• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian pengawasan Mutu dan Pemasaran Apel di Kecamatan Bumiaji, Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian pengawasan Mutu dan Pemasaran Apel di Kecamatan Bumiaji, Malang"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENGAWASAN MUTU DAN PEMASARAN APEL

Dl KEGAMATAN BUMIAII, MALANG

OLEH

1995

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANlAN INSTITUT PERTANlAN BOGOR

(2)

b'

M u k t i Wibowo. F 27 0248. Kajian Pengalvasan M u t u d a n Pemasaran Ape1 di Kecamatan Burniaji, Malang. Di bawah bimbingan

#'-

Soesarsono Wijandi, MSc.

..,

RLNGKASAN

Apel merupakan salah satu komoditas buah-buahan di Indonesia yang mempu- nyai potensi produksi dan pasaran yang cukup baik, narnun dihadapkan pada kendala karena sifat buah apel yang mudah rusak (perishable) dan tidak tahan lama serta belutii maksimalnya pengawasan mutu petani dan para pelaku pemasaran pada saat pasca panen yang mengakibatkan masih banyak terjadi kerusakan-kerusakan dan penurunan mutu buah serta menurunnya pangsa pasar buah apel.

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aspek pengawasan mutu dan pema- saran ape1 di tingkat petani dan para pelaku pemasaran (tengkulak, 'pedagang pengum- pul' dan pedagang pengecer); liiempelajari cara-cara pengawasan mutu dan pemasaran apel; serta mempelajari model atau pola kemitraan yang terlibat dalam pemasaran apel.

Berdasarkan jangka waktunya kemitraan usaha yang terjadi antara pelaku pema- saran ape1 dapat diklasifikasikan ke dalam 'pola kemitraan insidentil' (hubungan petani dengan tengkulak dan 'pedagang pengumpul', liubungan tengkulak dengan 'pedagang pengumpul', liubungan tengkulak dengan pedagang pengecer serta hubungan 'pedagang pengumpul' dengan grosir di luar kota). Sedangkan berdasarkan pola kerjasama yang

dijalin, pola kemitraan usaha yang terjadi antara pelaku pemasaran ape1 di Kecamatan Bumiaji, Malang termasuk pola 'kontrak kerja' (contoh : Paguyuban Petani Apel

BAGUS).

Tingkat pengawasan mutu yang dilakukan oleh pelaku pemasaran apel berbeda- beda, di mana tingkat pengawasan iiiutu 'pedagang pengumpul' lebih baik dibandingkan pedagang pengecer dan tengkulak. Hal ini dapat dililiat dari nilai tambah yang diteriiiia

(3)

Nilai ta~iibah yang diteri~na pada tingkat 'pedagang pengumpul' lebih baik dari- pada pedagang pengecer. maupun tengkulak untuk ape1 Rome Beauty, Manalagi dan Anna, masing-masing 21.05%. 8.13% dan 5.51 % untuk ape1 Rome Beauty, 31.22%. 6.39% dan 4.84% untuk apel Manalagi, serta 21.60%, 6.06% dan 6.97% untuk apel Anna, dari harga yang harus dibayar konsumen.

R/C rasio pada tingkat 'pedagang pengu~npul', pedagang pengecer dan tengku- lak, masing-iiiasing sebesar 1.27, 1.09 dan 1.06 untukapel Rome Beauty, 1.42, 1.07 dan 1.05 untuk ape1 Manalagi, serta 1.28, 1.06 dan 1.04 untuk ape1 Anna.

Terdapat keterkaitan yang sangat erat antara mutu ape1 dan harganya yaitu bahwa semakin bagus mutu apel, selnakin tinggi harga jualnya, yaitu untuk grade A , B, C dan krill harga jualnya iiiasing-masing Rp 1 900; Rp 1 750; Rp 1 500; dan Rp 1 300 per kilograrn untuk ape1 R o ~ n e Beauty. Sedangkan untuk ape1 Manalagi masing-masing R p 3 000; Rp 2 500; Rp 2 050; dan Rp 1 750 per kilogram dan untuk ape1 Anna Rp 2 500; Rp 2 400; Rp I 950; dan Rp 1 650 per kilogram. Hal ini dibuktikan dengan

nilai koefisien korelasi antara mutu apel dan harganya (r) yang mendekati nilai satu dan

(4)

KAJIAN I'ENGALVASAN MUTU DAN PEMASAIlAN AI'EL DI ICECAMATAN BUMIAJI, MALANG

oleh

MUKTI WIDOW0

F 27. 0248

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

1 9 9 5

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN PENGAWASAN hlUTU DAN PEhlASARAN AI'EL DI KECAMATAN BUMIAJI, MALANG

S K R I P S I

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh

KUKTI WIBOWO

F 27. 0248

Dilahirkan pada tanggal 6 Agustus 1971

di Banyuwangi

Tanggal lulus : Mei 1995

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesai- kan penelitian dan skripsi ini.

Selama penelitian, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. H. Soesarsono Wijandi, MSc., selaku dosen pembimbing,

2. Bapak-Ibu Suntakim, Bapak-Ibu Kastanu yang telah banyak memberikan bantuannya selama penulis di Malang, juga Bapak Arfa'i, Bapak Sunfiatmodjo, Bapak Toha dan Yeni di Paguyuban Petani Ape1 (PPA) BAGUS, Batu Malang yang telah banyak memberikan bantuannya,

3 . Kakak-kakakku tercinta, yang telah banyak memberikan

bantuan moril maupun materiil selama penulis menyele-

saikan studi di IPB,

4 . Teman-temanku, khususnya : Hari (di UI), Dilar, Giri, dan Ono (di IPB), yang telah banyak memberikan bantuan moril kepada penulis

Penulis sadar bahwa isi skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan.

(7)

DAFTAR IS1

H a l a m a n

KATA PENGANTAR

...

iii

DAFTAR I S 1

...

i v

...

DAFTAR T A B E L vi DAFTAR GAMBAR

...

viii

DAFTAR LAMPIRAN

...

i x

...

I

.

PENDAHULUAN 1 A

.

LATAR BELAKANG

...

1

B

.

T U J U A N P E N E L I T I A N

...

3

I1

.

T I N J A U A N PUSTAKA

...

4

A

.

A P E L

...

4

B

.

PENGAWASAN MUTU

...

9

C

.

PEMASARAN

...

1 2 D

.

KEMITRAAN

...

1 7

I11

.

METODA P E N E L I T I A N

...

2 2 A

.

KERANGKA P E M I K I R A N

...

2 2

...

B

.

WAKTU DAN L O K A S I P E N E L I T I A N 2 3 C

.

PENGUMPULAN DATA

...

2 3

D

.

P E N A R I K A N CONTOH

...

2 3

...

E

.

PENGOLAHAN DAN A N A L I S I S DATA 2 6

I V

.

H A S I L DAN PEMBAHASAN

...

3 4 A

.

KEADAAN UMUM WILAYAH

...

3 4
(8)

B

.

KERAGAAN PEMASARAN APEL

...

...

1

.

Jenis dan Sifat Komoditas

2

.

Saluran Pemasaran Ape1

...

3

.

Proses Pemasaran Ape1

...

C

.

KEMITRAAN USAHA

...

1

.

Berdasarkan Jangka Waktu

...

2

.

Berdasarkan Pola Kerjasama yang Dijalin

D

.

PENGAWASAN MUTU APEL

...

E

.

ANALISIS BIAYA. NILAI TAMBAH DAN R/C RASIO PEMASARAN APEL

...

F

.

ANALISIS KORELASI ANTARA MUTU APEL DAN HARGANYA

...

V

.

CARA-CARA PENGAWASAN MUTU DAN PEMASARAN APEL

...

VI

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

A

.

KESIMPULAN

...

B

.

SARAN

...

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Komposisi buah ape1 segar

...

7

Tabel 2 . Standar kematangan ape1

...

11

Tabel 3 . Unit contoh petani apel di Kecamatan Bumiaji, Malang

...

2 4

Tabel 4. Sebaran masing-masing contoh para pelaku yang terlibat dalam pemasaran

...

ape1 di Kecamatan Bumiaji, Malang 26

Tabel 5. Grade apel berdasarkan jumlah buah

...

per kilogram 3 2

Tabel 6 . Volume rata-rata penjualan apel yang dilakukan oleh pelaku pemasaran pada

....

setiap transaksi di Kec. Bumiaji 5 2

Tabel 7. Kondisi penanganan apel di Kecamatan

...

Bumiaji, Malang 5 8

Tabel 8 . Rataan mutu apel Rome Beauty pada berbagai tingkat rantai pemasaran di Kecamatan Bumiaji, Malang

...

6 7

Tabel 9. Rataan mutu apel Manalagi pada berbagai tingkat rantai pemasaran di

Kecamatan Bumiaji, Malang

...

70

Tabel 10. Rataan mutu apel Anna pada berbagai tingkat rantai pemasaran di Kecamatan Bumiaji, Malang

...

7 2

Tabel 11. Nilai tambah pemasaran apel Rome- Beauty

...

7 4

Tabel 1 2 . Nilai tambah pemasaran apel Mana-

lagi

...

75

Tabel 1 3 . Nilai tambah pemasaran ape1 Anna

....

7 6
(10)

Tabel 15

.

R/C rasio ape1 Manalagi

...

