• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu Pengocokan Pada Uji Solvent Radiant Capacity (Src) Asam Laktat Dalam Gandum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Waktu Pengocokan Pada Uji Solvent Radiant Capacity (Src) Asam Laktat Dalam Gandum"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Nur dan Nurhaeni. 2008. Komposisi Kimia dan Sifat Fungsional Pati Jagung Dalam Berbagai Varietas yang Diekstrak dengan Pelarut Natrium Bikarbonat. J. Agroland 15 (2) : 89 – 94

Buckle, K.A., R.A., Edwards., G.H. Fleet., M. Wooton.1985. Ilmu Pangan. UI– Press. Jakarta.

Budiyanto, M.A.K. 2002. Mikrobiologi Terapan.Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang

Desrosier, N. W. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi Ketiga. Penerjemah, M. Miljohardjo. UI – Press. Jakarta.

Dwiari, Sri Rini., Danik Dania Asadayanti., Nurhayati., Mira Sofyaningsih., Sandi Frida A.R. Yudhanti., Ida Bagus Ketut Widyana Yoga. 2008. Teknologi Pangan Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Nurmala, T. 1998. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Rineka Cipta. Jakarta.

Parker, R. 2003. Introduction to Food Science. Delmar Thompson Learning United States.

Sherrington, K.B dan Gaman, M. 1981. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan,

(2)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Uji Solvent Radiant Capacity (SRC) Asam Laktat Dalam Gandum 3.1.1. Prinsip Kerja

Metode ini didasarkan pada berat tube dibagi berat sampel yang didapat setelah

dilakukan pemusingan di alat sentrifugasi.

3.1.2. Alat

- Botol Tube 50 ml

- Rak Botol Tube

- Botol Aquadest

- Alat Sentrifugasi

- Stopwatch

- Spatula

- Neraca Analitik

- Beaker glass 1000 ml pyrex

3.1.3. Bahan

- Aquadest(l)

- Asam Laktat 95% (aq)

(3)

3.1.4. Prosedur Kerja

- Ditimbang berat botol tube kosong

- Dimasukkan larutan yang diinginkan sebanyak 25 ml

- Ditimbang sampel sebanyak

±

5 gram

- Dimasukkan kedalam botol tube yang telah berisi larutan

- Dikocok botol tube

- Didiamkan selama 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit

- Dimasukkan kedalam alat sentrifugasi selama 15 menit

- Dikeluarkan dari alat sentrifugasi

- Dibuang filtrat yang ada didalam botol tube

- Didiamkan selama 10 menit

- Ditimbang berat botol tube yang telah didiamkan

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

= 129,84 %

×

– 1 × 100%

=

– 1 × 100%

(11)

20’ ×

– 1 × 100%

=

– 1 × 100%

= 127,93 %

×

– 1 × 100%

=

– 1 × 100%

= 125,06 %

4.3. Pembahasan

Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan bahwa waktu pengocokan pada

uji solvent radiant capacity ( SRC ) asam laktat dalam tepung gandum sangat

berpengaruh dalam menentukan kualitas %SRC, dimana semakin lama waktu

pengocokan maka kualitas stability (stabilitas) pada tepung gandum akan semakin baik.

Hal ini dibuktikan dengan data yang diperoleh dari uji high protein, medium protein dan

low protein.dimana keberhasilan pembuatan resep makanan tergantung dari kualitas

bahan – bahan yang digunakan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas tepung

terigu diantaranya adalah kandungan protein, kadar air, kadar abu, dan beberapa

parameter fisik ; seperti water absorption, mixing time, stability, dan penyimpanan

(12)

Dimana umur penyimpanan tepung akan berpengaruh pada kualitas tepung

terigu yang akan diproduksi, begitu juga dengan faktor stability yaitu kemampuan

tepung terigu untuk menahan stabilitas adonan agar tetap sempurna meskipun telah

melewati waktu peak (kalis). Stabilitas tepung pada adonan dipengaruhi oleh beberapa

hal antara lain yaitu jumlah protein, kualitas protein, dan juga penambahan zat additive

yang dimana dalam percobaan yaitu ditambahkan asam laktat yaitu berfungsi sebagai

pengembang roti dan pada percobaan asam laktat yang didapatkan sudah sangat baik

karena semakin lama waktu pengocokan yang didapatkan pada uji solvent radiant

capacity (SRC) pada high protein, medium protein dan low protein sudah sesuai dengan

(13)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

- Diperoleh % SRC asam laktat dalam tepung gandum pada high protein

yaitu pada menit 5 diperoleh hasil 149,60%, pada menit 10 diperoleh hasil 149,38%,

pada menit 15 diperoleh hasil 149,27% pada menit 20 diperoleh hasil 145,72%,

sedangkan pada medium protein yaitu pada menit 5 diperoleh hasil 139,20%, pada

menit 10 diperoleh hasil 139,24%, pada menit 15 diperoleh hasil 138,22%, pada menit

20 diperoleh hasil 131,75%, sedangkan pada low protein yaitu pada menit 5 diperoleh

hasil 132,03%, pada menit 10 diperoleh hasil 130,05%, pada menit 15 diperoleh

127,74% dan pada menit 20 diperoleh hasil 126,50%.

- Diperoleh % solvent radiant capacity (SRC) asam laktat yang

didapatkan sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan.

5.2. Saran

Mutu % solvent radiant capacity (SRC) asam laktat yang selama ini telah

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gandum

Gandum (Triticum spp.) merupakan tanaman serealia dari suku padi-padian yang

kaya akan karbohidrat. Selain sebagai bahan makanan, gandum dapat pula diolah

sebagai bahan-bahan industri yang penting, baik bentuk karbohidrat utamanya atau

komponen lainnya (Gembong, 2004).

Tanaman gandum dapat tumbuh ideal di daerah subtropik. Tanaman gandum

(Triticum aestivum L.) dapat berkembang dengan baik pada daerah dengan curah hujan

rata-rata 254 mm sampai 1,779 mm per tahun dan daerah yang mempunyai infiltrasi

yang baik. Curah hujan yang tinggi kurang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum

karena pada kondisi ini jamur dan bakteri akan cepat berkembang. Suhu optimum untuk

budidaya tanaman gandum adalah berkisar antara 20-22 ºC (Hariyanto et al., 2002).

