• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Pada Masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Pada Masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias 2015"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN INFORMAN Pernyataan kesediaan menjadi informan yang berjudul :

PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF PADA MASYARAKAT DI DESA MAZINGO TANOSEO KECAMATAN HILIDUHO

KABUPATEN NIAS 2015

IDENTITAS INFORMAN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Jumlah Anak :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi subjek penelitian yang dilakukan oleh Deoserina Hia dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Demikian pernyataan ini saya sampaikan dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Mengetahui Mazingo Tanoseo, September 2015 Peneliti Informan

(2)

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF PADA MASYARAKAT DI DESA MAZINGO TANOSEO KECAMATAN HILIDUHO

KABUPATEN NIAS 2015

A.Identitas Informan I. Ibu menyusui

Nama : Umur :

Alamat :

Jumlah anak :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Pendapatan :

II. Identitas Bayi

Nama Bayi :

Umur (Bulan) :

Anak ke :

Umur pemberian MP-ASI/susu formula : B. Pengetahuan

1. Menurut ibu, apakah yang di sebut dengan ASI eksklusif ? 2. Menurut ibu, apakah manfaat ASI Ekslusif itu?

Probing : - Manfaat untuk anak -Manfaat untuk ibu

-Manfaat untuk rumah tangga

3. Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan kolostrum? C. Sikap

1.Bagaimana tanggapan ibu terhadap pemberian hanya ASI saja kepada bayi dari umur 0-6 bulan?

(3)

D.Tindakan

1. Bagaimana pola kebiasaan ibu dalam menyusui ? Probing : - Sejak kapan ibu memberikan ASI ?

-Berapa kali sehari?

-Siapakah yang menganjurkan ibu memberikannya?

2. Bagaimanakah pemberian ASI yang berwarna kekuningan (kolostrum) diberikan?

Probing : Kapan diberikan ? Mengapa diberikan?

3. Makanan/minuman apakah yang diberikan kepada bayi sebelum kolostrum keluar ?

Probing : - Apakah jenis makanan yang diberikan? - Mengapa diberikan ?

- Berapa banyak diberikan? - Berapa sering diberikan ?

- Siapakah yang menganjurkan ibu memberikannya ? E. Nilai Budaya

1. Menurut ibu, apa saja yang menjadi larangan/pantangan dalam pemberian ASI G. Dukungan petugas kesehatan.

1. Bagaimanakah bentuk dukungan petugas kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif ?

2. Bagaimanakah saran petugas kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif ? H.Peranan keluarga

1. Bagaimanakah bentuk dukungan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif ? 2. Bagaimanakah saran keluarga dalam pemberian ASI eksklusif ?

I. Peranan tokoh masyarakat

1. Bagaimanakah bentuk dukungan tokoh masyakat dalam pemberian ASI eksklusif ?

(4)

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM

PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF PADA MASYARAKAT DI DESA MAZINGO TANOSEO KECAMATAN HILIDUHO

KABUPATEN NIAS 2015

INFORMAN PENDUKUNG (SUAMI/MERTUA)

A.Karakteristik Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Hubungan dengan subjek : B.Pengetahuan

1. Menurut bapak, apakah yang dimaksud dengan ASI eksklusif? 2. Menurut bapak apakah yang disebut dengan kolostrum ? 3. Apakah manfaat dari pemberian ASI eksklusif?

C. Sikap

1. Bagaimana tanggapan bapak terhadap pemberian hanya ASI saja kepada bayi dari umur 0-6 bulan?

2. Bagaimana tanggapan bapak dalam pemberian kolostrum kepada bayi? D. Tindakan

1. Sejak kapan istri bapak memberikan ASI kepada bayi ?

2. Bagaimanakah istri bapak memberikan ASI yang berwarna kekuningan (kolostrum) ?

3. Makanan/minuman apakah yang diberikan kepada bayi sebelum kolostrum keluar ?

Probing : - Apakah jenis makanan yang diberikan? - Mengapa diberikan ?

(5)

-Siapakah yang menganjurkan istri bapak memberikan makanan/minuman tersebut ?

E. Nilai Budaya

1. Menurut bapak, apa saja larangan/pantangan dalam pemberian ASI ? F. Dukungan petugas kesehatan.

1. Bagaimanakah bentuk dukungan petugas kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif ?

2. Bagaimanakah saran petugas kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif ? G.Peranan keluarga

(6)

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM

PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF PADA MASYARAKAT DI DESA MAZINGO TANOSEO KECAMATAN HILIDUHO

KABUPATEN NIAS 2015

INFORMAN PENDUKUNG (PETUGAS KESEHATAN)

I.Karakteristik Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan : Pekerjaan : II.Dukungan Bidan Desa A. Pengetahuan

1. Menurut ibu, apakah yang di sebut dengan ASI eksklusif ? 2. Menurut ibu, apakah manfaat ASI Ekslusif itu?

Probing : - Manfaat untuk anak -Manfaat untuk ibu

-Manfaat untuk rumah tangga

3. Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan kolostrum?

4. Bagaimanakah tanggapan ibu terhadap pemberian kolostrum kepada bayi baru lahir ?

5. Bagaimanakah tanggapan ibu terhadap pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak umur 0-6 bulan ?

6. Menurut ibu, apa yang menjadi pantangan dalam pemberian ASI?

7. Bagaimanakah bentuk dukungan ibu bidan dalam pemberian ASI eksklusif? Probing : Dimana pelaksanaannya ?

(7)

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM

PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF PADA MASYARAKAT DI DESA MAZINGO TANOSEO KECAMATAN HILIDUHO

KABUPATEN NIAS 2015

INFORMAN PENDUKUNG (TOKOH MASYARAKAT)

I.Karakteristik Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan : Pekerjaan :

III. Dukungan Tokoh Masyarakat :

1. Menurut bapak, apakah yang di sebut dengan ASI eksklusif ? 2. Menurut bapak, apakah manfaat ASI Ekslusif itu?

Probing : - Manfaat untuk anak -Manfaat untuk ibu

-Manfaat untuk rumah tangga

3. Menurut bapak, apakah yang dimaksud dengan kolostrum?

4. Bagaimanakah tanggapan bapak terhadap pemberian kolostrum kepada bayi baru lahir ?

5. Bagaimakah tanggapan bapak terhadap pemberian hanya ASI saja kepada bayi dari umur 0-6 bulan ?

6. Apa sajakah yang menjadi pantangan masyarakat dalam pemberian ASI? 7. Bagaimanakah bentuk dukungan ibu bidan kepada masyarakat dalam

pemberian ASI eksklusif?

Probing : Dimana pelaksanaannya ? Kapan pelaksanaannya?

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M, 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia.

Afifah, 2009.Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. AIMI, 2013. AIMI Menyelenggarakan Workshop ASI Bagi Ustadz Dan

Ustadzah, http://aimi-asi.org/aimi-menyelenggarakan-workshop-asi-bagi-ustadz-dan-ustadzah/, diakses tanggal 20 September 2015.

Anggraini Yulita, 2014. Hubungan Sosial Budaya Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta, Kementerian Kesehatan RI

Badan Pusat Satistik, BKKBN, Departemen Kesehatan. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik

Depkes, RI. 2010. Pekan ASI Sedunia. http://gizi.depkes.go.id/ diakses tanggal 5 Mei 2015.

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2013. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Propinsi Sumatera Utara

Dinas Kesehatan Kabupaten Nias, 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Nias tahun 2013. Kabupaten Nias.

Erwandi, 2014 Analisis Determinan Perilaku Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Evareny L, 2010 Peran Ayah Dalam Praktik Menyusui, Berita Kedokteran

Masyarakat, Vol.26, No.4, Desember 2010.

jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/3458, diakses 10 Agustus 2015.

Fikawati, S & Syafiq A, (2009). Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik Pemberian ASI eksklusif, Jurnal Kesehatan Masyarakat

Nasional, Vol. 4 No. 3 Desember 2009.

(14)

---(2010). Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi menyusu Dini di Indonesia, Makara Kesehatan, Vol. 14, No. 1, Juni 2010 hal 17-24. http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/642/627. Diakses tanggal 14 Mei 2015

Ginting Br Rosida, 2013. Pengaruh Karakterisitik, Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hargi J. Permana, 2013. Hubungan Dukungan Suami dengan Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember. Program Studi keperawatan Universitas Jember, Jember.

