• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Penatalaksanaan Mual dan Muntah pada Pasien Kanker Ovarium yang Mendapat Kemoterapi yang Dinilai dengan Fungsional Living Indeks Emesis (FLIE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Penatalaksanaan Mual dan Muntah pada Pasien Kanker Ovarium yang Mendapat Kemoterapi yang Dinilai dengan Fungsional Living Indeks Emesis (FLIE)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PENATALAKSANAAN MUAL DAN MUNTAH

PADA PASIEN KANKER OVARIUM YANG MENDAPAT

KEMOTERAPI YANG DINILAI DENGAN FUNCTIONAL

LIVING INDEKS EMESIS ( FLIE )

OLEH :

SRI DAMAYANA HARAHAP

PROGRAM MAGISTER

KEDOKTERAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP.H.ADAM MALIK - RSUD Dr. PIRNGADI

(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM – 5

Pembimbing :

Prof. dr. M Fauzie Sahil, SpOG.K

dr.Roy Yustin Simanjuntak, SpOG.K

Pembanding :

dr. Henry Salim Siregar, SpOG.K

dr. Yostoto B Kaban, SpOG.K

dr. Johny Marpaung, M.Ked (OG), SpOG

Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat

Menyelesaikan Program Pendidikan Magister Kedokteran

(3)
(4)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menilai efektifitas penatalaksanaan mual dan muntah pasien tumor ovarium ganas yang mendapat kemoterapi yang dinilai dengan Functional Living Index Emesis (FLIE). Penilaian dilakukan pada hari pertama sebelum mendapat kemoterapi, hari 2 dan hari 5 setelah pemberian kemoterapi. Penelitiaan ini dilakukan di Ruang rawat inap dan rawat jalan bagian Onkologi-Ginekologi RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan, pada bulan Juli 2013. Jenis penelitian ini adalah eksperimen observasional. Subyek penelitian adalah penderita kanker overium yang memenuhi kriteria inklusi dan sedang mendapatkan kemoterapi Taxol dan Platinum. Data dianalisis dengan uji t berpasangan (Pairet t-test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 32 kasus kanker ovarium yang mendapat kemoterapi kombinasi Taxol dan Platinum dengan kasus terbanyak pada usia 46-55 tahun (40,%), Usia menarchi terbanyak pada usia 12-13 tahun (75,1%), status perkawinan yang terbanyak pada status kawin (84,4%), paritas yang terbanyak pada P0A0 (50%), BMI yang terbanyak pada kategori obesitas (84,4%). Distribusi responden berdasarkan Skor Mual dan Muntah FLIE dijumpai pada hari 1 sebelum kemoterapi didapati skor rata-rata 6-7 (56,3% dan 43,7%), pada hari 2 dijumpai nilai skor FLIE dengan skor relatif sama yaitu 6 dan 7, pada hari ke 5 setelah kemoterapi di dapati skor 5 dan 6, menunjukkanbahwa responden yang mendapat kemoterapi hanya mengalami mual dan muntah tingkatan sedikit menggangu. Dilakukan uji korelasi antara berat badan dan skor FLIE pada hari ke 5 dengan menggunakan uji korelasi pearson. Didapati hasil tidak ada korelasi yang bermakna antara berat badan dengan responden dengan skor mual mual dan muntah pada hari ke 5 setelah pemberian kemoterapi (r=0,09). Untuk mengetahui perbedaan skor FLIE hari ke 2 dan hari ke 5 dilakukan uji statistik t-test berpasangan. Hasil uji t-test berpasangan didapati p<0.05. dimana rerata skor mual muntah hari 2 setelah pemberian kemoterapi adalah 6.41 dan 6.47. Rerata skor mual dan muntah FLIE pada hari ke 5 setelah kemoterapi adalah 4,72 dan 5,53.

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur Saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa Saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan Saya kiranya Tesis ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

EFEKTIFITAS PENATALAKSANAAN MUAL DAN MUNTAH

PADA PASIEN KANKER OVARIUM YANG MENDAPAT

KEMOTERAPI YANG DINILAI DENGAN

FUNCTIONAL LIVING INDEKS EMESIS ( FLIE )

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah Saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

(6)

2. Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K); Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Dr. Dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), SpOG (K); Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K); Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, dr. M. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG), SpOG (K); Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Djafar Siddik, SpOG (K); Prof. Dr. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K); Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K); Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K); Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K); Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K); yang telah bersama-sama berkenan menerima Saya untuk mengikuti pendidikan magister di Departemen Obstetri dan Ginekologi. 3. Khususnya kepada Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K); yang telah

memberi Saya kesempatan untuk dapat menempuh Program Pendidikan Mgister di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU. Saya ucapkan Terimakasih yang tidak terhingga, semoga Allah SWT membalas kebaikan beliau.

4. Ketua Divisi Onkologi-Ginekologi Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K) dan Sekretaris Divisi Onkologi-Ginekologi dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG.K , yang telah mengizinkan Saya untuk melakukan penelitian tentang

EFEKTIFITAS PENATALAKSANAAN MUAL DAN MUNTAH

PADA PASIEN KANKER OVARIUM YANG MENDAPAT

(7)

FUNCTIONAL LIVING INDEKS EMESIS ( FLIE )

5. Terima Kasih Yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K) dan dr. Roy Yustin Simanjuntak, SpOG.K selaku pembimbing tesis Saya, bersama dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K);

dr. Yostoto B Kaban, SpOG(K); dan dr. Johny Marpaung, M.Ked(OG),SpOG(K), selaku pembanding dan nara sumber yang penuh dengan kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

6. Dr. Deri Edianto, M.Ked (OG),SpOG.K selaku Bapak Angkat Saya selama menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan nasehat yang bermanfaat kepada Saya selama dalam pendidikan.

7. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik Saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Allah SWT membalas budi baik Guru-guru Saya tersebut.

8. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada Saya selama m mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

(8)

10. Direktur RSUP dr. Pirngadi Medan, dr. Amran Lubis, SpJP; dan khususnya Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan, dr. Rushakim Lubis, SpOG, Wakil Ketua SMF Obgyn RSPM, dr. Syamsul Arifin Nasution, SpOG(K). ; Ketua koordinator PPDS Obgin RSUD dr. Pirngadi Medan dr. Sanusi Piliang, SpOG; Ketua Komite Penelitian di RSUD dr. Pirngadi Medan dr. Fadjrir, SpOG beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada Saya selama menempuh pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

11. Direktur Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dan Mantan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dr. Gunawan Rusuldi, SpOG; Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dr. Yazim Yaqub, SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana serta bimbingan selama Saya bertugas di Rumah Sakit tersebut.

12. Direktur Rumah Sakit Umum PTPN II Tembakau Deli; dr. Sofyan Abdul Ilah, SpOG dan dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG (K) beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan selama Saya bertugas menjalani pendidikan di Rumah Sakit tersebut.

13. Direktur RSU Haji Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Haji Medan dr. Muslich Perangin-angin, SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana serta bimbingan kepada Saya selama bertugas di Rumah Sakit tersebut.

(9)

Am.Keb beserta staf yang telah memberi kesempatan dan bimbingan selama Saya bertugas di Rumah Sakit tersebut.

15. Direktur RSUD Kota Sabang beserta staf yang telah memberikan kesempatan untuk bekerja dan memberikan bantuan moril selama Saya bertugas di Rumah Sakit tersebut.

16. Ketua Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK-USU Medan beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di Departemen tersebut.

17. Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU Medan beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di Departemen tersebut.

(10)

Boy P. Siregar, SpOG; dr. Hedy Tan, dr. Glugno Joshimin F,dr. Firman A, SpOG; dr. Aidil A., SpOG; dr. Rizka H., SpOG; dr. Hatsari, SpOG; dr. Andri P. Aswar, SpOG; dr. Alfian, SpOG; dr. Errol, SpOG; dr. T. Johan A., Mked(OG) , SpOG; dr. Tigor P. H., Mked(OG), SpOG; dr. Elvira M.S., Mked(OG), SpOG; dr. Hendry A.S., Mked(OG), SpOG; dr. Heika NS, Mked(OG), SpOG; dr. Riske E.P.; dr. Ali Akbar, Mked(OG), SpOG; dr. Arjuna S, Mked(OG), SpOG; dr. Janwar S, Mked(OG), SpOG; dr. Irwansyah P, Mked(OG), SpOG; dr.UlfahW.K., Mked(OG), SpOG; dr. Ismail Usman, Mked(OG), SpOG; dan dr. Aries M. dr.Hendri Ginting, Mked(OG) SpOG; dr.Robby Pakpahan; dr.Meity Elvina, Mked(OG) SpOG; dr.M. Yusuf, Mked(OG) SpOG; dr.Dany Aryani, Mked(OG) SpOG; dr.Fatin Atifa, Mked(OG) SpOG Saya berterima kasih atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.