80 Tabel 16

.

R / C rasio ape1 Anna

...

80

Tabel 17

.

Nilai koefisien korelasi antara mutu

ape1 dan harganya

...

8 2

Tabel 18

.

Standar mutu apel Rome Beauty. Mana- lagi. dan Anna yang banyak disukai

...

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Delapan macam bentuk buah ape1

...

6

Gambar 2. Diagram alir tatalaksana penelitian

.

3 3

Gambar 3. Saluran pemasaran apel di daerah

sentra produksi Kecamatan Bumiaji

...

46

Gambar 4. Proses sortasi dan grading apel di

Kecamatan Bumiaji, Malang

...

61

Gambar 5. Proses pengepakan apel di

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data curah hujan d a n RH rata-rata

Kecamatan Bumiaji, Malang

...

97

Lampiran 2. Peta pembagian desa atau kelurahan untuk Kecamatan Bumiaji,

(13)

I. PENDAHULUAN

Salah satu buah-buahan yang bukan tanaman asli Indonesia dan dapat dibudidayakan dengan baik adalah ape1 (Malus sylvestris Mill.). Berdasarkan laporan Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, pada tahun 1979

daerah Malang telah menghasilkan 15 881 ton buah apel. Sedang pada tahun 1992 mencapai 127 654 ton buah. Diperkirakan pada tahun-tahun mendatang terjadi per- tambahan produksi apel secara pesat.

(14)

di dalam negeri kurang lebih 12.5 persen (Arsip Paguyu- ban Petani Apel BAGUS).

Buah-buahan termasuk apel merupakan komoditas hortikultura yang bersifat mudah rusak (perishable) apabila setelah dipanen dibiarkan begitu saja tanpa adanya penanganan atau pengawasan mutu lebih lanjut yang berakibat terhadap terjadinya kerusakan dan penurunan mutu buah. Kerusakan dan penurunan mutu buah apel dapat disebabkan faktor fisik, kimiawi, parasitik dan mikrobiologis. Di daerah tropis seperti Indonesia diperkirakan tingkat kerusakan buah apel selama pasca panen berkisar antara 22

-

78 persen (FAO,

1981). Sedangkan menurut Arsip Paguyuban Petani Apel BAGUS (1994), kerusakan atau penurunan mutu apel saat pasca panen di tingkat pedagang pengecer sebesar 25

-

40 persen. Sedangkan pada tingkat 'pedagang pengumpul' tercatat sebesar 18

-

25 persen.
(15)

di Indonesia belum ada. Pada umumnya harqa apel di pasaran ditentukan oleh jumlah buah per kilogram. Klasifikasi yang digunakan petani atau pedagang dalam menentukan harga adalah jumlah 3 - 4 buah/kg, 5

-

6

buah/kg, 7

-

8 buah/kg, 9 - 10 buah/kg, 11

-

15

buah/kg, dan 16 buah k e atas per kilogram. Makin sedikit jumlah buah per kilogram, makin tinggi pula harqanya. Ukuran buah yang digemari konsumen adalah yang berisi 5

-

6 buah/kg (Yuniarti dan Suhardi, 1989).
(16)

manajemen, teknologi dan pemasaran sehingga nilai tambah komoditas diserap langsung oleh pengusaha. Sementara petani yang sejauh ini hanya mampu menguasai teknik budidaya, memiliki lahan usaha dan tenaga kerja, menjadi tidak berdaya dalam kemitraan yang semestinya memberikan keuntungan yang seadil-adilnya bagi para pelaku kemitraan tersebut (Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1994)

.

Oleh karena itu kajian aspek pengawasan mutu dan pemasaran ini menjadi sangat pen- t ing

.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah : (1) mempelajari aspek pengawasan mutu dan pemasaran apel di tingkat

petani dan para pelaku pemasaran (tengkulak; 'pedagai~g pengumpul'; dan pedagang pengecer), (2) mempelajari cara-cara pengawasan mutu dan pemasaran apel, dan (3)

(17)

11. TINJAUAN PUSTAKA

A . APEL

Tanaman apel (Malus sylvestris Mill.) termasuk filum Spermatophyta, kelas Anqiosperrnae, s u b k e l a s Monocotyledonae dan famili Rosaceae. (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1985).

Buah apel merupakan salah satu jenis buah yang digemari rakyat Indonesia, terutama di kota-kota besar. Hal ini tampak dari peningkatan produksi buah apel di Jawa Timur, sebagai daerah sentra produksi buah apel di Indonesia, yaitu sebanyak 275 065 ton pada tahun 1988 meningkat menjadi 300 148 ton pada tahun 1989

(Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur, 1989).

Sejak awal tahun 1983, Pemerintah Indonesia telah melarang impor beberapa jenis buah segar termasuk diantaranya buah apel. Akibatnya volume impor buah apel segar ke Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 1983, yaitu 2 025 ton pada tahun 1983 menurun menjadi'

(18)

Hortikultura, 1990). Beberapa varietas ape1 hasil tanaman dalam negeri yang sudah banyak dikenal di pasaran adalah Rome Beauty, Manalagi dan Princess Noble (apel hijau). Dalam program mencari varietas-varietas unggul, di kebun percobaan di Banaran, Kecamatan Batu Malang, telah ditanam sembilan varietas apel, yaitu Princess Noble, Manalagi, Rome Beauty, Red Rome Beauty, Cahort I no. 23, Cahort I no.25, Cahort I no.27, Mc. Intosch dan Winter Banana. Salah satu sifat unggul yang diinginkan adalah buah yang mempunyai penampakan

menarik dan rasa yang banyak disenangi, yaitu manis denqan rasa sedikit masam (Yuniarti dan Suhardi, 1989).

Melihat banyaknya jumlah kultivar apel tidaklah aneh jika ciri-ciri morfologinya pun beragam. Sebagai contoh bentuk buah apel Rome Beauty jelas berbeda dengan Manalagi. Menurut Untung (1994) ada delapan macam bentuk buah apel seperti nampak pada Gambar 1,

(19)

FLAT-ROUND OBLONG CONICAL ROUND-CONICAL

FLAT OBLONG-CONICAL LONG-CONICAL ROUND

Gambar 1. D e l a p a n m a c a m b e n t u k b u a h a p e l ( U n t u n g , 1 9 9 4 )

S e p e r t i umumnya p a d a b u a h - b u a h a n , b a q i a n t e r b e s a r

p a d a d a g i n g b u a h a p e l a d a l a h a i r . A p e 1 m e n g a n d u n g

k a r b o h i d r a t y a n g t e r d i r i a t a s g u l a d a n p a t i , y a n g

b a n y a k n y a t e r g a n t u n q d a r i t i n g k a t k e m a t a n q a n b u a h .

S e l a i n i t u a p e l j u g a m e n g a n d u n g asam-asam o r g a n i k , z a t

p e k t i n , v i t a m i n , z a t - z a t m i n e r a l d a n l a i n - l a i n . Kompo-

(20)

Tabel 1. Komposisi buah apel segar (100 gram ~ a m ~ e l ) ~ )

Komposisi Kandungan

Air Karbohidrat fruktosa sukrosa glukosa xylosa Lemak Protein asparagin asam aspartat asam glutamat serine

- alanin Asam organik malat quinin sitrat sitramatat shikimat klorogenat p-coumarylquinat Vitamin biotin asam pamtotenat riboflavin thiamin myoinositol Mineral kalsium magnesium f osf or kal ium

0.1

-

1.36 g 0.04 - 0.46 g t r a c e - 0 . 0 2 g trace

-

0.05 g trace

-

0.015 g trace - 0.30 g trace

-

0.05 g

a ) Stephanie (1983)

Sedangkan menurut hasil penelitian Yuniarti dan Suhardi (1989) terhadap kesembilan varietas apel yang ditanam di kebun percobaan di Banaran, kandungan air

(21)

gram. Varietas Cahort I no.25 mempunyai ukuran buah

terbesar bila ditinjau dari diameter (7.5 cm) dan

kelilingnya (23.9 Cm). Varietas ini juga mempunyai

bobot buah tertinggi, yaitu 228.1 gram.

Menurut Kusumo (1986), standar mutu buah apel di

Indonesia belum ada. Pada umumnya h a r g a apel d i

pasaran ditentukan oleh jumlah buah per kilogram.

Klasifikasi yang digunakan petani atau pedagang dalam

menentukan harga adalah jumlah 3

-

4 buahlkg, 5 - 6

b u a h l k g , 7 - 8 b u a h l k g , 9

-

10 b u a h l k g , 11

-

1 5

buah/kg, d a n 16 buah k e atas per kilogram. Makin

sedikit jumlah buah per kilogram harganya makin tinggi

pula. Ukuran buah yanq digemari konsumen adalah yang

berisi 5 - 6 buah/kg (Yuniarti dan Suhardi, 1989).

Departemen Pertanian Amerika Serikat menetapkan

tingkat mutu (grading) buah apel segar yang hendak

dipasarkan sebagai komoditas segar berdasarkan pertim-

bangan sebagai berikut : buah harus mulus, bersih dan

bebas dari kebusukan serta kerusakan fisiologis, buah

memiliki tingkat kematangan yang cukup dengan aroma

(flavour), karekteristik warna dan bentuk yang khusus

serta bebas dari segala bentuk cacat, bentuk buah harus

(22)

9

B. PENGAWASAN M U T U

Kualitas atau mutu didefinisikan sebaqai suatu

ciri-ciri yanq membuat bahan dapat dikenal derajat

keistimewaan dan keungqulannya. Kualitas dari komodi-

tas hortikultura seqar merupakan kombinasi dari karak-

teristik, ciri-ciri dan sifat-sifat yanq diberikan

komoditas pada manusia untuk dimakan (Kader, 1985).