Hikmawati Isna, 2008. Faktor-Faktor Risiko Kegagalan Pemberian ASI Selama Dua Bulan (Studi Kasus Pada Bayi Umur 3-6 Bulan Di Kabupaten Banyumas). Tesis, Program Pascasarjana Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undips.ac.id/24359/. Diakses tanggal 5 Juni 2015.

IDAI, 2008. Bedah ASI , Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/VI/2004 Tentang Pemberian ASI Pada Bayi di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Khairunnisak, 2013. Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kriselly Yarina, 2012. Studi Kualitatif Terhadap Rendahnya Cakupan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kereng Pangi Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan Propinsi Kalimantan Tengah. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Notoatmodjo, S. 2013. Pendidikan dan Perilaku kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta

---(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta ---(2010a). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta,

Rineka Cipta

(15)

Pardosi Renata, 2009. Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Usia Kurang Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan. Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Secara Eksklusif, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Safitri, Y, 2015. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare pada Bayi 0-6 Bulan di Desa Kwala Pesilam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2014. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Sinaga D.Franciskus, 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru 2010. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Siregar, Mhd.A, 2004. Pemberian ASI Eksklusif Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, USU Digital Library, www//http. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3726, Diakses tanggal 8 Juli 2015

Sulistyaningsih, 2011 Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif – Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Soetjiningsih, 1999. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC Syafrudin, 2009. Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:

Trans Info Media

Roesli,U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya

---2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda

Unicef, 2013. ASI adalah Penyelamat Hidup Paling murah dan Efektif di Dunia, http://unicef.org/indonesia/id/media_21270.html, diakses tanggal 10 Maret 2015

UU Nomor 36/2009 Pasal 28 Tentang Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Wiji, R.N, 2013. ASI dan Panduan Ibu menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika Walyani, E.S. 2015. Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak pertama,

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu untuk mengetahui dan menggambarkan mengenai pemberiaan ASI eksklusif pada masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias 2015 dengan menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian adalah karena :

1. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai pemberian ASI eksklusif pada masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias.

2. Dari hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan bidan desa yang ada di wilayah tersebut, diketahui bahwa banyak ibu menyusui telah memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak umur 3 bulan.

3.2.2 Waktu Penelitian

(17)

3.3 Pemilihan Informan

Dalam pemilihan informan dipergunakan informan kunci (key informan), yaitu bidan desa. Informan kunci adalah informan yang pertamakali dijumpai untuk memperoleh data atau informasi tentang keberadaan ibu menyusui dan jumlah bayi yang berumur 6-12 bulan, serta bagaimana cara pemberian asi susu ibu (ASI) secara eksklusif dan makanan yang telah diberikan. Informan pokok pada penelitian ini adalah ibu-ibu menyusui yang berdomisili di Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias. Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan dengan prinsip kesesuaian dan kecukupan apabila tidak terdapat variasi terhadap jawaban maka peneliti tidak akan melanjutkan penelitian dengan informan lain. Mengacu pada prinsip tersebut, maka sumber informasi atau informan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan utama dengan kriteria :

a. Ibu menyusui dengan umur bayi 6 – 12 bulan dengan kondisi sehat b. Bersedia menjadi informan

c. Dapat berkomunikasi dengan baik

d. Berdomisili di wilayah Desa Mazingo Tanoseo Kecamatan Hiliduho. 2. Informan pendukung :

a. Bidan desa

b. Anggota keluarga (suami/mertua) c. Tokoh masyarakat

d. Bersedia diwawancarai

(18)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pemberian ASI eksklusif yaitu metode wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2012).

Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan tidak terstruktur kepada subjek penelitian dengan pedoman yang telah dibuat. Data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen yang terkait dengan penelitian. 3.5 Definisi Istilah

Dari kerangka pikir penelitian, maka definisi istilah dari variabel variabel penelitian ini adalah :

a. Umur adalah lama hidup informan dari sejak lahir sampai tahun terakhir yang dinyatakan dalam satuan tahun sesuai dengan pengakuan informan.

b. Pendapatan adalah jumlah seluruh pendapatan pokok dan sampingan yang diperoleh informan tiap bulannya.

c. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh informan dalam pemberian ASI eksklusif

f. Sikap adalah pendapat atau pandangan informan dalam pemberian ASI eksklusif.

(19)

h. Dukungan petugas kesehatan adalah suatu bentuk peran serta bidan desa dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif yaitu penyuluhan tentang ASI eksklusif.

i. Dukungan dan peranan keluarga adalah bentuk keikutsertaan orang terdekat (keluarga) informan dalam perawatan bayi seperti suami atau mertua yang tinggal satu rumah dengan informan yang secara tidak langsung membentuk perilaku informan dalam pemberian ASI eksklusif.

j. Dukungan mayarakat adalah suatu bentuk keikutsertaan orang penting dalam masyarakat (tokoh masyarakat) dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif k. Pemberian ASI eksklusif adalah tindakan atau perbuatan informan untuk

memberi ASI kepada bayinya dimana saja dan kapan saja sejak lahir sampai 6 bulan pertama tanpa pemberian makanan dan minuman tambahan lain.

3.6 Alat Pengumpul Data 1. Alat Perekam.

2. Buku catatan dan alat tulis. 3. Pedoman Wawancara mendalam.

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data

(20)

3.8 Validitas Data

(21)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Desa Mazingo Tanoseo merupakan salah satu dari 16 desa yang ada di Kecamatan Hiliduho. Jarak Desa Mazingo Tanoseo dengan ibu kota kecamatan berjarak 8 Km dengan jarak tempuh selama 30 menit. Secara topografi desa Mazingo Tanoseo mempunyai wilayah berbukit-bukit. Batas-batas geografisnya adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Simandraolo Kecamatan

Gunungsitoli Alooa

 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Dima Kecamatan Hiliduho

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Lolomoyo Tuhemberua

Kecamatan Gunungsitoli Barat

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Sisobahili Kecamatan

Hiliduho Kabupaten Nias.

Luas wilayah Desa Mazingo Tanoseo adalah ± 6 km2. Adapun lahan di desa tersebut sebagian besar dimanfaatkan sebagai areal perladangan masyarakat. 4.1.2 Demografi

Jumlah penduduk Desa Mazingo Tanoseo tahun 2015 adalah 966 jiwa dengan 212 Kepala Keluarga (KK), yang terdiri dari laki-laki 484 jiwa dan perempuan berjumlah 482 jiwa.

(22)

Tabel 4.1

Penduduk Desa Mazingo Tanoseo Menurut Kelompok Umur Tahun 2015

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)

1 0-4 85 8,8

2 5-9 65 6.7

3 10-14 100 10,3

4 15-19 90 9,4

5 20-24 95 9,8

6 25-29 93 9,6

7 30-34 86 8,9

8 35-39 80 8,3

9 40-44 50 5,2

10 44-49 45 4,7

11 50-54 35 3,6

12 55-59 44 4,6

13 60-64 38 3,9

14 ≥ 65 60 6,2

Jumlah 966 100

Sumber : Desa Mazingo Tanoseo 2015

Tabel 4.1 di atas menggambarkan bahwa penduduk di Desa Mazingo Tanoseo yang terbanyak adalah yang berusia 10-14 tahun dengan persentase 10,3%.

Keadaan sosial ekonomi masyarakat di Desa Mazingo Tanoseo dapat dilihat dari mata pencahariannya. Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian.Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan Tahun 2015

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Tani 650 67,2

2 Dagang 60 6,2

3 PNS 36 3,7

4 Lainnya 220 22,7

Jumlah 966 100,0

(23)

Tabel 4.2 diatas menggambarkan bahwa dari penduduk Desa Mazingo Tanoseo yang sudah bekerja, mayoritas pekerjaannya adalah petani sebanyak 650 orang (67,2% ) dan yang paling sedikit adalah pekerjaan sebagai PNS sebanyak 36 orang (3,7 %).