Komoditas gandum merupakan bahan makanan penting di dunia sebagai sumber

kalori dan protein. Gandum merupakan bahan baku tepung terigu yang banyak

digunakan untuk pembuatan berbagai produk makanan seperti roti, mie, kue biskuit, dan

makanan ringan lainnya (Wiyono, 1980). Gandum cukup terkenal dibandingkan bahan

makanan lainnya sesama serealia karena kandungan gluten dan proteinnya yang cukup

tinggi pada biji gandum. Biji gandum memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi

diantaranya karbohidrat 60-80%, protein 25%,lemak 8-13%, mineral 4,5% dan sejumlah

(15)

Tabel 1. Daftar komposisi tepung terigu Menurut Departemen Kesehatan RI (

Sumber : Departemen Kesehatan RI (1989)

2.1.1 Jenis Jenis Gandum

Gandum dapat diklasifikasikan berdasarkan tekstur biji (kernel) menjadi hard

wheat (T.aestivum), soft wheat (T. compactum), dan durum wheat (T.durum).

a. Hard Wheat (T. aestivum)

Hard wheat mengandung kadar protein 12-18%. Gandum ini mempunyai ciri-ciri kulit

luar berwarna coklat, biji keras, dan berdaya serap air tinggi. Jenis gandum ini sangat

cocok untuk membuat roti karena tepung yang dihasilkan berkualitas baik dan

mengandung protein bermutu tinggi. Contoh gandum keras adalah gandum hard spring

dan gandum hard winter.

b. Soft Wheat (T. compactum)

Soft wheat mengandung kadar protein rendah yaitu 7-12%. Gandum ini

(16)

ini cocok untuk membuat cake karena adonan yang dihasilkan memiliki daya serap air

rendah. Contoh jenis gandum ini adalah standard wheat.

c. Durum Wheat (T.durum)

Durum wheat merupakan jenis yang khusus. Ciri gandum ini adalah bagian

dalam (endosperm) yang berwarna kuning tidak seperti gandum pada umumnya yang

memiliki warna putih dan memiliki biji yang lebih keras, serta kulit yang berwarna

coklat. Gandum ini sering digunakan untuk membuat produk pasta berdasarkan warna

bran, gandum diklasifikasikan menjadi red (merah) dan white (putih). Sedangkan

berdasarkan musim tanam dibedakan menjadi dua yaitu winter dan spring

(Samuel,1972).

2.2. Tepung Terigu

Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum,

dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kue, mie, dan roti. Tepung terigu

mengandung banyak zat pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air.

Tepung terigu juga mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan

dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu. Tepung terigu

memiliki perbedaan dengan tepung gandum utuh, bedanya terigu berasal dari biji

gandum yang dihaluskan, sedangkan tepung gandum utuh (whole wheat flour) berasal

dari gandum beserta kulit arinya yang ditumbuk (Nurmala, 1980).

Tepung terigu merupakan tepung yang dapat dipakai untuk membuat roti karena

mengandung gluten sebagai kerangka dasar roti. Tepung terigu yang digunakan di

(17)

terigu banyak digunakan dalam industry pangan. Komponen terbanyak dalam tepung

terigu adalah pati dengan kandungan amilosa 20-26 % dan amilopektin 70-75 %

(Tarwotjo,1998 ).

Sulit mencari pengganti tepung terigu tidak lepas dari kandungan yang

dimilikinya, dimana tepung terigu memiliki protein khusus yaitu gluten sebesar 80 %

dari total protein. Gluten inilah yang membuat roti mengembang selama proses

pembuatannya ( Utami, 1992).

2.3. Serealia

Serealia adalah biji rumput-rumputan yang dibudidayakan. Serealia merupakan

sumber terpenting pangan bagi manusia dan menjadi makanan pokok di sebagian besar

negara total. Di beberapa negara, serealia memberikan 70% atau lebih masukan energi

total. Serealia mungkin digunakan dalam bentuk biji-bijian, misalnya beras, atau

dihaluskan menjdai tepung, misalnya tepung terigu. Serealia paling penting adalah

gandum, beras, jagung, “ barley”, “oats” dan “rye”. Gandum tumbuh di Eropa, Amerika

Utara, sebagian Asia dan Australia yang beriklim sedang.

Biji gandum tertutup oleh kulit yang keras dan berserat, disebut sekam. Di

dalam terdapat lembaga yang merupakan biji sebenarnya atau embrio dan terletak pada

bagian bawah biji. Komponen terbesar biji adalah endosperma, persediaan makanan

berpati bagi lembaga. Lapisan luar endosperma, disebut lapisan aleuron. Lembaga

(18)

Komposisi gandum bervariasi tergantung pada jenisnya. Sebagai contoh, gandum

Kanada yang keras banyak mengandung gluten ( protein ), sedang kadar gluten pada

gandum inggris yang lunak sangat rendah. Istilah “ keras” dan “lunak” menunjuk pada

sifat gandum saat digiling dan tidak boleh dikacaukan dengan “kuat” dan “lemah” yang

mengarah pada sifat tepung pada sifat tepung saat dipanggang.

Kekuatan tepung lebih tergantung pada mutu daripada jumlah gluten. Tepung

yang kuat adalah tepung yang menghasilkan adonan yang sukar meregang dan

mempunyai sifat dapat menahan gas dengan baik. Tepung yang kuat cocok untuk

pembuatan roti, sedang tepung yang lemah baik untuk kue dan biskuit. Secara umum,

gandum keras akan menghasilkan tepung yang kuat dan gandum lunak menghasilkan

tepung yang lemah.

Di dalam biji gandum, nutrien tidaklah tersebar secara merata. Endosperma

merupakan sekitar 83% berat total biji. Endosperma terutama tersusun daru pati, tetapi

juga mengandung protein, beberapa vitamin B dan elemen mineral. Terhadap nutrien

biji utuh, endosperma mengandung 70- 75% protein, 32% riboflavin, 12% asam

nikotinat, 3% vitamin.

Sekam dan lapisan aleuron menyumbang 14,5% berat biji. Sekam terutam

tersusun dari selulosa ( serat ) yang tak dapat dicerna, namun juga mengandung vitamin

B dan elemen mineral. Lapisan aleuron ( biasanya terbuang bersama sekam selam

penggilingan ) kaya akan protein dan vitamin B, terutama asam nikotinat. Terhadap

nutrien biji utuh, sekam dan lapisan aleuron mengandung : 86% asam nikotinat, 42%

(19)

Lembaga ( termasuk skutelum ) hanya menyusun 2,5% berat biji. Lembaga kaya

akan lemak, protein, zat besi dan vitamin B ( skutelum terutama kaya akan tiamin ).

Terhadap nutrien biji utuh, lembaga mengandung : 64% tiamin, 26% riboflavin, 8%

protein, 2% asam nikotinat.

Untuk diubah menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna, gandum digiling

menjadi tepung. Sekam dan lembaga dikeluarkan sebagai “flake” dan endosperma

dihancurkan menjadi bubuk halus. Pada tahun 1870-an, mesin penggiling dari baja

mulai diperkenalkan, menggantikan penggilingan batu pipih.

Terdapat tiga tahap utama dalam penggilingan tepung

1. Pembersihan dan penyiapan

Mula-mula gandum dilewatkan serangkaian mesin untuk menghilangkan kotoran,

dedak dan sebagainya. Gandum kemudian dikondisikan, yaitu dilembabkan ke tingkat

kelembapan yang optimum untuk penggilingan, melalui proses pembasahan dan

pengeringan biji. Proses ini mengeraskan sekam sehingga lebih mudah dipisahkan

selama penggilingan dan membuat endosperma lebih mudah remuk sehingga lebih

mudah pula digiling menjadi tepung.