Faktor-faktor yanq mempengaruhi kualitas dari

komoditas hortikultura seqar antara lain (Kader, 1985)

antara lain :

1. Faktor g e n e t i k , misalnya s e l e k s i kultivar d a n

tanaman buahnya (rootstocks)

2. Faktor-faktor linqkunqan sebelum panen, seperti

iklim-temperatur, c a h a y a , a n q i n , curah h u j a n ,

polutan, kondisi pertanaman-tipe tanah, cadanqan

hara dan a i r , mulsa, pemanqkasan, penjaranqan,

perlakuan-perlakuan bahan kimia, waktu dan metoda

pemetikan

3. Pemanenan; fase-kedewasaan, pematangan, umur fisio-

loqis

4. Perlakuan-perlakuan pasca panen, seperti faktor-

faktor linqkungan (temperatur, kelembaban nisbi,

komposisi atmosfir penyimpanan), metoda penanqanan,

(23)

1 0

Varietas-varietas apel yang disukai orang adalah

b a i k dalam k u a l i t a s c i t a r a s a , penampakan sangat

m e n a r i k , r e l a t i f t a h a n t e r h a d a p h a m a p e n y a k i t ,

produktif dan kuat tanamannya. Jika buah apel tersebut

b a g u s d a l a m p e n y i m p a n a n d a n p e n a n g a n a n s e r t a

pengolahannya, maka nilai varietas tersebut meningkat

(Childers, 1973)

.

W a r n a buah apel m e r u p a k a n salah s a t u penentu

k u a l i t a s a p e l , k a r e n a b e r k a i t a n l a n g s u n g dengan

penampilan disukai atau tidaknya oleh konsumen. Warna

buah apel disebabkan oleh kelompok piqmen anthocyanin

yang didominasi oleh cyanidin (Markasis, 1975). Per-

kembangan dan perubahan warna buah apel ditentukan oleh

perubahan anthocyanin, yang dipengaruhi oleh tempera-

t u r , unsur hara tanah, kandungan air tanah, cahaya

matahari, kerusakan oleh hama dan sebagainya (Childers,

1973).

Di USA terdapat dua jenis kriteria standar yaitu

U.S. S t a n d a r d ( 1 9 7 6 ) d a n C a l i f o r n i a Food a n d

Agricultural Code (C.A. Standard, 1983) (Kader, 1985).

Standar mutu apel segar menurut U.S. Standard ditentu- kan oleh : derajat kematangan, warna, firmness, bentuk

dan ukuran, bebas dari kerusakan-kerusakan internal

browning, internal breakdown, scald, scab, bitter pit,

jonathan spot, freezing injury, water core, bruises

(24)

Sedangkan C.A. Standard menggunakan standar derajat

kematangan dengan mengukur total padatan terlarut (SSC)

d a n u j i f i r m n e s s , s e p e r t i t e r l i h a t pada T a b e l 2.

Selain derajat kematanqan, C.A. Standard juga menetapkan

standar ukuran, warna, kondisi daqing buah, bebas dari

kerusakan (seperti : scald, spot, internal breakdown, water core, bruisess, sun burn, russetinq)

,

dan bebas

busuk.

Di Indonesia belum ada standarisasi mutu buah ape1

segar. Kriteria-kriteria yang digunakan adalah sebagai

berikut : derajat kematangan, besar buah, warna buah,

kebersihan kulit, rasa, aroma dan kekerasan daging buah

(Kusumo, 1986).

Tabel 2. Standar kematangan (C.A. Standard, 1983) b,

- -- -

Kultivar SSC ( % ) Firmness (lb/in2)

Red delicious 11 Golden delicious 12

Jonathan 12

Rome 12.5

McIntosch 11.5

Gravenstein 10.5

b)Sumber : Kader (1985)

Pengawasan mutu terutama bertujuan untuk memeliha-

r a keseragaman mutu produk, meninqkatkan efisiensi

serta meningkatkan dan menjamin mutu yang baik dalam

(25)

konsumen. Keinginan dan harapan konsumen yang dicer- minkan dalam standar penampakan produk, umumnya dida- sarkan pada tujuan penggunaan serta harga jual produk

(Besterfield, 1979).

Assauri (1978), mengatakan bahwa pengawasan mutu merupakan langkah untuk menentukan kebijaksanaan dalam ha1 mutu dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu, yaitu proses pembuatan, aspek penjualan, perubahan permintaan konsumen dan peranan pemeriksaan. Dalam melaksanakan pengawasan mutu, standar yang digunakan hendaklah sesuai dengan teknologi yang dicapai oleh negara yang menggunakan standar tersebut, sehingga pengawasan mutu dapat ditempatkan pada tempat yang sebenarnya.

C. PEMASARAN

(26)

13

Sedangkan David Downey (1987) mengemukakan bahwa pemasaran adalah telaah terhadap aliran produk secara fisis dan ekonomik, dari produsen melalui pedagang perantara k e konsumen. Pemasaran melibatkan banyak kegiatan' yang berbeda, yang menambah nilai produk pada saat produk bergerak melalui sistem tersebut.

Pendapat lain mengatakan bahwa pada dasarnya masalah pemasaran komoditas ialah bagaimana merefleksi- kan permintaan konsumen kepada produsen dan masalah bagaimana menyalurkan komoditas dan jasa dari produsen ke konsumen dengan biaya serendah-rendahnya pada ting- kat teknologi yang ada serta masalah bagaimana menyela- raskan pemasaran dengan perubahan permintaan konsumen

(Saefuddin, 1989).

(27)

14

Swastha dan Irawan (1990) menyatakan bahwa produk

atau barang menurut tujuan pemakaiannya digolongkan

menjadi dua golongan, yaitu barang konsumsi dan barang

industri. Adapun yang dimaksud dengan barang konsumsi

adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsikan di

mana pembeliannya didasarkan atas kebiasaan membeli

dari konsumen. Dapat dikatakan bahwa pembeli barang

konsumsi adalah pembeli atau konsumen akhir, karena

barang yang dibeli itu tidak diproses lagi tapi diguna-

kan untuk keperluan sendiri. Sedangkan barang industri

ialah barang-barang yang dibeli untuk diproses lagi

atau untuk kepentingan dalam industri. Dengan kata

lain bahwa pembeli barang industri adalah perusahaan,

lembaga atau organisasi.

Menurut Kotler (1990) konsep pemasaran secara

sederhana adalah bahwa keinginan dan kebutuhan konsumen

y a n g merupakan sumber yang paling masuk aka1 dalam

tahap pengembangan gagasan produk baru. Identifikasi

atas kebutuhan dan keinginan konsumen dapat dijalankan

dengan penelitian langsung, tes proyeksi, diskusi

dengan kelompok tertentu maupun yang berasal dari saran

atau tuntutan pembeli.

Penggunaan konsep pemasaran bagi sebuah perusahaan

d a p a t menunjang berhasilnya bisnis yang dilakukan.

(28)

sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran tersebut

disusun dengan memasukkan tiga elemen pokok, yakni :

1) Orientasi konsumen, pasar, pembeli

2) Volume penjualan yang menguntungkan

3) Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan

pemasaran dalam perusahaan

Menurut Kinnear dan Taylor ( 1 9 8 7 ) , riset pemasaran adalah suatu pendekatan yang sistematis dan obyektif

untuk pengembangan d a n pengambilan informasi, g u n a

pengambilan keputusan di dalam manajemen pemasaran.

Riset pemasaran dapat digolongkan menjadi empat katego-

ri, yaitu :

a) Riset penjajagan

Merupakan penelitian pendahuluan untuk mendapatkan '

informasi awal tentang suatu permasalahan

b) Riset deskriptif

Merupakan penelitian untuk mendapatkan gambaran

tentang suatu keadaan yang terjadi

c) Riset penjelasan

M e r u p a k a n p e n e l i t i a n untuk m e n j e l a s k a n s e b a b

terjadinya suatu keadaan

d) Riset prediktif

Merupakan penelitian untuk memprediksi segala se-

(29)

16

P a d a umumnya, para praktisi pemasaran membagi

riset pemasaran berdasarkan sasarannya menjadi d u a ,

yaitu r i s e t konsumen d a n riset perdagangan. Riset

konsumen merupakan istilah yang sering dipakai oleh

para praktisi pemasaran untuk mendefinisikan salah satu

jenis r i s e t pemasaran yang sasaran risetnya adalah

konsumen. Konsumen biasanya membeli barang atau jasa

untuk keperluan sendiri, dikonsumsi langsung dan tidak

diperjualbelikan lagi dengan pihak lain (Littler,

1984).

Sedangkan sasaran riset perdagangan adalah produ-

s e n , agen-agen tunggal, wholesealer, distributor,

grosir dan para pengecer. Riset perdagangan dilakukan

jika perusahaan ingin mengembangkan bauran pemasaran.