19. Kepada sahabat-sahabat saya sejawat angkatan: dr.Pantas S Siburian; dr. Morel Sembiring; dr. Eka Handayani; dr. Liza Marosa; dr. M Rizki Pratama Yudha; dr Arif Siregar; dr. Ferdiansyah Putra Hrp; dr. Yudha Sudewo; dr. Henry Gunawan terima kasih untuk kebersamaan dan kerjasamanya selama pendidikan hingga saat ini.

20. Kepada semua rekan rekan PPDS yang pernah bekerjasama dengan saya dalam tim jaga maupun dalam kegiatan pendidikan. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, kenangan indah akan Saya ingat selamanya. 21. Kepada almh. Ibu Hj. Asnawati Hsb, Ibu Hj. Sosmalawaty, Ibu Zubaedah,

(11)

lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

22. Dokter muda, Bidan, Paramedis, karyawan/karyawati, serta para pasien di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik-RSUD dr. Pirngadi Medan, RS. Haji Medan, RS. Sundari yang dari padanya Saya banyak memperoleh pengetahuan baru, terima kasih atas kerja sama dan saling pengertian yang diberikan kepada Saya sehingga dapat sampai pada akhir program pendidikan ini.

Tiada kata yang dapat Saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT dan sembah sujud serta terima kasih yang tidak terhingga Saya sampaikan kepada kedua orangtua Saya yang sangat Saya cintai, Ayahanda H. Ir. Nukman Harahap dan ibunda Almh. Hj. Nurdeliana yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik Saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi dan semangat kepada Saya selama mengikuti pendidikan ini. Kepada adik kandung Saya, M. Fidri Ardiansyah Harahap terima kasih atas bantuan, dorongan semangat dan doa kepada Saya selama menjalani pendidikan

(12)

Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat Saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Medan, 30 Juli 2013

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar isi... i

Daftar Gambar... iv

Daftar Tabel... v

BAB I. Pendahuluan... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Pertanyaan penelitian... 6

1.3. Hipotesis penelitian... 6

1.4. Perumusan masalah... 7

1.5. Tujuan penelitian... 7

1.5.1. Tujuan Umum... 7

1.5.2. Tujuan Khusus... 7

1.6. Manfaat penelitian... 8

BAB II. Tinjauan Pustaka... 9

2.1. The functional living index-emesisscale (skala flie)... 9

2.2. Terapi Anti Emesis terhadap Gejala Mual dan Muntah akibat Kemoterapi... 12

2.2.1. Dexametason... 14

2.2.2. Metoclopramide... 15

(14)

2.3. Kanker Ovarium Ganas... 18

2.4. Kemoterapi... 24

2.5. Kemoterapi yang Mempunyai Potensi Emetogenik... 25

2.6. Kerangka konsep... 26

BAB III. Metodologi penelitian... 27

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian... 27

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 27

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 28

3.3.1. Populasi Target... 28

3.3.2. Populasi Terjangkau... 28

3.3.3. Sampel Penelitian... 28

3.4. Kriteria Penelitian... 29

3.4.1. Kriteria Inklusi... 29

3.4.2. Kriteria Eksklusi... 29

(15)

3.8.6. Kemoterapi... 37

3.8.7. Antiemetik... 38

3.8.8. Usia penderita... 38

3.8.9. Usia menarchi... 39

3.8.10. Body Mass Index (BMI)... 39

3.8.11. Paritas... 40

3.8.12. Hari kemoterapi... 40

3.8.13. Obat kemoterapi ematogenik... 40

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 54

5.1. Kesimpulan... 54

5.2. Saran... 55

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Item sampel kuisdioner FLIE... 11

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Obat sitostatika dengan pemberian antiemetik... 13

Tabel 2. Tingkat keparahan mual dan muntah ... 13

Tabel 3. Klasifikasi Histopatologi menurut WHO... 23

Tabel 4. Daftar obat-obat yang mempunyai potensi emetogenik... . 25

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Tumor Ovarium Ganas... . 42

Tabel 4.2. Distribusi Responden berdasarkan Skor Mual dan Muntah FLIE 45

Tabel 4.3. Nilai rerata Berat Badan dan Skor FLIE hari 5 ... 49

Tabel 4.4. Hasil uji korelasi Pearson antara Berat Badan dan Skor FLIE 49

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. LEMBAR INFORMASI UNTUK CALON SUBYEK PENELITIAN

LAMPIRAN 2. LEMBAR PERSETUJUAN SUBYEK SETELAH PENJELASAN

LAMPIRAN 3. PENGKAJIAN DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

(19)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menilai efektifitas penatalaksanaan mual dan muntah pasien tumor ovarium ganas yang mendapat kemoterapi yang dinilai dengan Functional Living Index Emesis (FLIE). Penilaian dilakukan pada hari pertama sebelum mendapat kemoterapi, hari 2 dan hari 5 setelah pemberian kemoterapi. Penelitiaan ini dilakukan di Ruang rawat inap dan rawat jalan bagian Onkologi-Ginekologi RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan, pada bulan Juli 2013. Jenis penelitian ini adalah eksperimen observasional. Subyek penelitian adalah penderita kanker overium yang memenuhi kriteria inklusi dan sedang mendapatkan kemoterapi Taxol dan Platinum. Data dianalisis dengan uji t berpasangan (Pairet t-test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 32 kasus kanker ovarium yang mendapat kemoterapi kombinasi Taxol dan Platinum dengan kasus terbanyak pada usia 46-55 tahun (40,%), Usia menarchi terbanyak pada usia 12-13 tahun (75,1%), status perkawinan yang terbanyak pada status kawin (84,4%), paritas yang terbanyak pada P0A0 (50%), BMI yang terbanyak pada kategori obesitas (84,4%). Distribusi responden berdasarkan Skor Mual dan Muntah FLIE dijumpai pada hari 1 sebelum kemoterapi didapati skor rata-rata 6-7 (56,3% dan 43,7%), pada hari 2 dijumpai nilai skor FLIE dengan skor relatif sama yaitu 6 dan 7, pada hari ke 5 setelah kemoterapi di dapati skor 5 dan 6, menunjukkanbahwa responden yang mendapat kemoterapi hanya mengalami mual dan muntah tingkatan sedikit menggangu. Dilakukan uji korelasi antara berat badan dan skor FLIE pada hari ke 5 dengan menggunakan uji korelasi pearson. Didapati hasil tidak ada korelasi yang bermakna antara berat badan dengan responden dengan skor mual mual dan muntah pada hari ke 5 setelah pemberian kemoterapi (r=0,09). Untuk mengetahui perbedaan skor FLIE hari ke 2 dan hari ke 5 dilakukan uji statistik t-test berpasangan. Hasil uji t-test berpasangan didapati p<0.05. dimana rerata skor mual muntah hari 2 setelah pemberian kemoterapi adalah 6.41 dan 6.47. Rerata skor mual dan muntah FLIE pada hari ke 5 setelah kemoterapi adalah 4,72 dan 5,53.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

(21)

bahwa kurang dari 10% dicapai peningkatan untuk tingkat kelangsungan hidup 5-tahun selama 35 tahun terakhir.1

Terapi radiasi dan pembedahan berbeda dengan terapi kemoterapi, kemoterapi adalah pengobatan yang menggunakan obat-obatan atau hormon. Rasionalisasi pemberian kemoterapi sebagai pengobatan kanker adalah untuk kemampuan membunuh sel kanker secara selektif. Hipotesis dasar sel killer sebagai berikut:1

1. Ketahanan pasien kanker berbanding terbalik dengan jumlah sel yang ada

2. Satu sel kanker mampu memperbanyak diri sehingga pada saatnya dapat menyebabkan kematian host. Pada kebanyakan obat terdapat hubungan antara dosis yang diberikan dan kemampuan eradikasi sel-sel kanker.

3. Dosis tertentu dari kemoterapi hanya membunuh sel-sel kanker dalam fraksi yang konstan tidak tergantung pada berapa jumlah populasi sel.