2.Pemecahan

Gandum bersih yang telah mengalami “conditioning” dilewatkan lima pasang

penggilas baja berombak (“corrugated”) yang dikenal sebagai rol pemecah. Dari tiap

pasangan, sebuah penggilasnya berputar dua setengah kali lebih cepat dari penggilas

satunya, sehingga biji akan terkelupas dan endosperma akan terpisah dari sekam.

(20)

a. partikel kasar sekam yang dilekati endosperma. Bagian ini akan diteruskan ke

rol pemecah.

b. Partikel endosperma yang kasar, disebut semolina. Partikel sekam yang

bercampur dengan semolina dipisahkan dengan menggunakan hembusan udara, sekam

lebih ringan daripada semolina.

c. Sejumlah kecil partikel halus endosperma atau tepung. Secara bertahap, jarak

antara rol-rol pemecah dibuat makin sempit sehingga di setiap tahap lebih banyak

endosperma dipisahkan dari sekam.

3. Pengecilan ukuran

Semolina yang diperoleh dari rol pemecah dilewatkan sepuluh atau lebih rol

pengecil ukuran. Rol ini berupa penggilas yang halus dan dari setiap pasangan, sebuah

penggilasnya berputar satu setengah kali lebih cepat dari lainnya. Partikel endosperma

mengalami pengecilan ukuran secara bertahan oleh gencetan rol sehingga kerusakan

granula pasti adalah minimum. Setelah melewati setiap rangkaian rol, produk diayak

dan dipisahkan menjadi partikel halus tepung, partikel lebih besar yang akan dilewatkan

rol pengecil ukuran berikutnya serta partikel kasar yang nantinya dikembalikan ke rol

pertama.

Seperti halnya rol pemecah, rol pengecil ukuran juga diatur saling berdekatan

secara bertahap dan pada akhir proses akan diperoleh tepung putih yang halus. Oleh

sistem pengecilan ukuran tersebut, lembaga akan menjadi pipih, bukannya hancur, dan

(21)

Tingkat ekstraksi adalah persentase biji utuh yang diubah menjadi tepung.

Tepung dari biji utuh 100%

Tepung dari biji pecah kulit 85-90%

Tepung terigu 70-72%

Tepung dari biji utuh mengandung biji utuh, termasuk sekam dan lembaga,

sedang tepung terigu hanya mengandung endosperma.

Berhubung tepung dengan hasil ekstraksi rendah sedikit atau tidak mengandung

sekam atau lembaga, maka jumlah protein, lemak, vitamin B, mineral dan serat akan

berkurang, sejak tahun 1956, tepung terigu yang dihasilkan di Inggris diperkaya dengan

thiamin, asam nikotinat, zat besi dan kalsium. Berdasar hukum di Inggris, semua tepung

harus mengandung paling sedikit :

0,24 mg tiamin per 100g,

1,60 mg asam nikotinat per 100g,

1,65 mg zat besi per 100g

Roti dibuat dari adonan tepung gandum, air, garam dan khamir. Bila air

ditambahkan ke dalam tepung, protein gandum, yakni glutenin dan gliadin, membentuk

gluten yang elastik. Peremasan akan membentuk jaringan gluten dalam adonan,.

Sebelum dipanggang, adonan dibiarkan mengembang. Selama tahap ini, adonan akan

memuai karena pembentukan karbon dioksida, hasil fermentasi gula oleh khamir yang

(22)

pemanggangan gluten akan terkoagulasi, sehingga menentukan ukuran dan bentuk roti

yang tetap.

Sekarang kebanyakan roti buatan Inggris dibuat dengan menggunakan proses

pembuatan roti Chorleywood yang tahap fermentasi awalnya diganti dengan

pengadukan mekanis yang kuat dalam waktu singkat, mengunakan pengaduk khusus

berkecepatan tinggi.

Enzim memainkan peranan sangat penting dalam pembuatan roti. Tepung

mengandung amilase ( diastase ) yang oleh adanya air, merubah pati menjadi maltosa.

Enzim maltase yang dikeluarkan oleh khamir meneruskan pemecahan maltosa menjadi

glukosa.Kemudian glukosa difermentasi oleh beberapa enzim dalam khamir, yang

secara keseluruhan dikenal sebagai zymase.

Hasil-hasil proses fermentasi adalah karbon dioksida yang mengisi adonan

dengan udara dan etanol (etil alkohol) yang dikeluarkan dari roti pada waktu

pemanggangan.

Amilase maltase zymase

Pati maltosa glukosa karbondioksida dan etanol

dalam tepung dalam khamir dalam khamir

Protease, terdapat dalam tepung dan khamir, juga penting dalam pembuatan roti.

Protease bereaksi pada protein tepung, yaitu gluten, membuat gluten lebih “extensible”

(23)

2.3.1 Kandungan Kimia Serealia

Gandum disamping beras, merupakan sumber karbohidrat yang terpenting di

dunia, selain itu juga mengandung protein, mineral dan vitamin. Roti Amerika banyak

mengandung vitamin dan niacin yang dapat menghilangkan penyakit beri-beri dan

pelagra. Ribolflavin dan besi (Fe) juga memperkaya kandungan gizi dari roti.

Disamping itu, juga dapat menyembuhkan penyakit Celiac dan karang gigi.

Kandungan kimia gandum dibandingkan dengan beras dan jagung dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Kimia Gandum, Beras dan Jagung Kandungan Kimia Gandum Beras

(24)

Sumber : Millfeed Manual (MNF, 1972) cit. Saunders, Walker dan

Kohler 1974 dalam Tati Nurmala, 1980

*) Sumber Kik dan Williams cit. Grist, dalam beras pecah kulit.

Ternyata gandum mengandung lebih tinggi protein daripada beras dan jagung,

begitu pula asam-asam amino pada gandum lebih lengkap dan lebih besar jumlahnya.

Demikian pula bila dibandingkan dengan asam amino dari hewan. Lysine jauh lebih

besar pada gandum yang merupakan sumber protein yang efisien, juga lebih tinggi

daripada kedelai di mana hampir tidak terdapat Lysine pada tempe. Mineral dan vitamin

terbanyak terdapat pada lapisan aleuron biji gandum.

Gandum kekurangan akan carotene dan vitamin A dibandingkan dengan jagung,

disamping itu jagung juga mengandung fraksi-xanthopil yang sangat baik untuk

peternakan ayam penghasil daging (broiler) dan telur. Namun gandum banyak

mengandung vitamin B1, B2 dan B6.

Endosperm gandum merupakan sumber utama protein dan pati, sedangkan

lembaganya dan aleuron banyak mengandung minyak, protein nongluten dan vitamin.

Tabel. 3. Susunan Kimia Biji Gandum

Komponen Kimia (%) Aleuron Endosperma Tepung (ekstraksi 72%)

Protein 13,3 26,6 11,8

(25)

Susunan kimia secara umum dari beberapa serealia dapat dilihat pada Tabel 4,

yang dibandingkan terhadap jagung, sorghum dan padi.