Pengkajian yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk

jenis r i s e t perdagangan. Untuk melaksanakan r i s e t

perdagangan, perlu dipersiapkan beberapa hal, diantara-

nya : biaya yang diperlukan, lama waktu yang tersedia,

d a n tenaga yang dibutuhkan. Selain itu perlu pula

ditentukan tipe riset yang akan dilakukan, apakah riset

penjajagan, riset deskriptif, riset penjelasan atau

riset prediktif.

Apabila persiapan untuk riset telah dianggap

cukup, selanjutnya adalah mendefinisikan dan menspesi-

fikasikan informasi yang diperlukan dan berapa tingkat

(30)

\ 7

pemasaran adalah perurnusan persoalan, menentukan

sumber-sumber informasi, mempersiapkan formulir atau

daftar pertanyaan yang akan digunakan untuk pengumpulan

data, menentukan desain penarikan contoh (sampling),

mengumpulkan data di lapangan, mengolah data, mengana-

lisa data dan terakhir adalah membuat laporan riset

(Supranto, 1986)

.

D. KEMITRAAN

Kemitraan agribisnis merupakan hubungan interaksi

didasari atas kebutuhan dan kepentingan bersama yang

dijalin dalam bentuk kerjasama dan keterkaitan yang

seimbang, wajar, serasi, dan harmonis antara pelaku-

pelaku dalam pembentukan dan pengembangan usaha atau

bisnis di bidang pertanian (Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan dan Hortikultura, 1994). Sistem kemitraan dalan

agribisnis dapat diartikan sebagai jalinan kerjasama

dari dua atau lebih pelaku agribisnis yang saling

menguntungkan. Terjadinya kemitraan bila ada keinginan

yang sama untuk saling mendukung dan melengkapi dalam

upaya mencapai tujuan bersama. Pelaku-pelaku dalan

kemitraan agribisnis adalah petani, lembaga petani,

pengusaha, perusahaan dan pemerintah.

Ada beberapa m o d e l k e m i t r a a n a g r i b i s n i s y a n g

(31)

19 dibedakan berdasarkan jangka waktu dan pola kemitraan

yang dijalin.

1. Berdasarkan Jangka Waktu

a. Kemitraan Insidentil

Kemitraan insidentil adalah bentuk kemi-

traan yang didasari atas kepentingan ekonomi

bersama dalam jangka pendek dan dihentikan kalau

k e g i a t a n y a n g b e r s a n g k u t a n t e l a h s e l e s a i .

Kemitraan seperti ini dijalin dengan atau tanpa

kesepakatan atau kontrak kerja. Hubungan yang

dijalin biasanya dalam pengadaan sarana produksi

dan pemasaran hasil usahatani. Contoh : kemitra-

an antara petani sayuran dengan pasar swala-

yan.

b. Kemitraan Jangka Menenqah

Kemitraan jangka menengah adalah bentuk

kemitraan berdasarkan motif ekonomi bersana

dalam j a n g k a menengah atau musim p r o d u k s i

tertentu. Kemitraan seperti ini dapat dilakukan

d e n g a n a t a u t a n p a p e r j a n j i a n t e r t u l i s

(kontraklkesepakatan). Contoh : hubungan bapak angkat - anak angkat; Perusahaan Inti Rakyat

(32)

19

c. Kemitraan Jangka Panjang

K e m i t r a a n s e p e r t i i n i d i l a k u k a n d a l a m

janqka panjanq dan terus-menerus dalam skala

besar dan denqan perjanjian tertulis (kontrakl

kesepakatan). Kemitraan didasari atas salinq

keterqantunqan dalam ha1 penqadaan bahan, permo-

dalan, manajemen dan lain-lain. Contoh : Pemi-

likan perusahaan oleh petani atau koperasi; Tebu

Rakyat Intensifikasi (TRI).

2. Berdasarkan Pola Kerjasama Yang Dijalin

a. Pola Kontrak Kerja

Dalam pola ini petani atau koperasi d a n

p e r u s a h a a n a q r i b i s n i s m e n j a l i n h u b u n q a n

kerjasama denqan melakukan kontrak kerja, baik

dalam penyediaan sarana produksi dari perusahaan

maupun jaminan pemasaran hasil produksi petani

ke perusahaan. Dengan demikian keqiatan aqribis-

nis perusahaan hanya terbatas pada proses penqo-

lahan (aqroindustri) dan pemasaran komoditas

yanq dihasilkan.

b. Pola Kontrak Manajemen

Bentuk kemitraan dehqan pola ini berupa

(33)

2 0

berpengalaman dalam manajemen usahatani seperti

K o p e r a s i J a s a M a n a j e m e n m a u p u n p e r u s a h a a n

agroindustri yang telah memiliki kemampuan dalam

mengelola agribisnis kepada petani atau lembaga

t a n i d a l a m ikatan kontrak. Dalam pola i n i ,

K o p e r a s i J a s a M a n a j e m e n a t a u p e r u s a h a a n

agroindustri melayani kegiatan manajerial usaha

a g r i b i s n i s y a n g d i k e m b a n g k a n p e t a n i a t a u

k o p e r a s i s e k a l i g u s melakukan bimbingan d a n

pembinaan kepada petani dan pengurus koperasi.

c. Pola Unit Pelaksana Proyek

Pola ini menyertakan peran aktif pemerintah

dalam pembentukan usaha agribisnis sejak awal

sampai saatnya dikonversi kepada petani. Penga-

daan sarana produksi, proses produksi, pengola-

h a n h a s i l d a n p e m a s a r a n h a s i l m e n d a p a t k a n

bantuan serta dukungan pembinaan dan pengendali-

a n d a r i pemerintah, hanya saja bantuan yang

merupakan pinjaman harus dikembalikan.

d. Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIRINES)

Pada pola ini, perusahaan agroindustri yang

memiliki skala usaha besar peranannya dalam

penyediaan sarana produksi, pengolahan lahan,

(34)

2 1

dan manajerial. Dengan kemampuan teknis dan manajerial yang cukup baik, diharapkan pembinaan kepada plasma dapat berjalan dengan baik pula.

e. Pola Perusahaan Tani

Pada pola ini, petani atau koperasi yang pada umumnya kesulitan permodalan, membentuk usaha patungan berupa suatu perusahaan baru (misal : perusahaan penyalur saprotan) dengan perusahaan agroindustri dengan menyertakan saham masing-masing. Secara bertahap, dengan telah m a m p u n y a p e t a n i a t a u k o p e r a s i m e n j a l a n k a n perusahaan, pemilikan keseluruhan saham dialih- kan kepada petani atau koperasi.

f. Pola Perusahaan ~ e t a n i Terpadu

(35)

111. METODA PENELITIAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin berat, perusahaan harus mampu menumbuhkan kepercayaan konsumen yang kuat terhadap produknya. Hal ini dapat dipenuhi dengan adanya sistem pengawasan mutu yang baik, yang dapat menjamin mutu produk harus tetap terjaga saat produk beredar di pasaran dan siap diterima oleh konsumen, apalagi mengingat komoditas yang dikaji dalam penelitian ini adalah buah-buahan yaitu apel, yang mempunyai sifat mudah rusak apabila setelah panen dibiarkan begitu saja tanpa dilakukan penanganan pasca panen yang baik.

(36)

B . WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan, Oktober - November 1994 di Kecamatan Bumiaji, Malang.

C. PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan berupa data-data cara pengawasan atau penanganan mutu apel mulai dari tingkat petani, tengkulak, 'pedagang pengum- p u l l dan pedagang pengecer; rataan mutu apel Rome Beauty, Manalagi dan Anna; dan data pengklasan (grad- ing) apel.

Data sekunder yang menunjang berupa jumlah petani, tengkulak, 'pedagang pengumpul' dan pedagang pe- ngecer yang berasal dari Kantor Kecamatan Bumiaji, Malang; data harga apel Rome Beauty, Manalagi dan Anna yang berasal dari Dinas Pasar Kota Administratif Batu; serta data-data lain yang menunjang.

D. PENARIKAN CONTOH

Unit contoh dalam penelitian ini adalah para pelaku yang terlibat dalam rantai pemasaran apel di Kecamatan Bumiaji, Malang (petani, tengkulak, 'peda- gang pengumpul' dan pedagang pengecer).

(37)

random sampling) yaitu dari delapan desa di Kecamatan Bumiaji, Malang diambil tiga desa yaitu desa Bulukerto, Bumiaji dan Punten. Pemilihan tiga desa tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa ketiga desa di atas menurut informasi dari Dinas Hortikultura setempat merupakan sentra produksi apel (penghasil apel terba- nyak) di Kecamatan Bumiaji, Malang.

Selanjutnya dari ketiga desa tersebut masing- masing diambil dua Rukun Warga (RW) secara acak dan masing-masing Rukun Warga diambil petani contoh masing- masing sebanyak 4 petani. Dengan demikian total petani contoh yang diambil sebanyak 2 4 petani. Sebaran petani contoh dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Unit co toh petani apel di Kecamatan Bumiaji, Malang c

f

Desa Jumlah Rukun Warga Jumlah Petani

-

Bulukerto Bumia j i

Total 6 2 4

umber

: Hasil olahan data primer
(38)

jumlah tengkulak yang diambil sebagai contoh sebanyak

2 1 tengkulak.