Prinsip keempat yang berimplikasi terhadap destruksi sel kanker oleh sitostatik mengikuti kinetik sel yang awal. Sebagai contoh pengobatan yang mengurangi populasi sel dari satu juta menjadi 103 sel, selanjutnya akan mengurangi populasi dari 1000 menjadi 1.1

(22)

sebesar mungkin sampai mencapai batas toleransi host atau memulai terapi pada saat populasi sel sekecil mungkin.1

Tujuan pengobatan obat kemoterapi terhadap kanker adalah (1) mencegah dan menghambat multiplikasi sel kanker, (2) menghambat invasi dan metastase. Proliferasi merupakan proses yang terjadi pada beberapa sel organ normal, kemoterapi juga berefek toksik terhadap sel-sel normal terutama pada jaringan-jaringan yang mempunyai siklus sel yang cepat, antara lain sumsum tulang, epitel mukosa, dan folikel rambut.1

Kemoterapi, seperti halnya dengan modalitas lainnya, mempunyai efek samping. Efek samping terjadi karena perubahan pada sel-sel normal. Komplikasi dapat diantisipasi dan beberapa dapat dicegah. Komplikasi mielosupresi, mual-muntah, stomatitis merupakan efek samping kemoterapi yang paling sering terjadi. Mual dan muntah yang diinduksi kemoterapi (chemotherapy-induced-nause and vomiting-CINV) merupakan komplikasi yang sangat tidak menyenangkan pada pasien yang menjalani terapi kanker.5

(23)

Beberapa penelitian menyatakan bahwa 50% pasien yang mendapat kemoterapi yang emetogenik mengalami mual saat kemoterapi awal, dan lebih dari 25 % pasien mengalami muntah pada siklus kemoterapi berikutnya.3,4,11,12,13,14,26,28,29

Penyebab terjadinya mual dan muntah akibat pemberian kemoterapi pada pasien penderita tumor ovarium ganas belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Namun beberapa faktor risiko diduga dapat meningkatkan terjadinya efek mual dan muntah akibat kemoterapi. Karakteristik pasien seperti berjenis kelamin wanita, riwayat sering mengalami mual dan muntah saat dalam perjalanan, riwayat hiperemesis gravidarum, riwayat mual dan muntah setelah operasi, peminum alkohol, dan usia yang terlalu muda merupakan faktor-faktor risiko yang harus mendapat perhatian lebih.2,3,4,7,8,9

Sejak era tahun 1990-an paradigma berubah. Dahulu, terapi diberikan setelah timbul gejala mual dan muntah akibat pemberian kemoterapi. Namun saat ini klinisi harus lebih proaktif dalam melakukan manajemen symptom, yakni dengan melakukan tindakan pencegahan (preventive) melalui pemberian terapi yang dapat mencegah gejala mual dan muntah akibat kemoterapi.2,4,6,7,8,9

(24)

menikmati makanan dengan baik dan pasien masih dapat menjalani fungsi sosialnya.7,10,11

Upaya untuk mengurangi mual dan muntah akibat kemoterapi berhubungan dengan ketersediaan obat anti emesis yang efektif. Obat-obat anti emesis seperti serotonin (5-hydroxytryptamine3 [5-HT3]) antagonis reseptor yang dikenal sejak tahun 1990-an (termasuk ondansetron [Zofran], dolasetron [Anzemet], granisetron [Kytril], and tropisetron).2,7,11,12,13,27,28,29

Hasil dari beberapa penelitian menyatakan bahwa dilakukan upaya peningkatan efektifitas obat anti emesis secara berkesinambungan. Kombinasi yang optimal untuk meminimalkan gejala mual dan muntah akibat pemberian kemoterapi terus dikembangkan. Sebelum tahun 2003, obat anti emesis yang tersedia tidak adekuat untuk mencegah gejala mual dan muntah yang tertunda (delayed) atau gejala mual dan muntah yang menetap (persistent).15,27,28,29

(25)

1.2. PERTANYAAN PENELITIAN

Bagaimana skor mual dan muntah yang dinilai dengan skala emesis-indeks hidup fungsional (The Functional Living Index-Emesis Scale) pada pasien tumor ovarium ganas yang mendapat kemoterapi (Platinum-Taxol) dan antiemetik (Dexametason, ondansetron, metoclopramide) sesuai prosedur standard di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan ?

1.3. HIPOTESIS PENELITIAN

Ada perbedaan skor mual dan muantah setelah pemberian kemoterapi dan antiemetik pada hari kedua dan hari kelima, yang dinilai dengan skala emesis-indeks hidup fungsional (The Functional Living Index-Emesis Scale) ) pada pasien tumor ovarium ganas yang mendapat kemoterapi (Platinum-Taxol) dan antiemetik (Dexametason, ondansetron, metoclopramide) sesuai prosedur di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

1.4. PERUMUSAN MASALAH

(26)

metoclopramide) yang sesuai prosedur standard di RSUP. H.Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan pada bulan juli, Tahun 2013 ?

1.5. TUJUAN PENELITIAN

1.5.1. Tujuan Umum

- Untuk mengetahui efektifitas penatalaksanaan mual dan muntah pada pasien kanker ovarium yang mendapat kemoterapi dan antiemetik yang sesuai prosedur standard yang dinilai dengan skala emesis-indeks hidup fungsional (Skala FLIE).

1.5.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui efektifitas penatalaksanaan mual dan muntah pada pasien kanker ovarium yang mendapat kemoterapi yang dinilai dengan skala emesis indeks hidup fungsional Skala FLIE) 2. Untuk mengetahui skor mual dan muntah pada hari I sebelum

kemoterapi, hari ke 2 dan ke 5 setelah kemoterapi, yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner skala emesis-indeks hidup fungsional (Skala FLIE).

1.5. MANFAAT PENELITIAN

(27)
(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. The Functional Living Index-Emesis Scale (Skala FLIE)

The Functional Living Index-Emesis Scale (Skala FLIE) merupakan suatu instrumen berupa kuesioner berdasarkan The Functional Living Index-Cancer Scale ( Skala FLIC). Skala FLIE yang digunakan dalam penelitian ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. 2,3,11,15

Skala FLIE adalah suatu instrumen yang bersifat self-assesment yang dapat digunakan untuk menilai pengaruh mual dan muntah akibat

kemoterapi terhadap aktifitas sehari-hari pasien, dimana Skala FLIE pada

akhirnya dapat menunjukkan kualitas hidup dari pasien penderita kanker

khususnya tumor ovarium ganas yang mendapat kemoterapi.2,3,11,15

Skala FLIE merupakan suatu instrumen patient-reported outcome (PRO) terdiri dari 18 pertanyaan , dimana 9 pertanyaan merupakan spesifik domain dari gejala mual (Nausea Domain) dan 9 pertanyaan merupakan spesifik domain dari gejala muntah (Vomiting Domain) yang dinilai berdasarkan kualitas hidup pada aktifitas sehari-hari dari pasien penderita

tumor ovarium ganas.2,3,11,15

Pengukuran Skala FLIE dilakukan pada hari ke-2 sampai hari ke-5

setelah pemberian kemoterapi, dimana sebelum pemberian kemoterapi

(29)

dilakukan untuk mengevaluasi gejala mual dan muntah yang terjadi dalam 24

jam pertama post kemoterapi (acute phase), dan dalam periode 48 – 72 jam post kemoterapi (delayed phase).2,3,11,15,16,25

Respon terhadap skala FLIE diukur dengan Visual Analog Scale(VAS)

setiap item dijawab sesuai dengan jawaban “tidak ada/tidak ada sama sekali”

dan “ada” dengan tanda benar yang membagi skala menjadi enam segmen

yang sama, yang disajikan dalam bentuk garis horizontal sepanjang 10 cm

dan terdiri dari Skala 1 s/d 7. Skala 7 menunjukkan kualitas hidup pasien

dalam aktifitas sehari-hari paling baik dan ini menunjukkan tidak ada

pengaruh mual dan muntah akibat kemoterapi terhadap aktifitas sehari-hari.

Sedangkan skala 1 menunjukkan kualitas hidup yang rendah dalam aktifitas

sehari-hari dan ini menunjukkan bahwa pengaruh mual dan muntah akibat

kemoterapi sangat buruk terhadap aktifitas sehari-hari. Item dalam domain

berbobot sama, sebagian item berbobot terbalik dan di jumlahkan untuk

mendapatkan skor domain sesuai dengan instrument’s Scoring dan

Interpretation manual. Dua skor domain kemudian dijumlahkan untuk membuat total skor. Total skor paling rendah dari Skala FLIE adalah 18 dan

total skor paling tinggi adalah 126. Skor lebih tinggi, lebih menguntungkan

dan kurang mencerminkan dampak pada kehidupan sehari-hari dan

karenanya kemampuan yang lebih besar untuk mempertahankan fungsi

sehari-hari. Skor FLIE dibuat dengan mengembangkan titik akhir biner.

(30)

rata-rata > 6 pada skala titik 7, rata-rata respon > 6 mencerminkan pilihan

eksplisitnya untuk menggunakan kategori terbaik, yang berarti “tidak sama

sekali”. 2,3,11,1

Gambar 1 Item sampel dari kuesioner FLIE

Dengan demikian, obat anti emesis yang efektif seharusnya dapat

mengurangi atau menghilangkan gejala mual dan muntah akibat kemoterapi

sehingga menimbulkan dampak positif terhadap kualitas hidup pasien dalam

aktifitas sehari-hari.2,3,11,28

2.2. Terapi Anti Emesis terhadap Gejala Mual dan Muntah akibat

Kemoterapi

Mual dan muntah adalah gejala yang umum terjadi pada pasien

penderita kanker yang mendapat kemoterapi. Khususnya, kemoterapi yang

(31)

Single Antineoplastic Agents from American Society of Clinical Oncology.