Tabel 4. Susunan Kimia dari Beberapa Serealia pada Kadar Air Dasar. Jenis serealia Karbohidrat Protein

(%)

dari daerah luas yang membentang dari Asia Tengah (India bagian Barat Laut, Kashmir,

Afganistan, Tadjikistan, Uzbeskistan, Transkaukasia dan bagian Barat Laut Tian Shan)

ke Timur Dekat (Asia Kecil, Transkaukasia, Iran dan Dataran Tinggi Turkmenistan),

daerah sekitar Laut Tengah dan Ethiopia (Vavilov cit. Satari, dkk. 1976). Gandum telah

digunakan sebagai bahan makanan manusia kira-kira 6000 tahun yang lalu, hal mana

dibuktikan dari penemuan arkheologi di Mesir, Turki dan di dalam puing-puing dari

Lake Dwellers di Swiss.

Sejarah Cina menunjukkan bahwa budidaya gandum telah ada di sana sejak

tahun 2700 SM., dan merupakan salah satu dari lima jenis tanaman yang ditanam pada

tiap-tiap upacara tahunan. Peninggalan atau sisa karbon dari gandum dan cetakan

gandum dari tanah liat dan cetakan roti, telah ditemukan pada zaman Neolithic Jarno di

Irak sebelah utara, yang diperkirakan dengan radio karbon data dari tahun 6900

(26)

Sebagai tanaman yang berasal dari daerah sub-tropis, maka dewasa ini, terutama

melalui usaha-usaha manusia di bidang pemuliaan tanaman dan budidaya tanaman,

penyebaran tanaman gandum meluas ke daerah iklim sedang dan daerah tropis.

Daerah produksi gandum yang utama terletak di antara 30°-55°C L.U. dan di

antara 25°-40° L.S. dengan pusat-pusat utama berada di daerah iklim sedang, seperti

Amerika Serikat, Kanada dan Ausralia ( Tabel 5). Prancis menghasilkan produksi per

hektar tertinggi di dunia yaitu 44,1 kw/ha (tahun 1972), sedangkan areal terluas di dunia

Uni Sovyet yaitu 60 juta hektar. Produksi total tertinggi yaitu di Amerika Serikat 42,042

juta metrik ton (Tabel 5).

Tabel 5. Negara-Negara Produsen Gandum di Dunia Negara Produksi 1000

metrik ton

Areal 1000 ha Produksi kw/ha

Uni Sovyet 63.300 60.000 13,8

Amerika Serikat 42.042 19.143 22.0

Kanada 14.514 8.640 16.8

Sumber : USDA, 1973, dalam Tati Nurmala (1980)

Hampir 90 persen dari produksi gandum di dunia terdiri dari tiga jenis species,

yaitu “common wheat” (gandum biasa), “club wheat” dan “durum wheat”. Gandum

biasa diklasifikasikan sebagai Triticum Aestivum L atau T. Vulgare, gandum club

sebagai Triticum Compactum Hort (banyak tumbuh di daerah yang basah), dan gandum

(27)

terbagi dalam tiga sub-grup yaitu diploid, tetraploid (T. Durum) dan hexaploid (T.

vulgare).

T. aegilopoides, lebih menyerupai rumput daripada T. monococcum. Kedua

spesies mempunyai satu butir pada tiap bulir (spikelet) karenanya dianggap sebagai tipe

paling primitif. Karena hanya ada satu gabah tiap bulir, maka disebut einkron.

T. durum (gandum makaroni) mempunyai butir berwarna merah. Tiap butir

mempunyai dua gabah. Bahan untuk membuat maccaroni, speghetti dan vermicelli.

T.dicoccum (emmer) digunakan dalam jumlah terbatas sebagai bahan makanan

ternak. Spesies ini mempunyai sifat resistensi terhadap penyakit, merupakan jenis dari

hard red spring wheat.

T. turgidum (pulard) hampir menyerupai T. durum. Bulir-bulir cenderung untuk

bercabang dan gabahnya besar. Di Amerika dan Inggris, spesies ini tidak mempunyai

arti ekonomis yang penting.

T. polonicum (gandum Polandia) mempunyai bentuk gabah yang panjang. Nilai

ekonominya kurang penting, hanya baik untuk makaroni.

T. thimopheevi sering disilangkan sebagai varietas-varietas standar untuk

memperbaiki resistensi terhadap penyakit.

T. vulgare syn. T. aestivum (gandum biasa) adalah spesies yang paling banyak

ditanam di dunia. Setiap bulir terdiri dari dua sampai lima gabah. Warna bulir bervariasi

(28)

red spring, hard red winter dan soft red winter). Tepung gandum ini digunakan untuk

membuat roti.

T. compactum (club wheat) mempunyai bulir yang terdiri dari tiga sampai lima

gabah, bewarna putih hingga merah. Malai pendek dan berisi bulir yang berbentuk

menyerupai gada (pemukul). Dari gandum lunak dibuat crackers, kadang-kadang juga

dibuat roti. Ditanam pada musim dingin dan semi.

T. spelta biasanya mempunyai dua gabah pada setiap bulir seperti emmer.

Dilihat dari nilai ekonomis, jenis gandum ini tidak penting.

Bulir gandum yang digiling di pabrik harus memenuhi pengujian mutu gandum yang

meliputi beberapa karakteristik. Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Uji berat merupakan pengukuran berat per unit volume gandum. Hasil uji berat

yang rendah menyebabkan kualitas butir dan tepung yang rendah, syarat

minimum adalah 73 kg per kilometer.

(2) Uji kotoran, yaitu pemisahan butir-butir gandum dari benda asing, biji gandum

yang terekrut dan yang pecah (broken wheat). Benda tersebut terbawa sewaktu

proses panen, perontokan dan penyimpanan. Syarat maksimum adalah 0,1 – 0,5

persen.

(3) Uji kadar air butir gandum syarat maksimum 12,5 persen, baik untuk gandum

keras maupun gandum lunak. Gandum yang disimpan pada kadar air yang tinggi

akan cepat berkecambah dan mudah terserang jamur, disamping itu juga

(29)

rendahnya tepung. Kadar maltose yang terlalu tinggi (lebih dari satu persen)

akan menyebabkan sifat gluten yang lembek. Sebaliknya kadar air yang terlalu

rendah memberikan kerusakan fisik butir gandum yang tinggi pada waktu

digiling sehingga mengurangi berat.

(4) Uji kemurnian butir dari campuran tanaman lain minimal 99,6 persen.

(5) Uji bobot dari 1000 butir. Dikehendaki bobot 1000 butir sekitar 28-40 gram.

(6) Uji keseragaman ukuran dan bentuk biji.

(7) Uji kadar serat dan kadar abu. Persyaratannya adalah 2 – 2,7 persen, dan abu 1,4

– 2 persen.

(8) Rendemen tepung sekitar 85 persen.

(9) Uji kadar protein butir gandum syaratnya adalah 6 – 20 persen untuk gandum

lunak dan ganum keras.

(10) Menghasilkan tepung dengan daya isap terhadap air 52 – 60 persen, merupakan

karakteristik yang sangat penting bagi para konsumen tepung terigu.