Agama yang terdapat di Desa Mazingo Tanoseo yaitu agama Kristen Protestan dan Kristen Khatolik. Perkembangan pemeluk agama di desa ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Penduduk Desa Mazingo Tanoseo Berdasarkan Agama Tahun 2015

No Agama Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Kristen Protestan 816 84,4

2 Kristen Khatolik 150 15,2

Jumlah 966 100

Sumber : Desa Mazingo Tanoseo Tahun 2015

Tabel di atas menggambarkan bahwa dari penduduk Desa Mazingo Tanoseo, mayoritas penduduknya memeluk agama Kristen Protestan dengan jumlah 816 orang (84,4%) dan Kristen Khatolik sebanyak 150 orang (15,2%).

Sehubungan dengan kebutuhan tempat peribatan pemeluk-pemeluk agama di atas, maka di daerah tersebut terdapat 5 gereja sebagai tempat peribatan agama Kristen Protestan dan Kristen Khatolik.

(24)

Tabel 4.4

Sarana Kesehatan di Desa Mazingo Tanoseo Tahun 2015

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Pustu 1

2 Posyandu 2

Jumlah 3

Sumber: Desa Mazingo Tanoseo Tahun 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa sarana kesehatan yang tersedia di wilayah Desa Mazingo Tanoseo ada 2 jenis yakni 1 (satu) buah puskesmas pembantu dan posyandu yang terdiri dari 2 (dua) pos.

4.2 Gambaran Informan 4.2.1 Karakteristik Informan

Informan utama dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai bayi 6-12 bulan yang tinggal di wilayah Desa Mazingo Tanoseo dengan melakukan wawancara mendalam. Untuk validitas data dilakukan triangulasi sumber yaitu informasi dari suami ibu menyusui, bidan desa dan tokoh masyarakat. Karakteristik Informan utama dalam wawancara mendalam dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5

Karakteristik Informan Ibu Menyusui Di Wilayah Desa Mazingo Tanoseo No Informan Umur

(thn)

Pendidik. Pekerjaan Pendapatan (bulan) Jlh Anak Umur bayi Ket

1 Informan 1 21 SMA Petani 1.000.000 2 12 bln ASI eksklusif 2 Informan 2 21 (-) SD Petani 500.000 3 12 bln (-) ASI

eksklusif 3 Informan 3 28 SD Petani 500.000 3 9 bln (-) ASI

eksklusif 4 Informan 4 19 SMP Petani 500.000 1 9 bln (-) ASI

eksklusif 5 Informan 5 28 SD Petani 1.000.000 4 8 bln (-) ASI

(25)

Karakteristik informan utama yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan terdapat 5 orang. Umur informan yang termuda 19 tahun dan tertua 28 tahun. Pendidikan terendah informan tidak tamat SD dan tertinggi SMA. Jumlah anak dalam keluarga informan paling banyak 4 orang dan yang paling sedikit 1 orang. Umur bayi yang termuda 8 bulan dan yang tertua 12 bulan. Umumnya informan utama memiliki pendapatan keluarga rata-rata Rp.500.000-Rp.1.000.000 dengan pekerjaan sebagai petani.

Tabel 4.6

Karakteristik Informan Pendukung

No Informan Umur Pendidikan Pekerjaan Ket

1 Informan 6 28 thn SMA Petani Suami dari informan utama yang ASI eksklusif

2 Informan 7 30 thn SD Petani Suami dari informan utama (2) yang tidak ASI eksklusif

3 Informan 8 26 thn AKBID Bidan desa Petugas kesehatan 4 Informan 9 32 thn PGSD Kades Tokoh masyarakat 5 Informan 10 45 thn SMA Kader Tokoh masyarakat

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa karakteristik informan pendukung ibu menyusui berjumlah 5 orang dengan usia termuda 26 tahun dan tertua 45 tahun. Pendidikan formal dari informan pendukung yang terendah adalah pendidikan SD dan yang tertinggi adalah AKBID.

(26)

4.3 Matriks Pemberian ASI Eksklusif pada Masyarakat

4.3.1 Pengetahuan Informan tentang ASI Eksklusif dan Manfaatnya

Adapun jawaban informan, ketika ditanyakan tentang pengertian ASI eksklusif, kolostrum dan manfaat dari ASI eksklusif adalah sebagaimana yang digambarkan pada matriks berikut:

Matriks 4.1

Pengetahuan Informan tentang ASI Eksklusif

Informan Pernyataan

1 ASI eksklusif itu adalah air susu ibu yang bagus diberikan sejak lahir selama enam bulan tanpa pemberian makanan tambahan.

2 Saya tidak tahu apa arti itu karena tidak pernah mendengarnya. 3 Saya pernah dengar tapi saya lupa tentang ASI eksklusif.

4 Saya tidak tahu tentang ASI ekslusif, saya baru dengar pertama kali tentang ASI eksklusif ini.

5 Saya kurang tahu mengenai ASI eksklusif.

6 Air susu ibu yang paling bagus yang diberikan kepada bayi yang baru lahir sampai enam bulan tanpa pemberian makanan apapun.

7 Saya tidak tahu mengenai ini karena saya tidak pernah dengar.

8 ASI eksklusif ini artinya pemberian ASI sejak lahir sampai enam bulan tanpa pemberian makanan tambahan apapun dan setelah itu dilanjutkan menyusui dengan makanan pendamping ASI sampai umur 2 tahun.

9 ASI eksklusif itu pemberian ASI kepada bayi selama sejak lahir sampai 6 bulan.

10 Air susu ibu yang bagus yang diberikan kepada bayi sampai umur enam bulan tanpa pemberian makanan atau minuman selain ASI.

(27)

Matriks 4.2

Pengetahuan Informan tentang Kolostrum

Informan Pernyataan

1 Kolostrum itu kan susu yang pertama keluar, warnanya kekuning-kuningan dan kental. Kalau di sini di sebut sogitõ berua.

2 Air susu yang pertama keluar dan kental itu namanya sogitõ berua 3 ASI yang pertama dan warnanya kuning disebut sogitõ berua

4 ASI yang pertama keluar itu,warnanya kekuning-kuningan dan kental disebut sogitõ berua

5 ASI yang pertama keluar itu disebut sogitõ berua

6 Kolostrum itu air susu ibu yang pertama keluar namanya di kampung ini sogitõ berua

7 Saya tidak tahu dan tidak pernah dengar.

8 Kolostrum adalah ASI yang pertama keluar, warnanya kekuning-kuningan dan kental

9 ASI yang keluar pertama sekali disebut sogitõ berua

10 Kolostrum itu adalah ASI yang pertama kleluar, kental dan warnanya kekuningan semacam getah, di sini disebut sogitõ berua

Dalam matriks di atas juga dapat diketahui bahwa informan hanya bisa menyebutkan ciri-ciri kolostrum dan istilah kolostrum itu disebut sogitõ berua. Kolostrum adalah ASI yang pertama keluar, warnanya kekuning-kuningan dan kental.

Matriks 4.3

Manfaat ASI Eksklusif Bagi Anak

Informan Pernyataan

1 Agar anak kita sehat dan untuk kekebalan tubuh anak juga. 2 Sebagai sumber makanan supaya tidak sakit.

3 Supaya anak kita sehat. 4 Supaya anak tidak sering sakit 5 Agar anak sehat.

6 Sebagai makanan utama bayi dan kekebalan tubuh anak 7 Supaya anak sehat.

8 Sebagai makanan bagi bayi, kekebalan tubuh anak, meningkatkan kecerdasan anak

(28)

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa manfaat dari ASI eksklusif untuk bayi adalah sebagai sumber makanan bagi bayi, kekebalan tubuh anak, meningkatkan kecerdasan anak sehingga anak menjadi sehat dan jarang sakit.

Matriks 4.4

Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu

Informan Pernyataan

1 Supaya lebih dekat dengan bayi dan tidak repot buat susu. 2 Kalau menyusui perasaan jadi lebih senang dan lebih puas 3 Tidak repot buat susu botol

4 Senang saja kalau menyusui

5 Kalau tidak nyusu, payudara saya bengkak dan sakit.

6 Istri jadi lebih sehat dan anak bisa lebih dekat dengan ibunya. 7 Saya tidak tahu manfaat ASI bagi ibu

8 Menjarangkan kehamilan, lebih cepat langsing, memberi kepuasan dan menjalin ikatan kasih sayang antara ibu dan anak

9 Supaya anaknya lebih dekat dengan ibunya

10 Adanya ikatan kasih sayang antara ibu dan anak, cepat langsing dan ibunya sehat

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa manfaat ASI untuk ibu adalah terjalinnya ikatan kasih sayang antara ibu dan anak, adanya kepuasaan bila menyusui, menjarangkan kehamilan, ibu cepat langsing dan tidak repot buat susu.