2,15,16,24,27

Manifestasi dari gejala mual dan muntah akibat kemoterapi diklasifikasikan menjadi gejala akut (acute), gejala tertunda (delayed) dan gejala antisipasi (Anticipatory). Gejala akut mual dan muntah terjadi dalam 24 jam dari mulai pemberian kemoterapi dan puncaknya 4-10 jam. Gejala mual dan muntah yang tertunda terjadi setelah 24 jam pemberian kemoterapi dan puncaknya terjadi antara 48-72 jam. Sedangkan gejala antisipasi dari mual dan muntah terjadi sebelum pemberian kemoterapi siklus lanjut, hal ini merupakan suatu respon yang berhubungan dengan episode pemberian kemoterapi terdahulu yang tidak mendapat terapi pengontrolan gejala mual dan muntah.2,15,16,20,24,25

Tabel 1. Obat sitostatika dengan pemberian antiemetik30

Obat sitostatika Sebelum sitostatika Setelah sitostatika

1. Emetogenik berat

• Cisplatin >50 mg/mL IV 1-3 jam

Dexametason 8-20 mg dengan Ondansetron 8 mg

Metoklopramid 10-40 mg atau penambahan dexametason untuk 5 hari (dosis awal 8 mg selama 3 hari, untuk 2 hari dosis 4 mg)

1. Emetogenik Sedang • Cyclophospamid • Doxorubicin

Dexametason 8-20 mg dengan Ondansetron 8 mg

Metoklopramid atau prokhlorperazin sesuai dosis

untuk 1-3 hari 2. Emetogenik Ringan

• Fluorouracil • Metotrexat

(32)

Tabel 2. Tingkat keparahan mual dan muntah (NCI 2006)33

1 2 3 4 5

MUAL Hilang selera makan,

MUNTAH 1 episiode dalam 24 jam

Deksamethasone adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan Deksamethasone bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsang. Aktivitas anti-inflamasi Deksamethasone dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi.31

(33)

merekomendasikan pemberian dexamethasone untuk pencegahan akut mual muntah pada kemoterapi emetogenik (menyebabkan mual-muntah), derajat rendah, sedang, dan tinggi. 31,32

Mekanisme kerja steroid (Dexamethason) dalam mengurangi mual-muntah belum jelas diketahui, diduga terkait dengan penurunan produksi mediator inflamasi yang diketahui bekerja pada area CTZ (Chemoreceptor trigger zone), juga terkait dengan perbaikan fungsi sawar darah otak. Steroid juga diketahui bekerja secara sinergis dengan antagonis reseptor 5HT3.31

Untuk pencegahan CINV akut, dosis dexamethason yang direkomendasikan adalah 20 mg (12 mg ketika diberikan bersama dengan aprepitant) untuk kemoterapi yang sangat ematogenik dan dexamethason 8 mg sebagai dosis tunggal (12 mg menurut guideline NCCN) untuk kemoterapi emetogenik derajat sedang. Rekomendasi dosis ini terutama didasarkan pada studi Italian group for antiemetik research. Dexamethason dapat diberikan sampai dengan 4 hari setelah kemoterapi. Umumnya pada hari ke-2 dan seterusnya dilakukan penurunan dosis.31.32

2.2.2. Metoclopramide

(34)

antagonis D2 dopamin, tetapi juga dapat bertindak sebagai agonis pada serotonin 5-HT4 reseptor dan menyebabkan penghambat lemah dari reseptor 5-HT3.Metoclopramide digunakan untuk pengobatan gejala mual dan muntah pasca operasi atau kemotherapi dengan cara menghambat D2 dan 5-HT3 reseptor di zona pemicu kemoreseptor.31,34,35

Metoclopramide umumnya dimulai dengan dosis 5-10 mg secara oral dalam 30 menit sebelum makan dan sebelum tidur. Dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg empat kali sehari jika perlu, tetapi diperhatikan efek samping yang mungkin timbul Sebagian besar efek samping dari metoklopramid disebabkan karena kemampuannya dengan mudah melintasi sawar darah di otak diantaranya mengantuk, letih, lesu dan depresi. Blokade reseptor D2 pusat dapat menyebabkan reaksi ekstrapiramidal serta hiperprolaktinemia.34

Adapun struktur Metoklopramide adalah sebagai berikut :35

(35)

2.2.3. Ondansetron

Ondansetron adalah

pertama yang paling sering digunakan sebagai obat anti mual dan muntah akibat pemberian kemoterapi pada pasien penderita kanker. Efeknya terhadap saraf perifer dan sentral. Ondansetron mengurangi aktifitas dari Nervus Vagus yang mengaktifkan pusat muntah di medulla oblongata. Ondansetron juga menghambat reseptor serotonin pada trigger zone kemoreseptor. Ondansetron tidak mempunyai efek pada reseptor dopamine dan reseptor muskarinik.2,3,12,17,18,19,23,24,25,27,28

Adapun struktur Ondansetron adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Struktur Kimia Ondansetron

(36)

mencapai konsentrasi maksimum di dalam plasma. Selain per-oral Ondansetron dapat diberikan secara intravena dimana sediaan Ondansetron injeksi terdiri dari 2 ml, 4 ml dan 10 ml. Ondansetron diekskresikan dari tubuh melalui ginjal dan hati. Efek Potensial dari Ondansetron dapat meningkat apabila dikombinasikan dengan dexamethasone.3,4,7,12

2.6. Kanker Ovarium Ganas

Tumor ovarium ganas adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. Laporan statistik kanker Amerika Serikat (USA Cancer Statistic) pada tahun 2006 diperkirakan terdapat 20.810 kasus tumor ovarium ganas baru dengan 15.310 kematian, yang mencakup kira-kira 5% dari semua kematian wanita karena tumor ganas. Di Inggris dijumpai 7000 kasus baru setiap tahunnya dengan 5400 kematian. Dan tumor ganas ovarium merupakan tumor ganas ginekologi kedua yang paling sering ditemukan setelah tumor ganas korpus uteri.1,20,21

(37)

1990 mendapatkan kejadian tumor ganas ovarium sebesar 13,8%. Sedangkan Fadlan di medan tahun 1981-1990 mengatakan angka kejadian tertinggi kanker ovarium berada pada kelompok umur 41-50%. 1,36

Jenis kanker ovarium terbanyak adalah CEO sebanyak 13 pasien (52%) dan stadium IIIC memiliki prevalensi tertinggi (28%). Kombinasi kemoterapi yang paling banyak digunakan adalah kombinasi Cisplatin-Cyclophosphamide pada 9 pasien (47,4%) kemudian Carboplatin-Paclitaxel pada 7 pasien (36,8%).1,20,22

Terapi untuk mencegah efek samping kemoterapi telah diberikan kepada seluruh pasien yaitu menggunakan Metoklopramid, Ondansetron, dan Domperidon sebagai antiemetik; kortikosteroid (Dexamethasone) untuk mencegah reaksi alergi dan sebagai anti mual dan muntah. Terapi lain yang diterima pasien berdasarkan gejala dan komplikasi yang menyertai. Penatalaksanaan kemoterapi telah sesuai dengan pedoman yang ada.23

Klassifikasi tumor ganas ovarium epithelial menurut WHO :1

1. Serous tumors

Adenocarcinoma

Surface papillary adenocarcinoma

(38)

2. Mucinous tumors

Adenocarcinoma

Malignant adenofibroma

Mural nodule arising in mucinous cystic tumor

3. Endometrioid tumors

Adenocarcinoma

Adenoacanthoma

Adenosquamous carcinoma

Malignant adenofibroma with a malignant stromal component

Adenosarcoma

Endometrial stromal sarcoma

Carcinosarcoma homologous and heterologous

Undifferentiated sarcoma

4. Clear cell carcinoma

Adenocarcinoma

5. Transitional cell tumors

Malignant Brenner’s tumor

(39)

6. Squamous cell carcinoma

7. Malignant mixed epithelial tumors (specify types)

8. Undifferentiated carcinoma

Stadium Kanker Ovarium berdasarkan International Federatiom of

Gynecologist and Obstetricians (FIGO) Tahun 2000.

Stadium I : Tumor terbatas pada ovarium.

Stadium Ia : Pertumbuhan terbatas pada 1 ovarium Stadium Ib :Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium;

Stadium Ic :Tumor dengan stadium la atau Ib dengan pertumbuhan tumor di permukaan luar satu atau kedua ovarium; atau dengan kapsul pecah; atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif

Stadium II :Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke panggul

Stadium Iia :Perluasan dan atau metastasis ke uterus dan/ atau tuba Stadium IIb :Perluasan ke jaringan pelvis lainnya

(40)

atau dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.

Stadium III :Tumor mengenai satu atau kedua tumor dengan implan peritoneum, di luar pelvis dan/atau KGB retroperitoneal atau inguinal positif. Metastasis ke permukaan hati masuk stadium III. Tumor terbatas dalam pelvis kecil, tetapi secara histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.

Stadium IIIa :Tumor terbatas di pelvis kecil dengan KGB negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopik adanya penumbuhan (seeding) di permukaan peritoneum abdominal

Stadium IIIb :Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implan di permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik, diameter tidak melebihi 2 cm, dan KGB negatif

Stadium IIIc :Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan / atau KGB retroperitoneal atau inguinal positif.