'Pedagang Pengumpul'. Untuk tingkat 'pedagang pengumpul' masing-masing desa contoh yakni desa Bulu- kerto, Bumiaji dan Punten diambil 7 'pedagang pengum- pul' secara acak. Dengan demikian total 'pedagang pengumpul' contoh ada 21 'pedagang pengumpul'.

Pedagang Pengecer. Untuk mengambil pedagang pe- ngecer contoh dalam penelitian ini, diambil dua lokasi pasar yakni pasar Kotif Batu dan pasar buah Selecta. Pengambilan dua lokasi pasar tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa kedua pasar tersebut paling besar dibandingkan pasar-pasar yang lain di wilayah Batu, Malang. Dari kedua lokasi pasar tersebut kemudian diambil pedagang pengecer contoh masing-masing sebanyak

(39)

Tabel 4. Sebaran masing-masing contoh para pelakl) pemasaran ape1 di Kecamatan Bumiaji, Malang

Contoh Jumlah Contoh

Petani 2 4

Tengkulak

'Pedagang Pengumpul' 2 1

Pedagang Pengecer 2 0

Total 8 6

d)Sumber : Hasil olahan data primer

E. PENGOLAHlW DAN ANALISIS DATA

Setelah semua data yang diperlukan yaitu data

primer dan data sekunder terkumpul, maka dilakukan pengeditan dan penstabilan data mentah. Data tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan indikator- indikator yang akan dijadikan ukuran penelitian. Selanjutnya data tersebut dimasukkan dan diolah dengan bantuan perangkat komputer.

Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis dengan perangkat analisis berupa :

1. Analisis Deskriptif

(40)

2 7

2. Analisis Tataniaga dan Sistem Pasar

A n a l i s i s i n i d i g u n a k a n u n t u k m e n g e t a h u i

rantai tataniaga apel baik yang telah ada maupun

sistem pasar apel yang berlaku di Kecamatan Bu-

miaji, Batu Malang.

3. Analisis Kemitraan

Analisis ini ditujukan untuk mengidentifikasi

bentuk-bentuk kerjasama diantara para pelaku yang

terlibat dalam rantai pemasaran apel di Kecamatan

Bumiaji - Batu, Malang; baik di tingkat petani,

tengkulak, 'pedagang pengumpul' maupun pedagang

pengecer.

4 . Analisis Pengawasan Mutu

Analisis ini ditujukan untuk mengetahui per-

sentase tingkat pengawasan mutu yang dilakukan para

pelaku yang terlibat dalam rantai pemasaran apel

(baik petani, tengkulak, 'pedagang p e n g u m p u l '

maupun pedagang pengecer) dari total masing-masing

unit contoh. Indikator-indikator yang d i p a k a i

dalam studi ini meliputi :

a. Kebersihan Buah

Analisis ini ditujukan untuk mengetahui

(41)

menjaga kebersihan buah yang dilakukan masing-

m a s i n g p e l a k u y a n g t e r l i b a t dalam r a n t a i

pemasaran apel dengan menggunakan penilaian

secara kualitatif.

b. Sortasi dan Grading

Analisa ini ditujukan untuk mengetahui

sejauh mana para pelaku yang terlibat dalam

rantai pemasaran apel mengadakan proses sortasi

d a n grading terhadap buah apel, meliputi : u k u r a n , b o b o t , w a r n a , b e n t u k , k e m a s a k a n ,

kebebasan bahan asing dan penyakit, kerusakan

oleh serangga dan luka-luka mekanik. Dalam ha1

ini juga dilakukan penilaian secara kualitatif.

c. Pengepakan

Analisa ini ditujukan untuk mengetahui

sejauh mana para pelaku yang terlibat dalam

rantai pemasaran apel melakukan pengepakan

terhadap buah apel mereka, apakah menggunakan

plastik (polietilen), kertas karton, keranjany

bambu atau dengan menggunakan metoda lain.

d. Penyimpanan

Analisa ini ditujukan untuk mengetahui

(42)

rantai pemasaran apel melakukan proses penyirn- panan t e r h a d a p buah a p e l m e r e k a , a p a k a h menggunakan metoda penyimpanan secara umum (tidak menggunakan unit pendingin), penyimpanan dingin, atau menggunakan penyimpanan udara terkendali

.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui aspek ekonomi yaitu aspek manfaat dan pengorbanan yang dilakukan oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam rantai pemasaran apel di Kecamatan Bumiaji- Batu, Malang.

Indikator-indikator yang digunakan dalam studi ini antara lain :

-

Revenue (pendapatan) =

Harga penjualan

x

Omzet penjualan

-

cost (biaya) =

B i a y a - b i a y a y a n g d i p e r l u k a n d a l a m p r o s e s produksi

(43)

3 0

6 . A n a l h i e K o r e l a s i A n t a r a Mutu A p e 1 d a n H a r g a n y a

Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antara mutu apel dan harganya dalam. studi ini diketahui dari koefisien korelasi (r) pada berbagai jenis apel (apel Rome Beauty, Manalagi dan Anna) di Batu, Malang. Koefisien korelasi yang tinggi, menunjuk- kan bahwa hubungan antara mutu apel dan harganya sangat e r a t yakni semakin baik mutu apel, maka semakin tinggi harganya.

Model yang dipakai untuk mengukur koefisien korelasi berbagai jenis apel dalam studi ini adalah sebagai berikut (Supranto, 1986) :

di mana :

r = koefisien korelasi contoh

xi = mutu apel pada berbagai jenis apel untuk pengamatan i = 1,2,

...,

n

yi = harga apel pada berbagai jenis apel untuk pengamatan i = 1,2,

...,

n
(44)

3 1

Selanjutnya untuk mengetahui significant atau

tidak dari koefisien korelasi di atas dilakukan

pengujian s t a t i s t i k dengan p e r s a m a a n s e b a g a i

berikut :

Daerah kritis :

Jika -t0.5a,df

'

thit

'

t0.5a,df' maka terima X,

Jika 5a,df

$

thit

#

t0,5a,df maka tolak Ho

di mana :

r

= koefisien korelasi populasi

H, = hipotesis no1

HI = hipotesis alternatif

df = degree of freedom (derajat bebas) = n

-

k k = banyaknya variabel yang diteliti

Keteranqan :

Karena d i ~ndones'ia belum ada standarisasi mutu

buah apel yang baku, dalam tataniaga apel yang

b e r l a k u s a a t i n i k r i t e r i a m u t u a p e l d i u k u r

berdasarkan jumlah buah per kilogram. Dari temuan

(45)

berdasarkan jumlah buah per kilogram seperti tampak pada Tabel 5.

Tabel 5. Grade

age

1 berdasarkan jumlah buah per

kilogram

Grade Ape1 Jumlah buahjkg

e)~umber : Hasil pengamatan di lapangan

*)untuk apel grade krill tidak dimasukkan dalam perhitungan korelasi, karena apel grade krill tidak pernah laku dijual ke luar kota (hanya laku untuk kebutuhan lokal)

.

(46)

- S , s t e m h v k v m

- P c m b a q i r n k c u n l u n q -

an

- K r , r l a r l n IOR

- K < l e r b " t l 2 n

- h n a l , r r d c l k r t p t * f - ~ n ~ l n r a t a l a n t r q a

d r n r s s t r m p 2 s . r

- A " . , , , . penq"..."

- A n a l r s a r a s ~ o ( R I C I

- A n a l o s a k c m i l r z a n

-

A-nIiaa k o r c l 4 s i

S e l r l r l

0

(47)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. XEADAAN UMUM WILAYAH

Kabupaten Malang terletak diantara 112°17'10.9u sampai dengan 112O57' Bujur Timur d a n 7°44'55.11" sampai dengan 8°26'35.45" Lintang Selatan. Kabupaten Malang merupakan daerah dataran tinggi, wilayah ini dipagari oleh Gunung Anjasmoro (2 277 m) dan Gunung Arjuno (3 399 m) di bagian Utara, Gunung Bromo

(2 392 m) dan Gunung Semeru (3 676 m) di bagian Timur, pegunungan kapur (650 m) dan Gunung Kawi (2 625 m) di bagian Selatan, serta bagian Barat oleh Gunung Kelud (1 731 m). Keadaan yang demikian menyebabkan daerah Malang merupakan daerah yang berudara sejuk dan sesuai sebagai daerah sentra produksi buah-buahan dan sayuran di Jawa Timur.

Kabupaten Malang mempunyai luas wilayah kurang lebih 331 660 Ha atau kurang lebih 7.15 persen dari luas Jawa Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

(1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mojo- kerto dan Pasuruan

(48)

3 5

(3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indo-

nesia

(4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Blitar

dan Kediri

~ i l a y a h administrasi Kabupaten Malang terbagi

atas tujuh wilayah Pembantu Bupati d a n satu Kota

Administratif yaitu Batu, yang terdiri dari 35 keca-

matan dan 408 desa atau kelurahan. Saat ini jumlah

penduduk Kabupaten Malang sebesar 2 224 4 2 8 jiwa

yang terdiri dari laki-laki 1 099 3 0 1 jiwa d a n

perempuan 1 126 127 jiwa (Kantor Statistik Kabupaten

Dati I1 Malang, 1994).

Suhu udara di Kabupaten Malang berkisar antara

19Oc

-

33Oc dengan kelembaban udara 45 - 90 persen.