Matriks 4.5

Manfaat ASI Eksklusif Bagi Rumah Tangga

Informan Pernyataan

1 Hemat karena tidak beli susu dan mudah memberikannya 2 Tidak beli susu botol

3 Tidak beli susu botol

4 Pengeluaran lebih sedikit karena tidak beli susu 5 Tidak beli susu

6 Hemat dan tidak repot buat susu 7 Tidak beli susu

8 Hemat dan praktis pemberiannya

9 Hemat

(29)

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa manfaat ASI eksklusif bagi keluarga adalah hemat dan mudah memberikannya.

4.3.2 Sikap Informan Tentang ASI Eksklusif

Ketika ditanyakan tentang pendapat informan tentang pemberian ASI eksklusif dan kolostrum, maka informan memberikan jawaban sebagai berikut :

Matriks 4.6

Tanggapan Informan terhadap Pemberian hanya ASI dari 0-6 Bulan

Informan Pernyataan

1 Saya setuju karena untuk kesehatan anak dan saya merasa puas jika saya menyusuinya.

2 Kalau sampai enam bulan hanya ASI saja, saya tidak setuju karena saya seharian di kebun dan ASI saya tidak banyak, takutnya tidak cukup buat anak saya.

3 Saya tidak setuju kalau hanya ASI saja karena saya merasa tidak cukup buatnya.

4 Saya tidak setuju kalau yang diberikan hanya ASI saja karena ASI saya sedikit.

5 Saya tidak setuju karena saya kerja di ladang, saya sering meninggalkannya di rumah jadi tidak bisa menyusui sepanjang waktu itu.

6 Saya setuju karena ASI adalah sumber makanan yang utama dan banyak mengandung vitamin.

7 Saya kurang setuju karena air susu istri saya kurang tapi terserah istri saya saja mana yang bagusnya untuk anak.

8 Setuju karena bermanfaat bagi ibu, anak dan keluarganya 9 Setuju kalau itu bermanfaat bagi anak.

10 Setuju karena bermanfaat bagi ibu dan anak.

(30)

menyatakan setuju bahwa ASI hanya diberikan pada bayi usia 0-6 bulan karena ASI adalah sumber makanan utama bayi dan untuk kesehatan anak.

Matriks 4.7

Sikap Informan terhadap Pemberian Kolostrum

Informan Pernyataan

1 Saya setuju karena kolostrum itu bagus buat anakku. Kolostrum itu bisa buat kekebalan tubuh anak.

2 Tidak mau kak karena sogitõ berua itu susu basi, tidak boleh diberikan kepada bayi yang baru lahir karena bisa menyebabkan sakit perut seperti mencret.

3 Saya tidak setuju kak karena itu susu basi dan kotor, bayi bisa sakit perut nanti seperti mencret.

4 Menurut mertua saya, sogitõ berua itu tidak boleh diberikan karena susu itu susu yang basi bisa membuat sakit perut seperti mencret, perut kembung dan muntah

5 Saya tidak setuju karena itu susu basi dan kotor karena bisa membuat sakit perut seperti mencret

6 Menurut saya setuju jika diberikan bagus untuk bayi yang baru lahir karena banyak vitaminnya.

7 Tidak setuju kak karena ibu saya bilang itu susu basi dan bisa membuat anak sakit perut seperti perut kembung dan mencret. 8 Setuju karena untuk daya tahan tubuh

9 Kalau itu memang bagus untuk bayi, saya setuju saja 10 Setuju karena untuk kekebalan tubuh anak

Dari hasil wawancara di atas umumnya informan tidak setuju bila memberikan kolostrum kepada bayi yang baru lahir karena anggapan mereka itu ASI basi dan kotor yang bisa membuat bayi sakit perut seperti mencret dan perut kembung, sedangkan informan 1 dan informan pendukung sangat setuju memberikannya karena mereka beranggapan kolostrum itu banyak vitaminnya dan untuk kekebalan tubuh anak.

4.3.3 Tindakan Pemberian ASI

(31)

Matriks 4.8

Tindakan Pemberian ASI

Informan Pernyataan

1 Sekitar 30 menit sesudah melahirkan ASI saya sudah keluar, sejak itu saya sudah menyusui bayi saya. Sampai dia umur 6 bulan saya masih kasih ASI saja, kalau sekarang yah..udah dikasih makan bubur sambil ngasih ASI juga. Waktu menyusui itu kapan anak saya mau menyusu karena saya tetap ada di rumah, kendala dalam menyusui ya..tidak ada. Saya tidak bisa menghitung berapa kali anak saya menyusu dalam sehari, karena kapan dia mau menyusu, saya langsung menyusuinya. Kalau yang menganjurkan saya untuk menyusui bayi saya itu bidan, suami dan mertua saya.

2 ASI saya keluar sekitar 2 hari setelah melahirkan, sejak itu saya hanya kasih ASI saja sampai bayi saya umur 3 bulan. Bayi saya udah mulai diberi makan seperti sun dan bubur nasi yang di giling sesudah umur 3 bulan, minumnya air putih atau teh manis di dot, semenjak itu saya jarang nyusuin lagi. Saya menyusui sebelum atau sesudah pulang dari kebun saja, kalau misalnya saya di rumah jika dia menangis ya saya susuin atau kasih makan.

3 Saya mulai menyusui sekitar 3 hari setelah melahirkan sampai dia umur 3 bulan. Saya kasih ASI terus tapi sesudah 3 bulan, nyusuin sudah jarang, karena udah diberi makan bubur atau diselingi dengan teh manis. Saya menyusuinya sebelum dan sepulang dari kebun saja. 4 Saya mulai menyusui seminggu setelah melahirkan sampai dia umur

4 bulan. Saya ngasih ASI saja sampai umur dia 4 bulan, kapan bayi saya mau nyusu, saya susuin. Sesudah dia umur 4 bulan, saya sudah jarang menyusui karena sering saya tinggal pergi ke kebun. Di rumah, anak saya sering nangis, mertua dan suami menganjurkan untuk memberikan bubur giling, katanya biar tenang dan cepat besar. 5 Sekitar 2 hari sesudah melahirkan sampai umur 3 bulan, saya terus menyusuinya. Saya kasih ASI saja. Tapi karena saya kerja, sejak umur 3 bulan itu, mertua menganjurkan memberi bubur katanya umur segitu sudah bisa diberi makan biar cepat besar.

6 Anak saya menyusu sejak lahir sampai enam bulan, tapi gak tahu berapa kali sehari, istri saya yang tahu. Menyusui itu dianjurkan oleh bidan dan ibu saya.

7 Saya tidak tahu kapan, yang saya tahu sejak lahir anak saya udah menyusu. Tapi sejak umur 3 bulan, anak saya sudah diberi makan berupa sun dan bubur nasi yang digiling, karena istri saya kerja di kebun jadi anak saya sering ditinggal sama Ibu saya. Ibu saya menyarankan untuk memberi bubur.

(32)

utama menyatakan pola kebiasaannya menyusui dimulai sejak ASI keluar setelah melahirkan. Makanan pendamping diberikan mulai umur 3 bulan berupa bubur instan (sun) dan bubur nasi yang digiling. Pemberian makanan ini dianjurkan oleh suami dan ibu mertua. Alasan pemberian makanan pendamping karena ibu menyusui sering meninggalkan anaknya di rumah karena tuntutan pekerjaan, selain itu anak sering menangis. Makanan pendamping ASI juga diberikan karena alasan agar bayi cepat besar dan kuat.

Matriks 4.9

Tindakan Pemberian Kolostrum

Informan Pernyataan

1 Tidak lama sekitar 30 menit setelah melahirkan, bidan nyuruh saya menyusui, tidak lama kemudian keluar susu yang kental dan kuning, terus saya kasih.

2 ASI yang pertama keluar itu dibuang, sesudah itu baru kami menyusui. ASI saya lama keluarnya sekitar 2 hari. Karena anak saya juga sering nangis waktu itu, terus mertua kasih air putih campur gula. Bidannya gak melarang, malah sesudah melahirkan anak saya dikasihnya air putih.

