• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Index Card Match dalam pembelajaran PAI terhadap prestasi belajar siswa SMP Dharma Karya UT Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Index Card Match dalam pembelajaran PAI terhadap prestasi belajar siswa SMP Dharma Karya UT Tangerang Selatan"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Rena Husna Kodariyah

NIM : 1111011000088

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode Index Card Match terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Dharma Karya UT Tangerang Selatan. Metode yang digunakan adalah metode Quasi Eksperimen. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas VIII-2 dan kelas VIII-3 SMP Dharma Karya UT. Kelas VIII-2 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan metode Index Card Match dan siswa VIII-3 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan metode Konvensional. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar. Soal tes hasil belajar yang digunakan sebanyak 30 soal berbentuk pilihan ganda dan setelah melalui proses uji validitas, terdapat 20 soal yang valid dengan reliabilitas 0,85 dan termasuk kategori tinggi atau dengan kata lain instrumen ini layak digunakan dalam penelitian. Teknik analisis data menggunakan metode statistik Uji-t (uji beda), untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan konsultasi pada tabel distribusi “t” pada taraf signifikansi 0,05%.

Temuan hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh penggunaan metode

Index Card Match terhadap prestasi belajar PAI siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai thitung > ttabel

yaitu 2,396 >1,685 dengan taraf signifikasi 0,05 %. Selain itu di lihat dari hasil perhitungan posttest kelas eksperimen yang menggunakan metode Index Card Match (nilai rata-rata 89) menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode Konvensional (nilai rata-rata 84,8). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Index Card Match berpengaruh terhadap prestasi belajar PAI siswa.

(7)

ii

The purpose of this research is to determine the effect of index card match method to student achievemen on subject of islamic education in Dharma Karya UT Tangerang Selatan Junior High School. The method that has been used is the quasi-experimental method. The object of this research are students from VIII-2 and VIII-3 class in Junior high school Dharma Karya UT. VIII-2 class as the experimental class by using the Index Card Match and student from VIII-3 class as a control class by using conventional methods. The instrument that used are tests of learning outcomes. The item used are 30 multiple choice questions, and after going through the process of validity, there are 20 valid questions with reliability 0,85 and includes as high category or in other words, these instruments are fit in this research. Technique of data analysis using statistical methods "t" test (different test), for testing the hypothesis of this research consultation on distribution tables "t" at the significance level of 0.05%.

The result of this research is there is an effect by using index card match method. This is shown from the results of hypothesis testing using t-test obtained by value t count> t table is 2.396> 1.685 with significance level is 0.05%. Additionally seen from the calculation posttest experimental class that used Index Card Match (average value 89) showed higher a values than the control class that used the conventional method (average value 84.8). From this research, it can be concluded that Index Card Match method take effect toward students achievment of PAI.

(8)

iii

rahmat kepada kita semua dan selalu memberikan petunjuk kepada orang yang bersungguh-sungguh, berkat keridhoan dan keberkahan-Nya yang mengalir dalam setiap langkah penulis, sehingga penulis dapat melewati proses perjuangan yang penuh halangan dan hambatan, dan pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabatnya dan mudah-mudahan melimpah pula kepada kita para pengikutnya yang istiqamah

mengikuti sunah-sunahnya, Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Sebagai manusia, kita harus yakin dengan kekuatan dan janji Allah. Begitu juga dengan penulis yang yakin terhadap kekuasaan, Maha Pemberi Petunjuk dan Maha Penyayang-Nya. Seperti janji Allah dalam Alquran “Inna Ma’al ‘Usri Yusro” artinya sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Ayat itulah yang menjadi motivasi penulis dalam menyusun skripsi ini, meskipun kerap kali kesulitan menghampiri, penulis yakin terdapat kemudahan-kemudahan dibalik setiap kesulitan itu.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan kemudahan dan dengan sabar membantu serta membimbing penulis agar terwujudnya skripsi ini. Dengan penuh rasa hormat dan ketulusan, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

(9)

4. Bapak Dr. H. Mundzier Suparta, MA. Sebagai dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan kepada penulis agar menghasilkan skripsi yang baik dan benar.

5. Bapak Drs. Siswanto. Kepala sekolah SMP Dharma Karya UT yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Dharma Karya UT.

6. Bapak Rusyana, S.Ag. Guru PAI di SMP Dharma Karya UT yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan pengarahan kepada penulis dari proses perancanaan sampai pelaksanaan pembelajaran.

7. Seluruh Dewan Guru, Staf dan siswa-siswi SMP Dharma Karya UT Tangerang Selatan, yang telah banyak membantu penulis selama proses penelitian berlangsung.

8. Teristimewa untuk Ayahanda Nanang Ali Nawawi, S.Ag dan Ibunda Sirojatul Ulumiyah, yang tak pernah henti melantunkan do’anya yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dan memberikan kasih sayang, semangat serta motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dengan baik. Semoga Allah senantiasa memberikan kasih sayang-Nya kepada mereka, Aamiin.

9. Adik-adikku tersayang, Dini Islamiyati dan Amal Ali Mursyid, yang memberikan motivasi tersendiri bagi penulis dan turut mendo’akan penulis dalam menyelesaikan studi ini, do’a kakak untuk kalian semoga kelak kalian menjadi generasi muda yang hebat, cerdas, dan sholih-sholihah, Aamiin. 10. Kakanda tercinta, Muhammad Latifi Al-Hafizh, S.Ud. Yang senantiasa

memberikan do’a, dukungan, semangat dan kasih sayang serta selalu sabar dalam memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Keluarga tercinta, yang turut mendo’akan serta menyemangati penulis agar bisa lulus tepat waktu.

(10)

Lisdiyanti, Lili Siwidiyaningsih, Utami Dhea Rindyani dan Risma Ramjani), tak akan terlupakan momen indah saat bersama kalian, semoga persahabatan dan persaudaraan kita akan terus terjalin.

13. Teman-teman seperjuangan di PAI C angkatan 2011 yang senantiasa membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini (Muta’aliyah, Uus, Zizah, Kak Ami, Ana, Afifah, Anggun, Nining, Lina, Azkaa, Syifa, Neha, Ayu, Abda’u, Bang Jaka, Irfan, Syahrul, Bang Ali, Wiguna, Widadi, Aziz, Syauqi, Rohmat, Firmansyah, Firman, Haikal, Akmal, Arvin, Elci, Taufik Akbar, Topik Muarif, Jafar), saat bersama kalian merupakan saat-saat yang tak akan terlupakan dalam hidup ini, semangat dan canda tawa kalian telah mewarnai hari-hari penulis selama studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah tercinta. Semoga kehangatan persaudaraan kita tidak berhenti sampai di sini, Aamiin.