(41)

Tabel 3. Klasifikasi Histopatologis menurut WHO1

Tabel 3. Klasifikasi Karsinoma Ovarium berdasarkan World Health Organization (WHO)

• Adenocarcinoma serous

• Tumor mucin (Adenocarcinoma mucinous) • Adenocarcinoma

• Pseudomyxoma peritonei • Tumor endometrioid

• Malignant mixed müllerian tumor • Clear cell adenocarcinoma • Tumor sel transisional • Malignant Brenner tumor • Karsinoma sel transisional • Karsinoma sel skuamosa • Mixed carcinoma

• Undifferentiated carcinoma • Small cell carcinoma

Kanker ovarium jenis epitelial dibagi sesuai grading / differensiasinya:1 - GX : Grading tidak dapat ditentukan

(42)

2.7. Kemoterapi

(43)

2.8. Kemoterapi yang Mempunyai Potensi Emetogenik

TABEL 4. DAFTAR OBAT-OBAT YANG MEMPUNYAI POTENSI

(44)

2.9. Kerangka Konsep SKOR KUESIONER THE

FUNCTIONAL LIVING INDEKS EMESIS SCALE (FLIE) YANG DI NILAI PADA HARI I SEBELUM KEMOTERAPI, HARI II SETELAH

KEMOTERAPI DAN HARI V

HARI I SEBELUM KEMOTERAPI

HARI II SETELAH KEMOTERAPI

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen observasional. Penelitian dilakukan dengan melakukan penilaian kualitas mual dan muntah yang diukur dengan skala emesis-indeks hidup fungsional (The Functional Living Index-Emesis Scale) pada pasien penderita tumor ovarium ganas yang mendapat kemoterapi Platinum - Taxol dan antiemetik Dexametason, Ondansetron dan Metoklopramide di RSUP. H.Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan pada bulan Juli, Tahun 2013.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap dan ruang rawat jalan Onkologi - Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan mulai bulan Juli, tahun 2013.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Target

(46)

3.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi pada penelitian ini adalah pasien-pasien penderita tumor ovarium ganas yang mendapat kemoterapi dan antiemetik sesuai prosedur standard di ruang rawat inap dan ruang rawat jalan Onkologi – Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

3.3.3. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi terjangkau pasien-pasien penderita tumor ovarium ganas yang mendapat kemoterapi dan antiemetik sesuai prosedur standard dan sedang dirawat di ruang rawat inap dan rawat jalan Onkologi - Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan yang di pilih secara consecutive sampling

3.4. Kriteria Penelitian

3.4.1. Kriteria Inklusi

- Pasien tumor ovarium ganas yang sedang mendapat kemoterapi

(Platinum -Taxol) dan anti emetik Dexametason, Ondansetron, Metoklopropamide) sesuai prosedur standard.

3.4.2. Kriteria eksklusi

(47)

- Pasien tumor ovarium ganas yang mempunyai riwayat penyakit gastritis kronis.

- Pasien tumor ovarium ganas yang mengalami komplikasi kelainan fungsi ginjal

- Pasien kanker ginekologi yang mengalami komplikasi kelainan fungsi liver

- Pasien penderita tumor ovarium ganas yang memiliki keterbasan fisik dan psikis dalam mengisi kuesioner.

3.5. Besar Sampel

Besar sampel diperoleh dari rumus besar sampel sebagai berikut:

N =

N = Jumlah sampel

Zα = Nilai Zα dengan penelitian satu arah α = 1,96

p = proporsi kejadian penyakit tumor ovarium ganas (p=0,5) q = (1-p)

d2 = Presisi pada penelitian sebesar 20 % (0,20)

maka: N = 24 orang  Besar sampel minimal pada penelitian ini adalah sebanyak 24 orang

Zα2 . p q

(48)

3.6. Cara Penelitian

3.6.1. Pengumpulan Data

(49)

masukkan infus kemoterapi Taxol ...mg (Actoplatin). Pukul 20.00 wib di injeksikan Ondansetron 4 mg/IV. Jika urine < 100 cc/4 jam diberi injeksi lasix 1 amp . Pasien akan diikuti mulai hari-1 sebelum kemoterapi, hari-2 dan ke-.5 setelah mendapat kemoterapi dan antiemetik sesuai prosedur standard. Kuesioner Skala FLIE (The Functional Living Index-Emesis Scale) untuk menilai gejala mual dan muntah yang timbul berupa acute phase atau delayed phase yang berpengaruh pada kualitas hidup pasien dalam aktifitas sehari-hari.

3.6.2. Pengolahan Data

(50)

3.7. Alur Penelitian

PENDERITA KANKER

OVARIUM

Kriteria inklusi dan eksklusi

Sampel penelitian

PEMBERIAN KEMOTERAPI (Platinum dan

Taxol). DAN ANTIEMETIK (Dexametason,

Ondansetron, Metoklopramide).

PENILAIAN MUAL DAN MUNTAH DENGAN KUESIONER

SKALA FLIE (

THE FUNCTIONAL LIVING INDEX-EMESIS SCALE

),

DINILAI PADA HARI 1 SEBELUM KEMOTERAPI, HARI KE 2 DAN

HARI KE 5 SETELAH KEMOTERAPI

(51)

3.8. Definisi Operasional

3.8.1. Kanker Ovarium

Defenisi :Semua penderita kanker ovarium yang mendapat kemoterapi Platinum dan Taxol, dan mendapat terapi antiemetik

dexamethason, ondansetron, metoklopramide.

3.8.2. Skala FLIE

Defenisi :Skala Fungsional Living Index Emesis yang diukur

dengan kuesoner 18 pertanyaan, terdiri dari 9 pertanyaan mengenai mual dan 9 pertanyaan mengenai muntah. Diukur pada hari 1 sebelum kemoterapi, hari 2 dan hari 3 setelah kemoterapi.

Alat Ukur :Nilai kuesioner dinilai dengan Visual Analog Scale (VAS) Hasil Ukur :1. Nilai 6-7 menunjukkan bahwa mual dan muntah tidak berdampak pada kualitas hidup pasien

2. Nilai 2-1 menunjukkan bahwa mual dan muntah berdampak jelek pada kualitas hidup pasien Skala ukur : Rasio

3.8.3. Visual Analog Scale (VAS)

(52)

yang tinggi terhadap mual-muntah,sedangkan angka yang tertinggi menunjukkan efek yang rendah terhadap mual-muntah akibat kemoterapi. Skor tertinggi adalah 6-7 point.

- Nilai VAS : 1: sangat mengganggu 2-3: mengganggu

4-5: sedikit mengganggu

6-7: tidak mengganggu

Alat ukur : Anamnesa dan pengisian kuisioner FLIE

Skala ukur : Nominal

3.8.4. Mual

Defenisi :Sensasi atau perasaan tidak menyenangkan yang subjekstif pada bagian akhir tenggorokan dan perut yang

menyebabkan produksi saliva berlebihan, keringat, takikardi, gangguan kesadaran, selera makan berkurang dan menimbulkan dorongan untuk muntah.

Alat ukur :Anamnesa dan pengisian kuisioner FLIE berdasarkan keadaan klinis pasien yang dimasukkan kedalam

(53)

Kategori Mual :

1 : Hilang selera makan, kebiasaan makan tidak berubah

2 : Asupan makan berkurang tanpa penurunan BB bermakna. Memerlukan cairan IV < 24 jam

3 : Asupan kalori dan cairan(makanan dan minuman) tidak memadai. Memerlukan cairan IV atau TPN > 24 jam.

4 : Mengancam nyawa 5 : Menyebabkan kematian

Skala ukur: Nominal

3.8.5. Muntah

Defenisi :Kontraksi otot abdomen yang menyebabkan keinginan untuk mengeluarkan isi lambung melalui mulut.

Alat Ukur: Pengisian kuesioner FLIE Berdasarkan keadaan klinis pasien yang dimasukkan kedalam kategori muntah, yaitu

Kategori muntah:

(54)

2 : 3 sampai 5 episiode muntah/24 jam Memerlukan cairan IV < 24 jam

3 : ≥ 6 episiode muntah/24 jam. Memerlukan cairan IV atau TPN 24 jam

4 : Mengancam nyawa

5 : Menyebabkan kematian

3.8.6. Kemoterapi

Defenisi : Suatu cara pengobatan kanker ovarium dengan menggunakan Platinum dan Taxol

Alat Ukur : Pemberian kemoterapi dengan cara:

Pukul 00.00 wib - NaCl 0.9% 1 flash 30 tetes/menit

- Dexamethason 20 mg/IV

Pukul 06.00 wib - Dexamethason 20 mg/IV Pukul 11.30 wib - Ondansetron 4 mg/IV

- Diphenhidramin 50 mg/IM

- Ranitidin 50 mg dalam 20 cc NaCl

Pukul 12.00 wib - Platinum ....mg (Packlitaxel) (dosis

disesuaikan dengan Body surve

(55)

dalam 3 jam ( 50-60

Defenisi : Obat-obat untuk mencegah atau menghilangkan gejala mual dan muntah yaitu yang Dexametason, Metoklopramide, Ondansetron

3.8.8. Usia penderita

Defenisi : Ulang tahun terakhir penderita pada saat penelitian dilakukan

Alat ukur : Anamnesa tanggal lahir penderita Skala ukur : Rasio

3.8.9. Usia Menarchi

Defenisi : Usia pertama kali mengalami menstruasi atau haid Alat Ukur : anamnesa umur pertama kali menstruasi

(56)

3.8.10. Body Mass Index (BMI)

Defenisi: ukuran statistik dari berat seseorang menurut skala ketingian

Alat Ukur : Anamnesa dan Pengukuran Tinggi badan dan Berat badan

Cara ukur : Rumus BMI: Berat Badan (Kg) /( Tinggi Badan2) (Meter2)

Skala ukur : Skala Rasio/Variabel Kategorok

Klasifikasi WHO : 1.Underweight (<18.5)

2. Normal Weight (18.5-24.9) 3. Overweight (25.0-29.9) 4. Obesity (>30.0)

3.8.11. Paritas

Defenisi :Keadaan seorang wanita sehubungan dengan kelahiran anak atau jumlah kehamilan yang

janin mati atau hidup.