Penyakit dan hama gandum yang menyerang pada umumnya adalah cendawan

dan insekta. Serangan cendawan selama pertumbuhan di lapangan (Alternaria,

Fusarium dan Helminthosporium) yang berasal atau terbawa biji, tidak akan terbawa di

gudang penyimpanan yang suhu udaranya sangat rendah. Faktor suhu udara,

kelembapan dan lamanya penyimpanan sangat menentukan serangan cendawan di

(30)

tahan disimpan dengan aman, karena semakin lama gandum disimpan kadar airnya akan

bertambah. Pada suhu 5° - 10°C pertumbuhan cendawan sangat lambat, sedangkan pada

suhu 26,7° - 32,2°C pertumbuhannya sangat cepat. Gandum yang disimpan hanya

beberapa minggu sebelum digiling dapat disimpan pada kadar air yang agak tinggi

(lebih tinggi dari 13 persen), dengan suhu penyimpanan yang agak tinggi pula daripada

suhu penyimpanan untuk berbulan-bulan lamanya. Panen dapat dilakukan bili bijinya

sudah keras bila dipijit, sekitar 45 hari setelah bermalai.

Keistimewaan dari tanaman sorghum memiliki kemampuan untuk tumbuh

kembali setelah dipotong atau dipanen disebut “ratoon”, setelah panen akan tumbuh

tunas-tunas baru yang tumbuh dari bagian batang di dalam tanah. Oleh karena itu

pangkasannya harus tepat di atas permukaan tanah. Ratoon sorghum dapat dilakukan 2

– 3 kali, apabila dipelihara dan dipupuk dengan baik, hasil ratoon dapat menyamai hasil

panen pertama, hasil selanjutnya akan menurun. Kultivar unggul sorghum antara lain

yaitu : Cempaka, katengu, Darso, UPCA S1, UPCA S2, Birdproof dan

sebagainya.(Nurmala,T., 1998)

2.4. Pati

Pati adalah cadangan makanan utama pada tanaman. Senyawa ini sebenarnya

campuran dua polisakarida.

(a) Amilosa

Molekul amilosa terdiri dari 70 hingga 350 unit glukosa yang berikatan

(31)

(b) Amilopektin

Molekul ini terdiri hingga 100.000 unit glukosa yang berikatan membentuk

struktur rantai bercabang.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan bahwa pati pada

tanaman terdapat sebagai granula-granula kecil. Lapisan luar dari setiap granula terdiri

atas molekul-molekul pati yang tersusun amat rapat sehingga tidak tertembus air dingin.

Sumber pati asal tanaman yang bebrbeda mempunyai ciri khas pada bentuk, dan pada

penyebaran ukuran-ukuran granula pati itu.

2.4.1. Sifat sifat pati

1. Kenampakan dan kelarutan

Pati berwarna putih, berbentuk serbuk bukan kristal yang tidak larut dalam air

dingin.

2. Rasa manis

Tidak seperti monosakarida dan disakarida, pati dan polisakarida lain tidak

mempunyai rasa manis.

3. Hidrolisis

Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Jika pati dipanaskan

dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara berurutan,

dan hasil akhirnya adalah glukosa.

(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6

(32)

Ada beberapa tingkatan dalam reaksi diatas. Molekul-molekul pati mula-mula

pecah menjadi unit-unit rantaian glukosa yang lebih pendek yang disebut dextrin.

Dextrin ini dipecah lebih jauh menjadi maltose (dua unit glukosa) dan akhirnya maltosa

pecah menjadi glukosa.

pati dextrin maltosa glukosa

sirup glukosa komersial dihasilkan dengan jalan menghidrolisis pati jagung

dengan asam klorida encer. Hidrolisisnya tidak sempurna dan sirup glukosa yang juga

dinamakan sirup jagung atau glukosa cair, merupakan campuran glukosa, maltosa,

dextrin dan air.

Hidrolisis pati dapat juga dilakukan oleh kegiatan enzim. Dalam pencernaan,

enzim amilase memecah pati menjadi maltosa. Amilase juga terdapat pada tepung dan

biji yang berkecambah. Pada produk-produk tersebut enzim ini biasanya dikenal dengan

nama diastase. Diastase penting pada pembuatan roti dan pembuatan bir karena enzim

ini dapat menghasikan gula ( maltosa ) yang seterusnya oleh enzim yang dihasilkan

khamir akan dipecah lebih lanjut menjadi alkohol dan karbon dioksida.

4. Pengaruh panas

(a) Panas yang lembab (dengan air)

Jika suspensi pati dalam air dipanaskan, air akan menembus lapisan luar granula

dan granula ini dimulai menggelembung. Ini terjadi saat temperatur meningkat dari

60°C samapai 85°C. Granula-granula dapat menggelembung hingga volumenya lima

(33)

kental. Pada suhu kira-kira 85°C granula pati pecah dan isinya terdispersi merata

keseluruh air disekelilingnya.

Molekul berantai panjang mulai membuka atau terurai dan campuran pati atau

air menjadi makin kental, membentuk sol. Pada pendinginan, jika perbandingan pati dan

air cukup besar, molekul pati membentuk jaringan dengan molekul air terkurung

didalamnya sehingga terbentuk gel. Keseluruhan proses ini dinamakan gelatinisasi.

Gelatinisasi pati sangat penting dalam proses pengolahan. Misalnya, gelatinisasi

terjadi pada pengentalan macam-macam saos, sup dan kuah daging (“gravies”) dengan

penambahan tepung dan tepung jagung. Gelatinisasi juga penting pada pemanggangan

roti atau makanan yang dibuat dari tepung lainnya karena berperan dalam menimbulkan

sifat lemah yang diinginkan dan tekstur produknya.

(b) Panas kering (tanpa air)

Banyak makanan berpati juga mengandung sedikit dextrin. Pada proses

pemanasan, dextrin terpolimerisasi membentuk senyawa kompleks berwarna coklat

dinamakan pirodextrin. Pirodextrin ini memberikan sumbangan pada warna coklat

banyak makanan termasuk roti panggang dan kerak roti.(gaman,M.1981)

2.5. Produksi Asam Laktat

Dalam produksi, asam laktat didefinisikan sebagai campuran dari asam laktat

dan hibrida asam laktat yang mengandung tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari

92% asam laktat. Prinsip utama pembuatan asam laktat dengan proses fermentasi adalah

(34)

dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh Lactobacillus sp. akan diubah menjadi

asam laktat, Asam laktat murni tidak berbau, tidak berwarna, dan bersifat higroskopis

pada suhu kamar.

Dalam keadaan tidak murni asam laktat berwarna kekuningan karena

mengandung pigmen karoten. Sifat fisik asam laktat antara lain adalah bobot jenisnya

1,249; bobot molekulnya 90,08; titik beku 16,8°C, dan titik didihnya 122°C pada

tekanan 14mmHg. Sedang sifat kimiawinya di antaranya adalah dapat larut dalam eter,

alkohol, gliserin, dan air. Asam laktat tidak larut dalam kloroform, eter disulfida, dan

karbon disulfida.