14. Serta rekan-rekanku di Lembaga Tahfizh dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membagi ilmu dan mengajarkan penulis dalam berorganisasi, semoga LTTQ kedepannya semakin maju dan berkembang.

15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan, bimbingan, semangat, do’a dan dukungan yang diberikan pada penulis dibalas oleh Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 03 Juli 2015

(11)

vi LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar ... 9

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 9

2. Teori-Teori Belajar ... 10

3. Tipe-Tipe Prestasi Belajar ... 12

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 15

B. Metode Pembelajaran ... 17

1. Definisi Metode Pembelajaran ... 17

(12)

Metode Pembelajaran ... 23

4. Metode Index Card Match ... 25

C. Pendidikan Agama Islam ... 30

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 30

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 33

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 34

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 35

D. Penelitian yang Relevan ... 35

E. Kerangka Berpikir ... 37

F. Pengajuan Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Jenis Penelitian dan Pendekatan Metode ... 39

C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 40

D. Variabel Penelitian ... 41

E. Populasi dan Sampel ... 42

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 42

G. Prosedur Penelitian ... 43

H. Teknik Pengumpulan Data ... 44

I. Instrumen Penelitian ... 45

J. Uji Coba Instrumen ... 46

1. Uji Validitas ... 47

2. Uji Reliabilitas ... 47

3. Uji Taraf Kesukaran ... 47

4. Daya Pembeda ... 48

K. Teknik Analisis Data ... 49

1. Uji Prasyarat Analisis Data ... 49

a. Uji Normalitas ... 49

b. Uji Homogenitas ... 50

(13)

L. Hipotesis Statistik ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SMP Dharma Karya UT ... 53

1. Sejarah Singkat Sekolah/Madrasah ... 53

2. Identitas Sekolah ... 53

3. Visi dan Misi ... 54

4. Guru dan Tenaga Pendidikan ... 56

5. Siswa SMP Dharma Karya UT ... 57

6. Sarana dan Prasarana ... 57

7. Ekstrakurikuler ... 58

B. Deskripsi Data ... 59

1. Hasil Uji Validitas Soal ... 59

2. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 59

3. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal ... 59

4. Hasil Uji Daya Pembeda Soal ... 60

C. Kegiatan Pembelajaran ... 60

1. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen (Metode Index Card Match) ... 60

2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol (Metode Konvensional) ... 61

D. Hasil Penelitian ... 62

1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 62

2. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 63

E. Analisis Data ... 64

a. Uji Normalitas ... 64

b. Uji Homogenitas ... 64

c. Pengujian Hipotesis ... 65

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(15)

x

Tabel 3.3 Tabel Kisi-Kisi Instrument ... 46

Tabel 3.4 Tabel Taraf Kesukaran ... 48

Tabel 3.5 Tabel Klasifikasi Daya Pembeda ... 49

Tabel 4.1 Tabel Nama dan Jabatan Guru ... 56

Tabel 4.2 Tabel Data Jumlah Siswa dan Rombel ... 57

Tabel 4.3 Tabel Sarana dan Prasarana ... 57

Tabel 4.4 Tabel Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 59

Tabel 4.5 Tabel Klasifikasi Tingkat Daya Pembeda ... 60

Tabel 4.6 Tabel Skor Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 62

Tabel 4.7 Tabel Skor Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 63

Tabel 4.8 Tabel Hasil Uji Normalitas Eksperimen dan Kontrol ... 64

Tabel 4.9 Tabel Hasil Uji Homogenitas Eksperimen dan Kontrol ... 65

Tabel 4.10 Tabel Hasil Uji-t Pretest Eksperimen dan Kontrol ... 65

(16)
(17)

xii Lampiran 3: Soal Pretest Kelas Eksperimen Lampiran 4: Soal Posttest Kelas Eksperimen Lampiran 5: Soal Pretest Kelas Kontrol Lampiran 6: Soal Posttest Kelas Kontrol Lampiran 7: RPP Kelas Eksperimen Lampiran 8: RPP Kelas Kontrol

Lampiran 9: Nilai Pretest Kelas Eksperimen Lampiran 10: Nilai Posttest Kelas Eksperimen Lampiran 11: Nilai Pretest Kelas Kontrol Lampiran 12: Nilai Posttest Kelas Kontrol

Lampiran 13: Penghitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 14: Uji Normalitas Pretest Eksperimen Lampiran 15: Uji Normalitas Posttest Eksperimen Lampiran 16: Uji Normalitas Pretest Kontrol Lampiran 17: Uji Normalitas Posttest Kontrol

Lampiran 18: Uji Homogenitas Pretest Eksperimen dan Kontrol Lampiran 19: Uji Homogenitas Posttest Eksperimen dan Kontrol Lampiran 20: Uji Hipotesis Pretest

(18)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam pada dasarnya mengandung tiga pengertian, yakni dipahami sebagai nilai fundamental, menjadi nilai ajaran (way of life), dan berkembang sesuai realita sejarah.1 Dalam pendidikan agama hendaknya diusahakan agar ajaran-ajaran agama tidak hanya diketahui, melainkan juga supaya benar-benar dipahami dan dihayati, sehingga menimbulkan keinginan besar untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Seperti yang diketahui bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan untuk perannya di masa yang akan datang. Pendidikan Islam sebagai suatu sistem pendidikan nasional bertugas menggali, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadits. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus menjangkau pendidikan iman dan amal, karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.2

Hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), BAB II Pasal 3 yaitu:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk mengembangkan

1

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam “Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 29-30.

2

(19)

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”3

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, seorang guru harus memiliki kompetensi guru profesional. Dalam UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 dikemukakan bahwa kompetensi guru itu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.4

Dengan kompetensi tersebut guru harus mampu mengelola pembelajaran dengan baik. Guru akan mampu mengelola pembelajaran dengan baik apabila menguasai materi pelajaran, mengelola kelas dengan baik, memahami berbagai strategi dan metode pembelajaran, menggunakan media dan sumber belajar yang ada.

Dalam mutiara hikmah dikatakan Ath-thoriqatu ahammu minal maddah, wal-mudarris ahammu min ath-thariqah wa ruhul mudarris ahammu min mudarris nafsuhu.5 Makna dari ungkapan tersebut ialah metode lebih penting dari materi, guru lebih penting dari metode itu sendiri, Namun roh seorang guru lebih bermakna dari jasadnya sendiri.