3 Saya melahirkan di praktik bidan. ASI baru keluar sekitar 3 hari, selama tidak keluar ASI, saya beri susu botol. Kata bidan gak apa-apa kasih susu botol, nanti kalau sudah keluar ASI baru kamu susuin. ASI yang keluar pertama itu di buang, setelah itu baru di susuin. 4 Saya melahirkan di praktik bidan. Kalau tidak salah saya udah

pulang ke rumah baru ASI saya keluar, sekitar seminggu. ASI yang pertama itu, kata mertua tidak boleh di kasih sama bayi karena itu susu basi, anak bisa sakit perut, tunggu air susu berwarna putih dulu baru disusuin. Sebelum itu kami kasih susu botol, kata bidan gak apa-apa, kasih susu botol dulu daripada haus dan lapar nunggu ASInya keluar.

5 Saya melahirkan di rumah saya ditolong oleh bidan. ASI saya baru keluar sekitar 2 hari. Sebelum keluar ASI, kami ngasih air putih kadang juga di campur pakai gula, banyaknya sekitar 2 atau 3 sendok makan. Kalau sogitõ berua, itu dibuang, tidak boleh diberikan pada bayi baru lahir.

(33)

dan dibuang, informan baru menyusui. Informan menyusui bayinya mulai umur 2 hari. Sebelum itu, informan memberikan bayinya berupa air putih, air gula dan susu botol. Anjuran ini dari bidan yang menolong persalinan dan ibu mertua informan.

4.3.4 Nilai Budaya

Ketika informan ditanya akan budaya yang terdapat dalam masyarakat dalam pemberian ASI, maka informan memberikan jawaban sebagai berikut :

Matriks 4.10

Nilai Budaya tentang Kolostrum

Informan Pernyataan

1 Pantangannya kalau ASI yang pertama tidak boleh diberikan pada bayi dan itu dibuang karena itu susu basi yang bisa mengakibatkan bayi sakit perut, tapi saya tidak mengikutinya.

2 Di kampung ini kami tidak memberikan ASI yang pertama keluar karena bisa mengakibatkan sakit perut.

3 ASI yang pertama keluar dan warnanya kuning itu dibuang karena itu susu basi dan kotor, anak bisa sakit perut.

4 Ibu mertua bilang kalau sogito berua itu dibuang karena basi dan kotor, bisa mengakibatkan anak sakit perut.

5 Kalau di desa ini ASI yang pertama itu dibuang karena itu ASI basi dan bisa mengakibatkan sakit perut bagi bayi.

6 Kalau pantangan di sini tidak boleh diberi sogitõ berua karena bayi bisa sakit.

7 Kalau di kampung ini, ASI yang pertama itu dibuang tidak boleh diberikan sama bayi baru lahir.

8 Dalam segi pantangan mereka sering membuang kolostrum. Mereka beranggapan ASI itu adalah ASI basi dan kotor yang bisa mengakibatkan bayi sakit perut.

9 Kalau pantangan di sini kebanyakan mereka membuang kolostrum itu tadi.

10 Dari segi budaya, mereka tidak memberikan ASI yang pertamakali keluar karena mereka beranggapan itu ASI basi dan bayi bisa sakit.

(34)

yang tidak diberikan pada bayi karena informan beranggapan itu ASI yang basi dan kotor yang bisa mengakibatkan anak sakit perut.

4.3.5 Dukungan Dan Saran Petugas Kesehatan

Ketika informan ditanyakan tentang dukungan petugas kesehatan yang berada dalam pemberian ASI eksklusif, maka informan memberikan jawaban sebagai berikut :

Matriks 4.11

Dukungan dan Saran Petugas Kesehatan

Informan Pernyataan

1 Sangat mendukung, dia sering penyuluhan, salah satunya tentang ASI ini, seperti kemarin kami dibagikan kertas yang berisi tentang ASI eksklusif. Sarannya ASI harus diberi dan hanya ASI sampai enam bulan. Setelah enam bulan baru diberi makanan pendamping. 2 Saya jarang ke posyandu, kecuali ada keluhan saja saya ke sana,

yang saya dengar jika kita ke posyandu kita diberi penyuluhan. Salah satunya tentang pemberian ASI.

3 Kalau saya ke posyandu, saya dianjurkan bidan untuk menyusui, kadang lewat penyuluhan salah satunya tentang ASI

4 Sangat mendukung. Di posyandu kita diperiksa hamil sekalian penyuluhan. bidannya menyarankan kalau saya melahirkan anak saya diberi ASI sampai enam bulan.

5 Sangat mendukung, bidan sering menganjurkan untuk memberikan ASI sampai enam bulan pada bayi baru lahir. Penyampaiannya melalui penyuluhan di posyandu

6 Bidan di sini sangat mendukung pemberian ASI eksklusif ini. Setiap saya mengantar istri ke posyandu, bidannya sering penyuluhan salah satunya tentang pemberian ASI eksklusif.

7 Saya tidak tahu karena hanya istri yang ke posyandu, mungkin saja ada penyuluhan tentang ASI ini.

(35)

Matriks 4.11 Lanjutan

Informan Pernyataan

9 Bidan di sini sangat mendukung pemberian ASI eksklusif ini. Bidan sering memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif di posyandu. 10 Sangat mendukung dengan memberikan penyuluhan di posyandu dan

pertemuan kesehatan lainnya. Sarannya menghimbau keluarga atau ibu-ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif ini.

Matriks di atas menggambarkan tentang bentuk dukungan petugas kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif. Semua informan menyatakan bahwa bidan desa di desa Mazingo Tanoseo sangat mendukung dan menganjurkan pemberian ASI eksklusif. Pada umumnya bentuk dukungan bidan desa dengan penyuluhan tentang ASI eksklusif di posyandu.

4.3.6 Dukungan dan Peranan keluarga

Ketika informan ditanyakan akan peranan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif ini, maka informan memberikan jawaban sebagai berikut :

Matriks 4.12

Dukungan dan Saran Keluarga dalam Pemberian ASI Eksklusif

Informan Pernyataan

1 Suami sangat mendukung, dia jaga anak-anak bila saya kerja, kadang juga dia bantu-bantu kerja rumah seperti menyuci baju dan menyapu lantai jika saya saya lagi sibuk menyusui atau menjaga anak.Saran suami saya, anaknya jangan lupa disusui dan jangan kasih bubur sebelum umur 6 bulan.

2 Mendukung aja, terserah mau nyusuin atau ngasih makan. Kalau anaknya tenang, dia mau menggendongnya tapi kalau menangis, anaknya di kasihnya lagi samaku, karena katanya itu tugas perempuan dalam mengurus anak-anak.

3 Di dukungnya, katanya jangan lupa susui anak sebelum kamu kerja. Kalau untuk membantu saya mungkin karena suami saya capek dari pekerjaan, sampai di rumah suami langsung istrahat.

(36)

Matriks 4.12 Lanjutan

Informan Pernyataan

5 Ibu mertua dan suami sangat mendukung. Mereka sering mengingatkan untuk menyusui kalau anak saya lagi nangis.

6 Saya sangat mendukung, saya sering mengingatkan supaya anak jangan sampai lapar, pulang dan tinggalkan saja kerjamu kalau anak lagi nangis, saya juga kadang membantunya menyuci baju dan menjaga anak.

7 Terserah istri saja, itukan tugas istri, kadang saya hanya mengingatkan istri untuk nyusuin atau ngasih makan anak. Kalau misalnya kebunnya dekat, saya akan panggil dia untuk nyusuin si kecil ini.

Matriks di atas menggambarkan peranan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif yaitu pada umumnya suami informan sangat mendukung pemberian ASI karena menyusui ini adalah tugas istri. Bentuk dukungan keluarga berupa membantu pekerjaan rumah, menggendong anak, mengingatkan ibu menyusui dan memanggil ibu untuk menyusui bila tempat kerjanya dekat.

4.3. 7 Dukungan dan Peranan Tokoh Masyarakat

Ketika informan ditanyakan tentang peranan tokoh masyarakat dalam pemberian ASI eksklusif, maka informan memberikan sebagaimana berikut :

Matriks 4.13

Peranan Tokoh Masyarakat dalam Pemberian ASI Eksklusif

Informan Pernyataan

1 Karena mertua saya adalah salah seorang kader kesehatan di kampung ini, mertua saya sering menganjurkan saya menyusui anak saya secara eksklusif dan mertua saya juga sering mengajak saya ke posyandu untuk mengikuti kegiatan kesehatan.