Di dalam industri asam laktat, laktosa sebagai bahan baku utama didapat dari air

dadih susu (whey) yang merupakan hasil samping dari pembuatan keju atau dari susu

itu sendiri. Banyak air susu di Indonesia yang dibuang begitu saja karena dianggap

sudah rusak dan tidak berguna lagi, padahal kandungan laktosa dalam air susu sekitar

4,2 – 5 %. Asam laktat digunakan secara luas di industri kimia, antara lain

penggunaannya dalam industri makanan dan minuman, industri farmasi, dan industri

kulit. Untuk industri makanan dan minuman, biasanya diperlukan asam laktat berkadar

50 – 80 %, sedangkan untuk industri farmasi diperlukan kadar yang lebih tinggi lagi,

yaitu 85 – 90 %. Reaksi kimia dalam pembuatan asam laktat adalah sebagai berikut.

Lactobacillus sp.

C6H12O6 2CH3CHOHCOOH

(35)

1. Bahan baku

Untuk menghasilkan asam laktat diperlukan bahan baku utama yaitu air dadih

susu (whey), kapur berhidrat, dan asam sulfat. Mikroorganisme yang berperan dalam

proses fermentasi untuk menghasilkan asam asetat adalah Lactobacillus sp. Selain itu

dibutuhkan pula arang aktif dan air sebagai bahan tambahan.

2. Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan asam laktat dengan cara

fermentasi adalah tangki fermentasi (fermentor), tangki koagulasi, filter, evaporator,

acidifier, kristaliser, pengering, dan pompa transfer boiler.

3. Proses pembuatan Asam Laktat

Asam laktat dibuat dengan proses fermentasi sukrosa, glukosa atau fruktosa

yang diperoleh dari molase, atau laktosa yang diperoleh dari air dadi susu. Fermentasi

terjadi dengan bantuan enzim-enzim yang diproduksi oleh bakteri Lactobacillus

delbruckii. Air dadih susu merupakan hasil samping dari proses pembuatan keju dari

kasein susu. Bersama-bersama dengnan kultur bakteri, air dadih tersebut dimasukkan ke

dalam tangki fermentasi di mana pada tangki tersebut terjadi proses fermentasi. Untuk

mencapai kondisi yang optimum bagi pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme,

lingkungan dan keadaan fermentor dijaga baik. Suhu optimum sekitar 28 – 30°C dengan

pH dipertahankan sekitar 5 – 5,8. Kalsium karbonat ditambahkan untuk menjaga derajat

(36)

Jika fermentasi berlangsung lama, pertumbuhan bakteri tersebut terhambat oleh

keasaman yang dihaslikannya sendiri. Untuk mencegah hal tersebut, maka perlu

dilakukan penambahan kalsium hidroksida sehingga terbentuk Ca-laktat. Setelah

fermentasi Ca-laktat dipanaskan dengan uap dalam tangki koagulasi dan selanjutnya

disaring sehingga bebas dari bahan-bahan yang tidak diinginkan seperti laktalbumin.

Cairan utama yaitu larutan Ca-laktat dimurnikan dengan arang (charcoal) pada alat

revaporator vakum. Hasil penguapannya berupa kristal Ca-laktat.

Untuk mendapatkan asam laktat, kristal Ca-laktat dilarutkan dengan asam sulfat

dengan alat acidifier, di mana pada alat itu Ca-sulfat diendapkan. Selain itu protein yang

ada juga diendapkan. Cairan yang keluar dari acidifier itu disaring untuk memisahkan

filtrat dengan endapan protein dan Ca-sulfat yang terbentuk, dan selanjutnya diuapkan

lagi dalam evaporator vakum untuk menghasilkan asam laktat kasar (crude lactic acid)

yang mengandung 22 – 44% laktat.

Asam laktat yang dapat dikonsumsi diperoleh dari kristal Ca-laktat yang

dilarutan dengan air dan ditambah dengan asam sulfat untuk mendapatkan 20 – 25%

asam laktat murni. Kemudian larutan ini dipertinggi kadarnya hingga 50% dengan

menambahkan campuran asam sulfat dan Ca-laktat dalam alat yang disebut dissolver

(pengencer).

Untuk pemurnian digunakan arang dan endapan Ca-sulfat yang terbentuk

dikeluarkan melalui proses pemisahan dan filtratnya diuapkan lagi dalam evaporator

vakum untuk menghasilkan asam laktat yang berkonsentrasi 85%. Asam laktat kasar

(37)

isopropil eter sebagai pelarut juga dapat menggunakan proses esterifiasi dengan

metanol. Hasilnya dihidrolisis yang akan menghasilkan asam laktat

(38)

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Berbagai jenis bahan hasil pertanian pangan mempunyai karakteristik yang

sangat beragam. Karakteristik – karakteristik tersebut seperti ; sifat fisis, morfologis,

fisiologis, dan berbagai senyawa penting yang terkandung didalamnya dan sifat – sifat

alami lainnya sangat penting dipahami untuk digunakan sebagai pedoman atau

pertimbangan pada proses penanganan dan pengolahan lebih lanjut lebih tepat dan

sesuai.

Pati merupakan salah satu produk pangan yang dijadikan sumber

karbohidrat. Pati dibuat dari umbi – umbian seprti ; singkong, ubi garut, gandum, dan

lain – lain. Tanaman gandum menghasilkan tepung terigu. Tepung terigu yang beredar

di pasaran dikenal bermacam – macam di dasarkan pada kandungan proteinnya. Hard

flour merupakan tepung terigu dengan kandungan protein tinggi sekitar 14% , Medium

flour mempunyai kandungan protein sedang (sekitar 12%), sedangkan Soft flour

merupakan tepung terigu dengan kandungan protein rendah sekitar (sekitar 10%).

Jenis tepung terigu tersebut berbeda, hard flour lebih cocok untuk membuat roti,

sedangkan medium dan soft flour lebih cocok untuk membuat mie dan makanan lain.

Seringkali penggunaan untuk membuat olahan makanan, dilakukan pencampuran untuk

(39)

gluten dan CO2 yang dihasilkan oleh khamir menyebabkan gluten mengembang selama

fermentasi. (Dwiari et al,2008)

Di dalam berbagai produk pangan, pati umumnya akan terbentuk dari dua

polimer molekul glukosa yaitu amilosa (amylose) dan amilopektin (amylopectin).

Karena amilosa banyak terkandung di dalam beberapa komoditas pertanian terutama

golongan serealia, maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar amilosa

pada beberapa produk serealia.

Selain itu juga perlu dilakukan pengujian terhadap kualitas biji serealia maupun

produk olahannya seperti tepung. Pengujian tersebut meliputi uji daya serap air, kadar

gluten, dan uji bleaching pada tepung terigu.

Seperti halnya gandum, dedak dari beras mengandung lebih banyak vitamin

daripada bagian dalam biji. Tepung beras yang didapatkan dengan menggiling beras

putih sampai kehalusan yang sesuai, digunakan sebagai bahan pengental dalam produksi

makanan kaleng. Pembuatan minuman beralkohol dan makanan ternak di beberapa

daerah juga menggunakan beras.(Buckle et al, 1985)

Tingkat pengembangan dan penyerapan air tergantung pada kandungan amilosa.

Makin tinggi kandungan amilosa, kemampuan pati untuk menyerap air dan

mengembang menjadi lebih besar karena amilosa mempunyai kemampuan membentuk

ikatan hidrogen yang lebih besar daripada amilopektin. Amilosa termasuk senyawa

yang bersifat polar, oleh karena itu makin tinggi kadar amilosa pati maka kelarutannya

(40)

Ciri khas tepung terigu yaitu mengandung gluten yang tidak dimiliki oleh jenis

tepung lainnya. Gluten merupakan suatu senyawa pada tepung terigu yang bersifat

kenyal dan elastis, yang diperlukan dalam pembuatan roti agar dapat mengembang

dengan baik, yang dapat menentukan kekenyalan mie serta berperan dalam pembuatan

kulit martabak telur supaya tidak mudah robek. Umumnya kandungan gluten

menentukan kadar protein tepung terigu, semakin tinggi kadar gluten, maka semakin

tinggi kadar protein tepung terigu tersebut. Kadar gluten pada tepung terigu, yang

menentukan kualitas pembuatan suatu makanan, sangat tergantung pada jenis

gandumnya.

Protein yang terdapat dalam tepung terigu tidak larut dalam air ini disebut

gliadin dan glutein. Glutein adalah bentuk dari protein yang tidak larut dalam air jika

tepung dipanaskan dan dicampurkan dengan air. Glutein bisa diekstrak dengan cara

mencucinya dengan air hingga patinya menghilang. Glutein yang telah diekstrak

memiliki sifat elastis dan kohesi. Jika gliadin dan glutein dipisahkan dari gluten maka

gliadin akan bersifat seperti substansi sirup yang menggumpal dan saling terikat serta

glutenin akan menghasilkan kekerasan yang berkemungkinan memperbesar kekuatan

tekstur bahan.(Parker, 2003)

Pada gandum, kandungan gluten tidak tersebar merata pada keseluruhan butiran

endosperma biji gandum, tetapi berpusat di dalam bagian badan protein yang

mengandung jaringan lemak. Bagian ini bertindak sebagai pusat untuk sintesis gliadin

dan glutenin. Tepung gandum mengandung kurang lebih 0,5% hingga 0,8% pentosa

yang larut dalam air dan kurang lebih 0,8% lipida bebas serta 1,0% lipida yang terikat.

(41)

bersama pati dalam endosperma (dan juga tepung yang dibuat darinya) beberapa

serealia terutama gandum, gandum hitam, dan jelai. Dari ketiganya gandumlah yang

paling tinggi kandungan glutennya. Kandungan gluten dapat mencapai 80% dari total

protein dalam tepung dan terdiri dari glutenin dan gliadin. Gluten membuat adonan

kenyal dan dapat mengembang karena bersifat kedap udara.(Desrosier, 2008)

1.2. Permasalahan

Apakah %SRC (solvent radiant capacity) yang dilakukan pada PT. AGRI FIRST

INDONESIA(AFI) sudah sesuai dengan standart mutu perusahaan.

1.3.Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui Hasil dari pengaruh waktu pengocokan pada uji solvent

radiant capacity (SRC) asam laktat pada tepung gandum, sehingga dapat digunakan

dengan baik sesuai dengan standar mutu dari tepung gandum yang telah ditetapkan.

1.4.Manfaat

Dengan mengetahui %SRC (solvent radiant capacity) yang di analisa, maka

dapat diketahui bahwa penambhan asam laktat pada tepung gandum tersebut sudah

memenuhi standar mutu atau belum, sehingga pihak perusahaan dapat melakukan

penanganan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu penambahan asam laktat pada

(42)

PENGARUH WAKTU PENGOCOKAN PADA UJI SOLVENT RADIANT CAPACITY (SRC) ASAM LAKTAT DALAM TEPUNG GANDUM

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan pengaruh waktu pengocokan pada uji solvent radiant capacity (SRC) asam laktat dalam tepung gandum. Dimana pada pengaruh waktu pengocokan dilakukan dengan cara pemusingan didalam alat sentrifugasi pada high protein, medium protein dan low protein yang dilakukan pada menit 5, 10, 15, 20. Hasil yang diperoleh pada high protein yaitu pada menit 5 diperoleh hasil 149,60%, pada menit 10 diperoleh hasil 149,38%, pada menit 15 diperoleh hasil 149,27% pada menit 20 diperoleh hasil 145,72%, sedangkan pada medium protein yaitu pada menit 5 diperoleh hasil 139,20%, pada menit 10 diperoleh hasil 139,24%, pada menit 15 diperoleh hasil 138,22%, pada menit 20 diperoleh hasil 131,75%, sedangkan pada low protein yaitu pada menit 5 diperoleh hasil 132,03%, pada menit 10 diperoleh hasil 130,05%, pada menit 15 diperoleh 127,74% dan pada menit 20 diperoleh hasil 126,50%. Maka dapat disimpulkan bahwa uji solvent radiant capacity (SRC) asam laktat dalam tepung gandum masih sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan.

(43)

EFFECT ON THE TEST OF TIME agitation RADIANT SOLVENT CAPACITY (SRC) LACTIC ACID IN WHEAT FLOUR

ABSTRACT

Has conducted experiments on the effects of shaking a test solvent radiant

capacity (SRC) lactic acid in wheat flour. Where the effect of time shuffling is done by centrifugation in the centrifuge at high protein, moderate protein and low protein performed at 5 minutes, 10, 15, 20. The results obtained in the high protein is at 5 minutes results obtained 149.60% at minute 10 149.38% result, in the 15th minute result on 20 minutes 149.27% 145.72% result, while in the medium protein that is the result five minutes 139.20%, in the 10th minute result 139 , 24%, in the 15th minute result 138.22%, on 20 minutes the results obtained 131.75%, while in the low protein which is at 5 minutes results obtained 132.03%, in the 10th minute result 130.05%, on 15

minutes gained 127.74% and on 20 minutes the results obtained 126.50%. It can be concluded that testing radiant solvent capacity (SRC) lactic acid in wheat flour is still in accordance with the quality standards set by the company.

(44)

TUGAS AKHIR

SOFYAN ELDO SURBAKTI 132401147

PROGRAM D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(45)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

SOFYAN ELDO SURBAKTI 132401147

PROGRAM D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

PERSETUJUAN

Judul :PENGARUH WAKTU PENGOCOKAN PADA

UJI SOLVENT RADIANT CAPACITY (SRC) ASAM LAKTAT DALAM GANDUM

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : SOFYAN ELDO SURBAKTI

Nomor Induk Mahasiswa : 132401147

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Mei 2016

Disetujui Oleh

Ketua Program Studi D3 Kimia Dosen Pembimbing

Dra. Emma Zaidar, M.Si Drs. Amir Hamzah Siregar, M.Si. NIP : 195512181987012001 NIP : 196106141991031002

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

(47)

PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU PENGOCOKAN PADA UJI SOLVENT RADIANT CAPACITY (SRC) ASAM LAKTAT DALAM TEPUNG GANDUM

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2016

SOFYAN ELDO SURBAKTI

(48)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Adapun penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi syarat dalam

mengikuti ujian akhir D-3 Kimia di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sumatera Utara.