(57)

3.8.12. Hari kemoterapi

Defenisi : Hari dimana pasien mendapatkan pengobatan

kemoterapi, dimulai dari dari 1 sebelum mendapat kemoterapi, hari 1 kemoterapi, hari ke 2, hari ke 3, hari ke 4, hari ke 5

Alat ukur : Anamnesa jadwal kemoterapi pasien

Skala ukur : nilai dalam ratio, yaang diukur mulau hari 1,2,3,4,5 Kemoterapi

3.8.13. Obat kemoterapi ematogenetik

Defenisi : Obat kemoterapi yang dapat memicu mual dan muntah atau memiliki potensi emetik jika diberikan.

(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebanyak 32 orang subyek penelitian yaitu penderita tumor ovarium ganas yang memenuhi kriteria inklusi dan yang mendapat kemoterapi (Platinum-Taxol) sesuai prosedur standard dan mendapat antiemetik (Dexametason, Ondansetron, Metoclopramide) sesuai prosedur standard mengisi kuesioner FLIE pada hari 1 sebelum kemoterapi, hari 2 dan hari 5 setelah kemoterapi. Seluruh subyek dinilai efektifitas penatalaksanaan mual dan muntahnya setelah pemberian kemoterapi dan antiemetik sesuai prosedur standard dengan melihat skoring dari kuesioner FLIE yang dinilai dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Beberapa faktor karakteristik subyek yang diduga merupakan faktor resiko terjadinya mual dan muntah pada saat pemberian kemoterapi dinilai pada penelitian ini dengan menggunakan analisis komparatif antara penderita tumor ovarium ganas yang mendapat kemoterapi dan antiemetik yang sesuai prosedur standard yang meliputi: umur, berat badan, siklus kemoterapi dan gejala mual dan muntah pada hari I sebelum mendapat kemoterapi, hari II dan hari V setelah pemberian kemoterapi.

(59)

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Tumor Ovarium Ganas

Karakteristik Kanker Ovarium

N %

Usia menarchi (tahun)

(60)

Gambaran karakteristik responden berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden tumor ovarium ganas sebagian besar pada kelompok umur 46-55 tahun (40,6%) dan persentase terkecil pada kelompok umur 15 – 25 tahun (6,3%).

Jordan el al (2007) pada penelitiaannya menyatakan bahwa pasien yang memiliki usia lebih muda lebih beresiko mengalami mual dan muntah akibat kemoterapi.

Usia menarchi responden sebagian besar pada umur 12-13 tahun (75,1%) dan persentase terkecil pada kelompok umur 11 tahun dan 17 tahun masing-masing 1 orang (3,1%).

Responden umumnya dengan status sudah kawin (84,4%) dengan paritas sebagian besar adalah P0A0 (50%) lainnya tersebar secara merata pada paritas 1 sampai dengan paritas 6 dan pernah atau tidak pernah mengalami abortus.

(61)

Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan Skor Mual dan Muntah FLIE

Distribusi

Skor Mual Muntah

FLIE Distribusi Skor Mual Muntah FLIE

N & N %

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden pada hari 1 sebelum mendapatkan kemoterapi, mempunyai skor FLIE untuk keluhan mual dan muntah yang sama yaitu 7 dan 6 dengan persentase masing-masing 56,3% dan 43,7%. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden pada hari 1 sebelum mendapatkan kemoterapi tidak mengalami keluhan mual dan muntah.

(62)

dari hari ke 2 yaitu untuk keluhan mual sebagian besar adalah skor 5 dan 4 , sedang untuk skor muntah sebagian besar adalah 5 dan 6. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden pada hari 5 setelah mendapatkan kemoterapi hanya mengalami keluhan mual dan muntah tingkat ringan yang sedikit mengganggu.

Berdasarkan kepustakaan, penelitian yang dilakukan oleh Doranne L, et al (2010), FLIE telah digunakan untuk mengevaluasi kualitas hidup pasien setelah penggunaan antiemetik. Alat FLIE diciptakan untuk menguji 3 hari dampak CINV pada kehidupan pasien sehari-hari dan sudah tervalidasi. Dari data yang diterbitkan tahun 2007 oleh National Comprehensive Cancer Network dan oleh American Society of Clinical Onkology pada tahun 2006 di jumpai angka insiden mual dan muntah yang terjadi sebelum pengobatan kemoterapi berkisar 18% sampai 57 % dengan gejala mual yang lebih sering terjadi.

(63)

berhubungan dengan obat-obat yang digunakan yaitu tergantung jenis obat, dosis, kombunasi dan metode pemberian.

(64)

diteliti sudah sesuai dengan protokol terbaru antiemetik dari National Comprehensive cancer Network (2004). Pada penelitiaan ini seluruh pasien yang diteliti mendapat obat kemoterapi golongan ematogenik sedang, yaitu platinum dan Taxol. Sesuai dengan protokol National Comprehensive cancer Network (2004), dikatakan juga bahwa penatalaksanaan mual dan muntah tertunda pada pasien yang mendapat kemoterapi dengan tingkat ematogenik sedang dan berat adalah 5-HT3 reseptor antagonis.

Berdasarkan penilaian efek mual dan muntah dengan skor FLIE diatas menunjukkan bahwa pemberian antiemetik bersamaan dengan kemoterapi dapat menekan efek mual dan muntah sampai hari ke 2 dan hari ke 5 hanya memberikan efek mual dan muntah yang sedang.

Nilai rerata berat badan dan skor FLIE responden pada hari ke 5 serta korelasi berat badan dengan skor FLIE keluhan mual dan muntah dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Nilai rerata Berat Badan dan Skor FLIE hari ke 5

Variabel Mean Std. Deviation N

BB 47.13 10.927 32

(65)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada hari ke 5 rerata berat badan responden tumor ovarium ganas adalah 47,13 Kg dan rerata skor FLIE adalah 4,72.

Tabel 4.4 Hasil uji korelasi Pearson antara Berat Badan dan Skor FLIE

BB (Kg) SKOR MUAL HARI KE 5

Pearson Correlation 1 .089

Sig. (2-tailed) .628

N 32 32

Untuk mengetahui adanya korelasi antara berat badan dan skor FLIE pada hari ke 5 dilakukan uji statistik dengan uji Korelasi Pearson. Hasil uji statistik sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.4 bahwa tidak adanya korelasi yang bermakna antara berat badan subyek yang diteliti dengan skor mual dan muntah yang dinilai pada hari 5 setelah pemberian kemoterapi. (r = 0,09).

(66)

Tabel 4.5 Hasil uji t-test berpasangan skor FLIE hari ke 2 dan ke 5

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa secara statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna skor FLIE untuk keluhan mual muntah pada hari ke 2 dan hari ke 5 setelah pemberian kemoterapi. (p<0,05).

Rerata skor mual dan muntah FLIE pada hari ke 2 setelah pemberian kemoterapi adalah 6.41 dan 6.47. Rerata skor mual dan muntah FLIE pada hari 5 adalah 4.72 dan 5.53. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa terjadi mual dan muntah pada hari 5 setelah pemberian kemoterapi dengan tingkat mual dan muntah sedikit mengganggu. Dapat kita simpulkan bahwa pemberian antiemetik yang sudah ada cukup efektif untuk mengurangi efek mual dan muntah yang disebabkan kemoterapi.

(67)

puncak kekambuhan kedua setelah 48-72 jam. 57% pasien mengalami mual dan 41% pasien mengalami muntah pada hari kedua sampai hari kelima setelah pemberian kemoterapi. Dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa kejadian mual dan muntah yang paling sering dialami oleh pasien terjadi pada 48 jam sampai dengan 72 jam setelah pemberian kemoterapi.

Berdasarkan kepustakaan, penelitian lain yang mendukung penelitian diatas adalah yang dilakukan oleh Decker MG, et al (2006), mengatakan bahwa pengukuran skala FLIE dilakukan pada hari 2 dan hari 5 setelah pemberian kemoterapi, dimana pasien sebelumnya telah mendapat antiemetik. Pengukuran ini dilakukan untuk mengevaluasi gejala mual dan muntah yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kemoterapi (Acute Phase), dan dalam periode 48-72 jam setelah kemoterapi (Delayed Phase). Dijumpai bahwa lebih mayoritas subjek yang diteliti (63%) mengalami mual yang tertunda walaupun telah mendapat pengobatan antiemetik.

(68)

Roila Fausto et al (2004) melaporkan angka kejadian mual dan muntah yang mendapat kemoterapi dengan tingkat ematogenik moderat dan telah mendapat antiemetik, mengalami mual dan muntah tertunda sebesar 57% dan 41%.

(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan skoring The Functional Living Index Emesis (FLIE), tidak ada keluhan mual dan muntah sebelum dan setelah hari ke 2 pemberian kemoterapi. Hanya menimbulkan efek mual dan muntah

2. Pada hari ke lima setelah pemberian kemoterapi, dijumpai keluhan mual dan muntah tingkat sedang berdasarkan skoring The Functional Living Index Emesis (FLIE).

(70)

5.2. Saran

(71)

DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz Farid, Andrijono, Bari Abdul Saifuddin. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Kanker Ovarium. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. 2006.

2. Decker MG, Demeyer SE, Kisko LD. Measuring the Maintenance of Daily Life Activities Using the Functional Living Index– Emesis (FLIE) in Patients Receiving Moderately Emetogenic Chemotherapy. Supportive Oncology 2006; 4(1) : 35-41

3. Ballatori E, Roila F. Impact of Nausea and Vomitting on Quality of Life in Cancer Patients During Chemotherapy. Biomed Central 2003: 1-46

4. Wood MJ, Chapman K, Eilers J. Tools for Assessing Nausea, Vomitting and Retching. Lippincott Williams and Wilkins 2010; 34(1)

(72)

6. Grunberg MS, Morrow RG. Discussion: Incorporating CINV Guidelines in to Clinical Practice. Clinical advances in the Hematologfy and Oncology 2012;10

7. Aapro SM, Palonosetron as an Antiemetic and Anti Nausea Agent in Oncology. Therapeutic and Clinical Risk Management 2007; 3 (6): 1009-1020

8. Dranitsaris G, Joy A, Young S, et al. Identifying Patients at High Risk For Nausea and Vomitting After Chemotherapy : The Development of A practical Prediction Tool . Supportive Oncology 2009; 7(4)

9. Mustian MK, Devine K, Janelsins CM, et al. Treatment of NAUSEA And Vomitting During Chemotherapy. Supportive Oncology 2011; 7 (2): 91-97

10. Hilarius LD, Kloeg HP, Wall VE, et al.Chemotherapy-Induced Nausea and Vomitting in Daily Clinical Practice : A Community Hospital- Based Study. Support Care Oncology 2012; 20 : 107-117

(73)

12. Aapro M, Fabi A, Nole F, et al. Double -Blind, Randomized, Controlled Study of the Efficacy and Tolerability of Palonosetron plus dexamethasone for 1 day with or withaout dexamethasone on days 2 and 3 in the Prevention of Nausea and Vomitting Induced by Moderately emetogenic Chemotherapy. Annals of Oncology 2010; 21 : 1083-1088

13. Warr GD, Hesketh JP, Gralla JR, et al. Efficacy and Tolerability of Aprepitant for the Prevention of Chemopthrapy-Induced Nausea and Vomiting in Patients with Breast Cancer After Moderately Emetogenic Chemoterapy. J Clin Oncol 2005; 23(12) : 2822-2830

14. Aapro M. The Perugia Consensus on Nausea and Vomitting ; Chemotherapy- Induced Delayed Emesis.

15. Brearley GS, Clement VC, Molassiotis A. A Review of Patient Self-Report Tools for Chemotherapy-Induced Nausea and Vomitting. Support Care Centre 2008; 16 : 1213-1229

16. Scwatrtzberg SL. Updated Guidelines on Chemotherapy– Induced Nausea and Vomitting. Clinical Hematology and Oncology 2012; 10

(74)

Previously Uncontrolled with a Dual Antiemetic Treatment in Cisplatin-based Chemotherapy. Annals of Oncology 1997; 8 : 887-892

18. Feinberg AB, Gilmore JD, Haislip S, et al. Data Driven Medical Decision-Making in Managing Chemotherapy – Induced Nausea and Vomiting . Community Oncology 2009; 6 : 62-67

19. Daum BB, Deuson RR, Mavros P, et al. Delayed Nausea and Vomitting Continue to Reduce Patients Quality of Life After Highly and Moderately Emetogenic Chemotherapy Despite Antiemetic Treatment. J Clin Oncol 2006;24(27)

20. Berek JS, Adashi EY, Hullard PA. Novak’s gynecology, 12th ed. Williams and Wilkins, Baltimore, 1996

21. Berek JS, Hacker NF, Gynecologic Oncology 5th edition, Lippincott William&Wilkins, 2010. P;500-23.

22. Hesketh JP. Pathophisiology and Prediction of Chemotherapy- Induced Nausea and Vomitting update www. Up to date.com. 2013

(75)

24. Schwartzberg L, Grunberg MS, Morrow RG. Cases In the Management of Chemotherapy- Induced Nausea and Vomitting : Integrating Updated Guidelines in to Clinical Practice. Clinical Hematology and Oncology 2012; 10

25. Roilla F, Warr D, Clark AR, et al. Delayed Emesis: Moderately Emetogenic Chemotherapy. Support Care Cancer 2005; 13 : 104-108

26. Tipton MJ, Mcdaniel WR, Barbour L, et al. Putting Evidence Into Practice:Evidence-Based Interventions to Prevent, Manage, and Treat Chemotherapy- Induced Nausea and Vomitting. Journal of Oncology Nursing; 11 (1) : 69-78

27. Visie HP. Update on the Management of Chemotherapy- Induced Nausea and Vomitting. 2006: 29(5): 283-292

28. Ballatori E, Roila F, Impact of Nausea and Vomitting on Quality of Life in Cancer Patients During Chemotherapy. 2003: 1-46

29. Schwartzberg L. Chemotherapy- Induced Nausea and Vomitting : State of the Art in 2006. Suportive Oncology 2006; 4(2): 3-8

(76)

31. Jordan karin. Sippel Christoph. Joachim Schmoll Hans. The Oncologist Symptom Management and Supportive care. Guidelines for Antiemetic Treatment of Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: Past, Present, and Future Recommendations. Department of internal Medicine IV, Oncology/Hematology,Martin-Luther University Halle. Germany. 2007; 12:1143-1150.

32. CDK-192 vol 39. No 4. Dexamethasone dalam Penanganan Mual-Muntah terkait Kemoterapi dan Pasca operasi. 2012. 282.

33. National Cancer Institute. Supportive care statement for health profesional. Nause and vomiting (PDG). Med news.

34. John P . A. Loannidis. Paul J. Hesketh. Lau Joseph. Contribution of Dexamethasone to Control of Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: A Meta-Analysis of Randomized Evidence. Society of Clinical Oncology. 2000. 18: 3409-34.

35. Metoclopramide hydrochloride. Monograph. The American Society of Health-System Pharmacists. 2011;04-03

(77)

LAMPIRAN 1

Ibu yang saya hormati

LEMBAR INFORMASI UNTUK CALON SUBYEK PENELITIAN

Terima kasih atas kesedian ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul:

EFEKTIFITAS PENATALAKSANAAN MUAL DAN MUNTAH PADA

PASIEN KANKER OVARIUM YANG MENDAPAT KEMOTERAPI YANG

DINILAI DENGAN FUNCTIONAL LIVING INDEKS EMESIS (FLIE)

Nama saya dr. Sri Damayana Harahap, saat ini saya sedang menempuh pendidikan dokter spesialis di bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penatalaksanaan mual dan muntah pada pasien kanker ovarium yang mendapat kemoterapi Platinum dan Taxol dan mendapat antiemetik Dexametason, Metoklopramide, Ondansetron yang sesuai prosedur standard.

(78)

lembaran penelitian yang berisi data-data pribadi pasien dan riwayat mual dan muntah sebelum mendapat kemoterapi dan hari-1, hari-2 setelah mendapat kemoterapi dan antiemetik sesuai prosedur standard.

Pasien kanker ovarium yang mendapat kemoterapi dan antiemetik sesuai prosedur standard akan mengisi lembaran penelitian dan kemudian data-data yang didapatkan akan diolah dengan analisis statistik secara komputerisasi. Dari hasil penelitian akan diketahui efektifitas penatalaksanaan mual dan muntah pada pasien yang mendapat kemoterapi dan antiemetik sesuai prosedur standard, apakah dijumpai peningkatan mual dan muntah pada pasien kanker ovarium yang mendapat kemoterapi dan antiemetik sesuai prosedur standard, dengan menggunakan score functional living index emesis (FLIE). Tidak ada tindakan yang akan membahayakan jiwa ibu atau pasien dalam penelitian ini.

Penelitian ini memberikan perbaikan pelayanan terhadap penatalaksanaan Mual dan muntah terhadap efek mual dan muntah pada pasien setelah pemberian kemoterapi, sehinggga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan, sejak bulan Juli 2013, di bawah bimbingan langsung dua supervisor peneliti saya, yaitu:

(79)

Semua data yang ibu atau pasien berikan saat mengisi lembaran penelitian dan proses wawancara akan saya jamin kerahasiaannya. Adapun keikutsertaan ibu atau pasien bersifat sukarela. Ibu atau pasien boleh menolak dan ibu juga berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

Demikian penjelasan saya mengenai penelitian ini. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kesediaan ibu berpartisipasi dalam penelitian ini.

Bila ibu mempunyai sesuatu yang ingin ditanyakan, ibu dapat menghubungi saya, dr. Sri Damayana Harahap, pada nomor telepon yang tertera dibawah ini saat jam kerja.

dr. Sri Damayana Harahap

Dept. Obstetri dan Ginekologi - FK USU Hp: 081260022010

Hormat Saya,

(80)

LAMPIRAN 2

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

LEMBAR PERSETUJUAN SUBYEK SETELAH PENJELASAN

Nama :

Umur :

Alamat :

Kepada saya telah diberikan penjelasan mengenai prosedur, tujuan dan manfaat dari penelitian yang berjudul :

EFEKTIFITAS PENATALAKSANAAN MUAL DAN MUNTAH PADA

PASIEN KANKER OVARIUM YANG MENDAPAT KEMOTERAPI YANG

DINILAI DENGAN FUNCTIONAL LIVING INDEKS EMESIS (FLIE)

dan saya memahaminya, maka saya dengan sadar menyatakan bersedia untuk ikut dalam penelitian ini. Apabila selama penelitian berlangsung saya mengundurkan diri maka kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan, ...,2013 Yang memberi persetujuan

(81)

Lampiran 3

PENGKAJIAN DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Petunjuk pengisian

Lembar pengkajian ini diisi dengan tulisan yang jelas saat wawancara pada pasien

Tanggal pengambilan data :

No. Kode Responden :

1. Umur : Tahun

2. Diagnosa Kanker : 3. Stadium Kanker :

4. Siklus kemoterapi yang ke berapa : 5. Jumlah obat kemoterapi yang diterima : 6. Nama obat kemoterapi yang diterima :

7. Tinggi badan : Cm

8. Berat Badan : Kg

9. BMI :

(82)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

SKALA FLIE (THE FUNCTIONAL LIVING INDEX – EMESIS )

Petunjuk pengisian:

 Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan seksama

 Setiap pertanyaan mempunyai skala jawaban yang berbeda-beda

 Berilah jawaban pada setiap pertanyaan berikut ini dengan cara

melingkari salah satu angka yang berada pada garis sesuai dengan pengalaman yang anda alami setelah mendapat kemoterapi.

 Keterangan:

1 2 3 4 5 6 7

- Nilai VAS: 0-1: sangat mengganggu

2-3: mengganggu

4-5: sedikit mengganggu

(83)

- Kategori Mual : 1 : Hilang selera makan, kebiasaan makan tidak berubah

2 : Asupan makan berkurang tanpa penurunan BB bermakna.

Memerlukan cairan IV < 24 jam

3 : Asupan kalori dan cairan(makanan dan minuman) tidak memadai. Memerlukan cairan IV atau TPN > 24 jam.

4 : Mengancam nyawa

5 : Menyebabkan kematian

- Kategori muntah: 1 : 1 sampai 2 episiode muntah dalam 24 jam

2 : 3 sampai 5 episiode muntah/24 jam

(84)

3 : ≥ 6 episiode muntah/24 jam.

Memerlukan cairan IV atau TPN > 24 jam

4 : Mengancam nyawa

(85)

I. GEJALA MUAL

1. APAKAH ANDA MENGALAMI MUAL- MUAL YANG BERAT

1 2 3 4 5 6 7

2. APAKAH DENGAN RASA MUAL ANDA DAPAT MENIKMATI WAKTU SANTAI ANDA

1 2 3 4 5 6 7

3. APAKAH DENGAN RASA MUAL ANDA DAPAT MEMASAK MAKANAN

1 2 3 4 5 6 7

DAPAT DAPAT

YA TIDAK

TIDAK DAPAT

(86)

4. APAKAH DENGAN RASA MUAL ANDA DAPAT MENIKMATI MAKANAN

1 2 3 4 5 6 7

5. APAKAH ANDA DAPAT MENIKMATI MINUMAN, JUS, ATAU MAKANAN CAIR LAINNYA

1 2 3 4 5 6 7

6. APAKAH DENGAN RASA MUAL ANDA DAPAT MENGUNJUNGI KELUARGA ATAU TEMAN-TEMAN

1 2 3 4 5 6 7

DAPAT

DAPAT DAPAT TIDAK

DAPAT

TIDAK DAPAT

(87)

7. APAKAH ANDA MERASA PUAS DENGAN PEKERJAAN ANDA DAN PEKERJAAN RUMAH TANGGA DALAM SATU MINGGU TERAKHIR

1 2 3 4 5 6 7

8. APAKAH MUAL TERSEBUT SANGAT MENYULITKAN DAN MENGGAGGU ANDA

1 2 3 4 5 6 7

9. APAKAH PENYAKIT ANDA MEMBUAT ANDA MENGALAMI KESULITAN LAIN

1 2 3 4 5 6 7

SANGAT MENGGANG GU

YA

PUAS TIDAK

PUAS

TIDAK MENGGANG GU

(88)

II. GEJALA MUNTAH

1. APAKAH ANDA MENGALAMI MUNTAH YANG BERAT

1 2 3 4 5 6 7

2. APAKAH ANDA DAPAT MELAKUKAN KEGIATAN SEHARI-HARI

1 2 3 4 5 6 7

3. APAKAH ANDA DAPAT MENYIAPKAN MAKANAN ATAU MEMBUAT MAKANAN SEHARI-HARI

1 2 3 4 5 6 7

TIDAK DAPAT

TIDAK

TIDAK DAPAT

DAPAT

(89)

4. APAKAH ANDA DAPAT MENIKMATI MAKANAN YANG ANDA MAKAN

1 2 3 4 5 6 7

5. APAKAH ANDA DAPAT MENIKMATI MINUMAN, JUS ATAU MAKAN CAIR ATAU LUNAK LAINNYA

1 2 3 4 5 6 7

6. APAKAH ANDA DAPAT MENGUNJUNGI KELUARGA ATAU TEMAN-TEMAN

1 2 3 4 5 6 7

(90)

1 2 3 4 5 6 7

8. APAKAH ANDA KESULITAN MELAKUKAN TUGAS ATAU KEGIATAN SEHARI-HARI

1 2 3 4 5 6 7

9. APAKAH ANDA KESULITAN MELAKUKAN AKTIFITAS APAPUN

1 2 3 4 5 6 7

SANGAT SULIT

TIDAK SULIT

SULIT TIDAK

SULIT DAPAT TIDAK

(91)

Descriptive Statistics

Pearson Correlation 1 .062

Sig. (2-tailed) .736

N 32 32

SKOR MUNTAH HARI 1 Pearson Correlation .062 1

Sig. (2-tailed) .736

Pearson Correlation 1 -.123

Sig. (2-tailed) .501

Gambar

Tabel 1. Obat sitostatika dengan pemberian antiemetik30
Tabel 2. Tingkat keparahan mual dan muntah (NCI 2006)33
Gambar 2. Struktur  Kimia Metoklopramide35
Gambar 3. Struktur  Kimia Ondansetron
+7

Referensi

Dokumen terkait

paru adalah kombinasi pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. 1) Pembedahan digunakan untuk penatalaksanaan kanker stadium dini. Pembedahan dapat berupa pengangkatan

Respon fisik yang terjadi pada wanita penderita kanker serviks dengan kemoterapi meliputi mual dan muntah, konstipasi, alopecia, penurunan nafsu makan, toksisitas

Seperti apakah strategi penatalaksanaan mual-muntah pada pasien kanker payudara pasca kemoterapi di meliputi terapi obat, golongan, dan jenis obat yang diberikan.. Apakah DRP’s

Sedangkan pada pasien yang menerima kemoterapi dengan emetogenik tinggi, antiemetik yang digunakan kurang efektif mengatasi mual muntah pada fase akut dan

Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat berupa data mual muntah pada hari pertama sampai kelima pada masing-masing responden, dan analisa bivariat

Demikian pula pada penderita kanker dapat disertai mual dan muntah yang pada umumnya disebabkan efek samping dari pengobatan yang diberikan, seperti pemberian

Agen kemoterapi, metabolitnya, atau komponen emetik lain menyebabkan proses muntah melalui salah satu atau lebih dari reseptor tersebut (Dipiro dan Taylor , 2005). Mual dan

1 PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI MEDITASI DAN BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MUAL MUNTAH PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG SEDANG MENJALANI KEMOTERAPI DI SMC RS