2 Mereka sangat mendukung. Himbauan kader supaya kami menyusui dan memberi ASI pada anak selama enam bulan tapi saya tidak mengerti.

3 Mendukung. Saya sering diajak ke penyuluhan tapi karena sibuk saya jarang ke sana.

(37)

Matriks 4.14 Lanjutan

Informan Pernyataan

5 Kader di sini sering menganjurkan supaya nyusuin sampai enam bulan, ibu itu juga sering mengajak kami ke posyandu.

9 Kami sangat mendukung dan mengajak keluarga untuk memberikan ASI eksklusif karena ini bermanfaat untuk anak. Saran saya ya..tetap di beri ASI secara eksklusif

10 Kami sangat mendukung dan mengajak keluarga untuk memberikan ASI eksklusif karena ini bermanfaat untuk anak. Saran saya ya..tetap di beri ASI secara eksklusif Kami sebagai kader sangat mendukung dan ikut serta dalam penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan setiap kegiatan posyandu, salah satunya adalah penyuluhan tentang ASI eksklusif yang disampaikan oleh bidan, tapi kalau untuk pelaksanaan ASI eksklusif itu sendiri tergantung ibu menyusui dan keluarganya.

(38)

BAB V PEMBAHASAN

Pemberian air susu ibu (ASI) atau menyusui adalah suatu proses alamiah yang dialami antara ibu dan bayi, yang bisa dilakukan di berbagai lapisan masyarakat diseluruh dunia tanpa pernah membaca buku tentang ASI. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru lahir. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi sampai 6 bulan kehidupan pertamanya tanpa campuran makanan atau minuman apapun dan dilanjutkan di usia sampai 2 tahun dengan makanan pendamping, tetapi pemberian ASI eksklusif akhir-akhir ini banyak yang tidak berhasil karena sudah memberikan makanan dan minuman lain selain ASI bagi bayi sebelum umur 6 bulan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat digambarkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah : 5.1 Umur

Pada hasil penelitian yang tergambar dalam Tabel 4.5, didapatkan hasil bahwa umur informan utama bervariasi antara 19 tahun - 28 tahun. Dari 5 orang informan utama yang diteliti, 1 orang informan berumur 19 tahun, 2 orang informan berumur 21 tahun dan 2 orang informan lainnya berumur 28 tahun.

(39)

yaitu 1 orang diantaranya memberikan ASI secara eksklusif sedangkan 1 orang lainnya tidak. Hal ini menunjukkan bahwa umur bukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Penelitian yang dilakukan Rosida (2013), menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian ini yaitu tidak adanya pengaruh umur terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif. Namun menurut Soetjiningsih (1999), dinyatakan bahwa umur ibu menyusui mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Ibu muda lebih banyak memproduksi ASI sehingga ibu yang lebih muda kemungkinan besar memberikan ASI eksklusif. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Sinaga (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

5.2 Pendapatan

Dari penelitian yang telah dilakukan, pendapatan keluarga informan rata-rata antara 500.000-1.000.000,-. Dari 5 informan utama, terdapat 3 orang yang mempunyai pendapatan 500.000,-/bulan dan 2 orang yang berpedapatan 1.000.000.-/bulan. Informan yang berpendapatan Rp.1.000.000,- yang memberikan ASI eksklusif terdapat 1 orang sedangkan informan yang mempunyai pendapatan 5.000.000 dan 1.000.000.- tidak memberikan ASI eksklusif.

(40)

informan 5, namun terdapat perbedaan tindakan yang dilakukan informan tersebut dalam hal pemberian ASI yaitu 1 orang informan memberikan ASI secara eksklusif dan 1 informan lainnya tidak.

Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Hikmawati (2008) yang menunjukkan hasil bahwa pendapatan bukan merupakan faktor risiko kegagalan pemberian ASI selama umur 2 bulan karena keluarga yang mempunyai pendapatan yang tinggi mampu mencukupi dan memenuhi kebutuhan bayi dengan membeli susu formula, sedangkan keluarga yang pendapatan rendah akibat dari pendidikan dan pengetahuan yang kurang akan manfaat ASI akan mengenalkan makanan pendamping bagi bayi. Penelitian yang sama juga yang dilakukan Anggraini (2013) yang menyatakan bahwa pendapatan diatas UMP dan dibawah UMP tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI eksklusif karena ibu yang mempunyai penghasilan tinggi akan membeli susu formula sedangkan ibu yang berpenghasilan rendah akan memberi madu atau pisang yang dihaluskan.

(41)

5.3 Pengetahuan

a. Pengertian ASI Eksklusif dan Kolostrum.

Green dalam Notoatmodjo (2013) menyatakan Pengetahuan merupakan salah satu faktor prediposisi yang menentukan perilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan juga akan membentuk persepsi dan kebiasaan seseorang. Temuan penelitian ini mengatakan sebagian besar informan tidak mengerti apa itu ASI eksklusif, kolostrum dan manfaatnya.

“Saya pernah dengar tapi saya lupa tentang ASI eksklusif”(Matriks 4.1

Informan 3)

Hanya 1 orang informan utama yang bisa menyebutkan pengertian ASI eksklusif walaupun tidak bisa menyebutkan secara lengkap.

ASI eksklusif itu adalah air susu ibu yang bagus diberikan sejak lahir

selama enam bulan tanpa pemberian makanan tambahan”(Matrix 4.1 Informan 1)

b. Manfaat ASI eksklusif

Hanya sebagian kecil informan tahu apa manfaat ASI eksklusif bagi bayi. Hal ini terlihat dari pernyataan informan berikut ini :

Manfaatnya agar anak kita sehat dan untuk kekebalan tubuh anak.”

(Matriks 4.3 Informan 1)

“Tidak repot buat susu botol”( Matriks 4.4 Informan 3)

(42)

c. Kolostrum

Temuan peneliti hanya sebagian kecil yang bisa menjelaskan apa arti kolostrum.

Kolostrum itu kan susu yang pertama keluar, warnanya

kekuning-kuningan dan kental. Kalau di sini di sebut sogitõ berua ( Matriks 4.1

Informan 6)

Pengetahuan merupakan hasil dari dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini melalui pancaindera manusia yaitu melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia didapat melalu indera penglihatan dan pendengarn ( Notoatmodjo, 2013). Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pendidikan formal, penyuluhan dan informasi dari media massa.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif memiliki pengetahuan yang lebih terutama tentang ASI dan manfaatnya daripada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. Begitu juga dengan kolostrum, hanya sedikit ibu yang tahu secara benar pengertian dari susu kolostrum.

(43)

Rosida (2013) di wilayah kerja Puskesmas Munte Kabupaten Karo menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Penelitian Kriselly (2012) di wilayah kerja Puskesmas Kereng Pangi Kabupaten Katingan menyatakan bahwa faktor penghambat dalam pemberian ASI eksklusif salah satunya adalah pengetahuanng yang kurang tentang ASI eksklusif.

Pengetahuan ibu menyusui yang baik tentang ASI eksklusif, kolostrum dan manfaatnya dimungkinkan erat kaitannya dengan pendidikan yang menengah/tinggi. Tingkat pendidikan yang tinggi memudahkan seseorang untuk menyerap informasi-informasi termasuk informasi tentang ASI eksklusif. Menurut Roesli (2000) bahwa pengalaman masa kanak-kanak, pengetahuan tentang ASI, bacaan dan penyuluhan akan mempengaruhi tindakan pemberian ASI eksklusif. 5.4 Sikap

Sikap merupakan suatu reaksi terhadap suatu objek tapi belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas (Notoatmodjo, 2010) . Dengan sikap yang baik, seseorang akan cenderung akan melakukan tindakan yang baik dalam pemberian ASI.