Kesimpulannya, sebagus apapun materi dan metode jika disampaikan oleh guru yang kurang bersemangat dalam mengajar dan tidak menguasai materi serta teknik penggunaan metode maka hasilnya tidak akan maksimal. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk memiliki kemampuan penggunaan metode dalam proses pembelajaran.

Berbicara masalah guru ia adalah sosok yang memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah, sebagai

3

Undang-Undang tentang SISDIKNAS dan peraturan pelaksanaannya 2000-2004, (Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004), h. 7

4

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, h. 6 5

(20)

seorang guru agama Islam harus mampu menyampaikan pengajaran kepada siswa dengan cara yang menarik, agar siswa senang menerima pelajaran tersebut. Apabila senang dan mempunyai hasil yang tinggi niscaya siswa akan mudah mempelajari pengetahuan agama Islam. Dalam terminologi, Islam disebut juga dengan fitrah. Konsep tentang fitrah manusia sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ar -Rum: 30 sebagai berikut:                                       

Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (Islam); sesuai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Rum: 30)6

Berdasarkan ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa fitrah manusia adalah potensi dasar manusia yang memiliki sifat kebaikan dan kesucian untuk menerima rangsangan (pengaruh) dari luar menuju kesempurnaan dan kebenaran.

Abuddin Nata dalam bukunya membagi fitrah ke dalam lima bagian, salah satunya adalah fitrah memiliki komponen yang meliputi bakat dan kecerdasan, yaitu suatu kemampuan bawaan yang potensial yang mengacu kepada perkembangan kemampuan akademis dan professional dalam berbagai bidang kehidupan.7 Dengan adanya fitrah tersebut maka siswa

6

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syamil Cipta Media, 2005)

7

(21)

akan lebih mudah untuk dibina dan dikembangkan bakat dan juga kecerdasannya dengan kegiatan pendidikan.

Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.8 Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan beberapa terobosan, baik dalam pengetahuan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan.

Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam saat ini masih banyak menggunakan pendekatan yang kurang relevan, yaitu metode atau strategi pembelajaran yang monoton. Karena masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang dipusatkan pada guru, sehingga hal tersebut membuat siswa jenuh dan pembelajaran menjadi kurang efektif.

Pendidikan agama Islam merupakan suatu disiplin ilmu yang menduduki posisi amat penting di jajaran ilmu Islam. Sehingga, ilmu ini tidak hanya sebatas pengetahuan belaka namun juga menuntut semua siswa untuk memahaminya sebagai bekal agar siswa dapat mengenal ajaran Islam secara baik dan benar. Namun proses pembelajaran ilmu ini belum memperlihatkan hasil yang merata, kebanyakan keberhasilan yang dicapai masih didominasi oleh siswa yang berprestasi saja, hal ini terlihat di sekolah yang peneliti jadikan obyek penelitian yaitu pada pelajaran PAI di kelas VIII SMP Dharma Karya UT.

Metode pembelajaran yang statis dan kaku, sikap mental pendidik yang dirasa kurang mendukung proses, materi pelajaran yang kurang relevan menyebabkan proses pembelajaran PAI di SMP Dharma Karya UT kurang menarik. Hal itu karena guru masih menggunakan metode konvensional sehingga menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton, siswa tidak bersemangat, sebagian siswa ramai

8

(22)

sendiri, ada juga yang mengantuk, tak jarang siswa asik bermain atau bersenda gurau dengan teman sebelahnya.

Untuk menggali, memotivasi dan mengawasi perkembangan tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka siswa harus diikutsertakan aktif dalam pembelajaran agar hal tersebut dapat terealisasi maka guru harus memilih metode yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode yang memungkinkan terjadi komunikasi langsung antara guru dengan siswa ataupun antara siswa dengan siswa yaitu metode Index Card Match.

Menurut Mel Silberman, index card match adalah suatu cara yang cukup menyenangkan lagi aktif, digunakan untuk mengulang materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian materi baru pun tetap dapat diajarkan dengan metode ini dengan catatan siswa diberi topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.9

Proses penerapan metode index card match cukup mudah, yaitu dengan langkah awal guru membuat potongan kartu sebanyak jumlah siswa, sebagian kartu berisi pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari dan sebagian kartu lagi berisi jawaban dari pertanyaan tersebut, kemudian semua kartu dikocok dan dibagikan kepada seluruh siswa, dan selanjutnya guru mengintruksikan agar masing-masing siswa mencari pasangan kartu tersebut.

Dalam pembelajaran ini, peran guru sebagai fasilitator, siswa harus lebih aktif, kreatif, dan mampu bekerjasama dengan teman-temannya. Salah satu alasan menggunakan metode ini adalah karena dalam pembelajaran banyak materi yang membutuhkan pemahaman bagi siswa agar para siswa dapat meninjau materi pelajaran yang telah dipelajari.

Atas dasar pemikiran di atas dapat dikatakan betapa pentingnya metode pembelajaran index card match, karena dapat digunakan oleh guru

9

(23)

dalam membantu siswa mereview materi yang telah dipelajari, dan terutama diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar PAI.

Untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana penggunaan metode

index card match di SMP Dharma Karya UT, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Index Card

Match dalam Pembelajaran PAI terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP

Dharma Karya UT Tangerang Selatan.”

B.

Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.

Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas penulis mengidentifikasi permasalahan pada beberapa hal, yaitu:

a. Masih terdapat pola pendekatan “teacher centered” dalam proses pembelajaran PAI di SMP Dharma Karya UT

b. Keterbatasan kemampuan guru PAI di SMP Dharma Karya UT terhadap metode pembelajaran

c. Kurangnya keaktifan siswa SMP Dharma Karya UT dalam kegiatan pembelajaran

2.

Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang diidentifikasi, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu mengenai:

a. Implementasi metode index card match dalam pembelajaran PAI di SMP Dharma Karya UT

b. Pengaruh yang signifikan antara metode index card match terhadap prestasi belajar PAI siswa Kelas VIII SMP Dharma Karya UT c. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada

(24)

3.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah yang akan dicarikan jawabannya adalah:

a. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pelajaran PAI antara kelas yang menggunakan metode Index Card Match

dengan kelas yang menggunakan metode Konvensional?

b. Apakah terdapat pengaruh metode Index Card Match terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?

C.

Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode index card match dalam pembelajaran PAI di SMP Dharma Karya UT.

2. Untuk mengetahui perbedaan metode index card match dengan metode

konvensional dalam pembelajaran PAI terhadap prestasi belajar siswa SMP Dharma Karya UT.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode index card match

dalam pembelajaran PAI di SMP Dharma Karya UT.

D.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat di antaranya:

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menemukan cara atau pengetahuan baru tentang prestasi belajar PAI melalui pengaruh metode index card match.

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, dapat menikmati pembelajaran dengan metode index card match sehingga mereka bisa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

b. Bagi guru, sebagai acuan guru dalam penerapan serta pengembangan metode lainnya untuk melakukan proses pembelajaran PAI agar lebih bervariatif.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dikembangkan sebagai kebijakan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran PAI bagi para guru PAI yang lain.

d. Bagi peneliti, memberikan pengetahuan tentang keefektifan metode

(26)

9

A.

Prestasi Belajar

1.

Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi adalah hasil dari proses belajar tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb)1, sedangkan Tohirin memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “ apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar”.2 Selanjutnya Winkel mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”.3

Sedangkan belajar menurut Gagne dalam bukunya Principles of Instructional Design yang dikutip oleh Eveline dan Hartini mendefinisikan belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan.4

Pengertian belajar secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. Ke-3, h. 895

2

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 151

3

Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina, Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar, (http://jurnal.upi.edu/file/8-Ghullam_Hamdu1.pdf), diakses pada 24 Februari 2015, pukul 13.00 WIB.

4

(27)

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.5

Chaplin dalam bukunya Dictionary of Psychology yang dikutip oleh Muhibbin Syah membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya pelatihan khusus.6

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar ialah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.7

Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

2.

Teori-Teori Belajar

Pada dasarnya teori belajar dapat dibagi menjadi tiga jenis: a. Belajar menurut Psikologi Daya

Jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, seperti daya mengingat, daya berpikir, daya mencipta, daya perasaan, daya keinginan, dan daya kemauan. Daya-daya akan dapat berfungsi apabila telah terbentuk atau berkembang. Oleh karena itu daya-daya tersebut harus dilatih. Untuk membentuk daya-daya ingat, maka para siswa perlu diberikan latihan menghafal fakta misalnya, tahun-tahun sejarah, menghafal kata-kata yang sulit, dan lain-lain.

5

Slameto, Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 2

6

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 88

7

(28)

Untuk mengembangkan daya berfikir, siswa perlu dilatih dengan soal-soal hitungan yang sulit. Yang penting ialah faktor pembentukannya bukan faktor bahan/materi yang digunakan untuk latihan itu. Karena itu psikologi daya bersifat formal.

b. Belajar menurut Psikologi Asosiasi

Aliran psikologi ini terkenal dengan sebutan S-R Bond Theory, yakni teori stimulus response. Setiap stimulus akan menimbulkan respon/jawaban tertentu, misalnya 5x4 = 20 artinya 5x4 adalah stimulus dan 20 adalah respon. Ikatan situmulus dan respon ini akan bertambah kuat apabila sering mendapat latihan-latihan, sehingga terjadi asosiasi itu membentuk kebiasaan-kebiasaan yang dapat berjalan secara otomatis. Dalam hubungan ini faktor latihan tidak terlalu dipentingkan, sedangkan faktor bahan atau materi mendapat tekanan yang utama. Karena itu aliran ini disebut materialistis.

c. Belajar menurut Psikologi Gestalt

Menurut aliran ini jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur. Suatu keseluruhan bukan penjumlahan dari unsur-unsur, melainkan unsur-unsur itu berada di dalam keseluruhan menurut struktur tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain. Beberapa pokok yang perlu mendapat perhatian, antara lain:

1) Kelakuan timbul berkat interaksi antara individu dengan lingkungan faktor yang telah dimiliki lebih menonjol.

2) Bahwa individu berada dalam keseimbangan yang dinamis 3) Mengutamakan segi pemahaman

4) Menekankan pada situasi yang ada sekarang dimana individu menemukan dirinya.

(29)

Implikasi terhadap belajar antara lain sebagai berikut: 1) Belajar dimulai dari keseluruhan

2) Keseluruhan memberi makna kepada bagian-bagian 3) Anak-anak belajar dengan menggunakan pemahaman 4) Hasil belajar meliputi semua aspek tingkah laku anak

5) Anak belajar merupakan suatu keseluruhan, bukan belajar dengan otaknya aja.8

Dalam hal ini, terdapat tiga teori psikologi belajar, pertama,

belajar menurut psikologi daya yang mana untuk mengembangkan daya tersebut maka diperlukan latihan-latihan. Kedua, belajar menurut psikologi asosiasi, yang dikenal dengan psikologi

stimulus-respon, pada teori ini materi/bahan lebih penting daripada proses atau latihan-latihan. Yang ketiga, belajar menurut psikologi Gestalt, menurut aliran ini jiwa manusia merupakan suatu keseluruhan yang berstruktur, misalnya hasil belajar meliputi semua aspek tingkah laku siswa, karena siswa belajar bukan dengan otaknya saja, melainkan dengan sikap dan keaktifannya juga.

3.

Tipe-Tipe Prestasi Belajar

Pencapaian prestasi belajar merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu ketiga aspek di atas juga harus menjadi indikator prestasi belajar.

a. Tipe Prestasi Belajar Kognitif

Tipe-tipe prestasi belajar kognitif mencakup tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pengetahuan hafalan merupakan terjemah dari kata “knowledge” meminjam istilah Bloom. Pengetahuan ini mencakup

8

(30)

aspek-aspek faktual dan ingatan (sesuatu yang harus diingat kembali), seperti masalah-masalah tauhid, Alquran, hadits, materi pelajaran ibadah dan lain-lain, lebih menuntut hafalan. Tuntutan akan hafalan, karena dari sudut respons siswa, pengetahuan itu perlu dihafal atau diingat agar dapat dikuasai dengan baik.

Tipe prestasi belajar pengetahuan merupakan tingkatan tipe prestasi belajar yang paling rendah. Namun demikian, tipe prestasi belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe-tipe prestasi belajar yang lebih tinggi.9

Tipe prestasi belajar “pemahaman” lebih tinggi satu tingkat dari tipe prestasi belajar “pengetahuan hafalan”. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Ada tiga macam pemahaman yaitu, pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya, pemahaman penafsiran yakni mampu membedakan dua konsep yang berbeda, dan pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, dan memperluas wawasan.

Tipe prestasi belajar penerapan merupakan kesanggupan menerapkan dan mengabstraksikan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru.10

Tipe prestasi belajar analisis merupakan kesanggupan memecahkan, menguraikan suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Analisis merupakan tipe belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan pemahaman dan aplikasi.

Sintesis merupakan lawan analisis, analisis tekanannya adalah pada kesanggupan menguraikan suatu integritas yang bermakna,

9

Tohirin, op. cit., h. 151 10

(31)

sedangkan pada sinstesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi satu integritas. Sintesis juga memerlukan pemahaman, hafalan, aplikasi dan analisis.

Tipe prestasi belajar evaluasi merupakan kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan kriteria yang digunakannya. Tipe prestasi belajar ini dikategorikan paling tinggi, mencakup semua tipe prestasi belajar yang telah dijelaskan sebelumnya.11

b. Tipe Prestasi Belajar Bidang Afektif

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, sikap seseorang bisa diramalkan perubahan-perubahannya, apabila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Tipe prestasi belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar dan lain-lain.

Tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe prestasi belajar mencakup: pertama, receiving atau attending, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa. Kedua, responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Ketiga, valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan penilaian dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Keempat, organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam suatu sistem organisasi. Kelima, karakteristik dan internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang memengaruhi pola kepribadian dan prilakunya.12

11

Ibid, h. 153 12

(32)

c. Tipe Prestasi Belajar Bidang Psikomotor

Tipe perestasi belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun tingkat keterampilan itu meliputi: (1) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering tidak disadari karena sudah menjadi kebiasaan), (2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, (3) kemampuan perspektual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain, (4) kemampuan di bidang fisik seperti kekuatan, keharmonisan dan ketepatan, (5) gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill , mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks, dan (6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.13

Dalam penelitian ini, metode index card match hanya dibatasi pada prestasi belajar bidang kognitif, karena hanya fokus pada aspek pengetahuan, pemahaman dan dalam penilaian keberhasilan metode tersebut diukur dengan tes penilaian hasil belajar.

4.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ini banyak macamnya,yang digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor Internal

Yaitu faktor yang ada dalam diri individu, faktor ini digolongkan menjadi dua, yaitu:

1) Faktor Fisiologis

Faktor ini ditinjau dari segi kesehatan jasmani yang dapat menunjang keberhasilan belajar, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan

13

(33)

cacat jasmani, dan sebagainya. Dengan memahami hal tersebut akan mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan atau stimuli dalam proses belajar.14

2) Faktor Psikologis

Setiap siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, dan tentunya hal ini akan berpengaruh pada proses hasil belajar masing-masing siswa. Beberapa faktor psikologis diantaranya meliputi inteligensi, perhatian, bakat dan minat, motif dan motivasi, kognitif dan budaya nalar.15

b. Faktor External: 1) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam, misalnya keadaan suhu, kelembaban, dan sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara kurang tentunya akan berbeda dengan belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dengan ruangan yang cukup mendukung.

Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal yang lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa. Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti: suara mesin, pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar dan lain-lainnya juga akan berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar siswa.16

14

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 24-25

15

Ibid, h. 26 16

(34)

2) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan prestasi belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana prasarana dan guru, yang jelas sangat besar pengaruhnya dalam proses dan prestasi belajar siswa.17

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kelemahan dari salah satu faktor, akan mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah didukung oleh faktor internal dan eksternal seperti tersebut di atas.

B.

Metode Pembelajaran

1.

Definisi Metode Pembelajaran

Pengertian metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.18

Metode dapat diartikan juga sebagai cara-cara atau langkah yang digunakan dalam menyampaikan suatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta

17

Ibid, h. 32-33. 18

(35)

didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait.19

Menurut M. Arifin metode ialah sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode suatu materi pelajaran tidak dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan.20

Sedangkan menurut Slameto, metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu.21 Metode juga diartikan sebagai upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.22 Dengan kata lain metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.

Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa metode ialah sarana yang digunakan dalam menyampaikan suatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang tersusun dalam kurikulum untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Sedangkan pembelajaran menurut Gagne dalam bukunya

Principles of Instructional Design yang dikutip oleh Eveline dan Hartini menyatakan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang sifatnya internal.23

Menurut Yudhi Munadi, kata pembelajaran dipakai sebagai padanan kata instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas formal, namun pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh

19

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 176

20

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 144 21

Slameto, op.cit., h. 82 22

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 126

23

(36)

karena itu, dalam pembelajaran yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa itulah yang disebut pembelajaran.24

Menurut Abuddin Nata, dalam bukunya Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran bahwa metode pembelajaran memiliki kedudukan yang amat strategis dalam mendukung keberhasilan pembelajaran. Itulah sebabnya para ahli pendidikan sepakat, bahwa seorang guru yang ditugaskan mengajar di sekolah, haruslah guru yang professional, yaitu guru yang antara lain ditandai oleh penguasaan yang prima terhadap metode pengajaran. Melalui metode pembelajaran, mata pelajaran dapat disampaikan secara efisien, efektif dan terstruktur dengan baik, sehingga dapat dilakukan perencanaan dan perkiraan dengan tepat”.25

Jadi kesimpulannya, metode pembelajaran merupakan cara yang harus dimiliki seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara efektif, efisien dan terstruktur dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

2.

Macam-Macam Metode Mengajar

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

24

Yudhi Munadi, op.cit., h. 4 25

(37)

Berikut ini beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran.

a. Metode Ceramah/ konvensional

Metode ceramah adalah metode pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan garis-garis besar yang akan dibicarakan dan menghubungkan antara materi yang akan disajikan dengan bahan yang telah disajikan. Ceramah akan berhasil jika mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari peserta didik, disajikan secara sistematik, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merespon serta adanya motivasi yang kuat dari peserta didik.26

Metode ceramah ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihanya antara lain:

1) Ceramah merupakan metode yang ‘murah’ dan ‘mudah’ untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.

2) Ceramah dapat menyajikan materi yang luas. Artinya materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.

3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.

26

(38)

4) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, karena kelas sepenuhnya merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.

5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah bisa dilakukan.27

Dalam metode ceramah, setiap kelebihan itu juga terdapat kelemahan, antara lain:

1) Materi yang dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.

