• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi Semester 6 dan Semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi Semester 6 dan Semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH

DENGAN KEJADIAN OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER

6 DAN 8 PSIK UIN SYARIF HIIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH: GABY NURSILA NIM: 1110104000010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

t. Skripsi ini merupkan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah safu persyaratan memperoleh gelar Strata

t

Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Of$

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

ini

telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakuttas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullatr Jakarta.

Jika kemudian hari terbukti bahwa karya

ini

bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lair1 maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedol<teran dan Itnu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIII{) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

(3)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2014

Gaby Nursila, NIM: 1110104000010

Relationships of Physical Activity and Body Mass Index with Osteopenia In Student Grade 6 and 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xiv + 65 pages + 2 schemes + 13 tables + 8 attachments

ABSTRACT

Osteopenia is a condition where the level density (density matrix and mineral) bone is lower than the highest bone mass (peak bone mass) and the early detection of osteoporosis. Risk factors for decreased bone density include gender, increasing age, genetics, smoking, lack of physical activity, alcohol consumption

and low body mass.

The purpose of this study was to determine the relationship between physical activity and BMI with the incidence of osteopenia in student grade 6 and 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This research is a quantitative analytical cross-sectional design with α = 0.05. Data were collected on 68 respondents. Instruments in this research to determine the physical activity questionnaire sample, measurements BMI, and the measurement of bone density. Data analysis technique used is Spearmen Rank with the help of statistical application program in its processing. The results of the analysis showed that there is a relationship between physical activity with the incidence of osteopenia (p = 0,001, r= -0,378). While the results of the analysis between BMI and the incidence of osteopenia showed that there was no correlation (p = 0.238).

Researchers suggest that the more diligently to increase student exercise at least 3 times a week, each performed 30 minutes and bone density checks regularly at least 6 months once.

Keywords: Physical Activity, Body Mass Index, Osteopenia.

(4)

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, July 2014

Gaby Nursila, NIM: 1110104000010

Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi Semester 6 dan Semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xiv + 65 halaman + 2 bagan + 13 tabel + 8 lampiran

ABSTRAK

Osteopenia adalah suatu kondisi dimana tingkat densitas (kepadatan matriks dan mineral) tulang lebih rendah dari massa tulang tertinggi (peak bone mass) dan sebagai deteksi dini terjadinya osteoporosis . Faktor risiko terjadinya penurunan kepadatan tulang diantaranya adalah jenis kelamin, peningkatan usia, genetik, kebiasaan merokok, aktifitas fisik yang kurang, konsumsi alkohol dan massa

tubuh yang rendah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain cross sectional dengan α= 0,05. Pengambilan data dilakukan pada 68 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner untuk mengetahui aktivitas fisik sampel, pengukuran IMT, dan pengukuran kepadatan tulang. Teknik analisa data yang digunakan adalah Spearmen Rank dengan menggunakan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya. Hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia dengan (p= 0,001, r = -0,378). Sedangkan hasil analisis antara IMT dengan kejadian osteopenia menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan (p =

0,238).

Peneliti menyarankan agar para mahasiswi lebih rajin untuk meningkatkan olahraga minimal 3 kali seminggu, masing- masing dilakukan 30 menit dan melakukan pengecekan kepadatan tulang secara rutin minimal 6 bulan sekali.

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Osteopenia

(5)

PS&}{Y"ETAANPf, N.SBf, fUUAN Skripsi denganjudul

EUBUNGAN AKTTYITAS

FISIK

DAI\I

IMT

DENGAN

KGJ-ADIAIU

OSTEOPENIA PADA

MAIIASISWI

SEMESTE,R 6 DAT{

b},tNT,bI[,I1,8

PSIK

IIIN

SYARI3

HII}AYATULLAII

JAKARTA

Telah disetqiui dan diperiksa oleh pembimbiqg skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilnm Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disu.sun oleh: Gabv

Nufsih

NIM: 1110104000010

Pembimbiry

I

PembimbiryII

Qo

fuW

E*a*a(S.Kp.

M.Kep. Sp.KMB

["IpSphahr S.Kp.' M,Kep., Ph. D

NIP: 196,80808 200604 2 001 IYIP: 19731106 200501 2 003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAII

T.AKULTAS KEDOKTERAN DAl\t ILMU KESEHATAII

IM{

SYARIT HMAYATT]LLAH

JAKARTA

(6)

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER 6

DAN SEMESTER 8 PSIK UIN SYARIF HIDAYATULLAII JAKARTA

Telah disusun dan dipertahankan penguji: Gaby Nursila

NIM: 1110104000010

Pembimbing I

Or

ruart,r#.

s.xJ..

vt.x"p..

pn.

n

NIP: 19680808 200604 2 001

Pembimbing

II

Penguji I

w-Maulina Ilandqvantl S.Kp.. M.Sc

NIP: 19790210 200501 2 002

frlW

F(

v'

Ernawati. S.Kp. M.Kep, Sp.KiViB NIP: 19731106 200501 2003

Penguji II

W

Ernawati. S.Kp. M.Kep. Sp.ICVIB

NIP: 19731106 200501 2003

Penguji

III

(7)

|--i

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi denganjudul

HUBT'NGAN

AKTIVITAS

rISIK

DAN

IMT

DENGAN

KEJADIAI\

OSTEOPENIA PADA

MAHASISWI

SEMESTER

6

DAN SEMESTER

8 PSIK

IIIN

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh Gabv Nursila

NIM: 1110104000010

Mengetahui,

Ketua program Studi Ilmu Keperawatan

NIP: 19790520 200901

l0l2

(8)

viii

Nama : Gaby Nursila

Tempat, Tanggal Lahir : Tengerang, 24 Juli 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Tinggi/berat badan : 168cm/56kg

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. KH Dewantara RT 03/007 Kp.Sawah Lama Ciputat Tangerang Selatan

Telepon : 085714048461

E-mail : gabynursila@yahoo.co.id

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

Latar Belakang Pendidikan

1997- 1998 : TK Aisiyah Ciputat

1998-2004 : SD Negeri Ciputat 1

2004-2007 : SMP Negeri 1 Ciputat

2007- 2010 : SMA Negeri 1 Tangerang Selatan

2010- 2014 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini, untuk yang senantiasa ada

saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, Ayah dan

Mama tercinta yang selalu memanjatkan doa untuk

putri tercinta dalam setiap doanya. Tak lupa Adik- adik

tersayang, i love you...

Untuk teman-teman, sahabat seperjuangan PSIK 2010

terimakasih untuk segala canda tawa, pengalaman, serta

dukungan yang selalu kalian berikan. Perkuliahan akan amat

tidak ada rasanya jika tanpa kalian, pasti akan ada yang

dikenang. Terima kasih untuk semuanya

:’)

Mohon maaf saat ada candaan dengan kata-kata yang

menggores hati....

SUKSES UNTUK KITA SEMUA !!!!!

I Will Always Miss You Guys :*:*:*

(10)

x

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat,

hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas

Fisik dan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi

Semester 6 dan Semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Sholawat

serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini,

banyak hal yang telah penulis peroleh terutama dalam menambah pengetahuan

penulis yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta

kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini. Penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.

2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi

dan Ibu Eni Nur’aini Agustini selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maftuhah, S.Kp., M.Kep., PhD dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.

KMB selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan

(11)

xi

kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini

dapat terselesaikan.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

selama kuliah.