Tugas akhir ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan

Praktek Lapangan Kerja ( PKL ) di PT. AGRI FIRST INDONESIA (AFI) dengan judul

PENGARUH WAKTU PENGOCOKAN PADA UJI SOLVENT RADIANT

CAPACITY (SRC) ASAM LAKTAT DALAM TEPUNG GANDUM „‟.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak menemukan kendala. Namun

berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat

mengatasi berbagai kandala tersebut dengan baik. Atas berkat bantuan, bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Drs.E. Surbakti dan Ibunda E. Br Ginting

yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan moril maupun materil

dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Ibu Drs. Amir Hamzah Siregar, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis dalam membantu penulisan

karya ilmiah ini.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S selaku Ketua Dapertemen Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumaterra Utara

4. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumaterra Utara

5. Ibu Hamida Sagala selaku assitant suvervisor yang telah memberikan fasilitas

dan ilmu yang berharga bagi penulis.

(49)

7. Rekan praktek lapangan kerja yaitu Betha Daoni Siahaan yang turut membantu

penulis selama praktek lapangan kerja.

8. Teman-teman seperjuangan Rio Maretanto Sinaga, Andri Hassan Simbolon,

Sahat Fernando Bakara dan Surya Graha Siahaan

9. Seluruh teman-teman D3 Kimia stambuk 2013 dan seluruh pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam membantu penulisan

karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaa. Oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

para pembaca untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Segala bentuk masukan yang

diberikan akan penulis terima dengan senang hati dan penulis ucapkan terima kasih.

Harapan penulis, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya

dan bagi penulis khususnya.

Medan, Juni 2016

Penulis

(50)

PENGARUH WAKTU PENGOCOKAN PADA UJI SOLVENT RADIANT CAPACITY (SRC) ASAM LAKTAT DALAM TEPUNG GANDUM

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan pengaruh waktu pengocokan pada uji solvent radiant capacity (SRC) asam laktat dalam tepung gandum. Dimana pada pengaruh waktu pengocokan dilakukan dengan cara pemusingan didalam alat sentrifugasi pada high protein, medium protein dan low protein yang dilakukan pada menit 5, 10, 15, 20. Hasil yang diperoleh pada high protein yaitu pada menit 5 diperoleh hasil 149,60%, pada menit 10 diperoleh hasil 149,38%, pada menit 15 diperoleh hasil 149,27% pada menit 20 diperoleh hasil 145,72%, sedangkan pada medium protein yaitu pada menit 5 diperoleh hasil 139,20%, pada menit 10 diperoleh hasil 139,24%, pada menit 15 diperoleh hasil 138,22%, pada menit 20 diperoleh hasil 131,75%, sedangkan pada low protein yaitu pada menit 5 diperoleh hasil 132,03%, pada menit 10 diperoleh hasil 130,05%, pada menit 15 diperoleh 127,74% dan pada menit 20 diperoleh hasil 126,50%. Maka dapat disimpulkan bahwa uji solvent radiant capacity (SRC) asam laktat dalam tepung gandum masih sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan.

(51)

EFFECT ON THE TEST OF TIME agitation RADIANT SOLVENT CAPACITY (SRC) LACTIC ACID IN WHEAT FLOUR

ABSTRACT

Has conducted experiments on the effects of shaking a test solvent radiant

capacity (SRC) lactic acid in wheat flour. Where the effect of time shuffling is done by centrifugation in the centrifuge at high protein, moderate protein and low protein performed at 5 minutes, 10, 15, 20. The results obtained in the high protein is at 5 minutes results obtained 149.60% at minute 10 149.38% result, in the 15th minute result on 20 minutes 149.27% 145.72% result, while in the medium protein that is the result five minutes 139.20%, in the 10th minute result 139 , 24%, in the 15th minute result 138.22%, on 20 minutes the results obtained 131.75%, while in the low protein which is at 5 minutes results obtained 132.03%, in the 10th minute result 130.05%, on 15

minutes gained 127.74% and on 20 minutes the results obtained 126.50%. It can be concluded that testing radiant solvent capacity (SRC) lactic acid in wheat flour is still in accordance with the quality standards set by the company.

(52)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 4

1.3. Tujuan 4

1.4. Manfaat 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gandum 6

2.1.1. Jenis- jenis Gandum 7

2.2. Tepung Gandum 8

2.3. Serealia 10

2.3.1. Kandungan Kimia Serealia 16

2.4. Pati 25

2.4.1. Sifat- sifat Pati 25

(53)

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Uji Solvent Radiant Capacity (SRC) Asam Laktat Dalam Gandum 33

3.1.1. Prinsip Kerja 33

3.1.2. Alat-Alat 33

3.1.3. Bahan-Bahan 33

3.1.4. Prosedur Kerja 34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan 35

4.2. Perhitungan 36

4.3. Pembahasan 42

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 44

5.2. Saran 44

(54)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Komposisi Tepung Terigu Menurut Departemen Kesehatan 7

2.3.1. Kandungan Kimia Gandum, Beras, dan Jagung 17

2.3.1. Susunan Kimia Biji Gandum 18

2.3.1. Susunan Kimia dari Beberapa Serealia pada Kadar Air Dasar 19

2.3.1. Negara- negara Produsen Gandum di Dunia 20

(55)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

Tabel 2. Kandungan Kimia Gandum, Beras dan Jagung
Tabel. 3. Susunan Kimia Biji Gandum
Tabel 4. Susunan Kimia dari Beberapa Serealia pada Kadar Air Dasar.
Tabel 5. Negara-Negara Produsen Gandum di Dunia

Referensi

Dokumen terkait

apakah kadar air dan kadar asam lemak bebas yang telah disimpan masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan pabrik dapat menekan sekecil mungkin kualitas dan

Spaghettini dengan tepung komposit pati ganyong ungu menghasilkan SCFA dan asam laktat yang lebih tinggi daripada produk dengan tepung komposit pati ganyong hijau. Dalam

dan pakan fermentatif berbahan tepung kulit ubi kayu yang berbeda tidak berpengaruh terhadap kepadatan bakteri asam laktat medium budidaya ikan nila.. Berdasarkan uraian dan

Dari uraian singkat diatas penulis tertarik untuk mengetahui kadar asam laktat pada keju nabati dengan menggunakan bahan pangan kacang tanah yang akan diolah

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan bakteri asam laktat 0,6 ml/ekor/100 g, vitamin E sebesar 20 IU/100 g dan kombinasi keduanya

Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai informasi bagi pelatih khususnya dayung No 200 M, dimana olahraga dayung No 200 M, bisa meningkatkan kadar asam laktat dalam

Irradiasi Sinar UV-C pada Hancuran Singkong dalam Larutan Asam Laktat- Hidrogen Peroksida untuk Mendapatkan Tepung dengan Baking Expansion yang Meningkat..

Sementara pada kelompok perlakuan yaitu pasien yang diberikan tambahan suplemen ubiquinon diketahui nilai asam laktat cenderung menurun, tercatat penurunan yang terjadi adalah