“Kalau sampai enam bulan hanya ASI saja, saya tidak setuju karena saya

seharian di kebun dan ASI saya tidak banyak, takutnya tidak cukup buat

anak saya( Matriks 4.6 Informan 2)

(44)

yang tinggal dalam keluarga besar yang akan mempengaruhi keputusan keputusan informan dalam pemberian ASI eksklusif.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sinaga (2010) di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru yang menyatakan terdapat pengaruh yang bermakna antar sikap ibu dengan pelaksanaan program ASI eksklusif dimana sikap ibu yang positip dalam pemberian ASI eksklusif tetap juga memberikan makanan atau minuman yang lain yaitu diberikan air putih dan bubur sekaligus pemberian ASI juga.

Hal yang tidak sama yang penelitian Khairunnisa (2013) di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat menyatakan sikap yang positip akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dimana responden yang bersikap positif memberikan ASI eksklusif.

5.5 Nilai Budaya

Nilai budaya atau kebiasaan merupakan seperangkat kepercayaan, nilai-nilai dan cara perilaku yang dipelajari secara umum dan dimiliki oleh warga di suatu tempat. Kebiasaan yang ditemukan selama penelitian adalah kebiasaan membuang kolostrum.

Ibu mertua bilang kalau sogitõ berua itu dibuang karena basi dan kotor bisa mengakibatkan anak sakit perut’’(Matriks 4.10 Informan 4)

“dari segi budaya mereka tidak memberikan ASI yang pertamakali keluar

(45)

Hal ini senada dengan penelitian Afifah (2009) bahwa salah satu faktor penghambat dalam pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yaitu pemberian pisang dan madu.

Kebiasaan yang tidak baik ini berdampak bagi kesehatan bayi, dimana ASI yang pertama keluar (kolostrum) mengandung zat kekebalan tubuh anak. Pemberian air putih atau susu formula bagi bayi juga bisa berdampak buruk bagi bayi karena usus bayi masih belum sempurna untuk mencerna makanan/minuman selain ASI.

5.6 Tindakan Pemberian ASI eksklusif a. Pola Kebiasaan Menyusui

Hasil penelitian terhadap 5 informan hanya 1 orang yang memberikan ASI eksklusif. Informan 1 ini memberikan ASI sejak usia bayi 0-6 bulan tanpa memberikan makanan/minuman apapun. Informan 1 juga mau mengikuti saran dari bidan desa untuk menyusui bayi secara eksklusif. Informan tersebut mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat membahayakan kesehatan anaknya seperti membuang kolostrum dan memberikan makanan/minuman selain ASI sebelum usia bayi 6 bulan.

“Sekitar 30 menit sesudah melahirkan ASI saya sudah keluar, sejak itu

saya sudah menyusui bayi saya. Sampai dia umur 6 bulan saya masih

kasih ASI saja”( Matriks 4.8 Informan 1)

(46)

yang bekerja dari pagi jam 0600-1100 Wib dan dilanjutkan lagi bekerja di sore hari dari jam 1400-1800 . Ibu menyusui tidak membawa anaknya ke kebun dengan alasan jarak dari rumah ke kebun jauh sekitar 3 km, mereka takut anaknya digigit nyamuk dan juga mereka tidak fokus untuk bekerja. Ibu menyusui menitipkan bayinya sering pada anggota rumah tangga yang lebih tua seperti mertua untuk merawat atau memberikan makanan atau minuman kepada bayi seperti bubur nasi yang dihaluskan, bubur sun, air putih ataupun teh manis, supaya anaknya tidak rewel dan cepat besar akibatnya bayi jarang disusui secara eksklusif. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa informan utama tidak memberi susu formula dengan alasan mereka tidak sanggup membelinya karena harga susu formula yang mahal menurut mereka. Ibu menyusui akan menyusui bayinya sebelum dan sepulang dari bekerja dari kebun.

Saya mulai menyusui seminggu setelah melahirkan sampai dia umur 4

bulan. Saya ngasih ASI saja sampai umur dia 4 bulan, kapan bayi saya

mau nyusu, saya susuin”(Matriks 4.10 Informan 4)

“Sesudah 3 bulan, nyusuin sudah jarang, menyusuinya sebelum dan

sepulang dari kebun (matriks 4.10 Informan 3)

(47)

waktu pagi dan sore hari. Waktu pemberian MP-ASI ini adalah sekitar jam 0800 -0900 pagi dan 17.00 sore hari.

“Tapi karena saya kerja, sejak umur 3 bulan itu, mertua menganjurkan

memberi bubur katanya umur segitu sudah bisa diberi makan biar cepat

besar (matriks 4.10 Informan 5)

Hal yang sejalan dengan penelitian Rosida (2013) menyatakan bahwa salah satu alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena pekerjaan sebagai petani. Penelitian Arifin (2004) menyatakan bahwa hal yang menjadikan ASI eksklusif tidak diberikan karena para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja ataupun karena tugas-tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi. Menurut Roesli (2000) bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif karena ibu yang bekerja dapat memberikan ASI eksklusif pada bayi melalui ASI perah. ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperah kemudian disimpan dan nantinya diberikan kepada bayi. ASI dapat bertahan selama 8 jam di dalam lemari es dengan suhu 4oC. ASI dapat bertahan selama 2X24 jam jika disimpan dalam freeezer dengan suhu -15oC.

b. Pemberian Kolostrum

(48)

Tidak lama sekitar 30 menit setelah melahirkan, bidan nyuruh saya

menyusui, tidak lama kemudian keluar susu yang kental dan kuning, terus

saya kasih (matriks 4.9 Informan 1)

Keempat informan lainnya tidak memberikan kolostrum karena anjuran orang tua dan nilai kolostrum yang tidak baik bagi kesehatan bayi yang bisa menyebabkan bayi mencret.

“ASI yang pertama keluar itu dibuang, sesudah itu baru kami menyusui.”

(Matriks 4.6 Informan 2)

“Sogitõ berua itu tidak boleh diberikan karena susu itu susu yang basi

bisa membuat sakit perut seperti mencret, perut kembung dan muntah”

(Matriks 4.7 Informan 4)

c. Makanan/ Minuman Sebelum Kolostrum keluar

Dari hasil wawancara mendalam, informan telah memberikan minuman kepada bayi :

“Waktu lahir, sebelum keluar kolostrum saya beri susu botol”( Matriks

4.9 Informan 3)

“sebelum keluar ASI, saya ngasih air putih kadang juga di campur

dengan gula” (Matriks 4.9 Informan 5)

Dari hasil penelitian ini pemberian makanan atau minuman sebelum kolostrum berupa susu, air gula dan air putih. Pemberian makanan dan minuman ini akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

(49)

daearah tersebut. Budaya ini memberikan rasa kepada bayi seperti rasa manis dari madu atau gula.

Kepercayaan yang sama juga ditemukan di Desa Kemantan Kebalai Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi yaitu bayi baru lahir tidak diberikan kolostrum karena mereka beranggapan bahwa kolostrum merupakan susu basi yang bisa menyebabkan sakit perut seperti kembung dan mencret. Bayi disusui setelah air susu ibunya telah berwarna putih.

5.7 Dukungan Dan Saran Petugas Kesehatan

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2013) perilaku terbentuk karena faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain yang merupakan refensi dari perilaku masyarakat. Menurut Soetjiningsih (1999) pemberian ASI belum optimal karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian ASI yang baik dan benar kepada ibu dan keluarga.

Kalau saya ke posyandu, saya dianjurkan bidan untuk menyusui, kadang

lewat penyuluhan salah satunya tentang ASI (matriks 4.11 Informan 3)

(50)

dan berdikusi tentang masalah-masalah terkait pemberian ASI. Sikap petugas yang diberikan dalam pelayanan kesehatan sangat penting dalam upaya menyusui. Sikap ini bisa negatif misalnya dengan adanya kesulitan laktasi, petugas kesehatan sering memberikan susu botol kepada bayi.

“kata bidan gak apa-apa, kasih susu botol dulu daripada haus dan lapar

nunggu ASInya keluar ”( matrix 4.9 Informan 4)

Dari hasil penelitian dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif masih sangat kurang. Ini menunjukkan kesalahan petugas kesehatan dalam 10 LMKL yaitu langkah 3 sampai langkah 9. Hal ini sejalan dengan penelitian Siregar ( 2004) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh melahirkan di klinik bersalin dimana belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi tentang ASI eksklusif.