Ditinjau dari potensi sumber daya alam, Kabupaten

Malang cukup potensial sebagai wilayah pengembangan

pertanian. Berdasarkan wilayah pengembangan pertani-

a n , d a e r a h Kabupaten Malang t e r b a g i dalam t i g a

strata, yaitu : strata A1, strata B2 dan strata C4.

Strata A1 adalah daerah dataran tinggi y a n g

bercirikan sebagai berikut : mempunyai ketinggian tempat sekitar 600 meter di atas permukaan laut, dalam

setahun terdapat enam bulan basah d a n tiga bulan

kering yang umumnya dimulai bulan Juli sampai Septem-

(49)

36

S t r a t a B 2 adalah daerah d a t a r a n r e n d a h y a n g

dicirikan sebagai berikut : ketinggian tempat sekitar

335 meter d i atas permukaan laut, beriklim basah

dengan pola penggunaan tanah berupa tegalan, dalam

setahun terdapat delapan bulan basah dan tiga bulan

kering yang umumnya dimulai bulan Juni sampai Agustus.

Rata-rata curah hujan setahun 170 hari.

S t r a t a C 4 adalah daerah d a t a r a n r e n d a h y a n g

bercirikan sebagai berikut : ketinggian tempat antara

132

-

468 meter di atas permukaan laut, beriklim basah

dengan pola penggunaan tanah berupa s a w a h , d a l a m

setahun terdapat tujuh bulan basah d a n dua bulan

kering yang umumnya dimulai bulan Agustus sampai

September, rata-rata curah hujan setahun 2 1 3 0 mm.

Rata-rata curah hujan setahun 116 hari.

Ibukota Kabupaten Malang terletak di kota Malang.

Jarak dari ibukota propinsi Jawa Timur kurang lebih 89

kilometer. Untuk menuju daerah ini ada empat jalan

alternatif yang dapat ditempuh, yaitu lewat U t a r a

melalui kota Surabaya, lewat jalur Barat melalui kota

Kediri atau kota Blitar, dan dari Timur melalui kota

Lumajang. Keempat jalur tersebut dihubungkan oleh

jalan propinsi yang keadaannya cukup baik. Di samping

itu dari kota Surabaya dan kota Blitar terdapat jalur

(50)

y a n g m e n g h u b u n g k a n k o t a - k o t a t e r s e b u t a d a l a h b u s ,

t r u k , m i n i b u s , p i c k u p d a n l a i n - l a i n . S e d a n g k a n

j a r i n g a n j a l a n y a n g menghubungkan i b u k o t a k a b u p a t e n

d e n g a n k e c a m a t a n

-

k e c a m a t a n a d a l a h j a l a n k a b u p a t e n

y a n g b e r a s p a l . A l a t t r a n s p o r t a s i y a n g m e n g h u b u n g k a n

i b u k o t a k a b u p a t e n d e n g a n k e c a m a t a n - k e c a m a t a n a d a l a h

k e n d a r a a n y a n g b e r b o b o t 4 t o n k e b a w a h . Dengan k o n -

d i s i j a l a n d a n t r a n s p o r t a s i y a n g b a i k d a n l a n c a r i n i ,

s a n g a t m e n u n j a n g d i s t r i b u s i p e m a s a r a n a p e 1 d a n b u a h -

b u a h a n l a i n n y a d a r i K a b u p a t e n M a l a n g k e k o t a - k o t a

b e s a r l a i n n y a

.

K e c a m a t a n B u m i a j i , t e m p a t s t u d i p e n e l i t i a n i n i

t e r l e t a k k u r a n g l e b i h 1 2 km d a r i i b u k o t a K a b u p a t e n

M a l a n g , t e r m a s u k d a l a m w i l a y a h K o t a A d m i n i s t r a t i f

B a t u . L u a s w i l a y a h k e c a m a t a n i n i 5 567 Ha, t e r l e t a k p a d a k e t i n g g i a n k u r a n g l e b i h 1 0 0 0 m e t e r d i a t a s

p e r m u k a a n l a u t . Suhu r a t a - r a t a h a r i a n 2 0 . s a m p a i ~ ~ ~

22.4Oc. C u r a h h u j a n m e n c a p a i 1 2 8 7 mm s a m p a i 2 1 2 6 mm

s e t i a p t a h u n n y a d e n g a n lama p e n y i n a r a n 1 2 0 j a m s e t i a p

b u l a n n y a ( L a m p i r a n 1 ) . J e n i s t a n a h d i K e c a m a t a n B u m i a j i i n i s e b a g i a n b e s a r l a t o s o l c o k l a t d e n g a n pH

5 . 5 s a m p a i 6 . 5 .

K e c a m a t a n ~ u m i a j i t e r b a g i m e n j a d i d e l a p a n d e s a

a t a u k e l u r a h a n , y a i t u d e s a a t a u k e l u r a h a n P u n t e n ,

T u l u n g r e j o , S u m b e r g o n d o , B u l u k e r t o , G u n u n g s a r i , Bu-

(51)

atau kelurahan untuk Kecamatan Bumiaji dapat dilihat p a d a L a m p i r a n 2. S a a t ini j u m l a h p e n d u d u k d i Kecamatan Bumiaji kurang lebih 46 196 jiwa, dengan komposisi 22 9 4 3 jiwa laki-laki dan 2 3 2 5 3 jiwa perempuan. Penduduk Kecamatan Bumiaji ini sebagian besar bekerja sebagai petani ( 8 9 persen) dan sisanya

(52)

B. KERAGAAN PEMASARAN APEL

1. Jenis dan Sifat Komoditas

Ape1 meskipun bukan tanaman asli Indonesia, hingga saat ini sudah dapat mengadaptasikan diri sedemikian rupa, sehingga sudah dapat dibudidaya- kan denqan baik di daerah Malang. Dari hasil penelitian, saat ini kurang lebih ada tujuh varie- tas apel yang banyak dikembangkan dan dibudidaya- kan oleh petani apel di Kecamatan Bumiaji, yaitu Rome Beauty, Cahort I, Mc. Intosch, Princess Noble, Jonathan atau Anna, Manalagi dan Winter Banana. Tetapi dari ketujuh varietas tersebut yang paling banyak diperdaqangkan dan dipasarkan cuma ada tiga yaitu varietas Rome Beauty, varietas Manalagi dan varietas Anna.

Adapun ciri-ciri ketiga varietas di atas adalah sebagai berikut :

a. Varietas Rome Beauty

(53)

4 0

Buah berbentuk bulat sampai jorong dengan

bekas kelopak buah terbuka. Kulit buah agak

kasar d a n tebal. Aroma buah lemah tetapi

mempunyai rasa yang segar dengan daging buah

yang keras. Adanya ciri berupa bekas kelopak

bunga yang terbuka memudahkan penentuan saat

petik atau panen, karena salah satu kriteria

buah matang adalah bila bekas kelopak bunga

terbuka. Kulit buah yang tebal memungkinkan

jenis apel ini disortasi dengan mesin. Namun

demikian kulit buah yang agak kasar ditambah

aroma yang lemah dan daging buah yang keras

mengurangi selera untuk mengkonsumsikannya.

Nampaknya perlu dipikirkan untuk menciptakan

jenis apel Rome Beauty dengan kulit buah yang

h a l u s d a n warna merah yang lebih m e r a t a ,

daging buah yang lunak dan aroma yang kuat

tanpa mengurangi rasanya yang segar.

b. Varietas Manalagi

Keistimewaan varietas ini adalah buahnya

yang manis tanpa rasa masam meskipun belum

matang. Kulit buah tipis sehingga diperlukan

tindakan sortasi yang sangat hati-hati untuk

mengurangi lecetnya buah. Daging buah agak

(54)

4 1

buah berbau sedang. Untuk memperoleh warna kulit buah hijau kekuningan diperlukan tin- dakan pembelongsongan (pembungkusan buah dengan kertas)

.

c. Varietas Anna

Rasa buah segar dan agak masam. Kulit buah berwarna merah sedikit kekuningan, sangat tipis, sehingga tindakan pemanenan dan sortasi harus dilakukan secara hati-hati untuk meng- hindari lecetnya buah. Keistimewaan varietas ini adalah mempunyai daging buah dengan kuali- tas yang hampir menyerupai apel impor yaitu renyah dengan sedikit berair, berwarna putih kekuningan dengan aroma buah berbau sedang.

2. Saluran Pemasaran Ape1

(55)

Menurut hasil temuan di lapangan, saluran pemasaran apel d i Kecamatan Bumiaji, Malang mela-

lui beberapa pelaku pemasaran, yaitu tengkulak, 'pedagang pengumpul' dan pedagang pengecer. Mengenai para pelaku pemasaran apel ini untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan satu persatu sebagai berikut :

a. Tengkulak

Tengkulak apel adalah pedagang apel yang melakukan pembelian apel dari petani dalam jumlah yang relatif kecil dan menjualnya kembali pada 'pedagang pengumpul' atau peda- gang pengecer. Pembelian dalam jumlah yang relatif kecil di sini maksudnya bahwa pembeli- an dilakukan sebanyak yang bisa dibawa oleh tengkulak tersebut dengan menggunakan alat angkutan yang banyak beroperasi di desa-desa penghasil apel, yaitu colt pick up atau ang- kudes (angkutan pedesaan). Aktifitas pembeli- an dan penjualan biasanya dilakukan dalam satu hari itu juga, sehingga tengkulak tidak mela- kukan aktifitas penyimpanan dalam waktu yang

(56)

Kegiatan yang dilakukan oleh tengkulak meliputi : pemetikan, pembersihan, penim- bangan, pengepakan dan pengangkutan. Sedang- kan daerah kerjanya meliputi satu daerah sen- tra produksi, misalnya untuk Malang bagian Barat, daerah kerjanya adalah Kecamatan Bu- miaji.

b. 'Pedagang Pengumpul'

(57)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh 'pedagang pengumpul' meliputi : pemetikan, penimbangan, pembersihan, sortasi dan y r a d -

inq, pengepakan, penyimpanan dan pengangkutan. Dalam melaksanakan tugas atau kegiatannya di atas pada saat pemanenan baik di kebunnya sen- diri maupun mengadakan tebasan apel di kebun milik petani, 'pedagang pengumpul' mengambil beberapa orang pekerja (biasanya seorang 'pedagang pengumpul mengambil 6 sampai dengan

10 orang pekerja, ada yang diupah secara bulanan ada juga yang diupah secara harian (buruh harian)

.