5. Seluruh staf dan karyawan akademik yang telah banyak memberi

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Orang tua tercinta, Ibunda Susy Karmila dan Ayahanda Nurdin, yang

selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada adik-adik

tersayang Getha Nursila dan Zakia Nabila Putri Nursila dan seluruh

keluarga besar yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan

doanya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

7. Karyawan Anlene yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.

8. Teman-teman ku di Keperawatan terutama Rosi Pratiwi, Naila, Fitri

Farhani, Ika Febti, Fitriyani Rahayu, dan Devica yang telah membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Wayu Bahar Tomy yang telah membantu penulis dalam memberikan

semangat, doa dan dukungan untuk penulis agar menyelesaikan skripsi ini

dengan tepat waktu.

10.Kepada seluruh keluarga PSIK, kakak-kakak, adik-adik, khususnya

teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010,

(12)

xii

dalam kesempatan ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi

perbaikan skripsi ini kearah yang lebih baik. Atas perhatiannya penulis

ucapkan terimakasih.

Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis

berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis

khususnya.

هتاكربو ه ةمحرو مكي ع اسلاو

Ciputat, Juni 2014

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Pernyataan Keaslian Karya ii

Abstract iii

Abstrak iv

Pernyataan Persetujuan v

Lembar Pengesahan vi

Daftar Riwayat Hidup viii

Lembar Persembahan ix

Kata Pengantar x

Daftar Isi xiii

Daftar Bagan xvii

Daftar Tabel xviii

Daftar Lampiran xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Pertanyaan Penelitian 6

D. Tujuan Penelitian 6

1. Tujuan Umum 6

2. Tujuan Khusus 7

(14)

xiv

3. Bagi Institusi Pendidikan 8

F. Ruang Lingkup Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tulang 10

1. Definisi Tulang 10

2. Struktur Tulang 11

3. Remodeling Tulang 12

B. Osteopenia 13

1. Definisi Osteopenia 13

2. Faktor Risiko terjadinya Osteopenia 14

a. Jenis Kelamin 14

b. Indeks Massa Tubuh (IMT) 14

c. Gaya Hidup 16

1) Aktivitas Fisik 16

2) Status Merokok 17

d. Asupan 18

1) Kalsium 18

2) Vitamin D 19

3) Vitamin C 20

4) Fosfor 21

5) Protein 21

6) Konsumsi Obat 22

3. Alat Untuk Mengukur Osteopenia 22

a. Densitometri DEXA 23

b. Quantitative Ultrasound (QUS) 24

c. Quantitative Computed Tomography (QCT) 25

C. Penelitian Terkait 25

(15)

xv

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep 28

B. Definisi Operasional 29

C. Hipotesis 30

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 31

C. Populasi dan Sampel 32

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data 34

1. Metode Pengumpulan Data 34

2. Instrumen Pengumpulan Data 38

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian 39

F. Tahap Pengambilan Data 41

G. Etika Penelitian 42

H. Pengolahan Data 43

I. Analisa Data 45

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 47

B. Hasil Analisa Univariat 48

C. Hasil Analisa Bivariat 51

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat 55

B. Analisa Bivariat 58

C. Keterbatasan Penelitian 62

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 63

(16)

xvi

(17)

xvii

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Teori 27

(18)

xviii

2.1 Batas Ambang IMT untuk Indonesia 16

2.2 AKG Kalsium di Indonesia 19

2.3 AKG Vitamin D di Indonesia 20

2.4 AKG Vitamin C di Indonesia 21

2.5 AKG Protein di Indonesia 22

3.1 Definisi Operasional 29

4.1 Interpretasi Koefisien Korelasi 46

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di PSIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8

49

5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aktivitas Fisik Mahasiswi

PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

49

5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut IMT Mahasiswi PSIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

50

5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kepadatan Tulang

Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

51

5.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Osteopenia pada Pada Mahasiswi

PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

52

5.6 Hubungan IMT dengan Osteopenia pada Pada Mahasiswi PSIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Perizinan

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Tabulasi Data

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas

Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat

(20)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tulang manusia merupakan struktur yang paling penting dalam

pembentukan rangka tubuh, dimana tulang adalah jaringan yang tumbuh

dan hidup secara terus menerus. Tulang juga memberi kekuatan dan

membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang manusia terus mengalami

perubahan karena berbagai stres mekanik, dan terus mengalami

pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel (Tandra, 2009). Tulang

memiliki dua sel, yaitu osteoklas (bekerja untuk menyerap dan

menghancurkan atau merusak tulang) dan osteoblas (sel yang bekerja

untuk membentuk tulang) (Compston,2002). Jika aktivitas sel osteoklas

lebih besar daripada osteoblas dapat menyebabkan pengeroposan tulang

yang lama kelamaan akan terjadi osteoporosis (Ganong, 2008).

Osteoporosis adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh,

keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang yang terjadi

dalam waktu yang lama. Osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan

dimana Densitas Mineral Tulang (DMT) berada dibawah nilai rujukan

atau standar deviasi yaitu di bawah nilai rata-rata rujukan (Depkes, 2002).

World Health Organization (WHO) menggunakan pengukuran DMT

sebagai salah satu pendekatan diagnosis osteoporosis. Secara umum terjadi

(21)

2

kerapuhan tulang. DMT memberikan sumbangan terbesar pada kekuatan

tulang. DMT normal jika nilai kepadatan tulang (T-score) sampel ≥ -1 dan

DMT rendah bila T-score sampel < -1 (WHO, 2003).

Sebelum terjadi osteoporosis, seseorang terlebih dahulu mengalami

proses osteopenia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang

akibat berbagai keadaan. Penyakit ini dijuluki sebagai Silent Epidemic

Disease, karena menyerang secara diam-diam, tanpa adanya tanda-tanda

khusus, sampai seseorang mengalami patah tulang (Kemenkes, 2008).

Penelitian osteoporosis yang dilakukan Jahari, dkk., 2005 di tiga provinsi

(Sulawesi Utara, DI Yogyakarta dan Jawa Barat) ditemukan tingginya

prevalensi nilai DMT rendah yang mengalami osteopenia sebesar 30,1%

dan didapati tingginya angka DMT rendah pada perempuan dewasa muda.

Pada wanita disebabkan oleh hormon estrogen dan massa puncak tulang,

semakin meningkatnya umur, semakin sedikit hormon estrogen yang

dihasilkan maka wanita akan lebih cepat mengalami kehilangan masa

tulang yang lama kelamaan dapat menyebabkan osteoporosis (Ganong,

2008).

Penyebab spesifik osteopenia belum diketahui dengan jelas tetapi

penyebab osteopenia bersifat multifaktor. Semua hal yang mengurangi

kekuatan tulang akan turut berperan terjadinya osteopenia. Faktor risiko

terjadinya penurunan kepadatan tulang diantaranya adalah jenis kelamin,

peningkatan usia, genetik, kebiasaan merokok, aktifitas fisik yang kurang,

(22)

Seseorang yang mempunyai massa tubuh yang rendah

(underweight) dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) = 19 atau kurang serta

mempunyai tubuh yang kecil sebagai hasil dari gangguan makan juga

mempunyai risiko terjadinya osteopenia (National Osteoporosis Society,

2008). Kondisi ini disebabkan karena tulang akan giat membentuk sel

apabila ditekan oleh bobot yang berat (Zaviera, 2008). Perempuan gemuk

mempunyai jaringan lemak (adiposa) yang menyimpan hormon androgen

dan kemudian diubah menjadi estrogen. Makin banyak jaringan lemak

yang dimiliki perempuan, makin banyak hormon estrogen yang dapat

diproduksi untuk kekuatan tulang (Lane, 2003). Data Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas), 2007 menunjukkan tingginya prevalensi IMT rendah

atau kurus di Indonesia. Prevalensi IMT rendah atau kurus, yakni sebanyak

14,8% pada orang dewasa.

Menurut Jill, dkk., 1993 terjadinya penurunan massa tulang pada

periode puncak massa tulang, dimana tulang memiliki massa pembentukan

tulang tertinggi yaitu pada usia 20-35 tahun dikarenakan perubahan pola

hidup seseorang terutama pada wanita dewasa usia 20 tahun keatas,

kondisi ini dilihat dari kurangnya konsumsi kalsium, serta tingginya

konsumsi kafein (teh, kopi, soda), perokok dan rendahnya aktivitas

olahraga (Jill. dkk., 1993 dalam Hasye, 2008). Usia mahasiswa pada masa

ini tengah mengalami puncak pembentukan massa tulang (Peak Bone

Mass)yang akan berbeda setiap individu. Semakin tua maka akan terjadi

peningkatan kerja osteoklast (merusak tulang) dibandingkan kerja

(23)

4

Seiring bertambahnya umur dan perubahan gaya hidup maka risiko

terjadinya osteopenia semakin tinggi. Untuk menghindari risiko terjadinya

osteopenia, maka perlu melakukan olahraga. Olahraga baik bagi tulang

maupun aspek kesehatan lain. Tidak bergerak sama sekali mempercepat

penurunan masa tulang, sementara olahraga menahan beban tubuh bisa

meningkatkan masa tulang. Pada orang dewasa, olahraga dapat

memperlambat penurunan masa tulang akibat usia serta meningkatkan

kesehatan secara umum. Olahraga membantu memperkuat tulang

(Wardlaw, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2013), menunjukan bahwa

aktivitas masa lalu selama masih remaja (p= 0,002) menunjukan efek

positif pada kandungan mineral tulang. Dalam model multivariat, aktivitas

fisik masa lalu (≥1 kali perminggu) memiliki efek perlindungan terjadinya

osteopenia. Penelitian ini dilakukan pada 111 mahasiswa di Universitas

Seoul, Korea.

Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012), menunjukan bahwa

21,7% responden memiliki DMT tidak normal dan terdapat hubungan

yang signifikan (nilai p< 0,05) antara IMT dengan DMT tidak normal, dan

ada perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan kebiasaan konsumsi kopi

dengan DMT normal dan DMT tidak normal.

`Berdasarkan data-data hasil penelitian di atas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan IMT dan aktivitas

fisik dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester

(24)

Jakarta. Alasan peneliti memilih sampel mahasiswi semester 6 dan

semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena pada penelitian

di atas wanita usia 20 tahun keatas memiliki risiko yang tinggi terhadap

terjadinya osteopenia. Penelitian dilakukan di gedung FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan mengukur kepadatan mineral tulang sampel

menggunakan alat Generic Electrik Ultrasound Bone Densitometer yang

dipinjam ke pihak Anlene.

B. Rumusan Masalah

Beberapa bukti telah menunjukan gangguan DMT telah terjadi,

kesadaran akan gangguan DMT masih sangat rendah. Selain itu, penyakit

yang diakibatkan oleh penurunan DMT dapat timbul tanpa adanya gejala

sehingga akan dirasakan ketika telah terjadi keparahan pada penderita.

DMT sangat perlu untuk diteliti lebih lanjut agar dapat mencegah dan

mengurangi penyakit akibat penurunan DMT dimasa mendatang.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang mahasiswi

PSIK UIN Jakarta di Kalcare Bintaro Xchange, 4 mahasiswi menderita

osteopenia. Dari 4 mahasiswi yang menderita osteopenia, 2 mahasiswi

mempunyai IMT kurus, 2 mahasiswi mempunyai IMT normal dan 1

mahasiswi yang kepadatan tulangnya normal mempunyai IMT kurus.

Sedangkan kelima mahasiswi ini mempunyai aktivitas fisik yang rendah.

Dengan demikian masalah penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan

antara aktifitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi

(25)

6

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan,

maka dapat diambil beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran usia mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

2. Bagaimana gambaran kepadatan tulang mahasiswi semester 6 dan

semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

3. Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi semester 6 dan

semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

4. Bagaimana gambaran IMT mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

5. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian

osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN

Syarif Hidayatulah Jakarta?

6. Apakah ada hubungan antara IMT dengan kejadian osteopenia pada

mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatulah

Jakarta?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan IMT dengan

kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK

(26)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran usia mahasiswi semester 6 dan

semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Untuk mengetahui gambaran kepadatan tulang mahasiswi semester 6

dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

c. Untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi semester

6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

d. Untuk mengetahui gambaran IMT mahasiswi semester 6 dan

semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

e. Untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan

osteopenia pada sampel.

f. Untuk menganalisis hubungan antara IMT dengan kejadian

osteopenia pada sampel.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberi tambahan ilmu, wawasan dan

pengalaman baru yang sangat berharga terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya pada bidang keperawatan baik secara konten

(27)

8

2. Bagi Mahasiswi PSIK

Sebagai bahan informasi mengenai osteopenia dan mengetahui

kepadatan tulang mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

sehingga dapat mencegah dan mengurangi kejadian osteopenia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi ilmu dan informasi penguat ilmu

kesehatan tentang penurunan kepadatan tulang secara dini yang biasa

disebut osteopenia. Hasil penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai

dasar untuk perkembangan penelitian-penelitian selanjutnya dalam

bidang yang sama.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi semester 6 dan semester 8

PSIK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan aktivitas fisik dan indeks masa tubuh dengan kejadian

osteopenia. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif

dengan desain studi cross sectional. Dengan populasi semua mahasiswi

PSIK UIN Syarif Hidayatullah semester 6 dan semester 8 dan dengan

sempel mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif

Hidayatulah Jakarta yang telah berusia 20 tahun. Pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner untuk menilai

aktivitas fisik yang dilakukan pada sampel, pengukuran berat badan (BB)

dan tinggi badan (TB) untuk menilai IMT dan pengukuran DMT dengan

(28)

menilai kepadatan mineral tulang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei

(29)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TULANG

1. Definisi Tulang

Tulang merupakan jaringan ikat khusus yang berfungsi sebagai

alat penyokong, pelekatan, perlindungan, dan penyimpanan mineral.

Jaringan ini dilengkapi dengan rigiditas, kekuatan yang sangat besar

serta elastisitas yang sangat terbatas. Kemampuan jaringan ini untuk

menyimpan mineral terutama kalsium (Ca), kebanyakan dalam bentuk

kristal hidroksiapatit yang merupakan sifat utama untuk membedakan

tulang dari jaringan ikat lainnya (Samuelson, 2007).

Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif,

proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh, metabolisme

kalsium dan mineral, dan organ hemopoetik. Tulang juga merupakan

jaringan ikat yang dinamis serta selalu diperbaharui melalui proses

remodeling yang terdiri dari proses resorbsi dan formasi. Dengan proses

resorbsi, bagian tulang yang tua dan rusak akan dibersihkan dan diganti

oleh tulang yang baru melalui proses formasi. Proses resorbsi dan

formasi selalu berpasangan. Dalam keadaan normal, massa tulang yang

diresorbsi akan sama dengan massa tulang yang diformasi, sehingga

terjadi defisit massa tulang dan tulang menjadi semakin tipis dan

(30)

komponen matriks dan sel. Matriks tulang terdiri dari serat-serat

kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel tulang terdiri dari

osteoblas, osteoklas dan osteosit. (Setyohadi, 2010)

2. Struktur Tulang

Tulang terdiri dari lapisan luar, lapisan tulang padat dan lapisan

tulang berongga. Pada penurunan densitas mineral tulang, lapisan

tulang padat dan lapisan tulang berongga jauh lebih tipis, sehingga

tulang menjadi lemah dan kemungkinan patah tulang meningkat

(Compston, 2002). Tulang mulai terbentuk sejak kandungan,

khususnya pada trimester 3 dan akan terus berkembang hingga

mencapai puncak pertumbuhan masa tulang (peak bone mass). Puncak

massa tulang biasanya sampai dengan umur 20-35 tahun (Jill. dkk.,

1993 dalam Hasye, 2008).

Sel tulang terdiri dari osteoblas, osteklas dan osteosit. Osteoblas

adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses formasi

tulang, yaitu berfungsi dalam sintesis matriks tulang yang disebut

osteoid, yaitu komponen protein dari jaringan tulang. Selain itu

osteoblas juga berperan memulai proses resorbsi tulang dengan cara

membersihkan permukaan osteoid yang akan diresorbsi melalui

berbagai proteinase netral yang dihasilkannya. Pada permukaan

osteoblas, terdapat berbagai reseptor permukaan untuk berbagai

mediator metabolisme tulang, sehingga osteoblas merupakan sel yang

(31)

12

Osteoklas adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap

proses resorbsi tulang. Pada tulang trabekular, osteoklas akan

membentuk cekungan pada permukaan tulang yang aktif yang disebut

lakuna howship, sedangkan pada tulang kortikal, osteoklas akan

membentuk kerucut sebagai hasil resorpsinya yang disebut cutting

cone, dan merupakan sel raksasa yang berinti banyak, tetapi berasal dari

sel hemopoetik mononuklear (Setyohadi, 2010).

Osteosit merupakan sel tulang yang terbenam di dalam matriks

tulang. Sel ini berasal dari osteoblas, memiliki juluran sitoplasma yang

menghubungkan antara satu osteosit dengan osteosit lainnya dan juga

dengan bone lining cells di permukaan tulang, fungsi osteosit belum

sepenuhnya diketahui, tetapi diduga berperan pada transmisi signal dan

stimuli dari satu sel dengan sel lainnya. Baik osteoblas maupun osteosit

berasal dari sel mesenkimal yang terdapat di dalam sumsum tulang,

periosteum, dan mungkin endotel pembuluh darah. Sekali osteoblas

selesai mensintesis osteosit dan terbenam di dalam osteoid yang

disintesisnya (Setyohadi, 2010).

3. Remodeling Tulang

Tulang yang sudah tua dan pernah mengalami keratakan akan

dibentuk kembali. Tulang yang sudah rusak itu akan diidentifikasi oleh

sel osteosit (sel osteoblas menyatu dengan matriks tulang) (Cosman,

2009). Kemudian terjadi penyerapan kembali yang dilakukan oleh

(32)

asam (Tandra, 2009). Dengan demikian, tulang yang sudah diserap

osteoklas akan dibentuk bagian tulang yang baru yang dilakukan oleh

osteoblas yang berasal dari sel prekursor di sumsum tulang belakang

setelah sel osteoklas hilang (Cosman, 2009).

Menurut Ganong (2008), ternyata endokrin mengendalikan proses

remodeling tersebut. Dan hormon yang mempengaruhi yaitu hormon

paratiroid (resopsi tulang menjadi lebih cepat) dan estrogen (resopsi

tulang menjadi lebih lama). Sedangkan pada osteoporosis, terjadi

gangguan pada osteoklas, sehingga tidak timbul keseimbangan antara

kerja osteoklas dengan osteoblas. Aktivitas sel osteoklas lebih besar

daripada osteoblas.

B. Osteopenia

1. Definisi Osteopenia

Osteopenia adalah suatu kondisi dimana tingkat densitas

(kepadatan matriks dan mineral) tulang lebih rendah dari massa tulang

tertinggi (peak bone mass) dan tidak terlalu parah dibandingkan

dengan osteoporosis (WebMD, 2006). Walaupun tidak terlalu parah,

kondisi ini harus menjadi diperhatikan karena jika kondisi ini

dibiarkan makan akan mengarah ke osteoporosis dimana tulang akan

menjadi rapuh dan mudah patah sehingga penderita tidak bebas

bergerak, tinggi badan berkurang bahkan akan menjadi resiko

kematian dini. Osteopenia merupakan deteksi awal untuk mencegah

(33)

14

Osteopenia merupakan kondisi kepadatan tulang yang kurang atau

hilangnya massa tulang. Kondisi tersebut dipicu oleh kurangnya

konsumsi kalsium, kurang gerak, dan terkena sinar matahari; kebiasaan

mengkonsumsi minuman berkafein; serta penggunaan obat-obatan

yang mengandung kortikosteroid (Hasye, 2008)

2. Faktor Resiko terjadinya Osteopenia a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan karakteristik biologik yang

dikenali dari penampilan fisik, yaitu laki-laki dan perempuan.

Osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita sekitar 80% daripada

laki-laki 20%. Hal ini terjadi karena laki-laki mempunyai tubuh

yang lebih besar, tulang yang lebih padat dari wanita. Dengan kata

lain wanita mempunyai masa tulang yang lebih rendah karena

mengalami menopause, sehingga terjadi penurunan hormon

estrogen yang menyebabkan aktivitas sel osteoblas menurun

sedangkan osteoklas meningkat, maka wanita lebih cepat

mengalami kehilangan masa tulang (Krinke, 2005).

b. IMT

Masa tulang akan lebih besar pada orang yang berbadan

besar dibandingkan orang yang berbadan kurus dan kecil

(Compston, 2002). Kondisi ini disebabkan karena tulang akan giat

membentuk sel apabila ditekan oleh bobot yang berat. Posisi tulang

(34)

membentuk masa pada area tersebut, terutama pada daerah panggul

dan pinggul. Jika bobot tubuh ringan, maka masa tulang cenderung

kurang terbentuk sempurna (Zaviera, 2008).

IMT terkait dengan berat badan (BB). Menurut Halimah

(2007), menyatakan bahwa BB yang kurang mengakibatkan

kurangnya beban mekanik yang dapat merangsang meningkatkan

DMT melalui gaya gravitasi, sedangkan berat badan yang lebih

(obesitas) akan lebih meningkatkan DMT. Perempuan gemuk

mempunyai jaringan lemak (adiposa) yang menyimpan hormon

androgen dan kemudian diubah menjadi estrogen. Makin banyak

jaringan lemak yang dimiliki perempuan, makin banyak hormon

estrogen yang dapat diproduksi (Lane, 2003).

Cara untuk menghitung IMT.

IMT= Berat Badan (BB dalam kg)

Tinggi Badan2 (TB dalam m)

IMT yang dikatakan kurus apabila < 18,4. IMT 18,5 sampai 25

dikatakan normal. Gemuk adalah apabila IMT antara 25,1 sampai

(35)
[image:35.595.131.561.66.466.2]

16

Tabel 2.1. Batas Ambang IMT untuk Indonesia

KEADAAN KATEGORI IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17- 18,4

Normal 18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan ringan 25,1- 27,0

Kelebihan berat badan berat >27,0

Sumber: Depkes, 2002

c. Gaya Hidup 1) Aktivitas Fisik

Aktivitas yang dilakukan setiap orang berbeda-beda.

Dengan aktivitas fisik, berarti otot tubuh bergerak dan

menghasilkan energi. Pertumbuhan dan perkembangan tulang

dipengaruhi gerakan badan dan istirahat. Latihan fisik

meningkatkan suplai darah ke otot dan tulang. Kerena darah

membawa zat-zat pembangun, maka latihan fisik akan

meningkatkan pertumbuhan (Watson, 2002). Seseorang yang

jarang melakukan aktivitas fisik akan mengakibatkan turunnya

masa tulang dan dengan bertambahnya usia terutama pada usia

lanjut, otot pun akan menjadi lemah sehingga akan berpeluang

untuk timbulnya patah tulang (Compston, 2003).

Olahraga baik bagi tulang maupun aspek kesehatan lain.

Tidak bergerak sama sekali mempercepat penurunan masa

tulang, sementara olahraga menahan beban tubuh bisa

(36)

memperlambat penurunan masa tulang akibat usia serta

meningkatkan kesehatan secara umum, sehingga megurangi

risiko jatuh. Olahraga membantu memperkuat tulang

(Wardlaw, 2002).

Melompat-lompat atau bermain lompat tali bisa

meningkatkan masa tulang pinggul wanita, sementara berjalan

cepat sekitar 30 menit yang dilakukan tiga sampai empat kali

dalam seminggu bisa mengurangi penurunan masa tulang

belakang dan tulang pinggul (Compston, 2002).

Wanita yang malas bergerak atau berolahraga akan

terhambat proses osteoblasnya. Selain itu, kepadatan masa

tulang akan berkurang. Semakin banyak bergerak dan olahraga,

maka otot akan memacu tulang untuk membentuk masa

(Zaviera, 2008). Menurut Muhial dkk (2004), aktivitas fisik

dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu aktivitas

ringan, aktivitas sedang dan aktivitas berat.

2) Status Merokok

Merokok dan minum minuman beralkohol sangat

merugikan dalam kaitannya dengan osteoporosis. Penelitian

menunjukan merokok mempercepat kehilangan tulang serta

turut andil dalam berkurangnya kemampuan penyerapan

kalsium (Nasir, 2008).

Suatu studi analisis dari 48 penelitian memperlihatkan

(37)

18

tinggi risikonya untuk fraktur (Zaviera, 2008). Perokok baik

laki-laki maupun perempuan memiliki risiko fraktur tulang satu

hingga dua kali lebih besar daripada bukan perokok

(Permatasari, 2008). Bukti nyata efek merokok dalam

penurunan DMT yaitu satu diantara delapan kejadian fraktur

tulang pinggul terjadi akibat merokok. Perokok kehilangan

tulang lebih cepat dibandingkan yang tidak merokok

(Law,1997)

d. Asupan 1) Kalsium

Zat kapur, kalk atau kalsium adalah mineral terbanyak

dalam tubuh. Dalam tubuh dewasa terdapat sekitar 1200 gram

(300 mmol) kasium, dimana sebanyak 99% berada dalam

tulang dan gigi, 1% terdapat dalam darah, cairan ekstra seluler,

otot dan jaringan lain (Tee,2005). Kalsium yang diserap dari

makanan hanya sebesar 25% (Wardlaw, 2002).

Diperkirakan 80-90% kandungan mineral tulang terdiri dari

kalsium dan fosfor sehingga diyakini kalsium memegang

peranan penting dalam terjadinya osteoporosis. Kalsium yang

beredar dalam darah mejadi patokan keseimbangan kadar

kalsium diseluruh tubuh. Keseimbangan dan kestabilan dalam

darah normal, maka mineralisasi dan demineralisasi

(38)

Tingginya asupan kalsium tidak bersifat toksik pada

individu yang sehat karena mekanisme homeostasis tubuh

mengontrol kandungan yang diserap melalui makanan dan

yang diekskresikan melalui urin. Namun, The Committee On

medical Aspect of Food Policy menggunakan dosis

peningkatan asupan kalsium pada orang yang berisiko terkena

[image:38.595.131.538.76.478.2]

osteoporosis harus dilakukan dengan hati-hati (Barker, 2002)

Tabel 2.2 AKG Kalsium di Indonesia

Umur (tahun) Pria (mg) Wanita (mg) 10- 18 19- 29 30- 49 50- 64 >65 1000 800 800 800 800 1000 800 800 800 800 Sumber: Depkes, 2005

2) Vitamin D

Vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang, yaitu

membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar

kalsium dan fosfor tersedia dalam darah untuk diendapkan pada

proses pengerasan tulang (Almatsier, 2002). Vitamin D

meningkatkan penyerapan kalsium oleh usus sehingga cukup

tersedia kalsium untuk tulang, yang mengandung 99% kalsium

tubuh.

Pada orang yang cukup mengkonsumsi vitamin D, rata-rata

penyerapan kalsium di usus yaitu 30%. Pada saat pertumbuhan,

(39)

20

80%. Namun, tanpa vitamin D, maka penyerapan kalsium pada

usus tidak lebih dari 10-15%. Defisiensi vitamin D pada orang

dewasa dapat menyebabkan hyerparathyroidism sekunder

[image:39.595.130.536.80.511.2]

(penyebab osteoporosis) (Holick, 2004)

Tabel 2.3. AKG Vitamin D di Indonesia

Sumber: Depkes, 2005

3) Vitamin C

Vitamin C berfungsi untuk pembentukan tulang, dimana

dapat membantu absorbsi kalsium dengan menjaga agar

kalsium berada dalam bentuk larutan, dalam membantu

pertumbuhan osteoblas. Fungsi vitamin C yang lain yaitu

berperan dalam berbagai reaksi hidrolisis yang dibutuhkan

untuk sintesis kolagen, karnitin dan seronin. Kolagen

merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas

struktur sel disemua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan

dan matriks tulang. Jadi vitamin C dapat membantu

pembentukan tulang dan berperan dalam terjadinya fraktur

(Almatsier, 2002 dan Wolf, 2005). Asupan vitamin C

berpengaruh terhadap DMT sebagai radikal bebas yang dapat

mengurangi efek dari stres oksidatif yang kemungkinan Umur (tahun) Pria (µg) Wanita (µg)

(40)

berhubungan dengan bone loss, dengan mencegah resopsi

[image:40.595.129.537.69.484.2]

tulang (Wolf, 2005).

Tabel 2.4. AKG Vitamin C di Indonesia

Umur (tahun) Pria (mg) Wanita (mg) 16- 18

19- 29 30- 49 50- 64 >65

90 90 90 90 90

75 75 75 75 75 Sumber: Depkes, 2005

4) Fosfor

Fosfor merupakan mineral kedua yang banyak berperan

dalam tubuh. Kalsium dan fosfor menjadi komponen dalam

tulang. Akan tetapi, jika jumlah fosfor lebih besar daripada

kalsium akan menyebabkan berkurangnya masa tulang. Karena

pada makanan sumber fosfor dapat meningkatkan hormon

paratiroid yang dapat memicu pengeluaran kalsium melalui

urin, sehingga masa tulang pun akan berkurang (Barker, 2002).

5) Protein

Terjadinya osteoporosis juga disebabkan oleh asupan

protein yang berlebih. Karena protein dapat menghasilkan asam

jika diuraikan dalam tubuh. Sehingga asam tersebut ditahan

oleh tulang dan terjadilah pelepasan kalsium melalui urin. Ada

studi mengatakan adanya peningkatan asupan protein

(41)

22

sebanyak 1 gram dapat meningkatkan pengeluaran kalsium

[image:41.595.133.537.82.485.2]

lewat urin sebanyak 1 mg (Dawson, 2006).

Tabel 2.5. AKG protein di Indonesia

Umur (tahun) Pria (g) Wanita (g) 16-18

19-29 30-49 50-64 >65

65 60 60 60 60

50 50 50 50 50 Sumber: Depkes, 2005

6) Konsumsi Obat

Mengkonsumsi obat- obatan tertentu dengan frekuensi

sering seperti kortikosteroid, akan mempunyai peluang untuk

terkena osteoporosis lebih besar. Karena mengkonsumsi obat

tersebut dalam jumlah yang tinggi atau sering, akan

menghambat kerja pembentukan tulang dan dapat menurunkan

masa tulang (Putri, 2009)

3. Alat Untuk Mengukur Osteopenia

Nilai dari pengukuran masa tulang disebut densitas mineral tulang.

Densitas mineral tulang dapat diukur melalui beberapa cara dengan

output yang diperoleh disebut dengan T-score dan Z-score. Adapun

alat yang dipergunakan untuk mengetahui seseorang mengalami

(42)

a. Densitometri DEXA (Dual Energy X-Ray Absorptimetry) Dari semua teknik pemeriksaan densitas tulang dual energy

x-ray absorptimetry adalah cara yang paling akurat.

Pemeriksaan ini aman tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan

dalam waktu 5-15 menit (Tandra, 2009).

Keuntungan metode ini mengukur masa tulang di pinggul,

pergelangan tangan, tulang belakang, atau seluruh rangka dan

sering disebut scan tulang. Nilai masa tulang yang didapat dari

pengukuran ini disebut kerapatan mineral tulang (BMD= Bone

Mineral Density). Walaupun menggunakan sinar-X, namun

tingkat radiasinya sangat kecil (New, 2003). Akan tetapi alat

ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan koreksi

berdasarkan volume tulang (secara bersamaan hanya

menghitung 2 dimensi yaitu tinggi dan lebar) dan jika pada saat

seseorang melakukan pengukuran dalam posisi yang tidak

benar, maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan tersebut.

(Cosman, 2009)

Hasil dari DEXA dapat dinyatakan dengan T-Score, yang

dinilai dengan melihat perbedaan BMD dari hasil pengukuran

nilai rata-rata BMD puncak (Tandra, 2009). Kriteria WHO

untuk menentukan berat ringannya keropos tulang, organisasi

kesehatan dunia memberlakukan kriteria yang sudah diterima

oleh seluruh dunia. Bila T-Score sama dengan atau lebih rendah

(43)

24

dinamakan osteopenia atau massa tulang yang rendah. T-Score

diantara -1 sampai +1 dikatakan BMD yang normal. Orang

dengan T-Score dibawah -2,5 yang disertai dengan fraktur

karena osteoporosis dikategorikan dalam osteoporosis yang

berat (Severe or establised osteoporosis) (Tandra, 2009).

b. Quantitative Ultrasound (QUS)

Ultrasound mengukur kecepatan suara, berbeda dengan

pengukuran sebelumnya yang menggunakan sinar-X. Adanya

elastisitas tulang terbukti dengan adanya kecepatan tembus

gelombang dan kekuatan tulang. Pemeriksaan dilakukan pada

tulang tumit (calccaneus), tibia dan jari tangan. Keuntungan

alat pengukur ini adalah murah dan dapat dibawa

kemana-mana, hanya saja tidak dapat mengetahui lokalisasi tepat

osteoporosis (Suherman & Tobing, 2006).

Pengukuran dengan QUS ini memiliki kelemahan dalam

analisa karena yang diukur adalah bagian tumit karena

perubahan kepadatan tulang tumit lebih lambat dibandingkan

tulang belakang atau pinggul. Jadi, dapat saja terjadi kasus

kepadatan tulang tumitnya normal, namun bagian pusat seperti

tulang belakang atau pinggul tidak normal (Zaviera, 2008).

Pemeriksaan ultrasound dapat memprediksi risiko fraktur dan

dapat dilakukan sebagai skrining seseorang mengalami

osteoporosis yang kemudian bisa dilanjutkan dengan

(44)

c. Quantitative Computed Tomography (QCT)

QCT merupakan salah satu metode yang dipakai untuk

mengukur mineral tulang. Sebagian besar alat ini dapat

mengukur densitas mineral tulang di daerah lain. QCT

memiliki beberapa keuntungan, yaitu dapat mengukur DMT

belakang di ruas tulang belakang, tempat patah tulang biasanya

terjadi. Kekurangannya yaitu metode ini menggunakan radiasi

yang sangat tinggi, sehingga penggunaannya tidak begitu

direkomendasikan (Cosman, 2009).

C. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian terkait aktivitas fisik dan indeks masa tubuh dengan

kejadian osteopenia adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012), menunjukan bahwa

21,7% responden memiliki DMT tidak normal dan terdapat hubungan

yang signifikan (nilai p< 0,05) antara IMT dengan DMT tidak normal,

dan ada perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan kebiasaan

konsumsi kopi dengan DMT normal dan DMT tidak normal.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2013), menunjukan bahwa

aktivitas masa lalu selama masih remaja (p= 0,002) menunjukan efek

positif pada kandungan mineral tulang. Dalam model multivariat,

aktivitas fisik masa lalu (≥1 kali perminggu) memiliki efek

(45)

26

3. Penelitian yang dilakukan oleh Novriyana (2011), menunjukan bahwa

terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kepadatan tulang,

dengan nilai r= 0,451, p= 0,00. Aktivitas fisik yang tinggi dapat

meningkatkan kepadatan tulang.

Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan ada hubungan aktivitas

fisik dengan osteopenia, hal ini dapat dilihat dari penelitian nomor 2 dan

nomor 3. Sedangkan antara IMT dengan osteopenia juga terdapat

(46)

D. Kerangka Teori

Akan membentuk

mempengaruhi

Akan terjadi

[image:46.595.127.568.65.695.2]

Dampaknya

Gambar 2.1. Model Kerangka Teori modifikasi ( Cosman, 2009; Compston, 2002; Fox & Brown, 2007; Ganong, 2008; Setyohadi, 2010; Tandra, 2009; Zaviera,

2008)

Tulang

Sel Tulang terdiri dari:

- Osteosit - Osteoblas - Osteoklas

Remodeling Tulang normal:

Tulang yang sudah rusak akan diidentifikasi oleh sel osteosit, kemudian terjadi

penyerapan kembali yang dilakukan oleh osteoklas dan nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan asam. Dengan demikian, tulang yang sudah diserap

osteoklas akan dibentuk bagian tulang yang baru yang dilakukan oleh osteoblas setelah sel osteoklas hilang.

FAKTOR RISIKO:

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Gaya hidup 4. IMT

5. Asupan makanan

Remodeling Tulang Abnormal: Peningkatan kerja osteoklas dan penurunan kerja osteoblas

Penurunan kepadatan tulang (OSTEOPENIA)

(47)

28

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, variabel bebas (independen) yang ingin diketahui

yakni IMT dan aktivitas fisik, sedangkan variabel terikat (dependen) yang

[image:47.595.129.536.60.710.2]

akan diteliti yaitu osteopenia.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Indepanden

Aktivitas Fisik

O S T E O P E N I A

IMT

(48)
[image:48.595.54.585.69.626.2]

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operational

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Dependen: Osteopenia Suatu kondisi terjadinya penurunan kepadatan massa tulang dari keadaan normal. Pengukuran densitas (kepadatan) tulang. Bone Densitometry QUS.

1. 1. Normal= T score >-1 2. Osteopenia= T score

-1 sampai -2,5

(WHO, 2003) Ordinal Independen : Indeks Massa Tubuh (IMT)

Alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan . berdasarkan perbandingan antara berat badan dalam kilogram (kg) dan tinggi badan dalam m2 .

Pengukur berat badan (kg) dan tinggi badan (m).

-Berat badan diukur dengan timbangan berat badan digital (Secca)

-Tinggi badan diukur dengan tinggi badan dgital (Secca).

Kategori

1. Kurus : 17,0 - 18,4 kg/m2

2. Normal : 18,5 - 25,0 kg/m2

3. Gemuk : 25,1- 27,0 kg/m2 (Depkes, 2002) Ordinal Independen : Aktivitas fisik Suatu kegiatan sehari yang dapat menghasilkan energi dan melakukan secara terencana terstruktur dan terprogram dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

Kuisioner Kuisioner aktivitas fisik.

Kuesioner ini terdiri dari 18 item

pertanyaan.

Kategori:

1. Rendah, jika: Skor < 29 2. Sedang, jika:

Skor 29 ≤ Skor ≤ 38

3. Tinggi, jika: Skor > 38

(49)

30

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian

yang muncul adalah:

1. Ada Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteopenia pada

Mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ada Hubungan IMT dengan Kejadian Osteopenia pada Mahasiswi

(50)

31

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif, desain penelitian yang

direncanakan adalah penelitian dengan rancangan penelitian cross

sectional. Penelitian cross sectional meneliti suatu kejadian pada titik

waktu dimana variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada

saat yang sama (Nursalam, 2009).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2014 di

gedung FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tepatnya pada mahasiswi

PSIK semester 6 dan semester 8. Alasan peneliti memilih FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta karena letaknya yang terjangkau, kemudahan

dalam birokrasi, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai

hubungan aktivitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada

mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah

(51)

32

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua mahasiswi semester 6 dan 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dengan jumlah 85 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi

yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik simple random sampling, yaitu teknik sampling dengan cara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota

populasi(Hidayat, 2007). Pengambilannya menggunakan kocokan

sesuai dengan nomor urut yang ada di absen. Sampel dalam penelitian

ini adalah mahasiswi PSIK semester 6 dan semester 8 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Jenis kelamin perempuan.

b. Berusia minimal 20 tahun.

c. Bersedia menjadi sampel dan mempunyai waktu untuk mengisi

kuesioner, mengukur IMT serta melakukan pengecekan kepadatan

(52)

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sesuai dengan ketentuan rumus besar sampel yang sesuai dengan

rancangan penelitian yaitu rumus sampelUji beda dua proporsi.

Keterangan:

n= besar sampel yang diharapkan

Z1-α/2= tingkat kemaknaan pada α= 5% (z score= 1,96)

Z1-β= kekuatan uji pada β= 80% (z score= 0,84)

P= (P1+P2)/2

P1= proporsi kebiasaan olahraga kurang dengan DMT

tidak normal, sebesar 73,1% (Trihapsari, 2009)

P2= proporsi kebiasaan olahraga cukup dengan DMT

tidak normal, sebesar 39% (Trihapsari, 2009)

Maka besar sampel yang dihasilkan adalah:

n= √ +0.8√ 2

(0.731 – 0.39)2

= √ + 0.84√ 2

(0.341)2

= √ + 0.84√ 2

(53)

34

= {1.376 + 0.553 2

0.116

= 3.721 = 32,1

0.116

Karena menggunakan rumus uji beda proporsi. Maka hasil dikali dua:

32.1x 2 = 64,2= 64 orang.

Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai

cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah: 64+6= 70 responden. Pada saat penelitian, ada 2

orang yang tidak dapat mengikuti penelitian dikarenakan sakit. Sehingga

didapatkan actual subject yang mengikuti penelitian sebanyak 68 orang.

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

a. Pengambilan Data Kepadatan Tulang

Untuk pengukuran densitas mineral tulang peneliti bekerja

sama dengan puhak Anlene untuk peminjaman alat pengukuran

kepadatan tulang yang nantinya alat tersebut akan dibawa ke

gedung FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada saat perizinan

peneliti hanya menghubungi petugas yang bertanggung jawab

dengan alat tersebut.

Pengukuran kepadatan mineral tulang dengan metode

(54)

Electric) dengan keakuratan 98% sama dengan alat DEXA .

Pengukuran dilakukan pada tulang calcaneus (tumit) sebalah kanan

sampel selama kurang lebih 1 menit. Nilai t-score -1 sampai -2,5

SD menunjukan osteopenia.

b. Pengambilan Data IMT

Data IMT, yang diambil terdiri dari berat badan (kg) dan

tinggi badan (cm). Penimbangan berat badan (BB) dan tinggi

badan dengan menggunakan secca. Untuk mengukur berat badan,

pakaian sampel seminimal mungkin. Pada saat pengukuran tinggi

badan, sampel harus dalam posisi berdiri tegak, dan alat ukur harus

berada pada bidang datar, agar tidak mempengaruhi nilai pada saat

pengukuran. Hasil dari pengukuran nantinya akan di perhitungkan

dengan perhitungan BB(kg)/TB(m)2.

c. Pengambilan Data Aktivitas Fisik

Untuk memperoleh informasi tentang aktivitas fisik,

peneliti menggunakan instrumen kuesioner tentang data demografi

dan data aktivitas fisik yang di adopsi dari Baecke Questionnaire.

Kuesioner tentang data demografi berisi tentang inisial responden,

umur, semester dan nomor HP. Sedangkan aktivitas fisik akan

menunjukan hasil aktivitas ringan, aktivitas sedang dan aktivitas

berat. Baecke Questionnaire ini terbagi menjadi 3 domain yaitu

aktivitas sehari-hari, aktivitas olahraga dan aktivitas waktu

senggang. Dimana kuesioner ini telah di modif oleh peneliti dan

(55)

36

terdiri dari 22 pertanyaan, yaitu nomor 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan

nomor 21 merupakan pertanyaan untuk aktivitas sehari-hari; nomor

2, 3, 4, 11, 15, 16, 17, 18, 19, dan nomor 22 merupakan pertanyaan

untuk olahraga; nomor 12, 13, 14, dan nomor 20 merupakan

aktivitas waktu senggang. Untuk penilaian jawaban dari masing-

masing pertanyaan:

Untuk jawaban nomor 1:

Jika jawaban a = 1

Jika jawaban b = 3

Jika jawaban c = 5

Untuk jawaban nomor 2:

Jika jawaban ya=

 Skor olahraga(nomor 3,4,16,17,18,19) ≥ 12 = 5

 Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 8 - <12 = 4

 Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 4 - <8= 3

 Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 0,01 - 4 = 2

 Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 0 = 1 Jika jawaban tidak = 1

Untuk jawaban nomor 3 dan nomor 4:

Jika jawaban a = 0,76

Jika jawaban b = 1,26

Jika jawaban c = 1,76

Untuk jawaban nomor 5 sampai nomor 15:

(56)

Jarang = 2

Kadang- kadang = 3

Sering = 4

Selalu = 5

Untuk jawaban nomor 16 dan 17:

< 1 jam = 0,5

1-2 jam = 1,5

2-3 jam = 2,5

3-4 jam = 3,5

> 4 jam = 4,5

Untuk jawaban nomor 18 dan 19:

<1 bulan = 0,04

1-3 bulan = 0,17

4-6 bulan = 0,42

7-9 bulan = 0,67

>9 bulan = 0,92

Untuk jawabam nomor 20:

5 menit = 1

5 – 15 menit = 2

15 – 30 menit = 3

30 - 45 menit = 4

> 45 menit = 5

Untuk jawaban nomor 21 dan 22:

(57)

38

Lebih berat = 4

Sama berat = 3

Lebih ringan = 2

Lebih sangat ringan = 1

Interpretasi skor yang digunakan pada instrumen ini dengan

menggunakan kuartil yang ada pada SPSS dengan menggolongkan

subjek dalam kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah.

2. Instrumen Pengumpulan data

Berikut merupakan instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian:

a. GE (General Electric)

GE (General Electric) digunakan untuk mengukur kepadatan tulang

responden selama kurang lebih 1 menit.

b. Meteran Tinggi Badan

Meteran adalah alat untuk mengukur tinggi badan dalam satuan

sentimeter (cm). Alat ukur tinggi badan menggunakan secca.

c. Timbangan Berat Badan

Timbangan berat badan adalah alat untuk mengukur berat badan

dengan satuan kilogram (kg). Alat ukur berat badan menggunakan

secca.

d. Baecke Questionnaire

Baecke Questionnaire adalah kuesioner yang digunakan untuk melihat

(58)

pertanyaan dengan skor maksimal 74,36 dan skor minimal 14,60.

Peneliti menggunakan 3 kategori dalam menginterpretasikan hasil dari

kuesioner aktivitas fisik ini, yaitu aktivitas ringan, sedang, dan

aktivitas berat. Pengkategorian ini menggunakan perhitungan kuartil.

Dalam beberapa kasus, peneliti terkadang tidak hanya membagi dalam

dua kelompok tapi juga membaginya menjadi tiga maupun menjadi

empat kategori. Pada kondisi seperti ini, tidak lagi menggunakan

median sebagai pemisah melainkan kuartil (Nawari, 2007)

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Validitas

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah

instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu megukur apa- apa

yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu(Setiadi,

2007). Perhitungan dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product

Moment yang rumusnya adalah

Keterangan:

r= koefisien korelasi

N= jumlah responden

X= skor tiap item pertanyaan

(59)

40

Pada penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan pada tanggal

13-20 Mei tahun 13-2014. Uji coba ini dilakukan terhadap 60 orang mahasiswi

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berumur ≥20 tahun keatas

dan berjenis kelamin perempuan. Lokasi uji validitas instrumen dilakukan

di FKIK UIN Syarif Hidayatullah sama dengan lokasi penelitian, sehingga

peneliti mengidentifikasi responden yang telah diteliti dalam uji coba

instrumen tidak termasuk responden dalam penelitian.

Ketentuan kevalidan instrumen apabila r hitung > 0,3. Hasil uji

validitas untuk pertanyaan nomor 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 21,

22 terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid, yaitu nomor 5, 6, 8, dan 12,

sehingga item-item ini tidak dapat digunakan. Pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4,

16, 17, 18, 19, 20 tidak di uji valid karena seharusnya pertanyaan tersebut

dilihat menggunakan observasi. Hasil setelah yang di uji valid dan

pertanyaan yang diobservasi digunakan dalam pengambilan data aktivitas

fisik sebanyak 18 item pertanyaan.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas, peneliti perlu mengukur reliabilitas

data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas instrumen

adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan oleh

orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007).

(60)

rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan

nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).

Pada penelitian ini, saat pertama kali diuji menghasilkan α= 0,447.

Selanjutnya, dilakukan uji reliabilitas yang kedua tanpa menggunakan

item 5, 6, 8, dan 12 menghasilkan nilai α =0,657. Karena Alpha Cronbach

> 0,60, maka instrumen ini dianggap reliabel, dapat dipercaya, dan

diandalkan.

F. Tahap Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan bulan Mei tahun 2014. Data yang

dihimpun dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan

menggunakan kuesioner. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam

pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu:

1. Peneliti menentukan subjek penelitian, maksud dan tujuan penelitian.

Peneliti menghubungi pihak Anlene untuk meminjam alat kepadatan

tulang yang akan dilakukan di gedung FKIK UIN Syarif Jakarta.

2. Bekerjasama dengan BEM FKIK untuk peminjaman laboratorium

keperawatan.

3. Setelah pihak Anlene menyetujui, pihak Anlene datang ke kampus

untuk melakukan pengukuran DMT dangan alat Bone Densitometry

(Achilles Insigth).

4. Setelah mengecek tulang, responden langsung diukur BB dan TB

(61)

42

5. Setelah itu peneliti menyebarkan kuesioner untuk menilai aktifitas

fisik. serta memberikan lembar inform consent dan memberikan

penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.

6. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengecekan apakah data

yang terkumpul sudah lengkap atau belum. Setelah lengkap, data

diberi kode pada masing-masing pernyataan untuk mempermudah saat

analisis data. Langkah selanjutnya adalah memproses data, pemrosesan

data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke program

aplikasi statistik. Langkah yang terakhir yaitu pengecekan kembali

data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.

G. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga tidak

boleh bertentangan dengan etik (Setiadi, 2007). Menurut Hidayat (2007)

dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek

penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar

manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,

sehingga penelitian yang dilakukan benar-benar menunjung tinggi

kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitan pada manusia yang harus

dipahami antara lain:

1. Prinsip Manfaat

Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk

penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk

(62)

membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada

manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.

2. Prinsip Menghormati Manusia

Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia harus

dihormat, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara

mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menunjang tinggi keadilan manusia

dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak

menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan

terhadap manusia.

Gambar

Tabel 2.1. Batas Ambang IMT untuk Indonesia
Tabel 2.2  AKG Kalsium di Indonesia
Tabel 2.3. AKG Vitamin D di Indonesia
Tabel 2.4. AKG Vitamin C di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep dasar ilmu komunikasi secara umum, dikaitkan dengan kedudukan komunikasi sebagai

Hipotesis nomor II (karakter 的 ( de ) dilafalkan dengan bunyi [ti] di dalam lagu Mandarin diduga karena pengaruh posisi artikulasi vokal bahasa Mandarin dan tempo lagu

Masalah utama semasa membangunkan sistem tersebut adalah bagaimanakah untuk membangunkan sesuatu sistem yang dapat berfungsi sebagai Sistem Penggera dan Pelapor Rangkaian Komputer

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga kepada penulis,

Undang-Undang tidak membedakan antara berkurang atau lebih lancarnya pertumbuhan anak yang hidup didalam kandungan melainkan menetapkan pemisahan dari tubuh si ibu yang tidak

Segala puji hanya bagi Allah SWT, hanya karena Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Prarancangan Pabrik

Dalam Rekening air yang ditagihkan tiap-tiap bulan kepada pelanggan terdapat salah satu komponen atau item dari rekening air yaitu Biaya Dana Meter. Biaya Dana

Gambaran Kesiapan Akreditasi KARS Berdasarkan Standar MKI 16 (Manajemen Komunikasi) di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang Tahun 2015.. Indah, Dewi