5.8 Dukungan Dan Peranan keluarga

Dukungan keluarga merupakan faktor yang mendukung yang bersifat emosional maupun psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui dalam pemberian ASI. Berdasarkan penelitian, seluruh informan utama mendapatkan dukungan dari keluarga khusunya suami dalam pemberian ASI eksklusif walaupun pengetahuan suami tergolong kurang dalam pemberian ASI. Dukungan tersebut dinyatakan oleh suami informan yang setuju jika istrinya memberikan ASI pada anaknya.

(51)

bayi sementara apabila istri sibuk bekerja, membangunkan ibu untuk menyusui bayinya saat tengah malam dan membantu pekerjaan rumah tangga seperti menyuci baju. Pada penelitian ini, terdapat juga suami yang bila anaknya rewel, bayi segera diberikan pada ibu dan beranggapan anaknya lapar dan juga menganjurkan memberi makanan pendamping. Hasil penelitian ini menunjukkan bila pemberian makanan pendamping atas anjuran suami.

“Suami sangat mendukung, dia jaga anak-anak bila saya kerja, kadang

juga dia bantu-bantu kerja rumah seperti menyuci baju dan menyapu

lantai jika saya saya lagi sibuk menyusui atau menjaga anak.Saran suami

saya yah..anaknya jangan lupa disusui dan jangan kasih bubur sebelum

umur 6 bulan( Matriks 4.12 Informan 1)

“Mendukung aja, terserah mau nyusuin atau ngasih makan. Kalau

misalnya anaknya tenang, dia mau menggendongnya tapi kalau menangis,

anaknya di kasihnya lagi samaku, karena katanya itu tugas perempuan

dalam mengurus anak-anak( Matriks 4.12 Informan 2)

“Di dukungnya, katanya jangan lupa susui anak sebelum kamu

kerja..mmm... kalau untuk membantu saya mungkin karena suami saya

capek dari pekerjaan, sampai di rumah suami langsung

istrahat.”(Matriks 4.12 Informan 3)

“Kalau keluarga besar dianjurkan pemberian ASI, itupun kata mama

kalau udah 3 bulan bisa dikasih makan sambil menyusui. Suami dan

(52)

Hal ini sejalan dengan penelitian Kriselly (2012) bahwa peranan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang sama juga Hargi (2013) di wilayah kerja Puskesmas Arjasa yang menyatakan bahwa dukungan suami yang baik akan mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI eksklusif. Peneliti Evareny (2010) menyatakan bahwa pengaruh peran ayah sangat besar dalam praktik pemberian ASI secara eksklusif.

Menurut peneliti dukungan dan peranan suami atau mertua sangat berpengaruh dalam hal pengambilan keputusan pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayi. Hal ini dikarenakan suami dan mertua merupakan anggota keluarga yang paling dekat dengan informan utama. Peranan suami dalam program pemberian ASI eksklusif kepada bayi terlihat dari dukungan suami kepada istri seperti mengingatkan istri untuk menyusui bayinya dan membantu istri dalam hal pekerjaan rumah tangga.

5.9 Dukungan Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat mempunyai kedudukan dan pengaruh yang besar di tengah-tengah masyarakat. Tokoh masyarakat ini terdiri dari dua yaitu tokoh informal dan tokoh formal. Tokoh informal seperti tokoh adat, tokoh agama sedangkan tokoh formal seperti kepala desa dan kader.

(53)

bentuk dukungan kepada ibu menyusui adalah dengan mengajak para ibu dan anggota keluarga bila ada penyuluhan untuk mengikutinya.

“kader sering menganjurkan kami untuk memberikan ASI sampai enam

bulan dan mengajak bila ada penyuluhan (Matriks 4.13 Informan 1)

Penyelenggaraan Asosiasi Ibu menyusui Indonesia (AIMI, 2013) di Jakarta kepada para Ustadz dan Ustadzah dengan memberikan informasi yang lengkap tentang pemberian ASI eksklusif dan anjuran pemberian ASI dari sudut pandang masyarakat. Peran serta tokoh agama sebagai salah satu pendukung pemberian ASI eksklusif diharapkan dapat menjadi salah satu keberhasilan menyusui karena mereka mempunyai pengaruh dan dapat meyakinkan nilai kebaikan dari pemberian ASI dari sisi syariah kepada para jamaahnya.

(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah 5 orang ibu menyusui yang memiliki bayi umur 6-12 bulan sebagai informan utama dan 5 orang informan pendukung yang terdiri dari 2 orang suami informan utama, 1 orang tenaga kesehatan, 2 orang tokoh masyarakat.

2. Mayoritas ibu menyusui di Desa Mazingo Tanoseo mempunyai kebiasaan membuang kolostrum dan memberikan makanan/minuman kepada bayinya sebelum ASI keluar berupa susu formula, air putih dan air gula.

3. Mayoritas ibu menyusui memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi mulai dari umur 3 bulan berupa bubur nasi yang dihaluskan, bubur sun, air putih dan teh manis.

(55)

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada anggota keluarga terutama suami dan mertua untuk memberikan perhatian dan kerjasama yang baik kepada ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif.

2. Disarankan kepada bidan desa untuk lebih aktif memotivasi dan meningkatkan penyuluhan kepada ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif.

(56)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kompisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang sempurna baik secara kualitas maupun kuantitasnya dengan tatalaksana menyusui yang benar. ASI sebgai bahan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan dan ketika diberikan makanan padat dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Soetjiningsih, 2007).

ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi setiap saat, siap disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi ( Wiji, R. N, 2013)

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Walyani, E.S, 2015).

2.1.2 Pengertian ASI Eksklusif

(57)

tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim (Roesli, 2008).

ASI eksklusif adalah menyusui bayi secara murni, yang dimaksud secara murni adalah bayi hanya di beri ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan apapun dan tanpa pemberian makanan tambahan lain ( Wiji, R. N, 2013)

2.1.3 Manfaat ASI

1. Manfaat Pemberian ASI Bagi bayi

Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat dirasakan. Menurut Roesli (2008), manfaatnya antara lain bagi bayi adalah : a. ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaiakan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

(58)

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan diare. Zat kekebalan itu terdapat dalam kolostrum.

c. ASI meningkatkan kecerdasan

Kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, pertumbuhan otak dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan. Nutrisi yang terdapat dalam ASI adalah

 Taurin : suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat dalam ASI untuk

neurotransmitter inhibittor dan stabilisator membran

 Laktosa : merupakan hidrat arang utama dari ASI untuk pertumbuhan otak

 Asam lemak ikatan panjang, seperti :

- DHA dan AA untuk pertumbuhan otak dan retina - Kolesterol untuk mielinisasi jaringan syaraf - Kolin untuk meningkatkan memori

d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

(59)

2. Bagi Ibu

Menurut Roesli (2008) beberapa keuntungan bagi ibu antara lain : a. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan

Ini karena pada saat ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan berhenti. b. Mengurangi terjadinya anemia

c. Menjarangkan kehamilan

Hal ini terjadi karena hisapan mulut bayi pada putting susu ibu merangsang ujung sa

Gambar

Tabel 4.1 di atas menggambarkan bahwa penduduk di Desa Mazingo
Tabel 4.3Penduduk Desa Mazingo Tanoseo Berdasarkan Agama Tahun 2015
Tabel 4.5 Karakteristik Informan Ibu Menyusui Di Wilayah Desa Mazingo Tanoseo
Tabel 4.6 Karakteristik Informan Pendukung
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Laporan Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat menyelesaikan program pendidikan Diploma III (D3) pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Berdasar dari 100 orang subjek, 86 orang berada dalam kategori sedang, ini mencerminkan bahwa lebih dari separuh total subyek yang merupakan anggota-anggota Mapasadha, menggabungkan

dalam huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Pasal 68 ayat (2), Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak Daerah, perlu

Saat ini begitu banyak buku – buku pelajaran bahasa Inggris khususnya untuk anak – anak di pendidikan dasar yang ditulis sedemikian rupa namun tidak dapat mencapai

Tata cara penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD Kabupaten Kepahiang kemudian diatur melalui Kesepakatan Bersama antara BPK dan DPRD Kabupaten Kepahiang Nomor

Considering that building façade in urban scene generally contains a lot of repetitive structures, we intend to utilize such property to partition the façade and

Jika dilihat dari rumusan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gratifikasi atau pemberian hadiah berubah menjadi suatu yang perbuatan pidana suap khususnya

Peningkatan usia ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium