, remaja juga harus dimotivasi agar berani bertanggung jawab,
mengambil keputusan, dan merencanakan masa depannya. Semua itu harus
dilakukan keluarga melalui berbagai upaya positif dan konstruktif, secara
sengaja dan terencana, sehingga remaja berusaha sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin untuk memperkuat kematangan dirinya. Menghormati
kecenderunganya untuk bebas merdeka tanpa mengabaikan perhatian padanya
dianggap sebagai strategi paling bagus dan tepat, karena selain bisa
menimbulkan saling percaya antara orangtua dan anak, juga membukakan jalan
kearah adaptasi yang baik agar mampu mengurangi kecenderungan kenakalan
pada remaja (dalam Al-Migwar, 2006).
Hubungan yang dekat dengan orangtua juga penting dalam perkembangan
dibawa terus dari waktu ke waktu untuk mempengaruhi pembentukan hubungan
baru (Santrock, 2003).
Burns (1984) mengungkapkan tujuh hal yang dapat dilakukan orang tua
dalam rangka membantu kegiatan belajar membaca anak dirumah:
1. Menjaga hubungan dengan anak dalam program belajar membaca dengan
rajin menanyakan perkembangan belajar membacanya
2. Menjadi pendengar dan penanya yang baik
3. Mendukung anak untuk menyelesaikan tugas membaca buku
4. Membantu menyediakan ruangan, waktu dan peralatan yang dibutuhkan
untuk belajar
5. Mendukung anak untuk berpartisipasi dalam pameran buku atau kegiatan
membaca lainnya
6. Membantu anak saat dia menemui kesulitan dalam membaca
7. Memberikan penilaian yang baik terhadap pekerjaan rumah dan
mengekspresikan antusiasme ketika anak bertanya.
Dapat disimpulkan bahwa dukungan orangtua dalam membaca adalah
segala bentuk bantuan atau sokongan dari orangtua yang dapat diandalkan,
menghargai dan menyayangi kita, yang bertujuan untuk membantu kita dalam
minat membaca sehingga membuat kita menjadi lebih berarti, berupa Reliable
alliance, Reassurance of worth, Attachment, Guidance,Social integratin, dan
2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian sikap
“Attitude toward reading. How an individual person feels about reading,
engaging in reading activities, and receiving materials for reading “
McKenna (dalam Baccuss, 2004)
Sikap terhadap membaca adalah bagaimana seseorang merasa tentang
membaca, terlibat dalam kegiatan membaca, dan menerima materi-materi dari
membaca McKenna (dalam Baccuss, 2004)
Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Sikap
mempengaruhi perilaku individu. Seorang individu yang mempunyai sikap yang
positif terhadap suatu objek akan mendorongnya kepada perilaku yang positif dan
mengarah untuk mendukung sikapnya itu. Demikian pula sebaliknya, seorang
yang mempunyai sikap negatif terhadap suatu objek akan menunjukkan perilaku
negatif terhadap objek itu. Sikap dapat bersumber dari orangtua, guru, dan
anggota kelompok. Pada waktu usia muda, individu memodelkan sikapnya
menurut orang yang dikagumi dan dihormati (significant others). Sikap penting
karena sikap itu mempengaruhi perilaku kerja seseorang.
Dari uraian diatas maka yang dimaksud dengan sikap terhadap membaca
berarti suatu keyakinan, pikiran, perasaan, keinginan, dan tanggung jawab seorang
terhadap membaca, diperlihatkan dalam rasa senang dan mencintai, selalu
2.3.2 Komponen Sikap
Ada tiga komponen dari suatu sikap yaitu: komponen kognitif, komponen afektif
dan komponen perilaku. Komponen perilaku dari suatu sikap rujukan ke suatu
maksud untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu terhadap seseorang atau
sesuatu. Namun istilah sikap (attitude) pada hakekatnya merujuk ke bagian afektif
dari tiga komponen itu (Robbins, 1996).
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja melainkan terbentuk melalui suatu
proses tertentu. Melalui interaksi yang dilakukan individu dengan individu lainnya
atau individu dengan lingkungannya, dalam hubungan ini faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya sikap dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
Faktor intern, yaitu faktor–faktor yang terdapat dalam diri individu
diantaranya:
1. Pengalaman pribadi
Apa yang sedang dan telah kita alami akan membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulasi sosial. Apakah penghayatan itu
kemudian akan membentuk sikap membentuk sikap positif atau negatif
tergantung pada berbagai faktor lain.
2. Faktor emosi
Terkadang suatu bentuk sikap merupakan penataan yang tidak didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustrasi atau pengalihan bentuk
atau pengalaman pribadi seseorang. Suatu contoh bentuk sikap yang didasari
oleh faktor emosional adalah simpati. Simpati adalah penilaian terhadap
suatu hal berdasarkan perasaan atau ketertarikan kepada orang lain oleh
karena simpati merupakan perasaan maka simpati timbul tidak atas dasar
logis rasional melainkan atas dasar emosi dan atas itulah ia membentuk
sikapnya.
Faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu
tersebut, diantaranya:
1. Orang lain yang dianggap penting
2. Seseorang yang kita anggap penting yang kita harapkan persetujuannya
disetiap gerak langkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita
kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others).
Akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu
diantaranya: orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman
sebaya, teman dekat, teman kerja, istri, suami dan lain-lain.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Seorang ahli Psikologi Burrhuss Frederic
Skiner sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan)
dalam membentuk kepribadian seseorang. Menurutnya, kepribadian tidak
lain adalah pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah
4. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa baik media massa
cetak maupun elektronik. Mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi
sebagai tugas pokoknya media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa
oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat memberi dasar afektif dalam
menilai sesuatu sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Pengaruh media
massa tidaklah sebesar pengaruh individual dalam proses pembentukan dan
perubahan sikap peranan media massa cukup besar.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu, karena konsep moral dan
ajaran agama sangat menentukan sistem maka tidaklah mengherankan kalau
konsep tersebut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu
hal (Azwar, 2003).
Mar’at (2006)menjelaskan ada tiga faktor yang sudah pasti berpengaruh
pada terbentuknya sikap, yaitu kebutuhan seseorang, informasi tentang objek atau
subjek yang dimiliki dan kelompok di mana ia bergabung. Ketiga faktor ini
atas dasar kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki dan informasi yang diterima
mengenai hal-hal tertentu. Satu per tiganya merupakan faktor terkait yang
berperan dalam pembentukan sikap adalah kelompok tempat orang tersebut
berada di dalamnya.
2.3.4 Sikap terhadapa Membaca
Sikap dalam Drever (1952) adalah kecenderungan pendapat, ketertarikan atau
tujuan yang melibatkan pengalaman- pengalaman tertentu serta kesiapan dengan
respon yang tepat.
Progres of International Reading Literacy Study atau PIRLS (2006)
melaporkan bahwa siswa yang memiliki sikap positif, kemungkinan besar
menjaga konsistensi mereka dalam berusaha serta memiliki keinginan untuk
terlibat dalam mengerjakan tugas, sehingga mempengaruhi prestasi membaca.
Dalam PIRLS, selanjutnya disebutkan, seperti pada kasus tahun 2001,
siswa kelas lima pada tahun 2006 memiliki sikap positif terhadap membaca. Pada
nilai rata-rata dengan indeks 90 p