2) Ceramah yang tidak disertai peragaan dapat mengakibatkan verbalisme. Verbalisme adalah ‘penyakit’ yang sangat mungkin disebabkan oleh proses ceramah.

3) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur kata yang baik, ceramah sering dianggap metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa di dalam kelas, namun secara mental sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran.

4) Melalui ceramah, sangat sulit mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada

27

(39)

seorangpun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.28

Hal tersebut di atas bila guru cukup memahami, maka ketika menggunakan teknik berceramah itu perlu diiringi usaha untuk mengatasinya. Kemungkinan usaha mengatasi kelemahan itu bisa dirumuskan demikian: pertama, selama guru melakukan ceramah, guru perlu mengajukan pertanyaan guna meneliti apakah siswa sudah menguasai pengertian dari setiap pokok persoalan yang telah diuraikan oleh guru dan juga untuk membangkitkan perhatian siswa kembali kepada pelajaran tersebut. Kedua, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan di tengah-tengah guru sedang berceramah maupun diwaktu pelajaran itu telah selesai dijelaskan. Ketiga, waktu guru menjelaskan kata-kata atau istilah, pengertian atau ungkapan perlu disertai dengan contoh-contoh konkrit, menggunakan alat-alat peraga atau media pendidikan (Radio, TV, Model, Gambar, dan sebagainya). Dengan demikian diharapkan tidak menimbulkan salah pengertian atau tafsiran berbeda terhadap apa yang telah dijelaskan oleh guru.29 b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada siswa lain di depan kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Misalnya demonstrasi tentang cara memandikan mayat orang muslim/muslimah dengan menggunakan model atau boneka, atau demonstrasi tentang cara-cara tawaf pada saat menunaikan ibadah haji dan sebagainya.

Metode demonstrasi digunakan bilamana:

28

Ibid, h. 149 29

(40)

1) Untuk memberikan latihan keterampilan tertentu kepada siswa 2) Untuk memudahkan penjelasan yang diberikan agar siswa

langsung mengetahui dan dapat trampil melakukannya

3) Untuk membantu siswa dalam memahami suatu proses secara cermat dan teliti.30

c. Metode Mind Mapping (Peta Pikiran)

Pemetaan pikiran merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru. Meminta siswa untuk membuat peta pikiran memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari atau apa yang telah mereka rencanakan.31

d. Metode Proyek

Metode proyek merupakan pemberian tugas kepada semua siswa uutuk dikerjakan secara individual. Siswa dituntut untuk mengamati, membaca, meneliti. Kemudian siswa diminta membuat laporan dari tugas yang diberikan kepadanya dalam bentuk makalah. Metode ini bertujuan membentuk analisis masing-masing siswa.32

3.

Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam

Memilih Metode Pembelajaran

Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun demikian metode hanyalah cara atau langkah-langkah, sedangkan keberhasilannya bergatung kepada

30

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 45-46

31

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia & Nuansa Cendikia, 2013), cet. Ke-8, h. 200

32

(41)

guru yang menggunakannya. Sebuah metode akan menjadi efektif apabila digunakan dengan mempertimbangkan berbagai faktor sebagai berikut:

a. Faktor Tujuan dan Bahan Pelajaran

Setiap proses pendidikan atau pembelajaran tentu memiliki target tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif, afektif atau psikomotorik. Perbedaan tujuan ini menghendaki adanya perbedaan metode yang digunakan.33 Memilih metode juga harus menyesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan, karena dengan metode yang tepat akan menjadikan proses belajar menyenangkan dan materi yang diajarkan sampai kepada siswa dengan baik.

b. Faktor Peserta Didik

Dalam memilih metode harus disesuaikan dengan latar belakang peserta didik, karena setiap peserta didik memiliki kecerdasan, bakat, minat, hobi dan kecenderungan yang berbeda. Demikian pula, perbedaan tingkat usia anak didik menyebabkan terjadinya perbedaan sikap kejiwaan.34

c. Faktor Lingkungan

Perbedaan lingkungan harus pula menjadi pertimbangan dalam menetapkan metode pengajaran, lingkungan sekolah, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.

d. Faktor Alat dan Sumber Belajar

Setiap metode menghendaki alat dan sumber yang berbeda-beda, oleh karena itu penggunaan metode pembelajaran juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan alat dan sumber belajar yang

33

Abudin Nata, op.cit., h. 199 34

(42)

dimiliki oleh sekolah. Namun sebagai guru yang professional harus bisa memanfaatkan alat dan sumber belajar yang ada di sekitarnya.

e. Faktor Kesiapan Guru

Penggunaan setiap metode menuntut wawasan, keterampilan dan pengalaman guru yang akan menerapkannya.35 Karena sebagus apapun metodenya jika guru yang menyampaikan kurang menguasai maka hasilnya tidak akan optimal.

4.

Metode

Index Card Match

a. Pengertian Index Card Match (Pencocokan Kartu Index) Metode ini merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran. Dengan cara guru memancing kreatifitas siswa dengan menggunakan media. Cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi pertanyaan kuis kepada temannya.36

Metode Index Card Match merupakan salah satu metode mengajar yang dikembangkan oleh Dr. Melvin L Silberman, ia adalah guru besar kajian psikologi pendidikan di Tempel University, dengan spesialisasi psikologi pengajaran. Lulusan Brandeis University ini memiliki Gelar A.M. dan Ph.D di bidang psikologi pendidikan dari Universitas Chicago, di samping reputasi internasionalnya dalam bidang proses belajar aktif.

Metode ini merupakan sekumpulan dari buku 101 strategi pembelajaran aktif (Active Learning), metode tersebut bisa digunakan untuk membantu siswa dalam meninjau ulang materi pelajaran yang telah disampaikan dan juga menghilangkan kejenuhan.

35

Ibid, 201 36

(43)

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Index Card Match Adapun prosedur-prosedur model pembelajaran aktif tipe

Index Card Match adalah sebagai berikut:

1) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas.

2) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.

3) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

4) Pada separuh kertas yang lain tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi dibuat.

5) Kocoklah semua kertas sehingga akan bercampur antara pertanyaan dan jawaban.

6) Berilah setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan pertanyaan dan separuh yang lain mendapat kartu jawaban.

7) Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Bila sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang berpasangan itu untuk mencari tempat duduk bersama. (katakan pada mereka untuk tidak mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada di kartu mereka).