Sedangkan daerah kerjanya seorang 'pedagang pengumpul' cukup luas meli- puti beberapa daerah sentra produksi di daerah Malang.

c. Pedaganq Pengecer

Pedagang pengecer merupakan pelaku pema- saran terakhir sebelum komoditas sampai pada konsumen. Pedagang pengecer biasanya melaku- kan pembelian apel dari pedagang apel yang lebih besar volume penjualannya dan menjualnya kembali kepada konsumen.

(58)

desa-desa dan sebagian kecil membeli dari 'pedagang pengumpul'. Sedangkan penjualan apelnya dilakukan pada lokasi tertentu, misal- nya pada suatu pasar tertentu seperti pasar Kotif Batu dan pasar buah Selecta. Pedagang pengecer di pasar Kotif Batu dan pasar buah Selecta, menempati kios-kios permanen yang berukuran kurang lebih 1.5

x

2 meter.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pedagang pengecer meliputi : penimbangan, pembersihan, sortasi dan grading dan penge- pakan.

(59)

.4 m

-2

.+a

a,

ar:

m m

.c c m m r l !4 0 m V ) d m .-I

E m a, m a x

-

c m tn I-r c

3 m

r l d

m m

(60)

Dari Gambar 3 tersebut, dapat dilihat bahwa dalam proses mengalirnya apel mulai dari petani

sampai konsumen terdapat tiga saluran pemasaran, yaitu :

(1) Petani

-

tengkulak

-

'pedagang pengumpul' - pedagang pengecer

-

konsumen

(2) Petani

-

tengkulak

-

pedagang pengecer -

konsumen

(3) Petani

-

'pedagang pengumpul'

-

grosir di luar kota

Saluran pemasaran (1) dan saluran pemasaran

(2) merupakan saluran pemasaran apel lokal, yaitu saluran pemasaran apel untuk mencukupi kebutuhan di dalam daerah Kecamatan Bumia j i

,

sedangkan saluran pemasaran (3) merupakan saluran pemasaran

antar daerah yaitu saluran pemasaran apel untuk dipasarkan keluar Kecamatan Bumiaji, Malang. Perbedaan pola penyaluran apel tersebut banyak tergantung pada jumlah apel yang disalurkan oleh

(61)

berdasarkan pembelian masing-masing pelaku pemasaran.

Pada umumnya produksi apel dengan jumlah yang relatif kecil akan dipasarkan terbatas di daerah Kecamatan ~umiaji dan sekitarnya termasuk di kota- kota yang letaknya tidak begitu jauh dari Malang. Sedangkan produksi apel dengan jumlah yang relatif besar dipasarkan keluar daerah Malang, dengan tujuan utama kota-kota besar di pulau Jawa seperti Surabaya, Surakarta, Semarang, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta; juga kota-kota besar di luar Jawa

seperti Denpasar, Banjarmasin, Medan dan Ujung Pandang

.

Dari hasil temuan di lapangan, para pelaku pemasaran apel hampir semuanya berbentuk badan usaha perorangan. Dari kurang lebih 86 pelaku pemasaran apel yang dijadikan sampel (contoh) penelitian, ternyata hanya dua yang berbentuk badan usaha Perusahaan Dagang (PD), sedangkan yang

lainnya adalah perorangan.

(62)

pedagang yang mampu bertahan adalah pedagang yang

mempunyai modal cukup kuat. Pedagang pengecer yang dijadikan sampel atau contoh dalam penelitian ini semuanya mempunyai aktivitas di bidang perdagangan sebagai mata pencaharian pokok,

sehingga apabila mereka tidak mampu membeli apel, mereka akan beralih memasarkan komoditas lainnya. Begitu pula berlaku untuk para tengkulak. Sedangkan 'pedagang pengumpul' kedudukannya cukup kuat karena selain berdagang, pada umumnya mereka

*

juga memiliki kebun apel sendiri sehingga tidak pernah ditemukan mereka pindah memasarkan komodi- tas lainnya selain apel. Tengkulak dan 'pedagang pengumpul', sebagian besar adalah orang-orang yang berasal dari daerah sentra produksi apel itu sendiri atau orang-orang yang sudah lama tinggal di daerah tersebut, yang memiliki pengetahuan akan
(63)

50

Petani-petani apel lebih memprioritaskan pedagang setempat dari pada pedagang dari d a e r a h lain, karena umumnya pedagang tersebut sudah menjadi kepercayaannya atau langganannya.

3. Proses Pemasaran Apel

Apel merupakan buah yang dikonsumsi pada umumnya masih dalam keadaan segar. Oleh karena

itu apel yang dijual oleh petani maupun pedagang diusahakan harus selalu tetap segar.

Ada dua cara penjualan dalam perdagangan a p e l , y a i t u : penjualan per satuan b e r a t d a n penjualan tebasan.

(64)

Apabila sudah terjadi kesepakatan harga pembelian, maka petani umumnya menerima uang panjar atau kadang-kadang tidak, tergantung dari perjanjian kedua belah pihak. Selama menunggu saat panen, petani berkewajiban menjaga keutuhan buah apel di pohon. Sedangkan pada saat waktunya panen, penebas atau pedaganglah yang berkewa j iban melakukan pemetikan (pemanenan). Pada saat itu penebas atau pedagang memberikan sebagian atau seluruh uang tebasan sesuai dengan perjanjian. Bila pada saat panen tersebut penebas atau peda- gang hanya mampu membayar sebagian, maka sisanya harus dilunasi apabila apel sudah terjual semua-

nya.

(65)

kualitas C per kilogramnya berisi 9

-

15 buah dan apel kualitas krill per kilogramnya berisi 16 buah atau lebih.

Berikut ini disajikan pada Tabel 6, volume rata-rata penjualan yang dilakukan para pelaku pemasaran apel pada setiap transaksi di Keca- matan Bumiaji, Malang.

Tabel 6. Volume rata-rata penjualan yang dilaku- kan oleh pelaku pemasaran pacla setia transaksi di Kecamatan Bumiaji, Malang

f )

Pelaku Volume rata-rata penjualan (kg) Pemasaran

Hari biasa Hari besar Tengkulak 2 3 0 . 3

'

Pedagang

pengumpul

'

2 2 7 0 . 5

Pedagang pengecer

f f ~ u m b e r : Hasil olahan data primer

(66)

dan 5 676.3 kg/transaksi). Hal yang sama juga berlaku di tingkat pedagang pengecer, di mana volume penjualan apel rata-rata 76.6 kg/transaksi pada hari biasa, sedangkan pada hari besar me- ningkat menjadi 4

-

5 kali biasa yaitu 352.4

kg/transaksi.

Berdasarkan pengalaman para pedagang, fluktua- si volume penjualan apel varietas tertentu tergan- tung dari kekhasan masing-masing daerah. Misalnya :

di Denpasar, konsumen lebih menyukai apel Anna (karena banyak digunakan untuk upacara adat), disusul Manalagi dan Rome Beauty. Namun di Jakarta ape1 Anna tidak begitu laku. Penduduk kota metropolitan lebih menyukai apel Manalagi atau Rome Beauty. Sedangkan konsumen apel di Bandung lebih menyukai varietas Rome Beauty, Manalagi, baru disusul apel Anna.

C. KEMITRAAN USAHA

(67)

5 4

1 Berdasarkan Jangka Waktu

a. Hubungan Petani dengan Tengkulak dan 'Peda- gang Pengumpul'

Berdasarkan pengamatan dari keduapuluh empat petani contoh dalam penelitian ini, semua menjual apelnya dalam keadaan masih ada di pohon yang lebih dikenal dengan sebutan

"penjualan tebasan".

Pada umumnya pedagang (tengkulak atau

'pedagang pengumpul') yang akan membeli apel dari petani datang sendiri k e kebun milik petani pada saat buah apel menjelang masak, yaitu kurang lebih dua minggu sebelum buah apel paling baik untuk dipanen. Kedatangan tengkulak atau 'pedagang pengumpul' tersebut untuk melihat kondisi apel, menaksir volume panenan dan mengadakan tawar-menawar harga dengan petani. Petani bebas menjual apel hasil panennya pada tengkulak atau 'pedagang pengumpul' mana pun yang menurutnya paling

(68)

pendek (satu kali transaksi penjualan) dan tidak ada kontrak kerja atau kesepakatan antara satu petani dengan seorang tengkulak atau 'pedagang pengumpul' secara tertulis.

b. Hubungan Tengkulak dengan 'Pedagang Pengumpull

(69)

c. Hubungan Tengkulak dengan Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer adalah pelaku pema- saran terakhir sebelum komoditas sampai pada konsumen. Pedagang pengecer-pedagang pengecer di Kecamatan Bumiaji, Malang biasanya 4 atau 5

hari sekali pada saat persediaan apelnya habis, datang pada tengkulak untuk membeli apel. Biasanya pedagang pengecer mendatangi tengkulak yang lokasinya tidak begitu jauh dari kios dagangannya untuk lebih menghemat biaya pengangkutan. Di samping itu pedagang pengecer bebas mencari tengkulak mana sa ja yang mempunyai persediaan apel sesuai kriteria yang dibutuhkannya. Dalam ha1 ini juga berla- k u bentuk kerjasama atau "pola kemitraan insidentil".

d. Hubungan 'Pedagang Pengumpul' dengan Grosir di Luar KOta

'Pedagang pengumpul' secara kontinyu 2

(70)

Banjarmasin dan Ujung Pandang. Hubunqan 'pedagang pengumpull dengan grosir yang ada di luar kota biasanya hanya didasarkan keper- cayaan dan tidak ada kontrak kerja secara tertulis untuk jangka waktu yang lama, baik mengenai masalah pengiriman apel maupun pe- ngiriman uanq pembelian, sehingga berdasarkan jangka waktunya hubungan kerjasama atau pola kemitraan antara 'pedagang pengumpul' dengan grosir di luar kota dapat diklasifikasikan k e dalam "pola kemitraan insidentil".

2. Berdasarkan Pola Kemitraan Atau Kerjasama yang Di jalin

Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa bentuk kerjasama atau pola kemitraan usaha yang berlaku dalam pemasaran apel di Kecamatan Bumiaji, Malang adalah 'pola kontrak kerja'

.

Petani kecil apel yang umumnya mempunyai modal kecil, membentuk usaha patungan berupa perusahaan penyalur saprotan (sarana produksi tanaman), dengan menyertakan saham masing-masing.
(71)

(Bebarengan Agawe Giyate Usaha Sosial) juga meru- pakan wadah konsultasi bagi para petani apel anggotanya untuk menanyakan bagaimana teknik penanaman, perawatan, pemanenan serta penanganan pasca panen apel yang baik. Untuk itu PPA BAGUS menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan agroindustri obat-obatan dan pestisida, lembaga penelitian seperti Balai Penelitian Tanaman Pangan Kabupaten Malang, maupun Perguruan Tinggi seperti Universitas Brawijaya.

D. PENGAWASAN MUTU APEL

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, kondisi pengawasan atau penanganan mutu apel masing-masing tingkat rantai pemasaran di Kecamatan Bumiaji, Malang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 7 . Kondisi penanga an apel di Kecamatan Bumia j i, Malang 9

f

Penanganan Membersih- Sortasi Pengepakan Penyimpan- Pasca Panen kan ( % ) Grading(%) ( % ) an ( % )

Petani 0 0 0 0

Tengkulak 3 6 0 7 3 0

Pedagang

Pengumpul 9 0 1 0 0

Pedagang

Pengecer 6 4 4 3 2 8 0 -

(72)

Pembersihan. Pembersihan buah setelah dipetik dapat meningkatkan mutu atau kualitas buah apel. Pembersihan buah apel dapat dilakukan dengan pengelapan atau pencucian.

Untuk pengelapan dapat digunakan kain, sedangkan untuk pencucian dapat digunakan asam hydrochloric.

Ape1 yang sudah dibersihkan akan lebih tahan lama dan menarik karena kulitnya lebih mengkilap.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan seperti terlihat pada Tabel 7, ternyata petani di Kecamatan Bumiaji, Malang belum melaksanakan tindakan membersih- kan apel setelah panen ( 0 % )

.

Sementara tengkulak baru melaksanakan tindakan pembersihan buah apel sebesar 36 persen, Jpedagang pengumpul' dan pedagang pengecer masing-masing sebesar 90 persen dan 64 per- sen. Dengan demikian diantara pelaku pemasaran apel di Kecamatan Bumiaji, Malang baru 'pedagang pengumpul' yang sudah baik dalam melaksanakan tindakan pember- sihan apelnya setelah panen.

Sortasi dan Grading. Sortasi adalah proses pemisahan buah apel berdasarkan klas (grade) yang ditentukan maupun kriteria-kriteria lain seperti :

(73)

saran apel di Kecamatan Bumiaji, Malang umumnya ber- dasarkan bentuk dan ukuran buah, derajat kematangan atau banyaknya buah per kilogram.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, belum semua

pelaku pemasaran apel di Kecamatan Bumiaji, Malang melaksanakan tindakan sortasi dan grading. Data-data yang ada menunjukkan bahwa petani belum melaksanakan tindakan sortasi dan grading terhadap apel-ape1 hasil panennya ( 0 %

,

karena apel-ape1 tersebut setelah dilakukan penimbangan langsung diangkut ke tempat tengkulak atau 'pedagang pengumpul'. Demikian juga tengkulak belum melaksanakan tindakan sortasi dan grading terhadap buah apelnya ( 0 % ) , karena tengku- lak menjual apel-apelnya baik itu kepada 'pedagang pengumpul' atau pedagang pengecer juga dengan cara tebasan. Sedangkan 'pedagang pengumpul' dan pedagang pengecer telah melaksanakan tindakan sortasi dan grading masing-masing sebesar 100 persen dan 43 per- sen.
(74)

Gambar 4. Sortasi dan grading apel di Kecamatan Bumia j i, Malang

(75)

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, ternyata petani tidak melakukan pengepakan terhadap apel-ape1 hasil panennya ( 0 % ) Hal ini disebabkan petani tidak menjual apelnya langsung pada konsumen, tetapi menjualnya pada tengkulak atau 'pedagang pengumpul'. Sementara tengkulak dan pedagang pengecer dalam melak- sanakan proses pengepakan terhadap apel-apelnya ma- sing-masing baru sebesar 73 persen dan 28 persen. Sedangkan yang sudah sangat baik dalam melaksanakan pengepakan terhadap buah apelnya adalah 'pedagang pengumpul' yaitu sebesar 100 persen.

(76)

sedangkan 'pedagang pengumpul' banyak mengguna- kan alat pengepakan berupa kardus khusus berukuran rata-rata 3 0 x 4 0 x 30 cm untuk mengirim apel-apelnya ke kota-kota besar yang jaraknya cukup jauh dari Malang seperti : Bandung, Jakarta atau kota-kota lain yang ada di luar Jawa seperti : Denpasar, Medan, Ban- jarmasin dan Ujung Pandang. Kapasitas alat pengepakan ini kurang lebih antara 30

-

4 0 kg. Kardus khusus

untuk pengepakan buah apel ini biasanya dipesan khusus pada sebuah percetakan, diberi label atau etiket di luarnya. Alat pengepa

Gambar

Tabel  15  .  R/C  rasio ape1 Manalagi  .............  80
Gambar  2.  Diagram alir tatalaksana penelitian  .  3 3
Gambar  1.  D e l a p a n   m a c a m   b e n t u k   b u a h   a p e l   ( U n t u n g ,   1 9 9 4 )   S e p e r t i   umumnya  p a d a   b u a h - b u a h a n ,   b a q i a n   t e r b e s a r   p a d a   d a g i n g   b u a h   a p e l   a d a l a h   a
Tabel  1.  Komposisi buah apel segar  (100 gram ~ a m ~ e l ) ~ )   Komposisi  Kandungan  Air  Karbohidrat  fruktosa  sukrosa  glukosa  xylosa  Lemak  Protein  asparagin  asam aspartat  asam glutamat  serine  -  alanin  Asam organik  malat  quinin  sitrat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat Proteksi, Gejala Klinis, Patologis, Shedding Virus dan Kandu- ngan Antibodi AI Setelah Uji Tantang Pada saat ayam berumur 6 minggu (3 minggu setelah vaksinasi), hewan

Dengan menggunakan sistem pakar identifikasi tipe kepribadian karyawan ini, manajer KCP dipermudah dalam mengidentifikasi kepribadian karyawan, karyawan mutasi yang

Dari hasil analisis didapatkan sejumlah variabel laten, yaitu 7 tujuh variabel laten yaitu aksesibilitas jarak ke tempat bekerja dan moda angkutan, ikatan sosial budaya asal

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran koopertaif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V

10) Mengembangkan zona kawasan pesisir dan laut yang potensial di Kabupaten Probolinggo. 7) Pengembangan pemanfaatan ruang pada kawasan strategis baik untuk fungsi

Namun heat loss pada TES tank harus di pertimbangkan karena heat loss yang lebih besar akan menyebabkan kapasitas total chiller dan biaya investasi pada setiap

Intermoda Transportasi adalah Pengangkutan barang atau penumpang dari tempat asal sampai.. ketempat tujuan dengan menggunakan lebih dari satu moda transport tanpa terputus

Sementara untuk komoditi migas, ekspor Italia ke Indonesia di bulan Agustus 2016 tercatat sebesar 0,1% dibandingkan dengan bulan Agustus 2015 yang mencatat tidak