8) Bila semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, perintahkan tiap pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan menantang siswa lain untuk menjawabnya.37

(44)

c. Variasi Metode Index Card Match

Penerapan metode Index Card Match dapat juga dilakukan dengan mengembangkan berbagai inovasi sehingga proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan bermakna. Adapun variasi yang dapat digunakan antara lain:

1) Susunlah kartu yang berisi sebuah kalimat dengan beberapa kata yang dihilangkan untuk dicocokkan dengan kartu yang berisi kata-kata yang hilang itu, misalnya, “Tujuan Allah...adalah untuk memudahkan hamba-Nya. (membolehkan menjamak).”

2) Buatlah kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dengan beberapa kemungkinan jawabannya. Misalnya,”syarat-syarat apa sajakah yang membolehkan menjamak shalat?”. Cocokkan kartu-kartu itu dengan kartu yang berisi kumpulan jawaban yang relevan. Ketika tiap pasangan memberikan kuis kepada kelompok, perintahkan mereka untuk mendapatkan beberapa jawaban dari siswa lain.38

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Index Card Match

Setiap metode yang digunakan dalam pengajaran hampir dapat dipastikan mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Demikian juga metode Index Card Match memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan diantaranya:

Kelebihan metode Index Card Match ini adalah: 1) Memicu siswa untuk belajar aktif.

2) Menjadikan siswa tidak jenuh karena mereka belajar sambil bermain.

3) Siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

4) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

38

(45)

5) Membantu siswa lebih mudah memahami pelajaran.

6) Melatih siswa untuk berinteraksi dengan baik kepada sesama teman.

7) Dapat dilaksanakan dalam berbagai bidang studi. Kekurangan metode Index Card Match ini adalah:

1) Menuntut guru kreatif dalam membuat kartu dan isinya (soal dan jawaban) disesuaikan dengan kemampuan siswa.

2) Membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajaran. 3) Mengganggu kelas lain karena suasana kelas menjadi gaduh

saat siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartu yang dipegang.

4) Siswa yang mendapat kartu jawaban merasa kesulitan mencari kartu soal yang tepat.

5) Tidak dapat mengimplementasikan KI 4, yaitu pada tahap keterampilan.

Untuk penggunaan metode Index Card Match secara baik perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Dalam menerangkan pelajaran hendaknya digunakan kata-kata yang sederhana, jelas, dan mudah dipahami oleh para siswa. 2) Gunakan waktu secara efektif dan efisien.

3) Adakan rekapitulasi dan ulang kembali rumusan-rumusan yang dianggap penting. Yang dimaksud rekapitulasi disini adalah mengingat kembali dengan contoh-contoh, keterangan-keterangan, fakta-fakta, dan sebagainya.39

39

(46)

Hukum Islam tentang Binatang yang Halal dan Haram

1. 6.

2.

7.

3. 8.

4. 9.

5.

10.

Bagan 2.1

Index Card Match Jenis burung yang

haram dimakan?

Bangkai yang boleh dimakan adalah?

Ikan dan Belalang Burung Elang dan

Gagak

Hukum memakan daging keledai adalah...

Haram Binatang yang

subhat adalah?

Binatang yang tidak jelas hukumnya

Dua macam darah yang halal dimakan adalah...

Hati dan Limpa

ُﻢْﺤَﻟَو ُمﱠﺪﻟاَو ُﺔَﺘْﯿَﻤْﻟا ُﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ ْﺖَﻣّﺮُﺣ ﺮﯾﺰْﻨﺨْﻟا

Diharamkan bagimu bangkai, darah, dan daging

Binatang Ternak

Sapi, kuda, kerbau artinya? مﺎَﻌْﻧ َ ْﻷا ُﺔَﻤْﯿﮭَﺑ

Lalat

Binatang yang tidak secara tegas hukumnya dalam al-Quran?

هؤﺎﻣ رﻮﮭﻄﻟا ﻮھ ﺮﺤﺒﻟا ﻲﻓ ﮫﺘﺘﯿﻣ ﻞﺤﻟا

Laut itu suci airnya dan halal bangkainya Yang termasuk binatang yang halal

(47)

C.

Pendidikan Agama Islam

1.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Secara etimologi pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti proses perubahan tingkah laku seseorang dalam hal usaha mendewasakan manusia melalui upaya pendidikan latihan. Istilah pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dengan memberikan awalan ‘pe’ dan akhiran ‘kan’ yang mengandung arti pembuatan.40

Secara terminologi pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai agama di dalam masyarakat dan kebudayaan. Sedangkan menurut Mortimer J. Adler dalam bukunya yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik.41

Adapun pengertian agama yaitu sebuah proses mempersiapkan individu agar hidup secara sempurna. Sementara persiapan ini terdiri dari segi fisik atau jasmani, akal serta rohani.

Pengertian Islam menurut pemakaian bahasa: Islam berarti berserah diri kepada Allah, hal itu dipertegas dalam firman Allah berikut ini:                       

Artinya: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa

40

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit., h. 204 41

(48)

yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (Ali Imran: 83)

Dalam Alquran kata tersebut digunakan sebagai tanda bagi ad-din

dan sistem agama yang untuk itu Allah mengutus Rasul-Nya, Muhammad SAW. Allah pun menjelaskan bahwa setiap orang yang mengambil dan mengikuti agama selain agama-Nya, walaupun yang diikutinya itu adalah agama samawi, dia tidak akan diterima sebagaimana tercantum dalam firman Allah:



 





Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam....” (Ali Imran: 19)

Dengan demikian Islam merupakan sistem Ilahi dan dengan sistem itulah Allah menentukan berbagai syariat. Allah menjadikan Islam sebagai sistem yang sempurna dan mencakup seluruh sistem kehidupan.42

Muhammad Daud Ali dalam bukunya Pendidikan Agama Islam

menjelaskan Islam kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah) berasal dari kata salama

artinya patuh atau menerima, kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari kata itu terbentuk kata mashdar salamat, dari kata itu juga terbentuk kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan penyerahan diri.43

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa arti Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, ketaatan, penyerahan diri dan kepatuhan.

42

Abdurrahman An Nahlawi, pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 24-25.

43

(49)

Dengan demikian, pengertian kata Pendidikan dan Agama Islam masing-masing telah diuraikan jika digabungkan menjadi Pendidikan Agama Islam, maka pengertiannya adalah: menurut Zuhairini Pendidikan Agama Islam adalah “usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membentuk anak didik agar mereka hidup dengan ajaran agama Islam.”44

Dalam bukunya Abdul Majid memaparkan pengertian pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa (Kurikulum PAI, 3: 2002).45

Secara vertikal, seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia merupakan subsistem dari sistem Pendidikan Nasional. Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU. RI. No. 2 Th. 1989) pasal 4 disebutkan: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan Jasmani dan Rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Dengan rumusan demikian jelas sekali bahwa pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek dan nilai, keimanan dan ketaqwaan.46

44

Zuhairini, Methodhik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: PT Usaha Nasional, 1983), cet. 3, h. 27.

45

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 130

(50)

Dari beberapa pendapat di atas yakni tentang pendidikan agama Islam, maka penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertical maupun horizontal.

b. Sifat-sifat dasar manusia

c. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan. d. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam.47

Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai ideal Islami dapat kita kategorikan ke dalam tiga macam sebagai berikut.

1) Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia. Dimensi nilai kehidupan ini mendorong kegiatan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia ini agar menjadi bekal/sarana bagi kehidupan di akhirat.

2) Dimensi yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang membahagiakan. Dimensi ini menuntut manusia agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki, namun kemelaratan atau kemiskinan dunia harus diberantas, sebab kemelaratan duniawi

47

(51)

bisa menjadi ancaman yang menjerumuskan manusia kepada kekufuran.

3) Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi. Keseimbangan dan keserasian antara kedua kepentingan hidup ini menjadi daya tangkap terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari berbagai gejolak kehidupan yang menggoda ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomis, maupun ideologis dalam hidup pribadi manusia.

Dimensi-dimensi nilai di atas merupakan sasaran idealitas Islami yang seharusnya dijadikan dasar fundamental dari proses kependidikan Islam.48

3.

Fungsi Pendidikan Agama Islam

Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu:

a. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan nasional.

b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga peserta didik yang produktif dalam menemukan pertimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis.49

Dapat disimpulkan bahwa fungsi dari pendidikan merupakan sarana untuk memelihara dan memperluas kebudayaan, nilai tradisi dan sosial serta mampu mendorong adanya perubahan atau inovasi melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill untuk meningkatkan

48

Muzayyin Arifin, op.cit., h. 108-109 49

(52)

mobilitas sosial dan kualitas sumber daya manusia yang berpendidikan.

4.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pada uraian tentang pengertian dan tujuan ilmu pendidikan Islam di atas sesungguhnya telah tersirat adanya ruang lingkup ilmu pendidikan Islam. Untuk lebih jelasnya, ruang lingkup ilmu pendidikan Islam tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

Pertama, teori-teori dan konsep-konsep yang diperlukan bagi perumusan desain pendidikan Islam dengan berbagai aspeknya: visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, dan sebagainya. Teori-teori dan konsep-konsep tersebut dibangun dari hasil kajian yang ilmiah dan mendalam terhadap sumber ajaran Islam yang terdapat dalam Alquran dan As-Sunnah, serta dari berbagai disiplin ilmu yang relevan: sejarah, filsafat, psikologi, sosiologi, budaya, politik, hukum, etika, manajemen, teknologi canggih, dan sebagainya.

Kedua, teori dan konsep yang diperlukan untuk kepentingan praktik pendidikan, yaitu memengaruhi peserta didik agar mengalami perubahan, peningkatan, dan kemajuan, baik dari segi wawasan, keterampilan, mental spiritual, sikap, pola pikir, dan kepribadiannya. Berbagai komponen keterampilan terapan yang diperlukan dalam praktik pendidikan, berupa praktik pedagogis, didaktik, dan metodik didasarkan pada teori-teori dan konsep-konsep yang terdapat dalam ilmu pendidikan Islam.50

D.

Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Aktif dengan Metode Index Card Match terhadap Hasil

50

(53)

Belajar PAI Siswa (Sebuah Penelitian Quasi Eksperimen di SMK Negeri 8 Jakarta)”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode Index Card Match yang diterapkan pada kelas eksperimen dapat mempengaruhi hasil belajar siswa secara signifikan pada pembelajaran PAI. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar PAI siswa yang diajar dengan metode Index Card Match lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional yakni hasil rata-rata kelas eksperimen>kelas kontrol (80.3>75.3) serta diperoleh nilai thitung > ttabel (2.02>2.00).51

2. Penelitian yang dilakukan oleh Amalina Nisail Fikriyah dengan judul ”Pengaruh Penggunaan Strategi Active Learning Teknik Index Card Match terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa (Quasi Eksperimen)”. hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik

Index Card Match dalam pembelajaran bahasa Arab pada pokok bahasan usrotii, menghassilkan thitung sebesar 5,18 dan ttabel 1,66.52

Adapun perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian yang disusun oleh penulis di antaranya adalah pertama, variabel X dan Y penelitian yang relevan merupakan “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Index Card Match terhadap Hasil Belajar Siswa, sedangkan penelitian yang disusun oleh penulis dengan variabel X dan Y Pengaruh Metode Index Card Match terhadap Prestasi Belajar Siswa, sehingga terdapat perbedaan dalam bahasan kajian teori.

Kedua, sekolah yang dijadikan obyek penelitian yang berbeda, sehingga materi pembelajaran, jumlah populasi dan sampel yang menjadikan metode penelitiannya pun berbeda, hal tersebut merupakan perbedaan yang sangat signifikan antara hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang disusun oleh penulis.

51

Siti Aisyah, “Pengaruh Pembelajaran Aktif dengan Metode Index Card Match t

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Taraf Kesukaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Matlamat Kurikulum Standard Sekolah Rendah bagi mata pelajaran Matematik adalah untuk membina pemahaman murid tentang konsep nombor, kemahiran asas dalam pengiraan,

melalui satu titik tertentu dan berserenjang dengan garis lurus yang diberi. Memahami dan menggunakan konsep persamaan lokus yang melibatkan jarak di antara dua titik.. 6.1

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan pada seorang siswa tunarungu

“Ambil File” digunakan untuk mengambil Excellon File yang telah dibuat di Proteus yang berisi data posisi dari kordinat drill pad yang telah dirancang. Tombol

1 Sumbawa Besar, Kelompok Kerja 43 Pekerjaan Konstruksi Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Sumbawa Tahun Anggaran 2015, telah melaksanakan rapat sehubungan e-lelang pemilihan

[r]

That methods included the fermentations of corn and bran, making flour of fermentation product and nutritional value MOCORIN measurements that included moisture

[1] R ´ EDEI L., Die neue Theorie der endlichen Abelschen Gruppen und Verallgemeinerung des Hauptsatzes von Haj´os,